Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

PENILAIAN FORMASI

Penilaian formasi adalah ilmu yang mempelajari tentang kondisi formasi


dari suatu lapangan terutama tentang karakteristik dan lithology batuan reservoir
terhadap ada tidaknya hidrokarbon. Penilaian formasi merupakan serangkaian
kegiatan pencatatan atau pengukuran data tentang sifat fisik batuan dan fluida
formasi yang ditembus oleh lubang bor. Kegiatan ini dapat dilakukan saat
pemboran dan setelah pemboran.
Perolehan data penilaian formasi untuk identifikasi kerusakan formasi
dapat menggunakan metode Coring dan well Logging. Selain itu, metode
penilaian formasi juga berfungsi untuk mendapatkan tempat terakumulasinya
hidrokarbon, menentukan jenis reservoir, menilai potensial sumur, menentukan
zona perforasi serta untuk mengetahui penyebab adanya gangguan pada sumur
produksi.

Gambar 4.1. Wireline Logging

122
4.1. Metode Penilaian Formasi
4.1.1. Coring
Coring adalah suatu usaha untuk mendapatkan contoh batuan
(core) dari formasi bawah permukaan, untuk dianalisa sifat fisik batuan
secara langsung. Metode dalam coring ada dua yaitu: Bottom hole coring
dan Side wall coring. Kedua metode coring tersebut, mempunyai prinsip
kerja yang berbeda, dan menghasilkan analisa yang berbeda, walaupun
dilakukan pada kedalaman yang sama.
1. Bottom hole coring
Bottom Hole Coring yaitu cara pengambilan core yang dilakukan
pada waktu pemboran berlangsung. Pada saat pemboran berlangsung
core ini akan menempati core barrel yang berada diatas bit dan akan
tetap akan berada disana sampai diambil ke permukaan.
2. Sidewall coring
Pengambilan core yang dilakukan setelah operasi pemboran
berlangsung selesai atau pada waktu pemboran berhenti. Dari hasil
coring maka core yang didapat dapat dianalisa besaran-besaran
petrofisiknya di laboratorium, analisa core ada dua macam yaitu
analisa core rutin dan core spesial. Analisa core rutin meliputi
pengukuran porositas, permeabilitas, saturasi fluida. Dikarenakan
beberapa pengukuran dari sifat-sifat batuan memerlukan sampel yang
bersih dan kering. Sampel yang dipergunakan untuk permeabilitas dan
porositas secara keseluruan dicuci dari semua fluida yang tertinggal
dan kemudian dikeringkan.
Core special dikembangkan untuk memperoleh data-data sifat
fisik batuan yang lebih akurat, khususnya pengukuran data distribusi
fluida dari batuan reservoir yang digunakan untuk study reservoir
secara detail.
Analisa core special diperlukan core yang segar (fresh), namun
pada prakteknya sampel dibersihkan dengan cara ekstrasi dan
dikembangkan sesuai kondisi semula. Secara umum parameter yang

123
diukur atau ditentukan dengan analisa core adalah distribusi fluida
(minyak dan air atau gas dan air) di dalam reservoir.

4.1.2. Measurement While Drilling


Dewasa ini karakteristik formasi dapat diukur selama pemboran
sedang berlangsung (measurement while drilling, MWD). Alat ini
biasanya digunakan untuk pemboran sumur-sumur berarah atau miring,
sehingga dapat mengurangi operasi tripping dan dapat menghemat waktu
pemboran. Walalaupun tidak selengkap openhole log, MWD cukup akurat
dan berguna pada prosedur analisis log.

4.1.3. Mud Loging


Yaitu dengan mengamati, meneliti dan mencatat kondisi lumpur
yang disirkulasikan dalam pemboran dengan mengamati cutting hasil
pemboran atau kandungan hidrokarbon yang ikut terbawa aliran lumpur
dengan menggunakan beberapa jenis peralatan. Gabungan analisis dari
semua pengukuran menyediakan informasi mengenai tipe batuan dan
kandungan fluida.

Gambar 4.2. Metode Evaluasi Formasi

124
4.2. Logging
Logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran fisik
batuan reservoir terhadap kedalaman lubang bor. Sesuai dengan tujuan
logging yaitu menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir
(porositas, saturasi air formasi, ketebalan formasi produktif, lithologi
batuan) maka dasar dari logging itu sendiri adalah sifat-sifat fisik atau
petrofisik dari batuan reservoir itu sendiri, yaitu sifat listrik, sifat
radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari batuan reservoir,
atau perekaman kontinyu sebagai fungsi kedalaman menyangkut variasi
data karakteristik formasi yang dilewati pemboran.
Dibedakan antara hasil perekaman yang lewat waktu yaitu bila
perekaman dilakukan sesudah pemboran berhenti dan mata bor sudah
dicabut dan perekaman selagi membor (Measurement While Drilling =
MWD) bila perekaman dilakukan langsung pada saat mata bor menembus
formasi.

4.2.1. Wireline Logging


Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu), dari satu set data
yang menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di
dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Log diperoleh dari operasi logging
di sumur terbuka yang umumnya dimulai dari kedalaman maksimum (total
depth) sampai dengan sepatu selubung (casing shoe). Kurva log mampu
memberikan informasi tentang sifat-sifat batuan dan cairan pada situasi
dan kondisi yang sesungguhnya di dalam sumur. Operasi logging yang
baik memiliki interval yang tidak terlalu panjang sehingga dapat di peroleh
informasi yang lebih akurat dan menghindari keterbukaan lapisan formasi
yang terlalu lama terhadap sistem lumpur.
Prinsip dasar wireline log adalah mengukur parameter sifat-sifat
fisik dari suatu formasi pada setiap kedalaman secara kontinyu dari sumur
pemboran. Adapun sifat-sifat fisik yang diukur adalah potensial listrik
batuan/kelistrikan, tahanan jenis batuan, radioaktivitas, kecepatan rambat

125
gelombang elastis, kerapatan formasi (densitas), dan kemiringan lapisan
batuan, serta kekompakan formasi yang kesemuanya tercermin dari lubang
bor. Secara kualitatif dengan data sifat-sifat fisik tersebut kita dapat
menentukan jenis litologi dan jenis fluida pada formasi yang tertembus
sumur. Sedangkan secara kuantitatif dapat memberikan data-data untuk
menentukan ketebalan, porositas, permeabilitas, kejenuhan fluida, dan
densitas hidrokarbon.

4.2.2. Logging While Drilling


Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode
pengambilan data log dimana logging dilakukan bersamaan dengan
pemboran (Harsono,1997). Hal ini dikarenakan alat logging tersebut
ditempatkan di dalam drill collar. Pada LWD, pengukuran dilakukan
secara real time oleh measurement while drilling (Harsono, 1997).
Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa
LWD meliputi gamma ray, resistivity, densitas, neutron, survei lanjutan
(misalnya sonik). Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log
sejenis yang digunakan pada wireline logging. Secara umum, log LWD
dapat digunakan sama baiknya dengan log wireline logging dan dapat
diinterpretasikan dengan cara yang sama pula (Darling,2005). Meskipun
demikian, karakteristik pembacaan dan kualitas data kedua log tersebut
sedikit berbeda.

4.3. Jenis – jenis Log


4.3.1. Spontaneous Potential
Kurva spontaneous potensial (SP) merupakan hasil pencatatan alat
logging karena adanya perbedaan potensial antara elektroda yang bergerak
dalam lubang sumur dengan elektroda tetap di permukaan terhadap
kedalaman lubang sumur.
Spontaneous potensial ini merupakan sirkuit sederhana yang terdiri
dari dua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Sebuah elektroda (M)

126
diturunkan kedalam lubang sumur dan elektroda yang lain (N) ditanamkan
di permukaan. Disamping itu masih juga terdapat sebuah baterai dan
sebuah potensiometer untuk mengatur potensial diantara kedua elektroda
tersebut. Bentuk defleksi positif ataupun negatif terjadi karena adanya
perbedaan salinitas antara kandungan dalam batuan dengan lumpur.
Bentuk ini disebabkan oleh karena adanya hubungan antara arus listrik
dengan gaya-gaya elektromagnetik (elektrokimia dan elektrokinetik)
dalam batuan.

Gambar 4.3. Log SP pada Formasi dengan Resistivity tinggi

4.3.2. Resistivity
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan
batuan formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada
porositas efektif, salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam
pori-pori batuan.

127
Gambar 4.4. Presentasi dari Log Resistivity

1. Normal log
Dengan menganggap bahwa pengukurannya pada medium
yang mengelilingi electrode-elektrode adalah homogen dengan
tahanan batuan sebesar R ohm-meter. Elektroda A dan B merupakan
elektroda potensial , sedangkan M dan N merupakan elektroda arus.
Setiap potensial (V) ditransmisikan mengalir melingkar keluar melalui
formasi den besarnya potensial tersebut adalah:
Ri
V
4 ( AM )
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini
terdiri dari dua spacing, yaitu:
a. Short normal device, dengan spacing 16 inch.
b. Long normal device, dengan spacing 64 inchi

128
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang
dikehendaki. Short normal device digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona terinvasi, sedang long normal device digunakan
untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak terinvasi filtrat lumpur
atau true resistivity (Rt).
2. Lateral log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity
formasi yang terinvasi. Pada kenyataannya nilai resistivity yang
dicatat oleh resistivity log adalah resistivity semu bukan resistivity
yang sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan pengukuran dipengaruhi
oleh diameter lubang bor (d), ketebalan formasi (e), tahanan lumpur
(Rm), diameter invasi air filtrat Lumpur (Di), tahanan zone invaded
(Ri) dan uninvaded (Rt), tahanan lapisan batuan diatas dan
dibawahnya (Rs). Pembacaan yang baik didapatkan dalam lapisan
tebal dengan resistivity relative tinggi. Log ini digunakan secara
optimal di dalam susunan sand dan shale yang tebal dengan ketebalan
dari 10 ft dan range resistivity optimum setara 1-500 ohm-m.
3. Induction log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity
memerlukan lumpur yang konduktif sebagai penghantar arus dalam
formasi. Oleh sebab itu tidak satu pun peralatan pengukuran resistivity
diatas dapat digunakan pada kondisi lubang bor kosong, terisi minyak,
gas, oil base mud dan fresh water serta udara. Untuk mengatasi ini
maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat berfungsi
dalam kondisi tersebut.
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu
daerah investigasi yang jauh didalam lapisan-lapisan tipis untuk
menentukan harga Rt. Induction log dapat diturunkan didalam semua
jenis lumpur dengan syarat sumur belum dicasing. Hasil terbaik dari
induction log adalah dalam suatu kondisi sebagai berikut, didalam
susunan shale dengan Rt lebih kecil dari 100 ohm-m dan ketebalan

129
lapisan lebih besar dari 20 m, Rxo lebih besar dari Rt dan jika Rxo
lebih kecil dari Rt maka induction log akan kurang memberikan hasil
yang memuaskan. Induction log tidak sensitif terhadap perubahan Rt
bila resistivitynya tinggi. Perbedaan resistivity sekitar 400-500 ohm-m
tidak dapat dideteksi. Kondisi yang baik untuk operasi induction log
ini adalah menggunakan lumpur yang tidak banyak mengandung
garam (Rmf > Rw) serta pada formasi dengan Rt kurang dari 100
ohm-m tapi akan lebih baik lagi jika kurang dari 50 ohm-m.
4. Laterolog
Pengukuran dengan laterolog adalah untuk memperkecil
pengaruh lubang bor, lapisan yang berbatasan dan pengukuran lapisan
yang tipis serta kondisi lumpur yang konduktif atau salt mud. Ada
beberapa jenis laterolog, yaitu jenis Laterolog 7, Laterolog 3, dan
Laterolog 8. Perbedaan dari ketiga jenis laterolog tersebut hanya
terdapat pada jumlah elektrodenya, dan ketebalan lapisan yang
dideteksi berbeda. Alat ini mengukur harga Rt terutama pada kondisi
pengukuran Rt dengan Induction Log mengalami kesulitan (banyak
kesalahan). Laterolog ini hanya dapat digunakan dalam jenis lumpur
water base mud. Dianjurkan pada kondisi Rt/Rm dan Rt/Rs besar (salt
mud, resistivity tinggi yaitu lebih besar dari 100 ohm-m) dan tidak
berfungsi di dalam oil base mud, inverted mud, lubang berisi gas, atau
sumur sudah dicasing.
5. Microresistivity log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada
flush zone (Rxo) dan sebagai indikator lapisan porous permeable yang
ditandai oleh adanya mud cake. Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi
oleh tahanan mud cake (Rmc) dan ketebalan mud cake (hmc).
Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya diameter
lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity log
yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).

130
4.3.3. Gamma Ray Log
Prinsip pengukurannya adalah mendeteksi arus yang ditimbulkan
oleh ionisasi yang terjadi karena adanya interaksi sinar gamma dari
formasi dengan gas ideal yang terdapat didalam kamar ionisasi yang
ditempatkan pada sonde. Besarnya arus yang diberikan sebanding dengan
intensitas sinar gamma yang bersangkutan.
Didalam formasi hampir semua batuan sedimen mempunyai sifat
radioaktif yang tinggi, terutama terkonsentrasi pada mineral clay. Formasi
yang bersih (clean formasi) biasanya mengandung sifat radioaktif yang
kecil, kecuali lapisan tersebut mengandung mineral-mineral tertentu yang
bersifat radioaktif atau lapisan berisi air asin yang mengandung garam-
garam potassium yang terlarutkan (sangat jarang), sehingga harga sinar
gamma akan tinggi.
Dengan adanya perbedaan sifat radioaktif dari setiap batuan, maka
dapat digunakan untuk membedakan jenis batuan yang terdapat pada suatu
formasi. Selain itu pada formasi shaly sand, sifat radioaktif ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi kadar kandungan clay yang dapat berkaitan
dengan penilaian produktif suatu lapisan berdasarkan intrepretasi data
logging. Besarnya volume shale dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
GRlog  GRmin
Vsh 
GRmax  GRmin
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax= hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale

Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk


formasi dengan kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log
adalah :
1  V1
GR  A1
b

131
ρ1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
1V1
= konsentrasi berat dari mineral
b
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif,
respon GR adalah penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan
menggunakan persamaan diatas. Sedangkan untuk formasi dengan
kandungan dua mineral radioaktif, densitas dan kekuatannya berbeda, serta
keberadaannya dalam jumlah yang berbeda maka GR yang terbaca pada
log adalah :
1V1 V
GR  A1  1 1 A1
b b
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan
permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau
bila kurva SP kehilangan karakternya (Rmf = Rw), atau ketika SP tidak
dapat merekam karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil
base mud). Selain itu Gamma Ray Log juga dapat digunakan untuk
mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan
uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga
untuk korelasi antar sumur.

Gambar 4.5. Respon Gamma Ray pada Batuan Sedimen

132
4.3.4. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan
mengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan
neutron log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu
didalam evaluasi lapisan shaly.
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar
gamma dari sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding
lubang bor. Pada saat sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan
bertumbukkan dengan elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan
sinar gamma akan kehilangan sebagian dari energinya dan yang sebagian
lagi akan dipantulkan kembali, yang kemudian akan ditangkap oleh
detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi. Intensitas sinar gamma
yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi. Berkurangnya
energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
No
ln  kS
Nt
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma

Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan


akan menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan
densitas tinggi akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada
detektor. Densitas elektron merupakan hal yang penting disini, hal ini
disebabkan yang diukur adalah densitas elektron, yaitu jumlah elektron per
cm3. Densitas elektron akan berhubungan dengan densitas batuan
sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada densitas matrik, porositas
dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi penggunaan untuk

133
density log adalah pada formasi dengan densitas rendah dimana tidak ada
pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat digunakan pada
lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya terpengaruh
sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi
unconsolidated sand dengan porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini
akan diperoleh dengan baik apabila operasi penurunan peralatan kedalam
lubang bor dilakukan secara perlahan agar alat tetap menempel pada
dinding bor, sehingga pada rangkaian tersebut biasanya dilengkapi dengan
spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas
dan lithologi batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
 ma   b
D 
 ma   f

ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc


ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
Ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1),gr/cc
= porositas dari density log , fraksi

Adanya pengotoran clay dalam formasi akan mempengaruhi


ketelitian, oleh karena itu dalam pembacaan ρb perlu dikoreksi. Sehingga
persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
 b   D . f  Vclay . clay  1   D  Vclay   ma

ρclay = densitas clay, gr/cc


Vclay = volume clay, %

134
4.3.5. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total
batuan tanpa melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh
hidrokarbon maupun air formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen,
kecuali hidrokarbon. Neutron merupakan partikel netral yang mempunyai
massa sama dengan atom hidrogen.
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi
dari neutron dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif
yang ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan pada jarak
spacing pendek sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi
logging, neutron meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi
dengan cepat akan berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen
didalam formasi. Semua inti-inti elemen turut serta dalam pengurangan
energi ini, tetapi yang paling dominan adalah atom dengan massa atom
yang sama dengan neutron yaitu hidrogen. Setelah energi neutron banyak
berkurang kemudian neutron tersebut akan menyebar didalam formasi
tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap dan terintegrasi dengan
inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan silikon. Inti-inti ini
akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian detektor
sinar gamma akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air,
minyak dan gas atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan
diperlambat pada jarak yang sangat dekat dengan sumber dan akibatnya
hanya sedikit radiasi sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini
yang menjadi dasar hubungan antara jumlah sinar gamma per detik dengan
porositas. Hubungan ini menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per
detik cukup tinggi maka porositasnya rendah.. Porositas dari neutron log (
 N ) dalam satuan limestone dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan dibawah ini:

135
 N  1.02   NLog   0.0425

 NLog = porositas terbaca pada kurva neutron log

Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:


a. Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non
shaly yang mengandung liquid dengan porositas antara 1 % – 10 %.
b. Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi
optimum pada formasi non shaly yang mengandung liquid dengan
porositas kurang dari 30%.
c. Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari
kedua alat sebelumnya.

4.3.6. Log Sonic


Log ini merupakan jenis log yang digunakan untuk mengukur
porositas, selain density log dan neutron log dengan cara mengukur
interval transite time (Δt), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang
suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh 1 ft. Peralatan sonic
log menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua
buah receiver (penerima). Jarak antar keduanya adalah 1 ft.
Bila pada transmitter dipancarkan gelombang suara, maka
gelombang tersebut akan merambat kedalam batuan formasi dengan
kecepatan tertentu yang akan tergantung pada sifat elastisitas batuan,
kandungan fluida, porositas dan tekanan formasi. Kemudian gelombang ini
akan terpantul kembali menuju lubang bor dan akan diterima oleh kedua
receiver. Selisih waktu penerimaan ini direkam oleh log dengan satuan
microsecond per feet (μsec/ft) yang dapat dikonversikan dari kecepatan
rambat gelombang suara dalan ft/sec.
Interval transite time (Δt) suatu batuan formasi tergantung dari
lithologi dan porositasnya. Sehingga bila lithologinya diketahui maka

136
tinggal tergantung pada porositasnya. Pada tabel III-2. dapat dilihat
beberapa harga transite time matrik (Δtma) dengan berbagai lithologi.

Table 4.1. Transite Time dari Beberapa jenis Batuan

Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log Δt harus


terdapat hubungan antara transit time dengan porositas. Seorang sarjana
teknik, Wyllie mengajukan persamaan waktu rata-rata yang merupakan
hubungan linier antara waktu dan porositas. Persamaan tesebut dapat
dilihat dibawah ini :
t log  t ma
S 
t f  t ma

Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft


Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi

4.3.7. Log Caliper


Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran
kondisi (diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Untuk
menyesuaikan dengan kondisi lubang bor, peralatan caliper log dilengkapi
dengan pegas yang dapat mengembang secara fleksibel. Ujung paling

137
bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod. Posisi rod ini
tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk
menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen pada
operasi cementing, selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge
yang tepat untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log
listrik akan mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor
sebanding dengan ukuran pahat (bit) oleh karena itu perlu diketahui ukuran
lubang bor dengan sebenarnya, perhitungan kecepatan lumpur di annulus
yang berhubungan dengan pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi
karena caliper log dapat membedakan lapisan permeabel dengan lapisan
consolidated.

4.4. Open Hole Logging


Open hole logging dipakai untuk mengetahui keadaan formasi
di bawah permukaan. Logging dilakukan sebelum dilakukannya
pemasangan casing pada lubang bor. Atribut formasi yang umum yang
mungkin diketahui yaitu:
1. Kapasitas simpan (storage capacity) dan formasi, dimana normalnya
termasuk porositas dan kejenuhan fluida
2. Sifat dari fluida, termasuk densitas, gas oil ratio, API gravity,
resistivitas air dan kegaraman, suhu dan tekanan
3. Seting geologi, dimana termasuk kemiringan stratigrafi atau struktur,
karakteristik fasies, dan heterogenitas dan reservoir
4.5. Cased Hole Logging
Case hole logging merupakan proses logging yang dilakukan
setelah dilakukan pemasangan casing pada lubang bor. Terdapat beberapa
alasan mengapa case hole logging dilakukan:
1. Sebagai pengukuran tambahan dari pengukuran yang dilakukan pada
open hole. Sangatlah penting untuk melakukan pengukuran
tambahan ini dikarenakan kondisi sumur yang memungkinkan

138
ketidakakuratan data open hole, atau adanya pengukuran yang tak
semestinya pada beberapa zona saat open hole
2. Untuk memonitor perubahan yang terjadi pada formasi yang
terjadi pada saat terakhir casing telah dipasang. Selama masa
hidup suatu sumur, perubahan saturasi dari ruang pori oleh minyak,
gas atau air dapat dipengaruhi oleh adanya proses produksi. Ketika
perubahan ini terjadi, evaluasi dan sebab perubahan ini mungkin
diperlukan untuk merancang strategi recovery daripada hidrokarbon
3. Untuk menyediakan kedalaman referensi antara pengukuran open hole
dan case hole

Gambar 4.6. Cased Hole Logging

4.6. Interpretasi Log


Maksud dilakukan interpretasi logging adalah untuk mendapatkan
informasi atau data dari lubang bor sebagai sarana pada penilaian formasi.
Maka setelah operasi logging dilakukan, hasil yang diperoleh (kurva) perlu
diinterpretasikan dan dianalisa. Interpretasi logging ini dibagi menjadi
interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif
dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan porous permeabel dan ada

139
tidaknya fluida. Sedangkan interpretasi kuantitatif dilakukan untuk
menentukan harga Vclay, Φ, Rfluida, Sw dan permeability batuan.

4.6.1. Interpretasi Kualitatif


Interpretasi log kualitatif guna memperkirakan kemungkinan
adanya lapisan porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat harus dilakukan pengamatan terhadap
log yang kemudian satu sama lainnya dibandingkan. Tujuan dari
interpretasi kualitatif adalah identifikasi lithologi dan fluida hidrokarbon
yang meliputi identifikasi lapisan porous permeabel, ketebalan dan batas
lapisan, serta kandungan fluidanya.
Penentuan jenis batuan atau mineral didasarkan pada plot data
berbagai log porositas, seperti plot antara log density-neutron dan log
sonic-neutron. Sedangkan lapisan berpori dapat ditentukan berdasarkan
pengamatan terhadap log SP, log resitivity, log caliper, dan log gamma
ray. Penentuan jenis lithologi, apakah shale atau batupasir atau batu
gamping ataupun merupakan seri pasir shale didasarkan pada defleksi
kurva SP, GR, resistivity, dan konduktivitynya. Adapun fluida hidrokarbon
dapat ditentukan pada pengamatan log induction dan FDC-CNL dengan
berdasarkan sifat air, minyak, atau gas.
1. Identifikasi ketebalan dan batas lapisan
Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan
kotor (gross thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan
kotor (gross thickeness) merupakan tebal lapisan yang dihitung dari
puncak lapisan sampai dasar lapisan dari suatu lapisan batuan.
Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan tebal lapisan
yang dihitung atas ketebalan dari bagian-bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Adapun penggunaan kedua jenis ketebalan tersebut juga
mempunyai tujuan yang berbeda, dimana pembuatan ketebalan kotor
(gross isopach map) adalah untuk mengetahui batas-batas penyebaran

140
suatu lapisan batuan secara menyeluruh, dimana pada umumnya
digunakan untuk maksud-maksud kegiatan eksplorasi. Sedangkan
penggunaan ketebalan bersih adalah untuk maksud-maksud
perhitungan cadangan. Peta yang menggambarkan penyebaran
ketebalan bersih disebut peta “net sand isopach”.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan
lapisan adalah: SP log, kurva resistivity, kurva microresistivity, dan
gamma ray log. Adapun dari defleksi kurva log – log tersebut:
a. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan
lapisan permeabel.
b. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction
log.
c. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat
memberikan hasil penyebaran yang vertikal.
d. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan
bukan shale, disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang
bor telah dicasing, biasanya dikombinasikan dengan neutron log.

2. Indentifikasi lapisan porous permeable


Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan:
defleksi SP, separasi resistivity, separasi microlog, caliper log, dan
gamma ray log. Adapun masing-masing log diatas dapat diketahui
sebagai berikut :
a. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan
salinitas dengan air formasi (terutama untuk lumpur air tawar),
lapisan permeabel umumnya ditunjukkan dengan adanya
penambahan defleksi negatif (kekiri) dari shale base line.
b. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering
ditunjukkan dengan adanya separasi antara kurva resistivity
investigasi rendah.

141
c. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan
mengakibatkan terjadinya mud cake pada dinding lubang bor.
Dua kurva pembacaan akibat adanya mud cake oleh microlog
menimbulkan separasi pada lapisan permeabel dapat dideteksi
oleh adanya separasi positif (micro inverse lebih kecil daripada
micro normal).
d. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya
caliper log dapat digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan
mud cake, sehingga dapat memberikan pendeteksian lapisan
permeabel.
e. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur-unsur radioaktif
akan memancarkan radioaktif dimana intensitasnya akan terekam
pada defleksi kurva gamma ray log, pada umumnya defleksi
kurva yang membesar menunjukkan intensitas yang besar adalah
lapisan shale/clay, sedangkan defleksi menunjukkan intensitas
radioaktif rendah menunjukkan lapisan permeabel.

4.6.2. Interpretasi Kuantitatif


Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk
menentukan lithologi batuan, tahanan jenis air formasi (Rw), evaluasi
shaliness, harga porositas (Ф), saturasi air (Sw), dan permeabilitas (K).

Gambar 4.7. proses Interpretasi Kuantitatif

142
1. V shale
V shale perlu diketahui agar kita dapat mengetahui seberapa
besar kandungan shale yang terdapat pada batuan reservoir kita.
Dimana nilai V Shale ini mempengaruhi pada porositas kita, semakin
besar V Shale maka porositas kita semakin kecil.
Penentuan V Shale diawali dengan menentukan Gr Max dan
Gr Min pada lapisan kita, dimana setiap zona memiliki Gr Max dan
Gr Min yang berbeda-beda. Kemudian menentukan Gr dari batuan
yang ingin kita ketahui V Shalenya. Kemudian dihitung dengan
persamaan:

𝐺𝑟 − 𝐺𝑟 𝑚𝑖𝑛
𝑉 𝑆ℎ𝑎𝑙𝑒 =
𝐺𝑟 𝑀𝑎𝑥 − 𝐺𝑟 𝑀𝑖𝑛

2. Porositas
Porositas harus ketahui agar kita tahu seberapa besar
kemampuan batuanuntuk menyimpan fluida. Pada log untuk
menghitung porositas kita harus menentukan nilai Log RHOB dan
NPHI. Setelah kita menentukan nilai RHOB, selanjutnya kita
menghitung Ø Density dengan persamaan:
𝜌𝑚𝑎 − 𝑅𝐻𝑂𝐵
Ø 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =
𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑓
Setelah mendapatkan Ø Density maka langkah selanjtnya
adalah mengoreksi nilai RHOB dengan persamaan :

𝑅𝐻𝑂𝐵 𝐶𝑜𝑟𝑟 = ( Ø𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑁𝑃𝐻𝐼) + (𝑉𝑠ℎ 𝑥 𝑝𝑐)

+((1 − Ø𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 − 𝑉𝑠ℎ) 𝑥 𝜌𝑚𝑎)

Lalu mengihitung kembali nilai ØDcorr dengan RHOB Corr


dengan persamaan :

(𝜌𝑚𝑎 − 𝑅𝐻𝑂𝐵 𝑐𝑜𝑟𝑟)


Ø𝐷𝑐𝑜𝑟𝑟 𝑅𝐻𝑂𝐵 =
(𝜌𝑚𝑎 − 𝜌𝑓)

143
Karena pada lapisan mengandung shale sehingga nilai perlu
dikoreksi dengan persamaan :

Ø𝐷𝐶𝑜𝑟𝑟 = Ø𝐷𝐶𝑜𝑟𝑟 𝑅𝐻𝑂𝐵 − (Ø𝐷𝑐𝑙𝑎𝑦 𝑥 𝑉𝑠ℎ)

Untuk penentuan porositas neutron berdasarkan litologi dan


kandungan fluida maka nilai neutron dapat dicari dengan persamaan:

Øn = (1.02xNPHI)+0.0425

NPHI = porositas yang terbaca pada kurva neutron log

0.0425 = koreksi terhadap limestone formation

Setelah didapatkan nilai porositas neutron kita perlu


menghitung nilai koreksi terhadap shale dimana volume shale itu
didaptkan dari nilai gamma ray log, maka besarnya nilai porositas
neutron yang telah dikoreksi terhadap shale dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan dibawah.
Φ𝑁𝑐 = 𝑁𝑃𝐻𝐼 − (𝑉𝑠ℎ × Φ𝑁𝑠ℎ )
𝑉𝑠ℎ = Volume shale (dari GR Log)
Φ𝑁𝑠ℎ = Porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan
shale

3. Permeabilitas
Permeabilitas batuan perlu diketahui agar kita tau seberapa
besar kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.

75 𝑥 Ø 𝑒𝑓𝑓 𝑅𝐻𝑂𝐵3 2
𝐾 𝑒𝑓𝑓 = ( )
𝑆𝑤 𝑖𝑟𝑟

Apabila yang terdapat pada zona terpilih adalah gas maka


persamaan yang digungakan adalah :

144

3

S w  250 x
Swirr
Dan apabilan zona terpilih merupakan minyak maka persamaan yang
digunakan adalah :


3

S w  75 x
Swirr

K = permeabilitas, mD
SW = saturasi, fraksi

φ = porositas, fraksi
(Sw) irr = irreducible water saturation (SW diatas zone transisi)

C = tetapan tergantung density hidrokarbon


(C = 250 untuk gas)

4. Saturasi Air
Saturasi air perlu diketahui untuk mengetahui pada zona
interest berisi minyak atau air, dengan mengetahui saturasi air maka
bisa menentukan persentasi air pada zona tersebut.
𝑆𝑆𝑃+6.77
a. 𝑅𝑚𝑓(𝑇𝑓) = ( 𝑇𝐹+6.77 ) 𝑥𝑅𝑚𝑓@𝑇

b. 𝑅𝑚𝑓(𝑒𝑞) = 0.85 𝑥𝑅𝑚𝑓(𝑇𝑓)


c. 𝑘𝑐 = 61 + (0.133 𝑥𝑇𝑓)
d. 𝑘𝑐 = 61 + (0.133 𝑥𝑇𝑓)
1
e. 𝐹 = Ø 𝑒𝑓𝑓𝑅𝐻𝑂𝐵2

𝑅𝑤𝑒𝑞
f. 𝑆𝑤𝑅𝐻𝑂𝐵 = √𝐹𝑥 𝑅𝑡

g. 𝑆𝑜 = 1 − 𝑆𝑤
h. 𝐵𝑉𝑊 = 𝑆𝑤𝑅𝐻𝑂𝐵𝑥 Ø 𝑒𝑓𝑓𝑅𝐻𝑂𝐵
𝐵𝑉𝑊𝑥(1−𝑉𝑠ℎ)
i. 𝑆𝑤𝑖𝑟𝑟 = Ø 𝑒𝑓𝑓𝑅𝐻𝑂𝐵

145
5. Cut Off
Cut off merupakan perpotongan yang dicari pada log Gamma
ray. Log untuk menentukan batas shalestone dan sandstone. Dimana
jika nilai gamma ray nya tinggi maka diindikasikan sebagai shalestone
dengan warna hijau, dan jika gamma ray bernilai rendah maka
diindikasikan sebagai sandstone dengan warna kuning. Pencarian cut
off yaitu menjumlahkan nilai GR max dan GR min pada log gamma
ray lalu dibagi dengan dua.
𝐺𝑟𝑀𝑖𝑛 + 𝐺𝑟𝑀𝑎𝑥
𝐶𝑢𝑡𝑂𝑓𝑓 =
2

146

Anda mungkin juga menyukai