Anda di halaman 1dari 11

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 5, No. 2, April 2021

EVALUASI FORMASI MENGGUNAKAN ANALISIS PETROFISIKA PADA


FORMASI TUBAN LAPANGAN “SY” CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA
Asy-Syaffa Aulia1*, Reza Moh Ganjar Gani1 , Yusi Firmansyah1, Risdi M Zainal2
1
Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran ,2Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian ITB,Bandung
*Korespodensi : auliasyaffa38@gmail.com

ABSTRAK
Cekungan Jawa Timur Utara salah satu cekungan penghasil hidrokarbon terbesar
di Indonesia berdasarkan petroleum system Jawa Timur Utara terdapat beberapa reservoir
yang teridentifikasi salah satunya yang terdapat di Formasi Tuban. Formasi Tuban
merupakan target dari penelitian ini yang termasuk kedalam lapangan “SY”. Tujuan dari
penelitain ini adalah untuk mengevaluasi potensi reservoir yang baik pada Formasi
Tuban. Berdasarkan hasil analisis Litofasies daaerah penelitian terbagi menjadi 3 fasies
yaitu: Fasies A (Wackestone to Packstone), Fasies B (Wackestone to Mudstone dominasi
kristalin halus-sangat halus), dan Fasies C (Wackestone to Mudstone). Sedangkan
Berdasarkan analisis parameter petrofisika dan nilai cut off dari seluruh sumur dan
faisesnya, maka didapatkan reservoir terbaik pada Lapangan “SY” Formasi Tuban adalah
sumur SY-21, SY-26 Fasies A, dan SY-29.
ABSTRACT
The East Java Basin is one of the largest producing basins in Indonesia. The East
Java petroleum system has several reservoirs, one of which is in the Tuban Formation.
The Tuban Formation is the target of this research which is included in the "SY" field.
The purpose of this research is to develop a good reservoir potential in the Tuban
Formation. Based on Litofacies analysis, the research area is divided into 3 facies,
namely: Facies A (Wackestone to Packstone), Facies B (Wackestone to Mudstone
dominated by fine-very fine crystalline), and Facies C (Wackestone to Mudstone).
Meanwhile, based on the analysis of petrophysical parameters and cut off values of all
wells and their facies, the best reservoirs in the "SY" field of the Tuban Formation are
wells SY-21, SY-26 Facies A, and SY-29.
1. PENDAHULUAN minyak dan gas bumi. Dalam upaya
meningkatkan produksi minyak dan gas
Berdasarkan perhitungan yang potensial, banyak metode yang
terbaru Kementrian Energi dan Sumber dapat dilakukan salah satunya ialah
Daya Mineral (ESDM), cadangan minyak petrofisika. Metode petrofisika dapat
bumi Indonesia hanya bisa bertahan mengaplikasikan pendekatan geologi
sekitar 9,4 tahun lagi. Sementara untuk serta fisika batuan untuk mendapatkan
cadangan gas hanya bisa berproduksi informasi terkait sifat fisik batuan
sekitar 17,7 tahun (Ariadji.T,2020). (reservoir) sehingga dapat digunakan
Sehingga diperlukan beberapa solusi
dalam usaha peningkatan produksi
161
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 161-171

dalam menginterpretasikan daerah identifikasi ciri - ciri batuan di bawah


reservoir yang baik. permukaan. Tujuan well logging adalah
untuk mendapatkan informasi litologi,
Cekungan Jawa Timur Utara porositas, resistivitas, dan kejenuhan
salah satu cekungan penghasil hidrokarbon. Sedangkan tujuan utama
hidrokarbon terbesar di Indonesia, penggunaan log - log yang merekam
dimana eksplorasi minyak dan gas pada bentuk/ defleksi kurva selama well
cekungan ini telah di mulai sejak 1887. logging adalah untuk menentukan zona
Lapangan “SY” Formasi Tuban menjadi lapisan permeabel dan impermeabel,
target pengembangan reservoir di memperkirakan kuantitas minyak dan gas
cekungan ini yang diduga memiliki bumi dalam suatu reservoir. Terdapat 4
cadangan sumber daya hidrokarbon jenis log yang biasa di gunakan dalam
berupa gas dengan litologi berupa well logging, yaitu:
batugamping. Pada proses
pengembangan suatu lapangan minyak 1. Log Listrik
dan gas bumi banyak sekali data-data Log listrik berguna untuk
bawah permukaan yang harus mengukur sifat kelistrikan batuan,
dikumpulkan dan dianalisa petrofisika yaitu resistivitas batuan dan potensial
untuk dikembangkan lebih lanjut diri dari batuan, Log listrik terdiri
sehingga dapat mempertahankan atau dari:
bahkan meningkatkan angka produksi a. Log Spontaneous Potential
setiap tahunnya dengan melihat nilai (SP)
kuantitatif dari setiap parameternya. Log ini merekaman
perbedaan potensial listrik
2. TINJAUAN PUSTAKA antara elektroda di permukaan
Reservoir merupakan tempat dengan elektroda yang
terakumulasinya hidrokarbon dan air di terdapat di lubang bor yang
bawah permukaan tanah. Sedangkan bergerak naik – turun.
batuan reservoir adalah batuan yang Sehingga Log SP digunakan
mampu menyimpan dan mengalirkan untuk mengidentifikasi
hidrokarbon sehingga batuan tersebut lapisan permeabel, mencari
harus memiliki porositas dan batas-batas lapisan permeabel
permeabilitas. Untuk mengetahui dan menentukan nilai
karakteristik dan jenis litologi di bawah resistivitas air formasi (Rw),
permukaan dapat dilakukan analisis b. Log Resistivitas
petrofisika. Analisis petrofisika dapat Log resistivitas mengukur
mengetahui zona produktif, kedalaman kemampuan batuan untuk
dan ketebalan suatu zona, jenis fluida menghambat jalannya arus
dalam reservoir, dan estimasi cadangan listrik yang mengalir melalui
hidrokarbon (Asquith,1982) dengan batuan tersebut. Karena
menggunakan prinsip wireline logging. batuan dan matrik tidak
konduktif, maka kemampuan
Well logging merupakan suatu batuan untuk menghantarkan
teknik untuk mendapatkan data bawah arus listrik tergantung pada
permukaan dengan menggunakan alat fluida dan pori.
ukur yang dimasukkan ke dalam lubang 2. Log Radioaktif
sumur, untuk mengevaluasi formasi dan a. Log Gamma Ray
162
Evaluasi Formasi Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Formasi Tuban Lapangan “SY”
Cekungan Jawa Timur Utara (Syaffa)

Log ini dapat mengukur digunakan sebagai kontributor


tingkat radioaktif suatu informasi untuk keadaan litologi.
formasi, umumnya semakin Selain itu, log ini juga digunakan
tinggi GR semakin tinggi pula sebagai indikator zona yang
kandungan shale, karena memiliki permeabilitas dan
dalam shale secara relative porositas yang bagus
lebih banyak dijumpai
radioaktif seperti potassium 3. METODE PENELITIAN
(K), Thorium (Th). Uranium
(U). Penelitian dilakukan dengan
pengumpulan data primer berupa data
b. Log Densitas
Log densitas merekam secara well log dan data sekunder berupa
menerus dari densitas bulk mudlog. Kemudian dilakukan analisis
formasi. Secara geologi litofasies pada data mudlog untuk
densitas bulk adalah fungsi mengetahui paket-paket endapan batuan
dari densitas total dari antara satu lapisan dan lapisan lainnya.
mineral- mineral pembentuk Terakhir dilakukan analisis petrofisika
batuan misalnya matriks, dan dengan pengolahan data menggunakan
volume dari fluida bebas yang software geolog 7.0 untuk mengetahu
mengisi pori (Rider, 2002). nilai dari parameter petrofisika pada
c. Log Neutron reservoir daerah penelitian, seperti :
Log NPHI mengukur jumlah volume shale, porositas dan saturasi air.
ion H+ yang tertangkap oleh
formasi karena besarnya 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
porositas dianggap sama
dengan jumlah ion hidrogen Pada daerah penelitian keterdapatan
fluida yang mengisi pori data berjumlah 6 sumur yaitu sumur SY-
batuan. Karena minyak dan 21, SY-25, SY-26 SY-29, SY-32 dan SY-
air mempunyai jumlah 34. kelengkapan data bisa dilihat pada
hidrogen per unit volume (Tabel 1).
yang hampir sama, neutron Analisis Litofasies
akan memberikan tanggapan
porositas cairan dalam Analisis litofasies dapat mengunakan
formasi bersih data batuan inti yang akan
3. Log Akustik (Log Sonik) mempresentasikan karakteristik
Log sonik mengukur kemampuan sedimentologi suatu batuan baik fasies
formasi untuk meneruskan pengendapan maupun lingkungan
gelombang suara. Secara pengendapan. Dikarenakan keterbatasan
kuantitatif, log sonik dapat data yang didapatkan, pada penelitian ini
digunakan untuk mengevaluasi litofaises diperoleh dari data mudlog yang
porositas dalam lubang yang terisi akan memberikan gambaran paket-paket
fluida endapan batuan antara satu lapisan dan
4. Log Caliper lapisan lainnya. Berikut adalah unit
Alat kaliper berfungsi untuk litofasies pada sumur SY-21 yang terdiri
mengukur ukuran vertikal dan dari 3 fasies (Dunham,1962) yaitu:
bentuk lubang bor. Log kaliper
1. Fasies A (Wackestone to Mudstone)
163
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 161-171

Fasies ini berada pada kedalaman A. Analisis Kualitatif


6109.50 - 6143.36 Ft. pada umunya
berupa batugamping dengan jenis Analisa kualitatif bertujuan untuk
wackestone, packstone, dan beberapa menentukan zona permeable dan non
mudstone. Berwarna krem terkadang permeable, korelasi antar tiap – tiap
putih, terkadang abu terang, beberapa sumur dan mengenali lapisan yang
bersifat getas, kekerasan keras-agak diharapkan. Lapisan permeable dapat
keras, beberapa bersifat kapuran, bersifat diidentifikasikan dengan log gamma ray.
argillaceous, terdapat beberapa micrite, Log gamma ray dapat mengukur tingkat
kristalin, rekrilstalin. radioaktif suatu batuan, semakin tiggi
tingkat radioaktif maka semakin tinggi
2. Fasies B (Wackestone to Mudstone pula kandungan shale, begitupun
dominasi Kristalin sangat halus- sebaliknya. Oleh karena itu daerah
halus) penelitian terbagi menjadi 3 zona
berdasarkan fasiesnya yang ditinjau pula
Fasies ini berada pada kedalaman pada litofasies (Tabel 2).
6040.25 – 6086.42 Ft. pada umunya
berupa batugamping dengan jenis Tabel 2. Pembagian zonasi berdasarkan
wackestone, packstone, dan mudstone. fasiesnya.
Berwarna krem dan putih, terkadang abu
terang, bersifat getas-keras, kristalin Bottom Gross Net Sand
Sumur Fasies Top (Ft) Re
sangat halus-halus, beberapa bersifat (Ft) (Ft) (Ft)

kapuran, bersifat argillaceous, terdapat Fasies C 6003.00 6040.25 20.00 14.75 1


beberapa micrite, kristalin, rekrilstalin. SY-21 Fasies B 6040.25 6086,42 39.75 26.00 1
Fasies A 6109.50 6143.36 44.00 25.00 2
3. Fasies C (Wackestone to Packstone) Fasies C 7107.00 7148.40 41.40 41.40
SY-25 Fasies B 7148.00 7176.00 28.00 24.50
Fasies ini berada pada kedalaman Fasies A 7183.00 7208.00 25.00 12.50
6003 - 6040.25 Ft. pada umunya berupa Fasies C 5963.30 5998.28 35.50 35.50 3
batugamping dengan jenis wackestone SY-26 Fasies B 5998.78 6015.78 16.99 13.50 1
Fasies A
dan packstone. Dengan didominasi 6030.27 6036.77 7.00 7.00
Fasies C 6283.25 6318.50 28.40 25.00 1
warna krem, beberapa putih, terkadang Fasies B
SY-29 6318.75 6341.25 18.20 13.80 1
abu terang, kekerasan keras-sangat keras, Fasies A 6363.75 6424.75 49.00 45.40 4
kristalin sangat halus-halus, terdapat Fasies C 7364.50 7394.00 30.00 30.00 2
jejak fosil foraminifera fosil jejak SY-32 Fasies B 7394.50 7419.00 25.00 25.00 2
glaukonit yang bersifat argillaceous. Fasies A 7448.00 7456.50 9.00 9.00
Fasies C 7360.50 7434.00 73.50 52.50
Analisis Petrofisik SY-34 Fasies B 7434.50 7460.50 26.00 0.00
Fasies A 7501.50 7581.50 80.00 0.00
Analisis petrofisika digunakan untuk
memperoleh properti petrofisik beserta B. Analisis Kuantitatif
nilainya berdasarkan korelasi log dan
data sumur pada daerah penelitian. Hal 1. Penentuan Volume shale (Vsh)
yang dilakukan dalam analisis petrofisika
Perhitungan volume shale dalam
yaitu menggunakan software Geolog 7.
suatu formasi dapat dicari dengan
Analisis perhitungan diperoleh
menggunakan indikator tunggal, yaitu log
berdasarkan data wireline log pada sumur
gamma ray. log ini dapat mengukur
dengan beberapa metode diantaranya
tingkat radioaktif suatu formasi,
adalah:
164
Evaluasi Formasi Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Formasi Tuban Lapangan “SY”
Cekungan Jawa Timur Utara (Syaffa)

umumnya semakin tinggi GR semakin


tinggi pula Vsh karena dalam shale secara
relative lebih banyak dijumpai radioaktif 2. Penentuan Porositas
seperti potassium (K), Thorium (Th). Porositas adalah jumlah volume
Uranium (U). pori per volume total batuan. Prositas ini
berguna sebagai ruang untuk menyimpan
Metode yang digunakan dalam hidrokarbon didalam tubuh batuan. Nilai
perhitungan Volume shale adalah porositas ini dipengaruhi juga oleh
persamaan linear, dikarenakan metode volume shale. Semakin besar volume
linear memperhitungkan semua jenis shale, semakin rendah nilai porositas
litologi yang ada pada formasi dan karena ruang pori diisi oleh shale.
litologi dari formasi Tuban pada lapangan Perhitungan porositas dalam
“SY” merupakan batugamping, sehingga penelitian ini membandingkan dua
metode ini dinilai lebih stabil dalam metode yaitu metode Density dan
menentukan volume shale pada suatu Density-Neutron (Bateman-Konen).
formasi. Metode Clavier digunakan Untuk mengetahui besar porositas efektif
ketika litologi formasi di dominasi oleh dari suatu batuan dengan menggunakan
batupasir, sedangkan metode Larinov kedua metode ini, dibutuhkan besaran
digunakan ketika litologi formasi nilai densitas dari shale, matriks dan
didominasi oleh shale begitupun dengan fluida, dry shale, dan wet shale.
metode Stiber. Sehingga hasil nilai
volume shale pada ketiga metode ini akan Menentukan nilai densitas dari
lebih rendah dibandingkan metode linear shale, matriks dan fluida dapat
(Gambar 1). menggunakan crossplot antara RHO,
NPHI, dan VSH. Berdasarkan color
Perhitungan volume shale dilakukan environtment GR, semakin berbutir halus
per-fasies formasi pada setiap sumurnya (Shale) maka persebaran data akan berwarna
dikarenakan rakteristik masing-masing merah (kanan) begitupun sebaliknya
fasies yang berbeda dan keberadaan (Gambar 2). Dalam penentuan nilai dry
shale didapatkan melalui data XRD yang
lempung dalam formasi akan
memuat jenis mineral yang terkandung dalam
mempengaruhi perhitungan porositas formasi dan merujuk pada klasifikasi clay
formasi. Berdasarkan hasil perhitungan minerals group Deer, et al (2016) (Tabel 4).
menggunakan persamaan linear maka Sedangkanwet shale didapatkan melalu
didapatkan nilai volume shale pada persamaan berikut :
daerah penelitian (Tabel 3) Rho_Dsh −Rho_Sh
𝑊𝑒𝑡 𝑆ℎ𝑎𝑙𝑒 = ……. (1)
Tabel 3. Nilai Volume shale pada Rho_Sh −1
Lapangan “SY”. Keterangan :
Fasies
Vsh Rata-Rata  Rho_Dsh : Densitas Dry Shale
Fasies C
SY-21
36.31%
SY-25
15.26%
SY-26 SY-29
79.18% 24.24%
SY-32
58.72%
SY-34
42.58%
 Rho_Sh : Densitas Shale
Fasies B 38.38% 11.27% 75.44% 27.86% 16.86% 78.03%
Fasies A 42.20% 51.09% 22.87% 11.09% 69.49% 91.46% a. Metode Density
Tabel 4. Klasifikasi clay minerals group Perhitunan porositas dengan
Deer, et al (2016) Metode Density hanya menggunakan
log RHOB dan Volume Shale dengan
persamaan rumus dibawah ini

165
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 161-171

𝑝𝑚𝑎 – 𝑝𝑚𝑏 yang ditangkap maka semakin tinggi


ØD = 𝑝𝑚𝑎 – 𝑝𝑓 …….………. (2)
densitas formasi dan sebaliknya.
Keterangan: Hasil perhitungan porositas
 ρma : Densitas matriks batuan, Density-Neutron (Bateman-Konen)
(gr/cc) adalah sebagai berikut (Tabel 5)
 ρb : Densitas matriks batuan kemudian diklasifikasikan berdasarkan
dari pembacaan log density ukuran serta kualitas, porositas pada
(gr/cc) batuan reservoir (Koesoemadinata,
 ρf : Densitas fluida batuan 1978).
Tabel 5. Porositas Efektif Pada Setiap
b. Metode Densityn - Neutron
Sumur dan Fasiesnya.
(Bateman-Konen)
Perhitungan porositas dengan
Metode Density - Neutron Klasifikasi
menggunakan kombinasi log NPHI Sumur Fasies PHIE Koesoemadinata
(1978)
dan log RHOB dengan persamaan Fasies C 11.93% Cukup
rumus dibawah ini SY-21 Fasies B 14.31% Cukup
Fasies A 16.89% Baik
(Ø𝑫𝟐 + Ø𝑵𝟐)
Øe𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = √ ……. (3) Fasies C 4.71% Dapat diabaikan
𝟐 SY-25 Fasies B 5.08% Buruk
Fasies A 0.79% Dapat diabaikan
Keterangan: Fasies C 18.78% Baik
 ØD = Porositas Densitas SY-26 Fasies B 18.78% Baik
 ØN = Porositas Neutron, Fasies A 18.78% Baik
didapat dari pembacaan Log Fasies C 12.86% Cukup
Neutron SY-29 Fasies B 12.79% Cukup
Fasies A 16.76% Baik
Dari perbandingan kedua metode Fasies C 2.05% Dapat diabaikan
di atas, didapatkan metode Density- SY-32 Fasies B 8.00% Buruk
Neutron (Bateman-Konen) memiliki nilai Fasies A 1.32% Dapat diabaikan
porositas yang lebih baik dilihat dengan Fasies C 2.61% Dapat diabaikan
SY-34 Fasies B 1.33% Dapat diabaikan
nilai prositas yang lebih besar di
Fasies A 1.94% Dapat diabaikan
bandingkan metode density (Gambar 3),
hal ini dikarenakan metode ini
menggunakan kombinasi log NPHI dan 3. Penentuan Saturasi air
log RHOB.
Penentuan saturasi air
Log NPHI mengukur jumlah ion berdasarkan membaca pada log
H+ yang tertangkap oleh formasi karena resistivity, log ini dapat mendeterminasi
besarnya porositas dianggap sama zona hidrokarbon,zona air, dan
dengan jumlah ion hidrogen fluida yang mengindikasikan zona permeabel dengan
mengisi pori batuan.Sedangkan log mendeteminasi porositas resistivitas, jika
RHOB mengukur bulk density dari suatau fluida mengandung hidrokarbon
formasi dengan menembakan sinar maka akan menunjukan nilai resistivitas
gamma kedalam formasi, sinar gamma tinggi dan semakin rendah akan terbaca
tersebut akan menendang elektron keluar sebagai water yang memiliki resistivitas
dan ditangkap oleh detektor dalam rendah.
logging tools, semakin banyak elektron

166
Evaluasi Formasi Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Formasi Tuban Lapangan “SY”
Cekungan Jawa Timur Utara (Syaffa)

Sebelum menentukan nilai Sw  Sw = saturasi air dari zona


perlu ditentukan nilai resistivitas air (Rw) uninvaded (fraksi) Rw =
terlebih dahulu. Nilai resistivitas air resistivitas air formasi (Ω.m)
formasi didapatkan dengan  Rt = true resistivity dari
menggunakan metode pickett plot NPHI- formasi (Ω.m)
RT-GR.. Dalam metode ini hal pertama  ∅e = porositas efektif (fraksi)
yang dilakukan adalah menentukan titik  A = faktor tortuosity
yang merupakan lapisan pembawa air (batugamping = 1)
(water bearing zone) dan dari titik  m = faktor sementasi (m = 2
tersebut merupakan batas nilai saturasi air – consolidated, m >
(Sw=1). Titik perpotongan garis Sw=1 unconsolidated)
pada resistivitas dianggap sebagai nilai  n = eksponen saturasi
resistivitas air. Pada pickett plot NPHI-
RT-GR, kemiringan garis resistivitas Berikut ini merupakan hasil
dipengaruhi oleh turtuosity factor (a), perhitungan saturasi air pada tiap
cementation exponent (m), dan saturation sumur dan fasiesnya:
exponent (n)
Setelah Rw didapat barulah Tabel 6. Saturasi air Pada Setiap
mencari kandungan saturasi air dengan Sumur dan Fasiesnya.
membandingkan dua metode, yaitu
metode Archie (1942) dan metode Fasies
SW Rata-Rata
SY-21 SY-25 SY-26 SY-29 SY-32 SY-34
Simandoux. Metode Archie,1942 Fasies C 11% 92% 1% 8% 97% 99%
(Asquith dan Gibson. 1982) sangat baik Fasies B 6% 93% 1% 20% 50% 100%
Fasies A 1% 100% 5% 25% 86% 100%
dalam menentukan nilai saturasi air pada
reservoir yang tidak memiliki kandungan
shale atau clean sand formation dan 4. Penentuan nilai Pancung (Cut off)
Karbonat. Sedangkan metode Simandoux Penentuan nilai cut off Vsh,
baik digunakan pada pasir yang Porositas dan SW ditentukan berdasarkan
mengandung dispersed dan laminated interpretasi penulis dengan pengamatan
shale (Dewan, J. T., 1983) karena metode kasat mata pada crossplot antara nilai SW
ini memperhitungkan kehadiran shale, dengan Porositas kemudian antara Vsh
namun metode ini tidak dapat dengan Porositas. Penentuan ini
memperhitungkan cara persebaran dan dilakukan karena tidak ditemukannya
jenis shale yang ada. Padahal jenis shale data nilai cut off hasil analisa
yang berbeda tentu akan menyebabkan laboratorium pada Formasi Tuban
dampak yang berbeda pula pada Penarikan cut of didasari oleh persebaran
pembacaan log. Sehingga metode archie data dan klasifikasi Koesoemadinata,
dinilai lebih cocok digunakan dalam 1978 yaitu volume shale sebesar 0.25 -
mennentukan nilai saturasi air pada 0.45, porositas 0.03 – 0.16 sedangkan
daerah penelitian (gambar 4) dengan saturasi air 0.30 – 0.70.
persamaan sebagai berikut: a. Cut off Porositas dan Volume
…………….……………. (4) shale (Vsh)
Penentuan cut-off Vsh dan
porositas reservoir dapat
menggunakan cara crossplot
Keterangan:
antara porositas efektif untuk
167
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 161-171

mengetahui jumlah Vsh yang berdasarkan hasil pengolahan data cut off
terkandung di dalam porositas pada sebelumnya :
batugamping dan volume shale a. Nilai kandungan Vshale tidak
hasil perhitungan log pada sumbu boleh lebih dari 0.45
X dan Y, cut-off ditentukan oleh b. Nilai kandungan porositas tidak
sebaran data terbesar dengan boleh kurang dari 0.1
begitu maka didapatkan nilai cut- c. Nilai kandungan saturasi air tidak
off porositas 0.10 v/v dan Vsh boleh lebih dari 0.6
0.45 v/v.
Berdasarkan parameter cut off
b. Cut off Saturasi Air (Sw)
Penentuan cut-off Sw diatas maka disimpulkan Reservoir
reservoir dapat menggunakan terbaik pada Lapangan “SY” Formasi
cara crossplot porositas dan Sw Tuban adalah (Tabel 7). :
efektif pada sumbu X dan Y, cut- 1. Sumur SY-21
off ditentukan oleh sebaran data  Nilai Net to Gross (NTG)
terbesar dengan begitu maka yang cukup tinggi yaitu
didapatkan nilai cut-off Sw Fasies A 57%, Fasies B 42%
sebesar 0,6 (v/v). dan Fasies C 54%.
 Volume shale yang rendah
5. Lumping yaitu Fasies A 42%, Fasies
Lumping merupakan B 38% dan Fasies C 36%.
keseluruhan data yang telah dihitung dan  Kualitas porositasnya yang
disajikan dalam bentuk tabel, lumping tergolong cukup baik- baik
dibuat dengan menerapkan nilai cutt-off (Koesoemadinata 1978).
porositas, kandungan lempung dan  Saturasi air yang cenderung
saturasi air yang telah didapat. Net sand rendah yaitu Fasies A 1%,
merupakan reservoir yang dibatasi Fasies B 6% dan Fasies C
dengan cutoff volume shalenya. Net 1.1%.
reservoir merupakan reservoir yang 2. Sumur SY-26 Fasies A
dibatasi dengan cutoff porositas dan  Nilai Net to Gross (NTG)
volume shalenya. Net pay merupakan yang cukup tinggi yaitu
reservoir yang dibatasi dengan cut off 100%.
porositas, volume shale serta saturasi  Volume shale yang rendah
airnya. Kesimpulan akhir keberadaan yaitu 23%.
reservoir pada dasarnya bisa dilakukan  Kualitas porositasnya yang
dengan menganalisis hasil net pay nya. tergolong baik
Hasil lumping bisa diliat pada. (Tabel 7). (Koesoemadinata 1978).
 Saturasi air yang cenderung
rendah yaitu 5%.
6. Evaluasi Formasi Tuban Lapangan 3. Sumur SY-29
“SY”  Nilai Net to Gross (NTG)
Berdasarkan analisis parameter yang cukup tinggi yaitu
petrofisika dan nilai cut off dari seluruh Fasies A 91%, Fasies B 70%
sumur dan faisesnya, maka didapatkan dan Fasies C 63%
reservoir terbaik yang diidentifikasikan

168
Evaluasi Formasi Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Formasi Tuban Lapangan “SY”
Cekungan Jawa Timur Utara (Syaffa)

 Volume shale yang rendah mempunyai reservoir terbaik berada


yaitu Fasies A 11%, Fasies pada sumur SY-21 Fasies A, B dan C
B 28% dan Fasies C 24%. , SY-26 Fasies A, dan SY-29 Fasies
 Kualitas porositasnya yang A, B dan C.
tergolong cukup baik- baik
(Koesoemadinata 1978).
 Saturasi air yang cenderung DAFTAR PUSTAKA
rendah yaitu Fasies A 25%,
Asquith, G. and Krygowsky D. 2004.
Fasies B 20% dan Fasies C
Basic Well Log Analysis. The
8%.
American Association of
Petroleum Geologist Tulsa,
Oklahoma. AAPG Methods in
5. KESIMPULAN Exploration Series 16.
Hasil pengolahan, interpretasi dan Rider, Malcolm, 2002, The Geological
analisis data pada lapangan “SY” Interpretation of Well Logs
Formasi Tuban menghasilkan beberapa Second Edition, Scotland: Rider-
kesimpulan yang mengacu pada tujuan French Consulting Ltd.
awal penelitian, diantaranya adalah :
Archie. G. E. 1952.Classification of
1. Litofasies daaerah penelitian terbagi Carbonate Reservoir Rocks and
menjadi 3 fasies yaitu: Fasies A Petrophysical Considerations.
(Wackestone to Packstone), Fasies B Bulletin of American Association
(Wackestone to Mudstone dominasi of Petroleum Geologists. volume
kristalin halus-sangat halus), dan 36(2). 278-296.
Fasies C (Wackestone to Mudstone).
2. Berdasarkan hasil analisis Beteman, R.M., 1985, Open-Hole Log
perhitungan petrofisika berdasarkan Analysis & Formation Evaluation
data log dan hasil pengolahan data cut Internasional Human Resources
off Lapangan “SY” Formasi Tuban, Development Corporation,
Cekungan Jawa Timur Utara, Boston.

169
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 5, No. 2, April 2021: 161-171

Tabel 1. Ketersediaan Data pada Sumur

KETERSEDIAAN DATA
Data
Wireline log
Sumur pendukung
GR SP RT DT LLD LLS RHOB NPHI CALI PEF CT CXO MFSL Mudlog
SY 21 v v v - v v v v v v v v v v
SY 25 v v v v v v v v v v v v v -
SY 26 v v v v v v v v v v v v v -
SY 29 v v v v v v v v v v - - v -
SY 32 v v v v v v v v v - v v v -
SY 34 v - v - v v v v v - - - v -

Tabel 7. Hasil Perhitungan Lumping Pada Lapangan “SY”

Net
Bottom Gross Net Sand Net Pay Vsh PHIE SW
Sumur Fasies Top (Ft) Reservoir NTG
(Ft) (Ft) (Ft) (Ft) (v/v) (v/v) (v/v)
(Ft)
Fasies C 6003.00 6040.25 20.00 14.75 10.75 10.75 0.54 0.36 0.12 0.11
SY-21 Fasies B 6040.25 6086,42 39.75 26.00 16.60 16.60 0.42 0.38 0.14 0.06
Fasies A 6109.50 6143.36 44.00 25.00 25.00 25.00 0.57 0.42 0.17 0.01
Fasies C 7107.00 7148.40 41.40 41.40 1.00 0.50 0.01 0.15 0.05 0.92
SY-25 Fasies B 7148.00 7176.00 28.00 24.50 2.50 0.00 0.00 0.11 0.05 0.93
Fasies A 7183.00 7208.00 25.00 12.50 0.00 0.00 0.00 0.51 0.01 1.00
Fasies C 5963.30 5998.28 35.50 35.50 35.50 35.50 1.00 0.79 0.19 0.01
SY-26 Fasies B 5998.78 6015.78 16.99 13.50 13.50 13.50 0.79 0.75 0.19 0.01
Fasies A 6030.27 6036.77 7.00 7.00 7.00 7.00 1.00 0.23 0.19 0.05
Fasies C 6283.25 6318.50 28.40 25.00 17.80 17.80 0.63 0.24 0.13 0.08
SY-29 Fasies B 6318.75 6341.25 18.20 13.80 12.80 12.80 0.70 0.28 0.13 0.20
Fasies A 6363.75 6424.75 49.00 45.40 44.60 44.60 0.91 0.11 0.17 0.25
Fasies C 7364.50 7394.00 30.00 30.00 29.50 1.00 0.03 0.59 0.02 0.97
SY-32 Fasies B 7394.50 7419.00 25.00 25.00 21.50 13.00 0.52 0.17 0.08 0.50
Fasies A 7448.00 7456.50 9.00 9.00 8.00 1.00 0.11 0.69 0.01 0.86
Fasies C 7360.50 7434.00 73.50 52.50 4.40 0.00 0.00 0.43 0.03 0.99
SY-34 Fasies B 7434.50 7460.50 26.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.78 0.01 1.00
Fasies A 7501.50 7581.50 80.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.91 0.02 1.00

170
Evaluasi Formasi Menggunakan Analisis Petrofisika Pada Formasi Tuban Lapangan “SY”
Cekungan Jawa Timur Utara (Syaffa)

SY-21

RHO_FL =1

RHO_MA =2.71

RHO_SH =2.350

Gambar 1. Perbandingan Volume shale menggunakan Gambar 2. Crossplot RHO,


metode Linear, Larinov, Clavier dan Stiber pada SY-21 NPHI, dan VSH Sumur SY-21

Gambar 3. Log porositas dengan metode Gambar 4. Log saturasi air dengan metode
Density-Neutron (kiri) dan metode Density Archie (kiri) dan metode Simandoux (kanan)
(kanan)

171

Anda mungkin juga menyukai