01
Halaman : 1 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti
1. TUJUAN
Mengetahui besaran-besaran core yang diukur oleh uji yang dilakukan di laboratorium.
2. JENIS METODE
2.1. ANALISA CORE RUTIN (ROUTINE CORE ANALYSIS)
Core yang dianalisa meliputi conventional core dan sidewall core. Besaran-besaran yang
diukur pada uji ini adalah :
1. Porositas.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability - kair) dan permeabilitas yang ekivalen
terhadap liquid (kL).
3. DAFTAR PUSTAKA
4. DAFTAR SIMBOL
a = faktor sementasi
F = faktor resistivitas formasi
kair = permeabilitas udara (air permeability)
kL = permeabilitas liquid
kr = permeabilitas relatif
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi
RI = Indeks Resistivitas (Resistivity Index)
Sw = saturasi air
1. TUJUAN
Mengolah hasil Analisa Batuan Inti (core), yaitu porositas, permeabilitas dan saturasi untuk
digunakan dalam menentukan perhitungan cadangan dan perhitungan teknik reservoir lainnya.
2.2. PERSYARATAN
Diperlukan hasil analisa batuan inti serta interpretasi log untuk harga porositas dan saturasi.
Harga batas , k dan Sw.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PERHITUNGAN POROSITAS RATA-RATA
1. Siapkan data porositas terhadap kedalaman dari hasil analisa batuan inti dan interpretasi log
sumur yang bersangkutan.
2. Plot porositas hasil analisa batuan inti terhadap porositas hasil interpretasi log untuk
kedalaman yang sama. Tarik garis yang mewakili titik-titik tersebut. Persamaan garis ini
diperkirakan dengan menggunakan analisa regresi yang persamaannya dicantumkan di
Lampiran.
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log terhadap kedalaman sumur-sumur yang tidak
dilakukan pengintian.
4. Dengan menggunakan hasil plot dari langkah 2, tentukan harga porositas batuan inti
ekivalen dari harga-harga porositas di langkah 3.
5. Kumpulkan semua data porositas dari analisa batuan inti dan porositas ekivalen dengan
urutan membesar.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 2 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata
6. Tentukan harga cut-off porositas dan sisihkan data porositas yang lebih kecil dari cut-off
tersebut. Harga cut-off dapat dilihat pada bagian penilaian formasi (PF).
7. Tentukan jumlah selang data dengan menggunakan persamaan berikut :
S = 1 + 3.3 log n (1)
dimana :
S = jumlah selang minimum
n = jumlah data
8. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk di dalam masing-masing selang.
9. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang dibagi dengan
jumlah data seluruhnya.
10. Plot selang porositas terhadap frekuensi. Porositas sebagai sumbu ordinat dan frekuensi
sumbu absis.
11. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang.
12. Porositas rata-rata dihitung sebagai berikut :
n
= f ii (2)
i 1
dimana :
fi = frekuensi pada suatu selang
i = harga-tengah porositas pada selang
12. Dalam setiap selang, hitung permeabilitas rata-rata secara aritmatik (kA)j, yaitu :
n
k i
(k A ) j = i =1
(6)
n
dimana : n = jumlah data permeabilitas dalam selang
ki = harga-harga permeabilitas dalam selang
13. Permeabilitas rata-rata secara geometrik dan seluruh contoh dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
kG = 10A (7)
dimana :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 4 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata
n
A = f j log(k A ) j (8)
j =1
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Amyx, James W., Bass, Daniel M. dan Whiting, Robert L. : "Petroleum Reservoir Engineering -
Physical Properties", McGraw Hill Book Company, 1960.
2. Craft, B. C. dan Hawkins, H. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall Inc.,
Englewood Cliffs, N.J., 1959.
3. Frick, Thomas C. : "Petroleum Production Handbook", Vol. II - Reservoir Engineering, SPE of
AIME Dallas-Texas, 1962.
4. Timmerman, E. H. : "Practical Reservoir Engineering", Part I, PennWell Books, Tulsa,
Oklahoma, 1982.
5. DAFTAR SIMBOL
fj = frekuensi pada j
Fj = frekuensi kumulatif pada selang j
h = ketinggian di atas permukaan batas air
k = permeabilitas
kA = permeabilitas rata-rata secara aritmatik
kG = permeabilitas rata-rata secara geometrik
ki = permeabilitas awal
kj = batas selang permeabilitas
n = jumlah data dalam selang
Pc = tekanan kapiler
Sw = saturasi air
= porositas
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Porositas suatu batuan berpori adalah fraksi dari volume batuan total yang berongga, yaitu :
Permeabilitas suatu batuan berpori adalah kemudahan fluida untuk mengalir melalui batuan
berpori tersebut pada suatu gradien tekanan tertentu. Satuan yang digunakan adalah Darcy atau
milli-Darcy (mD). Batuan berpori mempunyai permeabilitas l Darcy apabila fluida dengan
viskositas 1 cp, mengalir melalui batuan ini yang bersisi 1 cm dengan laju aliran 1 cm3/detik
pada perbedaan tekanan sebesar 1 atm.
Rongga di dalam batuan berpori sebagian dapat berisi cairan dan sebagian lagi berisi gas. Fraksi
volume rongga atau pori-pori yang diisi cairan dinyatakan sebagai saturasi cairan, yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan dengan volume pori-pori keseluruhan.
Sebagai contoh saturasi air adalah :
Volume air di dalam batuan berpori
Sw = (12)
Volume pori pori keseluruhan
Apabila batuan berpori hanya berisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1 (13)
Dengan demikian apabila Sw dapat ditentukan, maka harga So dapat dihitung, yaitu :
So = 1 Sw (14)
Harga-harga porositas, permeabilitas dan saturasi air dapat ditentukan berdasarkan analisa
batuan inti di laboratorium dan selain itu porositas dan saturasi air dapat pula ditentukan dari
interpretasi log secara kuantitatif.
Apabila di suatu reservoir dilakukan beberapa pengintian, hasil analisa batuan inti di
laboratorium digunakan dengan hasil interpretasi log setelah dikoreksi dengan hasil
laboratorium dapat digunakan sebagai data untuk menentukan besarnya porositas, permeabilitas
dan saturasi air rata-rata di seluruh reservoir dengan menggunakan metode statik.
xi xi Yi xi Y
2
i
A= (19)
( xi ) 2
n x2
B=
Y Ani
(20)
x i
dimana harga A, B, xi dan Yi tergantung dari jenis regresi yang digunakan, ditunjukkan pada
tabel berikut :
Regresi xi Yi a b
Linier xi Yi A B
Eksponensial xi ln Yi eA B
Logaritmik log xi Yi A B
Power log xi log Yi 10A B
Untuk menilai apakah analisa regresi yang dipilih cukup mewakili data yang dianalisa, perlu
dihitung koefisien regresi (R2 ). Koefisien tersebut dihitung dengan persamaan berikut :
A Yi + b xi Yi 1 / n( Yi ) 2
R =
2
(21)
( Yi ) 2 1 / n( Yi ) 2
Apabila analisa regresi yang dipilih memberikan harga R2 1 ini berarti bahwa hampir semua
titik data terletak pada persamaan regresi. Jika diperoleh R2 < 1, berarti banyak titik data yang di
luar persamaan regresi. Dengan perkataan lain, makin kecil harga R2, titik data makin terpencar.
Tabel 1 (Lanjutan)
Tabel 1 (Lanjutan)
(Pc)res Sw
0 1
0.361 0.941
0.722 0.898
1.444 0.763
2.889 0.484
5.417 0.333
12.639 0.244
25.278 0.194
54.167 0.167
0.265 - 0.302 = 2
0.302 - 0.339 = 5
0.339 - 0.376 = 6
0.376 - 0.413 = 13
0.413 - 0.450 = 11
0.450 - 0.487 = 15
0.487 - 0.525 = 23
3. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang dibagi
dengan jumlah data seluruhnya :
0.265 - 0.302 = 2/75 = 0.027
0.302 - 0.339 = 5/75 = 0.067
0.339 - 0.376 = 6/75 = 0.08
0.376 - 0.413 = 13/75 = 0.173
0.413 - 0.450 = 11/75 = 0.147
0.450 - 0.487 = 15/75 = 0.2
0.487 - 0.525 = 23/75 = 0.307
4. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang, yaitu : 0.2835, 0.3205,
0.3575, 0.3945, 0.4315, 0.4685, 0.506
5. Hitung porositas rata-rata :
n
= f i i = (0.0267)(0.2835) + (0.0667)(0.3205) + (0.08)(0.3575) +
i 1
k 0 = 2 0 (1.35) = 1.35
k1 = 21 (1.35) = 2.7
k 2 = 2 2 (1.35) = 5.4
k 3 = 2 3 (1.35) = 10.8
k 4 = 2 4 (1.35) = 21.6
k 5 = 2 5 (1.35) = 43.2
k 6 = 2 6 (1.35) = 86.4
k 7 = 2 7 (1.35) = 172.8
k 8 = 28 (1.35) = 345.6
k 9 = 2 9 (1.35) = 691.2
2. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing selang :
1.35 - 2.7 = 7
2.7 - 5.4 = 14
5.4 - 10.8 = 8
10.8 - 21.6 = 2
21.6 - 43.2 = 2
43.2 - 86.4 = 2
86.4 - 172.8 = 5
172.8 - 345.6 = 14
345.6 - 691.2 = 21
3. Hitung frekuensi tiap selang :
1.35 - 2.7 = 7/75 = 0.093
2.7 - 5.4 = 14/75 = 0.187
5.4 - 10.8 = 8/75 = 0.107
10.8 - 21.6 = 2/75 = 0.027
21.6 - 43.2 = 2/75 = 0.027
43.2 - 86.4 = 2/75 = 0.027
86.4 - 172.8 = 5/75 = 0.067
172.8 - 345.6 = 14/75 = 0.187
345.6 - 691.2 = 21/75 = 0.28
k G = 101.695 = 49.5 mD
144 Pc
h=
w o
(Pc)res Sw h
(psia) (ft)
0 1 0
0.361 0.941 4.297
0.722 0.898 8.595
1.444 0.763 17.190
2.889 0.484 34.380
5.417 0.333 64.463
12.639 0.244 150.413
25.278 0.194 300.827
54.167 0.167 644.629
700
600
Ketinggian Dari Free Water Surface, h, ft
500
400
300
200
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Saturasi Air Rata-Rata, Sw
1. TUJUAN
Membuat data tekanan kapiler rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir dari sejumlah hasil
analisis batuan inti (core analysis).
2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.
3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE KORELASI LEVERETT J - FUNCTION
1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan inti yang
menghasilkan parameter berikut :
- Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw) dari masing-masing batuan inti.
- Tegangan permukaan ( ).
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Amyx, J. W., Bass Jr., D. M. dan Whiting, R. L.: "Petroleum Reservoir Engineering Physical
Properties", McGraw-Hill, 1960.
5. DAFTAR SIMBOL
Huruf Yunani :
= porositas, fraksi
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Data tekanan kapiler didapatkan dari analisis batuan inti di laboratorium. Analisis contoh
tersebut merupakan bagian yang sangat kecil untuk dapat mewakili reservoir atau formasi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, seluruh data tekanan kapiler yang diukur dari contoh batuan inti
yang berasal dari reservoir tersebut digabungkan dan kemudian ditentukan kurva tekanan kapiler
yang mewakili atau representatif untuk reservoir tersebut.
Ada dua metode untuk memperoleh kurva tekanan kapiler yang representatif :
- Metode Leverett (Leverett J - function)
- Metode Statistik - Guthrie
A. Metode Leverett
Leverett membuat fungsi korelasi yang didefinisikan sebagai berikut :
0. 5
P k
J (S w ) = c (2)
dimana :
Pc = tekanan kapiler
= tegangan permukaan
k = permeabilitas
= porositas
Dapat ditambahkan bahwa apabila digunakan satuan lain yang cocok kecuali di atas, hanya
akan menggeser kurva pada sumbu - Y. Beberapa penulis melibatkan "cos ", dimana
adalah sudut kontak, sehingga fungsi korelasi Leverett menjadi :
0 .5
Pc k
J (S w ) = (1)
cos
Gambar 1 memperlihatkan contoh hubungan antara J(Sw) terhadap Sw dari berbagai formasi.
1. TUJUAN
Menentukan kurva kr versus S rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir atau formasi dari
sejumlah analisa contoh batu inti (core analysis).
2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung yang tersedia untuk :
a. Sistem Air - Minyak
- Tabel atau kurva kro dan krw terhadap Sw
- Dari Tabel atau Kurva tersebut baca harga titik akhir (end points) :
kro @ Swc
kro @ Sor
krw @ Swc
krw @ Sor
b. Sistem Gas - Minyak
- Tabel krg dan kro ternadap saturasi cairan (SL)
- Data harga titik akhir :
kro @ Swc
kro @ Sgr
krg @ Swc
krg @ sgr
S w S wc
S w* =
1 S wc S or
k ro @ S w
k ro* =
k ro @ S wc
k rw @ S w
*
k rw =
k rw @ S or
b. Sistem Gas - Minyak
Buat tabel SL,, kro, krg, S L* , k *ro , k *rg seperti pada contoh, dimana :
S L S wc
S L* =
1 S wc S or
k ro @ S L
k ro* =
k ro @ S wc
k rg @ S L
k rg* =
k rg @ S or
c. Sistem Gas - Air
Buat tabel Sw, krg, krw, S *w , k *rg , k *rw seperti pada contoh, dimana :
S w S wc
S w* =
1 S wc S gr
k rg @ S w
k rg* =
k rg @ S wc
k rw @ S w
*
k rw =
k rw @ S gr
k *ro dan k *rw dibaca dari kurva di langkah 4 untuk setiap harga S *w .
(
S w = S w* 1 S wc S or + S wc )
(
k ro = k ro* k ro @ S wc )
k rw = k rw
*
(k rw @ S or )
N
(S ) wc i
S wc = i =1
N
N
(S ) or i
S or = i =1
N
N
(k ro @ S wc )i
k ro @ S wc = i =1
N
N
(k rw @ S or )i
k rw @ S or = i =1
(
S L = S L* 1 S wc S gr + S wc )
k ro = k (k
*
ro ro @ S wc )
k rg = k (k
*
rg rg @ S or )
N
(S ) wc i
S wc = i =1
(S )
N
gr i
S gr = i =1
N
N
(k ro @ S wc )i
k ro @ S wc = i =1
(k @ S gr )i
N
rg
k rg @ S gr = i =1
(
S w = S w* 1 S wc S or + S wc )
k rg = k rg* (k rg @ S wc )
k rw = k rw
*
(k rw @ S gr )
N
(S ) wc i
S wc = i =1
(S )
N
gr i
S gr = i =1
(k @ S wc )i
N
rg
k rg @ S wc = i =1
(k @ S gr )i
N
rw
k rw @ S gr = i =1
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
kr = permeabilitas relatif
krg = permeabilitas relatif gas
kro = permeabilitas relatif minyak
krw = permeabilitas relatif air
S = saturasi
Sg = saturasi gas
Sgr = saturasi gas residu
SL = saturasi cairan = So + Swc
Sor = saturasi minyak residu
Sw = saturasi air
Swc = saturasi air konat, dianggap sama dengan Swi
krg @ Sgr = permeabilitas relatif gas pada Sgr
krg @ SL = permeabilitas relatif gas pada SL
krg @ Sw = permeabilitas relatif gas pada Sw
kro @ SL = permeabilitas relatif minyak pada SL
kro @ Sw = permeabilitas relatif minyak pada Sw
kro @ Swc = permeabilitas relatif minyak pada Swc
krw @ Sgr = permeabilitas relatif air pada Sgr
krw @ Sor = permeabilitas relatif air pada Sor
krw @ Sw = permeabilitas relatif air pada Sw
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Apabila dilakukan pengukuran permeabilitas relatif (kr terhadap S) dari sejumlah analisis contoh
batuan inti yang berasal dari reservoir yang sama, hampir selalu didapatkan harga titik akhir (end
points : Swc, Swi, Sor, Sgr) yang berbeda untuk setiap analisis core sehingga akan menghasilkan
bentuk kurva kr terhadap S yang berbeda pula.
Sebuah kurva kr(S) yang representatif untuk suatu reservoir diperoleh dengan cara normalisasi
dan de-normalisasi harga-harga titik akhir analisis core. Adapun harga yang dinormalisasi adalah
sebagai berikut :
Sistem
Titik Akhir
Gas/Minyak Gas/Air Air/Minyak
kro @ Swi atau Swc 1.0 - 1.0
kro @ Sor atau Sgr 0 - 0
krw @ Swi atau Swc - 0 0
krw @ Sor atau Sgr - 1.0 1.0
krg @ Swi atau Swc 0 1.0 -
krg @ Sor 0 0 -
Berdasarkan harga titik akhir tersebut di atas, kurva kr terhadap S yang diperoleh dari hasil
pengukuran dinormalisasikan berdasarkan rumus berikut :
Tabel 1
Normalisasi Titik-Titik Akhir
k rw @ S w k rw @ S w
k *rw -
k rw @ S gr k rw @ S or
k rg @ S L k rg @ S w
k *rg -
k rg @ S or k rg @ S wc
S L S wi S w S wi S w S wi
S *w
1 S wi S gr 1 S wi S gr 1 S wi S or
Perhitungan di atas dilakukan terhadap data yang didapatkan dari setiap analisis core. Kemudian
plot seluruh harga k *r dan S* yang didapat seperti pada Gambar 1.
Karena titik k *r (S*) tersebar, maka kurva normalisasi rata-rata harus diperkirakan seperti pada
Gambar 1.
Untuk melakukan de-normalisasi, yaitu menentukan kurva kr(S) yang mewakili atau
representatif, lakukan perata-rataan harga "end points" seluruh hasil analisis core yang ada
dengan formula sebagai berikut :
N
(endpoint) i
(endpoint ) rata rata = i =1
dimana End Point adalah harga-harga Swc, Swi, Sor, Sgr, dan lain-lain dari setiap sampel dan N
adalah jumlah sampel yang diukur.
Langkah terakhir untuk mendapatkan kurva kr(S) adalah menghitung harga kr dan S dengan
menggunakan rumus pada Tabel 1 dimana harga S* dan k *r dibaca dari kurva k *r (S*) rata-rata
pada Gambar 1.
Sampel # 1 :
Sw (fraksi) kro (fraksi) krw (fraksi)
0.528 0.973 0
0.639 0.170 0.060
0.653 0.136 0.070
0.668 0.105 0.083
0.711 0.046 0.126
0.754 0.016 0.194
0.771 0.003 0.222
0.779 0.0003 0.237
0.782 0 0.265
Swc = 0.528
Sor = 0.218
krw@Sor = 0.265
kro@Swc = 0.973
Sampel # 2 :
Sw (fraksi) kro (fraksi) krw (fraksi)
0.535 0.81 0
0.7442 0.081 0.0638
0.8139 0.0243 0.0858
0.8404 0.0016 -
0.8604 0.0002 -
0.8670 0 0.11
Swc = 0.535
Sor = 0.133
krw@Sor = 0.11
kro@Swc = 0.81
Sampel # 3 :
Sw (fraksi) kro (fraksi) krw (fraksi)
0.3920 0.9 0
0.4114 0.7560 0.0119
0.4633 0.4590 0.0408
0.6220 0.0270 0.1224
0.6577 0.0090 0.1377
0.7095 0.0003 -
0.7160 0 0.17
Swc = 0.392
Sor = 0.284
krw@Sor = 0.17
kro@Swc = 0.9
Dari ketiga sampel tersebut, akan dibuat kr(Sw) rata-rata dengan proses normalisasi de-
normalisasi.
Penyelesaian :
Dari masing-masing titik akhir (end point) yang diketahui, lakukan normalisasi sebagai berikut :
S w S wc
S w* =
1 S wc S or
k ro @ S w
k ro* =
k ro @ S wc
k rw @ S w
*
k rw =
k rw @ S or
Sampel # 1 :
S w 0.528 S 0.528
S w* = = w
1 0.528 0.218 0.2540
k ro @ S w
k ro* =
0.973
k rw @ S w
*
k rw =
0.265
Tabel 2
Normalisasi Titik-Titik Akhir Sampel 1
0.528 0.973 0 0 1 0
Sampel # 2 :
S w 0.535 S 0.535
S w* = = w
1 0.535 0.133 0.3320
k ro @ S w
k ro* =
0.81
k rw @ S w
*
k rw =
0.11
Tabel 3
Normalisasi Titik-Titik Akhir Sampel 2
0.535 0.81 0 0 1 0
Sampel # 3 :
S w 0.392 S 0.392
S w* = = w
1 0.392 0.284 0.3240
k ro @ S w
k ro* =
0.9
k rw @ S w
*
k rw =
0.17
Tabel 4
Normalisasi Titik-Titik Akhir Sampel 3
0.392 0.9 0 0 1 0
Plot S *w vs k *r untuk ketiga sampel tersebut pada satu kertas grafik Kartesian (Gambar 2).
Baca harga S *w , k *ro , k *rw dan hitung harga Sw, kro dan krw berdasarkan harga titik-titik akhir rata-
Tabel 5
Normalisasi Titik-Titik Akhir Rata-Rata dari Tiga Sampel
0 1 0 0.485 0.894 0
dimana :
S w = S w* (1 S wc S or ) + S wc
S w = S w* (0.3030) + 0.485
k rw = k rw
*
(k rw @ S or ) = k rw
*
(0.182)
Plot harga kr terhadap S hasil de-normalisasi di atas pada kertas kartesian (Gambar3).
1. TUJUAN
Menentukan kurva permeabilitas relatif dari data tekanan kapiler.
2.2. PERSYARATAN
Diperlukan hubungan antara tekanan kapiler dan saturasi.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PERHITUNGAN PERMEABILITAS RELATIF DENGAN METODE PURCELL
1. Siapkan data tekanan kapiler terhadap saturasi.
2. Hitung permeabilitas relatif fluida pembasah (wetting phase fluid) dengan persamaan berikut :
S = S wt
dS /( P )
2
c
k rwt = S =0
S =1
(1)
dS /( P )
2
c
S =0
3. Hitung permeabilitas relatif fluida bukan pembasah (non-wetting phase fluid) dengan
persamaan berikut :
S =1
dS /( P )
2
c
S = S wt
k rnwt = S =1
(2)
dS /( P )
2
c
S =0
dS /( P )
3
c
k rwt = S =0
S =1
(3)
dS /( P )
3
c
S =0
3. Hitung permeabilitas relatif fluida bukan pembasah (non-wetting phase fluid) dengan
persamaan berikut :
S =1
dS /( P )
3
c
S = S wt
k rnwt = S =1
(4)
dS /( P )
3
c
S =0
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
1. TUJUAN
Tujuan dari bab ini adalah untuk memberikan metode perhitungan permeabilitas relatif tiga fasa
berdasarkan data permeabilitas relatif dua fasa air-minyak dan minyak-gas.
Kondisi fluida dalam tiga fasa (minyak, gas dan air) dalam reservoir bukanlah hal yang jarang terjadi
selama proses produksi sehingga pengetahuan akan permeabilitas relatif tiga fasa menjadi penting.
Pengukuran secara langsung permeabilitas relatif tiga fasa di laboratorium tidaklah mudah dan
memerlukan jumlah percobaan yang berlipat dibandingkan dengan mengukur permeabilitas relatif
dua fasa.
2. PERSYARATAN
Metode yang digunakan adalah Normalized Stones Method I dan Normalized Stones Method II,
Tersedia dua set data permeabilitas relatif air-minyak dan minyak-gas,
Sistem adalah water-wet (akan tetapi dapat juga dipakai untuk oil-wet), minyak dianggap sebagai
intermediate wetting phase dan gas dianggap sebagai least wetting phase,
Jika saturasi minyak berkurang, gunakan kurva imbibisi untuk air-minyak dan kurva drainage
untuk minyak-gas,
Jika saturasi air berkurang, gunakan kurva drainage untuk air-minyak dan minyak-gas.
Daftar Pustaka
Daftar Simbol
# + $
TEKNIK RESERVOIR
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata-Rata
3. LANGKAH KERJA
K
k rg ( S w , S g ) = k rg ( S g ) (2)
#
LANGKAHKERJA31
+
20
$
Langkah Kerja
K
Langkah-langkah
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.06
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 3/4
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Tiga Fasa
Sg
S g* = (6)
1 S wc S om
S om = S orw + (1 ) S org (7)
Sg
= 1 (8)
1 S wc S org
k k rog
k ro ( S w , S g ) = k rocw row + k rw + k rg (k rw + k rg ) (9)
k rocw k rocw
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Stone, H. L. : "Probability Model for Estimating Three-Phase Relative Permeability," JPT (Feb.
1970) 214-218.
2. Fayers, F. J. dan Mathews, J. D. : "Evaluation of Normalized Stones Methods for Estimating
Three-Phase Relative Permeabilities," SPEJ (April 1984) 224-232.
3. Fayers, F. J. : "Extension of Stones Method I and Conditions for Real Characteristics in Three-
Phase Flow," SPE 16965; Proceeding of The 62nd Annual Technical Conference and Exhibition of
SPE, Dallas, TX, September 27-30, 1987.
Batas antara zona minyak dan zona air atau zona gas dan zona air, masing-masing disebut sebagai
Water - Oil Contact (WOC) dan Gas - Water Contact (GWC), perlu diketahui dalam upaya
menghitung atau memperkirakan volume minyak atau gas mula-mula di tempat (Original Oil In Place
atau Original Gas In Place). Batas antara zona gas (gas cap) dan zona minyak disebut Gas-Oil
Contact (GOC). Penentuan atau perkiraan batas (contact) dimaksud dapat dilakukan dengan
menggunakan data atau kombinasi data yang ada berikut ini :
1. Data/hasil interpretasi logs (electric log, Neutron-Density log),
2. Data Repeat Formation Tester (RFT), yaitu data gradien tekanan statik pada masing-masing zona
tersebut di atas,
3. Data analisa fluida reservoir, terutama sifat-sifat fisik dan kimiawinya, dan
4. Data analisa batuan inti (Conventional dan Special Core Analysis).
Bilamana semua data tersebut ada, maka penentuan WOC atau GWC harus terintegrasi. Pada situasi
tertentu mungkin saja hanya sebagian data yang tersedia dan ini harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Perlu dicatat bahwa bila ada data RFT, maka perpotongan garis gradien tekanan minyak
atau gas dengan garis gradien tekanan air merupakan posisi atau kedalaman Free Water Level (FWL),
bukan WOC atau GWC, kecuali threshold Pressure-nya PCT = 0. Bila harga PCT 0 (dari data
capillary pressure), maka WOC atau GWC berada di atas FWL sejauh :
144 PCT 144 PCT
h= atau h =
water oil water gas
Semua parameter dalam kondisi reservoir dan h, PCT dan masing-masing dalam satuan feet, psi dan
lb/cuft.
2. METODE ADCAP
Ada situasi tertentu saat mana WOC atau GWC tidak atau belum tertembus oleh satu atau lebih sumur
yang sudah dibor. Bila pada situasi ini WOC atau GWC harus diperkirakan, maka ada cara estimasi
(metode Adcap) memperkirakan posisi FWL di bawah base sand (terutama untuk reservoir yang
relatif homogen) sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan : permeabilitas absolut (kgas), porositas (), saturasi air (Sw) vs Depth dan Pc
vs Sw.
2. Tentukan displacement pressure (Pd) :
937.8
Pd =
(
k 0.3406 )
dimana Pd dalam satuan psi, k dalam millidarcy dan dalam fraksi.
3. Hitung faktor geometri pori-pori (Fg) :
2
k 0.1254
ln 5.21
Fg =
2.303
4. Hitung Pc untuk harga Sw di (dekat) base sand :
Fg
log Pc = + log Pd
ln(1 S w )
5. Prakiraan FWL dari base sand ke bawah sejauh hFWL (dalam satuan feet) :
144 Pc
hFWL =
water oil
atau untuk reservoir gas :
hFWL = 0.37 Pc
6. Bila ada data tekanan kapiler, maka posisi WOC atau GWC di bawah base sand adalah :
144 PCT 144 PCT
hWOC = hFWL atau hGWC = hFWL
water oil water gas
Hasil estimasi di atas perlu dicek terhadap kedalaman spill point-nya, konsultasikan dengan
geologist Anda apakah posisi kedalaman WOC melebihi spill point-nya atau tidak. Juga, cek tebal
kolom hidrokarbon (minyak dan/atau gas) hHC dan ini perlu data tekanan kapiler dari cap rock atau
seal :
PdS PdR
hHC
0.433( water HC )
dimana :
PdS = displacement pressure dari seal, psi
PdR = displacement pressure dari reservoir, psi
water = densitas air formasi, gr/cc
HC = densitas minyak atau gas, gr/cc
hHC = tebal kolom minyak atau gas dalam reservoir, feet
3. DAFTAR PUSTAKA
1. Hawkins, J. M., Luffel, D. L. dan Harris, T. G. : "Capillary Pressure Model Predicts Distance to
Gas/Water, Oil/Water Contact", Oil and Gas Journal, January 18, 1993, page 39-43.
1. TUJUAN
Mengenal sifat-sifat fisik fluida reservoir, sehingga dapat digunakan untuk menentukan cara yang
paling tepat untuk memproduksi reservoir yang bersangkutan.
2. METODE
Metode yang digunakan adalah table look-up berdasarkan rules of thumb yang berlaku selama ini,
yaitu berdasarkan harga GOR pada awal produksi, gravity cairan di stock-tank dan warna cairan pada
stock-tank.
Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-3. Titik gelembung (titik - 2)
merupakan kasus istimewa dari saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.
Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak dari reservoir ke permukaan. Hal ini
menyebabkan penyusutan pada minyak. Walaupun demikian, kondisi separator yang berada pada
lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah cairan yang relatif cukup besar sampai di
permukaan.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. McCain, William D., Jr. : "The Properties of Petroleum Fluids Second Edition," PennWell
Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1990.
2. McCain, William, D., Jr. : "Heavy Components Control Reservoir Fluid Behavior," Technology
Today Series, SPE 28214, S.A. Holditch & Assocs. Inc., 1994.
Tabel 1
Ringkasan Petunjuk Penentuan Jenis Fluida dari Data Lapangan
Retrograde
Black Oil Volatile Oil Wet Gas Dry Gas
Gas
Rasio inisial
produksi
< 1,750 1,750 - 3,200 > 3,200 > 15,000* 100,000
gas/cairan,
scf/STB
Gravity inisial
cairan stock- < 45 > 40 > 40 s/d 70 Tidak ada cairan
tank, oAPI
Warna cairan Sedikit
Gelap Berwarna Bening Tidak ada cairan
stock-tank berwarna
*Untuk keperluan teknis.
Tabel 2
Hasil Yang Diinginkan Dari Analisa Laboratorium Terhadap Ke-5 Jenis Fluida
Retrograde
Black Oil Volatile Oil Wet Gas Dry Gas
Gas
Perubahan fasa Titik Titik
Titik embun Tidak terjadi Tidak terjadi
di reservoir gelembung gelembung
C7+, %mol > 20 20 12.5 < 12.5 < 4* < 0.7*
Faktor volume
formasi minyak
< 2.0 > 2.0 - - -
pada titik
gelembung
*Untuk keperluan teknis.
1. TUJUAN
Mengetahui teknik pengambilan fluida reservoir yang akan digunakan sebagai data representatif
dalam analisa fluida reservoir. Hasil analisa fluida reservoir ini digunakan dalam kegiatan-kegiatan
berikut ini :
Perhitungan cadangan minyak dan/atau gas,
Perkiraan potensi dan produksi sumur,
Perencanaan jenis dan ukuran fasilitas permukaan,
Pemilihan metode pengangkatan buatan dan/atau EOR, dan
Simulasi reservoir.
2.2. PERSYARATAN
Syarat-syarat yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan fluida reservoir adalah
sebagai berikut :
a. dilakukan se-awal mungkin sebelum tekanan reservoir kurang dari tekanan awalnya.
b. sumur harus dibersihkan (cleaned-up) sebelum pengambilan sampel.
c. para teknisi harus memilih sumur yang produktivitasnya tinggi agar dapat mempertahankan
tekanan setinggi mungkin pada formasi di sekeliling sumur tersebut.
d. sumur yang dipilih tidak boleh memproduksi air bebas, tetapi jika hanya tersedia sumur yang
memproduksi air bebas, maka penempatan ruang sampel di dasar sumur harus dilakukan
dengan sangat hati-hati.
e. sumur yang dipilih harus pernah diproduksi dengan rasio gas-minyak yang stabil.
f. laju alir yang digunakan serendah mungkin untuk menghindari tekanan di sekitar lubang bor di
bawah tekanan jenuh.
g. perlu dilakukan pengambilan sampel pada beberapa kedalaman untuk reservoir yang tebal dan
permeabilitas vertikalnya cukup besar, karena komposisinya yang berbeda sebagai akibat
pengaruh gravitasi.
h. pengukuran temperatur pada saat pengambilan sampel dilakukan seteliti mungkin terutama
untuk near-critical-fluids (volatile oil dan retrograde gas).
sehingga tekanannya masih di atas tekanan jenuh (Gambar 2). Jika kondisinya
seperti Gambar 3 dimana tekanan pada zona minyak di bawah tekanan jenuh,
maka metode bottom-hole sampling tidak dapat dilakukan.
Gambar 2. Profil Tekanan Selama Penutupan Sumur - Sebagian Zona Oil Tekanannya lebih dari
Tekanan Jenuh
Gambar 3. Profil Tekanan Selama Penutupan Sumur - Seluruh Zona Oil Tekanannya kurang dari
Tekanan Jenuh
Ada tiga teknik yang dilakukan untuk mengambil contoh fluida pada kondisi ini,
yaitu formation tester, DST tools, dan production tools.
DST tool dapat mengambil sampel dengan volume yang besar dan dapat
digunakan sampai tekanan 20,000 psi, temperatur mencapai 450oF dan dapat
digunakan untuk konsentrasi H2S yang tinggi. Kerugiannya adalah memerlukan
waktu yang cukup lama.
Keuntungan menggunakan production tools adalah dapat ditempatkan di depan
perforasi, ukurannya sesuai dengan completion string dan fluida sampel valid
untuk analisa PVT. Sedangkan kerugiannya adalah hanya 1 liter fluida yang dapat
diambil.
3.1.3. Pengontrolan Kualitas Dari Contoh Fluida Hasil Pengambilan Sampel Di Dasar Sumur
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memastikan validitas dari contoh fluida adalah :
Mengukur tekanan buka dari tabung sampel (sampler) pada temperatur ruang
Mengukur volume sampel pada temperatur ruang
Mengukur tekanan jenuh sampel pada temperatur ruang
Saat penentuan tekanan jenuh (dilakukan dengan mengamati perubahan kompresibilitas
fluida terhadap perubahan tekanan), sampel harus diaduk terlebih dulu karena tekanan
jenuh sulit diidentifikasi dari pengukuran ini jika tidak dilakukan pengadukan. Perbedaan
hasil penentuan tekanan jenuh tanpa dan dengan pengadukan dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5.
Untuk sampel retrograde gas, penentuan tekanan jenuh tidak dapat dilakukan dengan cara
di atas tetapi dilakukan dengan tes PVT.
3.1.5. Kekurangan
Salah satu kekurangan terbesar dalam metode ini adalah hanya sedikit jumlah sampel dari
fluida lubang sumur yang diperoleh (beberapa liter). Oleh karena itu, salah satu cara
terbaik untuk memeriksa apakah rasio gas-minyak sudah benar adalah dengan mengambil
beberapa sampel di bawah permukaan dan membandingkan tekanan saturasinya pada
temperatur batas di lokasi sumur. Hal ini dapat dilakukan menggunakan pompa injeksi
merkuri dan pengukur tekanan yang akurat yang disambungkan pada sampel. Ruang
tersebut umumnya mengandung fasa minyak dan gas bebas akibat pengurangan pada
temperatur antara lubang sumur dan permukaan. Penginjeksian merkuri meningkatkan
tekanan di dalam ruang sampel sampai pada suatu tekanan saturasi yang berhubungan
dengan batas temperatur permukaan, seluruh gas akan terlarut. Tekanan saturasi ini dapat
dideteksi dengan mudah karena adanya suatu perubahan yang mencolok pada
kompresibilitas antara fluida 2 fasa dan 1 fasa. Jika hal tersebut ditentukan secara
ekperimental di lokasi sumur, dimana sampel yang berturut-turut memiliki perbedaan
tekanan saturasi yang nyata, menandakan alat telah rusak atau sumur tidak dikondisikan
dengan baik.
Sebagai tambahan, sangatlah perlu menentukan tekanan dan temperatur statik reservoir
dengan uji sumur sebelum pengambilan sampel.
Selama uji sumur (well testing) atau uji produksi (production testing) pada sumur eksplorasi
sangat dimungkinkan untuk mengambil contoh fluida dari kepala sumur (wellhead), choke
manifold atau tes separator tergantung dari sifat fluida dan kondisi alirannya. Pengambilan contoh
fluida sebelum separator mensyaratkan tekanan di kepala sumur harus lebih tinggi dari tekanan
jenuh jika menggunakan metode konvensional atau paling tidak seragam (homogeneous) jika
menggunakan metode isokinetic sampling.
Metode yang umum dilakukan adalah separator recombination sampling. Teknik ini dilakukan
dengan mengambil contoh minyak dan gas dari separator. Selain sebagai backup dari metode
downhole sampling, pengambilan contoh fluida di permukaan dilakukan jika :
Volume fluida yang dibutuhkan besar (misalnya akan digunakan untuk keperluan kajian EOR),
Tekanan alir dasar sumur kurang dari tekanan jenuh atau water-cut yang tinggi.
Tantangan yang perlu diatasi pada metode ini adalah memastikan ketelitian pengukuran laju alir
dan kondisi separator yang stabil sebelum dan sesudah sampling.
Pada pengambilan sampel fluida di permukaan, sejumlah volume minyak dan gas diambil
secara terpisah pada kondisi separator dan direkombinasi untuk memberikan campuran
sampel fluida. Peralatan permukaan ditunjukkan secara skematis pada Gambar 6. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada pengambilan contoh fluida dengan metode ini adalah sebagai
berikut :
laju alir serendah mungkin
kondisi stabil yang ditandai oleh :
! laju alir gas dan minyak stabil
! tekanan kepala sumur stabil, dan
! tekanan alir dasar sumur stabil
contoh fluida diambil dari separator dengan tekanan tertinggi jika sistem produksi
menggunakan beberapa tingkat separator
contoh liquid dan gas diambil pada waktu yang bersamaan
gas-oil-ratio juga perlu dicatat pada saat pengambilan sampel
pengukur gas dan liquid harus dikalibrasi dengan benar
injeksi chemical (glycol, methanol, atau wax inhibitor) sebelum separator harus
dihentikan, dan diberikan rentang waktu untuk memastikan chemical tersebut sudah
tidak ada dalam fluida produksi sebelum dilakukan sampling
Secara singkat pelaksanaan pengambilan contoh fluida dengan metode ini adalah seperti
berikut ini. Sumur diproduksi pada laju yang stabil untuk suatu periode beberapa jam dan
rasio gas-minyak diukur dalam scf dari gas separator per stock tank barrel minyak. Jika
rasio ini stabil selama periode pengukuran, maka dapat dipastikan bahwa dengan
merekombinasi minyak dan gas pada rasio yang sama akan menghasilkan suatu campuran
sampel fluida reservoir yang representatif. Bahkan, hanya sedikit penyesuaian yang harus
dibuat untuk menentukan rasio yang sebenarnya dimana sampel-sampel harus
direkombinasi. Hal ini karena, seperti terlihat pada Gambar 5, sampel minyak diambil
pada tekanan dan temperatur separator mengingat rasio gas-minyak diukur secara relatif
pada stock tank barrel, jadi rasio rekombinasi yang diperlukan adalah :
Secara dimensi, rasio gas-minyak yang terukur harus dikalikan dengan faktor penyusutan
dari separator ke kondisi stock tank. Faktor ini biasanya ditentukan di laboratorium sebagai
tahap pertama dari suatu analisa PVT dari sampel rekombinasi permukaan dengan
menempatkan sejumlah kecil sampel minyak dalam suatu sel pada kondisi separator yang
tepat dan membebaskannya (ekspansi flash) ke sel kedua yang dipertahankan pada kondisi
stock tank di lapangan. Selama proses ini, sejumlah gas akan dibebaskan dari sampel
separator akibat penurunan tekanan dan temperatur dan volume minyak stock tank yang
berkurang akan diukur sehingga memungkinkan perhitungan langsung dari S. Untuk dapat
melakukan percobaan tersebut, sangatlah penting bahwa para teknisi harus mengukur
secara akurat tekanan dan temperatur yang berlaku pada separator dan stock tank selama
pengambilan sampel dan menyediakan data ini untuk laboratorium.
3.2.2. Kelebihan
Salah satu keistimewaan dari metode pengambilan sampel rekombinasi di permukaan
adalah secara statistik metode ini memberikan harga yang dapat diandalkan dari rasio gas-
minyak yang diproduksi, yang diukur melalui suatu periode beberapa jam; lebih jauh lagi,
metode ini memungkinkan pengambilan sampel fluida dalam jumlah besar. Tentu saja,
seperti metode pengambilan sampel di bawah permukaan, metode pengambilan sampel di
permukaan hanya akan menyediakan rasio gas-minyak yang benar bila tekanan di sekitar
sumur adalah pada atau di atas tekanan gelembung. Jika tidak, rasio gas-minyak di
permukaan akan menjadi lebih rendah atau lebih tinggi, tergantung pada apakah saturasi
gas bebas di reservoir berada di bawah atau di atas saturasi kritik dimana gas akan mulai
mengalir. Mengingat hal tersebut, maka harus ditekankan bahwa pengambilan sampel PVT
harus dilakukan secepat mungkin di awal masa produksi lapangan untuk memfasilitasi
pengambilan sampel di mana minyak dan gas digabungkan pada rasio yang benar.
Ada tiga metode untuk pengambilan contoh fluida fasa gas di separator, yaitu :
menggunakan tabung silinder yang divakumkan,
menggunakan kontainer yang dibersihkan dengan mengalirkan gas dari separator
kedalamnya, dan
menggunakan kontainer yang diisi brine sebelumnya.
Teknik yang diutamakan untuk dipakai adalah dengan menggunakan tabung silinder yang
divakumkan. Skema pengambilan sampel dengan teknik ini ditunjukkan oleh Gambar 7.
Pipa yang menghubungkan separator dengan tabung sampel perlu dialirkan gas dari
separator terlebih dulu untuk membersikan kontaminasi kemudian gas dialirkan ke dalam
tabung beberapa saat sampai tekanan pada alat ukur mencapai tekanan separator.
Teknik yang kedua adalah dengan mengisi tabung sampel dengan gas dari separator
melalui valve sebelah atas dan gas dikeluarkan dari valve sebelah bawah. Proses ini adalah
bagian dari conditioning tabung sampel. Selama proses conditioning ini, tabung sampel
dipertahankan temperaturnya untuk menghindari kondensasi gas. Setelah dianggap cukup,
valve sebelah bawah ditutup dan pengambilan sampel dimulai.
Teknik yang ketiga adalah mengisi tabung sampel dengan brine terlebih dulu. Kemudian
gas dari separator dialirkan ke dalam tabung sampel melalui valve sebelah atas dan valve
sebelah bawah dibuka untuk mengeluarkan brine. Setelah seluruh brine keluar karena
pendesakan gas, kedua valve ditutup. Metode ini tidak dianjurkan karena adanya sifat
kelarutan gas inorganic (CO2 dan H2) maupun gas organic hidrokarbon.
Volume sampel yang diperlukan tergantung dari GOR dan tekanan separator dan sebagai
aturan umum adalah sebagai berikut (1 botol sampel = 20 liter) :
Jika GOR < 1,500 scf/bbl, maka diperlukan 2 botol sampel.
Jika 1,500 < GOR < 3,000 scf/bbl, maka diperlukan 3 botol sampel.
Jika GOR > 3,000 scf/bbl, maka diperlukan 4 botol sampel.
3.3.2. Kelebihan
1. Metode ini sangat cepat dan jika digunakan bersama separator yang berukuran kecil dan
memiliki kontrol temperatur akan memungkinkan suatu analisa dari fluida reservoir di
lapangan.
2. Tabung sampel dapat dihubungkan langsung pada botol sampel sehingga sampel yang
diperoleh sebanding dengan sampel dasar-sumur yang diambil pada kondisi mengalir.
3. Fluida dari tabung sampel dapat dipisahkan sehingga bisa diperoleh sampel gas dan
cairan secara terpisah seperti pada metode rekombinasi.
4. Akurasi yang lebih besar dapat diperoleh dengan memisahkan aliran sampel dan
mengambil sampel gas dan cairan sendiri-sendiri.
3.3.3. Kekurangan
1. Metode ini tidak akurat pada fluida dengan kandungan cairan yang tinggi karena sulit
memastikan pasokan yang memadai dari gas dan cairan ke dalam tabung sampel untuk
rasio cairan-gas mengalir yang tinggi.
2. Sebagian besar cairan akan terkonsentrasi di sepanjang dinding pipa dan menyebabkan
gesekan.
3. Tabung sampel yang diletakkan di tengah-tengah pipa akan memperoleh proporsi gas
yang lebih besar daripada yang sesungguhnya.
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
1. TUJUAN
Mengetahui dan memahami metode-metode analisa fluida di laboratorium.
2. JENIS METODE
2.1. EKSPANSI KOMPOSISI KONSTAN (CONSTANT COMPOSITION EXPANSION)
Metode ini disebut juga flash vaporization atau PV test. Contoh data yang didapat dari constant
composition expansion ditunjukkan oleh Tabel 1. Deskripsi metode ini adalah sebagai berikut
(Gambar 1) :
1. Contoh fluida dimasukkan dalam sel dengan temperatur reservoir dan tekanan di atas tekanan
reservoir.
2. Tekanan di dalam sel diturunkan tahap demi tahap dengan memperbesar volume ruangan sel
yang ditempati fluida. Pada setiap tahap tekanan dan volume total diukur. Volume diplot
terhadap tekanan. Proses ini dilakukan terus sampai terjadi perubahan kemiringan pada plot
antara volume dan tekanan (Gambar 2). Tekanan pada kondisi ini adalah tekanan gelembung
(bubble point).
3. Kemudian tekanan kembali diturunkan secara bertahap, dimana pada setiap tahap fluida di
dalam sel diusahakan berada pada kesetimbangan dengan menggoyang sel agar terjadi
pencampuran fluida di dalam sel. Volume dan tekanan pada kondisi setimbang ini juga
dicatat pada setiap tahap.
4. Langkah 3 diulang sampai volume sel maksimum dicapai.
terhadap tekanan. Proses ini dilakukan terus sampai terjadi perubahan kemiringan pada plot
antara volume dan tekanan (Gambar 2). Tekanan pada kondisi ini adalah tekanan bubble
point.
3. Kemudian tekanan kembali diturunkan secara bertahap, dimana pada setiap tahap fluida di
dalam sel diusahakan berada pada kesetimbangan dengan menggoyang sel agar terjadi
pencampuran fluida di dalam sel. Volume dan tekanan pada kondisi setimbang ini juga
dicatat pada setiap tahap.
4. Gas bebas dikeluarkan seluruhnya dari sel pada kondisi tekanan konstan. Volume gas yang
dikeluarkan dan minyak di dalam sel diukur pada kondisi tekanan dan temperatur sel.
Volume gas juga diukur pada kondisi standar.
5. Langkah 3 dan 4 diulang sampai tekanan sel mencapai tekanan atmosfir dan hanya minyak
yang tersisa di dalam sel.
Tabel 1
5,000 0.9810
4,500 0.9850
4,000 (Pi) 0.9850
3,500 0.9975
3,330 (Pb) 1.0000
3,290 1.0025
3,000 1.0270
2,700 1.0603
2,400 1.1060
2,100 1.1680
Tabel 2
Contoh Data Hasil Differential Liberation1
Tabel 3
Contoh Data Hasil Constant Volume Depletion4
3. DAFTAR PUSTAKA
4. DAFTAR SIMBOL
Gambar 2. Penentuan Tekanan Bubble Point dari Data Constant Composition Expansion atau dari
Data Differential Liberation
1. TUJUAN
Menganalisa hasil pemeriksaan laboratorium tentang PVT fluida reservoir, hidrokarbon dan
mengolahnya menjadi bentuk kurva faktor volume formasi (B), viskositas (), kelarutan gas (Rs) dan
kompresibilitas (c) minyak dan gas sebagai fungsi tekanan untuk memudahkan pemakaian di
lapangan.
2.2. PERSYARATAN
Data PVT flash dan differential tersedia kedua-duanya. Untuk analisa faktor volume formasi gas
(Bg) dibutuhkan harga faktor penyimpangan gas (Z).
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENGOLAHAN DATA MINYAK
3.1.1. Penghalusan Data Flash
1. Atas dasar harga perbandingan volume pengamatan terhadap volume pada tekanan
V
saturasi hitunglah harga Y dengan menggunakan persamaan :
Vsat
( Pb P )
Y= (1)
V
P 1
Vsat
2. Buat grafik Y terhadap P pada kertas kartesian dan cari persamaan linier Y dalam P :
Y = a + bP (2)
V
3. Hitung kembali harga volume relatif sebagai fungsi tekanan (P) berdasarkan
Vsat
persamaan :
V ( P P)
= 1 + b (3)
Vsat aP + bP 2
V
P
V V R
= (4)
Vsat V P
V b
R
2. Hitung harga V dan P berdasarkan persamaan :
V
V = 1 (5)
Vsat
P = Pb P (6)
3. Buat grafik V terhadap P pada kertas grafik log-log dan tentukan persamaan garis
linier dari hubungan tersebut menurut persamaan :
log V = log B + C log P (7)
atau :
V = B (P ) C
V
4. Hitung kembali harga berdasarkan persamaan linier dari langkah 3 :
Vsat
V
= 1 B(P ) C (8)
Vsat
V V V
= (9)
VR Vsat P VR Pb
2. Harga faktor volume formasi minyak berdasarkan proses differential (Bod) ditentukan
berdasarkan hubungan berikut ini :
V
Bod = (11)
VR
atau :
V 1
Bod =
Vsat (volume saturasi)
V 1
Bod = (12)
Vsat VR
3. Dari laporan hasil PVT differential dapat dibaca harga gas yang larut pada tekanan
jenuh dan tekanan yang lebih kecil masing-masing adalah Rsdb dan Rsd. Dari harga
tersebut dihitung harga gas yang telah dibebaskan sampai suatu harga tekanan tertentu,
yaitu :
( Rsdb Rsd ) (13)
4. Harga faktor volume formasi minyak (Bo) dan gas yang terlarut (Rs) dihitung dengan
persamaan :
Bofb
Bo = Bod (14)
Bodb
( Bofb )
Rs = Rsfb ( Rsdb Rsd ) (15)
( Bodb )
5. Plot Bo dan Rs terhadap tekanan (P).
Catatan :
Harga Bo untuk P > Pb sama dengan harga Bof pada tekanan yang sama.
Harga Boi sama dengan harga Bof pada tekanan reservoir awal Pi. Harga Boi ini
digunakan untuk menentukan cadangan minyak. Karena tekanan formasi berbeda pada
setiap kedalaman, maka untuk lapisan yang berbeda perlu menggunakan Boi yang
berbeda pula.
( Bob Boi )
co = (16)
Boi ( Pi Pb )
awal Zi. Harga Bgi ini digunakan untuk menentukan cadangan gas. Karena tekanan
formasi berbeda pada setiap kedalaman, maka untuk lapisan yang berbeda perlu
menggunakan Bgi yang berbeda pula.
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
Subskrip :
d = proses differential
f = proses flash
b = kondisi jenuh (saturated)
i = kondisi awal
s = kondisi standar
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Proses Pembebasan Gas
Pengukuran PVT dilaksanakan sedekat mungkin mencerminkan proses pembebasan gas
dari minyak yang terjadi mulai dari reservoir, tubing, pipa alir di permukaan sampai
separator dan tanki. Pembebasan gas dari larutan yang terjadi di tubing, pipa alir,
separator dan tanki mendekati proses flash, sedangkan di dalam reservoir mungkin terjadi
dua macam pembebasan gas yang berbeda tergantung harga saturasi gas (Sg), yaitu :
1. pembebasan gas flash bila saturasi gas (Sg) < saturasi gas equilibrium (Sge)
2. pembebasan gas differential bila Sg > Sge
Plot Y terhadap P adalah linier sehingga dapat dicari konstanta a dan b dari
persamaan :
Y = a + bP (2)
V
Jadi harga dihitung kembali berdasarkan persamaan :
Vsat
V ( P P)
= 1 + b (3)
Vsat aP + bP 2
dimana plot P terhadap P pada kertas grafik log-log adalah linier sehingga konstanta
B dan C dapat dihitung.
V
Harga dihitung kembali dengan menggunakan persamaan :
Vsat
V
= 1 B(P ) C (8)
Vsat
V 1
Bof = (18)
Vsat bo
Faktor volume minyak differential dihitung berdasarkan volume residu (VR) dengan
menggunakan persamaan :
V 1
Bod =
Vsat VR
V 1
Bod = (12)
Vsat V R Pb
Pada umumnya harga Rsf untuk P > Pb tidak dilaporkan dalam hasil PVT, walaupun
demikian harga perkiraan Rsf dihitung berdasarkan persamaan :
Bofb
Rsf = Rsd (20)
Bodb
Harga kelarutan gas dalam minyak untuk proses pelepasan gas differential dapat dibaca
pada laporan hasil PVT mulai tekanan jenuh. Jadi Rsd dibaca langsung dari hasil PVT.
Bofb
Jika harga Rsfb < ( Rsdb Rsd ) mungkin terjadi pada tekanan yang rendah, maka
Bodb
Rs negatif ini dihilangkan saja. Rs dibuat sama dengan nol untuk P = 14.7 psia dan kurva
Rs terhadap P dibuat berdasarkan Rs yang positif dan nol tadi.
Bob Boi
co (16)
Boi ( Pi Pb )
Viskositas minyak diperoleh dari data flash, sehingga secara langsung dapat dibuat plot o
terhadap P.
6.2. PENENTUAN Bo
Harga Bo diperoleh dari hasil gabungan data PVT proses pelepasan gas flash dan differential.
Sebagai contoh : data PVT seperti tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sebelum perhitungan Bo
ini perlu dilakukan dua langkah :
1. Penentuan parameter operasi separator. Untuk contoh gunakan P = 100 psig dan T = 75 F,
seperti tercantum pada Tabel 2.
2. Penghalusan data flash dan differential dari hasil PVT.
V
4. Harga untuk P < Pb dihitung berdasarkan persamaan :
sat
V
V 3,236 P
= 1+
Vsat 1.3860 P 3.1746 10 4 P 2
5. Dengan menggunakan parameter operasi separator P = 100 psig dan T = 75 F serta
Tabel 2 diperoleh faktor penyusutan minyak (bo) = 0.5949. Jadi, harga faktor volume
minyak flash (Bof) untuk P < Pb adalah :
V 1
Btf =
Vsat bo
3,236 P 1
Btf = 1 + 4 2
bbl/STB
1.3806 P 3.1746 10 P 0.5949
dan :
1
Bofb = = 1.6810 bbl/STB
0.5949
Sedangkan Bof pada P < Pb, dihitung berdasarkan persamaan :
V
Bof = Bofb
Vsat
V
Bof = 1.6810
Vsat
Hasil perhitungan Bof dicantumkan pada Tabel 6 dan grafik Bof dapat dilihat pada
Gambar 2.
V
dan harga ini diperoleh dari persamaan :
Vsat
V V / VR
=
Vsat (V / VR ) b
2. Hitung harga V dan P untuk P < Pb dengan persamaan :
V
V = 1
Vsat
P = Pb P
Hasil perhitungan diberikan pada Tabel 7.
3. Plot V terhadap P pada kertas grafik log-log. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.
4. Tarik garis linier melalui hasil plot pada butir 3 dan cari persamaan linier tersebut.
Persamaan linier log V = log B + C log P ditentukan atas harga koordinat dua
titik, yaitu :
V = 0.08 P = 470
V = 0.2 P = 1,550
log 0.2 log 0.08
C= = 0.7679
log 1,550 log 470
log B = log 0.2 0.7679 log 1,550
= - 3.1448
B = 7.0986 10-4
V 1
Bod =
Vsat VR
V
Bod = Bodb
Vsat
Dari Tabel 1 diperoleh :
Bodb = 2.075 bbl/STB
Hasil perhitungan dicantumkan pada Tabel 8 sedangkan grafik Bod terhadap P dapat
dilihat pada Gambar 4.
6.3. PENENTUAN Rs
Contoh perhitungan Rs gabungan menggunakan data yang tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2,
yaitu harga Rsfb, Rsdb dan Rsd. Langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Sesuai dengan parameter operasi separator P = 100 psig dan T = 75 F diperoleh Rsfb dari
Tabel 2.
Rsfb = 950 + 68 = 1,018 SCF/STB
2. Dari Tabel l diperoleh harga :
Rsdb = 1,518 SCF/STB
6.4. PENENTUAN Bg
Data PVT differential mengandung harga Z sebagai fungsi dari P seperti Tabel 3. Atas dasar
harga ini Bg dihitung dengan menggunakan harga T = 258 F dan persamaan :
P
B g = 35.35
ZT
Untuk beberapa harga tekanan, plot Bg terhadap P diberikan pada Gambar 7.
P (psig) Z Bg (SCF/cuft)
2,938 0.886 164.1
2,607 0.879 146.8
2,301 0.878 129.8
1,903 0.884 106.8
1,505 0.897 83. 4
Gambar 1. Fungsi Y
TABEL 1
Contoh Data Fluida Reservoir dari Uji Flash dan Differential Liberation
TABEL 1 (sambungan)
Contoh Data Fluida Reservoir dari Uji Flash Vaporization dan Differential Liberation
Catatan: Data pada kolom (2) diperoleh dari uji flash vaporization.
Data pada kolom (3), (4), (5), dan (6) diperoleh dari uji differential
liberation.
TABEL 2
Contoh Data Fluida Reservoir dari Uji Flash Vaporization dan Differential Liberation
TABEL 3
Data-Data Lain
TABEL 4
Data Volumetrik dari Fluida Reservoir
TABEL 5
Harga Y
TABEL 6
Faktor Volume Minyak Flash
TABEL 7
Harga V dan P
TABEL 8
Faktor Volume Formasi Minyak Differential
TABEL 9
Faktor Volume Formasi Minyak Gabungan
TABEL 10
Faktor Gas Terlarut (Rs) Gabungan
PERSAMAAN KEADAAN
1. TUJUAN
Mengenal dan memahami persamaan keadaan yang telah digunakan secara luas dalam industri
perminyakan untuk menghitung sifat-sifat fisik dan kesetimbangan uap-cairan dari campuran
hidrokarbon.
2. METODE
Perhitungan sifat-sifat fisik dan kesetimbangan uap-cairan dari campuran hidrokarbon akan
dilakukan dengan persamaan Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson yang merupakan persamaan
kubik dengan dua konstanta empirik.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PERSAMAAN KEADAAN SOAVE-REDLICH-KWONG
1
1. Hitung dan tabulasikan konstanta acj, bj, mj, j 2 dan aTj untuk masing-masing komponen
dengan persamaan :
(RT ) 2
a cj = 0.42747
cj
(1)
Pcj
RTcj
b j = 0.08664 (2)
Pcj
dimana adalah faktor aksentrik Pitzer yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
= (log Pvr + 1) pada Tr = 0.7
dimana Pvr adalah tekanan uap tereduksi yang dihitung pada Tr = 0.7. Maka, harga faktor
aksentrik untuk masing-masing substansi murni adalah suatu konstanta.
j
1
2 (
= 1 + m j 1 Trj
1
2 ) (4)
aT = y i y j (aT i aTj ) 2 (1 ij )
1
(7)
i j
dimana ij adalah koefisien interaksi biner, yang diasumsikan tidak tergantung pada tekanan
dan temperatur. Harga koefisien ini diperoleh dengan cara mencocokkan persamaan keadaan
dengan data kesetimbangan gas-cairan untuk masing-masing campuran biner. Harga
koefisien ini berbeda-beda untuk setiap pasangan biner dan persamaan keadaan.
dengan persamaan :
(RT ) 2
a cj = 0.45724
cj
(9)
Pcj
RTcj
b j = 0.07780 (10)
Pcj
j
1
2 (
= 1 + m j 1 Trj
1
2 ) (4)
2. Hitung konstanta campuran, b dan aT dengan persamaan seperti pada langkah 3.1-2 di atas
:
b = y jb j (6)
j
aT = y i y j (aT i aTj ) 2 (1 ij )
1
(7)
i j
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
Huruf Yunani :
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Belakangan ini, penelitian mengenai persamaan keadaan (Equation of State = EOS) telah
kembali kepada semangat dari van der Waals, yaitu persamaan kubik dengan dua buah
konstanta.1 Dua persamaan populer yang telah diterima dalam industri perminyakan, Redlich-
Kwong dan Peng-Robinson, adalah persamaan kubik dengan dua buah konstanta empirik.
Kedua persamaan ini telah digunakan secara luas untuk menghitung sifat-sifat fisik dan
kesetimbangan uap-cairan dari campuran hidrokarbon.
a
P + 1 (VM b) = RT (13)
T VM (VM + b)
2
Keuntungan dari persamaan Clausius adalah konstanta empirik ketiga tidak diikutsertakan.
a
Soave mengusulkan agar 1
digantikan dengan suatu istilah ketergantungan temperatur, yaitu
2
T
aT.3
aT
P + (VM b) = RT (14)
VM (VM + b)
Kenyataan bahwa aT bervariasi pada temperatur menjadi tidak nyaman karena sebagian besar
aplikasi dari persamaan ini adalah pada temperatur yang konstan. Persamaan untuk aT adalah
aT = a c (15)
dimana ac adalah harga dari aT pada temperatur kritik dan adalah suatu bentuk
ketergantungan-temperatur tak berdimensi yang memiliki harga 1.0 pada temperatur kritik.
Modifikasi ini seringkali disebut persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong (Soave-Redlich-
Kwong (SRK) equation of state).
Dengan membuat turunan pertama dan kedua dari persamaan (14) sama dengan nol pada titik
kritik akan menghasilkan :
2
RTc R 2Tc
b = 0.08664 dan a c = 0.42747 (16)
Pc Pc
Satuan dari b dan ac tergantung pada satuan dari harga R yang dipilih.
Harga diperoleh dari :
1
2
(
= 1 + m 1 Tr
1
2 ) (17)
dimana :
m = 0.480 + 1.574 0.176 2 (18)
dimana adalah faktor aksentrik Pitzer , yang didefinisikan sebagai :
4
dimana Pvr adalah tekanan uap tereduksi yang dihitung pada Tr = 0.7. Oleh sebab itu, faktor
aksentrik adalah suatu konstanta untuk setiap substansi murni. Harga-harga tersebut
ditabulasikan pada Tabel 1 di belakang.
aT
P + (VM b) = RT (20)
VM (VM + b) + b(VM b)
Istilah aT adalah ketergantungan pada temperatur seperti pada persamaan keadaan Soave-
Redlich-Kwong; walaupun demikian, harganya tidak sama persis.
Koefisien-koefisien dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
2
RT R 2Tc
b = 0.07780 c dan a c = 0.45724 (21)
Pc Pc
aT = a c (15)
dimana :
1
2
(
= 1 + m 1 Tr
1
2 ) (17)
dan :
Kaidah Pencampuran
Kaidah pencampuran berikut ini direkomendasikan untuk digunakan dalam persamaan keadaan
Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson.6
b = y j b j dan aT = y i y j aTij (23)
j i j
dimana :
1
aTij = (1 ij )(aTi aTj ) 2
(24)
Maka :
aT = y i y j (aTi aTj ) 2 (1 ij )
1
(25)
i j
Istilah ij adalah koefisien interaksi biner, yang diasumsikan tidak tergantung pada tekanan dan
temperatur. Harga dari koefisien ini harus diperoleh dari mencocokkan persamaan keadaan
dengan data kesetimbangan gas-cairan untuk setiap campuran biner.7 Koefisien interaksi biner
memiliki harga yang berbeda-beda untuk setiap pasangan biner dan untuk masing-masing
persamaan keadaan.
Gunakan harga 0.02 untuk koefisien interaksi biner antara metana dan n-butana dan 0.0 antara
metana dan etana.
Penyelesaian
(RT ) 2
a cj = 0.42747
cj
(1)
Pcj
RTcj
b j = 0.08664 (2)
Pcj
j
1
2 = 1 + m j 1 Tr ( 1
2 ) (17)
aTj = a cj j (15)
Tekanan
Temperatur Faktor
kritik,
Komponen kritik, R o
bj acj aksentrik mj j aTj
psia
Tcj j
Pcj
C1 342.9 666.4 0.4784 8,687 0.0104 0.4964 0.6120 5,317
C2 549.5 706.5 0.7232 21,042 0.0979 0.6324 0.8349 17,569
n-C4 765.2 550.6 1.2922 52,358 0.1995 0.7870 1.0591 55,453
aT = y i y j (aTi aTj ) 2 (1 ij )
1
(25)
i j
3. Hitung tekanan.
0.008829cuft
VM = = 1.200cuft / lbmole
0.007357lbmole
RT aT
P= (8)
VM b VM (VM + b)
(10.732)(709.6) 10,773
P=
(1.200 0.6210) (1.200)(1.200 + 0.6210)
P = 8,223 psia
1. TUJUAN
Memperoleh :
1. Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs)
2. Faktor volume formasi minyak (Bo)
3. Kompresibilitas minyak (co)
4. Kelarutan gas alam di dalam air (Rsw)
5. Faktor Volume Formasi air (Bw)
6. Kompresibilitas air (cw)
7. Berat jenis (SG) gas bebas (gf) dan gas terlarut (gd)
8. Kerapatan jenis (density) minyak (o)
9. Kerapatan jenis (density) air (w)
10. Kerapatan jenis (density) gas (g)
11. Faktor deviasi gas (Z)
12. Viskositas minyak (o)
13. Viskositas air (w)
14. Viskositas emulsi (E)
15. Viskositas gas (g)
16. Tegangan permukaan gas-minyak (o)
17. Tegangan permukaan gas-air (w)
18. Tekanan titik jenuh (Pb)
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN PERBANDINGAN MINYAK DAN GAS TERLARUT, Rs (SCF/STB)
3.1.1. Korelasi Lasater (untuk oAPI > 15)
1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P Pb)
Temperatur reservoir (T)
SG gas pada kondisi standar (gsc)
Derajat API minyak (oAPI)
Pb sgc
2. Hitung harga .
T
3. Tentukan harga g dari Gambar 1a berdasarkan harga pada langkah 2.
4. Berdasarkan harga derajat API minyak, tentukan berat molekul efektif minyak stock-
tank (Mo) dari Gambar 1b.
5. Tentukan harga Rs dari persamaan :
(379.3)(350) osc g
Rs =
(1)
M o 1 g
o API o API
Bob = 1 + c1 Rs + c 2 (T 60) + c R (T 60) (6)
3 s
g g
Untuk oAPI 30
c1 = 4.677 10-4 ; c2 = 1.75 10-5 ; c3 = 1.811 10-8
Untuk oAPI >30
c1 = 4.67 10-4 ; c2 = 1.1 10-5 ; c3 = 1.337 10-9
F = Rs
0.74239
g 0.323294 o 1.20204 (11)
141.5
o =
131.5 + o API
F = Rs
0.773572
g 0.40402 o 0.882605 (13)
141.5
o =
131.5 + o API
F = Rs
0.5956
g 0.2369 o 1.3282 + 0.0976T (18)
141.5
o =
131.5 + o API
F = Rs
0.755
g 0.25 o 1.5 + 0.45T (20)
141.5
o =
131.5 + o API
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 7 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir
141.5
o =
131.5 + o API
co =
(
5 Rs 1433 + 17.2T 1180( g ) 12.61 o API ) (23)
1 10 P
5
co = 1.705 10 7 Rs (
0.6957 o
API )
0.3272
T 0.6729 g
0.1885
P 0.5906 (24)
co = 6.8257 10 6 Rs (
0.5002 o
API )
0.3613
T 0.76606 g
0.35505
P 1 (25)
dimana :
A = A0 + A1T + A2T 2 + A3T 3 (27)
dimana :
A0 = 8.15839; A1 = -6.12265 10-2; A2 = 1.91663 10-4; A3 = -2.1654 10-7
dimana :
B = B0 + B1T + B2T 2 + B3T 3 (28)
dimana :
B0 = 1.01021 10-2; B1 = -7.44241 10-5; B2 = 3.05553 10-7;
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 9 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir
B3 = -2.94883 10-7
[ ]
C = C 0 + C1T + C 2T 2 + C3T 3 + C 4T 4 10 7 (29)
dimana :
C0 = -9.02505; C1 = 0.130237; C2 = -8.53425 10-4;
C3 = 2.34122 10-6; C4 = -2.37049 10-9
3. Pengaruh salinitas pada kelarutan gas dalam air formasi dihitung dengan persamaan :
R
log w Brine = 0.0840655ST 0.285854 (30)
Rsw PureWater
Tx = T 60
3.7. PENENTUAN BERAT JENIS (SG) GAS TERLARUT (gd) DAN GAS BEBAS (gf)
3.7.1. SG Gas Terlarut (gd)
1. Siapkan data :
Rs
Derajat API minyak pada 50 F
2. Baca harga gd dari Gambar 6 berdasarkan harga Rs dan API.
P
Ppr = (44)
Ppc
4. Tentukan harga konstanta di bawah ini :
A = 1.39(T pr 0.42) 0.5 0.36T pr 0.101
0.65 2
C= 0.037 Ppr
(T pr 0.86)
6
0.32 Ppr
D= 9 (T pr 1)
10
E = B+C + D
F = 0.132 0.32 log T pr
2
( 0.3106 0.49T pr + 0.1824T pr )
G = 10
5. Hitung harga Z dengan persamaan :
G
Z = A + (1 A)e B + FPpr (45)
AA
5
A A A
Z = 1 + ( A1 + 2 + 33 ) r + ( A4 + 5 ) r + 5 6 r
2
Tr Tr Tr Tr
(49)
A7 r
2
(1 + A8 r ) exp( A8 r )
2 2
+ 3
Tr
dimana :
Pr
r = 0.27
ZTr
A1 = 0.31506237
A2 = -1.04670990
A3 = -0.57832729
A4 = 0.53530771
A5 = -0.61232032
A6 = -0.10488813
A7 = 0.68157001
A8 = 0.68446549
( )
X
oD = 0.32 + 1.87 10 (
7 o
API )
4.53 360
(50)
T + 200
0.43+8.33
o
X = 10 API
(51)
X = 10 z T 1.163 (53)
X = 10 [1.86530.025086 ( ) ]
o
API 0.5644 log(T )
(58)
o = A oD B (61)
o = A oD B (64)
(T + 460)
r = (68)
460
Viskositas di bawah tekanan titik jenuh :
0.14
P
o = ob b exp[2.5 10 4 ( Pb P )] (69)
P
[ ][
F = 0.2001 + 0.8428 10 0.000845 Rs oD
0.43+ 0.5165Y
] (71)
Y = 10 0.00081Rs (72)
w1 = AT B (78)
dimana :
A = A0 + A1 S + A2 S 2 + A3 S 3 (79)
g = 1 x (83)
1
3.16. PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN GAS - MINYAK (o) UNTUK 100 F > T > 68
F
1. Siapkan data :
Temperatur (T)
Tekanan (P)
API
2. Tentukan oD dari Gambar 13.
3. Tentukan Faktor Koreksi (FK) dari Gambar 14 (di dalam %)
FK
4. Tentukan o = oD
100
R
0.83
Pb = 18.2 s 10 X 1.4 (89)
g
X = 0.00091T 0.0125( o API ) (90)
o
API > 30
c1 = 0.0178; c2 = 1.187; c3 = 23.931
Pb = 10 [1.7669+1.7447 X 0.30218 X ]
2
(95)
R 0.816
s T c
g
X = log 0.984 (96)
o
API( )
dimana c = 0.13 untuk minyak volatile dan c = 0.172 untuk black oil.
Pb = (97)
g 1.87784
X =
(
13.1405 0 API ) (106)
(T + 459.67)
o
API 30 :
0.9143
31.746031746(Rs )
Pb = (107)
g 0.7587 10 X
X =
(
11.2895 o API ) (108)
(T + 459.67)
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Brill, J. P. : Two Phase Flow in Pipes, Lecture Notes, University of Tulsa, Oklahoma.
2. Ikoku, Chi. U. : Natural Gas Production Engineering, John Wiley & Sons, 1984.
3. Ahmed, Tarek H. : Hydrocarbon Phase Behavior, Gulf Publishing Company 1989.
4. Dokla, M. E. dan Osman, M. E. : Correlation of PVT Properties for UAE Crudes, SPE 21342,
1990.
5. Al-Shammasi, A. A. : Bubble Point Pressure and Oil Formation Volume Factor Correlations,
SPE 53185, Proceeding of the 1999 SPE Middle East Oil Show, Bahrain, 20-23 February 1999.
6. Lasater, J. A. : Bubble Point Pressure Correlation, JPT (May 1958).
7. Al-Marhoun, M. A. : Pressure-Volume-Temperature Correlations for Saudi Crude Oils, SPE
13718, Proceeding of the SPE 1985 Middle East Oil Technical Conference and Exhibition,
Bahrain, 11-14 March 1985.
8. Khan, S. A., Al-Marhoun, M. A., Duffuaa, S. O. dan Abu-Khasim, S. A. : Viscosity Correlations
for Saudi Arabian Crude Oils, SPE 15720, Proceeding of the Fifth SPE Middle East Oil Show,
Bahrain, 7-10 March 1987.
9. Petrosky Jr., G. E. dan Farshad, F. F. : Pressure-Volume-Temperature Correlations for Gulf of
Mexico Crude Oils, SPE 26644, Proceeding of the 68th Annual Technical Conference and
Exhibition of the Society of Petroleum Engineers, Houston, Texas, 3-6 October 1993.
10. Petrosky Jr., G. E. dan Farshad, F. F. : Viscosity Correlations for Gulf of Mexico Crude Oils,
SPE 29468, Proceeding of the Production Operation Symposium, Oklahoma City, OK, 2-4 April
1995.
11. Glaso, O. : Generalized Pressure-Volume-Temperature Correlations, JPT (May 1980).
12. Kartoatmodjo, R. S. T. dan Schmidt, Z. : New Correlations for Crude Oil Physical Properties,
SPE 23556, 1991.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.2. CONTOH SOAL
6.2.l. Menentukan Rs
6.2.2. Menentukan Bo
6.2.2.1. Korelasi Standing
6.2.2.2. Korelasi Vazquez-Beggs
6.2.2.3. Korelasi Glaso
6.2.2.4. Korelasi Al-Marhoun
6.2.2.5. Korelasi Dokla-Osman
6.2.2.6. Korelasi Obomanu
6.2.2.7. Korelasi Farshad
6.2.2.8. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt
6.2.2.9. Korelasi Abdul Majeed
6.2.3. Menentukan co
6.2.3.1. Korelasi Vazquez-Beggs
6.2.3.2. Korelasi Petrosky-Farshad
6.2.3.3. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt
6.2.4. Menentukan Bw
6.2.4.1. Cara Gould
6.2.4.2. Cara Mc.Cain
6.2.5. Menentukan cw
6.2.6. Menentukan gd
6.2.7. Menentukan o
6.2.8. Menentukan w
6.2.9. Menentukan Z (Cara Wichert & Aziz)
6.2.10. Menentukan Z (Cara Modifikasi Standing)
6.2.11. Menentukan g
6.2.12. Menentukan o
6.2.13. Menentukan E
6.2.14. Menentukan g
(379.3)(350) osc g
Rs =
M o 1 g
(379.3)(350)(0.876) 0.59
Rs = 1 0.59 = 507.1 scf/STB
(330)
6.2.2. Menentukan Bo
6.2.2.1. Korelasi Standing
Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 33 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o
0.5
g
0.5
0.950
C Bob = Rs + 1.25T = 589 + 1.25(250)
o 0.829912
C Bob = 942.6749
( ) (
Bob = 1 + 4.67 10 9 (589 ) + 1.5 10 5 (250 60) )
39
0.950
(
+ 1.337 10 9 (250 60) )
39
0.950
B ob = 1.367005 rb/STB
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.82991
131.5 + API 131.5 + 39
o
0.526
g
0.526
0.950
Bobs = Rs + 0.968T = 589 + 0.968(250) = 874.393
o 0.829912
F = Rs
0.74239
g 0.323294 o 1.20204 = (589) 0.74239 (0.950) 0.323294 (0.829912)1.20204
F = 89.53181
Bob = 0.497069 + 8.62963 10 4 (T + 459.67) + 1.82594 10 3 F
+ 3.18099 10 4 (T + 459.67)
Bob = 0.497069 + 8.62963 10 4 (250 + 459.67) + 1.82594 10 3 (89.53181)
+ 3.18099 10 4 (250 + 459.67)
Bob = 1.272968 rb/STB
F = Rs
0.773572
g 0.40402 o 0.882605 = (589) 0.773572 (0.950) 0.40402 (0.829912) 0.882605
F = 160.4524
Bob = 4.31935 10 2 + 1.56667 10 3 (T + 459.67) + 1.39775 10 3 F
+ 3.80525 10 6 (T + 459.67)
Bob = 4.31935 10 2 + 1.56667 10 3 (250 + 459.67) + 1.39775 10 3 (160.4524)
+ 3.80525 10 6 (250 + 459.67)
Bob = 1.381985 rb/STB
Rs g
Bob = 0.3321 + 7.88374 10 4 + 2.335 10 3
5.6145832 o
(T + 459.67)
+ 2.0855 10 3
1.8
589 (0.950)
Bob = 0.3321 + 7.88374 10 4 + 2.335 10 3
5.6145832 (0.829912)
(250 + 459.67)
+ 2.0855 10 3
1.8
Bob = 1.239706 rb/STB
F = Rs
0.5956
g 0.2369 o 1.3282 + 0.0976T
F = (589) 0.5956 (0.950) 0.2369 (0.829912) 1.3282 + 0.0976(250)
F = 80.91256
X = 2.6541 + 0.551[log( F )] + 0.331[log( F )]
2
X = 0.39777
Bob = 1 + 10 X = 1 + 10 0.39777 = 1.400157 rb/STB
F = R 0.755 0.25 1.5 + 0.45T = (589) 0.755 (0.950) 0.25 (0.829912) 1.5 + 0.45( 250)
s g o
F = 273.6832
Bob = 0.98496 + 0.0001F 1.5 = 0.098496 + 0.0001( 273.6832) 1.5
Bob = 1.437724 rb/STB
0.147
F = Rs g
1.2
o 5.222 = (589)1.2 (0.950) 0.147 (0.829912) 5.222
F = 5626.361
Bob = 0.9657876 + 4.8141 10 5 F 6.8987 10 10 F 2 + 7.73 10 4 T
Bob = 0.9657876 + 4.8141 10 5 (5626.361) 6.8987 10 10 (5626.361) 2 + 7.73 10 4 (250)
Bob = 1.408058rb / STB
6.2.3. Menentukan Co
6.2.3.1. Korelasi Vazquez-Beggs
Data :
o
API = 40.7
g = 0.786
Rsb = 768 scf/STB
T = 220 o F
P = 4514.7 psia
Penyelesaian :
co =
5 Rs 1433 + 17.2T 1180 g 12.61 o API ( )
1 10 P 5
co = 1.705 10 7 Rs (
0.6957 o
API )
0.3272
T 0.6729 g
0.1885
P 0.5906
co = 1.705 10 7 (768) 0.6957 (40.7) 0.3272 (220) 0.6729 (0.786) 0.1885 (4514.7) 0.5906
co = 1.45739 10 5 psi 1
T = 220 o F
P = 4514.7 psia
Penyelesaian :
co = 6.8257 10 6 Rs (
0.5002 o
API )
0.3613
T 0.76606 g
0.35505
P 1
co = 6.8257 10 6 (768) 0.5002 (40.7) 0.3613 (220) 0.76606 (0.786) 0.35505 (4514.7) 1
co = 9.15437 10 6 psi 1
6.2.4. Menentukan Bw
Data :
T = 200 oF
P = 2625 psia
6.2.5. Menentukan cw
Menggunakan data soal 6.2.4, tentukan cw.
Penyelesaian :
Dari Gambar 5, cw (air murni ) = 3.15 10-6 psi-1
Dari Gambar 5, koreksi terhadap gas terlarut, Rsw = 1.08
Jadi cw = (3 10-6)(1.08) = 3.402 10-6 psi-1
6.2.6. Menentukan gd
Data :
Rs = 530 scf/STB
o
API = 30
Penyelesaian :
Dari Gambar 6, untuk Rs = 530 dan API = 30, didapat gd = 0.79.
6.2.7. Menentukan o
Data :
Rs = 530 scf/STB
o
API = 30
gd = 0.79
Bo = 1.327 rb/STB
Penyelesaian :
141.5 141.5
osc = = = 0.876
(131.5 + API ) 131.5 + 30
o
gd (0.0764) Rs
osc (62.4) +
o = 5.615
Bo
(0.79)(0.0764)(530)
(0.876)(62.4) +
o = 5.615 = 45.3 lbm/ft 3
(1.327)
6.2.8. Menentukan w
Data :
Total padatan yang terlarut 10% dan Bw = 1.035.
Penyelesaian :
Dari Gambar 7, wsc = 67 lbm/ft3
67
w = WSC
= = 61.73 lbm/ft
Bw 1.035
= 621.6
P 2000
Ppr = *
= = 3.22
Ppc 621.6
T 610
T pr = *
= = 1.54
T pc 396.2
P 2000
Ppr = = = 3.02
Ppc 663
Tentukan harga konstanta di bawah ini :
A = 1.39(T pr 0.42) 0.5 0.36T pr 0.101
0.65
C= 0.037 Ppr2
(T pr 0.86)
0.65
C= 0.037 (3.02) 2 = 0.6828
(1.45 0.86)
0.32 Ppr6
D= 9 (T pr 1)
10
0.32(3.02) 6
D= = 0.0216
10 9 (1.451)
E = B + C + D = 1.5696
F = 0.132 0.32 log T pr
6.2.11. Menentukan g
Dengan data 6.2.9 dan gf = 0.8, tentukan g .
Penyelesaian :
ZT
B g = 0.0283
P
(0.788)(610)
B g = 0.0283 = 0.006801 cf/SCF
(2000)
gf (0.0764)
g =
Bg
(0.8)(0.0764)
g = = 8.986 lbm/cuft
0.006801
6.2.12. Menentukan o
Data :
T = 220 oF
Rs = 768 scf/STB
o
API = 40.7
Pb = 2685 psia
P = 5000 psia
Penyelesaian :
Dengan menggunakan korelasi Kartoatmodjo-Schmidt untuk menentukan dead oil viscosity.
X = 5.7526 log(T ) 26.9718
X = 5.7526 log(220) 26.9718 = 13.4968
6.2.13. Menentukan E
Data :
o = 0.5876 cp
Jenis emulsi = medium
Persen garam pada emulsi = 50 %
Penyelesaian :
Dari Gambar 10 diperoleh viskositas ratio = 8
E = o Viskositas ratio
= 0.5876 8 = 4.7 cp
6.2.14. Menentukan g
6.2.14.1. Cara Carr et al
Data :
SG gas = 0.8
P = 2000 psia
T = 150 F
y H2S = 10 %
y CO2 = 10 %
Penyelesaian :
Dari Gambar 11 diperoleh : 1 = 0.0111 cp
Korelasi terhadap 10 % H2S = + 0.0003
Korelasi terhadap 10 % CO2 = + 0.0006
1 = 0.0111 + 0.0003 + 0.0006 = 0.0120 cp
Dari soal 6.2.11. : Ppr = 3.02 dan Tpr = 1.45
Dari Gambar 12 diperoleh : = 1.53
1
g = 1 = (1.53)(0.012) = 0.0184 cp
1
g = K10 4 exp( X g Y )
6.2.15. Menentukan og
Data :
o
API = 30
T = 100 oF
P = 2000 psia
Penyelesaian :
Menggunakan Gambar 13 diperoleh oD = 30 dynes/cm
Menggunakan Gambar 14 diperoleh (%) = 23
FK 23
Tentukan o = oD = 30 = 6.9 dyne/cm
100 100
6.2.16. Menentukan wg
Data :
T = 280 oF
P = 2000 psia
Penyelesaian :
Menggunakan Gambar 15, diperoleh w = 40 dynes/cm
6.2.17. Menentukan Pb
6.2.17.1. Korelasi Standing
Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :
X = 0.00091T 0.0125( o API )
X = 0.00091(205) 0.0125(40.3)
X = 0.3172
R
0.83
1000 0.83 0.3172
Pb = 18.2 s 10 X 1.4 = 18.2 10 1.4
g
0.756
Pb = 3391.9 psia
1 1
y= = = 0.645894
1 + 132755 o /( Rs M o ) 1 + [(132755)(0.823632) /(1000 199.4396)]
Pb = Pf (T + 459.67) / g
Pb = 3.8(205 + 459.67) / 0.756
Pb = 3340.9 psia
Penyelesaian :
1 / c2
Rs
Pb =
(
c3 o API
c1 g exp
)
(T + 459.67)
1 / 1.187
1000
Pb =
(23.93)(40.3)
0.0178(0.756) exp
(205 + 459.67)
Pb = 3739.3 psia
R 0.816
s T c 1000 0.816
g ( 205 ) 0.172
0.756 = 1.365128
X = log = log
( o API )
0.984
( 40.3 ) 0.984
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.823632
(131.5 + API ) 131.5 + 40.3
o
0.0053088Rs
0.715082
o 3.1437 (T + 459.67)1.32657
Pb =
g 1.87784
Pb = 112.727 Rs ( 0.5774
10 X g
0.8439
12.34 )
(
Pb = 112.727 (1000) 0.5774
10 ( 0.16068)
)
(0.756) 0.8439 12.34 = 3930.8 psia
1.078748652
(T + 459.67)
0.497
37.42241078Rs
1.8
Pbx =
g 2.15 o
API (1.27
)
1.078748652
(205 + 459.67)
0.497
37 .42241078(1000 )
1.8
Pbx =
2.15
(0.756) (40.3) 1.27
Pbx = 18547.41
Pbx 18547.41
Pb = = = 2690.1 psia
6.894757 6.894757
Penyelesaian :
X = 0.000337T + 0.017771 o API ( )
X = 0.000337(205) + 0.017771(40.3) = 0.785256
0.864
51.65289256 Rs
Pb =
g
0.73495
10 X
0.864
51.65289256(1000)
Pb = 0.73495 = 2956.6 psia
(0.756) 10 ( 0.785256 )
X =
(
11.2895 o API )
(T + 459.67)
11.2895(40.3)
X = = 0.6845
(205 + 459.67)
0.9143
31.746031746 Rs
Pb =
g
0.7587
10 X
0.9143
31.746031746(1000)
Pb = 0.7587 = 2259 psia
(0.950) 10 0.6845
Gambar 2. Hubungan Untuk Memperkirakan Harga Ppc dan Tpc berdasarkan harga SG
Gambar 6. Hubungan untuk Memperkirakan Gas Gravity dari Kelarutan dan Gravity
Gambar 7. Hubungan antara Kelarutan Padatan terhadap Densitas Air Garam pada 14.7 psia dan
60 oF
Gambar 12. Hubungan antara Perbandingan Viskositas terhadap Ppr dan Tpr
Cadangan biasanya direvisi begitu reservoir diproduksikan seiring bertambahnya data geologi
dan/atau engineering yang diperoleh atau karena perubahan kondisi ekonomi.
Perhitungan cadangan melibatkan ketidakpastian yang tingkatnya sangat tergantung pada tersedianya
jumlah data geologi dan engineering yang dapat dipercaya. Atas dasar ketersediaan data tersebut
maka cadangan digolongkan menjadi dua, yaitu proved reserves dan unproved reserves. Unproved
reserves memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih besar dari proved reserved dan digolongkan
menjadi probable atau possible.
2. PROVED RESERVES
Proved reserves dapat diperkirakan dengan cukup teliti untuk dapat diambil atas dasar kondisi
ekonomi saat itu (current economic conditions). Kondisi ekonomi tersebut termasuk harga dan biaya
pada saat dilakukan perkiraan (perhitungan) reserves. Proved reserves digolongkan menjadi
developed atau undeveloped.
Pada umumnya reserves disebut proved jika kemampuan produksi reservoir secara komersial
didukung oleh uji produksi (production test) atau uji lapisan (formation test). Terminologi proved
merujuk pada volume reserves dan tidak pada produktifitas sumur atau reservoir semata. Pada kasus-
kasus tertentu, proved reserves mungkin dapat dihitung berdasarkan analisa data log dan/atau data
core yang menunjukkan bahwa kandungan reservoir adalah hidrokarbon dan memiliki kesamaan
dengan reservoir di daerah yang sama yang sedang diproduksi, atau telah dibuktikan dapat diproduksi
Luas reservoir yang dapat dikatakan proved meliputi (1) daerah yang dibatasi oleh sumur delineasi
dan dibatasi oleh garis kontak fluida (fluid contacts), jika ada, dan (2) daerah yang belum dibor yang
diyakini produktif secara komersial atas dasar data geologi dan engineering yang tersedia. Jika tidak
ada fluid contacts, batas dari proved reserves adalah struktur yang telah diketahui mengandung
hidrokarbon terkecuali jika ada data engineering dan kinerja reservoir yang cukup definitif.
Dikatakan proved reserves jika memiliki fasilitas untuk melakukan proses dan transportasi
hidrokarbon pada saat perkiraan cadangan, atau ada komitmen untuk memasang fasilitas tersebut
nantinya.
Proved undeveloped reserves merujuk pada lokasi yang belum dibor dan memenuhi kriteria berikut :
(1) lokasinya adalah offset dari sumur yang telah terbukti dapat berproduksi secara komersial pada
formasi yang sama,
(2) lokasinya di dalam batas-batas zona produktif yang telah dinyatakan sebagai proved,
(3) lokasinya sesuai dengan regulasi saat itu tentang penetapan well spacing, jika ada, dan
(4) perlu dipastikan bahwa lokasi tersebut akan dikembangkan (diproduksikan).
Di luar empat kriteria tersebut, lokasi yang belum dibor digolongkan proved undeveloped jika
berdasarkan interpretasi data sumur-sumur yang ada menunjukkan bahwa formasi tersebut kontinyu
secara lateral dan mengandung hidrakarbon yang dapat diambil secara komersial.
Reserve yang dapat diproduksikan dengan menggunakan metode atau teknik improved recovery
digolongkan sebagai proved apabila (1) ditunjukkan oleh keberhasilan testing dari proyek
percontohan (pilot project) atau dari produksi atau dari respon tekanan dari metode tersebut yang
dilakukan pada reservoir itu, atau di reservoir yang berdekatan dengan sifat-sifat batuan dan fluida
yang serupa mendukung analisa engineering, dan (2) proyek improved recovery tersebut pasti akan
dilakukan.
Reserves yang akan diambil dengan improved recovery methods yang perlu melalui keberhasilan
serangkaian tes digolongkan sebagai proved hanya (1) setelah produksi yang cukup baik dari
reservoir itu, baik dari percontohan (representative pilot) maupun dari yang sudah terpasang
(installed program), dan proyek improved recovery tersebut pasti akan dilakukan.
Proved reserves, berdasarkan statusnya, digolongkan menjadi dua yaitu developed dan undeveloped.
Penggolongan status reserve menetapkan status pengembangan dan produksi dari sumur dan/atau
reservoir.
2.1. DEVELOPED
Developed reserves diyakini dapat diambil dari sumur yang ada (termasuk reserves behind pipe).
Improved recovery reserves dikatakan developed hanya setelah peralatan untuk maksud itu
dipasang, atau apabila biaya untuk pengadaan dan pemasangan peralatan tersebut sangat kecil.
Developed reserves terbagi lagi menjadi producing dan nonproducing.
Producing
Producing reserves diperkirakan dapat diambil dari interval perforasi yang terbuka pada saat
perhitungan reserves, dan sedang berproduksi. Improved recovery reserves dianggap producing
hanya setelah beroperasi.
Nonproducing
Producing reserves meliputi shut-in dan behind-pipe reserves. Shut-in reserves diperkirakan
dapat diambil dari interval perforasi yang terbuka pada saat perhitungan reserves, tetapi belum
mulai produksi, atau ditutup karena kondisi pasar atau kondisi sambungan pipa, atau tidak dapat
berproduksi karena alasan mekanik, dan waktu tentang kapan akan dijual masih belum pasti.
Behind-pipe reserves diperkirakan dapat diambil dari zona yang ditembus oleh sumur (behind
casing) yang memerlukan kerja komplesi sebelum dimulai produksi.
2.2. UNDEVELOPED
Undeveloped reserves diperkirakan dapat diambil :
1. dari sumur baru pada daerah yang belum dibor (undrilled acreage),
2. dari memperdalam sumur yang ada sehingga menembus reservoir yang berbeda, atau
3. jika diperlukan pembiayaan yang relatif besar untuk melakukan (a) komplesi pada sumur yang
ada atau (b) pemasangan fasilitas produksi dan transportasi.
3. UNPROVED RESERVES
Unproved reserve didasarkan pada data geologi dan/atau engineering seperti halnya yang digunakan
untuk menentukan proved reserves; tetapi ketidakpastiannya secara teknik, ekonomi, kontrak dan
regulasi lebih besar.
Perhitungan unproved reserves dapat dibuat untuk perencanaan internal atau evaluasi khusus.
Unproved reserves tidak bisa ditambahkan dalam proved reserves. Unproved reserves dibagi lagi
menjadi dua, yaitu : probable dan possible.
4. DAFTAR PUSTAKA
Metode Penentuan Net Pay Menggunakan SP Log dan Gamma Ray Log
Metode dasar dan klasik dalam menentukan net pay adalah menggunakan SP log dan/atau gamma ray
log. Menggunakan kriteria normal log untuk menentukan top dan base suatu formasi, atau setidaknya
perubahan tipe batuan dapat diketahui dari SP log atau gamma ray log. Metode penentuan net pay
menggunakan dua log diatas menggunakan asumsi : seluruh batu pasir adalah porous, permeable,
mengandung hidrokarbon, tidak terdapat tar dan bitumen pada batu pasir, dan terdapat partikel shale di
ruang pori. Penentuan net pay dengan menggunakan kedua jenis log di atas memberikan defleksi positif
untuk reservoir dan defleksi negatif untuk non-reservoir.
Metode di atas dapat diterapkan jika stratigrafi reservoir adalah clean sandstone atau sekuen shale yang
sangat porous dan permeable di clean sand. Metode ini selalu digunakan pada langkah awal penentuan
net pay dari suatu reservoir, keputusan kritis dalam metode ini adalah penentuan batuan reservoir dan
batuan non-reservoir.
Metode Penentuan Net Pay Menggunakan Porosity Log, SP Log dan Gamma Ray Log
Metode lain yang lebih rumit adalah menggunakan porosity log yang digabung dengan SP log atau
gamma ray log. Setelah reservoir atau gross sandstone ditentukan dari litologi kemudian ditentukan
batuan yang porous dan permeable.
Seluruh tipe porosity log seperti : sonic, microlog, microlaterolog, density dan caliper dapat digunakan
untuk menentukan net pay sesuai dengan kebutuhan. Setelah porositas dapat ditentukan dengan
menggunakan porosity log, maka dilakukan porosity cut-off, porosity cut-off adalah batas harga porositas
terendah dimana reservoir tidak dapat memproduksi hidrokarbon atau tidak mengandung hidrokarbon.
Dalam melakukan cut-off porositas, maka sensitivitas alat logging yang digunakan harus disebutkan. Jika
porosity log digunakan untuk membuat perkiraan secara kuantitatif dari porositas pada net sand, harga
porositas terendah yang diukur menggunakan log digunakan secara langsung sebagai harga cut-off. Jika
porosity log digunakan untuk mengevaluasi net pay secara kuantitatif hanya batuan reservoir dengan
porositas lebih besar dari batas terendah yang dihitung sebagai net pay, dengan kata lain jika dari log
menampilkan harga porositas dari suatu interval, maka interval tersebut adalah net pay reservoir.
Metode di atas baik digunakan pada clean porous dan permeable reservoir dengan harga porositas yang
besar. Metode ini memberikan hasil yang bagus pada reservoir sandstone dan limestone yang memiliki
perbedaan porositas yang sangat besar. Metode ini sangat berguna untuk menentukan interval pada
lapisan limestone yang berselang dengan dolomite karena harga porositas pada dolomite lebih besar
dibanding porositas di limestone.
Langkah selanjutnya dalam menentukan net pay adalah menggabung analisa core, porosity log, SP log
dan gamma ray log. Dari penggabungan data tersebut, maka permeabilitas dan saturasi air dapat
digunakan untuk membantu dalam penentuan net pay. Cut-off harga permeabilitas dapat dibuat dan
dikorelasikan dengan porositas cut-off. Sedangkan cut-off saturasi dibangun menggunakan log resistivity
dan analisa core, cut-off saturasi digunakan untuk menentukan total minyak yang terjebak di reservoir.
Parameter lain yang sangat penting dalam penentuan net pay adalah permeabilitas relatif, data ini dapat
diperoleh dari hasil analisa core. Permeabilitas relatif sangat berguna ketika melakukan secondary
recovery. Permeabilitas terhadap udara dari batuan reservoir dengan permeabilitas terhadap air atau
minyak selalu membuat perubahan yanh signifikan dalam penentuan cut-off permeabilitas. Salah satu
faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas relatif dari suatu reservoir adalah kehadiran clay.
Jika penentuan net pay bertujuan untuk menginventaris jumlah reservoir, waterflooding dan injeksi gas,
maka metode dan alat yang digunakan untuk menentukan net pay harus lebih beragam untuk
mendapatkan tebal net pay yang terpercaya dan konsekuen dengan volume in-place.
Dari uraian di atas, penentuan harga cut-off untuk mengatasi problem yang muncul selama penentuan net
pay, berbeda dengan penentuan net pay untuk menentukan kandungan hidrokarbon di tempat.
Umumnya penentuan harga cut-off untuk porositas dan permeabilitas didasarkan dari penilaian secara
intuitif. Namun penilaian secara intuitif tidak bisa diterapkan untuk sebaran data porositas dan
permeabilitas yang beragam. Sebagai contoh jika suatu reservoir memiliki harga permeabilitas dari 1,000
millidarcy sampai 0.1 millidarcy, maka kita dapat mengambil harga 0.1 millidarcy sebagai harga cut-off.
Contoh lain jika suatu reservoir memiliki beberapa interval dan harga permeabilitas 50 millidarcy, maka
dalam hal ini penentuan net atau non-net pay lebih penting dibanding menggunakan harga permeabilitas
sebagai harga cut-off. Jika pada lapisan 50 millidarcy itu tidak terdapat data-data yang mendukung
tentang keberadaaan hidrokarbon seperti tidak terdapat saturasi gas atau minyak dari hasil analisa core,
oil staining, fluorescence dan tidak ada saturasi minyak dari perhitungan log, maka dapat disimpulkan
bahwa lapisan tersebut tidak termasuk net pay. Hal lain yang dapat digunakan untuk menentukan net pay
adalah DST atau tes produksi, apakah menghasilkan hidrokarbon atau tidak, bila menghasilkan
hidrokarbon, maka harga cut-off dapat digunakan dengan mengambil harga 50 millidarcy sebagai harga
cut-off. Untuk menghitung kandungan hidrokarbon di tempat, maka interval reservoir yang memiliki
permeabilitas 50 millidarcy tetap dimasukkan walaupun minyak atau gas tidak terproduksi, namun
memiliki harga saturasi minyak atau gas.
Daftar Pustaka
1. Synder R. H. : A Review of the Concepts and Methodology of Determining Net Pay, SPE 3609,
1971.
1. TUJUAN
2.2. PERSYARATAN
Tersedia kombinasi log dari sumur yang menembus lapisan, sehingga dapat ditentukan puncak
dan dasar lapisan, ketebalan bersih lapisan dan batas fluida bila ada. Hasil UKL (Uji Kandung
Lapisan) dapat membantu penetapan kedalaman batas-batas fluida.
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan peta lokasi yang menunjukkan titik tembus sumur kedalaman lapisan.
2. Siapkan log sumur yang menembus lapisan yang telah teruji kandungan hidrokarbon secara
positif. Dari analisis log ini diperoleh parameter berikut :
a. Kedalaman puncak dan dasar lapisan dengan batuan - Ray dan microlog.
b. Ketebalan bersih lapisan dengan bantuan microlog, ketebalan mana ditentukan dari log yang
menunjukkan seperti positif.
c. Kedalaman batas gas-minyak bila ada dan ketebalan bersih lapisan gas dan minyak dengan
bantuan log FDC, CNL dan Microlog. Batas gas-minyak ditandai oleh bertambah besarnya
hasil rekaman porosity unit CNL (mendekati hasil bacaan FDC) ketika log menembus lapisan
minyak.
d. Kedalaman batas minyak-air, bila ada, dari ketebalan bersih lapisan minyak dan air dengan
bantuan log EFT, CNL, FDC.
Catatan :
Penentuan ketebalan lapisan didasarkan pada ketebalan proyeksi vertikal dari titik tembus ke
lapisan.
Perlu dilakukan perhitungan tebal lapisan bagi sumur yang menembus lapisan secara miring.
Hasil UKL dapat digunakan sebagai pegangan utama dalam menentukan batas-batas fluida,
kedalaman paling dangkal yang memberikan produksi cairan 100% air (hw) dan yang
memberikan produksi. Cairan 100% minyak (ho) digunakan sebagai parameter penentuan
kedalaman batas minyak-air rata-rata (hwoc).
Kedudukan alat pada waktu menentukan batas gas-minyak, kalau ada, yang menghasilkan
faktor perbandingan gas minyak sesaat (R) 10,000 SCF/STB digunakan sebagai pegangan
dalam penentuan kedalaman batas gas-minyak.
3. Siapkan tabulasi data yang berisikan nomor sumur, kedalaman puncak dan dasar lapisan,
ketebalan bersih lapisan yang mengandung minyak, air, gas dan ketebalan total serta kedalaman
batas fluida.
4. Buat peta kontur puncak lapisan pada kertas transparan (peta # l). Dari peta ini diperoleh kontur
perpotongan batas gas-minyak dan minyak-air, bila ada.
5. Buat peta kontur dasar lapisan pada kertas transparan (peta # 2). Dari peta ini diperoleh kontur
perpotongan batas minyak-air, bila ada.
Catatan :
Bila tidak ada batas fluida, maka lingkupan struktural pembatas keberadaan hidrokarbon yang
paling rendah digunakan sebagai batas terbawah dari reservoir.
Guna data seismik sebagai pedoman pembuatan peta kontur.
6. Buat peta isopach ketebalan bersih lapisan pada kertas transparan (peta # 3).
7. Ambil kertas transparan dan jiplak kontur perpotongan batas fluida dengan puncak lapisan dari
peta # l beserta kedudukan titik tembus sumur pada puncak lapisan (peta # 4).
8. Jiplak kontur batas fluida dari peta # 2 pada peta # 4.
9. Jiplak peta isopach ketebalan bersih dari peta # 3 ke atas peta # 4. Garis isopach ketebalan bersih
yang terletak di dalam kontur perpotongan batas fluida dengan puncak lapisan sama dengan garis
ketebalan bersih hidrokarbon.
10. Buat garis isopach di antara kedua kontur batas fluida dengan menggunakan kontur perpotongan
batas fluida dengan dasar lapisan sebagai garis ketebalan 0.
Catatan :
Metode pembuatan metoda isopach di atas berlaku untuk batas minyak-air yang horisontal
atau memiliki kedalaman yang relatif sama.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Bankhead, Jr., C. C. : "Processing of Geological and Engineering Data in Multiply Fields for
Evaluation", Petr. Trans, Reprint Series No. 3, SPE-AIME, 1970.
2. Dickey, P. A. : "Petroleum Development Geology", Penn Well Publ. 3rd ed., 1986.
5. DAFTAR SIMBOL
Singkatan :
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Penentuan batas reservoir merupakan masalah utama pembuatan isopach cadangan hidrokarbon.
Batas reservoir berupa puncak dan dasar lapisan serta batas fluida, bila ada. Ada dua sumber
informasi yang dapat digunakan untuk menentukan batas-batas fluida, yaitu : log dan uji
kandung lapisan (UKL). Yang terakhir merupakan pegangan utama.
UKL dilakukan bertahap mulai dari bawah lapisan ke atas. Dalam UKL, reservoir minyak yang
berdampingan dengan aquifer, cairan yang diproduksikan berangsur berubah dari 100 % air, air
+ minyak, kemudian 100% minyak. Kedudukan penyekat terbawah pada saat UKL
menghasilkan 100 % minyak (ho) dan pada saat UKL menghasilkan 100 % air (hw) digunakan
sebagai penentuan kedalaman batas minyak air (hwoc) :
hwoc = 0.5(ho + hw )
Batas gas minyak ditentukan pada saat UKL menghasilkan faktor perbandingan gas-minyak
sesaat (R) 10,000 SCF/STB. Kedudukan penyekat teratas pada saat itu menentukan kedalaman
batas gas-minyak.
1. TUJUAN
Menghitung volume batuan reservoir dari peta isopach dan peta kontur dengan planimeter.
2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.
3. LANGKAH KERJA
3.1. TEKNIK TRAPESOIDE DAN PIRAMIDE
1. Tentukan kontur yang akan diukur dengan planimeter. Jika bagian kontur terlalu besar,
sehingga tidak dapat diukur dengan planimeter dalam satu kali putaran, maka bagilah bagian
tersebut menjadi beberapa bagian.
2. Ukurlah luas bidang kontur. Jika bidang kontur dibagi menjadi beberapa bagian, ukurlah
luas tiap bagian dan jumlahkan untuk memperoleh luas kontur.
3. Susunlah hasil pengukuran setiap bidang kontur. Paling tipis di atas dan menebal ke bawah.
4. Hitung perbandingan luas suatu bidang dengan luas bidang di atasnya (berdasarkan susunan
di langkah (3), yaitu :
A j +1
Aj
dimana : j = nomor urut sesuai dengan langkah 3
j = 0, untuk susunan teratas
A j +1
- Apabila < 0.5 , gunakan persamaan piramide, yaitu :
Aj
h
Vb = ( A j + A j +1 + ( A j . A j +1 ) 0.5 )
3
6. Jumlahkan volume batuan yang diperoleh dari langkah 5 untuk memperoleh volume batuan
reservoir.
n = jumlah selang
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Frick, Thomas C. dan Taylor, R. William : "Petroleum Production Handbook", Volume 2, Society
of Petroleum Engineers of AIME, Dallas - Texas, 1962.
2. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall Inc.,
Englewood Clifts, N. J., 1959.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. PETUNJUK PEMAKAIAN PLANIMETER
Planimeter dipakai untuk mengukur luas bidang datar yang mempunyai bentuk tidak beraturan,
dimana rumus-rumus geometrinya tidak sederhana lagi.
Planimeter memiliki beberapa model seperti tertera dalam Gambar 1. Roller Planimeter dan
bagian-bagiannya pada Gambar 2. Secara lebih teliti gambar dial ditunjukkan pada Gambar 3
dan 4. Untuk alat lain dapat dipelajari dari buku petunjuk yang menyertainya.
4. Tentukan suatu titik (dan beri tanda) pada bidang batas. Titik tersebut dipergunakan
sebagai titik awal proses penelusuran dan juga sebagai titik akhir penelusuran.
TABEL 1
Soal dikutip dari : "Petroleum Production Handbook" Vol. II, Frick, Thomas C. dan Taylor, R.
William, hal. 37-8 - 37-9.
TABEL 2
Kedalaman Luas kontur puncak lapisan Luas kontur dasar lapisan
7250 0 -
7300 24 0
7350 88 42
7400 209 106
7450 378 242
7500 571 409
2. Plot antara luas bidang kontur terhadap kedalaman pada kertas milimeter, Gambar 6.
3. Pada denah tersebut tarik garis batas gas-minyak dan batas air-minyak.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 9 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik
TABEL 3
PERHITUNGAN VOLUME RESERVOIR
1. TUJUAN
Menentukan pengambilan maksimum (primary ultimate recovery) suatu reservoir minyak atau gas
dengan cara volumetrik yang meliputi perhitungan volume minyak atau gas di tempat (original oil
atau gas in place) dan penentuan faktor perolehan primer (primary recovery factor).
2.2. PERSYARATAN
Metode empiris untuk penentuan faktor perolehan ini terutama digunakan untuk reservoir yang
belum diproduksikan atau belum mempunyai data produksi yang memadai.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN VOLUME AWAL MINYAK DAN GAS DI TEMPAT
1. Siapkan data penunjang sebagai berikut :
a. Volume batuan reservoir (Vb), ac-ft
b. Porositas rata-rata ()
c. Saturasi air awal rata-rata (Swi)
d. Faktor volume formasi awal (Boi, Bgi), bbl/STB dan bbl/SCF
2. Apabila reservoir yang dihitung adalah reservoir minyak, maka volume awal minyak di
tempat (N) dan gas yang terlarut (Gs) ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini :
Vb (1 S w )
N = 7,758 (1)
Boi
G s = NRsi (2)
3. Apabila reservoir yang dihitung adalah reservoir gas dan tudung gas (gas cap), maka
volume awal gas di tempat dari reservoir gas bebas (non-associated gas) dan tudung gas
dihitung berdasarkan persamaan (3) :
G = 43,560 Vb (1 S wi ) Ei (3)
dimana :
1
Ei =
B gi
ZT
B gi = 0.02827
P
4. Apabila reservoir yang dihitung adalah reservoir kondensat, maka volume awal total
hidrokarbon di tempat dapat ditentukan berdasarkan data geometri dan petrofisik reservoir
serta data PVT dengan menggunakan persamaan (3). Sedangkan volume awal gas kering di
tempat (Gg) dapat dihitung berdasarkan data hasil uji laju produksi gas kering dan kondensat
:
RM o
Gg = G
RM o + 132,790 o
dimana :
42.43 o
Mo
1.008 o
350 k o o sin
d = (10)
o S oi L
A
L = 208.7 (11)
cos
Catatan :
1. Perhitungan Ed dimulai dari tekanan jenuh Pb (bubble point presure). Bila tekanan
reservoir pada keadaan awal Pi > Pb, maka faktor perolehan mulai dari tekanan Pi
sampai Pb dapat diperkirakan sebesar :
Boi
E db = ce ( Pi Pb ) 100 (12)
Bob
co S oi + c w S wi + c f
ce = (13)
(1 S wi )
( Bob Boi )
co = (14)
Boi ( Pi Pb )
Bila tidak ada data cw dan cf, maka gunakan harga perkiraan berikut ini :
c w = 3 10 6 psi -1
c f = 3 10 6 psi -1
2. Faktor perolehan gas yang terlarut (associated gas) minimum sama dengan faktor
perolehan minyak.
Vb (1 S wi )
+ ln + 13.562 (17)
GL
Faktor Perolehan
PM = (Volume di tempat ) (18)
100
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Amyx, J. W, dkk. : "Petroleum Reservoir Engineering", Mc.Graw Hill Book Co., New York,
1960.
2. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir", Prentice-Hall Inc., New Jersey,
1959.
3. Dykstra, H. : "The Prediction of Oil Recovery by Gravity Drainage", Trans. AIME (1978), vol.
265.
4. Eaton, B. A. dan Jacoby, R. H. : "A Few Depletion Performance Correlation for Gas Condensate
Reservoir Fluids", AIME Reprint Series No. 3.
5. Frick, T. C. dan Taylor, R. M. : "Petroleum Production Handbook", SPE vol. II, 1962.
5. DAFTAR SIMBOL
Subskrip :
a = pada waktu ditinggalkan
b = pada tekanan jenuh
i = keadaan awal
o = minyak
g = gas
w = air
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Perhitungan pengambilan maksimum suatu reservoir berdasarkan metode volumetrik
membutuhkan perkiraan awal empat kelompok data :
1. petrofisik
2. fluida
3. tekanan reservoir
4. geometri
Dari keempat kelompok data itu diperoleh peubah bebas untuk menghitung volume awal minyak
atau gas di tempat serta faktor perolehan.
Faktor perolehan tersebut ditentukan berdasarkan persamaan empirik dan grafik korelasi sebagai
hasil dari kajian ulah reservoir (reservoir performance) yang sejenis atau hasil pengamatan di
laboratorium. Perhitungan faktor perolehan suatu reservoir tergantung jenis hidrokarbon, gas,
kondensat atau minyak dan jenis daya dorong reservoir.
(40,000)(0.22)(1 0.23)
= 43,560
0.006667
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 10 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik
0.006667
= 1001
0.036232
= 81.6 %
(c) Pengambilan maksimum gas :
E gd
G = 4.43 1010 (0.816)
100
= 3.61 1010 SCF
P Bg
(psia) (bbl/SCF)
Pi = 3,200 0.005262
2,500 0.006667
(b) Faktor perolehan gas Egw dipengaruhi harga saturasi gas tersisa Sgr dan tekanan
akhir Pa. Dalam contoh di atas, tekanan Pa = 2500 psia mengingat daya dorong air
sangat kuat dan harga Sgr tidak diketahui. Untuk kasus seperti itu gunakan harga Sgr
= 0.30.
S gr B gi
E gr = 1001 %
1 S wi B ga
0.3 0.005262
= 1001
1 0.25 0.006667
= 68.4 %
b. Data PVT :
P Bg
(psia) (bbl/SCF)
Pi = 3,250 0.005319
2,500 0.006667
500 0.036232
P = 2,500 psia adalah tekanan pada saat tudung gas mulai diproduksikan dan P =
500 psia adalah tekanan pada saat akhir tudung gas diproduksikan.
Pengambilan maksimum gas adalah :
E gd
= (1 x)G
100
0.005319
= (1 0.15)(1 1010 )1
0.036232
= 7.25 109 SCF
P Bo
(psia) (bbl/STB)
Pi = 3,500 1.333
Pb = 2,500 1.355
(a) Perhitungan volume awal minyak di tempat (N) menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Vb (1 S wi )
N = 7,758 STB
Boi
(15,000)(0.174)(1 0.34)
= 7,758
1.333
= 10.03 106 STB
(b) Volume awal gas di tempat (Gs) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
G s = NRsi SCF
= 10.03 10 6 (1,000)
= 10.03 109 SCF
(c) Perhitungan faktor perolehan untuk reservoir yang tidak jenuh dibagi atas dua
bagian, yaitu dari tekanan Pi sampai Pb dan dari Pb sampai Pa.
Faktor perolehan dari Pi sampai Pb dihitung dengan runtunan perhitungan seperti di
bawah ini.
1. Hitung co :
( Bob Boi )
co = psi-1
Boi ( Pi Pb )
(1.355 1.333)
=
1.333(3,500 2,400)
= 15 10 6 psi-1
2. Hitung ce.
Mengingat data cw dan cf tidak diketahui, maka gunakan harga perkiraan :
c w = 3 10 6 psi-1
c f = 3 10 6 psi-1
co S oi + c w S wi + c f
ce =
(1 S wi )
15(1 0.34) + 3(0.34) + 3
= 10 6
(1 0.34)
= 21.1 10-6 psi-1
3. Hitung Edb :
Boi
E db = ce ( Pi Pb )
Bob
1.333
= (21.1 10 6 )(3,500 2,400) 100
1.355
= 2.3 %
Faktor perolehan dari Pb sampai Pa (untuk contoh ini digunakan harga 500 psia) :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S wi ) k Pb
E d = 41.815 ( S wi ) 0.3722
Bob bo Pa
0.174(1 0.34)
0.611 0.0979
0.020
= 41.815
1.355 0.5
0.1741
2,400
(0.34) 0.3722
500
= 18 %
E + Ed
= N db STB
100
E + Ed
= G s db
100
= 10.03 10 9 (0.023 + 0.18)
= 2.04 10 9 SCF
E
= N w STB
100
= 38.78 10 6 (0.429)
= 16.64 10 6 STB
(e) Pengambilan maksimum gas :
E
= G S w SCF
100
= 1.94 1010 (0.429)
= 0.83 1010 SCF
A
L = 208.7
cos
7
= 208.7
cos 17.5
= 579 ft
(c) Perhitungan d t
Dalam contoh ini digunakan spasi sumur yang kecil dan sebagai perkiraan gunakan
t = 5 tahun sebagai lama waktu produksi :
d t = 0.239(5 365)
= 436
(1) Volume awal hidrokarbon dari reservoir kondensat dihitung secara volumetrik sebagai
halnya dengan reservoir gas kering. Sedangkan volume awal ekivalen gas dari
kondensat diperoleh berdasarkan hasil uji produksi di permukaan. Untuk menghitung
harga G diperlukan data volume gas kering (Gg) dan volume kondensat dalam bentuk
gas (GL) :
Volume batuan (Vb) = 50,000 ac-ft
Tekanan reservoir pada kondisi awal (Pi) = 2,740 psia
Porositas () = 0.25
Saturasi air (Swi) = 0.30
Temperatur reservoir (T) = 215 F
Hasil uji produksi memberikan data di bawah ini :
Laju produksi kondensat (qo) = 242 STB/hari
Laju produksi gas dari separator (qgs) = 3.10 106 SCF/hari
Laju produksi gas dari tanki (qgt) = 0.12 106 SCF/hari
Massa jenis gas separator (gs) = 0.650
Massa jenis gas tanki (gt) = 1.20
Massa jenis kondensat (o) = 48 API
141.5
=
48 + 131.5
= 0.7883
(e) Penentuan massa jenis dari fluida yang keluar dari sumur :
R g + 4,584 o
wf =
R + 132,800 o M o
(13,305 0.670) + ( 4,584 0.7883)
=
13,305 + (132,800 0.7883) / 144.5
= 0.893
Berdasarkan harga wf dapat ditentukan harga Z, dengan menggunakan metode
seperti tercantum pada Pedoman Kerja : Penentuan Parameter Fluida Reservoir
Berdasarkan Metoda Korelasi. Untuk contoh di atas diperoleh harga Z = 0.82.
R Mo
G g = G
R M o + 132,790 o
(13,305)(144.5)
= (6.67 1010 )
(13,305)(144.5) + (132,790)(0.7883)
= 6.33 1010 SCF
Gambar 1. Grafik Hubungan Faktor Perolehan (Egv) Minyak dari Reservoir Bertenaga Gravity
Drive Terhadap d+
1. PENDAHULUAN
Dalam perhitungan cadangan, simulasi Monte Carlo dilakukan untuk mengetahui distribusi dari
hasilnya yang dapat diantisipasi berdasarkan distribusi dari data masukannya. Setiap variabel yang
menjadi data masukan dapat memiliki distribusi dan rentang harga yang berbeda berdasarkan data
yang terkumpul di lapangan.
Sebagai contoh perolehan minyak (BAFbarrel per acre foot) didefinisikan oleh persamaan
7,758 (1 S w ) RF
BAF = (1)
Boi
dimana:
= porositas, fraksi
Tentunya jika kita mengetahui atau menentukan dengan pasti harga porositas, saturasi air, faktor
perolehan dan faktor volume formasi minyak awal, harga perolehan minyak akan dapat dihitung.
Bagaimanapun kasus yang ideal seperti tersebut tidak pernah terjadi, tetapi mungkin kita mengetahui
mengetahui rentang harga dari data-data tersebut. Kemudian, pertanyaannya adalah berapa harga
parameter-parameter data tersebut yang akan digunakan dalam perhitungan perolehan minyak?
Sebaiknya seluruh rentang harga dari setiap parameter dipertimbangkan dalam perhitungan. Simulasi
Monte Carlo memungkinkan hal ini untuk dilakukan, yaitu dengan menggunakan distribusi untuk
setiap parameter yang memiliki ketidakpastian atau sumber datanya memiliki rentang ketidaktelitian
yang kemudian menggabungkannya untuk mendapatkan distribusi perolehan minyak yang mungkin
berbeda sama sekali distribusinya dengan distribusi data-data masukannya. Model seperti ini sangat
berguna terutama pada tahap eksplorasi dimana belum banyak sumber data yang dapat diperoleh.
Proses tadi ditampilkan pada Gambar 1.
Model 7758 (1 S w ) RF
BAF =
Boi
Professional
Judgements tentang f() f(Sw) f(Boi) f(RF)
ketidakpastian data
masukan
2. PROSES SIMULASI
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan simulasi Monte Carlo adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan semua variabel
Dalam kasus perhitungan BAF, perlu diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dan terlibat
dalam perhitungan (dalam hal inim porositas, saturasi air, faktor volume formasi minyak awal,
dan faktor perolehan.
b. Membuat model
Model disini adalah menggambarkan bagaimana hubungan antara keluaran dengan semua
variabel masukannya. Model ini dapat berupa persamaan matematik seperti pada persamaan 1.
c. Penggolongan data masukan
Data masukan digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang memiliki
kepastian/ketelitian tinggi (deterministic) dan kelompok yang bervariasi pada suatu rentang
harga tertentu (probalistic).
d. Mendefinisikan distribusi bilangan acak
Distribusi dari setiap variabel yang probalistic dapat diperoleh dari beberapa nara sumber yang
ahli dalam bidang yang berhubungan, dari analogi dengan data lapangan terdekat atau memiliki
kesamaan.
e. Melakukan simulasi
Simulasi dilakukan dengan melakukan beberapa kali (100 sampai 1000 kali) sampling terhadap
semua data masukan menggunakan random number (0-1) generator yang dipilih. Hasil keluaran
model berdasarkan data masukan yang dipilih setiap sampling kemudian dicari distribusi, rata-
rata (mean), nilai tengah (median) dan nilai paling mungkin (modulus). Distribusi hasil simulasi
Monte Carlo ditampilkan dalam bentuk pdf (probability density function) dan cdf (cumulative
density function) seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Kurva cdf kemudian diubah menjadi
Expection Plot yang kemudian dijadikan dasar dalam menentukan proved, probable dan
possible reserve seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Penentuan proved, probable dan possible
reserve dengan cara ini dikenal dengan penentuan reserve secara probalistik, yang secara
berurutan disebut sebagai P90, P50, dan P10. Pada Expectation Plot P90 memiliki arti
kemungkinan diperolehnya nilai di atas nilai P90 adalah sebesar 90%.
Gambar 2. Kurva pdf dan cdf dari Hasil Simulasi Monte Carlo
f(x) F(x=xi)
xL xi xH
1.0
F(x=xi)
0
xL xi xH
Jika luas yang diarsir pada kurva f(x) terhadap x pada daerah antara xL dan xi adalah F(xxi) maka
luas daerah antara xL dan xH pada kurva f(x) terhadap x adalah sama dengan 1, karena F(xxH) =
1. Oleh karena itu:
(x H x L ) f ( x) = 1 (2)
sehingga didapat f(x)
1
f ( x) = (3)
(x H x L )
Frekuensi kumulatif dihitung berdasarkan persamaan
xi x L
F ( x xi ) = f ( xi )( x x L ) = (4)
xH xL
Karena F(xxi) didapat dari random generator komputer, Rn, maka harga xi yang bersesuaian
dengan Rn adalah:
xi = x L + Rn ( x H x L ) (5)
xi = x H (x H x L )( x H xC )(1 Rn ) (7)
f(x)
xL xi xC xH
f(x)
xL xC xi xH
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Newendorp, P. dan Schuyler, J.: Decision Analysis For Petroleum Exploration, Planning
Press, 2nd Ed., Aurora, CO, 2000.
2. Cronquist, C.: Estimation and Classification of Reserves of Crude Oil, Natural Gas, and
Condensate, SPE, Richardson, TX, 2001
3. LAPI ITB: Pembuatan Standarisasi POD (Plan of Development) Pertamina Hulu: Laporan
Akhir, Bandung, 2003.
1. TUJUAN
Menggunakan metode Material Balance untuk menentukan besar cadangan hidrokarbon dan kinerja
reservoir.
2.2. PERSYARATAN
Terdapat dalam masing-masing bab.
3. LANGKAH KERJA
Siapkan data pendukung sesuai kebutuhan menurut kelompok data berikut :
1. Data Produksi :
a. Produksi kumulatif minyak (Qo)
b. Perbandingan gas-minyak kumulatif (Rp)
c. Produksi kumulatif air (Wp)
d. Produksi kumulatif gas (Gp)
2. Data PVT :
a. Faktor volume formasi minyak (Bo)
b. Faktor volume formasi gas (Bg)
c. Faktor volume formasi air (Bw)
d. Viskositas air (w)
e. Kompresibilitas minyak (co)
f. Kompresibilitas air (cw)
g. Kompresibilitas gas (cg)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 2 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance
3. Data Petrofisik :
a. Porositas batuan ( o)
b. Kompresibilitas formasi (cf)
c. Saturasi air awal (Swi)
4. Data Tekanan :
a. Tekanan reservoir awal (Pi)
b. Sejarah tekanan reservoir pada saat produksi (cf)
5. Geometri :
a. Jari-jari reservoir minyak (rr)
b. Jari-jari batas luar aquifer (ra)
c. Perbandingan volume tudung gas dengan minyak (m)
E = ( B g B gi ) (2)
3. Plot F terhadap E, pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (E, F)j
dimulai dari titik (0,0).
4. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama dengan
initial gas-in-place, G, atau IGIP.
Pada reservoir gas dengan tekanan abnormal gradien tekanan awal dapat mencapai 0.85 psi/ft.
Kompresibilitas formasi bisa mendekati harga kompresibitas gas. Oleh karena itu kompresibilitas
formasi dan kompresibitas air perlu dipertimbangkan dalam perhitungan material balance.
P c w S wi + c f
Y= 1 P (3)
Z 1 S wi
X = Gp (4)
3. Plot Y terhadap X pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, Y)j.
4. Perpotongan antara garis linear pada langkah 3 dengan garis Y = 0 adalah harga initial
gas-in-place, G, atau IGIP.
5. Sedangkan perpotongan antara garis linear pada langkah 3 dengan garis Y yang dihitung
pada tekanan abandonment adalah harga cadangan gas.
(P / Z )i
Gp
(P / Z )
X = (6)
Pi P
3. Plot Y terhadap X pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, Y)j.
4. Hitung kemiringan garis linear (ml) yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama
dengan inverse dari initial gas-in-place, G, atau IGIP :
G = 1 / ml (7)
5. Sedangkan perpotongan garis linear yang diperoleh dari butir 3 dengan X = 0 harganya
S wi c w + c f
sama dengan .
1 S wi
c w S wi + c f
E = ( B g B gi ) + B gi P (9)
1 S wi
3. Plot F terhadap E, pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (E, F)j
dimulai dari titik (0,0).
4. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama dengan
initial gas-in-place, G, atau IGIP.
3. Harga tekanan untuk menghitung I(t) diambil pada batas minyak-air pada kondisi
awal (original water-oil contact).
3. Untuk setiap harga t atau P hitung F dan E menggunakan persamaan :
F = G p B g + W p Bw (13)
c w S wc + c f
E = ( B g B gi ) + B gi P (14)
1 S wc
Y = F/E (15)
X = I (t ) / E (16)
4. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan perhatikan penyebaran titik-titik
tersebut. Bila penyebaran titik menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear,
maka pilihan model perembesan air yang mantap sudah tepat. Lanjutkan dengan
langkah berikut 5. Kalau tidak, lanjutkan dengan langkah 7.
5. Tentukan titik potong garis linear dari butir 4 dengan sumbu Y. Harga Y pada titik
potong itu sama dengan initial gas-in-place.
6. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh pada butir 4. Harga kemiringan ini sama
dengn konstanta perembesan air (K) dan besarnya perembesan air dapat dihitung dengan
persamaan :
We (t ) = K I (t ) (17)
1. Untuk setiap selang tekanan hitung harga Pj, dengan menggunakan persamaan berikut
:
P1 = 1
2 (P0 P1 ) (19)
Catatan :
Tekanan (P) diukur di batas minyak-air pada kondisi awal (original water-oil
contact).
2. Hitung harga tD untuk setiap harga t dengan menggunakan persamaan :
kt
t D = 0.578 (21)
w c rr2
Catatan :
a. Perkiraan jari-jari reservoir minyak (rr) berdasarkan kontur batas minyak air pada
peta isopach.
b. Harga kompresibilitas (c) adalah :
c = cw + c f (22)
3. Perkirakan harga ra/rr. Laju penurunan tekanan reservoir (dP/dt) dapat dijadikan
indikasi ukuran aquifer. Laju penurunan tekanan yang rendah dapat diartikan ukuran
aquifer yang sangat besar.
4. Berdasarkan harga tD dan ra/rr, hitung Q(tD) dengan bantuan Tabel 1. Gunakan
interpolasi kalau harga tD tidak ada pada tabel tersebut.
5. Hitung harga I(tD) berdasarkan persamaan :
I (t ) = PQ(t D ) (18)
sebagai berikut.
tD P Q(tD) I(tD)
0 - - -
tD1 P1 Q(tD)1 I(tD)1
tD2 P2 Q(tD)2 I(tD)2
tD3 P3 Q(tD)3 I(tD)3
tD4 P4 Q(tD)4 I(tD)4
. . .
. . .
. . .
tDj Pj Q(tD)j I(tD)j
c w S wc + c f
E = ( B g B gi ) + B gi P (14)
1 S wc
Y = F/E (15)
X = I (t ) / E (16)
7. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan perhatikan penyebaran titik-titik
tersebut. Bila penyebaran titik menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear,
maka model perembesan air yang dipilih sudah tepat.
8. Tentukan titik potong garis linear dari butir 7 dengan sumbu Y. Harga Y pada titik
potong itu sama dengan initial gas-in-place.
9. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh pada butir 7. Harga kemiringan ini sama
dengn konstanta perembesan air (B), dan besarnya perembesan air dapat dihitung
dengan persamaan :
We (t ) = B I (t ) (27)
(c S wi + c f )
E fw = Boi
w
(Pi P ) (30)
1 S wi
X = Eo + E fw (31)
Jadi untuk setiap harga tekanan Pj diperoleh Fj, Eoj dan Efwj (Xj).
3. Plot F terhadap X, pada kertas grafik kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, F)j
dimulai dari titik (0,0).
4. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama dengan volume
minyak awal di tempat atau initial oil-in-place (N).
(c S wi + c f )
E fw = Boi
w
(Pi P ) (34)
1 S wi
F
Y= (35)
Eo + E fw
I (t )
X = (36)
E o + E fw
Catatan :
a. Untuk P > Pb, Rp = Rs = Rsi
b. Untuk P < Pb pengaruh cw dan cf atas perhitungan dapat diabaikan.
4. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan perhatikan penyebaran titik-titik tersebut.
Bila penyebaran titik menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear, maka model
perembesan air yang dipilih sudah tepat.
5. Tentukan titik potong garis linear dari butir 4 dengan sumbu Y. Harga Y pada titik potong itu
sama dengan volume minyak awal di tempat (N).
6. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh pada butir 7. Harga kemiringan ini sama dengan
konstanta perembesan air (K untuk model perembesan air mantap dan B untuk model
perembesan air tidak mantap) dan besarnya perembesan air dapat dihitung dengan persamaan
17 atau persamaan 27 :
We (t ) = K I (t ) (17)
We (t ) = B I (t ) (27)
Bg
E g = Boi 1 (37)
B gi
Y = F / Eo (38)
X = E g / Eo (39)
3. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, Y).
4. Titik potong garis linear Y dari butir 3 adalah harga volume minyak awal di tempat (N) dan
kemiringannya adalah m N. Jadi ukuran tudung gas (m) dapat dihitung.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : Applied Petroleum Engineering, Prentice-Hall Inc., N. J., 1959.
2. Dake, L. P. : Fundamentals of Reservoir Engineering, Elsevier Publ. Co., New York, 1978.
3. Havlena, D. dan Odeh, A. S. : The Material Balance as an Equation of Straight Line-Part II, Field
Cases, JPT July 1964, 815-822.
4. Hurst, W. : Technical Note-The Material Balance Equation, SPE 4920, 1974.
5. Pletcher, J. L. : Improvements to Reservoir Material-Balance Methods, SPE Reservoir Evaluation
& Engineering Journal (February 2002), 49-59.
6. Lee, W. dan Wattenbarger, R. A. : Gas Reservoir Engineering, SPE Richardson, Texas, 1996.
5. DAFTAR SIMBOL
Huruf Yunani :
= porositas, fraksi
w = viskositas air, cp
1. TUJUAN
Membuat perkiraan cadangan minyak atau gas berdasarkan kurva penurunan laju produksi (Decline
Curve).
2.2. PERSYARATAN
Sejarah produksi harus mencerminkan produktivitas formasi atau karakteristik reservoir tidak
terpengaruh oleh faktor-faktor :
perubahan kondisi operasi produksi
kerusakan sumur (damage)
kegagalan atau kerusakan peralatan dan sebagainya
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENURUNAN EKSPONENSIAL q vs Np
1. Siapkan data sebagai berikut :
- Tabel qo terhadap Np atau qg terhadap Gp
- Laju batas ekonomik (qa)
2. Plot qo terhadap Np atau qg terhadap Gp pada kertas grafik kartesian.
3. Buat garis lurus melalui titik-titik data pada butir 2.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 2 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve
4. Harga cadangan (Np atau Gp) dibaca pada ektrapolasi garis lurus sampai qa.
Analisa dengan penurunan hiperbolik berlaku apabila kedua plot di atas tidak
membentuk garis lurus.
3. Tentukan harga b dari Gambar 7 berdasarkan harga qi/q dan Gp/t qi.
qi dan q dibaca pada kurva yang telah diperhalus melalui titik-titik data pada kedua
plot di atas. Atau dapat langsung dibaca pada Tabel dari langkah (1) apabila terbentuk
kurva yang halus melalui data di atas.
4. Tentukan harga Di t dari Gambar 8 berdasarkan harga qi/q dan b.
5. Harga cadangan gas dapat dihitung berdasarkan persamaan :
q1 q a (1b )
Gp = 1 ( ) (3)
(1 b) Di qi
t1 t 2 t 3
2
1
C= = (3)
t1 + t 2 2 t 3 b Di
6. Geser data pada kertas grafik log-log dengan menambahkan - C terhadap t.
Plot qo atau qg terhadap (l + b Di t) pada kertas log-log. Tarik garis lurus melalui titik-
titik tersebut.
7. Pilih dua titik pada garis lurus (langkah 6).
8. Tentukan qi, b dan Di dari persamaan :
1
log q = log qi log(1 + b Di t )
b
qi q
(1 b )
Gp = 1 a
(1 b) Di qi
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Ikoku. Chi U. : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Wiley & Sons, 1984.
2. Campbell R.A. : "Mineral Property Economics", Vol. III, JCC, 1978.
3. Gentry, R. W. : "Decline Curve Analysis", JPT, Januari 1972, hal. 38.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.2. CONTOH PERHITUNGAN
6.2.1. Penurunan Eksponensial, qg vs Gp
6.2.2. Penurunan Eksponensial, qg vs t
6.2.3. Penurunan Harmonik, qo vs Np
6.2.4. Penurunan Hiperbolik, qg vs t (Cara Gentry)
6.2.5. Penurunan Hiperbolik, qg vs t (Cara Pergeseran Sumbu)
qi q (1b )
Gp = 1 a
(1 b) Di qi
Bentuk kurva penurunan produksi untuk masing-masing jenis diberikan oleh Gambar 1 dalam
bentuk plot antara laju alir tak berdimensi dan waktu tak berdimensi pada kertas log-log.
qg (MMSCF/hari) Gp (MMSCF)
200 10
210 20
190 30
193 60
170 100
155 150
130 190
123 220
115 230
110 240
115 250
2. Penyelesaian :
Plot data laju produksi (q) terhadap produksi kumulatif (Gp) seperti terlihat pada Gambar
2. Garis lurus dibuat melalui titik-titik (q, Gp).
Berdasarkan qa = 40 MMSCF/hari, diperoleh G = 410 MMSCF.
Waktu qg (MMSCF/bulan)
1-1-82 1000
1-2-82 962
1-3-82 926
1-4-82 890
1-5-82 860
1-6-82 825
1-7-82 795
1-8-82 765
1-9-82 735
1-10-82 710
1-11-82 680
1-12-82 656
1-1-83 631
Perkirakan cadangan gas reservoir tersebut apabila laju batas ekonomiknya adalah 25
MMSCF/bulan. Gp sampai 1-1-83 adalah 10.435 MMSCF.
2. Penyelesaian :
Data laju produksi (qg) diplot terhadap waktu (t) pada kertas grafik semilog. Garis lurus
diperoleh melalui titik data tersebut.
D diperoleh dengan persamaan :
q1 = qi e Dt
dimana q1 dan qi dibaca pada garis lurus, sebagai berikut :
t =0 , (1-1-82) ; qg = 1,000
t = 12 , (1-1-83) ; qg = 631
jadi, 631 = 1000e 12 D
D = 0.0384 per bulan
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 11 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve
Laju batas ekonomik reservoir ini sebesar 25 STB/hari. Tentukan cadangan minyak
berdasarkan analisa kurva penurunan produksi.
2. Penyelesaian :
Data qo terhadap Np diplot pada kertas semi log (Gambar 4). Buat melalui titik data
tersebut (q, Np).
Berdasarkan qa = 25 STB/hari, diperoleh Np = 10.3 MMSTB.
Laju batas ekonomis reservoir tersebut diperkirakan sebesar 500 MSCF/hari. Buat
perkiraan cadangan gas dengan analisa kurva penurunan.
2. Penyelesaian :
Gambar 5 (log qg vs t) dan Gambar 6 (log qg vs Gp) memperlihatkan kurva melengkung,
sehingga tidak dapat digunakan untuk ekstrapolasi. Hal ini juga menandakan bahwa
kurva yang terjadi adalah Penurunan Hiperbolik.
qi q a (1b )
Gp = 1 ( )
(1 b) Di qi
3.36 0.5 (10.5)
Gp = 1 ( )
(1 0.5)(0.001) 3.36
= 4.128 MMSCF
t1 t 2 t 3 (0.17)(3.833) (1.67) 2
2
C= =
t1 + t 2 2t 3 0.17 + 3.833 2(1.67)
= 3.22
1
=
b Di
t 1 + 0.31 t qg
0 1 10
0.5 1.155 8.4
1 1.31 7.12
1.5 1.465 6.16
2 1.620 5.36
2.5 1.775 4.72
3 1.930 4.18
3.5 2.08 3.72
4 2.24 3.36
qi q
(1 b )
Gp = 1 a
(1 b) Di qi
G p = 4.551 MMSCF
Gambar 1. Plot Laju Alir Tak Berdimensi dan Waktu Tak Berdimensi untuk Berbagai
Bentuk Kurva Penurunan Produksi (Decline Curve)
1. TUJUAN
Meramalkan faktor perolehan dari reservoir minyak, gas dan kondensat berdasarkan data PVT,
karakteristik batuan dan fluida reservoir.
2.2. PERSYARATAN
1. Untuk menggunakan metode Arps (reservoir bertenaga dorong air dan deplesi), data penunjang
harus memenuhi kriteria yang dicantumkan pada Tabel 1. Data karakteristik batuan dan fluida
reservoir harus ada selang (range) seperti tertera pada Tabel 1.
2. Tidak ada persyaratan khusus untuk Metode Dykstra, kecuali anggapan yang dikemukakan
pada Lampiran.
3. Untuk meramalkan faktor perolehan reservoir gas dengan metode kesetimbangan materi tidak
ada persyaratan khusus, kecuali diterapkannya anggapan yang dikemukakan pada Lampiran.
4. Metode Jacoby, Koeller dan Berry tidak direkomendasikan untuk digunakan pada GOR antara
2,000 - 3,000. Korelasi ini baik digunakan pada GOR antara 3,600 - 60,000.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN FAKTOR PEROLEHAN RESERVOIR MINYAK
3.1.1. Reservoir Minyak Bertenaga Dorong Air (Water Drive)
1. Siapkan data pendukung :
- Porositas (), fraksi
- Saturasi air (Sw), fraksi
- Volume Faktor Formasi Minyak awal (Boi), bbl/STB
- Permeabilitas (k), Darcy
- Viskositas minyak pada tekanan awal (oi), cp
- Viskositas air formasi pada tekanan awal (wi), cp
- Tekanan Reservoir awal (Pi), psia
- Tekanan Reservoir pada saat abandonment (Pa), psia
2. Faktor perolehan (RF) dihitung dari persamaan :
0.0422 0.0770 0.2159
(1 S w ) k wi P
RF = (54.898) (S w ) 0.1903
i
B oi oi Pa
3. Faktor perolehan di dalam satuan bbl/acft dapat pula ditentukan dengan menggunakan
Nomograph (Gambar l).
3.1.2. Reservoir Minyak Bertenaga Dorong Gas Terlarut (Solution Gas) di Bawah Tekanan Titik
Gelembung
1. Siapkan data pendukung :
- Porositas (), fraksi
- Saturasi air (Sw), fraksi
- Volume Faktor Formasi Minyak pada tekanan titik gelembung (Bob), bbl/STB
- Permeabilitas (k), Darcy
- Viskositas minyak pada tekanan gelembung (ob), cp
- Tekanan gelembung Reservoir (Pb), psia
- Tekanan Reservoir pada saat abandonment (Pa), psia
2. Faktor perolehan (RF) dihitung dari persamaan :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S w ) k wi P
RF = (41.815) (S w ) 0.3722
i
B oi oi Pa
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 3 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan
3. Faktor perolehan di dalam satuan bbl/acft dapat pula ditentukan dengan menggunakan
Nomograph (Gambar 2).
Catatan :
Kolom 1 = urutan tahun
Kolom 2 = DM (1)
Kolom 3 = Dibaca dari Gambar 4
Kolom 4 = Dibaca dari Gambar 5 dan 6
Kolom 5 = kolom 4 (DM/100) 95 106
G / Ri
N p ( yang dikoreksi) = N p
OIP
dimana :
0.2
R 124130
G = 2229.4 + 148.43 i + + 21.831 ( o API ) + 0.26356 Pd ,b
100 T
atau G dapat diperoleh dari Gambar 8.
OIP dibaca dari Gambar 9 dengan diketahui harga Ri.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Timmerman, E. H. : "Practical Reservoir Engineering - Part II", PennWell Publishing Co., 1982.
2. Ikoku, Chi. U. : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Willey & Sons, 1984.
3. Dykstra, H. : "The Prediction of Oil Recovery by Gravity Drainage", JPT, May 1978, halaman
818 - 830.
4. Arps, J. J. : "Reasons for Differences in Recovery Efficiency", SPE - Reprint Series No. 3, SPE No.
2068, 1968, hal. 49-54.
5. Arps, J. J. : "A Statistical Analysis of Recovery Efficiency", API Bulletin D14.
5. DAFTAR SIMBOL
Bga = faktor volume formasi gas pada tekanan abandonment, bbl/SCF atau CF/SCF
Bgi = faktor volume formasi gas awal, RB/SCF atau CF/SCF
Bob = faktor volume formasi minyak pada tekanan titik gelembung, bbl/STB
Boi = faktor volume formasi minyak pada kondisi awal, bbl/STB
d = jarak antar sumur, ft
mD.gr/cc
DM = drainage modulus,
cp.ft
G = volume gas awal di tempat, SCF
k = permeabilitas, Darcy
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
L = panjang "drainage column", ft
Np = kumulatif minyak stock tank (dari Pd,b ke 500 psia), STB/HCPV
OIP = volume minyak awal di tempat, STB
Pa = tekanan abandonment, psia
Pb = tekanan titik gelembung, psia
Pd,b = tekanan saturasi, psia
Pi = tekanan awal, psia
RF = recovery factor, fraksi atau persen
Ri = contoh perbandingan gas-minyak awal di separator, SCF/STB
rw = jari-jari lubang sumur, inch
Sga = saturasi gas pada tekanan abandonment, fraksi
Sgi = saturasi gas awal, fraksi
Soi = saturasi minyak awal, fraksi
Swc = saturasi air konat, fraksi
t = waktu, tahun
Za = faktor deviasi gas pada kondisi abandonment, tak berdimensi
Huruf Yunani:
= kemiringan lapisan, derajat
= porositas, fraksi
i = viskositas minyak awal, cp
ob = viskositas minyak pada tekanan titik gelembung, cp
wi = viskositas air awal, cp
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Metode Perkiraan Recovery Minyak Arps
o
API Subcommittee on recovery efficiency membuat kajian statistik mengenai efisiensi
perolehan dari 312 reservoir yang kemudian menurunkan persamaan regresi untuk reservoir
bertenaga dorong air sebagai berikut :
0.0422 0.0770 0.2159
(1 S w ) k wi P
RF = (54.898) (S w ) 0.1903
i
B oi oi Pa
Di dalam satuan bbl/ac-ft, faktor perolehan untuk jenis reservoir ini dapat diperkirakan
dengan menggunakan Gambar 1.
Berdasarkan analisis statistik dari 80 reservoir minyak yang mempunyai tenaga dorong
pengembangan gas terlarut, subcommittee menurunkan persamaan regresi :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S w ) k P
RF = (41.815) (S w ) 0.3722
b
Bob ob Pa
Di dalam satuan bbl/ac-ft, faktor perolehan untuk reservoir bertenaga dorong deplesi dapat
diperkirakan dengan menggunakan Gambar 2.
Tabel l memperlihatkan batasan harga karakteristik batuan dan fluida reservoir untuk
digunakan pada korelasi Arps.
Ketiga kurva tersebut dapat digunakan pada reservoir minyak bertenaga dorong gravity
drainage, dimana hubungan permeabilitas relatif terhadap saturasi pada kertas grafik log-
log merupakan garis lurus. Persaman matematis permeabilitas relatif tersebut dapat didekati
dengan hubungan kr = SB. Pada tahap awal, pengaruh B terhadap perolehan sangat kecil,
tetapi setelah perolehan mecapai 25%, harga B ini mulai berpengaruh.
Reservoir gas yang bertenaga dorong air mempunyai faktor perolehan lebih rendah
disebabkan tingginya tekanan abandonment. Tingginya harga tekanan abandonment ini
disebabkan perembesan air yang kuat ke dalam reservoir dan terjebaknya gas di dalam
"kantung" air.
Harga faktor perolehan untuk reservoir gas dengan pendorong air adalah :
100( S gi B ga S ga B gi )
RF =
S gi B ga
143.55
N p = 0.061743 + + 0.00012184 T + 0.0010114 ( o API )
Ri
Persamaan ini dijadikan Nomograph yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Kompresi di atas tekanan titik gelembung dikoreksi dengan persamaan :
G / Ri
N p ( yang dikoreksi) = N p
OIP
dimana :
0.2
R 124130
G = 2229.4 + 148.43 i + + 21.831( o API ) + 0.26356 Pd ,b
100 T
atau menggunakan Nomograph Gambar 8. OIP ditentukan dengan menggunakan Gambar
9.
Penyelesaian :
0.0422 0.0770 0.2159
(1 S w ) k wi P
a. RF = (54.898) (S w ) 0.1903
i
Boi oi Pa
Penyelesaian :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S w ) k P
a. RF = ( 41.815) (S w ) 0.3722
b
Bob ob Pa
(0.174)(1 0.34)
0.1611 0.0979
0.2
RF = (41.815) (0.34) 0.3722
1.140 0.5
0.1741
3660
= 18.81 %
580
Penyelesaian :
d 835
L= = = 964 ft
cos cos 30
Keterangan :
Kolom 3 : Dari Gambar 4
Kolom 4 : Dibaca dari Gambar 5 dan 6
Kolom 5 : Kolom 4 (DM/100) 95 106
Penyelesaian :
- Spesific Gravity = 0.6 diperoleh Ppc = 668 psia dan Tpc = 385 oR (lihat bab Karakteristik
Fluida Reservoir)
- Pada kondisi awal :
P 3000
Ppr = = = 4 .5
Ppc 668
T (150 + 460)
T pr = = = 1 .6
T pc 385
Diperoleh Zi = 0.83 (lihat bab Karakteristik Fluida Reservoir)
- Pada kondisi abandonment :
P 500
Ppr = =
Ppc 668
T (150 + 460)
T pr = = = 1 .6
T pc 385
Diperoleh Za = 0.94 (lihat bab Karakteristik Fluida Reservoir)
- Recovery Factor dapat ditentukan :
PZ 500 0.83
RF = 1001 a i = 1001 = 85.3 %
Pa Z a 3000 0.94
Penyelesaian :
(14.65)(150 + 460)(0.83)
- B gi = = 0.004755 CF/SCF
(3000)(60 + 460)(1.0)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 17 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan
T (150 + 460)
T pr = = = 1.6
T pc 385
Diperoleh Za = 0.94
(14.65)(150 + 460)(0.85)
B ga = = 0.0097 CF/SCF
(1,500)(60 + 460)(1.0)
100( S gi B ga S ga B gi )
RF =
S gi B ga
Penyelesaian :
143.55
N p = 0.061743 + + 0.00012184(246) + 0.0010114(51)
8,500
= 0.0367 STB/bbl HCPV
atau menggunakan Nomograph Gambar 7, didapat Np = 0.036 STB/bbl HCPV.
G / Ri
N p ( yang dikoreksi) = N p
OIP
1,267 / 8,500
N p ( yang dikoreksi) = 0.036 = 0.04472 STB/bbl HCPV
0.12
Gambar 1. Nomograph untuk Menentukan Recovery Factor Reservoir dengan Tenaga Pendorong
Air
Gambar 2. Nomograph untuk Menentukan Recovery Factor Reservoir dengan Tenaga Gas
Terlarut
TABEL 1
Batasan Harga Karakteristik Batuan dan Fluida Reservoir untuk Digunakan pada Korelasi Arps
1. TUJUAN
Menentukan jenis tenaga pendorong reservoir yang dominan.
2.2. PERSYARATAN
Tersedia kombinasi log yang tepat untuk menentukan batas fluida reservoir : gas-minyak dan air-
minyak serta catatan data produksi yang memadai.
3. LANGKAH KERJA
Tahap penyiapan reservoir berproduksi menentukan urutan cara yang digunakan dalam penentuan
jenis tenaga pendorong. Tahap pengembangan lapangan tanpa produksi menempatkan log sumur dan
uji kandung lapisan sebagai sarana untuk menentukan jenis mekanisme pendorong secara kualitatif.
Tahap produksi reservoir memungkinkan penentuan jenis tenaga pendorong yang dominan secara
kuantitatif.
Catatan :
Hasil analisis langkah 2 sampai 4 memberikan petunjuk apakah reservoir minyak didampingi
tudung gas dan aquifer.
Hasil analisis secara kualitatif ini memberikan petunjuk apakah reservoir memiliki tenaga
pendorong Depletion, Gravity dan Water Drive.
Pada tahap ini deliniasi reservoir dalam arah horisontal sudah cukup untuk menentukan apakah
reservoir minyak mengandung tudung gas.
4. Hitung Indeks Tenaga Pendorong (DDI) sebagai fungsi dari tekanan reservoir dengan
menggunakan persamaan berikut ini.
a. Depletion Drive Index (DDI) :
N ( Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
b. Segregation Drive Index (SDI) :
mNBti ( B g B gi ) / B gi
SDI = (3)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
c. Water Drive Index (WDI) :
WDI = 1 DDI SDI (4)
Bt = Bo + (Rs Rsi) Bg (5)
Harga N yang digunakan dalam persamaan (2) dan (3) berasal dari penentuan isi
minyak awal di tempat secara volumetrik.
5. Bila UKL tidak memberikan gambaran positif tentang kehadiran aquifer dan data
produksi tidak (belum) menunjukkan produksi air, maka gunakan anggapan
sementara bahwa aquifer tidak ada.
6. Hitung isi minyak awal di tempat (N) untuk setiap data produksi yang dicatat atau
sebagai fungsi dari tekanan reservoir (P) :
N p {Bti + ( R p Rsi ) B g }
N= (6)
mBti
( Bt Bti ) + ( B g B gi )
B gi
7. Plot N terhadap Np pada kertas grafik kartesian. Hubungan ini menghasilkan dua
pengamatan :
a. Hubungan N terhadap Np menunjukkan kecenderungan yang konstan. Ini berarti
aquifer tidak ada atau tidak berperan, Indeks Tenaga Pendorong yang dapat
dihitung :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
m N Bti (B g B gi )/B gi
SDI = (3)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
aquifer tidak ada atau tidak berperan. Indeks Tenaga Pendorong yang mungkin
adalah :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
= 1.0
Catatan :
Dengan membandingkan hasil hitungan DDI, SDI dan WDI dapatlah ditentukan tenaga
pendorong yang paling dominan.
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
Singkatan :
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Pada tahap sebelum reservoir berproduksi, kandungan formasi diperkirakan dengan
menggunakan log sumur. Dari log ini ditetapkan pula batas fluida yang terekam dalam log
sumur.
Satu jenis log saja tidak dapat menetapkan keberadaan gas bebas, minyak dan air dalam suatu
lapisan. Kombinasi log yang dapat membedakan lapisan yang mengandung gas bebas, minyak
dan air formasi, baik tawar maupun asin adalah Induction, Electromagnetic Propagation Log
(EPT) dan Compensated Neutron Log (CNL).
Induction log (resistivity log) digunakan dalam membedakan lapisan yang mengandung air tawar
dengan air asin. FDC dan CNL memberikan rekaman yang hampir sama untuk lapisan yang
mengandung minyak. Sebaliknya, gas memberikan bacaan porosity unit yang berbeda secara
nyata; CNL memberikan bacaan yang jauh lebih kecil dari FDC. Lapisan minyak dan air (tawar
maupun asin) menghasilkan rekaman FDC dan CNL yang tidak berbeda, sedangkan lapisan
minyak menghasilkan bacaan EPT yang lebih kecil dari lapisan air. Gambar skematis dari hasil
rekaman kombinasi log pada lapisan yang mengandung gas, minyak dan air dapat dilihat pada
Gambar 1.
UKL yang dilaksanakan secara bertahap dari bawah ke atas pada suatu lapisan permeabel akan
mencatat perubahan produksi fluida yang berbeda. Perubahan fasa fluida yang diproduksikan
mulai dari minyak-air, minyak dengan faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R) yang konstan
sampai minyak dan gas yang diproduksikan pada harga R yang bertambah besar dapat
digunakan sebagai petunjuk keberadaan aquifer dan tudung gas.
Pada tahap produksi reservoir sudah dikembangkan, sehingga keberadaan tudung gas primer
dapat dipastikan dengan baik.
Dari data produksi dapat diketahui produksi air, bila ada. Ketiadaan produksi air belum
menjamin tidak adanya aquifer yang berdampingan dengan reservoir minyak.
Secara kuantitaf tenaga pendorong reservoir dapat dihitung berdasarkan persamaan
kesetimbangan materi :
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g + (W p Bw ) We }
N = (11)
m Bti
( Bt Bti ) + ( B g B gi )
B gi
Dengan mengubah susunannya, persamaan ini dapat menunjukkan kelompok variabel yang
menerangkan jenis tenaga pendorong :
N [ Bt Bti ] mNBti ( B g B gi ) / B gi We W p Bw
+ + =1 (12)
N p [ Bt ( R p Rsi ) B g ] N p [ Bt ( R p Rsi ) B g ] N p [ Bt + ( R p Rsi ) B g ]
Kelompok variabel dari ruas kiri persamaan (12) dipengaruhi oleh jenis tenaga pendorong dan
masing-masing merupakan Indeks Tenaga Pendorong Depletion (DDI), Segregation (SDI) dan
Water Drive (WDI) :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
We W p Bw
WDI = (13)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
Dalam hal reservoir belum memproduksikan air sedangkan log sumur dan UKL tidak
memberikan kepastian adanya aquifer, maka pembuktian terdapatnya tenaga pendorong air
dilakukan secara tidak langsung. Dengan menganggap We = 0 hitunglah isi minyak awal di
tempat (N) dengan menggunakan persamaan (11). Plot N terhadap Np yang cenderung
menberikan N bertambah besar menunjukkan anggapan We = 0 atau aquifer tidak berperan adalah
salah.
Harga Indeks Tenaga Pendorong air dihitung secara tidak langsung :
WDI = 1 SDI DDI (4)
Data Produksi :
Waktu P Np Rp Wp
(kwartal ) (psia) (MMSTB) (SCF/STB) (STB)
0 2,288 - 600 -
1
2
3
4 2,158 9.070 1,630 -
5
6 2,123 22.43 1,180 -
7
8 2,133 32.03 1,070 -
Data PVT :
P Bt Rs Bg
(psia ) (bbl/STB) (SCF/STB) (10-3 bbl/SCF)
Pi = 2,288 1.3126 600 1.1345
2,158 1.3286 - 1.2034
2,123 1.3375 - 1.2235
2,113 1.3384 - 1.2300
Gunakan anggapan sementara bahwa tenaga pendorong air (water drive) tidak berperan dan
hitung N untuk setiap tekanan reservoir dengan menggunakan persamaan :
N p {Bti + ( R p Rsi ) B g }
N = (6)
m Bti
( Bt Bti ) + ( B g B gi )
B gi
N =
{
9.07 10 6 1.3126 + (1,630 600) 1.2034 10 -3 }
(1.3286 1.3126) +
{
(0.224)(1.3126) (1.2034 1.1345) 10 -3 }
1.1345 10 -3
Hasil hitungan N untuk tekanan lainnya diberikan pada tabel berikut ini :
P N Np
(psia ) (MMSTB) (MMSTB)
2,158 684 9.07
2,123 946 22.43
2,113 1,198 32.03
m N Bti ( B g B gi ) /B gi
SDI =
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
(3)
Contoh perhitungan indeks pada P = 2,158 psia yang menggunakan N = 600 106 STB (berasal
dari hitungan volumetrik) adalah sebagai berikut :
N (Bt Bti) = 600 106 (1.3286 1.3126) = 9.6 106
m N Bti
( B g B gi ) =
{
(0.224)(600 10 6 )(1.3126) (1.2034 1.1345) 10 3 }
B gi 1.1345 10 3
= 1.071 107 bbl
Np {Bt + (Rp Rsi) Bg} = 9.07 10 6 {1.3286 + [(1,630 600) 1.2034 10-3] }
= 2.33 107 bbl
9.6 10 6
DDI = = 0.412
2.33 10 7
1.071 10 7
SDI = = 0.46
2.33 10 7
WDI = 1 0.412 0.46 = 0.128
Harga indeks tenaga pendorong untuk tekanan reservoir lainnya diberikan pada tabel berikut ini
:
P
(psia ) DDI SDI WDI
2,158 0.412 0.46 0.128
2,123 0.513 0.475 0.012
2,113 0.503 0.483 0.014
1. TUJUAN
Membuat prakiraan kinerja (performance) reservoir minyak berdaya dorong water drive.
2.2. PERSYARATAN
Reservoir tidak mengandung tudung gas awal dan sudah terbukti memiliki aquifer yang aktif.
Tersedia data produksi (Np, R, Wp) serta tekanan reservoir (P) sampai peramalan dimulai, data
PVT (Bo, Bg, Rs, o, g) , data petrofisik (krg/kro) dan geometri reservoir (N).
3. LANGKAH KERJA
Siapkan data pendukung sesuai dengan kebutuhan yang meliputi kelompok data berikut ini :
1. Data produksi :
a. Produksi minyak kumulatif (Np), STB
b. Produksi air kumulatif (Wp), STB
c. Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
2. Data PVT :
a. Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
b. Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
c. Faktor kelarutan gas (Rs), SCF/STB
d. Viskositas minyak (o), cp
e. Viskositas gas (g), cp
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 2 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive
3. Data Petrofisik :
a. Perbandingan permeabilitas relatif gas terhadap minyak (krg/kro)
b. Saturasi air (Swi)
c. Porositas ()
d. Kompresibilitas batuan (cf), psi-1
e. Kompresibilitas air (cw), psi-1
4. Geometri Reservoir :
a. Isi minyak awal di tempat (N), STB
b. Perkiraan jari-jari luar batas aquifer (re), ft
c. Perkiraan jari-jari dalam batas aquifer (rw), ft
tekanan reservoir rata-rata ( P ), data tekanan pada batas awal minyak-air (Ps)
sebagai fungsi dari waktu menurut kelipatan 0.25 - 0.5 tahun.
2. Hitung harga integral dari persamaan (1) untuk setiap harga t tercantum dalam
tabulasi pada langkah l dengan menggunakan persamaan :
3. Hitung volume perembesan air kumulatif (We) untuk setiap harga t tercantum dalam
tabulasi pada langkah (1) dengan menggunakan persamaan :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 3 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive
n = jumlah data K
Perhitungan dilanjutkan pada langkah perkiraan kinerja reservoir.
7. Bila hubungan K terhadap t tidak menunjukkan kecenderungan yang konstan,
penentuan konstanta perembesan air dilanjutkan berdasarkan model aliran tidak
mantap.
Catatan :
a. Perkiraan jari-jari batas dalam aquifer (rw) berdasarkan kontur batas minyak air.
b. Harga c adalah :
c = cw + cf (11)
c. Perkirakan konstanta persamaan (10) :
k
= 0.578 (12)
w crw 2
seteliti mungkin; bila memungkinkan gunakan data petrofisik yang berasal dari
aquifer.
4. Perkirakan harga re/rw. Laju penurunan tekanan reservoir (dP/dt) yang rendah dapat
diartikan ukuran aquifer yang sangat besar (re/rw = ).
Catatan :
a. Perkirakan harga re/rw hendaknya sesuai dengan harga berikut ini :
1.5 5.0
2.0 6.0
2.5 7.0
3.0 8.0
3.5 9.0
4.0 10.0
4.5
b. Bila tidak ada informasi yang memadai gunakan re/rw = untuk anggapan
pertama.
5. Berdasarkan harga tD dan re/rw tentukan Q(t) dengan bantuan Tabel l atau 2.
Gunakan interpolasi untuk harga tD yang tidak tercantum dalam tabel.
6. Hasil hitungan langkah 2 dan langkah 4, yaitu DPs dan Q(t) ditabulasikan sebagai
berikut :
t tD Ps Q(t) I(t)
0 0 - -
t1 tD1 Ps1 Q(t1)
t2 tD2 Ps2 Q(t2)
t3 tD3 Ps3 Q(t3)
. . . .
. . . .
. . . .
tj tDj Psj Q(tj)
Untuk setiap harga t hitung I(t) dengan bantuan persamaan (13) yang rinciannya
sebagai berikut :
I(t1) = Ps1Q(t1) (14)
I(t2) = Ps1Q(t2) + Ps2Q(t1) (15)
I(t3) = Ps2Q(t3) + Ps2Q(t2)
+ Ps3Q(t1) (16)
.
.
.
I(tj) = Ps1Q(tj) + Ps2Q(tj-1) +
Ps3Q(tj-2) + .. +
Psj-2Q(t3) + Psj-1Q(t2) +
PsjQ(t1) (17)
8. Hitung volume perembesan air kumulatif (We) untuk setiap harga t tercantum dalam
tabulasi pada langkah l dengan menggunakan persamaan :
We = Np [ Bo +(Rp Rs)Bg ] + Wp Bw N [(Bo Boi) + (Rsi Rs)Bg] (4)
9. Hitung konstanta permeabilitas air (B) sebagai fungsi dari waktu berdasarkan
persamaan :
B = We / I(t) (18)
10. Plot B terhadap t pada kertas grafik kartesian. Bila diperoleh grafik yang
memberikan harga B konstan untuk setiap harga t, maka B itulah yang akan
digunakan dalam penentuan kinerja reservoir. Langkah kerja dilanjutkan dengan
memperkirakan kinerja reservoir.
11. Bila hasil plot langkah (10) tidak menunjukkan hubungan B dengan t yang konstan,
ulangi perhitungan dengan menggunakan kombinasi harga dan re/rw yang lain dan
mulai perhitungan dari langkah (2).
Bg
g = (20)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
Bw
w = (21)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
1
e = (22)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
4. Perkirakan kinerja reservoir minyak dari tekanan reservoir Pj sampai Pj+1 dimulai dari
penentuan volume perembesan air kumulatif pada Pj+1.
Catatan :
a. Bila Pj sampai Pj+1 merupakan selang pertama dari peramalan, maka Pj merupakan
tekanan reservoir terakhir yang memiliki data produksi (Np, R, WP).
b. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pj adalah awal dari suatu selang tekanan dimana
parameter hitungan pada P = Pj diperoleh dari hasil hitungan sebelumnya.
5. Hitung I(tj+1) sesuai dengan model perembesan air yang cocok dengan kondisi aquifer.
Perhitungan I(tj+1) ini didasarkan pada persamaan (3) untuk model perembesan air mantap
dan persamaan (13) untuk model perembesan air tidak mantap :
j +1
I (t j +1 ) = t i {Po 0.5( Psi 1 + Psi )} (3)
i =1
j +1
I (t j +1 ) = Psi Q(t i ) (13)
i =1
9. Perkirakan harga produksi air kumulatif (Wpj+1) berdasarkan ekstrapolasi plot Wp terhadap t
yang berasal dari data produksi dan hitung Wpj+1 :
W pj +1
W pj +1 = (25)
N
10. Hitung volume minyak (n) yang diproduksikan dalam selang tekanan Pj sampai Pj+1
dengan menggunakan persamaan (26) :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 8 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive
n j nj +1 + g j gj +1 + W pj +1 W j +1 Wej +1 ej +1
n = (26)
n j +1 + R gj +1
11. Hitung produksi minyak kumulatif sejak reservoir diproduksikan sampai Pj+1 dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
nj+1 = nj + n (27)
12. Hitung saturasi minyak dalam zone minyak yang belum dirembesi air :
(1 n j +1 ) Boj +1 Vw S or
S oj +1 = (28)
Vi Vw
Wej +1 W pj +1 Bw
Vw = (29)
N (1 S wi S or )
Boi
Vi = (30)
(1 S wi )
13. Tentukan (krg/kro)j+1 berdasarkan hasil penentuan permeabilitas relatif dengan menggunakan
data produksi untuk harga saturasi minyak hasil hitungan langkah 12.
14. Hitung perbandingan gas-minyak sesaat (R*) :
o Bo
R* = Rsj +1 + (k rg / k ro ) j +1 ( ) j +1 (31)
g Bg
15. Bandingkan harga faktor perbandingan gas-minyak sesaat berdasarkan anggapan (Rj+1) dan
hasil hitungan (R*) dengan menggunakan ketidaksamaan berikut ini :
R j +1 = R *
(32)
R j +1
Catatan :
a. Dapat menggunakan = 0.01 - 0.05
b. Bila kondisi persamaan (32) tidak dipenuhi gunakan hasil hitungan faktor perbandingan
gas sesaat sebagai anggapan baru (Rj+1) dan ulangi perhitungan mulai langkah 8.
c. Bila kondisi persamaan (32) dipenuhi lanjutkan perhitungan berikut ini.
16. Hitung produksi kumulatif minyak (Np), produksi kumulatif gas (Gp), faktor perbandingan
gas minyak kumulatif (Rp), laju produksi minyak rata-rata ( Qo ) :
= (gj + R n) N
G pj +1
c. Rpj+1 = (35)
N pj +1
Nn
d. Qo = (36)
t
t = Selang waktu di mana terjadi penurunan tekanan dari Pj sampai Pj+1
17. Lanjutkan hitungan untuk selang tekanan berikutnya dari langkah 5.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Engineering", Prentice - Hall Inc., M. J.,
1959.
2. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New York, 1978.
5. DAFTAR SIMBOL
1. TUJUAN
Menentukan kinerja (performance) reservoir minyak berdaya dorong depletion di kemudian hari.
2.2. PERSYARATAN
Tersedia data produksi (Np, R) serta tekanan reservoir (P) sampai peramalan dimulai, data PVT
krg
(Bo, Bg, Rs, o, g), data petrofisik ( , ko), volume minyak awal di tempat (N) dan indeks
kro
produktivitas awal (Ji). Reservoir sudah dikembangkan secara penuh dan diproduksikan melalui
sejumlah titik serap.
3. LANGKAH PEKERJAAN
Data produksi terakhir serta tekanan reservoir yang sesuai akan menentukan saat peramalan dimulai,
yaitu pada saat tekanan reservoir lebih besar atau lebih kecil dari tekanan jenuh minyak..
4. Kemiringan garis lurus yang ditarik dari titik (0,0) melalui titik yang diplot
pada butir 3 adalah :
= NBoi ce (2)
3.1.1.2. Peramalan
1. Bagi selang tekanan reservoir dari tekanan awal peramalan sampai tekanan
jenuh atas kelipatan tekanan sebesar 100 - 200 psi.
2. Untuk setiap tekanan reservoir (P) lebih kecil dari tekanan awal peramalan
hitung peramalan berikut ini :
( Pi Pj +1 )
a. N *pj +1 = (3)
Bo
( oi Boi )
b. (J)j+1 = Ji (4)
( o Bo )
c. qo j+1 = (J)j (Pj+1 Pwf) (5)
N *p
d. t = (6)
( X n )q o
e. t = t (7)
dimana :
N *p = N *pj +1 N *pj (8)
t = (t j+1 t j) (9)
qo = 0.5 (qo j+1 + qo j ) (10)
Catatan :
Tekanan alir dasar sumur Pwf harus ditentukan lebih dahulu sesuai dengan
metode produksi yang akan digunakan.
1. Bagi selang tekanan reservoir dari tekanan Pb, sampai tekanan abandonment (Pa) atas
kelipatan tekanan, sebesar 100 - 200 psi.
2. Untuk setiap tekanan reservoir (Pj) yang diperoleh dari butir 1 hitung nj dan gj :
( Boj Bsj B gj )
nj = (11)
( Boj Bob ) + ( Rsi Rsj ) B gj
B gj
gj = (12)
( Boj Bob ) + ( Rs i Rsj ) B gj
G pj
gj = = nR (16)
( N N pb *)
nj+1 = nj + n (17)
Catatan :
a. Untuk selang tekanan pertama dalam peramalan, dimana Pj = Pb, berlaku :
nj = 0
gj = 0
b. Untuk selang tekanan yang lain nj dan gj diperoleh dari hasil perhitungan.
Sedangkan harga nj+1 dan gj+1 adalah :
nj+1 = nj + n (17)
gj+1 = gj + Rn (18)
7. Hitung saturasi minyak (So) pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan berikut :
Boj +1
S oj +1 = (1 n j +1 ) (1 S wi ) (19)
Bob
8. Berdasarkan harga saturasi minyak dari langkah (7) tentukan krg/kro (data petrofisik).
Bila data petrofisik tidak tersedia persamaan empiris berikut ini dapat digunakan :
k rg (1 S 2 )(1 S ) 2
= (20)
k ro S4
dimana :
So
S= (21)
(1 S wi )
9. Hitung R* pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan :
k rg o Bo
R* = Rsj +1 + (22)
k B
ro g g j +1
10. Bandingkan kedua faktor perbandingan gas-minyak sesaat yang berasal dari
anggapan (butir 4) dan hasil hitungan (butir 9) dengan menggunakan persamaan :
R * R j +1
< (23)
R*
11. Hitung produksi gas kumulatif pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan (18) :
gj+1 = gj + Rn (18)
12. Dengan menggunakan saturasi minyak butir (7) tentukan ko dari data petrofisik.
13. Hitung indeks produktivitas sumur (J) :
k ko
J j +1 = J i o (25)
o Bo j +1 o Bo i
14. Hitung laju produksi minyak tiap sumur :
qoj+1 = Jj+1 (Pj+1 Pwf) (5)
15. Hitung laju produksi minyak rata-rata tiap sumur untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1
:
q oj + q oj +1
qo = (10)
2
16. Hitung lama waktu produksi untuk selang tekanan Pj sampai Pj +1 :
n( N N *p ,b )
t = (26)
X n qo
17. Hitung produksi kumulatif dari tekanan jenuh sampai Pj+1 :
Pj +1
(
N p = n N N *p ,b ) (27)
Pb
18. Hitung produksi minyak kumulatif sejak reservoir diproduksikan :
NpT = Np + N *p ,b (28)
( N *p N *p ,b )
a. n = (31)
( N N *p ,b )
Bo
b. S o = (1 n) (1 S wi ) (32)
Bob
k rg g Bo
c. = ( R Rs ) (33)
k ro B
o g
5. Plot krg/kro terhadap So pada kertas grafik semi-log dengan mencantumkan krg/kro
pada sumbu log. Ekstrapolasi kurva untuk harga So yang lain dilakukan dengan
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 8 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion
memperhatikan arah kecenderungan plot krg/kro terhadap So yang berasal dari data
petrofisik, bila ada. Kurva krg/kro ini digunakan dalam peramalan kinerja reservoir.
Catatan :
Ketelitian ekstrapolasi kurva krg/kro terhadap So tergantung pada lama produksi sejak
tekanan reservoir sama dengan Pb.
B gj
gj = (12)
( Boj Bob ) + ( Rs i Rsj ) B gj
3. Peramalan dimulai dari tekanan awal peramalan (Pj) sampai Pj+1. Harga parameter
produksi (N *p , R, qo) pada Pj diketahui dan berasal dari data produksi.
4. Anggaplah suatu harga untuk Rj+1. Perkiraan Rj+1 ini dapat diperoleh dari
ekstrapolasi plot R terhadap P dimulai dari tekanan jenuh.
5. ( )
Hitung faktor perbandingan gas-minyak sesaat rata-rata R untuk selang tekanan Pj
sampai Pj+1 :
R j + R j +1
R= (13)
2
Catatan :
Secara umum dapat dikatakan Rj diperoleh dari hasil hitungan untuk selang tekanan
sebelumnya.
6. Hitung pertambahan produksi n berdasarkan persamaan Tracy :
1 n j nj +1 g j gj +1
n = (14)
nj +1 + R gj +1
dimana :
N pj
Nj = (15)
( N N *p ,b )
Npj = (N *p N *p ,b ) (34)
G pj
gj = (16)
( N N *p ,b )
nj+1 = nj + n (17)
7. Hitung saturasi minyak (So) pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan (19) :
Boj +1
S oj +1 = (1 n j +1 ) (1 S wi ) (19)
Bob
k rg
8. Berdasarkan harga saturasi minyak dari butir (7) tentukan krg/kro dari plot
k ro
terhadap So pada butir (5).
9. Hitung faktor perbandingan gas-minyak (R*) pada Pj+1 dengan menggunakan
persamaan (22) :
k rg o Bo
R* = Rsj +1 + (22)
k B
ro g g j +1
10. Bandingkan kedua faktor perbandingan gas-minyak sesaat yang berasal dari
anggapan (butir 4) dan hasil hitungan (butir 9) dengan menggunakan rumus (23) :
R * R j +1
< (23)
R*
11. Hitung produksi gas kumulatif pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan :
gj+l = gj + Rn (18)
12. Dengan menggunakan saturasi minyak hasil hitungan pada butir (7) tentukan ko dari
data petrofisik.
13. Hitung indeks produktivitas sumur (J) :
k ko
J j +1 = J i o (25)
o Bo j +1 o Bo i
14. Hitung laju produksi minyak tiap sumur :
qo j+1 = Jj+1 (Pj+1 Pwf) (5)
15. Hitung laju produksi minyak rata-rata tiap sumur untuk selang tekanan Pj sampai
Pj+1 :
q oj + q oj +1
qo = (10)
2
16. Hitung lama waktu produksi untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1 :
n( N N *p ,b )
t = (26)
X n qo
17. Hitung produksi minyak kumulatif sejak awal produksi reservoir :
j +1
N pT = N *p + ( N N *p ,b ) n (36)
1
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
Subskrip :
b = titik jenuh
g = fasa gas
i = keadaan awal
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 13 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion
o = fasa minyak
w = fasa air
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Persamaan kesetimbangan materi yang digunakan dalam penentuan kinerja reservoir
berdaya dorong depletion di kemudian hari diperoleh dari keseimbangan volume yang terjadi
dalam model reservoir berbentuk tanki. Keseimbangan volume ini meliputi produksi fluida
kumulatif dan volume ekspansi fluida reservoir sebagai hasil penurunan tekanan. Persamaan
ini memiliki beberapa anggapan / penyederhanaan, yaitu :
a. berdimensi nol
b. setiap perubahan tekanan di suatu titik dalam reservoir akan tersebar merata keseluruhan
reservoir
dan bentuk persamaan umumnya adalah :
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g c w S wi + c f
[ ]
N p Bo + ( R p Rs ) B g = NBoi
Boi
+
1 S wi
( Pi P ) (39)
Peramalan kinerja reservoir yang tidak jenuh (undersaturated reservoir) dibagi atas dua
tahap, dari tekanan awal (Pi) sampai tekanan jenuh (Pb) dan dari tekanan jenuh sampai tekanan
abandonment (Pa). Persamaan (39) dapat disederhanakan sesuai dengan tahapan produksi. Pada
P Pb, berlaku Rp = Rsi = Rs, sehingga persamaan keseimbangan materi menjadi :
( B Boi ) c w S wi + c f
N p Bo = NBoi o + ( Pi P )
Boi 1 S wi
c w S wi + c f
= NBoi co + ( Pi P )
1 + S wi
= NBoi ce (Pi P) (40)
dimana :
co S oi + c w S wi + c f
ce = (41)
1 S wi
Persamaan (40) dapat disederhanakan menjadi :
( Pi P )
Np = (42)
Bo
= NBoi ce (2)
( Pi P) P P
Hubungan Np terhadap adalah linier dan plot Np terhadap i dari data
Bo Bo
produksi dan tekanan memberikan kemiringan garis linier yang digunakan untuk meramalkan
Np di kemudian hari, asalkan tekanan reservoir P Pb.
Hasil peramalan langsung dan persamaan keseimbangan materi menghasilkan hubungan Np
P. Mengubah hubungan ini menjadi fungsi waktu membutuhkan indeks produktivitas sumur
rata-rata (J) sesaat :
( k o / o Bo )
J = Ji (43)
( k o / o Bo ) i
Atas dasar harga indeks produksi sumur ini dihitung laju produksi bila tekanan alir dasar sumur
(Pwf) diketahui
qo = J (P Pwf) (44)
Selang waktu t yang diperlukan dalam memproduksi minyak Np melalui sejumlah sumur
produksi (Xn) sehingga tekanan reservoir berubah dari Pj menjadi Pj+l adalah :
N p
t = (45)
qo X n
dimana :
q oj + q oj +1
qo = (10)
2
Peramalan kinerja reservoir dari tekanan Pb sampai tekanan abandonment (Pa)
menggunakan persamaan keseimbangan materi yang telah disederhanakan dengan menganggap
kompresibilitas air dan batuan berpori dapat diabaikan.
[ ] [
N ( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g = N p Bo + ( R p Rs ) B g ] (46)
Penyelesaian dengan metode Tracy didasarkan pada persamaan (46) yang telah disederhanakan
dengan mendefinisikan :
Np
n=
N
N p Rp
g=
N
Bg
g = (49)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
Dari persamaan (47) ini dijabarkan persamaan untuk menghitung produksi minyak n dari
selang tekanan Pj sampal Pj+1 :
1 n j nj +1 g j gj +1
n = (14)
nj +1 + R gj +1
dimana :
gj+1 = gj + Rn (15)
R j + R j +1
R= (13)
2
Dari persamaan (14) ini terlihat bahwa n baru dapat dihitung bila faktor perbandingan gas-
kg
Penentuan R pada Pj+1 membutuhkan yang baru diperoleh bila harga saturasi minyak pada
ko
tekanan itu diketahui dengan menggunakan persamaan :
Boj +1
S oj +1 = (1 n j +1 ) (1 S wi ) (19)
Bob
Akan tetapi nj+1 belum diketahui atau variabel inilah yang perlu dihitung. Hal inilah yang
menyebabkan penentuan n didasarkan pada uji tebak (trial and error) dengan menggunakan
faktor perbandingan gas-minyak sesaat anggapan (R) dan hasil hitungan (R*) sebagai tolok ukur
jawaban yang tepat :
R * R
< (51)
R*
Untuk ini dapat digunakan harga 0.01.
Persamaan keseimbangan materi (46) yang digunakan dalam persamaan kinerja reservoir mulai
dari tekanan jenuh Pb mempunyai pengertian khusus, yaitu :
l. Volume minyak di tempat yang digunakan dalam persamaan adalah volume minyak yang ada
pada tekanan jenuh Pb.
2. Produksi minyak kumulatif hasil peramalan adalah volume minyak yang diperoleh sejak
tekanan jenuh Pb, sehingga perlu ditambah dengan produksi minyak kumulatif hingga Pb bila
ingin menghitung produksi minyak kumulatif sejak reservoir diproduksikan.
1. TUJUAN
Membuat prakiraan kinerja (performance) reservoir minyak berdaya dorong tudung gas (gas cap).
2.2. PERSYARATAN
Tersedia data produksi (Np, R) serta tekanan reservoir (P) sampai peramalan dimulai, data
PVT (Bo, Bg, Rs, o, g), data petrofisik (krg/kro, ko), geometri reservoir (N, m) dan indeks
produktivitas (Ji). Reservoir sudah dikembangkan penuh dan diproduksikan melalui sejumlah
(Xn) titik serap. Gas yang diproduksikan bukan berasal dari tudung gas.
3. LANGKAH KERJA
3.1. SIAPKAN DATA PENDUKUNG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN YANG MELIPUTI
KELOMPOK DATA BERIKUT INI
1. Data Produksi
a. Produksi minyak kumulatif (Np), STB
b. Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
2. Data PVT
a. Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
b. Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
3.3. RAMALAN
1. Bagilah selang tekanan reservoir dari tekanan awal ramalan sampai tekanan
abandonment (Pa) atas kelipatan tekanan sebesar 100 psi.
2. Siapkan tabulasi data PVT dan tekanan sesuai dengan pembagian tekanan pada langkah
1.
3. Untuk setiap tekanan reservoir yang diperoleh dari langkah 1, hitunglah n, g dan c :
( Bo R s B g )
n = (4)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
Bg
g = (5)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
( B g / B gi 1)
c = (6)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
4. Anggaplah suatu harga Rj+1 dan kemudian hitung harga faktor perbandingan gas-minyak
sesaat rata-rata (R) untuk selang tekanan Pj sampai Pj + 1 :
R j + R j +1
R= (7)
2
Catatan :
Untuk meramalkan produksi minyak kumulatif dan perbandingan gas-minyak sesaat
pada tekanan Pj+1, yaitu masing-masing nj+1 dan Rj+1, nj dan Rj sudah harus diketahui.
Perkiraan harga-harga nj+1 dan Rj+1 pada Pj+1 dilakukan sesuai dengan langkah yang
dimulai dari langkah 5.
5. Hitung produksi minyak (n) untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1 dengan menggunakan
persamaan Tracy :
1 n j nj +1 g j gj +1 + m cj +1
n = (8)
nj +1 + R gj +1
Selanjutnya hitung nj+1 :
nj+1 = nj + n (9)
6. Tentukan saturasi minyak pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan (2) dan (3).
7. Baca harga krg/kro sesuai dengan So yang diperoleh dari langkah 6 dengan menggunakan
hasil plot langkah 4 dari butir 3.2. diatas.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 4/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas
8. Hitung faktor perbandingan gas-minyak sesaat pada Pj+l dengan menggunakan persamaan
:
k rg o Bo
R* = Rsj +1 + (10)
k B
ro g g j +1
9. Bandingkan harga faktor perbandingan gas-minyak sesaat berdasarkan anggapan (Rj+1)
dan hasil hitungan (R*) dengan menggunakan ketidaksamaan berikut ini :
R j +1 R *
< (11)
R j +1
Catatan :
a. dipilih menurut ketelitian yang dikehendaki, misalnya dapat menggunakan = 0.01.
b. Bila kondisi persamaan (11) tidak dipenuhi gunakan hasil hitungan faktor perbandingan
sesaat (R*) sebagai anggapan baru (Rj+1) dan ulangi perhitungan mulai langkah (5).
c. Bila kondisi persamaan (11) terpenuhi lanjutkan perhitungan berikut ini.
10. Hitung produksi kumulatif minyak (Np), produksi kumulatif gas (Gp), laju produksi
minyak (qo) dan lama produksi (t) :
a. NPj +1 = ( n j + n) N (12)
(k o o Bo ) i +1
c. J j +1 = J i (14)
(k o o Bo ) i
q o j +1 = J i +1 ( Pj +1 Pwf ) (15)
d. Qo j +1 = X n q oj+1 (16)
(Qoj + Qoj +1 )
e. Qo = (17)
2
N n
t = (18)
Qo
t = t (19)
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
Subskrip :
b = titik jenuh
i = keadaan awal
j = 1,2,3, . . . . , menunjukkan kondisi yang dikaitkan dengan tekanan
Untuk menghindari terjadinya water coning beberapa metode digunakan untuk menghitung laju kritis.
Akan tetapi produksi minyak di bawah laju kritis tidaklah ekonomis karena terlalu rendah. Pada
prakteknya, sumur minyak diproduksi diatas laju kritis. Hal ini menyebabkan adanya produksi minyak
dan air.
Dalam bagian ini dibahas tentang peramalan kinerja sumur minyak jika diproduksi diatas laju kritis. Pada
kondisi ini water coning (kerucut air) terjadi dan diperlukan waktu puncak kerucut air tersebut mencapai
perforasi. Waktu ini disebut sebagai waktu tembus air (water breakthrough time). Salah satu metode yang
digunakan untuk menghitung waktu tembus air diberikan oleh Sobocinski dan Cornelius, yaitu :
oh(t D )SC
BT
t BT =
(
0.00137( w o )k v 1 + M ) (1)
dimana :
(k w )or o
M = (2)
(k o )wc w
= 0.5 untuk M < 1; 0.6 untuk 1 < M < 10. (3)
Tinggi kerucut tak berdimensi (dimensionless cone height) dihitung dengan persamaan berikut :
0.00307( w o )k h h(h h p )
z= (4)
o qo Bo
Sedangkan waktu tembus air tak berdimensi (dimensionless water breakthrough time) dapat dikorelasikan
dengan dimensionless cone height berdasarkan persamaan (5), yaitu :
z 16 + 7 z 3 z 2
(t D )SC
BT
= (5)
4 7 2z
Prosedur perhitungan laju alir minyak dan air setelah tembus air adalah sebagai berikut :
1. Hitung dimensionless cone height dan dimensionless water breakthrough time menggunakan
persamaan (4) dan (5).
2. Hitung water breakthrough time menggunakan persamaan (1).
3. Hitung dimensionless breakthrough time, tDBT.
t DBT = t / t BT (6)
dimana :
hw = H w + H o M D (8)
h = H o (1 M D ) (9)
( )
M D = N p / N (1 S wc ) / (1 S or S wc ) (10)
q o = qT q w (16)
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SIMBOL
kh = permeabilitas horisontal, mD
kv = permeabilitas vertikal, mD
CONTOH SOAL :
Hitung besarnya water cut dan recovery factor pada t = 330 hari untuk sumur vertikal yang berproduksi
dari reservoir dengan data berikut ini :
PENYELESAIAN :
z 16 + 7 z 3 z 2
(t D )SC
BT
=
4 7 2z
0.160 16 + 7(0.160) 3(0.160 2 )
=
4 7 2(0.160)
= 0.102
o h(t D )SC
BT
t BT =
0.00137( w o )k v (1 + M )
1.44 0.164 84 0.102
=
(
0.00137 (1.095 - 0.861) 3.5 1 + 3.27 0.6 )
= 594 hari
Berdasarkan persamaan (11) dan (12), walaupun pada waktu 330 hari lebih kecil dari water
breakthrough time (594 hari) water cut lebih dari 0 jika waktu produksi lebih dari setengah dari water
breakthrough time ( t > 0.5t BT , WC > 0 ). Kurang dari setengah water breakthrough time sumur
hanya berproduksi minyak ( t < 0.5t BT , WC = 0 ). Kumulatif produksi sampai pada t = 297 hari
adalah Np = 297 500 = 148,500 STB. Untuk selang waktu antara t = 297 sampai t = 330, kita
anggap qo = qt = 500 STB/D.
M D = (N p / N )(1 S wc ) / (1 S or S wc )
165,000 1 0.29
=
5,508,432 1 0.34 0.29
= 0.05748
hw = H w + H o M D = 24 + 84 0.05748 = 28.83 ft
h = H o (1 M D ) = 84 (1 0.05748) = 79.17 ft
Mhw
(WC )limit =
Mhw + h
3.27 28.83
= = 0.54
3.27 28.83 + 79.17
Jika diinginkan ketelitian yang lebih baik, maka perlu diulangi langkah 4 sampai langkah 8 dengan
harga qo anggapan yang baru :
qo + q o,ang
q o,ang =
2
PENDAHULUAN
Gas coning dan water coning adalah problem serius yang banyak dijumpai pada lapangan minyak,
terutama pada lapisan minyak yang tipis dimana air dan gas yang tidak diharapkan ikut terproduksi,
sehingga terproduksinya air dan gas tersebut menaikkan ongkos produksi, dan mengurangi efesiensi
perolehan minyak.
Salah satu sebab terjadinya coning adalah penurunan tekanan (pressure drawdown). Pada sumur vertikal
penurunan tekanan terbesar terjadi di sekitar lubang sumur, berbeda dengan sumur horizontal dimana
penurunan tekanan di sekitar lubang sumur tidak terlalu besar, sehingga kecenderungan terjadinya coning
dapat diminimalkan, dan laju produksi minyak yang tinggi dapat diterapkan. Gaya-gaya yang
menyebabkan terjadinya mekanisme water coning antara lain :
1. Gaya aliran dinamis (dynamic flow force),
2. Gaya gravitasi.
Dalam sistem water coning, gaya kemampuan alir suatu fluida (viscous forces) terjadi karena penurunan
tekanan di sekitar lubang sumur akibat produksi fluida, dan gaya gravitasi yang berasal dari perbedaan
densitas antara dua fluida bertambah sebagai akibat mengimbangi gaya kemampuan alir suatu fluida, jika
kemampuan alir suatu fluida melebihi gaya gravitasi maka coning akan terbentuk dan tumbuh menuju ke
interval perforasi hingga air terproduksi.
Dalam sistem gas coning, gaya dinamik ke bawah sebagai akibat penurunan tekanan di sekitar lubang
sumur sangat besar dan tidak bisa diimbangi oleh perbedaan berat jenis fluida antara minyak dan gas
maka gas dari atas zona minyak turun hinggak ke interval perforasi sampai gas terproduksi.
DIAGNOSTIC PLOT
Log-log plot antara WOR dengan waktu dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan produksi
dan problem mekanik yang terjadi secara efektif. Turunan dari WOR dengan waktu dapat digunakan
untuk mendeteksi terjadinya kelebihan air yang terproduksi sebagai akibat dari water coning atau
multilayer channeling.
Korelasi - korelasi yang ada digunakan untuk memperkirakan : (1) laju alir minyak yang optimum, (2)
waktu tembus air (water breakthrough time) untuk sumur vertikal dan horizontal, dan (3) waktu tembus
gas (gas breakthrough time) untuk sumur vertikal dan horizontal.
dimana :
Xa
XD = kv / kh
ho
g k ro
M g/o =
o k rg
dimana :
325.86 o Bo q o
q Dw,h =
Lho k v k h ( w o )
o k rw
M o/w =
w k ro
dimana :
325.86 o Bo q o
q Dg ,h =
Lho k v k h ( o g )
g k ro
M g/o =
o k rg
DAFTAR PUSTAKA
1. Recham, R.: "Super-Critical Rate Based on Economic Recovery in Water and Gas Coning by Using
Vertical and Horizontal Well Performance ", SPE 71820, 2001.
DAFTAR SIMBOL
1. TUJUAN
Perencanaan uji sumur (well test design) bertujuan menetapkan :
a. laju aliran selama pengujian
b. kepekaan alat perekam tekanan
c. lama waktu produksi
d. lama waktu penutupan
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung :
a. jenis fluida (dapat dilihat pada TR.02.01)
b. viskositas fluida, (cp)
c. kompresibilitas total, ct (psi-1)
d. faktor volume formasi, B (RB/STB atau RB/Mscf)
e. tebal lapisan, h (ft)
f. jari-jari lubang bor, rw (ft)
g. perkiraan harga permeabilitas, k (mD)
h. perkiraan harga porositas,
i. perkiraan harga skin, S
j. perkiraan harga fracture half-length, xf (ft), untuk sumur dengan perekahan hidrolik
k. perkiraan jarak sumur ke boundary yang terdekat, L (ft)
Perkiraan harga faktor skin dapat diperoleh dari hasil analisa uji tekanan sumur yang dilakukan
sebelumnya di formasi yang sama dan komplesi sumur yang serupa. Untuk reservoir dengan
permeabilitas yang kecil dimana sumur tidak dapat mengalir dengan laju yang dapat terukur,
sehingga perlu dilakukan breakdown atau acid treatment, faktor skin bisa dianggap sama dengan S
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 2 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur
= 1 untuk breakdown dan S = 2 untuk acid treatment. Perkiraan harga faktor skin untuk
berbagai jenis stimulasi dan komplesi ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkiraan Harga Faktor Skin untuk Berbagai Jenis Stimulasi dan Komplesi.
Type of Stimulation or S
Completion
Natural completion 0
Small acid treatment 1
Intermediate acid treatment 2
Large acid or small fracture treatment 3
Intermediate fracture treatment 4
Large fracture treatment in low- 6
permeability reservoir
Very large fracture treatment in low- 8
permeability reservoir
Jika perforasi dilakukan tidak mencakup keseluruhan netpay (partial penetration) dan sumurnya
miring, ditambahkan harga skin yang dihitung berdasarkan Tabel 2. Skin akibat partial penetration
ditunjukkan oleh Sc dan skin akibat kemiringan sumur ditunjukkan oleh S. Skin gabungan antara
kemiringan sumur dan partial penetration diberikan oleh S+c.
Tabel 2. (Lanjutan)
Tabel 2. (Lanjutan)
Tabel 2. (Lanjutan)
Perkiraan permeabilitas formasi dapat diperoleh dari data pengukuran core di laboratorium
(TR.01.02) dari sumur yang akan dilakukan uji sumur atau dari sumur yang berdekatan dalam satu
formasi. Alternatif lain adalah menggunakan hasil dari tes produksi (production test) sumur, yaitu
dengan persamaan aliran pseudosteady-state jika tes produksi mencapai kondisi stabil :
141.2qB re 3
k= ln + S (1)
h(P Pwf ) rw 4
Jika aliran belum mencapai keadaan yang stabil, maka digunakan persamaan untuk aliran
nonsteady-state, yaitu :
141.2qB rd 3
k= ln + S (2)
h(Ps Pwf ) rw 4
0.5
kt
rd = (3)
377 c
Menentukan permeabilitas formasi berdasarkan persamaan (2) dan (3)
dilakukan dengan menggunakan iterasi, seperti berikut :
a. Gunakan anggapan harga sembarang k,
b. Hitung rd berdasarkan persamaan (3),
c. Gunakan rd pada langkah (c) untuk menghitung k berdasarkan persamaan 2, bandingkan hasil
pada langkah ini dengan harga k anggapan. Jika perbedaannya cukup kecil, maka iterasi selesai
tapi jika tidak, maka gunakan harga k pada langkah ini sebagai anggapan dan lakukan kembali
langkah (b) dan selanjutnya.
Harga viskositas, faktor volume formasi dan kompresibilitas total diperoleh dari analisa fluida di
laboratorium (TR 02.04) atau berdasarkan persamaan korelasi empirik (TR 02.06).
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing (casing ID) jika
dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes. Jika tidak ada casing, jari-jari
lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter
bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core. Ketebalan formasi dapat
diperkirakan dari analisa data log.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 8 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur
Panjang fracture untuk sumur yang direkahkan secara hidrolik dapat diperkirakan dari hasil
fracture design atau dari hasil analisa tekanan selama dilakukan perekahan hidrolik.
4. Menentukan waktu terjadinya aliran pseudoradial pada sumur dengan perekahan hidrolik :
3 x 2f
t prf = (11)
L2
tbe = (12)
4
ri2
tend = (13)
4
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Lee, J. dan Watenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE Inc, Richardson, Texas,
1996.
2. Economides, M.J., Hill, A.D. dan Ehlig-Economides, C. : "Petroleum Production System",
Prentice Hall, Englewood, New Jersey, 1994.
5. DAFTAR SIMBOL
1. PROSEDUR DESAIN UJI ULAH TEKANAN BENTUK UNTUK SUMUR GAS SEBELUM
DIREKAHKAN (PREFRACTURE)
Prosedur berikut ini, yang didasarkan pada prinsip teoritis dan operasional yang telah
dijelaskan sebelumnya, merupakan bukti yang cukup memadai sebagai titik awal untuk desain uji
ulah tekanan bentuk sebelum direkahkan (prefracture) pada sebagian besar reservoir gas dengan
permeabilitas yang rendah (tight - k < 1 mD). Tersedianya data permeabilitas efektif gas dari hasil
perkiraan sebelum dilakukan uji sangatlah penting.
1. Diperlukan perkiraan sifat-sifat sumur dan reservoir untuk desain uji.
a. Pilih tekanan alir dasar sumur untuk periode produksi sebelum penutupan (shut-in). Pastikan
bahwa laju alir yang dihasilkan cukup besar untuk mengangkat fluida secara kontinyu dari
lubang sumur.
b. Perkirakan harga Pi dan Pwf (t = 0) dan hitung Pav = (Pi + Pwf).
c. Perkirakan sifat-sifat gas pada Pav : Bg, dan ct.
d. Perkirakan harga kg, h dan .
f. Perkirakan cwb = cg pada Pav dan temperatur permukaan dan dasar sumur aritmatik rata-rata
(BHT).
g. Perkirakan koefisien wellbore storage, C :
C = c wbVwb (1)
h. Perkirakan jari-jari penyerapan, re, dari jarak sumur atau panjang, L, sampai batas tak ada lagi
aliran (no-flow boundary) terdekat.
3. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk memperoleh jari-jari investigasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pengujian tersebut.
a. Analisa kerusakan (damage) atau stimulasi : ri = 200 ft (61 m).
b. Kondisi pada jari-jari penyerapan : ri = re.
t min = 948 ct ri / k g
2
(4)
237 ct re
2
t end = (6)
kg
b. Untuk sumur yang berjarak L dari boundary terdekat :
948 ct L2
t end = (7)
kg
8. Pilih suatu pengukur tekanan yang cukup sensitif untuk merespon perubahan tekanan yang
diharapkan selama uji dilakukan.
9. Perkirakan tekanan maksimum yang ingin dijumpai dalam uji (seperti Pi).
10. Pilih suatu kisaran pengukur tekanan sehingga tekanan uji maksimum jatuh antara 60 dan 80%
dari batas tertinggi pengukur tersebut.
11. Jika memungkinkan, pilih suatu pengukur waktu pada alat pengukur yang memiliki kandungan
tersendiri sehingga sebagian besar grafik digunakan, tetapi juga agar alat pengukur tersebut hanya
digunakan satu kali selama uji dilakukan, yaitu agar tidak perlu diambil dan digunakan kembali
(sampai dengan 180 jam lamanya, diluar dimana resolusi waktu sangat kecil sehingga lebih
disukai untuk meggunakan alat pengukur itu lagi). Pengukur berurutan dua-dua sangat penting.
Satu alternatif yang sempurna pada pengukur mekanikal konvensional adalah pengukur tipe
memori (memory-type gauge).
2. CONTOH DESAIN
Bagian ini menjabarkan prosedur yang dianjurkan untuk memperkirakan permeabilitas yang
akan digunakan pada perhitungan desain dan desain uji ulah tekanan bentuk sebelum direkahkan
(prefracture). Tabel 1 meringkas sifat-sifat yang umum untuk seluruh bagian dari contoh ini.
Penyelesaian.
Waktu produksi efektif, tp, adalah
24Q g (24 hr/D)110 Mscf
tp = = = 24 jam.
qg 110 Mscf/D
Kita lanjutkan dengan prosedur perkiraan yang telah dibahas sebelumnya.
1. Perkirakan rd sebagai perkiraan pertama untuk kg = 0.1 mD :
1/ 2
kgt
rd =
377 ct
1/ 2
24k g
= 4
(377)(0.118)(0.015)(2.0 10 )
= 424 kg
= 424 (0.1)
= 134 ft.
2. Cari jawaban untuk kg :
141.2q g B g rd
kg = ln 0.75 + S a
h( Pi Pwf ) rw
(141.2)(110)(1.5)(0.015) rd
= ln 0.75 1.0
(6)(3,200 400) 0.365
r
= 0.0208ln d 1.75
0.365
134
= 0.0208ln 1.75
0.365
= 0.0864 mD.
3. Saring lagi perkiraan dari rd :
rd = 424 kg = (424)(0.0864) = 125 ft.
4. Saring lagi perkiraan dari kg :
125
k g = 0.0208ln 1.75 = 0.0850 mD.
0.365
5. Iterasi lagi:
rd = 424(0.0850) = 124 ft;
124
k g = 0.0208ln 1.75
0.365
= 0.0848 mD.....konvergen.
Perlu diperhatikan bahwa setelah 30 hari produksi pada BHP yang sama,
k g h( Pi Pwf )
qg =
kgt
70.6 B g ln + 2S a
1,688 ct rw
2
(0.0848)(6)(3,200 400)
=
(0.0848)(30)(24)
(70.6)(1.5)(0.015)ln 4 2
2
(1,688)(0.118)(0.015)(2.0 10 )(0.365)
= 77.6 Mscf/D.
Penyelesaian :
Kita mulai dengan memperkirakan sifat-sifat.
1. Perkiraan sifat-sifat.
a. Perkiraan harga kg, h, dan S telah disediakan di atas. Bagaimanapun, untuk Sa < 0, kita
gunakan Sa = 0 untuk desain uji.
b. Koefisien penyimpanan lubang sumur diperkirakan dengan :
C = cwb Vwb
= (2.9 10-4)(15)
= 0.00435 bbl/psi
c. Perkiraan harga Bg, ct dan disediakan pada Tabel 1.
d. Produksikan sumur pada Pwf = 400 psia (2.8 MPa) dan asumsikan bahwa qg = 100 Mscf/D
(2832 std m3/D) dapat dipertahankan pada akhir periode alir.
e. Untuk jarak 640 acre (259 ha) :
re = A/
= (640)(43560) /
= 2979 ft.
=
[200,000 + (12,000)(0)](0.00435)
(0.0848)(6) /(0.015)
= 25.6 jam.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelidiki jarak-jarak yang bervariasi ke arah reservoir :
t = 948 ct ri / k g
2
= 0.00396 ri ,
2
dimana :
ri t
(ft) (jam)
10 0.396
50 9.9
100 39.6
237ct re
2
t end =
kg
(237)(0.118)(0.015)(2.0 10 4 )(2979) 2
=
(0.0848)
= 8,780 jam.
5. Waktu alir untuk pengujian : Sumur harus dialirkan selama 4 hari, sebab 4twbs = (4)(25.6) = 102
jam atau secara mudah, 4 hari. Dengan periode alir tersebut, sekitar 150 ft (46 m) formasi akan
diselidiki di dekat lubang sumur. Laju alir sebesar 100 Mscf/D (2864 std m3/D) akan
dipertahankan pada akhir dari periode ini.
(162.6)(100)(1.5)(0.015)
=
(0.0848)(6)
= 719 psi/cycle.
Perubahan tekanan antara akhir dari pengujian (96 jam) dan waktu pada 90% durasi pengujian
(86 jam):
P = 0.0458 m
= (0.0458)(719)
= 33 psi.
8. Pengukur tekanan dengan sensitivitas secukupnya : Suatu tabung pengukur Bourdon yang biasa
cukup sensitif untuk uji ini. Pengukur lain dengan sensitivitas yang lebih besar juga dapat
diterima.
9. Untuk Pi = 3,200 psia (22 MPa), kisaran pengukur berkisar dari 4,000 sampai 5,300 psia (27.6
sampai 36.5 MPa).
10. Suatu pengukur waktu 120-jam akan dibutuhkan untuk alat pengukur.
Ringkasan
Operator tidak dapat menguji sebagaimana yang dianjurkan pada awalnya dan tetap memperoleh uji
yang layak. Bahkan, ia harus :
(1) mengalirkan sumur selama 4 hari pada Pwf = 400 psia (2.8 MPa),
(2) menutup sumur selama 4 hari, dan
(3) menggunakan tabung pengukur Bourdon dengan kisaran 4,000 psia (27.6 MPa) dan pengukur
waktu 120-jam.
Pada pengujian, distorsi penyimpanan lubang sumur akan diatasi baik pada periode alir maupun ulah
tekanan bentuk, dan efek batas tidak akan dijumpai.
Seperti telah dibahas sebelumnya, akan diperoleh cukup banyak kegunaan dari penentuan suatu harga
dari tekanan penemuan (discovery pressure), Pi, sebelum urutan uji alir/ulah tekanan bentuk
dilakukan. Waktu saat uji sebelum perekahan dilakukan bisa menjadi kesempatan terbaik untuk
menentukan Pi, yang diperlukan untuk analisa umum teknik reservoir dan lebih spesifik untuk
membantu interpretasi uji ulah tekanan bentuk sebelum perekahan. (Garis lurus semilog yang tepat
pada grafik Horner harus diekstrapolasi ke harga Pi yang diketahui). Tekanan penemuan ini dapat
diukur dengan memproduksikan sumur untuk waktu yang singkat (misalnya 5 menit) dan
menutupnya cukup lama (beberapa jam) sehingga tekanan naik sampai Pi.
3. DAFTAR PUSTAKA
1. Lee, W. J. : "Pressure-Transient Test Design in Tight Gas Formations", SPE, Texas A&M U.,
1987.
4. DAFTAR SIMBOL
Bg = faktor volume formasi gas dihitung pada Pav, RB/Mscf (res m3/std m3)
C = koefisien wellbore storage, bbl/psi (m3/MPa)
cg = kompresibilitas gas, psia-1 (Pa-1)
ct = kompresibilitas total dihitung pada Pav, psia-1 (Pa-1)
cwb = kompresibilitas gas di dalam lubang sumur, psia-1 (Pa-1)
h = ketebalan bersih, ft (m)
J = indeks produktivitas, qg( P Pwf), Mscf/D-psi (std m3/d.kPa)
kg = permeabilitas formasi gas, mD
L = jarak dari sumur ke boundary terdekat, ft (m)
P = tekanan rata-rata daerah pengurasan, psia (kPa)
Pav = tekanan rata-rata aritmatik, (Pi + Pwf), psia (kPa)
Pi = tekanan awal, psia (kPa)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia (kPa)
Qg = produksi gas kumulatif, Mscf (std m3/d)
re = jari-jari pengurasan eksternal, ft (m)
ri = jari-jari investigasi, ft (m)
rs = jari-jari zona yang berhubungan di dekat lubang sumur, ft (m)
Sa = faktor skin apparent, S + Dqg, tak berdimensi
t = waktu, jam
tend = waktu di akhir garis lurus semilog, jam
tmax = harga waktu maksimum untuk suatu uji, jam
tmin = harga waktu minimum untuk suatu uji, jam
twbs = durasi distorsi wellbore storage, jam
Vwb = volume lubang sumur, bbl (m3)
= viskositas gas dihitung pada Pav, cp (Pa.s)
= porositas batuan reservoir, tak bersatuan
1. TUJUAN
Perencanaan uji denyut tekanan reservoir (pulse test) bertujuan menetapkan :
a. laju aliran selama pengujian
b. kepekaan alat perekam tekanan
c. waktu denyut
d. panjang siklus denyut
e. lama waktu produksi
2.2. PERSYARATAN
Karena perioda pendenyutan pendek, maka respon tekanan yang terpantau di sumur pengamat
biasanya kecil. Kadang-kadang perbedaan tekanan tersebut lebih kecil dari 0.01 psi, sehingga
untuk pengujian ini memerlukan alat pengukur tekanan yang sangat peka.
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung :
a. laju aliran atau laju injeksi sumur (qo), STB/hari
b. viskositas minyak (o), cp
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
e. tebal lapisan (h), ft
f. jari-jari lubang bor (rw), ft
g. perkiraan harga permeabilitas (k), mD
tL =
(
ct r 2 (t L ) D / rD 2 ) (1)
0.0002637 k
Panjang siklus denyut, (tc) ditentukan dari persamaan :
tL
t L = (2)
(t L / t c )
6. Waktu siklus denyut, (tp), ditentukan dari hubungan :
t P = F 1 t c (3)
P
7. Perbandingan respon amplitude dan laju aliran ditentukan dari persamaan :
q
(
P 141.2 Bo PD (t L / t c ) 2
=
) (4)
q k h (t L / t c ) 2
8. Apabila laju aliran sumur sudah ditentukan atau dibatasi oleh kondisi operasional, maka harga P
yang diperoleh menentukan kepekaan alat perekam tekanan. Atau sebaliknya, apabila kepekaan
alat pengukur tekanan terbatas, maka laju aliran yang harus ditentukan harganya.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Matthews C. S. dan Russell D. G., : "Pressure Build-Up and Flow Tests in Wells", Monograph
Volume 1, Henry L. Doherty Series, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. Lee, John : "Well Testing", SPE Textbook Series Volume 1, New York, Dallas 1982.
3. Earlougher, R. C, Jr., : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. 5, Henry L. Doherty
Series SPE - AIME, Dallas 1977.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Metode ini diperkenalkan oleh Johnson, Greenkorn dan Woods. Cara ini menggunakan laju
denyut pendek (short rate pulses) dari suatu sumur yang merupakan periode perubahan-
perubahan laju produksi atau laju injeksi dan penutupan sumur. Akibat denyut ini dalam hal
perubahan tekanan, diukur di dalam sumur pengamat. Karena periode denyut ini pendek dan
respon tekanannya kecil, maka diperlukan alat pengukur tekanan khusus yang mampu
mendeteksi perubahan-perubahan tekanan yang sangat kecil, misalnya 0.01 psi.
Gambar 2 memperlihatkan laju produksi denyut yang dikirimkan oleh sumur aktif serta
respon tekanan yang diterima di sumur pengamat. Pada gambar ini diperlihatkan pula adanya
ketinggalan waktu (tL) dan respon amplitude dengan (P).
Dasar persamaan matematika dari uji denyut adalah persamaan aliran fluida di dalam media
berpori dengan arah radial. Adanya perubahan-perubahan laju aliran pada sumur pengamat dapat
diturunkan dengan cara superposisi sehingga mendapatkan persamaan sebagai berikut :
Pws = Pi
( )
70.6 B q PD (t L / t c ) 2 S r 2
E E
S r2
+ E
S r2
(5)
i i i
k h (t L / t c ) 4(t - t1 ) 4T (t t1 t 2 )
2
4Tt
dimana :
T = transmissibility = kh/
S = storativity = h c
t1 = lama waktu suraur diinjeksi/diproduksikan
t2 = lama waktu sumur ditutup
r = jarak dari sumur pengamat ke sumur aktif
Pi = tekanan reservoir
Dari persamaan (5) terlihat bahwa besarnya respon adalah fungsi dari transmissibility (T) dan
storativity (S). Sehingga apabila diketahui karakteristik dari respon denyutan, maka dapat
dihitung harga T dan S tersebut.
dimana harga ((tL)D/rD2) diperoleh dari grafik Gambar 6, 7, 9 atau 10 disesuaikan dengan
jenis denyut yang dipilih.
Penyelesaian :
1. Dipilih denyut genap pertama (first even pulse) dengan F1 = 0.3.
2. Berdasarkan F1 = 0.3, lihat Gambar 3 akan diperoleh :
[PD(tL/tc) maksimum = 0.0042
tL/tc maksimum = 0.33
3. Dari Gambar 7 dan besaran-besaran dari butir 2 diperoleh :
(tL)D/rD2 = 0.122
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 8 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur
tL =
(
ct r 2 (t L ) D / rD 2 )
0.0002637 k
(0.18)(10 10 6 )(3)(660) 2 (0.122)
=
0.0002637 (200)
Hitung panjang siklus denyut (tc) :
tc = tL/(tL/tc) = 5.4/0.33 = 16.4 jam
5. Hitung waktu siklus denyut (tp)
tp = F1 tc = (0.3)(16.4) = 4.9 jam
P
6. Hitung
q
(
P 141.2 Bo PD (t L / t c ) 2
=
)
q k h (t L / t c ) 2
141.2(25)(3)(0.0042)
=
(200)(25)(0.33) 2
= 3.6 10 3
7. Apabila laju aliran dibatasi oleh kondisi operasi, misalnya sebesar 100 STB/hari,
maka P = 0.36 psi. Berarti dibutuhkan alat perekam tekanan dengan kepekaan 0.01
psi.
8. Kesimpulan :
Untuk laju produksi = 100 STB/hari, maka panjang siklus pendenyutan tc = 16.4
jam.
Waktu denyut (lamanya menutup sumur) = 4.9 jam.
Lama memproduksikan sumur = (16.4 4.9) = 11.5 jam.
Maka diharapkan amplitude tekanan maksimum (P) = 0.36 psi.
Timelag yang terjadi = 5.4 jam.
1. TUJUAN
2.2. PERSYARATAN
Metode ini hanya berlaku untuk Uji Buildup.
3. LANGKAH KERJA
1. Dengan menggunakan metode-metode yang telah dibicarakan pada Pedoman Kerja yang
bersangkutan, plot t(dPa/dta) vs ta dan Pa vs ta untuk uji drawdown. Untuk uji buildup, waktu
ekivalen, tae, harus dihitung dan digunakan dalam fungsi plot. Sebagai tambahan, siapkan suatu
grafik khusus dari model reservoir untuk digunakan sebagai pembanding hasil plot.
2. Seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar di Lampiran, lakukan pemilihan awal
menggunakan type curve derivative (PK No. TR 05.08). Analisa awal ini dibagi menjadi bagian
waktu awal-, pertengahan- dan akhir-. Dari karakteristik bentuk kurva derivative yang dibahas
sebelumnya, analisa waktu-awal menunjukkan kehadiran dari pengaruh wellbore storage dan skin.
Hampir serupa, analisa waktu-pertengahan menunjukkan apakah reservoir bersifat homogen atau
memiliki heterogenitas. Pada akhirnya, jika uji dilakukan cukup lama, analisa waktu-akhir akan
memberikan informasi mengenai batas-batas reservoir (reservoir boundaries).
3. Dengan menggunakan ketiga teknik plotting (terutama grafik, plot log-log dari data tekanan/waktu
dan plot log-log dari data derivative tekanan), konfirmasikan hasil awal dari langkah (2).
Perhatikan bahwa tiap teknik plotting memberikan respon tekanan yang unik. Bagaimanapun,
daripada hanya mengandalkan satu plot, gunakan ketiga plot tersebut sebelum memilih suatu
model reservoir.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE, Richardson, TX, 1996.
2. Horne, R. N. : "Modern Well Test Analysis", Petro Inc., Second Edition, Palo Alto, CA, 1995.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Pada PK (Pedoman Kerja) yang bersangkutan telah diberikan teknik analisa untuk uji
transien-tekanan pada sumur gas. Untuk setiap teknik, kita telah membuat asumsi implisit bahwa
kita mengetahui model reservoir yang tepat untuk digunakan dalam analisa. Pada beberapa
kasus, para teknisi mungkin tidak memiliki informasi yang cukup untuk dapat menentukan
model reservoir, terutama pada lapangan yang baru ditemukan. Untungnya, sumur memberikan
respon karakteristik tekanan yang bervariasi tergantung pada kondisi di sekitar lubang sumur dan
heterogenitas pada daerah pengurasan dari sumur. Bahkan, dasar dari setiap teknik analisa adalah
pengenalan dari bentuk kurva yang mewakili beberapa model reservoir. Sebagai contoh,
karakteristik bentuk aliran dari rekahan konduktivitas-terbatas (finite-conductivity) adalah aliran
bilinear. Selama aliran bilinear, plot log-log dari (Pi Pwf) vs waktu alir, t, memberikan suatu
garis lurus yang memiliki kemiringan 1.
Sebagai contoh lain, pertimbangkan pemakaian type curve untuk analisa uji sumur. Prinsip
dasarnya adalah, jika suatu plot dari data uji memberikan bentuk yang sama seperti pada type
curve di seluruh daerah waktu, maka reservoir tersebut bertipe sama dengan yang
dikarakterisasikan oleh type curve tersebut. Sayangnya, prinsip ini tidak mutlak. Tipe reservoir
yang berbeda kadang memberikan bentuk dasar yang serupa pada plot type curve. Sebagai
tambahan, baik plot semilog maupun log-log dari data tekanan/waktu seringkali tidak sensitif
terhadap karakteristik perubahan tekanan dari suatu model reservoir yang spesifik. Sebagai
alternatif dari plot tekanan/waktu, derivative tekanan seringkali digunakan secara spesifik untuk
mengidentifikasi tipe-tipe reservoir.
Bahkan, type curve derivative adalah type curve yang paling definitif untuk mengidentifikasi
tipe reservoir. Ia dapat mengidentifikasi secara tidak kentara perubahan karakteristik dalam
kemiringan yang mungkin tertutup atau tidak tampak pada type curve tekanan/waktu.
Bagaimanapun juga, baik type curve derivative maupun tekanan/waktu, lebih baik daripada
grafik semilog untuk mengidentifikasi tipe reservoir. Suatu type curve mencakup seluruh daerah
waktu, sedangkan pada plot semilog kita biasanya hanya memeriksa garis lurus semilog (daerah
waktu-pertengahan). Lebih jauh lagi, analisa semilog umumnya mengasumsikan suatu reservoir
yang homogen, sedangkan type curve menggambarkan tipe reservoir yang umum.
Pendekatan terbaik untuk mengidentifikasikan model reservoir yang tepat melibatkan tiga
teknik plotting yang utama : type curve yang biasa, type curve derivative dan "grafik khusus"
untuk suatu uji. Sifat-sifat dapat diperoleh dari suatu "grafik khusus" ketika garis lurus terbentuk
selama daerah waktu tertentu. Grafik ini meliputi plot Horner untuk reservoir homogen, plot akar
pangkat dua dari waktu untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas tinggi dan plot akar
pangkat empat dari waktu untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas rendah. Ketika
reservoir sudah teridentifikasi dengan benar, ketiga plot tersebut akan mengkonfirmasikan atau
setidaknya konsisten dengan tipe reservoir hipotesis. Kini kita mempertimbangkan karakteristik
spesifik dari type curve derivative yang berguna untuk mengidentifikasi tipe reservoir dari uji
transien tekanan di sumur gas.
1. Nilai maksimum pada kurva pada waktu awal menunjukkan wellbore storage dan skin. Makin
besar nilai maksimumnya, makin luas kerusakan sumur. Sebaliknya, ketidakhadiran dari nilai
maksimum menyarankan sumur yang sudah terstimulasi (misalnya diasamkan atau
direkahkan).
2. Nilai minimum pada kurva pada waktu pertengahan menunjukkan penyimpangan dari sifat
reservoir homogen (misal heterogenitas reservoir). Contoh-contoh meliputi dual-porosity
(rekah alami) atau layered reservoir.
3. Stabilisasi atau kelandaian pada waktu akhir menunjukkan aliran radial dan berhubungan
dengan garis lurus semilog pada grafik semilog. Setelah kita bisa mengidentifikasikan daerah
ini pada plot derivative, kita dapat memperkirakan permeabilitas dan faktor skin
menggunakan analisa semilog.
4. Kecenderungan ke arah atas atau bawah dari data pada akhir uji menunjukkan kehadiran batas
reservoir. Kecenderungan ke arah atas adalah karakteristik dari satu atau lebih batas yang
bersimpangan dengan reservoir masih terbuka setidaknya pada satu arah. Contoh dari situasi
ini adalah satu sumur terletak di tengah-tengah reservoir rectangular. Hampir serupa dengan
ini, kecenderungan ke arah bawah pada uji buildup menunjukkan tutupan reservoir; semua
batas, baik tidak ada aliran maupun tekanan konstan mempengaruhi transien tekanan.
Gambar 1a. Tampilan Rezim Aliran yang Umum pada Diagnostik log-log, Plot Horner dan Spesial
Gambar 1b. Tampilan Rezim Aliran yang Umum pada Diagnostik log-log, Plot Horner dan Spesial
(Lanjutan)
Gambar 2a. Tipikal Respon yang Diberikan oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative dari
Hasil Well Test
Gambar 2b. Tipikal Respon yang Diberikan oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative dari
Hasil Well Test (Lanjutan)
Gambar 2c. Tipikal Respon yang Diberikan oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative dari
Hasil Well Test (Lanjutan)
1. TUJUAN
Tujuan dari uji sumur pada tahap eksplorasi diantaranya adalah untuk :
Mengetahui tekanan reservoir,
Mengetahui batas antar fluida,
Mengambil contoh fluida reservoir,
Menentukan deliverability,
Menentukan permeabilitas, dan
Kerusakan formasi
Formation Tester
Formation tester digunakan untuk :
! Mengetahui profil tekanan secara vertikal.
! Menentukan permeabilitas vertikal.
! Mengambil contoh fluida.
Volume contoh fluida yang diambil tidak sebanyak yang diperoleh dengan menggunakan Drill
Stem Test.
! Menentukan permeabilitas.
Karena interval tes-nya kecil, aliran yang terjadi adalah spherical flow sebelum batas atas dan
bawah reservoir tercapai. Pada saat ini permeabilitas formasi tidak dapat ditentukan dari data tes.
Karena durasinya yang singkat, permeabilitas formasi yang ditentukan pun adalah permeabilitas
yang telah dipengaruhi oleh filtrat lumpur pemboran.
Faktor skin yang diperoleh dipengaruhi oleh skin geometrik akibat spherical flow.
Biaya tes cukup murah dibandingkan dengan DST.
Jika ditujukan untuk menentukan permeabilitas, formation tester baik untuk lapisan yang tipis.
Rate selama tes sebaiknya sebesar mungkin agar pressure drawdown cukup besar. Hal ini karena
resoulsi gauge-nya yang terbatas.
Pump rate-nya terbatas.
3. DAFTAR PUSTAKA
1. TUJUAN
Berdasarkan hasil uji drawdown dan uji limit reservoir butir 3 dan 4 dapat dilakukan apabila
pengujian ini mencapai periode semi mantap.
Metode ini berlaku untuk reservoir yang homogen, isotropik dan anggapan lain yang sama
dengan anggapan analisa UTB.
2.2. PERSYARATAN
2.2.1. Persyaratan analisa data periode transien :
Cre 2
t<
0.000264 k (1)
Cre 2 Cre 2
<t<
0.000264 k 0.00088 k (2)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 2 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur
Cre 2
t>
0.00088 k (3)
3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA UDD UNTUK KONDISI RESERVOIR DI ATAS TEKANAN JENUH
3.1.1. Langkah Kerja Periode Transien
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. perkiraan akhir waktu aliran transien (ti)
g. perkiraan harga permeabilitas formasi (k), mD
h. perkiraan harga jari-jari pengurasan (re), ft
2. Buat tabel data uji : t, Pwf dan (Pi Pwf ), dimana Pi adalah tekanan dasar sumur sesaat
sebelum sumur diproduksikan.
3. Plot (Pi Pwf) terhadap t pada kertas log-log. Garis lurus dengan sudut kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Pada garis
ini (kalau ada) tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log-cycle dari
4
titik tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore
storage.
4. Plot Pwf terhadap log t pada kertas semi log. Garis lurus yang diperoleh pada data yang
bebas dari wellbore storage effects menunjukkan periode transien. Tentukan kemiringan
garis lurus (m) tersebut.
5. Hitung permeabilitas (k) dari persamaan berikut :
162.6 q B
k=
mh (4)
6. Tentukan harga Pws pada waktu t = 1 jam dari garis lurus seperti dinyatakan pada butir
4. Kemudian hitung harga faktor skin (S) dengan rumus :
P P k
S = 1.15 1 1hr log + 3.23
Crw
2
m (5)
4. Plot log (Pws P) sebagai sumbu tegak terhadap waktu (tlt s/d tpss) pada kertas semi log
dengan mengambil beberapa harga P , sehingga diperoleh plot garis lurus. Harga ( P
Pwf) untuk waktu tpss adalah harga P yang pertama dicoba.
5. Apabila pengandaian harga P terlalu besar akan menghasilkan kurva yang melengkung
ke arah atas dan sebaliknya untuk harga P terlalu kecil akan menghasilkan kurva yang
melengkung ke bawah.
6. Dari garis lurus yang diperoleh pada butir 5, tentukan harga kemiringan () dan baca
harga titik potong garis tersebut dengan sumbu tegak (b).
7. Berdasarkan harga dan b tentukan harga permeabilitas (k) menurut persamaan:
118.6q B
k= (6)
bh
8. Hitung harga Liquid Filled Pore Volume (Vp) menurut :
qB
V p = 0.115 (7)
b ct
9. Hitung harga faktor skin dengan persamaan :
P P re 3
S = 0.84 1 ln + (8)
b rw 4
m P1 jam Pint
C A = 5.456 anti log (10)
L m
L
(t DA ) pss = 0.1833 t pss (11)
m
4. Cocokkan harga CA dan (tDA)pss hasil perhitungan dengan harga CA (lajur 1) dan (tDA)pss
(lajur 4) pada Tabel 1 untuk mendapatkan bentuk daerah pengurasan.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Matthews C. S. dan Russell D. G. : "Pressure Build-Up and Tests In Wells", Monograph Volume 1,
Henry L. Doherty Series, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. Lee, John : "Well Testing", SPE Textbook Series Vol. I, New York, Dallas, 1982.
3. Earlougher, R. C., Jr. : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. V, Henry L. Doherty
Series, SPE - AIME, Dallas, 1977.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG UJI DRAWDOWN DAN UJI LIMIT RESERVOIR
Pengujian dilakukan dengan merekam tekanan alir di dasar sumur (Pwf) untuk laju produksi sumur
yang tetap. Uji ini terbaik dilakukan untuk sumur baru, sumur yang telah lama ditutup dan sumur
yang ditutup karena UTB sehingga sekaligus dapat untuk konfirmasi hasil UTB tersebut. Analisa
uji drawdown mungkin dilakukan pada tahap-tahap berikut :
1. Periode transien.
2. Periode transien lanjut (late transient).
3. Periode semi mantap (semi steady state). Pengujian yang mencapai periode semi mantap
dikenal dengan istilah Reservoir Limit Test.
Ketiga periode tersebut digambarkan sebagai berikut :
2. Plot antara Pwf vs t terlampir pada Gambar 1 ternyata plot tekanan terhadap waktu
sampai 2 jam berbentuk garis lurus, periode ini disebut periode transien.
Kemiringan garis lurus tersebut dibaca per log cycle, yaitu : m = 212 psi/cycle. Harga
permeabilitas :
162.6 q B
k=
mh
162.6 (80)(1.0)(1.25)
=
(212)(8)
= 96 mD
P P1hr k
S = 1.15 1 log + 3.23
C rw
2
m
(1,895 1,960) 96
= 1.15 log 6
+ 3.23
(0.14)(1.0)(17.7 10 )(0.33)
2
212
= 5.0
mencoba P yang memberikan log (Pwf P) terhadap t garis lurus adalah P = 1,460 psig.
(Gambar 6.2).
3. Tentukan dan b :
- kemiringan, = (log 320-log 32)/7.4 = 1/47 hr-1
- titik potong dengan sumbu tegak, b = 320 psi.
4. Tentukan harga permeabilitas (k) :
118.6 q B
k=
bh
118.6 (800)(1.0)(1.25)
=
(320)(8)
= 46.4 mD
5. Harga Vp dihitung dari persamaan :
qB
V p = 0.115
bct
(800)(1.25)(7.4)
= 0.115
(320)(17.7 10 6 )
= 0.146 106 bbl
6. Dengan menganggap radius pengurasan berbentuk lingkaran :
Vp
re =
h
(0.146 10 6 )5.615
=
( )(8)(0.14)
= 482 ft
P P re 3
S = 0.84 1 ln +
b rw 4
1895 1460 482
= 0.84 ln + 0.75
320 0.33
= - 5.4
3. Tentukan harga CA :
m P1 jam Pint
C A = 5.456 anti log
L m
4. Tentukan (tDA)pss
tpss diawali pada 15.8 jam (Gambar 6.3) :
L
(t DA ) pss = 0.1833 t pss
m
15.8
= 0.1833 (15.8)
212
= 0.216
5. Pilih bentuk daerah pengurasan dari Tabel 2 yang cocok dengan harga CA dan (tDA)pss
Ternyata bentuk yang mendekati adalah :
CA (tDA)pss
Tabel 10.8374 0.4
Catatan :
- Permeabilitas sebaiknya digunakan hasil analisa periode transien k = 96 mD.
- Harga Vp sebaiknya digunakan hasil analisa periode semi mantap, yaitu Vp = 0.149
106 bbl.
TABEL 1
DATA HASIL PENGUJIAN - Pwf TERHADAP t UNTUK UDD
10 0.1667 1,850
39. 811 0.6635 1,725
77.787 1.2965 1,662.50
95.900 1.5983 1,643.75
118.230 1.9705 1,625
139.783 2.3297 1,606.25
158.489 2.6415 1,600
343.846 5.7308 1,493.75
718.182 11.9697 1,312.50
890.909 14.8480 1,275.00
1,072.727 17.8788 1,225.00
1,427.273 23.7879 1,125.00
1,800.00 30.00 1,031.25
2,154.545 35.9091 943.75
2,518.182 41.9697 850.00
2,872.727 47.8788 750.00
TABEL 2
FAKTOR BENTUK PENGURASAN SUATU SUMUR
TABEL 2
FAKTOR BENTUK PENGURASAN SUATU SUMUR (LANJUTAN)
1. TUJUAN
Tergantung pada kondisi aliran fluida di dalam reservoir pada waktu pengujian, maka dibedakan
antara analisa untuk kondisi tekanan di atas titik jenuh dan tekanan di bawah titik jenuh. Sedangkan
berdasarkan periode aliran dan geometri dari reservoirnya dibedakan 4 macam metode analisa, yaitu :
1. Metode Horner
Digunakan untuk sumur yang relatif masih baru dengan waktu produksi (t) lebih kecil dari tpss
dimana :
cA
t pss = (t DA ) pss (1)
0.0002637k
atau sumur berada di dalam reservoir yang tak terbatas (infinite).
3. Metode Muskat
Dipergunakan terbatas untuk analisa late time period. Untuk mencapai periode ini diperlukan
waktu produksi (t) yang relatif lama, yaitu pada harga tDA lebih besar dari 0.15 di mana
0.0002637 kt
t DA = (2)
cre 2
Karena produksi sebelum uji dianggap telah mencapai semi mantap, maka metode ini paling
sesuai digunakan untuk sumur-sumur yang diproduksikan dari reservoir dengan air sebagai daya
dorong reservoir utama atau sumur produksi pada proyek injeksi air (water flood) yang telah
mencapai kondisi fill-up.
3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA UNTUK KONDISI RESERVOIR DI ATAS TITIK JENUH
3.1.1. Metode Horner
1. Siapkan data pendukung :
a. produksi kumulatif sumur selama uji alir sebelum uji buildup, Np
b. laju aliran produksi yang distabilkan sebelum uji buildup, qo
c. porositas,
d. kemampatan total, ct
e. jari-jari lubang bor, rw
f. faktor volume formasi minyak, Bo
g. viskositas minyak, o
h. tebal formasi, h (diambil tebal gross dari log sumur)
2. Hitung berapa lama sumur telah berproduksi (tp) menurut rumus :
24 N p
tp = (3)
qo
Cara menghitung tp tersebut diberikan dalam lampiran.
t p + t
3. Buat label data uji, tekanan dasar sumur (Pws), waktu penutupan (t), dan
t
(Pws Pwf), di mana Pwf adalah tekanan dasar sumur pada waktu t = 0.
4. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage.
Dari garis ini (kalau ada) tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 cycle dari
titik tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh
wellbore storage.
t p + t
5. Plot Pws terhadap pada kertas semi log. Tarik garis lurus dimulai dari
t
data yang tidak dipengaruhi oleh wellbore storage. Kemudian tentukan sudut
kemiringannya (m) dan tekanan P*. Kemiringan dicari dengan membaca harga
kenaikan tekanan (P) untuk setiap satu log cycle. Sedangkan P* diperoleh
t p + t
dengan mengekstrapolasikan garis lurus tersebut hingga harga = 1. Waktu
t
penutupan (t) tak terhingga atau ada harganya.
6. Hitung harga permeabilitas (k) dari persamaan :
162.6q o o Bo
k= (4)
mh
7. Pada garis lurus yang telah ditarik baca tekanan Pws pada t = 1 jam atau P1hr.
8. Hitung harga faktor skin (S) dari persamaan :
P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (5)
m crw 2
9. Hitung efisiensi aliran (FE) dengan persamaan-persamaan berikut :
J nyata
FE = (6)
J ideal
di mana :
q
J nyata = (7)
P * Pwf
*) Harga positif menunjukkan ada kerusakan formasi dan harga negatif
menunjukkan adanya perbaikan/peningkatan permeabilitas di sekitar lubang
sumur.
q
J ideal = (8)
P * Pwf Pskin
P * P
= ( PD ) MBH (11)
70.6qB / kh
tekanan reservoir P dapat dihitung.
11. Koreksi harga P ke datum reservoir.
P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (14)
m crw 2
9. Hitung P* dari persamaan di bawah :
P* = P1hr + m log (t + 1) (15)
P1hr + m log (tp)
10. Hitung efisiensi aliran (FE) dengan persamaan-persamaan berikut :
J nyata
FE =
J ideal
dimana :
q
J nyata =
P * Pwf
q
J ideal =
P * Pwf Pskin
misalnya lingkaran bujur sangkar, ellips dan sebagainya. Dengan harga tDE
tentukan harga PDE dari gambar 16 atau 17.
- Baca harga Pws untuk t yang dipilih. Kemudian hitung harga tekanan rata-
rata dengan rumus :
1.15( P Pws )
PDE = (21)
m
3. Dari plot log ( P Pws) terhadap t yang linier tentukan harga kemiringan () dan
harga perpotongan garis tersebut dengan sumbu tegak (b).
Catatan :
Jika harga P telah diketahui, maka perkirakan harga P dari beberapa harga P
yang dijajal akan diperoleh suatu harga P, sehingga plot log(P Pws) terhadap t
adalah linier.
4. Hitung permeabilitas (k) menurut persamaan berikut :
k = 595.238cre
2
(22)
3.2. ANALISA PBU UNTUK KONDISI TEKANAN RESERVOIR DI BAWAH TITIK JENUH
Analisa PBU untuk kondisi tekanan di bawah titik jenuh tidak banyak berbeda dengan analisa
pada kondisi tekanan di atas titik jenuh.
Perbedaan utama adalah pada tahap perhitungan setelah penentuan harga kemiringan (m).
Di dalam sistem ini akan dapat diperoleh tiga harga permeabilitas, yaitu : permeabilitas efektif
minyak (ko), permeabilitas efektif gas (kg) dan permeabilitas efektif air (kw) dari rumus berikut :
q o o Bo
k o = 162.6 (24)
mh
q g g Bg
k g = 162.6 (25)
mh
q w w Bw
k w = 162.6 (26)
mh
qg adalah produksi gas bebas yang dapat dihitung dari persamaan :
q g = q gt q o Rs (27)
Perbedaan kedua adalah bahwa di dalam sistem multi-fasa harga kompresibilitas c dan mobilitas
(k/) digunakan harga kompresibllitas total (ct) dan harga mobilitas total (k/)t di mana
ct = So co + Sg cg + Sw cw + cf (28)
k k kg kw
= o + + (29)
t o g w
Tata cara kerja selanjutnya sesuai dengan tata cara kerja untuk sistim fasa tunggal cair.
t p + t x
2. Pada titik potong tersebut dibaca harga . Kemudian tentukan harga tx (lihat
t x
Gambar 1).
3. Hitung harga jarak bidang kedap aliran dari sumur menurut Horner (d) dengan rumus
berikut :
0.000264 k t p t p + t x
= (30)
cd 2
t x
4. Hitung harga d menurut Davis & Hawkins berdasarkan hubungan :
k t x
d = 1.48 10 4 (31)
c
t p + t x
yang berlaku hanya untuk harga > 30.
t x
5. Hitung harga d menurut Gray dengan persamaan :
70.6 q B cd2
E
i
= P (32)
kh 0.000264 k t x
di mana :
P = beda tekanan pengukuran dengan tekanan pada titik potong dua garis lurus di saat t.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Matthews, C. S. dan Russell, D.G. : Pressure Build-Up And Flow Tests in Wells, Henry L.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Dasar persamaan PBU (pressure build up) adalah persamaan aliran fluida di dalam batuan yang
mencerminkan hubungan antara tekanan dan waktu. Persamaan ini dihasilkan dari model
reservoir yang tak terbatas dengan satu sumur diproduksi yang dianggap sebagai line source.
Persamaan tersebut adalah :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 13 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up
q crw 2
Pwf = Pi + Ei
(33)
4kh 4kt
4kt
Untuk periode waktu di mana lebih besar dari 100, persamaan (33) di atas menjadi :
cr 2
w
q c rw 2
Pwf = Pi + ln (34)
4 k h 4 k t
atau
q c rw 2
Pi Pwf = ln
(35)
4 k h 4 k t
dimana = 1.78 adalah konstanta Euler.
Jika kemudian sumur tersebut ditutup untuk waktu t setelah sumur tersebut diproduksi selama
tp, dengan metode superposisi persamaan tersebut menjadi :
c rw 2
q + q ln c rw
2
Pi Pws = ln (36)
4 k h 4 k (t p + t ) 4 k h 4 k t
atau
q t p + t
Pws = Pi ln (37)
4 k h t
dan bila dinyatakan dalam satuan lapangan
q o o Bo t p + t
Pws = Pi 162.6 log (38)
kh t
Persamaan (38) akan menghasilkan kurva garis lurus jika diplot antara Pws terhadap
t p + t
log dengan kemiringan m dimana harga m adalah :
t
q o o Bo
m = 162.6 (39)
kh
Jika Pskin didefinisikan sebagai
q
Pskin = S (40)
4 k h
maka dengan menggunakan persamaan (34) dapat dikembangkan persamaan untuk mencari
harga Faktor Skin (S), yaitu sebagai berikut :
P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (41)
m crw 2
Pi = 2400 psi
Pb = 1500 psi
Np = 4167 STB
Spacing = 40 Acre (re = 745 ft)
TABEL 2
DATA PLOT Pws vs t
Perhitungan Permeabilitas
162.6 q B
Rumus : k =
mh
Horner :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 17 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up
q = 50 bbl/hari m = 74 psi/cycle
B = 1.25 Rvol/Svol h = 20 ft
k = 5.5 mD
MDH :
q = 50 bbl/hari m = 74 psi/cycle
B = 1.25 Rvol/Svol h = 20 ft
k = 5.5 mD
Muskat :
q o o Bo
Rumus : k = 118.8
mh
q = 50 bbl/hari m = 74 psi/cycle
B = 1.25 Rvol/Svol h = 20 ft
k = 3.9 mD
P1hr Pwf k
Rumus : S = 1.151 log + 3.23
c rw
2
m
Pskin = m 0.87 S
k = 5.5 mD rw = 0.25
= 0.15 P1hr = 1953 psi
= 0.8 cp Pwf = 1565 psi
m = 74 psi/cycle
S = +1.05
Pskin = 67.4 psi
q
J ideal = Pskin
P Pwf
*
J nyata
Efisiensi Aliran =
J ideal
Ideal = 0.088
Efisiensi Aliran (FE) : 0.897
Tekanan Reservoir : MBH = 2100 psia
MDH = 2099 psia
Muskat = 2107 psia
qtotal t p + t
Pws = Pi 162.6 log
htotal t
Maka dari data test akan didapatkan kemiringan kurva UTB yang besarnya :
q total
m = 162.6
htotal
Jika qtotal diketahui, maka harga Mtotal dapat dihitung :
q
qtotal = q o Bo + q g total B g + q w Bw
1000
Jadi :
qtotal
M total = 162.6
mh
So, Sg, Sw diambil dari data log untuk formasi yang akan diuji.
co dapat dihitung dari hubungan Rs vs P dan Bo vs P berdasarkan rumus berikut :
B g dRs 1 dBo
co =
Bo dP Bo dP
dR s dBo
Harga Bg, Bo, dan diambil pada tekanan rata-rata selama uji.
dP dP
dRs
adalah kemiringan dari grafik Rs vs P pada tekanan rata-rata.
dP
dBo
adalah kemiringan dari grafik Bo vs P pada tekanan rata-rata.
dP
cg dapat diperoleh dengan mengetahui komposisi gas atau dari SG-nya.
Dari SG / komposisi akan didapatkan harga Tc dan Pc (temperatur dan tekanan kritis),
kemudian dihitung harga :
T P
Tr = dan Pr =
Tc Pc
Dari kedua harga ini dengan grafik korelasi (Pedoman kerja yang lain) didapatkan harga
cr
cr (pseudo reduced compressibility) dan c g = .
P
Harga cw diambil harga perkiraan = 3 10-6 psi-1. Harga cf dapat diambil dari garis
korelasi cf terhadap (Pedoman kerja yang lain) dengan mengetahui harga porositas
formasinya.
Gambar 19. VISKOSITAS MINYAK YANG DIJENUHI GAS (CHEW & CONNALLY)
1. TUJUAN
Metode Muskat sebaiknya tidak digunakan karena kondisi batas dilakukan model aliran sistem
penginjeksian berbeda dengan di dalam sistem produksi konvensional.
2.2. PERSYARATAN
1. Perbandingan mobilitas (Mobility Ratio) antara fluida injeksi dan yang diinjeksi dianggap sama
dengan satu.
2. Metode Horner sebaiknya digunakan jika waktu injeksi (tp) lebih kecil dari dua kali waktu
penutupan, terutama untuk memperkirakan P*. Sedangkan untuk harga tp yang lain metode
MDH cukup memadai.
3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE HORNER
1. Siapkan data pendukung :
a. Laju injeksi stabil (qi), STB/hari
b. Volume air kumulatif yang telah diinjeksikan (Wi), bbl
P P1hr k
S = 1.151 ws log + 3.23
(3)
c rw
2
m
dan harga Pskin dari persamaan :
Pskin = 0.87 m S (4)
8. Tentukan harga P*, yaitu dengan melakukan ekstrapolasi garis lurus sampai harga t tak
t p + t
berhingga atau 1 .
t
9. Hitung harga tp menurut persamaan :
0.000264 k t
t D = (5)
cA
10. Tentukan harga PD di sumbu tegak Gambar 8.2 yang sesuai dengan harga tD dari
persamaan (5).
Hitung tekanan reservoir rata-rata ( P ) dari persamaan :
( P P*)
PD = (6)
(70.6qi / kh)
Hitung Indeks Injektivitas dan Efisiensi Aliran dengan persamaan berikut :
qi
I nyata = (7)
Pwf P
qi
I ideal = (8)
( Ps P ) P ( Skin)
I nyata
Efisiensi Aliran = (9)
I ideal
P P1hr k
S = 1.151 ws log + 3.23
(11)
c rw
2
m
dan harga Pskin dari persamaan :
Pskin = 0.87 m S (12)
8. Hitung harga P* dari persamaan :
P* = P1hr + m log (tp + 1)
P1hr + m log (tp) (13)
dimana tp adalah waktu injeksi sebelum uji dilaksanakan dan dapat dihitung berdasarkan
persamaan :
24Wi
tp = (4)
qi
9. Hitung harga tD menurut persamaan
0.000264kt
t D = (5)
cA
10. Tentukan harga PD di sumbu tegak Gambar 8.2 yang sesuai dengan harga tD dari
persamaan (5).
qi
PD = (6)
(70.6qi / kh)
Hitung Indeks Injektivitas dan Efisiensi Aliran dengan persamaan berikut :
qi
I nyata = (7)
Pwf P
qi
I ideal = (8)
( Ps P) Pskin
I nyata
Efisiensi Aliran = (9)
I ideal
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Matthews C. S. dan Russell D. G. : Pressure Build-Up And Flow Test in Wells, Henry L.
Doherty Memorial Fund, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. R. Raghavan : Modern Well Test Analysis, Continuing Education Course No. 9, 1975 SPE -
AIME.
3. R. Al-Hussainy dan H. J. Ramey Jr. : Application of Real Gas Flow Theory to Well Testing And
Deliverability Forecasting, Gas Technology, SPE Reprint Series No. 13, SPE, Dallas, 1967.
4. Robert C. Earlougher Jr. : Advance in Well Test Analysis, Henry L. Doherty Series, Monograph
Volume 5, SPE - AIME, Dallas, 1977.
5. John Lee : Well Testing, SPE Textbook Series Volume 1, SPE - AIME, Dallas, 1982.
6. R. Al-Hussainy dan H. J. Ramey Jr. : Application of Real Gas Flow Theory to Well Testing And
Deliverability Forecasting, Gas Technology, SPE Reprint Series No. 9, SPE, Dallas, 1967.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Dengan menggunakan anggapan yang sama seperti dalam penurunan rumus untuk analisa
PBU, hubungan antara tekanan reservoir dan waktu selama injeksi fluida ke dalam reservoir
berlangsung dapat pula diturunkan. Berdasarkan hubungan tersebut kemudian dikembangkan
suatu metode uji yang dikenal dengan nama uji Fall Off. Dasar persamaan untuk pengujian ini
ialah :
qi B t p + t
Pws = P * + ln ( ) (14)
4 k h t
Persamaan (14) berlaku untuk reservoir yang seolah-olah tak terbatas (infinite acting) dan
reservoir yang telah dikembangkan. P* adalah false pressure yang dapat dianggap sebagai
tekanan reservoir mula-mula (Pi). Uji ini dilakukan dengan menutup sumur injeksi beberapa
waktu dan mengamati perubahan tekanan dasar sumur. Untuk keadaan dimana harga
perbandingan antara mobilitas fluida yang diinjeksikan dan fluida yang berada di dalam reservoir
berkisar satu dan tidak ada fasa gas (liquid filled system) dalam reservoir, maka ulah tekanan
untuk kasus injeksi mirip dengan ulah tekanan kasus produksi. Dengan demikian analisa Uji Fall
Off adalah sama dengan analisa untuk uji ulah tekanan bentuk.
t p + t
Dari plot Pws terhadap log pada bagian yang berupa garis lurus akan dapat
t
ditentukan harga kemiringan garis tersebut (m) yang mempunyai harga :
162.6qi B
m= (15)
h
Selanjutnya dapat diturunkan besaran skin factor (S) :
P1hr Pwf k
S = 1.1513 log + 3.2275
(3)
ct rw
2
m
CONTOH PENGISIAN
FORMULIR ANALISA DAN PERHITUNGAN UJI FALL OFF
(7.91)(70.6)(1426)(0.6)
P= 322 = 125.3 psig
(21.8)(49)
P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23
c rw
2
m
Pskin = 0.87 m S
k = 21.8 mD rw = 0.354 ft
= 0.16 P1hr = 273 psig
= 0.6 cp Pwf = 525 psig
ct = 17 10-6 psi-1 m = 70 psi/cycle
S = -3.73 Pskin = 421 psi
qi
J ideal =
( Pwf P) Pskin
1. TUJUAN
Dari ketiga cara ini, type curve matching merupakan cara termudah dan sederhana dan dapat
memberi hasil yang tidak berbeda.
2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus, kecuali bahwa sumur pengamat tidak mempunyai persoalan jika
dilakukan penutupan untuk waktu yang relatif lama.
3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE KONVENSIONAL
1. Siapkan data pendukung :
a. Laju aliran sumur pengamat sebelum pengujian (q), STB/hari
b. Laju aliran sumur aktif (qj), STB/hari
c. Lama produksi sumur pengamat (t), jam
d. Lama produksi atau injeksi sumur aktif (tj), jam
m Nw q j ct a j t ct a j t
P = Ei Ei
0.00105kt
(1)
2.303 j =1 q
0.00105k (t j t j
t + t
2. Buat tabel data uji : Pws, t dan .
t
t + t
3. Plot Pws terhadap log .
t
4. Lakukan analisa tekanan seperti pada uji tekanan bentuk sebelum pengaruh sumur aktif terasa.
Tentukan harga kemiringan garis lurus (m) dan hitung harga permeabilitas lapisan. Tarik garis
ekstrapolasi untuk menentukan P*.
5. Tentukan perbedaan tekanan (P) selama t tertentu. P adalah perbedaan tekanan tanpa
pengaruh sumur aktif (tekanan ekstrapolasi) dengan tekanan nyata. t diambil setelah
pengaruh sumur aktif terasa (lihat Gambar 1).
6. Hitung Pcalc dengan menggunakan rumus berikut :
m Nw q j ct a j 2 ct a j 2
Pcalc =
Ei Ei
2.303 j =1 q 0.00105k (t t ) 0.00105kt j
j
(2)
ct
7. Untuk setiap harga hitung (Pobs Pcalc)2.
k
ct
8. Plot (Pobs Pcalc)2 terhadap .
k
ct
Harga (Pobs Pcalc)2 yang paling kecil memberikan harga .
k
7. Ambil satu titik match, baca pasangan harga-harga (PD)MP dan ( tD/rD2)MP dari type curve dan
pasangan harga-harga (P)MP dan (t)MP dari hasil plot.
8. Hitung permeabilitas (k) dengan menggunakan persamaan :
qB ( PD ) MP
k = 141.2 (3)
h (P) MP
9. Hitung harga ct dari persamaan :
0.000264k (t ) MP
ct = (4)
r
2 2
(t D / rD ) MP
4. DAFTAR FUSTAKA
1. Mathews C. S. dan Russell D. G. : Pressure Build up and Flow Test in Wells, Henry L. Doherty
Memorial Fund, SPE-AIME, Dallas, 1967.
2. Robert C. Earlougher Jr. : Advanced in Well Test Analysis, Henry L. Doherty Series, Monograph
Volume 5, SPE-AIME, Dallas, 1977.
3. John Lee : Well Testing, SPE Textbook Series Volume 1, SPE-AIME, Dallas, 1982.
4. Elkins, L. F. dan Skov, A. M. : Determination of Fracture Orientation from Pressure
Interference, Trans. AIME, 1960.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Jika suatu sumur ditutup dan tekanan dasarnya diamati sedangkan sumur yang lain dibiarkan
berproduksi, mungkin akan terjadi interferensi yang dapat dideteksi rekaman data tekanan sumur
tersebut. Interpretasi tekanan ini dapat memberikan informasi mengenai sifat reservoir yang tidak
dapat diperoleh dari analisa tekanan seperti UTB atau UDD. Informasi ini dapat berupa ada atau
tidaknya hubungan antara satu sumur dengan lainnya. Jika hubungan itu ada, secara kuantitatif
ct
dapat dihitung permeabilitas, porositas dan rata-rata antara kedua sumur tersebut. Uji ini
k
dapat pula digunakan untuk menentukan arah anisotropi permeabilitas batuan reservoir, seperti
dilakukan oleh Elkins 4).
Dasar matematika uji interferensi seperti dipresentasikan oleh Theis menggunakan prinsip
superposisi untuk memperhitungkan pengaruh sumur-sumur aktif di sekitar sumur pengamat
terhadap persamaan UTB-nya, seperti tertera pada persamaan berikut :
q B t + t q B
Pws = P * 162.6 log + 70.6
kh t kh
Nw q (5)
ct a j
2
ct a j 2
j
Ei Ei
j =1 q 0.00105 k (t + t )
j
0.00105kt j
j
Bagian persamaan dengan log menyatakan pengaruh penutupan terhadap tekanan dasar sumur
pengamat. Bagian persamaan dengan fungsi Ei menyatakan pengaruh sumur aktif terhadap
tekanan dasar sumur pengamat. Harga t, tj dan tj adalah :
produksi kumulatif sumur pengamat sampai saat penutupan
t=
laju produksi sumur pengamat sesaat sebelum penutupan
produksi kumulatif sumur aktif sampai saat menutup sumur pengamat
tj =
laju produksi rata - rata sumur aktif selama pengujian (q j )
kenaikan produksi kumulatif pada sumur aktif j setelah penutupan sumur pengamat
t j =
laju produksi rata rata sumur selama uji berlangsung (q j )
Untuk mengetahui berapa besar pengaruh sumur aktif persamaan (5) dapat dinyatakan sebagai
berikut :
q B t + t
P * 162.6 log Pws
k t
q B N w q j ct a j ct a j 2
2
= 70.6
Ei Ei (6)
kh j =1 q 0.00105 k (t + t )
j
0.00105kt j
j
q B t + t
Karena P * 162.6 log adalah merupakan harga tekanan pada ekstrapolasi kurva
k t
PBU dan Pws adalah harga tekanan yang diamati, maka persamaan (6) dapat diubah menjadi :
m Nw q j ct a j ct a j 2
2
Pext Pobs =
Ei Ei (7)
2.303 j =1 q 0.00105 k (t + t )
j
0.00105kt j
j
TABEL 1
DATA UJI INTERFERENSI DAN PERHITUNGAN UNTUK ANALISA
t t Pws t = Pi Pws
(menit ) (jam) (psia) (psia)
0 0.00 148.20 0.00
5 0.03 148.20 0.00
25 0.42 144.91 4.01
40 0.67 143.72 5.20
50 0.83 143.18 5.74
100 1.67 141.47 7.45
200 3.33 139.72 9.20
300 5.00 138.70 10.22
400 6.67 137.99 10.93
580 9.67 137.12 11.80
Hasil plot t terhadap P pada kertas grafik log-log berskala yang sama dengan grafik type
curve ditunjukkan pada Gambar 1.
Matching antara kedua grafik diperlihatkan pada Gambar
0.000264 k (t ) MP
ct =
r 2 (t D / rD 2 ) MP
(0.000264)(1,433)(2.13)
=
(0.3)(99) 2 (1.0)(1.0)
= 274 10-5 psi-1
Kesimpulan :
1. Sumur aktif dan sumur pengamat berhubungan.
2. Permeabilitas rata-rata antara kedua sumur : 1,433 mD.
3. Perkalian porositas-kompresibilitas, ct = 83 10-5 psi-1.
1. TUJUAN
Berdasarkan analisa hasil UPJ (multi rate flow test) dapat ditentukan :
1. Permeabilitas mutlak dan efektif batuan formasi (k)
2. Skin Factor (S)
3. Tekanan reservoir rata-rata ( P )
2.2. PERSYARATAN
Tersedia data pengamatan tekanan uji laju produksi ganda.
3. LANGKAH KERJA
1. Data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Viskositas minyak (o)
b. Faktor volume minyak (Bo)
c. Kompresibilitas total (ct)
d. Laju produksi selama pengujian (q1)
e. Laju produksi selama pengujian (q2)
f. Jari-jari lubang sumur bor (rw)
g. Porositas batuan ()
h. Tebal formasi (h)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 2 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)
t + t ' q 2
2. Buat tabel data uji t', Pwf, , log t ' .
t ' q1
t + t ' q 2
3. Plot Pwf pada kertas kartesian terhadap log + log t ' .
t ' q1
Hasil plot adalah garis lurus. Penyimpangan biasanya terjadi pada early time karena rate
restabilization dan pada late time oleh karena pengaruh batas reservoir.
4. Tentukan sudut kemiringan garis lurus (m) dan hitung harga permeabilitas (k) menurut rumus
berikut :
162.6q1 o Bo
k= (1)
mh
5. Tentukan harga Pw dan P1hr, dimana :
Pw = tekanan alir dasar sumur saat perubahan laju produksi.
P1hr = tekanan alir dasar sumur setelah perubahan laju produksi berjalan 1 jam pada
perpanjangan garis lurus.
6. Hitung harga skin factor (S) menggunakan rumus berikut :
q1 P1hr Pw k
S = 1.151 log + 3.23 (2)
q1 q 2 m o crw 2
7. Tekanan reservoir (Pi) dihitung dengan menggunakan rumus :
kt
Pi = Pw + m log 3.23 + 0.87 S (3)
o crw
2
8. Hitung harga Pskin dengan rumus :
Pskin = 0.87 m S, untuk q1 atau (4)
Pskin = 0.87 (q1/q2) m S, untuk q2 (5)
Catatan :
Pengujian ini baik digunakan untuk sumur-sumur yang laju produksinya tidak dapat diharapkan
mantap selama UDD berlangsung dan yang tidak diijinkan ditutup untuk UTB. Analisa UPJ ini sangat
peka terhadap ketelitian data produksi. Oleh karena itu, pengukuran laju produksi selama pengujian
perlu lebih diperhatikan.
Pengujian ini dilakukan dengan merekam perubahan tekanan alir di dasar sumur. Pengukuran Pwf ini
dilakukan 3 - 4 jam setelah laju produksi diturunkan dari q1 menjadi q2 setelah sumur diproduksikan
selama beberapa hari dengan laju tetap sebesar qi.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Matthews C. S. dan Russell D. G. : "Pressure Build-Up And Flow Test in Wells", Henry L.
Doherty Memorial Fund, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. R, Raghavan : "Modern Well Test Analysis", Continuing Education Course No. 9, 1975 SPE-
AIME.
3. Robert C. Earlougher Jr. : "Advanced in Well Test Analysis", Henry L. Doherty Series, Monograph
Volume 5, SPE - AIME, Dallas, 1977.
4. John Lee : "Well Testing", SPE Textbook Series Volume 1, SPE - AIME, Dallas, 1982.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Persamaan aliran untuk reservoir yang berbentuk silinder dengan sumur produksi di pusatnya
adalah :
162.6q B kt
Pwf = Pi log 3.23 + 0.87 S (6)
o crw
2
kh
Jika laju produksi sumur mula-mula adalah q1 dan kemudian diubah menjadi q2, dengan
menggunakan prinsip superposisi, maka persamaan (6) diubah menjadi :
t + t ' q 2
Plot Pwf terhadap log + log t ' dari persamaan (7) akan menghasilkan garis lurus
t ' q1
dengan kemiringan (m) dan harga m tersebut dapat dinyatakan sebagai :
162.6 q1 o Bo
m=
kh
Seperti halnya pada analisa UTB, persamaan untuk skin factor dapat diturunkan :
q1 P1hr Pw k
S = 1.151 log + 3.23
q1 q 2 o crw 2
m
dimana: Pw adalah Pwf pada saat penggantian laju aliran q1 dan q2.
Tekanan reservoir mula-mula dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
kt
Pi = Pw + m log 3.23 + 0.87 S
o c rw
2
Gambar berikut menunjukkan pengaruh terjadinya perubahan laju produksi dari q1 menjadi q2
terhadap tekanan alir dasar sumur.
TABEL 1
HASIL REKAMAN TEKANAN DAN WAKTU DARI SUATU UJI PRODUKSI GANDA
t Tekanan t Tekanan
(jam) (ksc) (jam) (ksc)
0 33.7 4.0 33.5
0.25 38.4 4.5 38.5
0.5 39.0 5.0 39.55
0.75 39.1 6.0 39.6
1.0 39.1 7.0 39.6
1.25 39.2 8.5 39.6
1.5 39.2 10.0 39.65
1.75 39.3 11.5 39.65
2.0 39.3 13.0 39.7
2.25 39.35 16.0 39.8
2.5 39.35 19.0 39.8
2.75 39.4 22.0 39.8
3.0 39.4 24.0 39.8
3.5 39.45
TABEL 2
TABEL DATA UNTUK ANALISA
t + t '
t' log q2 Tekanan
t ' (i) + log t '
(jam) q1 (ksc)
(i)
0.00 - - 39.7
9.25 5.46 4.91 38.4
0.50 4.94 4.74 39.0
0.75 4.76 4.68 39.1
1.00 4.64 4.64 39.1
1.25 4.54 4.60 39.2
1.50 4.46 4.58 39.2
1.75 4.39 4.55 39.3
2.00 4.34 4.54 39.3
2.25 4.29 4.53 39.35
2.50 4.24 4.51 39.35
2.75 4.20 4.49 39.4
3.00 4.16 4.48 39.4
3.50 4.09 4.45 39.45
4.00 4.04 4.44 39.5
4.50 3.98 4.42 39.5
5.00 3.94 4.41 39.55
6.00 3.86 4.38 39.6
7.00 3.79 4.36 39.6
8.50 3.71 4.33 39.6
10.0 3.64 4.31 39.65
11.5 3.58 4.29 39.65
13.0 3.52 4.27 39.7
16.0 3.43 4.24 39.8
19.0 3.36 4.22 39.8
22.0 3.30 4.20 39.8
24.0 3.26 4.18 39.8
t + t ' q 2
Gambar 1. PLOT Pwf TERHADAP LOG + LOG t'
t ' q1
6.3. CONTOH PENGISIAN FORMULIR DATA DAN PERHITUNGAN UJI "TWO RATE"
Nama Perusahaan :X
Lapangan :Y
Nomor Sumur : YN
Formasi Yang Di-Uji :Z
Tanggal Pengujian : TGL. - BLN. - TH. -
Perhitungan Permeabilitas
162.6q1 o Bo
Rumus : k=
mh
qi = 16 bbl/hari m = 22.5 psi/cycle
o = 0.38 cp h = 16.4 ft
Bo = 1.292 bbl/STB k = 3.46 mD
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 12 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)
q1 P1h r Pw k
Rumus : S = 1.151 log + 3 .23
q1 q 2 m o crw 2
q1 = 16 bbl/hari k = 3.46 mD
q2 = 10.6 bbl/hari = 0.22
P1hr = 556.7 psi o = 0.338 cp
Pw = 483.5 psi ct = 263.83 10-6 ft
m = 22.5 rw = 0.229 ft
S = 9.654562
Perhitungan Pskin
Rumus : Pskin = 0.87 (m)(S)
m = 22.5
S = 9.65
kt
P * = Pw + m log 3.23 + 0.87 S
o c rw
2
Pw = 666.9 psi = 0.2
m = 22.5 psi/cycle = 0.8 cp
k = 3.46 mD ct = 263.3 10-6 (psi)
t = 43,425.5 jam rw = 0.29 ft
S = 9.65
P* = 1,033.18 psi
J nyata
Efisiensi Aliran =
J ideal
q = 16.0 bbl/hari Pwf = 483.5 psi
P* = 1,033.18 psi P(skin) = 188.90 psi
1. TUJUAN
Catatan : butir 3 dan 4 dapat ditentukan apabila lama uji mencapai periode semi mantap (pseudo
steady state).
2.2. PERSYARATAN
2.2.1. Persyaratan Penggunaan Metode P
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir yang lebih besar dari 4,000 psia. Jadi, apabila
tekanan alir dasar sumur (Pwf) yang tercatat lebih besar dari 4,000 psia, maka metode P
dapat digunakan.
3. LANGKAH KERJA
3.1. LANGKAH KERJA ANALISA UDD METODE P
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc)
b. Viskositas gas (g)
c. Kompresibilitas total (ct)
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T)
f. Tebal lapisan (h)
g. Jari-jari lubang bor (rw)
2. Buat tabel t, Pwf dan (Pi Pwf) dimana P* adalah tekanan sumur sebelum dibuka atau pada t
= 0.
3. Plot (Pr Pwf) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45 (slope
= 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, kalau ada,
tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log cycle dari titik tersebut untuk
menentukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
4. Plot Pwf2 terhadap log t pada kertas semilog. Buat garis lurus melalui titik-titik yang bebas
dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan (m).
5. Tentukan harga permeabilitas (k) dengan persamaan :
8.176 10 5 q sc g Z T
k= (1)
mhP
dimana :
2 2
Pi + Pf
P= , Pf adalah tekanan pada waktu akhir pengujian.
2
g = viskositas gas pada P dan T
Z = faktor deviasi gas pada P dan T
Pi 2 P1 jam 2 kP
S = 1.151 log + 3.23 (5)
m ct rw 2
PS = 0.87 m S (6)
( Pi ) m( P1 jam ) k
S = 1.151 log + 3.23 (8)
m ( g ct ) i rw 2
PS = 0.87 m S
4. DAFTAR PUSTAKA
1. ERCB : "Theory and Practice of the Testing of Gas Wells", Third Edition, 1975.
2. Ikoku, Chi. U : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Willey & Sons, 1984.
3. Ikoku, Chi. U : "Natural Gas Production Engineering", John Willey & Sons, 1984.
5. DAFTAR SIMBOL
Huruf Yunani :
= viskositas gas, cp
= viskositas pada tekanan rata-rata, cp
= porositas, fraksi
= selisih
Subskrip :
i = awal
1jam = setelah pengaliran atau penutupan sumur selama 1 jam
wf = sumur dialirkan
ws = sumur ditutup
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Metode P
Di sini gas dianggap bersifat agak termampatkan (slightly compressible sebagaimana
halnya minyak). Metode ini hanya dipakai untuk tekanan reservoir di atas 4,000 psia.
P
Anggapan lainnya adalah = tetap.
Z
Persamaan dasar tekanan transien untuk kasus ini adalah :
Z T q sc kt
Pwf = Pi 8.176 10 5 log 3.23 (11)
Pkh ct rw 2
6.1.2. Metode P2
P
Disini dianggap bahwa Z tetap atau hubungan terhadap P linier. Kondisi ini berlaku
Z
kurang lebih untuk tekanan di bawah 2,000 psia.
Persamaan dasar tekanan transien adalah :
2 2 Z T q sc kt
Pwf = Pi 1.637 10 6 log 3.23 (12)
ct rw
2
Pkh
q scT kt
m( Pwf ) = m( Pi ) 1.637 106 log 3.23 (13)
kh i cti rw 2
dimana :
P
P
m( P ) = 2 dP (14)
Po
Z
P adalah suatu tekanan referensi yang digunakan, misalnya P = 0 psia.
m m( P1 jam ) m( Pint )
C A = 5.456 exp 2.303
L m
TABEL 1
PERUSAHAAN : PERTAMINA
SUMUR : BT-7/LS
TEMPERATUR : 243 oF
SPECIFIC GRAVITY : 0.7000
PENGUJIAN : Drawdown # XT
No dt, jam Pwf , psi m(Pwf), psi2 /cp m(Pwf), psi2 /cp
1 0. 000 2,813. 395 563. 0360E+006 000. 0000E002
2 0. 017 2,741. 553 538. 4039E+006 246. 3206E+005
3 0. 033 2,556. 759 476. 7227E+006 863. 1329E+005
4 0. 050 2,421. 139 433. 1053E+006 129. 9307E+005
5 0. 067 2,328. 317 404. 1 165E+006 158. 9195E+006
6 0. 083 2,262. 835 384. 1098E+006 178. 9262E+006
7 0. 100 2,217. 415 370. 4547E+006 192. 5813E+006
8 0. 117 2,187. 297 361. 5028E+006 201. 5332E+006
9 0. 133 2,159. 431 353. 2941E+006 216. 3902E+006
10 0. 150 2,136. 681 346. 6458E+006 216. 3902E+006
11 0. 167 2,116. 591 340. 8155E+006 222. 2205E+006
12 0. 183 2,088. 542 332. 7388E+006 230. 2972E+006
13 0. 200 2,076. 353 329. 2525E+006 233. 7835E+006
14 0. 217 2,082. 356 330. 9676E+006 232. 0683E+006
15 0. 233 2,084. 948 331. 7093E+006 231. 3267E+006
16 0. 250 2,085. 250 331. 7959E+006 231. 2401E+006
17 0. 267 2,083. 464 331. 2846E+006 231. 7514E+006
18 0. 283 2,081. 086 330. 6046E+006 232. 4314E+006
19 0. 300 2,078. 546 329. 8785E+006 233. 1575E+006
20 0. 317 2,076. 461 329. 2834E+006 233. 7526E+006
21 0. 333 2,074. 759 328. 7975E+006 234. 2385E+006
22 0. 350 2,073. 250 328. 3671E+006 234. 6689E+006
23 0. 367 2,071. 038 327. 7367E+006 235. 2993E+006
24 0. 383 2,068. 936 327. 1379E+006 235. 8981E+006
25 0. 400 2,067. 549 326. 7433E+006 236. 2927E+006
26 0. 417 2,066. 091 326. 3284E+006 236. 7076E+006
27 0. 433 2,065. 217 326. 0799E+006 236. 9561E+006
28 0. 467 2,063. 497 325. 5909E+006 237. 4451E+006
29 0. 500 2,066. 424 326. 4232E+006 236. 6128E+006
30 0. 533 2,064. 986 326. 0140E+006 237. 0220E+006
31 0. 567 2,061. 755 325. 0958E+006 237. 9402E+006
32 0. 600 2,058. 444 324. 1559E+006 238. 8801E+006
33 0. 633 2,057. 127 323. 7824E+006 239. 2536E+006
34 0. 667 2,056. 416 323. 5810E+006 239. 4550E+006
35 0. 700 2,055. 391 323. 2902E+006 239. 7458E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
36 0. 733 2,054. 359 322. 9979E+006 240. 0381E+006
37 0. 767 2,053. 462 322. 7438E+006 240. 2922E+006
33 0. 800 2,052. 412 322. 4465E+006 240. 5895E+006
39 0. 833 2,051. 603 322. 2174E+006 240. 8186E + 006
40 0. 867 2,050. 545 321. 9181E+006 241. 1179E+006
41 0. 900 2,049. 777 321. 7009E+006 241. 3351E+006
42 0. 933 2,048. 823 321. 4311E+006 241. 6049E+006
43 0. 967 2,047. 895 321. 1685E+006 241. 8675E+006
44 1. 000 2,047. 146 320. 9569E+006 242. 0791E+006
45 1. 033 2,046. 213 320. 6931E+006 242. 3429E+006
46 1. 067 2,045. 211 320. 4101E+006 242. 6259E+006
47 1. 100 2,044. 494 320. 2078E+006 242. 8282E+006
48 1. 133 2,043. 458 319. 9152E+006 243. 1208E+006
49 1. 167 2,042. 709 319. 7038E+006 243. 3322E+006
50 1. 200 2,041. 848 319. 4609E+006 243. 5751E+006
51 1. 233 2,041. 054 319. 2370E+006 243. 7990E+006
52 1. 267 2,040. 236 319. 0062E+006 244. 0298E+006
53 1. 300 2,039. 380 318. 7649E+006 244. 271 1E+006
54 1. 333 2,038. 706 318. 5751E+006 244. 4609E+006
55 1. 367 2,037. 964 318. 3659E+006 244. 6701E+006
56 1. 400 2,037. 012 318. 0978E+006 244. 9382E+006
57 1. 433 2,036. 137 317. 8515E+006 245. 1845E+006
58 1. 467 2,035. 356 317. 6316E+006 245. 4044E+006
59 1. 500 2,034. 574 317. 4114E+006 245. 6246E+006
60 i. 533 2,033. 808 317. 1960E+006 245. 8400E+006
61 1. 567 2,032. 813 316. 9162E+006 246. 1198E+006
62 1. 600 2,032. 075 316. 7088E+006 246. 3272E+006
63 1. 633 2,031. 593 316. 5731E+006 246. 4629E+006
64 1. 667 2,031. 069 316. 4260E+006 246. 6100E+006
65 1. 700 2,031. 416 316. 5235E+006 246. 5125E+006
66 1. 733 2,029. 918 316. 1024E+006 246. 9336E+006
67 1. 767 2,030. 724 316. 3290E+006 246. 7070E+006
68 1. 800 2,027. 831 315. 5165E+006 247. 5195E+006
69 1. 883 2,026. 038 315. 0132E+006 248. 0228E+006
70 1. 967 2,024. 245 314. 5130E+006 248. 5230E+006
71 2. 050 2,022. 406 313. 9948E+006 249. 0412E+006
72 2. 133 2,020. 683 313. 5123E+006 249. 5237E+006
73 2. 217 2,018. 781 312. 9800E+006 250. 0560E+006
74 2. 300 2,017. 180 312. 5320E+006 250. 5040E+006
75 2. 383 2,015. 431 313. 0431E+006 250. 9929E+006
76 2. 467 2,013. 585 311. 5271E+006 251. 5089E+006
77 2. 550 2,011. 914 311. 0604E+006 251. 9756E+006
78 2. 633 2,010. 1 12 310. 5578E+006 252. 4782E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf ), psi2 /cp
79 2. 717 2,008. 873 310. 2121E+006 252. 8239E+006
80 2. 800 2,006. 795 309. 6328E+006 253. 4032E+006
81 2. 883 2,006. 181 309. 1823E+006 253. 8528E+006
82 2. 967 2,003. 699 308. 7706E+006 254. 2654E+006
83 3. 050 2,002. 275 308. 3743E+006 254. 6617E+006
84 3. 133 2,000. 559 307. 8972E+006 255. 1388E+006
85 3. 217 1,998. 956 307. 4515E+006 255. 5845E+006
86 3. 300 1,997. 508 307. 0492E+006 255. 9868E+006
87 3. 383 1,997. 590 307. 0721E+006 255. 9639E+006
88 3. 467 1,995. 129 306. 3888E+006 256. 6472E+006
89 3. 550 2,992. 865 305. 7608E+006 257. 2752E+006
90 3. 633 1,991. 158 305. 2877E+006 257. 7483E+006
91 3. 717 1,989. 520 304. 8338E+006 258. 2022E+006
92 3. 800 1,987. 986 304. 4093E+006 258. 6267E+006
93 3. 883 1,986. 476 303. 9915E+006 259. 0445E+006
94 3. 967 1,984. 854 303. 5428E+006 259. 4932E+006
95 4. 050 1,983. 459 303. 1572E+006 259. 8788E+006
96 4. 133 1,981. 804 302. 7002E+006 260. 3358E+006
97 4. 217 1,980. 069 302. 2212E+006 260. 8148E+006
98 4. 300 1,978. 675 301. 8364E+006 261. 1996E+006
99 4. 383 1,977. 005 301. 3759E+006 261. 6601E+006
100 4. 467 1,975. 793 301. 0420E+006 261. 9940E+006
101 4. 550 1,974. 004 300. 5491E+006 262. 4869E+006
102 4. 633 1,972. 433 300. 1166E+006 262. 9194E+006
103 4. 717 1,970. 932 299. 7336E+006 263. 3324E+006
1O4 4. 800 1,969. 330 299. 2630E+006 263. 7730E+006
105 4. 883 1,967. 842 298. 8541E+006 264. 1819E+006
106 4. 967 1,966. 221 298. 4088E+006 265. 0457E+006
107 5. 050 1,964. 696 297. 9903E+006 265. 0457E+006
108 5. 133 1,963. 191 297. 5773E+006 265. 4587E+006
109 5. 217 1,961. 712 297. 1718E+006 265. 8642E+006
110 5. 300 1,960. 177 296. 7511E+006 266. 2849E+006
11 1 5. 383 1,958. 520 296. 2971E+006 266. 7389E+006
112 5. 467 1,956. 998 295. 8804E+006 267. 1556E+006
113 5. 550 1,955. 452 295. 4575E+006 267. 5785E+006
114 5. 633 1,955. 837 295. 0160E+006 268. 0200E+006
115 5. 717 1,952. 297 294. 6063E+006 268. 4297E+006
116 5. 300 1,950. 591 294. 1291E+006 268. 9069E+006
117 5. 883 1,950. 243 294. 0341E+006 269. 0019E+006
118 5. 967 1,948. 989 293. 6919E+006 269. 3441E+006
119 6. 050 1,946. 032 292. 8856E+006 270. 1504E + 006
120 6. 133 1,944. 551 292. 4818E+006 270. 5542E+006
121 6. 217 1,943. 005 292. 0609E+006 270. 9751E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
122 6. 300 1,941. 269 291. 5885E+006 271. 4475E+006
123 6. 383 1,939. 854 291. 2034E+006 271. 8326E+006
124 6. 467 1,938. 117 290. 7314E+006 272. 3046E+006
125 6. 550 1,936. 885 290. 3967E+006 272. 5393E+006
126 6. 633 1,935. 379 283. 9876E+006 273. 0484E+006
127 6. 717 1,933. 518 289. 4826E+006 273. 3334E+006
128 6. 800 1,931. 872 289. 0361E+006 273. 9999E+006
129 6. 883 1,930. 240 288. 5938E+006 274. 4422E+006
130 6. 967 1,928. 866 288. 2217E+006 274. 8143E+006
131 7. 050 1,927. 384 287. 8206E+006 275. 2154E+006
132 7. 133 1,925. 727 287. 3720E+006 275. 6640E+006
133 7. 217 1,924. 203 286. 9601E+006 276. 0759E+006
134 7. 300 1,922. 580 286. 5214E+006 276. 5146E+006
135 7. 383 1,920. 833 286. 0496E+006 276. 9864E+006
136 7. 467 1,919. 639 285. 7274E+006 277. 3086E+006
137 7. 550 1,917. 821 285. 2367E+006 277. 7993E+006
138 7. 633 1,916. 305 284. 8281E+006 278. 2079E+006
139 7. 717 1,914. 687 284. 3922E+006 278. 6438E+006
140 7. 800 1,913. 212 283. 9948E+006 279. 0412E+006
141 7. 883 1,912. 153 283. 7100E+006 279. 3260E+006
142 7. 967 1,910. 514 283. 2690E+006 279. 7670E+006
143 8. 050 1,908. 563 282. 7444E+006 280. 2916E+006
144 8. 133 1,906. 930 282. 3058E+006 280. 7302E+006
145 8. 271 1,905. 448 281. 9079E+006 281. 1281E+006
146 8. 300 1,904. 040 281. 5301E+006 281. 5059E+006
147 8. 383 1,902. 332 281. 0720E+006 281. 9640E+006
148 8. 467 1,900. 959 280. 7041E+006 282. 3319E+006
149 8. 550 1,899. 306 280. 2613E+006 282. 7747E+006
150 8. 633 1,897. 707 279. 8331E+006 283. 2029E+006
151 8. 717 1,896. 220 279. 4355E+006 283. 6005E+006
152 8. 800 1,894. 764 279. 0461E+006 283. 9899E+006
153 8. 883 1,893. 023 278. 5809E+006 284. 4551E+006
154 8. 967 1,891. 679 278. 2218E+006 284. 8142E+006
155 9. 050 1,890. 030 277. 7817E+006 285. 2543E+006
156 9. 133 1,888. 791 277. 4514E+006 285. 5846E+006
157 9. 217 1,888. 715 277. 4311E+006 285. 6049E+006
158 9. 300 1,885. 748 276. 6404E+006 286. 3956E+006
159 9. 383 1,883. 789 276. H85E+006 286. 9175E+006
160 9. 467 1,882. 296 275. 7213E+006 287. 3147E+006
161 9. 550 1,880. 768 275. 3150E+006 287. 7210E+006
162 9. 633 1,879. 161 274. 8878E+006 288. 1482E+006
163 9. 717 1,877. 542 274. 4579E+006 288. 5781E+006
164 9. 800 1,877. 065 274. 3314E+006 288. 7046E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf ), psi2/cp
165 9. 883 1,876. 1 18 274. 0799E+006 288. 9661E+006
166 9. 967 1,873. 620 273. 4174E+006 289. 6186E+006
167 10. 050 1,872. 479 273. 1149E+006 289. 9211E+006
168 10. 133 1,871. 067 272. 7410E+006 290. 2950E+006
169 10. 217 1,869. 454 272. 3137E+006 290. 7223E+006
170 10. 300 1,869. 175 272. 2399E+006 290. 7961E+006
171 10. 383 1,866. 522 271. 5383E+006 291. 4977E+006
172 10. 467 1,864. 918 271. 1 144E+006 291. 9216E+006
173 10. 550 1,863. 099 270. 6339E+006 292. 4021E+006
174 10. 633 1,861. 640 270. 2489E+006 292. 7871E+006
175 10. 717 1,860. 298 269. 8950E+006 293. 1410E+006
176 10. 800 1,358. 500 269. 4208E+006 293. 6152E+006
177 10. 883 1,856. 966 269. 0168E+006 294. 0192E+006
178 10. 967 1,855. 474 268. 6241E+006 294. 4119E+006
179 11. 050 1,854. 041 268. 2468E+006 294. 7892E+006
180 11. 133 1,852. 405 267. 8166E+006 295. 2194E+006
181 11.217 1,851. 088 267. 4704E+006 295. 5656E+006
182 11. 300 1,849. 561 267. 0694E+006 295. 9666E+006
183 11. 383 1,848. 100 266. 6860E+006 296. 3500E+006
184 11. 467 1,846. 628 266. 2997E+006 296. 7363E+006
185 11. 550 1,845. 086 265. 8954E+006 297. 1406E+006
186 11. 633 1,843. 707 265. 5342E+006 297. 5018E+006
187 11. 717 1,842. 024 265. 0934E+006 297. 9426E+006
188 11. 800 1,840. 645 264. 7324E+006 298. 3036E+006
189 11. 883 1,839. 075 264. 3217E+006 298. 7143E+006
190 11. 967 1,837. 640 263. 9468E+006 299. 0892E+006
191 12. 050 1,836. 227 263. 5774E+006 299. 4586E+006
192 12. 133 1,834. 703 263. 1796E+006 299. 8564E+006
193 12. 217 1,833. 470 262. 8578E+006 300. 1782E+006
194 12. 300 1,832. 139 262. 5107E+006 300. 5253E+006
195 12. 383 1,830. 613 262. 1130E+006 300. 9230E+006
196 12. 467 1,829. 209 261. 7471E+006 301. 2889E+006
197 12. 550 1,827. 632 261. 3367E+006 301. 6993E+006
198 12. 633 1,826. 248 260. 9765E+006 302. 0595E+006
199 12. 717 1,825. 010 260. 6547E+006 302. 3813E+006
200 12. 800 1,823. 304 260. 2111E+006 302. 8248E+006
201 12. 883 1,621. 960 259. 8620E+006 303. 1740E+006
202 12. 967 1,820. 630 259. 5168E+006 303. 5192E+006
203 13. 050 1,819. 007 259. 0958E+006 303. 9402E+006
204 13. 133 1,817. 778 258. 7771E+006 304. 2589E+006
205 13. 217 1,816. 382 258. 4154E+006 304. 6206E+006
206 13. 300 1,815. 052 258. 0710E+006 304. 9650E+006
207 13. 383 1,814. 101 257. 8247E+006 305. 2113E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
208 13.467 1,812. 055 257. 2954E+006 305. 7406E+006
209 13.550 1,810. 892 256. 9947E+006 306. 0413E+006
210 13. 633 1,809. 799 256. 7124E+006 306. 3236E+006
211 13. 717 1,808. 247 256. 3115E+006 306. 7245E+006
212 13. 800 1,807. 032 255. 9977E+006 307. 0383E+006
213 13. 883 1,805. 732 255. 6623E+006 307. 3737E+006
214 13. 967 1,804. 490 255. 3421E+006 307. 6939E+006
215 14. 050 1,802. .907 245. 9342E+006 308. 1018E+006
216 14. 133 1,801. 924 254. 6810E+006 308. 3550E+006
217 14. 217 1,799. 834 254. 1430E+006 308. 8930E+006
218 14. 300 1,798. 895 253. 9013E+006 309. 1347E+006
219 14. 383 1,797. 051 253. 4272E+006 309. 6088E+006
220 14. 467 1,795. 658 253. 0694E+006 309. 9666E+006
221 14. 550 1,794. 456 252. 7615E+006 310. 2745E+006
222 14. 633 1,793. 282 252. 4595E+006 310. 5765E+006
223 14. 717 1,792. 596 252. 2834E+006 310. 7526E+006
224 14. 800 1,794. 652 252. 8110E+006 310. 2250E+006
225 14. 883 1,789. 321 251. 4438E+006 311. 5922E+006
226 14. 967 1,792. 014 252. 1342E+006 310. 9018E+006
227 15. 050 1,790. 797 251. 8221E+006 311. 2139E+006
228 15. 133 1,764. 229 250. 1409E+006 312. 8951E+006
229 15. 217 1,784. 855 250. 3008E+006 312. 7352E+006
230 15. 300 1,783. 012 249. 8298E+006 313. 2062E+006
231 15. 383 1,780. 379 249. 1577E+006 313. 8783E+006
232 15. 467 1,779. 414 248. 9113E+006 314. 1247E+006
233 15. 550 1,777. 519 248. 4281E+006 314. 6079E+006
234 15. 633 1,776. 417 248. 1473E+006 314. 8887E+006
235 15. 717 1,773. 950 247. 5190E+006 315. 5170E+006
236 15. 800 1,772. 525 247. 1566E+006 315. 8794E+006
237 15. 883 1,771. 148 246. 8064E+006 316. 2296E+006
238 15. 967 1,769. 382 246. 3576E+006 316. 6784E+006
239 16. 050 1,768. 104 246. 0330E + 006 317. 0030E+006
240 16. 133 1,766. 876 245. 7214E+006 317. 3146E+006
241 16. 217 1,765. 877 245. 4680E+006 317. 5680E+006
242 16. 300 1,764. 294 245. 0666E+006 317. 9694E+006
243 16. 383 1,763. 815 244. 9454E+006 318. 0906E+006
244 16. 467 1,761. 251 244. 2958E+006 318. 7402E+006
245 16. 550 1,759. 672 243. 8965E+006 319. 1395E+006
246 16. 633 1,758. 369 243. 5669E+006 319. 4691E+006
247 16. 717 1,757. 231 243. 2791E+006 319. 7569E+006
248 16. 800 1,755. 593 242. 8655E+006 320. 1705E+006
249 16. 883 1,754. 237 242. 5231E+006 320. 5129E+006
250 16. 967 1,752. 627 242. 1170E+006 320. 9190E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
251 17. 050 1,751. 175 241. 7508E+006 321. 2852E+006
252 17. 133 1,751. 507 241. 8345E+006 321. 2015E+006
253 17. 217 1,750. 579 241. 6008E+006 321. 4352E+006
254 17. 300 1,747. 388 240. 7972E+006 322. 2388E+006
255 17. 383 1,746. 076 240. 4677E+006 322. 5683E+006
256 17. 467 1,744. 490 240. 0687E+006 322. 9673E+006
257 17. 550 1,743. 106 239. 7208E+006 323. 3152E+006
258 17. 633 1,741. 572 239. 3358E+006 323. 7002E+006
259 17. 717 1,742. 999 239. 6941E+006 323. 3419E+006
260 17. 800 1,738. 357 238. 5294E+006 324. 5066E+006
261 17. 883 1,737. 304 238. 2657E+006 324. 7703E+006
262 17. 967 1,735. 750 237. 8765E+006 325. 1595E+006
263 18. 050 1,734. 737 237. 6228E+006 325. 4132E+006
264 18. 133 1,738. 910 238. 6679E+006 324. 3681E+006
265 18. 217 1,734. 494 237. 5622E+006 325. 4738E+006
266 18. 300 1,730. 230 236. 4963E+006 326. 5397E+006
267 18. 383 1,728. 979 236. 1840E+006 326. 8520E+006
268 18. 467 1,727. 622 235. 8454E+006 327. 1906E+006
269 18. 550 1,728. 716 236. 1183E+006 326. 9177E+006
270 18. 633 1,724. 902 235. 1671E+006 327. 8689E+006
271 18. 717 1,723. 199 234. 7432E+006 328. 2928E+006
272 18. 800 1,721. 654 234. 3586E+006 328. 6774E+006
273 18. 883 1,720. 672 234. 1145E+006 328. 9215E+006
274 18. 967 1,718. 801 233. 6493E+006 329. 3867E+006
275 19. 050 1,717. 402 233. 3018E+006 329. 7342E+006
276 19. 133 1,715. 941 232. 9392E+006 330. 0968E+006
277 19. 217 1,714. 413 232. 5601E+006 330. 4759E+006
278 19. 300 1,712. 981 232. 2051E+006 830. 8309E+006
279 19. 383 1,711. 632 231. 8708E+006 331. 1652E+006
280 19. 467 1,710. 060 231. 4815E+006 331. 5545E+006
281 19. 550 1,708. 864 231. 1857E + 006 331. 8503E+006
282 19. 633 1,707. 975 230. 9659E+006 332. 0701E+006
283 19. 717 1,707. 890 230. 9449E+006 332. 0911E+006
284 19. 800 1,705. 431 230. 3372E+006 332. 6988E+006
285 19. 883 1,704. 512 230. 1101E + 006 332. 9259E+006
286 19. 967 1,702. 534 229. 6221E+006 333. 4139E+006
287 20. 050 1,702. 615 229. 6421E+006 333. 3939E+006
288 20. 133 1,700. 027 229. 0040E+006 334. 0320E+006
289 20. 217 1,698. 074 228. 5229E+006 334. 5131E+006
290 20. 300 1,696. 575 228. 1542E+006 334. 8818E+006
291 20. 383 1,696. 192 228. 0599E+006 334. 9761E+006
292 20. 467 1,993. 674 227. 4409E+006 335. 5951E+006
293 20. 550 1,692. 167 227. 0710E+006 335. 9650E+006
TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
294 20. 633 1,691. 279 226. 8528E+006 336. 1832E+006
295 20. 717 1,689. 609 226. 4433E+006 336. 5927E+006
296 20. 800 1,688. 299 226. 1222E + 006 336. 9138E+006
297 20. 883 1,687. 142 225. 8385E+006 337. 1975E+006
298 20. 967 1,685. 562 225. 4567E+006 337. 5793E+006
299 21. 050 1,687. 081 225. 8236E+006 337. 2124E+006
300 21. 133 1,682. 870 224. 7932E+006 338. 2428E+006
301 21. 217 1,681. 238 224. 3943E+006 338. 6417E+006
302 21. 300 1,680. 086 224. 1129E+006 338. 9231E+006
303 21. 383 1,678. 989 223. 8452E+006 339. 1908E+006
304 21. 467 1,677. 821 223. 5962E+006 339. 4758E+006
305 21. 550 1,676. 146 223. 1519E+006 339. 8841E+006
306 21. 633 1,674. 483 222. 7468E+006 340. 2892E+006
307 21. 717 1,673. 141 222. 4201E+006 340. 6159E+006
308 21. 800 1,671. 976 222. 1366E+006 340. 8994E+006
309 21. 863 1,670. 215 221. 7085E+006 341. 3275E+006
310 21. 967 1,668. 874 221. 3825E+006 341. 6535E+006
311 22. 050 1,668. 993 221. 4114E+006 341. 6246E+006
312 22. 133 1,667. 204 220. 9771E+006 342. 0589E+006
313 22. 217 1,669. 243 221. 4722E+006 341. 5638E+006
314 22. 300 1,664. 842 220. 4041E+006 342. 6319E+006
315 22. 383 1,662. 601 219. 8611E+006 343. 1749E+006
316 22. 467 1,661. 741 219. 6527E+006 343. 3833E+006
317 22. 550 1,660. 225 219. 2893E+006 343. 7501E+006
318 22. 633 1,659. 174 219. 0317E+006 344. 0043E+006
319 22. 717 1,656. 250 218. 3250E+006 344. 7110E+006
320 22. 800 1,655. 437 218. 1287E+006 344. 9073E+006
321 22. 883 1,653. 118 217. 5659E+006 345. 4655E+006
322 22. 967 1,651. 580 217. 1985E+006 345. 8375E+006
323 23. 050 1,650. 099 216. 8418E+006 346. 1941E+006
324 23. 133 1,648. 820 216. 5341E+006 346. 5019E+006
325 23. 217 1,646. 779 216. 0431E+006 346. 9929E+006
326 23. 300 1,646. 219 215. 9084E+006 347. 1276E+006
327 23. 383 1,643. 772 215. 3207E+006 347. 7153E+006
328 23. 467 1,642. 441 215. 0014E+006 348. 0346E+006
329 23. 550 1,642. 319 214. 9721E+006 348. 0639E+006
330 23. 633 1,639. 504 214. 2972E+006 348. 7388E+006
331 23. 717 1,637. 411 213. 7960E+005 349. 2400E+006
332 23. 800 1,636. 047 213. 4697E+006 349. 5663E+006
333 23. 817 1,635. 707 213. 3882E+006 349. 6478E+006
334 23. 833 1,635. 451 213. 3271E+006 349. 7089E+006
335 23. 850 1,634. 930 213. 2026E+006 349. 8334E+006
336 23. 867 1,635. 130 213. 2503E+006 349. 7857E+006
337 23. 883 1,634. 156 313. 0176E+006 350. 0184E+006
338 23. 900 1,633. 591 212. 8625E+006 350. 1535E+006
1. TUJUAN
Analisa Hasil Uji Pressure Build Up (PBU) reservoir gas bertujuan untuk menentukan :
1. Permeabilitas formasi (k)
2. Faktor Skin (S)
3. Tekanan reservoir (P* atau P)
4. Efisiensi aliran (FE)
2.2. PERSYARATAN
2.2.1. Persyaratan Penggunaan Metode P
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 4,000 psia. Jadi, apabila
tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) lebih besar dari 4,000 psia, maka metode P dapat
digunakan.
3. LANGKAH KERJA
3.1. LANGKAH KERJA ANALISA PBU METODE P
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (g), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), oR
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
h. Porositas ()
i. Jari-jari lubang bor (rw), ft
Jadi, apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih besar dari 4000 psia,
maka metode P dapat digunakan.
2. Buat tabel t, (tp + t), Pws dan (Pws Pwf), dimana Pwf adalah tekanan saat t = 0.
3. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini,
kalau ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log cycle dari titik
tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
t p + t
4. Plot antara Pws terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus melalui titik yang
t
bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan, m.
t p + t
5. Ekstrapolasikan garis lurus tersebut sampai ke harga =1 untuk mendapatkan P*.
t
6. Hitung harga permeabilitas (k) :
8.176 10 5 q sc Z T
k= (1)
mhP
dimana :
P *2 + Pwf2
P=
2
= viskositas gas pada P dan T
P1 jam Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (2)
m ct rw
2
PSkin = 0.87 m S
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini,
bila ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log-cycle dari titik
tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
t p + t
4. Plot P 2ws terhadap log pada kertas semi log. Buat garis lurus melalui titik yang
t
bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan, m.
t p + t
5. Ekstrapolasikan garis lurus (butir 4) sampai ke harga = 1 untuk mendapatkan P *ws
t
P *2 + Pwf2
P= (6)
2
= viskositas pada P dan T
Z = faktor deviasi gas pada P dan T
7. Tentukan harga faktor skin (S) dan PSkin :
P12jam Pwf2 kP
S = 1.151 log + 3.23 (7)
m rw2
PSkin = 0.87 m S (8)
P *2 Pwf2 Pskin
2
FE = (9)
P *2 Pwf2
m( P1 jam ) m( Pwf ) k
S = 1.151 log + 3.23 (11)
m ( ct ) i rw
2
m(PSkin) = 0.87 m S
4. DAFTAR PUSTAKA
1. ERCB : Theory and Practice of the Testing of Gas Wells, Third Edition, 1975.
2. Ikoku, Chi. U : Natural Gas Reservoir Engineering, John Willey & Sons, 1984.
3. koku,Chi.U : Natural Gas Production Engineering, John Willey & Sons, 1984
5. DAFTAR SIMBOL
c = kompresibilitas, psi-1
c = kompresibilitas pada tekanan rata-rata. Biasanya diambil 1/P, psi-1
h = tebal formasi produktif, ft
k = permeabilitas formasi, mD
m = kemiringan, psi/log cycle
m(P) = pseudo pressure function, psi2/cp
P = tekanan, psia
t + t
P* = tekanan yang didapat dari ekstrapolasi garis lurus sampai =1
t
P = tekanan rata-rata, psi.
Untuk analisa UDD :
Pi 2 + Pf2
P=
2
dimana : Pi = tekanan awal, psia
Pf = tekanan pada waktu akhir pengujian
Untuk analisa PBU :
P *2 + Pwf2
P=
2
qsc = laju aliran gas, MMSCF/hari
r = jari-jari, jarak, ft
S = faktor skin, tidak bersatuan.
T = temperatur, R
t = waktu, jam
tp = waktu produksi, jam
Z = faktor penyimpangan gas, tidak bersatuan
Z = faktor penyimpangan gas pada tekanan rata-rata, tak bersatuan
Huruf Yunani :
= viskositas gas, cp
= viskositas pada tekanan rata-rata, cp
= porositas, fraksi
= selisih
Subskrip :
i = awal
1jam = setelah pengaliran atau penutupan sumur selama 1 jam
wf = sumur dialirkan
ws = sumur ditutup
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Analisa Tekanan Transien Metode P
Disini dianggap bahwa gas bersifat agak termampatkan (slightly compressible,
sebagaimana halnya minyak). Metode ini hanya dipakai untuk tekanan reservoir P di atas
P
4,000 psia. Anggapan lainnya adalah = konstan.
Z
Persamaan dasar tekanan transien untuk kasus ini adalah :
ZT q sc kt
Pwf = Pi 8.176 10 5 log 3.23 + 0.869 S
kh c rw
2
q sc T kt
m( Pwf ) = m( Pi ) 1.637 10 6 log 3.23 + 0.869 S
kh i ci rw
2
dimana :
P
P
m( P ) = 2 dP
Po
Z
Po adalah suatu tekanan referensi yang digunakan (misalnya 0 psia).
2 Tr Pc2
= r
1
dimana : 1 adalah viskositas pada 1 atmosfir.
Cara ini baik untuk Sweet Gas.
c. Cara Numerik :
P
1. Pada Pj, hitung 2
Z j
P
Pada Pj+1, hitung 2
Z j +1
P
2. Tentukan harga rata-rata 2 menurut persamaan :
Z
P P
2 + 2
P Z j Z j +1
2 =
Z 2
j +1
P j +1
3. m( P) = 2 Z P
j j
P
P
4. m( P ) = 2 Z P
Po
t, min
t p + t Pws, psig P 2ws , 104
t
0 - 522 27.25
1 547.0 838 70.22
2 274.0 922 85.00
3 183.0 978 95.65
5 110.2 1,068 114.06
8 69.25 1,150 132.25
10 55.60 1,206 145.44
12 46.50 1,242 154.26
14 40.00 1,284 164.87
16 35.13 1,312 172.65
18 31.33 1,343 180.37
20 28.30 1,367 186.87
22 25.82 1,388 192.13
24 23.75 1,410 198.27
26 22.00 1,433 205.35
28 20.50 1,446 214.92
30 19.20 1,462 213.74
35 16.60 1,494 223.20
40 14.65 1,526 232.87
45 13.13 1,554 241.49
50 11.92 1,578 249.01
55 10.93 1,600 256.00
60 10.10 1,621 262.76
65 9.40 1,636 268.63
70 8.80 1,656 274.23
t p + t
t, min Pws, psig P 2ws , 104
t
75 8.28 1,673 279.89
80 7.83 1,687 284.60
85 7.42 1,700 289.00
90 7.07 1,714 293.78
95 6.75 1,725 297.56
100 6.46 1,738 302.06
105 6.20 1,750 306.25
110 5.96 1,760 309.76
115 5.75 1,771 313.64
120 5.55 1,781 317.20
125 5.37 1,790 320.41
130 5.20 1,797 322.92
135 5.04 1,804 325.44
140 4.90 1,816 329.79
145 4.74 1,823 332.33
150 4.64 1,832 335.62
155 4.52 1,838 337.82
160 4.41 1,895 359.10
165 4.31 1,852 342.99
170 4.21 1,859 345.59
175 4.12 1,862 346.70
178 4.07 1,869 349.32
t p + t
Horner plot (P terhadap ) dapat dilihat pada Gambar 2.
t
Data pendukung untuk analisa :
Waktu produksi sebelum penutupan : 176 menit
Temperatur (T) : 243 oF
Laju aliran gas (qg) : 4.220 MMSCFD
Tebal formasi (h) : 20 ft
Porositas () : 0.15
Jari-jari sumur (rw) : 0.30 ft
SG Gas : 0.7
Kompresibilitas total (ct) : 6.279 10-4 psi-1
1. Tentukan P* :
2. Tentukan P, dan Z :
Untuk SG = 0.7
T = 243 oF = 703 oR
P = 1,592.56 psia
diperoleh : = 0.01530 cp
Z = 0.91191
1.637 10 6 q sc T Z
k=
mh
1.637 10 6 (4.220)(703)(0.01530)(0.91191)
=
(220 10 4 )(20)
= 1.54 mD.
P12jam Pwf2 k
S = 1.151 log + 3.23
m ct rw 2
PSkin
2
= 0.87 m S = (0.87)(220 10 4 )(3.2051)
= 613.45 10 4
P *2 Pwf2 PSkin
2
FE =
P *2 Pwf2
480 27.25 + 613.45 1,066.2
= = = 2.35
480 27.25 452.27
t p + t
1. Ekstrapolasi ke harga =1 menghasilkan harga m(P*) = 671.429 106.
t
Dengan demikian P* = 3,118.70 psi.
1.637 10 6 T q sc
k=
mh
1.637 10 6 (703)(5.19)
=
(8.571 10 6 )(13.123)
= 53.1 mD
m( P1 jam ) m( Pwf ) k
S = 1.151 log + 3.23
m ( ct ) i rw2
(662.857 443.934) 10 6
53.1
= 1.151 log 4
+ 3.23
8.571 10 6
(0.15)(0.01976)(2.5564 10 )(0.51) 2
= 23.413
TABEL 2
PERUSAHAAN : PERTAMINA
SUMUR : BT-7/LS
TEMPERATUR : 243 oF
SPECIFIC GRAVITY : 0.7
PENGUJIAN : Build Up #3
tp : 4.0 hours
TABEL 2 (LANJUTAN)
No. t, jam (tp+t)/dt Pws, psi m(Pws), psi2/cp m(Pws), psi2 /cp
0.567 8. 06 3,105. 393 666.5294E+006 222.5957E+006
36 0.583 7.86 3,105. 481 666.5616E+006 222.6279E+006
37 0.600 7.67 3,105. 604 666.6062E+006 222.6725E+006
38 0.617 7.49 3,105. 634 666.6171E+006 222.6835E+006
39 0.633 7.32 3,105. 664 666.6278E+006 222.6941E+006
40 0.650 7.15 3,105. 725 666.6500E+006 222.7164E+006
41 0.667 7.00 3,105. 772 666.6670E+006 222.7333E+006
42 0.683 6.85 3,105. 817 666.6835E+006 222.7498E+006
43 0.717 6.58 3,105. 858 666.6984E+006 222.7647E+006
44 0.750 6.33 3,105. 887 666.7090E+006 222.7530E+006
45 0.783 6.11 3,105. 826 666.6867E+006 222.7530E+006
46 0.817 5.90 3,105. 845 666.6934E+006 222.7598E+006
47 0.850 5.71 3,105. 810 666.6809E+006 222.7472E+006
48 0.883 5.53 3,105. 724 666.6498E+006 222.7161E+006
49 0.917 5.36 3,105. 648 666.6222E+006 222.6885E+006
50 0.950 5.21 3,105. 515 666.5740E+006 222.6403E+006
51 0.983 5.07 3,105. 401 666.5326E+006 222.5989E+006
52 0.017 4.93 3,105. 099 666.4227E+006 222.4890E+006
53 0.050 4.81 3,105. 212 666.4637E+006 222.5300E+006
54 0.083 4.69 3,107. 416 667.2641E+006 223.3304E4-006
55 0.117 4.58 3,108. 192 657.5458E+006 223.6121E+006
56 0.150 4.48 3,108. 595 667.6923E+006 223.7586E+006
57 0.183 4.38 3,108. 769 667.7556E+006 223.8220E+006
58 0.217 4.29 3,108. 731 667.7218E+006 223.8082E+006
59 0.250 4.20 3,108. 504 667.6590E+006 223.7254E+006
60 0.283 4.12 3,108. 401 667.6217E+006 223.6880E+006
61 0.317 4.04 3,108. 215 667.5541E+006 223.6204E+006
62 0.350 3.96 3,108. 061 667.4984E+006 223.5647E+006
63 0.383 3.89 3,107. 869 667.4287E+006 223.4950E+006
64 0.417 3.82 3,109. 501 668.0214E+006 224.0877E+006
65 0.500 3.67 3,107. 390 667.2546E+006 223.3209E+006
66 0.583 3.53 3,107. 242 667.2008E+006 223.2672E+006
67 0.667 3.40 3,107. 268 667.2104E+006 223.2768E+006
68 0.750 3.29 3,107. 170 667.1747E+006 223.2410E+006
69 0.833 3.18 3,107. 048 667.1303E+006 223.1966E+006
70 0.917 3.09 3,106. 929 667.0871E+006 223.1534E+006
71 0.000 3.00 3,106. 928 667.0870E+006 223.1533E+006
72 0.083 2.92 3,106. 893 667.0743E+006 223.1406E+006
73 0.167 2.85 3,107. 650 667.3492E+006 223.4155E+006
74 0.250 2.78 3,107. 027 667.1228E+006 223.1891E+006
75 0.333 2.71 3,107. 100 667.1492E+006 223.2155E+006
76 0.417 2.66 3,107. 873 667.4300E+006 223.4964E+006
77 0.500 2.60 3,107. 369 667.2470E+006 223.3133E+006
78 0.583 2.55 3,107. 465 667.2820E+006 223.3483E+006
TABEL 2 (LANJUTAN)
No. t, jam (tp+t)/dt Pws, psi m(Pws), psi2/cp m(Pws), psi2 /cp
79 2.667 2.50 3,107.574 667.3215E+006 223.3878E+006
80 2.750 2.45 3,107.707 667.3696E+006 223.4359E+006
81 2.833 2.41 3,107.871 667.4292E+006 223.4956E+006
82 2.917 2.37 3,108.146 667.5290E+006 223.5953E+006
83 3.000 2.33 3,108.299 667.5848E+006 223.6511E+006
84 3.083 2.30 3,108.422 667.6294E+006 223.6957E+006
85 3.167 2.26 3,108.669 667.7191E+006 223.7855E+006
86 3.250 2.23 3,108.837 667.7800E+006 223.8463E+006
87 3.333 2.20 3,108.977 667.8308E+006 223.8972E+006
88 3.417 2.17 3,109.136 667.8889E+006 223.9552E+006
89 3.500 2.14 3,109.385 667.9791E+006 224.0454E+006
90 3.583 2.12 3,109.526 668.0304E+006 224.0968E+006
91 3.667 2.09 3,109.795 668.1283E+006 224.1946E+006
92 3.750 2.07 3,109.981 668.1956E+006 224.2610E+006
93 3.833 2.04 3,110.105 668.2406E+006 224.3070E+006
94 3.917 2.02 3,110.253 668.2944E+006 224.3608E+006
95 4.000 2.00 3,110.444 668.3641E+006 224.4304E+006
96 4.083 1.98 3,110.663 668.4434E+006 224.5097E+006
97 4.117 1.97 3,110.771 668.4826E+006 224.5489E+006
98 4.133 1.97 3,110.771 668.4826E+006 224.5489E+006
99 3.000 2.33 2,465.328 477.3161E+006 338.2376E+004
100 3.083 2.30 2,465.127 477.0919E+006 315.8197E+004
101 3.167 2.16 2,464.089 476.7599E+006 282.7184E+004
102 3.250 2.23 2,463.204 476.4770E+006 254.3306E+004
103 3.333 2.20 2,462.300 476.1883E+006 225.4601E+004
104 3.417 2.17 2,461.384 445.8956E+006 196.1920E+004
105 3.500 2.14 2,460.737 445.6889E+006 175.5260E+004
106 3.583 2.12 2,459.891 445.4188E+006 148.5139E+004
107 3.667 2.09 2,459.094 445.1642E+006 123.0434E+004
108 3.750 2.07 2,458.930 445.1118E+006 117.8173E+004
109 3.833 2.04 2,457.525 444.6635E+006 729.8033E+003
110 3.917 2.02 2,456.733 444.4106E+006 476.8959E+003
111 4.000 2.00 2,456.115 444.2135E+006 279.7788E+003
112 4.050 1.99 2,455.497 444.0164E+006 827.2954E+002
113 4.067 1.98 2,455.287 443.9495E+006 158.0185E+002
114 4.083 1.98 2,455.238 443.9337E+006 000.0000E+002
115 3.917 2.02 3,153.333 683.9967E+006 240.0630E+006
1. TUJUAN
Permeabilitas formasi dapat digunakan dalam perhitungan perkiraan produksi dari reservoir.
Sedangkan skin dapat digunakan sebagai indikasi apakah reservoir mengalami kerusakan atau
perbaikan.
Berdasarkan bentuk dari pressure derivative dapat juga memperkirakan jenis reservoir
(homogeneous, fractured / fissured atau layered) dan mengetahui adanya zona kedap (sealing fault
atau pembatas (barrier) lainnya).
2.2. PERSYARATAN
Metode ini digunakan untuk periode aliran transien.
3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA UJI DRAW DOWN UNTUK RESERVOIR MINYAK
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft
Catatan: Harga viskositas minyak (o), faktor volume minyak (Bo) dan kompresibilitas
total (ct) diambil pada tekanan reservoir rata-rata pada awal tes (atau tekanan
dasar sumur sesaat sebelum diproduksikan untuk tes). Harga-harga sifat fluida
tersebut diperoleh dari analisa fluida di lab. (PVT) atau berdasarkan persamaan
korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Ketebalan formasi dapat diperkirakan dari analisa data log.
2. Buat tabel data uji: t, Pwf dan (Pi Pwf ) dimana Pi adalah tekanan dasar sumur sesaat
sebelum sumur diproduksikan.
3. Plot P = (Pi Pwf) terhadap t dan t[d(P)/dt] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap
log-cycle harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Contoh type curve
diberikan pada Gambar 1. Pressure derivative t[d(P)/dt] dihitung dengan cara berikut
ini :
(1)
ln tj+1 ln tj 0.2
ln tj ln tj-k 0.2
4. Pilih kurva pada type curve yang paling sesuai dengan data yang diplot pada langkah 3. Pada
saat melakukan pencocokan (matching), usahakan data pressure derivative yang mendatar
(horisontal) di-match dengan garis pressure derivative PD' = 0.5 . Catat harga CD es dari
kurva yang dipilih.
5. Pilih satu titik dan catat nilai titik tersebut berdasarkan skala data, yaitu (t, P)MP dan skala
type curve, yaitu (tD/CD, PD)MP.
0.0002637 k t
CD = (3)
oi cti rw2 t D / C D MP
cti h rw2
C= CD (4)
0.8936
C e 2S
S = 0.5 ln D (5)
CD
Catatan: Harga viskositas minyak (o), faktor volume minyak (Bo) dan kompresibilitas
total (ct) diambil pada tekanan reservoir rata-rata pada awal tes (atau tekanan
dasar sumur sesaat sebelum diproduksikan untuk tes). Harga-harga sifat fluida
tersebut diperoleh dari analisa fluida di lab (PVT) atau berdasarkan persamaan
korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Ketebalan formasi dapat diperkirakan dari analisa data log.
t p t
t e = (6)
t p + t
P = Pws Pwf (t = 0) (7)
3. Plot P terhadap te dan te[d(P)/d(te)] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap log-
cycle harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Pressure derivative
dihitung menggunakan persamaan (1).
Catatan: Viskositas gas (g), faktor volume gas (Bg), faktor kompresibilitas (Z) dan
kompresibilitas gas (cg) diperoleh dari analisa fluida di lab. (PVT) atau
berdasarkan persamaan korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Harga ketebalan formasi diperoleh dari analisa data log.
2. Buat tabel data uji: t, Pa,wf dan Pa=(Pa,i Pa,wf ). Adjusted pressure, Pa, dihitung dengan
persamaan berikut :
1 g Z
Pa = m( P ) (9)
2 P
Harga g dan Z dievaluasi pada harga tekanan P , yaitu tekanan pada awal
tes.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 6 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve
3. Plot Pa terhadap t dan t[d(Pa)/dt] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap log-cycle
harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Pressure derivative t[d(Pa)/dt]
dihitung dengan persamaan (1).
4. Pilih kurva pada type curve yang paling sesuai dengan data yang diplot pada langkah 3. Pada
saat melakukan pencocokan (matching), usahakan data pressure derivative yang mendatar
(horisontal) di-match dengan garis pressure derivative PD' = 0.5 . Catat harga CD es dari
kurva yang dipilih.
5. Pilih satu titik dan catat nilai titik tersebut berdasarkan skala data, yaitu (t, Pa)MP dan skala
type curve, yaitu (tD/CD, PD)MP.
0.0002637 k t
CD = (11)
g ct rw2 t D / C D MP
ct h rw2
C= CD (12)
0.8936
C D e 2S
S = 0.5 ln (13)
CD
Catatan: Viskositas gas (g), faktor volume gas (Bg), faktor kompresibilitas (Z) dan
kompresibilitas gas (cg) diperoleh dari analisa fluida di lab (PVT) atau
berdasarkan persamaan korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Harga ketebalan formasi diperoleh dari analisa data log.
2. Buat tabel data uji: tae, Pa,ws dan P a= (Pa,ws Pa,wf (t = 0)). Adjusted pressure, Pa,
dihitung dengan persamaan 9. Adjusted pseudotime, ta, dihitung menggunakan persamaan
berikut :
t
1
t a = ( g ct ) dt (14)
0
g ct
Sedangkan tae dihitung dengan persamaan :
t p t a
t ae = (15)
t + t
p a
sumur baru. Harga P* diperoleh dari garis lurus semilog pada Horner Plot yang
diekstrapolasi pada garis (tp + ta) / ta = 1.
3. Plot Pa terhadap tae dan tae [d(Pa)/d(tae)] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap
log-cycle harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Pressure derivative
tae [d(Pa)/d(tae)] dihitung dengan persamaan (1).
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE, Richardson, TX, 1996.
2. Horne, R. N. : "Modern Well Test Analysis", Petro Inc., Second Edition, Palo Alto, CA, 1995.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Type curve sangat berguna dalam analisa well test terutama jika digunakan bersama-sama
dengan analisa menggunaka semilog plot. Type curve dapat mengenal model reservoir,
mengidentifikasi rejim aliran yang jenis analisis yang sesuai dan memperkirakan parameter
reservoir.
70.6 q B 948 ct r 2
Pi P = E i
(16)
kh k t
Persamaan (16) dapat disusun sebagai berikut :
k h(Pi P ) 1 (r / rw ) 2
= Ei (17)
141.2 q B 2 0.0002637 k t
4
ct rw
2
Berdasarkan persamaan (17), variabel tak berdimensi dapat didefinisikan sebagai berikut
:
k h(Pi P )
PD = (18)
141.2 q B
0.0002637 k t
tD = (19)
ct rw2
r
rD = (20)
rw
Jika persamaan (16) ditulis menggunakan variabel tak berdimensi ini, maka akan
menjadi persamaan :
1 r2
PD = E i D (21)
2 4t D
Jika persamaan (21) dievaluasi di sumur, maka menjadi :
1 1
PD = PwD = Ei (22)
2 4t D
dimana :
k h(Pi Pwf )
PwD = (23)
141.2 q B
Type curve ini merupakan plot antara PD = f(tD, S, CD) yang merupakan fungsi dari tD,
faktor skin (S) dan koefisien wellbore storage tak berdimensi (CD) :
0.8936 C
CD = (24)
ct h rw2
Kurva pada type curve ini adalah fungsi dari parameter CD e2S. Harga CD e2S
menunjukkan apakah sumur mengalami kerusakan formasi, telah dilakukan acidizing
atau telah dilakukan perekahan hidraulik.
Dalam menggunakan type curve Gringarten-Bourdet, data hasil tes (perbedaan tekanan
dan derivative-nya) dibandingkan dengan type curve. Data tes diplot dalam skala log-log
dengan ukuran log-cycle yang sama dengan type curve. Data hasil tes (perbedaan
t 0.0002637 k t ct h rw2
log D = log
ct rw 0.8936 C
2
CD
(25)
0.0002951 k h
= log t + log
C
Dari persamaan (25) dapat dilihat bahwa sumbu horisontal type curve dan data berbeda
(terpisah) sebesar :
0.0002951 k h
log
C
Analog dengan sebelumnya, log dari tekanan tak berdimensi :
kh
log PD = log( Pi Pwf ) + log (26)
141.2 q B
menunjukkan bahwa perbedaan sumbu vertikal antara type curve dan data adalah
konstan, yaitu :
kh
log .
141.2 q B
Oleh karena itu, plot data tekanan alir dasar sumur dengan laju alir yang konstan
seharusnya identik dengan plot antara PD dan tD/CD dalam type curve. Beberapa hal yang
penting dan perlu diketahui tentang type curve Gringarten-Bourdet ini adalah :
1. Selama periode wellbore storage dominated (aliran hanya berasal dari fluida di dalam
wellbore), unit slope akan teramati pada saat awal. Sifat dari unit slope ini adalah :
tD / CD = 1 (27)
Karenanya koefisien wellbore storage dapat dihitung dari setiap titik pada unit slope
ini, yaitu :
qB t atau t
C= (28)
24 P
3. Setelah didapatkan kurva dalam type curve yang sesuai, sebuah titik (match point)
dapat dipilih untuk digunakan dalam menghitung harga k, S dan C.
Permeabilitas dihitung dengan persamaan :
141.2 q B PD
k= (30)
h P MP
Koefisien wellbore storage tak berdimensi dihitung dengan persamaan :
0.0002637 k t atau t e
CD = (31)
ct rw2 t D / C D MP
C e 2S
S = 0.5 ln D (32)
CD MP
t p + t t p + t a
t, jam Pws, psia Pa,ws, psia
t t a
137 15.599 16.811 8,463.7 7,025.4
204 10.804 11.519 8,534.9 7,097.2
304 7.5789 7.9970 8,602.9 7,165.7
452 5.4248 5.6678 8,666.6 7,229.8
672 3.9762 4.1160 8,725.3 7,288.8
1,000 3.0000 3.0794 8,777.6 7,341.3
Pi = 9,000 psia
g = 0.659
rw = 0.365 ft
qg = 100 Mscf/hari
ct = 35.510-6 psi-1
1. Buat tabel data uji: tae, Pa=(Pa,ws Pa,wf (t = 0)) dan Pa = tae[d(Pa)/d(tae)].
2. Menggunakan type curve seperti pada Gambar 1 data bersesuaian dengan model
CD e2S = 100, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
Pa 380 psi
=
PD MP 1
t ae 2.7 jam
=
t D / C D MP 10
4. Hitung permeabilitas :
141.2 q g B g g PD
k=
h Pa MP
(141.2)(100)(0.497)(0.03403) 1
= 380
21
= 0.03 mD.
5. Hitung CD :
0.0002637 k t ae
CD =
g ct rw2 t D / C D MP
(0.0002637)(0.03) 2.7
=
(0.1)(0.034)(0.0000355)(0.365) 10
2
=133
C e 2S
S = 0.5 ln D
CD
= 0.5 ln(100 / 133)
= 0.14
Gambar 3a. Tampilan Rezim Aliran Yang Umum Pada Diagnostik log-log, Plot Horner dan Spesial
Tampilan Rezim Aliran Yang Umum Pada Diagnostik Log-log, Plot Horner dan Spesial
Gambar 3b. (Lanjutan)
Gambar 4a. Tipikal Respon Yang Diberikan Oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative Dari
Hasil Well Test
Gambar 4b. (Lanjutan) Tipikal Respon Yang Diberikan Oleh Kurva Pressure dan Pressure
Derivative Dari Hasil Well Test
Gambar 4c. (Lanjutan) Tipikal Respon Yang Diberikan Oleh Kurva Pressure dan Pressure
Derivative Dari Hasil Well Test
1. TUJUAN
Permeabilitas formasi dapat digunakan dalam perhitungan perkiraan produksi dari reservoir.
Sedangkan skin dapat digunakan sebagai indikasi apakah reservoir mengalami kerusakan atau
perbaikan. Storativity ratio dapat dijadikan indikasi perbandingan jumlah fluida yang terkandung
dalam sistem rekahan dan dalam sistem matriks. Interporosity flow coefficient adalah ukuran
kemampuan alir fluida dari sistem matriks ke sistem rekahan.
2.2. PERSYARATAN
Metode ini digunakan untuk periode aliran transien. Aliran di dalam matriks menggunakan dua
model yang berbeda, yaitu aliran pseudosteady-state dan aliran transien.
3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA SEMILOG UNTUK ALIRAN PSEUDOSTEADY-STATE DALAM MATRIKS
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft
Catatan: Harga viskositas minyak (o), faktor volume minyak (Bo) dan kompresibilitas
total (ct) diambil pada tekanan reservoir rata-rata pada awal tes (atau tekanan
dasar sumur sesaat sebelum diproduksikan untuk tes). Harga-harga sifat fluida
tersebut diperoleh dari analisa fluida di lab. (PVT) atau berdasarkan persamaan
korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Ketebalan formasi dapat diperkirakan dari analisa data log.
2. Buat tabel data uji: t, Pwf dimana Pi adalah tekanan dasar sumur sesaat sebelum sumur
diproduksikan. Plot Pwf terhadap t pada kertas grafik semilog.
3. Tentukan kh dari kemiringan garis lurus pertama atau kemiringan garis lurus yang kedua
yang teramati pada plot langkah 2 :
162.6 q o Bo o
(kh) f = k h = (1)
m
dimana k = ( kh) f / h . Kemiringan dari garis kedua berkorelasi dengan [(kh)f +(kh)ma], tetapi
4. Jika kedua garis lurus dapat teramati, maka storativity ratio dapat dihitung dari jarak vertikal,
P, antara dua garis lurus tersebut :
= 10 P / m (2)
5. Tarik garis horisontal melalui tengah-tengah zona transisi. Waktu pada perpotongan garis ini
dengan garis lurus semilog yang pertama dan kedua adalah t1 dan t2. Interporosity flow
coefficient, , dapat dihitung oleh persamaan:
( V ct ) f rw2 ( V ct ) f + ma rw2
= = (3)
k t1 k t2
dimana : = eksponensial dari konstanta Euler ( = 1.781). Harga ( V)ma dan (ct)ma diperoleh
dari metode yang konvensional. Dari porosity log dapat dibaca porositas matriks, ma.
Sedangkan (ct)ma dihitung dari coSo, cgSg, cwSw dan cf. Harga Vma fraksi dari total sistem yang
berupa matriks jauh lebih besar dari fraksi rekahan sehingga dianggap sama dengan 1.
Kemudian ( V ct)f dapat dihitung dengan persamaan :
1
( V ct ) f = ( V ct ) ma (4)
1
dimana harga diperoleh pada langkah 4.
6. Pada uji buildup, garis lurus semilog yang kedua dapat diekstrapolasikan ke P* (Gambar 2).
Dari P*, P dapat dihitung menggunakan metode MBH.
7. Garis lurus semilog yang kedua diekstrapolasikan ke P1jam dan faktor skin dapat dihitung
dengan persamaan berikut ini.
Pi Pwf ,1 jam k
S = 1.151 log + 3.23
(5)
c rw
2
m
2. Plot P dan t[d(P)/dt] terhadap t pada kertas grafik log-log dengan skala sama dengan type
curve.
3. Jika ada bagian data derivative memperlihatkan kecenderungan horisontal, bagian ini harus
ditumpangkan pada garis (t D / C D ) PD' = 0.5 pada type curve. Kemudian cocokkan data
dengan type curve dengan menggeser secara horisontal. Tentukan kurva yang cocok dengan
data awal. Kurva ini memiliki harga (CD e2S)f. Kemudian tentukan kurva kedua yang cocok
dengan data-data akhir. Kurva ini memiliki harga (CD e2S)f+ma.
5. Hitung :
(C e ) 2S
f + ma
=
D
(C e )
D
2S
f
(6)
6. Hitung permeabilitas :
141.2 q o Bo o PD
k = P (7)
h MP
0.0002637 k t
CD = (8)
o ct rw2 t D / C D MP
(C D e 2 S ) f + ma
S = 0.5 ln (9)
CD
3. Karakter reservoir rekah alam model aliran transien dalam matriks memiliki tiga periode alir,
yaitu aliran dari rekahan, aliran transisi dan aliran dari sistem total. Periode aliran ini akan
tampak sebagai tiga garis lurus pada plot semilog. Karena pengaruh wellbore storage dan
batas reservoir, ketiga garis lurus ini mungkin tidak teramati semuanya. Jika yang teramati
adalah dua garis pertama, maka lanjutkan dengan langkah 4. Jika 2 garis terakhir yang
teramati dua, maka lanjutkan dengan langkah 14.
4. Hitung k f h ft = k h dari kemiringan garis pada plot semilog dimana kemiringan garis ke-1
Pada langkah ini gunakan anggapan harga (n2 kma ma cma), dimana n = jumlah rekahan (sama
dengan ketebalan matriks, hmat, dibagi ketebalan satu blok matriks); kma = permeabilitas
matriks, mD; ma = porositas matriks; cma = kompresibilitas matriks, psi-1; dan kf =
permeabilitas rekahan, mD.
Pi Pwf ,1 jam (k f h ft )2
S = 1.151 log + 3 . 729 (13)
f h ft c f rw
2
m
6. Plot P terhadap t pada kertas semilog dengan skala yang sama dengan Gambar 6.
8. Menggunakan harga P dan hitung PwD yang telah dipilih pada langkah 4 sebagai match
point sumbu vertikal. Kemudian geser data secara horisontal sampai didapatkan kurva pada
Gambar 6 yang cocok dengan data tes. Kemudian catat harga ' ' , t1* , t1D dan (t dan tD)
pada match point, dimana t1* waktu yang diperoleh pada perpotongan antara dua buah garis
yang merupakan periode alir ke-1 dan periode alir ke-2, dan t1D adalah variabel tak
berdimensinya :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 7 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami
0.0002637 k t1*
t1D = (15)
c rw2
9. Tentukan ( f c f h ft ) dari match point :
0.0002637 k f h ft t
f c f h ft = (16)
rw2 tD MP
Jika harga ( f c f h ft ) yang digunakan pada perhitungan skin langkah 5, maka bandingkan
( f c f h ft ) hasil langkah 9 ini dengan harga asumsi yang digunakan pada langkah 2. Jika
tidak sama, maka proses perhitungan dimulai lagi pada langkah 5 dengan menggunakan
harga yang diperoleh pada langkah 9 ini.
10. Hitung n 2 k ma ma c ma :
532.3 ( f c f h ft ) 2
n 2 k ma ma c ma = (17)
t1*
bandingkan n 2 k ma ma c ma hasil langkah 10 ini dengan harga asumsi yang digunakan pada
langkah 2. Jika tidak sama maka proses perhitungan dimulai lagi pada langkah 5 dengan
menggunakan harga yang diperoleh pada langkah 10 ini.
2
11. Hitung k ma / hma :
k ma (n 2 k ma ma c ma )
= (18)
2
hma h 2 ma c ma
ma c ma h
' = (19)
f c f h ft
k ma h
' = 12 2
rw2 (20)
hma k f h ft
' (22)
14. Hitung k f h ft = k h dari kemiringan garis pada plot semilog menggunakan persamaan 11
dimana kemiringan garis ke-3 adalah m dan kemiringan garis ke-2 adalah m* (m* = m/2).
k ma 532.3 ma c ma
2
= (23)
hma t*
dimana t* adalah waktu perpotongan antara garis semilog periode alir ke-2 dan periode alir
ke-3.
k ma hmat 2 k h
' = 12 2
rw 12 ma
2
rw2 (24)
hma k f h ft hma k f h ft
17. Hitung ( f c f h ft ) :
k f h ft ma c ma h ' t b 2
0.5
f c f h ft = 8.33 10
4
(25)
rw2
dimana tb2 adalah waktu mulainya periode alir ke-2.
' (28)
Pi Pwf ,1 jam k f h ft
S = 1.151 log + 3.23
2
(29)
m ma c ma h rw
2. Plot P terhadap t pada kertas grafik log-log dengan skala yang sama dengan type curve
(Gambar 7).
3. Cocokkan plot pada langkah 1 dengan type curve dengan menggeser secara vertikal dan
horisontal. Kemudian catat parameter dari kurva-kurva pada type curve yang match dengan
data, yaitu (CD e2S)f, (CD e2S)f+ma dan serta match point (PD, P), (tD /CD, t).
4. Hitung k h :
P
k h = 141.2 qo Bo o D (30)
P MP
5. Hitung (C D ) f + ma :
0.0002637 k t
(C D ) f + ma = (31)
ma c ma rw2 t D / C D MP
C e 2S
S = 0.5 ln D (32)
CD f + ma
7. Hitung :
(C D e 2 S ) f + ma
= 1.8914 (33)
( ' )e 2 S
8. Hitung :
(C D e 2 S ) f + ma
= (34)
(C D e 2 S ) f
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE, Richardson, TX, 1996.
2. Warren, J. E. dan Root, P. J. : "The Behavior of Naturally Fractured Reservoirs", SPEJ (Sept.
1963) 245-55; Trans., AIME, 228.
3. Barenblatt, G. E., Zheltov, I. P. dan Kochina, I. N. : "Basic Concepts in the Theory of
Homogeneous Liquids in Fissured Rocks", J. Appl. Math. Mech. (1960) 24, 1286-1303.
4. deSwaan, A. : "Analytical Solutions for Determining Naturally Fractured Reservoir Properties
by Well Testing", SPEJ (June 1976) 117-22; Trans., AIME, 261.
5. Serra, K., Reynolds, A. C. dan Raghavan, R. : "New Pressure Transient Analysis Methods for
Naturally Fractured Reservoirs", JPT (Dec. 1983) 271-83.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Model Reservoir Rekah Alam
Karakteristik dari reservoir rekah alam adalah adanya dua sistem dengan perbedaan
porositas yang kontras yang disebut sebagai dual porosity reservoir. Gambar 1
memperlihatkan kondisi nyata dual porosity reservoir (gambar sebelah kiri) yang terdiri
dari batuan matriks yang dikelilingi oleh sistem vugs dan rekahan.
Reservoir jenis ini dapat dimodelkan oleh sistem seperti ditunjukan oleh gambar
sebelah kanan pada Gambar 1. Model ini berupa matriks yang berbentuk kubus yang
dikelilingi oleh channel yang melambangkan sistem rekahan. Media transportasi fluida
pada reservoir rekah alami terutama adalah sistem rekahan yang memiliki permeabilitas
yang tinggi tapi porositasnya rendah. Batuan matriks mengandung sebagian besar dari
fluida tetapi kontribusi terhadap aliran sangat minimal (kecil).
Warren dan Root2) memperkenalkan dua parameter untuk menggambarkan kelakuan
dari jenis reservoir dual porosity ini. Yang pertama adalah interporosity flow coefficient.
Parameter ini merupakan ukuran dari mudah tidaknya fluida mengalir dari matriks ke
rekahan. Definisi dari interporosity flow coefficient ini adalah :
= rw2 (k ma / k f ) (35)
= 4 j ( j + 2 ) / L2 (36)
dimana L = dimensi karakteristik dari blok matriks dan j = jumlah bidang yang saling
tegak lurus yang membatasi media yang permeabilitasnya lebih rendah (j = 1,2,3).
Contoh : untuk model pada Gambar 2, j = 3. Jika L = hma (ketebalan setiap balok
matriks), menjadi :
k ma
= 12 rw2 2
(37)
k f hma
Parameter yang kedua adalah storativity ratio yang didefinisikan oleh persamaan :
( V ct ) f ( V ct ) f
= = (38)
( V ct ) f + ma ( V ct ) f + ( V ct ) ma
dimana V = perbandingan volume total media dengan volume total bulk sistem dan =
perbandingan volume pori dalam suatu medium terhadap volume total dari sistem.
Subskrip f dan f +ma menunjuk pada sistem rekahan dan sistem total.
Dua model interporosity flow yang sekarang digunakan. Barenblatt3) menganggap
jenis aliran pseudosteady-state; sedangkan deSwaan4) menganggap aliran transien.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan salah satu dari jenis aliran dapat terjadi di
dalam matriks.
lurus yang kedua ini hampir sama dengan yang pertama. Pada saat ini reservoir
berkelakuan seperti homogen; akan tetapi saat ini sistem terdiri dari matriks dan
rekahan. Kemiringan tersebut sebanding dengan total kh dari sistem matriks dan
rekahan. Karena permeabilitas sistem rekahan biasanya jauh lebih besar dari
permeabilitas matriks, kemiringan dari dua garis lurus tersebut hampir sama.
Bentuk dari plot data tes pada skala semilog dari reservoir rekah alami
hampir tidak pernah sama dengan yang diperkirakan oleh model Warren dan
Root ini. Wellbore storage biasanya menutupi garis lurus yang pertama dan
sering kali menutupi sebagian zona transisi. Kurva B pada Gambar 2
menunjukkan kelakuan tekanan yang sering teramati pada reservoir rekah alami.
kh dari reservoir (dapat juga dianggap kh rekahan karena kh matriks jauh
lebih kecil) dapat ditentukan dari kemiringan salah satu dari dua gari lurus yang
telah disebutkan. Storativity ratio dapat dihitung dari jarak vertikal antara dua
garis lurus tadi. Sedangkan interporosity flow coefficient dapat diperoleh dari
waktu saat garis horisontal (yang digambar melalui tengah-tengah zona transisi)
memotong salah satu garis lurus pada gambar semilog. Analisa data tes
menggunakan metode semilog dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan kh dari kemiringan garis lurus pertama atau kemiringan garis lurus
yang kedua :
162.6 q B
(kh) f = k h = (39)
m
dimana k = ( kh) f / h . Kemiringan dari garis kedua berkorelasi dengan
2. Jika kedua garis lurus dapat teramati, maka storativity ratio dapat dihitung
dari jarak vertikal, P, antara dua garis lurus tersebut :
= 10 P / m (40)
persamaan :
Uji Draw Down :
( V ct ) f rw2 ( V ct ) f + ma rw2
= = (41)
k t1 k t 2
Uji Build Up :
( V ct ) f rw2 t p + t1 ( V ct ) f + ma rw2 t p + t 2
= =
k t p t1 k t p t 2
(42)
1
( V ct ) f = ( V ct ) ma (43)
1
dimana harga diperoleh pada langkah 2.
4. Pada uji buildup, garis lurus semilog yang kedua dapat diekstrapolasikan ke
P* (Gambar 2). Dari P*, P dapat dihitung menggunakan metode MBH.
5. Garis lurus semilog yang kedua diekstrapolasikan ke P1jam dan faktor skin
dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :
Pi Pwf ,1 jam k
S = 1.151 log + 3.23 (44)
c rw
2
m
untuk uji draw down. Sedangkan untuk uji build up, faktor skin dihitung
dengan persamaan :
bagian ini harus ditumpangkan pada garis (t D / C D ) PD' = 0.5 pada type
curve. Kemudian cocokkan data dengan type curve dengan menggeser secara
horisontal. Tentukan kurva yang cocok dengan data awal. Kurva ini memiliki
harga (CD e2S)f. Kemudian tentukan kurva kedua yang cocok dengan data-data
akhir. Kurva ini memiliki harga (CD e2S)f+ma.
4. Hitung :
(C e ) 2S
f + ma
=
D
(C e )D
2S
f
(46)
5. Hitung permeabilitas :
141.2 q B PD
k = P (47)
h MP
0.0002637 k t
CD = (48)
ct rw2 t D / C D MP
(C D e 2 S ) f + ma
S = 0.5 ln (49)
CD
kemiringan garis ke-1 adalah m dan kemiringan garis ke-2 adalah m* (m* =
m/2) :
162.6 q B 81.3 q B
k f h ft = k h = = (51)
m m*
Pada langkah ini gunakan anggapan harga (n2 kma ma cma) dimana n =
jumlah rekahan (sama dengan ketebalan matriks, hmat, dibagi ketebalan
satu blok matriks); kma = permeabilitas matriks, mD; ma = porositas
matriks; cma = kompresibilitas matriks, psi-1; dan kf = permeabilitas
rekahan, mD.
Pi Pwf ,1 jam (k f h ft )2
S = 1.151 log + 3.729 (53)
f h ft c f rw
2
m
3. Plot P terhadap t (atau P terhadap te untuk uji build up) pada kertas
semilog dengan skala yang sama dengan Gambar 6.
data tes. Kemudian catat harga ' ' , t1* , t1D dan (t dan tD) pada match
point, dimana t1* waktu yang diperoleh pada perpotongan antara dua buah
garis yang merupakan periode alir ke-1 dan periode alir ke-2, dan t1D
adalah variabel tak berdimensinya.
0.0002637 k t1*
t1D = (55)
crw2
0.0002637 k f h ft t
f c f h ft = (56)
rw2 tD MP
Jika harga ( f c f h ft ) yang digunakan pada perhitungan skin langkah 2,
yang digunakan pada langkah 2. Jika tidak sama maka proses perhitungan
dimulai lagi pada langkah 2 dengan menggunakan harga yang diperoleh
pada langkah 6 ini.
7. Hitung n 2 k ma ma c ma :
532.3 ( f c f h ft ) 2
n k ma ma c ma =
2
(57)
t1*
yang digunakan pada langkah 2. Jika tidak sama, maka proses perhitungan
dimulai lagi pada langkah 2 dengan menggunakan harga yang diperoleh
pada langkah 7 ini.
2
8. Hitung k ma / hma :
k ma (n 2 k ma ma c ma )
= (58)
2
hma h 2 ma c ma
ma c ma h
'= (59)
f c f h ft
k ma h
' = 12 2
rw2 (60)
hma k f h ft
' (62)
k ma 532.3 ma c ma
2
= (63)
hma t*
dimana t* adalah waktu perpotongan antara garis semilog periode alir ke-2
dan periode alir ke-3.
3. Hitung ' :
k ma hmat 2 k h
' = 12 2
rw 12 ma
2
rw2 (64)
hma k f h ft hma k f h ft
4. Hitung ( f c f h ft ) :
k f h ft ma c ma h ' t b 2
0.5
f c f h ft = 8.33 10
4
(65)
rw2
dimana tb2 adalah waktu mulainya periode alir ke-2.
' (68)
Pi Pwf ,1 jam k f h ft
S = 1.151 log
2
+ 3.23 (69)
m ma c ma h rw
3. Hitung k h :
P
k h = 141.2 qB D (70)
P MP
4. Hitung (C D ) f + ma :
0.0002637 k t
(C D ) f + ma = (71)
ma c ma rw2 t D / C D MP
CD e 2S
S = 0.5 ln (72)
CD f + ma
6. Hitung :
(C D e 2 S ) f + ma
= 1.8914 (73)
( ' ) e 2 S
7. Hitung :
(C D e 2 S ) f + ma
= (74)
(C D e 2 S ) f
Gambar 1. Model dari Warren dan Root untuk Reservoir Rekah Alam
Gambar 2. Karakteristik Kelakuan Tekanan Hasil Uji Build Up untuk Aliran dalam Matriks
dengan Kondisi Pseudosteady-state
Gambar 3. Karakteristik Kelakuan Tekanan Hasil Uji Build Up untuk Aliran dalam Matriks
dengan Kondisi Pseudosteady-state
Gambar 4. Type Curve Derivative untuk Aliran dalam Matriks Kondisi Pseudosteady-state yang
Dikembangkan oleh Bourdet
Gambar 5. Karakteristik Aliran pada Sistem Dual Porosity dengan Aliran Transien dalam Matriks
Gambar 6. Perkiraan dan Menggunakan Data dari Periode Alir Ke-1 dan Ke-2
Gambar 7. Type Curve Bourdet untuk Reservoir Rekah Alami dengan Aliran Transien dalam
Matriks
1. TUJUAN
Menentukan perbandingan permeabilitas gas terhadap minyak sebagai fungsi saturasi cairan untuk
dipergunakan sebagai data penunjang dalam perhitungan aliran fluida di dalam reservoir.
2.2. PERSYARATAN
Tersedia data produksi (Np, R), data PVT (Bo, Bg, o, g) serta tekanan reservoir (P).
Data produksi ini meliputi selang tekanan reservoir tekanan jenuh minyak.
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung meliputi kelompok data sebagai berikut :
a. Data produksi
Produksi minyak kumulatif (Np), STB
Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
b. Data PVT
Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
Viskositas minyak (o), cp
Viskositas gas (g), cp
2. Susun dalam bentuk tabel Np, R, Rs, o, g, Bo, Bg untuk setiap tekanan reservoir di bawah tekanan
jenuh minyak.
N p Bo
S l = S wi + 1 (1 S wi ) (2)
N Bob
Catatan :
1. Isi minyak di tempat (N) tercantum di persamaan 2, berarti isi minyak di tempat pada tekanan
reservoir sama dengan tekanan jenuh (Pb).
2. Np dihitung mulai dari tekanan reservoir sama dengan Pb.
5. Plot krg/kro terhadap Sl pada kertas grafik semi-log dengan mencantumkan krg/kro pada sumbu log.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Cole, F. W. : "Reservoir Engineering Manual", Gulf Publ. Co., Houston, Texas, 1969.
2. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New York, 1976.
3. Slider, H. C. : "Reservoir Engineering Methods", Petroleum Publ. Co., Tulsa, Okla., 1976.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Perbandingan permeabilitas gas terhadap minyak (kg/ko) dihitung berdasarkan kapasitas aliran gas
bebas dan minyak di dalam reservoir. Gas yang diukur di permukaan berasal dari dua sumber,
yaitu gas bebas dan gas yang keluar dari minyak sewaktu fluida itu mengalir sampai permukaan.
Perbandingan gas-minyak sesaat (R) yang diukur di permukaan dapat dinyatakan sebagai :
q gs
R= (3)
g os
( q o R s / Bo ) + q g / B g
= (4)
q o / Bo
q g Bo
= Rs + (5)
qo Bg
Dengan menggunakan anggapan bahwa aliran gas bebas dan minyak pada kondisi reservoir
bersifat :
1. aliran mantap
2. draw down pada gas bebas dan minyak sama besar
3. ketebalan fase gas bebas dan minyak sama
qg
maka dapat dituliskan sebagai berikut :
qo
qg k rg o
= (6)
qo k ro g
Jadi persamaan (5) dapat dituliskan menjadi :
k rg o Bo
R = Rs + (7)
k ro g B g
Saturasi minyak di lapisan minyak untuk tekanan reservoir lebih kecil dari Pb adalah :
Vo
So = (8)
V po
Vo = ( N N p ) Bo (9)
NBob
V po = (10)
1 S wi
Jadi :
( N N p ) Bo
S l = S wi + (11)
NBob / 1 S wi
Bo
= S wi + (1 N p / N ) (1 S wi ) (12)
Bob
TABEL 1
DATA PVT
P Bo Bg Rs o g
(psia) (bbl/STB) (bbl/SCF) (SCF/STB) (cp) (cp)
1440 1.291 0.00159 433 0.6584 0.01582
1405 1.286 0.00163 423 0.6633 0.01572
1340 1.274 0.00174 402 0.6724 0.01552
1275 1.263 0.00186 382 0.6815 0.01533
1215 1.252 0.00198 363 0.6899 0.01515
1155 1.242 0.00210 344 0.6983 0.01497
1090 1.230 0.00228 324 0.7074 0.01477
1030 1.220 0.00245 306 0.7158 0.01459
965 1.212 0.00258 292 0.7221 0.01446
955 1.206 0.00270 282 0.7263 0.01437
930 1.202 0.00280 274 0.0298 0.01429
905 1.198 0.00288 267 0.7333 0.01422
880 1.193 0.00299 259 0.7368 0.01414
860 1.190 0.00308 252 0.7396 0.01408
840 1.187 0.00316 246 0.7424 0.01402
824 1.183 0.00326 242 0.7446 0.01397
N p Bo
S l = S wi + 1 (1 S wi )
N Boi
Sesuai dengan harga saturasi air dan faktor volume minyak pada kondisi awal :
Swi = 0.242
Boi = 1.291
maka persamaan saturasi cairan menjadi :
N p (1 0.242)
S l = 0.242 + 1 Bo
N 1.291
Np
= 0.242 + 1 Bo (0.5871)
N
Perhitungan krg/kro dan Sl sebagai fungsi dari tekanan mengikuti perhitungan variabel pada
lajur (2), (3), (4), (5) dan (6) dari Tabel 2.
Contoh Hitungan
P = 1,340 psia
(R Rs) = 742 402
= 340 SCF/STB
o Bo (0.6724)(1.274)
=
g Bg (0.01552)(0.00174)
= 31,722
krg/kro = 340/31,722
= 0.0107
Np 4.688
1 Bo = 1 (1.274)
N 245
= 1.2496
Sl = 0.242 + (1.2496)(0.5871)
= 0.976
Hasil hitungan krg/kro dan Sl diplot pada kertas semi-log, seperti tercantum pada Gambar
1.
TABEL 2
PERHITUNGAN krg/kro dan Sl
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
P (R Rs) o Bo k rg Np Sl
1 Bo
(psia) SCF/STB g Bg k ro N
1,440
1,405 319 33,290 0.0096 1.2821 0.995
1,340 340 31,722 0.0107 1.2496 0.976
1,275 466 30,187 0.0154 1.2150 0.955
1,215 659 28,795 0.0229 1.1754 0.932
1,155 790 27,588 0.0286 1.1469 0.915
1,090 697 25,838 0.0347 1.1150 0.897
1,030 1,034 24,430 0.0423 1.0819 0.877
985 1,152 23,495 0.0491 1.0529 0.860
955 1,203 22,576 0.0533 1.0297 0.847
930 1,230 21,924 0.0561 1.0069 0.833
905 1,263 21,451 0.0589 0.9919 0.824
860 1,303 20,791 0.0627 0.9798 0.817
860 1,329 20,295 0.0655 0.9722 0.813
840 1,339 19,891 0.0673 0.9639 0.808
824 1,346 19,342 0.0696 0.9546 0.802
1. TUJUAN
Analisa kualitatif hasil UKL (Uji Kandung Lapisan) bertujuan untuk menentukan :
1. kejadian mekanis di dalam sumur selama UKL.
2. karakteristik reservoir yang diuji.
3. tindak lanjut perlu tidaknya dianalisa hasil UKL secara kuantitatif.
3. LANGKAH KERJA
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. GAMBAR - GAMBAR YANG DIGUNAKAN
akibat akumulasi fluida menjadi sangat besar, sehingga laju aliran berkurang.
11 Pengaruh dua lapisan. Disebabkan oleh dua zone lensa pasir yang tidak
berhubungan dengan baik, patahan, discontinuity, batas fluida, dan lain-lain.
Kurva berubah sudut kemiringannya sering terjadi pada saat pengaliran dan
penutupan dan perubanan mungkin terjadi dalam arah yang berlawanan,
tergantung pada keadaan.
12 Pencatat tekanan berangsur-angsur tersumbat selama periode pengaliran.
Terbuka ketika keluar dari lubang baru. Perolehan fluida reservoir normal.
13 Pencatat tekanan tersumbat selama pengaliran dan terbuka pada saat penutupan
lanjut (buildup). Perolehan fluida reservoir normal.
14 Perubahan ukuran rangkaian pipa. Perubanan kemiringan selama pengaliran
tergantung pada letak pipa yang lebih besar di dalam rangkaian. Perolehan
fluida reservoir normal.
15 Pencatat tekanan tersumbat ketika alat diturunkan ke lubang sumur.
Penyumbatan ini terjadi ketika berat fluida sama dengan tekanan yang direkam.
Kemudian terbuka pada tekanan yang lebih rendah, ketika alat tersebut diangkat
dari lubang sumur. Perolehan fluida reservoir normal.
16 Jarum pencatat merobek chart dan tidak dapat bergerak. Perolehan fluida
reservoir normal.
17 Interferensi sumur. Waktu UKL biasanya terlalu pendek untuk mengetahui
interferensi dengan spasi sumur saat ini. Tekanan menurun pada waktu lanjut.
Perolehan fluida reservoir dapat dikatakan normal.
18 Dua pengujian dengan alat pencatat tekanan yang sama. Tekanan ekstrapolasi
buildup kedua lebih kecil dari buildup pertama. Mungkin juga reservoir kecil
dengan tekanan yang terus menerus (depletion).
19 & 20 Satu pengujian menggunakan dua pencatat tekanan. Pencatat tekanan sebelah
kiri menandakan formasi berpermeabilitas tinggi dengan skin kecil, nol, bahkan
mungkin negatif. Kurva sebelah kanan memperlihatkan pencatat tekanan yang
tersumbat ketika sampai di dasar sumur, kemudian terbuka kembali ketika mulai
diangkat dari dasar sumur. Apabila pencatat tekanan (untuk kasus alat di
sebelah kanan) ada dasar sumur, kemungkinan tersumbat oleh partikel.
21 Dua pengujian menggunakan alat pencatat tekanan yang sama. Karakteristik
kurva uji yang kedua berbeda dengan yang pertama. Skin atau parameter lain
pada persamaan aliran atau buildup yang sensitif terhadap perubahan pengaliran
atau penutupan, telah berubah diantara kedua pengujian ini. Tekanan awal
pengujian kedua lebih tinggi (sebesar berat kolom cairan) dari pengujian
pertama karena masuknya fluida kedalaman rangkaian pipa selama pengujian
pertama.
22 & 23 Satu pengujian menggunakan dua alat pencatat tekanan. Gambar 22
menunjukkan penyumbatan yang berangsur-angsur dari arah bawah alat
pencatat. Gambar 22 menunjukkan karakteristik reservoir yang sesungguhnya.
Pencatat (Gambar 22) mengukur berat fluida di atas alat bukannya sifat
reservoir. Kedua gambar tidak identik sebab penyumbatan pada pipa
menyebabkan tekanan yang berbeda.
24 & 25 Satu pengujian menggunakan dua perekam tekanan. Kedua kurva identik
(kecuali perbedaan kecil yang disebabkan oleh beda letak kedua perekam
tersebut). Kedua kurva ini normal karena alat bekerja baik, tidak ada
penyumbatan atau hal lainnya.
26 & 27 Satu pengujian menggunakan dua perekam tekanan. Gambar 26 menunjukkan
karakteristik reservoir sedangkan Gambar 26 menunjukkan perekam tersumbat
ketika diturunkan ke dasar lubang dan tetap tersumbat ketika diperiksa di
permukaan.
28 Jam berhenti ketika penutupan sumur. UKL normal. Perolehan fluida normal.
29 Jarum perekam terhambat jalannya (terseret-seret). Tekanan yang terekam me-
nunjukkan karakteristik tangga (stair-step character). Jarum pencatat perlu
diatur kembali kedudukannya. UKL normal.
30 Rangkaian pipa tepat di atas alat pencatat tersumbat. Perolehan fluida sedikit,
terutama lumpur. Tekanan naik dengan cepat mencapai tekanan reservoir.
31 Produksi air dan sumur mati. Berat air dan sedikit lumpur pada rangkaian pipa
melebihi tekanan reservoir sehingga sumur tersebut mati.
32 Pengaruh dari tekanan yang sangat tinggi. Kenaikan tekanan selama periode
pengaliran dan periode buildup lebih cepat dari biasanya. Perolehan lumpur juga
mungkin lebih besar. Tekanan tertingi kemungkinan melebihi atau tidak
melebihi tekanan reservoir normal.
33 Pelarutan kembali gas dalam pipa bor ketika sumur ditutup di permukaan.
Pengujian ini mungkin normal.
34 Lapisan tidak permeabel. Sejumlah kecil lumpur dan fluida formasi mungkin
diperoleh.
35 Lapisan berpermeabilitas rendah. Diperoleh sejumlah kecil lumpur dan fluida
formasi.
36 Aliran tersumbat kemudian terbuka kembali pada beberapa lokasi di atas alat
pencatat tekanan. Perolehan fluida reservoir dalam jumlah yang berkurang.
37 Penyumbatan aliran secara berangsur-angsur di bawah alat pencatat. Tekanan
turun ke harga yang sama dengan berat fluida di atas pencatat ketika laju aliran
berkurang. Diperoleh sedikit lumpur dan fluida reservoir.
38 Dipengaruhi oleh skin. Diperoleh sejumlah fluida formasi; tekanan bertambah
selama pengaliran. Laju kenaikan tekanan (buildup) tergantung pada
permeabilitas, tekanan dan perbedaan tekanan kompresibilitas fluida, volume
yang dipengaruhi, derajat kerusakan karena padatan atau invasi filtrat lumpur,
perforasi, penetrasi parsial dan lain-lain. Skin yang tinggi dapat mengurangi laju
aliran secara nyata dan menyebabkan perbedaan tekanan oleh skin yang sangat
besar.
39 Aliran dalam jepitan berasal dari lapisan berpermeabilitas tinggi. Tekanan alir
(dasar sumur atau permukaan, Pwf) dan laju aliran tergantung pada
transmissibility, tekanan reservoir, perbedaan tekanan, ukuran jepitan dan
berbagai karakteristik fluida, formasi dan sistem aliran. Peningkatan tekanan
selama penutupan dan pengaliran terjadi sangat cepat, ``sehingga sulit
memperoleh harga skin dan permeabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
40 Aliran disebabkan oleh heads, swabbing, dan lain-lain. Terdapat berbagai
macam variasi disebabkan oleh swabbing. Perolehan termasuk fluida reservoir.
Swabbing menyebabkan pengurangan tekanan apabila arus cairan diturunkan.
41 Kurva berbentuk S. Penutupan terjadi di permukaan, gas pelarutan ke dalam
cairan, zona berpermeabilitas rendah terletak di dalam lapisan yang ketat, dan
lain-lain menghasilkan bentuk kurva seperti itu selama peningkatan tekanan.
Yang diperoleh termasuk fluida reservoir dalam jumlah normal.
42 Penyekat gagal bekerja dengan baik, dipasang kembali dan berhasil. Diperoleh
1. TUJUAN
Membuat rencana melakukan uji Back Pressure, agar diperoleh data yang baik.
2.1. METODE
Merencanakan uji Back Pressure, Isochronal, dan Modified Isochronal menggunakan kaidah
aliran gas stabil.
2.2. PERSYARATAN
1. Sumur harus bersih.
2. Tekanan aliran dasar sumur dan temperature reservoir masing-masing di atas tekanan dan
temperatur titik embun.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PROSEDUR MEMILIH JENIS UJI DELIVERABILITY
1. Siapkan data pendukung :
re, rw, Ps, Tr, , k, h dan g (viskositas gas pada Ps dan Tr).
2. Hitung waktu aliran stabil (ts, jam) dengan menggunakan persamaan :
g re 2
ts 1,000 (1)
k Ps
3. Pilih jenis uji deliverability berdasarkan jumlah waktu pengujian keseluruhan yang terdiri
atas :
a. Waktu tutup sumur yang pertama kali, sehingga tercapai keadaan statik, ta.
b. Waktu untuk melaksanakan empat uji produksi (qg1 s/d qg4) yang masing-masing
Untuk back pressure lanjutkan ke langkah kerja 3.2 sedangkan untuk Isochronal dan
Modified Isochronal lanjutkan ke langkah 5.
4. Pilihlah 4 (empat) laju produksi berlainan yang besarnya 10% sampal 75% laju produksi
maksimum. Besar laju produksi maksimum diperkirakan dari :
k h m (Ps )
AOF (2)
r S
3.263 10 Tr log
6
0.472 e +
rw 2.303
5. Tentukan laju produksi tambahan, qg5, yaitu uji produksi untuk waktu yang lama {extended
flow rate) sebagai berikut :
sumur baru , qg5 = 0.50 AOF
sumur lama , qg5 = laju produksi harian sebelum uji Isochronal atau Modified Isochronal
dilakukan.
6. Hitung waktu wellbore storage (tws, jam) dan (t100, jam) sebagai berikut :
g Vws cws
tws = 36 ,177 (3)
kh
g
t100 = 1.0 10 7 (4)
k Ps
Tentukan waktu minimum uji aliran, (tmin) yaitu :
apabila tws > t100, gunakan tmin = tws dan
apabila t100 > tws, gunakan tmin = t100
7. Tentukan lamanya uji aliran, yang diperkirakan sebesar 4 tmin.
8. Untuk uji isochronal lanjutkan ke langkah 3.3, sedangkan untuk uji modified isochronal
lanjutkan ke langkah 3.4.
5. Sumur dibuka melalui jepitan terkecil dengan laju produksi pertama, qg1 dan diproduksikan
selama waktu tertentu, tmin. Lama tmin ditentukan di langkah 8 butir 3.1.
6. Sumur ditutup dengan waktu tutup sama dengan waktu sumur buka, yaitu tmin.
7. Kembali ke langkah 4 dan lanjutkan sampai dengan langkah 6 untuk ukuran jepitan yang
lain, yang memberikan laju produksi qg2, qg3, dan qg4.
8. Setelah pengujian dengan laju produksi qg4 dilaksanakan, pasang jepitan yang kelima dan
lanjutkan pengujian. Pengujian dilakukan sampai waktu stabil tercapai. Waktu stabil
diperkirakan dari langkah 2 butir 3.1. Perubahan laju aliran dan tekanan alir dasar sumur
terhadap waktu untuk uji modified isochronal diharapkan berbentuk seperti Gambar 3.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. _____________, "Theory and Practice of The Testing of Gas Wells", Third Edition 1975, Energy
Resources Conservation Board, Calgary, Alberta, Canada.
2. Beggs, H. Dale : "Gas Production Operations", OGCI Publications, Tulsa, Oklahoma, 1984.
3. Donohue, David A, T. dan Ertekin, Turgay : "Theory Practice, and Regulation Gas Well Testing",
International Human Resources Development Corporation, Boston.
4. Mian, M. A. : "Petroleum Engineering Handbook For The Practicing Engineer", PennWell
Publishing Company, 1992.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Uji deliverability sumur-sumur gas bertujuan menentukan kemampuan sumur
memproduksikan gas pada berbagai tekanan alir dasar sumur. Hubungan antara tekanan alir dasar
sumur dan laju produksi gas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
qg = C (Ps2 Pwf2)n (5)
Selama pengujian harga-harga Ps, Pwf dan qg diukur.
Sesuai dengan persamaan tersebut hasil plot antara qg terhadap (Ps2 = Pwf2) pada kertas grafik
log-log akan menghasilkan garis yang linier, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Harga n menunjukkan derajat turbulensi, yang berharga antara 0.5 (aliran turbulen
sempurna). dan 1.0 (aliran laminar sempurna).
Harga C, seperti ditunjukkan pada Gambar 5, berubah sesuai dengan waktu uji, Untuk waktu
uji yang pendek diperoleh harga C yang tinggi. Harga C ini menurun dengan makin lamanya
waktu uji dan akhirnya konstan setelah waktu stabil tercapai.
Dari ukuran di atas dapat disimpulkan bahwa hal utama yang perlu dilakukan dalam
perencanaan uji deliverability ini adalah menentukan waktu stabil, yang dapat diperkirakan
dengan menggunakan persamaan berikut :
g re 2
ts 1,000 (1)
k Ps
Tercapainya keadaan stabil dapat pula diperkirakan dengan menggunakan "rule-of thumb",
yaitu berdasarkan perbedaan tekanan, tidak melebihi l psi dalam waktu 30 menit.
Untuk uji Modified Isochronal di mana waktu stabil tidak diperlukan, perencanaan waktu
alir harus mempertimbangkan dua hal berikut ini :
1. Waktu dimana wellbore storage masih berpengaruh, yang dapat diperkirakan berdasarkan
persamaan berikut ini :
g Vws cws
t ws = 36,177 (3)
kh
2. Waktu uji alir yang cukup lama sehingga jari-jari investigasi sejauh 100 ft dapat tercapai.
Waktu ini diperkirakan dengan persamaan :
g
t100 = 1.0 10 7 (4)
k Ps
Untuk memperoleh data uji yang baik, waktu alir harus lebih besar dari t100.
(Anggapan untuk persamaan (4) adalah kerusakan/perbaikan formasi tidak terjadi di luar jarak
100 feet dari lubang bor).
Waktu minimum uji alir dipilih dari harga terbesar tws atau t100, sedangkan waktu uji alir
disarankan 4 kali waktu minimum tersebut.
Selama uji Back-pressure, isochronal maupun Modified Isochronal, tekanan alir, tekanan
tutup dan temperatur di kepala sumur perlu diukur. Data ini diperlukan untuk memperkirakan
tekanan di dasar sumur pada saat sumur ditutup atau dibuka. Persamaan empiris dari Hurst dan
Bellise2 dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan dasar sumur, pada saat pengujian.
Persamaan tersebut adalah :
Pwf = Pwh { ek + F ( ek 1 ) }0.5 (6)
dimana :
w L
k = 0.037502
TZ
F = 10A
Z qg T
A = 1.11352 + 1.829030 log
3.34832 dPwh g
4 ,591 L /R
w = g +
1 + 1,123 /R
Peralatan yang digunakan untuk uji Back Pressure, Isochronal dan Modified Isochronal
tergantung dari pada fluida yang diproduksikan, yaitu apakah berupa gas kering atau berupa
campuran gas dengan kondensat atau air.
1. Peralatan pengujian di permukaan.
a. Peralatan yang diperlukan adalah :
- Alat pengukur tekanan
- Katup-katup
- Jepitan yang dapat diubah-ubah
- Separator
- Alat pengukur laju aliran gas, Kondensat dan air,
- Tangki pengumpul kondensat
- Thermometer
2. Peralatan dipermukaan yang lazim digunakan secara skematis ditunjukkan pada Gambar 6
sampai Gambar 8.
3. Peralatan pengukur tekanan di dasar sumur.
Selama pengujian, tekanan di depan formasi (sand face) diukur, baik dalam keadaan statis
ataupun pada waktu terjadi aliran. Alat pengukur yang umum digunakan adalah pengukur secara
mekanik, misalnya (Amerada) atau secara elektronik misalnya HP gauge.
g re 2
ts = 1,000
k Ps
3. Dengan waktu stabil sebesar 69 jam, ini berarti kalau dilakukan uji Back Pressure dengan 4
uji aliran, akan diperlukan waktu uji minimum sekitar 280 jam. Uji Back Pressure selama 280
jam dianggap terlalu lama, dengan demikian uji isochronal atau modified isochronal dapat
dipilih.
5. Laju produksi qg5 (untuk uji alir yang diperpanjang), dipilih sama dengan laju produksi harian
sebelum uji isochronal dilakukan :
qg5 = 20 MMSCF/hari
1 10 7 (0.15)(0.0159)
t100 =
(120)(2,000)
= 0.10 jam
tws > t100
Dengan demikian tmin = 0.28 jam
Gambar 1. Laju Aliran dan Tekanan Alir Dasar Sumur terhadap Waktu Uji Back Pressure Test
Gambar 2. Diagram Laju Aliran dan Tekanan Alir Dasar Sumur Uji Isochronal
Gambar 3. Diagram Laju Aliran dan Tekanan Alir Dasar Sumur Uji Modified Isochronal
Gambar 7. Peralatan Uji Back Pressure, Isochronal atau Modified Isochronal dilengkapi Separator
2 Tingkat
Gambar 8. Peralatan Uji Back Pressure, Isochronal atau Modified Isochronal dilengkapi Separator
1 Tingkat
1. TUJUAN
Menghitung deliverability sumur gas berdasarkan uji Back Pressure, Isochronal, dan Modified
Isochronal.
2.2. PERSYARATAN
1. Aliran berupa aliran gas kering.
2. Perbandingan gas - cairan tidak melebihi 100,000 SCF/STB.
3. LANGKAH KERJA
1. Apabila selama pengujian tidak dihasilkan kondensat, lanjutkan perhitungan penentuan
deliverability sumur gas ke langkah kerja 3.2; 3.3 atau 3.4, sesuai dengan jenis uji yang dilakukan.
2. Apabila selama pengujian terdapat kondensat, maka laju produksi kondensat harus diubah menjadi
laju aliran gas di reservoir, dengan menggunakan langkah kerja 3.1.
3. Plot antara (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada kertas log-log dengan (P 2s P 2wf ) sebagai sumbu
3.2.1. Penentuan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure dan Isochronal
dengan Menggunakan Metode Konvensional
1. Tarik garis lurus terbaik yang mewakili titik-titik di langkah 4 butir 3.2.
2. Hitung kemiringan garis lurus dari langkah 1 dengan cara sebagai berikut :
- Pilih dua titik sembarang pada garis lurus dan baca harga (P 2s P 2wf ) dan qg untuk
masing-masing titik :
Titik 1 : (P 2s P 2wf )1 ; q1
Titik 2 : (P 2s P 2wf )2 ; q2
Harga n harus terletak antara 0.5 dan 1. Apabila n < 0.5 atau n > 1, maka teliti kembali :
- Hasil perhitungan dan plot di langkah kerja 3.2.
- Angka-angka hasil uji.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 3 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas
Apabila pada kedua hal tersebut di atas tidak ditemui kesalahan, berarti hasil pengujian
sumur tidak baik.
3. Hitung konstanta (C) dengan menggunakan langkah perhitungan sebagai berikut :
- Perpanjang garis lurus dari langkah 1 sampai memotong sumbu absis dan sumbu
ordinat.
- Baca harga-harga perpotongan tersebut: misalkan perpotongan dengan sumbu absis =
X MMSCF/hari dan perpotongan dengan sumbu ordinat adalah Y (psi2)n, maka harga
C dapat dihitung sebagai berikut :
X
C= (3)
Yn
4. Laju absolute open flow potential dihitung dengan langkah perhitungan sebagai berikut:
Hitung P 2s .
Baca harga qg pada P 2s , berdasarkan garis lurus yang diperoleh dari langkah l, qg
(
q g = C Ps2 Pwf2 )
n
(4)
Untuk berbagai harga Pwf dan harga qg dapat dihitung menurut persamaan (4). Plot
harga-harga Pwf dan qg pada kertas grafik kartesian, dengan qg sebagai sumbu absis dan
Pwf sebagai sumbu ordinat. Hasil plot adalah kurva IPR.
3.2.2. Penurunan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure dan Isochronal
dengan Menggunakan Metode LIT (Laminer Inersia Turbulen)
1. Buat kurva fungsi tekanan semu yang tertera dalam butir 3.2.
2. Dengan menggunakan kurva fungsi tekanan semu tersebut, tentukan m(Ps) dan m(Pwf).
3. Tabulasikan laju produksi dengan harga m(P), m(P)/q, q 2g , m(P), m(P)/q,
qg , q 2g , dimana :
m( P) = m( Ps ) m( Pwf ) (5)
m( P ) / q = m( Ps ) m( Pwf )
(6)
q
m( P )
q
( )
q g2 ( q g )( m( P) )
a=
g
(8)
N q g2 q g . q g
m( P )
N m( P ) q g
qg
b= (9)
N q g2 q g . q g
dimana N adalah jumlah data uji aliran.
5. Berdasarkan harga b di atas, hitung (m(P) bq 2g ).
6. Plot (m(P) bq 2g ) terhadap qg, dengan (m(P) bq 2g ) pada sumbu ordinat dan qg
a + a 2 + 4bm( Ps )
q AOFP = (10)
2b
8. Pembuatan kurva IPR dapat dilakukan berdasarkan persamaan:
m( Ps ) m( Pwf ) = aq g + bq g2 (11)
a + a 2 + 4b[m( Ps ) m( Pwf )]
qg = (12)
2b
Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada kertas log-log dengan (P 2s P 2wf ) sebagai sumbu ordinat
1
C2 n
t2
1 1
2 C1 n C 2 n
A= (13)
1
C1 n
t1
1 1
2 C1 n C 2 n
Persamaan kostanta C terhadap t adalah :
n
C1 ln At10.5
C= n
(14)
ln At 0.5
Substitusikan harga Cl, t1 dan A untuk memperoleh hubungan antara C dan t.
Berdasarkan persamaan di langkah C, perpanjang plot antara C dan t.
Tentukan harga Cs pada t = ts.
6. Pembuatan kurva IPR seperti pada langkah 5 butir 3.2.1. dengan Harga Cs sebagai pengganti
harga C pada persamaan (4).
4. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada kertas log-log dengan (P 2s P 2wf ) sebagai sumbu ordinat
11. Kurva IPR untuk sumur gas dapat dibuat seperti pada langkah 5 butir 3.2.1. dengan Cs sebagai
pengganti harga C pada persamaan (4).
5 1}
m ( Pwf )
{
q g = q g ,max 1 5 m ( Ps ) (17)
4
6. Kurva IPR untuk sumur gas tersebut, dapat dibuat dengan mengulangi perhitungan qg di
langkah 5 untuk berbagai harga Pwf kemudian plot qg terhadap Pwf dengan harga qg pada
5 }
m ( Ps ) f
{
q g ,max f = q g ,max P 1 0.4 m ( Ps ) P (18)
3
6. Dari harga laju aliran maksimum tersebut, gunakan persamaan (17) untuk membuat kurva IPR
di kemudian hari.
2
X
log M = 0.004865 + 0.14312 log e 0.00989 log X e
X X f
f
3
X
+ 0.00039 log e
X f
(20)
2
X
log N = 0.296498 0.0618 log e + 0.00874 log X e
X X f
f
3
X
0.0004278log e
X f
(21)
untuk Xe/Xf > 108 :
X
log M = 0.057871 log e + 0.311663 (22)
X
f
X
log N = 0.002712 log e + 0.159624 (23)
X
f
3. Jika harga Xf tidak diketahui, maka dapat menggunakan persamaan :
Xe e s'
= 0.37 X e (24)
Xf rw
2P (2 P / g Z ) n + (2 P / g Z ) n 1
= (25)
Z 2
g rata rata
7. Hitung harga {(2P/g Z)rata-rata } P.P adalah perbedaan tekanan yang diperoleh dari
langkah 6.6.
8. Kumulatifkan harga {(2P/g Z)rata-rata} P untuk setiap tekanan. Harga fungsi tekanan semu
m(P) pada suatu tekanan tertentu adalah :
n
2 P
m( P ) = P (26)
i =1 g Z
9. Buat kurva fungsi tekanan semu yaitu plot m(P) terhadap tekanan.
- Viskositas rata-rata ( ), cp
j =1 q g
(q gj ) 2 q gj (Pp ) j
j =1
j j =1 j =1
at = 2
(28)
N N
N (q gj ) 2 q gj
j =1 j =1
6. Gambar at terhadap log t. Buat garis lurus melalui titik-titik data dan hitung slope (m) dan
intercept (c) :
N N N
N (at log t ) j (at ) j (log t ) j
j =1 j =1 j =1
m= 2
(29)
N N
N (log t j ) 2 log t j
j =1 j =1
N N N N
7. Hitung permeabilitas :
1,632 T
kg = (31)
mh
8. Hitung skin factor :
c kg
S = 1.151 log + 3.23 (32)
m c r2
g t w
1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
(33)
kg h C A rw 4
10. Hitung qAOF :
[
a + a 2 + 4 b Pp ( Ps ) Pp ( Pb ) ]
q AOF = (34)
2b
[ ] log (q
N N N
N log (q g ) log (Pp ) j gj ) (Pp ) j
j =1 j =1 j =1
n= 2
(35)
N N
N (log P ) q gj (log Pp ) j
2
p j
j =1 j =1
6. Hitung koefisien a dan b teoritis :
1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
(36)
kg h C A rw 4
1.422 10 6 D T
b= (37)
kg h
7. Hitung laju alir (qg), dimana pseudopressure drawdown (Pp), yang diperoleh dari
persamaan Rawlins-Schellhardt sama dengan yang diperoleh dari persamaan Houpeurt :
a (1 n)
q g ,e = (38)
b(2n 1)
8. Hitung konstanta deliverability :
q g ,e
C= (39)
(aq g ,e + bq g2 ,e ) n
[
q AOF = C Pp ( P ) Pp ( Pb ) ]
n
(40)
4. DAFTAR BACAAN
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Persamaan Aliran
Kemampuan berproduksi suatu sumur yang menguras suatu reservoir gas secara empiris
dinyatakan oleh persamaan :
(
q g = C Ps2 Pwf2 )
n
(4)
dimana :
n = konstanta yang menyatakan derajat turbulensi 0.5 < n < 1
qg = laju produksi gas, MMSCF/hari
Ps = tekanan reservoir statik rata-rata, psig
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
C = konstanta, MMSCF/h/(psi2)n
Harga C berubah sesuai dengan lama waktu aliran fluida selama kondisi stabil belum
dicapai. Harganya menjadi konstan (Cs) setelah aliran stabil. Pada kondisi inilah penentuan
deliverability dan AOF gas dilakukan. Dengan memberikan harga (log 10) pada kedua ruas
dari persamaan (4), akan diperoleh hubungan :
log q = log C + n log P2 (19)
1
Hubungan log P2 terhadap log q adalah linier dengan sudut kemiringan , seperti dalam
n
Gambar 1.
Adakalanya titik (P2, qg) tidak terletak pada satu garis (membentuk garis lengkung).
Dalam hal ini persamaan empiris (4) tidak menunjukkan aliran gas dari reservoir ke dalam
sumur. Kehilangan tekanan disebabkan oleh inersia dan turbulensi adalah fungsi dari laju
produksi.
Persamaan analitis yang cocok untuk menerangkan hal ini adalah :
2
P 2 = P R Pwf2 = a q + b q 2 (20)
Harga konstanta "b" akan tetap sama, baik untuk kondisi aliran transien aliran stabil,
sedangkan konstanta "a" berubah-ubah harganya. Harga "a" pada kondisi stabil yang akan
digunakan dalam penentuan deliverability.
Penyusunan kembali persamaan (20) akan memberikan hubungan berikut ini :
P 2
= a +bq (21)
q
atau :
(P 2 b q 2 ) = a q (22)
P 2
Persamaan (21) menunjukkan hubungan linier antara terhadap q dengan
q
memberikan kemiringan garis sebesar "b", sedangkan hubungan log (P 2 b q 2 )
terhadap log q berdasarkan persamaan (22) adalah linier dengan kemiringan 1.0.
Persamaan aliran (4) dan (19) berlaku untuk keadaan dimana harga Z terhadap
perubahan harga tekanan adalah konstan. Hal ini berlaku untuk tekanan reservoir PR <
2,000 psi. Untuk tekanan di atas 2,000 psi, maka persamaan aliran dalam reservoir
dipengaruhi oleh tekanan semu, m(P). Persamaan aliran yang sejenis dengan persamaan (4)
dan (20) adalah seperti berikut ini :
m( P )
= a +bq (26)
q
dan :
(m( P) b q ) = a q
2
(27)
Persamaan (4) dan (20) memerlukan paling sedikit 3 atau 4 data uji aliran, seperti yang
diperoleh dari uji back pressure, isochronal atau modified isochronal.
Mishra mengembangkan suatu metode yang dapat digunakan untuk menghitung
deliverability dari sumur-sumur gas, baik pada waktu sekarang atau di kemudian hari,
berdasarkan data dari uji ulah tekanan bentuk dan satu uji produksi. Penggunaan metode ini
memerlukan kurva fungsi tekanan semu, m(P) terhadap tekanan P, dimana m(P)
didefinisikan oleh persamaan (25). Contoh fungsi semua tekanan sumur tersebut ada dalam
contoh.
Persamaan untuk menentukan deliverability sumur-sumur gas pada waktu sekarang
adalah :
5 1}
m ( Pwf )
qg {
= 1 5 m ( Ps ) (16)
q g ,max 4
5 }
m ( Ps ) f
q max, f {
= 1 0.4 m ( Ps ) (17)
q g ,max 3
Chase et al. mengembangkan persamaan untuk membuat kurva IPR untuk sumur-sumur
gas yang mengalami hydraulics fractured. Persamaan tersebut diturunkan dari persamaan
umum LIT. Persamaan itu adalah :
N
m( Pwf ) Qg
= 1 M (18)
m( Ps ) Q g max@ X / X =1
e f
1,422 q g T kg t
Pp ( Ps ) Pp ( Pwf ) = 1.151 log + S + D qg
2
(19)
kg h 1,688 ct rw
1,422 T kg t
a (t ) = 1.151 log + S
(21)
kg h 1,688 ct rw
2
1,422 q g T D
b= (22)
kg h
1,422 T kg
c= 1.151 log + S (25)
kg h 1,688 c r 2
g t w
Gambar at dengan log t akan menghasilkan garis lurus dengan kemiringan m dan
intercept c.
Permeabilitas dapat dihitung dengan :
1,632 T
kg = (26)
mh
Skin factor dihitung dengan :
c kg
S = 1.151 log (27)
m 1,688 c r
2
g t w
atau :
c kg
S = 1.151 log + 3.23 (28)
m c r2
g t w
1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
(29)
kg h C A rw 4
[ ()
log(q g ) = log(C ) + n log Pp P Pp (Pwf )] (30)
Persaman Houpeurt :
()
Pp P Pp (Pwf ) = aq + bq 2 (32)
[ () ]
log Pp P Pp (Pwf ) = log aq + bq 2 [ ] (33)
[ ()
d log Pp P Pp (Pwf )]
=
a + 2bq g
(34)
dq g aq g + bq g2
Menggabungkan persamaan (31) dan (34) didapat :
a + bq g
n=
a + 2bq g
(35)
a (1 n)
q g ,e =
b(2n 1) (36)
Dengan cara yang sama, konstanta deliverability C dapat dihitung :
qe
C=
(aqe + bqe2 ) n (37)
6.2.2. Perhitungan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure atau Isochronal
dengan Menggunakan Metode Konvensional
1. Hasil uji back pressure adalah sebagai berikut :
qg, MMSCF / hari Pwf, psig
0.00 Ps = 408.2
4.288 403.1
9.265 394.0
15.552 378.5
20.177 362.6
0.00 -
4.288 0.4138
9.265 1.1391
15.552 2.3365
20.177 3.5148
3. Plot antara (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada skala log-log. Hasilnya ditunjukkan pada
Gambar 3.
4. Tarik garis lurus yang terbaik yang mewakili ke-empat titik tersebut.
5. Menghitung n.
Pilih dua titik sembarang pada garis lurus, yaitu :
6.2.3. Perhitungan Deliverability Sumur Gas BerdasarKan Data Uji Back Pressure atau
Isochronal Menggunakan Metode LIT (Laminer-Inersia-Turbulen)
1. Hasil uji back pressure adalah sebagai berikut :
qg, MMSCF / hari Pwf, psig
0.00 Ps = 408.2
4.288 403.1
9.265 394.0
15.552 378.5
20.177 362.6
35 276.8
m( Ps ) m( Pwf ) (m(Ps)-
qg Pwf m(Pwf) (m(Ps)- qg2
qg m(Pwf))
(MMSCF/hari) (psig) (106) m(Pwf)) (106) (MMSCF/hari)2
bqg
0 408.2 12.12 - - - -
4.288 403.1 11.92 0.29 0.0676 18.3 0.226
9.288 403.1 11.40 0.81 0.0814 85.8 0.510
15.552 378.5 10.55 1.66 0.1067 241.9 0.813
20.177 362.8 9.71 2.50 0.1239 407.1 1.075
= 49.282 5.26 0.3856 753.1
qg = 49.282
q 2g = 753.1
9. Menghitung konstanta a :
(0.3856)(753.1) (49.282)(5.26)
a= = 0.0534
4(753.1) (49.282)(49.282)
10. Menghitung konstanta b:
4(5.26) (49.282)(0.3856)
b= = 0.0035
4(753.1) (49.282)(49.282)
11. Hitung dan tabelkan m(P) bq2 sebagai berikut :
q m(P) (106) m(P) bq2 (106)
408.2 12.21 0
350.0 8.40 26.18
300.0 6.10 34.79
250.0 4.30 40.46
200.0 2.70 44.99
150.0 1.50 48.15
100.0 0.70 50.16
50.0 0.20 51.38
0 0 51.86
6.2.4. Perhitungan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure atau Isochronal
t = 0.5 jam :
t = 1 jam :
t = 2.0 jam :
t = 3.0 jam :
2. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg untuk setiap waktu produksi, yaitu t = 0.5 ; 1.0 ; 2.0 dan 3.0
t n C
3.0 58.2033
4.0 56.66
6.0 54.63
8.0 53.28
10.0 52.27
12.0 51.48
14.0 50.84
16.0 50.29
18.0 49.81
6.2.5. Perhitungan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Modified Isochronal
1. Data uji modified isochronal :
Tutup 12 1927 -
Tutup 12 1911 -
Tutup 12 1887 -
3. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg untuk lama uji yang sama (12 jam) ditunjukkan pada
Gambar 11.
4. Tarik garis lurus berdasarkan ke-empat buah titik tersebut.
5. Hitung kemiringan garis lurus (n).
Pilih dua titik sembarang pada garis lurus :
qg = 10 MMSCF/hari, (P 2s P 2wf ) = 2.35 106 psig
maka :
log10 log 4
n= = 0.529
log(2.35 10 6 ) log(0.5 10 6 )
P = 4,372.6 psia
= 0.023 cp
Z = 0.87
g = 0.65
Sw = 0.30
CA = 30.8828
A = 640 Acre
Modified Isochronal Test Data :
N N N P
N (Pp ) j q gj
p
j =1 q
j =1 j =1 gj j
b1 = 2
N N
N (q gj ) q gj
2
j =1 j =1
(4)(3.167 10 ) (202.477)(5.961 10 6 )
8
=
(4)(1.107 10 4 ) (202.477) 2
= 1.823 10 4 psi 2 /cp/(MMSCF/D) 2
b1 + b2 + b3 + b4
b=
4
(1.823 + 1.870 + 1.881 + 1.939) 10 4
=
4
= 1.878 10 psi /cp/(MMSCF/D) 2
4 2
(q gj ) 2 q gj (Pp ) j
j =1 q g j =1 j =1 j =1
j
a t1 = 2
N N
N (q gj ) q gj
2
j =1 j =1
(5.961 10 6 )(1.107 10 4 ) (202.477)(3.167 10 8 )
=
(4)(1.107 10 4 ) (202.477) 2
= 5.677 10 5 psi 2 /cp/(MMSCF/D)
N N N
N (at log t ) j (at ) j (log t ) j
j =1 j =1 j =1
m= 2
N N
N (log t j ) log t j 2
j =1 j =1
(4)(1.651 10 ) (2.553 10 )(2.556)
6 6
=
(4)(1.684) (2.556) 2
= 3.871 10 5 psi 2 /cp/(MMSCF/D)/cycle
= 3.871 10 2 psi 2 /cp/(MSCF/D)/cycle
N N N N
(a ) (log t
j =1
t j
j =1
j ) 2 (at log t ) j (log t ) j
j =1 j =1
c= 2
N
N
N (log t j ) log t j 2
j =1 j =1
(2.553 10 )(1.684) (1.651 10 )(2.556)
6 6
=
(4)(1.684) (2.556) 2
= 3.909 10 5 psi 2 /cp/(MMSCF/D)
= 3.909 10 2 psi 2 /cp/(MSCF/D)
Permeabilitas :
1,632 T 1,632(718)
kg = = = 6.6 mD
m (3.871 10 2 )(454)
1632T 1632(718)
kg = = = 6.6 mD
m (3.871 10 2 )(454)
Skin Factor :
3.909 10 2 6.6
S = 1.151 log + 3.23
3.871 10 (0.0675)(0.023)(0.000169)(0.2615)
2 2
1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
kg h C A rw 4
(1,422)(718) (10.06)(640)(43,560) 3
= 1.151 log 2
+ (5.0)
(6.6)(454) (30.8828)(0.2615 ) 4
= 1.227 10 3 psi 2 /cp/(MSCF/D)
= 1.227 10 6 psi 2 /cp/(MMSCF/D)
Hitung qAOF :
[
a + a 2 + 4b Pp ( Ps ) Pp ( Pb ) ]
q AOF =
2b
=
1.277 10 6
+
[ ]
(1.277 10 6 ) 2 + 4(1.878 10 4 ) (1.049 10 9 2003.8
2(1.878 10 4 ) 2(1.878 10 4 )
= 205.9 MMSCF/D
- Metode Stabilized C :
Tentukan AOF suatu sumur menggunakan metode Stabilized C. Data uji sumur ini
diberikan pada Tabel di bawah :
h = 454 ft
rw = 0.2615 ft
= 0.0675
T = 718 oR
P = 4,372.6 psia
g = 0.023 cp
Z = 0.87
g = 0.65
Sw = 0.30
CA = 30.8828
A = 640 Acre
j =1 j =1 j =1
n1 = 2
N N
N (log P ) q gj (log Pp ) j
2
p j
j =1 j =1
(4)(53.0561) (6.7435)(31.4091)
=
(4)(246.7983) (31.4091) 2
= 0.63
n1 + n 2 + n3 + n 4
n=
4
(0.63 + 0.64 + 0.65 + 0.65) 10 4
=
4
= 0.64
1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log
2
+ S
kg h C A rw 4
(1,422)(718) (10.06)(640)(43,560) 3
= 1.151 log 2
(5.0)
(6.6)(454) (30.8828)(0.2615 ) 4
= 1.227 10 3 psi 2 /cp/(MSCF/D)
= 1.227 10 6 psi 2 /cp/(MMSCF/D)
a (1 n) 1.227 10 6 (1 0.64)
q g ,e = = = 84.2 MMSCF/D
b(2n 1) 1.873 10 4 [2(0.64) 1]
Konstanta deliverability, C :
q g ,e
C=
(aq g ,e + bq g2 ,e ) n
84.2
=
[(1.227 10 )(84.2) + (1.873 10 4 )(84.2) 2 ]0.64
6
= 3.69 10 4
[
q AOF = C Pp ( P ) Pp (14.65) ]n
Gambar 2. Volume Ekivalen Kondesat Dinyatakan dalam Gas (dari Leshikar 1961)
Gambar 14. Modified Isochronal Test Data untuk Analisa Metode Brar-Aziz
1. TUJUAN
Menghitung potensi suatu sumur minyak yang mencerminkan kemampuan reservoir mengalirkan
minyak ke dalam sumur tersebut. Kemampuan ini dinyatakan dalam hubungan antara tekanan alir
dasar sumur terhadap laju produksi (kurva IPR).
2.2. PERSYARATAN
1. Untuk aliran minyak, tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh.
2. Khusus untuk persamaan Vogel, harga faktor skin sama dengan nol.
3. Kadar air tidak lebih dari 40%, baik untuk persamaan Vogel maupun perluasan persamaan
Vogel.
3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN SATU FASA
3.1.1. Berdasarkan Data Uji Tekanan dan Produksi
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu : Ps, Pwf, dan qo pada Pwf.
2. Hitung indeks produktivitas (J) dengan menggunakan persamaan :
qo
J= (1)
Ps Pwf
3. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf).
4. Hitung laju aliran (qo) pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
qo = J (Ps Pwf) (2)
5. Kembali ke langkah 3.
6. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian,
dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
3.2. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN DUA FASA PADA FAKTOR SKIN = 0
3.2.1. Jika Tekanan Statik Lebih Kecil dari Tekanan Jenuh (Ps < Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf, dan qo @ Pwf
2. Hitung Pwf/Ps
3. Hitung laju produksi maksimum (qmax) berdasarkan data dari langkah 1 dan
menggunakan persamaan berikut :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf 2
1.0 0.2( ) 0.8( )
Ps Ps
4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps
5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
Pwf Pwf 2
q o = q max 1.0 0.2( ) 0.8( ) (6)
Ps Ps
6. Kembali ke langkah 4.
7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6 pada kertas
grafik kartesian dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
Catatan :
Apabila dipilih harga qo dan akan ditentukan harga Pwf-nya, langkah 4 s/d 6 diganti
dengan langkah berikut :
4. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax
5. Hitung Pwf dengan menggunakan persamaan berikut :
{
Pwf = 0.125 Ps 1 + 81 80(q o / q max ) } (7)
6. Kembali ke langkah 4.
3.2.2. Jika Tekanan Statik Lebih Besar daripada Tekanan Jenuh (Ps > Pb)
3.2.2.1. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih besar dari tekanan jenuh
(Pwf > Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi, diperoleh :
Ps, Pwf dan qo @ Pwf
Dalam hal ini Pwf > Pb dan Pb harus diketahui.
2. Hitung indeks produktivitas sumur untuk Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan menggunakan persamaan berikut :
qo
J= (8)
Ps Pwf
3. Dengan menggunakan harga J tersebut hitung qb @ Pwf = Pb menurut
persamaan di bawah ini:
qb = J (Ps Pb) (9)
4. Hitung qx, yaitu :
J ( Pb )
qx = (10)
1.8
5. Hitung qmax = qb + qx (11)
6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb) dan hitung Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max qb )1 0.2( ) 0.8( ) (12)
Pb Pb
8. Kembali ke langkah 6.
9. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai dengan 8, pada
kertas grafik kartesian dengan menggunakan qo sebagai sunibu datar dan Pwf
sebagai sumbu tegak.
3.2.2.2. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih kecil dari tekanan jenuh
(Pwf < Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh :
Ps , Pwf, dan qo @ Pwf
Dalam hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A
di mana :
Pwf Pwf
A = 1 0.2( ) 0.8( )2 (13)
Pb Pb
3. Hitung harga J untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh, yaitu :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 5 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal
qo
J= (14)
Pb
Ps Pb + ( A)
1.8
4. Hitung laju produksi pada Pwf = Pb, yaitu :
qb = J (Ps Pb) (9)
5. Hitung qx dari persamaan :
J ( Pb )
qx = (10)
1 .8
6. Hitung qmax = qb + qx (11)
7. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh dan hitung Pwf/Pb.
8. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan
berikut :
Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max qb )1 0.2( ) 0.8( ) (12)
Pb Pb
9. Kembali ke langkah 7.
10. Plot Pws vs qo yang diperoleh dari langkah 7 sampai dengan 9 pada kertas
grafik kartesian dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu
tegak.
3.3 PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA UNTUK TEKANAN STATIK DI BAWAH
TEKANAN JENUH DAN FAKTOR SKIN TIDAK SAMA DENGAN NOL
1. Dari uji tekanan tentukan Ps dan S.
2. Dari uji produksi tentukan harga Pwf dan qo @ Pwf.
3. Hitung konstanta persamaan kurva IPR, yaitu :
a1, a2, a3, a4 dan a5 masing-masing dengan menggunakan persamaan : (41), (42), (43), (44)
dan (45) pada Lampiran (harga a1 sampai a5 dapat juga ditentukan secara grafis dengan
menggunakan Gambar 1 sampai 5, untuk masing-masing an, apabila harga faktor skin
antara ( 4) sampai dengan 10).
4. Hitung Pwf/Ps berdasarkan data uji tekanan dan produksi.
5. Hitung harga ruas kanan dari pada persamaan kurva IPR, yaitu :
a1 + a3 ( Pwf / Ps ) + a 5 ( Pwf / Ps ) 2
A= (15)
1 + a 2 ( Pwf / Ps ) + a 4 ( Pwf / Ps ) 2
6. Hitung laju produksi maksimum (qmax) apabila S = 0, yaitu :
qo
qmax @ S = 0 = (16)
A
dimana qo adalah laju dari uji produksi.
7. Pilih harga Pwf dan hitung Pwf/Ps, kemudian hitung harga A, seperti pada langkah 5.
8. Hitung laju produksi, qo pada Pwf tersebut, yaitu :
qo = qmax @ S = 0 (A) (17)
9. Kembali ke langkah 7.
10. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari perhitungan pada kertas grafik kartesian dengan qo
sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
7. Tentukan konstanta J dari persamaan kurva IPR dengan prosedur sebagai berikut :
Perpanjang garis dari langkah 4, sampai memotong sumbu datar.
Baca harga perpotongan tersebut, misalkan X STB/hari.
Baca harga (P 2s P 2wf ) yang sesuai dengan X STB/hari tersebut, misalkan Y (psi2).
3.5. PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA DI KEMUDIAN HARI DENGAN METODE
"PIVOT - POINT"
3.5.1. Pemecahan Secara Numerik dengan Menggunakan Metoda "Pivot - Point"
1. Dapatkan dua data uji tekanan dan produksi yang dilakukan pada waktu berbeda.
2. Tentukan laju produksi maksimum dari dua data uji tersebut dengan menggunakan
persamaan Vogel :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf
1.0 0.2( ) 0.8( ) 2
Ps Ps
dengan demikian diperoleh qmax,1 dan qmax, 2 untuk masing-masing data uji.
3. Hitung P *wf dengan menggunakan persamaan berikut ini :
dq o*
4. Hitung ( ) dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
dPwf
dq o *
( )
dq o dPwf
( )f Pwf = 0 = (24)
dPwf Pwf*
1+
Psf
8. Buat kurva IPR di kemudian hari, berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan qmax,f
(dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah perhitungan
dilakukan seperti langkah 4 sampai dengan 7 dari sub judul 3.2.1
A Ps1
n = Ps1 1 (27)
q max,1
5. Tentukan tekanan statis di kemudian hari (Psf) yang mana kurva IPR akan dibuat.
6. Hitung qmax,f dengan menggunakan persamaan berikut :
2
A Psf
q max, f = (28)
Psf + n
7. Buat kurva IPR di kemudian hari berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan qmax,f
(dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah perhitungan
dapat dilihat pada sub-judul 3. 2. 1. dari langkah 4 sampai dengan 7.
dimana Psp adalah tekanan statik pada saat sekarang, yaitu pada waktu uji isochronal
dilakukan (langkah 1).
4. DAFTAR BACAAN
1. Vogel, J. V. : "Inflow Performance Relationships For Solution Gas Drive Wells", Journal
Petroleum of Technology, Jan. 1968, pp. 83-92.
2. Sukarno, Pudjo : "Inflow Performance Relationship Curves in Two-Phase and Three-Phase Flow
Conditions", Ph. D. Dissertation, The University of Tulsa, 1985, Tulsa, Ok.
3. Fetkovich, M. J. : "The Isochronal Testing of Oil Wells", SPE Reprint Series No. 14, Pressure
Transient Testing Method, 1980 Edition.
4. Earlougher, Robert C., Jr. : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. 5, SPE of AIME.
5. Uhri, D. C. dan Blount, E. M. : "Pivot Point Method Quickly Predicts Well Performance", World
Oil Vol.194, No 6. May 1982 pp. 153 - 164.
6. Brown, K. E. : "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol. IV, PennWell Books, Tulsa,
Oklahoma, 1984.
5. DAFTAR SIMBOL
6. LAMPIRAN
6. 1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Pendahuluan
Kurva IPR dinyatakan sebagai hubungan tekanan alir dasar sumur (Pwf) terhadap laju
produksi (qo). Hubungan ini diperoleh dari uji sumur, yaitu :
(1) Uji produksi sebelum uji tekanan bentuk dilakukan.
(2) Uji "draw down" (UDD).
(3) Uji Isochronal.
Selain berdasarkan uji sumur tersebut kurva IPR dapat pula diperkirakan dengan
menggunakan persamaan aliran Darcy.
7.08 10 3 k o h( Pr Pwf )
qo = (37)
o Bo (ln 0.472 re / rw + S )
Apabila indeks produksi (J) didefinisikan sebagai :
qo
J= (38)
Pr Pwf
maka dari persamaan (1) dapat diturunkan harga J :
7.08 10 3 k o h
J= (39)
o Bo (ln 0.472 re / rw + S )
Oleh karena persamaan (39) diturunkan dari persamaan aliran Darcy, maka
pemakaiannya sesuai dengan anggapan yang digunakan oleh persamaan (37), yaitu
antara lain aliran satu fasa.
6.1.3. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) dengan Faktor Skin = 0
Untuk aliran dua fasa Vogel menurunkan persamaan kurva IPR yang tidak berdimensi
dengan menggunakan simulator untuk reservoir solution gas drive. Persamaan tersebut
adalah :
qo Pwf Pwf 2
= 1 0.2( ) 0.8( ) (40)
q max Ps Ps
Pembuatan kurva IPR dengan persamaan ini memerlukan satu data uji produksi (qo dan
Pwf) dan uji tekanan statik.
Sesuai dengan penurunannya, persamaan (40) hanya berlaku apabila tidak terjadi
kerusakan atau perbaikan formasi. Persamaan ini dikembangkan untuk menentukan
kurva IPR, apabila tekanan statik lebih besar daripada tekanan jenuh. Pada kondisi ini
kurva IPR terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kurva IPR yang linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini persamaan (38) digunakan untuk membuat kurva IPR.
2. Kurva IPR yang tidak linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih kecil dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa :
Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max qb )1 0.2( ) 0.8( ) (12)
Pb Pb
Harga qb ditentukan menurut persamaan (38) sebagai berikut :
qb = J (Ps Pb) (9)
Harga J lebih dahulu dihitung berdasarkan data uji tekanan dan produksi sebagai berikut
:
1. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf > Pb, maka :
qo
J=
Ps Pwf
2. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf < Pb, maka :
qo
J= (7)
{Ps Pb + Pb / 1.8( A)}
dimana :
Pwf Pwf
A = 1 0.2( ) 0.8( )2 (13)
Pb Pb
Pemakaian persamaan (12) memerlukan harga qmax dihitung menurut persamaan :
J Pb
q max = qb + (41)
1.8
6.1.4. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) Apabila Terjadi
Kerusakan atau Perbaikan Formasi
Persamaan kurva IPR, yang dipengaruhi skin factor, dikembangkan dari simulator
reservoir 3-fasa dengan memasukkan pengaruh skin.
Persamaan tersebut berbentuk :
Pwf Pwf
a1 + a3 ( ) + a5 ( )2
qo Ps Ps
= (42)
q max,S =0 Pwf Pwf
1 + a2 ( ) + a4 ( ) 2
Ps Ps
di mana a1 sampai dengan a5 adalah konstanta persamaan yang tergantung dari harga
faktor skin. Konstanta ini dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
a1 = 0.182922 e-0.36438 S + 0.814541 e-0.055873 S (43)
0.456632 S 0.442306 S
a2 = 1.476950 e + 1.646246 e (44)
a3 = 2.149274 e0.195976 S + 2.289242 e0.220333 S (45)
0.088286 S 0.210801 S
a4 = 0.0217831 e 0.260385 e (46)
a5 = 0.5524470 e0.032449 S 0.583242 e0.306962 S (47)
Untuk harga faktor skin antara 4 sampai dengan 10, konstanta a1 sampai a5 dapat
ditentukan secara grafis dengan menggunakan Gambar 1 sampai dengan 5.
Harga J dan n dari persamaan (21) diperoleh dari plot (P 2s P 2wf ) terhadap qo dari data
6.1.6. Perencanaan Kurva IPR Dua Fasa di Kemudian Hari dengan Metoda "Pivot Point"
Metode Pivot Point dikembangkan oleh Uhri dan Blount dan digunakan untuk
meramalkan kurva IPR di kemudian hari untuk sumur-sumur yang berproduksi dari
reservoir solution gas drive, tanpa memerlukan data PVT dan saturasi atau permeabilitas
relatif.
Persamaan kurva IPR dari Vogel, masih tetap digunakan untuk membuat kurva IPR
dikemudian hari, di mana laju aliran maksimum (qmax) diramalkan dengan metode "Pivot
Point" ini. Untuk peramalan laju aliran maksimum ini diperlukan paling sedikit dua uji
tekanan dan produksi yang dilaksanakan pada waktu yang berbeda.
Metode ini dikembangkan dari persamaan Vogel yang diturunkan terhadap tekanan alir,
yaitu :
dq o 0 .2 Pwf
= q max + 1 .6 2 (48)
dPwf Ps Ps
atau dapat pula dituliskan sebagai :
dq o 0.2q max 1.6q max
= + Pwf (49)
dPwf Ps Ps2
Persamaan tersebut menunjukkan hubungan yang linier (dqo/dPwf) terhadap Pwf. Dengan
demikian grafik (dqo/dPwf) terhadap Pwf akan menghasilkan garis lurus. Kemudian
diketemukan bahwa garis-garis lurus tersebut semuanya berpangkal dari satu titik,
(Pivot Point), seperti terlihat pada Gambar 6.
Untuk membuat garis lurus tersebut diperlukan dua harga (dqo/dPwf) yang ditentukan dari
dua harga Pwf, yaitu :
1. Untuk Pwf = 0 :
dq o 0.2q max
( ) = (50)
dPwf Ps
Pwf = 0
2. Untuk Pwf = Ps
dq o 0.2q max
( ) = (51)
dPwf Ps
Pwf = Ps
atau
dq o dq o
( ) =9 Pwf = 0 (52)
dPwf dPwf
Pwf = Ps
Dengan demikian dari satu uji tekanan dan produksi serta menggunakan persamaan (50)
dan (51) dapat dibuat garis lurus yang sesuai dengan persamaan (49).
Dengan cara yang sama dibuat garis lurus yang lain berdasarkan uji tekanan dan
produksi yang diambil pada saat yang berbeda. Perpotongan kedua garis lurus itu adalah
titik pangkal dari semua garis lurus untuk harga Ps yang berbeda-beda. Apabila dibuat
beberapa garis seperti itu, maka titik ujung garis-garis tersebut akan membentuk suatu
kurva yang disebut Ps-envelope (lihat Gambar 7).
Untuk meramalkan kurva IPR di kemudian hari, titik pangkal (Pivot Point) dan Ps-
envelope harus dibuat lebih dahulu. Penentuan kedua hal ini dapat dilakukan secara
analitis seperti tercantum dalam prosedur perhitungan.
6.1.7. Peramalan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Fungsi
Tekanan Semu (Pseudo Pressure Function)
Metode ini dikembangkan berdasarkan persamaan aliran radial dua fasa semi mantap,
yaitu :
7.08 10 3 k o h s k ro
P
Dalam bentuk fungsi tekanan semu, persamaan (53) dapat dituliskan sebagai :
7.08 10 3 k o h
qo =
(ln(re / rw ) 0.5
[
m( Ps ) m( Pwf ) ] (54)
Apabila Psf dan Psp masing-masing adalah tekanan reservoir statik di kemudian hari dan
saat ini, maka perbandingan antara qmax,f dan qmax,p untuk faktor skin = 0 dapat
dinyatakan sebagai :
q max, f m( Psf )
= (55)
q max, p m( Psp )
Dari hasil simulasi reservoir, diperoleh hubungan (kro/oBo) terhadap tekanan dan fungsi
tekanan semua dihitung berdasarkan integrasi secara numerik.
Untuk bermacam-macam jenis minyak dan parameter batuan reservoir ternyata
kedudukan kurva dari hubungan m(Psf)/m(Psp) terhadap Prf/Pri adalah saling berdekatan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9, masing-masing untuk API > 40 dan API < 40.
Analisa regresi terhadap kurva tersebut menghasilkan persamaan-persamaan sebagai
berikut :
API > 40
m( Psf )
= 0.033210e 3.429922 ( Psf / Psp ) (56)
m( Psp )
API < 40
m( Psf )
= 0.015215e 4.152343( Psf / Psp ) (57)
m( Psp )
Dengan menggunakan persamaan (56) atau (57) tersebut serta persamaan (42), maka laju
produksi maksimum di kemudian hari untuk faktor skin = 0 dapat ditentukan. Kurva IPR
dapat dibuat berdasarkan qmax,f ini dengan menggunakan persamaan (42).
6.2.2. Penurunan Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa (Berdasarkan Parameter Batuan dan
Fluida Reservoir)
1. Parameter batuan reservoir :
ko = 14.5 mD
h = 20 ft
re = 900 ft
2. Parameter fluida reservoir :
Bo = 1.1200 bbl/STB
o = 0.40 cp
3. Parameter sumur :
rw = 0.33 ft
S = +2
6.2.3. Kurva IPR Untuk Aliran Dua Fasa (Gas-Minyak) dan Ps < Pb
1. Dari data uji tekanan dan produksi, diperoleh. :
Ps = 1,500 psi
Pwf = 1,200 psi
qo = 150 STB/hari
2. Pwf/Ps = 1,200/1,500 = 0.80
150
3. q max =
1.0 0.20(0.80) 0.80(0.80) 2
4. Pwf = 1,400 psi
Pwf/Ps = 1,400/1,500 = 0.9333
5. qo = 457.32 {1.0 0.20 (0.9333) 0.80 (0.9333)2}
= 53.25 STB/hari
6. Untuk berbagai harga Pwf diperoleh harga-harga qo sebagai berikut :
Pwf Pwf/Ps qo
1,500.0 1.0000 0.00
1,400.0 0.9333 53.25
1,200.0 0.8000 150.00
1,000.0 0.6667 233.74
800.0 0.5333 304.47
600.0 0.4000 362.20
400.0 0.2667 406.91
200.0 0.1333 438.62
0.0 0.0000 457.62
6.2.6. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa (Gas dan Minyak) Dengan Ps < Pb dan S 0
Pwf qo
1,590 0.0
1,400 236.71
1,200 436.38
1,000 595.39
800 720.93
600 817.05
400 886.49
200 930.94
0 951.19
b. Untuk S negatif
1. Dari uji tekanan diperoleh :
Ps = 3,548 psi
S = 3.60 (FE = 1.6558)
2. Dari uji produksi diperoleh :
Pw:f = 3,118 psi
qo = 107 STB/hari
3. Hitung konstanta persamaan Kurva IPR sebagai berikut :
a1 = 0.182922 e (0.364438) (3.60) + 0.814541 e 0.055872(3.60) = 1.67530
a2 = 1.476950 e 0.456632 (3.60) + 1.646246 e ( 0.442306) (3.60) = 0.44789
a3 = 2.149274 e 0.195976 (3.60) + 2.289242 e ( 0.220333) (3.60) = 0.70823
a4 = 0.0217831 e 0.088286(3.60) 0.260385 e 0.21080(3.60) = 2.38195
a5 = 0.5524470 e 0.032449(3.60) 0.583242 e 0.306962 (3.60) = 2.38195
Pwf 3,118
= = 0.8788
Ps 3,548
5. Hitung harga A :
Pwf qo
3,548 0.0
3,000 65.95
2,900 149.68
2,500 213.41
2,100 262.54
1,500 315.86
1,100 340.61
700 357.93
300 368.18
0 372.44
2. Hitung (P 2s P 2wf ) :
qo P 2s P 2wf
66 266,461
134 504,861
137 547,896
229 960,784
93 421,341
321 1,292,064
341 1,401,981
9. Harga laju aliran minyak untuk berbagai Pwf adalah sebagai berikut :
Pwf qo
1,345 0.00
1,200 91.12
1,000 199.76
800 288.65
600 357.78
400 407.17
200 436.80
0 446.67
10. Plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di langkah 9 menghasilkan kurva IPR
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 18.
6.2.8. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Pivot - Point
Contoh soal dikutip dari :
World Oil, May 1982, halaman 155, "Pivot-Point Method Quickly Predicts Well
Performance", Uhri. , D. C. , dan Blount, E. M.
a. Data Uji Sumur :
Uji #1 Uji #2
qo , bpd 50 50
Pwf , psi 1,765 1,578
Ps , psi 2,090 1,960
Untuk Uji #2 :
50
q max,2 = = 156.84 bpd
1,578 1,765 2
1 0.2 0.8( )
1,960 1,960
dq o 0 .2 1.6(457.10274)
( )* = 191.89 +
dPwf 2,090 (2090) 2
5. Psf = 1,260 psi.
dq o
6. Hitung ( )f ,yaitu :
dPwf
Pwf = 0
dq o 0.013766
( )f =
dPwf (457.10274)
1+ 8
1,260
Pwf = 0
= 0.007237
7. Hitung qmax,f , yaitu :
1,260(0.007237)
q max, f = = 45.59 bpd
0.2
6.2.9. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari Dengan Menggunakan Persamaan Ps-
envelope
Catatan:
Soal sama seperti pada contoh 6.2.8
1. Data uji sumur seperti tercantum pada contoh perhitungan 6.2.8.
2. Hitung laju produksi maksimum untuk masing-masing uji sumur. Berdasarkan hasil
perhitungan pada contoh soal 6.2.8 diperoleh :
qmax,1 = 191.89 bpd
qmax,2 = 156.04 bpd
3. Hitung konstanta A,
2,090 1,960
A= = 0.070052
(2,090) 2 (1,960) 2
191.89 156.04
4. Hitung konstanta n,
0.070052(2,090) 2
n = 2,090 1
191.89
= 3,684.6317
5. Psf = 1,260 psi.
6. Hitung qmax,f
0.070052(1,260) 2
q max, f = = 45.87 STB/hari
1,260 3,684.6317
7. Hasil perhitungan Kurva IPR pada Psf = 1260 psi sama seperti hasil perhitungan
pada contoh soal 6.2.8.
6.2.10. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Dikemudian Hari dengan Menggunakan Fungsi
Tekanan Semu
a. Soal sama seperti contoh soal 6.2.7 di mana diperoleh
Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q = 321 STB/hari
b. Tentukan kurva IPR pada Psf = 1,000 psi.
c. Langkah perhitungan
1. Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q = 321 STB/hari
API < 40 dan S = 0 (dianggap)
2. Hitung qmax,,p pada saat Ps = 1,345 psi
a1 = 0.182922 e0 + 0.81451 e0 = 0.997463
a2 = 1.476950 + 1.64626 = 0.169296
a3 = 2.144274 + 2.289242 = 0.139968
a4 = 0.0217831 0.260385 = 0.282168
a5 = 0.5524470 0.583242 = 1.135689
Pwf = 719 psi
Pwf 719
= = 0.534572
Ps 1,345
7. Berdasarkan qmax,f serta konstanta-konstanta a1, a2, a3, a4 dan a5 kurva IPR pada
tekanan statik = 1,000 psi dihitung sebagai berikut :
Pwf Pwf A qo
Ps
1,000 1.00 0.00 0.00
800 0.80 0.3653 65.71
600 0.60 0.6726 120.97
400 0.40 0.8914 160.33
300 0.30 0.9610 172.85
0 0.00 1.0 179.40
8. Kurva IPR diperoleh dari plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di langkah
7. Hasil plot ditunjukkan oleh Gambar 20.
6.2.11. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Uji
Isochronal
a. Soal sama seperti pada contoh soal 6.2.7 dimana diperoleh :
q = 2.46914 10-4 (P 2s P 2wf )
Pwf qo
1,000 0
800 66.09
600 117.49
400 154.21
200 176.24
0 183.58
5. Kurva IPR diperoleh dengan membuat plot Pwf terhadap qo, seperti tercantum
pada Gambar 21.
Setiap sumur minyak atau sumur gas mempunyai daerah dan luas pengurasan tertentu. Daerah
pengurasan yaitu reservoir atau bagian reservoir yang memberikan kontribusi aliran fluida ke lubang
sumur produksi. Dalam hal sumur horizontal, daerah pengurasan dipengaruhi oleh distribusi
permeabilitas arah lateral. Arah sumbu sumur horizontal sebaiknya tegak lurus terhadap arah
permeabilitas lateral terbesar agar produktivitasnya maksimal.
Pada umumnya daerah pengurasan sumur horizontal berbentuk elips. Bila sumbu terpanjang suatu
1 1
elips adalah a dan sumbu pendeknya adalah b maka luas elips adalah ( ) a b . Kemudian
2 2
bilamana jari-jari pengurasan (drainage radius) suatu sumur vertikal adalah rev di suatu reservoir dan
kita ingin membor sumur horizontal dengan panjang L di reservoir ini, maka luas pengurasan sumur
horizontal ini (Ah) dapat diperkirakan :
1
rev (L + 2rev )
1 2 acre
Ah = rev (L + 2rev ) sqft atau Ah =
2 43,560
Ada 2 (dua) anggapan kondisi aliran yang berbeda di dalam reservoir, yaitu aliran mantap (atau steady
state flow) dan aliran semi-mantap (atau pseudo-steady state flow). Kondisi aliran mantap, yaitu suatu
kondisi aliran dimana tekanan reservoir dan drawdown tetap terhadap waktu. Sedangkan kondisi
aliran semi-mantap, yaitu kondisi dimana tekanan reservoir berubah dengan waktu tetapi drawdown
dapat dipertahankan konstan.
Persamaan untuk menentukan laju alir produksi suatu sumur horizontal pada kondisi steady-state
flow di antaranya adalah :
q=
(
0.00708k h hL Pr Pwf )
Ye 1
o Bo Xe Ye h / L + h ln h / L + S m
2rw 2
dimana :
q = laju produksi, STB/hari
kh = permeabilitas horizontal efektif, mD
h = tebal bersih zona minyak, ft
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pr = tekanan rata-rata reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
= Ah /
Sm = skin faktor mekanik, tidak berdimensi
Xe = lebar daerah pengurasan, ft
Ye = panjang daerah pengurasan sejajar sumbu sumur horizontal, ft
= faktor anisotropi vertikal, tidak berdimensi
kh
=
kv
= viskositas minyak, cp
kv = permeabilitas vertikal, mD
a. Persamaan Babu-Odeh :
q=
0.00708Ye (k h k v )
0.5
(P P )
r wf
X eh
o Bo ln + ln C H 0.75 + S R + Ye S m
rw L
kx
X kz 1 x x 2 180 0 Z 0 X kz
ln C H = 6.28 e 0 + 0 ln sin 0.5 ln e
1.088
h kx 3 x e x e h h kx
dimana xo dan zo adalah koordinat pusat sumur pada bidang vertikal (di sini kz = kv). SR adalah skin
factor yang ekivalen dengan partial penetration lateral, karena L < Ye. Hanya SR = 0 bila L = Ye.
Perhitungan SR terbagi atas 2 (dua) kasus, salah satu yang memenuhi, yaitu :
Xe Ye h
kasus - 1 : 0.75 >> 0.75
kx ky kz
Ye Xe h
kasus - 2 : > 1.33 >>
ky kx kz
dimana :
Ye h kx 180 o z
Pxyz = 1 ln + 0.25 ln ln sin 1.84
L rw kz h
2Ye
2
kz L 4y + L 4 y L
P ' xy = F + 0.5 F mid F mid
hL ky 2Ye 2Ye 2Ye
dan ymid = 0.5 (y1 + y2), sedangkan F menyatakan fungsi seperti di bawah ini :
2
L L L L
F = 0.145 + ln 0.137
2Ye 2Ye 2Ye 2Ye
4y + L 4y L
kemudian bilamana argumen mid dan/atau argumen mid lebih kecil atau sama
2Ye 2Ye
dengan 1, maka persamaan persis di atas ini dapat digunakan dengan mengganti argumennya saja.
Tetapi bila argumen tersebut > 1, maka persamaan di bawah ini berlaku :
[
F ( x) = (2 x ) 0.145 + ln (2 x ) 0.137(2 x )
2
]
4y + L 4 y mid L
dimana x = mid , atau , dengan x > 1.
2Ye 2Ye
dimana Pxyz dihitung seperti di atas dengan Py serta Pxy berturut-turut dihitung seperti di bawah ini :
Y 6.28 X e kz 1 xo xo2
Pxy = e 1
3 x + x 2
L h kx e e
q=
0.00708 k h h L Pr Pwf ( )
(
o Bo 0.523 X e Ye h / L + h ln ) Ye 3
h / L + S m
2rw 4
Untuk reservoir minyak, dimensionless IPR dari sumur horizontal tidak banyak berbeda dari sumur
vertikal. Karena itu persamaan Vogel yang untuk sumur vertikal dapat digunakan juga untuk sumur
horizontal. Namun demikian, khusus untuk sumur horizontal persamaan Bendakhlia Azis adalah
sebagai berikut :
n
qo Pwf P
2
= 1 V (1 V ) wf
q o max P P
r r
dimana parameter n dan V merupakan fungsi dari recovery factor dan dapat diperoleh melalui Gambar
1.
Gambar 2. Korelasi untuk parameter V dan n, sebagai fungsi dari Recovery Factor
Peramalan produksi sumur horizontal dapat dilakukan dengan menggunakan metode Decline Curve
Analysis seperti yang umum digunakan untuk sumur vertikal. Jenis decline-nya tergantung kepada
mekanisme pendorong dalam reservoir yang bersangkutan.
Khusus untuk sumur horizontal pada reservoir dengan tenaga pendorong yang bekerja gas terlarut
(solution gas drive), metode Plahn et. al. di bawah ini dapat juga digunakan. Kelemahannya adalah
bahwa daerah pengurasannya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi Xe.
0.00633 k k roi rw L Pri t
t D* =
oi h X e2
X e2 h ( S oi S or )
Nm =
5.615 Boi
N p = ND Nm
dimana :
t D* = waktu produksi tak berdimensi
k = permeabilitas absolut, mD
kroi = permeabilitas relatif minyak mula-mula, tak berdimensi
rw = jari-jari lubang sumur, ft
L = panjang efektif sumur horizontal, ft
Pr i = tekanan reservoir mula-mula sebelum sumur diproduksi, psi
N p
Kemudian bila kita definisikan t = ti+1 ti dan Np = Npi+1 Npi, maka q oil = , maka kita dapat
t
membuat peramalan laju produksi minyak qoil terhadap waktu, t.
t t t *D ND Np Np N p
q oil =
(hari) (hari) (STB) (STB) t
(STB/hari)
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - - -
Sumur horizontal dapat meningkatkan perolehan minyak dari reservoir bertenaga dorong air-bawah
(bottom-water drive) karena kapasitas produksinya lebih besar dan dapat memperlambat
terproduksinya air dibanding sumur vertikal dengan drawdown yang sama. Posisi sumur horizontal
sebaiknya ditempatkan jauh di atas bidang WOC.
k h 2 1 h
q c = 4.888 10 4 h 1 L
o Bo Ye 6 Ye
dimana :
qc = laju produksi kritis, STB/hari
kh = permeabilitas efektif arah lateral, mD
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
h = tebal zona minyak, ft
Ye = panjang daerah pengurasan, ft
L = panjang efektif sumur horizontal, ft
= w o = perbedaan densitas, gr/cc
o = viskositas minyak, cp
dimana :
qc = laju produksi kritis, STB/hari
kh = permeabilitas efektif terhadap minyak, mD
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 10 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal
kh
= faktor anisotropik =
kv
kv = permeabilitas vertikal, mD
k'
d' = d
kv
c X
H D = 0.033(1.18 0.00246 d ')(2.286 w / o + 0.77 )100 67 (log k '+8.14 ) log e
d 2
q
q1 = 4.943 10 5 k ' d ' w / o D
o
L
q c = q1
Bo
dimana :
c = jarak dari sumbu sumur ke WOC, ft
d = tebal zona minyak, ft
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
Harga qD diperoleh melalui Gambar 2. Setelah menghitung HD untuk harga c/d yang
bersangkutan.
breakthrough disebut water breakthrough time. Ada beberapa metode untuk memperkirakan
breakthrough time ini.
1) Metode Papatzacos et al.
325.86 o q o Bo
qD =
L h ( w o ) k h k v
1
t DBT =
6 qD
h o t DBT
t BT = 364.72 (hari)
k v ( w o )
Semua parameter mempunyai satuan lapangan kecuali w dan o dalam gr/cc. Metode ini
menganggap bahwa breakthrough time tidak dipengaruhi oleh lebar atau luas daerah
pengurasan.
Estimasi waktu tembus gas (gas breakthrough) dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Papatzacos et al. di atas dengan mengganti (w o) dengan (o g) dimana g adalah densitas gas
dalam satuan gram/cc.
Dalam hal reservoir minyak dengan gas cap, penempatan sumur horizontal pada zona minyak
sebaiknya pada posisi dengan jarak sejauh 2/3 tebal zona minyak diukur dari Gas-Oil Contact,
atau sejauh 1/3 tebal zona minyak diukur dari Water-Oil Contact. Ini memperhitungkan bahwa
mobilitas air lebih kecil dibanding mobilitas gas.
h' Y h' 1
X e Ye + h' ln e o Bo q o
L 2 rw L 2
PD =
0.00708 k h h L
Semua parameter mempunyai arti dan satuan yang sama dengan sebelumnya.
3) Metode Rochan :
325.86 o q o Bo
qD =
L h( w o ) k h k v
Xe kv
XD =
h kh
o k rw
M =
w k ro
0.88 1.094 0.253 4.675 0.929 0.5397
1 1 1 hap hbp h
t BT = 5.13 10 5
1 1 (hari)
qD XD M h h L kh
dimana hap = jarak dari sumbu sumur horizontal ke batas atas reservoir dan hbp = jarak dari
sumbu sumur ke bidang WOC, dalam satuan feet.
Peramalan kinerja produksi sumur horizontal pada reservoir bottom water drive secara cepat dapat
dilakukan dengan cara empirik, walaupun belum banyak metode yang tersedia. Berikut di bawah
ini adalah metode-metode yang dapat dipilih dan digunakan.
dimana :
qt = laju produksi harian, STB/hari
qi = laju produksi awal, STB/hari
t = waktu produksi, hari
b = eksponen decline, tidak berdimensi
Di = koefisien decline awal, 1/hari
Harga eksponen decline, b 0.5 untuk reservoir bottom water drive. Untuk laju produksi yang
jauh lebih besar dari laju produksi kritisnya, harga b < 0.5 sebaiknya digunakan. Bilamana
belum ada data produksi, harga koefisien Di dapat didekati dengan :
2 (0.000264 ) k o
Di =
( )
o C t reh2 rwe2 [ln(re / rw ) 0.5]
dimana reh = A / dan A = luas daerah pengurasan dalam satuan sqft. Sedangkan r 2w adalah
3. Hitung tebal zona minyak rata-rata yang telah didesak oleh air (bottom water) :
5.615 q o Bo t BT
hWBT =
X e Ye (1 S or )
4. Setelah breakthrough tentukan sembarang harga (asumsi trial & error) water cut (kadar air,
WC) dan hitung faktor volume formasi campuran mniyak dan air Bt :
Bt = Bw WC + Bo (1 WC )
5. Pada suatu harga waktu produksi t dan laju produksi total cairan qt, hitung tebal rata-rata
zona minyak yang sudah terdesak oleh air :
5.615 qt Bt (t t BT )
hw = hwBT +
X e Ye (1 S or )
6. Hitung Qw/Qo :
0. 5
Qw k rw ' o hw X e Ye k
= ln v
Qo k ro ' w (d woc hw ) 3 d woc L k h
dimana kr adalah end-point permeability.
q w = qt WC
9. Hitung produksi kumulatif minyak :
N p = N pBT + t q o
qg =
(
0.000703 k h h L Pe2 Pwf2 )
Y h
+ S '
h
g Z T X e Ye + h ln e
L 2 rw L
dimana :
qg = laju alir gas pada kondisi standar, MSCF/hari
g = viskositas gas rata-rata pada kondisi reservoir, cp
Z = faktor kompresibilitas gas rata-rata, tidak berdimensi
kh
= faktor anisotropi , tidak berdimensi
kv
T = temperatur reservoir, oR
S = Sm + Sq
Sm = skin karena kerusakan formasi (damage), tidak berdimensi
Sq = skin karena non-darcy effect
= Dqg
qg = laju produksi gas, MSCF/hari
D = no-darcy flow coefficient, hari/MSCF
2.225 10 15 ' g Ye kh kv
=
L2 rw gw
dan parameter yang lain mempunyai arti dan satuan yang sama dengan sebelumnya.
C. Kondisi aliran semi mantap (Pseudosteady - state flow) pada tekanan reservoir Pr 2,000
psia :
qg =
(
0.000703 k h h L Pr2 Pwf2 )
h Y h 3
g Z T 0.523 X e Ye + h ln e + S '
L 2 rw
L 4
D. Kondisi aliran semi mantap (Pseudosteady - state flow) pada semua tekanan reservoir :
qg =
(( )
0.000703 k h h L m Pr m(Pwf ))
h Y h 3
T 0.523 X e Ye + h ln e + S '
L 2 rw L 4
1. TUJUAN
Memilih metode EOR secara teknis yang dapat digunakan untuk menaikkan tingkat pengurasan
reservoir. Pilihan didasarkan kepada karakteristik minyak, batuan reservoir dan air formasi.
2.2. PERSYARATAN
Metode ini baik digunakan pada reservoir yang mempunyai distribusi karakteristik batuan
(misalnya porositas, permeabilitas) yang relatif seragam. Jadi, pada umumnya reservoir yang
mempunyai sifat berikut ini:
- banyak rekahan (fractures)
- jumlah patahan kedap aliran yang banyak
- sifat-sifat yang tidak berkesinambungan secara lateral (diskontinuitas)
- tudung gas
bukanlan calon yang baik untuk EOR.
3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data :
a. Karakteristik minyak dan kemampuan alir
- Gravity minyak, oAPI
- Viskositas minyak (pada kondisi reservoir) (), cp
- Transmisibilitas (kh/,) mD-ft/cp
- Komposisi fluida reservoir
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 2 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
- Kedalaman (D), ft
- Tebal (net pay) (h), ft
- Temperatur (T), oF
- Saturasi minyak (So), fraksi
- Tekanan reservoir (P), psia
- Jenis batuan
b. Karakteristik air formasi
- kegaraman (TDS), ppm
2. Gunakan Tabel 2 untuk memilih metode EOR yang cocok berdasarkan data yang telah disiapkan.
Hasil pilihan dapat lebih dari satu jenis EOR.
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
D = kedalaman reservoir, ft
h = tebal lapisan, ft
k = permeabilitas, mD
P = tekanan, psi
So = saturasi minyak, fraksi
T = temperatur, F
TDS = kegaraman (total dissolved solid), ppm
Yunani :
= porositas, fraksi
= viskositas minyak, cp
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Tabel l dibuat berdasarkan hasil pengkajian kurang lebih 2,500 reservoir yang sedang dan yang
akan mengalami EOR. Cadangan minyak di tempat dari seluruh reservoir tersebut diperkirakan
325 milyar barrel.
Kriteria pemilihan metode EOR yang memadai untuk suatu reservoir minyak didasarkan pada
"Implemented Technology Case", yaitu teknologi yang sedang diterapkan pada saat ini atau
paling tidak telah terbukti dapat dilaksanakan pada uji coba di lapangan minyak. Teknologi ini
meliputi metode termal, injeksi kimia dan pendesakan tercampur.
Apabila Tabel l ini digunakan, kemungkinan akan diperoleh bermacam-macam metode EOR
yang dapat diterapkan kepada satu reservoir minyak. Untuk mendapatkan jawaban proses mana
yang paling memadai (yang memberikan perolehan maksimum secara ekonomis), tentu saja
harus dilakukan kajian lanjut berupa: kajian laboratorium, kajian menggunakan model matematik
(Simulator) dan uji coba lapangan (Pilot testing).
Faktor atau parameter yang paling berpengaruh didalam pemilihan metode EOR dapat dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Karakteristik minyak : Gravity, Viskositas dan Transmisibilitas.
2. Karakteristik reservoir : Kedalaman, Tebal Lapisan, Temperatur, Porositas, Permeabilitas,
Tekanan Reservoir, Saturasi Minyak dan Jenis Batuan.
3. Karakteristik air formasi : Kegaraman atau kadar padatan terlarut.
Penggunaan Tabel 1 akan memberikan pilihan yang baik apabila digunakan pada reservoir yang
memiliki distribusi karakteristik batuan yang seragam. Untuk reservoir yang mempunyai banyak
rekahan, banyak patahan, bersifat tidak menerus secara lateral, atau mempunyai tudung gas,
haruslah dikaji secara tersendiri pengaruh sifat-sifat tersebut di atas terhadap proses EOR itu
sendiri. Kajian tersebut dapat berupa pengamatan laboratorium atau menggunakan model
matematik (simulator).
Deskripsi
Nitrogen dan flue gas adalah metode perolehan minyak yang menggunakan kedua gas non-
hidrokarbon yang tidak mahal tersebut untuk memindahkan minyak ke dalam sistem yang
tercampur (miscible) maupun tidak tercampur (immiscible), tergantung pada tekanan dan
komposisi minyak. Karena harganya yang murah, volume yang besar dari gas-gas tersebut dapat
diinjeksikan. Nitrogen dan flue gas juga dipertimbangkan untuk digunakan sebagai gas-gas
penghalau (chase gases) dalam injeksi hidrokarbon-tercampur dan CO2.
Mekanisme
Injeksi nitrogen dan flue gas memperoleh minyak dengan :
a) menguapkan komponen yang lebih ringan dari minyak mentah dan menciptakan suatu
pencampuran bila tekanan cukup tinggi.
b) menyediakan suatu mekanisme daya dorong gas dimana bagian yang signifikan dari volume
reservoir terisi oleh gas-gas yang berbiaya rendah.
c) mempercepat pengurasan karena gravitasi (gravity drainage) pada dipping reservoir
(tercampur atau tidak tercampur).
Batasan
Kondisi pencampuran yang terbentuk hanya dapat dicapai dengan minyak ringan dan pada
tekanan yang sangat tinggi; oleh sebab itu, diperlukan reservoir yang dalam. Diinginkan
reservoir yang kemiringannya tidak terlalu curam untuk memungkinkan stabilisasi gravitasi dari
pemindahan tersebut, dengan rasio mobilitas yang kurang ideal. Untuk peningkatan gravity
drainage tercampur atau tidak tercampur, suatu dipping reservoir (reservoir miring) sangat
penting untuk kesuksesan proyek.
Permasalahan
Viscous fingering menyebabkan efisiensi penyapuan vertikal dan horizontal sangat kecil. Gas-
gas non-hidrokarbon harus dipisahkan dari gas-gas terproduksi yang komersial. Injeksi flue gas
menyebabkan masalah korosi di masa lalu. Saat ini, nitrogen telah diinjeksikan dalam proyek-
proyek besar yang sukses, yang dulunya menggunakan flue gas.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 7 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
Deskripsi
Injeksi hidrokarbon-tercampur terdiri dari penginjeksian hidrokarbon ringan ke dalam reservoir
untuk membentuk suatu daerah pencampuran. Ada tiga metode berbeda yang telah digunakan.
Yang pertama, metode kontak tercampur menggunakan sekitar 5% PV slug dari liquified
petroleum gas (LPG), seperti propan, dilanjutkan dengan gas alam atau gas dan air. Metode
kedua disebut daya dorong kondensat gas (enriched/condensing gasdrive), terdiri dari
penginjeksian 10 20% PV slug dari gas alam yang diperkaya dengan etana sampai heksana (C2
sampai C6), dilanjutkan dengan lean gas (kering, sebagian besar metana) dan, ada kemungkinan,
air. Komponen-komponen yang telah diperkaya ditransfer dari gas ke minyak. Metode ketiga
dan yang paling umum disebut daya dorong gas bertekanan tinggi (vaporizing gasdrive), terdiri
dari penginjeksian lean gas pada tekanan tinggi untuk menguapkan komponen C2 sampai C6 dari
minyak mentah yang dipindahkan. Kombinasi dari mekanisme kondensasi/penguapan ini juga
terjadi pada banyak kondisi reservoir meskipun kita biasanya berpikir bahwa satu proses lebih
dominan.
Mekanisme
Injeksi hidrokarbon-tercampur memperoleh minyak dengan :
a) membentuk pencampuran (pada daya dorong gas kondensasi dan penguapan).
b) meningkatkan volume minyak (swelling).
c) menurunkan viskositas minyak.
d) pemindahan gas tak tercampur, terutama meningkatkan gravity drainage dengan kondisi
reservoir yang tepat.
Batasan
Kedalaman minimum ditetapkan oleh tekanan yang diperlukan untuk menjaga pencampuran
yang terbentuk. Tekanan yang diperlukan berkisar dari sekitar 1,200 psi untuk proses LPG,
sampai 4,000 - 5,000 psi untuk daya dorong gas bertekanan tinggi, tergantung pada minyak-nya.
Formasi dengan kemiringan yang tidak terlalu curam sangat diinginkan untuk memungkinkan
beberapa stabilisasi gravitasi dari pemindahan, yang biasanya memiliki rasio mobilitas kurang
ideal.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 8 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
Permasalahan
Viscous fingering menyebabkan efisiensi penyapuan vertikal dan horisontal sangat kecil.
Dibutuhkan hidrokarbon yang cukup berharga dalam jumlah besar. Larutan dapat terjebak dan
tidak terambil pada metode LPG.
Deskripsi
Injeksi CO2 dilakukan dengan menginjeksikan CO2 dalam jumlah besar (30% atau lebih dari PV
hidrokarbon) ke dalam reservoir. Walaupun CO2 bukan kontak tercampur yang pertama dengan
minyak mentah, CO2 mengekstrak komponen ringan sampai menengah dari minyak, dan jika
tekanan cukup tinggi, membentuk pencampuran untuk memindahkan minyak mentah dari
reservoir (MMP). Pemindahan tak tercampur kurang efektif, tetapi dapat memperoleh minyak
lebih banyak daripada injeksi air. Pada kedalaman <1,800 ft, semua reservoir tidak memenuhi
kriteria pemilihan teknis baik untuk metode injeksi tercampur maupun tak tercampur dengan
CO2 superkritik.
Mekanisme
CO2 memperoleh minyak dengan :
a) Mengembangkan (swelling) minyak mentah (CO2 sangat mudah terlarut dalam minyak
bergravitasi tinggi).
b) menurunkan viskositas minyak (jauh lebih efektif dibanding N2 atau CH4).
c) menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan fasa CO2/minyak pada daerah hampir-
tercampur.
d) membentuk pencampuran bila tekanan cukup tinggi.
Batasan
Diperlukan sumber CO2 yang baik.
Permasalahan
Korosi dapat menyebabkan masalah, terutama bila terjadi breakthrough awal CO2 pada sumur
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 9 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
produksi.
Catatan : Seluruh reservoir minyak dengan gravity lebih besar dari 22 oAPI dapat memenuhi
kualifikasi untuk pemindahan tak tercampur pada tekanan kurang dari MMP. Pada umumnya,
perolehan minyak yang berkurang akan menjadi proporsional dengan perbedaan antara MMP
dan tekanan injeksi yang dicapai. (Keputusan kriteria ini telah dipilih untuk menyediakan batas
aman dari tepat 500 ft di atas kedalaman rekahan reservoir yang tipikal untuk tekanan
pencampuran yang dibutuhkan (MMP), dan sekitar 300 psia di atas tekanan kritik CO2 untuk
injeksi tak tercampur pada kedalaman yang dangkal. Temperatur reservoir diikutsertakan dan
diasumsikan dari kedalaman).
Deskripsi
Injeksi micellar/polymer klasik terdiri dari penginjeksian suatu slug yang mengandung air,
surfaktan, polymer, elektrolit (garam), kadang suatu kosolven (alkohol), dan kemungkinan suatu
hidrokarbon (minyak). Ukuran slug biasanya 5 15% PV untuk sistem surfaktan konsentrasi
tinggi dan 15 - 50% PV untuk konsentrasi rendah. Slug surfaktan diikuti oleh air yang sudah
dicampur dengan polymer. Konsentrasi polymer biasanya berkisar dari 500 sampai 2,000 mg/L,
dan volume dari larutan polymer yang diinjeksikan bisa mencapai 50% PV atau lebih.
Injeksi ASP mirip dengan injeksi polymer, kecuali sebagian besar surfaktan digantikan dengan
alkali berbiaya rendah sehingga ukuran slug menjadi lebih besar dengan biaya keseluruhan lebih
rendah dan polymer biasanya tergabung dalam slug yang lebih besar dan cair. Untuk injeksi
alkali, sebagian besar air yang diinjeksikan telah ditreat dengan suatu alkali agent dengan
konsentrasi rendah dan surfaktan terbentuk di tempat dengan adanya interaksi dengan minyak
dan batuan. Pada masa ini (Mei 1997) tidak ada kegiatan injeksi alkali yang aktif.
Mekanisme
Seluruh metode injeksi surfaktan dan alkali memperoleh minyak dengan :
a) menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 10 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
Batasan
Diinginkan suatu daerah penyapuan yang lebih dari 50% pada injeksi air. Lebih disukai formasi
yang relatif homogen. Anhidrit, gipsum atau lempung dalam jumlah besar tidak diinginkan.
Sistem yang tersedia menyediakan kelakuan yang optimum dari kondisi yang terbatas. Dengan
surfaktan komersial yang tersedia, klorida air formasi adalah < 20,000 ppm dan ion divalen (Ca++
dan Mg++) < 500 ppm.
Permasalahan
Sistem yang rumit dan mahal. Kemungkinan terjadi pemisahan kromatografik bahan-bahan
kimia dalam reservoir. Penyerapan surfaktan yang tinggi. Interaksi antara surfaktan dan polymer.
Degradasi bahan-bahan kimia pada temperatur yang tinggi.
Deskripsi
Tujuan dari injeksi polymer adalah untuk menyediakan efisiensi penyapuan pemindahan dan
volumetrik yang lebih baik selama injeksi air. Pada injeksi polymer, polymer tertentu dengan
berat molekul yang tinggi (umumnya polyacrylamide atau xanthan) dilarutkan dalam air yang
diinjeksikan untuk menurunkan mobilitas air. Digunakan konsentrasi polymer dari 250 sampai
2,000 mg/L; perlakuan ukuran yang layak membutuhkan 25 sampai 60% PV reservoir.
Mekanisme
Polymer memperbaiki perolehan dengan :
a) meningkatkan viskositas air.
b) menurunkan mobilitas air.
c) kontak dengan volume yang lebih besar di reservoir.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 11 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
Batasan/Permasalahan
Lihat Tabel 2.
Deskripsi
Pembakaran di tempat atau injeksi api (fireflooding) melibatkan pembakaran dalam reservoir dan
penginjeksian udara untuk memungkinkan terbakarnya sebagian minyak mentah. Teknik yang
paling umum adalah pembakaran di depan (forward combustion) dimana reservoir dibakar
pada sumur injeksi dan udara diinjeksikan untuk meneruskan pembakaran ke arah depan sumur.
Salah satu variasi teknik ini adalah kombinasi dari forward combustion dan injeksi air
(COFCAW). Teknik kedua adalah pembakaran terbalik (reverse combustion) dimana api
dinyalakan di sumur yang pada akhirnya akan menjadi sumur produksi, dan udara yang
diinjeksikan diubah arahnya ke sumur yang berdekatan; bagaimanapun, tidak ada daerah
percobaan yang telah menyelesaikan reverse combustion ini.
Mekanisme
Pembakaran di tempat memperoleh minyak mentah dengan :
a) aplikasi panas yang ditransfer menurun secara konduksi dan konveksi sehingga menurunkan
viskositas minyak,
b) hasil dari destilasi uap dan pemecahan thermal yang dibawa ke depan untuk bercampur dan
meningkatkan minyak mentah,
c) membakar coke yang dihasilkan dari minyak berat,
d) tekanan disuplai ke reservoir dengan injeksi udara.
Batasan
Jika coke yang cukup tidak terendapkan dari minyak untuk dibakar, proses pembakaran tidak
akan bertahan; hal ini mencegah aplikasi untuk minyak parafinik bergravitasi tinggi. Jika coke
yang terendapkan terlalu banyak, peningkatan laju dari zona pembakaran akan menjadi lambat
dan jumlah udara yang diperlukan untuk mempertahankan pembakaran akan menjadi besar.
Saturasi dan porositas minyak harus tinggi untuk meminimalkan kehilangan panas ke batuan.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 12 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
Proses yang terjadi cenderung menyapu bagian atas dari reservoir sehingga efisiensi penyapuan
untuk formasi yang tebal sangat kecil.
Permasalahan
Rasio mobilitas yang berlawanan. Breakthrough awal dari front pembakaran (dan campuran gas
yang mengandung O2). Proses rumit yang memerlukan investasi besar dan sulit untuk dikontrol.
Flue gas yang terproduksi dapat menimbulkan masalah lingkungan. Masalah operasional, seperti
korosi berat yang terjadi karena air panas dengan pH rendah, emulsi minyak/air yang serius,
produksi pasir yang meningkat, endapan karbon atau lilin, dan kegagalan pipa pada sumur
produksi sebagai akibat dari temperatur yang sangat tinggi.
Deskripsi
Proses daya dorong uap atau injeksi uap melibatkan injeksi kontinu sekitar 80% kualitas uap
untuk memindahkan minyak mentah menuju sumur produksi. Praktek yang biasa adalah untuk
mendahulukan dan mengiringi daya dorong uap tersebut dengan stimulasi uap siklik dari sumur
produksi (disebut huff n puff).
Mekanisme
Uap memperoleh minyak mentah dengan :
a) memanaskan minyak mentah dan mengurangi viskositasnya,
b) menyediakan tekanan untuk mendorong minyak ke sumur produksi,
c) destilasi uap, terutama pada minyak mentah yang ringan.
Batasan
Saturasi minyak harus cukup tinggi dan tebal zone minyak harus lebih dari 20 ft untuk
meminimasi kehilangan panas ke formasi yang berdekatan. Minyak mentah yang lebih ringan
dan kurang kental dapat diinjeksi dengan uap, tapi biasanya tidak bila reservoir bereaksi pada
injeksi air yang umum. Injeksi uap terutama dapat diaplikasikan pada minyak kental dalam
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 13 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
batuan pasir yang luas dan memiliki permeabilitas tinggi atau pasir yang tidak terkonsolidasi.
Karena terjadi kehilangan panas yang berlebihan di lubang sumur, reservoir yang diinjeksi uap
harus sedangkal mungkin dan tekanan untuk laju injeksi secukupnya dapat dipertahankan.
Injeksi uap pada umumnya tidak dilakukan pada reservoir karbonat. Karena sekitar 1/3 minyak
tambahan yang diperoleh dikonsumsi untuk membentuk uap yang diperlukan, maka harga per
barrel minyak tambahan ini sangat tinggi. Diinginkan suatu harga persentase yang rendah dari
lempung yang sensitif terhadap air untuk proses injeksi yang baik.
Deskripsi
Injeksi mikroba ke reservoir diharapakan dapat memproduksi asam dan surfaktan dari hasil
fermentasi bakteri tersebut. Mikroba yang akan diinjeksikan ke reservoir telah diseleksi dan diuji
laboratorium untuk memberikan hasil yang baik.
Mekanisme
Mikroba yang diinjeksikan diharapkan :
a) Memproduksi asam ; asam ini diharapkan dapat melarutkan matriks batuan sehingga dapat
menaikkan porositas dan permeabilitas batuan.
b) Memproduksi gas ; produksi gas yang diharapkan adalah CO2 dari hasil fermentasi dan
pengaruhnya dapat terjadi pada reservoir dengan skala yang luas.
c) Memproduksi pelarut; produksi pelarut (ethanol, butanol, acetone, dan isopropanol) oleh
mikroba bermanfaat selama proses MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery) sebab
senyawa tersebut bercampur (miscible) dengan minyak menurunkan viskositasnya dan
memperbaiki mobilitas.
d) Memproduksi surfaktan.
e) Penyumbatan selektif (selective plugging) ; penelitian laboratorium pada sistem reservoir
batuan pasir memperlihatkan bahwa microbial selective plugging secara teknis layak dan
dapat membelokkan aliran dari permeabilitas yang tinggi ke rendah. Selective plugging juga
dapat digunakan untuk memperbaiki waterflooding dengan membelokkan aliran dari
permeabilitas yang tinggi ke daerah yang memiliki permeabilitas rendah.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 14 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
f) Memproduksi polimer ; polimer digunakan untuk mengurangi mobilitas fasa air dan dapat
mengontrol dengan cara menaikkan viskositas fasa air.
Batasan
Ada beberapa batasan dimana metode MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery) tidak efektif,
bahkan pada keadaan yang paling baik. Terdapat juga beberapa kemungkinan kegagalan pada
setiap penerapan enhanced oil recovery. Frekuensi keberhasilan mungkin lebih sedikit daripada
prosedur industri yang rutin karena teknik EOR yang digunakan pada sumur-sumur yang
berbeda hampir selalu dijalankan pada keadaaan yang berbeda pula. Beberapa masalah yang
mungkin terjadi adalah seperti di bawah ini :
a) Penyumbatan formasi.
b) Kondisi geologi yang tidak tepat umumnya (banyak patahan).
c) Sifat minyak mentah yang tidak tepat.
d) Kontaminasi mikroorganisme lain yan merugikan.
e) Tidak cukup nutrisi.
f) Kegagalan sistem biologi.
Ciri yang menonjol dari reservoir ini adalah relatif dangkal, minyak berat dan kental. Dari
Tabel 2 terlihat bahwa metode yang paling sesuai adalah Metode Termal - Injeksi Uap.
2. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 22 oAPI
Viskositas minyak = 2,500 cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 2,950 ft
Tebal lapisan = 100 ft
Temperatur = 160 oF
Porositas = 0.20
Permeabilitas = 100 mD
Tekanan Reservoir = 1,800 psi
So = 61 % PV
Jenis batuan = batu pasir
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 110,000 ppm
Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Metode Termal Pembakaran di tempat (In Situ Combustion).
3. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 24 oAPI
Viskositas minyak = 10 cp
kh/ = 300 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 2,500 ft
Tebal lapisan = 50 ft
Temperatur = 150 oF
Permeabilitas = 60 mD
Tekanan Reservoir = 2,000 psi
So = 37 % PV
Jenis batuan = batu pasir
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 75,000 ppm
Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Metode Injeksi Surfactant - Alkali.
4. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 22 oAPI
Viskositas minyak = 5 cp
kh/ = 450 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 2,100 ft
Tebal lapisan = 75 ft
Temperatur = 135 oF
Permeabilitas = 30 mD
Tekanan Reservoir = 1,950 psi
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 17 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR
So = 52 % PV
Jenis batuan = karbonat
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 65,000 ppm
Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Injeksi Polimer dan Surfactant - Alkali.
5. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 35 oAPI
Viskositas minyak = 2 cp
kh/ = 2,000 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 6,000 ft
Tebal lapisan = 100 ft
Temperatur = 210 oF
Porositas = 0.15
Permeabilitas = 40 mD
Tekanan Reservoir = 2,600 psi
So = 21 % PV
Jenis batuan = karbonat
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 110,000 ppm
Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Metode Pendesakan Dapat Campur Injeksi CO2.
TABEL 1
KARAKTERISTIK INJEKSI CO2
1. TUJUAN
2.2. PERSYARATAN
Ketiga metode ini berlaku untuk sistem linear yang horizontal. Reservoir yang diproduksikan
melalui beberapa titik serap sebagai hasil proses injeksi air perlu diubah geometrinya menjadi satu
atau lebih sistem linear.
3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE BUCKLEY - LEVERETT - WELGE
1. Bagilah reservoir atas beberapa sistem linear (lihat Gambar 1 sebagai contoh).
2. Siapkan data pendukung :
- Luas sistem linear ( A )
- Tebal lapisan ( h )
- Porositas ( )
- Permeabilitas formasi ( k )
- Saturasi air konat ( S wc )
1
fw = (1)
k
1 + w . ro
o k rw
Siapkan tabel berisikan permeabilitas relatif ( k ro , k rw ) dan fractional flow ( f w ) sebagai fungsi
dari air ( S w ).
4. Plot f w terhadap S w .
5. Tarik garis lurus dari S wc menyinggung kurva f w vs S w . Dari garis singgung ini diperoleh :
b. Titik potong antara garis. tersebut dengan garis f w = 1 menghasilkan saturasi air rata-rata
Catatan :
Untuk S w dalam sistem yang lebih besar dari S wc , penarikan garis singgung diperlihatkan
pada Gambar 2.
6. Perolehan minyak pada saat breakthrough dapat dihitung dengan persamaan :
S S wi
N p = 7,758 A h wbt
STB (2)
Bo
7. Kinerja proses injeksi air setelah breakthrough, yang dinyatakan dalam N p , WOR dan qo
sebagai fungsi dari waktu, dapat dihitung mengikuti runtunan berikut ini :
a. Siapkan format tabel yang mencerminkan runtunan perhitungan.
Sw fw f w Qi Sw
S w
Catatan : S w merupakan saturasi pada titik serap/sumur produksi yang harganya dipilih
f w
c. di hitung dari kemiringan garis singgung titik-titik pada kurva fractional flow yang
S w
besarnya lebih besar dari S wbt (lihat Gambar 6 sebagai contoh).
1
d. Qi = (3)
f w S w
e. S w = S w + Qi (1 f w ) (4)
S S wi
f. N p = 7,758 Ah w
(5)
Bo
g. qo =
(1 f w ) iw (6)
Bo
f w Bo
h. WOR = (7)
1 f w Bw
i. Wi = 7,758 A h Qi (8)
Wi
j. t = (9)
iw
9. Penentuan perolehan maksimum dari proses injeksi air dalam reservoir minyak yang memiliki
distribusi harga permeabilitas dan mobilitas rasio (M) tidak sama dengan satu adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan waktu injeksi air akan berakhir, berdasarkan patokan harga f w , misalnya pada
saat water-cut = 98%, ( f w ) = 98%. Harga ini sebanding dengan WOR pada kondisi
reservoir :
fw
WOR = = 49
(1 f w )
c. Tentukan harga Isi Minyak Awal di Tempat yang dikandung oleh 1 bbl volume pori-pori
(PV) total :
1 S wc
(OIP )i = S wi = (10)
Boi Boi
d. Tentukan Isi Minyak di tempat saat f w = 0.98 yang dikandung oleh 1 bbl volume pori-pori
(PV) total :
So 1 S w
= (11)
Bo Bo
e. Sisa minyak di daerah yang tidak terdorong air injeksi :
S oi 1 S wc
= (12)
Bo Bo
f. Tentukan Mobility Ratio :
k rw o
M = = (13)
w k ro
k k
V = (14)
k
1V 2 )
VSE = ( (15)
M
i. Sisa minyak pada saat f w = 0.98 per 1 bbl volume pori-pori total adalah :
So S
(OIP) a = VSE + (1 VSE ) oi (16)
Bo Boi
j. Total Recovery :
(OIP) i (OIP ) a
RE = (17)
(OIP ) i
k. Akhirnya perolehan maksimum akibat injeksi air adalah :
(RE )ult = RE RF (18)
- Distribusi permeabilitas
- Recovery Factor primer (RF)
- Faktor volume formasi awal ( Boi )
k k
V = (19)
k
3. Tentukan M (sama dengan langkah 9-f Metode Buckley Leverett - Welge) :
k rw o
M = = (20)
w k ro
7,758 A h ( S oi S or )
Np = R (21)
Bo
6. Menentukan perolehan maksimum
a. Plot WOR terhadap (R RF).
b. Tentukan harga WOR pada saat proyek injeksi air akan dihentikan (misalnya pada saat f w
- Distribusi permeabilitas
- Faktor volume formasi awal ( Boi )
2. Hitung fractional flow air f w (sama dengan langkah 3 Metode Buckley Leverett Welge).
3. Plot f w terhadap S w ( S w merupakan saturasi pada titik serap/sumur produksi yang harganya
4. Tarik garis lurus dari S w menyinggung kurva f w ( S w adalah titik perpotongan garis dengan
f w
f w = 1). merupakan kemiringan garis tersebut untuk tiap harga S w .
S w
f w
5. Plot vs S w .
S w
k rw
w S wbt
MS = (22)
k ro
o Swi
7. Hitung E Abt dari persamaan :
0.03170817 0.30222997
E Abt = 0.54602036 + + M
0.00509693M S (23)
MS e S
8. Hitung Volume Pori (VP) dari persamaan :
VP = 7,758 A h (24)
9. Siapkan format tabel dengan selang perhitungan dua bagian, yaitu: Wibt sampai Wi100 dan
Wi100 sampai (Wi)max.
Wi Wi EA Sw2 Np WOR t
Wi E A Q *i fo2 S w5
(bbl) Wibt (fraksi) (fraksi) (bbl) (bbl/bbl) (hari)
b. (Wi )max dapat dihitung dari pergerakan frontal dengan asumsi Qi 2 = Qi 5 pada WOR
'
tertentu (misalnya 200), lalu pada f w tentukan S w 2 dan f sw 2 sehingga :
d. Tentukan Wi :
(
Wi = Wi sekarang Wibt ) (28)
e. Tentukan EA :
W
E A = E Abt + 0.633 log i (29)
Wibt
f. Tentukan E A :
g. Tentukan Qi* :
Qi*
*
= 1 + a1e a1 [Ei(a 2 ) Ei (a1 )] (31)
Qibt
dimana :
*
Qibt = S wbt S wi
a1 = 3.65 Ebt
W
a 2 = a1 + ln i
Wbt
Ei(x) adalah fungsi Ei dari nilai yang bersangkutan.
Qi* untuk Wi100 < Wi < Wimax dihitung dengan persamaan :
Wi Wi100
Qi* = Qi*100 + (32)
VP
dimana :
Qi*100 adalah harga Q* pada EA = 1
'
h. Tentukan f w :
' 1
fw = (33)
Qi*
i. Tentukan Sw2 (dari grafik langkah 5).
j. Tentukan fw2 untuk Sw2 (dari grafik langkah 3).
k. Tentukan fo2 :
f o 2 = 1 f w2 (34)
l. Tentukan S w5 :
S w5 = S w 2 + f o 2 Qi* (35)
16. Tentukan volume air injeksi yang diinginkan pada batas harga Wibt < Wi < (Wi)max
18. Korelasi rasio laju injeksi pemindahan ke laju injeksi pada satuan rasio mobilitas disebut
conductance ratio (Caudle dan Witte) yang ditentukan dengan persamaan :
i
= (41)
ib
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
A = luas, acre
Boi = faktor volume formasi awal, RB/STB
EA = fraksi zona yang telah tersapu hingga saturasi air rata-rata S wbt
h = tebal formasi, ft
ib = laju injeksi dasar (base), bbl/hari
k = permeabilitas lapisan, md
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
Qi* = jumlah volume pori yang kontak dengan air pada pola 5-titik, PV
*
Qibt = jumlah volume pori yang kontak dengan air saat breakthrough, PV
S wbt = saturasi rata-rata fasa pemindah pada breakthrough dalam injeksi linier seperti
t = waktu, hari
V = permeability variation, tak berdimensi
= porositas, fraksi
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
A. Metode Buckley Leverett
Metode yang dibicarakan disini hanya berlaku untuk pola pendesakan linier, sehingga pola
injeksi-produksi di reservoir harus dibagi atas beberapa sistem linier. Batasan metode ini
adalah :
- Terjadi front pendesak, di mana minyak mengalir di depan front. Air dan minyak mengalir
di belakang front.
- Reservoir merupakan lapisan tunggal yang homogen dan luas bidang aliran (cross-sectional
area) tetap.
- Terjadi aliran linier yang mantap (steady state). Hukum Darcy berlaku dimana laju injeksi
= laju produksi.
- Tidak ada saturasi gas di belakang front pendesak.
- Fractional flow fluida pendesak dan yang didesak setelah breakthrough (air injeksi mulai
terproduksi, tercermin dari lompatan harga WOR) merupakan fungsi M (mobility ratio).
Dengan anggapan bahwa tekanan kapiler diabaikan dan tidak ada efek gravitasi serta
lapisan horizontal, maka persamaan fractional flow dapat dituliskan sebagai berikut :
1
fw =
k .
1 + ro w
k rw . o
Berdasarkan harga permeability variation (V) dan mobility ratio (M), Dykstra - Parsons
membuat hubungan antara WOR dan Recovery dari 40 contoh batuan inti dari California.
Gambar-Gambar 6,7,8,9 menunjukkan harga WOR = 1.5, 25 dan 100 sebagai fungsi V dan M.
Grafik ini dapat digunakan langsung untuk menentukan recovery dari injeksi air dengan
anggapan bahwa ulah aliran fluida di reservoir mengikuti sifat-sifat batuan reservoir
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 16 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air
California tersebut.
Variasi WOR setelah breakthrough diperkirakan dengan membagi dua region, yaitu: daerah
penyapuan yang baru dan setelahnya. Daerah penyapuan yang baru adalah daerah yang hanya
tersapu oleh fluida pendesak. Daerah sebelum penyapuan adalah seluruh daerah penyapuan di
reservoir dimana Sw > Swbt. Kinerja pada region ini mengasumsikan bahwa semua air yang
terproduksi adalah berasal dari region sebelumnya, sementara minyak diproduksi dari daerah
penyapuan baru dan sebelumnya.
1
fw = = 0.004 ,
0.605 1
1+
0.001 2
Hasil perhitungan untuk data selanjutnya ditabelkan sebagai berikut :
Tarik garis lurus dari sumbu saturasi menyinggung kurva, untuk S wi = 0,363 dibaca
S wbt = 0,665 dan saturasi saat fraksi air (fw) = 1 dibaca S wbt = 0,7
4. Plot grafik f w terhadap S w saat mulai breakthrough dan setelahnya (Gambar 4). Tarik
garis lurus menyinggung kurva, titik singgung garis dengan kurva adalah harga S w dan
titik potong garis dengan fw = 1 adalah saturasi air rata-rata S w . Contoh untuk S w =
S wbt = 0.665 (dari Gambar 3) dan fwbt = 0.899 dan S wbt = 0.7
maka, Qibt =
(0.7 0.665) = 0.347
(1 0.899)
7. Waktu penginjeksian untuk mencapai breakthrough, t :
Volume pori-pori :
Vp =
(300)(20)(1.000)(0.15) cuft = 160,285 bbl
(5.615 cuft/bbl)
maka, t =
(0.347 )(160,285) =164.3 hari
(338)
8. Kumulatif produksi minyak, Np :
Np =
(160,285)(0.7 0.363) = 54,016 bbl
1
9. Laju produksi minyak pada titik serap, q o :
qo =
(1 0)(338) = 338 bbl/hari
1
4. Tentukan S wbt dan S wbt ( sama dengan langkah 5 Metode Buckley - Laverett - Welge).
0.31 1
M _ = = 0.62
S
12
6. Efisiensi area penyapuan saat breakthrough ( E Abt ) :
0.03170817 0.30222997
E Abt = 0.54602036 + + 0.00509693 (0.62)
0.62 e 0.62
= 0.76
7. Volume pori ( V p )
9. (Wi )max dari pergerakan frontal dengan asumsi Qi 5 = Qi 2 pada WOR = 200, pada
(1 E Abt ) 0.274
10. Wi100 = Wibt e = 59,431 e (10.76 ) 0.274 = 144,265.78 bbl
Qi*
*
= 1 + a1e a1 [Ei (a 2 ) Ei (a1 )]
Qibt
dimana :
a1 = 3.65 E Abt = 3.65 (0.76) = 2.774
a 2 = a1 + ln (Wi Wibt ) = 2.774 + ln (67,832 / 59,339)
= 2.774 + 0.2517 = 3.0257
Wibt 59,339.96
*
Qibt = = = 0.337
E Abt .V p (0.76 )(232,734 )
maka :
( )
Q * = 1 + 2.774e 2.774 [Ei(3.0257 ) Ei(2.774 )] 0.337 = 0.336
' 1
15. f w = = 2.584
0.387
16. S w 2 = 0.6711 (dari grafik langkah 5).
Nilai I :
[(0.6650 0.363) 0.76] 1 = 53,177 STB
1
Nilai selanjutnya : 3,342 + 53,177 = 56,519 STB
WOR =
(9,249 2,796) 0.085 (9,249 2,796) = 1.8
2,796
22. Tentukan waktu setelah injeksi (implementasi laju injeksi konstan) :
68,658
t= = 203 hari
338
23. Laju produksi minyak setelah fill up adalah slope plot Np vs waktu yaitu, 48.2 STB/hari
180000
160000
140000
yang diperoleh akibat injeksi, STB
120000
Kumulatif Minyak
y = 48.176x + 60319
100000
80000
60000
40000
20000
0
0 500 1000 1500 2000 2500
24. Jika volume air yang diinginkan untuk injeksi diketahui (implementasi beda tekanan
konstan antara sumur produksi dan sumur injeksi ) sebesar 40,000 bbl dan 114,900 bbl,
perhitungan laju injeksi sebagai berikut :
a. Wi = 40,000 bbl
Wi 40,000
EA = = = 0.51
(
V p S bt S wi ) 232,734 (0.7 0.363)
b. Wi = 114,900 bbl
= 0.80 .
Laju alir air untuk injeksi :
i = 284.7 0.80 = 227.7 bbl/hari
W i Wi E A S w2 S w5 WOR t
W i (bbl) W ibt EA Qi* (fraksi) f o2 N p (bbl) (bbl/bbl) (hari)
59409 0 1.0 0.76 0.000 0.336 0.665 0.101 0.699 53177.05 1.1 176
68658 9249 1.2 0.80 0.040 0.387 0.671 0.085 0.704 56518.65 1.8 203
77906 18497 1.3 0.83 0.035 0.435 0.675 0.076 0.708 60178.28 4.1 230
87155 27746 1.5 0.86 0.031 0.482 0.678 0.068 0.711 64097.15 6.1 258
96403 36994 1.6 0.89 0.028 0.527 0.681 0.062 0.714 68229.75 8.0 285
105652 46243 1.8 0.91 0.025 0.571 0.684 0.056 0.717 72510.22 9.8 313
114900 55491 1.9 0.94 0.023 0.614 0.687 0.052 0.719 76906.93 11.6 340
124149 64740 2.1 0.96 0.021 0.656 0.690 0.047 0.721 81396.31 13.4 367
133397 73988 2.2 0.98 0.020 0.697 0.692 0.044 0.723 85999.49 15.1 395
142645 83236 2.4 1.00 0.018 0.737 0.694 0.042 0.724 90710.30 16.7 422
175138 115729 2.9 1.00 0.003 0.876 0.698 0.034 0.729 94880.56 26.8 518
207630 148221 3.5 1.00 0.000 1.016 0.705 0.028 0.733 99019.73 34.8 614
240123 180714 4.0 1.00 0.000 1.156 0.712 0.022 0.737 102974.48 44.7 710
272615 213206 4.6 1.00 0.000 1.295 0.719 0.017 0.741 106511.00 59.3 807
305107 245698 5.1 1.00 0.000 1.435 0.722 0.015 0.743 110076.07 67.9 903
337600 278191 5.7 1.00 0.000 1.574 0.725 0.013 0.745 113720.41 75.3 999
370092 310683 6.2 1.00 0.000 1.714 0.727 0.012 0.747 117421.06 83.0 1095
402584 343175 6.8 1.00 0.000 1.854 0.728 0.011 0.749 121162.36 90.7 1191
435077 375668 7.3 1.00 0.000 1.993 0.730 0.010 0.750 124934.15 98.6 1287
467569 408160 7.9 1.00 0.000 2.133 0.731 0.009 0.751 128729.44 106.5 1383
500061 440652 8.4 1.00 0.000 2.273 0.733 0.009 0.752 132540.56 114.6 1479
532554 473145 9.0 1.00 0.000 2.412 0.734 0.008 0.753 136362.79 122.8 1576
565046 505637 9.5 1.00 0.000 2.552 0.735 0.008 0.754 140188.75 131.2 1672
597538 538129 10.1 1.00 0.000 2.691 0.736 0.007 0.755 144015.50 139.6 1768
630031 570622 10.6 1.00 0.000 2.831 0.737 0.007 0.756 147837.36 148.3 1864
662523 603114 11.2 1.00 0.000 2.971 0.737 0.006 0.756 151650.98 157.1 1960
695015 635606 11.7 1.00 0.000 3.11 0.738 0.006 0.757 155454.91 166.1 2056
727508 668099 12.2 1.00 0.000 3.25 0.739 0.006 0.757 159245.08 175.3 2152
760000 700591 12.8 1.00 0.000 3.389 0.739 0.005 0.757 163020.66 184.6 2249
S w bt
1 .0
0 .9
fw b t
0 .8
0 .7
F ra k tio n a l F lo w ,
0 .6
0 .5
0 .4
0 .3
0 .2
0 .1
S w bt
0 .0
0 .0 0 .1 0 .2 0 .3 0 .4 0 .5 0 .6 0 .7 0 .8 0 .9 1 .0
S a tu ra si A ir, S w
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 .0 0
0 .9 6
0 .9 2
F raktio na l F low ,
0 .8 8
0 .8 4
0 .8 0
0.6 4 0 .68 0.72 0.76
1. TUJUAN
Meramalkan produksi minyak yang akan diperoleh sejak diinjeksikan uap ke dalam suatu reservoir
minyak.
2.2. PERSYARATAN
Metode ini digunakan untuk reservoir minyak yang mempunyai distribusi karakteristik batuan
dan fluida (porositas, permeabilitas, saturasi fluida) seragam dan menerus.
3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE MARX - LANGENHEIM
1. Siapkan data pendukung :
- Kedalaman sampai puncak lapisan (Z)
- Porositas ()
- Permeabilitas (k)
- Temperatur Reservoir (Tr)
- Temperatur di Permukaan (Ts)
- Viskositas minyak pada kondisi reservoir (o)
- Tekanan reservoir (Pres)
- API gravity minyak (o)
- Ketebalan bersih (hp)
- Ketebalan kotor (hg)
- Saturasi minyak pada saat injeksi uap dilakukan (So)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 2 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap
2. Sediakan "Steam Table" di dalam satuan Inggris (British - Unit). Dianjurkan menggunakan
buku "Thermal Properties of Steam" karangan Keenam dan Keyes, John Wiley & Sons.
3. Tentukan laju injeksi (qsteam, B/D) dari persamaan berikut ini :
q steam = 3.8 10 6 khg ( Pinj Pres ) (1)
4. Berdasarkan harga Pinj, tentukan harga entalpi dari cairan jenuh, uap jenuh (Hs), t.emperatur uap
(Tsteam) dan entalpi dari Evaporated atau yang kurang (Hwv) dari "Steam Table".
5. Tentukan laju injeksi (qsteam, lb/hari)
350
q steam = q steam (2)
24
6. Dengan diketahui harga qsteam dan Pinj tentukan kehilangan panas (Hloss) setelah 1 tahun untuk
setiap kedalaman 100 ft dengan menggunakan Gambar 2.
8. Tentukan panas yang hilang dari permukaan sampai kedalaman titik injeksi (Hloss, Btu/hr).
Z
H loss = q steam H H lossft (4)
100
N p Bo
S o = (1 ) [1 S wc ] (11)
N Boi
x2 2x
e erfcx + 1 dibaca dari kolom 3 Tabel 1 dimana :
2 K ob t 0.5
x= (12)
Mhg D
4. Pori-pori awal yang terisi uap seperti air dihitung dengan persamaan :
2
5.62Vs ,inj
V pD = (14)
43,560 Ah pS g
dengan 0 VpD 1.0 dan VpD = 1.0 @ Sg = 0.
N dn N dn 1
q od = (16)
t
dimana:
N d = F 'os Vs , inj (17)
wC w h p
F ' os = S o (1 + hD ) E hs (18)
M 1 hg
M 1 = (1 ) R C R + f s (1 S or ) s C s + S or o C o + ( 1 f s )(1 S or ) w C w (19)
dengan:
R = 165 lbm/cuft
CR = 0.20 Btu/lbm-oF
Sor = 0.15
w = 62.4 lbm/cuft
Cs Cw = 1.0 Btu/lbm-oF
Co = 0.45 Btu/lbm-oF
s 0
fs = kualitas uap di dasar lubang
1 tD 1
E hs = (
tD
t t
e erfc t D + 2 t D / 1 D cD
)
1 + FhD
t t 3 tD
+ D cD
3
t t
e erfc t D D cD
3 t D
(20)
42,048K h t
tD = 2
(21)
hg M 1
t cD = 0.48 FhD
1.71
(23)
f s h fg
FhD = (24)
C w T
h fg = 865 0.207 Ps (25)
ln( P2 / P1 )
m= (27)
(i s 2 i s1 )
b. secara linier :
Ps = P1 + m(i s i s1 ) (28)
P2 P1
m= (29)
i s 2 i s1
8. Rasio kumulatif minyak yang terproduksi terhadap air setelah uap diinjeksikan dapat dihitung
menggunakan persamaan :
q t
t
= 0 o
Fos (33)
Vs ,inj
dimana :
1
(350)(144) st ist f st 2
AR = (35)
(6.328) ( o st ) st k st h p
2
4. Volume pola injeksi dan volume zona uap pada saat breakthrough dihitung dengan persamaan :
VB = 43,560 Ahg (41)
5. Pada suatu harga waktu t, volume zona uap dihitung dengan persamaan :
2
Qi hg M s F1
Vs (t ) = untuk t tc (43)
4k hob M ob [Ts TR ]
2
Qi hg M s F2
Vs (t ) = untuk t > tc (44)
4k hob M ob [Ts TR ]
dimana :
tD
F1 = e t D erfc t D + 2 t D / 1 (45)
1 + 0.85 t D
t D t cD (1 + f st Lv / c w (Ts TR ) ) +
1
F2 = F1 (46)
((t D t cD 3) / 3)e t D erfc t D (t D t cD ) / 3 t D
dimana:
KR = 2.75 Btu/ft-hr-oF pada 120 oF
7. Kapasitas panas rata-rata dari zona uap (Ms) dihitung dengan persamaan :
M s = (1 ) R C R + f s (1 S or ) s C s + S or o C o + ( 1 f s )(1 S or ) w C w (48)
dimana:
R = 165 lbm/cuft
CR = 0.20 Btu/lbm-oF
Cs Cw = 1.0 Btu/lbm-oF
Co = 0.45 Btu/lbm-oF
t
9. Harga e cD erfc t cD pada persamaan (39) diperoleh dari :
dimana :
2
1
K 1
t cD = (51)
0.3276
10. Jadi, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh harga tc adalah sebagai berikut :
t
(i) Hitung nilai dari e cD erfc t cD pada persamaan (39).
11. Temperatur rata-rata dari formasi yang tidak tersapu dihitung dengan persamaan :
Qi t Vs (t )(Ts TR ) M s
Tavg = + TR (52)
2 M s [V B Vs (t )]
Persamaan ini hanya merupakan perkiraan dan digunakan untuk Tavg Ts. Jika Tavg > Ts, maka
Tavg diset sama dengan Ts untuk seluruh waktu di masa depan.
12. Menggunakan harga Tavg yang sudah dihitung pada langkah (11), hitung viskositas minyak dan
air sebagai berikut :
o = ae b /(T + 460 )
(53)
w = (1,776 T ) /( 26.5T 89)
1.0808 0.13856
k ro = 0.9416 + (55)
S w* S w*
2
14. Ketika Vs > VsBT, terdapat pilihan untuk memproduksi uap pada interval yang telah diberikan
atau menghentikan produksi. Farouq Ali menyarankan suatu perlakuan yang telah
disederhanakan, yang memberikan Vs(t) setelah breakthrough pada semua waktu (t) :
[
Vs (t ) = VsBT + Qi (t t BT ) 2 K h A(43,560) E A (Ts TR )( t t BT ) / ] (56)
/ M s (Ts Tavg )
15. Dengan asumsi bahwa reservoir dan formasi yang berdekatan memiliki sifat-sifat termal yang
sama, kehilangan panas di atas dan bawah daerah uap dihitung dengan persamaan :
t t BT
Qi = 4 K h A(43,560)(Ts TR ) (57)
16. Keseimbangan energi secara keseluruhan memberikan Qin Qout = Qaccumulation atau
t t BT
Qi t 4 K h A(43,560)(Ts TR ) = Vs M s (Ts TR ) (58)
17. Penyelesaian persamaan (58) untuk memperoleh Vs
t t BT
Qi t 4 K h A(43,560)(Ts TR )
Vs =
(59)
M s (Ts TR )
karena
Qi t BT = VsBT M s (Ts TR ) (60)
maka, diperoleh :
Qi t = Qi (t t BT ) + Qi t BT = Qi (t t BT ) + VsBT M s (Ts TR ) (61)
[
Vs (t ) = VsBT + Qi (t t BT ) 4 K h A(43,560)(Ts TR ) (t t BT ) / ] (62)
/ M s (Ts TR )
19. Dari langkah waktu t [t(n) sampai t(n+1)], volume uap darimana minyak dan air dipindahkan
karena ekspansi dan pemindahan fluida dapat dihitung dengan persamaan :
( n +1)
V s = V s Vs
(n)
(63)
Qo = V s ( S o S orst )
(n)
(64)
[
Qw = Vs S w( n ) (1 S st S orst ) ] (65)
= Vs ( S w( n ) 1 + S st + S orst )
22. Persamaan material balance secara menyeluruh untuk zona minyak-air antara t(n) dan t(n+1)
adalah sebagai berikut :
Untuk minyak :
[ ][
Qo qo t = V B Vs( n +1) S o( n +1) S o( n ) ] (66)
[
Qw q w t = V B' S w( n +1) S wn ]
[( ) (
= VB' 1 S o( n +1) S g 1 S o( n ) S g )] (67)
= V [S
B
' ( n)
o S o( n +1) ]
25. Substitusi persamaan (38) ke dalam persamaan (36) dan penyelesaian untuk S o( n +1) memberikan
Qo CQw
S o( n ) (1 + C ) +
VB'
S o( n +1) = (71)
1+ C
3. Untuk memperhitungkan kenyataan bahwa laju injeksi uap seharusnya didasarkan pada air
dingin yang disuplai ke dalam generator uap, persamaan (72) menjadi :
Qi
ist =
[
5.6146 w h fs + f sdh Lvdh C w (TR 32) ] (73)
t
Qi = 4 K h A(Ts TR ) + Ahs M s (Ts TR ) (74)
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Farouq Ali, S. M. : Steam Injection Theories A Unified Approach, paper SPE 10746,
dipresentasikan di California Regional Meeting of the SPE, San Francisco, March 24-26, 1982.
2. Marx, J. W. and Langenheim, R. H. : Reservoir Heating by Hot Fluid Injection, SPE Reprint
Series No. 7, hal 150-153.
3. Satter, A. : Heat Losses During Flow of Steam Down a Wellbore, SPE Reprint Series No. 10,
hal 55-61.
4. White, P. D. and Moss, J. T. : Thermal Recovery Method, Penn Well Publ. Co. Tulsa,
Oklahoma.
5. DAFTAR SIMBOL
A = luas, Acres
AcD = ukuran zona uap tak berdimensi
Bo = faktor volume formasi minyak, STB/bbl
Boi = faktor volume formasi minyak awal, STB/bbl
Cf = panas spesifik batuan formasi, Btu/lb F
Ci = panas spesifik dari fasa i, Btu/lbm-oF
Co = panas spesifik minyak, Btu/lb F
Cw = panas spesifik air, Btu/lb F
EA = efisiensi penyapuan areal
EV = efisiensi penyapuan vertical
fcp = kondensat uap yang terproduksi, fraksi
fsdh = kualitas uap di dasar sumur, fraksi
Gg = gradien geotermal, F/ft
H = entalpi, Btu/lb
Hs = entalpi dari saturated vapor, Btu/lb
Hw = entalpi dari saturated liquid, Btu/lb
Hwv = entalpi dari Evaporated, Btu/lb
hfs = entalpi dari uap tersaturasi pada temperatur uap, Btu/lbm
hg = tebal kotor (net pay thickness), ft
hn = tebal zona bersih, ft
hp = tebal bersih (gross pay thickness), ft
hs = tebal zona uap, ft
ist = laju injeksi uap, cold water equivalent, BWPD
k = permeabilitas, md
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
krw = permeabilitas relatif air, fraksi
Kh = konduktivitas panas dari cap rock dan base rock, Btu/ft-hr-oF
Kob = konduktivitas panas batuan, Btu/hr-ft-F
Lvdh = panas laten dari uap, Btu/lb
Mob = kapasitas panas dari cap rock dan base rock, Btu/ft3-oF
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 16 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap
Tr = TR = temperatur reservoir, F
Ts = temperatur permukaan, F
VB = volume bulk dari pola, ft3
VB = VB Vs(n+1), ft3
VoD = produksi minyak yang terpindahkan, tak berdimensi
VpD = ruang pori mula-mula yang terisi uap sebagai air, tak berdimensi
Vs(t) = volume zona uap pada saat t, ft3
VsBT = volume zona uap pada saat breakthrough, ft3
X = kualitas uap, fraksi
x = parameter Marx-Langenheim
Z = kedalaman, ft
Huruf Yunani
D = difusivitas termal overburden dan underburden, ft2/hr
= porositas, fraksi
= konstanta (=3.14159)
o = viskositas minyak, cp
o = API gravity minyak, API
f = kerapatan jenis batuan reservoir, lb/Cu-ft
o = kerapatan jenis minyak, lb/Cu-ft
w = kerapatan jenis air, lb/Cu-ft
6. LAMPIRAN
6.1. Latar Belakang dan Rumus
Metode peramalan ulah injeksi uap yang dikembangkan oleh Marx dan Langenheim merupakan
metode yang sederhana dan praktis digunakan. Metode ini dikembangkan untuk proses injeksi uap
pada reservoir yang ideal (homogen, isotropis dan mempunyai karakteristik batuan dan fluida yang
seragam dan menerus).
Gambar 1 memperlihatkan distribusi temperatur berjarak radial dari sumur injeksi (garis tegas) dan
kemudian disederhanakan sebagai garis terputus-putus untuk mempermudah pengembangan
persamaan matematis.
Berdasarkan pola penyebaran panas seperti diperlihatkan pada Gambar l tersebut, produksi
kumulatif minyak yang diperoleh adalah :
As (t )hg ( S o S or )
Np = (1)
5.615Bo
dimana :
H o Mhg D x2 2x
As (t ) = e erfcx + 1 (2)
Tr )
2
4k ob (Tsteam
M = (1 ) f C f + S w w C w + S o o C o (3)
Harga fungsi erf di ruas kanan persamaan (2) dapat dilihat pada Tabel 1. Kehilangan panas dari
permukaan sampai kedalaman titik injeksi dapat diperkirakan menggunakan Gambar 2.
Suatu reservoir dengan data di bawah ini merupakan calon untuk proyek injeksi uap. Perkirakanlah
laju produksi dan produksi kumulatif minyak yang diperoleh selama 10 tanun projek ini berjalan.
Kedalaman formasi (Z) = 700 ft
Porositas () = 0.35
Permeabilitas (k) = 7600 md
Temperatur reservoir (Tr) = 80 oF
Temperatur di permukaan (Ts) = 70 oF
Viskositas minyak pada Tr (o) = 4000 cp
Tekanan reservoir = 140 psi
API gravity minyak = 14 oAPI
Tebal bersih (hp) = 70 ft
Tebal kotor (hg) = 80 ft
Saturasi minyak awal (Soi) = 0.60
Perolehan produksi primer = 0.13
Tekanan injeksi uap di permukaan (Pinj) = 400 psi
Luas reservoir (A) = 60 acres
Saturasi air awal (Swi) = 0.40
Gradien geothermal (Gg) = 0.011
Konduktivitas panas batuan di atas dan bawah
Permukaan (kob) = 1.6 Btu/hr-ft
Panas spesifik batuan formasi (Cf) = 0.3 BTU/lb oF
Panas spesifik air (Cw) = 1.0 BTU/lb oF
Panas spesifik minyak (Co) = 0.5 BTU/lb oF
Kerapatan formasi (f) = 130 lb/ft3
Kerapatan jenis air (w) = 57 lb/ft3
Kerapatan jenis minyak (o) = 50 lb/ft3
Difusivitas termal overburden dan underburden (D) = 0.04 ft2/hr
Kualitas uap di permukaan (X) = 0.8
Faktor volume formasi minyak (Bo) = 1 STB/bbl
Penyelesaian :
q steam = 3.8 10 6 khg ( Pinj Pres )
Dari Gambar 1 :
Dengan qsteam = 8,765 lb/hr dan Pinj = 400 psi diperoleh Hloss = 0.32 % dari panas input per 100 ft.
Entalpi di permukaan :
H = (1 X ) H w + XH s
H = (0.2)(424) + (0.8)(1,204.5) = 1,048.4 BTU / lb
N p Bo
S o = (1 ) [1 S wc ]
N Boi
1
S o = (1 0.13) [1 0.4] = 0.52
1
Tentukan harga M :
M = (1 ) f C f + S w w C w + S o o C o
2(1.6)t 0.5
x= = 0.0051t 0.5
(39.5)(80) 0.04
Tentukan Np :
As (t )hg ( S o S or )
Np =
5.615Bo
As (t )(70)(0.35)(0.52 0.1)
Np = = 1.84 As (t )
5.615(1)
H o Mhg D x2 2x
As (t ) = e erfcx + 1
Tr )
2
4k ob (Tsteam
2 2x
As (t )(1.84) = 304,146.3e x erfcx + 1
2 2x
As (t ) = (1.84)(304,146.3) e x erfcx + 1
Gambar 1. Distribusi radial temperatur sebagai akibat injeksi uap (garis tegas) dan
penyederhanaannya (garis putus-putus).
Gambar 2. Panas yang hilang sebagai fungsi laju injeksi uap dan tekanan injeksi
TABEL 1
TABEL 1 (SAMBUNGAN)
TABEL 1 (SAMBUNGAN)
TABEL 1 (SAMBUNGAN)
1. PENDAHULUAN
Cyclic steam injection merupakan salah satu yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan
minyak terutama pada reservoir yang mengandung minyak berat. Steam atau uap air diinjeksikan
dengan laju alir dan steam quality yang ditentukan. Begitu sampai di dasar sumur kualitas dan
temperatur dari steam tersebut akan berkurang karena adanya kehilangan panas. Setelah injeksi
dilakukan selama periode yang diinginkan, sumur ditutup dan membiarkan steam menembus lebih
jauh ke dalam reservoir dan memanasi fluida reservoir lebih lama. Periode ini disebut sebagai
soaking period. Kemudian sumur diproduksikan sampai laju alir yang ekonomis, dan proses injeksi-
soaking-produksi dapat diulang kembali.
Untuk meramalkan kinerja cyclic steam injection ini selama produksi digunakan beberapa teknik
yaitu thermal simulator, model analitik dan korelasi. Dalam bagian ini akan dibahas satu metode
analitik untuk meramalkan kinerja dari cyclic steam injection. Metode ini diambil dari studi yang
dilakukan oleh Gontijo dan Aziz.1 Sebagai tambahan referensi beberapa metode analitik lainnya
diberikan oleh Jones,2 Gozde et al.,3 Rivas dan Boccardo,4 Buitrago dan Boccardo,5 Tamim dan
Farouq Ali,6 dan Tamim dan Rahman.7
Berdasarkan asumsi tersebut maka persamaan yang digunakan untuk menghitung laju alir minyak
adalah:
k oS o
q o = 1.87 R x (1)
mo o [ln (R x / rw ) 0.5]
dimana,
S o = S oi S ors (3)
( p s p wf ) ht
= 144 + h (4)
o Rx
h = ht hst (5)
dimana:
hst = ketebalan zona steam, ft
ht = ketebalan formasi, ft
mo = memiliki harga 3 4
rw = jari-jari sumur, ft
(350)(144)q s st
ARD = (8)
6.326 ( o st )ht2 k st st
dimana:
hst = ketebalan zona steam, ft
st = viskositas steam, cp
st = massa jenis steam, lb/cuft
Viskositas dan massa jenis steam dapat dihitung dengan korelasi di bawah ini.
p s0.9588
st = (9)
363.9
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 4/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection
Vs
Rh = (11)
hst
Sedangkan volume zona steam diperkirakan menggunakan persamaan 12.
(5.615)q s t inj w Qi + H last
Vst = (12)
(c )t (Ts TR )
dimana:
Vs = volume zona steam, cuft
Ts = temperatur steam, oF
Jumlah panas yang diinjeksikan per setiap satu massa steam adalah:
Qi = C w (Ts TR ) + Lvdh f sdh (13)
dimana:
C w = kapasitas panas air, BTU/lb.oF
Boberg dan Lantz menganggap bahwa volume zona steam berbentuk silinder sementar metode
Gontijo ini menganggap bahwa volume zona steam berbentuk kerucut yang terbalik, maka persamaan
19 merupakan persamaan pendekatan. fHD, fVD, dan fpD adalah parameter-parameter tidak berdimensi
dan didefinisikan oleh:
1
f HD = (20)
1 + 5t DH
(t t inj )
t DH = (21)
Rh2
1
fVD = (22)
1 + 5t DH
4 (t t inj )
t DV = (23)
ht2
dimana:
t = waktu, hari
t inj = periode injeksi, hari
Sedangkan parameter tak berdimensi yang terakhir pada persamaan 19 menggambarkan energi yang
terambil bersama-sama dengan fluida yang diproduksikan dan didefinisikan oleh persamaan
t
1
2Qmax 0
f pD = Q p dt (24)
dimana Qmax adalah panas maksimum yang dapat diberikan ke dalam reservoir dan dihitung di akhir
periode soaking dengan persamaan
t soak
Qmax = H inj + H last Rh2 K R (Ts TR ) (25)
Jumlah panas yang diinjeksikan, Hinj, dihitung dengan persamaan
H inj = 350Qi q s t inj (26)
dimana:
H inj = jumlah panas yang diinjeksikan, Btu
M w = Cw w (29)
Sedangkan massa jenis minyak dan air pada temperatur tertentu dapat dihitung dengan persamaan
o = ostd 0.0214(T Tstd ) (30)
705 Tstd
w = wstd 11ln (31)
705 T
dimana:
Tstd = temperatur pada kondisi standard, oF
Setelah sumur diproduksikan, saturasi minyak dianggap bertambah dan saturasi air diberikan oleh
Wp
S w = S w ( S w S wi ) (34)
WIP
dimana Wp adalah produksi kumulatif air selama siklus (bbl) dan WIP adalah jumlah air yang mobile
pada saat awal siklus.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Gontijo, J.E. and Aziz, K.:A Simple Analytical Model for Simulating Heavy Oil Recovery by
Cyclic Steam in Pressure-Depleted Reservoirs, SPE 13037; Proceeding of The 59th Annual
Technical Conference and Exhibition, Houston, Texas, September 15-19, 1984.
2. Jones, J.:Cyclic Steam Reservoir Model for Viscous Oil, Pressure Depleted, Gravity Drainage
Reservoirs, SPE 6544; Proceeding of The 1977 California Regional Meeting of SPE AIME,
Bakersfield, California, April 13-15, 1977.
3. Gozde, S., Chhina, H.S., and Best, D.A.:An Analytical Cyclic Steam Stimulation Model for
Heavy Oil Reservoirs, SPE 18807; Proceeding of The SPE California Regional Meeting,
Bakersfield, California, April 5-7, 1989.
4. Rivas, O.R. and Boccardo, G.:Transient Analytical Modeling of Cyclic Steam Injection, SPE
27060; Proceeding of The Latin American Caribean Petroleum Engineering Conference, Buenos
Aires, Argentina, April 27-29, 1994.
5. Buitrago, S. and Boccardo, G.:Model for Predicting the Production Rate of Wells under Cyclic
Steam Injection Process, SPE 39029; Proceeding of The Latin American Caribean Petroleum
Engineering Conference and Exhibition, Rio de Janeiro, Brasil, 30 August 3 September, 1997.
6. Tamim, M. and Farouq Ali, S.M.:Optimization of Cyclic Steam Stimulation Using an Analytical
Model, SPE 39553; Proceeding and of The 1998 SPE India Oil and Gas Conference and
Exhibition, New Delhi, India, 17-19 February, 1998.
7. Tamim, M. and Rahman, M.:Analytical Modelling of Cyclic Steam Stimulation Using Pseudo-
Relative Permeability Function, SPE 53690; Proceeding of The 1999 SPE Latin American and
Caribean Petroleum Engineering Conference, Caracas, Venezuela, 21-23 April 1999.
8. Farouq Ali, S.M.:Steam Injection Theories A Unified Approach, SPE 10746; Proceeding of
The California Regional Meeting of the SPE, San Francisco, March 24-26, 1982.
9. Boberg, T.C. and Lantz, R.B.:Calculation of the Production Rate of a Thermally Stimulated
Well, JPT (Dec. 1966) 1613-1623.
1. TUJUAN
2.1. METODE
Metode grafis yang didasarkan pada metode Buckley Leverett digunakan dalam perkiraan
kinerja proses injeksi polimer.
2.2. PERSYARATAN
Metode ini berlaku untuk sistim linear yang horizontal. Reservoir yang diproduksikan
melalui beberapa titik serap sebagai hasil proses injeksi air perlu dirubah geometrinya
menjadi satu atau lebih sistim linear.
3. LANGKAH KERJA
1. Bagilah reservoir atas beberapa sistim linear (lihat Gambar 1 sebagai contoh).
2. Siapkan data pendukung :
- Luas sistem linear (A)
- Tebal lapisan (h)
- Porositas ( )
- Permeabilitas formasi (k)
- Saturasi air konat (Swc)
- Viskositas minyak pada kondisi reservoir (o)
- Viskositas air injeksi (w)
- Distribusi permeabilitas
- Recovery Factor primer (RF)
- Faktor volume formasi awal (Boi)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 2 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer
break-through ( S wbtb ).
7. Jumlah larutan polimer yang diinjeksi dan perolehan minyak pada saat connate water
bank breakthrough dapat dihitung dengan persamaan:
S b S wi
Qi = , PV (2)
fb
S wbtb S wi
Np = ( ) , PV (3)
Bo
8. Jumlah larutan polimer yang diinjeksi dan perolehan minyak pada saat polymer bank
breakthrough dapat dihitung dengan persamaan:
Sa + b
Qi = , PV (4)
fa
S wbta S wi
Np = ( ) , PV (5)
Bo
9. Kinerja proses injeksi air setelah polimer break through, yang dinyatakan dalam Np,
WOR dan Wi sebagai fungsi dari waktu, dapat dihitung mengikuti runtunan berikut ini.
a. Siapkan format tabel yang mencerminkan runtunan perhitungan.
Sw* fw dfw/dsw Qi Sw
Catatan : Sw* merupakan saturasi pada titik serap yang harganya dipilih lebih besar dari
Swbta.
b. fw ditentukan berdasarkan Sw* dengan menggunakan plot fwa terhadap Sw.
df w
c. dihitung dari kemiringan garis singgung titik-titik pada kurva fractional
dS w
flow fwa yang besarnya lebih besar dari Swbt.
(lihat Gambar 3 sebagai contoh)
1
d. Qi = , PV (6)
df w / dS w
e. S w = S w * +Qi (1 f w ) (7)
S w S wi
f. Np = 7758 Ah ( ) (8)
Bo
f w Bo
g. WOR = (9)
(1 f w ) Bw
7758 AhWi
i. t= (11)
iw
10. Plot Np, Wi dan WOR terhadap waktu (t).
4. DAFTAR PUSTAKA
5. DAFTAR SIMBOL
A = luas, Acres
Boi = faktor volume formasi awal, RB/STB
Bo = faktor volume formasi saat mulai injeksi, RB/STB
b = tingkat adsorpsi polimer, Csmax/C0
C = konsentrasi polimer, gm/cc
C0 = konsentrasi polimer dalam larutan polimer yang diinjeksikan, gm/cc pori batuan.
Cs = konsentrasi polimer yang teradsorpsi, gm/cc pori batuan.
Csmax = konsentrasi polimer maksimum yang teradsorpsi, gm/cc pori batuan.
fw = fractional flow air, fraksi
h = tebal formasi, ft
iw = laju injeksi air, bbl/hari
k = permeabilitas lapisan, md
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
krw = permeabilitas relatif air, fraksi
M = mobility ratio, tak berdimensi
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Sw = saturasi air, fraksi
6. LAMPIRAN
Model matematik untuk pendesakan secara linear oleh larutan polimer terdiri dari dua
persamaan kesetimbangan massa air dan polimer, yaitu:
f S
u = w (12)
x t
( fC ) ( S wC ) Cs
u = + (13)
x t t
Anggapan yang digunakan pada persamaan 12 dan 13 adalah sebagai berikut:
- Dispersi dianggap kecil.
- Kompresibilitas fluida dan batuan diabaikan.
- Proses pendesakan terjadi pada temperatur yang konstan.
- Adsorpsi terjadi secara instan saat terjadinya pendesakan minyak di reservoir.
- Air konnat terdesak secara sempurna tanpa adanya percampuran dengan larutan
polimer yang diinjeksikan.
- Viskositas larutan polimer merupakan fungsi dari konsentrasi polimer. Pengaruh
shear terhadap viskositas diabaikan.
- Viskositas larutan polimer merupakan fungsi dari konsentrasi polimer. Pengaruh
shear terhadap viskositas diabaikan.
- Pengaruh tekanan kapiler diabaikan.
Gambar 4 menunjukkan saturasi air dalam sistem linear selama pendesakan oleh larutan
polimer. Profil saturasi air menunjukkan dua lokasi yang diskontinyu pada xD1 dan xD2.
Titik xD1 bergerak dengan kecepatan
xD1 fa
= (14)
Qi Sa + b
Harga fa dan Sa ditunjukkan oleh Gambar 3. Connate water bank terbentuk di depan
larutan polimer. Connate water bank bergerak dengan kecepatan
xD 2 fb
= (15)
Qi Sb S wi
Saturasi air yang lebih besar dari Sa bergerak dengan kecepatan
xD f
= (16)
Qi S S w S
w w
S wbtb S wbta
1
0.9
(S a ,f a )
0.8
0.7
(S b ,f b )
0.6
fw
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Sw
S wbta
1
fw
0.9
(S a ,f a )
0.8
0.7
0.6
fw
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
Sw*
0
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Sw
Sw ZONA POLYMER
Swi
CONNATE WATER BANK
xD = x/L
Gambar 4. Profil saturasi air saat injeksi larutan polimer pada sistem linear
1. TUJUAN
Meramalkan kinerja (performance) injeksi CO2 (CO2 - flood) dan membuat desain injeksi CO2.
2.1. METODE
Desain yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak dengan menentukan
banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2 yang
akan diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N2, menentukan tekanan injeksi (di
permukaan) CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan formasi.
2.2. PERSYARATAN
Metode ini berlaku untuk sistim injeksi CO2 dan air secara simultan, injeksi slug CO2 dan
air secara bergantian, dan injeksi CO2 dengan pendorong gas N2.
3. LANGKAH KERJA
dimana :
V g = NBoi (N N p )Bo bbl (2)
Vg 1
V gs = bbl (3)
Bg (Rsi Rs ) / (Boi Bo )
4. Hitung jumlah fluida yang akan terproduksi selama proses menaikkan tekanan reservoir
(qf) :
( )
q f = q o Bo + q o GOR Rs B g + q w bbl/hari (4)
(
t CO 2 = 6.7 10 8 ) AhE Eq (1 S ) detik
a v or
(7)
i
dimana :
Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak 3.5 10-5 cm2/s
Dn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 65 10-5 cm2/s
5. Hitung volume CO2 di zona difusi (Vd):
AX (7758)
Vd = bbl (9)
2
6. Jumlah CO2 yang dibutuhkan untuk melakukan pendesakan minyak adalah :
VCO 2 = Vd + Vs bbl (10)
dimana :
Vs = Volume CO2 dibelakang front, umumnya 5 10% dari PV (Pore Volume)
0.01875SG (D )
Pws = Pts exp psia (11)
TZ
3. Perhitungan tekanan injeksi tubing CO2 (Ptf) adalah :
1 n 21.25
= 1.14 2 log +
0.9
f d Ne
20011(SG )q
Ne =
co2 d
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Carcoana, A. : Applied Enhanced Oil Recovery. Prentice Hall, Englewood Cliff, New
Jersey, 1992.
2. Siregar, S. : Diktat Kuliah Pengenalan EOR, Jurusan Teknik Perminyakan Institut
Teknologi Bandung, 1995.
5. DAFTAR SIMBOL
A = area, Acres
Boi = faktor volume formasi minyak awal, RB/STB
Bo = faktor volume formasi minyak saat mulai injeksi, RB/STB
Bgi = faktor volume formasi gas awal, cf/scf
Bo = faktor volume formasi gas saat mulai injeksi, cf/scf
Boi + Bo
=
2
Bg = faktor volume formasi gas rata-rata, cf/scf
B gi + B g
=
2
D = kedalaman reservoir, ft
d = inside diameter tubing, inchi
Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak 3.5 10-5 cm2/s
Dn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 65 10-5 cm2/s
Ea = efisiensi areal penyapuan, tak bersatuan
Ea = efisiensi penyapuan vertikal, tak bersatuan
Fp = jumlah fluida yang telah diproduksi, bbl
F = faktor gesekan, tak berdimensi
GOR = perbandingan gas minyak, scf/stb
h = tebal formasi, ft
MD = measured depth, ft
N = jumlah volume minyak di tempat (IOIP), bbl
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Ptf = tekanan injeksi CO2 di tubing, psia
Ptf = tekanan statis injeksi CO2, psia
Pws = tekanan statis dasar sumur, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
qf = laju alir air yang diinjeksikan untuk menaikkan tekanan, bbl/hari
6. LAMPIRAN
6.1. Latar Belakang dan Rumus
CO2 termasuk zat tiga fasa (gas, cair, dan padat). Jika tekanan diturunkan sampai di
bawah tekanan saturasi akan berbentuk sebagai gas; berbentuk cairan pada tekanan di
atas 300 psia jika temperatur 0oF atau di bawahnya; sedangkan berbentuk padatan
(sebagai dry ice) jika temperatur sangat rendah (lihat gambar 1).
CO2 tidak berwarna, tidak berbau, tidak bercampur dengan fluida lain (inert), dan
merupakan gas yang tidak dapat terbakar (noncombustible gas). CO2 memiliki berat
molekul 44.01 g/mol, tekanan kritis 1073 psia, volume kritis 0.0237 cuft/lb, densitas
(0oF, 300 psia) 8.5 lb/gal, volume spesifik (14.7 psia, 60oF) 8.569 cuft/lb, dan panas
spesifik (liquid) pada 300 psia 0.5 Btu/lb-oF.
CO2 mudah larut dalam minyak bumi namun sulit larut pada air. Karena itu beberapa hal
yang penting dan berguna dalam proses EOR ketika minyak bumi terjenuhi oleh CO2
adalah :
1. Menurunkan viskositas minyak dan menaikkan viskositas air (Gambar 2).
2. Menaikkan volume minyak (swelling) dan menurunkan densitas minyak (Gambar 3
dan Gambar 4).
3. Memberikan efek pengasaman pada reservoir karbonat.
4. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi, penguapan, dan
pemindahan kromatografi, sehingga dapat bertindak sebagai solution gas drive
(gambar 6).
Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak dan membentuk
fluida baru yang lebih mudah didesak daripada minyak pada kondisi awal di reservoir.
Ada 4 jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2 :
1. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proses EOR.
2. Injeksi slug CO2, diikuti air.
3. Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
4. Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Injeksi CO2 dan air secara simultan terbukti merupakan mekanisme pendesakan yang
terbaik di antara keempat metode tersebut (oil recovery-nya sekitar 50%). Disusul
kemudian injeksi slug CO2 dan air secara bergantian. Injeksi langsung CO2 dan injeksi
slug CO2 diikuti sama buruknya dalam kemampuan mengambil minyak (sekitar 25%).
Agar tercapai pencampuran antara CO2 dengan minyak, maka tekanan di reservoir harus
melebihi MMP (Minimum Miscibility Pressure), harga MMP dapat diperoleh dari hasil
percobaan di laboratorium atau korelasi. Metode penentuan MMP antara lain :
1. Percobaan keseimbangan gaya berat (gravity-stable), percobaan ini dilakukan
dengan menginjeksikan CO2 dari atas ke bawah dengan laju yang kecil pada core
atau kolom batuan yang telah dijenuhi oleh minyak. Kemudian di plot antara
kenaikan tekanan seiring dengan perolehan minyak (Gambar 5).
2. Percobaan menggunakan slim tube, percobaan ini menggunakan slim tube yang telah
dijenuhi oleh minyak, kemudian diinjeksikan CO2 dengan laju yang kecil. Plot antara
tekanan injeksi dengan perolehan minyak dapat memberikan harga MMP (lihat
Gambar 7).
3. Pengamatan langsung pada pori batuan, percobaan ini cukup sulit karena
membutuhkan kecakapan dan pengalaman dari sang pengamat. Metode ini dilakukan
dengan mengamati perubahan warna ketika batuan di injeksikan CO2 pada berbagai
harga tekanan.
4. Korelasi, metode ini dikembangkan oleh Holm-Josenthal (1974) lalu disempurnakan
oleh Mungan (1981). Korelasi ini bergantung pada komposisi pentane dan fraksi
berat, serta temperatur reservoir. (lihat Gambar 8).
Sumber CO2 alami adalah yang terbaik, baik dari sumur yang memproduksi gas CO2
yang relatif murni atau dari pabrik yang mengolah gas hidrokarbon yang mengandung
banyak CO2 sebagai kontaminan. Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari
pembakaran batubara (coal-fired). Alternatif lain adalah gas yang dilepaskan dari pabrik
amoniak.
Desain yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak adalah menentukan
banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 10 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2
pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2 yang
akan diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N2, menentukan tekanan injeksi
(di permukaan) CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan formasi.
dimana :
V g = NBoi (N N p )Bo bbl (2)
2.516 10 6 2.516 10 6
V g = bbl 1.53 bbl 2.516 10 6 bbl 1.33
0.15 0.15
V g = 6.7 10 6 bbl
Vg 1
V gs = bbl (3)
Bg (Rsi Rs ) / (Boi Bo )
6.7 10 6 bbl 5.615scf / bbl
V gs = = 2.1 10 6 bbl
0.014 (778 522)scf / bbl
(1.53 1.33)
F p = 6.7 10 6 2.1 10 6 + 14 10 4 = 4.74 10 6 bbl
Hitung jumlah fluida yang akan terproduksi selama proses menaikkan tekanan
reservoir (qf) :
( )
q f = q o Bo + q o GOR Rs B g + q w bbl/hari (4)
650
q f = (1352 1.43) + 1352 200 0.011 + 126
5.615
q f = 3312 bbl/hari
Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir :
Fp
t pressurization = hari (5)
qi q f
4.74 10 6
t pressurization = = 511 hari
12580 3312
Jumlah air yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
pendesakan CO2 dapat berlangsung adalah :
W = F p + (q f t pressurization ) bbl (6)
A = 40 acre
h = 300 ft
= 0.09
Ea = 0.1
Ev = 0.8
Sor = 0.05 Pore Volume (@ swept zone)
qi = 4000 bbl/hari
Penyelesaian :
Hitung waktu yang dibutuhkan front CO2 bergerak disepanjang reservoir (tCO2) :
(
t CO 2 = 6.7 10 8 ) AhE Eq (1 S ) detik
a v or
(7)
i
1 0.8(1 0.05)
(
t CO 2 = 6.7 10 8 ) 40 300 0.094000
t CO 2 = 137.49 10 6 detik
Hitung panjang daerah difusi CO2 (X) :
( )
X = 3.625 3.5 10 5 + 65 10 5 137.49 10 6 = 1337cm 43.9 ft
dimana :
Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak 3.5 10-5 cm2/s
Dn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 65 10-5 cm2/s
Hitung volume CO2 di zona difusi (Vd):
AX (7758)
Vd = bbl (9)
2
40 0.09 43.9(7758)
Vd = = 613,037bbl (7.37% PV )
2
Jumlah CO2 yang dibutuhkan untuk melakukan pendesakan minyak adalah :
VCO 2 = Vd + Vs bbl (10)
0.01875SG (D )
Pws = Pts exp psia (11)
TZ
(0.01875)(1.529)(4264)
2114 = Pts exp
(170 + 410)(0.56)
Pts = 1451 psia
Jadi tekanan yang dibutuhan untuk menginjeksikan kolom gas CO2 dalam
kondisi P dan T diatas adalah : 2114 1451 = 663 psia
ZCO2 = 0.56
TR = 170 oF
Penyelesaian :
20011(1.529 )1
Ne = = 250,691
0.05(2.441)
1 n 21.25
= 1.14 2 log + 0.9
f d Ne
1 5 10 4 21.25
= 1.14 2 log +
2.441 (250,691)
0.9
f
f = 0.01379
Sd 5
dengan harga Ptf = 1577 psia, laju alir CO2 = 1 MMscf/hari dan SGCO2 = 1.529,
dan mengetahui kehilangan tekanan di flow line dan choke maka kebutuhan HP
kompresor untuk menginjeksikan CO2 dapat diperkirakan.
Gambar 6. diagram pseudotenary proses penguapan secara gas drive oleh CO2
Gambar 8. Penentuan MMP dengan menggunakan korelasi (Holm dan Josendal, 1974, dan
Mungan, 1981)
1. TUJUAN
2. SUMUR INJEKSI
Kinerja sumur injeksi harus dioptimalkan agar kinerja waterflood dapat dimaksimalkan. Beberapa
pertimbangan yang diperlukan adalah menyetel tekanan dan laju alir sumur injeksi.
Pengawasan sumur injeksi meliputi analisa laju alir dan tekanan menggunakan teknik plotting
pengawasan. Log injeksi dan cased hole digunakan untuk menyediakan informasi mengenai kinerja
dan kondisi mekanis sumur.
Skema dari sistemasi analisis sumur injeksi ditunjukkan pada Gambar 1. Flow chart tersebut tidak
dapat diasumsikan telah mewakili seluruh proyek waterflood karena setiap lapangan memiliki
persyaratan yang spesifik dan unik untuk pengujian dan analisisnya, untuk memastikan produksi yang
optimal.
Survei tentang integritas mekanik dari setiap sumur harus sudah dilakukan sebelum mengubah
sumur menjadi sumur injeksi. Tingkat pelayanan dari seluruh komponen kepala sumur, tubing dan
casing harus dievaluasi untuk memastikan bahwa sumur memenuhi syarat untuk melaksanakan
waterflood. Masalah fill, junk, korosi dan scale harus diidentifikasikan. Ada kemungkinan diperlukan
workover atau dilakukan pekerjaan pemeliharaan dalam rangka perbaikan pada beberapa sumur
sebelum dilakukan flooding. Rekomplesi, plugbacks, deepenings, reperforasi, squeeze cementing dan
clean-outs perlu diselesaikan.
Sejarah stimulasi dari setiap sumur harus direview. Potensi untuk dilakukannya stimulasi di masa
mendatang harus dipertimbangkan. Jika kapasitas injeksi membutuhkan fill-up saturasi gas dan
pelaksanaan proses pemindahan dipertanyakan, maka ada kemungkinan dibutuhkan stimulasi. Jika
stimulasi perekahan hidraulik direkomendasikan, desain panjang dan arah rekahan harus
mempertimbangkan ukuran pola (well spacing), geometri dan arah. Stratifikasi vertikal dari reservoir
mengakibatkan perlunya kontrol terhadap perpanjangan vertikal dari rekahan dan memastikan bahwa
fluida injeksi hanya memasuki formasi yang menjadi target.
Sumur injeksi air yang telah direkahkan secara hidraulik memungkinkan air diinjeksikan
pada laju yang lebih tinggi yang mengacu pada peningkatan jari-jari lubang bor efektif (rw) atau
melewati kerusakan lubang sumur. Jika diketahui arah dominan dari rekahan, mungkin dapat
ditunjukkan bahwa adanya rekahan dapat memperbaiki, daripada menurunkan, efisiensi
penyapuan.
Jika arah dominan dari rekahan mengindikasikan bahwa rekahan hidraulik yang terjadi di
sumur injeksi akan menyebar ke arah sumur produksi dan panjang rekahan akan melebihi sekitar
1/3 jarak antar sumur, maka efisiensi daerah penyapuan akan menurun. Terlepas dari arah
rekahan, proyek dengan well spacing yang lebih kecil dapat menurun karena perekahan sumur
injeksi.
Laju injeksi harus disesuaikan untuk menyesuaikan dengan kapasitas sumur produksi. Laju
injeksi air steady state diberikan oleh persamaan
kk rw h( Piwf Pe )
iw = (1)
r
141.2 Bw w ln e + S
rw
Laju injeksi air dapat dikontrol dengan tekanan rekah formasi dan permeabilitas relatif air.
Jika tekanan reservoir meningkat, tekanan daerah formasi akan cenderung meningkat. Ketika
saturasi air di sekitar sumur injeksi meningkat, permeabilitas relatif air akan cenderung
meningkat. Kinerja sifat dinamik alami dari sumur injeksi inilah yang membuat pengawasan
secara kontinyu dari parameter kinerja sumur sangat penting. Tekanan daerah formasi dapat
ditentukan dengan melakukan uji step-rate.
Saat menentukan parameter operasi dari sumur injeksi air biasanya paling baik menentukan
tekanan kepala sumur injeksi maksimum. Ada kemungkinan tidak bijaksana untuk menentukan
laju alir kecuali rekahan hidraulik yang ada tidak dipertimbangkan. Dengan berlangsungnya
injeksi, suatu sumur dapat dan akan membentuk kerusakan formasi karena partikel materi yang
terlarut dalam air akan tersaring oleh sand face. Tekanan injeksi dasar sumur yang semakin
tinggi akan diperlukan untuk mempertahankan laju injeksi yang sudah ditentukan. Suatu ketika
tekanan injeksi dasar sumur akan melebihi tekanan daerah formasi dan sumur akan rekah.
2.2.3. Korosi
Dalam sebagian besar situasi, sifat korosif air dikontrol dengan kehadiran gas terlarut.
Gas yang paling umum menyebabkan sifat korosi air adalah karbon dioksida (CO2),
hidrogen sulfida (H2S) dan oksigen (O2).
Karbon dioksida hadir pada konsentrasi yang berbeda-beda pada hampir seluruh air
permukaan. Air dengan pH rendah (bersifat asam) bisa memiliki konsentrasi CO2 yang
tinggi. Hidrogen sulfida dapat timbul secara alami atau sebagai hasil dari aktivitas bakteri.
Oksigen hadir pada seluruh air permukaan dan pada beberapa air dari reservoir dangkal.
Pada sistem logam baja, oksigen harus dipisahkan secara mekanis atau dengan proses
kimiawi. Sebagian besar pencegah korosi kimiawi tidak dapat mencegah korosi dengan
media oksigen. Bahkan sejumlah kecil oksigen dapat mempercepat laju korosi. Jika
oksigen dan bakteri dipisahkan dari air, korosi biasanya dapat dikontrol dengan pencegah
korosi kimiawi.
2.2.5. Bakteri
Bakteri pada sistem injeksi dapat menyebabkan penyumbatan biomass pada formasi
dan masalah korosi. Bakteri memberikan kontribusi pada korosi dengan membentuk
hidrogen sulfida sebagai produk metabolik, menghasilkan asam organik, menghasilkan
enzim yang menjadi media proses korosi elektrokimia dan mengoksidasi serta
mengendapkan besi terlarut. Sebagai hasil langsung dari proses metabolik ini, biomass
bakteri terproduksi. Biasanya bakteri membentuk koloni pada material padat. Saat koloni
meningkat ukurannya, sebagian koloni lepas ke dalam aliran injeksi dan terpompa ke dasar
lubang. Jawaban terbaik untuk masalah bakteri adalah pencegahan. Eliminasi daerah yang
menggenang dan berkecepatan rendah dimana organisme dapat melekat pada substrat
dapat membantu proses kontrol. Pengawasan yang hati-hati pada aktivitas biologis dan
penanggulangan sejak dini juga penting dalam operasi yang berhasil.
2.2.6. Minyak
Kehadiran minyak yang terdispersi dan teremulsi dalam air akan menurunkan kualitas
air juga. Masuknya minyak mentah adalah hal yang tipikal pada air formasi yang
terproduksi. Minyak bukanlah padatan terlarut, tetapi dapat berperan pada pengendapan di
saringan.
2.2.7. Filtrasi
Proses filtrasi biasanya digunakan untuk memisahkan padatan terlarut dari air injeksi.
Yang biasanya digunakan adalah :
a. Disposable cartridge filters; paling baik digunakan pada volume rendah dengan
konsentrasi padatan terlarut yang rendah (< 50 mg/l).
b. Sand filters; digunakan pada konsentrasi padatan terlarut yang rendah (< 50 mg/l). Juga
disebut rapid sand filters dan cocok untuk laju yang lebih tinggi.
c. Diatomaceous earth filters; cocok untuk diaplikasikan pada air dengan padatan terlarut
> 50 mg/l.
Pemakaian sand filter dan diatomaceous earth filter lebih baik digunakan dengan
disposable cartridge filter karena kedua filter yang disebutkan terdahulu rentan terhadap
laju yang melebihi batasan dan proses backwash yang tidak tepat.
b. Laju alir
Data laju alir injeksi biasanya dapat diperoleh dari peralatan metering yang dipasang
pada sumur. Biasanya peralatan ini dapat diandalkan untuk merekam volume kumulatif yang
dapat digunakan untuk memperoleh data laju alir (volume per satuan waktu). Jika diperlukan
laju alir secepatnya dapat digunakan flowmeter turbine. Kalibrasi peralatan yang digunakan
untuk mengumpulkan data uji selalu direkomendasikan.
periode waktu untuk setiap langkah laju alir. Minimum harus ada data tekanan yang dicatat pada
awal dan akhir setiap langkah laju alir.
Karena ada masalah yang kompleks dalam penggabungan data pada uji multi-rate, maka
prosedur uji step-rate yang lebih mudah, yang digabungkan dengan uji tekanan fall-off, menjadi
pilihan yang lebih ekonomis.
FPP tidak boleh dianggap konstan selama masa injeksi suatu sumur karena FPP cenderung
meningkat bila tekanan rata-rata pori-pori meningkat (setiap 1 psi peningkatan tekanan reservoir,
FPP naik 0.5 - 0.75 psi). Uji step-rate harus diulang setiap ada perubahan tekanan reservoir dan
kondisi operasi yang diberikan.
Sumur yang distimulasi dengan rekahan yang sudah ada tidak mungkin dianalisa dengan
teknik dan asumsi di atas, yaitu bahwa aliran adalah radial. Pemeriksaan terhadap data
menggunakan modifikasi teknik superposisi multi-rate yang persamaannya disubstitusi dengan
aliran linier mungkin cocok untuk kondisi ini.
a. Flowmeter (Spinners)
Ada 2 macam jenis flowmeter yang biasa digunakan untuk logging sumur injeksi, yaitu :
1. Continuous spinner adalah centralized spinner velocimeter. Ini adalah peralatan impeller
yang mengukur profil injeksi secara kontinyu vs kedalaman terukur.
2. Fullbore spinner adalah collapsible blade velocimeter. Diameter impeller dapat dipilih agar
cocok dengan laju injeksi dan diameter pipa yang diminta.
Spinner flowmeter dapat digunakan untuk mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing
dan casing dan menentukan profil injeksi ke dalam interval yang diperforasi.
b. Instrumen Temperatur
Instrumen temperatur adalah peralatan wireline yang digantungkan dalam lubang bor
yang mentransmisikan atau mencatat temperatur sumur. Survei temperatur lubang bor dapat
digunakan untuk :
1. Mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing atau casing.
2. Mengetahui di mana channel aliran di belakang pipa.
3. Mengidentifikasi zona-zona dimana terjadi produksi atau injeksi.
4. Mengidentifikasi interval-interval yang dipengaruhi oleh treatment stimulasi.
Gambar 4 dan 5 adalah 2 contoh yang sudah disederhanakan dari profil sumur injeksi.
Log direkam dengan continuous flowmeter dan thermometer.
Gambar 4. Skematik Survei Temperatur dan Spinner dari Injeksi Air ke Dalam Zona Tunggal
Gambar 5. Skematik Survei Temperatur dan Spinner dari Injeksi Air ke Dalam Dua Zona
Pemindai ini relatif aman dan tidak mahal, tetapi kadang terabaikan. Penting untuk
dilakukan uji kecocokan dengan air formasi sebelum pemompaan. Salah satu pemindai
terbaik untuk penentuan efisiensi penyapuan jika didesain dengan benar.
! Memastikan tingkat dan spesifikasi peralatan kepala sumur, tubing dan casing sudah tepat
untuk mengajukan pelayanan injeksi.
! Membandingkan catatan perforasi sumur dengan log sumur untuk memastikan formasi
yang benar telah terbuka.
! Tag fill dan bail atau clean-outs sesuai dengan yang diperlukan untuk membuka zona yang
akan diinjeksi.
! Menarik peralatan permukaan yang tidak sesuai untuk pelayanan injeksi.
! Menspesifikasi dan memasang peralatan metering air yang tepat untuk pelayanan yang
diharapkan.
! Menspesifikasi dan memasang peralatan filtrasi untuk memastikan air yang diinjeksi masuk
ke dalam spesifikasi.
! Menspesifikasi dan memasang peralatan untuk pengolahan air injeksi dengan penghalang
korosi, penghalang scale dan biocide yang diperlukan.
! Menghubungkan aliran injeksi sumur dengan header atau pompa injeksi.
! Mengikuti persyaratan peraturan pengujian dan pengawasan sumur.
! Menyelesaikan pengujian step-rate untuk menentukan tekanan injeksi yang sesuai.
! Menyetel program monitoring sumur yang sistematis untuk memastikan sumur yang sedang
dalam proses injeksi terus beroperasi pada efisiensi terbaik yang mungkin.
Kinerja sumur produksi harus dioptimalkan agar nilai suatu proses waterflood bisa
dimaksimalkan. Teknik pengawasan sumur produksi meliputi analisa laju alir dan rasio melalui
kegunaan teknik plotting pengawasan. Log produksi dan cased hole digunakan untuk menyediakan
data kinerja sumur. Uji transien tekanan dan data tekanan aliran juga menyediakan infomasi tentang
kinerja sumur dalam sistem reservoir. Contoh skema tentang sistemasi analisa sumur produksi
diberikan pada Gambar 6.
Pada awal proses waterflood, interval komplesi harus diperiksa untuk memastikan seluruh lapisan
yang dapat "dibanjiri" terbuka. Daftar yang berisi data komplesi sumur dari file sumur, log, uji,
catatan stimulasi, peta struktur, peta kontak fluida dan cross-sections dapat membantu pencapaian
kerja ini. Sebuah check-list, yang mirip dengan yang telah diajukan sebelumnya untuk konversi sumur
ke pelayanan injeksi, dapat berguna untuk kontrol kualitas dalam pemeliharaan sumur produksi.
Survei tentang integritas mekanik masing-masing sumur harus dilakukan. Tingkat pelayanan dari
seluruh komponen kepala sumur, tubing dan casing harus dievaluasi untuk memastikan bahwa sumur
memenuhi tingkat pelayanan yang diharapkan selama proses waterflood. Masalah fill, junk, korosi dan
scale harus diidentifikasi. Ada kemungkinan perlu dilakukan workover atau pemeliharaan remedial
pada beberapa sumur sebelum memulai pembanjiran. Rekomplesi, plugbacks, deepenings, reperforasi,
squeeze cementing dan clean-outs harus diselesaikan.
Kondisi dan tingkat pelayanan dari seluruh peralatan pengangkatan buatan harus diperiksa dan
didokumentasikan. Peralatan harus memenuhi tingkat sampai kapasitas yang diharapkan selama
proses pembanjiran. Kondisi dan kapasitas peralatan produksi permukaan harus memenuhi
persyaratan operasi yang diharapkan karena kinerja sumur produksi akan berubah mengacu pada
respon waterflood.
Sejarah stimulasi untuk tiap sumur harus direview. Potensi untuk dilakukan stimulasi di masa
mendatang harus dipertimbangkan. Di bawah kondisi produksi primer semi-depleted, stimulasi
mungkin tidak ekonomis. Di bawah kondisi reservoir yang diharapkan setelah fill-up, stimulasi
mungkin akan sangat menguntungkan. Jika stimulasi perekahan hidraulik direkomendasikan, desain
panjang dan arah rekahan harus mempertimbangkan ukuran pola (well spacing), geometri dan arah.
Akibat stratifikasi vertikal reservoir, mungkin diperlukan adanya kontrol terhadap perpanjangan
vertikal dari rekahan.
a. Laju Alir
Pengukuran dan analisa data laju produksi harus merupakan suatu rutinitas. Pengumpulan
data laju alir minyak, air dan gas yang akurat diperlukan untuk memastikan pengawasan
waterflood yang tepat waktu dan efisien. Kcenderungan yang tidak lazim, yang diidentifikasi oleh
rutinitas dan analisa sistematik dari data laju produksi, seringkali merupakan tanda pertama
tentang potensi timbulnya masalah.
Kumpulan grafik laju alir-waktu dan rasio-waktu yang lengkap merupakan dasar dari usaha
pengawasan sumur produksi.
d. Tekanan
Pada sumur produksi biasanya lebih sulit untuk memperoleh data tekanan reservoir yang
berguna hanya dari pengukuran tekanan permukaan. Interpretasi dari data tekanan permukaan
untuk menentukan tekanan dasar sumur akan sulit karena adanya sistem fluida 3 fasa dalam sumur.
Pada laju yang sangat rendah, sumur dengan rasio gas-minyak yang rendah, kerumitan di atas
menjadi sangat penting. Telah dibuat sistem yang memungkinkan pencatatan secara simultan dari
tekanan kepala sumur dan level fluida dengan teknik pengukuran akustik. Ketika data ini dianalisa,
ada kemungkinan untuk menghitung tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur di beberapa
sumur produksi. Keandalan metoda ini memerlukan pengetahuan tentang gradien fluida (densitas)
dan karakteristik segregasi fluida dalam sumur. Dari data permukaan ini bisa dibuat analisa
transien tekanan yang berguna (pada beberapa situasi).
Pada laju alir yang lebih tinggi, gas cut yang tinggi atau water cut yang tinggi dari sumur
yang mengalir, membuat penentuan tekanan dasar sumur yang akurat dari data permukaan menjadi
tidak mungkin. Komponen hidrostatik dan friksi pada rezim aliran 3 fasa yang kompleks sangat
sulit untuk dianalisa dengan pasti. Tidak mungkin dilakukan analisa transien tekanan dengan data
ini karena data yang digunakan dalam analisa transien tekanan harus dicatat terhadap kedalaman.
a. Flowmeters (Spinners)
Ada 3 tipe flowmeters yang biasanya digunakan, yaitu :
1. Continuous spinner adalah centralized spinner velocimeter. Merupakan peralatan impeller
yang mengukur profil aliran yang kontinyu vs kedalaman terukur. Alat ini harus di-
centralized dan dikalibrasi terhadap keadaan di dasar lubang dengan benar agar hasilnya
berguna dan akurat. Alat ini mungkin tidak berfungsi pada tubing (casing) berdiameter
besar dan/atau pada sumur dengan laju alir rendah dimana kecepatan fluida berada di
bawah batas respon alat.
2. Inflatable atau Expandable Diverting Flowmeter (IDT) juga merupakan velocimeter tipe
impeller. Alat ini harus distop dan diset pada kedalaman yang bervariasi untuk mencatat
data kecepatan fluida. Alat ini tidak menyediakan profil kecepatan fluida yang kontinyu.
Alat ini paling baik digunakan pada aplikasi laju alir yang rendah.
3. Fullbore spinner adalah collapsible blade velocimeter. Diameter impeller dapat dipilih
untuk menyesuaikan dengan persyaratan laju alir dan diameter pipa. Seperti continuous
flowmeter, alat ini menyediakan profil kecepatan fluida yang kontinyu vs kedalaman
terukur. Alat ini memiliki resolusi yang lebih tinggi dan batas respon yang lebih rendah
daripada continuous flowmeter.
Analisa rezim aliran 3 fasa biasanya memerlukan pengetahuan tentang densitas atau
gradien fluida, gas slippage dan water hold-up.
Spinner flowmeter dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran pada tubing dan casing
dan untuk menentukan dari logika kasar, profil aliran dari interval yang diperforasi.
b. Peralatan Temperatur
Survei temperatur lubang bor dapat digunakan untuk :
1. Mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing atau casing.
2. Mengetahui di mana terjadi channel aliran di belakang pipa.
3. Mengidentifikasikan zona-zona dimana terjadi produksi atau injeksi.
4. Mengidentifikasikan interval yang dipengaruhi oleh treatment stimulasi.
5. Mengidentifikasikan zona dengan gas cut yang tinggi.
c. Gradiomanometer
Alat ini merekam profil yang kontinyu dari gradien tekanan vs kedalaman. Pada sumur
produksi, alat ini paling berguna untuk mendefinisikan titik masuk dari zona dengan water
cut dan gas cut yang tinggi. Data alat ini biasanya dikombinasikan dengan data flowmeter
dan water hold-up untuk menentukan profil aliran 3 fasa.
d. Densimeter
Digunakan untuk mencatat densitas fluida vs kedalaman terukur. Alat ini paling berguna
untuk membedakan fasa gas dengan cairan.
e. Water-cuts Meters
Alat ini berguna untuk membedakan hidrokarbon dengan air dalam sistem aliran 3 fasa.
Alat logging produksi ini juga disebut capacitance meters atau water hold-up meters (HUM).
f. Pemindai Radioaktif (Radioactive Tracers)
Substansi pemindai radioaktif diinjeksikan dan kemudian dideteksi dalam sumur
produksi. Peralatan gamma ray dan spectral gamma ray dapat digunakan untuk menentukan
interval pemindai produksi dan kecepatan aliran fluida.
i. Log Karbon-Oksigen
Log ini mengukur gamma ray yang diemisikan oleh neutron activated carbon dan
molekul oksigen dalam fluida di dekat lubang bor. Dapat diandalkan sebagai indikator
saturasi minyak. Tidak terpengaruh oleh kegaraman air atau kandungan clay. Terpengaruh
oleh kalsium karbonat.
semen dapat digunakan untuk mengevaluasi integritas casing terhadap ikatan semen formasi.
Log ikatan semen (CBL) dan peralatan evaluasi semen lainnya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya channel di belakang pipa antara zona-zona yang
tidak terisolasi.
TABEL 1
DEFINISI DAN ANALISIS MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PRODUKSI
FLUIDA YANG RENDAH
TABEL 2
DEFINISI DAN ANALISIS MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PRODUKSI GAS
ATAU AIR YANG TINGGI
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Patton, C. C. : "Water Quality Control and Its Importance in Waterflooding Operations", JPT
(Sep. 1988), 1123 - 1126.
2. Hensel, W. M. Jr., Sullivan, R. L., Stallings, R. H. : "Understanding and Solving Injection Well
Problems", Petroleum Engineering International (May 1981), 155 - 170.
3. Hall, M. N. : "How to Analyze Waterflood Injection Well Performance", World Oil (Oct. 1963),
128 - 129.
4. DeMarco, M. : "Simplified Method Pinpoints Injection Well Problems", World Oil (Apr. 1969), 92
- 100.
5. Abbaszadeh, M., Kamal, M. : "Pressure Transient Testing of Water Injection Wells", SPE
Reservoir Engineering (Feb. 1989), 115 - 121.
6. Kamal, M. : "The Use of Pressure Transients to Describe Reservoir Heterogenity", JPT (Aug.
1979), 1060 - 1070.
7. Felsenthal, M. : "Step-rate Tests Determine Safe Injection Pressures in Floods", Oil and Gas J.
(Oct. 1974), 49 - 54.
8. Singh, P. K., Agarwal, R. G., dan Krase, L. D. : "Systematic Design and Analysis of Step-rate
Tests to Determine Formation Parting Pressure", Paper SPE 16798, 1987.
5. DAFTAR SIMBOL
1. PENDAHULUAN
Simulasi reservoir diperlukan untuk memperoleh kinerja reservoir dengan teliti pada berbagai kondisi
komplesi sumur dan skenario produksi. Unsur-unsur dasar dalam melakukan simulasi reservoir
meliputi hal-hal berikut ini:
mendefinisikan tujuan yang akan dicapai,
mengumpulkan dan menganalisa data,
membuat model reservoir dan karakteristiknya (reservoir characterization),
menyelaraskan volume hidrokarbon (initialisation),
menyelaraskan kinerja model reservoir dengan sejarah produksi (history matching),
melakukan peramalan produksi dengan berbagai skenario pengembangan, dan
membuat laporan.
Tahapan yang paling penting adalah pada saat menentukan tujuan yang akan dicapai oleh perkerjaan
simulasi tersebut. Tujuan ini akan menentukan seberapa besar sumber daya (manusia dan data) dan
waktu yang akan dialokasikan untuk pekerjaan simulasi ini, pendekatan model yang akan digunakan,
kualitas penyelarasan sejarah produksi yang diinginkan, dan jumlah skenario pengembangan yang
perlu dilakukan.
Pada umumnya reservoir simulasi memerlukan bermacam-macam data yang sangat komprehensif.
Sisi positifnya adalah data dikumpulkan dari berbagai sumber dan diintegrasikan menjadi satu
kesatuan model. Karenanya data-data tersebut terlebih dulu perlu direview, dianalisa dan diproses.
Validasi data dan adanya perbedaan interpretasi dari sumber data yang berbeda meningkatkan
pengetahuan engineer tentang reservoir sehingga akan lebih memahami akan karakteristik reservoir.
Sisi negatifnya adalah pekerjaan simulasi ini memerlukan sumber daya yang sangat intensif. Sumber
daya ini meliputi biaya untuk memperoleh data dan komputasi, waktu, software, dan pemeliharaan.
Pertimbangan-pertimbangan dalam pembuatan model meliputi jenis model (black oil, compositional,
thermal, dan homogen atau dual porosity), model dan ukuran grid.
Setelah model dibuat, dilakukan penyelarasan fluida hidrokarbon. Penyelarasan ini dibuat agar
volume hidrokarbon yang diperoleh berdasarkan saturasi hasil interpretasi data log bersesuaian
dengan distribusi saturasi pada model simulasi yang dihitung berdasarkan data tekanan kapiler.
Setelah penyelarasan volume hidrokarbon tercapai, maka dilakukan penyelarasan model simulasi
dengan sejarah produksi. Dalam proses ini data-data dalam model diubah untuk disesuaikan dengan
sejarah produksi. Dapat dikatakan bahwa tahapan ini adalah tahapan kalibrasi model.
Setelah penyelarasan dianggap memadai, prediksi produksi dapat dilakukan. Yang perlu juga
dilakukan pada tahap ini adalah menganalisa hasil dari simulator apakah masuk akal atau tidak, yaitu
dengan melakukan perbandingan dengan metode lain yang lebih sederhana dan merupakan standar di
industri seperti material balance, decline curve dan Buckley-Leverett, dan dengan lapangan yang
memiliki sifat-sifat serupa.
3. ANALISA DATA
Data yang diperlukan oleh pekerjaan simulasi terdiri dari berbagai sumber data seperti ditunjukkan
oleh Tabel 1. Dalam simulasi reservoir data-data yang dimasukkan dalam simulator harus konsisten
dengan ukuran grid dan layer yang digunakan dalam model.
Pemecahan dari masalah-masalah di atas dapat diperoleh dengan memilih data yang paling
akurat yang mewakili proses yang terjadi di reservoir dan yang diukur pada skala reservoir.
3.5. INITIALISATION
Volume hidrokarbon yang dihitung berdasarkan studi geologi didasarkan pada saturasi yang
diperoleh berdasarkan data log. Sedangkan pada model simulasi distribusi saturasi dihitung
kembali berdasarkan data tekanan kapiler, porositas dan permeabilitas pada setiap kedalaman.
Tentunya volume hidrokarbon dari kedua model tersebut harus selaras. Biasanya volume
hidrokarbon dari model simulasi lebih besar karena tekanan kapiler yang digunakan adalah
yang diperoleh dari proses imbibisi. Tekanan kapiler imbibisi ini digunakan untuk
memodelkan proses produksi dimana seiring dengan waktu produksi saturasi air (sebagai
wetting phase) akan bertambah. Sedangkan untuk menggambarkan proses akumulasi
hidrokarbon di reservoir lebih tepat digambarkan oleh proses drainage (dimana hidrokarbon
bermigrasi dari batuan sumber ke batuan reservoir yang sebelumnya terisi oleh air). Untuk
mengatasi hal tersebut, pada umumnya harga porositas pada model simulasi dilakukan
perubahan untuk mendapatkan penyelarasan volume hidrokarbon.
Walaupun tidak ada peraturan mengenai cara melakukan history matching, ada beberapa hal
yang umum dilakukan pada contoh-contoh history matching yang sukses. Para teknisi, geologis
dan staf operator dari lapangan subyek harus terlibat secara mendalam pada proses ini. Peran
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 7 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR
staf operator terutama pada penentuan interval yang meyakinkan untuk proses pencocokkan
data produksi, membantu memilih data reservoir yang akan disesuaikan, menentukan jarak
yang dapat diterima untuk penyesuaian data reservoir dan menyediakan pengetahuan tentang
lapangan yang mungkin belum diketahui oleh teknisi simulasi.
Idealnya, hanya data yang diketahui paling tidak akurat di lapangan atau yang tidak diukur
pada skala reservoir, yang harus diganti selama proses history matching ini. Data-data tersebut
harus disesuaikan menurut batasan-batasan yang dapat diterima, yang ditentukan oleh teknisi
lapangan dan geologis.
Walaupun permeabilitas relatif dapat menjadi parameter history-matching yang kuat, data
tersebut harus digunakan hanya sebagai sumber terakhir. Aproksimasi paling baik untuk
permeabilitas relatif harus tergabung selama studi pembuatan model dan, jika memungkinkan,
tidak boleh dimodifikasi kecuali dibenarkan secara teknis.
Lebih jauh lagi, history matching juga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang proses yang terjadi di reservoir dan pada akhirnya dapat mengidentifikasi
kondisi operasi yang tidak lazim.
Proses history matching secara manual melakukan simulasi untuk periode yang
tersedia sejarah produksinya dan membandingkan hasilnya dengan kelakuan produksi
yang terjadi di lapangan. Hasil perbandingan ini dapat digunakan oleh teknisi reservoir
untuk menyesuaikan data simulasi agar kecocokkan dapat diperbaiki. Seleksi input data
yang akan disesuaikan dilakukan oleh teknisi simulasi dan memerlukan pengetahuan
tentang lapangan yang sedang dipelajari, penilaian secara teknis dan pengalaman
teknik reservoir. Jika teknisi yang melakukan studi tidak berpengalaman dengan
lapangan, seleksi data ini harus dibuat dengan bantuan staf operator lapangan.
Proses history matching secara otomatis identik dengan proses secara manual kecuali
di sini logika komputer yang digunakan untuk menyesuaikan data reservoir.
Kekurangannya adalah proses ini tidak melibatkan teknisi, sehingga mengabaikan
penilaian teknik dan pengetahuan spesifik tentang reservoir subyek.
Pemilihan metode history matching, secara manual atau otomatis, yang akan digunakan
dalam studi simulasi tergantung pada tujuan dari history matching, sumber daya
perusahaan yang diperuntukkan untuk history matching dan tenggat waktu studi
simulasi.
Baik metode history matching secara manual atau otomatis tidak menjamin berhasilnya
proses history matching.
Sumur injeksi
Pemilihan data sumur injeksi ini tidak sepenting sumur produksi. Pada
umumnya, spesifikasi dari laju injeksi permukaan historis sudah mencukupi
untuk sumur injeksi selama seluruh tahapan history match.
Sumur injeksi
Data utama dari sumur injeksi yang tersedia untuk dicocokkan selama history
match adalah tekanan statik dan laju injeksi zonal. Pengukuran tekanan statik
sama dengan seperti pada sumur produksi. Laju injeksi zonal dapat
ditentukan secara kualitatif dengan survei temperatur dan logging akustik.
Parameter history matching yang paling sering digunakan adalah ukuran dan kekuatan
aquifer, ada (atau tidaknya) penghalang permeabilitas vertikal, produk kHh (reservoir
dan sumur), rasio kV/kH, PV dan permeabilitas relatif. Pilihan parameter yang cukup
layak untuk digunakan tergantung dari situasi yang diberikan (tidak ada metode
khusus), tetapi sangat disarankan bahwa data permeabilitas relatif yang terbaik dipilih
pada permulaan studi dan data tersebut disesuaikan hanya sebagai sumber terakhir.
Rentang parameter history matching yang dapat disesuaikan tergantung pada banyak
faktor, termasuk kualitas data yang diminta, geologi rservoir (lingkungan deposisional
dan proses diagenesis) dan tingkat kontrol geologi di lapangan subyek. Rentang untuk
perubahan data tidak perlu seragam di sepanjang lapangan.
Saat membuat penyesuaian secara vertikal, urutan berikut ini harus dicoba :
a. Global (seluruh lapisan simulasi).
b. Reservoir (di lapangan yang terbuat dari reservoir yang bertumpuk secara
vertikal).
c. Satuan aliran dalam reservoir.
d. Facies (di reservoir berlapis atau satuan aliran).
e. Lapisan-lapisan simulasi.
Saat membuat penyesuaian secara areal, urutan berikut ini harus dicoba :
a. Global (seluruh grid cell).
b. Reservoir/aquifer.
c. Blok patahan dalam reservoir.
Pemilihan dari kasus dasar tergantung pada tujuan dari studi simulasi. Pada umumnya,
kasus dasar dipilih sebagai :
a. kasus tidak adanya pengeluaran kapital di masa mendatang (kasus tak melakukan
apa-apa),
b. kasus strategi reservoir-management yang sedang berlangsung,
c. kasus strategi reservoir-management yang sudah diantisipasi (untuk lapangan yang
sedang dalam tahap penilaian untuk dikembangkan). Untuk kasus ini, biasanya
kasus deplesi-primer dipilih menjadi kasus dasar.
suatu kasus proyek, hal yang selalu baik untuk dilakukan adalah mengubah
hanya satu variabel atau komponen di satu waktu jika memungkinkan.
Penggunaan yang tepat dari hasil yang diperoleh dari simulator tergantung
pada tujuan dari studi yang dilakukan. Sebagai contoh, untuk proyek
ekonomi, hasil tambahan adalah hasil yang benar untuk dipergunakan,
sementara laju proyek (dari laporan sumur simulator) mungkin lebih tepat
untuk digunakan dalam desain proyek (ukuran tubing, desain pengangkatan
buatan, masalah separator, dan faktor lain yang sejenis).
Kasus sensitivitas berbeda-beda untuk tiap kasus proyek, dimana pada kasus
sensitivitas ini proyek yang sama diselidiki tetapi ketidakpastian
dihubungkan dengan proyek yang telah dievaluasi.
Ada perbedaan mendasar antara spesifikasi sumur dan batasan produksi. Spesifikasi
sumur digunakan sebagai target untuk sumur individual, sedangkan batasan produksi
digunakan untuk mempertahankan parameter produksi yang bervariasi agar tetap
berada pada rentang yang masih dapat diterima dan realistis. Tiap sumur pada model
memerlukan satu (dan hanya satu) spesifikasi sumur, tetapi dapat memiliki batasan
sebanyak apapun.
Spesifikasi sumur yang tepat untuk digunakan pada tahap prakiraan dari suatu studi
tergantung pada strategi yang digunakan untuk manajemen lapangan. Kebanyakan
simulator komersial memiliki beberapa pilihan untuk spesifikasi sumur (Tabel 3).
Batasan produksi yang tepat untuk digunakan pada tahap prakiraan suatu studi juga
tergantung pada strategi reservoir-management yang digunakan di lapangan.
Bergantung pada program simulasi reservoir yang digunakan dalam studi, batasan
produksi dapat ditempatkan di sebagian besar tingkatan pada sistem reservoir/lubang
sumur, yaitu bisa di lapisan simulasi, sumur individual, kelompok sumur dan seluruh
lapangan (Tabel 4).
Kegunaan dari batasan pada tingkat lubang bor/reservoir yang bervariasi dapat
menyediakan bagi para teknisi kemampuan untuk memodelkan strategi reservoir-
management yang kompleks dengan campur tangan manual yang relatif sedikit.
Untuk memeriksa apakah model simulasi memberikan ramalan yang dapat diandalkan,
prakiraan simulasi harus dibandingkan dengan prakiraan yang diperoleh dari sumber
lain. Pemeriksaan yang paling dapat diandalkan adalah dengan membandingkan hasil
simulasi dengan lapangan yang analog.
Pemeriksaan lain untuk data reservoir dapat dilakukan terhadap studi-studi lainnya
yang dilakukan di masa lalu pada lapangan subyek. Sumber ketiga untuk validasi data
reservoir yang digunakan pada tahap prakiraan dalam studi adalah pendekatan analitik
seperti studi material balance.
Hasil dari rutinitas manajemen sumur pada kasus prakiraan juga harus direview.
Rutinitas manajemen produksi pada program simulasi reservoir memungkinkan latihan
operasional yang kompleks untuk dimodelkan oleh simulator tanpa campur tangan
teknisi yang melakukan studi. Hasil manajemen sumur ini sringkali perlu diperiksa
untuk memastikan bahwa lapangan dimodelkan dalam cara yang realistis. Seluruh
pekerjaan sumur yang disimulasikan juga harus direview untuk memastikan komplesi
sumur dapat mendukung pekerjaan ini.
reservoir, tujuan studi Anda dan ketersediaan data. Teknik reservoir yang klasik, model
analitis sederhana atau simulasi blok-tunggal seringkali adalah yang Anda perlukan. Pada
waktu yang lain, model yang paling memuaskan yang tersedia untuk Anda belum tentu
dapat memenuhi kebutuhan Anda. Pahami batasan dan kemampuan model.
3. Memahami Interaksi antara Bagian-Bagian yang Berbeda
Ingatlah bahwa reservoir bukan sesuatu yang terisolasi. Ia dapat berhubungan dengan
aquifer dan melaluinya, bahkan ke reservoir lainnya. Lebih jauh lagi, reservoir terhubung
ke fasilitas permukaan melalui sumur-sumur. Isolasi dari komponen yang berbeda pada
sistem ini untuk studi yang terpisah seringkali dapat menyebabkan hasil yang tidak tepat
dengan mengabaikan interaksi antara bagian-bagian yang berbeda dalam sistem. Meskipun
demikian, jika tepat, jangan takut untuk memecahkan masalah besar menjadi
komponennya yang lebih kecil. Hal ini dapat mengarah pada bukan hanya simpanan yang
substansial, tetapi pada pemahaman yang lebih besar dari mekanisme yang terlibat.
4. Jangan Mengasumsikan Lebih Besar Selalu Lebih Baik
Selalu tanyakan ukuran dari studi yang dibatasi oleh sumber daya komputer atau biaya.
Teknisi simulasi seringkali percaya bahwa tidak ada komputer yang cukup besar untuk
melakukan apa yang mereka ingin lakukan dan cenderung dengan mudahnya
meningkatkan ukuran dari model agar masuk ke komputer. Lebih banyak blok dan
komponen tidak secara otomatis menerjemahkan kepada akurasi dan keterandalan yang
lebih besar. Pada kenyataannya, pada beberapa situasi, kebalikannyalah yang benar.
Berpegang teguhlah pada penilaian yang tepat mengenai jumlah blok yang digunakan pada
studi yang diberikan.
5. Ketahui Batasan Anda dan Percayalah pada Penilaian Anda
Ingatlah bahwa simulasi bukan ilmu pasti. Seluruh model didasarkan pada asumsi dan
menyediakan hanya perkiraan jawaban untuk masalah yang sebenarnya. Oleh sebab itu,
pemahaman yang baik mengenai masalah dan model sangat penting untuk keberhasilan.
Perkiraan numerik bisa memperkenalkan fenomena pseudophysical seperti dispersi
numerik. Gunakan dan percayalah pada penilaian Anda, terutama jika berdasarkan analisa
Anda mengenai lapangan atau penelitian di laboratorium. Hati-hati dalam memeriksa input
dan output Anda. Lakukan perhitungan material balance yang sederhana untuk memeriksa
hasil simulasi. Berikan perhatian yang khusus pada hal-hal seperti kompresibilitas dan
permeabilitas yang berharga negatif.
4. DAFTAR PUSTAKA
1. Ertekin, Turgay, Abou-Kassem, Jamal dan King, Gregory R. : Basic Applied Reservoir
Simulation, SPE Textbook Series Vol. 7, Richardson, Texas, 2001.
5. LAMPIRAN
TABEL 1. (LANJUTAN)
TABEL 3. (LANJUTAN)
TABEL 4. (LANJUTAN)
TABEL 4. (LANJUTAN)
Pendahuluan
Reservoir management adalah aplikasi dari berbagai macam teknologi dan pengetahuan tentang sistem
reservoir yang ada, dengan tujuan untuk mengontrol operasi dan memaksimalkan perolehan secara
ekonomis dari suatu reservoir.
Reservoir management adalah tentang (1) membuat keputusan-keputusan yang tepat sehingga perusahaan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan (2) menerapkan keputusan-keputusan tersebut. Kedua hal tersebut
bergantung dari kemampuan untuk memodelkan kelakuan dari sistem reservoir, untuk memodelkan
reservoir secara tepat terdapat 4 langkah (Gambar 1) yang harus dilalui, langkah tersebut antara lain :
karakterisasi reservoir, mengetahui reservoir performance, mengetahui well performance dan penentuan
skenario pengembangan yang tepat.
Karakterisasi Reservoir
Langkah ini berhubungan dengan identifikasi dari model reservoir, dimana dalam mengidentifikasi model
reservoir harus berdasarkan kondisi aktual reservoir. Identifikasi reservoir adalah solusi yang tidak unik,
artinya dalam mengidentifikasi reservoir tidak hanya terdapat satu jawaban yang mungkin, tetapi lebih
dari satu jawaban yang mungkin. Untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan tersebut, ada beberapa
hal yang dapat ditempuh, antara lain : (1) Menaikkan jumlah dan range dari informasi yang digunakan
untuk melakukan identifikasi (2) Membuktikan atau menguji kekonsistenan model dengan menggunakan
seluruh informasi yang ada. Jika model yang kita diagnosa konsisten dengan seluruh informasi yang ada,
maka model itu telah representatif dengan kondisi aktual reservoir. Jika model yang telah kita buat tidak
konsisten dengan satu informasi, maka model tersebut tidak dapat merepresentasikan kondisi aktual
reservoir.
Karakterisasi reservoir adalah proses yang dinamis, dan harus diulang jika terdapat informasi baru. Proses
tersebut terdiri dari 2 langkah yang bertalian, yaitu : (1) Identifikasi data yang digunakan untuk membuat
model (2) Mengintegrasi data tersebut menjadi model reservoir.
Pemodelan Data
Pemodelan data yang digunakan untuk membuat model diperoleh dari berbagai macam tipe data reservoir
(Gambar 2). Tipe data reservoir dibagi menjadi 2 yaitu (1) data statis, yaitu data yang digunakan untuk
melakukan deskripsi reservoir, yang termasuk data statis antara lain data geologi, data geophysics, data
geochemistry, dan petrophysics. (2) data dinamis, yaitu data yang digunakan untuk menggambarkan
kelakuan reservoir, yang termasuk data dinamis antara lain data fluida reservoir, data geomekanis, data uji
sumur, data log produksi, data produksi dan tracers. Pemodelan data spesifik pada data yang berkaitan
dengan model yang akan dikembangkan. Pemodelan data geophysics sebagai contoh, terutama
menghasilkan kontras impedance, sedangkan dari hasil uji sumur (well test) menghasilkan kontras pada
mobility dan storativity. Mengetahui alasan dari kekontrasan tersebut membutuhkan pengetahuan dari
data yang lain. Kontras impedance yang diidentifikasi dari geophysics mungkin disebabkan oleh
perubahan saturasi fluida atau perubahan stress field, sedangkan kontras mobility dan storativity yang
diidentifikasi dari uji sumur dapat disebabkan dari sifat geologi dari reservoir dan perubahan komposisi
fluida. Perbedaan pembuatan model reservoir disebabkan dari hasil dan cara pemodelan data yang
digunakan, lihat Gambar 3, dari data petrophysics model yang dihasilkan adalah model petrophysics
dengan 10 lapisan, sedangkan dari hasil uji sumur model yang dibentuk adalah 2 lapisan, sedangkan dari
tracer membentuk 10 lapisan jika perubahan permeabilitas pada masing-masing lapisan berubah secara
drastis, atau kurang dari 10 lapisan jika permeabilitas pada lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu berbeda.
Sedangkan downhole flowmeter memberikan informasi yang berbeda, yaitu menentukan lokasi zona yang
produktif saja.
Proses pemodelan data adalah proses kebalikan atau jawaban dari masalah yang muncul, dengan solusi
yang tidak unik (memiliki banyak kemungkinan), data yang digunakan untuk pemodelan harus dibuktikan
kekonsistenannya dengan menggunakan informasi yang tersedia, dapat dilihat pada flowchart Gambar 4.
Sebagai contoh dari hasil uji sumur (well test) pada reservoir karbonat diharapkan dapat menemukan
kelakuan porositas ganda (double porosity) tetapi tidak pada reservoir batu pasir. Model dari hasil
intepretasi uji sumur (well test) dengan kelakuan yang homogen pada reservoir karbonat dan kelakuan
porositas ganda pada reservoir batu pasir adalah tidak konsisten dan harus dilakukan penyelidikan lebih
lanjut.
Model reservoir dibangun dari integrasi seluruh data yang telah kita modelkan, Gambar 5
mengillustrasikan proses penggabungan bersama-sama dari seluruh pemodelan data untuk membentuk
model reservoir. Jika satu tipe data yang tersedia tidak dimasukkan, maka pengetahuan yang dihasilkan
dari pemodelan data tersebut tidak tersedia, sehingga model reservoir yang kita bangun tidak konsisten.
Integrasi dari seluruh pemodelan data untuk membangun model reservoir dapat dilakukan secara
deterministic atau pendekatan stochastic. Teknik pendekatan secara stochastic sangat sesuai untuk
membangun model reservoir pada saat awal pengembangan suatu lapangan, karena data yang tersedia
pada kondisi ini masih sangat sedikit. Teknik deterministic cocok untuk membangun model reservoir
ketika data yang tersedia sangat melimpah.
Tujuan dari karakterisasi reservoir adalah menentukan model reservoir yang didasarkan dari pengetahuan
data statik dan dinamik reservoir. Pada saat model reservoir dibangun maka pengujian kekonsistenan
model reservoir dengan informasi dan data yang ada harus dilakukan. Artinya model reservoir harus
mencerminkan seluruh data yang digunakan dalam proses karakterisasi reservoir, seperti seismik, log, uji
sumur (well test) dan data produksi jika tersedia (Gambar 6). Pada tahap pemeriksaan, respon yang
dihasilkan dari model reservoir harus dihitung dengan :
1. Seismic simulator untuk memeriksa apakah model reservoir telah sesuai dengan data seismik,
termasuk time lapsed atau 4D seismic;
2. Log simulator untuk memeriksa apakah model reservoir sesuai dengan data log;
3. Flow simulator untuk memeriksa apakah model reservoir sesuai dengan data uji sumur (well test);
4. Reservoir simulator untuk memeriksa apakah model reservoir sesuai dengan data produksi.
Respon yang dihasilkan dari model reservoir adalah unik dan langsung. Jika model reservoir yang diuji
konsisten maka respon dari model reservoir cocok dengan data yang ada. Jika respon dari model reservoir
tidak cocok dengan data yang ada, maka kita harus meninjau ulang langkah pada saat penggabungan
pemodelan data atau pada saat kita menentukan pemodelan data, lihat Gambar 7.
Reservoir simulator yang komplek digunakan untuk mencerminkan performance reservoir yang akan kita
simulasikan (black oil, compositional, thermal, chemical, dll.) yang didasarkan dari data produksi
(tekanan, laju alir, WOR, GOR, dll.). Numerical flow simulators dibutuhkan untuk memcerminkan data
dan informasi yang didapat dari uji sumur (well test), numerical flow simulators memodelkan efek
disekitar lubang bor dan keheterogenan lapisan (umumnya menggunakan radial single well model pada
reservoir simulator).
Jika model reservoir yang konsisten telah kita dapatkan, maka model tersebut dapat kita gunakan untuk
memperkirakan kelakuan reservoir pada masa mendatang dari skenario-skenario pengembangan yang
ada. Untuk memperkirakan kinerja suatu lapangan pada masa mendatang, kita harus mempertimbangkan
seluruh sistem yang terlibat yaitu reservoir, sumur dan fasilitas permukaan (Gambar 8 dan 9).
Perkiraan kinerja dari suatu lapangan pada masa mendatang dengan menggunakan scenario yang ada,
juga harus mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan keamanan. Aspek tambahan
tersebut dapat diterjemahkan sebagai data tambahan, yang akan digunakan untuk menguji model reservoir
kita apakah masih sesuai dengan adanya tambahan data baru tersebut atau tidak. Bila respon dari model
reservoir tidak konsisten, maka kita harus memperbaharui model reservoir kita dengan memasukkan data
tambahan tersebut dan seluruh proses harus diulang, dengan tujuan untuk memasukkan aspek-aspek
tersebut pada skenario pengembangan.
Penutup
Seluruh proses dari reservoir management telah diuraikan, namun ada beberapa pertanyaan yang sering
muncul, apakah seluruh proses tersebut harus dilalui dan apakah proses tersebut membutuhkan biaya
yang besar ? Namun sebenarnya pertanyaan yang terpenting adalah seberapa banyak resiko yang dapat
kita kurangi ? Semakin banyak data dan informasi yang kita gunakan maka pengetahuan meningkat dan
resiko semakin berkurang hingga kondisi stabil tercapai.
Tujuan yang terakhir adalah mampu memodelkan reservoir, sumur dan fasilitas produksi secara akurat
dan sesuai prediksi, sehingga dapat digunakan secara meyakinkan untuk mengoptimalkan produksi,
meningkatkan perolehan dan mengurangi ongkos produksi, dan yang terpenting menaikkan pendapatan
seperti yang diharapkan oleh manajemen.
Daftar Pustaka
Gambar 9. Kombinasi Model Reservoir, Model Sumur dan Model Fasilitas Permukaan