Anda di halaman 1dari 11

BATUAN METAMORF DAN KARAKTERISTIKNYA DALAM PENGGALIAN

TEROWONGAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN LADONGI PROVINSI


SULAWESI TENGGARA

Agung Permana (1) dan Jamaluddin (2)

(1) Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari


(2) PT. Binatama Wirawredha Konsultan JO PT. Arga Pasca Rencana

ABSTRAK

Proyek Pembangunan Bendungan Ladongi berada di Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi


Sulawesi Tenggara pada koordinat 4o 08’ 52” LS - 4o 08’ 53’’ LS dan 121o 52’ 43” BT - 121o
53’ 34’’ LS Wilayah Sungai Lasolo-Konaweha yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai
Sulawesi IV Kendari, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Secara umum
massa batuan yang menjadi pondasi bendungan dan terowongan pada proyek pembangunan
Bendungan Ladongi Provinsi Sulawesi Tenggara adalah batuan sekis yang memiliki struktur
foliasi schistose yang menjadi bidang ketidakmenerusan (discontinuities) pada batuan. Bidang
foliasi yang bertindak sebagai bidang ketidakmenerusan (discontinuities) serta kekar-kekar
yang terisi oleh lempung dan kuarsit sangat berpengaruh terhadap kestabilan face pada saat
penggalian terowongan. Area portal pada terowongan merupakan area yang kritis sehingga
sebelum dilakukan penggalian, dilakukan perbaikan batuan dengan menginjeksi semen
menggunakan pipa perforated dengan tujuan agar dapat menyatukan massa batuan di seputar
portal sedalam 12 meter dan membuat selubung payung (umbrella arch) di bagian crown
hingga sprint line, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan forepolling. Apabila face
terowongan basah hingga dripping maka potensi runtuhan semakin besar. Runtuhan yang
terjadi berupa ravelling ground sangat dipengaruhi oleh kondisi air tanah. Rock Mass Rating
(RMR) menjadi acuan untuk menghitung rating selama proses penggalian terowongan
umumnya batuan masuk dalam kategori batuan Kelas IV yaitu Poor Rock (Nilai RMR antara
21 – 40). Berdasarkan hasil geolistrik dapat disimpulkan bahwa secara umum jalur terowongan
melewati litologi yang mengandung air. Hanya pada STA 0+194,37 – STA 0+231,87 dan STA
0+319,37 – STA 0+350,87 yang tidak menunjukan adanya kandungan air. Dalam penggalian
terowongan digunakan metode mechanical excavation dengan alat gali berupa breaker PC-
75, dan sistem penggaliannya menggunakan metode top heading and bench. Langkah-
langkah antisipasi untuk meminimalisir kandungan air tanah dalam beberapa praktek
penerapan dapat menggunakan sistem pemompaan air tanah dengan metode deep well dan
atau sistem grouting pra konstruksi.
PENDAHULUAN

Proyek Pembangunan Bendungan Ladongi terletak di Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi


Sulawesi Tenggara pada koordinat 4o 08’ 52” LS - 4o 08’ 53’’ LS dan 121o 52’ 43” BT - 121o
53’ 34’’ LS. Membendung Sungai Ladongi yang berada di Wilayah Sungai Lasolo-Konaweha
yang dikelola oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari, Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tinggi bendungan 66,15 m
dari pondasi terdalam dengan panjang bentang bendungan 407 m. Secara umum massa
batuan yang menjadi pondasi bendungan pada proyek pembangunan Bendungan Ladongi
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah batuan metamorf, yang merupakan bagian dari sistem
geologi regional pegunungan Anggowala, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.

KONDISI GEOLOGI

Batuan metamorf yang menjadi pondasi bendungan termasuk di terowongan merupakan


bagian dari batuan metamorf Kompleks Mekongga, berumur Perm-Karbon, terdiri dari atas:
sekis, gneiss dan kuarsit (Peta Geologi Lembar Kolaka, Sulawesi, 1993).

Berdasarkan hasil pemetaan geologi analisis petrografi diketahui bahwa batuan yang terletak
di area pembangunan Bendungan Ladongi merupakan batuan sekis dan kuarsit. Batuan
metamorf sekis merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme rendah-sedang
(low grade metamorphism) dengan tekstur schistose, yang berbentuk lembaran mengkerut,
bergelombang, atau tidak beraturan dalam skala kecil. Komposisi mineral utama penyusunnya
berupa mika muskovit dan biotit serta sedikit grafit dan hornblende. Mineral mika bersifat
mudah lapuk jika terpapar udara bebas (teroksidasi). Batuan quartzite (kuarsit), komposisi
mineral utamanya berupa quartz atau kuarsa (SiO2), berwarna putih kecoklatan, sangat keras
dan kuat (high strength), berbentuk butiran halus hingga sangat kasar yang terakumulasi
mengisi retakan (fractures/joints). Kuarsit terbentuk dari proses pemerasan fluida silika (SiO2)
pada saat proses metamorfosa berlangsung

Batuan sekis dan kuarsit juga merupakan batuan penyusun terowongan (foto 1). Karakteristik
batuan metamorf yaitu adanya bidang foliasi (bidang belah) yang bertindak sebagai bidang
ketidakmenerusan (discontinuities) di dalam tubuh massa batuan.
Dari beberapa pengukuran bidang foliasi, diketahui kedudukan (strike) bidang foliasi tersebut
mengarah timur laut dengan kemiringan (dip) sekitar 43°, atau bisa disimbolkan N35oE/43o.
Sedangkan strength batuan yaitu 32,63 kg/cm² (lapuk) hingga 163,26 kg/cm² (segar).

PENYANGGA TEROWONGAN

Terowongan yang akan dibuat di Bendungan Ladongi (Gambar 1) terdiri atas:

a. Terowongan pengelak (diversion tunnel)

b. Terowongan pengambilan (intake tunnel)

c. Terowongan vertikal (shaft)

Untuk mendukung beban yang telah terbuka selama proses penggalian maka penyanggah
yang digunakan adalah steel rib tipe lattice girder dipadu dengan rock bolt dan forepolling serta
shotcrete dengan wire mesh (systematic supporting).

Foto 1. Batuan sekis pada face inlet (kiri), serpihan batu sekis yang terbelah karena bidang
foliasi (kanan)
Gambar 1. Potongan memanjang terowongan Bendungan Ladongi

Foto 2. Lattice girder


Foto 3. Pemasangan lattice girder

FAKTOR KESTABILAN TEROWONGAN

Bidang foliasi yang bertindak sebagai bidang ketidakmenerusan (discontinuities) serta kekar-
kekar yang terisi oleh lempung dan kuarsit sangat berpengaruh terhadap kestabilan face pada
saat penggalian terowongan. Dalam kondisi kering ataupun lembab kondisi face masih cukup
stabil.

Area portal pada terowongan merupakan area yang kritis sehingga sebelum dilakukan
penggalian, dilakukan perbaikan batuan dengan menginjeksi semen menggunakan pipa
perforated dengan tujuan agar dapat menyatukan massa batuan di seputar portal sedalam 12
meter sekaligus membuat selubung payung (umbrella arch) di bagian crown hingga sprint line,
kemudian dilanjutkan dengan pemasangan forepolling. Typical design untuk perkuatan dan
perbaikan batuan pada area portal dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Typical design perkuatan area portal

Pada penggalian terowongan pengelak telah terjadi runtuhan baik di inlet maupun di outlet
yang mengakibatkan tertundanya progress galian karena menunggu proses penanganan
runtuhan tersebut. Runtuhan yang terjadi merupakan runtuhan tipe ravelling ground.

Apabila face terowongan lembab dan cenderung kering maka terowongan cukup stabil.
Apabila face terowongan basah hingga dripping maka potensi runtuhan semakin besar.
Runtuhan yang terjadi selama proses penggalian terowongan Bendungan Ladongi sangat
dipengaruhi oleh kondisi air tanah. Setelah keruntuhan dilakukan pengukuran terhadap debit
air tanah yaitu 0,91 dm3/menit di longsoran inlet dan 5,48 dm3/menit di longsoran outlet. Air
tanah yang terperangkap dalam batuan sekis mengakibatkan batuan cenderung rapuh dan
mudah lepas-lepas. Bukaan pada saat penggalian mengakibatkan air tanah mengalir keluar
face dan mencuci bidang foliasi sehingga mengakibat beberapa fragmen batuan sekis
tergerus dan memicu kejadian runtuhan.
Foto 4. Injeksi semen pada pipa perforated di area portal inlet

Foto 5. Pemasangan forepolling di area portal inlet

Rock Mass Rating (RMR) yang di perkenalkan oleh Z.T Bieniawski (Tabel 1) menjadi acuan
untuk menghitung rating selama proses penggalian terowongan Bendungan Ladongi. Hasil
perhitungan RMR ini umumnya batuan masuk dalam kategori batuan Kelas IV yaitu Poor Rock
(Nilai RMR antara 21 – 40).
Untuk mengidentifikasi kebaradaan air sepanjang jalur terowongan maka dilakukan pekerjaan
penyelidikan geofisika dengan metode geolistrik menggunakan konfigurasi Schlumberger.
Hasil dari penyelidikan geolistrik dapat dilihat pada gambar 3. Berdasarkan hasil geolistrik
dapat disimpulkan bahwa secara umum jalur terowongan Bendungan Ladongi melewati litologi
yang mengandung air. Hanya pada STA 0+194,37 – STA 0+231,87 dan STA 0+319,37 – STA
0+350,87 yang tidak menunjukan adanya kandungan air.

Foto 5. Ravelling ground pada STA 0+38 dari outlet terowongan pengelak
Gambar 3. Penampang litologi hasil Geolistrik terowongan Bendungan Ladongi

Tabel 1. Rock Mass Rating System Oleh Bieniawski, 1989 (modified)

PARAMETERS
Rock
For this low range
RMR Mass Point Strength > 8 Mpa 4-8 Mpa 4-2 Mpa 1-2 Mpa uniaxial compressive
Class Stregth of intack Index test is prefered
1 rock material
10-25 3-10 1- 3
Very good

UCS >200 Mpa 100-200 Mpa 50-100 Mpa 25-50 Mpa


81-100

Mpa Mpa Mpa


rock

RMR I
Rating 15 12 7 4 2 1 0
Drill core quality/RQD 90-100 % 75-90 % 50-75 % 25-50 % < 25%
2
Rating 20 17 13 8 3
61-80
Good
rock

RMR II 3 Spacing of Discontinuities > 2m 0.5-2 m 0.2-0.5 m 60-200 mm < 60 mm


Rating 20 15 10 8 5

Slickensided
Very rough surface, Slightly rough, Slighlt rough surface of
Soft Gauge >5mm thick
Fair Rock

not continous, no surface separation surface separation Gauge<5mm thick


41-60

Condition of Discontinuities or joints open >5mm,


4 separation, hard <1mm, Hard joint < 1 mm, Soft joint or joint open 1-5
Continuous joint
joint wall rock wall rock wall rock mm, continuous
joint

RMR III Rating 30 25 20 10 0


Inflow per 10m tunnel length None < 10lt/min 10-25 lt/min 25-125 lt/min > 125 lt/min
Poor Rock

21-40

Inflow per 10m tunnel length 0 0-0.1 0.1 - 0.2 > 0.5 > 0.5
5
General Condition Completely Dry Damp Wet Dripping Flowing
RMR IV
Rating 15 10 7 4 0
Poor
Very

Orientation of Strike/Dip V. Favorable Favorable Fair Unfavorable V. Unfavorable


< 20

6
Rating 0 -2 -5 -10 -12
Strike Perpendicular to axis Strike Parallel to axis
Drive with Dip Drive with Dip Drive againtst Dip Drive againtst Dip Dip 0 - 20 irrespective of
Effect Of Discontinuity (Dip 45 - 90) V (Dip 25 - 45) (Dip 45-90) (Dip 20-45) Dip 45 - 90 Dip 20 - 45 strike Fair
Vaforable Vaforable Fair Unvaforable V Unfavorable Fair

RMR : 22
E. Metode Penggalian Terowongan

Dalam penggalian terowongan digunakan metode mechanical excavation dengan alat gali
berupa breaker PC-75, dan sistem penggaliannya menggunakan metode full face. Adanya
ravelling ground di beberapa titik karena pengaruh air tanah maka metode penggalian diubah
menjadi top heading and bench.

Data geolistrik menunjukan bahwa hampir sepanjang jalur terowongan litologinya


mengandung air sehingga dalam penggalian terowongan kombinasi metode penggalian ini
diterapkan. Apabila kondisi face terowongan minimal lembab maka metode full face diterapkan
dan sebaliknya apabila kondisi face basah maka metode top heading and bench yang
diterapkan. Langkah-langkah antisipasi untuk meminimalisir kandungan air tanah dalam
beberapa praktek penerapan dapat menggunakan sistem pemompaan air tanah dengan
metode deep well dan atau sistem grouting pra konstruksi. Tentunya metode ini akan
membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.

KESIMPULAN

- Foliasi pada batuan sekis merupakan bidang ketidakmenerusan dalam massa tubuh
batuan dan dapat bertindak sebagai bidang lemah.
- Kedudukan bidang foliasi batuan sekis adalah N35oE/43o
- Strength batuan yaitu 32,63 kg/cm² hingga 163,26 kg/cm² .
- Metode supporting yang digunakan dalam penggalian terwongan Bendungan Ladongi
adalah systematic supporting.
- Pelaksanaan injeksi semen melalui pipa perforated cukup efektif dalam meningkatkan
daya dukung batuan di area portal
- Berdasarkan angka RMR yaitu antara 21-40 batuan yang terdapat dalam terowongan
termasuk dalam kelas poor rock
- Runtuhan yang terjadi selama penggalian terowongan termasuk dalam kategori
ravelling ground
- Kandungan air yang terdapat sepanjang jalur terowongan sangat berpotensi
mengakibatkan ketidakstabilan face terowongan.
DAFTAR PUSTAKA

Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Rock Mass Classifications: A Complete Manual for Engineers
and Geologist in Mining, Civil, and Petroleum Engineering. John Wiley and Sons, New
York.
Oke J., et al. 2013. Umbrella Arch Nomenclature and Selection Methodology for Temporary
Support System for The Design and Construction of Tunnel. Geotechnical and Geological
Engineering an International Journal Vol. 32 Number 1.

Price M, Walsh, K., 2005. Pocket Nature Rocks and Minerals. Dorling Kindersley Limited, London.

Tim Geolistrik, 2018. Laporan Pekerjaan Penyelidikan Geolistrik Pada Proyek Pembangunan
Bendungan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara, Laboratorium
Geologi Teknik dan Lingkungan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai