EVALUASI

KEAMANAN BENDUNGAN

Ir. Sri Hetty S, M.Eng

BANDUNG,PEBRUARI 2021
 DAFTAR SIMAK DOKUMEN PERSYARATAN PENGISIAN AWAL WADUK
BALAI TEKNIK BENDUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
SEPTEMBER 2020

Evaluasi keamanan bendungan berdasar kondisi terbangun;

- Analisis stabilitas lereng tubuh bendungan (tanpa beban gempa

dan dengan beban gempa)
- Analisis stabilitas bendungan terhadap rembesan (debit rembesan,
piping, dan uplift)
- Analisis stabilitas bendungan terhadap deformasi ( vertikal dan
horisontal)
 PENDAHULUAN
SKEMA MASSA TANAH
S : Solid Soil particle
W: Liquid Water (electrolytes)
A: Air Air
 Kekuatan Geser Tanah
KEKUATAN GESER TANAH DINYATAKAN OLEH PARAMETER KUAT GESER

A) KOHESI (COHESION = C )
YAITU HASIL DARI TARIK MENARIK SEPERTI MAGNET DARI PARTIKEL
PARTIKEL TANAH YANG DIPENGARUHI OLEH PLASTISITAS DAN
KELENGKETAN TANAH.

B) SUDUT GESER DALAM (ANGLE OF FRICTION=Φ)

YAITU SIFAT SALING MENGUNCI ANTAR PARTIKEL TANAH

HUBUNGAN ANTARA C DAN Ø :

 = C +  TG Ø
Uji Triaksial

TUJUAN : MEMPEROLEH NILAI PARAMETER KUAT GESER KOHESI (C) DAN SUDUT
GESER DALAM .PADA UMUMNYA TERDAPAT EMPAT TIPE UJI TRIAKSIAL, YAITU

•UJI TIDAK TERKONSOLIDASI TIDAK TERDRAINASE

(UU),
•UJI TERKONSOLIDASI TERDRAINASE (CD),
•UJI TERKONSOLIDASI TIDAK TERDRAINASE DENGAN
PENGUKURAN TEKANAN AIR PORI (CU)’,
•UJI BEBAN TRIAKSIAL SIKLIK (CTX).
Alat uji triaksial.
Dokumen yang perlu dikaji ulang
1. DOKUMEN DESAIN :
A.LAPORAN GEOLOGI DAN BOR LOG
B.LAPORAN UJI LABORATORIUM (DATA DATA)
C.NOTA PERHITUNGAN DAN ASUMSI DESAIN
2. DOKUMEN KONSTRUKSI :
A.SPESIFIKASI KONSTRUKSI
B.GAMBAR PELAKSANAAN KONSTRUKSI (AS BUILT DRAWINGS)
C.LAPORAN UJI MUTU KONSTRUKSI
D.INFO ADANYA PERUBAHAN DESAIN
3. LAPORAN KINERJA :

LAPORAN INSTRUMENTASI (DATA RESPONS PIEZOMETER,

DATA ALAT UKUR PERGERAKAN, DATA MUKA AIR WADUK TERKAIT )
DATA GEOTEKNIK & PARAMETER DESAIN.

1.DATA GEOTEKNIK

A.EVALUASI DATA INVESTIGASI :

- PENGUMPULAN DATA DASAR DAN PENGUJIAN (KALIBERASI) DATA
TERKUMPUL.
INVESTIGASI :
-PEMETAAN TOPOGRAFI DAN GEOLOGI PERMUKAAN
-PENYELIDIKAN BAHAN BANGUNAN :
. PERSYARATAN KEPADATAN & KUAT GESER TANAH
. PERSYARATAN REMBESAN,GRADASI BUTIR & PERMEABILITAS
. PERSYARATAN PENURUNAN ATAU DEFORMASI

B.PENENTUAN PENAMPANG GEOTEKNIK YANG TEPAT.

PENAMPANG DIBUAT DI SEPANJANG AS LONGSORAN ATAU
PENAMPANG LAIN YANG DIKEHENDAKI.
C.PENENTUAN PENAMPANG GEOTEKNIK YANG TEPAT (LANJUTAN).

PADA PENAMPANG GEOTEKNIK DIPERLIHATKAN URUTAN LAPISAN

TANAH DAN BATUAN,SIFAT FISIK DAN TEKNIK DARI LAPISAN
TANAH DAN BATUAN.

PENAMPANG GEOTEKNIK DAPAT DIPEROLEH DENGAN CARA

KORELASI LAPISAN DARI BEBERAPA TITIK-TITIK BOR YG SANGAT
DITENTUKAN OLEH KONDISI GEOLOGI SETEMPAT, JARAK TITIK
PENYELIDIKAN, METODE PENYELIDIKAN,CARA DAN KECERMATAN
PELAKSANA PENYELIDIKAN.
2.Parameter Tanah Desain

BERGANTUNG PADA BEBERAPA KONDISI BENDUNGAN YAITU

A.KONDISI MASA KONSTRUKSI
B.KONDISI ALIRAN LANGGENG
C.KONDISI OPERASIONAL
D.KONDISI DARURAT

PENENTUAN PARAMETER DESAIN BERGANTUNG PADA PEMILIHAN METODA

YANG AKAN DIGUNAKAN (ADA 2 METODE).
A.METODE TEGANGAN EFEKTIF
B .METODE TEGANGAN TOTAL
 Parameter Tanah Desain (lanjutan)

PARAMETER TANAH DESAIN YANG DIPERLUKAN :

• BERAT VOLUME TANAH γN

• BERAT VOLUME JENUH γSAT (FONDASI DAN TUBUH BENDUNGAN)
• KUAT GESER TUBUH DAN FONDASI BENDUNGAN :
SUDUT GESER DALAM ( DAN ’), KOHESI (C DAN C’)
• KOEFISIEN PERMEABILITAS K
Metode Analisa Tegangan.
1.METODE KUAT GESER EFEKTIF
ANALISA DENGAN METODE KUAT GESER EFEKTIF MEMPERHITUNGKAN
PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI SELAMA KONSTRUKSI YANG
MERUPAKAN FUNGSI DARI WAKTU.

MATERIAL TUBUH BENDUNGAN ATAU FONDASI DAPAT MENIMBULKAN

PENINGKATAN TEKANAN AIR PORI BERLEBIH SELAMA PENIMBUNAN.

2. METODE KUAT GESER TOTAL

ANALISIS DENGAN METODE KUAT GESER TOTAL TIDAK MEMPERHITUNG
KAN TEKANAN AIR PORI DALAM UJI LABORATORIUM YANG MENDEKATI
KONDISI DI LAPANGAN.

KUAT GESER TOTAL YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS HARUS BERADA

DALAM RENTANG TEGANGAN NORMAL YANG SESUAI DENGAN DI
LAPANGAN.
ANALISA STABILITAS BENDUNGAN

PENENTUAN KUAT GESER.

A.BERAT VOLUME TANAH ΓN DAN ΓSAT (FONDASI DAN TUBUH BENDUNGAN)

B.KUAT GESER TUBUH DAN FONDASI BENDUNGAN  DAN ’, C DAN C’

TEGANGAN TOTAL : TEGANGAN EFEKTIF :

 = C +  TAN () ---------(1) ’ = C’ + (-U) TAN (’) ……..(2)

 = KUAT GESER ’ = KUAT GESER EFEKTIF

 = TEGANGAN TOTAL  = TEGANGAN TOTAL
C = KOHESI TOTAL U = TEKANAN AIR PORI
 = SUDUT GESER DALAM TOTAL ’= SUDUT GESER DALAM EFEKTIF
 = ΓN H
Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb

 f = c +  tan 


Sudut geser
Kohesi
f
c


f adalah tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh
tanah tanpa keruntahan dengan tegangan normal sebesar .
Uji Triaksial untuk memperoleh parameter
KUAT GESER.
1).Uji tak terkonsolidasi & tak terdrainase (UU)
❖ tekanan pori yang terjadi waktu penggeseran
Tidak diukur
’ tak diketahui

❖ analisis dalam istilah  total ➔ diperoleh cu and u

❖ sangat cepat

Gunakan cu and u untuk menganalisis

situasi tak terdrainase (mis. kestabilan jangka
pendek, pembebanan cepat )
2).Uji Triaksial CU

Uji Terkonsolidasi Tak terdrainase (CU)

❖ tekanan pori terjadi waktu penggeseran

Diukur ➔ ’

❖ menghasilkan c’ and ’

❖ lebih cepat dari CD (cara yang diinginkan untuk

memperoleh c’ and ’)
3).Uji Triaksial CD
,
Uji Terkonsolidasi Terdrainase (CD)
❖ Tidak ada tekanan pori ekses waktu pengujian
Dapat beberapa hari!
 Tidak praktis

❖ menghasilkan c’ and ’

Gunakan c’ dan ’ untuk analisis kondisi drainase

penuh (e.g., kestabilan jangka panjang,
pembebanan sangat lambat)
 HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL UU DAN CU

σ = tegangan normal (σ1 = teg.normal max dan σ3 = teg.normal min)

τ = tegangan geser
HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL CU, LINGKARAN MOHR DAN p-q DIAGRAM
HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL CU, LINGKARAN
MOHR

c
HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL CU, DAN p-q
DIAGRAM

q=
α

p=
KONDISI PEMBEBANAN & FAKTOR KEAMANAN

• KONDISI SELESAI PEMBANGUNAN (UDIK & HILIR)

• KONDISI ALIRAN LANGGENG (UDIK & HILIR)
• KONDISI PENGOPERASIAN WADUK SAAT SURUT CEPAT (UDIK)
• KONDISI DARURAT KARENA PEMBUNTUAN FILTER (HILIR) DAN
KONDISI DARURAT KARENA KEBUTUHAN DARURAT.
Kondisi Selesai Pembangunan

Bidang Longsor Hilir

Udik

1 3 1
3 2

1 = Urugan batu 2 = Inti kedap air

3 = Urugan transisi 4 = Fondasi
 FK minimum kondisi selesai pembangunan
No Kondisi Kuat Tek air pori FK FK dg
geser tanpa gempa
gempa
1. Selesai pembangunan 1. Efektif Perhit tek air pori dari 1,30 1,20
1. Jadwal pembangunan urugan dan pondasi
dihitung mggunakan data
2. Hub.tek air pori dan wkt lab dan penga-wasan
Lereng udik / hilir instrumen
Koef.gempa 50% kond.tanpa
kerusakan
Sama, tapi tanpa 1,40 1,20
instrumen
Hanya pd urugan tanpa 1,30 1,20
data lab. dan dg/tanpa
pengawasan instrumen
2. Total Tanpa instrumen 1,30 1,20
 Penyebab Ketidakstabilan Lereng
1. Kondisi awal :
- mat lunak akibat perubahan kadar air
Faktor Dalam - struktur geologi & geometri
2. Proses pelapukan :
(s) menurun
- hidrasi & absorbsi mineral lempung
FK = τ FK menurun
- retakan & susutan lempung,erosi buluh,dispersif
τm 3. Perubahan tekanan air pori & perubahan volume :
< 1, longsor - keadaan jenuh, - muka air tanah naik
> 1, stabil 4. Perubahan sistem pembebanan :
- tegangan pada lempung OC dan HOC

Faktor Luar 1. Tegangan horisontal turun :

m meningkat -erosi kaki lereng,galian,pembongkaran sheet pile, dll.
2. Tegangan vertikal meningkat :
FK menurun
- air hujan tertahan,timbunan,berat bangunan
3. Tegangan siklik :
- gaya gempa, - gaya vibrasi mesin
Bidang Longsor.
BIDANG LONGSOR KRITIS HARUS DITENTUKAN BERADA PADA ATAU
MELALUI MATERIAL YANG RELATIF LEMAH DAN PADA ZONA
DENGAN TEKANAN AIR PORI YANG TINGGI.

BENTUK BENTUK BIDANG LONGSOR :

A)LINGKARAN (CIRCULAR),ANALISA STABILITAS LERENG,TERJADI
PADA BENDUNGAN URUGAN HOMOGEN ATAU ZONAL
DENGAN FONDASI DARI MATERIAL BERBUTIR HALUS.

B) BUKAN LINGKARAN,ANALISA STABILITAS LERENG BENDUNGAN

ZONAL DENGAN FONDASI YANG MENGANDUNG SATU ATAU
BEBERAPA PERLAPISAN LEMAH HORISONTAL ATAU MENDEKATI
HORISONTAL.
ANALISIS STABILITAS CARA KESEIMBANGAN BATAS

Adalah cara analisis yang paling praktis dalam desain Bendungan.

Beberapa cara yang sering digunakan dapat diperiksa pada tabel.
Hasil analisis biasanya dinyatakan dalam faktor keamanan (FK), yang
dinyatakan sbb:

FK = S /  = kuat geser tanah / tegangan geser yang terjadi.

dengan: FK = S /   1 aman ; atau S  , aman

S < , tidak stabil

Metode Analisis Stabilitas Keseimbangan Batas
Metode Karakteristik Program

Bishop termodifikasi (1955) Hanya bidang runtuh lingkaran , memenuhi Mstabl , Mstab, Slope-w,
keseimbangan momen, tidak memenuhi keseimbangan Stabl-g , SB-slope,
gaya-gaya horisonal dan vertikal Stablgm

Force equilibrium (Lowe dan Karafiat, Segala bentuk bidang runtuh , tidak memenuhi Utexas2, Utexas3, Slope-
USA US Corps of Engineers 1970) keseimbangan momen , memenuhi keseimbangan gaya- w
gaya horisontal dan vertikal

Janbu’s Generalized Procedure (Janbu Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi segala kondisi Stabl-g
1968) keseimbangan, lokasi gaya samping dapat di variasi.

Morgenstern dan Price (1965) Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi segala kondisi Slope-w
keseimbangan, lokasi gaya samping dapat di variasi

Spencer’s (1967) Segala bentuk bidang runtuh, memenuhi segala kondisi Mstab , Slope-w, Sb-
keseimbangan, lokasi gaya samping dapat di variasi slope, Sstab2
Analisis Tegangan dan Regangan Dengan
Metode Elemen Hingga

No. Program Kemampuan Keterangan

1 Plaxis 7.2. Menghitung tegangan dan regangan baik Rembesan dapat
waktu pembangunan maupun waktu dilakukan dalam
terjadi aliran langgeng , untuk menilai program
apakah bendungan stabil atau tidak dari
kontour /max < 1 (stabil)

2 Sigma-w Sama dengan 1., hasil analisis dapat Rembesan dilakukan

dipakai oleh Slope-w untuk analisis dengan Seep-w
stabilitas
Kondisi Drawdown
 Kriteria Faktor Keamanan Minimum
HAL-HAL YG PERLU DIPERTIMBANGKAN :

• KONDISI DESAIN SELAMA ANALISIS DAN RISIKO KERUNTUHAN;

• TINGKAT KETELITIAN PARAMETER KUAT GESER (SHEAR STRENGTH) DAN
PREDIKSI TEKANAN AIR PORI;
• STRUKTUR TUBUH BENDUNGAN;
• INVESTIGASI DI LAPANGAN;
• KOMPATIBILITAS TEGANGAN-REGANGAN DARI MATERIAL FONDASI
DAN TUBUH BENDUNGAN;
• KUALITAS PENGAWASAN KONSTRUKSI;
• TINGGI BENDUNGAN;
• PENILAIAN BERDASARKAN PENGALAMAN DI MASA LALU TERHADAP
BENDUNGAN TIPE URUGAN.
Aspek keamanan
• KETIDAKSTABILAN AKIBAT PENURUNAN KEKUATAN GESER MATERIAL
URUGAN ATAU MATERIAL FONDASI, YANG DISEBABKAN OLEH
PENINGKATAN TEKANAN AIR PORI SEHINGGA MENGAKIBATKAN
TERJADINYA PROSES LIKUIFAKSI.

• KETIDAKSTABILAN AKIBAT DEFORMASI YANG BERLEBIHAN BERUPA

LONGSORAN LERENG SECARA ROTASI DAN PLANAR, PEROSOKAN,
RETAKAN PADA BENDUNGAN, YANG DISEBABKAN OLEH PENINGKATAN
TEGANGAN GESER AKIBAT BEBAN GEMPA.

• KETIDAKSTABILAN AKIBAT GELOMBANG TINGGI PENGARUH GEMPA

YANG DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA PELIMPAHAN MELEWATI
TUBUH BENDUNGAN.
 Pencegahan kerusakan bendungan

• TINGGI JAGAAN DIDESAIN CUKUP UNTUK MENTOLERIR

PENURUNAN BERLEBIHAN.
• ZONA TRANSISI DIBUAT CUKUP LEBAR DARI MATERIAL
NONKOHESIF, UNT. MENCEGAH RETAKAN BERKEMBANG.
• DRAINASE TEGAK DIBUAT DI BAGIAN TENGAH (INTI) BEND.
• ZONA DRAINASE DIBUAT CUKUP LEBAR, UNTUK MENCEGAH AIR
REMBESAN MENGALIR MELALUI BAGIAN YANG RETAK.
• ZONA INTI DIBUAT CUKUP LEBAR DARI MATERIAL YANG CUKUP
PLASTIS SUPAYA TIDAK MUDAH RETAK.
• GRADASI FILTER YANG BAIK DIBUAT DI SEBELAH UDIK DAN HILIR
ZONA INTI, UNTUK MENGHAMBAT RETAKAN.
• PENCEGAHAN KERUSAKAN BENDUNGAN (LANJUTAN).

• JAGAAN/FREEBOARD CUKUP SUPAYA TIDAK TERJADI OVERTOPPING.

• PELEBARAN DIBUAT DI BAGIAN INTI BENDUNGAN PADA BIDANG

KONTAK DI TUMPUAN (ABUTMENT).

• KESTABILAN LERENG HULU DAN HILIR WADUK DIBUAT UNTUK

MENCEGAH LONGSORAN LERENG.

• KUALITAS BAHAN URUGAN BATU YANG BAIK, AGAR BERSIFAT FREE

DRAIN.

• MENGGALI MATERIAL FONDASI YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN

PERMASALAHAN DI KEMUDIAN HARI (MISALNYA LANAU PASIRAN DAN
PASIR LEPAS YANG BERPOTENSI MENGALAMI LIKUIFAKSI).
ANALISA STABILITAS DINAMIK
Evaluasi penentuan beban gempa

Beban gempa untuk desain bendungan baru atau evaluasi keamanan

bendungan & waduk yang sudah ada (existing dam and reservoir),
diperoleh dari :

a ) gempa desain maksimum (MDE=Maximum Design

Earthquake),
b ) gempa dasar operasi (OBE=Operating Base
Earthquake) dan kadang-kadang
c ) gempa imbas (RIE=Reservoir Induced Earthquake).
d) Pada kasus gempa bolehjadi maksimum penentu
(CMCE=Controlling Maximum Credible Earthquake); bila
terjadi kerusakan pada bendungan yang cukup besar,
bendungan harus tetap dalam Batasan keamanan yang dapat
ditoleransi dan tidak terjadi bencana banjir
atau limpasan (overtopping).
METODE ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN URUGAN AKIBAT
BEBAN GEMPA.

PENDEKATAN ANALISIS STABILITAS AKIBAT GEMPA INI MENGGUNAKAN

CARA :

1.ANALISIS KESEIMBANGAN BATAS PSEUDO- STATIK (CARA KOEFISIEN

GEMPA)
2.ANALISA DINAMIK

PADA DASARNYA, ANALISIS KESEIMBANGAN BATAS PSEUDO-STATIK DAPAT DILAKUKAN

MENGGUNAKAN ANALISIS TEGANGAN TOTAL ATAU TEGANGAN EFEKTIF.

FAKTOR KEAMANAN IZIN YANG BERKAITAN DENGAN KOEFISIEN GEMPA

MENGGAMBARKAN PERILAKU LERENG BENDUNGAN YANG DIANALISIS, APAKAH AKAN
MENGALAMI ALIHAN (DEFORMASI) ATAU TIDAK AKIBAT GEMPA DESAIN.
 160

150

140

130
BENDUNGAN DARMA
120 longsoran down-stream Y/H = 0,75
110

100

90
TINGGI(M)

0.666
80

70

60

50

40
AIR

30
T IMBUNAN BAT U
T IMBUNAN T ANAH
20
AIR
PONDASI RANDOM
10

-10
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260

PANJANG (M)

Hasil analisis stabilitas statik lereng hilir kondisi steady seepage Bendungan Darma
Analisis Tegangan dan Regangan Dengan Metode Elemen
Hingga

No. Program Kemampuan Keterangan

1 Plaxis 8.2. Menghitung tegangan dan regangan baik Rembesan dapat
waktu pembangunan maupun waktu dilakukan dalam
terjadi aliran langgeng , untuk menilai program
apakah bendungan stabil atau tidak dari
kontour /max < 1 (stabil)

2 Sigma-w Sama dengan 1., hasil analisis dapat Rembesan dilakukan

dipakai oleh Slope-w untuk analisis dengan Seep-w
stabilitas
 Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa
Bagan alir metode analisis

Studi kegempaan. Penyelidikan geoteknik:

1. Penyelidikan kondisi geologi regional 1. Pemboran, uji lapangan , uji laboratorium
2. Sejarah kejadian gempa 2. Tentukan parameter desain material dan
3. Kondisi geologi regional fondasi
4. Penentuan fungsi attenuasi a) n , sat, uu, cuu, , ’cu, c’cu (stabilitas statik)
5. Penentuan M, R, kedalaman gempa, b) k (analisis rembesan)
percepatan gempa untuk periode ulang c) Gmax, hubungan G/Gmax dan D dengan
(deterministik, probabilistik atau peta regangan  (analisis stabilitas dinamik)
gempa)

Desain bendungan :
1) Jenis urugan dan geometri bendungan
2) Isi waduk, muka air normal, muka air banjir, tinggi jagaan

Lakukan analisis stabilitas statik pada kondisi

1. Waktu pembangunan
2. Rembesan tetap (steady seepage)
3. Surut cepat
4. Jangka panjang

Tidak Ya
Rubah geometri FK> FKmin 2
 Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa (lanjutan).
2
Persyaratan diperkenankan ada
kerusakkan tanpa keruntuhan (MDE),
Persyaratan tanpa kerusakkan (OBE)
Sesuai kelas bendungan dengan
Sesuai kelas bendungan dengan T
tentukan ad , Kh = ad/g
tentukan ad,, , Kh = ad/g

Lakukan analisis stabilitas dinamik dengan
metode koef gempa termodifikasi pada
y/h = 0,25; 0,5 ; 0,75 dan 1 (udik +hilir)
Dimana K ditentukan dengan
K0 = 0,5 x Kh
Untuk 0 < y/h < 0,4
K = K0 x (2,5-1,85x (y/h))
Untuk 0,4 < y/h < 1,0
K = K0 x (2,0-0,60 x (y/h))
Lakukan analisis stabilitas dinamik dengan
metode koef gempa termodifikasi pada
y/h = 0,25; 0,5 ; 0,75 dan 1 (udik +hilir)
Dimana K ditentukan dengan
K0 = 0,5 x Kh
Untuk 0 < y/h < 0,4
K = K0 x (2,5-1,85x (y/h))
Untuk 0,4 < y/h < 1,0
K = K0 x (2,0-0,60 x (y/h))

Hitutung stabilitas lereng dengan

Hitung stabilitas lereng dengan Program komputer pada y/h=0,25
Program komputer pada y/h=0,25 0,5 ;0,75; 1
0,5 ;0,75; 1

Tidak Ya
FK<FKmin FK>1 Selesai

Tidak
Analisis dinamik
Rubah geometri
3
Bagan Alir stabilitas bendungan dengan Gempa (lanjutan)

Analisis alihan tetap dengan

Cara Makdisi-Seed

Ya
Alihan < 0,5
Selesai
tinggi jagaan

Tidak

Analisis respons dinamik dengan Analisis respons dinamik

Cara Satu dimensi Ekivalen Cara 2 dimensi Ekivalen
program SHAKEM Quake/W, Flush, Quad-4
dan hitung alihan tetap dan hitung alihan tetap
EVALUASI STABILITAS TUBUH BENDUNGAN URUGAN.
LATAR BELAKANG.

RESIKO KERUNTUHAN SAAT IMPOUNDING :

A) BENCANA ALAM,GEMPA
B) BANJIR SAAT KONDISI PENGISIAN AWAL
C) LONGSOR,TERUTAMA PADA BAGIAN SEKITAR BENDUNGAN
YANG DAPAT BERDAMPAK TERHADAP STABILITAS TUBUH
BENDUNGAN.

PERLU DIPERHATIKAN :
A) STANDAR MUTU UNTUK DESAIN
B) UJI MUTU KONSTRUKSI SAAT PEMBANGUNAN
C) INSPEKSI/PENGAMATAN SECARA KONTINU MULAI DARI
SAAT AWAL IMPOUNDING HINGGA SELESAI.
 Kejadian signifikan ketidakstabilan statik pada
Bendungan saat Impounding.

PENYEBAB KETIDAKSTABILAN :

A.LAJU PENGISIAN WADUK YANG TERLAMPAU CEPAT.

B.ELEVASI MUKA AIR PADA PISOMETER YANG SANGAT TINGGI
DIBANDINGKAN MUKA AIR WADUK
C.PERIODE MUSIM KERING YANG PANJANG SEBELUM
IMPOUNDING DIIKUTI HUJAN (RETAKAN DIISI HUJAN)
D.PERKEMBANGAN BERTAHAP POLA REMBESAN YANG TIDAK
SESUAI SEHINGGA BERLANJUT KE TUBUH/FONDASI
E.KEHILANGAN KEKUATAN BERTAHAP DARI SERPIHAN
LEMPUNG/OVER CONSOLIDATED CLAY KARENA SWELLING
EVALUASI DEFORMASI
BENDUNGAN
1.PENDAHULUAN

ASPEK PENTING TERKAIT KEAMANAN BENDUNGAN:

A.STABILITAS UNTUK SETIAP KONDISI SAAT KONSTRUKSI SELESAI,

KONDISI ALIRAN LANGGENG,SURUT CEPAT & DARURAT SERTA
RENCANA DESAIN (OBE & MDE).
B.DEFORMASI,BAIK ARAH VERTIKAL (PENURUNAN) MAUPUN
HORISONTAL.

DEFORMASI BERLEBIHAN MENGAKIBATKAN TERJADINYA RETAKAN

DI DALAM TUBUH DAN FONDASI BENDUNGAN.

DIPERLUKAN SUATU PEMBATASAN TERHADAP BESARAN

DEFORMASI YANG TERJADI PADA BERBAGAI KONDISI
PEMBEBANAN TERSEBUT.
2.KONSEP DASAR

2.1.UMUM

KECUKUPAN DESAIN TERGANTUNG PADA PREDIKSI PERGERAKAN

(DISPLACEMENT) YANG MASIH DIPERBOLEHKAN DARI MATERIAL YANG
DIGUNAKAN.

DEFORMASI DARI STRUKTUR TANAH MERUPAKAN KASUS DARI PERILAKU

TERDRAINASE (DRAINED) & TAK TERDRAINASE (UNDRAINED) TANAH.

PROSES KELUARNYA UDARA DAN AIR DARI PORI PORI TANAH DALAM
JANGKA WAKTU LAMA DINAMAKAN PROSES KONSOLIDASI.
PADA PROSES KONSOLIDASI,TEGANGAN TEGANGAN NORMAL
DITRANSFER DARI AIR PORI KE BUTIRAN TANAH.

PADA KONDISI BUTIRAN TANAH MENERIMA BEBAN YANG CUKUP

BESAR,MASSA TANAH AKAN MENGALAMI DEFORMASI.

HUBUNGAN WAKTU – DEFORMASI (DEFORMATION TIME –

DEPENDENT) MENGAKIBATKAN TERJADINYA PENURUNAN
(SETTLEMENT).

PENURUNAN AKHIR MERUPAKAN AKHIR DARI KONSOLIDASI

YANG DAPAT DIANALISA PADA KONDISI TERDRAINASENYA
SEMUA LAPISAN TANAH.
2.2.PARAMETER TANAH DESAIN
• BERAT ISI JENUH DAN TAK JENUH; BERAT ISI TAK
JENUH ( unsat ) DIGUNAKAN UNTUK SEMUA MATERIAL
DI ATAS GARIS FREATIK DAN BERAT ISI JENUH
(  sat )DIGUNAKAN UNTUK SEMUA MATERIAL DI
BAWAH GARIS FREATIK.
• PERMEABILITAS, PARAMETER PERMEABILITAS YANG
DIPERLUKAN ADALAH KOEFISIEN PERMEABILITAS ARAH
VERTIKAL DAN HORISONTAL, TERUTAMA PADA
LAPISAN TANAH YANG BERLAPIS-LAPIS DAN YANG
MENGANDUNG GAMBUT (PEAT).
• ANGKA PORI, E, ADALAH BERHUBUNGAN DENGAN
POROSITAS (N), YAKNI E = N/(1-N).
• MODULUS YOUNG (E) DIGUNAKAN SEBAGAI MODULUS
KEKAKUAN DASAR PADA MODEL ELASTIS DAN MODEL
MOHR-COULOMB. PENENTUAN MODULUS YOUNG INI
MEMERLUKAN PERHATIAN KHUSUS, KARENA
KEBANYAKAN GEOMATERIAL MENUNJUKKAN PERILAKU
YANG NON-LINIER MULAI SAAT PEMBEBANAN
DILAKUKAN.
• DARI PERSAMAAN  h =  DARI PENGUJIAN
v 1−
KOMPRESI 1-D, DAPAT DIPILIH ANGKA POISSON YANG
SESUAI DENGAN KO. NILAI KO TERGANTUNG DARI RIWAYAT
PEMBEBANAN TANAH.BIASANYA, NILAI POISSON DIAMBIL
ANTARA 0,3 – 0,4.
SATUAN MODULUS YOUNG = SATUAN TEKANAN/TEGANGAN =GAYA
DIBAGI LUAS.

PENENTUAN MODULUS YOUNG PERLU PERHATIAN KHUSUS KARENA

KEBANYAKAN MATERIAL MENUNJUKKAN PERILAKU NON-LINIER MULAI
SAAT PEMBEBANAN DILAKUKAN.

UNTUK LEMPUNG YANG TERKONSOLIDASI BERLEBIH

(OVERCONSOLIDATED CLAY) DAN BATUAN YANG MEMPUNYAI
RENTANG ELASTIK LINIER BESAR,GUNAKAN EO .

UNTUK TANAH YANG TERKONSOLIDASI NORMAL (NORMALLY

CONSOLIDATED CLAY),GUNAKAN E50.
PENENTUAN E0 DAN E50
BATASAN ANALISIS

ASUMSI-ASUMSI :
TIMBUNAN DAN FONDASI ADALAH HOMOGEN
ELASTIS LINIER.

HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN TANAH ADALAH BERSIFAT

TIDAK LINIER (KECUALI PADA TEGANGAN RENDAH) SEHINGGA
MEMERLUKAN BATASAN PADA PENGGUNAAN CARA CARA
TERSEBUT.

DISARANKAN MENGGUNAKAN TEKNIK DISKRETISASI DENGAN

METODE ELEMEN HINGGA (FINITE ELEMENT METHOD).
• PERMEABILITAS (K).

• DALAM ANALISIS REMBESAN, PERLU NILAI K SEMUA

LAPISAN TANAH, TERMASUK LAPISAN YANG MEMPUNYAI
K TINGGI YANG DIANGGAP TERDRAINASE PENUH
DALAM PERHITUNGAN PLASTIS.
• NILAI K DIGUNAKAN PADA ZONA JENUH SEMPURNA DI
BAWAH AIR FREATIK & ZONA DI ATAS GARIS FREATIK.
• AKIBAT PROSES SEDIMENTASI ATAU PROSES GEOLOGI
LAINNYA, SUATU LAPISAN TANAH DAPAT BERSIFAT
ANISOTROPIS DIMANA KH > KV
 Jenis Tanah Koef permeabilitas
(m/hari)
Kerikil (Fine gravel) 0,5 x 10+4 s/d 5 x 10+4

Pasir sedang (medium 0,5 x 10+2 s/d 5 x 10+2

coarse sand)
0,5 s/d 5
Lanau kasar (coarse silt)
0,5 x 10-2 s/d 5 x 10-2
Lanau halus (fine silt)
Di bawah 1 x 10-3
Lempung lanauan (silty
clay)
 TEORI BIOT-TERZAGHI

• PARAMETER YANG DIGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN

KONSOLIDASI 1-D ADALAH

• MODULUS YOUNG, E (KN/M2)

• ANGKA POISSON, 
• BERAT SATUAN AIR,  w(BIASANYA DIAMBIL 10 KN/M3)
• KOEFISIEN PERMEABILITAS, K (METER/HARI).
 TEORI BIOT-TERZAGHI (LANJUTAN)

cv .t
T=
H2
k .Eoed (1 −  ) E
DIMANA CV = DAN EOED =
w (1 +  )(1 − 2 )

T = faktor waktu
cv = koefisien konsolidasi arah vertikal (m2/hari)
t = waktu konsolidasi (hari)
H = tebal lapisan tanah yang mengalami konsolidasi (m)
k = koefisien permeabilitas (m/hari)
Eoed = modulus Oedometer
E = modulus Young (kN/m2)
3.PEMODELAN (MODEL MATERIAL).

SIFAT MEKANIS TANAH DAPAT DIMODEL PADA BERBAGAI

TINGKAT KETELITIAN.

HUKUM HOOKE YANG LINIER,ELASTIS ISOTROPIS MERUPAKAN

HUBUNGAN TEGANGAN-REGANGAN
YANG SEDERHANA DAN MELIBATKAN 2 PARAMETER
YAITU :
- MODULUS YOUNG (E)
- ANGKA POISSON 
 REGANGAN ELASTIS.

MODEL MATERIAL UNTUK TANAH & BATU BIASANYA

DITUNJUKKAN SEBAGAI HUBUNGAN ANTARA LAJU
PENINGKATAN TEGANGAN EFEKTIF DAN LAJU
PENINGKATAN REGANGAN SBB :
TEGANGAN EFEKTIF = (M) X STRAIN.
DIMANA
M = STIFFNESS MATRIX
4.DEFORMASI

4.1 PENYEBAB DAN FAKTOR KONTROL DEFORMASI

DEFORMASI SUATU TIMBUNAN TERJADI SEBAGAI AKIBAT DARI
TERJADINYA PERUBAHAN VOLUME, PERGERAKAN LATERAL, ATAU
PERPINDAHAN GESER DI DALAM MATERIAL TIMBUNAN DAN
FONDASI.

PERUBAHAN VOLUMETRIK DIAKIBATKAN OLEH PENINGKATAN

TEGANGAN-TEGANGAN NORMAL PADA SUATU ELEMEN TANAH
YANG MENYEBABKAN TERJADINYA PENGURANGAN DALAM VOLUME
PORI.

PERGERAKAN LATERAL JUGA DIAKIBATKAN OLEH ADANYA

DISTORSI ATAU KERUNTUHAN GESER YANG TERLOKALISIR SESUAI
DENGAN KONDISI-KONDISI TEGANGAN YANG DIPENGARUHI OLEH
PELAKSANAAN PENIMBUNAN DAN OPERASI WADUK.
KECEPATAN TERJADINYA DEFORMASI TERGANTUNG PADA
LAJU DISIPASI TEKANAN AIR PORI BERLEBIH (EXCESS PORE
WATER PRESSURES) DAN LAJU TERBENTUKNYA KONDISI ALIRAN
LANGGENG (STEADY SEEPAGE).

SIFAT DAN PROPERTI MATERIAL YANG MENGONTROL

DEFORMASI ADALAH GRADASI, MINERALOGI, BENTUK
PARTIKEL, KADAR AIR DAN KEPADATAN.

KONDISI PEMBEBANAN AIR WADUK YANG MEMPENGARUHI

TERJADINYA DEFORMASI ADALAH :
A) PENGISIAN PERTAMA
B) SIKLUS OPERASI
C)PENURUNAN AIR WADUK SECARA CEPAT.
DISTRIBUSI DAN LEVEL TEGANGAN DALAM FONDASI DAN
TIMBUNAN MEMPUNYAI PENGARUH BESAR TERHADAP
TERJADINYA DEFORMASI TIMBUNAN.

TEGANGAN TEGANGAN IN-SITU PADA FONDASI DAPAT

DIKETAHUI CUKUP TELITI.

METODE MEMPREDIKSI TINGKAT TRANSFER TEGANGAN ANTARA

BERBAGAI ZONA TIMBUNAN DAN FONDASINYA MASIH
DIPERDEBATKAN,SEHINGGA PERHITUNGAN PENURUNAN
MASIH MEMERLUKAN DISTRIBUSI TEGANGAN YANG
KONSERVATIF.
JENIS PERGERAKAN/DEFORMASI YANG TERJADI ADALAH :
a) PERGERAKAN/DEFOMASI VERTIKAL
b) PERGERAKAN/DEFORMASI LATERAL/HORISONTAL

BESARNYA PERGERAKAN HORISONTAL (KE ARAH LEMBAH

TERDALAM) RELATIF KECIL DIBANDINGKAN PENURUNAN
VERTIKAL.

RASIO KEDUA PERGERAKAN TERSEBUT BERVARIASI

TERGANTUNG DARI BENTUK GEOMETRI,ZONING DAN
PROPERTIES MATERIAL YANG DIGUNAKAN.
4.2 POLA DEFORMASI BENDUNGAN

• PUNCAK
BENDUNGAN
BERGERAK KE BAWAH
ARAH HULU SAAT
PENGISIAN PERTAMA
DAN KE BAWAH
ARAH HILIR SAAT AIR
MULAI MELAKUKAN
Pengisian pertama
Setelah terjadi aliran ajeg PENETRASI KE DALAM
BENDUNGAN.
POLA DEFORMASI BENDUNGAN (LANJ..)

• PERGERAKAN
PERMUKAAN KE DUA
TUMPUAN
MERUPAKAN
KOMPONEN
PERGERAKAN
HORIZONTAL KE
ARAH LEMBAH
Pengisian pertama
Setelah terjadi aliran ajeg TERDALAM.
 PERGERAKAN ARAH KE BAWAH /PENURUNAN
BENDUNGAN URUGAN

Pergerakan sepanjang garis vertical merupakan bentuk

parabola,hasil penurunan pasca konstruksi puncak Bendungan.
POLA PERGERAKAN HORISONTAL PADA
POTONGAN MAKSIMUM.
Pola pergerakan vertikal pada penampang
memanjang Bendungan.
Pola pergerakan horizontal pada penampang
memanjang Bendungan.
4.3 ESTIMASI PERGERAKAN/DEFORMASI

• DESAIN TINGGI EKSTRA PUNCAK (CAMBER) HANYA

DIPERLUKAN UNTUK MEMPERKIRAKAN PENURUNAN
VERTIKAL PUNCAK BENDUNGAN.

• BERDASARKAN DATA INSTRUMENTASI MENUNJUKKAN

BAHWA PENURUNAN PUNCAK PASCA KONSTRUKSI
PADA UMUMNYA SEBESAR 0.2 – 0,5 % DARI TINGGI
BENDUNGAN. BERDASARKAN PENGAMATAN TERSEBUT,
DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS “RULE OF THUMB”,
TINGGI CAMBER SECARA KONSERVATIF DIDESAIN
SEBESAR 1% TINGGI TIMBUNAN (UNTUK BENDUNGAN
TINGGI < 60 M DENGAN TINGKAT RESIKO RENDAH).
• UNTUK BENDUNGAN DENGAN TINGKAT RESIKO
SEDANG-TINGGI ATAU TINGGI BENDUNGAN > 60 M,
ATURAN JEMPOL 1% TERSEBUT DIANGGAP TIDAK
CUKUP.

• MEMERLUKAN ANALISIS YANG LEBIH MEMADAI,

MISALNYA DENGAN ANALISIS ELEMEN HINGGA
(FEM), KARENA PERBEDAAN PENURUNAN YANG
BERLEBIH DAPAT MENIMBULKAN TERJADINYA
RETAKAN ATAU REKAH HIDRAULIK.
4.4 PEMBATASAN DEFORMASI
ADA 5 CARA UNTUK MEMBATASI DEFORMASI
TIMBUNAN, YAKNI :
1.LAPISAN FONDASI YANG LUNAK DIBUANG SELURUHNYA
DAN DIGANTI DENGAN MATERIAL YANG BAIK.
2.HINDARI PENGGUNAAN MATERIAL LUNAK UNTUK
TIMBUNAN.
3.MELAKUKAN PERBAIKAN TANAH TERHADAP MATERIAL
FONDASI YANG LUNAK.
4.MATERIAL LUNAK DITAHAN DENGAN “BUTTRESS”
5.MATERIAL LUNAK DIPERKUAT (REINFORCED)
5.DEFORMASI VERTIKAL.
• JIKA SUATU MASSA LAPISAN TANAH MENGALAMI
TAMBAHAN BEBAN DI ATASNYA (SEPERTI BANGUNAN
GEDUNG, BEBAN JALAN, BENDUNGAN DAN
BANGUNAN AIR LAINNYA), MAKA AIR PORI AKAN
MENGALIR DARI LAPISAN TERSEBUT & VOLUME PORI
NYA MENJADI LEBIH KECIL KARENA TERJADI
PEMAMPATAN PADA MASSA TANAH TERSEBUT
(BIASANYA DISEBUT PROSES KONSOLIDASI).
• PADA PROSES PEMADATAN TANAH UMUMNYA
UDARALAH YANG KELUAR DAN TERJADI
PENYUSUNAN PARTIKEL-PARTIKEL PADAT.

• TANAH BERBUTIR KASAR UMUMNYA DAPAT MENJADI

PADAT DALAM WAKTU YANG RELATIF SINGKAT
KARENA SIFAT PERMEABILITASNYA TINGGI DAN
UDARA DALAM BUTIR TANAH YANG MUDAH KELUAR
DARI PORI-PORI.
 Perbedaan pemadatan dan
konsolidasi
Pemadatan tanah Konsolidasi

1. Pemampatan terjadi karena Pemampatan terjadi karena

keluarnya udara dari pori2. keluarnya air dan udara dari pori2.

2. Membutuhkan waktu singkat. Membutuhkan waktu yg lama.

3. Terjadi akibat beban yang Terjadi akibat beban yang bekerja

bekerja dalam waktu singkat. terus menerus dalam waktu lama.
PROSES KONSOLIDASI.

• PADA AWALNYA, BEBAN YANG BEKERJA AKAN

DITERIMA OLEH AIR YANG ADA DI DALAM PORI-PORI,
SEHINGGA TEKANAN AIR PORI BERLEBIH AWAL (INITIAL
EXCESS PORE PRESSURE) SAMA DENGAN TEKANAN
KONSOLIDASINYA.

• DENGAN BERJALANNYA WAKTU, TEKANAN PORI

BERLEBIH AKAN BERKURANG, DAN TEKANAN EFEKTIF
RATA-RATA YANG TERKAIT AKAN MENINGKAT.
PROSES KONSOLIDASI

PADA WAKTU YANG LAMA TEKANAN PORI BERLEBIH

AKAN KEMBALI KE TEKANAN PORI AWAL DAN
TEKANAN KONSOLIDASI MENJADI TEKANAN
EFEKTIF YANG DITRANSFER DARI BUTIRAN KE
BUTIRAN TANAH.
THE LEANING TOWER OF
PISA.THE TILT IS THE
RESULT OF NONUNIFORM
CONSOLIDATION OF
SOIL BENEATH THE
STRUCTURE
 PERHITUNGAN DEFORMASI VERTIKAL

TUJUAN UTAMA ANALISIS DEFORMASI

VERTIKAL/PENURUNAN INI ADALAH :

• MEMPERKIRAKAN BESAR PENURUNAN UNTUK

MEMPERKIRAKAN TINGGI EKSTRA (CAMBER).
• MENENTUKAN TERJADINYA POTENSI RETAKAN
DARI ZONA INTI KEDAP AIR.
• MEMPERKIRAKAN PERGERAKAN KOMPONEN
BANGUNAN PELENGKAP YANG DITEMPATKAN DI
DALAM BENDUNGAN.
Analisis model penurunan yang lebih teliti untuk
memperkirakan distribusi penurunan parabolis yang
terjadi di dalam timbunan dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan penurunan parabolik
seperti di bawah. :

dimana :
S = penurunan di dalam bendungan (ft)
h = tinggi bendungan(ft)
y = kedalaman timbunan di bawah titik yang ditinjau
(ft)
E =1-D secant modulus ke level tegangan ekuivalen
terhadap tengah-tengah tinggi bendungan.
PERHITUNGAN TIMBUNAN EKSTRA (CAMBER)

• ANALISIS TINGGI TIMBUNAN EKSTRA (CAMBER) SECARA

MUDAH DAPAT DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN
ATURAN JEMPOL (RULE OF THUMB).

• PADA METODA INI, NILAI SEBESAR 1% TINGGI

TIMBUNAN DIHITUNG UNTUK SEPANJANG PENAMPANG
BENDUNGAN. KEMUDIAN, JUMLAH TERSEBUT
DITAMBAHKAN KE PENURUNAN PASCA KONSTRUKSI.
HASIL PERHITUNGAN PENURUNAN
6.DEFORMASI HORISONTAL

6.1.UMUM.

JIKA MASALAH DEFORMASI CUKUP KOMPLEKS,PERHITUNGAN

DILAKUKAN TERHADAP DEFORMASI VERTIKAL/PENURUNAN
(SETTLEMENT) & DEFORMASI HORISONTAL UNTUK MENGETAHUI
DEFORMASI SECARA KESELURUHAN.

ANALISA DEFORMASI HORISONTAL PERLU DILAKUKAN UNTUK

MENGETAHUI DAERAH ATAU BAGIAN DARI TIMBUNAN YANG
MENGALAMI TEGANGAN TARIK.
6.2 METODA KONVENSIONAL (BISHOP)

MEMPERLIHATKAN KONTUR- KONTUR DARI TEGANGAN-TEGANGAN

GESER MAKSIMUM DAN TEGANGAN-TEGANGAN NORMAL YANG TERJADI
PADA BIDANG HORISONTAL PADA BEBERAPA ELEVASI.
INI MENUNJUKKAN TERJADINYA TEGANGAN-TEGANGAN AKIBAT
PENIMBUNAN,TIDAK TERMASUK AKIBAT BERAT SENDIRI.
METODA KONVENSIONAL (BISHOP)
KERUNTUHAN GESER MULAI TERJADI DI BAGIAN DALAM
TIMBUNAN DAN HAL INI DPT MENGAKIBATKAN
KERUNTUHAN DI BAGIAN ATAS DARI BUSUR
KELONGSORAN SEBELUM KERUNTUHAN GESER TERJADI
PADA BAGIAN DI BAWAHNYA.
PLANE STRAIN DAN PLANE STRESS 2 - D
PENAMPANG BENDUNGAN MERUPAKAN KASUS SPESIFIK DARI
MASALAH PLANE STRAIN.

MASALAH YANG MENYANGKUT TIMBUNAN PANJANG YANG

GEOMETRI DAN PEMBEBANAN TIDAK BERBEDA SIGNIFIKAN PADA
ARAH MEMANJANG MERUPAKAN KASUS PLAIN STRAIN (STRAIN
ARAH MEMANJANG DIANGGAP NOL/TIDAK DITINJAU).

BAGIAN-BAGIAN UJUNG DITENTUKAN TERJEPIT (FIXED),RATA

DENGAN SISI-SISI YANG KAKU SERTA PERGERAKAN KE ARAH
MEMANJANG DIHINDARI.
CONTOH KASUS-KASUS PLANE STRAIN :
- DINDING PENAHAN TANAH DENGAN TEKANAN LATERAL
- TEROWONGAN
- GORONG-GORONG ATAU PIPA TERBENAM
- BENDUNGAN YANG PANJANG

PADA KONDISI PLANE STRESS,DITANDAI DENGAN KOMPONEN

TEGANGAN ARAH Z YANG SANGAT KECIL.

PADA KONDISI PLANE STRAIN,PERGERAKAN (DISPLACEMENT)

PADA ARAH Z TIDAK ADA.
PERSAMAAN HUBUNGAN TEGANGAN – REGANGAN
AKHIRNYA DIPEROLEH DALAM BENTUK :

    
 x  (1 −  ) 0 
E
   x 
 y  =
(1 +  )(1 − 2 ) (1 −  ) 0  y 
   
1 / 2(1 − 2 )  
 xy  0 0  xy 
APLIKASI FEM UNTUK BENDUNGAN URUGAN

• DIAPLIKASIKAN KE MASALAH BENDUNGAN URUGAN

TANAH UNTUK :
A) MENGHITUNG DEFORMASI INTERNAL DARI ZONE
INTI DAN URUGAN BATU
B) MEMPEROLEH DISTRIBUSI TEGANGAN DAN
TRANSFER BEBAN DI DALAM PENAMPANG
BENDUNGAN
C) MELOKALISASIKAN ZONE YANG BERPOTENSI
RETAK.
APLIKASI FEM UNTUK BENDUNGAN URUGAN

D) MEMILIH LOKASI ZONA INTI YANG MEMADAI

SEHINGGA MENGURANGI TERJADINYATEGANGAN
TARIK .
E) MEMPREDIKSI LOKASI POTENSI BIDANG LONGSOR
YANG CENDERUNG TERJADI DI SEPANJANG
LENGKUNGAN YANG DITUNJUKKAN OLEH
REGANGAN UTAMA MAKSIMUM.
PENGARUH PENGISIAN WADUK PADA BENDUNGAN ZONAL
CONTOH ANALISIS DEFORMASI MENGGUNAKAN FEM:

BENDUNGAN MANGGAR YANG LAPISAN FONDASINYA

BERUPA TANAH LUNAK KOMPRESIBEL DENGAN
MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS 8.
TERLIHAT PADA GAMBAR DEFORMASI PADA SETIAP ELEMEN
(DEFORMED MESH).

BESARAN DAN ARAH DEFORMASI DIKONTROL OLEH SIFAT

MATERIAL FONDASI DAN TIMBUNAN,GEOMETRI
TUMPUAN DAN TIMBUNAN,KONDISI PEMBEBANAN AIR
WADUK DAN DISTRIBUSI TEGANGAN DI DALAM ZONA
YANG BERBEDA BEDA ATAU PERLAPISAN TIMBUNAN DAN
FONDASINYA.
DEFORMASI MESH ELEMEN TIMBUNAN PADA FONDASI TANAH
LUNAK
ANALISIS PERGERAKAN HORISONTAL TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK
YANG DIGAMBARKAN DALAM BENTUK KONTUR PERGERAKAN
HORISONTAL
REMBESAN
 POLA KEGAGALAN AKIBAT REMBESAN

AIR DI DALAM BENDUNGAN/WADUK SELALU MENCARI JALAN KELUAR MELALUI ALUR

TERLEMAH; ALUR TERSEBUT DAPAT MELALUI TUBUH BENDUNGAN,FONDASI ATAU
SEKITAR TUMPUAN.

MASALAH REMBESAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA KERUNTUHAN

DAPAT DIKATAGORIKAN SEBAGAI :

1.TEKANAN ANGKAT BERLEBIHAN,

2.PIPING (EROSI BULUH).
3.EROSI INTERNAL,
4.TERURAIKANNYA (SOLUTIONING) MATERIAL BATU YANG MUDAH
TERURAI,
5.TEKANAN REMBESAN BERLEBIHAN ATAU PENJENUHAN YANG
MENYEBABKAN TERJADINYA PEMBASAHAN LERENG HILIR
(SLOUGHING).
 KAJIAN DAN EVALUASI DATA
DATA PROYEK YANG HARUS DIKAJI UNTUK ADALAH :

• GEOLOGI DAM SITE.

• DESAIN DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI.
• MATERIAL YANG DIGUNAKAN.
• TINDAKAN PERBAIKAN UNTUK KONTROL REMBESAN
YANG DILAKUKAN.
• PENGARUH REMBESAN TERHADAP STRUKTUR.
• GAMBARAN FISIK BENDUNGAN.
• INSTRUMENTASI UNTUK MEMANTAU TEKANAN DAN
DEBIT REMBESAN.
KRITERIA YANG HARUS DIPENUHI
• TELAH MEMENUHI SPESIFIKASI DAN MENGIKUTI PROSEDUR
DESAIN.

• GRADASI FILTER YANG DIGUNAKAN TELAH MENGIKUTI

KURVA GRADASI DESAIN,

• LAPISAN FILTER TELAH DIBUAT MENGIKUTI METODA

PELAKSANAAN KONSTRUKSI, ANTARA LAIN TIDAK TERJADI
SEGRAGASI, MAKSIMUM BUTIRAN DAN PEMADATANNYA
MEMENUHI SPESIFIKASINYA.

• TIDAK MENGGUNAKAN KADAR AIR BERLEBIHAN YANG

DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PENGGUMPALAN.
PENJENUHAN ATAU PENGGUNAAN MATERIAL YANG
KERING MUNGKIN DAPAT MEMINIMALKAN MASALAH
TERSEBUT.
KRITERIA YANG HARUS DIPENUHI
. PERLU PERHATIAN TERHADAP KEMUNGKINAN TERJADINYA
KONTAMINASI MATERIAL LEMPUNG, LALU LINTAS
KENDARAAN, PEMBASAHAN LERENG, DLL.

. PERLU DIDOKUMENTASIKAN BAHWA PELAKSANAAN FILTER

TELAH MEMENUHI SPESIFIKASINYA.

• LEBAR DAN KETEBALAN LAPISAN FILTER SELAMA

KONSTRUKSI DIKONTROL DENGAN BENAR, KONSISTEN
SESUAI DENGAN SPESIFIKASINYA.

• PERHATIAN KHUSUS TERHADAP PEMADATAN MATERIAL,

KHUSUSNYA PADA BIDANG KONTAK DENGAN
BANGUNAN PELENGKAP.
ANALISA REMBESAN.

• PROSES MENGALIRNYA AIR DALAM PORI-PORI TANAH

• REMBESAN AIR DI DALAM TANAH DALAM KEADAAN SEBENARNYA

TERJADI KE SEGALA ARAH,TIDAK HANYA DALAM ARAH VERTIKAL ATAU
HORIZONTAL SAJA,SERTA BESARNYA ALIRAN TIDAK SAMA UNTUK
SETIAP PENAMPANG YANG DITINJAU
PERANAN REMBESAN
• KEMUNGKINAN BOCOR PADA SUATU BENDUNGAN

• MENENTUKAN BESAR DAN TINGKAT PENURUNAN

(SETTLEMENT) YANG MUNGKIN TERJADI

• KESTABILAN LERENG-LERENG GALIAN TANAH

• KECEPATAN REMBESAN YANG MUNGKIN DAPAT

MENIMBULKAN EROSI YANG BERBAHAYA
 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMBESAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMBESAN A.L :

A) UKURAN PARTIKEL
B) KADAR PORI
C) SUSUNAN TANAH
D) STRUKTUR TANAH (SINGLE GRAIN,HONEY
COMBED,FLOCCULENT)
E) DERAJAT KEJENUHAN
GRADIEN HIDRAULIK(I) ANTARA A DAN B ADALAH PENGURANG TINGGI
TOTAL PER UNIT PANJANG.

TH A − TH B
i= air
l AB
A B

Panjang AB, sepanjang

garis aliran
 DEBIT REMBESAN (Q)
# of flow channels
Nf
Q = khL ….per unit length normal to the plane
Nd
# of equipotential drops

head loss from upstream to

downstream

hL

concrete
dam

impervious strata
GARIS ALIRAN REMBESAN MELALUI TUBUH BENDUNGAN
URUGAN TANAH
ALIRAN REMBESAN MELALUI BENDUNGAN TIPE ZONAL
REMBESAN MELALUI FONDASI
PIPING IN GRANULAR SOILS
At the downstream, near the dam,
h
the exit hydraulic gradient iexit =
l

hL
datum
concrete
l
dam
h = total head drop

soil
impervious strata
PIPING IN GRANULAR SOILS
Piping is a very serious problem. It leads to downstream
flooding which can result in loss of lives.
Therefore, provide adequate safety factor against piping.

ic
Fpiping =
iexit

concrete typically 4-6

dam

soil
impervious strata
 FAKTOR KEAMANAN TERHADAP PIPING

• CRITICAL EXIT GRADIENT : ICR = (GS-1)/(1+E)

• BILA BERAT JENIS TANAH, GS = 2,65 DAN RATA-RATA

POROSITAS TANAH, E = 0,40 , MAKA CRITICAL EXIT
GRADIENT, ICR =(2,65-1)/(1+0,40) ATAU ICR = 1,18

• FAKTOR KEAMANAN, FK = ICR/ICALC = 4 – 6, DI

DALAM PEDOMAN FK ≥ 4
PIPING FAILURES
Baldwin Hills Dam after it failed by
piping in 1963. The failure occurred
when a concentrated leak developed
along a crack in the embankment,
eroding the embankment fill and
forming this crevasse. An alarm was
raised about four hours before the
failure and thousands of people were
evacuated from the area below the
dam. The flood that resulted when the
dam failed and the reservoir was
released caused several millions of
dollars in damage.
PENGARUH REMBESAN TERHADAP KEAMANAN
BENDUNGAN
INVESTIGASI LAPANGAN
INDIKATOR KEAMANAN TERKAIT REMBESAN
WAWANCARA
1 Zona penahan air (inti) 6 Selimut drainase
1A Parit halang 7 Drainase kaki (toe drain)
2 Zona pelindung stabilitas hulu 8 Parit drainase (terbuka atau tertutup)
2A Zona transisi 9 Sumur pelepas tekanan (relief wells)
3 Zona drainase hilir (chimney drain) 10 Selimut kedap air
3A Subzona saringan (filter) 11 Dindinghalang slari (Slurry wall cutoff)
4 Zona armor 12 Grouting tirai
5 Zona pelindung stabilitas hilir 13 Berm rembes air

Contoh Macam-macam pengendalian rembesan air pada bendungan tipe urugan

FLOWNET PADA FONDASI BENDUNGAN, DENGAN PERBAIKAN FONDASI

Q=k h (Nf/Nd)
KAPASITAS DRAINASE
PROSEDUR UTAMA MENGURANGI REMBESAN
TINDAKAN DARURAT MENGENDALIKAN PIPING.
Pola aliran yang terjadi
GRANULAR FILTER DESIGN
Retention criteria:
D15, filter < 5 D85, soil
average filter pore size
Permeability criteria:
D15, filter > 4 D15, soil
- after Terzaghi & Peck (1967)

D15, filter < 20 D15, soil

- after US Navy (1971)

D50, filter < 25 D50, soil

GFD Curves for the soil and filter must be parallel

EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN

Selesai konstruksi
Persiapan pengisian pertama
ANALISIS YANG HARUS DILAKUKAN:

1. ANALISIS STABILITAS LERENG SELESAI KONSTRUKSI :

- Bila timbunan dikonstruksi dengan cepat, shg tidak terjadi konsolidasi dan timbunan
dalam kondisi undrained……..gunakan konsep tegangan tanah total.
- Bila timbunan terjadi delay atau terjadi konsolidasi, gunakan konsep tegangan
efektif dengan menggunakan tekanan air pori hasil pembacaan pisometer

2. ANALISIS DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL :

- Dari hasil penurunan multilayer settlement (kurva penurunan parabolik), lakukan
back analysis untuk memperoleh nilai modulus elastisitas (E) aktual saat penimbunan.
- Nilai E tsb digunakan untuk menghitung penurunan selesai konsolidasi. Selisih dari
kedua kurva parabolik selesai konstruksi dan selesai konsolidasi adalah merupakan
camber, bandingkan dgn 1% H, ambil nilai terbesar.
- Dari nilai E actual tsb juga digunakan untuk analisis horizontal dalam menentukan hasil
bacaan inclinometer, apakah masih masuk zona elastis atau plastis.
3. ANALISIS REMBESAN (SEEPAGE):
Lakukan analisis rembesan dengan menggunakan koef permeabilitas kv dan kh hasil
pengujian in-situ saat penimbunan; verifikasi hsl analisis desain. Hasil analisis tsb juga
digunakan sebagai patokan saat pengisian nantinya. Bila hasil pengukuran dari V-
notch lebih besar dari yang dihitung, kemungkinan ada rembesan yang melalui
tumpuan atau daerah lemah lainnya.

4. BATAS AMAN PEMBACAAN INSTRUMEN

Konsultan harus menghitung batas aman dari setiap instrument yang dipasang, sbg
pegangan saat pengisian nantinya.

5. ANALISIS TEKANAN TANAH TOTAL

- Bila timbunan belum terkonsolidasi dan tak terdrainasi selama pelaksanaan,
gunakan konsep tegangan total berdasarkan penggambaran lingkaran Mohr hasil
pengukuran σ1 dan σ3 di lapangan; lalu bandingkan dengan hsl uji TXL UU di lab.tak
- Bila timbunan terkonsolidasi tp belum terdrainasi, gunakan konsep teg efektif
dengan stress path, selubung keruntuhan dari hasil uji TXL CUBP.
ANALISIS YANG PERLU DILAKUKAN

1. Analisis rembesan (flownet):

a) Dari kontur tekanan air pori dapat digunakan untuk
menentukan efektifitas zona filter/transisi hulu dan zona
random (kalau ada).
b) Efektifitas grouting tirai.
c) Debit rembesan untuk mendesain alat ukur yang sesuai.
2. Analisis deformasi:
Hasil analisis deformasi vertikal digunakan sbg dasar untuk
menentukan camber dan proses konsolidasi. Hasil analisis
deformasi horisontal digunakan sbg dasar penentuan batasan zona
plastis.
3. Stabilitas lereng
Chek stabler dg memasukkan tek air pori berdasarkan hasil
pembacaan pisometer, apakah FK masih memenuhi syarat.
4. Analisis tekanan tanah total

Berdasarkan analisis tsb dapat ditentukan batas aman dari setiap

parameter hasil bacaan instrumen.
 Kontur tekanan air pori di zona inti saat
konstruksi selesai

Distance
-7 43 93 143 193 243 293 343 393
530 530
520 520
510 510
500 500 50

490 490
Elevation

Elevation
480 480 0
10
470 470
460 460 150
450 450 200
440 440 250
430 430
300

350
420 420
410 410

400
400 400
-7 43 93 143 193 243 293 343 393

Distance

450
 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHA RAKYAT
MULTI LAYER SETTLEMENT STA 24+5 DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I
SNVT PEMBANGUNAN BENDUNGAN SULAWESI I

Settlement (mm)
Tanggal Instalasi
Datum M.3-1 M.3-2 M.3-3 M.3-4 M.3-5 M.3-6
05-May-18 0.000 0.000
20-Jul-18 0.000 0.000
26-Jul-18 0.000 0.000
31-Jul-18 0.000 0.000
29-Aug-18 0.000 0.000
20-Sep-18 0.000 0.000
26-Oct-18 0.000 0.000
01-Nov-18 0.000 0.000 0.000
24-Nov-18 0.000 30.000 0.000
27-Nov-18 0.000 30.000 0.000
12-Dec-18 0.000 127.000 0.000
14-Dec-18 0.000 0.000 127.000 0.000
17-Jan-19 0.000 123.000 217.000 0.000
09-Feb-19 0.000 123.000 217.000 0.000
13-Feb-19 0.000 123.000 217.000 0.000
19-Feb-19 0.000 240.000 217.000 0.000
04-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
05-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
06-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
07-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
30-Mar-19 0.000 7.000 240.000 346.000 0.000
15-Apr-19 0.000 204.000 403.000 352.000 0.000
18-Apr-19 204.000 403.000 352.000 0.000
20-Apr-19 0.000 1.000 204.000 403.000 352.000 0.000
27-May-19 80.000 204.000 403.000 352.000 0.000
19-Jun-19 0.000 88.000 246.000 407.000 377.000 0.000
1-Aug-19 154.000 300.000 462.000 378.000
9-Aug-19 0.000 154.000 300.000 462.000 378.000 0.000
16-Aug-19 0.000 154.000 300 462.000 378.000
10-Sep-19 0.000 155.000 299.000 462.000 377.000 0.000
3-Oct-19 0.000 157.000 301.000 464.000 378.000 0.000
12-Oct-19 0.000 157.000 301.000 464.000 378.000 0.000
6-Dec-19 0.000 247.000 383.000 536.000 443.000 0.000
13-Dec-19 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
20-Dec-19 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
3-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
17-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
21-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
30-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
14-Feb-20 0.000 270.000 402.000 558.000 460.000 0.000
22-Feb-20 0.000 270.000 402.000 558.000 460.000 0.000
14-Apr-20 0.000 270.000 413.000 558.000 467.000 0.000
22-Apr-20 0.000 270.000 413.000 558.000 467.000 0.000
31-May-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
11-Jun-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
8-Jul-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
18-Jul-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
15-Aug-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
25-Aug-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
11-Sep-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
18-Sep-20 0.000
3-Oct-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
12-Oct-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
20-Oct-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
14-Nov-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
26-Nov-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
30-Nov-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
4-Dec-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
14-Dec-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHA RAKYAT
MULTI LAYER SETTLEMENT STA 24+5 DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I
SNVT PEMBANGUNAN BENDUNGAN SULAWESI I

Settlement (mm)
Tanggal Instalasi
Datum M.3-1 M.3-2 M.3-3 M.3-4 M.3-5 M.3-6
05-May-18 0.000 0.000
20-Jul-18 0.000 0.000
26-Jul-18 0.000 0.000
31-Jul-18 0.000 0.000
29-Aug-18 0.000 0.000
20-Sep-18 0.000 0.000
26-Oct-18 0.000 0.000
01-Nov-18 0.000 0.000 0.000
24-Nov-18 0.000 30.000 0.000
27-Nov-18 0.000 30.000 0.000
12-Dec-18 0.000 127.000 0.000
14-Dec-18 0.000 0.000 127.000 0.000
17-Jan-19 0.000 123.000 217.000 0.000
09-Feb-19 0.000 123.000 217.000 0.000
13-Feb-19 0.000 123.000 217.000 0.000
19-Feb-19 0.000 240.000 217.000 0.000
04-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
05-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
06-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
07-Mar-19 0.000 0.000 240.000 284.000 0.000
30-Mar-19 0.000 7.000 240.000 346.000 0.000
15-Apr-19 0.000 204.000 403.000 352.000 0.000
18-Apr-19 204.000 403.000 352.000 0.000
20-Apr-19 0.000 1.000 204.000 403.000 352.000 0.000
27-May-19 80.000 204.000 403.000 352.000 0.000
19-Jun-19 0.000 88.000 246.000 407.000 377.000 0.000
1-Aug-19 154.000 300.000 462.000 378.000
9-Aug-19 0.000 154.000 300.000 462.000 378.000 0.000
16-Aug-19 0.000 154.000 300 462.000 378.000
10-Sep-19 0.000 155.000 299.000 462.000 377.000 0.000
3-Oct-19 0.000 157.000 301.000 464.000 378.000 0.000
12-Oct-19 0.000 157.000 301.000 464.000 378.000 0.000
6-Dec-19 0.000 247.000 383.000 536.000 443.000 0.000
13-Dec-19 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
20-Dec-19 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
3-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
17-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
21-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
30-Jan-20 0.000 247.000 383.000 536.000 444.000 0.000
14-Feb-20 0.000 270.000 402.000 558.000 460.000 0.000
22-Feb-20 0.000 270.000 402.000 558.000 460.000 0.000
14-Apr-20 0.000 270.000 413.000 558.000 467.000 0.000
22-Apr-20 0.000 270.000 413.000 558.000 467.000 0.000
31-May-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
11-Jun-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
8-Jul-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
18-Jul-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
15-Aug-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
25-Aug-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
11-Sep-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
18-Sep-20 0.000
3-Oct-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
12-Oct-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
20-Oct-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
14-Nov-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
26-Nov-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
30-Nov-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
4-Dec-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
14-Dec-20 0.000 281.000 413.000 561.000 467.000 0.000
Deformasi vertikal setelah konstruksi
 Deformed mesh bendungan selesai konstruksi

320
300
280
260
240
220
Elevation (m)

200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Distance (m)
KONTUR

40

Embankment Construction
35

30 Kontur Perpindahan Arah X

25
Height (metres)

20

-0.

0.02
-0.02
16 6
15 0.1

10

-5
-5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Distance (metres)

40

Embankment Construction
35

-0.08

30

Kontur Perpindahan Arah Y

25

-0.28
Height (metres)

20

0.04 0.04
15

10

-0.02
0

-5
-5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Distance (metres)
 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHA RAKYAT
INCLINOMETER STA 24+5 DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI WILAYAH SUNGAI SULAWESI I
SNVT PEMBANGUNAN BENDUNGAN SULAWESI I
 SELUBUNG KERUNTUHAN TANAH DALAM
EVALUASI TEKANAN TANAH

 t Runtu
h

 tan-1 (sin

)
c c cos 

 s
Lingkaran Mohr Stress path

Waktu pembebanan
 STRESS PATH SSM 3, BENDUNGAN
JATIGEDE

SOIL STRESS METER 3

300

250

200

150
s (kPa)

100
Total stress path

50

0
0 100 200 300 400 500
-50
t' (kPa)

FE China1 FE China2 FE IK SSM 3 SSM 3 TOT

CONTOH INTERPRETASI HASIL INKLINOMETER