Anda di halaman 1dari 18

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No.

2 Agustus 2011: 113-130

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis


dari Data Sumur Pemboran dan Seismik 3-D pada Lapangan PT,
Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan
Characteristics and Lateral Distribution of Granitic Basement
Reservoir from Well and 3-D Seismic Data, in PT Field,
Jambi Sub-Basin, South Sumatra Basin
Prihatin Tri Setyobudi1, W. H. Bambang3, A. Banu3, W. N. Krisputranto3,
N. Hadi2, dan B. Sudaryo2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi, Universitas Diponegoro, Semarang
Staf Pengajar Program Studi Teknik Geologi, Universitas Diponegoro, Semarang
3
Geologiwan Petrochina International Jabung Ltd., Jakarta

SARI
Lapangan PT berada di Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan yang batuan dasarnya ber
struktur tinggian. Kompleksitas tektonik yang terjadi serta proses pelapukan menjadikan batuan dasarnya berpotensi sebagai reservoir hidrokarbon. Karakteristik reservoir diketahui dengan melakukan
evaluasi log kualitatif, deskripsi megaskopis dan petrografis, analisis porositas dan permeabilitas inti
pemboran, serta analisis uji laju alir. Selanjutnya korelasi log dan interpretasi seismik 3-D dilakukan
untuk mengetahui sebaran lateralnya. Granit di Lapangan PT berumur Eosen Akhir, terekahkan,
serta lapuk dengan intensitas ubahan mineral lemah sampai sedang serta komposisi mineral ubahan
5,60% - 32,00%. Jenis batuan dasar yang menjadi reservoir hidrokarbon di Lapangan PT adalah
granit terekahkan dan granite wash. Nilai log rata-rata pada interval Granit Terekahkan untuk GR
235 - 406API, LLD 16,1 - 80 ohm-M, densitas 2,25 - 2,54 g/cc, dan porositas neutron 0,058 - 0,201
npu. Adanya rekahan ditunjukan oleh defleksi spektral uranium ke angka tinggi, pergerakan kurva
MSFL yang cepat, separasi antara LLD dan LLS, serta anomali sonik yang mengalami peningkatan
secara tajam. Hasil pengukuran full diameter sample core dalam kondisi NOB porositasnya 11,8% 20,7% atau cukup sampai baik sekali, dan permeabilitas horizontal 1,19 - 46,4 md atau ketat sampai
baik. Hasil DST minyak terbaik pada granit terekahkan pada sumur PTD-2 sebesar 1044 BOPD,
sedangkan DST minyak dan gas terbaik pada sumur PT-2 masing - masing sebesar 928,0 BOPD
dan 0,712 MM CFGPD. Apabila dibandingkan dengan granit terekahkan, secara relatif granite wash
memiliki nilai gamma ray hampir sama, namun porositas neutron lebih kecil serta densitasnya lebih
besar. Nilai log rata-rata tiap sumur untuk GR 360 - 386API, LLD 5,39 - 166 ohm-M, densitas 2,36
- 2,38 g/cc, dan porositas neutron 0,162 - 0,185 npu. Satuan ini terbukti mengalirkan hidrokarabon
23,8 BOPD di Sumur WPT-2. Dari data seismik, top satuan reservoir batuan dasar granitik jatuh pada
peak di antara sedimen yang onlap dan batuan dasar segar yang bertekstur reflection free. Satuan
Granit Terekahkan terdapat di seluruh area Lapangan PT dan pada lereng tinggian lebih berpeluang
untuk terakumulasinya hidrokarbon. Di atas Satuan Granit Terekahkan pada lereng sampai puncak
bukit intrusi berkembang Satuan Granit Terlapukkan yang semakin ke atas intensitas pelapukannya
semakin tinggi. Di dasar lereng barat daya bukit intrusi berkembang granite wash.
Kata kunci: reservoir, batuan dasar, granit terekahkan, granit terlapuk, granite wash
ABSTRACT
PT field lies at Jambi Subbasin, South Sumatra Basin, of which its base rocks have a high structure. Tectonic complexity and weathering process have caused the base rocks to be potential as a
hydrocarbon reservoir. The reservoir characteristics were identified by carrying out qualitative log
Naskah diterima: 16 Mei 2011, revisi terakhir: 15 Agustus 2011

113

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

evaluation, megascopic and petrographic description, porocity and bore core permeability analyses,
as well as flow test analysis. Furthermore, log correlation and 3D-seismic interpretation were
carried out to find out the rock lateral spread. Granite in PT field is of Late Eocene age, cracked,
and weathered with weak to medium mineral alteration intensity and the alteration mineral composition of 5.60% - 32.00%. The types of basement rocks which become the hydrocarbon reservoir
in PT field are cracked granite and granite wash. The average log value at cracked granite interval
for GR is 235 - 406API, LLD is 16.1 - 80 ohm-M, density is 2.25 -2.54 g/cc, and neutron porocity
is 0.058 - 0.201 npu. The presence of the cracks is shown by the deflection of uranium spectral
towards a high number, quick movement of MSFL curve, separation between LLD and LLS, and
sonic anomaly undergoing a considerable rise. A measurement of a full diameter sample core
at NOB condition resulted in the porocity of 11.8% - 20.7% or fair to very good, and horizontal
permeability of 1.19 - 46.4 md or firm to good. The best oil DST result at cracked granite in PTD2 hole is 1044 BPOD, whilst the best oil and gas DSTs at PT-2 hole are 928.0 BPOD and 0.712
MM CFGPD respectively. Compared to cracked granite, granite wash has a relatively similar
gamma ray, but its neutron porosity is lower and its density is greater. The average log value of
each hole for GR is 360 - 386API, LLD 5.39 - 166 ohm-M, density 2.36 - 2.38 g/cc, and neutron
porocity is 0.162 - 0.185 npu. This unit was proved to flow hydrocarbon of 23.8 BPOD at WPT-2
hole. From the seismic data, the top of granitic base ment rock reservoir unit falls in peak between
onlap sedimen and fresh basement rocks having a texture of free reflection. Cracked Granite Unit
occuring throughout the area of PT field and at the high flank is more potential for hydrocarbon to
accumulate. Above the Cracked Granite Unit at the flank till the peak of the intrusion hill Weathered
Granite Unit is developing with intensity is getting higher towards the upper side. At the bottom of
the southwest flank of the intrusion hill granite wash is developing.
Keywords: reservoir, basement rocks, cracked ganite, weathered granite, granite wash

PENDAHULUAN
Batuan dasar yang normalnya adalah sa
ngat masif dan ketat, saat ini diekplorasi
untuk diketahui keberadaan hidrokarbon di
dalamnya. Hal ini dilakukan dengan cara
mencari batuan dasar yang memiliki porositas sekunder dan mengandung hidrokarbon,
baik porositas yang terbentuk akibat proses
tektonik, oleh pelapukan maupun oleh
proses pelarutan.
Penelitian ini dilakukan di Lapangan PT,
Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra
Selatan (Gambar 1). Lapangan ini merupakan
lapangan pengembangan yang secara geologi
posisinya terletak di bagian tepi utara dari
Cekungan Sumatra Selatan. Batuan dasar
lapangan ini memiliki struktur tinggian. Akibat kompleksitas tektonik yang terjadi serta
proses pelapukan, batuan dasar di lapangan
ini berpotensi menjadi reservoir hidrokarbon.
Maksud penelitian ini adalah melakukan
analisis karakteristik reservoir batuan dasar
114

granitik dari data inti pemboran, log sumur,


dan drill stem test. Sementara tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
dan jenis batuan dasar yang menjadi reservoir
serta sebaran lateralnya di Lapangan PT.
METODOLOGI
Penilitian ini dilakukan dengan data sumur
pemboran yaitu berupa data inti pemboran,
log sumur, dan drill stem test serta data
seismik 3-D.
Analisis log yang dilakukan adalah analisis
kualitatif, statistika log, dan korelasi log.
Analisis inti pemboran meliputi deskripsi
megaskopis dan petrografis, analisis umur
batuan, analisis intensitas ubahan mineral,
dan analisis porositas dan permeabilitas.
Dengan data drill stem test dilakukan analisis keberadaan fluida, sedangkan dari data
seismik 3-D dilakukan interpretasi horizon
dan struktur geologi untuk pemetaan geologi
bawah permukaan.

Tu
n

gk

al

De

ep

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

ta
Be
D
ra

Lapangan PT

eep

10

Ge
rag

aD

eep

p
ee
lD
sw abu
K

S Kabul
Deep

N
U
20

km

KETERANGAN
Hydrocarbon kitchen
Waters/marine
Oil field

South Sumatra Kitchen

Gambar 1. Peta lokasi Lapangan PT.

Selain itu dilakukan juga korelasi log sumur


serta pemetaan geologi bawah permukaan
reservoir batuan dasar granitis di Lapangan
PT dengan data seismik.
PERKEMBANGAN TEKTONIK
Peristiwa tektonik yang berperan dalam
perkembangan Pulau Sumatra dan Cekung
an Sumatra Selatan menurut Pulonggono
drr. (1992) terdiri atas empat fase:
1. Fase kompresi yang berlangsung dari
Jura Awal sampai Kapur. Tektonik ini
menghasilkan sesar geser barat laut timur tenggara seperti Sesar Lematang,
Kepayang, Saka, Pantai Selatan Lampung, dan kelurusan musi serta trend U
- S. Terjadi wrench movement dan intrusi
granit berumur Jura - Kapur.
2. Fase tensional pada Kapur Akhir sampai
Tersier Awal yang menghasilkan sesar
normal dan sesar tumbuh berarah U - S
dan barat laut - timur tenggara. Sedi-

mentasi mengisi cekungan atau terban


di atas batuan dasar bersamaan dengan
kegiatan gunung api. Terjadi pengisian
awal dari cekungan yaitu Formasi Lahat.
3. Fase ketiga yaitu adanya aktivitas tektonik Miosen atau Intra Miosen yang
menyebabkan pengangkatan tepi-tepi
cekungan. Kegiatan ini diikuti oleh peng
endapan bahan-bahan klastika. Yaitu terendapkannya Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi
Air Benakat, dan Formasi Muara Enim.
4. Fase keempat berupa gerak kompresi
pada Plio-Plistosen yang menyebabkan
sebagian Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim telah menjadi tinggian
tererosi, sedangkan pada daerah yang
relatif turun diendapkan Formasi Kasai.
Selanjutnya, terjadi pengangkatan dan
perlipatan berarah barat laut di seluruh
daerah cekungan yang mengakhiri peng
endapan Tersier di Cekungan Sumatra
Selatan. Selain itu terjadi aktivitas vulkanisme pada cekungan busur belakang.
115

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

TATAAN STRATIGRAFI
Secara stratigrafi, Cekungan Sumatra Selatan terdiri atas beberapa formasi yang
diendapkan di atas batuan dasar (Gambar 2).
Secara berurutan dari tua ke muda yaitu Formasi Lahat, Formasi Talang Akar Bawah,
Formasi Talang Akar Atas, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat,
Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai.
Menurut Salim drr. (1995), batuan dasar
berupa, batuan pratersier yang tersusun oleh
granit, kuarsit, batugamping, serpih, metasedimen, filit, sekis, andesit, dan basal. Umur
sekuen litologi pra-Tersier berkisar antara Paleozoikum akhir sampai Mesozoikum Akhir.
Formasi yang berkontak tidak selaras dengan
batuan dasar yaitu Formasi Lahat. Menurut
Musper (1937; dalam Darman dan Sidi,
2000) batuan sedimen ini berumur Eosen
- Oligosen Aural yang diendapkan dalam
lingkungan darat dan terletak tidak selaras
di atas batuan Pratersier. Batuan sedimen
ini terdiri atas runtutan sedimen yang tebal
dengan ukuran butir halus hingga kasar
kadang-kadang berukuran konglomerat,
berselingan dengan batulempung, tuf, dan
lapisan tipis batubara. Formasi Lahat ini
kadang tidak muncul pada daerah dengan
morfologi yang tinggi, karena umumnya
terakumulasi pada bagian tengah cekungan.
Pada bagian tinggian, Formasi Lahat kemungkinan besar tidak hadir, sehingga di atas
batuan dasar terendapkan secara tidak selaras
Formasi Talang Akar. Menurut Salim drr.
(1995) batuan sedimen Formasi Talang Akar
ini umumnya berubah dari lingkungan fluvial
pada bagian bawah, berangsur ke arah atas
menjadi lingkungan deltaik dan laut dangkal.
Secara litologi terdiri atas batuan sedimen
berbutir halus sampai kasar, kadang-kadang
dijumpai konglomerat, pemilahan bagus,
relatif bersih, berlapis tebal, dan memiliki
porositas baik. Formasi Talang Akar bagian
116

bawah merupakan reservoir dengan kualitas


paling baik di Cekungan Sumatra Selatan.
HASIL ANALISIS DAN UMUR
GRANIT
Petrologi dan Umur Granit
Percontoh batuan dasar dari inti pemboran
pada sumur PT-1 dan WPT-6 berupa batuan
beku asam granitik, berwarna abu-abu
kekuningan, berstruktur masif dan setempat
terdapat rekahan, serta dalam kondisi lapuk
dengan tingkatan sub-weathered sampai
dengan highly weathered. Secara umum
mineralnya berukuran kasar, bertekstur pali
ritik, yang menandakan magma membeku di
dekat permukaan sebagai suatu tubuh intrusi.
Berdasarkan analisis petrografi dan pengklasifikasian dengan mempertimbangkan
komposisi mineral kuarsa, alkali felspar,
dan plagioklas sesuai klasifikasi IUGS (International Union of Geological Sciences)
diketahui bahwa batuan beku yang diamati
itu secara petrografi adalah batuan granit
(Gambar 3). Dari sepuluh sayatan petrografi
yang diamati, batuan granit memiliki komposisi mineral utama yaitu kuarsa sebanyak
21,20% - 30,00%, alkali felspar 34,40% 41,20%, dan plagioklas 0% - 19,20%, serta
mineral primer lainnya berupa mika, apatit,
dan zirkon. Sementara itu, mineral sekunder
yang terdeteksi adalah dolomit, siderit, kao
linit, serisit/illit atau paragonit, dan pirit.
Kaolinit, serisit/illit atau paragonit, siderit,
dan dolomit hadir sebagai mineral ubahan
dari felspar. Pada bagian tertentu kaolinit
dan siderit mengisi rekahan. Zirkon dan
apatit sebagai mineral inklusi, dan pirit sebagai mineral pengganti. Terdapat tekstur
perthitic yang merupakan tekstur pertumbuhan bersama K-felspar dalam plagioklas.
Selain itu berkembang tekstur micrographic
atau granophyric.

Selatan

Utara

Litofasies
Back-arc

Elemen
Hidrokarbon
Sunda Land

marine

Bathyal

Kasai

Akhir

PLIO.

Awal
Akhir

Muara
Enim

FLUVIODELTAIC
Orange

Final
Barisan
Uplift

Air
Benakat

-S-S-

Tengah

Gumai

REGRESSIVE

Purple

10

MIOSEN

Lingkungan
Pengendapan Kegiatan
Tektonik
Non

Pink

Plist.

Awal

Horizon
Seismik

FORMASI

JTL

ZAMAN

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

Anggota Bawah

Green
Initial
Barisan
Compression

Deep Marine
to
FluvioDeltaic

-S-

20
Blue

Talang
Akar
Bawah

30

Transgressive

Yellow

Regional
Subsidence

SR

Uplift

Syn-Rift
Alluvial
to
FluvioLacustrine

40

Lahat

SR

Back-arc
Transtensile
Rifting

Tengah

Terrestrial

EOSEN

Akhir

Awal

OLIGOSEN

Akhir

Talang
Akar
Atas

Batu
raja

Red

-S- Seal

MESOZOIKUM

R Reservor Rocks

SR Source Rock

Accretion of
Pre-Collision
Passive Margin Continental
Fragments

Gambar 2. Stratigrafi Subcekungan Jambi, Sumatra Selatan (Holis drr., 2010).

Dari petrografi percontoh inti pemboran di


Sumur PT-1 diketahui ketidakhadiran plagioklas pada tiga sayatan petrografi teratas,

kemungkinan dikarenakan pelapukan dan


leaching sehingga terjadi penggantian oleh
kaolinit dan siderit. Dari sepuluh sayatan
117

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

PORTION OF IUGS CLASSIFICATION OF PHANERITIC FELDSPATHIC ROCKS


(after Streckeissen, 1973, 1976)

B
C

Q = quartz
A = alkali feldspar
P = plagioclase

Qz

Schematic of Complete
Classfication

Quartzolite

Mc-Chl

Silica-supersaturaated
and saturated

Quartz rich
granioids

Granodiorite

Alkali-feldspar
granite

Granite

Quartz alkalifeldpar granite

syenite

J
K
1

10

11

12

13

14

15

Quartz
monzonite
monzonite

Alkali-feldspar
granite

30 Millimeters

16

Silica-Under saturated
(most not shown)

Quartz monzodiorite/monzogabbro
Quartz
syenite

Tonalite

Foid-bearing
Foid-bearing Foid-bearing
alkali-feldspar syenite syenite
monzonite

Quartz diorite/Gabbro/Anorthosite
Monzodiorite/Monzogabbro
Diorite/Gabbro/Anorthosite
Foid-bearing diorite/gabbro
Foid-bearing
monzodiorite/monzogabbro

Volcanic
Rocks

Gambar 3. a. Mikrofoto sayatan 10, b. Plotting persentase mineral QAP pada Diagram Segitiga klasifikasi batuan
beku asam (menurut IUGS).

petrografi, kandungan mineral sekunder


berkisar dari 5,60% sampai 32,00% (Tabel 1). Hal ini berarti intensitas ubahan
mineral berdasarkan persentase mineral
sekunder pada batuan granit dan mengacu
pada klasifikasi yang dibuat oleh Morrison
(1997) yaitu dari lemah sampai dengan
sedang. Intensitas ubahan sedang hanya
terjadi pada satu sayatan tipis paling atas
atau pada Plate 3 di sumur PT-1. Kemungkianan hal itu terjadi karena batuan lebih
dekat dengan permukaan daripada batuan
yang disayat lainnya, sehingga intensitas
pelapukannya lebih tinggi. Tingkat ubahan
yang terjadi selectively pervasive yaitu
proses ubahan hanya terjadi pada mineralmineral tertentu yang tidak terlalu resisten
pada batuan.
Umur absolut granit yang diambil dari
inti pemboran pada sumur PT-1, dari hasil
pertarikhan K-Ar adalah 34.30 0.91 j.t.l.
Jika merujuk ke skala waktu geologi yaitu
sebanding dengan Eosen Akhir. Sementara
itu, pertarikhan radioaktif yang dilakukan
terhadap granit di salah satu sumur pada
lapangan di sebelah baratnya, didapatkan
umur 180.44 3.58 juta tahun atau seban
ding dengan Jura Awal. Hal ini dapat menandakan bahwa telah terjadi intrusi pada Eosen
Akhir di Lapangan PT.
118

Perkembangan Porositas Sekunder dan


Batuan Granit
Porositas sekunder yang berkembang pada
batuan granit di lapangan PT adalah porositas hasil pelarutan atau dissolusi dan
porositas rekahan. Dari sepuluh petrografi
sayatan granit, dissolusi dan rekahan dapat
menambah total porositas dari 1,60% sampai dengan 8,80% (Tabel 2).
Kenampakan porositas sekunder di granit
dapat dilihat dari sayatan petrografi. Se
bagai contoh pada Sayatan 5 yang diambil
dari Sumur PT-1 pada kedalaman 4710,10
ft MD, pelarutan felspar menghasilkan dissolution porosity sebesar 4% serta terbentuk porositas sekunder dari microfracture
sebesar 0.8% (Gambar 4). Berdasarkan
pengukuran porositas dan permeabilitas
pada percontoh inti yang diambil pada
kedalaman 4710,10 ft MD di sumur PT1, yang sama dengan percontoh inti yang
dianalisis petrografi pada sayatan 5 di
atas, porositas yang terukur adalah sebesar
20.90% dan permeabilitas horizontalnya
157 md.
Proses alterasi mineral secara umum dapat
menyebabkan pertambahan porositas, namun proses pelapukan dapat pula menye-

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)
Tabel 1. Persentase Mineral Sekunder dan Intensitas Ubahan Mineral
Mineral Sekunder (%)

Pirit

Klorit

Kalsit

0.8
0.8
9.2
7.6
5.6
2.0
8.8
4.0
-

18.0
18.0
3.2
6.4
3.2
1.6
2.0
7.6
3.2
3.2

12.4
12.4
6.0
6.0
11.2
1.2
8.4
3.6
0.4
15.2

0.8
0.8
0.4
0.4
0.4
2.0
1.2

1.6
0.8
5.2
1.2

0.8
0.4
-

1.2
1.2
-

32.0
32.0
18.4
20.4
20.4
5.6
20.8
16.4
11.2
20.8

Sedang
Sedang
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah
Lemah

12/WPT-6

7.2

1.6

3.2

2.8

14.8

Lemah

Total

Serisit/
llit/
Paragonit

3/PT-1
3/PT-1
4/PT-1
5/PT-1
6/PT-1
7/PT-1
8/PT-1
9/PT-1
10/PT-1
11/WPT-6

Dolomit

Kaolinit

Intensitas
Ubahan

Siderit

Sayatan/
Sumur

Tabel 2. Porositas Sekunder dan Permeabilitas Horizontal Sayatan Batuan

Sayatan/
Sumur
3/PT-1
4/PT-1
5/PT-1
6/PT-1
7/PT-1
8/PT-1
9/PT-1
10/PT-1
11/WPT-6
12/WPT-6

Porositas Terlihat
Disolusi

Rekahan

Total

Helium Porosity at Ambient


Condition

4.00%
7.20%
4.00%
6.00%
1.60%
4.40%
1.60%
1.60%
3.60%
-

0.80%
1.60%
0.80%
1.60%
2.00%
1.20%
0.80%
Trace
1.60%
0.80%

4.80%
8.80%
4.80%
7.60%
3.60%
5.60%
2.40%
1.60%
5.20%
0.80%

18.70%
19.10%
20.90%
18.30%
14.00%
13.30%
10.90%
Not Measured
17.30%
2.20%

babkan tertutupnya rekahan oleh mineral


sekunder, sehingga konektivitas rekahan
atau porositas efektifnya menjadi buruk
sehingga berpengaruh pada permeabilitias
reservoir. Seperti yang terlihat pada Sayatan
4, siderit mengisi rekahan (Gambar 5). Dari
hasil pengukuran porositas dan permeabilitas pada batuan yang disayat menjadi
Sayatan 4 ini besar permeabilitas horizontalnya 7,5 md, walaupun porositasnya baik
yaitu 19,1%.

Horizontal
Permeability
at Ambient
Condition
5.63 md
7.5 md
157 md
51.3 md
18.1 md
8.00 md
0.538 md
Not Measured
0.332 md
0.005 md

Karakteristik Log Sumur


Granit terekahkan (fractured granite) memiliki karakteristik log porositas neutron yang
nilainya bervariasi dari 0,058 - 0,201 npu,
begitu pula deep resistivity-nya sangat bervariasi nilainya, yaitu dari 16,1 sampai 801
ohm-M, densitasnya antara 2,25 - 2,54 g/cc,
soniknya 65,7 - 90,4 s/ft. Berdasarkan data
sumur, ketebalan satuan ini adalah bervariasi
31-238 ft yaitu berada pada kedalaman 4223
ft SSTVD sampai 5233 ft SSTVD.
119

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

SP

40X, X pol

B
C
D
E
F
G
H

Sid

I
J
30 Millimeters

K
1

10

11

12

13

14

15

16

Gambar 4. Mikrofoto sayatan 5 yang menunjukkan


porositas sekunder (SP) dari hasil pelarutan felspar
in microfracture; di sumur PT-1.

40X, II pol

Qz

C
D

Sid

E
F
G
H
I
J

30 Millimeters

K
1

10

11

12

13

14

15

16

Gambar 5. Mikrofoto sayatan 4 yang menunjukkan


terdapatnya siderit (Sid) mengisi rekahan; Sumur
PT-1.

Pendeteksian rekahan pada granit secara


tidak langsung dengan data wireline log,
ditunjukan oleh terdapat defleksi spektral
uranium ke angka yang tinggi, pergerakan
kurva mikroresistivitas (MSFL) yang cepat,
dan harga anomali sonik yang mengalami
peningkatan secara tajam dibandingkan
harga sonik di batuan di atas atau bawahnya
(Gambar 6 dan Gambar 7).
Granit terlapukkan (weathered granite) yang
terbentuk karena batuan granit tersingkap ke
permukaan, kemudian mengalami pelapuk
an dan alterasi argilik sehingga batuan
120

menjadi kedap, dan berfungsi baik sebagai


batuan penudung. Batuan granit terlapukkan terdapat pada bagian atas tubuh intrusi
dan lereng namun tidak hadir pada lembah.
Ketebalannya bervariasi 1 - 12 ft yang berada pada kedalaman 4215ft SSTVD sampai
4970 ft SSTVD. Karena terbentuknya mi
neral lempung yang konduktif seperti klorit
dan kaolinit akibat adanya proses pelapukan,
maka resisitivitas batuan granit terlapukkan
lebih rendah daripada granit terekahkan dan
Real basement yaitu berkisar 3,87 - 81,5
ohm-M. Selain itu gamma ray nya berkisar
98,7 - 250 API lebih rendah daripada granit
terekahkan. Densitasnya 2,34 - 2,53 g/cc,
porositas neutron 0,083 - 0,206 npu, dan log
soniknya 67,6-101 s/ft.
Granite wash memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan granit terekahkan,
yaitu gamma ray 360 - 386 API, namun
memiliki porositas relatif lebih besar daripada granit terekahkan yaitu berkisar antara
0,162 - 0,185 npu. Densitas relatif lebih
rendah daripada granit terekahkan yaitu
2,36 - 2,38 g/cc, dan resistivitas lebih rendah daripada Granit terekahkan yaitu 5,39
- 166 ohm-M. Vsh-nya 0,316 - 0,612 dan
log soniknya 91,2 - 92,9 s/ft. Ketebalan
satuan ini adalah 33 - 296 ft, berada pada
kedalaman 4674 ft SSTVD sampai dengan
4931 ft SSTVD.
Di bawah Satuan Granit terekahkan terdapat
Satuan Real basement, merupakan litologi
batuan dasar yang tidak ekonomis atau tidak
dapat berpotensi sebagai reservoir hidrokarbon, karena dari data drill stem test tidak
mengandung fluida dengan total gas yang
kecil kurang dari 100 unit. Dari wireline
log, nilai log gamma ray-nya tinggi yaitu
berkisar dari 259 - 431 API, resistivitasnya
19,0 - 6092 ohm-M, densitasnya 2,12 - 2,61
g/cc, log porositas neutron yang rendah
berkisar antara 0,014 - 0,274 npu, dan log
soniknya 52,2 - 72,0 s/ft.

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

MD 0,00

0,00
0,00
0,00

CGR 500,00 0,20 UD


THO 100,00 0,20 US
URA 50,00 0,20 MEF
POT 20,00

2000,00 1,70
2000,00 0,60
2000,00 0,00

FDC
CNL
PEF

PT-1 MD

270 140,00
0,00
1000

DTC

40,00 1,00

TG

DETEKSI KEHADIRAN REKAHAN PADA GRANIT SECARA TIDAK


LANGSUNG DARI DATA LOG DAN SECARA LANGSUNG DARI CORE
DI SUMUR PT-1

1000000

Zona 1
(4689-4694 ft MD)

4640

4689

Zona 2
(4720-4725 ft MD)

Zona 3
(4745-4748 ft MD)
4745

4720

4660

4746

4680

Zona 1

6810 BOOPD
0.560 MM
CFGPD

4721

4700
4747

4746

4722

4720

Zona 2

4721

4740

Zona 3
4760

Zona 4

4723

10,0 BOPD
0,5 BWPD

Zona 5

Reserved core

4780

Reserved core

4724

4800

4821

Keterangan:
: Natural Fracture
: Induced Fracture
4725

Gambar 6. Deteksi kehadiran rekahan di zona 1, zona 2, dan zona 3 pada granit secara tidak langsung dari data
log dan secara langsung dari inti pemboran di sumur PT-1.

Korelasi Struktur dan Stratigrafi


Korelasi yang dilakukan dibagi dalam tiga
lintasan. Lintasan pertama mengkorelasi
sumur WPT-2, PTD-6, WPT-6, PTD-3, dan
PTD-7. Lintasan kedua mengkorelasi sumur
PT-1, PTD-11, PTD-10, PTD-2, PT-2. Lin
tasan ketiga mengkorelasi sumur WPT-5,
PTD-9, PTD-8, PT-3, PTD-1, dan PTD-4
(Gambar 8 dan 9).
Dari korelasi struktur yang dilakukan diketahui bahwa pada Sumur PTD-1, posisi batuan
dasar granitiknya adalah paling tinggi, sedangkan posisi batuan dasar granitik yang
tergolong di bawah daripada sumur-sumur
lainnya yaitu pada Sumur WPT-2, WPT-5,
WPT-6, PTD-10, dan PTD-11. Sementara
itu, sumur-sumur yang posisinya di bagian
lereng adalah Sumur PT-1, PT-2, PT-3, PTD-

2, PTD-3, PTD-4, PTD-6, PTD-7, PTD-8,


dan PTD-9.
Satuan Granit Terekahkan berkembang pada
semua sumur, sedangkan Granit Terlapukkan
hanya berkembang pada sumur yang posisinya di puncak sampai lereng yaitu hampir
pada semua sumur keculi sumur WPT-2 dan
WPT-5. Pada kedua sumur ini yaitu Sumur
WPT-2 dan WPT-5 berkembang Satuan
Granite wash yang posisinya relatif berada
lebih bawah daripada sumur -sumur lainnya.
Korelasi stratigrafi yang dilakukan adalah
korelasi di-flatten pada batas atas Formasi Talang Akar Bagian Bawah (LTAF).
Korelasi ini bertujuan untuk mengetahui
struktur batuan dasar atau paleogeografi
sebelum terendapkannya sedimen LTAF
dan kemenerusan sedimentasi Formasi
121

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

DETEKSI KEHADIRAN REKAHAN PADA GRANIT


SECARA TIDAK LANGSUNG DARI DATA LOG
DAN SECARA LANGSUNG DARI CORE
DI SUMUR PT-1
Zona 4
(4757-4762 ft MD)

4640

Zona 5
(4770-4775 ft MD)

4660

4758
4680

6810
BOOPD
0.560 MM
CFGPD

4760

Zona 1

4700

4720

Zona 2
4773

4740

Zona 3

4760

Zona 4

Zona 5
4780

4800

4762

Keterangan:
4820

: Natural Fracture
: Induced Fracture

Gambar 7. Deteksi kehadiran rekahan di zona 4 dan zona 5 pada granit secara tidak langsung dari data log dan
secara langsung dari inti pemboran di sumur PT-1.
122

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

Keterangan Top Unit Litologi


: Top LTAF
: Top Batupasir (LTAF-A)+
: Top Batupasir Konglomerat (LTAF-B)
: Top Batulempung (LTAF-C)+
: Top Granite Wash
: Top Weathered Granite
: Top Fractured Granite
: Top Roof Basement

+Top Unit LTAF-C dan LTAF-A menjadi Top


Formasi Talangakar Bagian Bawah (LTAF)

Gambar 8. Korelasi struktur lintasan 3 (sumur WPT-5; PTD-9; PTD-8; PT-3; PTD-1; PTD-4).

Keterangan Top Unit Litologi


: Top LTAF
: Top Batupasir (LTAF-A)+
: Top Batupasir Konglomerat (LTAF-B)
: Top LTAF(LTAF-C)+
: Top Batulempung
: Top Batupasir (LTAF-A)+
Batupasir Konglomerat (LTAF-B)
: Top Granite: Top
Wash
: Top Batulempung (LTAF-C)+
: Top Weathered
Granite
: Top Granite Wash
: Top Fractured
GraniteGranite
: Top Weathered
: Top Fractured Granite
: Top Roof Basement
: Top Roof Basement

Keterangan Top Unit Litologi

Unit LTAF-C dan LTAF-A menjadi Top


+Top Unit LTAF-C dan+ Top
LTAF-A
menjadi
Top (LTAF)
Formasi
Talangakar
Bagian Bawah

Formasi Talangakar Bagian Bawah (LTAF)

Gambar 9. Korelasi stratigrafi lintasan 3 (Sumur WPT-5; PTD-9; PTD-8; PT-3; PTD-1; PTD-4).

Talang Akar Bawah sebelum terganggu


struktur geologi yang terbentuk pada fase
kompresi Plio-Plistosen.
Dari hasil korelasi stratigrafi diketahui
bahwa LTAF pada daerah penelitian adalah
sedimen yang melampar pada semua bagian
Lapangan PT. sedimen Formasi Talang
Akar Bagian Bawah akan lebih menebal
pada bagian rendahan dan lebih tipis di bagian puncak. Hal ini dikontrol oleh proses
sedimentasi LTAF pada lingkungan darat
atau tepatnya sungai teranyam dan berubah
menjadi shallow marine channel.
Setelah pembentukan intrusi granit terjadi
proses pelapukan dan pembentukan rekahan

akibat adanya gaya ekstensi yang bekerja sejak Kapur sampai Tersiar Awal. Pada Tersier
Awal terjadi longsoran-longsoran akibat
lereng yang curam dan batuan yang rapuh,
kemudian terendapkan Granite wash yang
berkembang pada dasar tebing sebagai hasil
sedimentasi oleh proses longsoran dari bukit
intrusi granit. Satuan Granite wash yang terdeteksi pada sumur WPT-2 dan WPT-5 hanya
terdapat pada bagian-bagian tertentu dan
relatif kemudian terlindung dari erosi oleh
air yang mengalir pada (LTAF-C) channel.
Endapan di atasnya adalah endapan limbah
banjir yang berupa lempung karena posisinya
lebih tinggi daripada channel. Di antara dataran limbah banjir terdapat topografi yang
123

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

lebih rendah dan berkembang braided channel yang mengendapkan LTAF-B. Karena
adanya transgresi dan penurunan, kemudian
berkembang LTAF-A sebagai sedimen shallow marine channel di atas LTAF-B.
Interpretasi Data Seismik 3-D dan Peta
Struktur Waktu dan Kedalaman
Berdasarkan cekshot yang tersedia, top Granit terekahkan dan Granit terlapukkan jatuh
pada amplitudo positif atau peak, begitu
pula Granite wash jatuh pada peak yang
sama, sedangkan Real basement jatuh pada
amplitudo negatif atau trough.
Batuan dasar lapangan PT berupa granit
yang cenderung lapuk dan terekahkan, sehingga proses pelapukan itu menyebabkan
karakteristik seismik batuan dasar tidak
sepenuhnya bertekstur reflection free. Oleh
sebab itu, dalam penelusuran top horizon
batuan dasar terekahkan dan terlapukkan
ini, prinsip posisi top horizon ini adalah
di bawah sedimen yang onlap dan di atas
batuan granit yang segar yang bertekstur
reflection free (Gambar 10).
A

Dari peta struktur waktu (Gambar 11) dan


peta struktur kedalaman terlihat adanya
bukit intrusi granit yang memanjang dan
berorientasi utara-selatan. Kedalaman
puncak intrusi granit adalah 4440 ft yaitu
posisinya di sebelah barat daya dari sumur
PTD-1; sedangkan kontur terendah di lapangan PT adalah di bagian tenggara. Pada
titik elevasi lebih tinggi, batuan akan lebih
mudah lapuk daripada yang ada di bagian
bawah. Selain itu, efek dari adanya bukit ini
akan mengontrol pula sedimentasi Formasi
Talang Akar Bagian Bawah, sehingga formasi ini akan onlap terhadap bukit intrusi.
Pada Lapangan PT. terdapat beberapa kelompok struktur geologi (Gambar 12), yaitu:
1. Sebuah sesar berbalik sebagai batas
Timur Lapangan PT. Sesar yang besar
ini berorientasi barat laut - tenggara.
yang terbentuk oleh gaya kompresi
Pliosen - Plistosen.
2. Sebuah sesar normal berorientasi utara
- selatan, yang terbentuk oleh gaya ekstensi Jura - Tersier Awal.
3. Sebuah sesar yang berorientasi utara barat
laut - selatan tenggara sebagai batas barat
B

U
Time Slice 1340 ms

Keterangan
Horizon LTAF
Horizon Granitic reservoir
Horizon Rea basement

A
WPT-2

WPT-5

WPT-3

B
WPT-6

PT-1

Keterangan
Horizon Granitic reservoir
Horizon Rea basement

Gambar 10. Line seismik dan time slice.


124

PT-2

uU

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PETA STRUKTUR WAKTU


TOP RESERVOIR BATUAN DASAR GRANITIK
LAPANGAN PT
Oleh
PRIHATIN TRI SETYOBUDI
L2L006041

Keterangan
:Sesar Normal

:Sesar Berbalik
Interval Kontur : 5ms

data
1230

1961

colour
range
contour
1225
1240
1255
1270
1285
1300
1315
1330
1345
1360
1375
1390
1405
1420
1435
1450
1465
1480
1495
1510
1525
1540
1555
1570
1585
1560
1575
1590

Skala
0

500

1000

1500

2000 m

1:50000

Gambar 11. Peta struktur waktu Top Reservoir batuan dasar granitis (Setyobudi, 2011).
Lapangan PT. Berdasarkan pergerakannya, sesar ini diinterpretasikan sebagai
sesar gunting. Sesar ini awalnya merupakan sesar normal tua yang terbentuk
oleh gaya kompresi pada Jura - Kapur,
dan berkembang menjadi sesar gunting
akibat gaya kompresi Pliosen - Plistosen.
4. Enam buah sesar normal berorientasi
timur laut - barat daya. yang terbentuk
oleh gaya kompresi Pliosen - Plistosen.
Fasies Batuan Dasar Granitis
Karena dalam satu peak terdapat tiga top
horizon, maka dalam pemetaan sebaran fasies
batuan dasar granitik yang dapat menjadi re
servoir hidrokarbon, ketiga horizon dipetakan
menjadi satu horizon, kemudian variasinya
diketahui dengan melihat data sumur dan
mempertimbangkan paleogeografi atau posisi
relatif sumur satu dengan lainnya sebelum
terendapkannya Formasi Talang Akar Bawah,

dan bisa dilihat dari korelasi stratigrafi yang


dilakukan (Gambar 13).
Granit di lapangan ini mengalami perekah
an dan tersebar pada seluruh bagian dari
Lapangan PT yang disebabkan oleh proses
tektonik yang mempengaruhi batuan granit di lapangan ini. Di atas Satuan Granit terekahkan ini terdapat satuan Granit
terlapukkan dengan intensitas pelapukan
yang berbeda-beda bergantung pada ele
vasi, posisi, dan adanya erosi. Sehingga
pada puncak bukit, batuan granitnya akan
mengalamai pelapukan lebih tebal daripada
yang di lereng. Pada lembah yang biasanya
menjadi penyaluran air, pelapukan tidak
terjadi. Pada bagian dasar lereng di sebelah
barat laut berkembang Satuan Granite wash
yang terangkut dari puncak dan lereng bukit
dengan jarak yang dekat dan sistem aliran
debris, sehingga karakteristiknya mirip
dengan granit yang insitu.
125

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

Keterangan
: Sesar Normal

: Sesar Berbalik
:Trend NW-SE
(Sesar Berbalik)
: Trend NE-SW
(Sesar Normal)
: Trend N-S
(Trend Normal)
: Trend NNW-SSE

Trend dan Strain Elipsoid struktur geologi


cekungan Sumatra Selatan (Pulonggono, 1992)

Interval Kontur :25 ft

Compressional Phase
Compressional Phase

color
range
contour
4150
4200
4225
4250
4300
4350
4400
4450
4500
4550
4600
4650
4700
4750
4800
4850
4897
4900
4950
5000
5050
5100
5150
5200
5250
5300
5350
5400
5450
5500
5550
5600
5650
5700
5750
5800
5850
5900
5950
6000
data

Extensional Phase

Extensional Phase

Skala

500 1000 1500 2000 m


1:50000

Penafsiran struktur geologi lapangan PT berdasarkan Trend dan Strain Elipsoid struktur geologi regional

Gambar 12. Penafsiran struktur geologi berdasarkan Trend dan Strain Elipsoid struktur regional (Setyobudi, 2011).

Lowest Known Oil (LKO) dan Lowest


Known Gas (LKG)
Dari hasil uji, laju alir minyak terbaik di Lapangan PT pada interval Granit terekahkan
terdapat pada sumur PTD-2 yaitu sebesar
1044 BOPD. Sementara DST minyak dan
gas terbaik terdapat pada sumur PT-2 yaitu
sebesar 928.0 BOPD dan 0.712 MM CFGPD. Sementara itu reservoir Granite wash
memiliki laju alir yang terbaik, yaitu sebesar
23.8 BOPD pada sumur WPT-2; sedangkan
pada interval LTAF-A yang litologinya batupasir dan interval LTAF-B yang litologinya
batupasir konglomeratan laju alir minyak
520.0 BOPD, 0.449 MM CFGPD, dan 149.0
BWPD di sumur PT-2.
126

Lowest Known Oil (LKO) diketahui dari


DST di Sumur WPT-2 yaitu pada kedalam
an 4920 ft SSTVD, sedangkan Lowest
Known Gas (LKG) diketahui dari DST di
sumur PTD-4 yaitu pada kedalaman 4593
ft SSTVD (Gambar 14).
Ketidak hadiran fluida pada reservoir granitis
di sumur PTD-4 yang secara posisi berdekatan dengan sumur PT-3 adalah diakibatkan
oleh konektivitas yang buruk dari reservoir
batuan dasar Granit terekahkan (Gambar 15).
Sehingga lebih ke bagian tengah tubuh intrusi biasanya lebih kecil kemungkinan batuan
dasar Granit terekahkan dapat menyimpan
hidrokarbon, kecuali jika reservoir terisi oleh
proses migrasi hidrokarbon ke arah bawah

WPT-2 (SSTVD)

Granite wash

PTD 2 (SSTVD)

WPT -6 (SSTVD)

Fractured Granite

Granite wash

Fractured Granite

Weathered Granite

Fractured Granite

Weathered Granite

500
1:50000

1000

Skala

1500

2000 m

Fractured Granite

Weathered Granite

PTD 2 (SSTVD)

Fractured Granite

Weathered Granite

PT-1 (SSTVD)

Fractured Granite

Weathered Granite

PT-3 (SSTVD)

Kontur Interval : 25 ft

: Top Real Basement

: Top Fractured Granite

: Top Weathered Granite

: Top Granite Wash

: Top LTAF

: Fractured Granite

:Weathered Granite

: Granite wash

: Sesar Berbalik

: Sesar Normal

Keterangan

Gambar 13. Peta struktur kedalaman top reservoir batuan dasar granitis di-overlay-kan dengan prediksi sebaran fasies batuan dasar granitis dari data sumur serta respon
log Gamma Ray dan densitas interval LTAF dan granit lapangan PT (Setyobudi, 2011).

Fractured Granite

WPT-5 (SSTVD)

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

127

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

small trace of gas at 5720-5732


ft MD,5846-5886 ft MD
and 6064-6084 ft MD

Flowed gas, water and no oil,


trace of condensate
(5518-5524 ft MD)

149,0 BOPD and 364,0 BWPD


(4746-4757 ft MD)
no to small influx
(5404-5450 ft MD)

307,0 BOPD and 0,191 MM


CFGPD (4800-4814 ft MD)

Keterangan
:Sesar Normal
:Sesar Berbalik
: DST Interval
Granite Wash
: SDT Interval
Fractured Granite

23,8 BOPD (5160,01


-5181,99 ft MD)

: LKG
(4593 ft SSTD)

no fluid recovery
(5540-5552 ft MD)

: LKO
(4920 ft SSTVD)
Interval Kontur : 5ms

colour
range
contour
data
4225

4967

4150
4200
4250
4300
4350
4400
4450
4500
4550
4600
4650
4700
4750
4800
4850
4900
4950
5000
5050
5100
5150
5200
5250
5300
5350
5400
5450
5500
5550
5600
5650
5700
5750
5800
5850
5900
5950
6000

0,265 MM CFGPD
(5038-5048 ft MD)

681,0 BOPD and 0,560 MM


CFGPD (4750-4770 ft MD)

1044 BOPD
(6424-6436 ft MD)

928,0 BOPD and 0,712 MM


CFGPD (6988,01
-7002,02 ft MD)

Skala

500

1000

1500

2000 m

Peta Lowest Known Oil (LKO) dan Lowest Known Gas (LKG) serta Drill Steam Test (DST) pada Interval Granite Wash dan
Fractured Granite lapangan PT

Gambar 14. Peta Lowest Known Oil (LKO) dan Lowest Known Gas (LKG) serta Drill Stem Test (DST) Interval
Granite Wash dan Fractured Granite (Setyobudi, 2011).

A
Tenggara

Barat laut

LKG (4593 SSTVD)

LKO (4920 SSTVD)

Keterangan:
: Top Granite Wash
: Top Weathered Granite
: Top Fractured Granite

LKG : Lowest Known Gas


LKO : Lowest Known Oil
: Sesar Normal

: Top Real Basemen

Gambar 15. Penampang korelasi struktur Lintasan A A, Lapangan PT beorientasi Barat laut - Tenggara
(Setyobudi, 2011).
128

Karakteristik dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitis dari Data Sumur Pemboran dan Seismik
3-D pada Lapangan PT, Subcekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan (P. Tri Setyobudi drr.)

(downward) dari sedimen di atasnya terjadi.


Namun dari penelitian ini belum terdapat
bukti untuk membuktikan bahwa dapat terjadinya migrasi ke arah bawah dari sedimen
di atas batuan dasar menuju reservoir batuan
dasar granitis di Lapangan PT.
Rekonstruksi Sejarah Geologi
Rekonstruksi sejarah geologi dibantu de
ngan line seismik yang melalui Lapangan
PT dapat dilihat pada Gambar 16.
Pada Jura Awal atau 180.44 3.58 juta tahun
lalu, sesuai dengan hasil pertarikhan radioaktif batuan granit pada salah satu sumur
eksplorasi di sebelah barat Lapangan PT,
terjadi intrusi yang membentuk batolit. Sejak
Jura - Kapur, Cekungan Sumatra Selatan
berada pada rezim kompresi. Akibatnya pada
bagian barat Lapangan PT terbentuk sesar berarah utara barat laut - selatan tenggara yang
menurut Pulonggono (1992) berdasarkan
arahnya diinterpretasikan sebagai sesar normal. Kemudian pada Kapur Akhir - Tersier
Awal, Cekungan Sumatra Selatan dipengaruhi oleh gaya ekstensi, sehingga sesar utara
barat laut - selatan tenggara ini masih tetap
berkembang sebagai sesar normal.

Waktu geologi

Proses endogen

Proses eksogen

Sketsa/gambar

Adanya sesar normal di atas menyebabkan


terbentuknya zona lemah yang mudah terintrusi, sehingga terjadi intrusi granit di Lapangan PT. pada Eosen Akhir atau tepatnya
34,30 0,91 juta tahun lalu sesuai dengan
hasil pertarikhan radioaktif di sumur PT-1.
Seiring dengan perubahan rezim tektonik
ekstensi yang masih berlangsung sejak Kapur Akhir sampai Tersier Awal, sesar normal
yang berarah utara barat laut - selatan tenggara ini masih aktif bergerak ekstensif ,dan
dalam kondisi batuan granit di Lapangan PT.
tersingkap dipermukaan atau dalam kondisi
overburden minimum, sehingga batuan granit
ini akan mudah mengalami rekahan-rekahan
sekunder yang terbuka. Selain itu, disaat bersamaan terbentuk pula sesar normal berarah
utara - selatan akibat gaya ekstensi dan juga
berkembang proses pelapukan dan erosi. Kemudian pada Oligosen Akhir sampai dengan
Miosen secara berurutan waktunya terendapkan Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja,
Formasi Gumai, Formasi Air Benakat, dan
Formasi Muara Enim.
Pada Pliosen-Plistosen berkembang tektonik
kompresi yang menyebabkan terbentuknya
sesar berbalik berorientasi barat laut - teng-

Waktu geologi

Oligosen Akhir

reaktivasi sesar normal UBL-STeng


menjadi sesar gunting NNW-SSE
dan pembentukan sesar berbalik BL-Teng
serta sesar turun TL-BD akibat gaya kompresi

Basin rifting
masih berlangsung

pelapukan dan erosi


dan sedimentasi Syn rift

Proses eksogen

Intrusi granit dan


Basin Rifting masih berlangsung
dan terbentuk sesar turun
N-S di bagian tenggara
lapangan PT (tidak ditampilan
dalam gambar)

Jura-Kapur

Te r b e n t u k s e s a r n o r m a l Pelapukan dan erosi


UBL-Teng akibat gaya kompresi
jurasik dan kemudian berubah
dikontrol oleh gaya ekstensi
pada kapur akhir menyebabkan
terjadinya Basin Rifting

Resen

Plio-Plistosen

Proses endogen

Eosen akhir

sketsa/gambar

Intrusi Batolit

Jura Awal

Keterangan :
: Formasi Talang Akar Bagian bawah
: Weathered Granite
: Granite Wash

: Horison seismik Formasi Talang Akar Bagian Bawah


: Horison seismik Granitic Basement Reservoir
: Horison seismik Real Basement

: Fractured Granite
: Real Basement (Late Eocene Granite)
: Real Basement (Early Jurassic Granite)

Gambar 16. Rekonstruksi sejarah geologi pembentukan reservoir batuan dasar granitis di Lapangan PT.
129

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 26 No. 2 Agustus 2011: 113-130

gara dan sesar normal berorientasi timur laut


- barat daya. Selain itu, sesar turun di sebelah barat Lapangan PT. yang berarah utara
timur laut - selatan barat daya ini meng
alami perubahan arah pergerakan, sehingga
menjadi sesar gunting akibat dari adanya
kontak batuan yang bervariasi densitas dan
jenisnya. Pergerakan sesar-sesar pada fase
ini juga menyebabkan granit di Lapangan
PT terekahkan. Bersamaan dengan rezim
tektonik ini terendapkan Formasi Kasai.

Granit terlapukkan yang semakin ke puncak


tinggian semakin tebal pelapukannya.

KESIMPULAN

UCAPAN TERIMAKASIH

Batuan dasar granitik pada Lapangan PT


yang dapat menjadi reservoir hidrokarbon
sebagai target utama adalah:

Terimakasih disampaikan kepada BP. MIGAS, Petrochina International Jabung Ltd., dan Universitas
Diponegoro yang telah memberikan ijin penelitian
dan publikasi serta bimbingan.

Granit terekahkan berumur Eosen Akhir,


lapuk dengan intensitas ubahan ringan
sampai sedang dengan komposisi mineral
ubahan 5,60% - 32,00%. Top satuan ini jatuh
pada defleksi membesar gamma ray. Nilai
log rata-rata tiap sumur bervariasi untuk
gamma ray 235 - 406 API, resistivitas 16,1
- 801 ohm-M, densitas 2,25-2,54 g/cc, dan
porositas neutron 0,058 - 0,201 npu. Adanya
rekahan ditunjukan oleh defleksi membesar
spektral uranium, pergerakan kurva MSFL
yang cepat, separasi log LLD dan LLS,
serta nilai anomali sonik yang meningkat
secara tajam. Dari analisis inti pemboran
pada kondisi NOB porositasnya 11,8% 20,7% atau cukup sampai baik sekali, dan
permeabilitas horizontal 1,19 - 46,4 md atau
ketat sampai baik. Pada seismik, top satuan
ini jatuh pada peak di antara sedimen yang
onlap dan granit segar bertekstur reflection
free. Ketebalan satuan ini adalah 31 - 323
ft pada kedalaman 4223 - 5233 ft SSTVD.
DST terbaik pada Sumur PTD-2 sebesar
1044 BOPD. Satuan ini tersebar di seluruh
area Lapangan PT dan terbukti bahwa akumulasi hidrokarbon terdapat pada lereng
tinggian. Pada bagian lereng sampai puncak
tinggian, di atas satuan ini terdapat Satuan
130

Granite wash yang berkembang pada dasar


lereng baratdaya tinggian dengan ketebalan
33 - 235 ft pada kedalaman 4674 - 4931 ft
SSTVD. Nilai log rata-rata untuk gamma
ray 360 - 386 API, resistivitas 5,36 - 166
ohm-M, densitas 2,36 - 2,38 g/cc, dan porositas neutron 0,162 - 0,185 npu. DST terbaik pada Sumur WPT-2 yaitu 23.8 BOPD.

ACUAN
Darman, H. dan Sidi, F.H. 2000. An Outline of The
Geology of Indonesia. IAGI.
Holis, Z., Sapiie, B. Suta, I. N., Utama, M. K., dan
Hadiana, M., 2010. Fault Characteristic and Palinspatic Reconstruction of The Jabung Field, South
Sumatra Basin, Indonesia. Proceedings, 39th Annual
Convention of Indonesian Association of Geologists,
Lombok, 20 pp.
Morison, K., 1997. Hydrothermal Minerals and Their
Significance. Geothermal and Mineral Service Division of Kingston Morrison Ltd: Auckland.
Pulunggono, A., Haryo, A. S., dan Kosuma, C.G. 1992.
Pre-Tertiary and Tertiary fault systems as a framework
of the South Sumatra Basin; a study of SAR-maps.
Proccedings, 21st Annual Convention of Indonesian
Petroleum Association. Jakarta, p. 339 - 360.
Salim, Y., Nana, D., Maryke, P., Yustika, I., Mimi
S., dan Fauzi M., 1995. Technical Study Report
Remaining Potential of The South Sumatra Basin.
South Sumatra AMI Study Group.
Setyobudi, P. T. 2011. Tugas Ahir: Studi Karakteristik
dan Sebaran Lateral Reservoir Batuan Dasar Granitik dengan Data Sumur Pemboran Dan Seismik 3-D
Pada Lapangan PT, Sub Cekungan Jambi, Cekungan
Sumatra Selatan. UNDIP, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai