Anda di halaman 1dari 1020

TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.

01
Halaman : 1 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

JENIS ANALISA BATUAN INTI

1. TUJUAN
Mengetahui besaran-besaran core yang diukur oleh uji yang dilakukan di laboratorium.

2. JENIS METODE
2.1. ANALISA CORE RUTIN (ROUTINE CORE ANALYSIS)
Core yang dianalisa meliputi conventional core dan sidewall core. Besaran-besaran yang
diukur pada uji ini adalah :
1. Porositas.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability - kair) dan permeabilitas yang ekivalen
terhadap liquid (kL).

3. Permeabilitas horisontal terbesar (maksimum).


4. Permeabilitas horisontal tegak lurus terhadap permeabilitas horisontal maksimum.
5. Permeabilitas vertikal.
6. Berat jenis butiran.
Contoh hasil analisa core rutin ditunjukkan oleh Tabel 1 dan Tabel 2.

2.2 ANALISA CORE SPESIAL (SPECIAL CORE ANALYSIS - SCAL)


Besaran-besaran yang diukur dan diperoleh dari uji ini adalah :
1. Permeabilitas liquid ekivalen sebagai fungsi dari volume throughput.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability) dan porositas core plug dan full diameter
core yang dilakukan pada beberapa harga confining stress.
3. Kompresibilitas formasi (pore volume compressibility) dari core plug dan full diameter
core sebagai fungsi dari tekanan overburden efektif.
4. Faktor resistivitas formasi (F), faktor sementasi (a) dan eksponen sementasi (m).
5. Indeks resistivitas (RI), saturasi air (Sw) dan eksponen saturasi (n).

6. Permeabilitas relatif (kr)sebagai fungsi saturasi.


7. Tekanan kapiler.
8. Waterflood Susceptibility
Contoh hasil analisa core spesial ditunjukkan oleh Tabel 3 sampai Tabel 9.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 2 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

3. DAFTAR PUSTAKA

1. Western Atlas International : Core Analysis Report, 1989.


2. Lemigas : Special Core Analysis Study On Conventional Core of JRK-228 TW Well (1st
Sand), 2003.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 3 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

4. DAFTAR SIMBOL

a = faktor sementasi
F = faktor resistivitas formasi
kair = permeabilitas udara (air permeability)
kL = permeabilitas liquid
kr = permeabilitas relatif
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi
RI = Indeks Resistivitas (Resistivity Index)
Sw = saturasi air

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 4 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

5. TABEL DAN GAMBAR YANG DIGUNAKAN


Tabel 1. Contoh Hasil Analisa Core

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 5 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Tabel 2. Contoh Hasil Analisa Sidewall Core SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 6 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Tabel 3. Permeabilitas Liquid Sebagai Fungsi dari Volume Throughput

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 7 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Tabel 4. Faktor Resistivitas Formasi (Formation Factor, F) dan Indeks


Resistivitas (Resistivity Index, RI)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 8 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Tabel 5. Data Tekanan Kapiler

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 9 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Tabel 6. Data Waterflood Susceptibility

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 10 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Tabel 7. Data Permeabilitas Relatif

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 11 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti

Tabel 8. Data Wettability

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.01
Halaman : 12 / 12
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Jenis Analisa Batuan Inti
Tabel 9. Data Kompresibilitas Formasi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 1 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

PENENTUAN PARAMETER RESERVOIR RATA-RATA

1. TUJUAN

Mengolah hasil Analisa Batuan Inti (core), yaitu porositas, permeabilitas dan saturasi untuk
digunakan dalam menentukan perhitungan cadangan dan perhitungan teknik reservoir lainnya.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Dengan menggunakan analisa statistik.

2.2. PERSYARATAN
Diperlukan hasil analisa batuan inti serta interpretasi log untuk harga porositas dan saturasi.
Harga batas , k dan Sw.

3. LANGKAH KERJA
3.1. PERHITUNGAN POROSITAS RATA-RATA
1. Siapkan data porositas terhadap kedalaman dari hasil analisa batuan inti dan interpretasi log
sumur yang bersangkutan.
2. Plot porositas hasil analisa batuan inti terhadap porositas hasil interpretasi log untuk
kedalaman yang sama. Tarik garis yang mewakili titik-titik tersebut. Persamaan garis ini
diperkirakan dengan menggunakan analisa regresi yang persamaannya dicantumkan di
Lampiran.
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log terhadap kedalaman sumur-sumur yang tidak
dilakukan pengintian.
4. Dengan menggunakan hasil plot dari langkah 2, tentukan harga porositas batuan inti
ekivalen dari harga-harga porositas di langkah 3.
5. Kumpulkan semua data porositas dari analisa batuan inti dan porositas ekivalen dengan
urutan membesar.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 2 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

6. Tentukan harga cut-off porositas dan sisihkan data porositas yang lebih kecil dari cut-off
tersebut. Harga cut-off dapat dilihat pada bagian penilaian formasi (PF).
7. Tentukan jumlah selang data dengan menggunakan persamaan berikut :
S = 1 + 3.3 log n (1)
dimana :
S = jumlah selang minimum
n = jumlah data
8. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk di dalam masing-masing selang.
9. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang dibagi dengan
jumlah data seluruhnya.
10. Plot selang porositas terhadap frekuensi. Porositas sebagai sumbu ordinat dan frekuensi
sumbu absis.
11. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang.
12. Porositas rata-rata dihitung sebagai berikut :
n
= f ii (2)
i 1

dimana :
fi = frekuensi pada suatu selang
i = harga-tengah porositas pada selang

3.2. PERHITUNGAN PERMEABILITAS RATA-RATA


1. Siapkan data porositas dan permeabilitas hasil analisa batuan inti terhadap kedalaman.
2. Plot porositas terhadap permeabilitas untuk kedalaman yang sama pada kertas grafik semi
log. Permeabilitas pada sumbu log dan porositas pada sumbu linear. Tarik garis lurus yang
mewakili titik-titik tersebut. Garis ini dapat ditentukan secara lebih baik dengan
menggunakan analisa regresi, yang persamaannya dicantumkan di Lampiran.
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log untuk sumur-sumur yang tidak dilakukan
pengintian.
4. Tentukan harga cut-off porositas dan sisihkan data porositas di langkah 3, yang lebih kecil
dari harga cut-off tersebut.
5. Tentukan harga permeabilitas ekivalen dari porositas hasil log, berdasarkan persamaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 3 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

garis di langkah (2).


6. Tentukan semua data permeabilitas dari analisa batuan inti maupun permeabilitas ekivalen
dengan urutan membesar. Berdasarkan harga cut-off permeabilitas, sisihkan harga
permeabilitas yang lebih kecil dari harga cut-off tersebut.
7. Kumpulkan semua data permeabilitas ekivalen dari analisa batuan inti maupun
permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan harga cut-off permeabilitas,
sisihkan harga permeabilitas yang lebih besar dari harga cut-off tersebut untuk keperluan
analisa.
8. Tentukan harga permeabilitas awal (dalam hal ini harga permeabilitas cut-off dapat
digunakan sebagai harga permeabilitas awal), kemudian batas selang dengan menggunakan
persamaan berikut :
kj = 2J ki (3)
dimana : J = 1, 2, 3, 4, ....
kj = batas selang permeabilitas
ki = permeabilitas awal
9. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing selang.
10. Hitung frekuensi masing-masing selang (fj) dengan menggunakan hubungan berikut :
jumlah data dalam selang j
frekuensi, f j = (4)
Jumlah data keseluruhan
11. Hitung frekuensi kumulatif setiap selang :
j
Fj = fi (5)
n =1

12. Dalam setiap selang, hitung permeabilitas rata-rata secara aritmatik (kA)j, yaitu :
n

k i
(k A ) j = i =1
(6)
n
dimana : n = jumlah data permeabilitas dalam selang
ki = harga-harga permeabilitas dalam selang
13. Permeabilitas rata-rata secara geometrik dan seluruh contoh dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
kG = 10A (7)
dimana :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 4 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

n
A = f j log(k A ) j (8)
j =1

3.3. PERHITUNGAN SATURASI AIR RATA-RATA


1. Siapkan hasil analisa batuan inti yang meliputi pengukuran tekanan kapiler (Pc) sebagai
fungsi saturasi air untuk berbagai harga permeabilitas.
2. Berdasarkan data ( cos )lab dan ( cos )res, ubah harga (Pc)lab menjadi tekanan kapiler
pada kondisi reservoir (Pc)res dengan menggunakan persamaan berikut :
( cos ) res
( Pc ) res = ( Pc ) lab (9)
( cos ) lab
Untuk selanjutnya Pc pada kondisi reservoir ini disebut Pc saja.
3. Dari data di langkah (l) dan (2) buat grafik permeabilitas terhadap saturasi air untuk suatu
harga tekanan kapiler yang tetap pada kertas grafik semi log. Permeabilitas pada skala log
dan saturasi pada skala linier.
4. Hitung permeabilitas rata-rata secara geometrik dengan menggunakan langkah kerja 3.2.
5. Dengan menganggap bahwa permeabilitas geometrik rata-rata berlaku untuk seluruh
reservoir dan dengan menggunakan grafik yang diperoleh dari langkah (2), baca harga
saturasi air untuk berbagai harga tekanan kapiler pada harga permeabilitas geometrik rata-
rata.
6. Plot tekanan kapiler terhadap saturasi air pada kertas grafik kartesian. Tekanan kapiler pada
sumbu ordinat dan saturasi air pada sumbu absis.
7. Ubah tekanan kapiler dari langkah (5) menjadi ketinggian, h, di atas permukaan batas air
(free water surface - posisi dimana Sw = 100% dan Pc = 0) dengan menggunakan persamaan
:
144 Pc
h= (10)
w o
dimana :
w dan o (lb/cuft) dihitung pada kondisi reservoir.
8. Harga saturasi air rata-rata pada setiap ketinggian diatas permukaan bebas air dapat
ditentukan dari langkah (6).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 5 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, James W., Bass, Daniel M. dan Whiting, Robert L. : "Petroleum Reservoir Engineering -
Physical Properties", McGraw Hill Book Company, 1960.
2. Craft, B. C. dan Hawkins, H. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall Inc.,
Englewood Cliffs, N.J., 1959.
3. Frick, Thomas C. : "Petroleum Production Handbook", Vol. II - Reservoir Engineering, SPE of
AIME Dallas-Texas, 1962.
4. Timmerman, E. H. : "Practical Reservoir Engineering", Part I, PennWell Books, Tulsa,
Oklahoma, 1982.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 6 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

5. DAFTAR SIMBOL

fj = frekuensi pada j
Fj = frekuensi kumulatif pada selang j
h = ketinggian di atas permukaan batas air
k = permeabilitas
kA = permeabilitas rata-rata secara aritmatik
kG = permeabilitas rata-rata secara geometrik
ki = permeabilitas awal
kj = batas selang permeabilitas
n = jumlah data dalam selang
Pc = tekanan kapiler
Sw = saturasi air
= porositas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 7 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Porositas suatu batuan berpori adalah fraksi dari volume batuan total yang berongga, yaitu :

Volume pori pori V p


= = (11)
Volume total VB
Porositas dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Porositas absolut/total.
Dalam hal ini, volume pori-pori yang digunakan untuk menghitung porositas adalah volume
pori-pori total.
2. Porositas efektif.
Volume pori-pori yang digunakan adalah volume pori-pori yang saling berhubungan.

Permeabilitas suatu batuan berpori adalah kemudahan fluida untuk mengalir melalui batuan
berpori tersebut pada suatu gradien tekanan tertentu. Satuan yang digunakan adalah Darcy atau
milli-Darcy (mD). Batuan berpori mempunyai permeabilitas l Darcy apabila fluida dengan
viskositas 1 cp, mengalir melalui batuan ini yang bersisi 1 cm dengan laju aliran 1 cm3/detik
pada perbedaan tekanan sebesar 1 atm.

Rongga di dalam batuan berpori sebagian dapat berisi cairan dan sebagian lagi berisi gas. Fraksi
volume rongga atau pori-pori yang diisi cairan dinyatakan sebagai saturasi cairan, yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume cairan dengan volume pori-pori keseluruhan.
Sebagai contoh saturasi air adalah :
Volume air di dalam batuan berpori
Sw = (12)
Volume pori pori keseluruhan
Apabila batuan berpori hanya berisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1 (13)
Dengan demikian apabila Sw dapat ditentukan, maka harga So dapat dihitung, yaitu :
So = 1 Sw (14)
Harga-harga porositas, permeabilitas dan saturasi air dapat ditentukan berdasarkan analisa
batuan inti di laboratorium dan selain itu porositas dan saturasi air dapat pula ditentukan dari
interpretasi log secara kuantitatif.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 8 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Apabila di suatu reservoir dilakukan beberapa pengintian, hasil analisa batuan inti di
laboratorium digunakan dengan hasil interpretasi log setelah dikoreksi dengan hasil
laboratorium dapat digunakan sebagai data untuk menentukan besarnya porositas, permeabilitas
dan saturasi air rata-rata di seluruh reservoir dengan menggunakan metode statik.

6.2. PERSAMAAN-PERSAMAAN ANALITIK REGRESI


Hubungan linier antara dua kelompok data, dapat ditentukan dengan analisa regresi, yang
memberikan persamaan regresi sebagai berikut :
1. Regresi linier : Y= a + bx (15)
2. Regresi eksponensial : Y= aebx, dimana a > 0 (16)
3. Regresi logaritmik : Y= a + b log x (17)
4. Regresi power : Y= a xb, dimana a > 0 (18)
Dengan teknik regresi ini, maka konstanta a dan b dari persamaan-persamaan di atas dapat
ditentukan. Secara umum persamaan untuk menentukan konstanta-konstanta tersebut adalah
sebagai berikut :

xi xi Yi xi Y
2
i
A= (19)
( xi ) 2
n x2

B=
Y Ani
(20)
x i

dimana harga A, B, xi dan Yi tergantung dari jenis regresi yang digunakan, ditunjukkan pada
tabel berikut :

Regresi xi Yi a b
Linier xi Yi A B
Eksponensial xi ln Yi eA B
Logaritmik log xi Yi A B
Power log xi log Yi 10A B

Untuk menilai apakah analisa regresi yang dipilih cukup mewakili data yang dianalisa, perlu
dihitung koefisien regresi (R2 ). Koefisien tersebut dihitung dengan persamaan berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 9 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

A Yi + b xi Yi 1 / n( Yi ) 2
R =
2
(21)
( Yi ) 2 1 / n( Yi ) 2

Apabila analisa regresi yang dipilih memberikan harga R2 1 ini berarti bahwa hampir semua
titik data terletak pada persamaan regresi. Jika diperoleh R2 < 1, berarti banyak titik data yang di
luar persamaan regresi. Dengan perkataan lain, makin kecil harga R2, titik data makin terpencar.

6.3. CONTOH SOAL


Hasil analisa core konvensional untuk porositas dan permeabilitas diberikan pada Tabel 1.
Sedangkan Tabel 2 menunjukkan hasil perata-rataan tekanan kapiler. Tentukan porositas dan
permeabilitas rata-rata serta saturasi air rata-rata pada setiap kedalam di zona transisi. Berat
jenis air dan minyak 68 lb/cuft dan 55.9 lb/cuft.

Tabel 1. Data Hasil Analisa Core Konvensional

ID Core Porosity Permeability,


mD
ID_101 0.519 363.286
ID_102 0.524 425.571
ID_103 0.513 326.857
ID_104 0.511 350
ID_105 0.512 367.571
ID_106 0.493 264.571
ID_107 0.504 474.286
ID_108 0.511 497
ID_109 0.514 584.857
ID_110 0.512 517.429
ID_111 0.502 547.714
ID_112 0.493 566.429
ID_113 0.497 483
ID_114 0.496 524
ID_115 0.509 370.714
ID_116 0.482 223
ID_117 0.516 308.857
ID_118 0.492 273.857
ID_119 0.478 647.571

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 10 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Tabel 1 (Lanjutan)

ID Core Porosity Permeability,


mD
ID_120 0.485 281.429
ID_121 0.451 339.714
ID_122 0.460 328.857
ID_123 0.474 348.286
ID_124 0.474 314
ID_125 0.485 396.857
ID_126 0.481 421.714
ID_201 0.484 35.8429
ID_301 0.485 490.286
ID_303 0.472 448
ID_304 0.489 366.429
ID_401 0.516 471.714
ID_402 0.466 52.0714
ID_403 0.487 103.029
ID_404 0.484 222.714
ID_405 0.508 237.429
ID_406 0.484 116
ID_407 0.495 180.571
ID_408 0.490 143
ID_409 0.397 3.364
ID_410 0.431 7.936
ID_411 0.425 8.489
ID_412 0.415 3.794
ID_413 0.414 2.791
ID_415 0.412 7.261
ID_416 0.379 1.531
ID_417 0.43 3.87
ID_418 0.412 6.949
ID_419 0.422 149.286
ID_420 0.43 20.814
ID_421 0.433 162.714
ID_422 0.418 34.929
ID_423 0.439 327.571
ID_424 0.434 213.286
ID_501 0.39 4.139
ID_502 0.395 4.883
ID_503 0.381 51.471
ID_504 0.314 10.414
ID_505 0.374 1.483
ID_506 0.392 17.586

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 11 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Tabel 1 (Lanjutan)

ID Core Porosity Permeability,


mD
ID_507 0.351 1.355
ID_508 0.3739 2.949
ID_509 0.406 4.986
ID_510 0.389 6.817
ID_511 0.312 9.083
ID_512 0.412 5.086
ID_513 0.411 5.416
ID_514 0.341 4.01
ID_515 0.296 5.179
ID_516 0.316 5.074
ID_517 0.389 2.83
ID_519 0.269 1.514
ID_520 0.304 2.589
ID_521 0.341 3.376
ID_523 0.358 2.156
ID_524 0.303 1.589

Tabel 2. Tekanan Kapiler Hasil Perata-rataan

(Pc)res Sw
0 1
0.361 0.941
0.722 0.898
1.444 0.763
2.889 0.484
5.417 0.333
12.639 0.244
25.278 0.194
54.167 0.167

A. Menentukan porositas rata-rata


1. Tentukan jumlah selang data :
S = 1 + 3.3 log n = 1 + 3.3 log(75) = 7.187 7
Selang-selang adalah sebagai berikut : 0.265 - 0.302, 0.302 - 0.339, 0.339 - 0.376,
0.376 - 0.413, 0.413 - 0.45, 0.45 - 0.487, 0.487 - 0.525.
2. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk didalam masing-masing selang :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 12 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

0.265 - 0.302 = 2
0.302 - 0.339 = 5
0.339 - 0.376 = 6
0.376 - 0.413 = 13
0.413 - 0.450 = 11
0.450 - 0.487 = 15
0.487 - 0.525 = 23
3. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu selang dibagi
dengan jumlah data seluruhnya :
0.265 - 0.302 = 2/75 = 0.027
0.302 - 0.339 = 5/75 = 0.067
0.339 - 0.376 = 6/75 = 0.08
0.376 - 0.413 = 13/75 = 0.173
0.413 - 0.450 = 11/75 = 0.147
0.450 - 0.487 = 15/75 = 0.2
0.487 - 0.525 = 23/75 = 0.307
4. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang, yaitu : 0.2835, 0.3205,
0.3575, 0.3945, 0.4315, 0.4685, 0.506
5. Hitung porositas rata-rata :
n
= f i i = (0.0267)(0.2835) + (0.0667)(0.3205) + (0.08)(0.3575) +
i 1

(0.1733)(0.3945) + (0.1467)(0.4315) + (0.2)(0.4685) +


(0.3067)(0.506) = 0.438

B. Menentukan permeabilitas rata-rata


1. Tentukan batas selang.
Data minimum setelah dibulatkan kebawah (dua angka desimal) dan data maksimum
setelah dibulatkan ke atas (dua angka desimal) adalah 1.35 mD dan 647.58 mD. Batas
selang ditentukan sebagai berikut :

k 0 = 2 0 (1.35) = 1.35

k1 = 21 (1.35) = 2.7

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 13 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

k 2 = 2 2 (1.35) = 5.4

k 3 = 2 3 (1.35) = 10.8

k 4 = 2 4 (1.35) = 21.6

k 5 = 2 5 (1.35) = 43.2

k 6 = 2 6 (1.35) = 86.4

k 7 = 2 7 (1.35) = 172.8

k 8 = 28 (1.35) = 345.6

k 9 = 2 9 (1.35) = 691.2
2. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing selang :
1.35 - 2.7 = 7
2.7 - 5.4 = 14
5.4 - 10.8 = 8
10.8 - 21.6 = 2
21.6 - 43.2 = 2
43.2 - 86.4 = 2
86.4 - 172.8 = 5
172.8 - 345.6 = 14
345.6 - 691.2 = 21
3. Hitung frekuensi tiap selang :
1.35 - 2.7 = 7/75 = 0.093
2.7 - 5.4 = 14/75 = 0.187
5.4 - 10.8 = 8/75 = 0.107
10.8 - 21.6 = 2/75 = 0.027
21.6 - 43.2 = 2/75 = 0.027
43.2 - 86.4 = 2/75 = 0.027
86.4 - 172.8 = 5/75 = 0.067
172.8 - 345.6 = 14/75 = 0.187
345.6 - 691.2 = 21/75 = 0.28

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 14 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

4. Hitung frekuensi kumulatif tiap selang :


1.35 - 2.7 = 0.093
2.7 - 5.4 = 0.280
5.4 - 10.8 = 0.387
10.8 - 21.6 = 0.413
21.6 - 43.2 = 0.440
43.2 - 86.4 = 0.467
86.4 - 172.8 = 0.533
172.8 - 345.6 = 0.720
345.6 - 691.2 = 1.000
5. Dalam setiap selang, hitung permeabilitas rata-rata secara aritmatik (kA)j , yaitu :
1.35 - 2.7 = 1.75
2.7 - 5.4 = 4.02
5.4 - 10.8 = 7.80
10.8 - 21.6 = 19.2
21.6 - 43.2 = 35.39
43.2 - 86.4 = 51.77
86.4 - 172.8 = 134.81
172.8 - 345.6 = 274.48
345.6 - 691.2 = 460.13
6. Hitung permeabilitas rata-rata keseluruhan secara geometrik :
n
A = f j log(k A ) j = 1.695
j =1

k G = 101.695 = 49.5 mD

C. Menentukan saturasi air rata-rata di zona transisi


Tentukan ketinggian dari free water surface pada setiap saturasi menggunakan persamaan
berikut ini :

144 Pc
h=
w o

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.02
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 15 / 15
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Tabel 3. Saturasi Air Rata-Rata di Zona Transisi

(Pc)res Sw h
(psia) (ft)
0 1 0
0.361 0.941 4.297
0.722 0.898 8.595
1.444 0.763 17.190
2.889 0.484 34.380
5.417 0.333 64.463
12.639 0.244 150.413
25.278 0.194 300.827
54.167 0.167 644.629

700

600
Ketinggian Dari Free Water Surface, h, ft

500

400

300

200

100

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Saturasi Air Rata-Rata, Sw

Gambar 1. Profil Saturasi Air Rata-rata di Zona Transisi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 1 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

PENENTUAN DATA TEKANAN KAPILER RATA-RATA

1. TUJUAN
Membuat data tekanan kapiler rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir dari sejumlah hasil
analisis batuan inti (core analysis).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode yang digunakan adalah korelasi Leverett J-function dan korelasi Guthrie.

2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.

3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE KORELASI LEVERETT J - FUNCTION
1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan inti yang
menghasilkan parameter berikut :
- Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw) dari masing-masing batuan inti.
- Tegangan permukaan ( ).

- Permeabilitas masing-masing batuan inti (k) dan harga rata-ratanya ( k ).

- Porositas masing-masing batuan inti ( ) dan harga rata-rata ( ).

- Sudut kontak ( ). Biasanya tersedia pengukuran cos .


2. Hitung harga J(Sw) dari masing-masing batuan inti :
Pc k
J (S w ) = ( ) 0. 5 (1)
cos
3. Plot J(Sw) terhadap Sw pada sistem sumbu kartesian.
4. Buat kurva yang mewakili plot J(Sw) terhadap Sw dengan metode least square.
5. Berdasarkan hasil kurva rata-rata J(Sw) pada langkah 4, maka tentukan harga Pc rata-rata
sebagai fungsi dari Sw dengan menggunakan persamaan (1), dimana untuk permeabilitas dan
porositas digunakan harga rata-ratanya ( k dan ).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 2 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

3.2. METODE KORELASI STATISTIK GUTHRIE


1. Siapkan data pendukung. Perlu analisis laboratorium atas beberapa batuan inti yang
menghasilkan parameter berikut :
- Tekanan kapiler (Pc) terhadap saturasi air (Sw).
- Permeabilitas masing-masing batuan inti dan harga rata-rata ( k ).
2. Plot Pc terhadap Sw untuk setiap harga k yang berbeda pada satu kertas grafik kartesian. Tarik
kurva Pc (Sw) untuk masing-masing harga k.
3. Untuk suatu harga Pc, baca harga k dan Sw.
4. Plot Sw terhadap log k untuk berbagai harga Pc.
5. Tarik garis lurus rata-rata k(Sw) untuk masing-masing harga Pc.
6. Pada hasil plot di langkah 5 tariklah garis sejajar dengan sumbu Sw untuk k = k . Garis ini
akan memotong kumpulan garis linear k(Sw) pada Sw dan Pc tertentu.
7. Plot Pc terhadap Sw dari hasil langkah 5 yang merupakan Pc(Sw) rata-rata.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 3 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J. W., Bass Jr., D. M. dan Whiting, R. L.: "Petroleum Reservoir Engineering Physical
Properties", McGraw-Hill, 1960.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 4 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

5. DAFTAR SIMBOL

J(Sw) = Leverett J-Function, tak bersatuan


k = permeabilitas, cm2 atau mD
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2 atau psi
Sw = saturasi air, fraksi

Huruf Yunani :
= porositas, fraksi

= tegangan permukaan, dyne/cm


= sudut kontak, derajat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 5 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Data tekanan kapiler didapatkan dari analisis batuan inti di laboratorium. Analisis contoh
tersebut merupakan bagian yang sangat kecil untuk dapat mewakili reservoir atau formasi secara
keseluruhan. Oleh karena itu, seluruh data tekanan kapiler yang diukur dari contoh batuan inti
yang berasal dari reservoir tersebut digabungkan dan kemudian ditentukan kurva tekanan kapiler
yang mewakili atau representatif untuk reservoir tersebut.
Ada dua metode untuk memperoleh kurva tekanan kapiler yang representatif :
- Metode Leverett (Leverett J - function)
- Metode Statistik - Guthrie

A. Metode Leverett
Leverett membuat fungsi korelasi yang didefinisikan sebagai berikut :
0. 5
P k
J (S w ) = c (2)

dimana :
Pc = tekanan kapiler
= tegangan permukaan
k = permeabilitas
= porositas

Dapat ditambahkan bahwa apabila digunakan satuan lain yang cocok kecuali di atas, hanya
akan menggeser kurva pada sumbu - Y. Beberapa penulis melibatkan "cos ", dimana
adalah sudut kontak, sehingga fungsi korelasi Leverett menjadi :
0 .5
Pc k
J (S w ) = (1)
cos

Gambar 1 memperlihatkan contoh hubungan antara J(Sw) terhadap Sw dari berbagai formasi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 6 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

B. Metode Statistik - Guthrie


Tekanan kapiler merupakan fungsi permeabilitas dan saturasi. Dari berbagai pengamatan,
Guthrie mendapatkan bahwa pada suatu harga tekanan kapiler, hubungan antara k dan Sw
adalah sebagai berikut :
Sw = a log k + C (3)
Walaupun Sw pada suatu harga Pc juga merupakan fungsi porositas, namun untuk tujuan-
tujuan praktis, hubungan (3) di atas cukup baik untuk digunakan.
Dari hubungan tersebut di atas, dapat dibuat plot k terhadap Sw untuk berbagai harga Pc dari
contoh batuan yang dianalisis. Hubungan tersebut akan merupakan garis lurus pada kertas
semi-log untuk setiap harga Pc tertentu.

6.2. CONTOH SOAL


Untuk mengevaluasi sejumlah hasil analisis dari Edward - Formation (Jourdantown Field),
digunakan hubungan :
0 .5
Pc k
J (S w ) = (1)
cos
kemudian plot harga J(Sw) terhadap saturasi air. Dari plot tersebut, walaupun "trend" garis
korelasi yang didapat cukup baik, ternyata korelasi tersebut akan semakin baik apabila hasil
analisis batuan tadi dipisahkan menurut tekstur, yaitu :
- limestone cores
- dolomite cores
- micro granular limestone cores
- coarse - grained limestone cores
Gambar 2a, 2b, 2c, 2d dan 2e adalah hasil plot J(Sw) terhadap saturasi air.
Gambar 3 memperlihatkan hasil pengukuran Pc(Sw) dari sejumlah hasil analisis yang mempunyai
harga permeabilitas yang berbeda. Berdasarkan Gambar 3, dapat dibuat korelasi :
Sw = a log k + C (3)
untuk setiap harga tekanan kapiler yang berbeda. Korelasi tersebut dibuat sebagai berikut :
- Pada suatu harga Pc, baca harga k dan Sw.
- Plot k vs Sw untuk setiap harga Pc yang diambil, korelasi k(Sw) untuk berbagai harga Pc dapat
dilihat pada Gambar 4.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 7 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Contoh J (Sw) terhadap Sw

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 8 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 2a. Korelasi Seluruh Hasil Analisa

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 9 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 2b. Korelasi untuk Batuan Inti Limestone

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 10 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 2c. Korelasi untuk Batuan Inti Dolomite

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 11 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 2d. Korelasi untuk Batuan Inti Microgranular Limestone

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 12 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 2e. Korelasi untuk Batuan Inti Grained Limestone

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 13 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 3. Pc vs Sw untuk Berbagai Harga k

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.03
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 14 / 14
SUB JUDUL : Penentuan Data Tekanan Kapiler Rata- Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Rata

Gambar 4. Korelasi k-Sw untuk Berbagai Pc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 1 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

PENENTUAN KURVA PERMEABILITAS RELATIF RATA-RATA

1. TUJUAN
Menentukan kurva kr versus S rata-rata yang representatif untuk suatu reservoir atau formasi dari
sejumlah analisa contoh batu inti (core analysis).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2. 1. METODE
Metode yang digunakan adalah normalisasi - denormalisasi sejumlah kurva kr terhadap S dari
suatu formasi.

2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.

3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung yang tersedia untuk :
a. Sistem Air - Minyak
- Tabel atau kurva kro dan krw terhadap Sw
- Dari Tabel atau Kurva tersebut baca harga titik akhir (end points) :
kro @ Swc
kro @ Sor
krw @ Swc
krw @ Sor
b. Sistem Gas - Minyak
- Tabel krg dan kro ternadap saturasi cairan (SL)
- Data harga titik akhir :
kro @ Swc
kro @ Sgr
krg @ Swc
krg @ sgr

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 2 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

c. Sistem Gas - Air


- Tabel krg - krw versus Sw.
- Data harga titik akhir :
krw @ Swc
krw @ Sgr
krg @ Swc
krg @ Sgr
2. Lakukan prosedur normalisasi untuk setiap kurva kr ternadap S dengan menyiapkan tabel berikut :
a. Sistem Air - Minyak
Buat tabel Sw, kro, krw, S w* , k ro
* *
, k rw seperti pada contoh, dimana :

S w S wc
S w* =
1 S wc S or
k ro @ S w
k ro* =
k ro @ S wc
k rw @ S w
*
k rw =
k rw @ S or
b. Sistem Gas - Minyak
Buat tabel SL,, kro, krg, S L* , k *ro , k *rg seperti pada contoh, dimana :

S L S wc
S L* =
1 S wc S or

k ro @ S L
k ro* =
k ro @ S wc
k rg @ S L
k rg* =
k rg @ S or
c. Sistem Gas - Air
Buat tabel Sw, krg, krw, S *w , k *rg , k *rw seperti pada contoh, dimana :

S w S wc
S w* =
1 S wc S gr

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 3 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

k rg @ S w
k rg* =
k rg @ S wc

k rw @ S w
*
k rw =
k rw @ S gr

3. Buat Kurva S* terhadap k *r untuk seluruh contoh batuan.

4. Tentukan kurva k *r (S *w ) rata-rata seperti diperlihatkan pada Gambar l.

5. Lakukan denormalisasi dari kurva k *r (S *w ) rata-rata dari langkah 4 sebagai berikut :

a. Sistem Air - Minyak


Buat tabel S *w , k *ro , k *rw , Sw, kro dan krw seperti pada contoh, dimana :

k *ro dan k *rw dibaca dari kurva di langkah 4 untuk setiap harga S *w .

(
S w = S w* 1 S wc S or + S wc )
(
k ro = k ro* k ro @ S wc )
k rw = k rw
*
(k rw @ S or )
N

(S ) wc i
S wc = i =1

N
N

(S ) or i
S or = i =1

N
N

(k ro @ S wc )i
k ro @ S wc = i =1

N
N

(k rw @ S or )i
k rw @ S or = i =1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 4 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

b. Sistem Gas - Minyak


Buat tabel S *L , k *ro , k *rg , SL,, kro dan krg dimana : k *ro dan k *rg dibaca dari kurva di langkah 4

untuk setiap harga S *L .

(
S L = S L* 1 S wc S gr + S wc )
k ro = k (k
*
ro ro @ S wc )
k rg = k (k
*
rg rg @ S or )
N

(S ) wc i
S wc = i =1

(S )
N

gr i
S gr = i =1

N
N

(k ro @ S wc )i
k ro @ S wc = i =1

(k @ S gr )i
N

rg
k rg @ S gr = i =1

c. Sistem Gas - Air


Buat tabel S *w , k *rg , k *rw , Sw, krg dan krw dimana : k *rg dan k *rw dibaca dari kurva di langkah 4

untuk setiap harga Sw.

(
S w = S w* 1 S wc S or + S wc )
k rg = k rg* (k rg @ S wc )
k rw = k rw
*
(k rw @ S gr )
N

(S ) wc i
S wc = i =1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 5 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

(S )
N

gr i
S gr = i =1

(k @ S wc )i
N

rg
k rg @ S wc = i =1

(k @ S gr )i
N

rw
k rw @ S gr = i =1

6. Plot kr terhadap S hasil de-normalisasi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 6 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J. W. , Bass Jr., D. M. dan Whiting, R. L. : "Petroleum Reservoir Engineering Physical


Properties", McGraw-Hill, 1960.
2. Van Poollen, H. K. : "Petroleum Engineering - Short Course", 1983.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 7 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

5. DAFTAR SIMBOL

kr = permeabilitas relatif
krg = permeabilitas relatif gas
kro = permeabilitas relatif minyak
krw = permeabilitas relatif air
S = saturasi
Sg = saturasi gas
Sgr = saturasi gas residu
SL = saturasi cairan = So + Swc
Sor = saturasi minyak residu
Sw = saturasi air
Swc = saturasi air konat, dianggap sama dengan Swi
krg @ Sgr = permeabilitas relatif gas pada Sgr
krg @ SL = permeabilitas relatif gas pada SL
krg @ Sw = permeabilitas relatif gas pada Sw
kro @ SL = permeabilitas relatif minyak pada SL
kro @ Sw = permeabilitas relatif minyak pada Sw
kro @ Swc = permeabilitas relatif minyak pada Swc
krw @ Sgr = permeabilitas relatif air pada Sgr
krw @ Sor = permeabilitas relatif air pada Sor
krw @ Sw = permeabilitas relatif air pada Sw

* Keterangan : Semua simbol tidak bersatuan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 8 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Apabila dilakukan pengukuran permeabilitas relatif (kr terhadap S) dari sejumlah analisis contoh
batuan inti yang berasal dari reservoir yang sama, hampir selalu didapatkan harga titik akhir (end
points : Swc, Swi, Sor, Sgr) yang berbeda untuk setiap analisis core sehingga akan menghasilkan
bentuk kurva kr terhadap S yang berbeda pula.
Sebuah kurva kr(S) yang representatif untuk suatu reservoir diperoleh dengan cara normalisasi
dan de-normalisasi harga-harga titik akhir analisis core. Adapun harga yang dinormalisasi adalah
sebagai berikut :

Sistem
Titik Akhir
Gas/Minyak Gas/Air Air/Minyak
kro @ Swi atau Swc 1.0 - 1.0
kro @ Sor atau Sgr 0 - 0
krw @ Swi atau Swc - 0 0
krw @ Sor atau Sgr - 1.0 1.0
krg @ Swi atau Swc 0 1.0 -
krg @ Sor 0 0 -

Berdasarkan harga titik akhir tersebut di atas, kurva kr terhadap S yang diperoleh dari hasil
pengukuran dinormalisasikan berdasarkan rumus berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 9 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Tabel 1
Normalisasi Titik-Titik Akhir

Harga yang Jenis Sistem


dinormalisasi Gas/Minyak Gas/Air Air/Minyak
k ro @ S L k ro @ S w
k *ro -
k ro @ S wc k ro @ S wc

k rw @ S w k rw @ S w
k *rw -
k rw @ S gr k rw @ S or

k rg @ S L k rg @ S w
k *rg -
k rg @ S or k rg @ S wc

S L S wi S w S wi S w S wi
S *w
1 S wi S gr 1 S wi S gr 1 S wi S or

Perhitungan di atas dilakukan terhadap data yang didapatkan dari setiap analisis core. Kemudian
plot seluruh harga k *r dan S* yang didapat seperti pada Gambar 1.

Karena titik k *r (S*) tersebar, maka kurva normalisasi rata-rata harus diperkirakan seperti pada
Gambar 1.
Untuk melakukan de-normalisasi, yaitu menentukan kurva kr(S) yang mewakili atau
representatif, lakukan perata-rataan harga "end points" seluruh hasil analisis core yang ada
dengan formula sebagai berikut :
N

(endpoint) i
(endpoint ) rata rata = i =1

dimana End Point adalah harga-harga Swc, Swi, Sor, Sgr, dan lain-lain dari setiap sampel dan N
adalah jumlah sampel yang diukur.
Langkah terakhir untuk mendapatkan kurva kr(S) adalah menghitung harga kr dan S dengan
menggunakan rumus pada Tabel 1 dimana harga S* dan k *r dibaca dari kurva k *r (S*) rata-rata
pada Gambar 1.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 10 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

6.2. CONTOH SOAL


Dari pengukuran tiga buah sampel batuan didapatkan data permeabilitas relatif terhadap saturasi
sebagai berikut :

Sampel # 1 :
Sw (fraksi) kro (fraksi) krw (fraksi)
0.528 0.973 0
0.639 0.170 0.060
0.653 0.136 0.070
0.668 0.105 0.083
0.711 0.046 0.126
0.754 0.016 0.194
0.771 0.003 0.222
0.779 0.0003 0.237
0.782 0 0.265

Swc = 0.528
Sor = 0.218
krw@Sor = 0.265
kro@Swc = 0.973

Sampel # 2 :
Sw (fraksi) kro (fraksi) krw (fraksi)
0.535 0.81 0
0.7442 0.081 0.0638
0.8139 0.0243 0.0858
0.8404 0.0016 -
0.8604 0.0002 -
0.8670 0 0.11

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 11 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Swc = 0.535
Sor = 0.133
krw@Sor = 0.11
kro@Swc = 0.81

Sampel # 3 :
Sw (fraksi) kro (fraksi) krw (fraksi)
0.3920 0.9 0
0.4114 0.7560 0.0119
0.4633 0.4590 0.0408
0.6220 0.0270 0.1224
0.6577 0.0090 0.1377
0.7095 0.0003 -
0.7160 0 0.17

Swc = 0.392
Sor = 0.284
krw@Sor = 0.17
kro@Swc = 0.9

Dari ketiga sampel tersebut, akan dibuat kr(Sw) rata-rata dengan proses normalisasi de-
normalisasi.

Penyelesaian :
Dari masing-masing titik akhir (end point) yang diketahui, lakukan normalisasi sebagai berikut :
S w S wc
S w* =
1 S wc S or
k ro @ S w
k ro* =
k ro @ S wc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 12 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

k rw @ S w
*
k rw =
k rw @ S or

Sampel # 1 :
S w 0.528 S 0.528
S w* = = w
1 0.528 0.218 0.2540
k ro @ S w
k ro* =
0.973
k rw @ S w
*
k rw =
0.265

Tabel 2
Normalisasi Titik-Titik Akhir Sampel 1

Sw kro krw S *w k *ro k *rw

0.528 0.973 0 0 1 0

0.639 0.170 0.060 0.437 0.175 0.226


0.653 0.136 0.070 0.492 0.140 0.264
0.668 0.105 0.083 0.551 0.108 0.313
0.711 0.046 0.126 0.720 0.047 0.476
0.754 0.016 0.194 0.890 0.0164 0.732
0.711 0.003 0.222 0.957 0.0031 0.838
0.779 0.0003 0.237 0.988 0.000308 0.894
0.782 0 0.265 1 0 1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 13 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Sampel # 2 :
S w 0.535 S 0.535
S w* = = w
1 0.535 0.133 0.3320
k ro @ S w
k ro* =
0.81
k rw @ S w
*
k rw =
0.11

Tabel 3
Normalisasi Titik-Titik Akhir Sampel 2

Sw kro krw S *w k *ro k *rw

0.535 0.81 0 0 1 0

0.7442 0.081 0.0638 0.63 0.1 0.58


0.8139 0.0243 0.0858 0.84 0.03 0.78
0.8404 0.0016 - 0.92 0.002 -
0.8604 0.0002 - 0.98 0.0003 -
0.8670 0 0.11 1 0 1

Sampel # 3 :
S w 0.392 S 0.392
S w* = = w
1 0.392 0.284 0.3240
k ro @ S w
k ro* =
0.9
k rw @ S w
*
k rw =
0.17

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 14 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Tabel 4
Normalisasi Titik-Titik Akhir Sampel 3

Sw kro krw S *w k *ro k *rw

0.392 0.9 0 0 1 0

0.4114 0.7560 0.0119 0.06 0.84 0.07


0.4633 0.4590 0.0408 0.22 0.51 0.24
0.6220 0.0270 0.1224 0.71 0.03 0.72
0.6577 0.0090 0.1377 0.82 0.01 0.81
0.7095 0.0003 - 0.98 0.0003 -
0.7160 0 0.17 1 0 1

Plot S *w vs k *r untuk ketiga sampel tersebut pada satu kertas grafik Kartesian (Gambar 2).

Tentukan harga rata-rata titik-titik akhir (end points) :


0.528 + 0.535 + 0.392
S wc = = 0.485
3
0.218 + 0.133 + 0.284
S or = = 0.212
3
0.265 + 0.11 + 0.17
k rw @ S or = = 0.182
3
0.973 + 0.81 + 0.90
k ro @ S wc = = 0.894
3

Baca harga S *w , k *ro , k *rw dan hitung harga Sw, kro dan krw berdasarkan harga titik-titik akhir rata-

rata di atas (De-Normalisasi).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 15 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Tabel 5
Normalisasi Titik-Titik Akhir Rata-Rata dari Tiga Sampel

Sw kro krw S *w k *ro k *rw

0 1 0 0.485 0.894 0

0.1 0.79 0.06 0.5153 0.7063 0.0109


0.2 0.57 0.12 0.5456 0.5096 0.0218
0.3 0.37 0.19 0.5759 0.3308 0.0346
0.4 0.23 0.28 0.6062 0.2056 0.0510
0.5 0.15 0.355 0.6365 0.1341 0.0646
0.6 0.1 0.45 0.6668 0.0894 0.0819
0.7 0.6 0.58 0.6971 0.0536 0.1056
0.8 0.03 0.73 0.7274 0.0268 0.1329
0.9 0.01 0.92 0.7577 0.0089 0.1674
1.0 0 1.0 0.7880 0 0.1820

dimana :

S w = S w* (1 S wc S or ) + S wc

S w = S w* (1 0.485 0.212) + 0.485

S w = S w* (0.3030) + 0.485

k ro = k ro* (k ro @ S wc ) = k ro* (0.894)

k rw = k rw
*
(k rw @ S or ) = k rw
*
(0.182)

Plot harga kr terhadap S hasil de-normalisasi di atas pada kertas kartesian (Gambar3).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 16 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Kurva Normalisasi (S* vs k *r ) Seluruh Sampel (Core)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 17 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Gambar 2. Normalisasi Kurva S* vs k *r Seluruh Sampel

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.04
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 18 / 18
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata

Gambar 3. Kurva Sw vs kr, De-Normalisasi (rata-rata dari seluruh sampel)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.05
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Halaman : 1/4
SUB JUDUL : Perhitungan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata Menggunakan
Tekanan Kapiler

PRAKIRAAN KURVA PERMEABILITAS RELATIF RATA-RATA


MENGGUNAKAN TEKANAN KAPILER

1. TUJUAN
Menentukan kurva permeabilitas relatif dari data tekanan kapiler.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Dengan menggunakan metode Purcell dan metode Fatt-Dykstra.

2.2. PERSYARATAN
Diperlukan hubungan antara tekanan kapiler dan saturasi.

3. LANGKAH KERJA
3.1. PERHITUNGAN PERMEABILITAS RELATIF DENGAN METODE PURCELL
1. Siapkan data tekanan kapiler terhadap saturasi.
2. Hitung permeabilitas relatif fluida pembasah (wetting phase fluid) dengan persamaan berikut :
S = S wt

dS /( P )
2
c

k rwt = S =0
S =1
(1)

dS /( P )
2
c
S =0

3. Hitung permeabilitas relatif fluida bukan pembasah (non-wetting phase fluid) dengan
persamaan berikut :
S =1

dS /( P )
2
c
S = S wt
k rnwt = S =1
(2)

dS /( P )
2
c
S =0

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.05
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Halaman : 2/4
SUB JUDUL : Perhitungan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata Menggunakan
Tekanan Kapiler

3.2. PERHITUNGAN PERMEABILITAS RELATIF DENGAN METODE FATT - DYKSTRA


1. Siapkan data tekanan kapiler terhadap saturasi.
2. Hitung permeabilitas relatif fluida pembasah (wetting phase fluid) dengan persamaan berikut :
S = S wt

dS /( P )
3
c

k rwt = S =0
S =1
(3)

dS /( P )
3
c
S =0

3. Hitung permeabilitas relatif fluida bukan pembasah (non-wetting phase fluid) dengan
persamaan berikut :
S =1

dS /( P )
3
c
S = S wt
k rnwt = S =1
(4)

dS /( P )
3
c
S =0

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.05
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Halaman : 3/4
SUB JUDUL : Perhitungan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata Menggunakan
Tekanan Kapiler

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J. W., Bass, D. M. dan Whiting, R. L. : :"Petroleum Reservoir Engineering - Physical


Properties", McGraw-Hill, Inc., USA, 1960.
2. Honarpour, M., Koederitz, L. dan Harvey, A. H. : "Relative Permeability of Petroleum
Reservoirs", CRC Pres, Inc., Boca Raton, Florida, 1986.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.05
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
Halaman : 4/4
SUB JUDUL : Perhitungan Kurva Permeabilitas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Relatif Rata-Rata Menggunakan
Tekanan Kapiler

5. DAFTAR SIMBOL

krnwt = permeabilitas relatif non-wetting-phase fluid


krwt = permeabilitas relatif wetting-phase fluid
Pc = tekanan kapiler

Swt = saturasi wetting-phase fluid

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.06
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 1/4
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Tiga Fasa

PENENTUAN KURVA PERMEABILITAS RELATIF TIGA FASA

1. TUJUAN
Tujuan dari bab ini adalah untuk memberikan metode perhitungan permeabilitas relatif tiga fasa
berdasarkan data permeabilitas relatif dua fasa air-minyak dan minyak-gas.
Kondisi fluida dalam tiga fasa (minyak, gas dan air) dalam reservoir bukanlah hal yang jarang terjadi
selama proses produksi sehingga pengetahuan akan permeabilitas relatif tiga fasa menjadi penting.
Pengukuran secara langsung permeabilitas relatif tiga fasa di laboratorium tidaklah mudah dan
memerlukan jumlah percobaan yang berlipat dibandingkan dengan mengukur permeabilitas relatif
dua fasa.

2. PERSYARATAN
Metode yang digunakan adalah Normalized Stones Method I dan Normalized Stones Method II,
Tersedia dua set data permeabilitas relatif air-minyak dan minyak-gas,
Sistem adalah water-wet (akan tetapi dapat juga dipakai untuk oil-wet), minyak dianggap sebagai
intermediate wetting phase dan gas dianggap sebagai least wetting phase,
Jika saturasi minyak berkurang, gunakan kurva imbibisi untuk air-minyak dan kurva drainage
untuk minyak-gas,
Jika saturasi air berkurang, gunakan kurva drainage untuk air-minyak dan minyak-gas.

Langkah KerjaPerhitungan Porositas Rata-Rata


Perhitungan Permeabilitas Rata-Rata
Perhitungan SatuRasi air Rata Rata

Daftar Pustaka

Daftar Simbol

LampiranLatar Belakang Dan Rumus


Persamaan Persamaan Analitik RegresiContoh Soal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.06
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 2/4
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Tiga Fasa

# + $

TEKNIK RESERVOIR
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI
SUB JUDUL : Penentuan Parameter Reservoir Rata-Rata

3. LANGKAH KERJA
K

Prosedur perhitungan dilakukan menurut urutan seperti berikut ini :


1. Siapkan dua set kurva permeabilitas relatif dua fasa sistem air-minyak dan minyak-gas, yaitu :
krw, krow terhadap Sw
krg, krog terhadap Sg
2. Karena sistemnya water wet dan gas dianggap sebagai least wetting phase, maka permeabilitas
relatif tiga fasa untuk air dan gas adalah sebagai berikut :
k rw ( S w , S g ) = k rw ( S w ) (1)

k rg ( S w , S g ) = k rg ( S g ) (2)

3. Tentukan permeabilitas relatif minyak pada sistem tiga fasa :


Normalized Stones Method I :
S o* k row k rog
k ro ( S w , S g ) = (3)
(1 S w* )(1 S g* )
dimana :
S o S om
S o* = (4)
1 S wc S om
S w S wc
S w* = (5)
1 S wc S om

#
LANGKAHKERJA31
+
20
$
Langkah Kerja
K
Langkah-langkah
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.06
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 3/4
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Tiga Fasa

Sg
S g* = (6)
1 S wc S om
S om = S orw + (1 ) S org (7)

Sg
= 1 (8)
1 S wc S org

Normalized Stones Method II :

k k rog
k ro ( S w , S g ) = k rocw row + k rw + k rg (k rw + k rg ) (9)
k rocw k rocw

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.06
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 4/4
SUB JUDUL : Penentuan Kurva Permeabilitas Relatif Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Tiga Fasa

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Stone, H. L. : "Probability Model for Estimating Three-Phase Relative Permeability," JPT (Feb.
1970) 214-218.
2. Fayers, F. J. dan Mathews, J. D. : "Evaluation of Normalized Stones Methods for Estimating
Three-Phase Relative Permeabilities," SPEJ (April 1984) 224-232.
3. Fayers, F. J. : "Extension of Stones Method I and Conditions for Real Characteristics in Three-
Phase Flow," SPE 16965; Proceeding of The 62nd Annual Technical Conference and Exhibition of
SPE, Dallas, TX, September 27-30, 1987.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.07
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 1/4
SUB JUDUL : Penentuan Bidang-Bidang Batas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Minyak/Air dan Gas/Air

PENENTUAN BIDANG-BIDANG BATAS MINYAK/AIR DAN GAS/AIR

1. BIDANG BATAS DAN FREE WATER LEVEL

Batas antara zona minyak dan zona air atau zona gas dan zona air, masing-masing disebut sebagai
Water - Oil Contact (WOC) dan Gas - Water Contact (GWC), perlu diketahui dalam upaya
menghitung atau memperkirakan volume minyak atau gas mula-mula di tempat (Original Oil In Place
atau Original Gas In Place). Batas antara zona gas (gas cap) dan zona minyak disebut Gas-Oil
Contact (GOC). Penentuan atau perkiraan batas (contact) dimaksud dapat dilakukan dengan
menggunakan data atau kombinasi data yang ada berikut ini :
1. Data/hasil interpretasi logs (electric log, Neutron-Density log),
2. Data Repeat Formation Tester (RFT), yaitu data gradien tekanan statik pada masing-masing zona
tersebut di atas,
3. Data analisa fluida reservoir, terutama sifat-sifat fisik dan kimiawinya, dan
4. Data analisa batuan inti (Conventional dan Special Core Analysis).

Bilamana semua data tersebut ada, maka penentuan WOC atau GWC harus terintegrasi. Pada situasi
tertentu mungkin saja hanya sebagian data yang tersedia dan ini harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Perlu dicatat bahwa bila ada data RFT, maka perpotongan garis gradien tekanan minyak
atau gas dengan garis gradien tekanan air merupakan posisi atau kedalaman Free Water Level (FWL),
bukan WOC atau GWC, kecuali threshold Pressure-nya PCT = 0. Bila harga PCT 0 (dari data
capillary pressure), maka WOC atau GWC berada di atas FWL sejauh :
144 PCT 144 PCT
h= atau h =
water oil water gas
Semua parameter dalam kondisi reservoir dan h, PCT dan masing-masing dalam satuan feet, psi dan
lb/cuft.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.07
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 2/4
SUB JUDUL : Penentuan Bidang-Bidang Batas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Minyak/Air dan Gas/Air

2. METODE ADCAP

Ada situasi tertentu saat mana WOC atau GWC tidak atau belum tertembus oleh satu atau lebih sumur
yang sudah dibor. Bila pada situasi ini WOC atau GWC harus diperkirakan, maka ada cara estimasi
(metode Adcap) memperkirakan posisi FWL di bawah base sand (terutama untuk reservoir yang
relatif homogen) sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan : permeabilitas absolut (kgas), porositas (), saturasi air (Sw) vs Depth dan Pc
vs Sw.
2. Tentukan displacement pressure (Pd) :
937.8
Pd =
(
k 0.3406 )
dimana Pd dalam satuan psi, k dalam millidarcy dan dalam fraksi.
3. Hitung faktor geometri pori-pori (Fg) :
2
k 0.1254
ln 5.21

Fg =
2.303
4. Hitung Pc untuk harga Sw di (dekat) base sand :
Fg
log Pc = + log Pd
ln(1 S w )
5. Prakiraan FWL dari base sand ke bawah sejauh hFWL (dalam satuan feet) :
144 Pc
hFWL =
water oil
atau untuk reservoir gas :
hFWL = 0.37 Pc
6. Bila ada data tekanan kapiler, maka posisi WOC atau GWC di bawah base sand adalah :
144 PCT 144 PCT
hWOC = hFWL atau hGWC = hFWL
water oil water gas

Hasil estimasi di atas perlu dicek terhadap kedalaman spill point-nya, konsultasikan dengan
geologist Anda apakah posisi kedalaman WOC melebihi spill point-nya atau tidak. Juga, cek tebal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.07
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 3/4
SUB JUDUL : Penentuan Bidang-Bidang Batas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Minyak/Air dan Gas/Air

kolom hidrokarbon (minyak dan/atau gas) hHC dan ini perlu data tekanan kapiler dari cap rock atau
seal :
PdS PdR
hHC
0.433( water HC )
dimana :
PdS = displacement pressure dari seal, psi
PdR = displacement pressure dari reservoir, psi
water = densitas air formasi, gr/cc
HC = densitas minyak atau gas, gr/cc
hHC = tebal kolom minyak atau gas dalam reservoir, feet

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 01.07
JUDUL : ANALISA BATUAN INTI Halaman : 4/4
SUB JUDUL : Penentuan Bidang-Bidang Batas Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Minyak/Air dan Gas/Air

3. DAFTAR PUSTAKA

1. Hawkins, J. M., Luffel, D. L. dan Harris, T. G. : "Capillary Pressure Model Predicts Distance to
Gas/Water, Oil/Water Contact", Oil and Gas Journal, January 18, 1993, page 39-43.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 1/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

KLASIFIKASI FLUIDA RESERVOIR

1. TUJUAN
Mengenal sifat-sifat fisik fluida reservoir, sehingga dapat digunakan untuk menentukan cara yang
paling tepat untuk memproduksi reservoir yang bersangkutan.

2. METODE
Metode yang digunakan adalah table look-up berdasarkan rules of thumb yang berlaku selama ini,
yaitu berdasarkan harga GOR pada awal produksi, gravity cairan di stock-tank dan warna cairan pada
stock-tank.

3. JENIS-JENIS FLUIDA RESERVOIR


3.1. BLACK OIL
Terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk molekul-molekul yang besar, berat dan tidak
mudah menguap (nonvolatile). Diagram fasa-nya mencakup rentang temperatur yang luas.
Diagram fasa dari black oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 1. Garis pada lengkungan
fasa mewakili volume cairan yang konstan, diukur sebagai persentase dari volume total. Garis-
garis ini disebut iso-vol atau garis kualitas. Harap diperhatikan bahwa iso-vol memiliki jarak
yang seragam pada lengkungan.
Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan tekanan pada temperatur konstan yang terjadi di
reservoir selama produksi. Tekanan dan temperatur separator yang terletak di permukaan juga
ditandai.
Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak dikatakan dalam keadaan tak jenuh
(undersaturated) karena minyak dapat melarutkan banyak gas pada kondisi ini.
Jika tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada pada titik gelembungnya dan
dikatakan dalam keadaan jenuh (saturated). Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gas
yang dapat dikandungnya. Penurunan tekanan akan membebaskan sebagian gas terlarut untuk
membentuk fasa gas bebas dalam reservoir.
Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas tambahan mengembang di dalam
reservoir. Volume gas dalam persentase adalah seratus dikurangi persentase cairan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 2/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

Sebenarnya minyak dalam keadaan jenuh di sepanjang garis 2-3. Titik gelembung (titik - 2)
merupakan kasus istimewa dari saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali.
Gas tambahan yang mengembang dari minyak bergerak dari reservoir ke permukaan. Hal ini
menyebabkan penyusutan pada minyak. Walaupun demikian, kondisi separator yang berada pada
lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah cairan yang relatif cukup besar sampai di
permukaan.

Gambar 1. Diagram Fasa dari Black Oil yang Umum

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 3/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

3.2. VOLATILE OIL


Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul berat dan lebih banyak
intermediates (yaitu etana sampai heksana) dibanding black oil.
Diagram fasa dari volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar 2. Rentang harga
temperatur yang tercakup lebih kecil daripada black oil. Temperatur kritik-nya jauh lebih kecil
daripada black oil, bahkan mendekati temperatur reservoir. Iso-vol-nya juga tidak seragam
jaraknya, tetapi cenderung melengkung ke atas di depan garis titik gelembung.
Garis vertikal menunjukkan jalur penurunan tekanan pada temperatur konstan selama produksi.
Harap diperhatikan bahwa penurunan yang kecil pada tekanan di bawah titik gelembung, titik -
2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar gas di reservoir.
Suatu volatile oil dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir pada tekanan hanya beberapa ratus
psi di bawah tekanan gelembung. Iso-vol dengan persentase cairan jauh lebih kecil melintasi
kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile oil (minyak yang mudah menguap).

Gambar 2. Diagram Fasa Volatile Oil yang Umum

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 4/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

3.3. RETROGRADE GAS


Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk minyak dan titik kritik-nya berada
jauh di arah bawah dari lengkungan. Perubahan tersebut merupakan akibat dari kandungan
retrograde gas yang terdiri dari lebih sedikit hidrokarbon berat daripada minyak.
Diagram fasa dari retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari temperatur reservoir
dan cricondentherm lebih besar daripada temperatur reservoir. Seperti terlihat pada Gambar 3,
awalnya retrograde gas merupakan fasa gas di reservoir, titik - 1. Bersamaan dengan
menurunnya tekanan reservoir, retrograde gas memberikan titik embun, titik - 2. Dengan
menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk membentuk cairan bebas di reservoir.
Cairan ini sebagian tidak mengalir dan tidak dapat diproduksi.
Jalur tekanan reservoir pada diagram fasa (Gambar 3) menunjukkan bahwa pada beberapa
tekanan yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di laboratorium; walaupun
demikian, ada kemungkinan hal ini tidak terjadi secara luas di reservoir karena selama produksi
keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.

Gambar 3. Diagram Fasa Retrograde Gas yang Umum

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 5/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

3.4. WET GAS


Seluruh diagram fasa dari suatu campuran hidrokarbon dengan molekul-molekul yang lebih kecil
dan menonjol akan berada di bawah temperatur reservoir. Sebuah contoh dari diagram fasa wet
gas diberikan pada Gambar 4.
Wet gas terjadi semata-mata sebagai gas di dalam reservoir sepanjang penurunan tekanan
reservoir. Jalur tekanan, garis 1-2, tidak masuk ke dalam lengkungan fasa. Maka dari itu, tidak
ada cairan yang terbentuk di dalam reservoir. Walaupun demikian, kondisi separator berada pada
lengkungan fasa, yang mengakibatkan sejumlah cairan terjadi di permukaan (disebut kondensat).
Kata wet (basah) pada wet gas (gas basah) bukan berarti gas tersebut basah oleh air, tetapi
mengacu pada cairan hidrokarbon yang terkondensasi pada kondisi permukaan.

Gambar 4. Diagram Fasa Wet Gas yang Umum

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 6/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

3.5. DRY GAS


Dry gas terutama merupakan metana dengan sejumlah intermediates. Gambar 5
menunjukkan bahwa campuran hidrokarbon semata-mata berupa gas di reservoir dan kondisi
separator permukaan yang normal berada di luar lengkungan fasa. Maka dari itu, tidak terbentuk
cairan di permukaan. Reservoir dry gas biasanya disebut reservoir gas.

Gambar 5. Diagram Fasa Dry Gas yang Umum

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 7/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

4. DAFTAR PUSTAKA

1. McCain, William D., Jr. : "The Properties of Petroleum Fluids Second Edition," PennWell
Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1990.
2. McCain, William, D., Jr. : "Heavy Components Control Reservoir Fluid Behavior," Technology
Today Series, SPE 28214, S.A. Holditch & Assocs. Inc., 1994.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.01
Halaman : 8/8
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Klasifikasi Fluida Reservoir

5. TABEL YANG DIGUNAKAN

Tabel 1
Ringkasan Petunjuk Penentuan Jenis Fluida dari Data Lapangan

Retrograde
Black Oil Volatile Oil Wet Gas Dry Gas
Gas
Rasio inisial
produksi
< 1,750 1,750 - 3,200 > 3,200 > 15,000* 100,000
gas/cairan,
scf/STB
Gravity inisial
cairan stock- < 45 > 40 > 40 s/d 70 Tidak ada cairan
tank, oAPI
Warna cairan Sedikit
Gelap Berwarna Bening Tidak ada cairan
stock-tank berwarna
*Untuk keperluan teknis.

Tabel 2
Hasil Yang Diinginkan Dari Analisa Laboratorium Terhadap Ke-5 Jenis Fluida

Retrograde
Black Oil Volatile Oil Wet Gas Dry Gas
Gas
Perubahan fasa Titik Titik
Titik embun Tidak terjadi Tidak terjadi
di reservoir gelembung gelembung
C7+, %mol > 20 20 12.5 < 12.5 < 4* < 0.7*
Faktor volume
formasi minyak
< 2.0 > 2.0 - - -
pada titik
gelembung
*Untuk keperluan teknis.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 1 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

PENGAMBILAN CONTOH FLUIDA RESERVOIR

1. TUJUAN
Mengetahui teknik pengambilan fluida reservoir yang akan digunakan sebagai data representatif
dalam analisa fluida reservoir. Hasil analisa fluida reservoir ini digunakan dalam kegiatan-kegiatan
berikut ini :
Perhitungan cadangan minyak dan/atau gas,
Perkiraan potensi dan produksi sumur,
Perencanaan jenis dan ukuran fasilitas permukaan,
Pemilihan metode pengangkatan buatan dan/atau EOR, dan
Simulasi reservoir.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode yang secara umum digunakan untuk pengambilan fluida reservoir ada 3 macam, yaitu :
a. Metode pengambilan langsung di bawah permukaan (Direct Subsurface Sampling).
b. Metode rekombinasi permukaan (Surface Recombination Sampling).
c. Metode aliran-terpisah (Split-stream Sampling).

2.2. PERSYARATAN
Syarat-syarat yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan fluida reservoir adalah
sebagai berikut :
a. dilakukan se-awal mungkin sebelum tekanan reservoir kurang dari tekanan awalnya.
b. sumur harus dibersihkan (cleaned-up) sebelum pengambilan sampel.
c. para teknisi harus memilih sumur yang produktivitasnya tinggi agar dapat mempertahankan
tekanan setinggi mungkin pada formasi di sekeliling sumur tersebut.
d. sumur yang dipilih tidak boleh memproduksi air bebas, tetapi jika hanya tersedia sumur yang
memproduksi air bebas, maka penempatan ruang sampel di dasar sumur harus dilakukan
dengan sangat hati-hati.
e. sumur yang dipilih harus pernah diproduksi dengan rasio gas-minyak yang stabil.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 2 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

f. laju alir yang digunakan serendah mungkin untuk menghindari tekanan di sekitar lubang bor di
bawah tekanan jenuh.
g. perlu dilakukan pengambilan sampel pada beberapa kedalaman untuk reservoir yang tebal dan
permeabilitas vertikalnya cukup besar, karena komposisinya yang berbeda sebagai akibat
pengaruh gravitasi.
h. pengukuran temperatur pada saat pengambilan sampel dilakukan seteliti mungkin terutama
untuk near-critical-fluids (volatile oil dan retrograde gas).

3. JENIS-JENIS METODE UNTUK PENGAMBILAN FLUIDA RESERVOIR


Pertimbangan dalam pemilihan metode pengambilan contoh fluida dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut ini :
Volume yang diperlukan untuk analisa,
Jenis fluida reservoir,
Tahapan pengembangan reservoir, dan
Design sumur dan proses di permukaan.

3.1. METODE PENGAMBILAN LANGSUNG DI BAWAH PERMUKAAN (DIRECT


SUBSURFACE SAMPLING)
3.1.1. Metode Pengambilan Dasar Sumur (Bottom-hole Sampling)
Suatu tabung khusus diturunkan dengan kabel ke dalam lubang sumur sampai kedalaman
reservoir dan sampel diambil dari aliran dasar sumur pada tekanan dasar sumur yang
berlaku (Gambar 1). Alat ini dapat dipasang juga pada wireline atau pada DST string.
Metode ini sangat efektif digunakan saat well testing atau uji produksi pada sumur
eksplorasi dan kadang digunakan saat openhole logging. Beberapa pertimbangan
menggunakan bottom-hole sampling adalah :
Tekanan alir dasar sumur saat pengambilan contoh fluida lebih besar dari tekanan
jenuh.
Peralatan yang digunakan tidak memiliki kesulitan untuk menurunkan tabung sampel
ke kedalaman yang diinginkan dan menariknya kembali ke permukaan. Pertimbangan
ini perlu dikaji terutama untuk minyak yang memiliki API gravity < 10.
Volume fluida yang diperlukan untuk analisa relatif kecil (beberapa liter).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 3 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Akan dilakukan kajian tentang asphaltene.

3.1.2. Prosedur Pengambilan Contoh Fluida di Dasar Sumur


Pengambilan contoh fluida di dasar sumur dilakukan dengan dua cara, yaitu :
sumur ditutup,
sumur dibuka dengan laju alir yang kecil (bleed rate).
Metode yang sering digunakan adalah metode pengambilan contoh fluida dengan
mengalirkan sumur pada laju alir stabil sekecil mungkin. Sedangkan metode pengambilan
contoh fluida dengan menutup sumur sebaiknya dilakukan untuk kasus-kasus dimana
produksi dengan laju sekecil apapun menyebabkan tekanan turun di bawah tekanan jenuh.
Periode shut-in tergantung dari produktivitas sumur (antara 2-3 jam untuk sumur dengan
produktivitas tinggi dan sampai 72 jam untuk sumur dengan produktivitas rendah).

Gambar 1. Pengambilan Sampel Fluida dengan Metode Subsurface

3.1.2.1. Pengambilan Contoh Fluida dengan Menutup Sumur


Sebelum melakukan pengambilan contoh fluida, alat pressure-temperature survey
diturunkan ke dalam sumur untuk mengetahui batas antar fluida (interface).
Tabung sampel ditempatkan di zona minyak dan diusahakan sedalam mungkin,

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 4 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

sehingga tekanannya masih di atas tekanan jenuh (Gambar 2). Jika kondisinya
seperti Gambar 3 dimana tekanan pada zona minyak di bawah tekanan jenuh,
maka metode bottom-hole sampling tidak dapat dilakukan.

3.1.2.2. Pengambilan Contoh Fluida dengan Mengalirkan Sumur


Sebelum melakukan pengambilan contoh fluida, sumur dialirkan dengan laju
yang cukup rendah dan stabil selama empat jam. Cara untuk memastikan apakah
aliran stabil atau tidak dapat dilihat dari :
laju alir gas dan minyak yang stabil,
tekanan kepala sumur yang stabil,
tekanan dasar sumur yang stabil.
Menurunkan peralatan secara garis besar dilakukan dengan cara berikut :
Alat pengambil sampel (minimum 3 dan maksimum tergantung dari
kemampuan wireline-nya, biasanya 8) diturunkan menggunakan strings atau
wireline.
Alat pengambil sampel diletakkan pada kedalaman yang sedekat mungkin
dengan kedalaman perforasi.
Alat pengambil sampel yang diaktifkan dengan timer (clock operated) harus
sudah berada pada kedalaman yang dituju setengah (1/2) jam sebelum
pengambilan sampel dilakukan dan diambil setelah lima belas (15) menit
pengambilan sampel selesai.
Paling sedikit tiga (3) sampel dikirim ke lab. untuk dilakukan analisa PVT.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 5 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Gambar 2. Profil Tekanan Selama Penutupan Sumur - Sebagian Zona Oil Tekanannya lebih dari
Tekanan Jenuh

Gambar 3. Profil Tekanan Selama Penutupan Sumur - Seluruh Zona Oil Tekanannya kurang dari
Tekanan Jenuh

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 6 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Ada tiga teknik yang dilakukan untuk mengambil contoh fluida pada kondisi ini,
yaitu formation tester, DST tools, dan production tools.
DST tool dapat mengambil sampel dengan volume yang besar dan dapat
digunakan sampai tekanan 20,000 psi, temperatur mencapai 450oF dan dapat
digunakan untuk konsentrasi H2S yang tinggi. Kerugiannya adalah memerlukan
waktu yang cukup lama.
Keuntungan menggunakan production tools adalah dapat ditempatkan di depan
perforasi, ukurannya sesuai dengan completion string dan fluida sampel valid
untuk analisa PVT. Sedangkan kerugiannya adalah hanya 1 liter fluida yang dapat
diambil.

3.1.3. Pengontrolan Kualitas Dari Contoh Fluida Hasil Pengambilan Sampel Di Dasar Sumur
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memastikan validitas dari contoh fluida adalah :
Mengukur tekanan buka dari tabung sampel (sampler) pada temperatur ruang
Mengukur volume sampel pada temperatur ruang
Mengukur tekanan jenuh sampel pada temperatur ruang
Saat penentuan tekanan jenuh (dilakukan dengan mengamati perubahan kompresibilitas
fluida terhadap perubahan tekanan), sampel harus diaduk terlebih dulu karena tekanan
jenuh sulit diidentifikasi dari pengukuran ini jika tidak dilakukan pengadukan. Perbedaan
hasil penentuan tekanan jenuh tanpa dan dengan pengadukan dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5.
Untuk sampel retrograde gas, penentuan tekanan jenuh tidak dapat dilakukan dengan cara
di atas tetapi dilakukan dengan tes PVT.

3.1.4. Evaluasi bottom-hole sample di lokasi sumur (wellsite)


Di lokasi sumur dapat dilakukan evaluasi terhadap contoh fluida yang meliputi :
penentuan tekanan jenuh (khususnya tekanan bubble) pada temperatur reservoir,
penentuan GOR, berat jenis liquid dan gas serta komposisinya,
wellsite PVT analysis, dan
liquid chromatography

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 7 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

3.1.5. Kekurangan
Salah satu kekurangan terbesar dalam metode ini adalah hanya sedikit jumlah sampel dari
fluida lubang sumur yang diperoleh (beberapa liter). Oleh karena itu, salah satu cara
terbaik untuk memeriksa apakah rasio gas-minyak sudah benar adalah dengan mengambil
beberapa sampel di bawah permukaan dan membandingkan tekanan saturasinya pada
temperatur batas di lokasi sumur. Hal ini dapat dilakukan menggunakan pompa injeksi
merkuri dan pengukur tekanan yang akurat yang disambungkan pada sampel. Ruang
tersebut umumnya mengandung fasa minyak dan gas bebas akibat pengurangan pada
temperatur antara lubang sumur dan permukaan. Penginjeksian merkuri meningkatkan
tekanan di dalam ruang sampel sampai pada suatu tekanan saturasi yang berhubungan
dengan batas temperatur permukaan, seluruh gas akan terlarut. Tekanan saturasi ini dapat
dideteksi dengan mudah karena adanya suatu perubahan yang mencolok pada
kompresibilitas antara fluida 2 fasa dan 1 fasa. Jika hal tersebut ditentukan secara
ekperimental di lokasi sumur, dimana sampel yang berturut-turut memiliki perbedaan
tekanan saturasi yang nyata, menandakan alat telah rusak atau sumur tidak dikondisikan
dengan baik.
Sebagai tambahan, sangatlah perlu menentukan tekanan dan temperatur statik reservoir
dengan uji sumur sebelum pengambilan sampel.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 8 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Gambar 4. Penentuan Tekanan Jenuh - Tanpa Pengadukan

Gambar 5. Penentuan Tekanan Jenuh - Dengan Pengadukan


3.2. METODE REKOMBINASI PERMUKAAN (SURFACE RECOMBINATION SAMPLING)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 9 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Selama uji sumur (well testing) atau uji produksi (production testing) pada sumur eksplorasi
sangat dimungkinkan untuk mengambil contoh fluida dari kepala sumur (wellhead), choke
manifold atau tes separator tergantung dari sifat fluida dan kondisi alirannya. Pengambilan contoh
fluida sebelum separator mensyaratkan tekanan di kepala sumur harus lebih tinggi dari tekanan
jenuh jika menggunakan metode konvensional atau paling tidak seragam (homogeneous) jika
menggunakan metode isokinetic sampling.
Metode yang umum dilakukan adalah separator recombination sampling. Teknik ini dilakukan
dengan mengambil contoh minyak dan gas dari separator. Selain sebagai backup dari metode
downhole sampling, pengambilan contoh fluida di permukaan dilakukan jika :
Volume fluida yang dibutuhkan besar (misalnya akan digunakan untuk keperluan kajian EOR),
Tekanan alir dasar sumur kurang dari tekanan jenuh atau water-cut yang tinggi.
Tantangan yang perlu diatasi pada metode ini adalah memastikan ketelitian pengukuran laju alir
dan kondisi separator yang stabil sebelum dan sesudah sampling.

Gambar 6. Pengambilan Sampel Minyak dan Gas di Permukaan

3.2.1. Cara Kerja


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 10 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Pada pengambilan sampel fluida di permukaan, sejumlah volume minyak dan gas diambil
secara terpisah pada kondisi separator dan direkombinasi untuk memberikan campuran
sampel fluida. Peralatan permukaan ditunjukkan secara skematis pada Gambar 6. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada pengambilan contoh fluida dengan metode ini adalah sebagai
berikut :
laju alir serendah mungkin
kondisi stabil yang ditandai oleh :
! laju alir gas dan minyak stabil
! tekanan kepala sumur stabil, dan
! tekanan alir dasar sumur stabil
contoh fluida diambil dari separator dengan tekanan tertinggi jika sistem produksi
menggunakan beberapa tingkat separator
contoh liquid dan gas diambil pada waktu yang bersamaan
gas-oil-ratio juga perlu dicatat pada saat pengambilan sampel
pengukur gas dan liquid harus dikalibrasi dengan benar
injeksi chemical (glycol, methanol, atau wax inhibitor) sebelum separator harus
dihentikan, dan diberikan rentang waktu untuk memastikan chemical tersebut sudah
tidak ada dalam fluida produksi sebelum dilakukan sampling
Secara singkat pelaksanaan pengambilan contoh fluida dengan metode ini adalah seperti
berikut ini. Sumur diproduksi pada laju yang stabil untuk suatu periode beberapa jam dan
rasio gas-minyak diukur dalam scf dari gas separator per stock tank barrel minyak. Jika
rasio ini stabil selama periode pengukuran, maka dapat dipastikan bahwa dengan
merekombinasi minyak dan gas pada rasio yang sama akan menghasilkan suatu campuran
sampel fluida reservoir yang representatif. Bahkan, hanya sedikit penyesuaian yang harus
dibuat untuk menentukan rasio yang sebenarnya dimana sampel-sampel harus
direkombinasi. Hal ini karena, seperti terlihat pada Gambar 5, sampel minyak diambil
pada tekanan dan temperatur separator mengingat rasio gas-minyak diukur secara relatif
pada stock tank barrel, jadi rasio rekombinasi yang diperlukan adalah :

DIPERLUKAN DIUKUR PENYUSUTAN

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 11 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

scf scf stb


Rsep = R S
sep.bbl stb sep.bbl

Secara dimensi, rasio gas-minyak yang terukur harus dikalikan dengan faktor penyusutan
dari separator ke kondisi stock tank. Faktor ini biasanya ditentukan di laboratorium sebagai
tahap pertama dari suatu analisa PVT dari sampel rekombinasi permukaan dengan
menempatkan sejumlah kecil sampel minyak dalam suatu sel pada kondisi separator yang
tepat dan membebaskannya (ekspansi flash) ke sel kedua yang dipertahankan pada kondisi
stock tank di lapangan. Selama proses ini, sejumlah gas akan dibebaskan dari sampel
separator akibat penurunan tekanan dan temperatur dan volume minyak stock tank yang
berkurang akan diukur sehingga memungkinkan perhitungan langsung dari S. Untuk dapat
melakukan percobaan tersebut, sangatlah penting bahwa para teknisi harus mengukur
secara akurat tekanan dan temperatur yang berlaku pada separator dan stock tank selama
pengambilan sampel dan menyediakan data ini untuk laboratorium.

3.2.2. Kelebihan
Salah satu keistimewaan dari metode pengambilan sampel rekombinasi di permukaan
adalah secara statistik metode ini memberikan harga yang dapat diandalkan dari rasio gas-
minyak yang diproduksi, yang diukur melalui suatu periode beberapa jam; lebih jauh lagi,
metode ini memungkinkan pengambilan sampel fluida dalam jumlah besar. Tentu saja,
seperti metode pengambilan sampel di bawah permukaan, metode pengambilan sampel di
permukaan hanya akan menyediakan rasio gas-minyak yang benar bila tekanan di sekitar
sumur adalah pada atau di atas tekanan gelembung. Jika tidak, rasio gas-minyak di
permukaan akan menjadi lebih rendah atau lebih tinggi, tergantung pada apakah saturasi
gas bebas di reservoir berada di bawah atau di atas saturasi kritik dimana gas akan mulai
mengalir. Mengingat hal tersebut, maka harus ditekankan bahwa pengambilan sampel PVT
harus dilakukan secepat mungkin di awal masa produksi lapangan untuk memfasilitasi
pengambilan sampel di mana minyak dan gas digabungkan pada rasio yang benar.

3.2.3. Pengambilan Contoh Fluida Fasa Gas di Separator


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 12 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Ada tiga metode untuk pengambilan contoh fluida fasa gas di separator, yaitu :
menggunakan tabung silinder yang divakumkan,
menggunakan kontainer yang dibersihkan dengan mengalirkan gas dari separator
kedalamnya, dan
menggunakan kontainer yang diisi brine sebelumnya.

Teknik yang diutamakan untuk dipakai adalah dengan menggunakan tabung silinder yang
divakumkan. Skema pengambilan sampel dengan teknik ini ditunjukkan oleh Gambar 7.
Pipa yang menghubungkan separator dengan tabung sampel perlu dialirkan gas dari
separator terlebih dulu untuk membersikan kontaminasi kemudian gas dialirkan ke dalam
tabung beberapa saat sampai tekanan pada alat ukur mencapai tekanan separator.
Teknik yang kedua adalah dengan mengisi tabung sampel dengan gas dari separator
melalui valve sebelah atas dan gas dikeluarkan dari valve sebelah bawah. Proses ini adalah
bagian dari conditioning tabung sampel. Selama proses conditioning ini, tabung sampel
dipertahankan temperaturnya untuk menghindari kondensasi gas. Setelah dianggap cukup,
valve sebelah bawah ditutup dan pengambilan sampel dimulai.
Teknik yang ketiga adalah mengisi tabung sampel dengan brine terlebih dulu. Kemudian
gas dari separator dialirkan ke dalam tabung sampel melalui valve sebelah atas dan valve
sebelah bawah dibuka untuk mengeluarkan brine. Setelah seluruh brine keluar karena
pendesakan gas, kedua valve ditutup. Metode ini tidak dianjurkan karena adanya sifat
kelarutan gas inorganic (CO2 dan H2) maupun gas organic hidrokarbon.
Volume sampel yang diperlukan tergantung dari GOR dan tekanan separator dan sebagai
aturan umum adalah sebagai berikut (1 botol sampel = 20 liter) :
Jika GOR < 1,500 scf/bbl, maka diperlukan 2 botol sampel.
Jika 1,500 < GOR < 3,000 scf/bbl, maka diperlukan 3 botol sampel.
Jika GOR > 3,000 scf/bbl, maka diperlukan 4 botol sampel.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 13 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Gambar 7. Skema Metode Pengambilan dengan Gas Sampling Vacuum

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 14 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

3.2.4. Pengambilan Contoh Fluida Fasa Liquid Di Separator


Skema peralatan untuk pengambilan sampel minyak di separator ditunjukkan oleh Gambar
8. Yang perlu diperhatikan adalah :
semua sambungan dan pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida selama
pengambilan sampel harus dilakukan conditioning dengan sebelumnya mengalirkan
minyak dari separator selama beberapa waktu untuk menghindari kontaminasi oleh
udara.
Jika sampel mengandung air maka air ini perlu dipisahkan terlebih dahulu di lab
sebelum dilakukan rekombinasi.

Gambar 8. Skema Metode Pengambilan Contoh Minyak di Permukaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 15 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

Metode-metode yang digunakan dalam mengambil contoh minyak di separator adalah :


metode pendesakan oleh mercury (mercury displacement method)
piston bottle displacement method
separator gas displacement method
gas displacement method
water displacement method

3.3. METODE ALIRAN-TERPISAH (SPLIT-STREAM SAMPLING)


3.3.1. Persyaratan dan Prosedur
Metode pengambilan fluida dengan aliran-terpisah terutama digunakan pada sumur-sumur
gas kondensat. Kualifikasi dan prosedur yang digunakan dalam memilih dan
mempersiapkan suatu sumur untuk diambil sampel fluidanya menggunakan metode ini
sama dengan seperti pada metode rekombinasi permukaan.
Sebagai tambahan, perlu dicatat harga temperatur dan tekanan dari arus aliran pada titik
dimana sampel diambil.
Pada metode ini, suatu tabung berdiameter kecil dimasukkan ke tengah-tengah arus aliran.
Sebagian dari arus aliran ini akan dibelokkan melalui tabung tersebut ke dalam suatu
separator pendukung atau botol-botol sampel. Pada sebagian besar kasus, sampel diperoleh
dengan memasukkan tabung ke dalam tubing sampai 8 atau 10 ft di bawah sambungan
permukaan kepala sumur atau ke dalam arus aliran yang mengalir di atas separator.
Penempatan tabung tersebut agar bisa berada di tengah-tengah arus aliran utama dengan
baik harus dilakukan dengan sangat berhati-hati. Kecepatan aliran fluida di dalam tabung
sampel harus dipertahankan agar sama dengan kecepatannya di dalam pipa. Jumlah fluida
yang dipindahkan oleh tabung sampel tidak boleh melebihi jumlah fluida yang mengalir
pada daerah yang sebanding di dalam arus aliran yang utama.

3.3.2. Kelebihan
1. Metode ini sangat cepat dan jika digunakan bersama separator yang berukuran kecil dan
memiliki kontrol temperatur akan memungkinkan suatu analisa dari fluida reservoir di
lapangan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 16 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

2. Tabung sampel dapat dihubungkan langsung pada botol sampel sehingga sampel yang
diperoleh sebanding dengan sampel dasar-sumur yang diambil pada kondisi mengalir.
3. Fluida dari tabung sampel dapat dipisahkan sehingga bisa diperoleh sampel gas dan
cairan secara terpisah seperti pada metode rekombinasi.
4. Akurasi yang lebih besar dapat diperoleh dengan memisahkan aliran sampel dan
mengambil sampel gas dan cairan sendiri-sendiri.

3.3.3. Kekurangan
1. Metode ini tidak akurat pada fluida dengan kandungan cairan yang tinggi karena sulit
memastikan pasokan yang memadai dari gas dan cairan ke dalam tabung sampel untuk
rasio cairan-gas mengalir yang tinggi.
2. Sebagian besar cairan akan terkonsentrasi di sepanjang dinding pipa dan menyebabkan
gesekan.
3. Tabung sampel yang diletakkan di tengah-tengah pipa akan memperoleh proporsi gas
yang lebih besar daripada yang sesungguhnya.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 17 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Dake, L. P. : "Fundamental Reservoir Engineering," Elsevier Scientific Publishing Company,


Amsterdam-Oxford-New York, 1978.
2. Amyx, James W., Bass, Daniel M. dan Whiting, Robert L. : "Petroleum Reservoir Engineering -
Physical Properties", McGraw Hill Book Company, 1960.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR No : TR 02.02
Halaman : 18 / 18
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengambilan Contoh Fluida Reservoir

5. DAFTAR SIMBOL

Pb = Tekanan gelembung, psia


Pi = Tekanan awal, psia
Psep = Tekanan separator, psia
Pst = Tekanan stock-tank, psia
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia
R = Rasio produksi gas-minyak, scf/stb
Rsep = Rasio gas-minyak di separator, scf/sep.bbl
S = Faktor penyusutan, stb/sep.bbl
Tsep = Temperatur separator, oF
Tst = Temperatur stock-tank, oF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 1/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

METODE ANALISA FLUIDA DI LABORATORIUM

1. TUJUAN
Mengetahui dan memahami metode-metode analisa fluida di laboratorium.

2. JENIS METODE
2.1. EKSPANSI KOMPOSISI KONSTAN (CONSTANT COMPOSITION EXPANSION)
Metode ini disebut juga flash vaporization atau PV test. Contoh data yang didapat dari constant
composition expansion ditunjukkan oleh Tabel 1. Deskripsi metode ini adalah sebagai berikut
(Gambar 1) :
1. Contoh fluida dimasukkan dalam sel dengan temperatur reservoir dan tekanan di atas tekanan
reservoir.
2. Tekanan di dalam sel diturunkan tahap demi tahap dengan memperbesar volume ruangan sel
yang ditempati fluida. Pada setiap tahap tekanan dan volume total diukur. Volume diplot
terhadap tekanan. Proses ini dilakukan terus sampai terjadi perubahan kemiringan pada plot
antara volume dan tekanan (Gambar 2). Tekanan pada kondisi ini adalah tekanan gelembung
(bubble point).
3. Kemudian tekanan kembali diturunkan secara bertahap, dimana pada setiap tahap fluida di
dalam sel diusahakan berada pada kesetimbangan dengan menggoyang sel agar terjadi
pencampuran fluida di dalam sel. Volume dan tekanan pada kondisi setimbang ini juga
dicatat pada setiap tahap.
4. Langkah 3 diulang sampai volume sel maksimum dicapai.

2.2 PEMBEBASAN DIFERENSIAL (DIFFERENTIAL LIBERATION)


Contoh data yang didapat dari differential vaporization ditunjukkan oleh Tabel 2. Deskripsi
metode ini adalah sebagai berikut (Gambar 3) :
1. Contoh fluida dimasukkan dalam sel dengan temperatur reservoir dan tekanan di atas bubble
point.
2. Tekanan di dalam sel diturunkan tahap demi tahap dengan memperbesar volume ruangan sel
yang ditempati fluida. Pada setiap tahap tekanan dan volume total diukur. Volume diplot
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 2/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

terhadap tekanan. Proses ini dilakukan terus sampai terjadi perubahan kemiringan pada plot
antara volume dan tekanan (Gambar 2). Tekanan pada kondisi ini adalah tekanan bubble
point.
3. Kemudian tekanan kembali diturunkan secara bertahap, dimana pada setiap tahap fluida di
dalam sel diusahakan berada pada kesetimbangan dengan menggoyang sel agar terjadi
pencampuran fluida di dalam sel. Volume dan tekanan pada kondisi setimbang ini juga
dicatat pada setiap tahap.
4. Gas bebas dikeluarkan seluruhnya dari sel pada kondisi tekanan konstan. Volume gas yang
dikeluarkan dan minyak di dalam sel diukur pada kondisi tekanan dan temperatur sel.
Volume gas juga diukur pada kondisi standar.
5. Langkah 3 dan 4 diulang sampai tekanan sel mencapai tekanan atmosfir dan hanya minyak
yang tersisa di dalam sel.

Tabel 1

Contoh Data Hasil Constant Composition Expansion (Flash Vaporization)1

Tekanan Volume Total Relatif


(psia) vt = v/vb = (rb/rbb)

5,000 0.9810
4,500 0.9850
4,000 (Pi) 0.9850

3,500 0.9975
3,330 (Pb) 1.0000

3,290 1.0025
3,000 1.0270
2,700 1.0603
2,400 1.1060
2,100 1.1680

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 3/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

Tabel 2
Contoh Data Hasil Differential Liberation1

Volume Volume Kumulatif


Tekanan Faktor Volume Relatif Minyak
Relatif Gas Relatif Gas Relatif Gas Faktor - Z
(psia) Expansi Gas (P dan T)
(P dan T) (sc) (sc)
3,330 (Pb) 1.0000
3,000 0.0460 8.5211 8.5211 185.24 0.868 0.9769
2,700 0.0417 6.9731 15.4942 167.22 0.865 0.9609
2,400 0.0466 6.9457 22.4399 149.05 0.863 0.9449
2,100 0.0535 6.9457 29.3856 129.83 0.867 0.9298
1,800 0.0597 6.5859 35.9715 110.32 0.874 0.9152
1,500 0.0687 6.2333 42.2048 90.73 0.886 0.9022
1,200 0.0923 6.5895 48.7943 71.39 0.901 0.8884
900 0.1220 6.4114 55.2057 52.55 0.918 0.8744
600 0.1818 6.2369 61.4426 34.31 0.937 0.8603
300 0.3728 6.2297 67.6723 16.71 0.962 0.8459
14.7 ( T ) 74.9557 0.8296
14.7
74.9557 0.7794
(60oF)

2.3. UJI PEMISAHAN FLASH (FLASH SEPARATION TEST)


Uji ini merupakan model skala kecil dari proses pemisahan dalam separator di lapangan. Data
yang diperoleh dari uji ini adalah :
1. Faktor volume formasi minyak pada kondisi separator.
2. Gravity dari stock-tank minyak.
3. Rasio gas-minyak di separator.
4. Rasio gas-minyak di stock tank.
5. Rasio gas-minyak total.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 4/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

2.4. PENURUNAN VOLUME KONSTAN (CONSTANT VOLUME DEPLETION)


Constant volume depletion dilakukan pada gas kondensat dan volatile oil untuk mensimulasikan
perubahan komposisi dan kinerja reservoir selama deplesi. Deskripsi tentang proses constant
volume depletion adalah sebagai berikut :
1. Contoh fluida dimasukkan dalam sel dengan temperatur reservoir dan tekanan pada tekanan
saturasi (tekanan bubble point atau tekanan dew point). Volume pada kondisi ini dijadikan
sebagai volume referensi.
2. Tekanan di dalam sel diturunkan sampai harga tertentu dengan memperbesar volume ruangan
sel yang ditempati fluida. Pada proses ini akan terjadi retrograde liquid (untuk gas
kondensat) atau solution gas (untuk volatile oil) dan volume cairan diukur sebelum gas
dikeluarkan dari sel.
3. Sebagian gas dikeluarkan dengan menginjeksikan merkuri ke dalam sel dengan
mempertahankan tekanan konstan. Proses ini dihentikan jika volume sel sama dengan volume
sel pada keadaan awal (langkah 1).
4. Gas yang dikeluarkan pada langkah 1 dianalisa dengan gas chromotography untuk
menentukan komposisinya.
5. Langkah 3 dan 4 diulang beberapa kali (6-7 kali) sampai tekanan sel mencapai tekanan
tertentu yang cukup rendah. Cairan yang tersisa didistilasi dan dianalisa menggunakan gas
chromotography.

Contoh data hasil constant volume depletion diberikan pada Tabel 3.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 5/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

Tabel 3
Contoh Data Hasil Constant Volume Depletion4

Equilibrium Vapor Equilibrium Liquid


Tekanan (psia) Exp. Calc.
Komponen 6,764.7 5,514.7 4,314.7 3,114.7 2,114.7 1,214.7 714.7 714.7 714.7
Karbon
2.37 2.40 2.45 2.50 2.53 2.57 2.60 0.59 0.535
Dioksida
Nitrogen 0.31 0.32 0.33 0.34 0.34 0.34 0.33 0.02 0.017
Metana 73.19 75.56 77.89 79.33 79.62 78.90 77.80 12.42 10.704
Etana 7.80 7.83 7.87 7.92 8.04 8.40 8.70 3.36 3.220
Propana 3.55 3.47 3.40 3.41 3.53 3.74 3.91 2.92 2.896
i-Butana 0.71 0.67 0.65 0.64 0.66 0.72 0.78 0.91 0.916
n-Butana 1.45 1.37 1.31 1.30 1.33 1.44 1.56 2.09 2.103
i-Pentana 0.64 0.59 0.55 0.53 0.54 0.59 0.64 1.40 1.417
n-Pentana 0.68 0.62 0.58 0.56 0.57 0.61 0.66 1.60 1.624
Hexana 1.09 0.97 0.88 0.83 0.82 0.85 0.90 3.68 3.755
Heptana-
8.21 6.20 4.09 2.64 2.02 1.84 2.12 71.01 72.815
plus
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
MC7+ 184.0 160.0 142.0 127.0 119.0 115.0 114.0 213.0 207.9
C7+ 0.816 0.799 0.783 0.770 0.762 0.758 0.757 0.833 0.843
Z 1.238 1.089 0.972 0.913 0.914 0.937 0.960
np - % 0.000 9.024 21.744 38.674 55.686 72.146 81.301
SL - % 0.0 14.1 19.7 21.6 21.3 20.2 19.3

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 6/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

3. DAFTAR PUSTAKA

1. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering," Elsevier, Amsterdam, 1978.


2. Amyx, J. W., Bass, D. M. dan Whiting, R. L. : "Petroleum Reservoir Engineering - Physical
Properties," McGraw-Hill, Inc., USA, 1960.
3. McCain Jr, W. D. : "The Properties of Petroleum Fluids," PennWell Publishing Co., Tulsa,
Oklahoma, 1990.
4. Whitson, C. H. dan Torp, S. B. : "Evaluating Constant Volume Depletion Data," SPE 10067;
Proceeding of the 56th Annual Fall Technical Conference and Exhibition of the SPE-AIME, San
Antonio, Texas, October 5-7, 1981.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 7/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

4. DAFTAR SIMBOL

M = berat molekul, lb/lb mol


np = fraksi mol parsial
P = tekanan, psia
Pb = tekanan pada titik jenuh, psia
Pi = tekanan awal, psia
rb = volume fluida reservoir, cc
rbb = volume fluida reservoir pada titik jenuh, cc
SL = saturasi fluida, persen
T = temperatur, oF
v = volume fluida reservoir, cc
vb = volume fluida reservoir pada titik jenuh, cc
vt = volume total relatif, tanpa satuan
Z = faktor deviasi gas, tanpa satuan
= specific gravity gas, tanpa satuan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 8/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

5. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Skema Constant Composition Expansion (Flash Vaporization)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.03
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 9/9
SUB JUDUL : Metode Analisa Fluida di Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Laboratorium

Gambar 2. Penentuan Tekanan Bubble Point dari Data Constant Composition Expansion atau dari
Data Differential Liberation

Gambar 3. Skema Differential Liberation

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 1 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

ANALISA HASIL PVT

1. TUJUAN
Menganalisa hasil pemeriksaan laboratorium tentang PVT fluida reservoir, hidrokarbon dan
mengolahnya menjadi bentuk kurva faktor volume formasi (B), viskositas (), kelarutan gas (Rs) dan
kompresibilitas (c) minyak dan gas sebagai fungsi tekanan untuk memudahkan pemakaian di
lapangan.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode yang digunakan adalah pengolahan data hasil PVT hidrokarbon yang mengalami proses
pembebasan gas (gas vaporization process) flash dan differential.

2.2. PERSYARATAN
Data PVT flash dan differential tersedia kedua-duanya. Untuk analisa faktor volume formasi gas
(Bg) dibutuhkan harga faktor penyimpangan gas (Z).

3. LANGKAH KERJA
3.1. PENGOLAHAN DATA MINYAK
3.1.1. Penghalusan Data Flash
1. Atas dasar harga perbandingan volume pengamatan terhadap volume pada tekanan

V
saturasi hitunglah harga Y dengan menggunakan persamaan :
Vsat
( Pb P )
Y= (1)
V
P 1
Vsat
2. Buat grafik Y terhadap P pada kertas kartesian dan cari persamaan linier Y dalam P :
Y = a + bP (2)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 2 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

V
3. Hitung kembali harga volume relatif sebagai fungsi tekanan (P) berdasarkan
Vsat
persamaan :

V ( P P)
= 1 + b (3)
Vsat aP + bP 2

3.1.2. Penghalusan Data Differential


1. Apabila volume relatif dalam laporan hasil PVT dinyatakan dalam perbandingan
volume pengamatan pada suatu tekanan (V) dengan volume residu (VR), maka ubahlah
volume relatif ini dalam bentuk perbandingan volume (V) dengan volume pengamatan
pada tekanan jenuh (Vsat) dengan menggunakan persamaan berikut :

V
P
V V R
= (4)
Vsat V P
V b
R
2. Hitung harga V dan P berdasarkan persamaan :

V
V = 1 (5)
Vsat
P = Pb P (6)

3. Buat grafik V terhadap P pada kertas grafik log-log dan tentukan persamaan garis
linier dari hubungan tersebut menurut persamaan :
log V = log B + C log P (7)
atau :
V = B (P ) C

V
4. Hitung kembali harga berdasarkan persamaan linier dari langkah 3 :
Vsat
V
= 1 B(P ) C (8)
Vsat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 3 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

5. Tentukan harga berdasarkan penghalusan data pada langkah di muka :

V V V
= (9)
VR Vsat P VR Pb

3.1.3. Penentuan Harga Bo dan Rs


1. Sesuai dengan harga tekanan dan temperatur kerja separator di lapangan, tentukan
harga :
a. Gas yang larut pada tekanan jenuh (Rsfb) berdasarkan proses pembebasan gas flash.
Harga ini diperoleh dari hasil uji separator di laboratorium dengan jalan
menjumlahkan harga perbandingan gas-minyak (gas-oil ratio) yang berasal dari
separator dan tanki.
b. Faktor penyusutan minyak, shrinkage factor (bo) pada tekanan dan temperatur
standar, faktor volume formasi pada tekanan jenuh (Pb) dari proses flash adalah :
1
Bofb = (10)
bof

2. Harga faktor volume formasi minyak berdasarkan proses differential (Bod) ditentukan
berdasarkan hubungan berikut ini :
V
Bod = (11)
VR
atau :

V 1
Bod =
Vsat (volume saturasi)
V 1
Bod = (12)
Vsat VR
3. Dari laporan hasil PVT differential dapat dibaca harga gas yang larut pada tekanan
jenuh dan tekanan yang lebih kecil masing-masing adalah Rsdb dan Rsd. Dari harga
tersebut dihitung harga gas yang telah dibebaskan sampai suatu harga tekanan tertentu,
yaitu :
( Rsdb Rsd ) (13)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 4 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

4. Harga faktor volume formasi minyak (Bo) dan gas yang terlarut (Rs) dihitung dengan
persamaan :
Bofb
Bo = Bod (14)
Bodb
( Bofb )
Rs = Rsfb ( Rsdb Rsd ) (15)
( Bodb )
5. Plot Bo dan Rs terhadap tekanan (P).
Catatan :
Harga Bo untuk P > Pb sama dengan harga Bof pada tekanan yang sama.
Harga Boi sama dengan harga Bof pada tekanan reservoir awal Pi. Harga Boi ini
digunakan untuk menentukan cadangan minyak. Karena tekanan formasi berbeda pada
setiap kedalaman, maka untuk lapisan yang berbeda perlu menggunakan Boi yang
berbeda pula.

3.1.4. Penentuan Harga Viskositas dan Kompresibilitas Minyak


1. Baca harga viskositas minyak (o) dari tabulasi data hasil proses pelepasan gas flash
dan plot o terhadap P.
2. Baca harga kompresibilitas minyak (co) dari tabulasi data untuk selang tekanan di atas
tekanan jenuh (Pb). Bila tidak tercantum pada tabulasi tersebut tentukan harga
kompresibilitas minyak rata-rata ( co ) berdasarkan persamaan :

( Bob Boi )
co = (16)
Boi ( Pi Pb )

3.1.5. Penentuan Harga Faktor Volume Formasi Gas


1. Baca harga faktor penyimpangan gas (Z) dari tabulasi data hasil PVT proses
differential.
2. Hitung harga faktor volume formasi gas (Bg) dengan persamaan :
P
B g = 35.35 (17)
ZT
Harga Bgi diperoleh dari persamaan (17) dengan menggunakan harga tekanan reservoir
awal Pi, termperatur reservoir T dan faktor penyimpangan gas pada tekanan reservoir
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 5 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

awal Zi. Harga Bgi ini digunakan untuk menentukan cadangan gas. Karena tekanan
formasi berbeda pada setiap kedalaman, maka untuk lapisan yang berbeda perlu
menggunakan Bgi yang berbeda pula.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 6 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J. W. , Bass, D. M. , dan Whiting, R. L. : "Petroleum Reservoir Engineering Physical


Properties", McGraw Hill Book Co. , 1960.
2. Moses. P. L. : "Engineering Application of Phase Behavior of Crude Oil and Condensate
Systems", JPT Vol.38, No. 8, July 1986.
3. Standing, M.B. : "Volumetric and Phase Behavior of Oil Field Hydrocarbon Systems", SPE
AIME, Dallas, 1977.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 7 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

5. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume formasi gas, SCF/ft3


Bo = faktor volume formasi minyak gabungan, bbl/STB
bo = faktor penyusutan minyak-flash, STB/bbl
Bod = faktor volume formasi minyak-differential, bbl/STB
Bof = faktor volume formasi minyak-flash, bbl/STB
Bofb = faktor volume formasi minyak-flash pada tekanan jenuh
co = kompresibilitas minyak, psi-1
P = tekanan, psig
Rs = kelarutan gas dalam minyak gabungan, SCF/STB
Rsd = kelarutan gas dalam minyak-differential, SCF/STB
Rsfb = kelarutan gas dalam minyak-flash, SCF/STB
T = temperatur, R
V = volume pengamatan, ft3
VR = volume cairan pada kondisi standard - differential, STB
Vsat = volume cairan pada tekanan jenuh, bbl
Y = faktor korelasi, tak berdimensi
Z = faktor penyimpangan gas, tak berdimensi
o = viskositas minyak, cp

Subskrip :
d = proses differential
f = proses flash
b = kondisi jenuh (saturated)
i = kondisi awal
s = kondisi standar

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 8 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Proses Pembebasan Gas
Pengukuran PVT dilaksanakan sedekat mungkin mencerminkan proses pembebasan gas
dari minyak yang terjadi mulai dari reservoir, tubing, pipa alir di permukaan sampai
separator dan tanki. Pembebasan gas dari larutan yang terjadi di tubing, pipa alir,
separator dan tanki mendekati proses flash, sedangkan di dalam reservoir mungkin terjadi
dua macam pembebasan gas yang berbeda tergantung harga saturasi gas (Sg), yaitu :
1. pembebasan gas flash bila saturasi gas (Sg) < saturasi gas equilibrium (Sge)
2. pembebasan gas differential bila Sg > Sge

6.1.2. Penghalusan Data


Hasil pengamatan PVT perlu diperhalus dengan bantuan dua persamaan empirik sesuai
dengan jenis pembebasan gas, yaitu :
1. Proses flash menggunakan persamaan :
( Pb P )
Y= (1)
V
P 1
Vsat

Plot Y terhadap P adalah linier sehingga dapat dicari konstanta a dan b dari
persamaan :
Y = a + bP (2)

V
Jadi harga dihitung kembali berdasarkan persamaan :
Vsat
V ( P P)
= 1 + b (3)
Vsat aP + bP 2

2. Proses differential menggunakan persamaan :


log V = log B + C log P (7)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 9 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

dimana plot P terhadap P pada kertas grafik log-log adalah linier sehingga konstanta
B dan C dapat dihitung.

V
Harga dihitung kembali dengan menggunakan persamaan :
Vsat
V
= 1 B(P ) C (8)
Vsat

6.1.3. Penentuan Bof dan Bod


Penentuan harga faktor volume minyak untuk proses flash memerlukan harga tekanan
operasi separator yang akan digunakan. Pemilihan harga tekanan dan temperatur operasi
yang tepat berpatokan pada sistem yang memberikan faktor penyusutan (bo) yang paling
besar. Berdasarkan harga bo ini maka faktor volume minyak flash dihitung sebagai berikut
:

V 1
Bof = (18)
Vsat bo
Faktor volume minyak differential dihitung berdasarkan volume residu (VR) dengan
menggunakan persamaan :

V 1
Bod =
Vsat VR
V 1
Bod = (12)
Vsat V R Pb

6.1.4. Penentuan Kelarutan Gas dalam Minyak


Kelarutan gas dalam minyak untuk proses flash ditentukan oleh pilihan tekanan dan
temperatur operasi separator. Setelah dipilih kondisi operasi separator, maka kelarutan gas
dalam minyak pada tekanan jenuh diperoleh dari hubungan berikut ini :
Rsfb = ( Rs ) separator + ( Rs ) tanki (19)

Pada umumnya harga Rsf untuk P > Pb tidak dilaporkan dalam hasil PVT, walaupun
demikian harga perkiraan Rsf dihitung berdasarkan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 10 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Bofb
Rsf = Rsd (20)
Bodb

Harga kelarutan gas dalam minyak untuk proses pelepasan gas differential dapat dibaca
pada laporan hasil PVT mulai tekanan jenuh. Jadi Rsd dibaca langsung dari hasil PVT.

6.1.5. Penentuan Harga Bo dan Rs Gabungan


Pada umumya sejarah produksi suatu reservoir minyak dapat mencapai harga tekanan
reservoir jauh di bawah tekanan jenuh. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar masa
produksi reservoir minyak itu berlangsung pada tekanan di mana hidrokarbon di dalam
reservoir mengalami pembebasan gas differential.
Sedangkan proses pembebasan gas di separator adalah flash dan semua parameter
produksi diukur setelah fluida keluar dari separator. Hal inilah yang menimbulkan
gagasan1-2) untuk menghitung Bo dan Rs gabungan. Persamaan yang digunakan adalah :
Bofb
Bo = Bod (14)
Bodb
( Bofb )
Rs = Rsfb ( Rsdb Rsd ) (15)
( Bodb )

Bofb
Jika harga Rsfb < ( Rsdb Rsd ) mungkin terjadi pada tekanan yang rendah, maka
Bodb
Rs negatif ini dihilangkan saja. Rs dibuat sama dengan nol untuk P = 14.7 psia dan kurva
Rs terhadap P dibuat berdasarkan Rs yang positif dan nol tadi.

6.1.6. Penentuan Harga co dan o


Kompresibilitas minyak dihitung berdasarkan persamaan :
dBo
Co = (21)
Bod P

atau c o antara tekanan Pi dan Pb ditentukan berdasarkan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 11 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Bob Boi
co (16)
Boi ( Pi Pb )

Viskositas minyak diperoleh dari data flash, sehingga secara langsung dapat dibuat plot o
terhadap P.

6.1.7. Penentuan Harga Bg


Harga Z diukur dari gas yang dihasilkan dari pelepasan gas secara differential. Harga
faktor volume formasi (SCF/ft3) dihitung dari persamaan :
P
B g = 35.35 (17)
ZT
dengan menggunakan tekanan dan temperatur standar sebesar 14.7 psia dan 60 F.

6.2. PENENTUAN Bo
Harga Bo diperoleh dari hasil gabungan data PVT proses pelepasan gas flash dan differential.
Sebagai contoh : data PVT seperti tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2. Sebelum perhitungan Bo
ini perlu dilakukan dua langkah :
1. Penentuan parameter operasi separator. Untuk contoh gunakan P = 100 psig dan T = 75 F,
seperti tercantum pada Tabel 2.
2. Penghalusan data flash dan differential dari hasil PVT.

6.2.1. Penghalusan Data Flash


Langkah - langkah perhitungan dengan menggunakan data Tabel l adalah sebagai berikut
:
1. Tentukan harga tekanan jenuh, yaitu tekanan pada harga V/Vsat = 1.0. Dengan
menggunakan batasan ini diperoleh = 3,236 psig.
2. Sesuai dengan harga V/Vsat hitung harga Y untuk P < Pb dengan menggunakan
persamaan :
( Pb P )
Y= (1)
V
P 1
Vsat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 12 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Hasil perhitungan tertera pada Tabel 5.


3. Plot Y terhadap P menghasilkan titik melalui titik mana ditarik garis linier, seperti
dinyatakan oleh Gambar 1. Persamaan linier diperoleh berdasarkan koordinat dua titik
:
Y = 1.5 P = 360
Y = 1.9 P = 1,620
Konstanta persamaan garis lurus :
Y = a + bP
dihitung menggunakan koordinat kedua titik tersebut :
1.9 1.5
b=
1,620 360
= 3.1746 10-4

a = 1.5 3.1746 10 4 (360)


= 1.3860

V
4. Harga untuk P < Pb dihitung berdasarkan persamaan :
sat
V

V 3,236 P
= 1+
Vsat 1.3860 P 3.1746 10 4 P 2
5. Dengan menggunakan parameter operasi separator P = 100 psig dan T = 75 F serta
Tabel 2 diperoleh faktor penyusutan minyak (bo) = 0.5949. Jadi, harga faktor volume
minyak flash (Bof) untuk P < Pb adalah :

V 1
Btf =
Vsat bo
3,236 P 1
Btf = 1 + 4 2
bbl/STB
1.3806 P 3.1746 10 P 0.5949
dan :
1
Bofb = = 1.6810 bbl/STB
0.5949
Sedangkan Bof pada P < Pb, dihitung berdasarkan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 13 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

V
Bof = Bofb
Vsat
V
Bof = 1.6810
Vsat
Hasil perhitungan Bof dicantumkan pada Tabel 6 dan grafik Bof dapat dilihat pada
Gambar 2.

6.2.2. Penghalusan Data Differential


Langkah perhitungan dengan menggunakan data Tabel 1 adalah sebagai berikut :
1. Data volume relatif diberikan dalam bentuk V/VR sama dengan Bod. Yang diperlukan

V
dan harga ini diperoleh dari persamaan :
Vsat
V V / VR
=
Vsat (V / VR ) b
2. Hitung harga V dan P untuk P < Pb dengan persamaan :

V
V = 1
Vsat
P = Pb P
Hasil perhitungan diberikan pada Tabel 7.
3. Plot V terhadap P pada kertas grafik log-log. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.
4. Tarik garis linier melalui hasil plot pada butir 3 dan cari persamaan linier tersebut.
Persamaan linier log V = log B + C log P ditentukan atas harga koordinat dua
titik, yaitu :
V = 0.08 P = 470
V = 0.2 P = 1,550
log 0.2 log 0.08
C= = 0.7679
log 1,550 log 470
log B = log 0.2 0.7679 log 1,550
= - 3.1448
B = 7.0986 10-4

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 14 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

P = 7.0986 10-4 (P)0.7679


V/Vsat = 1 7.0986 10-4 (3,236 - P)-0.7679

5. Harga Bod ditentukan berdasarkan persamaan :

V 1
Bod =
Vsat VR
V
Bod = Bodb
Vsat
Dari Tabel 1 diperoleh :
Bodb = 2.075 bbl/STB
Hasil perhitungan dicantumkan pada Tabel 8 sedangkan grafik Bod terhadap P dapat
dilihat pada Gambar 4.

6.2.3. Penentuan Bo Gabungan


Bo gabungan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Bofb
Bo = Bod
Bodb
1.6810
Bo = Bod
2.075
Hasil perhitungan diberikan pada Tabel 9 dan plot Bo terhadap P dapat dilihat pada
Gambar 5.

6.3. PENENTUAN Rs
Contoh perhitungan Rs gabungan menggunakan data yang tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2,
yaitu harga Rsfb, Rsdb dan Rsd. Langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Sesuai dengan parameter operasi separator P = 100 psig dan T = 75 F diperoleh Rsfb dari
Tabel 2.
Rsfb = 950 + 68 = 1,018 SCF/STB
2. Dari Tabel l diperoleh harga :
Rsdb = 1,518 SCF/STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 15 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

3. Hitung gas yang terlarut (Rs) dengan menggunakan persamaan :


( Bofb )
Rs = Rsfb ( Rsdb Rsd )
( Bodb )
Hasil perhitungan seperti tercantum pada Tabel 10 menunjukkan harga negatif pada tekanan
yang rendah. Hal ini dapat dihindari dengan membuat plot Rs terhadap P dari harga Rs yang
positif berpegang pada titik akhir adalah Rs = 0 pada P = 0 psig seperti dapat dilihat pada
Gambar 6. Berdasarkan kurva itu diperoleh harga Rs yang baru.

6.4. PENENTUAN Bg
Data PVT differential mengandung harga Z sebagai fungsi dari P seperti Tabel 3. Atas dasar
harga ini Bg dihitung dengan menggunakan harga T = 258 F dan persamaan :
P
B g = 35.35
ZT
Untuk beberapa harga tekanan, plot Bg terhadap P diberikan pada Gambar 7.

P (psig) Z Bg (SCF/cuft)
2,938 0.886 164.1
2,607 0.879 146.8
2,301 0.878 129.8
1,903 0.884 106.8
1,505 0.897 83. 4

6.5. PENENTUAN KOMPRESIBILITAS MINYAK


Kompresibilitas minyak (co) diukur untuk P > Pb seperti diberikan pada Tabel 4. Bila diperlukan
harga co rata-rata dari Pi sampai Pb, maka harga tersebut dihitung dengan menggunakan
persamaan :
( Bob Boi )
co =
Boi ( Pi Pb )
(1.6801 1.5779)
co = = 23.4 10 6 psi 1
1.5799(6,000 3,236)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 16 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

6.6. GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Fungsi Y

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 17 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Gambar 2. Hubungan Btf terhadap P untuk Proses Flash

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 18 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
V SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Gambar 3. Hubungan V terhadap P

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 19 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Gambar 4. Hubungan Bod terhadap P untuk Proses Differential

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 20 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT
FAKTOR VOLUME FORMASI GABUNGAN,(Bo), bbl/STB

Gambar 5. Faktor Volume Formasi Minyak Gabungan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 21 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Gambar 6. Faktor Kelarutan Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 22 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

Gambar 7. Faktor Volume Formasi Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 23 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 1
Contoh Data Fluida Reservoir dari Uji Flash dan Differential Liberation

Catatan: Data pada kolom (2) diperoleh dari uji flash.


Data pada kolom (3), (4), (5), dan (6) diperoleh dari uji differential
liberation.
Harga tekanan yang tertinggi adalah sama atau lebih besar dari tekanan
reservoir awal.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 24 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 1 (sambungan)
Contoh Data Fluida Reservoir dari Uji Flash Vaporization dan Differential Liberation

Catatan: Data pada kolom (2) diperoleh dari uji flash vaporization.
Data pada kolom (3), (4), (5), dan (6) diperoleh dari uji differential
liberation.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 25 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 2
Contoh Data Fluida Reservoir dari Uji Flash Vaporization dan Differential Liberation

TABEL 3
Data-Data Lain

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 26 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 4
Data Volumetrik dari Fluida Reservoir

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 27 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 5
Harga Y

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 28 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 6
Faktor Volume Minyak Flash

TABEL 7
Harga V dan P

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 29 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 8
Faktor Volume Formasi Minyak Differential

TABEL 9
Faktor Volume Formasi Minyak Gabungan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.04
Halaman : 30 / 30
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil PVT

TABEL 10
Faktor Gas Terlarut (Rs) Gabungan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 1 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

PERSAMAAN KEADAAN

1. TUJUAN
Mengenal dan memahami persamaan keadaan yang telah digunakan secara luas dalam industri
perminyakan untuk menghitung sifat-sifat fisik dan kesetimbangan uap-cairan dari campuran
hidrokarbon.

2. METODE
Perhitungan sifat-sifat fisik dan kesetimbangan uap-cairan dari campuran hidrokarbon akan
dilakukan dengan persamaan Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson yang merupakan persamaan
kubik dengan dua konstanta empirik.

3. LANGKAH KERJA
3.1. PERSAMAAN KEADAAN SOAVE-REDLICH-KWONG
1
1. Hitung dan tabulasikan konstanta acj, bj, mj, j 2 dan aTj untuk masing-masing komponen

dengan persamaan :

(RT ) 2

a cj = 0.42747
cj
(1)
Pcj

RTcj
b j = 0.08664 (2)
Pcj

m j = 0.480 + 1.574 j 0.176 j


2
(3)

dimana adalah faktor aksentrik Pitzer yang dapat didefinisikan sebagai berikut :
= (log Pvr + 1) pada Tr = 0.7
dimana Pvr adalah tekanan uap tereduksi yang dihitung pada Tr = 0.7. Maka, harga faktor
aksentrik untuk masing-masing substansi murni adalah suatu konstanta.

j
1
2 (
= 1 + m j 1 Trj
1
2 ) (4)

aTj = acj j (5)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 2 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

Temperatur Tekanan Faktor


Komponen kritik, R o
kritik, psia bj acj Aksentrik mj j aTj
Tcj Pcj j
C konstanta

2. Hitung konstanta campuran, b dan aT dengan persamaan :


b = y jb j (6)
j

aT = y i y j (aT i aTj ) 2 (1 ij )
1
(7)
i j

dimana ij adalah koefisien interaksi biner, yang diasumsikan tidak tergantung pada tekanan
dan temperatur. Harga koefisien ini diperoleh dengan cara mencocokkan persamaan keadaan
dengan data kesetimbangan gas-cairan untuk masing-masing campuran biner. Harga
koefisien ini berbeda-beda untuk setiap pasangan biner dan persamaan keadaan.

3. Hitung tekanan dengan persamaan berikut :


RT aT
P= (8)
VM b VM (VM + b)

3.2. PERSAMAAN KEADAAN PENG-ROBINSON


1
1. Hitung dan tabulasikan konstanta acj, bj, mj, j 2 dan aTj untuk masing-masing komponen

dengan persamaan :

(RT ) 2

a cj = 0.45724
cj
(9)
Pcj

RTcj
b j = 0.07780 (10)
Pcj

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 3 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

m j = 0.37464 + 1.54226 j 0.26992 j


2
(11)

j
1
2 (
= 1 + m j 1 Trj
1
2 ) (4)

aTj = acj j (5)

Temperatur Tekanan Faktor


Komponen kritik, R o
kritik, psia bj acj Aksentrik mj j aTj
Tcj Pcj j
C konstanta

2. Hitung konstanta campuran, b dan aT dengan persamaan seperti pada langkah 3.1-2 di atas
:
b = y jb j (6)
j

aT = y i y j (aT i aTj ) 2 (1 ij )
1
(7)
i j

3. Hitung tekanan dengan persamaan :


RT aT
P= (12)
(VM b) VM (VM + b) + b(VM b)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 4 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmed, T. H. : "Comparative Study of Eight Equations of State for Predicting Hydrocarbon


Volumetric Phase Behavior," SPE Res. Eng. (Feb. 1988) 3, No. 1, 337-348.
2. Redlich, O. dan Kwong, J. N. S. : "On the Thermodynamics of Solutions. V An Equation of
State. Fugacities of Gaseous Solutions," Chem. Reviews (1949) 44, 233-244.
3. Soave, G. : "Equilibrium Constants from a Modified Redlich-Kwong Equation of State," Chem.
Eng. Sci. (1972) 27, No. 6, 1197-1203.
4. Pitzer, K. S., Lippmann, D. Z., Curl, R. F., Jr., Huggins, C. M. dan Peterson, D. E. : "The
Volumetric and Thermodynamic Properties of Fluids. II. Compressibility Factor, Vapor
Pressure and Entropy of Vaporization," J. Am. Chem. Soc. (1955) 77, No. 13, 3433-3440.
5. Peng, D. dan Robinson, D. B. : "A New Two-Constant Equation of State," I.&E.C. Fundamentals
(1965) 15, No. 1, 59-64.
6. Edmister, W. C. dan Lee, B. I. : "Applied Hydrocarbon Thermodynamics Volume I," 2nd Ed.,
Gulf Publishing Co., Houston, 1984.
7. Katz, D. L. dan Firoozabadi, A. : "Predicting Phase Behavior of Condensate/Crude-Oil Systems
Using Methane Interaction Coefficients," Trans., AIME (1978) 265, 1649-1655.
8. McCain, William D., Jr. : "The Properties of Petroleum Fluids Second Edition," PennWell
Publishing Company, 1990.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 5 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

5. DAFTAR SIMBOL

a = konstanta pada beberapa persamaan keadaan


ac = konstanta pada persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson
aT = koefisien ketergantungan-temperatur pada persamaan keadaan Soave Redlich-Kwong
dan Peng-Robinson
aTi = koefisien ketergantungan-temperatur dari komponen i
aTj = koefisien ketergantungan-temperatur dari komponen j
b = konstanta pada beberapa persamaan keadaan
bj = koefisien dari komponen j pada beberapa persamaan keadaan
m = konstanta pada persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson
mj = konstanta dari komponen j
P = tekanan, psia
Pc = tekanan kritik, psia
Pcj = tekanan kritik dari komponen j, psia
Pv = tekanan uap, psia
Pvr = tekanan uap tereduksi, Pv/Pc
R = konstanta gas universal
T = temperatur, oR
Tc = temperatur kritik, oR
Tcj = temperatur kritik dari komponen j, oR
Tr = temperatur tereduksi
VM = volume molar, yaitu volume 1 mol, cuft/lbmole
yi = fraksi mol dari komponen i
yj = fraksi mol dari komponen j

Huruf Yunani :

= koefisien ketergantungan-temperatur pada persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong


dan Peng-Robinson
j = koefisien ketergantungan-temperatur dari komponen j

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 6 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

ij = koefisien interaksi biner pada persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong dan Peng-


Robinson
= faktor aksentrik
j = faktor aksentrik dari komponen j

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 7 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Belakangan ini, penelitian mengenai persamaan keadaan (Equation of State = EOS) telah
kembali kepada semangat dari van der Waals, yaitu persamaan kubik dengan dua buah
konstanta.1 Dua persamaan populer yang telah diterima dalam industri perminyakan, Redlich-
Kwong dan Peng-Robinson, adalah persamaan kubik dengan dua buah konstanta empirik.
Kedua persamaan ini telah digunakan secara luas untuk menghitung sifat-sifat fisik dan
kesetimbangan uap-cairan dari campuran hidrokarbon.

Persamaan Keadaan Redlich-Kwong


Redlich dan Kwong mengajukan suatu persamaan keadaan yang ikut memperhitungkan
ketergantungan temperatur dari istilah daya tarik molekular pada suatu kelakuan yang mirip
dengan Clausius.2

a
P + 1 (VM b) = RT (13)
T VM (VM + b)
2

Keuntungan dari persamaan Clausius adalah konstanta empirik ketiga tidak diikutsertakan.
a
Soave mengusulkan agar 1
digantikan dengan suatu istilah ketergantungan temperatur, yaitu
2
T
aT.3

aT
P + (VM b) = RT (14)
VM (VM + b)
Kenyataan bahwa aT bervariasi pada temperatur menjadi tidak nyaman karena sebagian besar
aplikasi dari persamaan ini adalah pada temperatur yang konstan. Persamaan untuk aT adalah
aT = a c (15)

dimana ac adalah harga dari aT pada temperatur kritik dan adalah suatu bentuk
ketergantungan-temperatur tak berdimensi yang memiliki harga 1.0 pada temperatur kritik.
Modifikasi ini seringkali disebut persamaan keadaan Soave-Redlich-Kwong (Soave-Redlich-
Kwong (SRK) equation of state).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 8 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

Dengan membuat turunan pertama dan kedua dari persamaan (14) sama dengan nol pada titik
kritik akan menghasilkan :
2
RTc R 2Tc
b = 0.08664 dan a c = 0.42747 (16)
Pc Pc
Satuan dari b dan ac tergantung pada satuan dari harga R yang dipilih.
Harga diperoleh dari :


1
2
(
= 1 + m 1 Tr
1
2 ) (17)
dimana :
m = 0.480 + 1.574 0.176 2 (18)
dimana adalah faktor aksentrik Pitzer , yang didefinisikan sebagai :
4

= (log Pvr + 1) pada Tr = 0.7 (19)

dimana Pvr adalah tekanan uap tereduksi yang dihitung pada Tr = 0.7. Oleh sebab itu, faktor
aksentrik adalah suatu konstanta untuk setiap substansi murni. Harga-harga tersebut
ditabulasikan pada Tabel 1 di belakang.

Persamaan Keadaan Peng-Robinson


Peng dan Robinson mengajukan suatu bentuk yang sedikit berbeda dari istilah daya tarik
molekular.5

aT
P + (VM b) = RT (20)
VM (VM + b) + b(VM b)
Istilah aT adalah ketergantungan pada temperatur seperti pada persamaan keadaan Soave-
Redlich-Kwong; walaupun demikian, harganya tidak sama persis.
Koefisien-koefisien dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
2
RT R 2Tc
b = 0.07780 c dan a c = 0.45724 (21)
Pc Pc
aT = a c (15)

dimana :


1
2
(
= 1 + m 1 Tr
1
2 ) (17)
dan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 9 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

m = 0.37464 + 1.54226 0.26992 2 (22)

Kaidah Pencampuran
Kaidah pencampuran berikut ini direkomendasikan untuk digunakan dalam persamaan keadaan
Soave-Redlich-Kwong dan Peng-Robinson.6
b = y j b j dan aT = y i y j aTij (23)
j i j

dimana :
1
aTij = (1 ij )(aTi aTj ) 2
(24)

Maka :

aT = y i y j (aTi aTj ) 2 (1 ij )
1
(25)
i j

Istilah ij adalah koefisien interaksi biner, yang diasumsikan tidak tergantung pada tekanan dan
temperatur. Harga dari koefisien ini harus diperoleh dari mencocokkan persamaan keadaan
dengan data kesetimbangan gas-cairan untuk setiap campuran biner.7 Koefisien interaksi biner
memiliki harga yang berbeda-beda untuk setiap pasangan biner dan untuk masing-masing
persamaan keadaan.

6.2. CONTOH SOAL


Suatu tabung laboratorium dengan volume 0.008829 cuft (250.0 cc) mengandung 0.007357 lb
mole (79.28 g) gas. Komposisi dari gas tersebut diberikan pada tabel di bawah ini. Temperatur
akan dinaikkan sampai dengan 709.6 oR (250 oF). Gunakan persamaan keadaan SRK untuk
menghitung tekanan yang diharapkan.

Komponen Komposisi, fraksi mol


Metana 0.6500
Etana 0.2500
n-Butana 0.1000
1.0000

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 10 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

Gunakan harga 0.02 untuk koefisien interaksi biner antara metana dan n-butana dan 0.0 antara
metana dan etana.

Penyelesaian

1. Hitung konstanta-konstanta acj, bj, mj, j


1
2 , aTj.

(RT ) 2

a cj = 0.42747
cj
(1)
Pcj

RTcj
b j = 0.08664 (2)
Pcj

m j = 0.480 + 1.574 j 0.176 j


2
(3)

j
1
2 = 1 + m j 1 Tr ( 1
2 ) (17)

aTj = a cj j (15)

Tekanan
Temperatur Faktor
kritik,
Komponen kritik, R o
bj acj aksentrik mj j aTj
psia
Tcj j
Pcj
C1 342.9 666.4 0.4784 8,687 0.0104 0.4964 0.6120 5,317
C2 549.5 706.5 0.7232 21,042 0.0979 0.6324 0.8349 17,569
n-C4 765.2 550.6 1.2922 52,358 0.1995 0.7870 1.0591 55,453

2. Hitung konstanta campuran, b dan aT.


b = y jb j (23)
j

b = (0.65)(0.4784) + (0.25)(0.7232) + (0.10)(1.2922) = 0.6210

aT = y i y j (aTi aTj ) 2 (1 ij )
1
(25)
i j

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.05
Halaman : 11 / 11
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Persamaan Keadaan

aT = (0.65)(0.65)(5,317 5,317)1 / 2 (1 0.0)


+ (0.65)(0.25)(5,317 17,569)1 / 2 (1 0.0)
+ (0.65)(0.10)(5,317 55,453)1 / 2 (1 0.02)
+ (0.25)(0.65)(17,569 5,317)1 / 2 (1 0.0)
+ (0.25)(0.25)(17,569 17,569)1 / 2 (1 0.0)
+ (0.25)(0.10)(17,569 55,453)1 / 2 (1 0.01)
+ (0.10)(0.65)(55,453 5,317)1 / 2 (1 0.02)
+ (0.10)(0.25)(55,453 17,569)1 / 2 (1 0.01)
+ (0.10)(0.10)(55,453 55,453)1 / 2 (1 0.0) = 10,773

3. Hitung tekanan.
0.008829cuft
VM = = 1.200cuft / lbmole
0.007357lbmole
RT aT
P= (8)
VM b VM (VM + b)
(10.732)(709.6) 10,773
P=
(1.200 0.6210) (1.200)(1.200 + 0.6210)
P = 8,223 psia

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 1 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

KORELASI KARAKTERISTIK FLUIDA RESERVOIR

1. TUJUAN
Memperoleh :
1. Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs)
2. Faktor volume formasi minyak (Bo)
3. Kompresibilitas minyak (co)
4. Kelarutan gas alam di dalam air (Rsw)
5. Faktor Volume Formasi air (Bw)
6. Kompresibilitas air (cw)
7. Berat jenis (SG) gas bebas (gf) dan gas terlarut (gd)
8. Kerapatan jenis (density) minyak (o)
9. Kerapatan jenis (density) air (w)
10. Kerapatan jenis (density) gas (g)
11. Faktor deviasi gas (Z)
12. Viskositas minyak (o)
13. Viskositas air (w)
14. Viskositas emulsi (E)
15. Viskositas gas (g)
16. Tegangan permukaan gas-minyak (o)
17. Tegangan permukaan gas-air (w)
18. Tekanan titik jenuh (Pb)

2. METODE DAN PERSYARATAN


Korelasi-korelasi ini digunakan untuk memperoleh besaran yang tidak tersedia dalam hasil analisa
laboratorium atau kalau hasil analisa laboratorium itu meragukan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 2 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN PERBANDINGAN MINYAK DAN GAS TERLARUT, Rs (SCF/STB)
3.1.1. Korelasi Lasater (untuk oAPI > 15)
1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P Pb)
Temperatur reservoir (T)
SG gas pada kondisi standar (gsc)
Derajat API minyak (oAPI)
Pb sgc
2. Hitung harga .
T
3. Tentukan harga g dari Gambar 1a berdasarkan harga pada langkah 2.
4. Berdasarkan harga derajat API minyak, tentukan berat molekul efektif minyak stock-
tank (Mo) dari Gambar 1b.
5. Tentukan harga Rs dari persamaan :

(379.3)(350) osc g
Rs =

(1)
M o 1 g

3.1.2. Korelasi Lasater (untuk oAPI < 15)


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P)
Temperatur reservoir (T)
SG gas pada kondisi standar (gsc)
Derajat API minyak (oAPI)
2. Hitung harga Rs dari persamaan :
1
10 0.0125( API ) 0.83
o

Rs = sgc 0.00091(T ) (2)


10

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 3 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.2. PENENTUAN FAKTOR VOLUME FORMASI MINYAK (Bo)


3.2.1. Undersaturated Faktor Volume Formasi Minyak
1. Siapkan data :
Tekanan titik jenuh (Pb)
Tekanan (P)
faktor volume formasi minyak pada titik jenuh (Bob)
Kompresibilitas minyak (co)
2. Tentukan harga Bo dari persamaan :
Bo = Bob exp[C o (Pb P )] (3)

3.2.2. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Standing


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dari persamaan :

Bob = 0.9759 + 12 10 5 [C Bob ]


1.2
(4)
0.5
g
C Bob = Rs + 1.25T (5)
o
141.5
o =
131.5 + o API

3.2.3. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Vazquez-Beggs


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity, oAPI
2. Tentukan harga Bob dari persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 4 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

o API o API
Bob = 1 + c1 Rs + c 2 (T 60) + c R (T 60) (6)
3 s
g g
Untuk oAPI 30
c1 = 4.677 10-4 ; c2 = 1.75 10-5 ; c3 = 1.811 10-8
Untuk oAPI >30
c1 = 4.67 10-4 ; c2 = 1.1 10-5 ; c3 = 1.337 10-9

3.2.4. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Glaso


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dari persamaan :
Bob = 1 + 10 X (7)

X = 2.91329[log(Bobs )] 6.58511 0.27683[log(Bobs )]


2
(8)
0.526
g
Bobs = Rs + 0.968T (9)
o
141.5
o =
131.5 + o API
3.2.5. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Al-Marhoun
1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dari persamaan :
Bob = 0.497069 + 8.62963 10 4 (T + 459.67) + 1.82594 10 3 F
(10)
+ 3.18099 10 4 (T + 459.67)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 5 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

F = Rs
0.74239
g 0.323294 o 1.20204 (11)

141.5
o =
131.5 + o API

3.2.6. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Dokla-Osman


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dari persamaan :
Bob = 4.31935 10 2 + 1.56667 10 3 (T + 459.67) + 1.39775 10 3 F
(12)
+ 3.80525 10 6 (T + 459.67)

F = Rs
0.773572
g 0.40402 o 0.882605 (13)

141.5
o =
131.5 + o API

3.2.7. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Obomanu


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dari persamaan :
Untuk oAPI 30
0.79
Rs g (T + 459.67)
Bob = 1.0232 + 1.065 10
4
+ (14)
5.6145832 o 1.8

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 6 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Untuk oAPI > 30


Rs g
Bob = 0.3321 + 7.88374 10 4 + 2.335 10 3
5.6145832 o
(15)
3 (T + 459.67)
+ 2.0855 10
1.8

3.2.8. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Farshad


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dengan persamaan :
Bob = 1 + 10 X (16)

X = 2.6541 + 0.551[log( F )] + 0.331[log( F )]


2
(17)

F = Rs
0.5956
g 0.2369 o 1.3282 + 0.0976T (18)

141.5
o =
131.5 + o API

3.2.9. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dengan persamaan :
Bob = 0.98496 + 0.0001F 1.5 (19)

F = Rs
0.755
g 0.25 o 1.5 + 0.45T (20)

141.5
o =
131.5 + o API
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 7 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.2.10. Saturated Faktor Volume Formasi Minyak Korelasi Abdul Majeed


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity (o)
2. Tentukan harga Bob dengan persamaan :
Bob = 0.9657876 + 4.8141x10 5 F 6.8987 10 10 F 2 + 7.73 10 4 T (21)
0.147
F = Rs g
1.2
o 5.222 (22)

141.5
o =
131.5 + o API

3.3. PENENTUAN KOMPRESIBILITAS MINYAK (co)


3.3.1. Undersaturated Kompresibilitas Minyak Metode Vazquez-Beggs
1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Tekanan (P), psia
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity, oAPI
2. Tentukan co dengan persamaan :

co =
(
5 Rs 1433 + 17.2T 1180( g ) 12.61 o API ) (23)
1 10 P
5

3.3.2. Undersaturated Kompresibilitas Minyak Metode Petrosky-Farshad


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Tekanan (P), psia
Gas gravity (g)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 8 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Stock tank oil gravity, oAPI


2. Tentukan co dengan persamaan :

co = 1.705 10 7 Rs (
0.6957 o
API )
0.3272
T 0.6729 g
0.1885
P 0.5906 (24)

3.3.3. Undersaturated Kompresibilitas Minyak Metode Kartoatmodjo-Schmidt


1. Siapkan data :
Perbandingan kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
Temperatur (T), oF
Tekanan (P), psia
Gas gravity (g)
Stock tank oil gravity, oAPI
2. Tentukan co dengan persamaan :

co = 6.8257 10 6 Rs (
0.5002 o
API )
0.3613
T 0.76606 g
0.35505
P 1 (25)

3.4. PENENTUAN KELARUTAN GAS DALAM AIR FORMASI (Rsw)


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P), psia
Temperatur reservoir (T), oF
Persen berat padatan (S), %
2. Kelarutan gas dalam air formasi dihitung menggunakan persamaan :
Rsw = A + BP + CP 2 (26)

dimana :
A = A0 + A1T + A2T 2 + A3T 3 (27)

dimana :
A0 = 8.15839; A1 = -6.12265 10-2; A2 = 1.91663 10-4; A3 = -2.1654 10-7
dimana :
B = B0 + B1T + B2T 2 + B3T 3 (28)

dimana :
B0 = 1.01021 10-2; B1 = -7.44241 10-5; B2 = 3.05553 10-7;
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 9 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

B3 = -2.94883 10-7
[ ]
C = C 0 + C1T + C 2T 2 + C3T 3 + C 4T 4 10 7 (29)

dimana :
C0 = -9.02505; C1 = 0.130237; C2 = -8.53425 10-4;
C3 = 2.34122 10-6; C4 = -2.37049 10-9
3. Pengaruh salinitas pada kelarutan gas dalam air formasi dihitung dengan persamaan :

R
log w Brine = 0.0840655ST 0.285854 (30)
Rsw PureWater

3.5. PENENTUAN FAKTOR VOLUME FORMASI (Bw)


3.5.1. Korelasi Gould
1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P), psia
Temperatur reservoir (T), oF
2. Tentukan Bw dari persamaan :
2
Bw = 1.0 + 1.2 10 4 Tx + 1.0 10 6 Tx 3.3 10 6 P (31)

Tx = T 60

3.5.2. Korelasi Mc.Cain


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P), psia
Temperatur reservoir (T), oF
2. Tentukan harga VWT dari Gambar 3 berdasarkan harga T.
3. Tentukan harga VWP dari Gambar 4 berdasarkan harga P dan T.
4. Tentukan harga Bw dari persamaan :
Bw = (1 + VWP )(1 + VWT ) (32)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 10 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.6. PENENTUAN KOMPRESIBILITAS AIR (cw)


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki (P)
Temperatur reservoir (T)
Gas terlarut
2. Tentukan harga kompresibilitas air dengan Gambar 5 berdasarkan harga P dan T.
3. Apabila terdapat gas terlarut, tentukan harga perbandingan kompresibilitas air dan gas
terlarut terhadap kompresibilitas air murni (Gambar 5).
4. Harga kompresibilitas air dengan gas terlarut di dalamnya adalah hasil kali langkah 2 dan 3.

3.7. PENENTUAN BERAT JENIS (SG) GAS TERLARUT (gd) DAN GAS BEBAS (gf)
3.7.1. SG Gas Terlarut (gd)
1. Siapkan data :
Rs
Derajat API minyak pada 50 F
2. Baca harga gd dari Gambar 6 berdasarkan harga Rs dan API.

3.7.2. SG Gas Bebas (gf)


1. Siapkan data :
SG rata-rata gas separator (gt)
Rp
Rs
2. Hitung gf dari persamaan :
R p ( gt ) Rs ( gd )
gf = (33)
( R p Rs )
gt > gf > 0.56

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 11 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.8. PENENTUAN HARGA KERAPATAN JENIS MINYAK (o)


3.8.1. Di bawah Titik Gelembung
1. Siapkan data :
Derajat API minyak
Rs
Bo
gd
2. Tentukan osc dengan persamaan :
141.5
osc = (34)
(131.5 + o API )
3. Tentukan harga o dengan persamaan :
gd (0.0764) Rs
osc (62.4) +
o = 5.615 (35)
Bo

3.8.2. Untuk Kondisi Di Atas Tekanan Titik Jenuh


1. Untuk kondisi di atas tekanan titik jenuh, dipakai persamaan :
o = ob exp[co ( P Pb )] (36)

3.9. PENENTUAN DENSITAS AIR (w)


1. Siapkan data :
Kadar padatan yang terlarut
Bw
2. Tentukan harga wsc dari Gambar 7 berdasarkan kadar padatan yang terlarut.
3. Tentukan harga w dari persamaan :

w = WSC
(37)
Bw

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 12 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.10. PENENTUAN HARGA KERAPATAN JENIS GAS (g)


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki, psia
Temperatur, R
gf
Faktor deviasi gas (Z); lihat butir 3.11
2. Tentukan Bg dari persamaan :
ZT
B g = 0.0283 (38)
P
3. Tentukan gsc dari persamaan :
gsc = gf (0.0764) (39)

4. Tentukan g dari persamaan :


gsc
g = (40)
Bg

3.11. PENENTUAN FAKTOR PENYIMPANGAN GAS (Z)


3.11.1. Metode Modifikasi Standing
Persyaratan: tidak mengandung gas asing (impurities).
1. Siapkan data :
Temperatur (T)
Tekanan yang dikehendaki (P)
Berat.jenis gas (SG)
2. Tentukan Tpc dan Ppc dengan Gambar 2 atau persamaan berikut ini :
T pc = 169 + 314SG (41)

Ppc = 708.75 + 57.5SG (42)

3. Tentukan Ppr dan Tpr sebagai berikut :


T
T pr = (43)
T pc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 13 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

P
Ppr = (44)
Ppc
4. Tentukan harga konstanta di bawah ini :
A = 1.39(T pr 0.42) 0.5 0.36T pr 0.101

B = (0.62 0.23T pr ) Ppr

0.65 2
C= 0.037 Ppr
(T pr 0.86)
6
0.32 Ppr
D= 9 (T pr 1)
10
E = B+C + D
F = 0.132 0.32 log T pr
2
( 0.3106 0.49T pr + 0.1824T pr )
G = 10
5. Hitung harga Z dengan persamaan :
G
Z = A + (1 A)e B + FPpr (45)

3.11.2. Korelasi Wichert Aziz


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki
Temperatur
2. Hitung konstanta A dan B :
A = yH2S + yCO2
B = yH2S
dimana :
yH2S = fraksi mol H2S dan yCO2 = fraksi mol CO2
3. Tentukan konstanta dari persamaan :
= 120 (A0.9 A1.6) + 15 (B0.5 B4.0) (46)
4. TentukanPpc* dan Tpc*
T *pc = Tpc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 14 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

P *pc = (Ppc T *pc ) / (Tpc + B (1 B) ) (47)

5. Tentukan harga Ppr dan Tpr dari persamaan :


P T
Ppr = *
dan T pr = * (48)
Ppc T pc

6. Tentukan harga Z dari Gambar 8.

3.11.3. Cara Dranchuk, Purvis dan Robinson


1. Siapkan data :
Tekanan yang dikehendaki
Temperatur
2. Hitung harga Pr dan Tr.
3. Tentukan harga Z dengan persamaan :

AA
5
A A A
Z = 1 + ( A1 + 2 + 33 ) r + ( A4 + 5 ) r + 5 6 r
2

Tr Tr Tr Tr
(49)
A7 r
2

(1 + A8 r ) exp( A8 r )
2 2
+ 3
Tr
dimana :
Pr
r = 0.27
ZTr
A1 = 0.31506237
A2 = -1.04670990
A3 = -0.57832729
A4 = 0.53530771
A5 = -0.61232032
A6 = -0.10488813
A7 = 0.68157001
A8 = 0.68446549

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 15 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.12. PENENTUAN VISKOSITAS MINYAK (o)


Menurut Sutton, Farashad (1986) dan Khan et al. (1987), berdasarkan tekanan, viskositas dari
minyak bumi dibagi menjadi tiga kategori antara lain :
1. Dead Oil Viscosity, yang didefinisikan sebagai viskositas minyak bumi pada tekanan atmosfer
(tidak ada gas terlarut) dan temperatur sistem.
2. Saturated Oil Viscosity, viskositas minyak bumi pada tekanan titik jenuh (Pb) dan temperatur
reservoir.
3. Undersaturated Oil Viscosity, viskositas minyak bumi pada tekanan di atas titik jenuh (> Pb)
dan temperatur reservoir.

3.12.1. Dead Oil Viscosity Korelasi Beal


1. Siapkan data :
Temperatur yang dikehendaki (T), oF
Derajat API minyak, oAPI
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

( )
X

oD = 0.32 + 1.87 10 (
7 o
API )
4.53 360
(50)
T + 200
0.43+8.33
o
X = 10 API
(51)

3.12.2. Dead Oil Viscosity Korelasi Beggs-Robinson


1. Siapkan data :
Temperatur yang dikehendaki (T), oF
Derajat API minyak, oAPI
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :
oD = 10 X 1 (52)

X = 10 z T 1.163 (53)

z = 3.0324 0.02023( o API ) (54)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 16 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.12.3. Dead Oil Viscosity Korelasi Glaso


1. Siapkan data :
Temperatur yang dikehendaki (T), oF
Derajat API minyak, oAPI
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

oD = [3.141(1010 )]T 3.444 [log( o API )]


X
(55)

X = 10.313[log T ] 36.447 (56)

3.12.4. Dead Oil Viscosity Korelasi Edbogah


1. Siapkan data :
Temperatur yang dikehendaki (T), oF
Derajat API minyak, oAPI
2. Tentukan harga viskostas dengan persamaan :
oD = 10 X 1 (57)

X = 10 [1.86530.025086 ( ) ]
o
API 0.5644 log(T )
(58)

3.12.5. Dead Oil Viscosity Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


1. Siapkan data :
Temperatur yang dikehendaki (T), oF
Derajat API minyak, oAPI
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

oD = 16 10 8 [log( o API ) )] T 2.8177


X
(59)

X = 5.7526[log T ] 26.9718 (60)

3.12.6. Saturated Oil Viscosity Korelasi Chew-Connally


1. Siapkan data :
Dead oil viscosity (oD), cp
Kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 17 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

o = A oD B (61)

A = 0.2 + 0.8 10 0.0081Rs (62)

B = 0.43 + 0.57 10 0.00072 Rs (63)

3.12.7. Saturated Oil Viscosity Korelasi Beggs-Robinson


1. Siapkan data :
Dead oil viscosity (oD), cp
Kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

o = A oD B (64)

A = 10.715( Rs + 100) 0.515 (65)

B = 5.44( Rs + 100) 0.338 (66)

3.12.8. Saturated Oil Viscosity Korelasi Khan


1. Siapkan data :
Tekanan (P), psia
Kelarutan gas dalam minyak pada titik jenuh (Rsob), scf/STB
Tekanan titik jenuh (Pb), psia
Stock tank oil gravity
Temperatur, oF
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :
Viskositas pada tekanan titik jenuh :
0.09( g ) 0.5
ob = (67)
( Rs )1 / 3 r (1 o ) 3
4.5

(T + 460)
r = (68)
460
Viskositas di bawah tekanan titik jenuh :
0.14
P
o = ob b exp[2.5 10 4 ( Pb P )] (69)
P

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 18 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.12.9. Saturated Oil Viscosity Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


1. Siapkan data :
Dead oil viscosity (oD), cp
Kelarutan gas dalam minyak (Rs), scf/STB
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :
o = 0.06821 + 0.9824 F + 0.0004034 F 2 (70)

[ ][
F = 0.2001 + 0.8428 10 0.000845 Rs oD
0.43+ 0.5165Y
] (71)

Y = 10 0.00081Rs (72)

3.12.10. Undersaturated Oil Viscosity Korelasi Beal


1. Siapkan data :
Dead oil viscosity (oD), cp
Viskositas pada tekanan titik jenuh (ob), cp
Tekanan, psia
Tekanan titik jenuh (Pb), psia
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

o = ob + 0.001( P Pb )(0.024 oD 1.6 + 0.038 ob 0.56 ) (73)

3.12.11. Undersaturated Oil Viscosity Korelasi Vazquez-Beggs


1. Siapkan data :
Viskositas pada tekanan titik jenuh (ob), cp
Tekanan (P), psia
Tekanan titik jenuh (Pb), psia
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :
M
P
o = ob (74)
Pb
M = 2.61.187 exp[11.513 8.9 10 5 P ] (75)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 19 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.12.12. Undersaturated Oil Viscosity Korelasi Khan


1. Siapkan data :
Viskositas pada tekanan titik jenuh (ob), cp
Tekanan (P), psia
Tekanan titik jenuh (Pb), psia
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :
o = ob exp[9.6 10 5 ( P Pb )] (76)

3.12.13. Undersaturated Oil Viscosity Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


1. Siapkan data :
Viskositas pada tekanan titik jenuh (ob), cp
Tekanan (P), psia
Tekanan titik jenuh (Pb), psia
2. Tentukan harga viskositas dengan persamaan :

o = 1.0081 ob + 0.001127( P Pb )(0.006517 ob 1.8148


(77)
+ 0.038 ob
1.59
)

3.13. PENENTUAN VISKOSITAS AIR (w)


1. Siapkan data :
Temperature (T), oF
Tekanan (P), psia
Kadar padatan terlarut (S)
2. Tentukan harga w1 dengan persamaan :

w1 = AT B (78)

dimana :
A = A0 + A1 S + A2 S 2 + A3 S 3 (79)

A0 = 109.574; A1 = -8.40564; A2 = 0.313314; A3 = 8.72213 10-3


dan
B = B0 + B1 S + B2 S 2 + B3 S 3 (80)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 20 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

B0 = -1.12166; B1 = 2.63951 10-2; B2 = -6.79461 10-4;


B3 =-5.47119 10-5; B4 = 1.55586 10-6
3. Kemudian viskositas air dihitung dengan menggunakan persamaan :
w1
= 0.9994 + 4.0295 10 5 P + 3.1062 10 9 P 2 (81)
w

3.14. PENENTUAN VISKOSITAS EMULSI (E)


1. Siapkan data :
Jenis.emulsi : tight, medium atau loose
Kadar garam pada emulsi
o (clean oil) dapat ditentukan dengan cara 3.12
2. Gunakan Gambar 10 untuk menghitung "Viscosity Ratio
Viskositas Emulsi
Viscosity Ratio =
Viskositas Clean Oil ( o )
3. Hitung E dengan persamaan :
E = o Viscosity Ratio (82)

3.15. PENENTUAN VISKOSITAS GAS (g)


3.15.1. Korelasi Carr et al (40 < T < 400 oF)
1. Siapkan data :
Temperatur yang dikehendaki
Berat molekul gas atau berat jenis gas
Persen mol N2, CO2 dan H2S (bila ada)
2. Berdasarkan data berat molekul atau berat jenis gas dan temperatur, tentukan 1
dengan menggunakan Gambar 11.
3. Tambahkan koreksi untuk N2, CO2 dan H2S pada 1 dengan menggunakan Gambar
kecil pada Gambar 11.
4. Tentukan harga /1 berdasarkan Ppr dan Tpr dari Gambar 12.
5. Tentukan harga g dengan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 21 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir


g = 1 x (83)
1

3.15.2. Korelasi Lee et al


1. Siapkan data :
Temperatur (T)
Z
Berat molekul udara (M)
Tekanan (P)
2. Tentukan g dengan persamaan :
P
g = 0.0433 gf (84)
ZT
3. Tentukan konstanta K, X dan Y dengan persamaan :

(9.4 + 0.02 M )T 1.5


K= (85)
209 + 19 M + T
986
X = 3.5 + + 0.01M (86)
T
Y = 2 .4 0 .2 X (87)
4. Tentukan g dengan persamaan :

g = K exp( X g Y )10 4 (88)

3.16. PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN GAS - MINYAK (o) UNTUK 100 F > T > 68
F
1. Siapkan data :
Temperatur (T)
Tekanan (P)
API
2. Tentukan oD dari Gambar 13.
3. Tentukan Faktor Koreksi (FK) dari Gambar 14 (di dalam %)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 22 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

FK
4. Tentukan o = oD
100

3.17. PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN GAS - AIR (w)


1. Siapkan data :
Temperatur (T)
Tekanan (P)
API
2. Tentukan w dengan menggunakan Gambar 15.

3.18. PENENTUAN TEKANAN TITIK GELEMBUNG (Pb)


3.18.1. Korelasi Standing
1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :

R
0.83

Pb = 18.2 s 10 X 1.4 (89)
g


X = 0.00091T 0.0125( o API ) (90)

3.18.2. Korelasi Lasater


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 23 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

2. Tentukan Pb dari persamaan :


Pb = Pf (T + 459.67) / g
Pf = 5 10 2 + 5.020833333328165 y 21.19791666663181 y 2 (91)
+ 55.72916666659612 y 3 32.55208333328954 y 4
1
y= (92)
1 + 132755 o /( Rs M o )

Untuk oAPI < 33 :


Mo = 637.5 10-10 (oAPI)
Untuk 33 < oAPI < 55
Mo = 368.259235822065 4.18989073101494 (oAPI)
Untuk oAPI > 55

9.58015524685062 0.688508884117492[ln( o API )]


M o = exp

0. 1180141908 28861[ln( o
API )] 2

(93)

3.18.3. Korelasi Vazquez Beggs


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :
1 / c2


Rs
Pb = (94)
(
c3 o API
c1 g exp
)

(T + 459.67)
o
API < 30
c1 = 0.0362; c2 = 1.0937; c3 = 25.724

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 24 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

o
API > 30
c1 = 0.0178; c2 = 1.187; c3 = 23.931

3.18.4. Korelasi Glaso


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :

Pb = 10 [1.7669+1.7447 X 0.30218 X ]
2
(95)

R 0.816
s T c
g
X = log 0.984 (96)
o
API( )


dimana c = 0.13 untuk minyak volatile dan c = 0.172 untuk black oil.

3.18.5. Korelasi Al-Marhoun


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :

0.0053088 Rs o 3.1437 (T + 459.67)1.32657


0.715082

Pb = (97)
g 1.87784

3.18.6. Korelasi Petrosky-Farshad


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 25 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB


Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :

Pb = 112.727 Rs( 0.5774


10 X g 0.8439 12.34 ) (98)

X = 4.561 10 5 T 1.3911 7.916 10 4 ( o


API )
1.541
(99)

3.18.7. Korelasi Dokla-Osman


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :

Pb = 8363.86 Rs( 0.724047


o 0.107991 g 1.01049 (T + 459.67) 0.952584 ) (100)

3.18.8. Korelasi Obomanu


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :
Pbx
Pb = (101)
6.894757
1.078748652
(T + 459.67)
0.497

37.42241078Rs
1.8
Pbx = (102)


g 2.15 o API( 1.27
)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 26 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

3.18.9. Korelasi Farshad


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :
0.864
51.65289256 Rs
Pb = (103)
g
0.73495
10 X

X = 0.000337(T ) + 0.017771 o API ( ) (104)

3.18.10. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


1. Siapkan data :
Temperatur (T), oF
Perbandingan minyak dan gas terlarut (Rs), scf/STB
Berat jenis minyak pada tangki pengumpul, oAPI
Gas gravity (g)
2. Tentukan Pb dari persamaan :
o
API < 30 :
0.9986
16.784155757(Rs )
Pb = (105)
g 0.7972 10 X

X =
(
13.1405 0 API ) (106)
(T + 459.67)
o
API 30 :
0.9143
31.746031746(Rs )
Pb = (107)
g 0.7587 10 X

X =
(
11.2895 o API ) (108)
(T + 459.67)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 27 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Brill, J. P. : Two Phase Flow in Pipes, Lecture Notes, University of Tulsa, Oklahoma.
2. Ikoku, Chi. U. : Natural Gas Production Engineering, John Wiley & Sons, 1984.
3. Ahmed, Tarek H. : Hydrocarbon Phase Behavior, Gulf Publishing Company 1989.
4. Dokla, M. E. dan Osman, M. E. : Correlation of PVT Properties for UAE Crudes, SPE 21342,
1990.
5. Al-Shammasi, A. A. : Bubble Point Pressure and Oil Formation Volume Factor Correlations,
SPE 53185, Proceeding of the 1999 SPE Middle East Oil Show, Bahrain, 20-23 February 1999.
6. Lasater, J. A. : Bubble Point Pressure Correlation, JPT (May 1958).
7. Al-Marhoun, M. A. : Pressure-Volume-Temperature Correlations for Saudi Crude Oils, SPE
13718, Proceeding of the SPE 1985 Middle East Oil Technical Conference and Exhibition,
Bahrain, 11-14 March 1985.
8. Khan, S. A., Al-Marhoun, M. A., Duffuaa, S. O. dan Abu-Khasim, S. A. : Viscosity Correlations
for Saudi Arabian Crude Oils, SPE 15720, Proceeding of the Fifth SPE Middle East Oil Show,
Bahrain, 7-10 March 1987.
9. Petrosky Jr., G. E. dan Farshad, F. F. : Pressure-Volume-Temperature Correlations for Gulf of
Mexico Crude Oils, SPE 26644, Proceeding of the 68th Annual Technical Conference and
Exhibition of the Society of Petroleum Engineers, Houston, Texas, 3-6 October 1993.
10. Petrosky Jr., G. E. dan Farshad, F. F. : Viscosity Correlations for Gulf of Mexico Crude Oils,
SPE 29468, Proceeding of the Production Operation Symposium, Oklahoma City, OK, 2-4 April
1995.
11. Glaso, O. : Generalized Pressure-Volume-Temperature Correlations, JPT (May 1980).
12. Kartoatmodjo, R. S. T. dan Schmidt, Z. : New Correlations for Crude Oil Physical Properties,
SPE 23556, 1991.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 28 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

5. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume formasi gas, cuft/SCF


Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STBO
Bw = faktor volume formasi air, bbl/STBW
co = kompresibilitas minyak, psi-1
cr = kompresibilitas tereduksi (reduced compressibility)
cw = kompresibilitas air, psi-1
P = tekanan, psia
Pb = tekanan titik gelembung, psia
Pc = tekanan kritis, psia
Pr = tekanan tereduksi
Ppr = tekanan tereduksi semu
Ppc = tekanan kritis semu
Rp = perbandingan gas-minyak kumulatif, SCF/STB
Rs = perbandingan kelarutan gas dan minyak, SCF/STB
Rsw = kelarutan gas alam di dalam air, SCF/STB
SG = Berat Jenis (specific gravity)
T = temperatur, R
Tc = temperatur kritis, R
Tpc = temperatur kritis semu
Tpr = temperatur tereduksi semu
Tr = temperatur tereduksi
y = fraksi mol
Z = faktor deviasi gas
g = kerapatan jenis gas, lbm/ft3
o = kerapatan jenis minyak, lbm/ft3
osc = kerapatan jenis minyak pada kondisi standar, lbm/ft3
w = kerapatan jenis air, lbm/ft3
o = berat jenis minyak
qsc = berat jenis minyak pada kondisi standar

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 29 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

gd = berat jenis gas terlarut


gf = berat jenis gas bebas
E = viskositas emulsi, cp
g = viskositas gas, cp
o = viskositas minyak, cp
w = viskositas air, cp
o = tegangan permukaan gas-minyak, dynes/cm
w = tegangan permukaan gas-air, dynes/cm

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 30 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.2. CONTOH SOAL
6.2.l. Menentukan Rs
6.2.2. Menentukan Bo
6.2.2.1. Korelasi Standing
6.2.2.2. Korelasi Vazquez-Beggs
6.2.2.3. Korelasi Glaso
6.2.2.4. Korelasi Al-Marhoun
6.2.2.5. Korelasi Dokla-Osman
6.2.2.6. Korelasi Obomanu
6.2.2.7. Korelasi Farshad
6.2.2.8. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt
6.2.2.9. Korelasi Abdul Majeed
6.2.3. Menentukan co
6.2.3.1. Korelasi Vazquez-Beggs
6.2.3.2. Korelasi Petrosky-Farshad
6.2.3.3. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt
6.2.4. Menentukan Bw
6.2.4.1. Cara Gould
6.2.4.2. Cara Mc.Cain
6.2.5. Menentukan cw
6.2.6. Menentukan gd
6.2.7. Menentukan o
6.2.8. Menentukan w
6.2.9. Menentukan Z (Cara Wichert & Aziz)
6.2.10. Menentukan Z (Cara Modifikasi Standing)
6.2.11. Menentukan g
6.2.12. Menentukan o
6.2.13. Menentukan E
6.2.14. Menentukan g

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 31 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.14.1. Cara Carr et al.


6.2.14.2. Cara Lee et al.
6.2.15.Menentukan og
6.2.16. Menentukan wg
6.2.17. Menentukan Pb
6.2.17.1. Korelasi Standing
6.2.17.2. Korelasi Lasater
6.2.17.3. Korelasi Vazquez-Beggs
6.2.17.4. Korelasi Glaso
6.2.17.5. Korelasi Al-Marhoun
6.2.17.6. Korelasi Petrosky-Farshad
6.2.17.7. Korelasi Dokla-Osman
6.2.17.8. Korelasi Obomanu
6.2.17.9. Korelasi Farshad
6.2.17.10. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 32 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS


Korelasi karakteristik fluida reservoir dibuat berdasarkan data lapangan dan pengukuran di
laboratorium. Korelasi-korelasi ini dipergunakan hanya jika pengukuran di laboratorium tidak
tersedia atau hasil analisa di laboratorium meragukan.

6.2. CONTOH SOAL


6.2.1. Menentukan Rs
Data :
Tekanan = 2625 psia
Temperature = 200 oF
Tank Oil Gravity = 30 oAPI
Berat Spesifik Gas = 0.8
Penyelesaian :
Untuk gravity = 30 oAPI digunakan korelasi Lasater (oAPI > 15)
Pb gsc (2625)(0.8)
= = 3.182
T (200 + 460)
Dari gambar 1a diperoleh g = 0.59.
Dari gambar 1b untuk 30 oAPI diperoleh Mo = 330.

(379.3)(350) osc g
Rs =

M o 1 g
(379.3)(350)(0.876) 0.59
Rs = 1 0.59 = 507.1 scf/STB
(330)

6.2.2. Menentukan Bo
6.2.2.1. Korelasi Standing
Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 33 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

0.5
g
0.5
0.950
C Bob = Rs + 1.25T = 589 + 1.25(250)
o 0.829912
C Bob = 942.6749

Bob = 0.9759 + 12 10 5 C Bob [ ] 1.2


= 0.9759 + 12 10 5 [942.6749]
1.2

Bob = 1.420957 rb/STB

6.2.2.2. Korelasi Vazquez-Beggs


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Penyelesaian :
o API o
Bob = 1 + c1 Rs + c 2 (T 60) + c3 Rs (T 60) API

g g

( ) (
Bob = 1 + 4.67 10 9 (589 ) + 1.5 10 5 (250 60) )
39

0.950

(
+ 1.337 10 9 (250 60) )
39

0.950
B ob = 1.367005 rb/STB

6.2.2.3. Korelasi Glaso


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 34 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.82991
131.5 + API 131.5 + 39
o

0.526
g
0.526
0.950
Bobs = Rs + 0.968T = 589 + 0.968(250) = 874.393
o 0.829912

X = 2.91329[log(Bobs )] 6.58511 0.27683[log(Bobs )]


2

X = 2.91329[log(874.393)] 6.58511 0.27683[log(874.2)] = 0.41065


2

Bob = 1 + 10 X = 1 + 10 0.41065 = 1.388461 rb/STB

6.2.2.4. Korelasi Al-Marhoun


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Penyelesaian :
Tentukan harga Bob dari persamaan :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

F = Rs
0.74239
g 0.323294 o 1.20204 = (589) 0.74239 (0.950) 0.323294 (0.829912)1.20204
F = 89.53181
Bob = 0.497069 + 8.62963 10 4 (T + 459.67) + 1.82594 10 3 F
+ 3.18099 10 4 (T + 459.67)
Bob = 0.497069 + 8.62963 10 4 (250 + 459.67) + 1.82594 10 3 (89.53181)
+ 3.18099 10 4 (250 + 459.67)
Bob = 1.272968 rb/STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 35 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.2.5. Korelasi Dokla-Osman


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

F = Rs
0.773572
g 0.40402 o 0.882605 = (589) 0.773572 (0.950) 0.40402 (0.829912) 0.882605
F = 160.4524
Bob = 4.31935 10 2 + 1.56667 10 3 (T + 459.67) + 1.39775 10 3 F
+ 3.80525 10 6 (T + 459.67)
Bob = 4.31935 10 2 + 1.56667 10 3 (250 + 459.67) + 1.39775 10 3 (160.4524)
+ 3.80525 10 6 (250 + 459.67)
Bob = 1.381985 rb/STB

6.2.2.6. Korelasi Obomanu


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 36 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Rs g
Bob = 0.3321 + 7.88374 10 4 + 2.335 10 3
5.6145832 o
(T + 459.67)
+ 2.0855 10 3
1.8
589 (0.950)
Bob = 0.3321 + 7.88374 10 4 + 2.335 10 3
5.6145832 (0.829912)
(250 + 459.67)
+ 2.0855 10 3
1.8
Bob = 1.239706 rb/STB

6.2.2.7. Korelasi Farshad


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

F = Rs
0.5956
g 0.2369 o 1.3282 + 0.0976T
F = (589) 0.5956 (0.950) 0.2369 (0.829912) 1.3282 + 0.0976(250)
F = 80.91256
X = 2.6541 + 0.551[log( F )] + 0.331[log( F )]
2

X = 2.6541 + 0.551[log(80.91256)] + 0.331[log(80.91256)]


2

X = 0.39777
Bob = 1 + 10 X = 1 + 10 0.39777 = 1.400157 rb/STB

6.2.2.8. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


Data :
o
API = 39
g = 0.950

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 37 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Rsb = 589 scf/STB


T = 250 o F
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

F = R 0.755 0.25 1.5 + 0.45T = (589) 0.755 (0.950) 0.25 (0.829912) 1.5 + 0.45( 250)
s g o
F = 273.6832
Bob = 0.98496 + 0.0001F 1.5 = 0.098496 + 0.0001( 273.6832) 1.5
Bob = 1.437724 rb/STB

6.2.2.9. Korelasi Abdul Majeed


Data :
o
API = 39
g = 0.950
Rsb = 589 scf/STB
T = 250 o F
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.829912
131.5 + API 131.5 + 39
o

0.147
F = Rs g
1.2
o 5.222 = (589)1.2 (0.950) 0.147 (0.829912) 5.222
F = 5626.361
Bob = 0.9657876 + 4.8141 10 5 F 6.8987 10 10 F 2 + 7.73 10 4 T
Bob = 0.9657876 + 4.8141 10 5 (5626.361) 6.8987 10 10 (5626.361) 2 + 7.73 10 4 (250)
Bob = 1.408058rb / STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 38 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.3. Menentukan Co
6.2.3.1. Korelasi Vazquez-Beggs
Data :
o
API = 40.7
g = 0.786
Rsb = 768 scf/STB
T = 220 o F
P = 4514.7 psia
Penyelesaian :

co =
5 Rs 1433 + 17.2T 1180 g 12.61 o API ( )
1 10 P 5

5(768) 1433 + 17.2(220) 1180(0.786) 12.61(40.7)


co = = 1.05218 10 5 psi 1
1 10 (4514.7)
5

6.2.3.2. Korelasi Petrosky-Farshad


Data :
o
API = 40.7
g = 0.786
Rsb = 768 scf/STB
T = 220 o F
P = 4514.7 psia
Penyelesaian :

co = 1.705 10 7 Rs (
0.6957 o
API )
0.3272
T 0.6729 g
0.1885
P 0.5906
co = 1.705 10 7 (768) 0.6957 (40.7) 0.3272 (220) 0.6729 (0.786) 0.1885 (4514.7) 0.5906
co = 1.45739 10 5 psi 1

6.2.3.3. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


Data :
o
API = 40.7
g = 0.786
Rsb = 768 scf/STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 39 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

T = 220 o F
P = 4514.7 psia

Penyelesaian :

co = 6.8257 10 6 Rs (
0.5002 o
API )
0.3613
T 0.76606 g
0.35505
P 1
co = 6.8257 10 6 (768) 0.5002 (40.7) 0.3613 (220) 0.76606 (0.786) 0.35505 (4514.7) 1
co = 9.15437 10 6 psi 1

6.2.4. Menentukan Bw
Data :
T = 200 oF
P = 2625 psia

6.2.4.l. Cara Gould :


Tx = T 60 = 200 60 = 140
2
Bw = 1.0 + 1.2 10 4 Tx + 1.0 10 6 Tx 3.3 10 6 P

Bw = 1.0 + 1.2 10 4 (140) + 1.0 10 6 (140) 2 3.3 10 6 (2625) = 1.0082775

6.2.4.2. Cara Mc. Cain :


Harga VWT dari Gambar 3 berdasarkan harga T = 200 oF adalah = 0.039
Harga VWP dari Gambar 4 berdasarkan harga P = 2625 psia dan T = 200 oF adalah = -0.004
Bw = (1 + VWP )(1 + VWT )

Bw = (1 0.004)(1 + 0.039) = 1.035 bbl/STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 40 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.5. Menentukan cw
Menggunakan data soal 6.2.4, tentukan cw.
Penyelesaian :
Dari Gambar 5, cw (air murni ) = 3.15 10-6 psi-1
Dari Gambar 5, koreksi terhadap gas terlarut, Rsw = 1.08
Jadi cw = (3 10-6)(1.08) = 3.402 10-6 psi-1

6.2.6. Menentukan gd
Data :
Rs = 530 scf/STB
o
API = 30
Penyelesaian :
Dari Gambar 6, untuk Rs = 530 dan API = 30, didapat gd = 0.79.

6.2.7. Menentukan o
Data :
Rs = 530 scf/STB
o
API = 30
gd = 0.79
Bo = 1.327 rb/STB
Penyelesaian :
141.5 141.5
osc = = = 0.876
(131.5 + API ) 131.5 + 30
o

gd (0.0764) Rs
osc (62.4) +
o = 5.615
Bo
(0.79)(0.0764)(530)
(0.876)(62.4) +
o = 5.615 = 45.3 lbm/ft 3
(1.327)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 41 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.8. Menentukan w
Data :
Total padatan yang terlarut 10% dan Bw = 1.035.
Penyelesaian :
Dari Gambar 7, wsc = 67 lbm/ft3
67
w = WSC
= = 61.73 lbm/ft
Bw 1.035

6.2.9. Menentukan Z (Cara Wichert & Aziz)


Data :
SG gas = 0.8
P = 2000 psia
T = 150 F
mol % CO2 = 10 %
mol % H2S = 10 %
Penyelesaian :
Tpc = 169.0 + 314.0 SG
= 169.0 + 314 (0.8) = 420
Ppc = 708.75 + 57.5 (SG)
= 708.75 + 57.5 (0.8) = 663
Konstanta A dan B
A = yH2S + yCO2 = 0.10 + 0.10 = 0.20
B = yH2S = 0.10
Tentukan konstanta :
= 120 (A0.9 A1.6) + 15 (B0.5 B4.0)
= 120 [(0.20)0.9 (01.0)1.6] + 15 [(0.1)0.5 (0.1)4.0]
= 23.8
T *pc = Tpc = 420 23.8 = 396.2

P *pc = (Ppc T *pc ) / [Tpc + B (1 B) ]

= (663 396.2)/[420 + (0.1)(1- 0.1)(23.8)]


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 42 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

= 621.6
P 2000
Ppr = *
= = 3.22
Ppc 621.6

T 610
T pr = *
= = 1.54
T pc 396.2

Menggunakan Gambar 8, diperoleh Z = 0.788.

6.2.10. Menentukan Z (Cara Modifikasi Standing)


Data :
SG gas = 0.8
P = 2000 psia
T = 150 F
Penyelesaian :
Tpc = 169 + 314 SG
= 169.0 + 314.0 (0.8) = 420
Ppc = 708.75 + 57.5 (SG)
= 708.75 + 57.5 (0.8) = 663
T 610
T pr = = = 1.42
T pc 420

P 2000
Ppr = = = 3.02
Ppc 663
Tentukan harga konstanta di bawah ini :
A = 1.39(T pr 0.42) 0.5 0.36T pr 0.101

A = 1.39[(1.45) 0.42]0.5 0.36(1.45) 0.101 = 0.388935


B = (0.62 0.23T pr ) Ppr

B = [0.62 0.23(1.45)](3.02) = 0.865230

0.65
C= 0.037 Ppr2
(T pr 0.86)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 43 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

0.65
C= 0.037 (3.02) 2 = 0.6828
(1.45 0.86)
0.32 Ppr6
D= 9 (T pr 1)
10
0.32(3.02) 6
D= = 0.0216
10 9 (1.451)
E = B + C + D = 1.5696
F = 0.132 0.32 log T pr

F = 0.132 0.32 log(1.45) = 0.080362


2
( 0.3106 0.49T pr + 0.1824T pr )
G = 10
2
G = 10 ( 0.31060.49 (1.45) + 0.1824 (1.45) ) = 0.962933
Z = A + (1 A)e B + FPprG

Z = (0.388935) + (1 0.388935)e (1.5696 ) + (0.080262)(3.02) ( 0.962933) = 0.7491

6.2.11. Menentukan g
Dengan data 6.2.9 dan gf = 0.8, tentukan g .
Penyelesaian :
ZT
B g = 0.0283
P
(0.788)(610)
B g = 0.0283 = 0.006801 cf/SCF
(2000)
gf (0.0764)
g =
Bg

(0.8)(0.0764)
g = = 8.986 lbm/cuft
0.006801

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 44 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.12. Menentukan o
Data :
T = 220 oF
Rs = 768 scf/STB
o
API = 40.7
Pb = 2685 psia
P = 5000 psia
Penyelesaian :
Dengan menggunakan korelasi Kartoatmodjo-Schmidt untuk menentukan dead oil viscosity.
X = 5.7526 log(T ) 26.9718
X = 5.7526 log(220) 26.9718 = 13.4968

oD = 16 10 8 [log( o API )] T 2.8177


X

oD = 16 10 8 [log(40.7)]13.4968 (220) 2.8177 = 0.651432 cp


Dengan menggunakan korelasi Kartoatmodjo-Schmidt untuk menentukan viskositas minyak
pada titik jenuh (bubble point).
Y = 10 0.00081Rs = 10 0.00081( 768) = 0.238737
[
F = 0.2001 + 0.8428 10 0.000845 Rs oD ][ 0.43+ 0.5165Y
]
F = [0.2001 + 0.8428 10 0.000845 ( 768 )
][(0.651432) 0.43+ 0.5165 ( 0.238737 )
] = 0.308447
ob = 0.06821 + 0.9824 F + 0.0004034 F 2
ob = 0.06821 + 0.9824(0.308447) + 0.0004034(0.308447) 2 = 0.371105 cp
Dengan menggunakan korelasi Kartoatmodjo-Schmidt untuk menentukan viskositas minyak
pada tekanan 5000 psia.

o = 1.0081 ob + 0.001127( P Pb )(0.006517 ob 1.8148 + 0.038 ob 1.59 )


o = 1.0081(0.371105) + 0.001127(5000 2685.8)[(0.006517)(0.371105)1.8148
+ 0.038(0.371105)1.59 ]
o = 0.391904 cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 45 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.13. Menentukan E
Data :
o = 0.5876 cp
Jenis emulsi = medium
Persen garam pada emulsi = 50 %
Penyelesaian :
Dari Gambar 10 diperoleh viskositas ratio = 8
E = o Viskositas ratio
= 0.5876 8 = 4.7 cp

6.2.14. Menentukan g
6.2.14.1. Cara Carr et al
Data :
SG gas = 0.8
P = 2000 psia
T = 150 F
y H2S = 10 %
y CO2 = 10 %
Penyelesaian :
Dari Gambar 11 diperoleh : 1 = 0.0111 cp
Korelasi terhadap 10 % H2S = + 0.0003
Korelasi terhadap 10 % CO2 = + 0.0006
1 = 0.0111 + 0.0003 + 0.0006 = 0.0120 cp
Dari soal 6.2.11. : Ppr = 3.02 dan Tpr = 1.45

Dari Gambar 12 diperoleh : = 1.53
1

g = 1 = (1.53)(0.012) = 0.0184 cp
1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 46 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.14.2. Cara Lee et al


Data :
SG gas = 0.8
P = 2000 psia
T = 150 F
BM udara (Mu) = 29
gf = 0.8
Z = 0.788
Penyelesaian :
M = gf Mu = (0.8)(29) = 23.2

(9.4 + 0.02M )T 1.5


K=
209 + 19 M + T
[9.4 + 0.02(23.2)](610)1.5
K= = 117.96
209 + 19(23.2) + (610)
986
X = 3.5 + + 0.01M
T
986
X = 3.5 + + 0.01(23.2) = 5.35
(610)
Y = 2 .4 0 .2 X
Y = 2.4 0.2(5.35) = 1.33
P
g = 0.0433 gf
ZT
(2000)
g = 0.0433(0.8) = 0.1441
(0.788)(610)

g = K10 4 exp( X g Y )

g = (117.96)10 4 exp[(5.35)(0.1441)1.33 ] = 0.0177 cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 47 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.2.15. Menentukan og
Data :
o
API = 30
T = 100 oF
P = 2000 psia
Penyelesaian :
Menggunakan Gambar 13 diperoleh oD = 30 dynes/cm
Menggunakan Gambar 14 diperoleh (%) = 23

FK 23
Tentukan o = oD = 30 = 6.9 dyne/cm
100 100

6.2.16. Menentukan wg
Data :
T = 280 oF
P = 2000 psia
Penyelesaian :
Menggunakan Gambar 15, diperoleh w = 40 dynes/cm

6.2.17. Menentukan Pb
6.2.17.1. Korelasi Standing
Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :
X = 0.00091T 0.0125( o API )
X = 0.00091(205) 0.0125(40.3)
X = 0.3172

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 48 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

R
0.83
1000 0.83 0.3172
Pb = 18.2 s 10 X 1.4 = 18.2 10 1.4
g
0.756

Pb = 3391.9 psia

6.2.17.2. Korelasi Lasater


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.823632
(131.5 + API ) 131.5 + 40.3
o

1 1
y= = = 0.645894
1 + 132755 o /( Rs M o ) 1 + [(132755)(0.823632) /(1000 199.4396)]

Pf = 5 10 2 + 5.020833333328165 y 21.19791666663181y 2 + 55.72916666659612 y 3


32.55208333328954 y 4
P = 5 10 2 + 5.020833333328165(0.645894) 21.19791666663181(0.645894) 2
f
+ 55.72916666659612(0.645894) 3 32.55208333328954(0.645894) 4
P = 3. 8
f

Pb = Pf (T + 459.67) / g
Pb = 3.8(205 + 459.67) / 0.756
Pb = 3340.9 psia

6.2.17.3. Korelasi Vazquez Beggs


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 49 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Penyelesaian :
1 / c2


Rs
Pb =
(
c3 o API
c1 g exp
)

(T + 459.67)
1 / 1.187


1000
Pb =
(23.93)(40.3)
0.0178(0.756) exp
(205 + 459.67)
Pb = 3739.3 psia

6.2.17.4. Korelasi Glaso


Data :
o
API = 40.3 (asumsi jenis minyak bumi black oil, c = 0.172)
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :

R 0.816
s T c 1000 0.816
g ( 205 ) 0.172
0.756 = 1.365128
X = log = log
( o API )
0.984
( 40.3 ) 0.984



Pb = 10 [1.7669+1.7447 (1.365128) 0.30218(1.365128) ] = 3850.38 psia


2

6.2.17.5. Korelasi Al-Marhoun


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 50 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.823632
(131.5 + API ) 131.5 + 40.3
o

0.0053088Rs
0.715082
o 3.1437 (T + 459.67)1.32657
Pb =
g 1.87784

0.0053088(1000) 0.715082 (0.823632) 3.1437 (205 + 459.67)1.32657


Pb = = 3783 psia
(0.756)1.87784

6.2.17.6. Korelasi Petrosky-Farshad


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :

X = 4.561 10 5 T 1.3911 7.916 10 4 ( o


API )
1.541

X = 4.561 10 5 (205)1.3911 7.916 10 4 (40.3)1.541 = 0.16068

Pb = 112.727 Rs ( 0.5774
10 X g
0.8439
12.34 )
(
Pb = 112.727 (1000) 0.5774
10 ( 0.16068)
)
(0.756) 0.8439 12.34 = 3930.8 psia

6.2.17.7. Korelasi Dokla-Osman


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :
141.5 141.5
o = = = 0.823632
(131.5 + API ) 131.5 + 40.3
o

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 51 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Pb = 8363.86 Rs( 0.724047


o 0.107991 g 1.01049 (T + 459.67) 0.952584 )
(
Pb = 8363.86 (1000) 0.724047 (0.823632) 0.107991 (0.756) 1.01049 (205 + 459.67) 0.952584 )
= 3307 psia

6.2.17.8. Korelasi Obomanu


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :

1.078748652
(T + 459.67)
0.497

37.42241078Rs
1.8
Pbx =


g 2.15 o
API (1.27
)


1.078748652
(205 + 459.67)
0.497

37 .42241078(1000 )
1.8
Pbx =
2.15
(0.756) (40.3) 1.27



Pbx = 18547.41

Pbx 18547.41
Pb = = = 2690.1 psia
6.894757 6.894757

6.2.17.9. Korelasi Farshad


Data :
0
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205oF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 52 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Penyelesaian :
X = 0.000337T + 0.017771 o API ( )
X = 0.000337(205) + 0.017771(40.3) = 0.785256
0.864
51.65289256 Rs
Pb =
g
0.73495
10 X
0.864
51.65289256(1000)
Pb = 0.73495 = 2956.6 psia
(0.756) 10 ( 0.785256 )

6.2.17.10. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt


Data :
o
API = 40.3
g = 0.756
Rsb = 1000 scf/STB
T = 205 oF
Penyelesaian :

X =
(
11.2895 o API )
(T + 459.67)
11.2895(40.3)
X = = 0.6845
(205 + 459.67)
0.9143
31.746031746 Rs
Pb =
g
0.7587
10 X
0.9143
31.746031746(1000)
Pb = 0.7587 = 2259 psia
(0.950) 10 0.6845

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 53 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

6.3. GRAFIK YANG DIGUNAKAN

Gambar 1a. Korelasi Lasater, hubungan yg terhadap Pb g/T

Gambar 1b. Hubungan M terhadap Tank Oil Gravity

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 54 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 2. Hubungan Untuk Memperkirakan Harga Ppc dan Tpc berdasarkan harga SG

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 55 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 3. Hubungan antara VWt terhadap Temperatur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 56 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 4. Hubungan antara VWp terhadap Temperatur dan Tekanan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 57 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 5. Kompresibilitas Air, termasuk Efek dari Gas Terlarut


(menurut Dodson dan Standing)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 58 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 6. Hubungan untuk Memperkirakan Gas Gravity dari Kelarutan dan Gravity

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 59 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 7. Hubungan antara Kelarutan Padatan terhadap Densitas Air Garam pada 14.7 psia dan
60 oF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 60 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 8. Faktor Deviasi Gas Alam

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 61 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 9. Hubungan antara Perbandingan Viskositas terhadap Salinitas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 62 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 10. Viskositas Emulsi Minyak dan Air Garam

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 63 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 11. Viskositas Gas Hidrokarbon Parafinik pada 1 atm


(Carr, Kobayashi, dan Burrows)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 64 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 12. Hubungan antara Perbandingan Viskositas terhadap Ppr dan Tpr

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 65 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 13. Tegangan Permukaan Minyak Mentah pada Atmosfir

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 66 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 14. Pengaruh Gas Terlarut terhadap Tegangan Permukaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 02.06
JUDUL : ANALISA FLUIDA RESERVOIR Halaman : 67 / 67
SUB JUDUL : Korelasi Karakteristik Fluida Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir

Gambar 15. Pengaruh Tekanan dan Temperatur terhadap Tegangan Permukaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.01
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Halaman : 1/6
(RESERVES) Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengertian Dan Klasifikasi Cadangan
(Reserves)

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI CADANGAN (RESERVES)

1. PENGERTIAN CADANGAN (RESERVES)


Cadangan (reserves) adalah perkiraan volume minyak, kondensat, gas alam, natural gas liquids dan
substansi lain yang berkaitan yang secara komersial dapat diambil dari jumlah yang terakumulasi di
reservoir dengan metode operasi yang ada dengan kondisi ekonomi dan atas dasar regulasi
pemerintah saat itu. Perkiraan cadangan didasarkan atas interpretasi data geologi dan/atau
engineering yang tersedia pada saat itu.

Cadangan biasanya direvisi begitu reservoir diproduksikan seiring bertambahnya data geologi
dan/atau engineering yang diperoleh atau karena perubahan kondisi ekonomi.

Perhitungan cadangan melibatkan ketidakpastian yang tingkatnya sangat tergantung pada tersedianya
jumlah data geologi dan engineering yang dapat dipercaya. Atas dasar ketersediaan data tersebut
maka cadangan digolongkan menjadi dua, yaitu proved reserves dan unproved reserves. Unproved
reserves memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih besar dari proved reserved dan digolongkan
menjadi probable atau possible.

2. PROVED RESERVES
Proved reserves dapat diperkirakan dengan cukup teliti untuk dapat diambil atas dasar kondisi
ekonomi saat itu (current economic conditions). Kondisi ekonomi tersebut termasuk harga dan biaya
pada saat dilakukan perkiraan (perhitungan) reserves. Proved reserves digolongkan menjadi
developed atau undeveloped.

Pada umumnya reserves disebut proved jika kemampuan produksi reservoir secara komersial
didukung oleh uji produksi (production test) atau uji lapisan (formation test). Terminologi proved
merujuk pada volume reserves dan tidak pada produktifitas sumur atau reservoir semata. Pada kasus-
kasus tertentu, proved reserves mungkin dapat dihitung berdasarkan analisa data log dan/atau data
core yang menunjukkan bahwa kandungan reservoir adalah hidrokarbon dan memiliki kesamaan
dengan reservoir di daerah yang sama yang sedang diproduksi, atau telah dibuktikan dapat diproduksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.01
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Halaman : 2/6
(RESERVES) Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengertian Dan Klasifikasi Cadangan
(Reserves)

saat dilakukan uji lapisan (formation test).

Luas reservoir yang dapat dikatakan proved meliputi (1) daerah yang dibatasi oleh sumur delineasi
dan dibatasi oleh garis kontak fluida (fluid contacts), jika ada, dan (2) daerah yang belum dibor yang
diyakini produktif secara komersial atas dasar data geologi dan engineering yang tersedia. Jika tidak
ada fluid contacts, batas dari proved reserves adalah struktur yang telah diketahui mengandung
hidrokarbon terkecuali jika ada data engineering dan kinerja reservoir yang cukup definitif.

Dikatakan proved reserves jika memiliki fasilitas untuk melakukan proses dan transportasi
hidrokarbon pada saat perkiraan cadangan, atau ada komitmen untuk memasang fasilitas tersebut
nantinya.

Proved undeveloped reserves merujuk pada lokasi yang belum dibor dan memenuhi kriteria berikut :
(1) lokasinya adalah offset dari sumur yang telah terbukti dapat berproduksi secara komersial pada
formasi yang sama,
(2) lokasinya di dalam batas-batas zona produktif yang telah dinyatakan sebagai proved,
(3) lokasinya sesuai dengan regulasi saat itu tentang penetapan well spacing, jika ada, dan
(4) perlu dipastikan bahwa lokasi tersebut akan dikembangkan (diproduksikan).
Di luar empat kriteria tersebut, lokasi yang belum dibor digolongkan proved undeveloped jika
berdasarkan interpretasi data sumur-sumur yang ada menunjukkan bahwa formasi tersebut kontinyu
secara lateral dan mengandung hidrakarbon yang dapat diambil secara komersial.

Reserve yang dapat diproduksikan dengan menggunakan metode atau teknik improved recovery
digolongkan sebagai proved apabila (1) ditunjukkan oleh keberhasilan testing dari proyek
percontohan (pilot project) atau dari produksi atau dari respon tekanan dari metode tersebut yang
dilakukan pada reservoir itu, atau di reservoir yang berdekatan dengan sifat-sifat batuan dan fluida
yang serupa mendukung analisa engineering, dan (2) proyek improved recovery tersebut pasti akan
dilakukan.

Reserves yang akan diambil dengan improved recovery methods yang perlu melalui keberhasilan
serangkaian tes digolongkan sebagai proved hanya (1) setelah produksi yang cukup baik dari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.01
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Halaman : 3/6
(RESERVES) Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengertian Dan Klasifikasi Cadangan
(Reserves)

reservoir itu, baik dari percontohan (representative pilot) maupun dari yang sudah terpasang
(installed program), dan proyek improved recovery tersebut pasti akan dilakukan.

Proved reserves, berdasarkan statusnya, digolongkan menjadi dua yaitu developed dan undeveloped.
Penggolongan status reserve menetapkan status pengembangan dan produksi dari sumur dan/atau
reservoir.

2.1. DEVELOPED
Developed reserves diyakini dapat diambil dari sumur yang ada (termasuk reserves behind pipe).
Improved recovery reserves dikatakan developed hanya setelah peralatan untuk maksud itu
dipasang, atau apabila biaya untuk pengadaan dan pemasangan peralatan tersebut sangat kecil.
Developed reserves terbagi lagi menjadi producing dan nonproducing.

Producing
Producing reserves diperkirakan dapat diambil dari interval perforasi yang terbuka pada saat
perhitungan reserves, dan sedang berproduksi. Improved recovery reserves dianggap producing
hanya setelah beroperasi.

Nonproducing
Producing reserves meliputi shut-in dan behind-pipe reserves. Shut-in reserves diperkirakan
dapat diambil dari interval perforasi yang terbuka pada saat perhitungan reserves, tetapi belum
mulai produksi, atau ditutup karena kondisi pasar atau kondisi sambungan pipa, atau tidak dapat
berproduksi karena alasan mekanik, dan waktu tentang kapan akan dijual masih belum pasti.

Behind-pipe reserves diperkirakan dapat diambil dari zona yang ditembus oleh sumur (behind
casing) yang memerlukan kerja komplesi sebelum dimulai produksi.

2.2. UNDEVELOPED
Undeveloped reserves diperkirakan dapat diambil :
1. dari sumur baru pada daerah yang belum dibor (undrilled acreage),
2. dari memperdalam sumur yang ada sehingga menembus reservoir yang berbeda, atau

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.01
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Halaman : 4/6
(RESERVES) Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengertian Dan Klasifikasi Cadangan
(Reserves)

3. jika diperlukan pembiayaan yang relatif besar untuk melakukan (a) komplesi pada sumur yang
ada atau (b) pemasangan fasilitas produksi dan transportasi.

3. UNPROVED RESERVES
Unproved reserve didasarkan pada data geologi dan/atau engineering seperti halnya yang digunakan
untuk menentukan proved reserves; tetapi ketidakpastiannya secara teknik, ekonomi, kontrak dan
regulasi lebih besar.

Perhitungan unproved reserves dapat dibuat untuk perencanaan internal atau evaluasi khusus.
Unproved reserves tidak bisa ditambahkan dalam proved reserves. Unproved reserves dibagi lagi
menjadi dua, yaitu : probable dan possible.

3.1. PROBABLE RESERVES


Probable reserves meliputi :
1. reserve yang diperkirakan menjadi proved jika dilakukan pemboran dimana data subsurface
belum cukup untuk menyatakannya sebagai proved;
2. reserve dalam formasi yang produktif berdasarkan data log tetapi tidak memiliki data core
atau tes lain yang definitive (seperti uji produksi atau uji lapisan) dan tidak serupa dengan
reservoir yang proved atau berproduksi dalam daerah tersebut;
3. penambahan reserves (incremental reserves) karena adanya infill drilling tetapi saat itu belum
disetujui tentang well spacing yang lebih kecil;
4. reserve akibat metode improved recovery yang telah dibuktikan dengan serangkaian tes yang
berhasil selama perencanaan dan persiapan pilot project atau program tersebut, tetapi belum
beroperasi sementara sifat batuan, fluida dan karakteristik reservoir mendukung keberhasilan
aplikasi metode improved recovery secara komersial;
5. reserve dalam daerah suatu formasi yang telah terbukti produktif di daerah lain pada lapangan
yang sama tetapi daerah tersebut dipisahkan oleh patahan dan interpretasi geologi
menunjukkan bahwa daerah itu lebih tinggi dari daerah yang terbukti produktif;
6. reserve karena adanya workover, treatment, retreatment, perubahan peralatan, atau prosedur
mekanik lainnya dimana prosedur tersebut belum terbukti berhasil pada sumur-sumur yang
memiliki sifat dan kelakuan yang sama di reservoir yang sama;

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.01
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Halaman : 5/6
(RESERVES) Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengertian Dan Klasifikasi Cadangan
(Reserves)

7. penambahan reserves di proved producing reservoir dimana alternatif interpretasi tentang


kinerja dan data volumetrik mengisyaratkan reserves yang lebih besar dari reserves yang telah
digolongkan sebagai proved.

3.2. POSSIBLE RESERVES


Possible reserves meliputi :
1. reserve yang dibuat dengan ekstrapolasi struktur atau stratigrafi di luar dari daerah yang telah
digolongkan sebagai probable, berdasarkan interpretasi geologi dan geofisik;
2. reserve dalam formasi yang produktif berdasarkan pada data log atau core tetapi produksinya
dibawah produksi yang komersial;
3. penambahan reserves (incremental reserves) karena adanya infill drilling berdasarkan data
yang secara teknik memiliki tingkat ketidakpastian tinggi;
4. reserve akibat metode improved recovery yang telah dibuktikan dengan serangkaian tes yang
berhasil selama perencanaan dan persiapan pilot project atau program tersebut, tetapi belum
beroperasi sementara sifat batuan, fluida dan karakteristik reservoir meragukan keberhasilan
aplikasi metode improved recovery secara komersial;
5. reserve dalam daerah suatu formasi yang telah terbukti produktif di daerah lain pada lapangan
yang sama tetapi daerah tersebut dipisahkan oleh patahan dan interpretasi geologi
menunjukkan bahwa daerah itu lebih rendah dari daerah yang terbukti produktif;

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.01
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Halaman : 6/6
(RESERVES) Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Pengertian Dan Klasifikasi Cadangan
(Reserves)

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Reserves Definition Committee, "SPE MONOGRAPH I - Guidelines For Application of The


Definitions For Oil and Gas Reserves, The Society of Petroleum Evaluation Engineers,
December 1988.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.01
Halaman : 1/4
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

PENENTUAN ZONA DAN SELANG PERFORASI DITINJAU DARI ASPEK RESERVOIR

Metode Penentuan Net Pay Menggunakan SP Log dan Gamma Ray Log

Metode dasar dan klasik dalam menentukan net pay adalah menggunakan SP log dan/atau gamma ray
log. Menggunakan kriteria normal log untuk menentukan top dan base suatu formasi, atau setidaknya
perubahan tipe batuan dapat diketahui dari SP log atau gamma ray log. Metode penentuan net pay
menggunakan dua log diatas menggunakan asumsi : seluruh batu pasir adalah porous, permeable,
mengandung hidrokarbon, tidak terdapat tar dan bitumen pada batu pasir, dan terdapat partikel shale di
ruang pori. Penentuan net pay dengan menggunakan kedua jenis log di atas memberikan defleksi positif
untuk reservoir dan defleksi negatif untuk non-reservoir.

Metode di atas dapat diterapkan jika stratigrafi reservoir adalah clean sandstone atau sekuen shale yang
sangat porous dan permeable di clean sand. Metode ini selalu digunakan pada langkah awal penentuan
net pay dari suatu reservoir, keputusan kritis dalam metode ini adalah penentuan batuan reservoir dan
batuan non-reservoir.

Metode Penentuan Net Pay Menggunakan Porosity Log, SP Log dan Gamma Ray Log

Metode lain yang lebih rumit adalah menggunakan porosity log yang digabung dengan SP log atau
gamma ray log. Setelah reservoir atau gross sandstone ditentukan dari litologi kemudian ditentukan
batuan yang porous dan permeable.

Seluruh tipe porosity log seperti : sonic, microlog, microlaterolog, density dan caliper dapat digunakan
untuk menentukan net pay sesuai dengan kebutuhan. Setelah porositas dapat ditentukan dengan
menggunakan porosity log, maka dilakukan porosity cut-off, porosity cut-off adalah batas harga porositas
terendah dimana reservoir tidak dapat memproduksi hidrokarbon atau tidak mengandung hidrokarbon.

Dalam melakukan cut-off porositas, maka sensitivitas alat logging yang digunakan harus disebutkan. Jika
porosity log digunakan untuk membuat perkiraan secara kuantitatif dari porositas pada net sand, harga
porositas terendah yang diukur menggunakan log digunakan secara langsung sebagai harga cut-off. Jika

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.01
Halaman : 2/4
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

porosity log digunakan untuk mengevaluasi net pay secara kuantitatif hanya batuan reservoir dengan
porositas lebih besar dari batas terendah yang dihitung sebagai net pay, dengan kata lain jika dari log
menampilkan harga porositas dari suatu interval, maka interval tersebut adalah net pay reservoir.

Metode di atas baik digunakan pada clean porous dan permeable reservoir dengan harga porositas yang
besar. Metode ini memberikan hasil yang bagus pada reservoir sandstone dan limestone yang memiliki
perbedaan porositas yang sangat besar. Metode ini sangat berguna untuk menentukan interval pada
lapisan limestone yang berselang dengan dolomite karena harga porositas pada dolomite lebih besar
dibanding porositas di limestone.

Langkah selanjutnya dalam menentukan net pay adalah menggabung analisa core, porosity log, SP log
dan gamma ray log. Dari penggabungan data tersebut, maka permeabilitas dan saturasi air dapat
digunakan untuk membantu dalam penentuan net pay. Cut-off harga permeabilitas dapat dibuat dan
dikorelasikan dengan porositas cut-off. Sedangkan cut-off saturasi dibangun menggunakan log resistivity
dan analisa core, cut-off saturasi digunakan untuk menentukan total minyak yang terjebak di reservoir.

Parameter lain yang sangat penting dalam penentuan net pay adalah permeabilitas relatif, data ini dapat
diperoleh dari hasil analisa core. Permeabilitas relatif sangat berguna ketika melakukan secondary
recovery. Permeabilitas terhadap udara dari batuan reservoir dengan permeabilitas terhadap air atau
minyak selalu membuat perubahan yanh signifikan dalam penentuan cut-off permeabilitas. Salah satu
faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas relatif dari suatu reservoir adalah kehadiran clay.

Jika penentuan net pay bertujuan untuk menginventaris jumlah reservoir, waterflooding dan injeksi gas,
maka metode dan alat yang digunakan untuk menentukan net pay harus lebih beragam untuk
mendapatkan tebal net pay yang terpercaya dan konsekuen dengan volume in-place.

Penentuan Harga Cut-Off

Dari uraian di atas, penentuan harga cut-off untuk mengatasi problem yang muncul selama penentuan net
pay, berbeda dengan penentuan net pay untuk menentukan kandungan hidrokarbon di tempat.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.01
Halaman : 3/4
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Umumnya penentuan harga cut-off untuk porositas dan permeabilitas didasarkan dari penilaian secara
intuitif. Namun penilaian secara intuitif tidak bisa diterapkan untuk sebaran data porositas dan
permeabilitas yang beragam. Sebagai contoh jika suatu reservoir memiliki harga permeabilitas dari 1,000
millidarcy sampai 0.1 millidarcy, maka kita dapat mengambil harga 0.1 millidarcy sebagai harga cut-off.
Contoh lain jika suatu reservoir memiliki beberapa interval dan harga permeabilitas 50 millidarcy, maka
dalam hal ini penentuan net atau non-net pay lebih penting dibanding menggunakan harga permeabilitas
sebagai harga cut-off. Jika pada lapisan 50 millidarcy itu tidak terdapat data-data yang mendukung
tentang keberadaaan hidrokarbon seperti tidak terdapat saturasi gas atau minyak dari hasil analisa core,
oil staining, fluorescence dan tidak ada saturasi minyak dari perhitungan log, maka dapat disimpulkan
bahwa lapisan tersebut tidak termasuk net pay. Hal lain yang dapat digunakan untuk menentukan net pay
adalah DST atau tes produksi, apakah menghasilkan hidrokarbon atau tidak, bila menghasilkan
hidrokarbon, maka harga cut-off dapat digunakan dengan mengambil harga 50 millidarcy sebagai harga
cut-off. Untuk menghitung kandungan hidrokarbon di tempat, maka interval reservoir yang memiliki
permeabilitas 50 millidarcy tetap dimasukkan walaupun minyak atau gas tidak terproduksi, namun
memiliki harga saturasi minyak atau gas.

Proses Penentuan Kedalaman Perforasi


Proses pengambilan keputusan tentang kedalaman/zona perforasi berdasarkan pertimbangan reservoir
ditunjukkan oleh Tabel 1. Dalam tabel tersebut, harga Sw, , Rt diperoleh dari data log. Harga
permeabilitas diperoleh dari data core, data tekanan, atau interpretasi log. Sedangkan gas reading dan
cutting show diperoleh selama pemboran.

Tabel 1. Persiapan Data Untuk Menentukan Kedalaman Perforasi

Kedalaman Sw k Gas Cutting Rt Separasi Ranking


Reading Show Keputusan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.01
Halaman : 4/4
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Daftar Pustaka

1. Synder R. H. : A Review of the Concepts and Methodology of Determining Net Pay, SPE 3609,
1971.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.02
Halaman : 1/6
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

CARA PEMBUATAN PETA CADANGAN

1. TUJUAN

Membuat peta isopach batuan reservoir yang mengandung hidrokarbon.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Pembuatan kontur ketebalan lapisan yang mengandung hidrokarbon.

2.2. PERSYARATAN
Tersedia kombinasi log dari sumur yang menembus lapisan, sehingga dapat ditentukan puncak
dan dasar lapisan, ketebalan bersih lapisan dan batas fluida bila ada. Hasil UKL (Uji Kandung
Lapisan) dapat membantu penetapan kedalaman batas-batas fluida.

3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan peta lokasi yang menunjukkan titik tembus sumur kedalaman lapisan.
2. Siapkan log sumur yang menembus lapisan yang telah teruji kandungan hidrokarbon secara
positif. Dari analisis log ini diperoleh parameter berikut :
a. Kedalaman puncak dan dasar lapisan dengan batuan - Ray dan microlog.
b. Ketebalan bersih lapisan dengan bantuan microlog, ketebalan mana ditentukan dari log yang
menunjukkan seperti positif.
c. Kedalaman batas gas-minyak bila ada dan ketebalan bersih lapisan gas dan minyak dengan
bantuan log FDC, CNL dan Microlog. Batas gas-minyak ditandai oleh bertambah besarnya
hasil rekaman porosity unit CNL (mendekati hasil bacaan FDC) ketika log menembus lapisan
minyak.
d. Kedalaman batas minyak-air, bila ada, dari ketebalan bersih lapisan minyak dan air dengan
bantuan log EFT, CNL, FDC.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.02
Halaman : 2/6
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Catatan :
Penentuan ketebalan lapisan didasarkan pada ketebalan proyeksi vertikal dari titik tembus ke
lapisan.
Perlu dilakukan perhitungan tebal lapisan bagi sumur yang menembus lapisan secara miring.
Hasil UKL dapat digunakan sebagai pegangan utama dalam menentukan batas-batas fluida,
kedalaman paling dangkal yang memberikan produksi cairan 100% air (hw) dan yang
memberikan produksi. Cairan 100% minyak (ho) digunakan sebagai parameter penentuan
kedalaman batas minyak-air rata-rata (hwoc).

hwoc = 0.5(ho + hw ) (1)

Kedudukan alat pada waktu menentukan batas gas-minyak, kalau ada, yang menghasilkan
faktor perbandingan gas minyak sesaat (R) 10,000 SCF/STB digunakan sebagai pegangan
dalam penentuan kedalaman batas gas-minyak.
3. Siapkan tabulasi data yang berisikan nomor sumur, kedalaman puncak dan dasar lapisan,
ketebalan bersih lapisan yang mengandung minyak, air, gas dan ketebalan total serta kedalaman
batas fluida.

Nomor Kedalaman * Tebal Bersih Kedalaman Batas


Sumur Fluida
Puncak Dasar Gas Minyak Air Total

4. Buat peta kontur puncak lapisan pada kertas transparan (peta # l). Dari peta ini diperoleh kontur
perpotongan batas gas-minyak dan minyak-air, bila ada.
5. Buat peta kontur dasar lapisan pada kertas transparan (peta # 2). Dari peta ini diperoleh kontur
perpotongan batas minyak-air, bila ada.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.02
Halaman : 3/6
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Catatan :
Bila tidak ada batas fluida, maka lingkupan struktural pembatas keberadaan hidrokarbon yang
paling rendah digunakan sebagai batas terbawah dari reservoir.
Guna data seismik sebagai pedoman pembuatan peta kontur.
6. Buat peta isopach ketebalan bersih lapisan pada kertas transparan (peta # 3).
7. Ambil kertas transparan dan jiplak kontur perpotongan batas fluida dengan puncak lapisan dari
peta # l beserta kedudukan titik tembus sumur pada puncak lapisan (peta # 4).
8. Jiplak kontur batas fluida dari peta # 2 pada peta # 4.
9. Jiplak peta isopach ketebalan bersih dari peta # 3 ke atas peta # 4. Garis isopach ketebalan bersih
yang terletak di dalam kontur perpotongan batas fluida dengan puncak lapisan sama dengan garis
ketebalan bersih hidrokarbon.
10. Buat garis isopach di antara kedua kontur batas fluida dengan menggunakan kontur perpotongan
batas fluida dengan dasar lapisan sebagai garis ketebalan 0.
Catatan :
Metode pembuatan metoda isopach di atas berlaku untuk batas minyak-air yang horisontal
atau memiliki kedalaman yang relatif sama.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.02
Halaman : 4/6
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Bankhead, Jr., C. C. : "Processing of Geological and Engineering Data in Multiply Fields for
Evaluation", Petr. Trans, Reprint Series No. 3, SPE-AIME, 1970.
2. Dickey, P. A. : "Petroleum Development Geology", Penn Well Publ. 3rd ed., 1986.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.02
Halaman : 5/6
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

5. DAFTAR SIMBOL

ho = kedalaman sekat terbawah pada saat UKL menghasilkan 100% minyak, ft


hw = kedalaman sekat terbawah pada saat UKL menghasilkan 100 % air, ft
hwoc = kedalaman batas minyak-air, ft
R = faktor perbandingan gas-minyak sesaat, SCF/STB

Singkatan :

FDC = Compensated Density Log


CNL = Compensated Neutron Log
EFT = Electromagnetic Propagation Log

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.02
Halaman : 6/6
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Penentuan batas reservoir merupakan masalah utama pembuatan isopach cadangan hidrokarbon.
Batas reservoir berupa puncak dan dasar lapisan serta batas fluida, bila ada. Ada dua sumber
informasi yang dapat digunakan untuk menentukan batas-batas fluida, yaitu : log dan uji
kandung lapisan (UKL). Yang terakhir merupakan pegangan utama.

UKL dilakukan bertahap mulai dari bawah lapisan ke atas. Dalam UKL, reservoir minyak yang
berdampingan dengan aquifer, cairan yang diproduksikan berangsur berubah dari 100 % air, air
+ minyak, kemudian 100% minyak. Kedudukan penyekat terbawah pada saat UKL
menghasilkan 100 % minyak (ho) dan pada saat UKL menghasilkan 100 % air (hw) digunakan
sebagai penentuan kedalaman batas minyak air (hwoc) :

hwoc = 0.5(ho + hw )

Batas gas minyak ditentukan pada saat UKL menghasilkan faktor perbandingan gas-minyak
sesaat (R) 10,000 SCF/STB. Kedudukan penyekat teratas pada saat itu menentukan kedalaman
batas gas-minyak.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 1 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

PERHITUNGAN VOLUME RESERVOIR MENGGUNAKAN PLANIMETER

1. TUJUAN

Menghitung volume batuan reservoir dari peta isopach dan peta kontur dengan planimeter.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
1. Teknik trapesoide dan piramide.
2. Plot kedalaman puncak dan dasar lapisan terhadap luas.

2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.

3. LANGKAH KERJA
3.1. TEKNIK TRAPESOIDE DAN PIRAMIDE
1. Tentukan kontur yang akan diukur dengan planimeter. Jika bagian kontur terlalu besar,
sehingga tidak dapat diukur dengan planimeter dalam satu kali putaran, maka bagilah bagian
tersebut menjadi beberapa bagian.
2. Ukurlah luas bidang kontur. Jika bidang kontur dibagi menjadi beberapa bagian, ukurlah
luas tiap bagian dan jumlahkan untuk memperoleh luas kontur.
3. Susunlah hasil pengukuran setiap bidang kontur. Paling tipis di atas dan menebal ke bawah.
4. Hitung perbandingan luas suatu bidang dengan luas bidang di atasnya (berdasarkan susunan
di langkah (3), yaitu :
A j +1
Aj
dimana : j = nomor urut sesuai dengan langkah 3
j = 0, untuk susunan teratas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 2 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

5. Hitung volume batuan di antara dua bidang sebagai berikut :


A j +1
- Apabila > 0.5 , gunakan persamaan trapesoide, yaitu : Vb = 0.5h( A j + A j +1 )
Aj

A j +1
- Apabila < 0.5 , gunakan persamaan piramide, yaitu :
Aj

h
Vb = ( A j + A j +1 + ( A j . A j +1 ) 0.5 )
3
6. Jumlahkan volume batuan yang diperoleh dari langkah 5 untuk memperoleh volume batuan
reservoir.

3.2. BERDASARKAN PLOT ANTARA KEDALAMAN DAN LUAS KONTUR


1. Bagilah bidang kontur kedalaman puncak lapisan menjadi beberapa bagian. Luas masing-
masing bagian harus memadai, sehingga dapat diukur dengan planimeter.
2. Hitunglah luas bagian-bagian setiap bidang dan jumlahkan luas tersebut untuk memperoleh
luas bidang keseluruhan. Cara mengukur luas bidang-bidang tersebut dapat dilihat pada
Lampiran A.
3. Dari langkah 2 diperoleh luas bidang untuk setiap kontur kedalaman. Plot antara luas bidang
ini terhadap kedalaman dengan luas bidang kontur sebagai sumbu absis dan kedalaman
sebagai sumbu ordinat.
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk kontur kedalaman dasar lapisan.
5. Pada plot tersebut gambarkan kedalaman batas air-minyak dan batas gas-minyak.
6. Perhitungan volume reservoir dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Bagilah daerah pasir yang mengandung minyak menjadi beberapa selang kedalaman.
b. Tarik garis batas selang.
c. Baca luas kontur kedalaman pada kurva puncak dan dasar lapisan untuk setiap batas
selang kedalaman.
d. Baca luas kontur puncak dasar lapisan pada setiap harga tengah selang kedalaman.
e. Hitung perbedaan luas kontur puncak dan dasar lapisan pada setiap selang dan harga
tengah selang, yaitu :
pada setiap selang kedalaman :
Li = Lpi Ldi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 3 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

dimana i = batas selang


pada setiap selang kedalaman :
Li+0.5 = Lpi+0.5 Ldi+0.5
dimana i = batas selang
f. Hitung volume reservoir pada setiap selang kedalaman dengan menggunakan persamaan :
h
V = (Li + 4Li + 0.5 + Li +1 )
6
h = selang interval
g. Volume reservoir keseluruhan adalah :
n
V = V j
j =1

n = jumlah selang

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 4 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Frick, Thomas C. dan Taylor, R. William : "Petroleum Production Handbook", Volume 2, Society
of Petroleum Engineers of AIME, Dallas - Texas, 1962.
2. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall Inc.,
Englewood Clifts, N. J., 1959.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 5 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

5. DAFTAR SIMBOL

A = luas bidang kontur


h = selang interval
h = selang interval
Ld = luas kontur dasar lapisan
Lp = luas kontur puncak lapisan
Vb = volume batuan antara dua bidang kontur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 6 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

6. LAMPIRAN
6.1. PETUNJUK PEMAKAIAN PLANIMETER
Planimeter dipakai untuk mengukur luas bidang datar yang mempunyai bentuk tidak beraturan,
dimana rumus-rumus geometrinya tidak sederhana lagi.
Planimeter memiliki beberapa model seperti tertera dalam Gambar 1. Roller Planimeter dan
bagian-bagiannya pada Gambar 2. Secara lebih teliti gambar dial ditunjukkan pada Gambar 3
dan 4. Untuk alat lain dapat dipelajari dari buku petunjuk yang menyertainya.

6.1.1. Mencari Faktor Kalibrasi


1. Buat bujur sangkar dengan sisi 4 cm.
2. Lakukan pengukuran luas bidang bujur sangkar tersebut dengan planimeter menurut
butir 6.1.2.
3. Baca angka yang tertera pada alat planimeter, misalnya angka 47. Angka ini sesuai
dengan luas bujur sangkar, yaitu : 16.
4. Letakkan tracing magnifer pada titik awal; kemudian tekan zero setting lever (14)
untuk mengatur harga nol pada dial (16).
5. Mulai dari titik awal telusuri dengan hati-hati garis batas searah jarum jam (terhadap
titik awal) dan selalu meletakkan titik tengah kaca pembesar penelusur pada garis
tersebut.
6. Baca angka yang tertera sesuai dengan petunjuk "cara membaca".
7. Kalikan angka yang diperoleh dengan faktor kalibrasi.

6.1.2. Mengukur Luas Bidang


1. Letakkan kertas yang berisi peta pada suatu bidang datar dan rata. Kertas harus statis
(tidak bergeser).
2. Letakkan planimeter di atas kertas tersebut. Balljointseat (7) kira-kira, di tengah-
tengah gambar, sehingga seluruh batas bidang gambar dapat dijelajahi oleh tracing
magnifier (2) planimeter. Letak planimeter dapat digerakkan sejajar Pole Roller (5),
sehingga peta seluruhnya atau sebagian dari peta dapat terjelajahi.
3. Apabila bidang yang diukur terlalu lebar, maka bidang tersebut harus dibagi secara
merata menjadi beberapa bagian, dimana tiap segmen akan diukur terpisah. Luas
bidang keseluruhan adalah jumlah dari luas segmen-segmennya.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 7 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

4. Tentukan suatu titik (dan beri tanda) pada bidang batas. Titik tersebut dipergunakan
sebagai titik awal proses penelusuran dan juga sebagai titik akhir penelusuran.

6.1.3. Cara Membaca Hasil


1. Dial (16) bernomor 1 sampai 0 (10 angka) menunjukkan jumlah perputaran (10).
2. Measuring wheel bernomor 1 sampai 0 (10 angka) dan setiap nomor menunjukkan
1/10 (sepersepuluh) putaran roda pengukur.
3. Setiap measuring wheel dibagi lagi menjadi 10 garis, sehingga setiap garis
menunjukkan 1/100 (seperseratus) putaran measuring wheel.
4. Vernier menunjukkan 1/1,000 skala measuring wheel.
5. Lakukan pengukuran pada langkah (3) paling sedikit tiga kali. Apabila hasilnya
berdekatan, hitung harga rata-ratanya. Misalkan harga rata-rata tersebut 47.3.
6. Faktor kalibrasi diperoleh dari perbandingan luas sebenarnya (16 cm2) terhadap angka
pembacaan pada pengukuran 47.3. Dengan kata lain faktor kalibrasi skala dial = (16
cm2/47.3) = 0.33826638477 cm2.

6.2. MENGHITUNG VOLUME RESERVOIR TRAPEZOIDE DAN PIRAMIDE


1. Data yang telah tersedia adalah :
Peta isopach dari suatu reservoir ideal (Gambar 5).
Hasil pengukuran luas dengan planimeter, Tabel 1 kolom 2.
2. Perhitungan volume reservoir tertera pada Tabel l.

TABEL 1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 8 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Luas Kontur = Putaran Skala Planimeter Faktor Kalibrasi


Luas Sebenarnya = Luas Kontur Faktor Skala
a), b) dan c) dihitung sebagai berikut :
a) V = (5/2) (231 + 154) = 963 ac-ft
b) V = (5/3) (154 + 74 + (154 74)0.5) = 558 ac-ft
c) V = (4/3) (74 + 0 (74 0)0.5 = (4/3) (74) = 99 ac-ft
6
Volume keseluruhan = V
i =0
i = 6,713 ac-ft

6.3. PERHITUNGAN VOLUME RESERVOIR BERDASARKAN PLOT ANTARA


KEDALAMAN DAN LUAS KONTUR

Soal dikutip dari : "Petroleum Production Handbook" Vol. II, Frick, Thomas C. dan Taylor, R.
William, hal. 37-8 - 37-9.

1. Data yang tersedia adalah sebagai berikut :

TABEL 2
Kedalaman Luas kontur puncak lapisan Luas kontur dasar lapisan
7250 0 -
7300 24 0
7350 88 42
7400 209 106
7450 378 242
7500 571 409

Batas gas-minyak pada kedalaman : 7,350 ft.


Batas minyak-air pada kedalaman : 7,450 ft.

2. Plot antara luas bidang kontur terhadap kedalaman pada kertas milimeter, Gambar 6.
3. Pada denah tersebut tarik garis batas gas-minyak dan batas air-minyak.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 9 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

4. Tandai daerah yang mengandung minyak saja (bidang arsiran).


5. Volume reservoir dihitung sebagai berikut :
Gambar volume diagram hanya untuk daerah yang mengandung minyak saja seperti
tercantum pada Gambar 7.
Bagi denah tersebut menjadi 4 selang dengan tebal 25 ft kemudian tarik garis batas selang.
Baca luas kontur pada setiap batas selang dan harga tengah selang untuk puncak lapisan
dan dasar lapisan.
Hitung perbedaan luas kontur antara puncak lapisan dan dasar lapisan pada setiap batas
selang dan harga tengah selang, Tabel 3.
Volume untuk setiap selang dapat dihitung sebagai berikut :
Selang I :
(25 / 2)
V1 = (44 + 4(40) + 74) = 1,158.33 ac-ft
3
Selang II :
(25 / 2)
V2 = (74 + 4(89) + 103) = 2,220.83 ac-ft
3
Selang III :
(25 / 2)
V3 = (103 + 4(131) + 120) = 3,112.50 ac-ft
3
Selang IV :
(25 / 2)
V4 = (120 + 4(128) + 136) = 3,200 ac-ft
3
6. Volume reservoir yang mengandung minyak :
4
V = Vi
i =1

= (1,158.33 + 2,220.83 + 3,112.50 + 3,200) = 9,691.66 acre-feet

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 10 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

TABEL 3
PERHITUNGAN VOLUME RESERVOIR

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 11 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

6.4. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. JENIS PLANIMETER

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 12 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 13 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Gambar 3. DRUM dan DIAL

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 14 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Gambar 4. DIAL dan ROLLER

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 15 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Gambar 5. PETA ISOPACH DARI SUATU RESERVOIR IDEAL

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 16 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Gambar 6. VOLUME DIAGRAM

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.03
Halaman : 17 / 17
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Gambar 7. VOLUME DIAGRAM

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 1 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

PERHITUNGAN OOIP DAN OGIP

1. TUJUAN

Menentukan pengambilan maksimum (primary ultimate recovery) suatu reservoir minyak atau gas
dengan cara volumetrik yang meliputi perhitungan volume minyak atau gas di tempat (original oil
atau gas in place) dan penentuan faktor perolehan primer (primary recovery factor).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Perhitungan volume awal minyak atau gas di tempat menggunakan metode volumetrik.
Penentuan faktor perolehan primer menggunakan metode empirik.

2.2. PERSYARATAN
Metode empiris untuk penentuan faktor perolehan ini terutama digunakan untuk reservoir yang
belum diproduksikan atau belum mempunyai data produksi yang memadai.

3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN VOLUME AWAL MINYAK DAN GAS DI TEMPAT
1. Siapkan data penunjang sebagai berikut :
a. Volume batuan reservoir (Vb), ac-ft
b. Porositas rata-rata ()
c. Saturasi air awal rata-rata (Swi)
d. Faktor volume formasi awal (Boi, Bgi), bbl/STB dan bbl/SCF

Catatan : Volume batuan reservoir diperoleh berdasarkan perhitungan pada TR


03.02.01 dan TR 03.02.02.
Porositas dari data log atau core.
Porositas dari data log atau core.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 2 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Saturasi air awal rata-rata diperoleh dari data log.


Faktor volume formasi awal (Boi, Bgi) diperoleh dari data PVT lab atau dari
korelasi empirik.

2. Apabila reservoir yang dihitung adalah reservoir minyak, maka volume awal minyak di
tempat (N) dan gas yang terlarut (Gs) ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini :
Vb (1 S w )
N = 7,758 (1)
Boi

G s = NRsi (2)

3. Apabila reservoir yang dihitung adalah reservoir gas dan tudung gas (gas cap), maka
volume awal gas di tempat dari reservoir gas bebas (non-associated gas) dan tudung gas
dihitung berdasarkan persamaan (3) :
G = 43,560 Vb (1 S wi ) Ei (3)

dimana :
1
Ei =
B gi

ZT
B gi = 0.02827
P
4. Apabila reservoir yang dihitung adalah reservoir kondensat, maka volume awal total
hidrokarbon di tempat dapat ditentukan berdasarkan data geometri dan petrofisik reservoir
serta data PVT dengan menggunakan persamaan (3). Sedangkan volume awal gas kering di
tempat (Gg) dapat dihitung berdasarkan data hasil uji laju produksi gas kering dan kondensat
:

RM o
Gg = G
RM o + 132,790 o
dimana :
42.43 o
Mo
1.008 o

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 3 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Volume awal kondensat di tempat (GL) adalah :


Gg
GL =
R
Catatan :
1. Cara penentuan beberapa perubahan bebas (variabel) di atas dapat dilihat pada Pedoman
Kerja bersangkutan.
2. Harga R dihitung berdasarkan laju produksi gas di permukaan yang berasal dari separator
dan tanki serta laju produksi kondensat.

3.2. PENENTUAN FAKTOR PEROLEHAN PRIMER


Metode yang digunakan adalah korelasi empirik dan berguna sebagai perkiraan awal jika
simulasi reservoir secara numerik belum memungkinkan untuk dilakukan.
1. Siapkan data penunjang sesuai dengan kebutuhan sebagai berikut :
a. Petrofisik : , k (Darcy), cf (psi-1), cw (psi-1), Sw
b. Fluida : o (cp), w (cp), o (gr/cm3), Bo (bbl/STB), Bg (bbl/SCF)
c. Tekanan : Pi (psia), Pb (psia), Pa (psia)
d. Geometri : A (acre)
2. Tentukan jenis daya dorong reservoir (driving mechanism) dari UKL (Uji Kandung Lapisan)
atau log sumur.
3. Hitung faktor perolehan primer dengan menggunakan rumus empirik sesuai dengan daya
dorong yang telah ditentukan. Klasifikasi daya dorong reservoir adalah sebagai berikut :
a. Reservoir Minyak
Daya dorong gas terlarut (depletion, solution gas) :
0.1741
(1 S wi ) k P
E d = 41.815 0.1611 0.0979( S wi ) 0.3722 b (7)
Bob ob Pa
Daya dorong air :
0.0422
(1 S wi ) k wi P
E w = 54.898 0.0422 0.0770( S wi ) 0.1903 i (8)
Boi oi Pa

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 4 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Pengurasan karena gravitasi (gravity drainage) :


Faktor perolehan reservoir karena pengaruh gravitasi (Egv) diperoleh dari grafik korelasi,
lihat pada Lampiran 6.3; setelah diketahui harga perkalian modulus penyerapan d
(drainage modulus) dengan waktu t :
E gv (%) = f ( d t ) (9)

350 k o o sin
d = (10)
o S oi L
A
L = 208.7 (11)
cos

Catatan :
1. Perhitungan Ed dimulai dari tekanan jenuh Pb (bubble point presure). Bila tekanan
reservoir pada keadaan awal Pi > Pb, maka faktor perolehan mulai dari tekanan Pi
sampai Pb dapat diperkirakan sebesar :
Boi
E db = ce ( Pi Pb ) 100 (12)
Bob
co S oi + c w S wi + c f
ce = (13)
(1 S wi )
( Bob Boi )
co = (14)
Boi ( Pi Pb )
Bila tidak ada data cw dan cf, maka gunakan harga perkiraan berikut ini :
c w = 3 10 6 psi -1

c f = 3 10 6 psi -1
2. Faktor perolehan gas yang terlarut (associated gas) minimum sama dengan faktor
perolehan minyak.

b. Reservoir Gas dan Reservoir Kondensat


Reservoir Gas atau Tudung Gas - daya dorong deplesi :
B gi
E gd (%) = 1001 (15)
B
ga

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 5 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Reservoir Gas - daya dorong air :


S gr B gi
E gw (%) = 100 1 (16)
(1 S wi ) B ga
Catatan :
1. Khusus untuk tudung gas berlaku anggapan :
a. Gas yang berasal dari padanya tidak turut terproduksi selama tahap produksi primer
dari minyak.
b. Sebagian gas dari tudung gas akan mendesak minyak bila minyak diproduksikan.
Sebagian dari gas yang telah menempati pori-pori reservoir minyak akan tertinggal
apabila tudung gas ini diproduksikan di kemudian hari.
2. Harga Sgr diperoleh dari data pendesakan gas oleh air dalam core. Bila tidak ada,2)
maka gunakan Sgr = 30 %.

Reservoir kondensat di permukaan EgL dapat dihitung berdasarkan persamaan (17) :


ln Eg = 20.243 0.65314 ln R + 1.3921 ln Pi + 2.7958 ln( o API )

Vb (1 S wi )
+ ln + 13.562 (17)
GL

3.3. PENGAMBILAN MAKSIMUM PRIMER


Pengambilan maksimum primer dihitung berdasarkan persamaan umum berikut ini :

Faktor Perolehan
PM = (Volume di tempat ) (18)
100

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 6 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx, J. W, dkk. : "Petroleum Reservoir Engineering", Mc.Graw Hill Book Co., New York,
1960.
2. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir", Prentice-Hall Inc., New Jersey,
1959.
3. Dykstra, H. : "The Prediction of Oil Recovery by Gravity Drainage", Trans. AIME (1978), vol.
265.
4. Eaton, B. A. dan Jacoby, R. H. : "A Few Depletion Performance Correlation for Gas Condensate
Reservoir Fluids", AIME Reprint Series No. 3.
5. Frick, T. C. dan Taylor, R. M. : "Petroleum Production Handbook", SPE vol. II, 1962.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 7 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

5. DAFTAR SIMBOL

A = luas daerah penyerapan sumur, acre


Bg = faktor volume gas, bbl/SCF (17.7 psia, 60F)
Bo = faktor volume minyak, bbl/STB
cf = kompresibilitas formasi, psi-1
cw = kompresibilitas air formasi, psi-1
Ed = faktor perolehan minyak dari daya dorong gas terlarut, %
Edb = faktor perolehan minyak dari Pi sampai Pb, %
Egd = faktor perolehan gas dari reservoir gas atau tudung gas jenis depletion, %
Egi = faktor perolehan kondensat, %
Egv = faktor perolehan minyak dari pengaruh pengurasan gravitasi, %
Egw = faktor perolehan gas dari reservoir gas jenis daya dorong air, %
Ew = faktor perolehan minyak dari jenis daya dorong air, %
G = volume awal gas di tempat, SCF
Gg = volume awal gas kering di tempat, SCF
GL = volume awal kondensat di tempat dalam gas ekivalen, STB
Gs = volume awal gas terlarut di tempat, SCF
k = permeabilitas mutlak, Darcy
ko = permeabilitas efektif minyak, Darcy
L = jarak sumur sejajar dengan kemiringan lapisan, ft
Mo = berat molekul minyak, tidak bersatuan
N = volume awal minyak di tempat, STB
P = tekanan reservoir, psia
R = perbandingan laju produksi gas-minyak, SCF/STB
Rs = faktor kelarutan gas, SCF/STB
Sgr = saturasi gas tersisa, fraksi
So = saturasi minyak, fraksi
Sw = saturasi air, fraksi
T = temperatur reservoir, R (= F + 460)
t = waktu produksi, hari
Vb = volume batuan reservoir, ac-ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 8 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Z = faktor deviasi gas


= sudut kemiringan formasi, derajat
= porositas, fraksi
o = specific gravity minyak, fraksi (SG air = 1.0)
o = berat jenis minyak, gram/cm3
= modulus penyerapan
o = viskositas minyak, cp
w = viskositas air, cp

Subskrip :
a = pada waktu ditinggalkan
b = pada tekanan jenuh
i = keadaan awal
o = minyak
g = gas
w = air

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 9 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Perhitungan pengambilan maksimum suatu reservoir berdasarkan metode volumetrik
membutuhkan perkiraan awal empat kelompok data :
1. petrofisik
2. fluida
3. tekanan reservoir
4. geometri
Dari keempat kelompok data itu diperoleh peubah bebas untuk menghitung volume awal minyak
atau gas di tempat serta faktor perolehan.
Faktor perolehan tersebut ditentukan berdasarkan persamaan empirik dan grafik korelasi sebagai
hasil dari kajian ulah reservoir (reservoir performance) yang sejenis atau hasil pengamatan di
laboratorium. Perhitungan faktor perolehan suatu reservoir tergantung jenis hidrokarbon, gas,
kondensat atau minyak dan jenis daya dorong reservoir.

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Perhitungan Pengambilan Maksimum Reservoir Gas Kering
(1) Reservoir gas jenis deplesi
Suatu reservoir gas kering memiliki data berikut ini :
Vb = 40,000 ac-ft
= 0.22
Swi = 0.23
P Bg
(psi) (bbl/SCF)
Pi = 2,500 0.006667
500 0.036232

(a) Volume awal gas di tempat adalah :


Vb (1 S wi )
G = 43,560 SCF
B gi

(40,000)(0.22)(1 0.23)
= 43,560
0.006667
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 10 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

= 4.43 1010 SCF


(b) Faktor perolehan gas sampai tekanan Ps = 500 psia adalah :
B gi
E gd = 1001 %
B
ga

0.006667
= 1001
0.036232
= 81.6 %
(c) Pengambilan maksimum gas :
E gd
G = 4.43 1010 (0.816)
100
= 3.61 1010 SCF

(2) Reservoir gas dengan daya dorong air


(a) Penentuan volume awal gas di tempat adalah sama seperti pada contoh minyak.
Bila diketahui data petrofisik, PVT dan geometri reservoir seperti berikut :
Vb = 21,000 ac-ft
= 0.172
Swi = 0.25

P Bg
(psia) (bbl/SCF)
Pi = 3,200 0.005262
2,500 0.006667

Maka, harga G adalah :


(21,000)(0.72)(1 0.25)
G = 43,560 SCF
0.005262
= 2.24 1010 SCF

(b) Faktor perolehan gas Egw dipengaruhi harga saturasi gas tersisa Sgr dan tekanan
akhir Pa. Dalam contoh di atas, tekanan Pa = 2500 psia mengingat daya dorong air

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 11 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

sangat kuat dan harga Sgr tidak diketahui. Untuk kasus seperti itu gunakan harga Sgr
= 0.30.
S gr B gi
E gr = 1001 %
1 S wi B ga
0.3 0.005262
= 1001
1 0.25 0.006667
= 68.4 %

(c) Pengambilan maksimum gas adalah :


E gw
=G SCF
100
= 2.24 1010 (0.684) SCF

= 1.53 1010 SCF

(3) Reservoir gas jenis tudung gas


Produksi gas yang berasal dari tudung gas primer dipengaruhi oleh saat berakhirnya
produksi primer reservoir minyak yang terletak di bawahnya. Selama produksi minyak
berlangsung, gas dari tudung gas akan mengembang dan mendesak minyak. Hanya
sebagian gas yang terletak dalam zone minyak ini dapat diperoleh kembali bila tudung
gas ini diproduksikan di kemudian hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
hanya (1 x) dari volume gas di tempat pada kondisi awal yang dapat diproduksikan
secara depletion. Harga perkiraan terbaik dari x adalah 0.15.
Berikut ini contoh perhitungan cadangan gas dari tudung gas.
Diketahui data sebagai berikut :
a. Volume awal gas dari tudung gas (G) :
G = 1 1010 SCF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 12 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

b. Data PVT :
P Bg
(psia) (bbl/SCF)

Pi = 3,250 0.005319

2,500 0.006667

500 0.036232

P = 2,500 psia adalah tekanan pada saat tudung gas mulai diproduksikan dan P =
500 psia adalah tekanan pada saat akhir tudung gas diproduksikan.
Pengambilan maksimum gas adalah :

E gd
= (1 x)G
100
0.005319
= (1 0.15)(1 1010 )1
0.036232
= 7.25 109 SCF

6.2.2. Perhitungan Pengambilan Maksimum Reservoir Minyak


(1) Reservoir minyak dengan daya dorong gas terlarut.
Sebagai contoh digunakan suatu reservoir minyak tidak jenuh (under saturated
reservoir) dimana data geometri reservoir, petrofisik dan PVT adalah sebagai berikut :
Volume batuan (Vb) = 15,000 ac-ft
Porositas () = 0.174
Saturasi air (Swi) = 0.34
Faktor kelarutan gas awal (Rsi) = 1,000 SCF/STB
Permeabilitas absolut (k) = 0.020 Darcy

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 13 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

P Bo
(psia) (bbl/STB)

Pi = 3,500 1.333

Pb = 2,500 1.355

Tidak diperoleh data cw dan cf.

(a) Perhitungan volume awal minyak di tempat (N) menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Vb (1 S wi )
N = 7,758 STB
Boi
(15,000)(0.174)(1 0.34)
= 7,758
1.333
= 10.03 106 STB

(b) Volume awal gas di tempat (Gs) dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
G s = NRsi SCF

= 10.03 10 6 (1,000)
= 10.03 109 SCF

(c) Perhitungan faktor perolehan untuk reservoir yang tidak jenuh dibagi atas dua
bagian, yaitu dari tekanan Pi sampai Pb dan dari Pb sampai Pa.
Faktor perolehan dari Pi sampai Pb dihitung dengan runtunan perhitungan seperti di
bawah ini.
1. Hitung co :
( Bob Boi )
co = psi-1
Boi ( Pi Pb )
(1.355 1.333)
=
1.333(3,500 2,400)
= 15 10 6 psi-1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 14 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

2. Hitung ce.
Mengingat data cw dan cf tidak diketahui, maka gunakan harga perkiraan :
c w = 3 10 6 psi-1

c f = 3 10 6 psi-1

co S oi + c w S wi + c f
ce =
(1 S wi )
15(1 0.34) + 3(0.34) + 3
= 10 6
(1 0.34)
= 21.1 10-6 psi-1

3. Hitung Edb :
Boi
E db = ce ( Pi Pb )
Bob
1.333
= (21.1 10 6 )(3,500 2,400) 100
1.355
= 2.3 %

Faktor perolehan dari Pb sampai Pa (untuk contoh ini digunakan harga 500 psia) :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S wi ) k Pb
E d = 41.815 ( S wi ) 0.3722

Bob bo Pa

0.174(1 0.34)
0.611 0.0979
0.020
= 41.815
1.355 0.5
0.1741
2,400
(0.34) 0.3722

500
= 18 %

(d) Pengambilan maksimum minyak :

E + Ed
= N db STB
100

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 15 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

= 10.03 10 6 (0.023 + 0.18)


= 2.04 106 STB

(e) Produksi kumulatif gas minimum adalah sebesar :

E + Ed
= G s db
100
= 10.03 10 9 (0.023 + 0.18)

= 2.04 10 9 SCF

(2) Reservoir minyak dengan daya dorong air


Untuk contoh perhitungan digunakan data geometri reservoir, petrofisik dan PVT
seperti di bawah ini :
Volume batuan (Vb) = 30,000 ac-ft
Porositas () = 0.282
Saturasi (Swi) = 0.35
Permeabilitas absolut (k) = 0.25 Darcy
Faktor kelarutan gas (Rsi) = 500 SCF/STB
Viskositas air (wi) = 0.54 cp
Viskositas minyak (oi) = 1.31 cp
Tekanan reservoir awal (Pi) = 1,986 psia
Tekanan reservoir pada waktu ditinggalkan = 800 psia
Faktor volume formasi minyak awal (Boi) = 1.10 bbl/STB

(a) Perhitungan volume awal minyak di tempat :


Vb (1 S wi )
N = 7,758 STB
Boi
(30,000)(0.282)(1 0.35)
= 7,758 STB
1.10
= 38.78 10 STB
6

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 16 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

(b) Volume awal gas di tempat :


G s = N Rsi
= 38.78 10 6 (500)
= 1.94 1010 SCF

(c) Faktor perolehan primer adalah :


0.0422 0.0770 0.2159
(1 S wi ) k wi Pi
EW = 54.898 ( S wi ) 0.1903

B oi oi Pa
0.2159
0.282(1 0.35)
0.0422
0.25 0.54
0.0770
0.1903 1,986
= 54.898 (0.34)
1.1 1.31 800
= 42.9 %
(d) Pengambilan maksimum minyak adalah :

E
= N w STB
100
= 38.78 10 6 (0.429)
= 16.64 10 6 STB
(e) Pengambilan maksimum gas :

E
= G S w SCF
100
= 1.94 1010 (0.429)
= 0.83 1010 SCF

(3) Reservoir minyak karena pengaruh gravitasi


Contoh perhitungan menggunakan grafik korelasi yang menganggap bahwa reservoir
diproduksikan pada laju produksi sama atau lebih kecil dari laju produksi yang
diakibatkan oleh daya gravitasi saja.
Data yang diperlukan adalah :
Volume awal minyak di tempat (N) = 51.4 106 STB
Porositas () = 0.226
Saturasi air awal (Swi) = 0.31
Permeabilitas efektif minyak (ko) = 0.3 Darcy

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 17 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Berat jenis minyak pada keadaan awal (Po) = 0.719 gm/cc


Viskositas minyak pada keadaan awal (o) = 1.05 cp
Spasi sumur, berbentuk bujur sangkar (A) = 7 acre
Kemiringan formasi = 17.5

Runtunan perhitungan selanjutnya adalah sebagai berikut.


(a) Perhitungan jarak antara sumur yang sejajar dengan kemiringan formasi :

A
L = 208.7
cos
7
= 208.7
cos 17.5
= 579 ft

(b) Perhitungan modulus penyerapan (d) :


350 k o o sin
d =
o S oi L
350(0.3)(0.719)(sin 17.5)
=
(1.05)(0.69)(579)(0.226)
= 0.239

(c) Perhitungan d t
Dalam contoh ini digunakan spasi sumur yang kecil dan sebagai perkiraan gunakan
t = 5 tahun sebagai lama waktu produksi :
d t = 0.239(5 365)
= 436

(d) Penentuan faktor perolehan minyak selama t tahun


Dari grafik pada Gambar 1 diperoleh harga Egv = 57.0 % untuk harga d t = 436.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 18 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

(e) Pengambilan maksimum minyak adalah :


E gv
=N STB
100
= 51.4 10 6 (0.570) = 29.3 10 6 STB

6.2.3. Perhitungan Pengambilan Maksimum Reservoir Kondensat


Reservoir kondensat adalah reservoir hidrokarbon yang pada kondisi awalnya berfasa gas;
bila hidrokarbon ini diproduksikan, maka sebagian dari padanya akan berubah menjadi
cairan atau kondensat. Sebagai patokan sederhana, dasar klasifikasi reservoir kondensat
adalah apabila (R) < 100,000 SCF/STB.

(1) Volume awal hidrokarbon dari reservoir kondensat dihitung secara volumetrik sebagai
halnya dengan reservoir gas kering. Sedangkan volume awal ekivalen gas dari
kondensat diperoleh berdasarkan hasil uji produksi di permukaan. Untuk menghitung
harga G diperlukan data volume gas kering (Gg) dan volume kondensat dalam bentuk
gas (GL) :
Volume batuan (Vb) = 50,000 ac-ft
Tekanan reservoir pada kondisi awal (Pi) = 2,740 psia
Porositas () = 0.25
Saturasi air (Swi) = 0.30
Temperatur reservoir (T) = 215 F
Hasil uji produksi memberikan data di bawah ini :
Laju produksi kondensat (qo) = 242 STB/hari
Laju produksi gas dari separator (qgs) = 3.10 106 SCF/hari
Laju produksi gas dari tanki (qgt) = 0.12 106 SCF/hari
Massa jenis gas separator (gs) = 0.650
Massa jenis gas tanki (gt) = 1.20
Massa jenis kondensat (o) = 48 API

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 19 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Langkah perhitungan adalah sebagai berikut :


(a) Penentuan harga R :
q gs + q gt SCF
R=
qo STB
(3.10 + 0.12)10 6
=
242
SCF
= 13,306
STB

(b) Penentuan harga masa jenis kondensat, o :


141.5
o =
API + 131.5
o

141.5
=
48 + 131.5
= 0.7883

(c) Penentuan harga berat molekul kondensat, Mo :


44.29 o
Mo =
1.03 o
44.29 (0.7883)
=
1.03 o
= 144.5

(d) Perhitungan masa jenis gas rata-rata :


q gs gs + q gt gt
g =
q gs + q gt
3.10 0.650 + 0.12 1.20
=
3.10 + 0.12
= 0.670

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 20 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

(e) Penentuan massa jenis dari fluida yang keluar dari sumur :
R g + 4,584 o
wf =
R + 132,800 o M o
(13,305 0.670) + ( 4,584 0.7883)
=
13,305 + (132,800 0.7883) / 144.5
= 0.893
Berdasarkan harga wf dapat ditentukan harga Z, dengan menggunakan metode
seperti tercantum pada Pedoman Kerja : Penentuan Parameter Fluida Reservoir
Berdasarkan Metoda Korelasi. Untuk contoh di atas diperoleh harga Z = 0.82.

(f) Penentuan harga Bg :


ZT bbl
B gi = 0.02829
Pi SCF
(0.82)(215 + 460)
= 0.02829
2,740
bbl
= 0.005715
SCF

(g) Volume awal gas di tempat (G) :


Vb (1 S w i )
G = 43,560 SCF
B gi
(50,000)(0.25)(1 0.30)
= 43560
0.005715
= 6.67 10 10
SCF

(h) Penentuan volume awal gas kering di tempat (Gg) :

R Mo
G g = G
R M o + 132,790 o
(13,305)(144.5)
= (6.67 1010 )
(13,305)(144.5) + (132,790)(0.7883)
= 6.33 1010 SCF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 21 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

(i) Penentuan volume awal kondensat di tempat (GL) :


Gg
GL = STB
R
6.33 1010
=
13,305
= 4.76 10 6 STB

(2) Pengambilan maksimum kondensat dapat dihitung berdasarkan faktor perolehan


kondensat. Runtutan perhitungan adalah sebagai berikut :
(a) Penentuan faktor perolehan kondensat Egl :

ln E gl = 20.243 0.65314 ln R + 1.3921 ln P + 2.7958 ln( o API )


V (1 S wi )
+ ln b + 13.562
GL
= 20.243 0.65314 ln(13,305) + 1.3921 ln(2,740) + 2.7958 ln(48)
(50,000)(0.25)(1 0.30)
+ ln + 13.562
4.76 10 6
= 14.3 %

(b) Perhitungan pengambilan maksimum kondensat


E gl
= GL STB
100
= 4.76 10 6 0.143 = 0.681 10 6 STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.04
Halaman : 22 / 22
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

6.3. GRAFIK FAKTOR PEROLEHAN MINYAK DARI RESERVOIR BERTENAGA GRAVITY


DRIVE

Gambar 1. Grafik Hubungan Faktor Perolehan (Egv) Minyak dari Reservoir Bertenaga Gravity
Drive Terhadap d+

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 1/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

SIMULASI MONTE CARLO

1. PENDAHULUAN
Dalam perhitungan cadangan, simulasi Monte Carlo dilakukan untuk mengetahui distribusi dari
hasilnya yang dapat diantisipasi berdasarkan distribusi dari data masukannya. Setiap variabel yang
menjadi data masukan dapat memiliki distribusi dan rentang harga yang berbeda berdasarkan data
yang terkumpul di lapangan.

Sebagai contoh perolehan minyak (BAFbarrel per acre foot) didefinisikan oleh persamaan
7,758 (1 S w ) RF
BAF = (1)
Boi
dimana:
= porositas, fraksi

Sw = saturasi air, fraksi

Boi = faktor volume formasi minyak awal, rb/stb


RF = faktor perolehan, fraksi

Tentunya jika kita mengetahui atau menentukan dengan pasti harga porositas, saturasi air, faktor
perolehan dan faktor volume formasi minyak awal, harga perolehan minyak akan dapat dihitung.
Bagaimanapun kasus yang ideal seperti tersebut tidak pernah terjadi, tetapi mungkin kita mengetahui
mengetahui rentang harga dari data-data tersebut. Kemudian, pertanyaannya adalah berapa harga
parameter-parameter data tersebut yang akan digunakan dalam perhitungan perolehan minyak?

Sebaiknya seluruh rentang harga dari setiap parameter dipertimbangkan dalam perhitungan. Simulasi
Monte Carlo memungkinkan hal ini untuk dilakukan, yaitu dengan menggunakan distribusi untuk
setiap parameter yang memiliki ketidakpastian atau sumber datanya memiliki rentang ketidaktelitian
yang kemudian menggabungkannya untuk mendapatkan distribusi perolehan minyak yang mungkin
berbeda sama sekali distribusinya dengan distribusi data-data masukannya. Model seperti ini sangat
berguna terutama pada tahap eksplorasi dimana belum banyak sumber data yang dapat diperoleh.
Proses tadi ditampilkan pada Gambar 1.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 2/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Model 7758 (1 S w ) RF
BAF =
Boi

Professional
Judgements tentang f() f(Sw) f(Boi) f(RF)
ketidakpastian data
masukan

Hasil simulasi Monte Carlo f(BAF)

Gambar 1. Ilustrasi Hasil Simulasi Monte Carlo

2. PROSES SIMULASI
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan simulasi Monte Carlo adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan semua variabel
Dalam kasus perhitungan BAF, perlu diidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dan terlibat
dalam perhitungan (dalam hal inim porositas, saturasi air, faktor volume formasi minyak awal,
dan faktor perolehan.
b. Membuat model
Model disini adalah menggambarkan bagaimana hubungan antara keluaran dengan semua
variabel masukannya. Model ini dapat berupa persamaan matematik seperti pada persamaan 1.
c. Penggolongan data masukan
Data masukan digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang memiliki
kepastian/ketelitian tinggi (deterministic) dan kelompok yang bervariasi pada suatu rentang
harga tertentu (probalistic).
d. Mendefinisikan distribusi bilangan acak
Distribusi dari setiap variabel yang probalistic dapat diperoleh dari beberapa nara sumber yang

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 3/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

ahli dalam bidang yang berhubungan, dari analogi dengan data lapangan terdekat atau memiliki
kesamaan.

e. Melakukan simulasi
Simulasi dilakukan dengan melakukan beberapa kali (100 sampai 1000 kali) sampling terhadap
semua data masukan menggunakan random number (0-1) generator yang dipilih. Hasil keluaran
model berdasarkan data masukan yang dipilih setiap sampling kemudian dicari distribusi, rata-
rata (mean), nilai tengah (median) dan nilai paling mungkin (modulus). Distribusi hasil simulasi
Monte Carlo ditampilkan dalam bentuk pdf (probability density function) dan cdf (cumulative
density function) seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Kurva cdf kemudian diubah menjadi
Expection Plot yang kemudian dijadikan dasar dalam menentukan proved, probable dan
possible reserve seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Penentuan proved, probable dan possible
reserve dengan cara ini dikenal dengan penentuan reserve secara probalistik, yang secara
berurutan disebut sebagai P90, P50, dan P10. Pada Expectation Plot P90 memiliki arti
kemungkinan diperolehnya nilai di atas nilai P90 adalah sebesar 90%.

Gambar 2. Kurva pdf dan cdf dari Hasil Simulasi Monte Carlo

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 4/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

Gambar 3. Expectation Plot

3. JENIS-JENIS DISTRIBUSI DATA


Distribusi data dapat berupa normal, log normal, segi empat (uniform) dan segi tiga (triangle). Selain
jenis distribusi yang disebutkan tadi, jenis yang lainnya yang spesifik tergantung distribusi yang
diamati dari hasil pengukuran di lapangan (sesuai dengan histogram yang dibuat). Prosedur
perhitungan sampling pada proses simulasi Monte Carlo akan diberikan untuk distribusi segi empat,
dan segi tiga.

3.1. Distribusi Segi Empat


Perhatikan distribusi segi empat yang ditunjukkan oleh Gambar 4, dimana f(x) adalah fungsi
probabilitas densitas dan x adalah harga data. Sedangkan F(xxi) adalah frekuensi kumulatif.
Harga frekuensi kumulatif berkisar antara 0 dan 1. Didalam teori sampling, frekuensi kumulatif
F(xxi) ini memiliki pengertian sebagai kemungkinan untuk memperoleh data yang kurang atau
sama dengan xi dalam proses sampling. Jadi untuk mendapatkan sampel data yang kurang atau
sama dengan harga terbesar, kemungkinannya sama dengan satu (1) karena setiap sampling
kondisi tersebut akan selalu terpenuhi. Sedangkan kemungkinan untuk mendapatkan data yang
kurang atau sama dengan harga minimum kemungkinannya mendekati nol.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 5/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

f(x) F(x=xi)

xL xi xH

1.0

F(x=xi)

0
xL xi xH

Gambar 4. Distribusi segi empat (uniform)

Jika luas yang diarsir pada kurva f(x) terhadap x pada daerah antara xL dan xi adalah F(xxi) maka
luas daerah antara xL dan xH pada kurva f(x) terhadap x adalah sama dengan 1, karena F(xxH) =
1. Oleh karena itu:
(x H x L ) f ( x) = 1 (2)
sehingga didapat f(x)
1
f ( x) = (3)
(x H x L )
Frekuensi kumulatif dihitung berdasarkan persamaan
xi x L
F ( x xi ) = f ( xi )( x x L ) = (4)
xH xL
Karena F(xxi) didapat dari random generator komputer, Rn, maka harga xi yang bersesuaian
dengan Rn adalah:
xi = x L + Rn ( x H x L ) (5)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 6/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

3.2. Distribusi Segi Tiga


Contoh dari distribusi segi tiga diberikan oleh Gambar 5 dan 6, dimana xL, xC, dan xH adalah
harga terkecil, harga tengah dan harga terbesar. Untuk harga xi xC, dengan cara yang serupa,
diperoleh formula sebagai berikut:

xi = x L + (x H x L )(xC x L )Rn (6)

Sedangkan untuk harga xi > xC, persamaannya adalah

xi = x H (x H x L )( x H xC )(1 Rn ) (7)

f(x)

xL xi xC xH

Gambar 5. Distribusi segi tiga: xi xC.

f(x)

xL xC xi xH

Gambar 6. Distribusi segi tiga: xi > xC.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.02.05
Halaman : 7/7
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Volumetrik

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Newendorp, P. dan Schuyler, J.: Decision Analysis For Petroleum Exploration, Planning
Press, 2nd Ed., Aurora, CO, 2000.
2. Cronquist, C.: Estimation and Classification of Reserves of Crude Oil, Natural Gas, and
Condensate, SPE, Richardson, TX, 2001
3. LAPI ITB: Pembuatan Standarisasi POD (Plan of Development) Pertamina Hulu: Laporan
Akhir, Bandung, 2003.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 1 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

PENENTUAN CADANGAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN METODE


MATERIAL BALANCE

1. TUJUAN
Menggunakan metode Material Balance untuk menentukan besar cadangan hidrokarbon dan kinerja
reservoir.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Menggunakan persamaan-persamaan Material Balance yang telah diturunkan untuk berbagai
jenis reservoir.

2.2. PERSYARATAN
Terdapat dalam masing-masing bab.

3. LANGKAH KERJA
Siapkan data pendukung sesuai kebutuhan menurut kelompok data berikut :
1. Data Produksi :
a. Produksi kumulatif minyak (Qo)
b. Perbandingan gas-minyak kumulatif (Rp)
c. Produksi kumulatif air (Wp)
d. Produksi kumulatif gas (Gp)

2. Data PVT :
a. Faktor volume formasi minyak (Bo)
b. Faktor volume formasi gas (Bg)
c. Faktor volume formasi air (Bw)
d. Viskositas air (w)
e. Kompresibilitas minyak (co)
f. Kompresibilitas air (cw)
g. Kompresibilitas gas (cg)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 2 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

h. Solution gas oil ratio (Rs)


i. Faktor deviasi gas (Z)

3. Data Petrofisik :
a. Porositas batuan ( o)
b. Kompresibilitas formasi (cf)
c. Saturasi air awal (Swi)

4. Data Tekanan :
a. Tekanan reservoir awal (Pi)
b. Sejarah tekanan reservoir pada saat produksi (cf)

5. Geometri :
a. Jari-jari reservoir minyak (rr)
b. Jari-jari batas luar aquifer (ra)
c. Perbandingan volume tudung gas dengan minyak (m)

3.1. RESERVOIR GAS VOLUMETRIK


Reservoir hanya terdiri dari gas dan tidak memiliki aquifer. Pada reservoir ini, kompresibilitas
formasi cukup kecil. Metode-metode yang digunakan adalah P/Z dan Havlena-Odeh.
3.1.1. Metode Plot P/Z
1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Gp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu dan
data PVT (Z) sebagai fungsi dari tekanan.
2. Untuk setiap harga tekanan, P, hitung P/Z.
3. Plot P/Z terhadap kumulatif produksi gas, Gp, pada kertas kartesian dan tarik garis
linear melalui titik-titik (Gp, P/Z)j.
4. Perpotongan antara garis linear pada langkah 3 dengan garis P/Z = 0 adalah harga
initial gas-in-place, G, atau IGIP.
5. Sedangkan perpotongan antara garis linear pada langkah 3 dengan garis (P/Z)
abandonment adalah harga cadangan gas.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 3 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

3.1.2. Metode Havlena-Odeh


1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Gp) dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu serta
data PVT (Bg) sebagai fungsi dari tekanan.
2. Untuk setiap harga tekanan, hitung F dan E :
F = G p Bg (1)

E = ( B g B gi ) (2)

3. Plot F terhadap E, pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (E, F)j
dimulai dari titik (0,0).
4. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama dengan
initial gas-in-place, G, atau IGIP.

3.2. RESERVOIR GAS TEKANAN ABNORMAL


Reservoir gas dengan tekanan normal memiliki gradien tekanan awal yang berkisar antara 0.43
dan 0.5 psi/ft. Reservoir yang memiliki gradien tekanan yang lebih besar disebut memiliki
tekanan abnormal.

Pada reservoir gas dengan tekanan abnormal gradien tekanan awal dapat mencapai 0.85 psi/ft.
Kompresibilitas formasi bisa mendekati harga kompresibitas gas. Oleh karena itu kompresibilitas
formasi dan kompresibitas air perlu dipertimbangkan dalam perhitungan material balance.

3.2.1. Metode Ramagost dan Farshad


1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Gp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu serta
data PVT (Z, cw) sebagai fungsi dari tekanan, kompresibilitas formasi (cf), dan saturasi
air awal (Swi)
2. Untuk setiap harga tekanan, P, hitung harga Y dan X :

P c w S wi + c f
Y= 1 P (3)
Z 1 S wi
X = Gp (4)

3. Plot Y terhadap X pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, Y)j.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 4 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

4. Perpotongan antara garis linear pada langkah 3 dengan garis Y = 0 adalah harga initial
gas-in-place, G, atau IGIP.
5. Sedangkan perpotongan antara garis linear pada langkah 3 dengan garis Y yang dihitung
pada tekanan abandonment adalah harga cadangan gas.

3.2.2. Metode Roach


1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Gp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu serta
data PVT (Z, cw) sebagai fungsi dari tekanan, kompresibilitas formasi (cf), dan saturasi
air awal (Swi)
2. Untuk setiap harga tekanan, P, hitung harga Y dan X :
(P / Z )i
1
(P / Z )
Y= (5)
Pi P

(P / Z )i
Gp
(P / Z )
X = (6)
Pi P
3. Plot Y terhadap X pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, Y)j.
4. Hitung kemiringan garis linear (ml) yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama
dengan inverse dari initial gas-in-place, G, atau IGIP :
G = 1 / ml (7)

5. Sedangkan perpotongan garis linear yang diperoleh dari butir 3 dengan X = 0 harganya

S wi c w + c f
sama dengan .
1 S wi

3.2.3. Metode Havlena-Odeh


1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Gp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu serta
data PVT (Bg, cw) sebagai fungsi dari tekanan, kompresibilitas formasi (cf), dan saturasi
air awal (Swi)
2. Untuk setiap harga tekanan, hitung F dan E :
F = G p Bg (8)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 5 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

c w S wi + c f
E = ( B g B gi ) + B gi P (9)
1 S wi
3. Plot F terhadap E, pada kertas kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (E, F)j
dimulai dari titik (0,0).
4. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama dengan
initial gas-in-place, G, atau IGIP.

3.3. RESERVOIR GAS DENGAN WATER DRIVE


Daya dorong air berasal dari perembesan air aquifer ke lapisan gas yang berdampingan. Langkah
perhitungan dimulai dengan memilih persamaan perembesan air dengan aliran mantap (steady
state) atau aliran tidak mantap (unsteady state).
t
Aliran mantap : We = K (P P )d
0
i s (10)

Aliran tidak mantap : We = B Ps Q(t D ) (11)

3.3.1. Model Perembesan Air Mantap


1. Siapkan tabulasi data produksi (Gp, Wp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu serta
data PVT (Bg) sebagai fungsi dari tekanan.
2. Hitung harga integral dari persamaan (10) dengan menggunakan persamaan berikut :
t
Pj 1 + Pj
I (t ) = (Pi Px )d = t j P0 (12)
0 2
Catatan :
1. Bila tabulasi data dibuat untuk tiap kuartal, maka tj adalah sama besar.
2. tj adalah selang waktu antara tekanan P j 1 dan Pj.

3. Harga tekanan untuk menghitung I(t) diambil pada batas minyak-air pada kondisi
awal (original water-oil contact).
3. Untuk setiap harga t atau P hitung F dan E menggunakan persamaan :
F = G p B g + W p Bw (13)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 6 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

c w S wc + c f
E = ( B g B gi ) + B gi P (14)
1 S wc
Y = F/E (15)
X = I (t ) / E (16)

4. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan perhatikan penyebaran titik-titik
tersebut. Bila penyebaran titik menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear,
maka pilihan model perembesan air yang mantap sudah tepat. Lanjutkan dengan
langkah berikut 5. Kalau tidak, lanjutkan dengan langkah 7.
5. Tentukan titik potong garis linear dari butir 4 dengan sumbu Y. Harga Y pada titik
potong itu sama dengan initial gas-in-place.
6. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh pada butir 4. Harga kemiringan ini sama
dengn konstanta perembesan air (K) dan besarnya perembesan air dapat dihitung dengan
persamaan :
We (t ) = K I (t ) (17)

7. Bila plot Y terhadap X tidak menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear


gunakan model perembesan air yang tidak mantap.

3.3.2. Model Perembesan Air Tidak Mantap


Penyiapan data produksi, tekanan, dan PVT sama seperti butir 1 (Model Perembesan Air
Mantap). Langkah perhitungan selanjutnya dimulai dengan menentukan harga I(t) :
I (t ) = PQ(t D ) (18)

1. Untuk setiap selang tekanan hitung harga Pj, dengan menggunakan persamaan berikut
:
P1 = 1
2 (P0 P1 ) (19)

dan untuk j > 1 :


Pj = 1
2 (P j 2 Pj ) (20)

Pembagian selang tekanan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 7 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

Catatan :
Tekanan (P) diukur di batas minyak-air pada kondisi awal (original water-oil
contact).
2. Hitung harga tD untuk setiap harga t dengan menggunakan persamaan :
kt
t D = 0.578 (21)
w c rr2
Catatan :
a. Perkiraan jari-jari reservoir minyak (rr) berdasarkan kontur batas minyak air pada
peta isopach.
b. Harga kompresibilitas (c) adalah :
c = cw + c f (22)

c. Perkiraan parameter tD seteliti mungkin untuk perkiraan permulaan konstanta


persamaan (21), yaitu :
k
= 0.578 (23)
w crr2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 8 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

3. Perkirakan harga ra/rr. Laju penurunan tekanan reservoir (dP/dt) dapat dijadikan
indikasi ukuran aquifer. Laju penurunan tekanan yang rendah dapat diartikan ukuran
aquifer yang sangat besar.
4. Berdasarkan harga tD dan ra/rr, hitung Q(tD) dengan bantuan Tabel 1. Gunakan
interpolasi kalau harga tD tidak ada pada tabel tersebut.
5. Hitung harga I(tD) berdasarkan persamaan :
I (t ) = PQ(t D ) (18)

sebagai berikut.

Dari butir 1, 2 dan 3 susun tabulasi :

tD P Q(tD) I(tD)
0 - - -
tD1 P1 Q(tD)1 I(tD)1
tD2 P2 Q(tD)2 I(tD)2
tD3 P3 Q(tD)3 I(tD)3
tD4 P4 Q(tD)4 I(tD)4
. . .
. . .
. . .
tDj Pj Q(tD)j I(tD)j

Harga I(tD) dihitung sesuai dengan persamaan berikut :


I (t D )1 = P1Q(t D )1 (24)

I (t D ) 2 = P1Q(t D ) 2 + P2 Q(t D )1 (25)

I (t D ) 3 = P1Q(t D ) 3 + P2 Q(t D ) 2 + P3 Q(t D )1 (26)

I (t D ) j = P1Q(t D ) j + P2 Q(t D ) j 1 + P3 Q(t D ) j 2 + ...


+ Pj 2 Q(t D ) 3 + Pj 1Q(t D ) 2 + Pj Q(t D )1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 9 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

6. Untuk setiap harga t atau P hitung F dan E menggunakan persamaan :


F = G p B g + W p Bw (13)

c w S wc + c f
E = ( B g B gi ) + B gi P (14)
1 S wc
Y = F/E (15)
X = I (t ) / E (16)
7. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan perhatikan penyebaran titik-titik
tersebut. Bila penyebaran titik menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear,
maka model perembesan air yang dipilih sudah tepat.
8. Tentukan titik potong garis linear dari butir 7 dengan sumbu Y. Harga Y pada titik
potong itu sama dengan initial gas-in-place.
9. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh pada butir 7. Harga kemiringan ini sama
dengn konstanta perembesan air (B), dan besarnya perembesan air dapat dihitung
dengan persamaan :
We (t ) = B I (t ) (27)

3.4. RESERVOIR MINYAK BERDAYA DORONG DEPLETION


Reservoir tidak memiliki tudung gas primer, sehingga langkah perhitungan disusun sebagai
berikut :
1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Np, Rp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu serta
data PVT (Rs, Bg, Bo, cw) sebagai fungsi dari tekanan.
2. Untuk setiap harga tekanan, hitung F dan Eo dan Efw dengan menggunakan persamaan :
[ (
F = N p Bo + R p Rs B g ) ] (28)

E o = ( Bo Boi ) + (Rsi Rs )B g (29)

(c S wi + c f )
E fw = Boi
w
(Pi P ) (30)
1 S wi
X = Eo + E fw (31)

Jadi untuk setiap harga tekanan Pj diperoleh Fj, Eoj dan Efwj (Xj).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 10 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

3. Plot F terhadap X, pada kertas grafik kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, F)j
dimulai dari titik (0,0).
4. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh dari butir 3, yang harganya sama dengan volume
minyak awal di tempat atau initial oil-in-place (N).

3.5. RESERVOIR MINYAK BERDAYA DORONG AIR


Reservoir tidak memiliki tudung gas primer. Daya dorong air berasal dari perembesan air aquifer
ke lapisan minyak yang berdampingan. Langkah perhitungan dimulai dengan memilih persamaan
perembesan air dengan model aliran mantap (steady state) atau aliran tidak mantap (unsteady
state), yang dibahas pada bagian 3.3.
1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Np, Wp, Rp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu
untuk selang yang sama, misalnya tiap tahun (kuartal) serta data PVT (Rs, Bg, Bo, Bw, cw)
sebagai fungsi dari tekanan.
2. Hitung harga I(t) untuk model perembesan air mantap atau model perembesan air tidak mantap
seperti yang telah diuraikan pada bagian 3.3.
3. Untuk setiap harga t atau P hitung F, Eo, dan Efw dengan menggunakan persamaan :
[ (
F = N p Bo + R p Rs B g + W p Bw ) ] (32)

E o = ( Bo Boi ) + (Rsi Rs )B g (33)

(c S wi + c f )
E fw = Boi
w
(Pi P ) (34)
1 S wi
F
Y= (35)
Eo + E fw

I (t )
X = (36)
E o + E fw

Catatan :
a. Untuk P > Pb, Rp = Rs = Rsi
b. Untuk P < Pb pengaruh cw dan cf atas perhitungan dapat diabaikan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 11 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

4. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan perhatikan penyebaran titik-titik tersebut.
Bila penyebaran titik menunjukkan kecenderungan hubungan yang linear, maka model
perembesan air yang dipilih sudah tepat.
5. Tentukan titik potong garis linear dari butir 4 dengan sumbu Y. Harga Y pada titik potong itu
sama dengan volume minyak awal di tempat (N).
6. Hitung kemiringan garis linear yang diperoleh pada butir 7. Harga kemiringan ini sama dengan
konstanta perembesan air (K untuk model perembesan air mantap dan B untuk model
perembesan air tidak mantap) dan besarnya perembesan air dapat dihitung dengan persamaan
17 atau persamaan 27 :
We (t ) = K I (t ) (17)

We (t ) = B I (t ) (27)

3.6. RESERVOIR MINYAK BERDAYA DORONG TUDUNG GAS


Reservoir minyak ini termasuk reservoir jenuh dengan tekanan reservoir awal sama dengan
tekanan jenuh dari hidrokarbon. Dalam pembahasan selanjutnya reservoir ini tidak mengandung
daya dorong air. Langkah perhitungan mengikuti runtutan berikut ini :
1. Siapkan tabulasi data produksi gas (Np, Rp), dan data tekanan (P) sebagai fungsi waktu untuk
selang yang sama, misalnya tiap tahun (kuartal) serta data PVT (Rs, Bg, Bo) sebagai fungsi
dari tekanan.
2. Untuk setiap harga t atau P, hitung F, Eo, dan Eg dengan menggunakan persamaan :
[ (
F = N p Bo + R p Rs B g ) ] (28)

E o = ( Bo Boi ) + (Rsi Rs )B g (29)

Bg
E g = Boi 1 (37)
B gi

Y = F / Eo (38)

X = E g / Eo (39)

3. Plot Y terhadap X pada kertas grafik kartesian dan tarik garis linear melalui titik-titik (X, Y).
4. Titik potong garis linear Y dari butir 3 adalah harga volume minyak awal di tempat (N) dan
kemiringannya adalah m N. Jadi ukuran tudung gas (m) dapat dihitung.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 12 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : Applied Petroleum Engineering, Prentice-Hall Inc., N. J., 1959.
2. Dake, L. P. : Fundamentals of Reservoir Engineering, Elsevier Publ. Co., New York, 1978.
3. Havlena, D. dan Odeh, A. S. : The Material Balance as an Equation of Straight Line-Part II, Field
Cases, JPT July 1964, 815-822.
4. Hurst, W. : Technical Note-The Material Balance Equation, SPE 4920, 1974.
5. Pletcher, J. L. : Improvements to Reservoir Material-Balance Methods, SPE Reservoir Evaluation
& Engineering Journal (February 2002), 49-59.
6. Lee, W. dan Wattenbarger, R. A. : Gas Reservoir Engineering, SPE Richardson, Texas, 1996.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 13 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

5. DAFTAR SIMBOL

B = konstanta perembesan air tidak mantap, bbl/psi


Bg = faktor volume formasi gas, bbl/SCF
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = faktor volume formasi air, bbl/STB
co = kompresibilitas minyak, psi-1
cw = kompresibilitas air, psi-1
cf = kompresibilitas formasi, psi-1
G = volume gas awal di tempat (initial gas-in-place), SCF
Gp = produksi gas kumulatif, SCF
k = permeabilitas, mD
K = konstanta perembesan air mantap, bbl/psi/konstanta
m = perbandingan volume tudung gas terhadap volume zone minyak, fraksi
N = volume minyak awal di tempat (initial oil-in-place), STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
P = tekanan reservoir, psi
Pi = tekanan awal, psi
Q(t) = faktor perembesan, tidak berdimensi
Rp = perbandingan gas-minyak kumulatif, SCF/STB
rr = jari-jari reservoir, ft
ra = jari-jari luar aquifer, ft
Rs = faktor kelarutan gas, SCF/STB
Rsi = faktor kelarutan gas awal, SCF/STB
Sw = saturasi air, fraksi
Swi = saturasi awal air, fraksi
t = waktu sejak reservoir diproduksikan, kuartal
tD = faktor waktu, tidak berdimensi
We = perembesan air kumulatif, bbl
Wp = produksi air kumulatif, STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.03
Halaman : 14 / 14
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Material Balance

Huruf Yunani :

= porositas, fraksi

w = viskositas air, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 1 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

METODE DECLINE CURVE

1. TUJUAN
Membuat perkiraan cadangan minyak atau gas berdasarkan kurva penurunan laju produksi (Decline
Curve).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Memilih penurunan laju produksi yang sesuai dari tiga jenis penurunan :
a. Penurunan Eksponensial, apabila hasil plot log laju produksi terhadap waktu atau plot log laju
produksi terhadap produksi kumulatif cenderung garis lurus.
b. Penurunan Harmonik, hasil plot log laju produksi terhadap produksi kumulatif cenderung
lurus.
c. Penurunan Hiperbolik, apabila hasil plot antara log laju produksi terhadap waktu dan log laju
produksi terhadap produksi kumulatif tidak merupakan garis lurus; tetapi dengan
menggunakan prinsip pergeseran sumbu plot log q terhadap log t cenderung lurus.

2.2. PERSYARATAN
Sejarah produksi harus mencerminkan produktivitas formasi atau karakteristik reservoir tidak
terpengaruh oleh faktor-faktor :
perubahan kondisi operasi produksi
kerusakan sumur (damage)
kegagalan atau kerusakan peralatan dan sebagainya

3. LANGKAH KERJA
3.1. PENURUNAN EKSPONENSIAL q vs Np
1. Siapkan data sebagai berikut :
- Tabel qo terhadap Np atau qg terhadap Gp
- Laju batas ekonomik (qa)
2. Plot qo terhadap Np atau qg terhadap Gp pada kertas grafik kartesian.
3. Buat garis lurus melalui titik-titik data pada butir 2.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 2 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

4. Harga cadangan (Np atau Gp) dibaca pada ektrapolasi garis lurus sampai qa.

3.2. PENURUNAN EKSPONENSIAL Log q vs Np


1. Siapkan data sebagai berikut :
- Tabel qg terhadap t atau qo terhadap t
- Laju batas ekonomik (qa)
2. Plot qg atau qo terhadap t pada kertas grafik semilog dengan qg atau qo pada skala log.
3. Buat garis lurus melalui titik-titik data pada butir 2.
4. Hitung harga D dari persamaan :
q1 = qi e Dt (1)

dimana q1 dan qi dibaca pada garis lurus yang dibuat.


5. Hitung cadangan dari persamaan :
qi q a
( N p atau G p ) = (2)
D

3.3. METODE HARMONIK


1. Siapkan data sebagai berikut :
- Tabel qo terhadap Np atau qg terhadap Gp
- Laju batas ekonomik (qa)
2. Plot qo terhadap Np atau qg terhadap Gp pada kertas grafik semilog (q pada skala logaritmik).
3. Buat garis lurus melalui titik-titik data pada butir (2).
4. Harga cadangan (Np atau Gp) dibaca pada ektrapolasi garis lurus sampai qa.

3.4. METODE HIPERBOLIK


3.4.1. Cara Gentry
1. Siapkan data sebagai berikut :
- Tabel qo, Np terhadap t, atau qg, Gp terhadap t.
- Laju batas ekonomik (qa).
2. Plot qo atau qg terhadap t pada kertas semilog (q pada skala log), dan qg atau qo
terhadap Gp atau Np pada kertas semilog (q pada skala log).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 3 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Analisa dengan penurunan hiperbolik berlaku apabila kedua plot di atas tidak
membentuk garis lurus.
3. Tentukan harga b dari Gambar 7 berdasarkan harga qi/q dan Gp/t qi.
qi dan q dibaca pada kurva yang telah diperhalus melalui titik-titik data pada kedua
plot di atas. Atau dapat langsung dibaca pada Tabel dari langkah (1) apabila terbentuk
kurva yang halus melalui data di atas.
4. Tentukan harga Di t dari Gambar 8 berdasarkan harga qi/q dan b.
5. Harga cadangan gas dapat dihitung berdasarkan persamaan :

q1 q a (1b )
Gp = 1 ( ) (3)
(1 b) Di qi

3.4.2. Cara Pergeseran Sumbu (Shifting)


1. Siapkan data sebagai berikut :
- Tabel qo atau qg terhadap t.
- Laju batas ekonomik (qa).
2. Plot qo atau qg terhadap t pada kertas semilog (q pada skala log). Gambarkan kurva
yang menerus (smooth) melalui titik data tersebut.
3. Pilih dua titik pada kurva, (q1,t1) dan (q2,t2). Kedua titik tersebut dipilih di dekat kedua
ujung kurva.
4. Tentukan titik (q3,t3) dengan rumus :
q3 = (q1 q2)0.5
5. Tentukan besarnya konstanta pergeseran (C) :

t1 t 2 t 3
2
1
C= = (3)
t1 + t 2 2 t 3 b Di
6. Geser data pada kertas grafik log-log dengan menambahkan - C terhadap t.
Plot qo atau qg terhadap (l + b Di t) pada kertas log-log. Tarik garis lurus melalui titik-
titik tersebut.
7. Pilih dua titik pada garis lurus (langkah 6).
8. Tentukan qi, b dan Di dari persamaan :
1
log q = log qi log(1 + b Di t )
b

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 4 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

9. Hitung cadangan gas dengan persamaan :

qi q
(1 b )

Gp = 1 a
(1 b) Di qi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 5 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Ikoku. Chi U. : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Wiley & Sons, 1984.
2. Campbell R.A. : "Mineral Property Economics", Vol. III, JCC, 1978.
3. Gentry, R. W. : "Decline Curve Analysis", JPT, Januari 1972, hal. 38.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 6 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

5. DAFTAR SIMBOL

b = konstanta penurunan hiperbolik


D = laju penurunan hiperbolik (constant percentage decline) per satuan waktu
Di = laju penurunan hiperbolik per satuan waktu
e = 2.7183
G = cadangan gas, SCF
Gp = produksi gas kumulatif
Gp = selisih Gp pada waktu tertentu (lihat penurunan hiperbolik)
N = volume minyak awal di tempat, STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Q = laju produksi (minyak atau gas) pada suatu waktu tertentu, STB/hari atau SCF/hari
qa = laju batas ekonomis (minyak atau gas), STB/hari atau SCF/hari
qi = laju produksi (minyak atau gas) pada saat perhitungan dimulai, STB/hari atau SCF/hari
qg = laju produksi gas, SCF/hari
qo = laju produksi minyak, STB/hari
t = waktu, hari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 7 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.2. CONTOH PERHITUNGAN
6.2.1. Penurunan Eksponensial, qg vs Gp
6.2.2. Penurunan Eksponensial, qg vs t
6.2.3. Penurunan Harmonik, qo vs Np
6.2.4. Penurunan Hiperbolik, qg vs t (Cara Gentry)
6.2.5. Penurunan Hiperbolik, qg vs t (Cara Pergeseran Sumbu)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 8 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS


Peramalan produksi di masa mendatang sangat penting di dalam analisa ekonomi suatu lapangan.
Salah satu cara peramalan yang sering digunakan adalah analisa kurva penurunan produksi
(decline curve analysis).
Penurunan kurva produksi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
1. Laju aliran awal atau laju aliran pada suatu waktu tertentu.
2. Bentuk kurva.
3. Laju (kecepatan) penurunan.
Ketiga faktor di atas merupakan suatu fungsi yang rumit dari parameter reservoir, lubang bor dan
peralatan permukaan.
Pada umumnya kurva penurunan produksi yang digunakan adalah plot laju aliran terhadap waktu
dan laju aliran terhadap produksi kumulatif. Kurva penurunan produksi digunakan dengan
anggapan bahwa sumur atau reservoir berproduksi pada kapasitasnya dan juga sejarah produksi
mencerminkan produktivitas reservoir yang bersangkutan.
Kurva penurunan produksi dibagi tiga jenis :
1. Kurva Eksponensial, apabila plot laju produksi terhadap waktu atau terhadap produksi
kumulatif berupa garis lurus.
Cadangan dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
qi q a
( N atau G ) =
D
2. Penurunan Harmonik, apabila plot log laju produksi terhadap produksi kumulatif berupa garis
lurus.
3. Penurunan Hiperbolik, apabila plot antara log laju produksi terhadap waktu dan log laju
produksi terhadap produksi kumulatif tidak merupakan garis lurus. Dengan menggunakan
prinsip pergeseran sumbu, maka plot log laju produksi terhadap log waktu akan linier.
Cadangan dapat ditentukan berdasarkan persamaan :

qi q (1b )
Gp = 1 a
(1 b) Di qi

Bentuk kurva penurunan produksi untuk masing-masing jenis diberikan oleh Gambar 1 dalam
bentuk plot antara laju alir tak berdimensi dan waktu tak berdimensi pada kertas log-log.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 9 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Penurunan Eksponensial - q vs Gp
1. Data produksi gas suatu reservoir adalah sebagai berikut :

qg (MMSCF/hari) Gp (MMSCF)
200 10
210 20
190 30
193 60
170 100
155 150
130 190
123 220
115 230
110 240
115 250

qa (laju batas ekonomik) untuk reservoir ini diperkirakan sebesar 40 MMSCF/hari.


Perkirakan cadangan gas.

2. Penyelesaian :
Plot data laju produksi (q) terhadap produksi kumulatif (Gp) seperti terlihat pada Gambar
2. Garis lurus dibuat melalui titik-titik (q, Gp).
Berdasarkan qa = 40 MMSCF/hari, diperoleh G = 410 MMSCF.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 10 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

6.2.2. Penurunan Eksponesial - q vs t


1. Sejarah produksi suatu reservoir gas adalah sebagai berikut :

Waktu qg (MMSCF/bulan)
1-1-82 1000
1-2-82 962
1-3-82 926
1-4-82 890
1-5-82 860
1-6-82 825
1-7-82 795
1-8-82 765
1-9-82 735
1-10-82 710
1-11-82 680
1-12-82 656
1-1-83 631

Perkirakan cadangan gas reservoir tersebut apabila laju batas ekonomiknya adalah 25
MMSCF/bulan. Gp sampai 1-1-83 adalah 10.435 MMSCF.

2. Penyelesaian :
Data laju produksi (qg) diplot terhadap waktu (t) pada kertas grafik semilog. Garis lurus
diperoleh melalui titik data tersebut.
D diperoleh dengan persamaan :
q1 = qi e Dt
dimana q1 dan qi dibaca pada garis lurus, sebagai berikut :
t =0 , (1-1-82) ; qg = 1,000
t = 12 , (1-1-83) ; qg = 631
jadi, 631 = 1000e 12 D
D = 0.0384 per bulan
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 11 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Cadangan gas sampai laju batas ekonomik (qa = 25 MMSCF/bulan) :


qi q a
Gp =
D
1,000 25
Gp = = 25.391 MMSCF
0.0384

6.2.3. Penurunan Harmonik - q vs Np


1. Suatu reservoir minyak mempunyai sejarah produksi sebagai berikut :
qo Np (MMSTB)
950 0.4
841 0.6
802 0.87
740 1.15
660 1.2
640 1.6
515 2.0
458 2.7
381 2.8
358 3.05
340 3.2
320 3.35
270 3.96
250 4.04

Laju batas ekonomik reservoir ini sebesar 25 STB/hari. Tentukan cadangan minyak
berdasarkan analisa kurva penurunan produksi.

2. Penyelesaian :
Data qo terhadap Np diplot pada kertas semi log (Gambar 4). Buat melalui titik data
tersebut (q, Np).
Berdasarkan qa = 25 STB/hari, diperoleh Np = 10.3 MMSTB.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 12 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

6.2.4. Penurunan Hiperbolik - qg vs t (Cara Gentry)


1. Suatu reservoir gas mempunyai sejarah produksi sebagai berikut :

Waktu qg (MMSCF) Gp (MMSCF)


1-1-79 10 0
1-7-79 8.40 1.67
1-1-80 7.12 3.08
1-7-80 6.16 4.30
1-1-81 5.36 5.35
1-7-81 4.72 6.27
1-1-82 4.18 6.08
1-7-82 3.72 7.78
1-1-83 3.36 8.44

Laju batas ekonomis reservoir tersebut diperkirakan sebesar 500 MSCF/hari. Buat
perkiraan cadangan gas dengan analisa kurva penurunan.

2. Penyelesaian :
Gambar 5 (log qg vs t) dan Gambar 6 (log qg vs Gp) memperlihatkan kurva melengkung,
sehingga tidak dapat digunakan untuk ekstrapolasi. Hal ini juga menandakan bahwa
kurva yang terjadi adalah Penurunan Hiperbolik.

Harga b ditentukan dengan menggunakan Gambar 7 sebagai berikut :


qi 10
= = 2.98
q 3.36
b = 0.5
G p 8440
= = 0.58
t qi (4)(365)(10)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 13 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Harga Di t dibaca dari Gambar 8 :


qi
= 2.98
q Di t = 1.5 atau Di = (1.5/4) = 0.38/tahun = 0.001/hari
b = 0.5

Cadangan gas 1 Januari 1983 dihitung dari persamaan :

qi q a (1b )
Gp = 1 ( )
(1 b) Di qi
3.36 0.5 (10.5)
Gp = 1 ( )
(1 0.5)(0.001) 3.36
= 4.128 MMSCF

Cadangan gas reservoir tersebut = (8.44 + 4.128) MMSCF = 12.57 MMSCF

6.2.5. Penurunan Hiperbolik - qg vs t (Cara Pergeseran Sumbu)


1. Dari data 6.2.4., tentukanlah cadangan gas 1 Januari 1983 dengan cara pergeseran sumbu.
2. Penyelesaian :
a. Dari Gambar 5 : (q1 , t1) = (9.4 , 0.17)
(q2 , t2) = (3.6, 3.833)
q3 = (q1 q2)0.5 = (9.4 3.6)0.5 = 5.82
Dari Gambar 5, t3 = 1.67.
b. Konstanta pergeseran :

t1 t 2 t 3 (0.17)(3.833) (1.67) 2
2

C= =
t1 + t 2 2t 3 0.17 + 3.833 2(1.67)
= 3.22
1
=
b Di

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 14 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

t 1 + 0.31 t qg
0 1 10
0.5 1.155 8.4
1 1.31 7.12
1.5 1.465 6.16
2 1.620 5.36
2.5 1.775 4.72
3 1.930 4.18
3.5 2.08 3.72
4 2.24 3.36

c. Plot q terhadap (1 + 0.31 t) pada Gambar 7.


d. Pilih dua titik :
A : q = 10 , (1+0.31 t) = 1
B : q = 1.5 , (1+0.31 t) = 4.2
e. Menentukan qi, b dan Di :

log q = log qi log(1 + b Di t )


1
b
1 = log qi 0
1
0.176 = log qi (0.623)
b
1
0.176 = 1 (0.623)
b
b = 0.756
qi = 10
1
Di = = 0.41 / tahun
(0.756)(3.22)
= 0.001125 /hari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 15 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Cadangan pada 1 Januari 1983 dapat dihitung :

qi q
(1 b )

Gp = 1 a
(1 b) Di qi

3.36 0.5 ( 0.244)


Gp = 1
(1 0.756)(0.001125) 3.36

G p = 4.551 MMSCF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 16 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Plot Laju Alir Tak Berdimensi dan Waktu Tak Berdimensi untuk Berbagai
Bentuk Kurva Penurunan Produksi (Decline Curve)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 17 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 2. Penurunan Eksponensial qg terhadap Gp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 18 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 3. Penurunan Eksponensial - q terhadap t

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 19 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 4. Penurunan Harmonik - q terhadap Np

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 20 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 5. Penurunan Hiperbolik - log q terhadap t

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 21 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 6. Penurunan Hiperbolik - log q terhadap Gp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 22 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 7. Penurunan Hiperbolik - log qg terhadap log t (Cara Pergeseran Sumbu)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 23 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 8. Hubungan Laju Aliran dan Produksi Kumulatif (Gentry)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.04
Halaman : 24 / 24
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode Decline Curve

Gambar 9. Hubungan antara Laju Aliran dan Waktu

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 1 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

RAMALAN FAKTOR PEROLEHAN

1. TUJUAN
Meramalkan faktor perolehan dari reservoir minyak, gas dan kondensat berdasarkan data PVT,
karakteristik batuan dan fluida reservoir.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
1. Untuk meramalkan faktor perolehan dari reservoir minyak bertenaga dorong air (water drive)
dan bertenaga dorong gas terlarut (solution gas) digunakan metode Arps yang didasarkan pada
analisis statistik karakteristik batuan dan fluida reservoir yang bersangkutan.
2. Untuk meramalkan faktor perolehan dari reservoir minyak bertenaga dorong gravity drainage
digunakan metode Dykstra yang dikembangkan dari persamaan aliran permukaan gas-minyak
ke bawah (downward movement of gas-oil interface) oleh Cardwell dan Parsons.
3. Metode ramalan faktor perolehan dari reservoir gas bertenaga dorong air (water drive) atau
tenaga pengembangan gas didasarkan pada persamaan kesetimbangan materi.
4. Untuk meramalkan faktor perolehan reservoir gas kondensat digunakan metode Jacoby,
Koeller dan Berry yang didasarkan pada analisis hasil percobaan di laboratorium.

2.2. PERSYARATAN
1. Untuk menggunakan metode Arps (reservoir bertenaga dorong air dan deplesi), data penunjang
harus memenuhi kriteria yang dicantumkan pada Tabel 1. Data karakteristik batuan dan fluida
reservoir harus ada selang (range) seperti tertera pada Tabel 1.
2. Tidak ada persyaratan khusus untuk Metode Dykstra, kecuali anggapan yang dikemukakan
pada Lampiran.
3. Untuk meramalkan faktor perolehan reservoir gas dengan metode kesetimbangan materi tidak
ada persyaratan khusus, kecuali diterapkannya anggapan yang dikemukakan pada Lampiran.
4. Metode Jacoby, Koeller dan Berry tidak direkomendasikan untuk digunakan pada GOR antara
2,000 - 3,000. Korelasi ini baik digunakan pada GOR antara 3,600 - 60,000.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 2 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN FAKTOR PEROLEHAN RESERVOIR MINYAK
3.1.1. Reservoir Minyak Bertenaga Dorong Air (Water Drive)
1. Siapkan data pendukung :
- Porositas (), fraksi
- Saturasi air (Sw), fraksi
- Volume Faktor Formasi Minyak awal (Boi), bbl/STB
- Permeabilitas (k), Darcy
- Viskositas minyak pada tekanan awal (oi), cp
- Viskositas air formasi pada tekanan awal (wi), cp
- Tekanan Reservoir awal (Pi), psia
- Tekanan Reservoir pada saat abandonment (Pa), psia
2. Faktor perolehan (RF) dihitung dari persamaan :
0.0422 0.0770 0.2159
(1 S w ) k wi P
RF = (54.898) (S w ) 0.1903
i
B oi oi Pa
3. Faktor perolehan di dalam satuan bbl/acft dapat pula ditentukan dengan menggunakan
Nomograph (Gambar l).

3.1.2. Reservoir Minyak Bertenaga Dorong Gas Terlarut (Solution Gas) di Bawah Tekanan Titik
Gelembung
1. Siapkan data pendukung :
- Porositas (), fraksi
- Saturasi air (Sw), fraksi
- Volume Faktor Formasi Minyak pada tekanan titik gelembung (Bob), bbl/STB
- Permeabilitas (k), Darcy
- Viskositas minyak pada tekanan gelembung (ob), cp
- Tekanan gelembung Reservoir (Pb), psia
- Tekanan Reservoir pada saat abandonment (Pa), psia
2. Faktor perolehan (RF) dihitung dari persamaan :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S w ) k wi P
RF = (41.815) (S w ) 0.3722
i
B oi oi Pa
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 3 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

3. Faktor perolehan di dalam satuan bbl/acft dapat pula ditentukan dengan menggunakan
Nomograph (Gambar 2).

3.1.3. Reservoir Minyak Bertenaga Dorong Gravity Drainage


1. Siapkan data pendukung :
- Tekanan titik gelembung (Pb), psia
- Viskositas minyak (o), cp
- Faktor Volume Formasi pada Pb (Bob), RB/STB
- Densitas minyak pada Pb (ob), grm/cc
- Porositas (), fraksi
- Saturasi air konat (Swc), fraksi
- Saturasi minyak awal (Soi), fraksi
- Permeabilitas minyak efektif (ko), mD
- Kemiringan lapisan (), derajat
- Spasi sumur rata-rata, acre/sumur
- Jarak antar sumur (d), ft
- Jari-jari lubang bor (rw), inch
2. Tentukan panjang "draining column" (L), ft :
d
L=
cos
3. Dengan diketahui d dan rw, tentukan Constriction Coefficient (C) dari Gambar 3.
mD.gr/cc
4. Hitung Drainage Modulus, (DM) :
cp.ft
k o d o C sin
DM =
o L S oi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 4 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

5. Siapkan tabel berikut :


t, Prod.Kumulatif
DM t Recovery Laju aliran Laju aliran minyak
waktu minyak
(persen/hari Unit
(tahun) (%) Drainage (BOPD) (MM bbl)
Modulus)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Catatan :
Kolom 1 = urutan tahun
Kolom 2 = DM (1)
Kolom 3 = Dibaca dari Gambar 4
Kolom 4 = Dibaca dari Gambar 5 dan 6
Kolom 5 = kolom 4 (DM/100) 95 106

3.2. PENENTUAN FAKTOR FEROLEHAN RESERVOIR GAS


3.2.1. Reservoir Tertutup
1. Siapkan data pendukung :
- Tekanan awal reservoir (Pi), psi
- Tekanan abandonment (Pa) , psi
- Faktor Volume Formasi gas pada kondisi awal (Bgi), bbl/SCF
- Faktor Volume Formasi pada tekanan abandonment (Bga) , bbl/SCF
- Faktor deviasi gas pada kondisi awal (Zi), tak berdimensi
- Faktor deviasi gas pada tekanan abandonment (Za), tak berdimensi
2. Faktor perolehan dihitung dari persamaan :
B gi
RF = 1001 = 1001 Pa Z i
B PZ
ga a a

3.2.2. Recovery Gas Bertenaga Dorong Air


1. Siapkan data pendukung :
- Saturasi gas awal (Sgo), fraksi
- Saturasi gas pada kondisi abandonment (Sga), fraksi
- Faktor Volume Formasi gas pada kondisi awal (Bgi), bbl/SCF
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 5 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

- Faktor Volume Formasi gas pada kondisi abandonment (Bga), bbl/SCF


2. Faktor perolehan dihitung dengan persamaan :
100( S gi B ga S ga B gi )
RF =
S gi B ga

3.3. PENENTUAN ULTIMATE RECOVERY DARI RESERVOIR KONDESAT


1. Siapkan data pendukung :
- Perbandingan gas-minyak (separator) awal (R), SCF/STB
- Temperatur reservoir (T), F
- oAPI gravity minyak di pengumpul (stock tank) awal
2. Ultimate recovery (minyak) dihitung dari persamaan :
143.55
N p = 0.061743 + + 0.00012184 T + 0.0010114 ( o API )
Ri
(bbl stock tank oil/bbl hydrocarbon pore space) atau menggunakan Nomograph (Gambar 7).
3. Koreksi harga Np di atas terhadap kompresi di atas tekanan titik gelembung :

G / Ri
N p ( yang dikoreksi) = N p
OIP
dimana :
0.2
R 124130
G = 2229.4 + 148.43 i + + 21.831 ( o API ) + 0.26356 Pd ,b
100 T
atau G dapat diperoleh dari Gambar 8.
OIP dibaca dari Gambar 9 dengan diketahui harga Ri.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 6 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Timmerman, E. H. : "Practical Reservoir Engineering - Part II", PennWell Publishing Co., 1982.
2. Ikoku, Chi. U. : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Willey & Sons, 1984.
3. Dykstra, H. : "The Prediction of Oil Recovery by Gravity Drainage", JPT, May 1978, halaman
818 - 830.
4. Arps, J. J. : "Reasons for Differences in Recovery Efficiency", SPE - Reprint Series No. 3, SPE No.
2068, 1968, hal. 49-54.
5. Arps, J. J. : "A Statistical Analysis of Recovery Efficiency", API Bulletin D14.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 7 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

5. DAFTAR SIMBOL

Bga = faktor volume formasi gas pada tekanan abandonment, bbl/SCF atau CF/SCF
Bgi = faktor volume formasi gas awal, RB/SCF atau CF/SCF
Bob = faktor volume formasi minyak pada tekanan titik gelembung, bbl/STB
Boi = faktor volume formasi minyak pada kondisi awal, bbl/STB
d = jarak antar sumur, ft
mD.gr/cc
DM = drainage modulus,
cp.ft
G = volume gas awal di tempat, SCF
k = permeabilitas, Darcy
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
L = panjang "drainage column", ft
Np = kumulatif minyak stock tank (dari Pd,b ke 500 psia), STB/HCPV
OIP = volume minyak awal di tempat, STB
Pa = tekanan abandonment, psia
Pb = tekanan titik gelembung, psia
Pd,b = tekanan saturasi, psia
Pi = tekanan awal, psia
RF = recovery factor, fraksi atau persen
Ri = contoh perbandingan gas-minyak awal di separator, SCF/STB
rw = jari-jari lubang sumur, inch
Sga = saturasi gas pada tekanan abandonment, fraksi
Sgi = saturasi gas awal, fraksi
Soi = saturasi minyak awal, fraksi
Swc = saturasi air konat, fraksi
t = waktu, tahun
Za = faktor deviasi gas pada kondisi abandonment, tak berdimensi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 8 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Huruf Yunani:
= kemiringan lapisan, derajat
= porositas, fraksi
i = viskositas minyak awal, cp
ob = viskositas minyak pada tekanan titik gelembung, cp
wi = viskositas air awal, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 9 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Metode Perkiraan Recovery Minyak Arps
o
API Subcommittee on recovery efficiency membuat kajian statistik mengenai efisiensi
perolehan dari 312 reservoir yang kemudian menurunkan persamaan regresi untuk reservoir
bertenaga dorong air sebagai berikut :
0.0422 0.0770 0.2159
(1 S w ) k wi P
RF = (54.898) (S w ) 0.1903
i
B oi oi Pa
Di dalam satuan bbl/ac-ft, faktor perolehan untuk jenis reservoir ini dapat diperkirakan
dengan menggunakan Gambar 1.
Berdasarkan analisis statistik dari 80 reservoir minyak yang mempunyai tenaga dorong
pengembangan gas terlarut, subcommittee menurunkan persamaan regresi :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S w ) k P
RF = (41.815) (S w ) 0.3722
b
Bob ob Pa
Di dalam satuan bbl/ac-ft, faktor perolehan untuk reservoir bertenaga dorong deplesi dapat
diperkirakan dengan menggunakan Gambar 2.
Tabel l memperlihatkan batasan harga karakteristik batuan dan fluida reservoir untuk
digunakan pada korelasi Arps.

6.1.2. Metode Perkiraan Perolehan Minyak - Gravity Drainage


Metode perkiraan perolehan untuk jenis tenaga dorong gravity drainage ini dikembangkan
oleh Dykstra dari persamaan gerakan permukaan gas-minyak ke bawah (downward
movement of the gas-oil interface) Cardwell dan Parsons.
Berdasarkan persamaan tersebut, Dykstra membuat 3 buah kurva "Semi-dimensionless"
yang dapat digunakan untuk meramalkan perolehan dan laju aliran sebagai fungsi dari
drainage modulus dan waktu (Gambar 4, 5 dan 6).
Menurut Dykstra :
k o d o C sin mD.gr/cc
DM =
o L S oi cp.ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 10 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Ketiga kurva tersebut dapat digunakan pada reservoir minyak bertenaga dorong gravity
drainage, dimana hubungan permeabilitas relatif terhadap saturasi pada kertas grafik log-
log merupakan garis lurus. Persaman matematis permeabilitas relatif tersebut dapat didekati
dengan hubungan kr = SB. Pada tahap awal, pengaruh B terhadap perolehan sangat kecil,
tetapi setelah perolehan mecapai 25%, harga B ini mulai berpengaruh.

6.1.3. Metode Perkiraan Perolehan Pada Reservoir Gas


Faktor perolehan suatu reservoir gas merupakan fungsi dari tekanan abandonment dan
permeabilitas. Dengan menurunkan tekanan abandonment akan menaikkan perolehan.
Tekanan abandonment ini tergantung pada banyak faktor, di antaranya : harga gas, indeks
produktivitas sumur, besarnya lapangan, dan lain-lain.
Berdasarkan kesetimbangan materi, faktor perolehan untuk reservoir gas yang tertutup
adalah :
B gi
RF = 1001 = 1001 Pa Z i
B PZ
ga a a

Reservoir gas yang bertenaga dorong air mempunyai faktor perolehan lebih rendah
disebabkan tingginya tekanan abandonment. Tingginya harga tekanan abandonment ini
disebabkan perembesan air yang kuat ke dalam reservoir dan terjebaknya gas di dalam
"kantung" air.
Harga faktor perolehan untuk reservoir gas dengan pendorong air adalah :
100( S gi B ga S ga B gi )
RF =
S gi B ga

6.1.4. Metode Perkiraan Faktor Perolehan Pada Reservoir Gas Kondensat


Apabila kajian laboratorium dari contoh fluida kondensat (depletion study) tidak tersedia,
korelasi yang dikembangkan oleh Jacoby Koeller - Berry dapat digunakan untuk
meramalkan perolehan.
Korelasi ini dikembangkan dari hasil pengamatan fluida kondensat dengan GOR 3,600 -
60,000 SCF/STB dan minyak ringan (2,363 SCF/STB). Juga disertakan fluida reservoir
sintetik (GOR berkisar 200 - 25,000 SCF/STB).
Korelasi Jacoby - Koeller - Berry dalam hal ini adalah :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 11 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

143.55
N p = 0.061743 + + 0.00012184 T + 0.0010114 ( o API )
Ri
Persamaan ini dijadikan Nomograph yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Kompresi di atas tekanan titik gelembung dikoreksi dengan persamaan :

G / Ri
N p ( yang dikoreksi) = N p
OIP
dimana :
0.2
R 124130
G = 2229.4 + 148.43 i + + 21.831( o API ) + 0.26356 Pd ,b
100 T
atau menggunakan Nomograph Gambar 8. OIP ditentukan dengan menggunakan Gambar
9.

6.2. CONTOH SOAL


6.2.1. Penentuan Recovery Factor Reservoir Minyak
1. Reservoir minyak bertenaga dorong air (Water Drive)
Diketahui :
= 0.282
Sw = 0.35
Boi = 1.10 RB/STB
k = 0.25 Darcy
wi = 0.54 cp
oi = 1.31 cp
Pi = 1986 psi
Pa = 800 psi
Tentukan Recovery Factor di dalam satuan % dan bbl/ac-ft.

Penyelesaian :
0.0422 0.0770 0.2159
(1 S w ) k wi P
a. RF = (54.898) (S w ) 0.1903
i
Boi oi Pa

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 12 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

0.282(1 0.35) 0.25 0.54


0.0422 0.0770

RF = (54.898) (0.35) 0.1903


1.1 1.31
0.2159
1986
= 42.87 %
800

b. Gunakan Nomograph - Gambar l.


- Tentukan faktor oil in place :
(100)(0.282)(1 0.35)
= 16.7 %
1.10
- Tentukan Mobility Ratio :
(0.250)(0.54)
= 0.103
1.31
- Tentukan Pressure - drop ratio :
1986 / 800 = 2.48
- Hubungkan 16.7 % (oil in place) pada skala A dengan mobility factor 0.103 pada
skala G. Tentukan titik potong b pada skala B.
- Hubungkan titik b dengan Sw = 0.35 pada skala F, tentukan titik potong c pada skala
C.
- Hubungkan titik c dengan pressure drop ratio = 2.45 pada skala E. Tentukan
Recovery Factor = 554 STB/ac-ft (titik potong pada skala D).

2. Reservoir bertenaga pendorong pengembangan gas terlarut


Diketahui :
= 0.174
Sw = 0.34
Bob = 1.40 RB/STB
k = 0.020 Darcy
ob = 0.50 cp
Pb = 3,660 psi
Pa = 580 psi
Tentukan Recovery Factor di dalam satuan % dan bbl/ac-ft.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 13 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Penyelesaian :
0.1611 0.0979 0.1741
(1 S w ) k P
a. RF = ( 41.815) (S w ) 0.3722
b
Bob ob Pa

(0.174)(1 0.34)
0.1611 0.0979
0.2
RF = (41.815) (0.34) 0.3722
1.140 0.5
0.1741
3660
= 18.81 %
580

b. Gunakan Nomograph - Gambar 2.


- Tentukan faktor oil in place :
(100)(0.174)(1 0.34)
= 8.2 %
(1.40)
- Tentukan Mobility Factor :
(0.020) / (0.50) = 0.04
- Tentukan pressure drop ratio :
(3,660) / (580) = 6.31
- Hubungkan oil in place = 8.2 % (skala A) dengan mobility factor = 0.04 (skala G),
tentukan titik potong b pada skala B.
- Hubungkan titik b dengan Sw = 34 % (skala C), tentukan titik potong c pada skala C.
- Hubungkan c dengan pressure drop ratio = 6.31 (skala E), tentukan recovery factor
= 119 STB/ac-ft (titik potong pada skala D).

3. Reservoir bertenaga pendorong Gravity Drainage


Diketahui data batuan dan fluida reservoir :
Tekanan titik gelembung = 3,550 psia
Viskositas minyak (o) = 2.3 cp
Faktor volume formasi @ Pb (Bob) = 1.22 RB/STB
Densitas minyak @ Pb (o) = 0.804 gr/cc
Porositas () = 0.229
Saturasi air konat (Swc) = 0.29
Saturasi minyak awal (Soi) = 0.71

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 14 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Permeabilitas minyak efektif (ko) = 88 mD


Kemiringan reservoir () = 30
Banyaknya sumur = 4 - 6 buah
Spasi sumur rata-rata (acre/sumur) = 16
Jarak antar sumur rata-rata (d) = 835 ft
Jari-jari sumur (rw) = 3 inch
Ramalkan Recovery versus waktu.

Penyelesaian :
d 835
L= = = 964 ft
cos cos 30

- Tentukan Constriction Coeffcient (C) dari Gambar 3 :


Jarak antar sumur = 835
Jari-jari sumur = 3 in
Diperoleh C = 0.32

- Tentukan drainage modulus (DM) :


k o d o C sin mD.gr/cc
DM =
o L S oi cp.ft
(88)(0.804)(0.32)(sin 30)
DM = = 0.0314 (t dalam hari)
(2.3)(946)(0.71)(0.229)
= 11.5 (t dalam tahun)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 15 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

- Siapkan tabel berikut :


t, Prod.Kumulatif
DM t Recovery Laju aliran Laju aliran minyak
waktu minyak
(persen/hari Unit
(tahun) (%) Drainage (BOPD) (MM bbl)
Modulus)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0 - - 0.258 7700 -
1 11.5 3.0 0.257 7670 2.8
2 23 5.9 0.255 7610 5.6
3 34.5 8.8 0.253 7550 6.4
4 46 11.7 0.251 7490 11.1
5 57.5 14.6 0.248 7400 13.9
6 69 17.4 0.245 7310 16.5
7 80.9 20.2 0.240 7160 19.2
8 92 23.0 0.235 7010 21.8
9 103.5 25.7 0.229 6830 24.4
10 115 28.2 0.221 6590 25.8
12 138 33.1 0.201 6000 31.4
14 161 37.2 0.164 4890 35.3
16 184 40.4 0.127 3790 38.4
18 207 43.1 0.100 2180 40.9
20 230 45.3 0.084 2510 43.0
22 253 47.2 0.073 2180 44.8
24 276 48.7 0.064 1910 46.3
25 299 49.9 0.057 1700 47.4
28 322 51.2 0.051 1520 48.6
30 345 52.2 0.046 1370 49.6
32 368 53.3 0.042 1250 50.6
34 391 54.2 0.038 1130 51.5
36 414 55.0 0.035 1040 52.3
38 437 55.7 0.035 970 52.9
40 460 56.3 0.030 890 53.5

Keterangan :
Kolom 3 : Dari Gambar 4
Kolom 4 : Dibaca dari Gambar 5 dan 6
Kolom 5 : Kolom 4 (DM/100) 95 106

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 16 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

6.2.2. Penentuan Recovery Factor Reservoir Gas


1. Reservoir Gas Tertutup
Suatu reservoir gas mempunyai tekanan awal 3,000 psia dan temperatur 150 F. SG gas
= 0.6, tekanan dan temperatur standar = 14.6 psia & 60 F. Tekanan abandonment
diperkirakan 500 psia. Tentukan recovery factor reservoir gas tersebut.

Penyelesaian :
- Spesific Gravity = 0.6 diperoleh Ppc = 668 psia dan Tpc = 385 oR (lihat bab Karakteristik
Fluida Reservoir)
- Pada kondisi awal :
P 3000
Ppr = = = 4 .5
Ppc 668

T (150 + 460)
T pr = = = 1 .6
T pc 385
Diperoleh Zi = 0.83 (lihat bab Karakteristik Fluida Reservoir)
- Pada kondisi abandonment :
P 500
Ppr = =
Ppc 668

T (150 + 460)
T pr = = = 1 .6
T pc 385
Diperoleh Za = 0.94 (lihat bab Karakteristik Fluida Reservoir)
- Recovery Factor dapat ditentukan :

PZ 500 0.83
RF = 1001 a i = 1001 = 85.3 %
Pa Z a 3000 0.94

2. Reservoir Gas Berdaya Pendorong Air


Seperti contoh diatas, tetapi abandonment pressure = 1,500 psia, Sgi = 0.6 dan Sga = 0.5.

Penyelesaian :
(14.65)(150 + 460)(0.83)
- B gi = = 0.004755 CF/SCF
(3000)(60 + 460)(1.0)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 17 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

- Pada kondisi abandonment :


P 1,500
Ppr = = = 2.2455
Ppc 668

T (150 + 460)
T pr = = = 1.6
T pc 385
Diperoleh Za = 0.94
(14.65)(150 + 460)(0.85)
B ga = = 0.0097 CF/SCF
(1,500)(60 + 460)(1.0)
100( S gi B ga S ga B gi )
RF =
S gi B ga

100(0.8 0.0097 0.5 0.004755)


RF = = 69.4 %
(0.8)(0.0097)

6.2.3. Reservoir Gas Kondensat


Diketahui :
T = 246 oF
Ri = 8,500 SCF/STB
o
API Gravity = 51 API
Psat = 5,750 psia
Perkirakan Ultimate Recovery (STB/bbl HCPV)

Penyelesaian :
143.55
N p = 0.061743 + + 0.00012184(246) + 0.0010114(51)
8,500
= 0.0367 STB/bbl HCPV
atau menggunakan Nomograph Gambar 7, didapat Np = 0.036 STB/bbl HCPV.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 18 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

- Koreksi terhadap kompresi di atas Titik Gelembung :


0.2
8,500 124,130
G = 2,229.4 + 148.43 + + 21.831(51) + 0.26356(5,750)
100 245
= 1,267 SCF
menggunakan Gambar 8, diperoleh G = 1,260 SCF.
- Oil In Place (Gambar 9) = 0.12

G / Ri
N p ( yang dikoreksi) = N p
OIP
1,267 / 8,500
N p ( yang dikoreksi) = 0.036 = 0.04472 STB/bbl HCPV
0.12

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 19 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

6.3. GAMBAR DAN TABEL YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Nomograph untuk Menentukan Recovery Factor Reservoir dengan Tenaga Pendorong
Air

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 20 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 2. Nomograph untuk Menentukan Recovery Factor Reservoir dengan Tenaga Gas
Terlarut

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 21 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 3. Grafik Constriction Coeffcient

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 22 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 4. Drainage Modulus versus Recovery

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 23 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 5. Drainage Modulus versus Rate of Recovery (Kartesian)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 24 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 6. Drainage Modulus versus Rate of Recovery (Log - Log)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 25 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 7. Nomograph untuk Menentukan Recovery Reservoir Kondensat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 26 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 8. Nomograph untuk Menentukan Gas In Place Reservoir Kondensat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 27 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

Gambar 9. Nomograph untuk Menentukan IOIP Reservoir Kondensat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 03.05
Halaman : 28 / 28
JUDUL : PERHITUNGAN CADANGAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Ramalan Faktor Perolehan

TABEL 1
Batasan Harga Karakteristik Batuan dan Fluida Reservoir untuk Digunakan pada Korelasi Arps

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 1 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

CARA MENENTUKAN JENIS MEKANISME PENDORONG RESERVOIR

1. TUJUAN
Menentukan jenis tenaga pendorong reservoir yang dominan.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Analisa log sumur dan data produksi digunakan sebagai sarana penentuan jenis tenaga pendorong
reservoir yang dominan.

2.2. PERSYARATAN
Tersedia kombinasi log yang tepat untuk menentukan batas fluida reservoir : gas-minyak dan air-
minyak serta catatan data produksi yang memadai.

3. LANGKAH KERJA

Tahap penyiapan reservoir berproduksi menentukan urutan cara yang digunakan dalam penentuan
jenis tenaga pendorong. Tahap pengembangan lapangan tanpa produksi menempatkan log sumur dan
uji kandung lapisan sebagai sarana untuk menentukan jenis mekanisme pendorong secara kualitatif.
Tahap produksi reservoir memungkinkan penentuan jenis tenaga pendorong yang dominan secara
kuantitatif.

3.1. TAHAP PENGEMBANGAN RESERVOIR


1. Siapkan hasil rekaman log induction, FDC, CNL dan EPT.
2. Baca dan bandingkan hasil log induction, FDC, CNL dan EPT.
a. Pembacaan porosity unit CNL jauh lebih kecil dari FDC pada lapisan gas, sedangkan
keduanya memberikan hasil bacaan yang hampir sama pada lapisan minyak.
b. Hasil bacaan FDC dan CNL untuk lapisan minyak dan air tidak berbeda jauh. Hasil
bacaan EPT pada lapisan minyak jauh lebih kecil dari hasil bacaan pada lapisan air.
c. Induction Log akan membedakan lapisan air tawar dengan air asin. Air tawar akan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 2 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

memberikan resistivity yang lebih besar.


3. Hasil analisis langkah 2 secara kualitatif memberikan gambaran apakah reservoir minyak
didampingi dengan tudung gas dan aquifer.
4. Hasil Uji Kandung Lapisan (UKL) memberikan ketegasan jenis fluida yang mengisi lapisan.
a. Produksi air dengan fraksi aliran yang lebih besar dari minyak menunjukkan lapisan air
terletak di bagian bawah zone minyak.
b. Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R) yang besar secara tiba-tiba dibandingkan
dengan hasil UKL dari bagian lapisan di bawahnya menunjukkan kemungkinan
terdapatnya tudung gas.

Catatan :
Hasil analisis langkah 2 sampai 4 memberikan petunjuk apakah reservoir minyak didampingi
tudung gas dan aquifer.
Hasil analisis secara kualitatif ini memberikan petunjuk apakah reservoir memiliki tenaga
pendorong Depletion, Gravity dan Water Drive.

3.2. TAHAP PRODUKSI RESERVOIR

Pada tahap ini deliniasi reservoir dalam arah horisontal sudah cukup untuk menentukan apakah
reservoir minyak mengandung tudung gas.

3.2.1. Reservoir Memiliki Tudung Gas Primer


1. Siapkan tabulasi data produksi (Np, Rp, Wp) dan PVT (Bo, Bg, Rs) sebagai fungsi dari
tekanan reservoir.
2. Tentukan harga m dari perhitungan bulk volume tentang gas (Vg) dan zone minyak
(Vo) yang berasal dari peta isopach (PK No. TR 03.02.01) :
m = Vg / Vo (1)
3. Teliti apakah analisis log, UKL, data produksi menunjukkan keberadaan suatu
aquifer (UKL dan tes produksi yang menghasilkan produksi air yang meyakinkan
dapat dianggap sebagai suatu petunjuk aquifer yang aktif). Bila hasil telaah
menunjukkan aquifer yang aktif, teruskan perhitungan pada langkah berikut ini.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 3 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

4. Hitung Indeks Tenaga Pendorong (DDI) sebagai fungsi dari tekanan reservoir dengan
menggunakan persamaan berikut ini.
a. Depletion Drive Index (DDI) :
N ( Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
b. Segregation Drive Index (SDI) :
mNBti ( B g B gi ) / B gi
SDI = (3)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
c. Water Drive Index (WDI) :
WDI = 1 DDI SDI (4)
Bt = Bo + (Rs Rsi) Bg (5)
Harga N yang digunakan dalam persamaan (2) dan (3) berasal dari penentuan isi
minyak awal di tempat secara volumetrik.
5. Bila UKL tidak memberikan gambaran positif tentang kehadiran aquifer dan data
produksi tidak (belum) menunjukkan produksi air, maka gunakan anggapan
sementara bahwa aquifer tidak ada.
6. Hitung isi minyak awal di tempat (N) untuk setiap data produksi yang dicatat atau
sebagai fungsi dari tekanan reservoir (P) :
N p {Bti + ( R p Rsi ) B g }
N= (6)
mBti
( Bt Bti ) + ( B g B gi )
B gi
7. Plot N terhadap Np pada kertas grafik kartesian. Hubungan ini menghasilkan dua
pengamatan :
a. Hubungan N terhadap Np menunjukkan kecenderungan yang konstan. Ini berarti
aquifer tidak ada atau tidak berperan, Indeks Tenaga Pendorong yang dapat
dihitung :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }

m N Bti (B g B gi )/B gi
SDI = (3)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 4 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

SDI + DDI = 1 (7)

b. Plot N terhadap Np menunjukkan kenaikan harga N dengan bertambahnya Np. Ini


berarti ada pengaruh aquifer. Hitung Indeks Tenaga Pendorong DDI, SDI dan WDI
dengan menggunakan persamaan (2), (3) dan (4) dengan menggunakan isi minyak
awal di tempat (N) berasal dari hitungan volumetrik.

3.2.2. Tidak Ada Tudung Gas Primer


1. Siapkan tabulasi data produksi (Np, Rp, Wp) dan PVT (Bo, Bg, Rs) sebagai fungsi dari
tekanan reservoir.
2. Teliti apakah analisis log, UKL, data produksi menunjukkan keberadaan suatu
aquifer (UKL dan tes produksi yang menghasilkan produksi air yang meyakinkan
dapat dianggap sebagai petunjuk adanya aquifer yang aktif). Bila hasil telaah
menunjukkan aquifer yang aktif, teruskan perhitungan pada langkah berikut ini.
3. Hitung Indeks Tenaga Pendorong sebagai fungsi dari tekanan reservoir sesuai dengan
persamaan berikut ini :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
WDI = 1 DDI (8)
N berasal dari hitungan secara volumetrik.
4. Bila UKL tidak memberikan gambaran positif tentang kehadiran aquifer dan data
produksi tidak (belum) menunjukkan produksi air, maka gunakan anggapan
sementara bahwa aquifer tidak ada.
5. Hitung isi minyak awal di tempat (N) untuk setiap data produksi yang dicatat atau
sebagai fungsi dari tekanan reservoir (P) :
N p {Bti + (R p Rsi ) B g }
N = (9)
(Bt Bti )
6. Plot N terhadap Np pada kertas grafik kartesian. Hubungan ini menghasilkan dua
pengamatan :
a. Hubungan N terhadap Np menunjukkan kecenderungan yang konstan. Ini berarti

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 5 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

aquifer tidak ada atau tidak berperan. Indeks Tenaga Pendorong yang mungkin
adalah :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
= 1.0

b. Plot N ternadap Np menunjukkan kenaikan harga N dengan bertambahnya Np. Ini


berarti ada pengaruh aquifer. Hitung Indeks Tenaga Pendorong DDI dan WDI
menggunakan persamaan (2) dan (8) :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }
WDI = 1 DDI (8)
Gunakan N yang diperoleh dari perhitungan volumetrik.

Catatan :
Dengan membandingkan hasil hitungan DDI, SDI dan WDI dapatlah ditentukan tenaga
pendorong yang paling dominan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 6 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall Inc.,


Englewood Cliffs, N. J., 1959.
2. Dewann, J. T. : "Essentials of Modern Open Hole Log Interpretation", Penn Well Publ. Co.,
Tulsa, Oklahoma, 1983.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 7 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

5. DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB


Bw = faktor volume formasi air, bbl/STB
Bt = faktor volume formasi 2 fasa, [Bo + (Rs Rsi) Bg], bbl/STB
Bgi = faktor volume formasi gas pada tekanan awal, bbl/SCF
m = perbandingan volume gas tudung gas primer dengan volume minyak, fraksi
N = isi minyak awal di tempat, STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
P = tekanan reservoir, psia
R = faktor perbandingan gas-minyak sesaat, SCF/STB
Rs = faktor kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
Rsi = faktor kelarutan gas dalam minyak pada keadaan awal, SCF/STB
Rp = faktor perbandingan gas-minyak kumulatif, SCF/STB
We = perembesan air kumulatif, bbl
Wp = produksi air kumulatif, STB

Singkatan :

DDI = Depletion Drive Index


SDI = Segregation Drive Index
WDI = Water Drive Index
EPT = Electromagnetic Propagation Log
FDC = Compensated Formation Density
NCL = Compensated Neutron Log

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 8 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Pada tahap sebelum reservoir berproduksi, kandungan formasi diperkirakan dengan
menggunakan log sumur. Dari log ini ditetapkan pula batas fluida yang terekam dalam log
sumur.
Satu jenis log saja tidak dapat menetapkan keberadaan gas bebas, minyak dan air dalam suatu
lapisan. Kombinasi log yang dapat membedakan lapisan yang mengandung gas bebas, minyak
dan air formasi, baik tawar maupun asin adalah Induction, Electromagnetic Propagation Log
(EPT) dan Compensated Neutron Log (CNL).
Induction log (resistivity log) digunakan dalam membedakan lapisan yang mengandung air tawar
dengan air asin. FDC dan CNL memberikan rekaman yang hampir sama untuk lapisan yang
mengandung minyak. Sebaliknya, gas memberikan bacaan porosity unit yang berbeda secara
nyata; CNL memberikan bacaan yang jauh lebih kecil dari FDC. Lapisan minyak dan air (tawar
maupun asin) menghasilkan rekaman FDC dan CNL yang tidak berbeda, sedangkan lapisan
minyak menghasilkan bacaan EPT yang lebih kecil dari lapisan air. Gambar skematis dari hasil
rekaman kombinasi log pada lapisan yang mengandung gas, minyak dan air dapat dilihat pada
Gambar 1.
UKL yang dilaksanakan secara bertahap dari bawah ke atas pada suatu lapisan permeabel akan
mencatat perubahan produksi fluida yang berbeda. Perubahan fasa fluida yang diproduksikan
mulai dari minyak-air, minyak dengan faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R) yang konstan
sampai minyak dan gas yang diproduksikan pada harga R yang bertambah besar dapat
digunakan sebagai petunjuk keberadaan aquifer dan tudung gas.
Pada tahap produksi reservoir sudah dikembangkan, sehingga keberadaan tudung gas primer
dapat dipastikan dengan baik.
Dari data produksi dapat diketahui produksi air, bila ada. Ketiadaan produksi air belum
menjamin tidak adanya aquifer yang berdampingan dengan reservoir minyak.
Secara kuantitaf tenaga pendorong reservoir dapat dihitung berdasarkan persamaan
kesetimbangan materi :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 9 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

N p {Bt + ( R p Rsi ) B g + (W p Bw ) We }
N = (11)
m Bti
( Bt Bti ) + ( B g B gi )
B gi

Dengan mengubah susunannya, persamaan ini dapat menunjukkan kelompok variabel yang
menerangkan jenis tenaga pendorong :
N [ Bt Bti ] mNBti ( B g B gi ) / B gi We W p Bw
+ + =1 (12)
N p [ Bt ( R p Rsi ) B g ] N p [ Bt ( R p Rsi ) B g ] N p [ Bt + ( R p Rsi ) B g ]

Kelompok variabel dari ruas kiri persamaan (12) dipengaruhi oleh jenis tenaga pendorong dan
masing-masing merupakan Indeks Tenaga Pendorong Depletion (DDI), Segregation (SDI) dan
Water Drive (WDI) :
N (Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + (R p Rsi ) B g }

m N Bti (Bg B gi )/B gi


SDI = (3)
N p {Bt + (R p Rsi ) Bg }

We W p Bw
WDI = (13)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }

Dalam hal reservoir belum memproduksikan air sedangkan log sumur dan UKL tidak
memberikan kepastian adanya aquifer, maka pembuktian terdapatnya tenaga pendorong air
dilakukan secara tidak langsung. Dengan menganggap We = 0 hitunglah isi minyak awal di
tempat (N) dengan menggunakan persamaan (11). Plot N terhadap Np yang cenderung
menberikan N bertambah besar menunjukkan anggapan We = 0 atau aquifer tidak berperan adalah
salah.
Harga Indeks Tenaga Pendorong air dihitung secara tidak langsung :
WDI = 1 SDI DDI (4)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 10 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


Suatu reservoir memiliki tudung gas primer. Dari data log dan tes UKL tidak memberikan
kesimpulan yang pasti tentang peranan aquifer. Perhitungan secara volumetrik menghasilkan isi
awal minyak di tempat (N) dan perbandingan volume tudung gas terhadap volume formasi
minyak (m) masing-masing 600 106 STB dan 0.224. Data produksi belum menunjukkan
produksi air yang berarti.

Data Produksi :

Waktu P Np Rp Wp
(kwartal ) (psia) (MMSTB) (SCF/STB) (STB)
0 2,288 - 600 -
1
2
3
4 2,158 9.070 1,630 -
5
6 2,123 22.43 1,180 -
7
8 2,133 32.03 1,070 -

Data PVT :
P Bt Rs Bg
(psia ) (bbl/STB) (SCF/STB) (10-3 bbl/SCF)
Pi = 2,288 1.3126 600 1.1345
2,158 1.3286 - 1.2034
2,123 1.3375 - 1.2235
2,113 1.3384 - 1.2300

Gunakan anggapan sementara bahwa tenaga pendorong air (water drive) tidak berperan dan
hitung N untuk setiap tekanan reservoir dengan menggunakan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 11 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

N p {Bti + ( R p Rsi ) B g }
N = (6)
m Bti
( Bt Bti ) + ( B g B gi )
B gi

Contoh perhitungan untuk P = 2,158 psia :

N =
{
9.07 10 6 1.3126 + (1,630 600) 1.2034 10 -3 }
(1.3286 1.3126) +
{
(0.224)(1.3126) (1.2034 1.1345) 10 -3 }
1.1345 10 -3

N = 684 106 STB

Hasil hitungan N untuk tekanan lainnya diberikan pada tabel berikut ini :

P N Np
(psia ) (MMSTB) (MMSTB)
2,158 684 9.07
2,123 946 22.43
2,113 1,198 32.03

Hubungan N terhadap Np menunjukkan kecenderungan bertambahnya harga N dengan


bertambahnya Np. Hal ini disebabkan karena pengabaian pengaruh tenaga pendorong air.
Besar pengaruh masing-masing tenaga pendorong dinyatakan oleh indeks DDI, SDI dan WDI.
Harga indeks ini dihitung berdasarkan persamaan :
N ( Bt Bti )
DDI = (2)
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }

m N Bti ( B g B gi ) /B gi
SDI =
N p {Bt + ( R p Rsi ) B g }
(3)

WDI = 1 DDI SDI (4)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.01
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 12 / 12
RESERVOIR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Cara Menentukan Jenis Mekanisme
Pendorong Reservoir

Contoh perhitungan indeks pada P = 2,158 psia yang menggunakan N = 600 106 STB (berasal
dari hitungan volumetrik) adalah sebagai berikut :
N (Bt Bti) = 600 106 (1.3286 1.3126) = 9.6 106

m N Bti
( B g B gi ) =
{
(0.224)(600 10 6 )(1.3126) (1.2034 1.1345) 10 3 }
B gi 1.1345 10 3
= 1.071 107 bbl

Np {Bt + (Rp Rsi) Bg} = 9.07 10 6 {1.3286 + [(1,630 600) 1.2034 10-3] }
= 2.33 107 bbl

9.6 10 6
DDI = = 0.412
2.33 10 7
1.071 10 7
SDI = = 0.46
2.33 10 7
WDI = 1 0.412 0.46 = 0.128

Harga indeks tenaga pendorong untuk tekanan reservoir lainnya diberikan pada tabel berikut ini
:

P
(psia ) DDI SDI WDI
2,158 0.412 0.46 0.128
2,123 0.513 0.475 0.012
2,113 0.503 0.483 0.014

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 1 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

RESERVOIR BERDAYA DORONG WATER DRIVE

1. TUJUAN
Membuat prakiraan kinerja (performance) reservoir minyak berdaya dorong water drive.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Penentuan kinerja reservoir berdaya dorong water drive dalam bentuk besaran produksi (Np, R,
qo, Wp) dan tekanan (P) sebagai fungsi dari waktu didasarkan pada persamaan keseimbangan
materi (material balance). Prakiraan kinerja reservoir didahului oleh penyesuaian data produksi
terhadap hasil perhitungan dengan persamaan keseimbangan materi. Perembesan air ditentukan
berdasarkan persamaan Hurst dan Van Everdingen.

2.2. PERSYARATAN
Reservoir tidak mengandung tudung gas awal dan sudah terbukti memiliki aquifer yang aktif.
Tersedia data produksi (Np, R, Wp) serta tekanan reservoir (P) sampai peramalan dimulai, data
PVT (Bo, Bg, Rs, o, g) , data petrofisik (krg/kro) dan geometri reservoir (N).

3. LANGKAH KERJA
Siapkan data pendukung sesuai dengan kebutuhan yang meliputi kelompok data berikut ini :
1. Data produksi :
a. Produksi minyak kumulatif (Np), STB
b. Produksi air kumulatif (Wp), STB
c. Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
2. Data PVT :
a. Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
b. Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
c. Faktor kelarutan gas (Rs), SCF/STB
d. Viskositas minyak (o), cp
e. Viskositas gas (g), cp
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 2 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

3. Data Petrofisik :
a. Perbandingan permeabilitas relatif gas terhadap minyak (krg/kro)
b. Saturasi air (Swi)
c. Porositas ()
d. Kompresibilitas batuan (cf), psi-1
e. Kompresibilitas air (cw), psi-1
4. Geometri Reservoir :
a. Isi minyak awal di tempat (N), STB
b. Perkiraan jari-jari luar batas aquifer (re), ft
c. Perkiraan jari-jari dalam batas aquifer (rw), ft

3.1. PENENTUAN KONSTANTA PEREMBESAN AIR


Langkah perhitungan dimulai dengan memilih persamaan perembesan air yang cocok dengan
sistem reservoir minyak dan aquifer di lapangan. Model perembesan air yang akan digunakan
berdasarkan pada model aliran mantap (steady state) :
t
We = K ( Po Ps )dt (1)
0

dan model aliran tidak mantap (unsteady state) :


We = B Ps Q(t ) (2)

3.1.1. Model Perembesan Air Mantap


1. Siapkan tabulasi data produksi (Np, Wp, Rp, R), data PVT (Bo, Bg, Rs, o, g), data

tekanan reservoir rata-rata ( P ), data tekanan pada batas awal minyak-air (Ps)
sebagai fungsi dari waktu menurut kelipatan 0.25 - 0.5 tahun.
2. Hitung harga integral dari persamaan (1) untuk setiap harga t tercantum dalam
tabulasi pada langkah l dengan menggunakan persamaan :

I (t ) = t j {Po 0.5( Psj 1 + Psj )}


n
(3)
j =1

3. Hitung volume perembesan air kumulatif (We) untuk setiap harga t tercantum dalam
tabulasi pada langkah (1) dengan menggunakan persamaan :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 3 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

We = Np [ Bo +(Rp Rs)Bg ] + Wp Bw N [(Bo Boi) + (Rsi Rs)Bg] (4)


4. Tentukan konstanta perembesan air aliran mantap (K) dengan menggunakan
persamaan berikut :
K = We / I(t) (5)
5. Plot K terhadap waktu (t) dalam sistem sumbu kartesian.
6. Bila hubungan K terhadap t menunjukkan kecenderungan yang konstan, maka harga
konstanta perembesan air yang akan digunakan dalam perkiraan kinerja reservoir
merupakan harga rata-rata :
n
K = Kj (6)
j =1

n = jumlah data K
Perhitungan dilanjutkan pada langkah perkiraan kinerja reservoir.
7. Bila hubungan K terhadap t tidak menunjukkan kecenderungan yang konstan,
penentuan konstanta perembesan air dilanjutkan berdasarkan model aliran tidak
mantap.

3.1.2. Model Perembesan Air Tidak Mantap


1. Siapkan tabulasi data produksi, tekanan dan PVT sebagai fungsi dari waktu sama
seperti pada penentuan konstanta perembesan air mantap.
2. Hitung Psj untuk setiap selang waktu seperti tertera pada tabulasi di langkah 1
dengan menggunakan persamaan :
Ps1 = 0.5 (Po Psl) (7)
Ps2 = 0.5 (Po Ps2) (8)
dan untuk j > 2 :
Psj = 0.5 (Psj-2 Psj) (9)

3. Hitung harga tD untuk setiap harga t menggunakan persamaan :


kt
t D = 0.578 (10)
w crw 2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 4 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

Catatan :
a. Perkiraan jari-jari batas dalam aquifer (rw) berdasarkan kontur batas minyak air.
b. Harga c adalah :
c = cw + cf (11)
c. Perkirakan konstanta persamaan (10) :
k
= 0.578 (12)
w crw 2
seteliti mungkin; bila memungkinkan gunakan data petrofisik yang berasal dari
aquifer.
4. Perkirakan harga re/rw. Laju penurunan tekanan reservoir (dP/dt) yang rendah dapat
diartikan ukuran aquifer yang sangat besar (re/rw = ).
Catatan :
a. Perkirakan harga re/rw hendaknya sesuai dengan harga berikut ini :
1.5 5.0
2.0 6.0
2.5 7.0
3.0 8.0
3.5 9.0
4.0 10.0
4.5

b. Bila tidak ada informasi yang memadai gunakan re/rw = untuk anggapan
pertama.
5. Berdasarkan harga tD dan re/rw tentukan Q(t) dengan bantuan Tabel l atau 2.
Gunakan interpolasi untuk harga tD yang tidak tercantum dalam tabel.
6. Hasil hitungan langkah 2 dan langkah 4, yaitu DPs dan Q(t) ditabulasikan sebagai
berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 5 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

t tD Ps Q(t) I(t)
0 0 - -
t1 tD1 Ps1 Q(t1)
t2 tD2 Ps2 Q(t2)
t3 tD3 Ps3 Q(t3)
. . . .
. . . .
. . . .
tj tDj Psj Q(tj)

7. Hitung I(t) berdasarkan tabulasi di atas dengan menggunakan persamaan umum :


I (t ) = Ps Q(t ) (13)

Untuk setiap harga t hitung I(t) dengan bantuan persamaan (13) yang rinciannya
sebagai berikut :
I(t1) = Ps1Q(t1) (14)
I(t2) = Ps1Q(t2) + Ps2Q(t1) (15)
I(t3) = Ps2Q(t3) + Ps2Q(t2)
+ Ps3Q(t1) (16)
.
.
.
I(tj) = Ps1Q(tj) + Ps2Q(tj-1) +
Ps3Q(tj-2) + .. +
Psj-2Q(t3) + Psj-1Q(t2) +
PsjQ(t1) (17)

8. Hitung volume perembesan air kumulatif (We) untuk setiap harga t tercantum dalam
tabulasi pada langkah l dengan menggunakan persamaan :
We = Np [ Bo +(Rp Rs)Bg ] + Wp Bw N [(Bo Boi) + (Rsi Rs)Bg] (4)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 6 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

9. Hitung konstanta permeabilitas air (B) sebagai fungsi dari waktu berdasarkan
persamaan :
B = We / I(t) (18)
10. Plot B terhadap t pada kertas grafik kartesian. Bila diperoleh grafik yang
memberikan harga B konstan untuk setiap harga t, maka B itulah yang akan
digunakan dalam penentuan kinerja reservoir. Langkah kerja dilanjutkan dengan
memperkirakan kinerja reservoir.
11. Bila hasil plot langkah (10) tidak menunjukkan hubungan B dengan t yang konstan,
ulangi perhitungan dengan menggunakan kombinasi harga dan re/rw yang lain dan
mulai perhitungan dari langkah (2).

3.2. PENENTUAN krg/kro DARI DATA PRODUKSI


Perbandingan permeabilitas relatif gas terhadap minyak (krg/kro) ditentukan berdasarkan data
produksi sesuai dengan pedoman kerja yang bersangkutan (TR 05.08).

3.3. PERKIRAAN KINERJA RESERVOIR MINYAK


1. Gunakan tabulasi data produksi, PVT, tekanan reservoir rata-rata dan tekanan pada batas
awal minyak-air seperti digunakan pada penentuan konstanta perembesan air.
2. Perkirakan penurunan tekanan di kemudian hari sebagai fungsi dari waktu sebagai
kelanjutan dari tabulasi pada langkah 1 dengan menggunakan kelipatan waktu yang sama
sebesar 0.25 - 0.5 tahun.
3. Untuk setiap harga P dari langkah 2, hitung n, g, w dan e :
( Bo R s B g )
n = (19)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

Bg
g = (20)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

Bw
w = (21)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

1
e = (22)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 7 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

4. Perkirakan kinerja reservoir minyak dari tekanan reservoir Pj sampai Pj+1 dimulai dari
penentuan volume perembesan air kumulatif pada Pj+1.
Catatan :
a. Bila Pj sampai Pj+1 merupakan selang pertama dari peramalan, maka Pj merupakan
tekanan reservoir terakhir yang memiliki data produksi (Np, R, WP).
b. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pj adalah awal dari suatu selang tekanan dimana
parameter hitungan pada P = Pj diperoleh dari hasil hitungan sebelumnya.
5. Hitung I(tj+1) sesuai dengan model perembesan air yang cocok dengan kondisi aquifer.
Perhitungan I(tj+1) ini didasarkan pada persamaan (3) untuk model perembesan air mantap
dan persamaan (13) untuk model perembesan air tidak mantap :
j +1
I (t j +1 ) = t i {Po 0.5( Psi 1 + Psi )} (3)
i =1

j +1
I (t j +1 ) = Psi Q(t i ) (13)
i =1

= Ps1 Q(tj+1) + Ps2 Q(tj) + + Psj Q(t2)


+ Psj+1 Q(t1)
6. Hitung Wej+1 menggunakan persamaan :
I (t j +1 )
Wej +1 = C (23)
N
C = konstanta perembesan air (K atau B)
7. Perkirakan harga perbandingan gas-minyak sesaat (Rj+l) pada Pj+1. Perkiraan ini diperoleh
dari ekstrapolasi plot R terhadap t berdasarkan data produksi.
8. Hitung perbandingan gas-minyak rata-rata ( R ) untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1 :
R = 0.5( R j +1 + R j ) (24)

9. Perkirakan harga produksi air kumulatif (Wpj+1) berdasarkan ekstrapolasi plot Wp terhadap t
yang berasal dari data produksi dan hitung Wpj+1 :
W pj +1
W pj +1 = (25)
N
10. Hitung volume minyak (n) yang diproduksikan dalam selang tekanan Pj sampai Pj+1
dengan menggunakan persamaan (26) :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 8 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

n j nj +1 + g j gj +1 + W pj +1 W j +1 Wej +1 ej +1
n = (26)
n j +1 + R gj +1

11. Hitung produksi minyak kumulatif sejak reservoir diproduksikan sampai Pj+1 dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
nj+1 = nj + n (27)
12. Hitung saturasi minyak dalam zone minyak yang belum dirembesi air :
(1 n j +1 ) Boj +1 Vw S or
S oj +1 = (28)
Vi Vw
Wej +1 W pj +1 Bw
Vw = (29)
N (1 S wi S or )
Boi
Vi = (30)
(1 S wi )
13. Tentukan (krg/kro)j+1 berdasarkan hasil penentuan permeabilitas relatif dengan menggunakan
data produksi untuk harga saturasi minyak hasil hitungan langkah 12.
14. Hitung perbandingan gas-minyak sesaat (R*) :
o Bo
R* = Rsj +1 + (k rg / k ro ) j +1 ( ) j +1 (31)
g Bg
15. Bandingkan harga faktor perbandingan gas-minyak sesaat berdasarkan anggapan (Rj+1) dan
hasil hitungan (R*) dengan menggunakan ketidaksamaan berikut ini :

R j +1 = R *
(32)
R j +1

Catatan :
a. Dapat menggunakan = 0.01 - 0.05
b. Bila kondisi persamaan (32) tidak dipenuhi gunakan hasil hitungan faktor perbandingan
gas sesaat sebagai anggapan baru (Rj+1) dan ulangi perhitungan mulai langkah 8.
c. Bila kondisi persamaan (32) dipenuhi lanjutkan perhitungan berikut ini.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 9 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

16. Hitung produksi kumulatif minyak (Np), produksi kumulatif gas (Gp), faktor perbandingan
gas minyak kumulatif (Rp), laju produksi minyak rata-rata ( Qo ) :

a. Npj+1 = (nj + n) N (33)

b. Gpjn = Gpj + N R n (34)

= (gj + R n) N
G pj +1
c. Rpj+1 = (35)
N pj +1

Nn
d. Qo = (36)
t
t = Selang waktu di mana terjadi penurunan tekanan dari Pj sampai Pj+1
17. Lanjutkan hitungan untuk selang tekanan berikutnya dari langkah 5.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 10 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Engineering", Prentice - Hall Inc., M. J.,
1959.
2. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New York, 1978.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 11 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

5. DAFTAR SIMBOL

B = konstanta perembesan air tidak mantap, bbl/psi


Bg = faktor volume formasi gas, bbl/SCF
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = faktor volume formasi air, bbl/STB
cf = kompresibilitas batuan, psi-1
cw = kompresibilitas air, psi-1
g = produksi gas kumulatif (Gp/N), fraksi
Gp = produksi gas kumulatif, SCF
K = konstanta perembesan air mantap, bbl/psi/hari
krg = permeabilitas relatif gas, fraksi
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
n = produksi minyak kumulatif (Np/N), fraksi
N = isi minyak awal ditempat, STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
P = tekanan reservoir, psi
Ps = tekanan pada batas minyak-air awal, psia
Qo = laju produksi reservoir, STB/hari
Q(t) = faktor perembesan air, tak berdimensi
R = faktor perbandingan gas-minyak sesaat, SCF/STB
Rp = faktor perbandingan gas-minyak kumulatif (Gp/Np), SCF/STB
Rs = faktor kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
re = jari-jari batas luar aquifer, ft
rw = jari-jari batas dalam aquifer, ft
Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi
Swi = saturasi air awal, fraksi
t = waktu, hari
we = volume perembesan air kumulatif (We/N), bbl/STB
We = volume perembesan air kumulatif, bbl
wp = produksi air kumulatif (Wp/N), fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.02
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 12 / 12
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Water
Drive

Wp = produksi air kumulatif, STB


g = viskositas gas, cp
o = viskositas minyak, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 1 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

RESERVOIR BERDAYA DORONG DEPLETION

1. TUJUAN

Menentukan kinerja (performance) reservoir minyak berdaya dorong depletion di kemudian hari.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Penentuan kinerja reservoir jenis depletion dalam bentuk besaran produksi (Np, R, qo) dan
tekanan (P) sebagai fungsi dari waktu berdasarkan persamaan kesetimbangan materi (material
balance). Peramalan kinerja reservoir didahului oleh matching data produksi dengan hasil
perhitungan kesetimbangan materi. Peramalan di bawah tekanan jenuh menggunakan metode
Tracy.

2.2. PERSYARATAN
Tersedia data produksi (Np, R) serta tekanan reservoir (P) sampai peramalan dimulai, data PVT
krg
(Bo, Bg, Rs, o, g), data petrofisik ( , ko), volume minyak awal di tempat (N) dan indeks
kro
produktivitas awal (Ji). Reservoir sudah dikembangkan secara penuh dan diproduksikan melalui
sejumlah titik serap.

3. LANGKAH PEKERJAAN

Data produksi terakhir serta tekanan reservoir yang sesuai akan menentukan saat peramalan dimulai,
yaitu pada saat tekanan reservoir lebih besar atau lebih kecil dari tekanan jenuh minyak..

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 2 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

3.1. PERAMALAN DIMULAI PADA TEKANAN P > Pb


Siapkan data pendukung sesuai dengan kebutuhan yang meliputi kelompok data sebagai berikut :
1. Data Produksi :
a. Produksi minyak kumulatif (Np), STB
b. Perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
2. Data PVT :
a. Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
b. Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
c. Faktor kelarutan gas (Rs), SCF/STB
d. Viskositas minyak (o), cp
e. Viskositas gas (g), cp
3. Data Petrofisik :
a. Permeabilitas minyak relatif (kro)
b. Perbandingan permeabilitas relatif gas terhadap minyak (krg/kro)
c. Saturasi air rata-rata (Swi)
4. Jumlah sumur (Xn) yang digunakan sebagai titik serap
5. Volume minyak awal di tempat (N), STB
6. Indeks produktivitas awal rata-rata (Ji), STB/hari/psi

3.1.1. Peramalan Sampai Pb


3.1.1.1. Matching Data Produksi
1. Siapkan tabulasi data tekanan (P), produksi minyak kumulatif (Np),
permeabilitas minyak efektif (ko) dan viskositas minyak.
P
2. Dari data produksi, tekanan dan PVT yang tersedia hitung untuk setiap
Bo
harga tekanan :
P ( Pi P)
= (1)
Bo Bo
P
3. Plot Np terhadap pada kertas grafik kartesian.
Bo

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 3 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

4. Kemiringan garis lurus yang ditarik dari titik (0,0) melalui titik yang diplot
pada butir 3 adalah :
= NBoi ce (2)

3.1.1.2. Peramalan
1. Bagi selang tekanan reservoir dari tekanan awal peramalan sampai tekanan
jenuh atas kelipatan tekanan sebesar 100 - 200 psi.
2. Untuk setiap tekanan reservoir (P) lebih kecil dari tekanan awal peramalan
hitung peramalan berikut ini :
( Pi Pj +1 )
a. N *pj +1 = (3)
Bo

( oi Boi )
b. (J)j+1 = Ji (4)
( o Bo )
c. qo j+1 = (J)j (Pj+1 Pwf) (5)

N *p
d. t = (6)
( X n )q o
e. t = t (7)
dimana :
N *p = N *pj +1 N *pj (8)

t = (t j+1 t j) (9)
qo = 0.5 (qo j+1 + qo j ) (10)

Catatan :
Tekanan alir dasar sumur Pwf harus ditentukan lebih dahulu sesuai dengan
metode produksi yang akan digunakan.

3.1.2. Peramalan Mulai Pb

1. Bagi selang tekanan reservoir dari tekanan Pb, sampai tekanan abandonment (Pa) atas
kelipatan tekanan, sebesar 100 - 200 psi.
2. Untuk setiap tekanan reservoir (Pj) yang diperoleh dari butir 1 hitung nj dan gj :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 4 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

( Boj Bsj B gj )
nj = (11)
( Boj Bob ) + ( Rsi Rsj ) B gj

B gj
gj = (12)
( Boj Bob ) + ( Rs i Rsj ) B gj

3. Peramalan dimulai dari tekanan Pb sampai tekanan berikutnya (untuk memudahkan


penulisan sebut Pb = Pj dan tekanan berikutnya adalah Pj+1 , di mana Pj+1 < Pj).
4. Anggaplah harga Rj+1.
5. Hitung R :
R j +1 + R j
R= (13)
2
Catatan:
a. Untuk selang tekanan pertama dalam peramalan, dimana Pj = Pb, maka Rj = Rsi.
Sedangkan Rsj+1 dapat digunakan untuk anggapan Rj+1.
b. Untuk selang tekanan yang lain Rj adalah hasil hitungan dari selang tekanan
sebelumnya. Sedangkan harga Rj+1 diperkirakan dari ekstrapolasi plot R terhadap
P hasil perhitungan sebelumnya.
6. Hitung n berdasarkan persamaan Tracy :
1 n j nj +1 g j gj +1
n = (14)
nj +1 + R gj +1
dimana :
N pj
nj = (15)
( N N pb *)

G pj
gj = = nR (16)
( N N pb *)
nj+1 = nj + n (17)

Catatan :
a. Untuk selang tekanan pertama dalam peramalan, dimana Pj = Pb, berlaku :
nj = 0

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 5 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

gj = 0
b. Untuk selang tekanan yang lain nj dan gj diperoleh dari hasil perhitungan.
Sedangkan harga nj+1 dan gj+1 adalah :
nj+1 = nj + n (17)

gj+1 = gj + Rn (18)
7. Hitung saturasi minyak (So) pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan berikut :
Boj +1
S oj +1 = (1 n j +1 ) (1 S wi ) (19)
Bob
8. Berdasarkan harga saturasi minyak dari langkah (7) tentukan krg/kro (data petrofisik).
Bila data petrofisik tidak tersedia persamaan empiris berikut ini dapat digunakan :
k rg (1 S 2 )(1 S ) 2
= (20)
k ro S4
dimana :
So
S= (21)
(1 S wi )
9. Hitung R* pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan :
k rg o Bo
R* = Rsj +1 + (22)
k B
ro g g j +1
10. Bandingkan kedua faktor perbandingan gas-minyak sesaat yang berasal dari
anggapan (butir 4) dan hasil hitungan (butir 9) dengan menggunakan persamaan :
R * R j +1
< (23)
R*

Untuk dapat digunakan angka 0.01 - 0.5.


Bila persamaan (23) tidak terpenuhi ulang langkah perhitungan mulai butir (4)
dengan menggunakan anggapan baru.
Rj+1 = R* (24)
Bila persamaan (23) terpenuhi, maka anggapan untuk Rj+1 adalah benar dan lanjutkan
dengan langkah perhitungan berikut ini.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 6 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

11. Hitung produksi gas kumulatif pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan (18) :
gj+1 = gj + Rn (18)
12. Dengan menggunakan saturasi minyak butir (7) tentukan ko dari data petrofisik.
13. Hitung indeks produktivitas sumur (J) :

k ko
J j +1 = J i o (25)
o Bo j +1 o Bo i
14. Hitung laju produksi minyak tiap sumur :
qoj+1 = Jj+1 (Pj+1 Pwf) (5)
15. Hitung laju produksi minyak rata-rata tiap sumur untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1
:
q oj + q oj +1
qo = (10)
2
16. Hitung lama waktu produksi untuk selang tekanan Pj sampai Pj +1 :

n( N N *p ,b )
t = (26)
X n qo
17. Hitung produksi kumulatif dari tekanan jenuh sampai Pj+1 :

Pj +1
(
N p = n N N *p ,b ) (27)
Pb
18. Hitung produksi minyak kumulatif sejak reservoir diproduksikan :
NpT = Np + N *p ,b (28)

19. Hitung produksi gas kumulatif sejak reservoir diproduksikan :


GpT = N *p ,b Rsi + gj + 1 (N N *p ,b ) (29)

20. Hitung faktor perbandingan gas -minyak kumulatif :


G pT
Rp = (30)
N pT
21. Lanjutkan perhitungan untuk selang berikutnya sampai tekanan abandonment.
22. Plot Np, Gp, R, qo, P terhadap waktu pada kertas grafik kartesian.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 7 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

3.2. PERAMALAN DIMULAI PADA P < Pb


Siapkan data pendukung sesuai dengan kebutuhan yang meliputi kelompok data sebagai
tercantum pada butir (3. l).
3.2.1. Matching Data Produksi
Dalam matching ini diusahakan agar R hasil hitungan tidak berbeda dengan R dari data
produksi. Hal ini dilaksanakan dengan mengubah kurva kr /kro terhadap So.
l. Bagi selang tekanan dari tekanan jenuh reservoir (Pb) sampai tekanan awal
peramalan atas kelipatan tekanan sebesar 50 - 100 psi.
2. Untuk setiap harga tekanan seperti yang dimaksud pada butir 1, tentukan beberapa
parameter produksi dan PVT seperti berikut
a. Produksi minyak kumulatif (N *p ), STB

b. Produksi gas kumulatif (G *p ), SCF

c. Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB


d. Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
e. Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
f. Viskositas minyak (o), cp
g. Viskositas gas (g), cp
h. Faktor kelarutan gas (Rs), SCF/STB
Catatan:
Pada tekanan reservoir P = Pb, maka R = Rsi.
3. Buat tabulasi harga parameter dari butir (2) sebagai fungsi dari tekanan.
4. Untuk setiap harga tekanan dihitung :

( N *p N *p ,b )
a. n = (31)
( N N *p ,b )

Bo
b. S o = (1 n) (1 S wi ) (32)
Bob

k rg g Bo
c. = ( R Rs ) (33)
k ro B
o g
5. Plot krg/kro terhadap So pada kertas grafik semi-log dengan mencantumkan krg/kro
pada sumbu log. Ekstrapolasi kurva untuk harga So yang lain dilakukan dengan
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 8 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

memperhatikan arah kecenderungan plot krg/kro terhadap So yang berasal dari data
petrofisik, bila ada. Kurva krg/kro ini digunakan dalam peramalan kinerja reservoir.
Catatan :
Ketelitian ekstrapolasi kurva krg/kro terhadap So tergantung pada lama produksi sejak
tekanan reservoir sama dengan Pb.

3.2.2. Peramalan Kinerja Dimulai Pada P < Pb


1. Bagi selang tekanan reservoir awal peramalan sampai tekanan abandonment (Pa)
atas kelipatan tekanan sebesar 100 - 200 psi.
2. Untuk setiap tekanan reservoir (Pj) yang diperoleh dari butir 1, hitung nj dan gj
berdasarkan persamaan (11) dan (12) :
( Boj Rsj B gj )
nj = (11)
( Boj Bob ) + ( Rsi Rsj ) B gj

B gj
gj = (12)
( Boj Bob ) + ( Rs i Rsj ) B gj
3. Peramalan dimulai dari tekanan awal peramalan (Pj) sampai Pj+1. Harga parameter
produksi (N *p , R, qo) pada Pj diketahui dan berasal dari data produksi.

4. Anggaplah suatu harga untuk Rj+1. Perkiraan Rj+1 ini dapat diperoleh dari
ekstrapolasi plot R terhadap P dimulai dari tekanan jenuh.
5. ( )
Hitung faktor perbandingan gas-minyak sesaat rata-rata R untuk selang tekanan Pj
sampai Pj+1 :
R j + R j +1
R= (13)
2
Catatan :
Secara umum dapat dikatakan Rj diperoleh dari hasil hitungan untuk selang tekanan
sebelumnya.
6. Hitung pertambahan produksi n berdasarkan persamaan Tracy :
1 n j nj +1 g j gj +1
n = (14)
nj +1 + R gj +1
dimana :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 9 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

N pj
Nj = (15)
( N N *p ,b )

Npj = (N *p N *p ,b ) (34)

G pj
gj = (16)
( N N *p ,b )

Gpj = (G *pj G *p ,b ) (35)

nj+1 = nj + n (17)

7. Hitung saturasi minyak (So) pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan (19) :
Boj +1
S oj +1 = (1 n j +1 ) (1 S wi ) (19)
Bob
k rg
8. Berdasarkan harga saturasi minyak dari butir (7) tentukan krg/kro dari plot
k ro
terhadap So pada butir (5).
9. Hitung faktor perbandingan gas-minyak (R*) pada Pj+1 dengan menggunakan
persamaan (22) :
k rg o Bo
R* = Rsj +1 + (22)
k B
ro g g j +1
10. Bandingkan kedua faktor perbandingan gas-minyak sesaat yang berasal dari
anggapan (butir 4) dan hasil hitungan (butir 9) dengan menggunakan rumus (23) :
R * R j +1
< (23)
R*

Untuk dapat digunakan angka 0.01 - 0.05.


Bila persamaan (23) tidak terpenuhi, ulang langkah perhitungan mulai butir (4)
dengan menggunakan anggapan baru :
Rj+l = R* (24)
Bila persamaan (23) terpenuhi maka anggapan untuk Rj+1 adalah benar dan lanjutkan
dengan langkah perhitungan berikut ini.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 10 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

11. Hitung produksi gas kumulatif pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan :
gj+l = gj + Rn (18)
12. Dengan menggunakan saturasi minyak hasil hitungan pada butir (7) tentukan ko dari
data petrofisik.
13. Hitung indeks produktivitas sumur (J) :

k ko
J j +1 = J i o (25)
o Bo j +1 o Bo i
14. Hitung laju produksi minyak tiap sumur :
qo j+1 = Jj+1 (Pj+1 Pwf) (5)
15. Hitung laju produksi minyak rata-rata tiap sumur untuk selang tekanan Pj sampai
Pj+1 :
q oj + q oj +1
qo = (10)
2
16. Hitung lama waktu produksi untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1 :

n( N N *p ,b )
t = (26)
X n qo
17. Hitung produksi minyak kumulatif sejak awal produksi reservoir :
j +1
N pT = N *p + ( N N *p ,b ) n (36)
1

18. Hitung produksi gas kumulatif sejak awal produksi reservoir :


G pT = G *p + ( N N *p ,b ) R n (37)

19. Hitung faktor perbandingan gas-minyak kumulatif :


G pT
Rp = (38)
N pT
20. Lanjutkan perhitungan untuk selang berikutnya sampai tekanan abandonment.
21. Plot Np, Gp, qo, P terhadap waktu pada kertas grafik kartesian.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 11 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall,


Inc., N. J., 1959.
2. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New York, 1978.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 12 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

5. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume formasi gas, bbl/SCF


Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
ce = kompresibilitas efektif, psi-1
d = faktor ketelitian, fraksi
g = kemiringan kurva
Gp = produksi gas kumulatif, SCF
Gp* = produksi gas kumulatif sesuai dengan data produksi, SCF
J = indeks produksi, STB/hari/psi
krg = permeabilitas relatif gas, fraksi
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
N = isi minyak awal di tempat, STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Np* = produksi minyak kumulatif sesuai dengan data produksi, STB
P = tekanan reservoir, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
qo = laju produksi minyak, STB/hari
R = faktor perbandingan gas-minyak sesaat, SCF/STB
Rp = faktor perbandingan gas-minyak kumulatif, SCF/STB
R* = faktor perbandingan gas-minyak sesaat hasil hitungan, SCF/STB
Rs = faktor kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
Sw = saturasi air, fraksi
So = saturasi minyak, fraksi
t = waktu, hari
Xn = jumlah sumur

Subskrip :
b = titik jenuh
g = fasa gas
i = keadaan awal
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 13 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

o = fasa minyak
w = fasa air

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 14 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Persamaan kesetimbangan materi yang digunakan dalam penentuan kinerja reservoir
berdaya dorong depletion di kemudian hari diperoleh dari keseimbangan volume yang terjadi
dalam model reservoir berbentuk tanki. Keseimbangan volume ini meliputi produksi fluida
kumulatif dan volume ekspansi fluida reservoir sebagai hasil penurunan tekanan. Persamaan
ini memiliki beberapa anggapan / penyederhanaan, yaitu :
a. berdimensi nol
b. setiap perubahan tekanan di suatu titik dalam reservoir akan tersebar merata keseluruhan
reservoir
dan bentuk persamaan umumnya adalah :

( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g c w S wi + c f
[ ]
N p Bo + ( R p Rs ) B g = NBoi
Boi
+
1 S wi
( Pi P ) (39)

Peramalan kinerja reservoir yang tidak jenuh (undersaturated reservoir) dibagi atas dua
tahap, dari tekanan awal (Pi) sampai tekanan jenuh (Pb) dan dari tekanan jenuh sampai tekanan
abandonment (Pa). Persamaan (39) dapat disederhanakan sesuai dengan tahapan produksi. Pada
P Pb, berlaku Rp = Rsi = Rs, sehingga persamaan keseimbangan materi menjadi :

( B Boi ) c w S wi + c f
N p Bo = NBoi o + ( Pi P )
Boi 1 S wi
c w S wi + c f
= NBoi co + ( Pi P )
1 + S wi
= NBoi ce (Pi P) (40)
dimana :
co S oi + c w S wi + c f
ce = (41)
1 S wi
Persamaan (40) dapat disederhanakan menjadi :
( Pi P )
Np = (42)
Bo

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 15 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

= NBoi ce (2)
( Pi P) P P
Hubungan Np terhadap adalah linier dan plot Np terhadap i dari data
Bo Bo
produksi dan tekanan memberikan kemiringan garis linier yang digunakan untuk meramalkan
Np di kemudian hari, asalkan tekanan reservoir P Pb.
Hasil peramalan langsung dan persamaan keseimbangan materi menghasilkan hubungan Np
P. Mengubah hubungan ini menjadi fungsi waktu membutuhkan indeks produktivitas sumur
rata-rata (J) sesaat :
( k o / o Bo )
J = Ji (43)
( k o / o Bo ) i
Atas dasar harga indeks produksi sumur ini dihitung laju produksi bila tekanan alir dasar sumur
(Pwf) diketahui
qo = J (P Pwf) (44)
Selang waktu t yang diperlukan dalam memproduksi minyak Np melalui sejumlah sumur
produksi (Xn) sehingga tekanan reservoir berubah dari Pj menjadi Pj+l adalah :
N p
t = (45)
qo X n
dimana :
q oj + q oj +1
qo = (10)
2
Peramalan kinerja reservoir dari tekanan Pb sampai tekanan abandonment (Pa)
menggunakan persamaan keseimbangan materi yang telah disederhanakan dengan menganggap
kompresibilitas air dan batuan berpori dapat diabaikan.
[ ] [
N ( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g = N p Bo + ( R p Rs ) B g ] (46)

Penyelesaian dengan metode Tracy didasarkan pada persamaan (46) yang telah disederhanakan
dengan mendefinisikan :
Np
n=
N
N p Rp
g=
N

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 16 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

sehingga diperoleh persamaan (47) :


i = n n + g g (47)
dimana :
( Bo R s B g )
n = (48)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

Bg
g = (49)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
Dari persamaan (47) ini dijabarkan persamaan untuk menghitung produksi minyak n dari
selang tekanan Pj sampal Pj+1 :
1 n j nj +1 g j gj +1
n = (14)
nj +1 + R gj +1

dimana :
gj+1 = gj + Rn (15)
R j + R j +1
R= (13)
2
Dari persamaan (14) ini terlihat bahwa n baru dapat dihitung bila faktor perbandingan gas-

minyak sesaat rata-rata ( R ) diketahui. Faktor ini dihitung berdasarkan persamaan :


k g o Bo
R = Rs + (50)
k o g Bg

kg
Penentuan R pada Pj+1 membutuhkan yang baru diperoleh bila harga saturasi minyak pada
ko
tekanan itu diketahui dengan menggunakan persamaan :
Boj +1
S oj +1 = (1 n j +1 ) (1 S wi ) (19)
Bob

Akan tetapi nj+1 belum diketahui atau variabel inilah yang perlu dihitung. Hal inilah yang
menyebabkan penentuan n didasarkan pada uji tebak (trial and error) dengan menggunakan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.03
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 17 / 17
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Depletion

faktor perbandingan gas-minyak sesaat anggapan (R) dan hasil hitungan (R*) sebagai tolok ukur
jawaban yang tepat :
R * R
< (51)
R*
Untuk ini dapat digunakan harga 0.01.
Persamaan keseimbangan materi (46) yang digunakan dalam persamaan kinerja reservoir mulai
dari tekanan jenuh Pb mempunyai pengertian khusus, yaitu :
l. Volume minyak di tempat yang digunakan dalam persamaan adalah volume minyak yang ada
pada tekanan jenuh Pb.
2. Produksi minyak kumulatif hasil peramalan adalah volume minyak yang diperoleh sejak
tekanan jenuh Pb, sehingga perlu ditambah dengan produksi minyak kumulatif hingga Pb bila
ingin menghitung produksi minyak kumulatif sejak reservoir diproduksikan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 1/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas

RESERVOIR BERDAYA DORONG TUDUNG GAS

1. TUJUAN

Membuat prakiraan kinerja (performance) reservoir minyak berdaya dorong tudung gas (gas cap).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Penentuan kinerja reservoir minyak berdaya dorong tudung gas dalam bentuk besaran-besaran
produksi (Np, R, qo) dan tekanan (P) sebagai fungsi waktu berdasarkan persamaan
keseimbangan materi (material balance).
Prakiraan kinerja reservoir didahului oleh penyesuaian data produksi terhadap hasil
perhitungan dengan persamaan keseimbangan materi. Prakiraan kinerja ini didasarkan pada
metode Tracy.

2.2. PERSYARATAN
Tersedia data produksi (Np, R) serta tekanan reservoir (P) sampai peramalan dimulai, data
PVT (Bo, Bg, Rs, o, g), data petrofisik (krg/kro, ko), geometri reservoir (N, m) dan indeks
produktivitas (Ji). Reservoir sudah dikembangkan penuh dan diproduksikan melalui sejumlah
(Xn) titik serap. Gas yang diproduksikan bukan berasal dari tudung gas.

3. LANGKAH KERJA
3.1. SIAPKAN DATA PENDUKUNG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN YANG MELIPUTI
KELOMPOK DATA BERIKUT INI
1. Data Produksi
a. Produksi minyak kumulatif (Np), STB
b. Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
2. Data PVT
a. Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
b. Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 2/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas

c. Faktor kelarutan gas (Rs), SCF/STB


d. Viskositas minyak (o), cp
e. Viskositas gas (g), cp
3. Data Petrofisik
a. Permeabilitas minyak efektif (ko), mD
b. Perbandingan permeabilitas relatif gas terhadap minyak (krg /kro)
c. Saturasi air (Swi)
4. Geometri Reservoir
a. Isi minyak awal di tempat (N), STB
b. Perbandingan volume gas tudung gas terhadap volume minyak (m)
c. Jumlah sumur (Xn) yang digunakan sebagai titik serap

3.2. PENYESUAIAN DATA


1. Bagilah selang tekanan reservoir dari tekanan awal (Pi) sampai tekanan awal ramalan atas
kelipatan tekanan sebesar 25 psi.
2. Siapkan tabulasi data produksi (Np, R), data PVT (Bo, Bg, Rs, o, g) dan tekanan sesuai
dengan pembagian tekanan pada butir (l).
3. Untuk setiap tekanan reservoir yang diperoleh dari butir (1) hitung variabel berikut ini
k rg ( R Rs )
a. = (1)
k ro o Bo
g Bg
(1 n) Bo Pv S or
b. S o = (2)
Boi
Pv
1 S wi
m( B g / B gi 1)
Pv =
1 S wi S or
4. Plot perbandingan permeabilitas relatif (krg/kro) terhadap saturasi minyak (So) atau saturasi
cairan (So + Swi) dalam kertas grafik semi-log (krg/kro diletakkan pada skala log).
Ekstrapolasikanlah kurva tersebut untuk saturasi minyak yang lain dengan memperhatikan
kecenderungan plot krg/kro terhadap So hasil pengukuran laboratorium (bila ada).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 3/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas

3.3. RAMALAN
1. Bagilah selang tekanan reservoir dari tekanan awal ramalan sampai tekanan
abandonment (Pa) atas kelipatan tekanan sebesar 100 psi.
2. Siapkan tabulasi data PVT dan tekanan sesuai dengan pembagian tekanan pada langkah
1.
3. Untuk setiap tekanan reservoir yang diperoleh dari langkah 1, hitunglah n, g dan c :
( Bo R s B g )
n = (4)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

Bg
g = (5)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g

( B g / B gi 1)
c = (6)
( Bo Boi ) + ( Rsi Rs ) B g
4. Anggaplah suatu harga Rj+1 dan kemudian hitung harga faktor perbandingan gas-minyak
sesaat rata-rata (R) untuk selang tekanan Pj sampai Pj + 1 :
R j + R j +1
R= (7)
2
Catatan :
Untuk meramalkan produksi minyak kumulatif dan perbandingan gas-minyak sesaat
pada tekanan Pj+1, yaitu masing-masing nj+1 dan Rj+1, nj dan Rj sudah harus diketahui.
Perkiraan harga-harga nj+1 dan Rj+1 pada Pj+1 dilakukan sesuai dengan langkah yang
dimulai dari langkah 5.
5. Hitung produksi minyak (n) untuk selang tekanan Pj sampai Pj+1 dengan menggunakan
persamaan Tracy :
1 n j nj +1 g j gj +1 + m cj +1
n = (8)
nj +1 + R gj +1
Selanjutnya hitung nj+1 :
nj+1 = nj + n (9)
6. Tentukan saturasi minyak pada Pj+1 dengan menggunakan persamaan (2) dan (3).
7. Baca harga krg/kro sesuai dengan So yang diperoleh dari langkah 6 dengan menggunakan
hasil plot langkah 4 dari butir 3.2. diatas.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 4/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas

8. Hitung faktor perbandingan gas-minyak sesaat pada Pj+l dengan menggunakan persamaan
:
k rg o Bo
R* = Rsj +1 + (10)
k B
ro g g j +1
9. Bandingkan harga faktor perbandingan gas-minyak sesaat berdasarkan anggapan (Rj+1)
dan hasil hitungan (R*) dengan menggunakan ketidaksamaan berikut ini :

R j +1 R *
< (11)
R j +1

Catatan :
a. dipilih menurut ketelitian yang dikehendaki, misalnya dapat menggunakan = 0.01.
b. Bila kondisi persamaan (11) tidak dipenuhi gunakan hasil hitungan faktor perbandingan
sesaat (R*) sebagai anggapan baru (Rj+1) dan ulangi perhitungan mulai langkah (5).
c. Bila kondisi persamaan (11) terpenuhi lanjutkan perhitungan berikut ini.

10. Hitung produksi kumulatif minyak (Np), produksi kumulatif gas (Gp), laju produksi
minyak (qo) dan lama produksi (t) :
a. NPj +1 = ( n j + n) N (12)

b. GPj +1 = ( g j + Rn) N (13)

(k o o Bo ) i +1
c. J j +1 = J i (14)
(k o o Bo ) i
q o j +1 = J i +1 ( Pj +1 Pwf ) (15)

d. Qo j +1 = X n q oj+1 (16)

(Qoj + Qoj +1 )
e. Qo = (17)
2
N n
t = (18)
Qo

t = t (19)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 5/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Craft, B. C. dan Hawkins, M. F. : "Applied Petroleum Engineering", Prentice-Hall Inc., N. J.,


1959.
2. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New York, 1978.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.04
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA
Halaman : 6/6
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Berdaya Dorong Tudung
Gas

5. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume formasi gas, bbl/SCF


Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
J = indeks produksi/sumur, STB/hari/psi
krg = permeabilitas relatif gas, fraksi
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
n = produksi minyak kumulatif (Np/N), fraksi
N = isi minyak awal ditempat, STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
g = produksi gas kumulatif
Gp = produksi gas kumulatif, SCF
P = tekanan reservoir, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
qo = laju produksi minyak/sumur, STB/hari
Qo = laju produksi minyak reservoir, STB/hari
R = faktor perbandingan gas-minyak sesaat, SCF/STB
R* = R hasil hitungan
Rp = faktor perbandingan gas-minyak kumulatif, SCF/STB
Rs = faktor kelarutan gas, SCF/STB
So = saturasi minyak, fraksi
Sor = saturasi minyak tersisa, fraksi
Swi = saturasi air, fraksi
t = lama produksi
= faktor ketelitian, fraksi

Subskrip :
b = titik jenuh
i = keadaan awal
j = 1,2,3, . . . . , menunjukkan kondisi yang dikaitkan dengan tekanan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 1/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

PERAMALAN KINERJA RESERVOIR DENGAN WATER CONING SETELAH


BREAKTHROUGH PADA SUMUR VERTIKAL

Untuk menghindari terjadinya water coning beberapa metode digunakan untuk menghitung laju kritis.
Akan tetapi produksi minyak di bawah laju kritis tidaklah ekonomis karena terlalu rendah. Pada
prakteknya, sumur minyak diproduksi diatas laju kritis. Hal ini menyebabkan adanya produksi minyak
dan air.

Dalam bagian ini dibahas tentang peramalan kinerja sumur minyak jika diproduksi diatas laju kritis. Pada
kondisi ini water coning (kerucut air) terjadi dan diperlukan waktu puncak kerucut air tersebut mencapai
perforasi. Waktu ini disebut sebagai waktu tembus air (water breakthrough time). Salah satu metode yang
digunakan untuk menghitung waktu tembus air diberikan oleh Sobocinski dan Cornelius, yaitu :

oh(t D )SC
BT
t BT =
(
0.00137( w o )k v 1 + M ) (1)

dimana :

(k w )or o
M = (2)
(k o )wc w
= 0.5 untuk M < 1; 0.6 untuk 1 < M < 10. (3)

Tinggi kerucut tak berdimensi (dimensionless cone height) dihitung dengan persamaan berikut :

0.00307( w o )k h h(h h p )
z= (4)
o qo Bo

Sedangkan waktu tembus air tak berdimensi (dimensionless water breakthrough time) dapat dikorelasikan
dengan dimensionless cone height berdasarkan persamaan (5), yaitu :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 2/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

z 16 + 7 z 3 z 2
(t D )SC
BT
= (5)
4 7 2z

Prosedur perhitungan laju alir minyak dan air setelah tembus air adalah sebagai berikut :

1. Hitung dimensionless cone height dan dimensionless water breakthrough time menggunakan
persamaan (4) dan (5).
2. Hitung water breakthrough time menggunakan persamaan (1).
3. Hitung dimensionless breakthrough time, tDBT.
t DBT = t / t BT (6)

4. Hitung limiting water cut


Mhw
(WC )limit = (7)
Mhw + h

dimana :

hw = H w + H o M D (8)

h = H o (1 M D ) (9)

( )
M D = N p / N (1 S wc ) / (1 S or S wc ) (10)

5. Hitung dimensionless water cut sebagai berikut:


(WC )D = 0, jika tDBT <0.5 (11)

(WC )D = 0.29 + 0.94 log(t DBT ) , 0.5 tDBT 5.7 (12)

(WC )D = 1.0 , tDBT >5.7 (13)

6. Hitung water cut


WC = (WC )D (WC )limit (14)

7. Hitung laju air dan laju minyak


q w = WC qT (15)

q o = qT q w (16)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 3/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

DAFTAR PUSTAKA

1. Joshi, S. D. : "Horizontal Well Technology", PennWell Books Co., 1991.


2. Kuo, M. C. T. dan DesBrisay, C. L. : "A Simplified Method for Water Coning Predictions", SPE
12067, Proceeding of the 58th Annual Technical Conference and Exhibition, San Francisco, CA,
October 5-8, 1983.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 4/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB

h = ketebalan kolom minyak, ft


Ho = ketebalan zona minyak awal, ft
hp = selang perforasi, ft
hw = ketebalan zona air, ft

Hw = ketebalan zona air awal, ft

kh = permeabilitas horisontal, mD

kv = permeabilitas vertikal, mD

M = perbandingan mobilitas air-minyak

N = initial oil in place, STB


Np = kumulatif produksi minyak, STB

qo = laju produksi minyak, STB/D

qt = laju produksi total, STB/D


qw = laju produksi air, STB/D

Sor = residual oil saturation, fraksi

Swc = connate water saturation, fraksi


tBT = water breakthrough time, hari

WC = water cut, fraksi

z = dimensionless cone height


o = viskositas minyak, cp
o = berat jenis minyak, gm/cc
w = berat jenis air, gm/cc
= porositas, fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 5/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

CONTOH SOAL :
Hitung besarnya water cut dan recovery factor pada t = 330 hari untuk sumur vertikal yang berproduksi
dari reservoir dengan data berikut ini :

Ketinggian kolom minyak awal, Ho = 84 ft


Ketinggian zona air awal, Hw = 24 ft
Laju produksi total, qt = 500 STB/D
Spasi sumur (well spacing), A = 80 acres
hp = 24 ft w = 1.095 gm/cc
o = 0.861 gm/cc o = 1.44 cp
Bo = 1.102 RB/STB kh = 35 mD
kv = 3.5 mD rw = 0.29 ft
re = 1053 ft M = 3.27
= 16.4 % Sor = 0.34
Swc = 0.29

PENYELESAIAN :

1. Hitung initial oil in place:


N = A H o (1 S wc ) / (5.615 Bo )
= 80 43,560 84 (1 0.29) 0.164 / (5.615 1.102 )
= 5,505,432 STB

2. Hitung dimensionless cone height:


0.00307( w o )k h h(h h p )
z=
o q o Bo
0.00307(1.095 0.861) 35 84 (84 24)
=
1.44 500 1.102
= 0.160

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 6/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

3. Hitung dimensionless breakthrough time.


Hitung dimensionless water breakthrough time :

z 16 + 7 z 3 z 2
(t D )SC
BT
=
4 7 2z
0.160 16 + 7(0.160) 3(0.160 2 )
=
4 7 2(0.160)
= 0.102

Hitung water breakthrough time :

o h(t D )SC
BT

t BT =
0.00137( w o )k v (1 + M )
1.44 0.164 84 0.102
=
(
0.00137 (1.095 - 0.861) 3.5 1 + 3.27 0.6 )
= 594 hari

Berdasarkan persamaan (11) dan (12), walaupun pada waktu 330 hari lebih kecil dari water
breakthrough time (594 hari) water cut lebih dari 0 jika waktu produksi lebih dari setengah dari water
breakthrough time ( t > 0.5t BT , WC > 0 ). Kurang dari setengah water breakthrough time sumur

hanya berproduksi minyak ( t < 0.5t BT , WC = 0 ). Kumulatif produksi sampai pada t = 297 hari

adalah Np = 297 500 = 148,500 STB. Untuk selang waktu antara t = 297 sampai t = 330, kita
anggap qo = qt = 500 STB/D.

Hitung dimensionless breakthrough time :

t DBT = t / t BT = 330 / 594 = 0.56

4. Hitung limiting water cut


N p = 500 (330 297) = 16,500 STB

N p = N pBT + N p = 148,500 + 16,500 = 165,000 STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 7/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

M D = (N p / N )(1 S wc ) / (1 S or S wc )
165,000 1 0.29
=
5,508,432 1 0.34 0.29
= 0.05748

hw = H w + H o M D = 24 + 84 0.05748 = 28.83 ft

h = H o (1 M D ) = 84 (1 0.05748) = 79.17 ft

Limiting water cut :

Mhw
(WC )limit =
Mhw + h
3.27 28.83
= = 0.54
3.27 28.83 + 79.17

5. Hitung dimensionless water cut sebagai berikut :


(WC )D = 0.29 + 0.94 log(t DBT )
= 0.29 + 0.94log(0.56)
= 0.053

6. Hitung water cut


WC = (WC )D (WC )limit
= 0.053 0.54
= 0.029

7. Hitung laju air dan laju minyak :


q w = WC qT = 0.029 500 = 14.5 STB/D

q o = qT q w = 500 14.5 = 485.5 STB/D

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.05
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 8/8
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Water Coning

8. Bandingkan qo dengan qo anggapan :

qo qo,ang 485.5 500


= = 0.029
qo,ang 500

Jika diinginkan ketelitian yang lebih baik, maka perlu diulangi langkah 4 sampai langkah 8 dengan
harga qo anggapan yang baru :

qo + q o,ang
q o,ang =
2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 1/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

RESERVOIR DENGAN GAS CONING

PENDAHULUAN

Gas coning dan water coning adalah problem serius yang banyak dijumpai pada lapangan minyak,
terutama pada lapisan minyak yang tipis dimana air dan gas yang tidak diharapkan ikut terproduksi,
sehingga terproduksinya air dan gas tersebut menaikkan ongkos produksi, dan mengurangi efesiensi
perolehan minyak.

Salah satu sebab terjadinya coning adalah penurunan tekanan (pressure drawdown). Pada sumur vertikal
penurunan tekanan terbesar terjadi di sekitar lubang sumur, berbeda dengan sumur horizontal dimana
penurunan tekanan di sekitar lubang sumur tidak terlalu besar, sehingga kecenderungan terjadinya coning
dapat diminimalkan, dan laju produksi minyak yang tinggi dapat diterapkan. Gaya-gaya yang
menyebabkan terjadinya mekanisme water coning antara lain :
1. Gaya aliran dinamis (dynamic flow force),
2. Gaya gravitasi.

Dalam sistem water coning, gaya kemampuan alir suatu fluida (viscous forces) terjadi karena penurunan
tekanan di sekitar lubang sumur akibat produksi fluida, dan gaya gravitasi yang berasal dari perbedaan
densitas antara dua fluida bertambah sebagai akibat mengimbangi gaya kemampuan alir suatu fluida, jika
kemampuan alir suatu fluida melebihi gaya gravitasi maka coning akan terbentuk dan tumbuh menuju ke
interval perforasi hingga air terproduksi.

Dalam sistem gas coning, gaya dinamik ke bawah sebagai akibat penurunan tekanan di sekitar lubang
sumur sangat besar dan tidak bisa diimbangi oleh perbedaan berat jenis fluida antara minyak dan gas
maka gas dari atas zona minyak turun hinggak ke interval perforasi sampai gas terproduksi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 2/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

DIAGNOSTIC PLOT

Log-log plot antara WOR dengan waktu dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan produksi
dan problem mekanik yang terjadi secara efektif. Turunan dari WOR dengan waktu dapat digunakan
untuk mendeteksi terjadinya kelebihan air yang terproduksi sebagai akibat dari water coning atau
multilayer channeling.

KQRELASI - KORELASI YANG DIGUNAKAN

Korelasi - korelasi yang ada digunakan untuk memperkirakan : (1) laju alir minyak yang optimum, (2)
waktu tembus air (water breakthrough time) untuk sumur vertikal dan horizontal, dan (3) waktu tembus
gas (gas breakthrough time) untuk sumur vertikal dan horizontal.

1. Penentuan Laju Alir Minyak Kritis Sumur Vertikal


0.017 0.563 2.128
w o kv hp
Qsc ,v = 3.5026 10 6
(reD ) ( o )
0.91 0.22




(ho ) 2.717
(k h ) 0.534
1
o g kh ho
0.376 0.463
hap hbp
1 1
ho ho
dimana :
re
reD = kv / kh
ho

2. Penentuan Laju Alir Minyak Kritis Sumur Horizontal


0.158 1.234
w o kv
Qsc ,h = 2.8248 10 11
(X D ) 2.332
( o ) 0.182




(ho ) 4.753
(k h )0.2396 (L )0.211
o g kh
0.036 0.211
hap hbp
1 1
ho ho

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 3/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

dimana :
Xa
XD = kv / kh
ho

3. Penentuan Water Breakthrough Time Sumur Vertikal


0.715
1
1.47 1.49 7.23 7.202 0.927
1 1 hp hap hbp
t BT w,v = 6.22 10 4


1 1 1
q Dw,v reD M o/w ho ho ho
dimana :
651.4 o Bo q o
q Dw,v =
ho2 ( w o )k h
o k rw
M o/w =
w k ro

4. Penentuan Gas Breakthrough Time Sumur Vertikal


0.529 0.267
1 1
0.701 2.433 0.967 2.937
1 hp hap hbp
t BT g ,v = 14.558 10 2 1 1 1
q M
Dg ,v reD g /o ho ho ho
0.3805
kv

kh
dimana :
651.4 o Bo q o
q Dg ,v =
ho2 ( o g )k h

g k ro
M g/o =
o k rg

5. Penentuan Water Breakthrough Time Sumur Horizontal


0.88 0.253
1
1.094 4.675 0.929 0.5397
1 1 hap hbp ho
t BT w,h = 5.13 10 5


1 1
q Dw,h reD M o/w ho ho L kh

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 4/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

dimana :
325.86 o Bo q o
q Dw,h =
Lho k v k h ( w o )

o k rw
M o/w =
w k ro

6. Penentuan Gas Breakthrough Time Sumur Horizontal


0.514 0.796
hap
0.892
1 1
0.179 1.121 0.779 2
1 ho2 kv
t BT g ,h = 6.0587
L

1
q M
Dg ,h XD g /o kh ho
3.347
hbp
2

1
ho

dimana :
325.86 o Bo q o
q Dg ,h =
Lho k v k h ( o g )

g k ro
M g/o =
o k rg

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 5/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

DAFTAR PUSTAKA

1. Recham, R.: "Super-Critical Rate Based on Economic Recovery in Water and Gas Coning by Using
Vertical and Horizontal Well Performance ", SPE 71820, 2001.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 6/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume formasi, RB/STB


hap = tinggi kolom minyak di atas perforasi, ft
hbp = tinggi kolom minyak di bawah perforasi, ft
hp = tebal selang perforasi, ft
ho = ketebalan formasi minyak, ft
kh = permeabilitas horisontal, mD
kv = permeabilitas vertikal, mD
kro = permeabilitas relatif minyak pada Swc
krg = permeabilitas relatif gas pada (1 Sor)
L = panjang sumur horisontal, ft
Mo/w = Perbandingan mobilitas air - minyak
Mg/o = Perbandingan mobilitas minyak - gas
qo = laju alir minyak, STB/D
Qsc,v = laju alir minyak kritis sumur vertikal, STB/D
Qsc,h = laju alir minyak kritis sumur horizontal, STB/D
qD,v = dimensionless laju alir produksi sumur vertikal, tanpa satuan
qD,h = dimensionless laju alir produksi sumur horizontal, tanpa satuan
re = radius pengurasan, ft
rw = radius sumur, ft
reD = dimensionless radius pengurasan, ft
Swc = saturasi air konat
Sor = saturasi minyak residual
tBT = breakthrough time, hari
Xa = panjang pengurasan, ft
XD = dimensionless panjang pengurasan, tanpa satuan
o = viskositas minyak, cp
w = viskositas air, cp
g = viskositas gas, cp
o = densitas minyak, gm/cc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 7/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

w = densitas air, gm/cc


g = densitas gas, gm/cc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 8/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Diagnostic Plot

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 04.06
JUDUL : PRAKIRAAN KINERJA Halaman : 9/9
RESERVOIR Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Reservoir Dengan Gas Coning

Gambar 2. Sketsa Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 1 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

PERENCANAAN UJI SUMUR SECARA UMUM

1. TUJUAN
Perencanaan uji sumur (well test design) bertujuan menetapkan :
a. laju aliran selama pengujian
b. kepekaan alat perekam tekanan
c. lama waktu produksi
d. lama waktu penutupan

2. METODE DAN PERSYARATAN


Perencanaan uji sumur ini dibuat untuk sumur vertikal tanpa atau dengan perekahan hidrolik.

3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung :
a. jenis fluida (dapat dilihat pada TR.02.01)
b. viskositas fluida, (cp)
c. kompresibilitas total, ct (psi-1)
d. faktor volume formasi, B (RB/STB atau RB/Mscf)
e. tebal lapisan, h (ft)
f. jari-jari lubang bor, rw (ft)
g. perkiraan harga permeabilitas, k (mD)
h. perkiraan harga porositas,
i. perkiraan harga skin, S
j. perkiraan harga fracture half-length, xf (ft), untuk sumur dengan perekahan hidrolik
k. perkiraan jarak sumur ke boundary yang terdekat, L (ft)

Perkiraan harga faktor skin dapat diperoleh dari hasil analisa uji tekanan sumur yang dilakukan
sebelumnya di formasi yang sama dan komplesi sumur yang serupa. Untuk reservoir dengan
permeabilitas yang kecil dimana sumur tidak dapat mengalir dengan laju yang dapat terukur,
sehingga perlu dilakukan breakdown atau acid treatment, faktor skin bisa dianggap sama dengan S
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 2 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

= 1 untuk breakdown dan S = 2 untuk acid treatment. Perkiraan harga faktor skin untuk
berbagai jenis stimulasi dan komplesi ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkiraan Harga Faktor Skin untuk Berbagai Jenis Stimulasi dan Komplesi.

Type of Stimulation or S
Completion
Natural completion 0
Small acid treatment 1
Intermediate acid treatment 2
Large acid or small fracture treatment 3
Intermediate fracture treatment 4
Large fracture treatment in low- 6
permeability reservoir
Very large fracture treatment in low- 8
permeability reservoir

Jika perforasi dilakukan tidak mencakup keseluruhan netpay (partial penetration) dan sumurnya
miring, ditambahkan harga skin yang dihitung berdasarkan Tabel 2. Skin akibat partial penetration
ditunjukkan oleh Sc dan skin akibat kemiringan sumur ditunjukkan oleh S. Skin gabungan antara
kemiringan sumur dan partial penetration diberikan oleh S+c.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 3 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Tabel 2. Skin karena Partial Penetration dan Sumur Miring

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 4 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Tabel 2. (Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 5 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Tabel 2. (Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 6 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Tabel 2. (Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 7 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Perkiraan permeabilitas formasi dapat diperoleh dari data pengukuran core di laboratorium
(TR.01.02) dari sumur yang akan dilakukan uji sumur atau dari sumur yang berdekatan dalam satu
formasi. Alternatif lain adalah menggunakan hasil dari tes produksi (production test) sumur, yaitu
dengan persamaan aliran pseudosteady-state jika tes produksi mencapai kondisi stabil :

141.2qB re 3
k= ln + S (1)
h(P Pwf ) rw 4
Jika aliran belum mencapai keadaan yang stabil, maka digunakan persamaan untuk aliran
nonsteady-state, yaitu :

141.2qB rd 3
k= ln + S (2)
h(Ps Pwf ) rw 4
0.5
kt
rd = (3)
377 c
Menentukan permeabilitas formasi berdasarkan persamaan (2) dan (3)
dilakukan dengan menggunakan iterasi, seperti berikut :
a. Gunakan anggapan harga sembarang k,
b. Hitung rd berdasarkan persamaan (3),
c. Gunakan rd pada langkah (c) untuk menghitung k berdasarkan persamaan 2, bandingkan hasil
pada langkah ini dengan harga k anggapan. Jika perbedaannya cukup kecil, maka iterasi selesai
tapi jika tidak, maka gunakan harga k pada langkah ini sebagai anggapan dan lakukan kembali
langkah (b) dan selanjutnya.

Harga viskositas, faktor volume formasi dan kompresibilitas total diperoleh dari analisa fluida di
laboratorium (TR 02.04) atau berdasarkan persamaan korelasi empirik (TR 02.06).

Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing (casing ID) jika
dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes. Jika tidak ada casing, jari-jari
lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter
bit yang digunakan.

Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core. Ketebalan formasi dapat
diperkirakan dari analisa data log.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 8 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Panjang fracture untuk sumur yang direkahkan secara hidrolik dapat diperkirakan dari hasil
fracture design atau dari hasil analisa tekanan selama dilakukan perekahan hidrolik.

2. Menghitung faktor difusivitas, :


k
= (4)
3,792 ct

3. Menentukan lamanya waktu wellbore storage


a. Hitung koefisien wellbore storage
- Untuk sumur minyak atau air dengan kolom gas di dalam sumur :
C = 25.65 Awb / wb (5)
- Untuk sumur minyak, air atau gas satu fasa :
C = cwbVwb (6)
b. Hitung koefisien wellbore storage tak berdimensi :
0.8936 C
CD = (7)
ct h rw2
c. Hitung lamanya waktu wellbore storage :
rw2 C D
t wbs = (8)

= 60 + 3.5 S , untuk S -3.5 (9)
= 15 , untuk sumur dengan perekahan hidrolik (10)

4. Menentukan waktu terjadinya aliran pseudoradial pada sumur dengan perekahan hidrolik :

3 x 2f
t prf = (11)

5. Menentukan waktu terjadinya pengaruh boundary :

L2
tbe = (12)
4

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 9 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

6. Menentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai radius


investigasi yang diinginkan (untuk analisa produktivitas radius
investigasi antara 50 ft - 200 ft)

ri2
tend = (13)
4

7. Menentukan sensitivitas alat pengukur tekanan


a. Tentukan laju alir selama tes (paling besar adalah 70% dari kemampuan terbesar dari sumur)
Sumur diuji terlebih dahulu menggunakan choke dari yang terkecil sampai ke yang terbesar.
Kemudian perhatikan besar api di flare dan perhatikan kekuatan flare jika choke diperbesar.
Rate yang digunakan adalah 70% dari kemampuan terbesar sumur sesuai uji yang dilakukan
dengan berbagai ukuran choke tersebut.
b. Tentukan slope dari semilog :
qB
m = 162.6 (14)
kh
c. Tentukan perubahan tekanan yang masih teramati :
P = 0.0458 m (15)

8. Menentukan parameter perencanaan sumur


a. Waktu minimum yang diperlukan selama periode alir, tp, adalah
max(4t wbs , tend ) < t p < waktu yang tersedia (16)
b. Waktu minimum yang diperlukan selama periode penutupan, ts, adalah
max(4t wbs , tend ) < t s < min(t p , waktu yang tersedia) (17)

c. Sensitivitas alat pengukur tekanan P

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 10 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, J. dan Watenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE Inc, Richardson, Texas,
1996.
2. Economides, M.J., Hill, A.D. dan Ehlig-Economides, C. : "Petroleum Production System",
Prentice Hall, Englewood, New Jersey, 1994.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.01
Halaman : 11 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

5. DAFTAR SIMBOL

B = faktor volume formasi, RB/STB atau RB/Mscf


ct = kompresibilitas total, psi-1
h = tebal lapisan, ft
k = permeabilitas lapisan, mD
L = jarak antara sumur dengan boundary yang terdekat, ft
P = tekanan reservoir rata-rata, psia
Ps = tekanan statik dasar sumur, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
q = laju produksi atau injeksi, STB/hari atau Mscf/hari
ri = radius investigasi, ft
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = faktor skin
t = waktu, jam
xf = fracture half-length, ft
= viskositas, cp
= porositas, fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 1 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

PERENCANAAN UJI SUMUR UNTUK TIGHT GAS RESERVOIR

1. PROSEDUR DESAIN UJI ULAH TEKANAN BENTUK UNTUK SUMUR GAS SEBELUM
DIREKAHKAN (PREFRACTURE)

Prosedur berikut ini, yang didasarkan pada prinsip teoritis dan operasional yang telah
dijelaskan sebelumnya, merupakan bukti yang cukup memadai sebagai titik awal untuk desain uji
ulah tekanan bentuk sebelum direkahkan (prefracture) pada sebagian besar reservoir gas dengan
permeabilitas yang rendah (tight - k < 1 mD). Tersedianya data permeabilitas efektif gas dari hasil
perkiraan sebelum dilakukan uji sangatlah penting.
1. Diperlukan perkiraan sifat-sifat sumur dan reservoir untuk desain uji.
a. Pilih tekanan alir dasar sumur untuk periode produksi sebelum penutupan (shut-in). Pastikan
bahwa laju alir yang dihasilkan cukup besar untuk mengangkat fluida secara kontinyu dari
lubang sumur.
b. Perkirakan harga Pi dan Pwf (t = 0) dan hitung Pav = (Pi + Pwf).
c. Perkirakan sifat-sifat gas pada Pav : Bg, dan ct.
d. Perkirakan harga kg, h dan .

e. Perkirakan indeks produktivitas, J = q g /( P Pwf ) atau sebagai alternatif, Sa.

f. Perkirakan cwb = cg pada Pav dan temperatur permukaan dan dasar sumur aritmatik rata-rata
(BHT).
g. Perkirakan koefisien wellbore storage, C :
C = c wbVwb (1)

h. Perkirakan jari-jari penyerapan, re, dari jarak sumur atau panjang, L, sampai batas tak ada lagi
aliran (no-flow boundary) terdekat.

2. Perkirakan durasi dari distorsi wellbore storage, twbs.


a. Indeks produktivitas diketahui :
200C
t wbs = (2)
JB g

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 2 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

b. Indeks produktivitas tidak diketahui, kgh/ dan Sa diperkirakan :


(200,000 + 12,000S a )C
t wbs = , Sa > 0 (3)
kg h /
(Untuk Sa < 0, gunakan Sa = 0)

3. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk memperoleh jari-jari investigasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pengujian tersebut.
a. Analisa kerusakan (damage) atau stimulasi : ri = 200 ft (61 m).
b. Kondisi pada jari-jari penyerapan : ri = re.

t min = 948 ct ri / k g
2
(4)

c. Konfirmasi dari penghalang aliran suatu perkiraan jarak L dari sumur:


ri 4 L (5)

4. Perkirakan waktu, tend, dimana efek boundary akan terlihat.


a. Untuk sumur yang berada di tengah-tengah daerah penyerapan sirkular :

237 ct re
2

t end = (6)
kg
b. Untuk sumur yang berjarak L dari boundary terdekat :
948 ct L2
t end = (7)
kg

5. Pilih waktu alir untuk uji.


a. Waktu alir sebelum pengujian lebih besar dari 4twbs dan tmin.
b. Jika ri = 200 ft (61 m) tidak dapat dicapai dalam waktu yang masuk akal walaupun twbs dapat
dilampaui, harga ri yang lebih kecil dapat dipilih, tapi harus beberapa kali lebih besar dari
kedalaman kerusakan (damage) atau stimulasi yang telah diperkirakan, rs, untuk sumur yang
rusak atau mengalami proses pengasaman, misalnya ri 5 rs (dengan ri dihitung
menggunakan perkiraan sifat-sifat dalam altered zone dekat lubang sumur daripada dalam
formasi).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 3 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

6. Pilih waktu penutupan (shut-in) untuk uji ulah tekanan bentuk.


a. Waktu penutupan harus melebihi 4twbs (langkah 2) dan tmin (langkah 3).
b. Lanjutkan seperti pada langkah 5b jika ri = 200 ft (61 m) tidak dapat dicapai pada uji
penutupan dari panjang yang masuk akal.
c. Jika tmax < 4twbs untuk selama mungkin uji dilakukan, anggap suatu penutupan dasar sumur.
Sebaliknya, interpretasi uji mungkin akan didasarkan pada analisa type curve saja dan dengan
demikian bisa bermakna ganda. Juga, jika twbs > tend, penutupan dasar sumur harus
dipertimbangkan.

7. Perkirakan kemiringan dari garis lurus semilog :


162.6q g B g
m= (8)
kg h
Kemudian perkirakan perubahan tekanan antara waktu pada akhir garis lurus dengan 90% dari
waktu tersebut :
P = m log(1 / 0.90) = 0.0458m .

8. Pilih suatu pengukur tekanan yang cukup sensitif untuk merespon perubahan tekanan yang
diharapkan selama uji dilakukan.

9. Perkirakan tekanan maksimum yang ingin dijumpai dalam uji (seperti Pi).

10. Pilih suatu kisaran pengukur tekanan sehingga tekanan uji maksimum jatuh antara 60 dan 80%
dari batas tertinggi pengukur tersebut.

11. Jika memungkinkan, pilih suatu pengukur waktu pada alat pengukur yang memiliki kandungan
tersendiri sehingga sebagian besar grafik digunakan, tetapi juga agar alat pengukur tersebut hanya
digunakan satu kali selama uji dilakukan, yaitu agar tidak perlu diambil dan digunakan kembali
(sampai dengan 180 jam lamanya, diluar dimana resolusi waktu sangat kecil sehingga lebih
disukai untuk meggunakan alat pengukur itu lagi). Pengukur berurutan dua-dua sangat penting.
Satu alternatif yang sempurna pada pengukur mekanikal konvensional adalah pengukur tipe
memori (memory-type gauge).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 4 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

2. CONTOH DESAIN
Bagian ini menjabarkan prosedur yang dianjurkan untuk memperkirakan permeabilitas yang
akan digunakan pada perhitungan desain dan desain uji ulah tekanan bentuk sebelum direkahkan
(prefracture). Tabel 1 meringkas sifat-sifat yang umum untuk seluruh bagian dari contoh ini.

Perkiraan Permeabilitas Pendahuluan


Pada uji pendahuluan, suatu sumur gas pada formasi dengan permeabilitas rendah diproduksi selama
20 jam pada suatu harga BHP akhir; Pwf = 400 psia (2.8 MPa). Pada akhir dari periode produksi, laju
qg adalah 110 Mscf/D (3,115 std m3/D) dan produksi kumulatif adalah 110 Mscf/D (3,115 std m3).
Sebelum pengujian, formasi diinjeksi dengan air KCl dan perkiraan faktor skin apparent, Sa, adalah
1.0. Kita ingin memperkirakan permeabilitas efektif gas, kg.

Penyelesaian.
Waktu produksi efektif, tp, adalah
24Q g (24 hr/D)110 Mscf
tp = = = 24 jam.
qg 110 Mscf/D
Kita lanjutkan dengan prosedur perkiraan yang telah dibahas sebelumnya.
1. Perkirakan rd sebagai perkiraan pertama untuk kg = 0.1 mD :
1/ 2
kgt
rd =
377 ct
1/ 2
24k g
= 4
(377)(0.118)(0.015)(2.0 10 )
= 424 kg
= 424 (0.1)
= 134 ft.
2. Cari jawaban untuk kg :

141.2q g B g rd
kg = ln 0.75 + S a
h( Pi Pwf ) rw

(141.2)(110)(1.5)(0.015) rd
= ln 0.75 1.0
(6)(3,200 400) 0.365

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 5 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

r
= 0.0208ln d 1.75
0.365
134
= 0.0208ln 1.75
0.365
= 0.0864 mD.
3. Saring lagi perkiraan dari rd :
rd = 424 kg = (424)(0.0864) = 125 ft.
4. Saring lagi perkiraan dari kg :

125
k g = 0.0208ln 1.75 = 0.0850 mD.
0.365
5. Iterasi lagi:
rd = 424(0.0850) = 124 ft;

124
k g = 0.0208ln 1.75
0.365
= 0.0848 mD.....konvergen.
Perlu diperhatikan bahwa setelah 30 hari produksi pada BHP yang sama,
k g h( Pi Pwf )
qg =
kgt
70.6 B g ln + 2S a

1,688 ct rw
2

(0.0848)(6)(3,200 400)
=
(0.0848)(30)(24)
(70.6)(1.5)(0.015)ln 4 2
2
(1,688)(0.118)(0.015)(2.0 10 )(0.365)
= 77.6 Mscf/D.

Desain Uji Ulah Tekanan Bentuk Sebelum Perekahan (Prefracture)


Kita ingin melakukan suatu uji ulah tekanan bentuk pada sumur sebelum perekahan. Tujuan kita
adalah untuk mendesain suatu uji yang dapat menyediakan perkiraan permeabilitas formasi dan
tekanan awal reservoir. Untuk meminimumkan gas yang terbakar, operator lebih suka untuk
memproduksi sumur selama 1 hari atau kurang dan lebih suka membatasi periode penutupan sampai
kurang dari 3 hari.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 6 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

TABEL 1 SIFAT-SIFAT YANG DIGUNAKAN DALAM CONTOH DESAIN


0.118
rw, ft 0.365
Pwf, psia 400
Vwb, bbl 15
Pi, psia 3,200
, cp 0.015
Bg, RB/Mscf 1.5
h, ft 6
2.0 10
-1 -4
ct, psi
2.9 10-4
-1
cwb, psi

Penyelesaian :
Kita mulai dengan memperkirakan sifat-sifat.
1. Perkiraan sifat-sifat.
a. Perkiraan harga kg, h, dan S telah disediakan di atas. Bagaimanapun, untuk Sa < 0, kita
gunakan Sa = 0 untuk desain uji.
b. Koefisien penyimpanan lubang sumur diperkirakan dengan :
C = cwb Vwb
= (2.9 10-4)(15)
= 0.00435 bbl/psi
c. Perkiraan harga Bg, ct dan disediakan pada Tabel 1.
d. Produksikan sumur pada Pwf = 400 psia (2.8 MPa) dan asumsikan bahwa qg = 100 Mscf/D
(2832 std m3/D) dapat dipertahankan pada akhir periode alir.
e. Untuk jarak 640 acre (259 ha) :

re = A/

= (640)(43560) /
= 2979 ft.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 7 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

2. Durasi dari distorsi penyimpanan lubang sumur:


(200,000 + 12,000S a )C
t wbs =
kg h / g

=
[200,000 + (12,000)(0)](0.00435)
(0.0848)(6) /(0.015)
= 25.6 jam.

3. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelidiki jarak-jarak yang bervariasi ke arah reservoir :

t = 948 ct ri / k g
2

= (948)(0.118)(0.015)(2.0 10 4 )ri / 0.0848


2

= 0.00396 ri ,
2

dimana :
ri t
(ft) (jam)
10 0.396
50 9.9
100 39.6

4. Waktu, tend, dimana efek batas terlihat :

237ct re
2

t end =
kg

(237)(0.118)(0.015)(2.0 10 4 )(2979) 2
=
(0.0848)
= 8,780 jam.

5. Waktu alir untuk pengujian : Sumur harus dialirkan selama 4 hari, sebab 4twbs = (4)(25.6) = 102
jam atau secara mudah, 4 hari. Dengan periode alir tersebut, sekitar 150 ft (46 m) formasi akan
diselidiki di dekat lubang sumur. Laju alir sebesar 100 Mscf/D (2864 std m3/D) akan
dipertahankan pada akhir dari periode ini.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 8 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

6. Waktu penutupan : Waktu penutupan selama 4 hari juga digunakan.

7. Kemiringan garis lurus semilog :


162.6q g B g
m=
kg h

(162.6)(100)(1.5)(0.015)
=
(0.0848)(6)
= 719 psi/cycle.
Perubahan tekanan antara akhir dari pengujian (96 jam) dan waktu pada 90% durasi pengujian
(86 jam):
P = 0.0458 m
= (0.0458)(719)
= 33 psi.

8. Pengukur tekanan dengan sensitivitas secukupnya : Suatu tabung pengukur Bourdon yang biasa
cukup sensitif untuk uji ini. Pengukur lain dengan sensitivitas yang lebih besar juga dapat
diterima.

9. Untuk Pi = 3,200 psia (22 MPa), kisaran pengukur berkisar dari 4,000 sampai 5,300 psia (27.6
sampai 36.5 MPa).

10. Suatu pengukur waktu 120-jam akan dibutuhkan untuk alat pengukur.

Ringkasan
Operator tidak dapat menguji sebagaimana yang dianjurkan pada awalnya dan tetap memperoleh uji
yang layak. Bahkan, ia harus :
(1) mengalirkan sumur selama 4 hari pada Pwf = 400 psia (2.8 MPa),
(2) menutup sumur selama 4 hari, dan
(3) menggunakan tabung pengukur Bourdon dengan kisaran 4,000 psia (27.6 MPa) dan pengukur
waktu 120-jam.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 9 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Pada pengujian, distorsi penyimpanan lubang sumur akan diatasi baik pada periode alir maupun ulah
tekanan bentuk, dan efek batas tidak akan dijumpai.
Seperti telah dibahas sebelumnya, akan diperoleh cukup banyak kegunaan dari penentuan suatu harga
dari tekanan penemuan (discovery pressure), Pi, sebelum urutan uji alir/ulah tekanan bentuk
dilakukan. Waktu saat uji sebelum perekahan dilakukan bisa menjadi kesempatan terbaik untuk
menentukan Pi, yang diperlukan untuk analisa umum teknik reservoir dan lebih spesifik untuk
membantu interpretasi uji ulah tekanan bentuk sebelum perekahan. (Garis lurus semilog yang tepat
pada grafik Horner harus diekstrapolasi ke harga Pi yang diketahui). Tekanan penemuan ini dapat
diukur dengan memproduksikan sumur untuk waktu yang singkat (misalnya 5 menit) dan
menutupnya cukup lama (beberapa jam) sehingga tekanan naik sampai Pi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 10 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

3. DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, W. J. : "Pressure-Transient Test Design in Tight Gas Formations", SPE, Texas A&M U.,
1987.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.02
Halaman : 11 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

4. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume formasi gas dihitung pada Pav, RB/Mscf (res m3/std m3)
C = koefisien wellbore storage, bbl/psi (m3/MPa)
cg = kompresibilitas gas, psia-1 (Pa-1)
ct = kompresibilitas total dihitung pada Pav, psia-1 (Pa-1)
cwb = kompresibilitas gas di dalam lubang sumur, psia-1 (Pa-1)
h = ketebalan bersih, ft (m)
J = indeks produktivitas, qg( P Pwf), Mscf/D-psi (std m3/d.kPa)
kg = permeabilitas formasi gas, mD
L = jarak dari sumur ke boundary terdekat, ft (m)
P = tekanan rata-rata daerah pengurasan, psia (kPa)
Pav = tekanan rata-rata aritmatik, (Pi + Pwf), psia (kPa)
Pi = tekanan awal, psia (kPa)
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia (kPa)
Qg = produksi gas kumulatif, Mscf (std m3/d)
re = jari-jari pengurasan eksternal, ft (m)
ri = jari-jari investigasi, ft (m)
rs = jari-jari zona yang berhubungan di dekat lubang sumur, ft (m)
Sa = faktor skin apparent, S + Dqg, tak berdimensi
t = waktu, jam
tend = waktu di akhir garis lurus semilog, jam
tmax = harga waktu maksimum untuk suatu uji, jam
tmin = harga waktu minimum untuk suatu uji, jam
twbs = durasi distorsi wellbore storage, jam
Vwb = volume lubang sumur, bbl (m3)
= viskositas gas dihitung pada Pav, cp (Pa.s)
= porositas batuan reservoir, tak bersatuan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 1 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

PERENCANAAN UJI DENYUT TEKANAN RESERVOIR

1. TUJUAN
Perencanaan uji denyut tekanan reservoir (pulse test) bertujuan menetapkan :
a. laju aliran selama pengujian
b. kepekaan alat perekam tekanan
c. waktu denyut
d. panjang siklus denyut
e. lama waktu produksi

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode Kamal dan Brigham
Uji denyut dilaksanakan dengan mengirimkan denyut tekanan karena perubahan aliran di sumur
aktif dan direkam di sumur pengamat. Sumur aktif diproduksi atau diinjeksi kemudian ditutup
secara berselang. Pengaruh perubahan tekanan dipantau pada sumur pengamat yang ditutup.

2.2. PERSYARATAN
Karena perioda pendenyutan pendek, maka respon tekanan yang terpantau di sumur pengamat
biasanya kecil. Kadang-kadang perbedaan tekanan tersebut lebih kecil dari 0.01 psi, sehingga
untuk pengujian ini memerlukan alat pengukur tekanan yang sangat peka.

3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung :
a. laju aliran atau laju injeksi sumur (qo), STB/hari
b. viskositas minyak (o), cp
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
e. tebal lapisan (h), ft
f. jari-jari lubang bor (rw), ft
g. perkiraan harga permeabilitas (k), mD

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 2 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

h. perkiraan harga porositas ()


i. jarak sumur aktif ke sumur pengamat (r), ft
2. Untuk mendapatkan waktu penutupan yang pendek, maka dipilih denyut yang pendek, misalnya F1
= 0.3.
3. Dari harga F1 = 0.3 tersebut, tentukan harga maksimum F1 dan harga maksimum tL/tc dari
Gambar 2 untuk denyut genap pertama dan dari Gambar 4 untuk denyut ganjil pertama.
4. Dengan menggunakan Gambar 6 atau 8 (sesuai dengan jenis denyut yang dipilih), tentukanlah
harga (tL)D/rD2 berdasarkan harga tL/tc dari butir 3.
5. Kemudian tentukan time lag (tL) dari persamaan :

tL =
(
ct r 2 (t L ) D / rD 2 ) (1)
0.0002637 k
Panjang siklus denyut, (tc) ditentukan dari persamaan :
tL
t L = (2)
(t L / t c )
6. Waktu siklus denyut, (tp), ditentukan dari hubungan :
t P = F 1 t c (3)

P
7. Perbandingan respon amplitude dan laju aliran ditentukan dari persamaan :
q
(
P 141.2 Bo PD (t L / t c ) 2
=
) (4)
q k h (t L / t c ) 2
8. Apabila laju aliran sumur sudah ditentukan atau dibatasi oleh kondisi operasional, maka harga P
yang diperoleh menentukan kepekaan alat perekam tekanan. Atau sebaliknya, apabila kepekaan
alat pengukur tekanan terbatas, maka laju aliran yang harus ditentukan harganya.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 3 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Matthews C. S. dan Russell D. G., : "Pressure Build-Up and Flow Tests in Wells", Monograph
Volume 1, Henry L. Doherty Series, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. Lee, John : "Well Testing", SPE Textbook Series Volume 1, New York, Dallas 1982.
3. Earlougher, R. C, Jr., : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. 5, Henry L. Doherty
Series SPE - AIME, Dallas 1977.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 4 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

5. DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume minyak, bbl/STB


ct = kompresibilitas total, psi-1
Ei = fungsi eksponensial integral
h = tebal lapisan, ft
k = permeabilitas lapisan, mD
kh/ = transmissibility, mD-ft/cp
P = amplitude denyut, psig
(P)D = amplitude denyut, tak berdimensi
Pi = tekanan reservoir, psig
Pws = tekanan pada sumur pengamat, psig
q = laju produksi atau injeksi, STB/hari
r = jarak antara sumur denyut dengan sumur pengamat, ft
rw = jari-jari lubang bor, ft
rd = jarak antara sumur aktif dan sumur pengamat, tak berdimensi
t = waktu, jam
tc = panjang siklus, jam
tL = time lag, jam
(tL)D = time lag, tak berdimensi
tp = panjang denyut, jam
t1 = waktu penutupan sumur 1, jam
t2 = waktu penutupan sumur 2, jam
o = viskositas minyak, cp
= porositas, fraksi
ct h = storativity, ft/psi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 5 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Metode ini diperkenalkan oleh Johnson, Greenkorn dan Woods. Cara ini menggunakan laju
denyut pendek (short rate pulses) dari suatu sumur yang merupakan periode perubahan-
perubahan laju produksi atau laju injeksi dan penutupan sumur. Akibat denyut ini dalam hal
perubahan tekanan, diukur di dalam sumur pengamat. Karena periode denyut ini pendek dan
respon tekanannya kecil, maka diperlukan alat pengukur tekanan khusus yang mampu
mendeteksi perubahan-perubahan tekanan yang sangat kecil, misalnya 0.01 psi.
Gambar 2 memperlihatkan laju produksi denyut yang dikirimkan oleh sumur aktif serta
respon tekanan yang diterima di sumur pengamat. Pada gambar ini diperlihatkan pula adanya
ketinggalan waktu (tL) dan respon amplitude dengan (P).
Dasar persamaan matematika dari uji denyut adalah persamaan aliran fluida di dalam media
berpori dengan arah radial. Adanya perubahan-perubahan laju aliran pada sumur pengamat dapat
diturunkan dengan cara superposisi sehingga mendapatkan persamaan sebagai berikut :

Pws = Pi
( )
70.6 B q PD (t L / t c ) 2 S r 2
E E


S r2
+ E


S r2
(5)
i i i
k h (t L / t c ) 4(t - t1 ) 4T (t t1 t 2 )
2
4Tt
dimana :
T = transmissibility = kh/
S = storativity = h c
t1 = lama waktu suraur diinjeksi/diproduksikan
t2 = lama waktu sumur ditutup
r = jarak dari sumur pengamat ke sumur aktif
Pi = tekanan reservoir
Dari persamaan (5) terlihat bahwa besarnya respon adalah fungsi dari transmissibility (T) dan
storativity (S). Sehingga apabila diketahui karakteristik dari respon denyutan, maka dapat
dihitung harga T dan S tersebut.

6.1.1. Metode Analisa


Metode analisa uji ini telah dikembangkan pertama oleh Johnson-Greenkorn Woods
dan Brigham-Kamal. Metode Kamal-Brigham adalah yang paling mudah dan sederhana
sedangkan yang lain harus menggunakan package program computer.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 6 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Metode Kamal-Brigham menggunakan beberapa definisi dan persamaan, yaitu ;


t p
a. F1 = (6)
t c
dimana :
F1 adalah perbandingan antara panjang denyut (tp) dan panjang siklus (tc)
seperti terlihat pada Gambar 1.
0.0002637k t L
b. (t L ) D = (7)
ct rw 2
(tL)D adalah ketinggalan waktu (lag time)
r
c. rD = (8)
rw
rD adalah jarak tak berdimensi antar sumur aktif ke sumur pengamat.
k h P
d. PD = (9)
141.2 q B
PD adalah amplitude respon tekanan tak berdimensi dan q adalah laju aliran
produksi dari sumur pendenyut. Hubungan antara respon amplitude dengan (tL/tc2) vs
tp/tc untuk denyut genap atau denyut ganjil terlihat pada Gambar 3, 4, 5 atau 8. Dari
hubungan-hubungan ini Kamal-Brigham mendapatkan persamaan untuk permeabilitas
lapisan (k) sebagai berikut :
141.2 q B (PD (t L / t c ) 2 )
k= (10)
h P(t L / t c ) 2
dimana P dan tL adalah respon pada sumur pengamat, tc panjang siklus sumur aktif dan
(PD) (tL/tc)2 dari Gambar 3 untuk harga tL/tc dan F1 yang sesuai.
Setelah harga k diperoleh, maka ct dihitung dari hubungan :
0.0002637 k B t L
ct =
(
r 2 (t L ) D / rD
2
) (11)

dimana harga ((tL)D/rD2) diperoleh dari grafik Gambar 6, 7, 9 atau 10 disesuaikan dengan
jenis denyut yang dipilih.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 7 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

6.1.2. Perencanaan Uji Denyut


Untuk mendapatkan hasil uji yang optimum perlu suatu perencanaan uji berdasarkan
pengandaian sifat-sifat batuan dan fluida reservoir yang akan diuji dengan mengingat pula
kondisi sumur yang akan dipergunakan untuk pengujian. Untuk mendapatkan waktu
penutupan yang pendek, maka dipilih denyut yang pendek, yaitu harga F1 = 0.3.
Dengan menggunakan grafik-grafik Gambar 3 s/d 10, tentukan harga maksimum
PD(tL/tc)2 untuk pulse yang sesuai. Kemudian baca harga tL/tc dan harga (tL)D/rD2.
Ketinggalan waktu (tL) dapat dihitung dari persamaan (11) dan tc dari hubungan :
tc = tL/(tL/tcs) (12)
sedangkan waktu penutupan (t) dari hubungan :
tp = F1 tc (13)

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Perhitungan Perencanaan Uji Denyut
Uji denyut akan dilakukan pada suatu reservoir minyak dengan menggunakan satu sumur
aktif dan satu sumur pengamat yang berjarak 660 ft. Perkiraan sifat-sifat fluida dan
batuan reservoir adalah sebagai berikut :
k = 200 mD
= 3 cp
h = 25 ft
r = 660 ft
ct = 10 10-6 psi-1
= 0.18
Bo = 1.1 bbl/STB

Penyelesaian :
1. Dipilih denyut genap pertama (first even pulse) dengan F1 = 0.3.
2. Berdasarkan F1 = 0.3, lihat Gambar 3 akan diperoleh :
[PD(tL/tc) maksimum = 0.0042
tL/tc maksimum = 0.33
3. Dari Gambar 7 dan besaran-besaran dari butir 2 diperoleh :
(tL)D/rD2 = 0.122
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 8 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

4. Hitung time lag (tL) :

tL =
(
ct r 2 (t L ) D / rD 2 )
0.0002637 k
(0.18)(10 10 6 )(3)(660) 2 (0.122)
=
0.0002637 (200)
Hitung panjang siklus denyut (tc) :
tc = tL/(tL/tc) = 5.4/0.33 = 16.4 jam
5. Hitung waktu siklus denyut (tp)
tp = F1 tc = (0.3)(16.4) = 4.9 jam
P
6. Hitung
q

(
P 141.2 Bo PD (t L / t c ) 2
=
)
q k h (t L / t c ) 2
141.2(25)(3)(0.0042)
=
(200)(25)(0.33) 2
= 3.6 10 3
7. Apabila laju aliran dibatasi oleh kondisi operasi, misalnya sebesar 100 STB/hari,
maka P = 0.36 psi. Berarti dibutuhkan alat perekam tekanan dengan kepekaan 0.01
psi.
8. Kesimpulan :
Untuk laju produksi = 100 STB/hari, maka panjang siklus pendenyutan tc = 16.4
jam.
Waktu denyut (lamanya menutup sumur) = 4.9 jam.
Lama memproduksikan sumur = (16.4 4.9) = 11.5 jam.
Maka diharapkan amplitude tekanan maksimum (P) = 0.36 psi.
Timelag yang terjadi = 5.4 jam.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 9 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 10 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 11 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 12 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 13 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 14 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 15 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 16 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 17 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 18 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.01.03
Halaman : 19 / 19
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perencanaan Uji Sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 1 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

IDENTIFIKASI MODEL RESERVOIR

1. TUJUAN

Mengetahui model-model reservoir dari hasil Uji Buildup.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode ini menggunakan karakteristik sifat-sifat tekanan yang ditunjukkan berupa plot dari
rezim aliran yang merupakan hasil dari Uji Buildup.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini hanya berlaku untuk Uji Buildup.

3. LANGKAH KERJA
1. Dengan menggunakan metode-metode yang telah dibicarakan pada Pedoman Kerja yang
bersangkutan, plot t(dPa/dta) vs ta dan Pa vs ta untuk uji drawdown. Untuk uji buildup, waktu
ekivalen, tae, harus dihitung dan digunakan dalam fungsi plot. Sebagai tambahan, siapkan suatu
grafik khusus dari model reservoir untuk digunakan sebagai pembanding hasil plot.
2. Seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar di Lampiran, lakukan pemilihan awal
menggunakan type curve derivative (PK No. TR 05.08). Analisa awal ini dibagi menjadi bagian
waktu awal-, pertengahan- dan akhir-. Dari karakteristik bentuk kurva derivative yang dibahas
sebelumnya, analisa waktu-awal menunjukkan kehadiran dari pengaruh wellbore storage dan skin.
Hampir serupa, analisa waktu-pertengahan menunjukkan apakah reservoir bersifat homogen atau
memiliki heterogenitas. Pada akhirnya, jika uji dilakukan cukup lama, analisa waktu-akhir akan
memberikan informasi mengenai batas-batas reservoir (reservoir boundaries).
3. Dengan menggunakan ketiga teknik plotting (terutama grafik, plot log-log dari data tekanan/waktu
dan plot log-log dari data derivative tekanan), konfirmasikan hasil awal dari langkah (2).
Perhatikan bahwa tiap teknik plotting memberikan respon tekanan yang unik. Bagaimanapun,
daripada hanya mengandalkan satu plot, gunakan ketiga plot tersebut sebelum memilih suatu
model reservoir.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 2 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE, Richardson, TX, 1996.
2. Horne, R. N. : "Modern Well Test Analysis", Petro Inc., Second Edition, Palo Alto, CA, 1995.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 3 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

5. DAFTAR SIMBOL

Pa = adjusted pressure, psi


ta = adjusted time, jam
tae = adjusted equivalent time, jam

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 4 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Pada PK (Pedoman Kerja) yang bersangkutan telah diberikan teknik analisa untuk uji
transien-tekanan pada sumur gas. Untuk setiap teknik, kita telah membuat asumsi implisit bahwa
kita mengetahui model reservoir yang tepat untuk digunakan dalam analisa. Pada beberapa
kasus, para teknisi mungkin tidak memiliki informasi yang cukup untuk dapat menentukan
model reservoir, terutama pada lapangan yang baru ditemukan. Untungnya, sumur memberikan
respon karakteristik tekanan yang bervariasi tergantung pada kondisi di sekitar lubang sumur dan
heterogenitas pada daerah pengurasan dari sumur. Bahkan, dasar dari setiap teknik analisa adalah
pengenalan dari bentuk kurva yang mewakili beberapa model reservoir. Sebagai contoh,
karakteristik bentuk aliran dari rekahan konduktivitas-terbatas (finite-conductivity) adalah aliran
bilinear. Selama aliran bilinear, plot log-log dari (Pi Pwf) vs waktu alir, t, memberikan suatu
garis lurus yang memiliki kemiringan 1.
Sebagai contoh lain, pertimbangkan pemakaian type curve untuk analisa uji sumur. Prinsip
dasarnya adalah, jika suatu plot dari data uji memberikan bentuk yang sama seperti pada type
curve di seluruh daerah waktu, maka reservoir tersebut bertipe sama dengan yang
dikarakterisasikan oleh type curve tersebut. Sayangnya, prinsip ini tidak mutlak. Tipe reservoir
yang berbeda kadang memberikan bentuk dasar yang serupa pada plot type curve. Sebagai
tambahan, baik plot semilog maupun log-log dari data tekanan/waktu seringkali tidak sensitif
terhadap karakteristik perubahan tekanan dari suatu model reservoir yang spesifik. Sebagai
alternatif dari plot tekanan/waktu, derivative tekanan seringkali digunakan secara spesifik untuk
mengidentifikasi tipe-tipe reservoir.
Bahkan, type curve derivative adalah type curve yang paling definitif untuk mengidentifikasi
tipe reservoir. Ia dapat mengidentifikasi secara tidak kentara perubahan karakteristik dalam
kemiringan yang mungkin tertutup atau tidak tampak pada type curve tekanan/waktu.
Bagaimanapun juga, baik type curve derivative maupun tekanan/waktu, lebih baik daripada
grafik semilog untuk mengidentifikasi tipe reservoir. Suatu type curve mencakup seluruh daerah
waktu, sedangkan pada plot semilog kita biasanya hanya memeriksa garis lurus semilog (daerah
waktu-pertengahan). Lebih jauh lagi, analisa semilog umumnya mengasumsikan suatu reservoir
yang homogen, sedangkan type curve menggambarkan tipe reservoir yang umum.
Pendekatan terbaik untuk mengidentifikasikan model reservoir yang tepat melibatkan tiga
teknik plotting yang utama : type curve yang biasa, type curve derivative dan "grafik khusus"

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 5 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

untuk suatu uji. Sifat-sifat dapat diperoleh dari suatu "grafik khusus" ketika garis lurus terbentuk
selama daerah waktu tertentu. Grafik ini meliputi plot Horner untuk reservoir homogen, plot akar
pangkat dua dari waktu untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas tinggi dan plot akar
pangkat empat dari waktu untuk sumur dengan rekahan berkonduktivitas rendah. Ketika
reservoir sudah teridentifikasi dengan benar, ketiga plot tersebut akan mengkonfirmasikan atau
setidaknya konsisten dengan tipe reservoir hipotesis. Kini kita mempertimbangkan karakteristik
spesifik dari type curve derivative yang berguna untuk mengidentifikasi tipe reservoir dari uji
transien tekanan di sumur gas.
1. Nilai maksimum pada kurva pada waktu awal menunjukkan wellbore storage dan skin. Makin
besar nilai maksimumnya, makin luas kerusakan sumur. Sebaliknya, ketidakhadiran dari nilai
maksimum menyarankan sumur yang sudah terstimulasi (misalnya diasamkan atau
direkahkan).
2. Nilai minimum pada kurva pada waktu pertengahan menunjukkan penyimpangan dari sifat
reservoir homogen (misal heterogenitas reservoir). Contoh-contoh meliputi dual-porosity
(rekah alami) atau layered reservoir.
3. Stabilisasi atau kelandaian pada waktu akhir menunjukkan aliran radial dan berhubungan
dengan garis lurus semilog pada grafik semilog. Setelah kita bisa mengidentifikasikan daerah
ini pada plot derivative, kita dapat memperkirakan permeabilitas dan faktor skin
menggunakan analisa semilog.
4. Kecenderungan ke arah atas atau bawah dari data pada akhir uji menunjukkan kehadiran batas
reservoir. Kecenderungan ke arah atas adalah karakteristik dari satu atau lebih batas yang
bersimpangan dengan reservoir masih terbuka setidaknya pada satu arah. Contoh dari situasi
ini adalah satu sumur terletak di tengah-tengah reservoir rectangular. Hampir serupa dengan
ini, kecenderungan ke arah bawah pada uji buildup menunjukkan tutupan reservoir; semua
batas, baik tidak ada aliran maupun tekanan konstan mempengaruhi transien tekanan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 6 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

6.2. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1a. Tampilan Rezim Aliran yang Umum pada Diagnostik log-log, Plot Horner dan Spesial

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 7 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

Gambar 1b. Tampilan Rezim Aliran yang Umum pada Diagnostik log-log, Plot Horner dan Spesial
(Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 8 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

Gambar 2a. Tipikal Respon yang Diberikan oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative dari
Hasil Well Test

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 9 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

Gambar 2b. Tipikal Respon yang Diberikan oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative dari
Hasil Well Test (Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.02
Halaman : 10 / 10
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Identifikasi Model Reservoir

Gambar 2c. Tipikal Respon yang Diberikan oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative dari
Hasil Well Test (Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.03
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 1/3
SUB JUDUL : Teknik Uji Sumur Pada Tahap Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Eksplorasi

TEKNIK UJI SUMUR PADA TAHAP EKSPLORASI

1. TUJUAN
Tujuan dari uji sumur pada tahap eksplorasi diantaranya adalah untuk :
Mengetahui tekanan reservoir,
Mengetahui batas antar fluida,
Mengambil contoh fluida reservoir,
Menentukan deliverability,
Menentukan permeabilitas, dan
Kerusakan formasi

2. JENIS-JENIS TEKNIK UJI SUMUR


Teknik uji sumur yang dilakukan pada tahap eksplorasi adalah :
Drill Stem Test (DST)
Formation Tester (RFT dan MDT)

Drill Stem Test (DST)


Drill Stem Test membutuhkan waktu testing yang cukup lama. Teknik ini sangat baik untuk
menentukan deliverability sumur dan menentukan permeabilitas formasi, karena aliran dari formasi
cenderung horisontal sehingga radial flow dapat lebih mudah dikenali dari data tes. Kelemahan dari
teknik ini adalah waktu testing yang cukup lama dan contoh fluida yang diambil pada umumnya tidak
valid untuk analisa PVT.

Formation Tester
Formation tester digunakan untuk :
! Mengetahui profil tekanan secara vertikal.
! Menentukan permeabilitas vertikal.
! Mengambil contoh fluida.
Volume contoh fluida yang diambil tidak sebanyak yang diperoleh dengan menggunakan Drill
Stem Test.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.03
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 2/3
SUB JUDUL : Teknik Uji Sumur Pada Tahap Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Eksplorasi

! Menentukan permeabilitas.
Karena interval tes-nya kecil, aliran yang terjadi adalah spherical flow sebelum batas atas dan
bawah reservoir tercapai. Pada saat ini permeabilitas formasi tidak dapat ditentukan dari data tes.
Karena durasinya yang singkat, permeabilitas formasi yang ditentukan pun adalah permeabilitas
yang telah dipengaruhi oleh filtrat lumpur pemboran.
Faktor skin yang diperoleh dipengaruhi oleh skin geometrik akibat spherical flow.
Biaya tes cukup murah dibandingkan dengan DST.
Jika ditujukan untuk menentukan permeabilitas, formation tester baik untuk lapisan yang tipis.
Rate selama tes sebaiknya sebesar mungkin agar pressure drawdown cukup besar. Hal ini karena
resoulsi gauge-nya yang terbatas.
Pump rate-nya terbatas.

Modular Dynamic Tester


Merupakan salah satu varian dari formation tester.
Menggunakan multiple module yang memberikan keuntungan :
! Pengukuran tekanan formasi dan uji formasi yang tidak terbatas.
! Pengambilan multiple fluid sampling.
Memberikan keuntungan yang lebih dibanding RFT untuk :
! Formasi yang terdiri dari laminasi banyak lapisan-lapisan tipis.
! Formasi dengan permeabilitas rendah.
! Formasi rekah alami.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.03
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 3/3
SUB JUDUL : Teknik Uji Sumur Pada Tahap Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Eksplorasi

3. DAFTAR PUSTAKA

1. Murphy, W. C. : Formation Evaluation from a Drill-Stem Test An Aid to Stimulation Design,


SPE 1553, Proceeding of The Annual Fall Meeting of SPE, 1966.
2. Farley, D. L., Jeffords, C. M., dan Holden, J. : Second Generation Drill Stem Test Assemblies for
Floating Vessels, SPE 5229; Proceeding of Offshore Technology Conference, TX, May 6-8, 1974.
3. Zainun, K. dan Trice, M. L. : Optimized Exploration Resource Evaluation Using the MDT Tool,
SPE 29270; Proceeding of The SPE Asia Pacific Oil & Gas Conference, Kuala Lumpur, Malaysia,
20-22 March 1995.
4. Kuchuk, F. J. : Interval Pressure Transient Testing with MDT Packer-Probe Module in Horizontal
Wells, SPE 39523; Proceeding of The SPE India Oil and Gas Conference and Exhibition, New
Delhi, India, 17-19 February 1998.
5. Frimann-Dahl, C., Irvine-Fortescue, J., Rokke, E., Vik, S., dan Wahl, O. : Formation Testers vs
DST - The Cost Effective Use of Transient Analysis to Get Reservoir Parameters, SPE 48962;
Proceeding of The SPE Annual Technical Conference and Exhibition, New Orleans, Lousiana, 27-
30 September 1998.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 1 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

ANALISA HASIL UJI DRAWDOWN (UDD) DAN UJI LIMIT RESERVOIR

1. TUJUAN

1. Menentukan permeabilitas formasi (k)


2. Menentukan faktor skin (S)
3. Menentukan volume pori yang terisi fluida reservoir (Liquid Filled Pore Volume, Vp)
4. Menentukan bentuk (shape) daerah pengurasan

Berdasarkan hasil uji drawdown dan uji limit reservoir butir 3 dan 4 dapat dilakukan apabila
pengujian ini mencapai periode semi mantap.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Analisa hasil uji drawdown dapat menggunakan tiga metode, yaitu :
1. Analisa data periode transien.
2. Analisa data periode transien lanjut.
3. Analisa data periode semi mantap.

Metode ini berlaku untuk reservoir yang homogen, isotropik dan anggapan lain yang sama
dengan anggapan analisa UTB.

2.2. PERSYARATAN
2.2.1. Persyaratan analisa data periode transien :

Cre 2
t<
0.000264 k (1)

2.2.2. Persyaratan analisa data periode transien lanjut :

Cre 2 Cre 2
<t<
0.000264 k 0.00088 k (2)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 2 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

2.2.3. Persyaratan analisa data periode semi mantap :

Cre 2
t>
0.00088 k (3)

2.2.4. Tekanan hasil pembacaan pressure gauge dikoreksi sebagai berikut :


Pwf = G wb L gp + Gres L pd + Patm
dimana:
Pwf = tekanan dasar sumur pada kedalaman datum, psia
Gwb = gradien tekanan fluida di sumur, psi/ft
Gres = gradien tekanan fluida di reservoir, psi/ft
Lgp = jarak antara gauge dengan tengah-tengah perforasi, ft
Lpd = jarak antara tengah-tengah perforasi dengan datum, ft
Gradien tekanan fluida di dalam sumur adalah harga gradien fluida yang diambil paling
dekat dengan perforasi. Kedalaman datum adalah kedalaman referensi yang menjadi acuan
untuk perhitungan tekanan reservoir rata-rata dan tekanan awal reservoir. Gradien tekanan
gas pada kondisi tekanan dan temperatur dasar sumur kurang lebih 0.1 psi/ft. Gradien
tekanan air kurang lebih 0.465 psi/ft. Sedangkan gradien tekanan minyak dipengaruhi oleh
derajat API-nya.

3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA UDD UNTUK KONDISI RESERVOIR DI ATAS TEKANAN JENUH
3.1.1. Langkah Kerja Periode Transien
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. perkiraan akhir waktu aliran transien (ti)
g. perkiraan harga permeabilitas formasi (k), mD
h. perkiraan harga jari-jari pengurasan (re), ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 3 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

2. Buat tabel data uji : t, Pwf dan (Pi Pwf ), dimana Pi adalah tekanan dasar sumur sesaat
sebelum sumur diproduksikan.
3. Plot (Pi Pwf) terhadap t pada kertas log-log. Garis lurus dengan sudut kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Pada garis

ini (kalau ada) tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log-cycle dari
4
titik tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore
storage.
4. Plot Pwf terhadap log t pada kertas semi log. Garis lurus yang diperoleh pada data yang
bebas dari wellbore storage effects menunjukkan periode transien. Tentukan kemiringan
garis lurus (m) tersebut.
5. Hitung permeabilitas (k) dari persamaan berikut :
162.6 q B
k=
mh (4)
6. Tentukan harga Pws pada waktu t = 1 jam dari garis lurus seperti dinyatakan pada butir
4. Kemudian hitung harga faktor skin (S) dengan rumus :

P P k
S = 1.15 1 1hr log + 3.23

Crw
2
m (5)

3.1.2. Langkah Kerja Periode Transien Lanjut


1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. porositas ()
f. tekanan reservoir sesaat sebelum sumur diproduksikan, psi
2. Dari 3.1.1 butir 4 (langkah kerja periode transien) tentukan akhir periode transien tlt.
3. Plot Pwf terhadap t pada kertas grafik kartesian untuk data setelah tlt. Garis lurus yang
diperoleh menunjukkan perioda semi mantap diawali dari waktu tpss.
Data antara waktu tlt dan tpss (bila ada) menunjukkan perioda transien 1anjut.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 4 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

4. Plot log (Pws P) sebagai sumbu tegak terhadap waktu (tlt s/d tpss) pada kertas semi log

dengan mengambil beberapa harga P , sehingga diperoleh plot garis lurus. Harga ( P
Pwf) untuk waktu tpss adalah harga P yang pertama dicoba.

5. Apabila pengandaian harga P terlalu besar akan menghasilkan kurva yang melengkung

ke arah atas dan sebaliknya untuk harga P terlalu kecil akan menghasilkan kurva yang
melengkung ke bawah.
6. Dari garis lurus yang diperoleh pada butir 5, tentukan harga kemiringan () dan baca
harga titik potong garis tersebut dengan sumbu tegak (b).
7. Berdasarkan harga dan b tentukan harga permeabilitas (k) menurut persamaan:
118.6q B
k= (6)
bh
8. Hitung harga Liquid Filled Pore Volume (Vp) menurut :
qB
V p = 0.115 (7)
b ct
9. Hitung harga faktor skin dengan persamaan :

P P re 3
S = 0.84 1 ln + (8)
b rw 4

3.1.3. Langkah Kerja Periode Semi Mantap


1. Persiapkan data untuk analisa sama seperti analisa transien lanjut.
2. Dari 3.1.2 butir 3 tentukan harga kemiringan garis tersebut (L).
3. Hitung harga volume pori yang berisi fluida reservoir (Vp) dengan menggunakan
persamaan :
qB
V p = 0.0418 (9)
LC

3.1.4. Langkah Kerja Menentukan Bentuk Daerah Pengurasan


1. Dari 3.1.1 butir 3 (UDD periode transien) tentukan harga Pwf saat t = 1 jam pada garis
lurus.
2. Dari 3.1.2 butir 3 (UDD periode transien lanjut) tentukan harga titik potong
perpanjangan garis lurus dengan sumbu tegak (Pint).
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 5 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

3. Hitung CA dan (tDA)pss dari persamaan-persamaan di bawah ini :

m P1 jam Pint
C A = 5.456 anti log (10)
L m

L
(t DA ) pss = 0.1833 t pss (11)
m

4. Cocokkan harga CA dan (tDA)pss hasil perhitungan dengan harga CA (lajur 1) dan (tDA)pss
(lajur 4) pada Tabel 1 untuk mendapatkan bentuk daerah pengurasan.

Bentuk daerah pengurasan selama pengujian berlangsung dapat diperkirakan dengan


menggunakan Dietz Shape Factor (CA) pada Tabel 1. Untuk menentukan harga CA, yaitu
periode transien dan semi mantap harus dicapai.

3.2. ANALISA UDD UNTUK KONDISI RESERVOIR DI BAWAH TEKANAN JENUH


Seperti halnya analisa UTB reservoir di bawah tekanan jenuh, maka analisa pada kondisi ini
tidak berbeda dengan analisa UDD untuk kondisi reservoir di atas tekanan jenuh, dengan catatan
bahwa yang digunakan adalah harga mobilitas total (k/)t dan kompresibilitas total (ct).
Fasa minyak biasanya menjadi tujuan utama, maka hanya analisa laju minyak yang
digunakan, sehingga harga permeabilitas yang diperoleh adalah harga permeabilitas efektif
minyak.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 6 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Matthews C. S. dan Russell D. G. : "Pressure Build-Up and Tests In Wells", Monograph Volume 1,
Henry L. Doherty Series, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. Lee, John : "Well Testing", SPE Textbook Series Vol. I, New York, Dallas, 1982.
3. Earlougher, R. C., Jr. : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. V, Henry L. Doherty
Series, SPE - AIME, Dallas, 1977.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 7 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

5. DAFTAR SIMBOL

b = perpotongan kurva log (Pwf P) vs t pada sumbu tegak, psia


Bg = faktor volume formasi gas, cuft/MSCF
Bgi = factor volume formasi gas mula-mula, cuft/SCF
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = faktor volume formasi air, bbl/STB
CA = Dietz Shape Factor
cf = kompresibilitas formasi, psi-1
cg = kompresibilitas gas, psi-1
co = kompresibilitas minyak, psi-1
ct = kompresibilitas total, psi-1
cw = kompresibilitas air, psi-1
h = tebal lapisan, ft
k = permeabilitas, mD
m = kemiringan garis lurus drawdown pada perioda transien, psi/cycle
P = tekanan reservoir, psia
P1hr = Pwf pada saat t = 1 jam, psia
Pi = tekanan mula-mula, psi
Pint = tekanan hasil ekstrapolasi garis linier memotong sumbu tegak dalam kertas grafik
kartesian, psi
Psc = tekanan kondisi standar, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur selama pengujian, psi
qg = laju aliran produksi gas, MSCF/hari
qo = laju aliran produksi minyak, STB/hari
qw = laju aliran produksi air, STB/hari
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari lubang bor, ft
S' = apparent skin factor, tak bersatuan
S = skin factor, tak bersatuan
t = waktu lama pengujian yang berjalan, jam
T = temperatur, R

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 8 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

Tsc = temperatur kondisi standar, R


Vp = Liquid Filled Pore Volume, bbl
g = viskositas gas, cp
o = viskositas minyak, cp
w = viskositas air, cp
= kemiringan kurva plot (Pwf P) vs t, cycle/jam
L = kemiringan kurva pada plot periode semi mantap, psi/jam
= porositas, fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 9 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG UJI DRAWDOWN DAN UJI LIMIT RESERVOIR
Pengujian dilakukan dengan merekam tekanan alir di dasar sumur (Pwf) untuk laju produksi sumur
yang tetap. Uji ini terbaik dilakukan untuk sumur baru, sumur yang telah lama ditutup dan sumur
yang ditutup karena UTB sehingga sekaligus dapat untuk konfirmasi hasil UTB tersebut. Analisa
uji drawdown mungkin dilakukan pada tahap-tahap berikut :
1. Periode transien.
2. Periode transien lanjut (late transient).
3. Periode semi mantap (semi steady state). Pengujian yang mencapai periode semi mantap
dikenal dengan istilah Reservoir Limit Test.
Ketiga periode tersebut digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. PLOT Pwf TERHADAP t - PERIODE TRANSIEN

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 10 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

6.2. CONTOH ANALISA UDD


6.2.1. Analisa Pada Periode Transien
1. Data pendukung untuk analisa :
q = 800 STB/hari
= 1 cp
= 0.14
h = 8 ft
rw = 0.33 ft
-6
c = 17.7 10 psi-1
Bo = 125 bbl/STB
Pi = 1,895 psig
Data hasil pengujian Pwf vs t dapat dilihat pada Tabel 1.

2. Plot antara Pwf vs t terlampir pada Gambar 1 ternyata plot tekanan terhadap waktu
sampai 2 jam berbentuk garis lurus, periode ini disebut periode transien.
Kemiringan garis lurus tersebut dibaca per log cycle, yaitu : m = 212 psi/cycle. Harga
permeabilitas :
162.6 q B
k=
mh
162.6 (80)(1.0)(1.25)
=
(212)(8)
= 96 mD

3. Dari garis lurus semi log :

P P1hr k
S = 1.15 1 log + 3.23

C rw
2
m
(1,895 1,960) 96
= 1.15 log 6
+ 3.23
(0.14)(1.0)(17.7 10 )(0.33)
2
212
= 5.0

Faktor Skin = 5.0

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 11 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

6.2.2. Analisa Pada Perioda Transien Lanjut


1. Analisa ini dilakukan untuk data tlt = 2 jam sampai dengan tpss = 15.8 jam .
2. Plot log (Pwf P) terhadap t dengan mencoba harga P = 1,300 psig yang ternyata terlalu
kecil, kemudian dicoba P = 1,490 psig yang ternyata terlalu besar. Akhirnya hasil

mencoba P yang memberikan log (Pwf P) terhadap t garis lurus adalah P = 1,460 psig.
(Gambar 6.2).
3. Tentukan dan b :
- kemiringan, = (log 320-log 32)/7.4 = 1/47 hr-1
- titik potong dengan sumbu tegak, b = 320 psi.
4. Tentukan harga permeabilitas (k) :
118.6 q B
k=
bh
118.6 (800)(1.0)(1.25)
=
(320)(8)
= 46.4 mD
5. Harga Vp dihitung dari persamaan :
qB
V p = 0.115
bct
(800)(1.25)(7.4)
= 0.115
(320)(17.7 10 6 )
= 0.146 106 bbl
6. Dengan menganggap radius pengurasan berbentuk lingkaran :

Vp
re =
h

(0.146 10 6 )5.615
=
( )(8)(0.14)
= 482 ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 12 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

Faktor skin (S) dihitung menurut persamaan :

P P re 3
S = 0.84 1 ln +
b rw 4
1895 1460 482
= 0.84 ln + 0.75
320 0.33
= - 5.4

6.2.3. Analisa Pada Perioda Semi Mantap


1. Plot Pwf terhadap t (Gambar 3).
2. Tentukan kemiringan garis lurus yang didapat, L
L = 15.8 psi/jam
3. Tentukan Vp :
qB
V p = 0.0418
LC
(800)(1.25)
= 0.0418
(15.8)(17.7 10 6 )
6
= 0.149 10 RB

6.2.4. Memperkirakan Bentuk Reservoir


1. Dari plot Pwf terhadap log t (Gambar 1) :
m = 212 psig/cycle
Pljam = 169 psig

2. Dari plot antara Pwf vs t (Gambar 3) :


L = 15.8 psi/jam
Pint = 1,515 psi

3. Tentukan harga CA :

m P1 jam Pint
C A = 5.456 anti log
L m

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 13 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

212 1690 Pint


= 5.456 anti log
15.8 212
= 73.2 anti log(0.825)
= 10.9

4. Tentukan (tDA)pss
tpss diawali pada 15.8 jam (Gambar 6.3) :
L
(t DA ) pss = 0.1833 t pss
m
15.8
= 0.1833 (15.8)
212
= 0.216

5. Pilih bentuk daerah pengurasan dari Tabel 2 yang cocok dengan harga CA dan (tDA)pss
Ternyata bentuk yang mendekati adalah :
CA (tDA)pss
Tabel 10.8374 0.4

Perhitungan 10.9 0.216

Catatan :
- Permeabilitas sebaiknya digunakan hasil analisa periode transien k = 96 mD.
- Harga Vp sebaiknya digunakan hasil analisa periode semi mantap, yaitu Vp = 0.149
106 bbl.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 14 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

6.3. GAMBAR DAN TABEL YANG DIGUNAKAN

TABEL 1
DATA HASIL PENGUJIAN - Pwf TERHADAP t UNTUK UDD

t, menit t, jam Pwf, psig

10 0.1667 1,850
39. 811 0.6635 1,725
77.787 1.2965 1,662.50
95.900 1.5983 1,643.75
118.230 1.9705 1,625
139.783 2.3297 1,606.25
158.489 2.6415 1,600
343.846 5.7308 1,493.75
718.182 11.9697 1,312.50
890.909 14.8480 1,275.00
1,072.727 17.8788 1,225.00
1,427.273 23.7879 1,125.00
1,800.00 30.00 1,031.25
2,154.545 35.9091 943.75
2,518.182 41.9697 850.00
2,872.727 47.8788 750.00

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 15 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

Gambar 2. PLOT (Pwf P) TERHADAP t - PERIODE TRANSIEN LANJUT

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 16 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

Gambar 3. PLOT Pwf TERHADAP t - PERIODE SEMI MANTAP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 17 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

TABEL 2
FAKTOR BENTUK PENGURASAN SUATU SUMUR

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.01
Halaman : 18 / 18
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur

TABEL 2
FAKTOR BENTUK PENGURASAN SUATU SUMUR (LANJUTAN)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 1 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

ANALISA HASIL UJI BUILD UP UNTUK SISTEM POROSITAS TUNGGAL

1. TUJUAN

Tujuan analisa PBU (pressure build up) adalah untuk menentukan :


- Permeabilitas mutlak (absolut) dan efektif batuan formasi.
- Faktor Skin (Skin Factor).
- Efisiensi aliran (flow efficiency).
- Tekanan awal reservoir dan tekanan rata-rata reservoir.
- Volume daerah pengurasan sumur.
- Jarak bidang patahan dari sumur.

2. METODE DAN PERSYARATAN

Tergantung pada kondisi aliran fluida di dalam reservoir pada waktu pengujian, maka dibedakan
antara analisa untuk kondisi tekanan di atas titik jenuh dan tekanan di bawah titik jenuh. Sedangkan
berdasarkan periode aliran dan geometri dari reservoirnya dibedakan 4 macam metode analisa, yaitu :
1. Metode Horner
Digunakan untuk sumur yang relatif masih baru dengan waktu produksi (t) lebih kecil dari tpss
dimana :
cA
t pss = (t DA ) pss (1)
0.0002637k
atau sumur berada di dalam reservoir yang tak terbatas (infinite).

2. Metode Miller-Dyes-Hutchinson (MDH)


Dipergunakan untuk sumur dengan waktu produksi yang cukup lama atau kondisi aliran fluida di
dalam reservoir sudah mencapai semi mantap, yaitu waktu produksi (t) lebih besar dari tpss.

3. Metode Muskat
Dipergunakan terbatas untuk analisa late time period. Untuk mencapai periode ini diperlukan
waktu produksi (t) yang relatif lama, yaitu pada harga tDA lebih besar dari 0.15 di mana

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 2 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

0.0002637 kt
t DA = (2)
cre 2
Karena produksi sebelum uji dianggap telah mencapai semi mantap, maka metode ini paling
sesuai digunakan untuk sumur-sumur yang diproduksikan dari reservoir dengan air sebagai daya
dorong reservoir utama atau sumur produksi pada proyek injeksi air (water flood) yang telah
mencapai kondisi fill-up.

4. Metode analisa untuk adanya bidang kedap aliran di sekitar sumur.


Hadirnya bidang kedap aliran di sekitar sumur, misalnya patahan, akan ditunjukkan oleh adanya
perubahan kemiringan kurva PBU (m) yang mendadak pada suatu titik setelah periode wellbore
effect. Kenaikan kemiringan garis lurus (m) merupakan kelipatan dari kemiringan garis lurus yang
pertama diperoleh (m1).
Cara menentukan jarak bidang patahan dari sumur uji dapat dilakukan dengan metode Horner,
metode Davis dan Hawkins atau metode Gray.
t p + t x
Metode Gray hanya berlaku jika harga lebih besar 30.
t x

3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA UNTUK KONDISI RESERVOIR DI ATAS TITIK JENUH
3.1.1. Metode Horner
1. Siapkan data pendukung :
a. produksi kumulatif sumur selama uji alir sebelum uji buildup, Np
b. laju aliran produksi yang distabilkan sebelum uji buildup, qo
c. porositas,
d. kemampatan total, ct
e. jari-jari lubang bor, rw
f. faktor volume formasi minyak, Bo
g. viskositas minyak, o
h. tebal formasi, h (diambil tebal gross dari log sumur)
2. Hitung berapa lama sumur telah berproduksi (tp) menurut rumus :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 3 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

24 N p
tp = (3)
qo
Cara menghitung tp tersebut diberikan dalam lampiran.
t p + t
3. Buat label data uji, tekanan dasar sumur (Pws), waktu penutupan (t), dan
t
(Pws Pwf), di mana Pwf adalah tekanan dasar sumur pada waktu t = 0.
4. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage.
Dari garis ini (kalau ada) tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 cycle dari
titik tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh
wellbore storage.
t p + t
5. Plot Pws terhadap pada kertas semi log. Tarik garis lurus dimulai dari
t
data yang tidak dipengaruhi oleh wellbore storage. Kemudian tentukan sudut
kemiringannya (m) dan tekanan P*. Kemiringan dicari dengan membaca harga
kenaikan tekanan (P) untuk setiap satu log cycle. Sedangkan P* diperoleh
t p + t
dengan mengekstrapolasikan garis lurus tersebut hingga harga = 1. Waktu
t
penutupan (t) tak terhingga atau ada harganya.
6. Hitung harga permeabilitas (k) dari persamaan :
162.6q o o Bo
k= (4)
mh
7. Pada garis lurus yang telah ditarik baca tekanan Pws pada t = 1 jam atau P1hr.
8. Hitung harga faktor skin (S) dari persamaan :

P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (5)
m crw 2
9. Hitung efisiensi aliran (FE) dengan persamaan-persamaan berikut :
J nyata
FE = (6)
J ideal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 4 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

di mana :
q
J nyata = (7)
P * Pwf
*) Harga positif menunjukkan ada kerusakan formasi dan harga negatif
menunjukkan adanya perbaikan/peningkatan permeabilitas di sekitar lubang
sumur.
q
J ideal = (8)
P * Pwf Pskin

Pskin = 0.87 S (m) (9)

10. Tentukan tekanan rata-rata reservoir.


Dalam hal ini dibedakan dua kasus, yaitu :
- reservoir tak terbatas (infinite), dan
- reservoir terbatas (finite).
a. Dalam praktek kasus pertama dapat diberlakukan untuk reservoir yang belum
dikembangkan penuh dimana jumlah sumurnya masih sangat terbatas, sehingga
jari-jari pengurasannya dapat diketahui seolah-olah tak terbatas. Dalam hal ini
tekanan reservoir rata-rata (P) sama dengan P*.
b. Dalam kasus kedua, untuk reservoir yang sudah dikembangkan, bentuk maupun
luas daerah pengurasannya sudah dapat diperkirakan. Misalnya : lingkaran,
persegi panjang, bujur sangkar dan sebagainya (lihat Gambar 9 s/d 15).
Cara menentukan tekanan itu adalah sebagai berikut :
- Tentukan harga P* seperti pada kasus reservoir tak terbatas.
- Tentukan bentuk dan luas daerah pengurasan sumurnya, kemudian hitung
harga tDA
0.0002637 kt p
t DA = (10)
cA
- Dari harga tDA ini gunakan kurva yang sesuai dengan bentuk daerah
pengurasannya, kemudian tentukan harga (PD)MBH pada sumbu tegak.
- Dari persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 5 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

P * P
= ( PD ) MBH (11)
70.6qB / kh
tekanan reservoir P dapat dihitung.
11. Koreksi harga P ke datum reservoir.

3.1.2. Metode Miller-Dyes-Hutchinson (MDH)


1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. Kumulatif produksi sumur selama uji alir sebelum uji buildup, Np
b. Laju aliran yang distabilkan sebelum uji buildup, qo
c. Faktor volume formasi, Bo
d. Viskositas minyak, o
e. Tebal lapisan, h
2. Hitung lama sumur telah berproduksi (tp, jam) dengan rumus :
24 N p
tp = (12)
qo
3. Buat tabel data uji tekanan (Pws), waktu penutupan (t) dan (Pws Pwf), dimana Pwf
adalah tekanan dasar sumur pada waktu t = 0.
4. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas log-log. Apabila terdapat garis lurus
dengan kemiringan 45 (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh
wellbore storage. Dari garis ini (kalau ada) tentukan titik awal penyimpangan dan
ukur 1 log cycle dari titik akhir tersebut untuk menentukan awal dari tekanan
yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
5. Plot Pws terhadap t pada kertas semi log. Tarik garis lurus dimulai dari data yang
tidak dipengaruhi oleh wellbore storage. Kemudian tentukan sudut kemiringannya
(m) dicari dengan membaca harga kenaikan tekanan (P) untuk setiap satu log
cycle.
6. Hitung harga permeabilitas (k) dari persamaan :
162.6qo o Bo
k= (13)
mh
7. Pada garis lurus yang telah ditarik baca tekanan Pws pada t = 1 jam atau P1hr.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 6 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

8. Hitung harga faktor skin (S) dari persamaan :

P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (14)
m crw 2

9. Hitung P* dari persamaan di bawah :
P* = P1hr + m log (t + 1) (15)
P1hr + m log (tp)
10. Hitung efisiensi aliran (FE) dengan persamaan-persamaan berikut :
J nyata
FE =
J ideal
dimana :
q
J nyata =
P * Pwf

q
J ideal =
P * Pwf Pskin

Pskin = 0.87 S (m)


11. Penentuan tekanan rata-rata reservoir.
Dalam hal ini dibedakan tiga kasus, yaitu :
- reservoir tak terbatas (infinite).
- reservoir terbatas (finite).
- reservoir dengan batas luar tekanan tetap.
a. Untuk kasus pertama penggunaan dan penentuannya sama dengan metode
Horner; P* = Tekanan reservoir rata-rata ( P ).
b. Dalam kasus kedua dan ketiga prosedur penentuan tekanan reservoir adalah
sebagai berikut :
- Tentukan bentuk dan panjang jari-jari pengurasan dari sumur. Kemudian
hitung harga tDE berdasarkan rumus :
0.000264 k t
t DE = (20)
c re 2
untuk suatu harga t.
- Pilih kurva yang sesuai dengan batas ulah/bentuk daerah pengurasannya

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 7 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

misalnya lingkaran bujur sangkar, ellips dan sebagainya. Dengan harga tDE
tentukan harga PDE dari gambar 16 atau 17.
- Baca harga Pws untuk t yang dipilih. Kemudian hitung harga tekanan rata-
rata dengan rumus :
1.15( P Pws )
PDE = (21)
m

12. Koreksi harga P ke datum reservoir.

3.1.3. Metode Muskat


1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. produksi kumulatif sumur selama uji alir sebelum uji buildup, Np
b. laju produksi yang stabil sebelum uji buildup, qo
c. faktor volume formasi, Bo
d. viskositas minyak, o
e. tebal lapisan, h
f. tekanan rata-rata reservoir (sebelum dikoreksi ke datum), P
2. Buat tabel (t), Pws dan harga (P Pws).

3. Dari plot log ( P Pws) terhadap t yang linier tentukan harga kemiringan () dan
harga perpotongan garis tersebut dengan sumbu tegak (b).
Catatan :
Jika harga P telah diketahui, maka perkirakan harga P dari beberapa harga P
yang dijajal akan diperoleh suatu harga P, sehingga plot log(P Pws) terhadap t
adalah linier.
4. Hitung permeabilitas (k) menurut persamaan berikut :

k = 595.238cre
2
(22)

5. Kemudian hitung harga volume daerah pengurasan sumur (Vp) berdasarkan


hubungan :
0.1115 q o Bo
Vp = (23)
bc
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 8 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

3.2. ANALISA PBU UNTUK KONDISI TEKANAN RESERVOIR DI BAWAH TITIK JENUH
Analisa PBU untuk kondisi tekanan di bawah titik jenuh tidak banyak berbeda dengan analisa
pada kondisi tekanan di atas titik jenuh.
Perbedaan utama adalah pada tahap perhitungan setelah penentuan harga kemiringan (m).
Di dalam sistem ini akan dapat diperoleh tiga harga permeabilitas, yaitu : permeabilitas efektif
minyak (ko), permeabilitas efektif gas (kg) dan permeabilitas efektif air (kw) dari rumus berikut :
q o o Bo
k o = 162.6 (24)
mh
q g g Bg
k g = 162.6 (25)
mh
q w w Bw
k w = 162.6 (26)
mh
qg adalah produksi gas bebas yang dapat dihitung dari persamaan :
q g = q gt q o Rs (27)

Perbedaan kedua adalah bahwa di dalam sistem multi-fasa harga kompresibilitas c dan mobilitas
(k/) digunakan harga kompresibllitas total (ct) dan harga mobilitas total (k/)t di mana
ct = So co + Sg cg + Sw cw + cf (28)
k k kg kw
= o + + (29)
t o g w
Tata cara kerja selanjutnya sesuai dengan tata cara kerja untuk sistim fasa tunggal cair.

3.3. BILA TERDAPAT BIDANG KEDAP ALIRAN


Jarak bidang kedap aliran dari sumur (permeability barrier) dapat diperkirakan dengan cara
berikut :
t p + t
1. Dari plot Pws terhadap log tentukan titik terjadinya perubahan kemiringan dengan
t
memotongkan kedua garis lurus yang terjadi setelah titik akhir wellbore effect.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 9 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

t p + t x
2. Pada titik potong tersebut dibaca harga . Kemudian tentukan harga tx (lihat
t x
Gambar 1).
3. Hitung harga jarak bidang kedap aliran dari sumur menurut Horner (d) dengan rumus
berikut :
0.000264 k t p t p + t x
= (30)
cd 2
t x
4. Hitung harga d menurut Davis & Hawkins berdasarkan hubungan :

k t x
d = 1.48 10 4 (31)
c
t p + t x
yang berlaku hanya untuk harga > 30.
t x
5. Hitung harga d menurut Gray dengan persamaan :

70.6 q B cd2
E
i
= P (32)

kh 0.000264 k t x

di mana :
P = beda tekanan pengukuran dengan tekanan pada titik potong dua garis lurus di saat t.

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Matthews, C. S. dan Russell, D.G. : Pressure Build-Up And Flow Tests in Wells, Henry L.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 10 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Doherty Memorial Fund, SPE - AIME, Dallas. 1967.


2. R., Raghavan : Modern Well Test Analysis, Continuing Education Course No. 9, 1975 SPE -
AIME.
3. R., Al-Hussainy dan H.J., Ramly Jr. : Application of Real Gas Flow Theory to Well Testing And
Deliverability Forecasting, Gas technology, SPE Reprint Series No.13, SPE-AIME, Dallas,
1957.
4. Robert C., Earlougher Jr. : Advanced in Well Test Analysis, Henry L. Doherty Series,
Monograph Volume 5, SPE -AIME, Dallas, 1977.
5. John Lee : Well Testing, SPE Textbook Series Volume 1, SPE - AIME, Dallas, 1982.
6. R., Al-Hussainy dan H. J., Ramey Jr. : Application of Real Gas Flow Theory to Well Testing
And Deliverability Forecasting, SPE Reprint Series No. 9, SPE-AIME, Dallas, 1967.

5. DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB


Bg = faktor volume formasi gas, cuft/SCF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 11 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Bw = faktor volume formasi air, bbl/STB


co = kompresibilitas minyak, psi-1
cg = kompresibilitas gas, psi-1
cw = kompresibilitas air, psi-1
cf = kompresibilitas formasi, psi-1
ct = kompresibilitas total, psi-1
k = permeabilitas, mD
m = kemiringan kurva PBU, psi/cycle
P1hr = tekanan pada kepanjangan garis lurus Horner saat penutupan sumur 1 jam, psi
Pi = tekanan reservoir mula, psi
P = tekanan reservoir rata-rata, psi
P* = tekanan yang didapatkan dari ekstrapolasi garis lurus pada harga t tak terhingga,
psi
Pwf = tekanan alir di dasar sumur, psi
Pws = tekanan dasar sumur pada waktu sumur ditutup, psi
Pskin = penurunan tekanan yang diakibatkan oleh adanya skin, psi
= porositas, fraksi
qo = laju produksi minyak, STB/hari
qg = laju produksi gas, STB/hari
qw = laju produksi air STB/hari
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/bbl
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = faktor skin, tak bersatuan
So = saturasi minyak, fraksi
Sg = saturasi gas, fraksi
Sw = saturasi air, fraksi
tp = waktu lama sumur telah diproduksi, jam
t = waktu penurunan sumur, jam
o = viskositas minyak, cp
g = viskositas gas, cp
w = viskositas air, cp
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 12 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

t = lama waktu setelah penutupan, jam


tx = lama waktu setelah penutupan pada saat terjadinya perubahan kemiringan, jam

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Dasar persamaan PBU (pressure build up) adalah persamaan aliran fluida di dalam batuan yang
mencerminkan hubungan antara tekanan dan waktu. Persamaan ini dihasilkan dari model
reservoir yang tak terbatas dengan satu sumur diproduksi yang dianggap sebagai line source.
Persamaan tersebut adalah :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 13 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

q crw 2
Pwf = Pi + Ei
(33)
4kh 4kt
4kt
Untuk periode waktu di mana lebih besar dari 100, persamaan (33) di atas menjadi :
cr 2
w

q c rw 2
Pwf = Pi + ln (34)
4 k h 4 k t

atau

q c rw 2
Pi Pwf = ln
(35)
4 k h 4 k t
dimana = 1.78 adalah konstanta Euler.
Jika kemudian sumur tersebut ditutup untuk waktu t setelah sumur tersebut diproduksi selama
tp, dengan metode superposisi persamaan tersebut menjadi :
c rw 2
q + q ln c rw
2

Pi Pws = ln (36)
4 k h 4 k (t p + t ) 4 k h 4 k t

atau

q t p + t
Pws = Pi ln (37)
4 k h t
dan bila dinyatakan dalam satuan lapangan

q o o Bo t p + t
Pws = Pi 162.6 log (38)
kh t
Persamaan (38) akan menghasilkan kurva garis lurus jika diplot antara Pws terhadap

t p + t
log dengan kemiringan m dimana harga m adalah :
t
q o o Bo
m = 162.6 (39)
kh
Jika Pskin didefinisikan sebagai

q
Pskin = S (40)
4 k h

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 14 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

maka dengan menggunakan persamaan (34) dapat dikembangkan persamaan untuk mencari
harga Faktor Skin (S), yaitu sebagai berikut :

P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (41)
m crw 2

6.2. ANALISA DAN PERHITUNGAN


Uji ulah tekanan bentuk suatu sumur menghasilkan data pengamatan sebagai berikut :
TABEL 1
HASIL PBU
t (jam) Pws (psi)
0 1565
1 1949
3 1988
5 2006
7 2017
9 2026
10 2029
15 2043
20 2052
25 2050
30 2066
35 2070
40 2074
45 2078
50 2081
60 2085
70 2090
80 2093
90 2096
100 2098
110 2100
120 2102
130 2103
Data lain yang diperlukan :
qo = 50 STB/hari
o = 0.8 cp
= 15 %
Bo = 31.25 bbl/STB
rw = 0.25 ft
ct = 1.98 10-5 psi-1
h = 20 ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 15 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Pi = 2400 psi
Pb = 1500 psi
Np = 4167 STB
Spacing = 40 Acre (re = 745 ft)

TABEL 2
DATA PLOT Pws vs t

ASUMSI 1 ASUMSI 2 ASUMSI 3 ASUMSI 4 ASUMSI 5 ASUMSI 6


P = 2103 P = 2090 P = 2099 P = 2110 P = 2105 P = 2107
t
P Pws P Pws P Pws P Pws P Pws P Pws
50 22 9 18 29 24 26
60 17 4 13 24 19 21
70 13 0 9 20 15 17
80 10 - 6 17 12 14
90 7 - 3 14 9 11
100 5 - - 12 7 9
110 3 - - 10 7 7

FORMULIR UJI BUILDUP (PBU)

NAMA PERUSAHAAN : ANALISA PBU


LAPANGAN : LAPI
FORMASI YANG DI UJI : XXXX YYYY, GANECA
TANGGAL PENGUJIAN : TGL BLN THN
DATA PENDUKUNG UNTUK ANALISA :
FASA FLUIDA : 1
INTERVAL PERFORASI : TERBUKA
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 16 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

KEDALAMAN UNTUK RESERVOIR (mbp) :


JARI-JARI SUMUR, rw (ft) : 0.25 ft
JARI-JARI PENGURASAN, re (ft) : 745
TEBAL FORMASI, h (ft) : 20.0
POROSITAS, (fraksi) : 0.15
PRODUKSI KUMULATIF : minyak 4167 STB
gas MMSCF
air STB
LAJU PRODUKSI MINYAK STABIL (qo) : minyak 50.0 STB/h
PGM : v/v
KA : %
VISKOSITAS, (cp) : minyak 50.0 STB/h
gas
air
FAKTOR VOLUME FORMASI, Bo (bbl/stb) : 1.25
KOMPRESIBILITAS, c (psi ) -1
: minyak 1.98 10-5
gas
air

Perhitungan Kompresibilitas Total dan Mobilitas Total


(Lihat Lampiran 4)
Rumus : ct = co So + cg Sg + cw Sw + cf
co _____ cg _____ cw ______ cf ______
ct = ____________________

Perhitungan Permeabilitas
162.6 q B
Rumus : k =
mh
Horner :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 17 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

q = 50 bbl/hari m = 74 psi/cycle
B = 1.25 Rvol/Svol h = 20 ft
k = 5.5 mD

MDH :
q = 50 bbl/hari m = 74 psi/cycle
B = 1.25 Rvol/Svol h = 20 ft
k = 5.5 mD

Muskat :
q o o Bo
Rumus : k = 118.8
mh
q = 50 bbl/hari m = 74 psi/cycle
B = 1.25 Rvol/Svol h = 20 ft
k = 3.9 mD

Perhitungan Skin Efek (S) dan Pskin

P1hr Pwf k
Rumus : S = 1.151 log + 3.23

c rw
2
m
Pskin = m 0.87 S
k = 5.5 mD rw = 0.25
= 0.15 P1hr = 1953 psi
= 0.8 cp Pwf = 1565 psi
m = 74 psi/cycle
S = +1.05
Pskin = 67.4 psi

Perhitungan Indeks Produktivitas dan Efisiensi Aliran


q
Rumus : J nyata =
P Pwf
*

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 18 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

q
J ideal = Pskin
P Pwf
*

J nyata
Efisiensi Aliran =
J ideal

q = 50 bbl/hari P* = 2199.5 psi


Pskin = 67.4 psi Pwf = 1565 psi
Jnyata = 0.079
Jideal = 0.088
Eff. Aliran = 0.897

Perhitungan Tekanan Reservoir


MBH
0.000264 k t
Rumus : t DA =
ct re 2
m
P = P * PDMBH
2.303
k = 5.5 mD ct = 1.98 10-5 psi-1
t = 2000 jam re = 745 ft
= 0.8 cp P* = 2199.5 psi
= 0.15 m = 74 psi/cycle
tDA = 0.7
PDMBH = 3.1 (dari kurva)
P = 0.897 psia

Kesimpulan Analisa PBU


Permeabilitas formasi (k) : Horner = 5.5 mD
MDH = 5.5 mD
Muskat = 3.9 mD
Faktor Skin (S) : + 1.05
Indeks Produktivitas (PI) : Nyata = 0.079

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 19 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Ideal = 0.088
Efisiensi Aliran (FE) : 0.897
Tekanan Reservoir : MBH = 2100 psia
MDH = 2099 psia
Muskat = 2107 psia

6.3. PERHITUNGAN MOBILITAS DAN KOMPRESIBILITAS TOTAL


6.3.1. Perhitungan Mobilitas Total (Mt)
Bertitik tolak dari persamaan PBU untuk multi-fasa :

qtotal t p + t
Pws = Pi 162.6 log
htotal t
Maka dari data test akan didapatkan kemiringan kurva UTB yang besarnya :
q total
m = 162.6
htotal
Jika qtotal diketahui, maka harga Mtotal dapat dihitung :

q
qtotal = q o Bo + q g total B g + q w Bw
1000
Jadi :
qtotal
M total = 162.6
mh

6.3.2. Perhitungan Kompresibilitas Total (ct)


Rumus : ct = So co + Sg cg + Sw cw + cf

So, Sg, Sw diambil dari data log untuk formasi yang akan diuji.
co dapat dihitung dari hubungan Rs vs P dan Bo vs P berdasarkan rumus berikut :
B g dRs 1 dBo
co =
Bo dP Bo dP
dR s dBo
Harga Bg, Bo, dan diambil pada tekanan rata-rata selama uji.
dP dP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 20 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

dRs
adalah kemiringan dari grafik Rs vs P pada tekanan rata-rata.
dP
dBo
adalah kemiringan dari grafik Bo vs P pada tekanan rata-rata.
dP
cg dapat diperoleh dengan mengetahui komposisi gas atau dari SG-nya.
Dari SG / komposisi akan didapatkan harga Tc dan Pc (temperatur dan tekanan kritis),
kemudian dihitung harga :
T P
Tr = dan Pr =
Tc Pc
Dari kedua harga ini dengan grafik korelasi (Pedoman kerja yang lain) didapatkan harga
cr
cr (pseudo reduced compressibility) dan c g = .
P
Harga cw diambil harga perkiraan = 3 10-6 psi-1. Harga cf dapat diambil dari garis
korelasi cf terhadap (Pedoman kerja yang lain) dengan mengetahui harga porositas
formasinya.

6.4. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 21 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 22 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 23 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 24 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 25 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 26 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 27 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 28 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 29 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 30 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 31 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 32 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 33 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 34 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 35 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 36 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 37 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 38 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Gambar 19. VISKOSITAS MINYAK YANG DIJENUHI GAS (CHEW & CONNALLY)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 39 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 40 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 41 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 42 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 43 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 44 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 45 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.02
Halaman : 46 / 46
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Build Up

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 1 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

ANALISA HASIL UJI FALL OFF

1. TUJUAN

Analisa Uji Fall Off bertujuan menentukan :


1. Harga permeabilitas dan skin factor formasi di sekitar sumur injeksi.
2. Indeks Injektivitas dan Efisiensi Aliran.
3. Tekanan Reservoir Statik.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Analisa Uji Fall Off untuk kondisi reservoir fill up dapat dilakukan dengan menggunakan :
1. Metode Horner
2. Metode MDH
3. Metode Muskat

Metode Muskat sebaiknya tidak digunakan karena kondisi batas dilakukan model aliran sistem
penginjeksian berbeda dengan di dalam sistem produksi konvensional.

2.2. PERSYARATAN
1. Perbandingan mobilitas (Mobility Ratio) antara fluida injeksi dan yang diinjeksi dianggap sama
dengan satu.
2. Metode Horner sebaiknya digunakan jika waktu injeksi (tp) lebih kecil dari dua kali waktu
penutupan, terutama untuk memperkirakan P*. Sedangkan untuk harga tp yang lain metode
MDH cukup memadai.

3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE HORNER
1. Siapkan data pendukung :
a. Laju injeksi stabil (qi), STB/hari
b. Volume air kumulatif yang telah diinjeksikan (Wi), bbl

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 2 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

c. Jari-jari lubang bor (rw), ft


d. Viskositas air (w), cp
e . Faktor volume formasi air (Bw), bbl/STB
f. Tebal formasi (h), ft
g. Porositas formasi ()
h. Kompresibilitas efektif (ct), psi-1
t p + t
2. Buat tabel t, , Pws dan Pwf Pws, dimana tp adalah waktu injeksi sebelum uji
t
dilaksanakan dan dapat dihitung berdasarkan persamaan :
24Wi
tp = (1)
qi
3. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan = 1 pada
data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage effect. Dari garis ini (kalau ada)
tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 cycle dari titik tersebut untuk menentukan
awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage lagi.
t p + t
4. Plot Pws terhadap pada kertas semi log. Tarik garis lurus mulai dari data yang
t
tidak dipengaruhi lagi oleh wellbore storage.
5. Tentukan harga kemiringan garis lurus butir 4 tersebut (m) dengan menghitung besarnya
penurunan tekanan untuk satu log cycle.
6. Hitung harga permeabilitas formasi menurut hubungan :
162.6 Qi B
k= (2)
mh
t p + t
7. Dari garis lurus Pws terhadap , tentukan harga Pws pada t = 1 jam (P1hr); kemudian
t
hitung harga faktor skin (S) dengan persamaan :

P P1hr k
S = 1.151 ws log + 3.23
(3)
c rw
2
m
dan harga Pskin dari persamaan :
Pskin = 0.87 m S (4)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 3 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

8. Tentukan harga P*, yaitu dengan melakukan ekstrapolasi garis lurus sampai harga t tak
t p + t
berhingga atau 1 .
t
9. Hitung harga tp menurut persamaan :
0.000264 k t
t D = (5)
cA
10. Tentukan harga PD di sumbu tegak Gambar 8.2 yang sesuai dengan harga tD dari
persamaan (5).
Hitung tekanan reservoir rata-rata ( P ) dari persamaan :
( P P*)
PD = (6)
(70.6qi / kh)
Hitung Indeks Injektivitas dan Efisiensi Aliran dengan persamaan berikut :
qi
I nyata = (7)
Pwf P

qi
I ideal = (8)
( Ps P ) P ( Skin)
I nyata
Efisiensi Aliran = (9)
I ideal

3.2. METODE MBH


1. Siapkan data pendukung :
a. Laju injeksi stabil, STB/hari
b. Volume air kumulatif yang telah diinjeksikan, bbl
c. Jari-jari lubang bor (rw), ft
d. Viskositas air (w), cp
e. Faktor volume formasi air (Bw), bbl/STB
f. Tebal formasi (h), ft
g. Porositas formasi ()
h. Kompresibilitas efektif (ct), psi-1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 4 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

2. Buat tabel t, Pws dan (Pwf Pws).


3. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan = 1
pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage effect. Dari garis ini (kalau
ada) tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 log cycle dari titik tersebut untuk
menentukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage lagi.
4. Plot Pws terhadap t pada kertas semilog. Tarik garis lurus dimulai dari data yang tidak
dipengaruhi lagi oleh wellbore storage.
5. Tentukan harga kemiringan garis lurus butir 4 tersebut (m) dengan menghitung besarnya
penurunan tekanan untuk satu log cycle.
6. Hitung harga permeabilitas formasi menurut hubungan :
162.6qi Bw
k= (10)
mh
7. Dari garis lurus Pws terhadap t, tentukan harga Pws pada t = 1 jam (P1hr); kemudian harga
faktor skin (S) dengan persamaan :

P P1hr k
S = 1.151 ws log + 3.23
(11)
c rw
2
m
dan harga Pskin dari persamaan :
Pskin = 0.87 m S (12)
8. Hitung harga P* dari persamaan :
P* = P1hr + m log (tp + 1)
P1hr + m log (tp) (13)
dimana tp adalah waktu injeksi sebelum uji dilaksanakan dan dapat dihitung berdasarkan
persamaan :
24Wi
tp = (4)
qi
9. Hitung harga tD menurut persamaan
0.000264kt
t D = (5)
cA
10. Tentukan harga PD di sumbu tegak Gambar 8.2 yang sesuai dengan harga tD dari
persamaan (5).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 5 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

11. Hitung tekanan reservoir rata-rata ( PD ) dari persamaan :

qi
PD = (6)
(70.6qi / kh)
Hitung Indeks Injektivitas dan Efisiensi Aliran dengan persamaan berikut :
qi
I nyata = (7)
Pwf P

qi
I ideal = (8)
( Ps P) Pskin
I nyata
Efisiensi Aliran = (9)
I ideal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 6 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Matthews C. S. dan Russell D. G. : Pressure Build-Up And Flow Test in Wells, Henry L.
Doherty Memorial Fund, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. R. Raghavan : Modern Well Test Analysis, Continuing Education Course No. 9, 1975 SPE -
AIME.
3. R. Al-Hussainy dan H. J. Ramey Jr. : Application of Real Gas Flow Theory to Well Testing And
Deliverability Forecasting, Gas Technology, SPE Reprint Series No. 13, SPE, Dallas, 1967.
4. Robert C. Earlougher Jr. : Advance in Well Test Analysis, Henry L. Doherty Series, Monograph
Volume 5, SPE - AIME, Dallas, 1977.
5. John Lee : Well Testing, SPE Textbook Series Volume 1, SPE - AIME, Dallas, 1982.
6. R. Al-Hussainy dan H. J. Ramey Jr. : Application of Real Gas Flow Theory to Well Testing And
Deliverability Forecasting, Gas Technology, SPE Reprint Series No. 9, SPE, Dallas, 1967.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 7 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

5. DAFTAR SIMBOL

A = luas daerah pengurasan sumur, ft2


Bo = faktor volume minyak, bbl/STB
c = kompresibilitas, psi-1
m = kemiringan grafik
Pi = tekanan reservoir mula-mula, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Pws = tekanan alir dasar sumur saat perubahan laju injeksi, psi
P1hr = tekanan alir pada plot garis lurus waktu 1jam setelah perubahan laju injeksi
qi = laju injeksi sebelum uji, STB/hari
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = faktor skin, tak bersatuan
t' = waktu penutupan setelah perubahan uji injeksi, jam
tp = waktu injeksi sebelum pengujian, jam
= viskositas minyak, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 8 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Dengan menggunakan anggapan yang sama seperti dalam penurunan rumus untuk analisa
PBU, hubungan antara tekanan reservoir dan waktu selama injeksi fluida ke dalam reservoir
berlangsung dapat pula diturunkan. Berdasarkan hubungan tersebut kemudian dikembangkan
suatu metode uji yang dikenal dengan nama uji Fall Off. Dasar persamaan untuk pengujian ini
ialah :
qi B t p + t
Pws = P * + ln ( ) (14)
4 k h t

Persamaan (14) berlaku untuk reservoir yang seolah-olah tak terbatas (infinite acting) dan
reservoir yang telah dikembangkan. P* adalah false pressure yang dapat dianggap sebagai
tekanan reservoir mula-mula (Pi). Uji ini dilakukan dengan menutup sumur injeksi beberapa
waktu dan mengamati perubahan tekanan dasar sumur. Untuk keadaan dimana harga
perbandingan antara mobilitas fluida yang diinjeksikan dan fluida yang berada di dalam reservoir
berkisar satu dan tidak ada fasa gas (liquid filled system) dalam reservoir, maka ulah tekanan
untuk kasus injeksi mirip dengan ulah tekanan kasus produksi. Dengan demikian analisa Uji Fall
Off adalah sama dengan analisa untuk uji ulah tekanan bentuk.

t p + t
Dari plot Pws terhadap log pada bagian yang berupa garis lurus akan dapat
t
ditentukan harga kemiringan garis tersebut (m) yang mempunyai harga :
162.6qi B
m= (15)
h
Selanjutnya dapat diturunkan besaran skin factor (S) :

P1hr Pwf k
S = 1.1513 log + 3.2275
(3)
ct rw
2
m

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 9 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


t p + t
Data Uji Fall Off suatu sumur injeksi menghasilkan plot Pws terhadap .
t
Kertas semilog seperti berikut :

CONTOH PENGISIAN
FORMULIR ANALISA DAN PERHITUNGAN UJI FALL OFF

NAMA PERUSAHAAN : CONTOH FALL OFF


NAMA LAPANGAN : CONTOH FALL OFF
LAPISAN YANG DIUJI : XXXX - YYYY , GANESA
TANGGAL PENGUJIAN : TGL. AAA. BLN. BBB TH. CCCC
JARI-JARI LUBANG SUMUR (rw, ft) : 0.198
TEBAL FORMASI (h, ft) : 49
POROSITAS (, fraksi) : 0.16
KUMULATIF AIR INJEKSI (Wi, bbl) : 2,380,000
LAJU INJEKSI YANG DISTABILKAN (qi, bbl/hari) : 1,426
LAMA SUMUR TELAH DIINJEKSI (tp, jam) : 40,100
-1
FAKTOR KOMPRESIBILITAS (ct, psi ) : 7 10-6
SPACING (A, acre) : 20

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 10 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

1. Perhitungan Permeabilitas Formasi (kw) :


162.6qi B
k=
mh
Rumus :
h = 49 ft B = 1.0 res vol/std vol.
qi = 1,426 bbl/hari m = 130 psi/cycle
= 0.6 cp k = 21.8 mD

2. Perhitungan Tekanan Reservoir (P) :


0.000264kt p
tD =
cA
Rumus :
k = 21.8 mD = 0.6 cp
tp = 40,100 jam c = 7 10-6 psi-1
= 0.16 A = 20 43,560 = 871,200 ft2
(0.000264)(21.8)(40100)
tD =
(0.16)(0.6)(7 10 6 )(871200)
= 393.
t p + t
Dari ekstrapolasi grafik Pws terhadap log diperoleh harga P* = 322 psig.
t
Dari Gambar 2 untuk harga tD = 393 diperoleh harga :
( P P*)
= 7.91
70.6qi / kh

qi = 1,426 bbl/hari k = 21.8 mD


= 0.6 cp h = 49 ft

(7.91)(70.6)(1426)(0.6)
P= 322 = 125.3 psig
(21.8)(49)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.03
Halaman : 11 / 11
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Fall Off

3. Perhitungan skin factor dan Pskin


Rumus :

P1hr Pwf k
S = 1.151 log + 3.23

c rw
2
m
Pskin = 0.87 m S
k = 21.8 mD rw = 0.354 ft
= 0.16 P1hr = 273 psig
= 0.6 cp Pwf = 525 psig
ct = 17 10-6 psi-1 m = 70 psi/cycle
S = -3.73 Pskin = 421 psi

4. Perhitungan Indeks Injektivitas dan Efisiensi aliran


Rumus :
qi
J nyata =
Pwf P

qi
J ideal =
( Pwf P) Pskin

qi = 1,426 bbl/hari Pskin = 421 psig


P = 125 psi Pwf = 525 psig

Jnyata = 3.56 bbl/hari-psi


Jideal = 1.73 bbl/hari-psi
Efisiensi Aliran = 2.06

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 1 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

ANALISA HASIL UJI INTERFERENSI

1. TUJUAN

a. Mendeteksi ada tidaknya hubungan antar sumur dalam reservoir.


b. Jika ada hubungan, menghitung harga permeabilitas dan harga perkalian porositas batuan dan
kompresibilitas.
c. Mendeteksi arah aliran fluida di dalam reservoir.
d. Mendeteksi arah permeabilitas.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Analisa dan uji interferensi dapat dilakukan dengan :
a. Metode konvensional
b. Metode least square
c. Metode type curve matching

Dari ketiga cara ini, type curve matching merupakan cara termudah dan sederhana dan dapat
memberi hasil yang tidak berbeda.

2.2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus, kecuali bahwa sumur pengamat tidak mempunyai persoalan jika
dilakukan penutupan untuk waktu yang relatif lama.

3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE KONVENSIONAL
1. Siapkan data pendukung :
a. Laju aliran sumur pengamat sebelum pengujian (q), STB/hari
b. Laju aliran sumur aktif (qj), STB/hari
c. Lama produksi sumur pengamat (t), jam
d. Lama produksi atau injeksi sumur aktif (tj), jam

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 2 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

e. Jarak sumur pengamat ke sumur aktif (aj), ft


f. Faktor volume formasi (B), bbl/STB
g. Kompresibilitas total (ct), psi-1
h. Viskositas fluida (), cp
i. Tebal lapisan (h), ft
t + t
2. Buat tabel data uji : Pws, t dan .
t
t + t
3. Plot Pws terhadap log .
t
4. Lakukan analisa tekanan seperti pada uji tekanan bentuk sebelum pengaruh sumur aktif terasa.
Tentukan harga kemiringan garis lurus (m) dan hitung harga permeabilitas lapisan. Tarik garis
ekstrapolasi untuk menentukan P*.
5. Tentukan perbedaan tekanan (P) selama t tertentu. P adalah perbedaan tekanan tanpa
pengaruh sumur aktif (tekanan ekstrapolasi) dengan tekanan nyata. t diambil setelah
pengaruh sumur aktif terasa (lihat Gambar 1).
ct
6. Dapatkan harga dengan cara penjajalan dari persamaan berikut :
k

m Nw q j ct a j t ct a j t
P = Ei Ei
0.00105kt
(1)
2.303 j =1 q
0.00105k (t j t j

3.2. METODE LEAST SQUARE


1. Siapkan data pendukung sebagai berikut :
a. Laju aliran sumur pengamat sebelum pengujian (q), STB/hari
b. Laju aliran sumur aktif (qj), STB/hari
c. Lama produksi sumur pengamat (t), jam
d. Lama produksi atau injeksi sumur aktif (tj), jam
e. Jarak sumur pengamat ke sumur aktif (aj), ft
f. Faktor volume formasi (B), bbl/STB
g. Kompresibilitas total (ct), psi-1
h. Viskositas fluida (), cp
i. Tebal lapisan (h), ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 3 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

t + t
2. Buat tabel data uji : Pws, t dan .
t
t + t
3. Plot Pws terhadap log .
t
4. Lakukan analisa tekanan seperti pada uji tekanan bentuk sebelum pengaruh sumur aktif terasa.
Tentukan harga kemiringan garis lurus (m) dan hitung harga permeabilitas lapisan. Tarik garis
ekstrapolasi untuk menentukan P*.
5. Tentukan perbedaan tekanan (P) selama t tertentu. P adalah perbedaan tekanan tanpa
pengaruh sumur aktif (tekanan ekstrapolasi) dengan tekanan nyata. t diambil setelah
pengaruh sumur aktif terasa (lihat Gambar 1).
6. Hitung Pcalc dengan menggunakan rumus berikut :

m Nw q j ct a j 2 ct a j 2
Pcalc =
Ei Ei
2.303 j =1 q 0.00105k (t t ) 0.00105kt j
j
(2)
ct
7. Untuk setiap harga hitung (Pobs Pcalc)2.
k
ct
8. Plot (Pobs Pcalc)2 terhadap .
k
ct
Harga (Pobs Pcalc)2 yang paling kecil memberikan harga .
k

3.3. TYPE CURVE MATCHING


1. Siapkan data pendukung seperti butir 3.1 langkah 1.
2. Buat tabel t, Pws dan (Pi Pws).
Pi adalah tekanan dasar sumur pengamat sebelum uji dimulai pada t = 0.
3. Siapkan Type Curve (Theis Curve) untuk uji interferensi Gambar 2.
4. Letakkan kertas tembus pandang di atas type curve dan tandai batas-batas cycle log yang
sesuai dengan type curve tersebut.
5. Plot (Pi Pws) terhadap t di atas kertas tembus pandang tersebut.
6. Geser hasil plot ke arah tegak dan horisontal, sehingga titik-titik data tersebut berimpit
(match) dengan type curve.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 4 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

7. Ambil satu titik match, baca pasangan harga-harga (PD)MP dan ( tD/rD2)MP dari type curve dan
pasangan harga-harga (P)MP dan (t)MP dari hasil plot.
8. Hitung permeabilitas (k) dengan menggunakan persamaan :
qB ( PD ) MP
k = 141.2 (3)
h (P) MP
9. Hitung harga ct dari persamaan :

0.000264k (t ) MP
ct = (4)
r
2 2
(t D / rD ) MP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 5 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

4. DAFTAR FUSTAKA

1. Mathews C. S. dan Russell D. G. : Pressure Build up and Flow Test in Wells, Henry L. Doherty
Memorial Fund, SPE-AIME, Dallas, 1967.
2. Robert C. Earlougher Jr. : Advanced in Well Test Analysis, Henry L. Doherty Series, Monograph
Volume 5, SPE-AIME, Dallas, 1977.
3. John Lee : Well Testing, SPE Textbook Series Volume 1, SPE-AIME, Dallas, 1982.
4. Elkins, L. F. dan Skov, A. M. : Determination of Fracture Orientation from Pressure
Interference, Trans. AIME, 1960.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 6 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

5. DAFTAR SIMBOL

aj = jarak antara sumur pengamat dengan sumur aktif j, jam


B = faktor volume formasi, bbl/STB
ct = kompresibilitas total, psi-1
Ei = fungsi Ei
h = tebal lapisan rata-rata, ft
k = permeabilitas rata-rata antara sumur pengamat dan sumur aktif, mD
m = kemiringan kurva UTB pada sumur pengamat sebelum ada pengaruh sumur aktif,
psi/cycle
Nw = jumlah sumur aktif
Pext = tekanan dasar ekstrapolasi sumur pengamat, psi
Pobs = tekanan dasar sumur pengamat waktu ditutup setelah pengaruh sumur aktif terasa, psi
Pws = tekanan dasar sumur aktif pengamat, psi
q = laju produksi sumur pengamat sebelum ditutup, STB/hari
qj = laju produksi sumur aktif j, STB/hari
t = waktu produksi sumur atau injeksi aktif sebelum ditutup, jam
tj = waktu produksi atau injeksi sumur aktif j pada waktu sumur pengamat ditutup, jam
t = selang waktu penutupan sumur aktif, jam
tj = interval waktu produksi atau injeksi sumur aktif j setelah sumur pengamat ditutup, jam
= porositas antara rata-rata sumur pengamat dan aktif, fraksi
= viskositas fluida reservoir, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 7 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Jika suatu sumur ditutup dan tekanan dasarnya diamati sedangkan sumur yang lain dibiarkan
berproduksi, mungkin akan terjadi interferensi yang dapat dideteksi rekaman data tekanan sumur
tersebut. Interpretasi tekanan ini dapat memberikan informasi mengenai sifat reservoir yang tidak
dapat diperoleh dari analisa tekanan seperti UTB atau UDD. Informasi ini dapat berupa ada atau
tidaknya hubungan antara satu sumur dengan lainnya. Jika hubungan itu ada, secara kuantitatif
ct
dapat dihitung permeabilitas, porositas dan rata-rata antara kedua sumur tersebut. Uji ini
k
dapat pula digunakan untuk menentukan arah anisotropi permeabilitas batuan reservoir, seperti
dilakukan oleh Elkins 4).
Dasar matematika uji interferensi seperti dipresentasikan oleh Theis menggunakan prinsip
superposisi untuk memperhitungkan pengaruh sumur-sumur aktif di sekitar sumur pengamat
terhadap persamaan UTB-nya, seperti tertera pada persamaan berikut :
q B t + t q B
Pws = P * 162.6 log + 70.6
kh t kh
Nw q (5)
ct a j
2
ct a j 2
j
Ei Ei
j =1 q 0.00105 k (t + t )
j
0.00105kt j
j
Bagian persamaan dengan log menyatakan pengaruh penutupan terhadap tekanan dasar sumur
pengamat. Bagian persamaan dengan fungsi Ei menyatakan pengaruh sumur aktif terhadap
tekanan dasar sumur pengamat. Harga t, tj dan tj adalah :
produksi kumulatif sumur pengamat sampai saat penutupan
t=
laju produksi sumur pengamat sesaat sebelum penutupan
produksi kumulatif sumur aktif sampai saat menutup sumur pengamat
tj =
laju produksi rata - rata sumur aktif selama pengujian (q j )

kenaikan produksi kumulatif pada sumur aktif j setelah penutupan sumur pengamat
t j =
laju produksi rata rata sumur selama uji berlangsung (q j )

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh sumur aktif persamaan (5) dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 8 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

q B t + t
P * 162.6 log Pws
k t

q B N w q j ct a j ct a j 2
2

= 70.6
Ei Ei (6)
kh j =1 q 0.00105 k (t + t )
j
0.00105kt j
j

q B t + t
Karena P * 162.6 log adalah merupakan harga tekanan pada ekstrapolasi kurva
k t
PBU dan Pws adalah harga tekanan yang diamati, maka persamaan (6) dapat diubah menjadi :

m Nw q j ct a j ct a j 2
2

Pext Pobs =
Ei Ei (7)
2.303 j =1 q 0.00105 k (t + t )
j
0.00105kt j
j

6.2. CONTOH ANALISA DAN PERHITUNGAN METODE TYPE CURVE


1. Suatu uji interferensi dilakukan pada reservoir air. Jarak antara sumur pengamat dan sumur
aktif adalah 99 ft, laju produksi rata-rata sumur aktif selama pengujian berlangsung 466
STB/hari. Pengukuran tekanan dilakukan pada sumur pengamat setelah terjadi penurunan
tekanan seperti tercantum dalam Tabel 1.
Data pendukung untuk analisa pengujian ini adalah :
w = 1.0 cp
Bw = 1.0 bbl/STB
h = 9 ft
rw = 3 in
= 0.3

Data waktu dan tekanan diperlihatkan pada tabel berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 9 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

TABEL 1
DATA UJI INTERFERENSI DAN PERHITUNGAN UNTUK ANALISA

t t Pws t = Pi Pws
(menit ) (jam) (psia) (psia)
0 0.00 148.20 0.00
5 0.03 148.20 0.00
25 0.42 144.91 4.01
40 0.67 143.72 5.20
50 0.83 143.18 5.74
100 1.67 141.47 7.45
200 3.33 139.72 9.20
300 5.00 138.70 10.22
400 6.67 137.99 10.93
580 9.67 137.12 11.80

Hasil plot t terhadap P pada kertas grafik log-log berskala yang sama dengan grafik type
curve ditunjukkan pada Gambar 1.
Matching antara kedua grafik diperlihatkan pada Gambar

2. Kemudian titik match (MP) dipetik dari kurva P terhadap t :


(P)MP = 51 psi
(t)MP = 2.13 jam
dari kurva type curve :
(PD)MP = 10
(tD/rD2)MP = 10
dengan data tersebut harga k dihitung :
qB ( PD ) MP
k = 141.2
h (P ) MP
(141.2)(466)(1.0)(1.0) (1.0)
=
(9.0) (5.1)
= 1,433 mD.

dan harga ct dihitung sebagai berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 10 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

0.000264 k (t ) MP
ct =
r 2 (t D / rD 2 ) MP
(0.000264)(1,433)(2.13)
=
(0.3)(99) 2 (1.0)(1.0)
= 274 10-5 psi-1

Kesimpulan :
1. Sumur aktif dan sumur pengamat berhubungan.
2. Permeabilitas rata-rata antara kedua sumur : 1,433 mD.
3. Perkalian porositas-kompresibilitas, ct = 83 10-5 psi-1.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 11 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 12 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

Gambar 2. PLOT P TERHADAP t

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.04
Halaman : 13 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Interferensi

Gambar 3. TEKANAN TAK BERDIMENSI UNTUK SUMUR TUNGGAL DALAM SISTEM


TAK BERHINGGA, TIDAK ADA PENGARUH WELLBORE STORAGE, TIDAK ADA SKIN
(SOLUSI INTEGRAL EKSPONENSIAL)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 1 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

ANALISA HASIL UJI LAJU PRODUKSI JAMAK

1. TUJUAN

Berdasarkan analisa hasil UPJ (multi rate flow test) dapat ditentukan :
1. Permeabilitas mutlak dan efektif batuan formasi (k)
2. Skin Factor (S)
3. Tekanan reservoir rata-rata ( P )

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Secara teoritis, uji laju produksi jamak (UPJ) dapat dilakukan dengan mengubah laju produksi
sumur beberapa kali, akan tetapi untuk menyederhanakan pelaksanaan uji ini, perubahan laju
produksi hanya dilakukan satu kali saja. Metode inilah yang akan diuraikan di dalam petunjuk
kerja ini yang disebut dengan nama Uji Laju Produksi Ganda (Two rate flow test).

2.2. PERSYARATAN
Tersedia data pengamatan tekanan uji laju produksi ganda.

3. LANGKAH KERJA
1. Data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Viskositas minyak (o)
b. Faktor volume minyak (Bo)
c. Kompresibilitas total (ct)
d. Laju produksi selama pengujian (q1)
e. Laju produksi selama pengujian (q2)
f. Jari-jari lubang sumur bor (rw)
g. Porositas batuan ()
h. Tebal formasi (h)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 2 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

t + t ' q 2
2. Buat tabel data uji t', Pwf, , log t ' .
t ' q1

t + t ' q 2
3. Plot Pwf pada kertas kartesian terhadap log + log t ' .
t ' q1
Hasil plot adalah garis lurus. Penyimpangan biasanya terjadi pada early time karena rate
restabilization dan pada late time oleh karena pengaruh batas reservoir.
4. Tentukan sudut kemiringan garis lurus (m) dan hitung harga permeabilitas (k) menurut rumus
berikut :
162.6q1 o Bo
k= (1)
mh
5. Tentukan harga Pw dan P1hr, dimana :
Pw = tekanan alir dasar sumur saat perubahan laju produksi.
P1hr = tekanan alir dasar sumur setelah perubahan laju produksi berjalan 1 jam pada
perpanjangan garis lurus.
6. Hitung harga skin factor (S) menggunakan rumus berikut :

q1 P1hr Pw k
S = 1.151 log + 3.23 (2)
q1 q 2 m o crw 2
7. Tekanan reservoir (Pi) dihitung dengan menggunakan rumus :

kt
Pi = Pw + m log 3.23 + 0.87 S (3)
o crw
2

8. Hitung harga Pskin dengan rumus :
Pskin = 0.87 m S, untuk q1 atau (4)
Pskin = 0.87 (q1/q2) m S, untuk q2 (5)

Catatan :
Pengujian ini baik digunakan untuk sumur-sumur yang laju produksinya tidak dapat diharapkan
mantap selama UDD berlangsung dan yang tidak diijinkan ditutup untuk UTB. Analisa UPJ ini sangat
peka terhadap ketelitian data produksi. Oleh karena itu, pengukuran laju produksi selama pengujian
perlu lebih diperhatikan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 3 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

Pengujian ini dilakukan dengan merekam perubahan tekanan alir di dasar sumur. Pengukuran Pwf ini
dilakukan 3 - 4 jam setelah laju produksi diturunkan dari q1 menjadi q2 setelah sumur diproduksikan
selama beberapa hari dengan laju tetap sebesar qi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 4 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Matthews C. S. dan Russell D. G. : "Pressure Build-Up And Flow Test in Wells", Henry L.
Doherty Memorial Fund, SPE - AIME, Dallas, 1967.
2. R, Raghavan : "Modern Well Test Analysis", Continuing Education Course No. 9, 1975 SPE-
AIME.
3. Robert C. Earlougher Jr. : "Advanced in Well Test Analysis", Henry L. Doherty Series, Monograph
Volume 5, SPE - AIME, Dallas, 1977.
4. John Lee : "Well Testing", SPE Textbook Series Volume 1, SPE - AIME, Dallas, 1982.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 5 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

5. DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume minyak, bbl/STB


c = kompresibilitas, psi-1
m = kemiringan grafik
Pi = tekanan reservoir mula-mula, psi
Pw = tekanan alir pada saat perubahan laju produksi, psi
Pwf = tekanan alir di dasar sumur, psi
P1hr = tekanan alir pada waktu 1 jam setelah perubahan laju produksi pada garis lurus atau
kepanjangannya, psi
q1 = laju produksi sebelum pengujian, STB/hari
q2 = laju produksi waktu pengujian, STB/hari
rw = jari-jari sumur, ft
S = skin factor, tak bersatuan
t = waktu produksi sebelum pengujian, jam
t' = waktu produksi setelah perubahan laju produksi, jam
o = viskositas minyak, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 6 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Persamaan aliran untuk reservoir yang berbentuk silinder dengan sumur produksi di pusatnya
adalah :

162.6q B kt
Pwf = Pi log 3.23 + 0.87 S (6)
o crw
2
kh

Jika laju produksi sumur mula-mula adalah q1 dan kemudian diubah menjadi q2, dengan
menggunakan prinsip superposisi, maka persamaan (6) diubah menjadi :

162 .6 q 2 B kt 162 .6 q1 B t + t ' q 2


Pwf = Pi log 3.23 + 0.87 S log + log t '
kh o c rw 2
kh t ' q1
(7)

t + t ' q 2
Plot Pwf terhadap log + log t ' dari persamaan (7) akan menghasilkan garis lurus
t ' q1
dengan kemiringan (m) dan harga m tersebut dapat dinyatakan sebagai :
162.6 q1 o Bo
m=
kh
Seperti halnya pada analisa UTB, persamaan untuk skin factor dapat diturunkan :

q1 P1hr Pw k
S = 1.151 log + 3.23
q1 q 2 o crw 2
m
dimana: Pw adalah Pwf pada saat penggantian laju aliran q1 dan q2.
Tekanan reservoir mula-mula dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :

kt
Pi = Pw + m log 3.23 + 0.87 S
o c rw
2

Gambar berikut menunjukkan pengaruh terjadinya perubahan laju produksi dari q1 menjadi q2
terhadap tekanan alir dasar sumur.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 7 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 8 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

6.2. CONTOH ANALISA DAN PERHITUNGAN

TABEL 1
HASIL REKAMAN TEKANAN DAN WAKTU DARI SUATU UJI PRODUKSI GANDA

t Tekanan t Tekanan
(jam) (ksc) (jam) (ksc)
0 33.7 4.0 33.5
0.25 38.4 4.5 38.5
0.5 39.0 5.0 39.55
0.75 39.1 6.0 39.6
1.0 39.1 7.0 39.6
1.25 39.2 8.5 39.6
1.5 39.2 10.0 39.65
1.75 39.3 11.5 39.65
2.0 39.3 13.0 39.7
2.25 39.35 16.0 39.8
2.5 39.35 19.0 39.8
2.75 39.4 22.0 39.8
3.0 39.4 24.0 39.8
3.5 39.45

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 9 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

TABEL 2
TABEL DATA UNTUK ANALISA
t + t '
t' log q2 Tekanan
t ' (i) + log t '
(jam) q1 (ksc)
(i)
0.00 - - 39.7
9.25 5.46 4.91 38.4
0.50 4.94 4.74 39.0
0.75 4.76 4.68 39.1
1.00 4.64 4.64 39.1
1.25 4.54 4.60 39.2
1.50 4.46 4.58 39.2
1.75 4.39 4.55 39.3
2.00 4.34 4.54 39.3
2.25 4.29 4.53 39.35
2.50 4.24 4.51 39.35
2.75 4.20 4.49 39.4
3.00 4.16 4.48 39.4
3.50 4.09 4.45 39.45
4.00 4.04 4.44 39.5
4.50 3.98 4.42 39.5
5.00 3.94 4.41 39.55
6.00 3.86 4.38 39.6
7.00 3.79 4.36 39.6
8.50 3.71 4.33 39.6
10.0 3.64 4.31 39.65
11.5 3.58 4.29 39.65
13.0 3.52 4.27 39.7
16.0 3.43 4.24 39.8
19.0 3.36 4.22 39.8
22.0 3.30 4.20 39.8
24.0 3.26 4.18 39.8

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 10 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

t + t ' q 2
Gambar 1. PLOT Pwf TERHADAP LOG + LOG t'
t ' q1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 11 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

6.3. CONTOH PENGISIAN FORMULIR DATA DAN PERHITUNGAN UJI "TWO RATE"

Nama Perusahaan :X
Lapangan :Y
Nomor Sumur : YN
Formasi Yang Di-Uji :Z
Tanggal Pengujian : TGL. - BLN. - TH. -

Data Pendukung Untuk Analisa :


Fasa Fluida :1
Interval Pelubangan :-
Kedalaman Datum Reservoir (mbpl) :-
Jari-jari Sumur (rw, ft) : 0.229
Tebal Formasi (h, ft) : 16.4
Porositas (, fraksi) :
Produksi Kumulatif : Minyak (Np, STB) =
Gas (Gp, MMSCF) =
Air (Wp, STB) =
Saturasi (S, fraksi) : minyak gas air
Laju Produksi Yang Distabilkan
Sebelum Pengujian, q1 [bbl/hari] :
Sesudah Pengujian, q2 [bbl/hari] :
Viskositas (, cp) : minyak
Faktor Volume(B, res vol/volstd) : minyak
Kompresibilitas (c, psi-1) :

Perhitungan Permeabilitas
162.6q1 o Bo
Rumus : k=
mh
qi = 16 bbl/hari m = 22.5 psi/cycle
o = 0.38 cp h = 16.4 ft
Bo = 1.292 bbl/STB k = 3.46 mD
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 12 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

Perhitungan Skin Factor

q1 P1h r Pw k
Rumus : S = 1.151 log + 3 .23
q1 q 2 m o crw 2
q1 = 16 bbl/hari k = 3.46 mD
q2 = 10.6 bbl/hari = 0.22
P1hr = 556.7 psi o = 0.338 cp
Pw = 483.5 psi ct = 263.83 10-6 ft
m = 22.5 rw = 0.229 ft

S = 9.654562

Perhitungan Pskin
Rumus : Pskin = 0.87 (m)(S)
m = 22.5
S = 9.65

Pskin = 188.90 psi

Perhitungan Tekanan Reservoir (P*)

kt
P * = Pw + m log 3.23 + 0.87 S
o c rw
2

Pw = 666.9 psi = 0.2
m = 22.5 psi/cycle = 0.8 cp
k = 3.46 mD ct = 263.3 10-6 (psi)
t = 43,425.5 jam rw = 0.29 ft
S = 9.65

P* = 1,033.18 psi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.04.05
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 13 / 13
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Laju Produksi Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Jamak (Multi Rate Test)

Perhitungan Produktivitas Formasi (J) dan Efisiensi Aliran


Rumus :
q
J nyata =
P * Pwf
q
J ideal =
P Pwf P( skin )
*

J nyata
Efisiensi Aliran =
J ideal
q = 16.0 bbl/hari Pwf = 483.5 psi
P* = 1,033.18 psi P(skin) = 188.90 psi

Jnyata = 0.0291 bbl/hari/psi


Jideal = 0.0443 bbl/hari/psi
Efisiensi Aliran = 65.7 %

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 1 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

ANALISA HASIL UJI DRAWDOWN UNTUK FLUIDA TERMAMPATKAN (GAS)

1. TUJUAN

Analisa UDD reservoir gas dipergunakan untuk menentukan :


1. Permeabilitas formasi (k)
2. Faktor Skin (S)
3. Liquid filled pore volume (Vp)
4. Bentuk (Shape) daerah pengurasan

Catatan : butir 3 dan 4 dapat ditentukan apabila lama uji mencapai periode semi mantap (pseudo
steady state).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Ada tiga metode yang dapat digunakan, yaitu metode P, P2 dan m(P).

2.2. PERSYARATAN
2.2.1. Persyaratan Penggunaan Metode P
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir yang lebih besar dari 4,000 psia. Jadi, apabila
tekanan alir dasar sumur (Pwf) yang tercatat lebih besar dari 4,000 psia, maka metode P
dapat digunakan.

2.2.2. Persyaratan Penggunaan Metode P2


Metode ini berlaku apabila tekanan reservoir lebih kecil dari 2,000 psia. Jadi, apabila
tekanan alir bawah permukaan (Pwf) yang tercatat lebih kecil dari 2,000 psia, maka metode
P2 dapat digunakan.

2.2.3. Persyaratan Penggunaan Metode m(P)


Metode ini dapat digunakan untuk semua harga tekanan reservoir, tetapi karena
penggunaan metode m(P) lebih sukar, maka biasanya hanya dipakai pada tekanan reservoir

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 2 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

antara 2,000 sampai 4,000 psia.

3. LANGKAH KERJA
3.1. LANGKAH KERJA ANALISA UDD METODE P
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc)
b. Viskositas gas (g)
c. Kompresibilitas total (ct)
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T)
f. Tebal lapisan (h)
g. Jari-jari lubang bor (rw)
2. Buat tabel t, Pwf dan (Pi Pwf) dimana P* adalah tekanan sumur sebelum dibuka atau pada t
= 0.
3. Plot (Pr Pwf) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45 (slope
= 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, kalau ada,
tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log cycle dari titik tersebut untuk
menentukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
4. Plot Pwf2 terhadap log t pada kertas semilog. Buat garis lurus melalui titik-titik yang bebas
dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan (m).
5. Tentukan harga permeabilitas (k) dengan persamaan :

8.176 10 5 q sc g Z T
k= (1)
mhP

dimana :
2 2
Pi + Pf
P= , Pf adalah tekanan pada waktu akhir pengujian.
2
g = viskositas gas pada P dan T
Z = faktor deviasi gas pada P dan T

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 3 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

6. Tentukan harga faktor skin (S)


Pi P1 jam k
S = 1.151 log + 3 . 23 (2)
m ct g rw 2
PS = 0.87 m S (3)

3.2. LANGKAH KERJA UDD METODE P2


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc)
b. Viskositas gas (g)
c. Kompresibilitas total (ct)
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T)
f. Tebal lapisan (h)
g. Jari-jari lubang bor (rw)
h. Porositas ()
2. Buat tabel t, Pwf, Pwf2, (Pi2 Pwf2), dimana Pi adalah tekanan sumur sebelum dibuka atau pada
t = 0.
3. Plot (Pi2 Pwf2) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini,
bila ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log cycle dari titik tersebut
untuk menemukan awal tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
4. Plot Pwf2 terhadap log t pada kertas semi log. Buat garis lurus melalui titik-titik yang bebas
dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan (m).
5. Tentukan permeabilitas (k) dengan persamaan :
1.637 10 6 q sc Z T
k= (4)
mh
6. Tentukan faktor skin (S) dan PS :

Pi 2 P1 jam 2 kP
S = 1.151 log + 3.23 (5)
m ct rw 2
PS = 0.87 m S (6)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 4 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

3.3. LANGKAH KERJA ANALISA UDD METODE m(P)


1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. Laju aliran (qsc)
b. Viskositas gas pada kondisi tekanan awal (i)
c. Kompresibilitas total pada kondisi tekanan awal (ct)
d. Temperatur reservoir (T)
e. Tebal lapisan (h)
f. Jari-jari lubang bor (rw)
g. Porositas ()
2. Buat tabel atau grafik korelasi P terhadap m(P).
Catatan : tata cara membuat hubungan P terhadap m(P) lihat pada PK yang sesuai.
3. Buat tabel t, Pws, m(Pws), {m(Pws) m(Pwf)}.
4. Plot {m(Pws) m(Pwf)} terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan
45 (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini,
kalau ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log cycle dari titik tersebut
untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
5. Plot m(Pwf) terhadap log t pada kertas semilog. Buat garis lurus melalui titik-titik yang bebas
dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan, m.
6. Tentukan harga permeabilitas (k) :
1.637 10 6 q scT
k= (7)
mh
7. Tentukan harga faktor skin (S) dan PS :

( Pi ) m( P1 jam ) k
S = 1.151 log + 3.23 (8)
m ( g ct ) i rw 2

PS = 0.87 m S

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 5 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

3.4. MEMPERKIRAKAN BENTUK DAERAH PENGURASAN


Tata cara kerja memperkirakan bentuk daerah pengurasan atau jari-jari pengurasan sumur gas
ditentukan dari data uji drawdown pada periode transien dan semi mantap. Langkah kerja tersebut
telah diterangkan pada Analisa Uji Drawdown dengan menggunakan m(P) sebagai pengganti P,
kecuali harga Vp ditentukan berdasarkan persamaan :
2,356.0776 T q sc
Vp = (10)
L ct g

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 6 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

4. DAFTAR PUSTAKA

1. ERCB : "Theory and Practice of the Testing of Gas Wells", Third Edition, 1975.
2. Ikoku, Chi. U : "Natural Gas Reservoir Engineering", John Willey & Sons, 1984.
3. Ikoku, Chi. U : "Natural Gas Production Engineering", John Willey & Sons, 1984.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 7 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

5. DAFTAR SIMBOL

ct = kompresibilitas total, psi-1


h = tebal lapisan produktif, ft
k = permeabilitas lapisan, mD
m = kemiringan, psi/log cycle
m(P) = pseudo pressure function, psi2/cp
P = tekanan, psi
P = tekanan rata-rata, psi
qsc = laju aliran gas, MMSCF/D
r = jari-jari atau jarak, ft
S = faktor skin, tidak bersatuan
T = temperatur, R
t = waktu, jam
tp = waktu produksi, jam
Z = faktor deviasi gas, tidak bersatuan
Z = faktor deviasi pada tekanan rata-rata

Huruf Yunani :
= viskositas gas, cp
= viskositas pada tekanan rata-rata, cp

= porositas, fraksi
= selisih

Subskrip :
i = awal
1jam = setelah pengaliran atau penutupan sumur selama 1 jam
wf = sumur dialirkan
ws = sumur ditutup

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 8 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Metode P
Di sini gas dianggap bersifat agak termampatkan (slightly compressible sebagaimana
halnya minyak). Metode ini hanya dipakai untuk tekanan reservoir di atas 4,000 psia.
P
Anggapan lainnya adalah = tetap.
Z
Persamaan dasar tekanan transien untuk kasus ini adalah :

Z T q sc kt
Pwf = Pi 8.176 10 5 log 3.23 (11)
Pkh ct rw 2

6.1.2. Metode P2
P
Disini dianggap bahwa Z tetap atau hubungan terhadap P linier. Kondisi ini berlaku
Z
kurang lebih untuk tekanan di bawah 2,000 psia.
Persamaan dasar tekanan transien adalah :

2 2 Z T q sc kt
Pwf = Pi 1.637 10 6 log 3.23 (12)
ct rw
2
Pkh

6.1.3. Metode m(P) atau Pseudo Pressure Function


Metode ini digunakan untuk semua tekanan reservoir. Karena penggunaan metode m(P)
lebih sukar, biasanya hanya dipakai pada tekanan reservoir dari 2,000 sampai 4,000 psia.
Persamaan dasar metode m(P) ini adalah :

q scT kt
m( Pwf ) = m( Pi ) 1.637 106 log 3.23 (13)
kh i cti rw 2

dimana :
P
P
m( P ) = 2 dP (14)
Po
Z
P adalah suatu tekanan referensi yang digunakan, misalnya P = 0 psia.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 9 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

6.2. CONTOH ANALISA UDD METODE m(P)


UDD dilakukan pada sumur BT-7/LS. Data tekanan (Pwf) terhadap waktu serta hasil perhitungan
m(P) tercantum pada Tabel 1.
Log-log plot m(Pwf) terhadap t pada Gambar 1. Sedangkan semilog-plot m(Pwf) terhadap t
pada Gambar 2 dan plot kartesian m(Pwf) terhadap t pada Gambar 3.

Data Pendukung untuk Analisa :


Temperatur (T) = 243 oF
Specific gravity (SG) = 0.7
Laju aliran gas (qsc) = 5.009 MMSCF/D
Lama uji = 24 jam
Porositas () = 0.15
Tebal lapisan (h) = 13,123 ft
Jari-jari sumur (rw) = 0.51 ft
Kompresibilitas gas awal (cgj) = 2.4964 10-4 psi-1
Kompresibilitas formasi (cf) = 6.0 10-6 psi-1
Kompresibilitas total (ct) = 2.5564 10-6 psi-1
Viskositas gas awal (gi) = 0.01976 cp

Dari Gambar 2 diperoleh :


m(Pi) = 668.483 106 psi2/cp
m(P1jam) = 320.975 106 psi2/cp
m(Pwf) = 212.883 106 psi2/cp
m = 21.428 106 psi2/cp/cycle

Dari Gambar 3 diperoleh :


m(Pint) = 314.29 106 psi2/cp
L = 4.29 106 psi2/cp/jam
tpss = 11.20 jam

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 10 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

1. Tentukan harga permeabilitas (k) :


1.637 10 6 T q sc
k=
mh
(1.637)(703)(5.009)(10 6 )
= = 20.5 mD
(21.428 10 6 )(13,123)

2. Faktor skin (S) :


m( Pi ) m( Pij ) k
S = 1.151 log + 3.23
m ( g ct ) i rw 2
668.49 320.96 20.5
= 1.151 log 4
+ 3.23
21.43 (0.15)(0.01976)(2.556 10 )(0.51) 2

= 13.14

3. Penentuan Bentuk Daerah Pengurasan (Vp) :


m( Pi ) + m( Pwf ) 668.48 + 212.88
m( P ) = =
2 2
= 440.68 106 psi2/cp
P = 2,585.83 psi
ct = 2.5564 10-4 psi-1
g = 0.01976 cp
2,356.0776 T q sc
Vp =
L ct g
(2,356.0776)(703)(5.004)
=
(4.29 10 6 )(0.01976)(2.5564 10 4 )
= 0.244 MM cuft

4. Shape Factor (CA) :

m m( P1 jam ) m( Pint )
C A = 5.456 exp 2.303
L m

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 11 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

21.428 320.957 314.286


= 5.456 exp 2.303
4.286 21.428
= 13.3173
L 4.286
(t pDA ) pss = 0.1833 t pss = 0.1833 11.2
m 21.428
= 0.4125

Bentuk daerah pengurasan :


CA = 13.3173
(tpDA)pss = 0.4125

Dari Tabel pada PK yang sesuai diperoleh :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 12 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1
PERUSAHAAN : PERTAMINA
SUMUR : BT-7/LS
TEMPERATUR : 243 oF
SPECIFIC GRAVITY : 0.7000
PENGUJIAN : Drawdown # XT
No dt, jam Pwf , psi m(Pwf), psi2 /cp m(Pwf), psi2 /cp
1 0. 000 2,813. 395 563. 0360E+006 000. 0000E002
2 0. 017 2,741. 553 538. 4039E+006 246. 3206E+005
3 0. 033 2,556. 759 476. 7227E+006 863. 1329E+005
4 0. 050 2,421. 139 433. 1053E+006 129. 9307E+005
5 0. 067 2,328. 317 404. 1 165E+006 158. 9195E+006
6 0. 083 2,262. 835 384. 1098E+006 178. 9262E+006
7 0. 100 2,217. 415 370. 4547E+006 192. 5813E+006
8 0. 117 2,187. 297 361. 5028E+006 201. 5332E+006
9 0. 133 2,159. 431 353. 2941E+006 216. 3902E+006
10 0. 150 2,136. 681 346. 6458E+006 216. 3902E+006
11 0. 167 2,116. 591 340. 8155E+006 222. 2205E+006
12 0. 183 2,088. 542 332. 7388E+006 230. 2972E+006
13 0. 200 2,076. 353 329. 2525E+006 233. 7835E+006
14 0. 217 2,082. 356 330. 9676E+006 232. 0683E+006
15 0. 233 2,084. 948 331. 7093E+006 231. 3267E+006
16 0. 250 2,085. 250 331. 7959E+006 231. 2401E+006
17 0. 267 2,083. 464 331. 2846E+006 231. 7514E+006
18 0. 283 2,081. 086 330. 6046E+006 232. 4314E+006
19 0. 300 2,078. 546 329. 8785E+006 233. 1575E+006
20 0. 317 2,076. 461 329. 2834E+006 233. 7526E+006
21 0. 333 2,074. 759 328. 7975E+006 234. 2385E+006
22 0. 350 2,073. 250 328. 3671E+006 234. 6689E+006
23 0. 367 2,071. 038 327. 7367E+006 235. 2993E+006
24 0. 383 2,068. 936 327. 1379E+006 235. 8981E+006
25 0. 400 2,067. 549 326. 7433E+006 236. 2927E+006
26 0. 417 2,066. 091 326. 3284E+006 236. 7076E+006
27 0. 433 2,065. 217 326. 0799E+006 236. 9561E+006
28 0. 467 2,063. 497 325. 5909E+006 237. 4451E+006
29 0. 500 2,066. 424 326. 4232E+006 236. 6128E+006
30 0. 533 2,064. 986 326. 0140E+006 237. 0220E+006
31 0. 567 2,061. 755 325. 0958E+006 237. 9402E+006
32 0. 600 2,058. 444 324. 1559E+006 238. 8801E+006
33 0. 633 2,057. 127 323. 7824E+006 239. 2536E+006
34 0. 667 2,056. 416 323. 5810E+006 239. 4550E+006
35 0. 700 2,055. 391 323. 2902E+006 239. 7458E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 13 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
36 0. 733 2,054. 359 322. 9979E+006 240. 0381E+006
37 0. 767 2,053. 462 322. 7438E+006 240. 2922E+006
33 0. 800 2,052. 412 322. 4465E+006 240. 5895E+006
39 0. 833 2,051. 603 322. 2174E+006 240. 8186E + 006
40 0. 867 2,050. 545 321. 9181E+006 241. 1179E+006
41 0. 900 2,049. 777 321. 7009E+006 241. 3351E+006
42 0. 933 2,048. 823 321. 4311E+006 241. 6049E+006
43 0. 967 2,047. 895 321. 1685E+006 241. 8675E+006
44 1. 000 2,047. 146 320. 9569E+006 242. 0791E+006
45 1. 033 2,046. 213 320. 6931E+006 242. 3429E+006
46 1. 067 2,045. 211 320. 4101E+006 242. 6259E+006
47 1. 100 2,044. 494 320. 2078E+006 242. 8282E+006
48 1. 133 2,043. 458 319. 9152E+006 243. 1208E+006
49 1. 167 2,042. 709 319. 7038E+006 243. 3322E+006
50 1. 200 2,041. 848 319. 4609E+006 243. 5751E+006
51 1. 233 2,041. 054 319. 2370E+006 243. 7990E+006
52 1. 267 2,040. 236 319. 0062E+006 244. 0298E+006
53 1. 300 2,039. 380 318. 7649E+006 244. 271 1E+006
54 1. 333 2,038. 706 318. 5751E+006 244. 4609E+006
55 1. 367 2,037. 964 318. 3659E+006 244. 6701E+006
56 1. 400 2,037. 012 318. 0978E+006 244. 9382E+006
57 1. 433 2,036. 137 317. 8515E+006 245. 1845E+006
58 1. 467 2,035. 356 317. 6316E+006 245. 4044E+006
59 1. 500 2,034. 574 317. 4114E+006 245. 6246E+006
60 i. 533 2,033. 808 317. 1960E+006 245. 8400E+006
61 1. 567 2,032. 813 316. 9162E+006 246. 1198E+006
62 1. 600 2,032. 075 316. 7088E+006 246. 3272E+006
63 1. 633 2,031. 593 316. 5731E+006 246. 4629E+006
64 1. 667 2,031. 069 316. 4260E+006 246. 6100E+006
65 1. 700 2,031. 416 316. 5235E+006 246. 5125E+006
66 1. 733 2,029. 918 316. 1024E+006 246. 9336E+006
67 1. 767 2,030. 724 316. 3290E+006 246. 7070E+006
68 1. 800 2,027. 831 315. 5165E+006 247. 5195E+006
69 1. 883 2,026. 038 315. 0132E+006 248. 0228E+006
70 1. 967 2,024. 245 314. 5130E+006 248. 5230E+006
71 2. 050 2,022. 406 313. 9948E+006 249. 0412E+006
72 2. 133 2,020. 683 313. 5123E+006 249. 5237E+006
73 2. 217 2,018. 781 312. 9800E+006 250. 0560E+006
74 2. 300 2,017. 180 312. 5320E+006 250. 5040E+006
75 2. 383 2,015. 431 313. 0431E+006 250. 9929E+006
76 2. 467 2,013. 585 311. 5271E+006 251. 5089E+006
77 2. 550 2,011. 914 311. 0604E+006 251. 9756E+006
78 2. 633 2,010. 1 12 310. 5578E+006 252. 4782E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 14 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf ), psi2 /cp
79 2. 717 2,008. 873 310. 2121E+006 252. 8239E+006
80 2. 800 2,006. 795 309. 6328E+006 253. 4032E+006
81 2. 883 2,006. 181 309. 1823E+006 253. 8528E+006
82 2. 967 2,003. 699 308. 7706E+006 254. 2654E+006
83 3. 050 2,002. 275 308. 3743E+006 254. 6617E+006
84 3. 133 2,000. 559 307. 8972E+006 255. 1388E+006
85 3. 217 1,998. 956 307. 4515E+006 255. 5845E+006
86 3. 300 1,997. 508 307. 0492E+006 255. 9868E+006
87 3. 383 1,997. 590 307. 0721E+006 255. 9639E+006
88 3. 467 1,995. 129 306. 3888E+006 256. 6472E+006
89 3. 550 2,992. 865 305. 7608E+006 257. 2752E+006
90 3. 633 1,991. 158 305. 2877E+006 257. 7483E+006
91 3. 717 1,989. 520 304. 8338E+006 258. 2022E+006
92 3. 800 1,987. 986 304. 4093E+006 258. 6267E+006
93 3. 883 1,986. 476 303. 9915E+006 259. 0445E+006
94 3. 967 1,984. 854 303. 5428E+006 259. 4932E+006
95 4. 050 1,983. 459 303. 1572E+006 259. 8788E+006
96 4. 133 1,981. 804 302. 7002E+006 260. 3358E+006
97 4. 217 1,980. 069 302. 2212E+006 260. 8148E+006
98 4. 300 1,978. 675 301. 8364E+006 261. 1996E+006
99 4. 383 1,977. 005 301. 3759E+006 261. 6601E+006
100 4. 467 1,975. 793 301. 0420E+006 261. 9940E+006
101 4. 550 1,974. 004 300. 5491E+006 262. 4869E+006
102 4. 633 1,972. 433 300. 1166E+006 262. 9194E+006
103 4. 717 1,970. 932 299. 7336E+006 263. 3324E+006
1O4 4. 800 1,969. 330 299. 2630E+006 263. 7730E+006
105 4. 883 1,967. 842 298. 8541E+006 264. 1819E+006
106 4. 967 1,966. 221 298. 4088E+006 265. 0457E+006
107 5. 050 1,964. 696 297. 9903E+006 265. 0457E+006
108 5. 133 1,963. 191 297. 5773E+006 265. 4587E+006
109 5. 217 1,961. 712 297. 1718E+006 265. 8642E+006
110 5. 300 1,960. 177 296. 7511E+006 266. 2849E+006
11 1 5. 383 1,958. 520 296. 2971E+006 266. 7389E+006
112 5. 467 1,956. 998 295. 8804E+006 267. 1556E+006
113 5. 550 1,955. 452 295. 4575E+006 267. 5785E+006
114 5. 633 1,955. 837 295. 0160E+006 268. 0200E+006
115 5. 717 1,952. 297 294. 6063E+006 268. 4297E+006
116 5. 300 1,950. 591 294. 1291E+006 268. 9069E+006
117 5. 883 1,950. 243 294. 0341E+006 269. 0019E+006
118 5. 967 1,948. 989 293. 6919E+006 269. 3441E+006
119 6. 050 1,946. 032 292. 8856E+006 270. 1504E + 006
120 6. 133 1,944. 551 292. 4818E+006 270. 5542E+006
121 6. 217 1,943. 005 292. 0609E+006 270. 9751E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 15 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
122 6. 300 1,941. 269 291. 5885E+006 271. 4475E+006
123 6. 383 1,939. 854 291. 2034E+006 271. 8326E+006
124 6. 467 1,938. 117 290. 7314E+006 272. 3046E+006
125 6. 550 1,936. 885 290. 3967E+006 272. 5393E+006
126 6. 633 1,935. 379 283. 9876E+006 273. 0484E+006
127 6. 717 1,933. 518 289. 4826E+006 273. 3334E+006
128 6. 800 1,931. 872 289. 0361E+006 273. 9999E+006
129 6. 883 1,930. 240 288. 5938E+006 274. 4422E+006
130 6. 967 1,928. 866 288. 2217E+006 274. 8143E+006
131 7. 050 1,927. 384 287. 8206E+006 275. 2154E+006
132 7. 133 1,925. 727 287. 3720E+006 275. 6640E+006
133 7. 217 1,924. 203 286. 9601E+006 276. 0759E+006
134 7. 300 1,922. 580 286. 5214E+006 276. 5146E+006
135 7. 383 1,920. 833 286. 0496E+006 276. 9864E+006
136 7. 467 1,919. 639 285. 7274E+006 277. 3086E+006
137 7. 550 1,917. 821 285. 2367E+006 277. 7993E+006
138 7. 633 1,916. 305 284. 8281E+006 278. 2079E+006
139 7. 717 1,914. 687 284. 3922E+006 278. 6438E+006
140 7. 800 1,913. 212 283. 9948E+006 279. 0412E+006
141 7. 883 1,912. 153 283. 7100E+006 279. 3260E+006
142 7. 967 1,910. 514 283. 2690E+006 279. 7670E+006
143 8. 050 1,908. 563 282. 7444E+006 280. 2916E+006
144 8. 133 1,906. 930 282. 3058E+006 280. 7302E+006
145 8. 271 1,905. 448 281. 9079E+006 281. 1281E+006
146 8. 300 1,904. 040 281. 5301E+006 281. 5059E+006
147 8. 383 1,902. 332 281. 0720E+006 281. 9640E+006
148 8. 467 1,900. 959 280. 7041E+006 282. 3319E+006
149 8. 550 1,899. 306 280. 2613E+006 282. 7747E+006
150 8. 633 1,897. 707 279. 8331E+006 283. 2029E+006
151 8. 717 1,896. 220 279. 4355E+006 283. 6005E+006
152 8. 800 1,894. 764 279. 0461E+006 283. 9899E+006
153 8. 883 1,893. 023 278. 5809E+006 284. 4551E+006
154 8. 967 1,891. 679 278. 2218E+006 284. 8142E+006
155 9. 050 1,890. 030 277. 7817E+006 285. 2543E+006
156 9. 133 1,888. 791 277. 4514E+006 285. 5846E+006
157 9. 217 1,888. 715 277. 4311E+006 285. 6049E+006
158 9. 300 1,885. 748 276. 6404E+006 286. 3956E+006
159 9. 383 1,883. 789 276. H85E+006 286. 9175E+006
160 9. 467 1,882. 296 275. 7213E+006 287. 3147E+006
161 9. 550 1,880. 768 275. 3150E+006 287. 7210E+006
162 9. 633 1,879. 161 274. 8878E+006 288. 1482E+006
163 9. 717 1,877. 542 274. 4579E+006 288. 5781E+006
164 9. 800 1,877. 065 274. 3314E+006 288. 7046E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 16 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf ), psi2/cp
165 9. 883 1,876. 1 18 274. 0799E+006 288. 9661E+006
166 9. 967 1,873. 620 273. 4174E+006 289. 6186E+006
167 10. 050 1,872. 479 273. 1149E+006 289. 9211E+006
168 10. 133 1,871. 067 272. 7410E+006 290. 2950E+006
169 10. 217 1,869. 454 272. 3137E+006 290. 7223E+006
170 10. 300 1,869. 175 272. 2399E+006 290. 7961E+006
171 10. 383 1,866. 522 271. 5383E+006 291. 4977E+006
172 10. 467 1,864. 918 271. 1 144E+006 291. 9216E+006
173 10. 550 1,863. 099 270. 6339E+006 292. 4021E+006
174 10. 633 1,861. 640 270. 2489E+006 292. 7871E+006
175 10. 717 1,860. 298 269. 8950E+006 293. 1410E+006
176 10. 800 1,358. 500 269. 4208E+006 293. 6152E+006
177 10. 883 1,856. 966 269. 0168E+006 294. 0192E+006
178 10. 967 1,855. 474 268. 6241E+006 294. 4119E+006
179 11. 050 1,854. 041 268. 2468E+006 294. 7892E+006
180 11. 133 1,852. 405 267. 8166E+006 295. 2194E+006
181 11.217 1,851. 088 267. 4704E+006 295. 5656E+006
182 11. 300 1,849. 561 267. 0694E+006 295. 9666E+006
183 11. 383 1,848. 100 266. 6860E+006 296. 3500E+006
184 11. 467 1,846. 628 266. 2997E+006 296. 7363E+006
185 11. 550 1,845. 086 265. 8954E+006 297. 1406E+006
186 11. 633 1,843. 707 265. 5342E+006 297. 5018E+006
187 11. 717 1,842. 024 265. 0934E+006 297. 9426E+006
188 11. 800 1,840. 645 264. 7324E+006 298. 3036E+006
189 11. 883 1,839. 075 264. 3217E+006 298. 7143E+006
190 11. 967 1,837. 640 263. 9468E+006 299. 0892E+006
191 12. 050 1,836. 227 263. 5774E+006 299. 4586E+006
192 12. 133 1,834. 703 263. 1796E+006 299. 8564E+006
193 12. 217 1,833. 470 262. 8578E+006 300. 1782E+006
194 12. 300 1,832. 139 262. 5107E+006 300. 5253E+006
195 12. 383 1,830. 613 262. 1130E+006 300. 9230E+006
196 12. 467 1,829. 209 261. 7471E+006 301. 2889E+006
197 12. 550 1,827. 632 261. 3367E+006 301. 6993E+006
198 12. 633 1,826. 248 260. 9765E+006 302. 0595E+006
199 12. 717 1,825. 010 260. 6547E+006 302. 3813E+006
200 12. 800 1,823. 304 260. 2111E+006 302. 8248E+006
201 12. 883 1,621. 960 259. 8620E+006 303. 1740E+006
202 12. 967 1,820. 630 259. 5168E+006 303. 5192E+006
203 13. 050 1,819. 007 259. 0958E+006 303. 9402E+006
204 13. 133 1,817. 778 258. 7771E+006 304. 2589E+006
205 13. 217 1,816. 382 258. 4154E+006 304. 6206E+006
206 13. 300 1,815. 052 258. 0710E+006 304. 9650E+006
207 13. 383 1,814. 101 257. 8247E+006 305. 2113E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 17 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
208 13.467 1,812. 055 257. 2954E+006 305. 7406E+006
209 13.550 1,810. 892 256. 9947E+006 306. 0413E+006
210 13. 633 1,809. 799 256. 7124E+006 306. 3236E+006
211 13. 717 1,808. 247 256. 3115E+006 306. 7245E+006
212 13. 800 1,807. 032 255. 9977E+006 307. 0383E+006
213 13. 883 1,805. 732 255. 6623E+006 307. 3737E+006
214 13. 967 1,804. 490 255. 3421E+006 307. 6939E+006
215 14. 050 1,802. .907 245. 9342E+006 308. 1018E+006
216 14. 133 1,801. 924 254. 6810E+006 308. 3550E+006
217 14. 217 1,799. 834 254. 1430E+006 308. 8930E+006
218 14. 300 1,798. 895 253. 9013E+006 309. 1347E+006
219 14. 383 1,797. 051 253. 4272E+006 309. 6088E+006
220 14. 467 1,795. 658 253. 0694E+006 309. 9666E+006
221 14. 550 1,794. 456 252. 7615E+006 310. 2745E+006
222 14. 633 1,793. 282 252. 4595E+006 310. 5765E+006
223 14. 717 1,792. 596 252. 2834E+006 310. 7526E+006
224 14. 800 1,794. 652 252. 8110E+006 310. 2250E+006
225 14. 883 1,789. 321 251. 4438E+006 311. 5922E+006
226 14. 967 1,792. 014 252. 1342E+006 310. 9018E+006
227 15. 050 1,790. 797 251. 8221E+006 311. 2139E+006
228 15. 133 1,764. 229 250. 1409E+006 312. 8951E+006
229 15. 217 1,784. 855 250. 3008E+006 312. 7352E+006
230 15. 300 1,783. 012 249. 8298E+006 313. 2062E+006
231 15. 383 1,780. 379 249. 1577E+006 313. 8783E+006
232 15. 467 1,779. 414 248. 9113E+006 314. 1247E+006
233 15. 550 1,777. 519 248. 4281E+006 314. 6079E+006
234 15. 633 1,776. 417 248. 1473E+006 314. 8887E+006
235 15. 717 1,773. 950 247. 5190E+006 315. 5170E+006
236 15. 800 1,772. 525 247. 1566E+006 315. 8794E+006
237 15. 883 1,771. 148 246. 8064E+006 316. 2296E+006
238 15. 967 1,769. 382 246. 3576E+006 316. 6784E+006
239 16. 050 1,768. 104 246. 0330E + 006 317. 0030E+006
240 16. 133 1,766. 876 245. 7214E+006 317. 3146E+006
241 16. 217 1,765. 877 245. 4680E+006 317. 5680E+006
242 16. 300 1,764. 294 245. 0666E+006 317. 9694E+006
243 16. 383 1,763. 815 244. 9454E+006 318. 0906E+006
244 16. 467 1,761. 251 244. 2958E+006 318. 7402E+006
245 16. 550 1,759. 672 243. 8965E+006 319. 1395E+006
246 16. 633 1,758. 369 243. 5669E+006 319. 4691E+006
247 16. 717 1,757. 231 243. 2791E+006 319. 7569E+006
248 16. 800 1,755. 593 242. 8655E+006 320. 1705E+006
249 16. 883 1,754. 237 242. 5231E+006 320. 5129E+006
250 16. 967 1,752. 627 242. 1170E+006 320. 9190E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 18 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
251 17. 050 1,751. 175 241. 7508E+006 321. 2852E+006
252 17. 133 1,751. 507 241. 8345E+006 321. 2015E+006
253 17. 217 1,750. 579 241. 6008E+006 321. 4352E+006
254 17. 300 1,747. 388 240. 7972E+006 322. 2388E+006
255 17. 383 1,746. 076 240. 4677E+006 322. 5683E+006
256 17. 467 1,744. 490 240. 0687E+006 322. 9673E+006
257 17. 550 1,743. 106 239. 7208E+006 323. 3152E+006
258 17. 633 1,741. 572 239. 3358E+006 323. 7002E+006
259 17. 717 1,742. 999 239. 6941E+006 323. 3419E+006
260 17. 800 1,738. 357 238. 5294E+006 324. 5066E+006
261 17. 883 1,737. 304 238. 2657E+006 324. 7703E+006
262 17. 967 1,735. 750 237. 8765E+006 325. 1595E+006
263 18. 050 1,734. 737 237. 6228E+006 325. 4132E+006
264 18. 133 1,738. 910 238. 6679E+006 324. 3681E+006
265 18. 217 1,734. 494 237. 5622E+006 325. 4738E+006
266 18. 300 1,730. 230 236. 4963E+006 326. 5397E+006
267 18. 383 1,728. 979 236. 1840E+006 326. 8520E+006
268 18. 467 1,727. 622 235. 8454E+006 327. 1906E+006
269 18. 550 1,728. 716 236. 1183E+006 326. 9177E+006
270 18. 633 1,724. 902 235. 1671E+006 327. 8689E+006
271 18. 717 1,723. 199 234. 7432E+006 328. 2928E+006
272 18. 800 1,721. 654 234. 3586E+006 328. 6774E+006
273 18. 883 1,720. 672 234. 1145E+006 328. 9215E+006
274 18. 967 1,718. 801 233. 6493E+006 329. 3867E+006
275 19. 050 1,717. 402 233. 3018E+006 329. 7342E+006
276 19. 133 1,715. 941 232. 9392E+006 330. 0968E+006
277 19. 217 1,714. 413 232. 5601E+006 330. 4759E+006
278 19. 300 1,712. 981 232. 2051E+006 830. 8309E+006
279 19. 383 1,711. 632 231. 8708E+006 331. 1652E+006
280 19. 467 1,710. 060 231. 4815E+006 331. 5545E+006
281 19. 550 1,708. 864 231. 1857E + 006 331. 8503E+006
282 19. 633 1,707. 975 230. 9659E+006 332. 0701E+006
283 19. 717 1,707. 890 230. 9449E+006 332. 0911E+006
284 19. 800 1,705. 431 230. 3372E+006 332. 6988E+006
285 19. 883 1,704. 512 230. 1101E + 006 332. 9259E+006
286 19. 967 1,702. 534 229. 6221E+006 333. 4139E+006
287 20. 050 1,702. 615 229. 6421E+006 333. 3939E+006
288 20. 133 1,700. 027 229. 0040E+006 334. 0320E+006
289 20. 217 1,698. 074 228. 5229E+006 334. 5131E+006
290 20. 300 1,696. 575 228. 1542E+006 334. 8818E+006
291 20. 383 1,696. 192 228. 0599E+006 334. 9761E+006
292 20. 467 1,993. 674 227. 4409E+006 335. 5951E+006
293 20. 550 1,692. 167 227. 0710E+006 335. 9650E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 19 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 1 (LANJUTAN)
No dt, jam Pwf, psi m(Pwf), psi2/cp m(Pwf), psi2/cp
294 20. 633 1,691. 279 226. 8528E+006 336. 1832E+006
295 20. 717 1,689. 609 226. 4433E+006 336. 5927E+006
296 20. 800 1,688. 299 226. 1222E + 006 336. 9138E+006
297 20. 883 1,687. 142 225. 8385E+006 337. 1975E+006
298 20. 967 1,685. 562 225. 4567E+006 337. 5793E+006
299 21. 050 1,687. 081 225. 8236E+006 337. 2124E+006
300 21. 133 1,682. 870 224. 7932E+006 338. 2428E+006
301 21. 217 1,681. 238 224. 3943E+006 338. 6417E+006
302 21. 300 1,680. 086 224. 1129E+006 338. 9231E+006
303 21. 383 1,678. 989 223. 8452E+006 339. 1908E+006
304 21. 467 1,677. 821 223. 5962E+006 339. 4758E+006
305 21. 550 1,676. 146 223. 1519E+006 339. 8841E+006
306 21. 633 1,674. 483 222. 7468E+006 340. 2892E+006
307 21. 717 1,673. 141 222. 4201E+006 340. 6159E+006
308 21. 800 1,671. 976 222. 1366E+006 340. 8994E+006
309 21. 863 1,670. 215 221. 7085E+006 341. 3275E+006
310 21. 967 1,668. 874 221. 3825E+006 341. 6535E+006
311 22. 050 1,668. 993 221. 4114E+006 341. 6246E+006
312 22. 133 1,667. 204 220. 9771E+006 342. 0589E+006
313 22. 217 1,669. 243 221. 4722E+006 341. 5638E+006
314 22. 300 1,664. 842 220. 4041E+006 342. 6319E+006
315 22. 383 1,662. 601 219. 8611E+006 343. 1749E+006
316 22. 467 1,661. 741 219. 6527E+006 343. 3833E+006
317 22. 550 1,660. 225 219. 2893E+006 343. 7501E+006
318 22. 633 1,659. 174 219. 0317E+006 344. 0043E+006
319 22. 717 1,656. 250 218. 3250E+006 344. 7110E+006
320 22. 800 1,655. 437 218. 1287E+006 344. 9073E+006
321 22. 883 1,653. 118 217. 5659E+006 345. 4655E+006
322 22. 967 1,651. 580 217. 1985E+006 345. 8375E+006
323 23. 050 1,650. 099 216. 8418E+006 346. 1941E+006
324 23. 133 1,648. 820 216. 5341E+006 346. 5019E+006
325 23. 217 1,646. 779 216. 0431E+006 346. 9929E+006
326 23. 300 1,646. 219 215. 9084E+006 347. 1276E+006
327 23. 383 1,643. 772 215. 3207E+006 347. 7153E+006
328 23. 467 1,642. 441 215. 0014E+006 348. 0346E+006
329 23. 550 1,642. 319 214. 9721E+006 348. 0639E+006
330 23. 633 1,639. 504 214. 2972E+006 348. 7388E+006
331 23. 717 1,637. 411 213. 7960E+005 349. 2400E+006
332 23. 800 1,636. 047 213. 4697E+006 349. 5663E+006
333 23. 817 1,635. 707 213. 3882E+006 349. 6478E+006
334 23. 833 1,635. 451 213. 3271E+006 349. 7089E+006
335 23. 850 1,634. 930 213. 2026E+006 349. 8334E+006
336 23. 867 1,635. 130 213. 2503E+006 349. 7857E+006
337 23. 883 1,634. 156 313. 0176E+006 350. 0184E+006
338 23. 900 1,633. 591 212. 8625E+006 350. 1535E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 20 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 21 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.01
Halaman : 22 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 1 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

ANALISA HASIL UJI PRESSURE BUILD UP UNTUK


FLUIDA TERMAMPATKAN (GAS)

1. TUJUAN

Analisa Hasil Uji Pressure Build Up (PBU) reservoir gas bertujuan untuk menentukan :
1. Permeabilitas formasi (k)
2. Faktor Skin (S)
3. Tekanan reservoir (P* atau P)
4. Efisiensi aliran (FE)

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Ada tiga metode yang dapat digunakan, yaitu metode P, P2 dan m(P).

2.2. PERSYARATAN
2.2.1. Persyaratan Penggunaan Metode P
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 4,000 psia. Jadi, apabila
tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) lebih besar dari 4,000 psia, maka metode P dapat
digunakan.

2.2.2. Persyaratan Penggunaan Metode P2


Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 2,000 psia. Jadi, apabila
tekanan bawah permukaan (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih kecil dari 2,000 psia, maka
metode P2 dapat digunakan.

2.2.3. Persyaratan Penggunaan Metode m(P)


Metode ini dapat digunakan untuk semua harga tekanan reservoir, tetapi karena
penggunaan metode m(P) lebih sukar, biasanya metode ini hanya dipakai pada tekanan
reservoir antara 2,000 sampai dengan 4,000 psia.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 2 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

3. LANGKAH KERJA
3.1. LANGKAH KERJA ANALISA PBU METODE P
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (g), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), oR
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
h. Porositas ()
i. Jari-jari lubang bor (rw), ft
Jadi, apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih besar dari 4000 psia,
maka metode P dapat digunakan.
2. Buat tabel t, (tp + t), Pws dan (Pws Pwf), dimana Pwf adalah tekanan saat t = 0.
3. Plot (Pws Pwf) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45
(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini,
kalau ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log cycle dari titik
tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
t p + t
4. Plot antara Pws terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus melalui titik yang
t
bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan, m.
t p + t
5. Ekstrapolasikan garis lurus tersebut sampai ke harga =1 untuk mendapatkan P*.
t
6. Hitung harga permeabilitas (k) :
8.176 10 5 q sc Z T
k= (1)
mhP
dimana :

P *2 + Pwf2
P=
2
= viskositas gas pada P dan T

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 3 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Z = faktor deviasi gas pada P dan T

7. Tentukan harga faktor skin (S) dan PSkin :

P1 jam Pwf k
S = 1.151 log + 3.23 (2)
m ct rw
2

PSkin = 0.87 m S

8. Tentukan Efisiensi aliran (FE) :


P * Pwf PS
FE = (3)
P * Pwf

3.2. LANGKAH KERJA PBU METODE P2


1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (g), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), oR
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Jari-jari lubang bor (rw), ft
h. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
i. Porositas ()
t p + t
2. Buat tabel t, , Pws, P 2ws dan (P 2ws P 2wf ), dimana Pwf adalah tekanan saat t = 0.
t
3. Plot (P 2ws P 2wf ) terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan kemiringan 45

(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini,
bila ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1 log-cycle dari titik
tersebut untuk menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 4 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

t p + t
4. Plot P 2ws terhadap log pada kertas semi log. Buat garis lurus melalui titik yang
t
bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan, m.
t p + t
5. Ekstrapolasikan garis lurus (butir 4) sampai ke harga = 1 untuk mendapatkan P *ws
t

dan hitung P* = Pws*2 .


6. Hitung harga permeabilitas (k) dengan persamaan :
1.637 10 6 q sc T Z
k= (5)
mh
dimana :

P *2 + Pwf2
P= (6)
2
= viskositas pada P dan T
Z = faktor deviasi gas pada P dan T
7. Tentukan harga faktor skin (S) dan PSkin :

P12jam Pwf2 kP
S = 1.151 log + 3.23 (7)
m rw2
PSkin = 0.87 m S (8)

8. Tentukan harga Efisiensi aliran (FE) :

P *2 Pwf2 Pskin
2

FE = (9)
P *2 Pwf2

3.3. LANGKAH KERJA ANALISA PBU METODE m(P)


1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas pada kondisi tekanan awal (), cp
c. Kompresibilitas total pada kondisi tekanan awal (ct)
d. Temperatur reservoir (T)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 5 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

e. Tebal lapisan (h)


f. Jari-jari lubang bor (rw)
2. Buat tabel atau grafik korelasi P ke m(P).
3. Buat tabel t, Pws, m(Pws), {m(Pws) m(Pwf)} dan (tp + t)/t
4. Plot {m(Pws) m(Pwf)} terhadap t pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan
kemiringan 45 (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh wellbore
storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1
log cycle dari titik tersebut untuk menerangkan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh
oleh wellbore storage.
t p + t
5. Plot m(Pws) terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus melalui titik-titik
t
yang bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan (m).
t p + t
6. Ekstrapolasikan garis lurus di atas sampai harga = l untuk mendapatkan harga
t
m(P*). Kemudian tentukan P* melalui korelasi dari butir 2.
7. Tentukan harga permeabilitas (k)
1.637 10 6 q sc T
k= (10)
mh
8. Tentukan harga faktor skin (S) dan m(PSkin)

m( P1 jam ) m( Pwf ) k
S = 1.151 log + 3.23 (11)
m ( ct ) i rw
2

m(PSkin) = 0.87 m S

9. Tentukan harga efisiensi aliran (FE)


m( P*) m( Pwf ) m( PSkin )
FE = (12)
m( P*) m( Pwf )

3.4. MEMPERKIRAKAN TEKANAN RATA-RATA RESERVOIR (P)


Untuk reservoir terbatas, tekanan rata-rata reservoir ditentukan dengan Metode MBH pada
Pedoman Kerja yang sesuai.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 6 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

4. DAFTAR PUSTAKA

1. ERCB : Theory and Practice of the Testing of Gas Wells, Third Edition, 1975.
2. Ikoku, Chi. U : Natural Gas Reservoir Engineering, John Willey & Sons, 1984.
3. koku,Chi.U : Natural Gas Production Engineering, John Willey & Sons, 1984

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 7 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

5. DAFTAR SIMBOL

c = kompresibilitas, psi-1
c = kompresibilitas pada tekanan rata-rata. Biasanya diambil 1/P, psi-1
h = tebal formasi produktif, ft
k = permeabilitas formasi, mD
m = kemiringan, psi/log cycle
m(P) = pseudo pressure function, psi2/cp
P = tekanan, psia
t + t
P* = tekanan yang didapat dari ekstrapolasi garis lurus sampai =1
t
P = tekanan rata-rata, psi.
Untuk analisa UDD :

Pi 2 + Pf2
P=
2
dimana : Pi = tekanan awal, psia
Pf = tekanan pada waktu akhir pengujian
Untuk analisa PBU :

P *2 + Pwf2
P=
2
qsc = laju aliran gas, MMSCF/hari
r = jari-jari, jarak, ft
S = faktor skin, tidak bersatuan.
T = temperatur, R
t = waktu, jam
tp = waktu produksi, jam
Z = faktor penyimpangan gas, tidak bersatuan
Z = faktor penyimpangan gas pada tekanan rata-rata, tak bersatuan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 8 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Huruf Yunani :
= viskositas gas, cp
= viskositas pada tekanan rata-rata, cp

= porositas, fraksi
= selisih

Subskrip :
i = awal
1jam = setelah pengaliran atau penutupan sumur selama 1 jam
wf = sumur dialirkan
ws = sumur ditutup

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 9 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Analisa Tekanan Transien Metode P
Disini dianggap bahwa gas bersifat agak termampatkan (slightly compressible,
sebagaimana halnya minyak). Metode ini hanya dipakai untuk tekanan reservoir P di atas
P
4,000 psia. Anggapan lainnya adalah = konstan.
Z
Persamaan dasar tekanan transien untuk kasus ini adalah :

ZT q sc kt
Pwf = Pi 8.176 10 5 log 3.23 + 0.869 S
kh c rw
2

6.1.2. Analisa Tekanan Transien Metode P2


P
Disini dianggap bahwa Z = konstan atau hubungan versus P menjadi linier.
Z
Kondisi ini berlaku kurang lebih pada harga tekanan di bawah 2,000 psia.
Persamaan dasar tekanan transien adalah :
ZT q
Pwf2 = Pi 2 1.637 10 6 sc log kt
3.23 + 0.869 S

kh c rw
2

6.1.3. Analisa Tekanan Transien Metode m(P)


Metode ini dapat digunakan untuk semua harga tekanan reservoir. Penggunaan metode
m(P) lebih sukar, sehingga biasanya metode ini dipakai pada selang tekanan reservoir
2,000 sampai 4,000 psia.
Dasar persamaan untuk metode m(P) ini adalah :

q sc T kt
m( Pwf ) = m( Pi ) 1.637 10 6 log 3.23 + 0.869 S
kh i ci rw
2

dimana :
P
P
m( P ) = 2 dP
Po
Z
Po adalah suatu tekanan referensi yang digunakan (misalnya 0 psia).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 10 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

6.1.4. Cara membuat hubungan P dan m(P)


Sebelumnya, ada beberapa cara untuk membuat hubungan P dan m(P), yaitu :
a. Cara Grafis :
P
Buat grafik terhadap P dan tentukan luas bidang arsiran dari Po hingga P (lihat
Z
Gambar 1).

b. Cara perhitungan dengan menggunakan Tabel r = f(Pr, Tr) :


1. Dari Pr dan Tr baca harga r (Tabel 1)
2. Hitung harga atau m(P) menurut persamaan :

2 Tr Pc2
= r
1
dimana : 1 adalah viskositas pada 1 atmosfir.
Cara ini baik untuk Sweet Gas.

c. Cara Numerik :
P
1. Pada Pj, hitung 2
Z j

P
Pada Pj+1, hitung 2
Z j +1

P
2. Tentukan harga rata-rata 2 menurut persamaan :
Z
P P
2 + 2
P Z j Z j +1
2 =
Z 2
j +1
P j +1
3. m( P) = 2 Z P
j j

P
P
4. m( P ) = 2 Z P
Po

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 11 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Contoh Membuat Hubungan P vs m(P)
P Z 2(P/ Z) 2(P/ Z)rata-rata P 2(P/ Z)P106 m(P)106
(psi) cp (psi/cp) (psi2/cp) (psi) (psi2/cp) (psi2/cp)

400 0.95 0.0117 71,975 35,988 400 14.4 14.4


800 0.90 0.0125 142,222 107,099 400 42.9 57.3
1,200 0.86 0.0132 211,416 176,819 400 70.7 128.0
1,600 0.81 0.0146 270,590 241,003 400 96.5 244.5
2,000 0.80 0.0163 306,748 288,669 400 115.5 340.0
2,400 0.81 0.0180 329,218 319,000 400 127.6 467.6

6.2.2. Contoh Analisa PBU dengan Metode P2


Uji PBU dilakukan pada sumur A. Data tekanan versus waktu sebagai berikut :
tp = 176 min

t, min
t p + t Pws, psig P 2ws , 104
t
0 - 522 27.25
1 547.0 838 70.22
2 274.0 922 85.00
3 183.0 978 95.65
5 110.2 1,068 114.06
8 69.25 1,150 132.25
10 55.60 1,206 145.44
12 46.50 1,242 154.26
14 40.00 1,284 164.87
16 35.13 1,312 172.65
18 31.33 1,343 180.37
20 28.30 1,367 186.87
22 25.82 1,388 192.13
24 23.75 1,410 198.27
26 22.00 1,433 205.35
28 20.50 1,446 214.92
30 19.20 1,462 213.74
35 16.60 1,494 223.20
40 14.65 1,526 232.87
45 13.13 1,554 241.49
50 11.92 1,578 249.01
55 10.93 1,600 256.00
60 10.10 1,621 262.76
65 9.40 1,636 268.63
70 8.80 1,656 274.23

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 12 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

t p + t
t, min Pws, psig P 2ws , 104
t
75 8.28 1,673 279.89
80 7.83 1,687 284.60
85 7.42 1,700 289.00
90 7.07 1,714 293.78
95 6.75 1,725 297.56
100 6.46 1,738 302.06
105 6.20 1,750 306.25
110 5.96 1,760 309.76
115 5.75 1,771 313.64
120 5.55 1,781 317.20
125 5.37 1,790 320.41
130 5.20 1,797 322.92
135 5.04 1,804 325.44
140 4.90 1,816 329.79
145 4.74 1,823 332.33
150 4.64 1,832 335.62
155 4.52 1,838 337.82
160 4.41 1,895 359.10
165 4.31 1,852 342.99
170 4.21 1,859 345.59
175 4.12 1,862 346.70
178 4.07 1,869 349.32

t p + t
Horner plot (P terhadap ) dapat dilihat pada Gambar 2.
t
Data pendukung untuk analisa :
Waktu produksi sebelum penutupan : 176 menit
Temperatur (T) : 243 oF
Laju aliran gas (qg) : 4.220 MMSCFD
Tebal formasi (h) : 20 ft
Porositas () : 0.15
Jari-jari sumur (rw) : 0.30 ft
SG Gas : 0.7
Kompresibilitas total (ct) : 6.279 10-4 psi-1

Dari Gambar 2 diperoleh :


m = 220 104 psia2 /cycle
P2* = 480 104 psia2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 13 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

P 12 jam = 260 104 psia2

1. Tentukan P* :

P* = 480 10 4 = 2,190 psia

2. Tentukan P, dan Z :

P *2 + Pwf2 480 10 4 + 27.25 10 4


P= = = 1,592.56 psia
2 2

Untuk SG = 0.7
T = 243 oF = 703 oR
P = 1,592.56 psia
diperoleh : = 0.01530 cp
Z = 0.91191

3. Tentukan harga permeabilitas, k :

1.637 10 6 q sc T Z
k=
mh
1.637 10 6 (4.220)(703)(0.01530)(0.91191)
=
(220 10 4 )(20)
= 1.54 mD.

4. Tentukan harga Skin Factor, S :

P12jam Pwf2 k
S = 1.151 log + 3.23
m ct rw 2

(260 27.25) 10 4 (1.54)


S = 1.151 log 4
+ 3.23
220 10 4
(0.15)(0.01530)(6.279 10 )(0.30) 2

S = 1.151[1.06 7.0746 + 3.23]
= 3.2051

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 14 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

5. Tentukan harga Efisiensi Aliran (FE) :

PSkin
2
= 0.87 m S = (0.87)(220 10 4 )(3.2051)
= 613.45 10 4
P *2 Pwf2 PSkin
2

FE =
P *2 Pwf2
480 27.25 + 613.45 1,066.2
= = = 2.35
480 27.25 452.27

6.2.3. Contoh Analisa UTB Metode m(P)


Uji UTB dilakukan pada sumur BT-7/LS. Data tekanan (Pws) terhadap waktu serta hasil
perhitungan m(P) diberikan pada Tabel 2.
Log-log plot m(P) terhadap t pada Gambar 3-1, sedangkan Horner plot, m(Pws)
t p + t
terhadap diperlihatkan pada Gambar 4.
t

Data pendukung untuk analisa :


Temperatur reservoir (T) : 243 oF
S.G. Gas : 0.7
Laju produksi gas (qsc) : 5.190 MMSCFD
Waktu produksi (tp) : 4 jam
Porositas () : 0.15
Tebal formasi (h) : 13.123 ft
Jari-jari lubang bor (rw) : 0.51 ft
Viskositas gas awal (gi) : 0.01976 cp
Kompresibilitas formasi (cf) : 6.0 10-6 psi-1
Kompresibilitas total (ct) : 2.5564 10-4 psi-1

Dari Gambar 4 diperoleh :


m(P*) : 671.429 106 psi2/cp
m(P1jam) : 662.857 106 psi2/cp
m(Pwf) : 443.934 106 psi2/cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 15 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

m : 8.571 106 psi2/cp/cycle

t p + t
1. Ekstrapolasi ke harga =1 menghasilkan harga m(P*) = 671.429 106.
t
Dengan demikian P* = 3,118.70 psi.

2. Tentukan harga permeabilitas (k) :

1.637 10 6 T q sc
k=
mh
1.637 10 6 (703)(5.19)
=
(8.571 10 6 )(13.123)
= 53.1 mD

3. Tentukan faktor skin (S) :

m( P1 jam ) m( Pwf ) k
S = 1.151 log + 3.23
m ( ct ) i rw2

(662.857 443.934) 10 6
53.1
= 1.151 log 4
+ 3.23
8.571 10 6
(0.15)(0.01976)(2.5564 10 )(0.51) 2

= 23.413

4. m(Pskin) = 0.87 m S = 0.87 8.571 106 23.413


= 174.585 106 psi2 /cp.

5. Efisiensi aliran (FE) :


m( P*) m( Pwf ) m( Pskin )
FE =
m( P*) m( Pwf )

(671.429 443.934 174.585) 10 6


FE = = 0.233
(671.429 443.934) 10 6

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 16 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 2

PERUSAHAAN : PERTAMINA
SUMUR : BT-7/LS
TEMPERATUR : 243 oF
SPECIFIC GRAVITY : 0.7
PENGUJIAN : Build Up #3
tp : 4.0 hours

No. t, jam (tp+t)/dt Pws, psi m(Pws),psi2/cp m(Pws), psi2/cp


1 0.000 0.00 2,455.238 443.9337E+006 000.0000E+002
2 0.017 241.00 2,582.441 485.1440E+006 412.1033E+005
3 0.033 121.00 2,734.004 535.8361E+006 919.0247E+005
4 0.050 81.00 2,853.939 577.0894E+006 133.1558E+006
5 0.067 61.00 2,941.687 607.8659E+006 163.9323E+006
6 0.083 49.00 3,026.121 637.9273E+006 193.9937E+006
7 0.100 41.00 3,047.000 645.4260E+006 201.4923E+006
8 0.117 35.29 3,070.322 653.8314E+006 209.8977E+006
9 0.133 31.00 3,083.304 658.5239E+006 214.5902E+006
10 0.150 27.67 3,089.927 660.9213E+006 216.9876E+006
11 0.167 25.00 3,092.983 662.0284E+006 218.0947E+006
12 0.183 22.82 3,094.382 662.5354E+006 218.6018E+006
13 0.200 21.00 3,095.431 662.9157E+006 218.9820E+006
14 0.217 19.46 3,096.274 663.2226E+006 219.2889E+006
15 0.233 18.14 3,097.010 663.4882E+006 219.5545E+006
16 0.250 17.00 3,097.719 663.7453E+006 219.8116E+006
17 0.267 16.00 3,098.488 664.0240E+006 220.0903E+006
18 0.283 15.12 3,098.791 664.1338E+006 220.2002E+006
19 0.300 14.33 3,099.684 664.4578E+006 220.5242E+006
20 0.317 13.63 3,100.472 664.7437E+006 220.8100E+006
21 0.333 13.00 3,101.171 664.9971E+006 221.0634E+006
22 0.350 12.43 3,101.762 665.2116E+006 221.2779E+006
23 0.367 11.91 3,102.281 665.4000E+006 221.4663E+006
24 0.383 11.43 3,102.754 665.5718E+006 221.6381E+006
25 0.400 11.00 3,103.251 665.7521E+006 221.8184E+006
26 0.417 10.60 3,103.585 665.8733E+006 221. 9397E+006
27 0.433 10.23 3,103.927 665.9973E+006 222.0636E+006
28 0.450 9.89 3,104.143 666.0757E+006 222.1421E+006
29 0.467 9.57 3,104.394 666.1670E+006 222.2333E+006
30 0.483 9.28 3,104.589 666.2377E+006 222.3040E+006
31 0.500 9.00 3,104.823 666.3226E+006 222.3889E+006
32 0.517 8.74 3,105.045 666.4032E+006 222.4695E+006
33 0.533 8.50 3,105.132 666.4346E+006 222.5010E+006
34 0.550 8.27 3,105.312 666.5000E+006 222.5664E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 17 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 2 (LANJUTAN)

No. t, jam (tp+t)/dt Pws, psi m(Pws), psi2/cp m(Pws), psi2 /cp
0.567 8. 06 3,105. 393 666.5294E+006 222.5957E+006
36 0.583 7.86 3,105. 481 666.5616E+006 222.6279E+006
37 0.600 7.67 3,105. 604 666.6062E+006 222.6725E+006
38 0.617 7.49 3,105. 634 666.6171E+006 222.6835E+006
39 0.633 7.32 3,105. 664 666.6278E+006 222.6941E+006
40 0.650 7.15 3,105. 725 666.6500E+006 222.7164E+006
41 0.667 7.00 3,105. 772 666.6670E+006 222.7333E+006
42 0.683 6.85 3,105. 817 666.6835E+006 222.7498E+006
43 0.717 6.58 3,105. 858 666.6984E+006 222.7647E+006
44 0.750 6.33 3,105. 887 666.7090E+006 222.7530E+006
45 0.783 6.11 3,105. 826 666.6867E+006 222.7530E+006
46 0.817 5.90 3,105. 845 666.6934E+006 222.7598E+006
47 0.850 5.71 3,105. 810 666.6809E+006 222.7472E+006
48 0.883 5.53 3,105. 724 666.6498E+006 222.7161E+006
49 0.917 5.36 3,105. 648 666.6222E+006 222.6885E+006
50 0.950 5.21 3,105. 515 666.5740E+006 222.6403E+006
51 0.983 5.07 3,105. 401 666.5326E+006 222.5989E+006
52 0.017 4.93 3,105. 099 666.4227E+006 222.4890E+006
53 0.050 4.81 3,105. 212 666.4637E+006 222.5300E+006
54 0.083 4.69 3,107. 416 667.2641E+006 223.3304E4-006
55 0.117 4.58 3,108. 192 657.5458E+006 223.6121E+006
56 0.150 4.48 3,108. 595 667.6923E+006 223.7586E+006
57 0.183 4.38 3,108. 769 667.7556E+006 223.8220E+006
58 0.217 4.29 3,108. 731 667.7218E+006 223.8082E+006
59 0.250 4.20 3,108. 504 667.6590E+006 223.7254E+006
60 0.283 4.12 3,108. 401 667.6217E+006 223.6880E+006
61 0.317 4.04 3,108. 215 667.5541E+006 223.6204E+006
62 0.350 3.96 3,108. 061 667.4984E+006 223.5647E+006
63 0.383 3.89 3,107. 869 667.4287E+006 223.4950E+006
64 0.417 3.82 3,109. 501 668.0214E+006 224.0877E+006
65 0.500 3.67 3,107. 390 667.2546E+006 223.3209E+006
66 0.583 3.53 3,107. 242 667.2008E+006 223.2672E+006
67 0.667 3.40 3,107. 268 667.2104E+006 223.2768E+006
68 0.750 3.29 3,107. 170 667.1747E+006 223.2410E+006
69 0.833 3.18 3,107. 048 667.1303E+006 223.1966E+006
70 0.917 3.09 3,106. 929 667.0871E+006 223.1534E+006
71 0.000 3.00 3,106. 928 667.0870E+006 223.1533E+006
72 0.083 2.92 3,106. 893 667.0743E+006 223.1406E+006
73 0.167 2.85 3,107. 650 667.3492E+006 223.4155E+006
74 0.250 2.78 3,107. 027 667.1228E+006 223.1891E+006
75 0.333 2.71 3,107. 100 667.1492E+006 223.2155E+006
76 0.417 2.66 3,107. 873 667.4300E+006 223.4964E+006
77 0.500 2.60 3,107. 369 667.2470E+006 223.3133E+006
78 0.583 2.55 3,107. 465 667.2820E+006 223.3483E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 18 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

TABEL 2 (LANJUTAN)

No. t, jam (tp+t)/dt Pws, psi m(Pws), psi2/cp m(Pws), psi2 /cp
79 2.667 2.50 3,107.574 667.3215E+006 223.3878E+006
80 2.750 2.45 3,107.707 667.3696E+006 223.4359E+006
81 2.833 2.41 3,107.871 667.4292E+006 223.4956E+006
82 2.917 2.37 3,108.146 667.5290E+006 223.5953E+006
83 3.000 2.33 3,108.299 667.5848E+006 223.6511E+006
84 3.083 2.30 3,108.422 667.6294E+006 223.6957E+006
85 3.167 2.26 3,108.669 667.7191E+006 223.7855E+006
86 3.250 2.23 3,108.837 667.7800E+006 223.8463E+006
87 3.333 2.20 3,108.977 667.8308E+006 223.8972E+006
88 3.417 2.17 3,109.136 667.8889E+006 223.9552E+006
89 3.500 2.14 3,109.385 667.9791E+006 224.0454E+006
90 3.583 2.12 3,109.526 668.0304E+006 224.0968E+006
91 3.667 2.09 3,109.795 668.1283E+006 224.1946E+006
92 3.750 2.07 3,109.981 668.1956E+006 224.2610E+006
93 3.833 2.04 3,110.105 668.2406E+006 224.3070E+006
94 3.917 2.02 3,110.253 668.2944E+006 224.3608E+006
95 4.000 2.00 3,110.444 668.3641E+006 224.4304E+006
96 4.083 1.98 3,110.663 668.4434E+006 224.5097E+006
97 4.117 1.97 3,110.771 668.4826E+006 224.5489E+006
98 4.133 1.97 3,110.771 668.4826E+006 224.5489E+006
99 3.000 2.33 2,465.328 477.3161E+006 338.2376E+004
100 3.083 2.30 2,465.127 477.0919E+006 315.8197E+004
101 3.167 2.16 2,464.089 476.7599E+006 282.7184E+004
102 3.250 2.23 2,463.204 476.4770E+006 254.3306E+004
103 3.333 2.20 2,462.300 476.1883E+006 225.4601E+004
104 3.417 2.17 2,461.384 445.8956E+006 196.1920E+004
105 3.500 2.14 2,460.737 445.6889E+006 175.5260E+004
106 3.583 2.12 2,459.891 445.4188E+006 148.5139E+004
107 3.667 2.09 2,459.094 445.1642E+006 123.0434E+004
108 3.750 2.07 2,458.930 445.1118E+006 117.8173E+004
109 3.833 2.04 2,457.525 444.6635E+006 729.8033E+003
110 3.917 2.02 2,456.733 444.4106E+006 476.8959E+003
111 4.000 2.00 2,456.115 444.2135E+006 279.7788E+003
112 4.050 1.99 2,455.497 444.0164E+006 827.2954E+002
113 4.067 1.98 2,455.287 443.9495E+006 158.0185E+002
114 4.083 1.98 2,455.238 443.9337E+006 000.0000E+002
115 3.917 2.02 3,153.333 683.9967E+006 240.0630E+006

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 19 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 20 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 21 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.05.02
Halaman : 22 / 22
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Untuk Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 1 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

ANALISA HASIL UJI SUMUR


MENGUNAKAN PRESSURE DAN PRESSURE DERIVATIVE TYPE CURVE

1. TUJUAN

1. Menentukan permeabilitas formasi (k)


2. Menentukan faktor skin (S)
3. Menentukan koefisien wellbore storage (C)

Permeabilitas formasi dapat digunakan dalam perhitungan perkiraan produksi dari reservoir.
Sedangkan skin dapat digunakan sebagai indikasi apakah reservoir mengalami kerusakan atau
perbaikan.
Berdasarkan bentuk dari pressure derivative dapat juga memperkirakan jenis reservoir
(homogeneous, fractured / fissured atau layered) dan mengetahui adanya zona kedap (sealing fault
atau pembatas (barrier) lainnya).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode ini menggunakan type curve matching, yaitu mencocokkan data tekanan dan derivative-
nya dengan model dalam bentuk type curve.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini digunakan untuk periode aliran transien.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 2 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA UJI DRAW DOWN UNTUK RESERVOIR MINYAK
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft

Catatan: Harga viskositas minyak (o), faktor volume minyak (Bo) dan kompresibilitas
total (ct) diambil pada tekanan reservoir rata-rata pada awal tes (atau tekanan
dasar sumur sesaat sebelum diproduksikan untuk tes). Harga-harga sifat fluida
tersebut diperoleh dari analisa fluida di lab. (PVT) atau berdasarkan persamaan
korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Ketebalan formasi dapat diperkirakan dari analisa data log.

2. Buat tabel data uji: t, Pwf dan (Pi Pwf ) dimana Pi adalah tekanan dasar sumur sesaat
sebelum sumur diproduksikan.

3. Plot P = (Pi Pwf) terhadap t dan t[d(P)/dt] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap
log-cycle harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Contoh type curve
diberikan pada Gambar 1. Pressure derivative t[d(P)/dt] dihitung dengan cara berikut
ini :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 3 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

dP dP ln(t j / t j k )Pi +1 ln(t j +1t j k / t 2j )Pj


t = = +
dt j d ln t j ln(t j +1 ) ln(t j +1 / t j k ) ln(t j +1 / t j ) ln(t j / t j k )
ln(t j +1 / t j )Pj k

ln(t j / t j k ) ln(t j +1 / t j k )

(1)
ln tj+1 ln tj 0.2
ln tj ln tj-k 0.2

4. Pilih kurva pada type curve yang paling sesuai dengan data yang diplot pada langkah 3. Pada
saat melakukan pencocokan (matching), usahakan data pressure derivative yang mendatar

(horisontal) di-match dengan garis pressure derivative PD' = 0.5 . Catat harga CD es dari
kurva yang dipilih.

5. Pilih satu titik dan catat nilai titik tersebut berdasarkan skala data, yaitu (t, P)MP dan skala
type curve, yaitu (tD/CD, PD)MP.

6. Hitung permeabilitas menggunakan persamaan berikut :


141.2 q o Boi oi PD
k= P (2)
h MP

7. Hitung koefisien wellbore storage, C :

0.0002637 k t
CD = (3)
oi cti rw2 t D / C D MP

cti h rw2
C= CD (4)
0.8936

8. Hitung faktor skin, S :

C e 2S
S = 0.5 ln D (5)
CD

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 4 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

3.2. ANALISA UJI BUILD UP UNTUK RESERVOIR MINYAK


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft

Catatan: Harga viskositas minyak (o), faktor volume minyak (Bo) dan kompresibilitas
total (ct) diambil pada tekanan reservoir rata-rata pada awal tes (atau tekanan
dasar sumur sesaat sebelum diproduksikan untuk tes). Harga-harga sifat fluida
tersebut diperoleh dari analisa fluida di lab (PVT) atau berdasarkan persamaan
korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Ketebalan formasi dapat diperkirakan dari analisa data log.

2. Buat tabel data uji: t, te, Pws dan P.

t p t
t e = (6)
t p + t

P = Pws Pwf (t = 0) (7)

3. Plot P terhadap te dan te[d(P)/d(te)] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap log-
cycle harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Pressure derivative
dihitung menggunakan persamaan (1).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 5 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

4. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 4-8 pada bagian 3.1.

3.3. ANALISA UJI DRAWDOWN UNTUK RESERVOIR GAS


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas gas (g) sebagai fungsi dari tekanan
b. faktor volume gas (Bg) sebagai fungsi dari tekanan
c. faktor kompresibilitas gas (Z) sebagai fungsi dari tekanan
d. Kompresibilitas gas (cg) sebagai fungsi dari tekanan
e. jari-jari lubang bor (rw)
f. perkiraan harga porositas formasi ()
g. ketebalan formasi (h)

Catatan: Viskositas gas (g), faktor volume gas (Bg), faktor kompresibilitas (Z) dan
kompresibilitas gas (cg) diperoleh dari analisa fluida di lab. (PVT) atau
berdasarkan persamaan korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Harga ketebalan formasi diperoleh dari analisa data log.

2. Buat tabel data uji: t, Pa,wf dan Pa=(Pa,i Pa,wf ). Adjusted pressure, Pa, dihitung dengan
persamaan berikut :

1 g Z
Pa = m( P ) (9)
2 P

Catatan: m(P) dihitung seperti dijelaskan pada TR.05.07 bagian 6.1.4.

Harga g dan Z dievaluasi pada harga tekanan P , yaitu tekanan pada awal

tes.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 6 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

3. Plot Pa terhadap t dan t[d(Pa)/dt] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap log-cycle
harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Pressure derivative t[d(Pa)/dt]
dihitung dengan persamaan (1).

4. Pilih kurva pada type curve yang paling sesuai dengan data yang diplot pada langkah 3. Pada
saat melakukan pencocokan (matching), usahakan data pressure derivative yang mendatar

(horisontal) di-match dengan garis pressure derivative PD' = 0.5 . Catat harga CD es dari
kurva yang dipilih.

5. Pilih satu titik dan catat nilai titik tersebut berdasarkan skala data, yaitu (t, Pa)MP dan skala
type curve, yaitu (tD/CD, PD)MP.

6. Hitung permeabilitas menggunakan persamaan berikut :


141.2q g B g g PD
k= (10)
h Pa MP

7. Hitung koefisien wellbore storage, C :

0.0002637 k t
CD = (11)
g ct rw2 t D / C D MP
ct h rw2
C= CD (12)
0.8936

8. Hitung faktor skin, S :

C D e 2S
S = 0.5 ln (13)
CD

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 7 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

3.4. ANALISA UJI BUILDUP UNTUK RESERVOIR GAS


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. viskositas gas (g) sebagai fungsi dari tekanan, cp
b. faktor volume gas (Bg) sebagai fungsi dari tekanan, bbl/MSCF
c. faktor kompresibilitas gas (Z) sebagai fungsi dari tekanan
d. Kompresibilitas gas (cg) sebagai fungsi dari tekanan, psi-1
e. jari-jari lubang bor (rw), ft
f. perkiraan harga porositas formasi ()
g. ketebalan formasi (h), ft

Catatan: Viskositas gas (g), faktor volume gas (Bg), faktor kompresibilitas (Z) dan
kompresibilitas gas (cg) diperoleh dari analisa fluida di lab (PVT) atau
berdasarkan persamaan korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Harga ketebalan formasi diperoleh dari analisa data log.

2. Buat tabel data uji: tae, Pa,ws dan P a= (Pa,ws Pa,wf (t = 0)). Adjusted pressure, Pa,
dihitung dengan persamaan 9. Adjusted pseudotime, ta, dihitung menggunakan persamaan
berikut :
t
1
t a = ( g ct ) dt (14)
0
g ct
Sedangkan tae dihitung dengan persamaan :

t p t a
t ae = (15)
t + t
p a

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 8 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Catatan: Harga g dan ct dievaluasi pada harga tekanan P = P * atau P = Pi untuk

sumur baru. Harga P* diperoleh dari garis lurus semilog pada Horner Plot yang
diekstrapolasi pada garis (tp + ta) / ta = 1.

3. Plot Pa terhadap tae dan tae [d(Pa)/d(tae)] pada kertas log-log yang sama. Ukuran setiap
log-cycle harus dibuat sama dengan type curve yang akan digunakan. Pressure derivative
tae [d(Pa)/d(tae)] dihitung dengan persamaan (1).

4. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 4 - 8 pada bagian 3.3.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 9 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE, Richardson, TX, 1996.
2. Horne, R. N. : "Modern Well Test Analysis", Petro Inc., Second Edition, Palo Alto, CA, 1995.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 10 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

5. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume formasi gas, bbl/MSCF


Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
C = koefisien wellbore storage, bbl/psi
CD = koefisien wellbore storage tak berdimensi
cg = kompresibilitas gas, psi-1
ct = kompresibilitas total, psi-1
h = tebal formasi produktif, ft
k = permeabilitas formasi, mD
m(P) = pseudo pressure function, psi2/cp
P = tekanan, psia
t p + t
P* = tekanan yang didapat dari ekstrapolasi garis lurus sampai =1
t
Pa = adjusted pressure, psi
PD = tekanan tak berdimensi
Pi = tekanan awal, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
Pws = tekanan statik dasar sumur, psia
qg = laju aliran gas, MSCF/hari
qo = laju aliran minyak, STB/hari
S = faktor skin, tidak bersatuan
t = waktu, jam
ta = adjusted time, jam
tp = waktu produksi, jam
Z = faktor penyimpangan gas (faktor kompresibilitas gas), tidak bersatuan
g = viskositas gas, cp
o = viskositas minyak, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 11 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Type curve sangat berguna dalam analisa well test terutama jika digunakan bersama-sama
dengan analisa menggunaka semilog plot. Type curve dapat mengenal model reservoir,
mengidentifikasi rejim aliran yang jenis analisis yang sesuai dan memperkirakan parameter
reservoir.

6.1.1. Pengembangan Type Curve


Type curve pada prinsipnya dapat dibuat untuk setiap model reservoir. Agar type curve
dapat digunakan dengan benar, maka batasan atau asumsi yang digunakan harus
dipahami. Asumsi tersebut harus secara teliti memodelkan kondisi reservoir yang sedang
dianalisa. Type curve ditampilkan dalam bentuk variabel tak berdimensi. Definisi dari
variabel tak berdimensi ini tergantung dari model reservoirnya. Sebagai contoh, model
line source atau Ei-function untuk fluida tidak termampatkan :

70.6 q B 948 ct r 2
Pi P = E i
(16)
kh k t
Persamaan (16) dapat disusun sebagai berikut :



k h(Pi P ) 1 (r / rw ) 2

= Ei (17)
141.2 q B 2 0.0002637 k t
4
ct rw
2

Berdasarkan persamaan (17), variabel tak berdimensi dapat didefinisikan sebagai berikut
:
k h(Pi P )
PD = (18)
141.2 q B
0.0002637 k t
tD = (19)
ct rw2
r
rD = (20)
rw
Jika persamaan (16) ditulis menggunakan variabel tak berdimensi ini, maka akan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 12 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

menjadi persamaan :

1 r2
PD = E i D (21)
2 4t D
Jika persamaan (21) dievaluasi di sumur, maka menjadi :

1 1
PD = PwD = Ei (22)
2 4t D
dimana :
k h(Pi Pwf )
PwD = (23)
141.2 q B

6.1.2. Aplikasi Type Curve


Untuk fluida yang tidak (atau sedikit) termampatkan dan reservoir yang homogen, type
curve yang digunakan adalah Gringarten-Bourdet Type Curve (Gambar 1). Type curve
ini merupakan solusi dari persamaan difusivitas aliran fluida yang tidak (atau sedikit)
termampatkan (slightly compressible liquid) di dalam formasi yang homogen. Tekanan
pada kondisi awal dianggap sama dan merata di seluruh daerah pengurasan sumur.
Reservoir dianggap tak terbatas dan sumur diproduksi dengan laju alir yang tetap
(konstan).

Type curve ini merupakan plot antara PD = f(tD, S, CD) yang merupakan fungsi dari tD,
faktor skin (S) dan koefisien wellbore storage tak berdimensi (CD) :
0.8936 C
CD = (24)
ct h rw2
Kurva pada type curve ini adalah fungsi dari parameter CD e2S. Harga CD e2S
menunjukkan apakah sumur mengalami kerusakan formasi, telah dilakukan acidizing
atau telah dilakukan perekahan hidraulik.

Dalam menggunakan type curve Gringarten-Bourdet, data hasil tes (perbedaan tekanan
dan derivative-nya) dibandingkan dengan type curve. Data tes diplot dalam skala log-log
dengan ukuran log-cycle yang sama dengan type curve. Data hasil tes (perbedaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 13 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

tekanan dan derivative-nya) tersebut kemudian secara bersamaan dicocokkan dengan


type curve untuk mendapatkan model yang sesuai. Teori yang mendasari teknik type
curve matching ini adalah bahwa perbedaan koordinat skala plot dari data dan type curve
merupakan besaran konstan. Konsep ini diilustrasikan sebagai berikut :

t 0.0002637 k t ct h rw2
log D = log
ct rw 0.8936 C
2
CD
(25)
0.0002951 k h
= log t + log
C
Dari persamaan (25) dapat dilihat bahwa sumbu horisontal type curve dan data berbeda
(terpisah) sebesar :

0.0002951 k h
log
C
Analog dengan sebelumnya, log dari tekanan tak berdimensi :

kh
log PD = log( Pi Pwf ) + log (26)
141.2 q B
menunjukkan bahwa perbedaan sumbu vertikal antara type curve dan data adalah
konstan, yaitu :

kh
log .
141.2 q B
Oleh karena itu, plot data tekanan alir dasar sumur dengan laju alir yang konstan
seharusnya identik dengan plot antara PD dan tD/CD dalam type curve. Beberapa hal yang
penting dan perlu diketahui tentang type curve Gringarten-Bourdet ini adalah :
1. Selama periode wellbore storage dominated (aliran hanya berasal dari fluida di dalam
wellbore), unit slope akan teramati pada saat awal. Sifat dari unit slope ini adalah :
tD / CD = 1 (27)
Karenanya koefisien wellbore storage dapat dihitung dari setiap titik pada unit slope
ini, yaitu :
qB t atau t
C= (28)
24 P

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 14 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

2. Type curve Gringarten-Bourdet ini dibuat berdasarkan solusi persamaan yang


memodelkan produksi dengan laju alir konstan; akan tetapi type curve ini dapat
digunakan untuk menganalisa uji buildup jika variabelnya dimodifikasi untuk
memasukkan pengaruh perbedaan antara uji alir (drawdown) dan uji buildup. Untuk
uji drawdown, plot yang digunakan adalah (Pi Pwf) terhadap t. Sedangkan untuk uji
buildup, plot yang digunakan adalah (Pws Pwf (t = 0)) terhadap waktu ekivalen, te:
t p t
t e = (29)
t p + t
Jadi perbedaan tekanan sebesar P yang terjadi selama waktu penutupan t selama
uji buildup akan terjadi selama waktu alir te pada uji alir dengan laju konstan.
Definisi waktu ekivalen ini, te, akurat untuk aliran transien radial dalam formasi
yang homogen. Dalam batas-batas tertentu, waktu ekivalen ini dapat digunakan untuk
menganalisa aliran radial yang terdistorsi oleh wellbore storage dan data tes yang
terpengaruh oleh batas luar reservoir.

3. Setelah didapatkan kurva dalam type curve yang sesuai, sebuah titik (match point)
dapat dipilih untuk digunakan dalam menghitung harga k, S dan C.
Permeabilitas dihitung dengan persamaan :

141.2 q B PD
k= (30)
h P MP
Koefisien wellbore storage tak berdimensi dihitung dengan persamaan :

0.0002637 k t atau t e
CD = (31)
ct rw2 t D / C D MP

Faktor skin dihitung dengan persamaan :

C e 2S
S = 0.5 ln D (32)
CD MP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 15 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

6.1.3. Analisa Uji Sumur Gas Menggunakan Type Curve


Dalam menganalisa uji sumur gas, penggunaan adjusted pressure dan adjusted time
diperlukan. Hal ini disebabkan karena type curve dibuat berdasarkan solusi persamaan
untuk fluida yang tidak (sedikit) termampatkan, sementara gas adalah fluida yang mudah
termampatkan dan sifat-sifat fisiknya sangat tergantung dapat tekanan sistem. Adjusted
pressure dan adjusted pseudotime mengakomodasi karakteristik dari gas ini, sehingga
type curve yang digunakan untuk liquid dapat digunakan untuk gas.

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Contoh Analisa Uji Buildup Pada Reservoir Gas
Uji Buildup dilakukan pada sumur A. Data tekanan versus waktu sebagai berikut :
tp = 2,000 jam
t p + t t p + t a
t, jam Pws, psia Pa,ws, psia
t t a
0 6,287.1 4,804.1
0.0100 200,000 286,370 6,296.6 4,813.9
0.0149 134,230 192,120 6,301.1 4,818.5
0.0221 90,499 129,460 6,307.8 4,825.4
0.0329 60,791 86,887 6,317.7 4,835.5
0.0489 40,901 58,386 6,332.1 4,850.3
0.0728 27,474 39,148 6,353.1 4,871.9
0.108 18,520 26,230 6,383.5 4,903.0
0.161 12,423 17,589 6,427.1 4,947.8
0.240 8,334.3 11,737 6,488.6 5,010.8
0.356 5,619.0 7,853.9 6,573.6 5,098.0
0.530 3,774.6 5,221.7 6,687.9 5,215.1
0.788 2,539.1 3,464.2 6,834.7 5,365.5
1.17 1,710.4 2,292.4 7,011.8 5,546.9
1.74 1,150.4 1,509.1 7,208.3 5,748.0
2.59 773.20 990.16 7,405.9 5,950.1
3.86 519.13 648.42 7,586.0 6,134.1
5.74 349.43 426.11 7,738.7 6,289.8
8.53 235.47 280.88 7,864.9 6,418.3
12.7 158.48 185.36 7,971.4 6,526.6
18.9 106.82 122.80 8,065.6 6,622.3
28.1 72.174 81.709 8,153.2 6,710.3
41.8 48.847 54.543 8,234.4 6,793.5
62.1 33.206 36.615 8,313.4 6,873.5
92.4 22.645 24.677 8,389.8 6,950.7

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 16 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

t p + t t p + t a
t, jam Pws, psia Pa,ws, psia
t t a
137 15.599 16.811 8,463.7 7,025.4
204 10.804 11.519 8,534.9 7,097.2
304 7.5789 7.9970 8,602.9 7,165.7
452 5.4248 5.6678 8,666.6 7,229.8
672 3.9762 4.1160 8,725.3 7,288.8
1,000 3.0000 3.0794 8,777.6 7,341.3

Data lainnya adalah :


h = 21 ft
tp = 2,000 jam
g = 0.03403 cp

Pi = 9,000 psia
g = 0.659
rw = 0.365 ft
qg = 100 Mscf/hari
ct = 35.510-6 psi-1

Pa,i = 7,560 psi


Sw = 0.36

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 17 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

1. Buat tabel data uji: tae, Pa=(Pa,ws Pa,wf (t = 0)) dan Pa = tae[d(Pa)/d(tae)].

tae, jam Pa, psi Pa


0.0069839 9.7476 11.350
0.010410 14.365 14.233
0.015449 21.239 21.021
0.023018 31.397 30.741
0.034255 46.172 44.657
0.051088 67.719 65.028
0.075987 98.906 92.859
0.11370 143.63 130.88
0.17041 206.70 183.02
0.25465 293.84 246.92
0.38302 410.95 320.44
0.57734 561.33 395.20
0.87244 742.73 451.41
1.3253 943.90 471.23
2.0199 1,146.0 448.37
3.0844 1,329.9 394.88
4.6937 1,485.7 333.00
7.1204 1,614.2 278.95
10.790 1,722.5 241.63
16.287 1,818.2 220.83
24.477 1,906.2 205.85
36.668 1,989.4 197.60
54.622 2,069.3 193.95
81.047 2,146.6 191.64
118.97 2,221.2 188.41
173.63 2,293.0 185.12
250.09 2,361.5 183.29
352.87 2,425.7 181.69
485.91 2,484.7 179.08
649.47 2,537.2 179.24

2. Menggunakan type curve seperti pada Gambar 1 data bersesuaian dengan model
CD e2S = 100, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.

3. Dari langkah 2 diperoleh :

Pa 380 psi
=
PD MP 1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 18 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

t ae 2.7 jam
=
t D / C D MP 10

4. Hitung permeabilitas :
141.2 q g B g g PD
k=
h Pa MP
(141.2)(100)(0.497)(0.03403) 1
= 380
21
= 0.03 mD.

5. Hitung CD :

0.0002637 k t ae
CD =
g ct rw2 t D / C D MP
(0.0002637)(0.03) 2.7
=
(0.1)(0.034)(0.0000355)(0.365) 10
2

=133

6. Hitung faktor skin, S :

C e 2S
S = 0.5 ln D
CD
= 0.5 ln(100 / 133)
= 0.14

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 19 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Pressure dan Pressure Derivative Type Curve

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 20 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Gambar 2. Type Curve Matching menggunakan Bourdet Type Curve

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 21 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Gambar 3a. Tampilan Rezim Aliran Yang Umum Pada Diagnostik log-log, Plot Horner dan Spesial

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 22 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Tampilan Rezim Aliran Yang Umum Pada Diagnostik Log-log, Plot Horner dan Spesial
Gambar 3b. (Lanjutan)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 23 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Gambar 4a. Tipikal Respon Yang Diberikan Oleh Kurva Pressure dan Pressure Derivative Dari
Hasil Well Test

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 24 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Gambar 4b. (Lanjutan) Tipikal Respon Yang Diberikan Oleh Kurva Pressure dan Pressure
Derivative Dari Hasil Well Test

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.06
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 25 / 25
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Menggunakan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Pressure dan Pressure Derivative Type
Curve

Gambar 4c. (Lanjutan) Tipikal Respon Yang Diberikan Oleh Kurva Pressure dan Pressure
Derivative Dari Hasil Well Test

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 1 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

ANALISA HASIL UJI SUMUR PADA RESERVOIR REKAH ALAMI

1. TUJUAN

1. Menentukan permeabilitas formasi (k).


2. Menentukan faktor skin (S).
3. Menentukan perbandingan storativity atau storativity ratio ().
4. Menentukan koefisien aliran antara sistem matriks dan sistem rekah atau interporosity flow
coefficient ().
5. Menentukan koefisien wellbore storage (C).

Permeabilitas formasi dapat digunakan dalam perhitungan perkiraan produksi dari reservoir.
Sedangkan skin dapat digunakan sebagai indikasi apakah reservoir mengalami kerusakan atau
perbaikan. Storativity ratio dapat dijadikan indikasi perbandingan jumlah fluida yang terkandung
dalam sistem rekahan dan dalam sistem matriks. Interporosity flow coefficient adalah ukuran
kemampuan alir fluida dari sistem matriks ke sistem rekahan.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode yang digunakan adalah semilog dan type curve.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini digunakan untuk periode aliran transien. Aliran di dalam matriks menggunakan dua
model yang berbeda, yaitu aliran pseudosteady-state dan aliran transien.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 2 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

3. LANGKAH KERJA
3.1. ANALISA SEMILOG UNTUK ALIRAN PSEUDOSTEADY-STATE DALAM MATRIKS
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft

Catatan: Harga viskositas minyak (o), faktor volume minyak (Bo) dan kompresibilitas
total (ct) diambil pada tekanan reservoir rata-rata pada awal tes (atau tekanan
dasar sumur sesaat sebelum diproduksikan untuk tes). Harga-harga sifat fluida
tersebut diperoleh dari analisa fluida di lab. (PVT) atau berdasarkan persamaan
korelasi empirik.
Harga jari-jari lubang bor (rw) adalah setengah harga diameter dalam casing
(casing ID) jika dipasang sumur casing menembus formasi yang dilakukan tes.
Jika tidak ada casing, jari-jari lubang bor (rw) dapat diperoleh dari hasil
pengukuran caliper log atau diperkirakan dari diameter bit yang digunakan.
Harga porositas diperoleh dari analisa log atau hasil analisa core.
Ketebalan formasi dapat diperkirakan dari analisa data log.

2. Buat tabel data uji: t, Pwf dimana Pi adalah tekanan dasar sumur sesaat sebelum sumur
diproduksikan. Plot Pwf terhadap t pada kertas grafik semilog.

3. Tentukan kh dari kemiringan garis lurus pertama atau kemiringan garis lurus yang kedua
yang teramati pada plot langkah 2 :
162.6 q o Bo o
(kh) f = k h = (1)
m
dimana k = ( kh) f / h . Kemiringan dari garis kedua berkorelasi dengan [(kh)f +(kh)ma], tetapi

(kh)ma jauh lebih kecil daripada (kh)f.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 3 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

4. Jika kedua garis lurus dapat teramati, maka storativity ratio dapat dihitung dari jarak vertikal,
P, antara dua garis lurus tersebut :

= 10 P / m (2)

5. Tarik garis horisontal melalui tengah-tengah zona transisi. Waktu pada perpotongan garis ini
dengan garis lurus semilog yang pertama dan kedua adalah t1 dan t2. Interporosity flow
coefficient, , dapat dihitung oleh persamaan:

( V ct ) f rw2 ( V ct ) f + ma rw2
= = (3)
k t1 k t2
dimana : = eksponensial dari konstanta Euler ( = 1.781). Harga ( V)ma dan (ct)ma diperoleh
dari metode yang konvensional. Dari porosity log dapat dibaca porositas matriks, ma.
Sedangkan (ct)ma dihitung dari coSo, cgSg, cwSw dan cf. Harga Vma fraksi dari total sistem yang
berupa matriks jauh lebih besar dari fraksi rekahan sehingga dianggap sama dengan 1.
Kemudian ( V ct)f dapat dihitung dengan persamaan :

1
( V ct ) f = ( V ct ) ma (4)
1
dimana harga diperoleh pada langkah 4.

6. Pada uji buildup, garis lurus semilog yang kedua dapat diekstrapolasikan ke P* (Gambar 2).
Dari P*, P dapat dihitung menggunakan metode MBH.

7. Garis lurus semilog yang kedua diekstrapolasikan ke P1jam dan faktor skin dapat dihitung
dengan persamaan berikut ini.

Pi Pwf ,1 jam k
S = 1.151 log + 3.23
(5)
c rw
2
m

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 4 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

3.2. ANALISA TYPE CURVE UNTUK ALIRAN PSEUDOSTEADY-STATE DALAM MATRIKS


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft

2. Plot P dan t[d(P)/dt] terhadap t pada kertas grafik log-log dengan skala sama dengan type
curve.

3. Jika ada bagian data derivative memperlihatkan kecenderungan horisontal, bagian ini harus

ditumpangkan pada garis (t D / C D ) PD' = 0.5 pada type curve. Kemudian cocokkan data
dengan type curve dengan menggeser secara horisontal. Tentukan kurva yang cocok dengan
data awal. Kurva ini memiliki harga (CD e2S)f. Kemudian tentukan kurva kedua yang cocok
dengan data-data akhir. Kurva ini memiliki harga (CD e2S)f+ma.

4. Baca harga e-2S yang sesuai dengan periode transisi.

5. Hitung :

(C e ) 2S
f + ma
=
D

(C e )
D
2S
f
(6)

6. Hitung permeabilitas :
141.2 q o Bo o PD
k = P (7)
h MP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 5 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

7. Hitung koefisien wellbore storage :

0.0002637 k t
CD = (8)
o ct rw2 t D / C D MP

8. Hitung faktor skin :

(C D e 2 S ) f + ma
S = 0.5 ln (9)
CD

9. Hitung interporosity flow coefficient :


= ( e 2 S )e 2 S (10)

3.3. ANALISA SEMILOG UNTUK ALIRAN TRANSIEN DALAM MATRIKS


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft

2. Plot P dan t[d(P)/dt] terhadap t pada kertas grafik semilog.

3. Karakter reservoir rekah alam model aliran transien dalam matriks memiliki tiga periode alir,
yaitu aliran dari rekahan, aliran transisi dan aliran dari sistem total. Periode aliran ini akan
tampak sebagai tiga garis lurus pada plot semilog. Karena pengaruh wellbore storage dan
batas reservoir, ketiga garis lurus ini mungkin tidak teramati semuanya. Jika yang teramati
adalah dua garis pertama, maka lanjutkan dengan langkah 4. Jika 2 garis terakhir yang
teramati dua, maka lanjutkan dengan langkah 14.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 6 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

4. Hitung k f h ft = k h dari kemiringan garis pada plot semilog dimana kemiringan garis ke-1

adalah m dan kemiringan garis ke-2 adalah m* (m* = m/2) :


162.6 q o Bo o 81.3 q o Bo o
k f h ft = k h = = (11)
m m*

5. Hitung faktor skin, S, menggunakan salah satu persamaan berikut ini :


Pi Pwf* ,1 jam

(k f h ft )2

S = 0.5756 log + 3.729 (12)
m* n k ma ma c ma rw
2 2

Pada langkah ini gunakan anggapan harga (n2 kma ma cma), dimana n = jumlah rekahan (sama
dengan ketebalan matriks, hmat, dibagi ketebalan satu blok matriks); kma = permeabilitas
matriks, mD; ma = porositas matriks; cma = kompresibilitas matriks, psi-1; dan kf =
permeabilitas rekahan, mD.

Atau dengan menggunakan anggapan harga f h ft c f dan persamaan :

Pi Pwf ,1 jam (k f h ft )2
S = 1.151 log + 3 . 729 (13)
f h ft c f rw
2
m

6. Plot P terhadap t pada kertas semilog dengan skala yang sama dengan Gambar 6.

7. Pilih satu harga P dan hitung PwD :


k f h ft P
PwD = S (14)
141.2 q o Bo o

8. Menggunakan harga P dan hitung PwD yang telah dipilih pada langkah 4 sebagai match
point sumbu vertikal. Kemudian geser data secara horisontal sampai didapatkan kurva pada

Gambar 6 yang cocok dengan data tes. Kemudian catat harga ' ' , t1* , t1D dan (t dan tD)

pada match point, dimana t1* waktu yang diperoleh pada perpotongan antara dua buah garis
yang merupakan periode alir ke-1 dan periode alir ke-2, dan t1D adalah variabel tak
berdimensinya :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 7 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

0.0002637 k t1*
t1D = (15)
c rw2
9. Tentukan ( f c f h ft ) dari match point :

0.0002637 k f h ft t
f c f h ft = (16)
rw2 tD MP
Jika harga ( f c f h ft ) yang digunakan pada perhitungan skin langkah 5, maka bandingkan

( f c f h ft ) hasil langkah 9 ini dengan harga asumsi yang digunakan pada langkah 2. Jika
tidak sama, maka proses perhitungan dimulai lagi pada langkah 5 dengan menggunakan
harga yang diperoleh pada langkah 9 ini.

10. Hitung n 2 k ma ma c ma :

532.3 ( f c f h ft ) 2
n 2 k ma ma c ma = (17)
t1*

Jika harga n 2 k ma ma c ma yang digunakan pada perhitungan skin langkah 5, maka

bandingkan n 2 k ma ma c ma hasil langkah 10 ini dengan harga asumsi yang digunakan pada

langkah 2. Jika tidak sama maka proses perhitungan dimulai lagi pada langkah 5 dengan
menggunakan harga yang diperoleh pada langkah 10 ini.

2
11. Hitung k ma / hma :

k ma (n 2 k ma ma c ma )
= (18)
2
hma h 2 ma c ma

12. Asumsikan harga hma = h dan hitung dan :

ma c ma h
' = (19)
f c f h ft
k ma h
' = 12 2
rw2 (20)
hma k f h ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 8 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

13. Hitung dan :


= 1 /(1 + ' ) (21)

' (22)

14. Hitung k f h ft = k h dari kemiringan garis pada plot semilog menggunakan persamaan 11

dimana kemiringan garis ke-3 adalah m dan kemiringan garis ke-2 adalah m* (m* = m/2).

15. Gunakan harga ( ma c ma ) dan hitung k ma / hma


2
:

k ma 532.3 ma c ma
2
= (23)
hma t*
dimana t* adalah waktu perpotongan antara garis semilog periode alir ke-2 dan periode alir
ke-3.

16. Hitung ' :

k ma hmat 2 k h
' = 12 2
rw 12 ma
2
rw2 (24)
hma k f h ft hma k f h ft

17. Hitung ( f c f h ft ) :

k f h ft ma c ma h ' t b 2
0.5

f c f h ft = 8.33 10
4

(25)
rw2
dimana tb2 adalah waktu mulainya periode alir ke-2.

18. Hitung ', , dan :


ma c ma hmat ma c ma h
'= (26)
f c f h ft f c f h ft
= 1 /(1 + ' ) (27)

' (28)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 9 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

19. Hitung faktor skin :

Pi Pwf ,1 jam k f h ft
S = 1.151 log + 3.23
2
(29)
m ma c ma h rw

3.4. ANALISA SEMILOG UNTUK ALIRAN TRANSIEN DALAM MATRIKS


1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu:
a. viskositas minyak (o), cp
b. faktor volume minyak (Bo), bbl/STB
c. kompresibilitas total (ct), psi-1
d. jari-jari lubang bor (rw), ft
e. perkiraan harga porositas formasi ()
f. ketebalan formasi (h), ft

2. Plot P terhadap t pada kertas grafik log-log dengan skala yang sama dengan type curve
(Gambar 7).

3. Cocokkan plot pada langkah 1 dengan type curve dengan menggeser secara vertikal dan
horisontal. Kemudian catat parameter dari kurva-kurva pada type curve yang match dengan
data, yaitu (CD e2S)f, (CD e2S)f+ma dan serta match point (PD, P), (tD /CD, t).

4. Hitung k h :

P
k h = 141.2 qo Bo o D (30)
P MP

5. Hitung (C D ) f + ma :

0.0002637 k t
(C D ) f + ma = (31)
ma c ma rw2 t D / C D MP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 10 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

6. Hitung faktor skin :

C e 2S
S = 0.5 ln D (32)
CD f + ma

7. Hitung :

(C D e 2 S ) f + ma
= 1.8914 (33)
( ' )e 2 S

8. Hitung :

(C D e 2 S ) f + ma
= (34)
(C D e 2 S ) f

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 11 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, J. dan Wattenbarger, R. A. : "Gas Reservoir Engineering", SPE, Richardson, TX, 1996.
2. Warren, J. E. dan Root, P. J. : "The Behavior of Naturally Fractured Reservoirs", SPEJ (Sept.
1963) 245-55; Trans., AIME, 228.
3. Barenblatt, G. E., Zheltov, I. P. dan Kochina, I. N. : "Basic Concepts in the Theory of
Homogeneous Liquids in Fissured Rocks", J. Appl. Math. Mech. (1960) 24, 1286-1303.
4. deSwaan, A. : "Analytical Solutions for Determining Naturally Fractured Reservoir Properties
by Well Testing", SPEJ (June 1976) 117-22; Trans., AIME, 261.
5. Serra, K., Reynolds, A. C. dan Raghavan, R. : "New Pressure Transient Analysis Methods for
Naturally Fractured Reservoirs", JPT (Dec. 1983) 271-83.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 12 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

5. DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB


C = koefisien wellbore storage, bbl/psi
CD = koefisien wellbore storage, tak berdimensi
ct = kompresibilitas total, psi-1
h = tebal formasi produktif, ft
k = permeabilitas formasi, mD
P = tekanan, psia
PD = tekanan, tak berdimensi
Pi = tekanan awal, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
qo = laju aliran minyak, STB/hari
S = faktor skin, tidak bersatuan.
t = waktu, jam
o = viskositas minyak, cp
= porositas
= interporosity flow coefficient
= storativity ratio

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 13 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Model Reservoir Rekah Alam
Karakteristik dari reservoir rekah alam adalah adanya dua sistem dengan perbedaan
porositas yang kontras yang disebut sebagai dual porosity reservoir. Gambar 1
memperlihatkan kondisi nyata dual porosity reservoir (gambar sebelah kiri) yang terdiri
dari batuan matriks yang dikelilingi oleh sistem vugs dan rekahan.
Reservoir jenis ini dapat dimodelkan oleh sistem seperti ditunjukan oleh gambar
sebelah kanan pada Gambar 1. Model ini berupa matriks yang berbentuk kubus yang
dikelilingi oleh channel yang melambangkan sistem rekahan. Media transportasi fluida
pada reservoir rekah alami terutama adalah sistem rekahan yang memiliki permeabilitas
yang tinggi tapi porositasnya rendah. Batuan matriks mengandung sebagian besar dari
fluida tetapi kontribusi terhadap aliran sangat minimal (kecil).
Warren dan Root2) memperkenalkan dua parameter untuk menggambarkan kelakuan
dari jenis reservoir dual porosity ini. Yang pertama adalah interporosity flow coefficient.
Parameter ini merupakan ukuran dari mudah tidaknya fluida mengalir dari matriks ke
rekahan. Definisi dari interporosity flow coefficient ini adalah :
= rw2 (k ma / k f ) (35)

dimana kma = permeabilitas matriks dan kf = permeabilitas rekahan. Parameter yang


merupakan karakteristik dari sistem geometri matriks-rekahan didefinisikan oleh
persamaan :

= 4 j ( j + 2 ) / L2 (36)
dimana L = dimensi karakteristik dari blok matriks dan j = jumlah bidang yang saling
tegak lurus yang membatasi media yang permeabilitasnya lebih rendah (j = 1,2,3).
Contoh : untuk model pada Gambar 2, j = 3. Jika L = hma (ketebalan setiap balok
matriks), menjadi :
k ma
= 12 rw2 2
(37)
k f hma
Parameter yang kedua adalah storativity ratio yang didefinisikan oleh persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 14 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

( V ct ) f ( V ct ) f
= = (38)
( V ct ) f + ma ( V ct ) f + ( V ct ) ma
dimana V = perbandingan volume total media dengan volume total bulk sistem dan =
perbandingan volume pori dalam suatu medium terhadap volume total dari sistem.
Subskrip f dan f +ma menunjuk pada sistem rekahan dan sistem total.
Dua model interporosity flow yang sekarang digunakan. Barenblatt3) menganggap
jenis aliran pseudosteady-state; sedangkan deSwaan4) menganggap aliran transien.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan salah satu dari jenis aliran dapat terjadi di
dalam matriks.

6.1.2. Model Aliran Pseudosteady-State Di Dalam Matriks


Model ini beranggapan bahwa pada setiap waktu tekanan di dalam matriks
berkurang dengan kecepatan pengurangan yang sama. Karena itu aliran dari matriks ke
rekahan sebanding dengan perbedaan antara tekanan di matriks dan tekanan di dalam
rekahan yang berdekatan. Kondisi pseudosteady-state ini dianggap terjadi mulai pertama
kali aliran fluida.
Model ini terlalu sederhana untuk menggambarkan kelakuan yang sebenarnya.
Namun dalam beberapa kasus data dari lapangan cocok dengan model ini. Salah satu
alasannya adalah adanya damage (skin) pada permukaan matriks.

6.1.2.1. Analisa Menggunakan Metode Semilog


Solusi menggunakan asumsi aliran pseudosteady-state yang dikembangkan
oleh Warren dan Root2) menghasilkan bahwa pada kondisi yang ideal dua garis
lurus yang sejajar akan terlihat pada data test yang diplot pada skala semilog.
Kurva A pada Gambar 2 memperlihatkan fenomena tersebut.
Garis lurus yang pertama merupakan respon dari sistem rekahan. Pada saat
ini formasi seakan-akan homogen tanpa kontribusi aliran dari matriks.
Kemiringan dari garis lurus ini sebanding dengan kh dari sistem rekahan.
Kemudian, matriks mulai mengalirkan fluida ke dalam rekahan dan zona
transisi yang agak datar mulai muncul. Setelah itu matriks dan rekahan
mencapai kesetimbangan dan garis lurus kedua terbentuk. Kemiringan dari garis

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 15 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

lurus yang kedua ini hampir sama dengan yang pertama. Pada saat ini reservoir
berkelakuan seperti homogen; akan tetapi saat ini sistem terdiri dari matriks dan
rekahan. Kemiringan tersebut sebanding dengan total kh dari sistem matriks dan
rekahan. Karena permeabilitas sistem rekahan biasanya jauh lebih besar dari
permeabilitas matriks, kemiringan dari dua garis lurus tersebut hampir sama.
Bentuk dari plot data tes pada skala semilog dari reservoir rekah alami
hampir tidak pernah sama dengan yang diperkirakan oleh model Warren dan
Root ini. Wellbore storage biasanya menutupi garis lurus yang pertama dan
sering kali menutupi sebagian zona transisi. Kurva B pada Gambar 2
menunjukkan kelakuan tekanan yang sering teramati pada reservoir rekah alami.
kh dari reservoir (dapat juga dianggap kh rekahan karena kh matriks jauh
lebih kecil) dapat ditentukan dari kemiringan salah satu dari dua gari lurus yang
telah disebutkan. Storativity ratio dapat dihitung dari jarak vertikal antara dua
garis lurus tadi. Sedangkan interporosity flow coefficient dapat diperoleh dari
waktu saat garis horisontal (yang digambar melalui tengah-tengah zona transisi)
memotong salah satu garis lurus pada gambar semilog. Analisa data tes
menggunakan metode semilog dilakukan sebagai berikut :
1. Tentukan kh dari kemiringan garis lurus pertama atau kemiringan garis lurus
yang kedua :
162.6 q B
(kh) f = k h = (39)
m
dimana k = ( kh) f / h . Kemiringan dari garis kedua berkorelasi dengan

[(kh)f +(kh)ma], tetapi (kh)ma jauh lebih kecil daripada (kh)f.

2. Jika kedua garis lurus dapat teramati, maka storativity ratio dapat dihitung
dari jarak vertikal, P, antara dua garis lurus tersebut :

= 10 P / m (40)

3. Tarik garis horisontal melalui tengah-tengah zona transisi. Waktu pada


perpotongan garis ini dengan garis lurus semilog yang pertama dan kedua
adalah t1 dan t2. Interporosity flow coefficient, , dapat dihitung oleh

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 16 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

persamaan :
Uji Draw Down :

( V ct ) f rw2 ( V ct ) f + ma rw2
= = (41)
k t1 k t 2

Uji Build Up :

( V ct ) f rw2 t p + t1 ( V ct ) f + ma rw2 t p + t 2
= =
k t p t1 k t p t 2
(42)

dimana = eksponensial dari konstanta Euler ( = 1.781). Harga (V)ma dan


(ct)ma diperoleh dari metode yang konvensional. Dari porosity log dapat
dibaca porositas matriks, ma. Sedangkan (ct)ma dihitung dari coSo, cgSg, cwSw
dan cf. Harga Vma fraksi dari total sistem yang berupa matriks jauh lebih besar
dari fraksi rekahan sehingga dianggap sama dengan 1. Kemudian (Vct)f
dapat dihitung dengan persamaan :

1
( V ct ) f = ( V ct ) ma (43)
1
dimana harga diperoleh pada langkah 2.

4. Pada uji buildup, garis lurus semilog yang kedua dapat diekstrapolasikan ke
P* (Gambar 2). Dari P*, P dapat dihitung menggunakan metode MBH.

5. Garis lurus semilog yang kedua diekstrapolasikan ke P1jam dan faktor skin
dapat dihitung dengan persamaan berikut ini :

Pi Pwf ,1 jam k
S = 1.151 log + 3.23 (44)
c rw
2
m
untuk uji draw down. Sedangkan untuk uji build up, faktor skin dihitung
dengan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 17 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

Pws ,1 jam Pwf (t = 0) k


S = 1.151 log + 3.23 (45)

c rw
2
m

6.1.2.2. Analisa Menggunakan Metode Type Curve


Jika periode wellbore storage cukup panjang sehingga menutupi sebagian
karakter reservoir, maka type curve sangat berguna dalam mengenal dan
menganalisa sistem dual porosity (porositas ganda). Gambar 3 menunjukkan
contoh Gringarten dan Bourdet type curve untuk aliran dalam matriks kondisi
pseudosteady-state. Pada awalnya data mengikuti kurva dengan suatu harga CD
e2S. Data kemudian menyimpang dari kurva ini mengikuti kurva dengan
parameter e-2S. Akhirnya data mengikuti kurva dengan harga CD e2S yang
lainnya.
Khusus pada contoh dalam Gambar 3, data awal mengikuti kurva type
curve CD e2S = 1, sedangkan data pada periode transisi mengikuti kurva dengan
parameter e-2S = 3 10-4. Setelah itu data mengikuti kurva CD e2S = 0.1. Pada
saat awal, reservoir berkelakuan seperti homogen dengan aliran terjadi dalam
sistem rekahan. Kemudian terjadi periode transisi yang mana matriks mulai
mengalirkan fluida ke dalam rekahan. Akhirnya, sistem kembali seperti
homogen dengan matriks dan rekahan sama-sama mengalirkan fluida dan
tercapai kesetimbangan antara dua sistem tersebut.
Gambar 4 memperlihatkan type curve derivative untuk formasi dengan
aliran matriks pseudosteady-state. Fitur yang dapat dilihat adalah adanya
cekungan pada kurva yang dalam yang merupakan karakter dari reservoir rekah
alami dengan aliran matriks pseudosteady-state. Garis yang menurun
ditunjukkan oleh parameter CD / (1). Sedangkan sebaliknya garis yang
menanjak ditunjukkan oleh parameter CD / (1).
Pressure dan pressure derivative type curve dapat digunakan secara
bersama-sama untuk menganalisa data hasil uji build up dan uji draw down :
1. Plot P dan t[d(P)/dt] terhadap t untuk uji draw down atau P dan
te[d(P)/d(te)] terhadap te pada skala log-log dengan ukuran log-cycle
yang sama dengan type curve.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 18 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

2. Jika ada bagian data derivative memperlihatkan kecenderungan horisontal,

bagian ini harus ditumpangkan pada garis (t D / C D ) PD' = 0.5 pada type
curve. Kemudian cocokkan data dengan type curve dengan menggeser secara
horisontal. Tentukan kurva yang cocok dengan data awal. Kurva ini memiliki
harga (CD e2S)f. Kemudian tentukan kurva kedua yang cocok dengan data-data
akhir. Kurva ini memiliki harga (CD e2S)f+ma.

3. Baca harga e-2S yang sesuai dengan periode transisi.

4. Hitung :

(C e ) 2S
f + ma
=
D

(C e )D
2S
f
(46)

5. Hitung permeabilitas :

141.2 q B PD
k = P (47)
h MP

6. Hitung koefisien wellbore storage :

0.0002637 k t
CD = (48)
ct rw2 t D / C D MP

7. Hitung faktor skin :

(C D e 2 S ) f + ma
S = 0.5 ln (49)
CD

8. Hitung interporosity flow coefficient :


= ( e 2 S )e 2 S (50)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 19 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

6.1.3. Model Aliran Transien Di Dalam Matriks


Pada model ini plot data pada skala semilog memiliki bentuk yang berbeda dengan
model pseudosteady-state. Gambar 5 memperlihatkan tiga jenis aliran. Pertama, pada
waktu awal produksi berasal dari sistem rekahan. Yang kedua terjadi setelah mulainya
produksi dari matriks ke rekahan dan berlangsung sampai tercapai kesetimbangan. Pada
saat ini jenis aliran yang ketiga dimulai dimana dominasi aliran seluruh sistem, matriks
dari rekahan ke sumur.
Ketiga periode aliran ini ditandai oleh garis lurus pada semilog. Garis ke-1 dan ke-3
memiliki kemiringan yang sama. Garis yang ke-2 merupakan periode transisi. Dalam
praktek, garis ke-1 tertutupi oleh pengaruh wellbore storage sehingga tidak teramati
dengan jelas, begitu juga dengan garis ke-2 yang mungkin semuanya tidak teramati
karena pengaruh wellbore storage. Garis ke-3 dalam beberapa hal mungkin memerlukan
waktu uji draw down atau uji build up yang lama agar dapat teramati. Konsekuensinya,
periode ini dapat tertutupi oleh pengaruh batas reservoir (boundary effects).

6.1.3.1. Analisa Menggunakan Metode Semilog


Metode yang dikembangkan oleh Serra5) menggunakan plot semilog
menunjukkan bahwa untuk mengalisa data uji sumur pada reservoir rekah alami
cukup memerlukan informasi tentang periode alir ke-2 (transisi) dan salah satu
dari periode alir ke-1 atau ke-3.

6.1.3.1.1. Analisa Semilog Berdasarkan Periode Alir ke-1 dan ke-2


Prosedur perhitungan metode ini menggunakan type curve semilog seperti
diperlihatkan pad Gambar 6 :
1. Hitung k f h ft = k h dari kemiringan garis pada plot semilog dimana

kemiringan garis ke-1 adalah m dan kemiringan garis ke-2 adalah m* (m* =
m/2) :
162.6 q B 81.3 q B
k f h ft = k h = = (51)
m m*

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 20 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

2. Hitung faktor skin, S, menggunakan salah satu persamaan berikut ini :


Pi Pwf* ,1 jam (k f h ft )2
S = 0.5756 log 2 + 3.729 (52)
n k ma ma c ma rw
* 2
m

Pada langkah ini gunakan anggapan harga (n2 kma ma cma) dimana n =
jumlah rekahan (sama dengan ketebalan matriks, hmat, dibagi ketebalan
satu blok matriks); kma = permeabilitas matriks, mD; ma = porositas
matriks; cma = kompresibilitas matriks, psi-1; dan kf = permeabilitas
rekahan, mD.

Atau dengan menggunakan anggapan harga f h ft c f dan persamaan :

Pi Pwf ,1 jam (k f h ft )2
S = 1.151 log + 3.729 (53)
f h ft c f rw
2
m

3. Plot P terhadap t (atau P terhadap te untuk uji build up) pada kertas
semilog dengan skala yang sama dengan Gambar 6.

4. Pilih satu harga P dan hitung PwD :


k f h ft P
PwD = S (54)
141.2 qB
5. Menggunakan harga P dan hitung PwD yang telah dipilih pada langkah 4
sebagai match point sumbu vertikal. Kemudian geser data secara
horisontal sampai didapatkan kurva pada Gambar 6 yang cocok dengan

data tes. Kemudian catat harga ' ' , t1* , t1D dan (t dan tD) pada match

point, dimana t1* waktu yang diperoleh pada perpotongan antara dua buah
garis yang merupakan periode alir ke-1 dan periode alir ke-2, dan t1D
adalah variabel tak berdimensinya.
0.0002637 k t1*
t1D = (55)
crw2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 21 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

6. Tentukan ( f c f h ft ) dari match point :

0.0002637 k f h ft t
f c f h ft = (56)
rw2 tD MP
Jika harga ( f c f h ft ) yang digunakan pada perhitungan skin langkah 2,

maka bandingkan ( f c f h ft ) hasil langkah 6 ini dengan harga asumsi

yang digunakan pada langkah 2. Jika tidak sama maka proses perhitungan
dimulai lagi pada langkah 2 dengan menggunakan harga yang diperoleh
pada langkah 6 ini.

7. Hitung n 2 k ma ma c ma :

532.3 ( f c f h ft ) 2
n k ma ma c ma =
2
(57)
t1*

Jika harga n 2 k ma ma c ma yang digunakan pada perhitungan skin langkah 2,

maka bandingkan n 2 k ma ma c ma hasil langkah 7 ini dengan harga asumsi

yang digunakan pada langkah 2. Jika tidak sama, maka proses perhitungan
dimulai lagi pada langkah 2 dengan menggunakan harga yang diperoleh
pada langkah 7 ini.

2
8. Hitung k ma / hma :

k ma (n 2 k ma ma c ma )
= (58)
2
hma h 2 ma c ma

9. Asumsi harga hma = h dan hitung dan :

ma c ma h
'= (59)
f c f h ft
k ma h
' = 12 2
rw2 (60)
hma k f h ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 22 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

10. Hitung dan :


= 1 /(1 + ' ) (61)

' (62)

6.1.3.1.2. Analisa Semilog Berdasarkan Periode Alir ke-2 dan ke-3


Wellbore storage mungkin menutupi periode alir ke-1 sehingga tidak teramati
pada data tes. Metode ini memberikan prosedur perhitungan jika hal tersebut
terjadi.
1. Hitung k f h ft = k h dari kemiringan garis pada plot semilog

menggunakan persamaan (17) dimana kemiringan garis ke-3 adalah m dan


kemiringan garis ke-2 adalah m* (m* = m/2).

2. Gunakan harga ( ma c ma ) dan hitung k ma / hma


2
:

k ma 532.3 ma c ma
2
= (63)
hma t*
dimana t* adalah waktu perpotongan antara garis semilog periode alir ke-2
dan periode alir ke-3.

3. Hitung ' :

k ma hmat 2 k h
' = 12 2
rw 12 ma
2
rw2 (64)
hma k f h ft hma k f h ft

4. Hitung ( f c f h ft ) :

k f h ft ma c ma h ' t b 2
0.5

f c f h ft = 8.33 10
4

(65)
rw2
dimana tb2 adalah waktu mulainya periode alir ke-2.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 23 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

5. Hitung ', , dan :


ma c ma hmat ma c ma h
'= (66)
f c f h ft f c f h ft
= 1 /(1 + ' ) (67)

' (68)

6. Hitung faktor skin :

Pi Pwf ,1 jam k f h ft
S = 1.151 log
2
+ 3.23 (69)
m ma c ma h rw

6.1.3.2. Analisa Menggunakan Metode Type Curve


Gambar 7 adalah contoh type curve untuk aliran transien dalam matriks. Data
pada saat awal mengikuti type curve untuk reservoir homogen dengan harga CD
e2S. Data pada periode transisi mengikuti kurva dengan parameter .
Kemudian data kembali mengikuti type curve untuk reservoir homogen dengan
harga CD e2S yang lain. Prosedur analisa menggunakan type curve adalah sebagai
berikut :
1. Plot P terhadap t pada kertas grafik log-log dengan skala yang sama dengan
type curve.
2. Cocokkan plot pada langkah 1 dengan type curve dengan menggeser secara
vertikal dan horisontal. Kemudian catat parameter dari kurva-kurva pada type
curve yang match dengan data, yaitu (CDe2S)f, (CDe2S)f+ma, dan serta match
point (PD, P), (tD/CD, t).

3. Hitung k h :

P
k h = 141.2 qB D (70)
P MP

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 24 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

4. Hitung (C D ) f + ma :

0.0002637 k t
(C D ) f + ma = (71)
ma c ma rw2 t D / C D MP

5. Hitung faktor skin :

CD e 2S
S = 0.5 ln (72)
CD f + ma

6. Hitung :

(C D e 2 S ) f + ma
= 1.8914 (73)
( ' ) e 2 S

7. Hitung :

(C D e 2 S ) f + ma
= (74)
(C D e 2 S ) f

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 25 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

6.2. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Model dari Warren dan Root untuk Reservoir Rekah Alam

Gambar 2. Karakteristik Kelakuan Tekanan Hasil Uji Build Up untuk Aliran dalam Matriks
dengan Kondisi Pseudosteady-state

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 26 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

Gambar 3. Karakteristik Kelakuan Tekanan Hasil Uji Build Up untuk Aliran dalam Matriks
dengan Kondisi Pseudosteady-state

Gambar 4. Type Curve Derivative untuk Aliran dalam Matriks Kondisi Pseudosteady-state yang
Dikembangkan oleh Bourdet

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 27 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

Gambar 5. Karakteristik Aliran pada Sistem Dual Porosity dengan Aliran Transien dalam Matriks

Gambar 6. Perkiraan dan Menggunakan Data dari Periode Alir Ke-1 dan Ke-2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.07
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST) Halaman : 28 / 28
SUB JUDUL : Analisa Hasil Uji Sumur Pada Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Reservoir Rekah Alami

Gambar 7. Type Curve Bourdet untuk Reservoir Rekah Alami dengan Aliran Transien dalam
Matriks

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 1/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

PENENTUAN HARGA PERBANDINGAN PERMEABILITAS GAS TERHADAP MINYAK


DARI DATA PRODUKSI

1. TUJUAN

Menentukan perbandingan permeabilitas gas terhadap minyak sebagai fungsi saturasi cairan untuk
dipergunakan sebagai data penunjang dalam perhitungan aliran fluida di dalam reservoir.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Perhitungan perbandingan permeabilitas gas terhadap minyak (kg/ko) berdasarkan persamaan
aliran gas dan minyak yang mantap.

2.2. PERSYARATAN
Tersedia data produksi (Np, R), data PVT (Bo, Bg, o, g) serta tekanan reservoir (P).
Data produksi ini meliputi selang tekanan reservoir tekanan jenuh minyak.

3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data pendukung meliputi kelompok data sebagai berikut :
a. Data produksi
Produksi minyak kumulatif (Np), STB
Faktor perbandingan gas-minyak sesaat (R), SCF/STB
b. Data PVT
Faktor volume formasi minyak (Bo), bbl/STB
Faktor volume formasi gas (Bg), bbl/SCF
Viskositas minyak (o), cp
Viskositas gas (g), cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 2/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

c. Data petrofisik dan geometri


Saturasi air lapisan minyak (Swi)
Isi minyak awal di tempat (N), STB
d. Tekanan Reservoir (P), psia

2. Susun dalam bentuk tabel Np, R, Rs, o, g, Bo, Bg untuk setiap tekanan reservoir di bawah tekanan
jenuh minyak.

3. Tentukan krg/kro sesuai dengan persamaan berikut :


( R Rs )
k rg / k ro = (1)
o Bo

B
g g

4. Hitung saturasi cairan Sl di lapisan minyak :

N p Bo
S l = S wi + 1 (1 S wi ) (2)
N Bob
Catatan :
1. Isi minyak di tempat (N) tercantum di persamaan 2, berarti isi minyak di tempat pada tekanan
reservoir sama dengan tekanan jenuh (Pb).
2. Np dihitung mulai dari tekanan reservoir sama dengan Pb.

5. Plot krg/kro terhadap Sl pada kertas grafik semi-log dengan mencantumkan krg/kro pada sumbu log.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 3/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Cole, F. W. : "Reservoir Engineering Manual", Gulf Publ. Co., Houston, Texas, 1969.
2. Dake, L. P. : "Fundamentals of Reservoir Engineering", Elsevier Publ. Co., New York, 1976.
3. Slider, H. C. : "Reservoir Engineering Methods", Petroleum Publ. Co., Tulsa, Okla., 1976.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 4/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

5. DAFTAR SIMBOL

Bg = faktor volume gas, bbl/SCF


Bo = faktor volume minyak, bbl/STB
kg = permeabilitas efektif gas, mD
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
N = isi minyak di tempat pada P = Pb, STB
Np = produksi minyak kumulatif dihitung sejak tekanan reservoir sama dengan Pb, STB
P = tekanan reservoir, psia
Pb = tekanan jenuh minyak, psia
R = faktor perbandingan gas-minyak sesaat, SCF/STB
Rs = faktor kelarutan gas, SCF/STB
Sl = saturasi cairan di lapisan minyak, fraksi
= So + Swi
So = saturasi minyak, fraksi
Swi = saturasi air, fraksi
Vo = volume minyak, bbl
Vpo = volume pori-pori lapisan minyak, bbl

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 5/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG
Perbandingan permeabilitas gas terhadap minyak (kg/ko) dihitung berdasarkan kapasitas aliran gas
bebas dan minyak di dalam reservoir. Gas yang diukur di permukaan berasal dari dua sumber,
yaitu gas bebas dan gas yang keluar dari minyak sewaktu fluida itu mengalir sampai permukaan.
Perbandingan gas-minyak sesaat (R) yang diukur di permukaan dapat dinyatakan sebagai :
q gs
R= (3)
g os
( q o R s / Bo ) + q g / B g
= (4)
q o / Bo
q g Bo
= Rs + (5)
qo Bg
Dengan menggunakan anggapan bahwa aliran gas bebas dan minyak pada kondisi reservoir
bersifat :
1. aliran mantap
2. draw down pada gas bebas dan minyak sama besar
3. ketebalan fase gas bebas dan minyak sama
qg
maka dapat dituliskan sebagai berikut :
qo
qg k rg o
= (6)
qo k ro g
Jadi persamaan (5) dapat dituliskan menjadi :
k rg o Bo
R = Rs + (7)
k ro g B g
Saturasi minyak di lapisan minyak untuk tekanan reservoir lebih kecil dari Pb adalah :
Vo
So = (8)
V po

Vo = ( N N p ) Bo (9)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 6/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

NBob
V po = (10)
1 S wi
Jadi :
( N N p ) Bo
S l = S wi + (11)
NBob / 1 S wi
Bo
= S wi + (1 N p / N ) (1 S wi ) (12)
Bob

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Perhitungan krg/kro dan Sl
Saturasi air awal (Swi) adalah 0.242 sedangkan data PVT tercantum pada Tabel 1.

TABEL 1
DATA PVT
P Bo Bg Rs o g
(psia) (bbl/STB) (bbl/SCF) (SCF/STB) (cp) (cp)
1440 1.291 0.00159 433 0.6584 0.01582
1405 1.286 0.00163 423 0.6633 0.01572
1340 1.274 0.00174 402 0.6724 0.01552
1275 1.263 0.00186 382 0.6815 0.01533
1215 1.252 0.00198 363 0.6899 0.01515
1155 1.242 0.00210 344 0.6983 0.01497
1090 1.230 0.00228 324 0.7074 0.01477
1030 1.220 0.00245 306 0.7158 0.01459
965 1.212 0.00258 292 0.7221 0.01446
955 1.206 0.00270 282 0.7263 0.01437
930 1.202 0.00280 274 0.0298 0.01429
905 1.198 0.00288 267 0.7333 0.01422
880 1.193 0.00299 259 0.7368 0.01414
860 1.190 0.00308 252 0.7396 0.01408
840 1.187 0.00316 246 0.7424 0.01402
824 1.183 0.00326 242 0.7446 0.01397

Penentuan perbandingan permeabilitas relatif dan saturasi cairan berdasarkan persamaan


berikut ini :
( R Rs )
k rg / k ro =
( o Bo ) /( g B g )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 7/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

N p Bo
S l = S wi + 1 (1 S wi )
N Boi

Sesuai dengan harga saturasi air dan faktor volume minyak pada kondisi awal :
Swi = 0.242
Boi = 1.291
maka persamaan saturasi cairan menjadi :

N p (1 0.242)
S l = 0.242 + 1 Bo
N 1.291

Np
= 0.242 + 1 Bo (0.5871)
N

Perhitungan krg/kro dan Sl sebagai fungsi dari tekanan mengikuti perhitungan variabel pada
lajur (2), (3), (4), (5) dan (6) dari Tabel 2.

Contoh Hitungan
P = 1,340 psia
(R Rs) = 742 402
= 340 SCF/STB
o Bo (0.6724)(1.274)
=
g Bg (0.01552)(0.00174)
= 31,722
krg/kro = 340/31,722
= 0.0107

Np 4.688
1 Bo = 1 (1.274)
N 245
= 1.2496
Sl = 0.242 + (1.2496)(0.5871)
= 0.976

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 8/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

Hasil hitungan krg/kro dan Sl diplot pada kertas semi-log, seperti tercantum pada Gambar
1.

TABEL 2
PERHITUNGAN krg/kro dan Sl
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
P (R Rs) o Bo k rg Np Sl
1 Bo
(psia) SCF/STB g Bg k ro N

1,440
1,405 319 33,290 0.0096 1.2821 0.995
1,340 340 31,722 0.0107 1.2496 0.976
1,275 466 30,187 0.0154 1.2150 0.955
1,215 659 28,795 0.0229 1.1754 0.932
1,155 790 27,588 0.0286 1.1469 0.915
1,090 697 25,838 0.0347 1.1150 0.897
1,030 1,034 24,430 0.0423 1.0819 0.877
985 1,152 23,495 0.0491 1.0529 0.860
955 1,203 22,576 0.0533 1.0297 0.847
930 1,230 21,924 0.0561 1.0069 0.833
905 1,263 21,451 0.0589 0.9919 0.824
860 1,303 20,791 0.0627 0.9798 0.817
860 1,329 20,295 0.0655 0.9722 0.813
840 1,339 19,891 0.0673 0.9639 0.808
824 1,346 19,342 0.0696 0.9546 0.802

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.08
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Halaman : 9/9
SUB JUDUL : Penentuan Harga Perbandingan Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Permeabilitas Gas Terhadap Minyak
Dari Data Produksi

GAMBAR 1. PERBANDINGAN PERMEABILITAS RELATIF GAS - MINYAK

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 1 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

ANALISA KUALITATIF HASIL UKL (DST)

1. TUJUAN

Analisa kualitatif hasil UKL (Uji Kandung Lapisan) bertujuan untuk menentukan :
1. kejadian mekanis di dalam sumur selama UKL.
2. karakteristik reservoir yang diuji.
3. tindak lanjut perlu tidaknya dianalisa hasil UKL secara kuantitatif.

2. METODE DAN PERSYARATAN

Tidak diperlukan persyaratan maupun metode khusus.

3. LANGKAH KERJA

1. Siapkan chart hasil UKL untuk diamati di chart-reader.


2. Periksa garis dasar tekanan (pressure base line); garis itu harus lurus dan jelas.
3. Bandingkan IHP dan FHP; keduanya harus sama besar dan sesuai dengan kedalaman dan berat
jenis lumpur yang digunakan.
4. Periksa rekaman kurva periode aliran dan penutupan; kedua kurva harus terekam sebagai kurva
yang jelas dan menerus (smooth).
5. Cocokkan kurva hasil rekaman dengan contoh terlampir untuk memperoleh diagnosa yang tepat.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 2 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Alien, T. O. dan Robert, A. P., : Production Operation, OGCI, Tulsa, 1978.


2. Timmerman, E. H., : Practical Reservoir Engineering, Vol.1 PennWell Books, PennWell
Publishing Co., Tulsa, OK.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 3 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

5. DAFTAR SIMBOL

b = kapasitas pipa bor, bbl/ft


Bo = faktor volume minyak, bbl/STB
ct = kompresibilitas total, psi-1
d = diameter dalam pipa bor, in
h = kedalaman dari pengujian yang diukur sampai pertengahan interval formasi yang diuji, ft
k = permeabilitas, mD
L = kedalaman permukaan cairan, ft
m = kemiringan garis lurus, psi/cycle
t p + t
P* = tekanan ekstrapolasi sampai log = 1, psia
t
P1hr = tekanan Pws setelah penutupan berjalan 1 jam, psia
Pm = tekanan hidrostatik lumpur, psi
Pwf = Pws pada saat t = 0, psi
qo = laju produksi dalam periode alir, STB/hari
t = waktu pengujian, menit
t = waktu penutupan, menit
tp = waktu produksi sebelum pengujian, menit
Vo = volume minyak yang diperoleh, bbl
m = density lumpur, ppg
o = viskositas minyak, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 4 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

6. LAMPIRAN
6.1. GAMBAR - GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 5 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 6 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 7 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 8 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 9 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

6.2. INTERPRETASI KUALITATIF GAMBAR HASIL REKAMAN


Gambar : Keterangan :
2 Fluida hilang sebelum penyekat (packer) didudukan. Tekanan turun waktu alat
masih ke dalam sumur. Arus cairan di anulus turun. Mungkin fluida, mengalir
ke formasi atau ke dalam pipa bor. UKL ini dapat dikatakan normal.
3 Kebocoran pada pipa bor. Terlihat tekanan awal yang tinggi ketika alat dibuka
pertama kali. Perolehan terutama berupa lumpur bor dan sedikit fluida reservoir
karena tekanan balik dari lumpur.
4 Pengaruh bantalan air yang kecil. Bantalan air menyebabkan bertambahnya
tekanan awal pada saat aliran terjadi. Perolehan terdiri dari bantalan air dan
fluida reservoir yang banyaknya tergantung pada bantalan air, karakteristik
batuan dan fluida formasi, operasi di permukaan, dan lain-lain.
5 Gambar kurva yang tidak rata sebagai akibat getaran jarum pencatat (stylus).
Getaran ini dapat disebabkan oleh gelombang laut, pergerakan kapal dan lain-
lain. UKL ini dapat dikatakan normal, kecuali bagian-bagian kurva yang tidak
rata.
6 Akibat terproduksinya bantalan air di sumur gas:
a. Bantalan air naik ke permukaan.
b. Bantalan air sedang diproduksikan.
c. Gas kering mengalir melalui jepitan.
7 Sumur dengan transmissibility sedang. Fluida reservoir mengalir ke permukaan.
Bentuk kurva dan lamanya fluida mencapai permukaan tergantung pada
permeabilitas, viskositas, volume dan panjang pipa bor, gesekan, tekanan,
massa jenis fluida, dan lain-lain
8 Alat pencatat tekanan tersumbat ketika perkakas di dasar sumur sebelum
penyekat dipasang. Sumbat terlepas pada tekanan yang sama sewaktu keluar
dari lubang. Fluida reservoir diperoleh dalam jumlah yang normal.
9 Alat pencatat tekanan tersumbat setelah penyekat didudukkan sebelum perkakas
dibuka. Sumbat terlepas pada tekanan lebih rendah ketika keluar dari sumur.
Fluida reservoir diperoleh dalam jumlah yang normal.
10 Adanya kelebihan fluida didalam pipa. Tekanan alir di bagian hulu baik jepitan
di permukaan atau di bawah permukaan akan tetap sampai tekanan balik sebagai

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 10 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

akibat akumulasi fluida menjadi sangat besar, sehingga laju aliran berkurang.
11 Pengaruh dua lapisan. Disebabkan oleh dua zone lensa pasir yang tidak
berhubungan dengan baik, patahan, discontinuity, batas fluida, dan lain-lain.
Kurva berubah sudut kemiringannya sering terjadi pada saat pengaliran dan
penutupan dan perubanan mungkin terjadi dalam arah yang berlawanan,
tergantung pada keadaan.
12 Pencatat tekanan berangsur-angsur tersumbat selama periode pengaliran.
Terbuka ketika keluar dari lubang baru. Perolehan fluida reservoir normal.
13 Pencatat tekanan tersumbat selama pengaliran dan terbuka pada saat penutupan
lanjut (buildup). Perolehan fluida reservoir normal.
14 Perubahan ukuran rangkaian pipa. Perubanan kemiringan selama pengaliran
tergantung pada letak pipa yang lebih besar di dalam rangkaian. Perolehan
fluida reservoir normal.
15 Pencatat tekanan tersumbat ketika alat diturunkan ke lubang sumur.
Penyumbatan ini terjadi ketika berat fluida sama dengan tekanan yang direkam.
Kemudian terbuka pada tekanan yang lebih rendah, ketika alat tersebut diangkat
dari lubang sumur. Perolehan fluida reservoir normal.
16 Jarum pencatat merobek chart dan tidak dapat bergerak. Perolehan fluida
reservoir normal.
17 Interferensi sumur. Waktu UKL biasanya terlalu pendek untuk mengetahui
interferensi dengan spasi sumur saat ini. Tekanan menurun pada waktu lanjut.
Perolehan fluida reservoir dapat dikatakan normal.
18 Dua pengujian dengan alat pencatat tekanan yang sama. Tekanan ekstrapolasi
buildup kedua lebih kecil dari buildup pertama. Mungkin juga reservoir kecil
dengan tekanan yang terus menerus (depletion).
19 & 20 Satu pengujian menggunakan dua pencatat tekanan. Pencatat tekanan sebelah
kiri menandakan formasi berpermeabilitas tinggi dengan skin kecil, nol, bahkan
mungkin negatif. Kurva sebelah kanan memperlihatkan pencatat tekanan yang
tersumbat ketika sampai di dasar sumur, kemudian terbuka kembali ketika mulai
diangkat dari dasar sumur. Apabila pencatat tekanan (untuk kasus alat di
sebelah kanan) ada dasar sumur, kemungkinan tersumbat oleh partikel.
21 Dua pengujian menggunakan alat pencatat tekanan yang sama. Karakteristik

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 11 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

kurva uji yang kedua berbeda dengan yang pertama. Skin atau parameter lain
pada persamaan aliran atau buildup yang sensitif terhadap perubahan pengaliran
atau penutupan, telah berubah diantara kedua pengujian ini. Tekanan awal
pengujian kedua lebih tinggi (sebesar berat kolom cairan) dari pengujian
pertama karena masuknya fluida kedalaman rangkaian pipa selama pengujian
pertama.
22 & 23 Satu pengujian menggunakan dua alat pencatat tekanan. Gambar 22
menunjukkan penyumbatan yang berangsur-angsur dari arah bawah alat
pencatat. Gambar 22 menunjukkan karakteristik reservoir yang sesungguhnya.
Pencatat (Gambar 22) mengukur berat fluida di atas alat bukannya sifat
reservoir. Kedua gambar tidak identik sebab penyumbatan pada pipa
menyebabkan tekanan yang berbeda.
24 & 25 Satu pengujian menggunakan dua perekam tekanan. Kedua kurva identik
(kecuali perbedaan kecil yang disebabkan oleh beda letak kedua perekam
tersebut). Kedua kurva ini normal karena alat bekerja baik, tidak ada
penyumbatan atau hal lainnya.
26 & 27 Satu pengujian menggunakan dua perekam tekanan. Gambar 26 menunjukkan
karakteristik reservoir sedangkan Gambar 26 menunjukkan perekam tersumbat
ketika diturunkan ke dasar lubang dan tetap tersumbat ketika diperiksa di
permukaan.
28 Jam berhenti ketika penutupan sumur. UKL normal. Perolehan fluida normal.
29 Jarum perekam terhambat jalannya (terseret-seret). Tekanan yang terekam me-
nunjukkan karakteristik tangga (stair-step character). Jarum pencatat perlu
diatur kembali kedudukannya. UKL normal.
30 Rangkaian pipa tepat di atas alat pencatat tersumbat. Perolehan fluida sedikit,
terutama lumpur. Tekanan naik dengan cepat mencapai tekanan reservoir.
31 Produksi air dan sumur mati. Berat air dan sedikit lumpur pada rangkaian pipa
melebihi tekanan reservoir sehingga sumur tersebut mati.
32 Pengaruh dari tekanan yang sangat tinggi. Kenaikan tekanan selama periode
pengaliran dan periode buildup lebih cepat dari biasanya. Perolehan lumpur juga
mungkin lebih besar. Tekanan tertingi kemungkinan melebihi atau tidak
melebihi tekanan reservoir normal.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 12 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

33 Pelarutan kembali gas dalam pipa bor ketika sumur ditutup di permukaan.
Pengujian ini mungkin normal.
34 Lapisan tidak permeabel. Sejumlah kecil lumpur dan fluida formasi mungkin
diperoleh.
35 Lapisan berpermeabilitas rendah. Diperoleh sejumlah kecil lumpur dan fluida
formasi.
36 Aliran tersumbat kemudian terbuka kembali pada beberapa lokasi di atas alat
pencatat tekanan. Perolehan fluida reservoir dalam jumlah yang berkurang.
37 Penyumbatan aliran secara berangsur-angsur di bawah alat pencatat. Tekanan
turun ke harga yang sama dengan berat fluida di atas pencatat ketika laju aliran
berkurang. Diperoleh sedikit lumpur dan fluida reservoir.
38 Dipengaruhi oleh skin. Diperoleh sejumlah fluida formasi; tekanan bertambah
selama pengaliran. Laju kenaikan tekanan (buildup) tergantung pada
permeabilitas, tekanan dan perbedaan tekanan kompresibilitas fluida, volume
yang dipengaruhi, derajat kerusakan karena padatan atau invasi filtrat lumpur,
perforasi, penetrasi parsial dan lain-lain. Skin yang tinggi dapat mengurangi laju
aliran secara nyata dan menyebabkan perbedaan tekanan oleh skin yang sangat
besar.
39 Aliran dalam jepitan berasal dari lapisan berpermeabilitas tinggi. Tekanan alir
(dasar sumur atau permukaan, Pwf) dan laju aliran tergantung pada
transmissibility, tekanan reservoir, perbedaan tekanan, ukuran jepitan dan
berbagai karakteristik fluida, formasi dan sistem aliran. Peningkatan tekanan
selama penutupan dan pengaliran terjadi sangat cepat, ``sehingga sulit
memperoleh harga skin dan permeabilitas yang dapat dipertanggung jawabkan.
40 Aliran disebabkan oleh heads, swabbing, dan lain-lain. Terdapat berbagai
macam variasi disebabkan oleh swabbing. Perolehan termasuk fluida reservoir.
Swabbing menyebabkan pengurangan tekanan apabila arus cairan diturunkan.
41 Kurva berbentuk S. Penutupan terjadi di permukaan, gas pelarutan ke dalam
cairan, zona berpermeabilitas rendah terletak di dalam lapisan yang ketat, dan
lain-lain menghasilkan bentuk kurva seperti itu selama peningkatan tekanan.
Yang diperoleh termasuk fluida reservoir dalam jumlah normal.
42 Penyekat gagal bekerja dengan baik, dipasang kembali dan berhasil. Diperoleh

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 05.09
Halaman : 13 / 13
JUDUL : UJI SUMUR (WELLTEST)
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Analisa Kualitatif Hasil UKL (DST)

lumpur dan fluida reservoir dengan jumlah yang berkurang.


43 Jam mengalami kerusakan. Pegas jam terlepas ketika alat dibuka. Perolehan
termasuk fluida reservoir dalam jumlah normal.
44 Alat gagal ditutup. Tidak didapat buildup. Perolehan termasuk fluida formasi.
45 Alat gagal dibuka. Tidak ada perolehan fluida kecuali sejumlah kecil lumpur
bor. Tekanan yang diukur cenderung berkurang mendekati harga tekanan
reservoir.
46 Jam tidak berfungsi. Diperoleh fluida reservoir dalam jumlah normal.
47 Jam berhenti pada saat alat dibuka dan berjalan kembali ketika alat ditutup.
Diperoleh fluida reservoir dalam jumlah normal.
48 Penyekat tidak bekerja dan tidak dapat dipasang. Perolehan lumpur dan
sejumlah kecil fluida formasi.
49 Penyekat tidak bekerja pada saat penutupan. Perolehan fluida reservoir dalam
jumlah normal dan lumpur sebanyak yang diperlukan untuk mengimbangi
tekanan.
50 Adanya kerusakan pada peralatan jam. Skala waktu tidak benar. Diperoleh
fluida reservoir dalam jumlah normal.
51 Jam berhenti ketika alat mencapai dasar dan bekerja kembali pada saat alat
diangkat keluar dari lubang. Diperoleh fluida reservoir dalam jumlah normal.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 1 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

PETUNJUK CARA MELAKUKAN UJI DELIVERABILITY

1. TUJUAN

Membuat rencana melakukan uji Back Pressure, agar diperoleh data yang baik.

2. METODE DAN PERSYARATAN

2.1. METODE
Merencanakan uji Back Pressure, Isochronal, dan Modified Isochronal menggunakan kaidah
aliran gas stabil.

2.2. PERSYARATAN
1. Sumur harus bersih.
2. Tekanan aliran dasar sumur dan temperature reservoir masing-masing di atas tekanan dan
temperatur titik embun.

3. LANGKAH KERJA
3.1. PROSEDUR MEMILIH JENIS UJI DELIVERABILITY
1. Siapkan data pendukung :
re, rw, Ps, Tr, , k, h dan g (viskositas gas pada Ps dan Tr).
2. Hitung waktu aliran stabil (ts, jam) dengan menggunakan persamaan :

g re 2
ts 1,000 (1)
k Ps
3. Pilih jenis uji deliverability berdasarkan jumlah waktu pengujian keseluruhan yang terdiri
atas :
a. Waktu tutup sumur yang pertama kali, sehingga tercapai keadaan statik, ta.
b. Waktu untuk melaksanakan empat uji produksi (qg1 s/d qg4) yang masing-masing

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 2 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

memerlukan waktu sebesar tb, yaitu :


t b = 4 ts
c. Waktu tutup sumur antara dua uji produksi, yaitu :
tc = 3 ttutup
Jika pengukur waktu (clock) mempunyai kemampuan mengukur selama tx, maka :
Apabila :
tx > (ta + tb + tc)
Uji back pressure atau isochronal adalah cara yang dipilih.
Apabila :
tx < (ta + tb + tc)
dipilih uji modified isochronal.

Untuk back pressure lanjutkan ke langkah kerja 3.2 sedangkan untuk Isochronal dan
Modified Isochronal lanjutkan ke langkah 5.

4. Pilihlah 4 (empat) laju produksi berlainan yang besarnya 10% sampal 75% laju produksi
maksimum. Besar laju produksi maksimum diperkirakan dari :

k h m (Ps )
AOF (2)
r S
3.263 10 Tr log
6
0.472 e +
rw 2.303

m(Ps) adalah harga fungsi tekanan semu untuk P = Ps.


S dianggap sama dengan nol apabila data tidak tersedia.
Keempat laju produksi tersebut misalnya :
qg1 = 0.10 AOF, qg2 = 0.25 AOF, qg3 = 0.50 AOF, qg4 = 0.75 AOF

5. Tentukan laju produksi tambahan, qg5, yaitu uji produksi untuk waktu yang lama {extended
flow rate) sebagai berikut :
sumur baru , qg5 = 0.50 AOF
sumur lama , qg5 = laju produksi harian sebelum uji Isochronal atau Modified Isochronal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 3 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

dilakukan.

6. Hitung waktu wellbore storage (tws, jam) dan (t100, jam) sebagai berikut :
g Vws cws
tws = 36 ,177 (3)
kh
g
t100 = 1.0 10 7 (4)
k Ps
Tentukan waktu minimum uji aliran, (tmin) yaitu :
apabila tws > t100, gunakan tmin = tws dan
apabila t100 > tws, gunakan tmin = t100
7. Tentukan lamanya uji aliran, yang diperkirakan sebesar 4 tmin.
8. Untuk uji isochronal lanjutkan ke langkah 3.3, sedangkan untuk uji modified isochronal
lanjutkan ke langkah 3.4.

3.2. PROSEDUR MELAKUKAN UJI BACK PRESSURE


1. Sumur dibuka dengan tujuan membersihkan lubang bor. Oleh karena itu waktu buka harus
cukup lama, agar lubang bersih dari kotoran sisa pemboran dan laju produksi dapat stabil.
2. Turunkan alat pengukur tekanan (pressure bomb) ke dalam sumur dan gantung di depan
formasi yang diuji.
3. Sumur ditutup sampai tekanan di permukaan stabil. Tekanan stabil dianggap tercapai, bila
beda tekanan selama 15 menit pengamatan, tidak lebih besar dari 0.1 psi (patokan yang
digunakan Railroad Commission of Texas).
4. Sumur dibuka melalui jepitan terkecil dengan laju produksi qg1, sampai kondisi stabil
tercapai. Kondisi stabil dianggap tercapai bila selisih pembacaan tekanan alir di kepala sumur
selama 30 menit < 0.01 Pwf (patokan yang digunakan Interstate Oil Compact Commission).
Harga Pwf diperkirakan dengan menggunakan persamaan (5) di Lampiran.
5. Ganti jepitan dengan ukuran yang lebih besar dan lanjutkan pengamatan seperti langkah 5
untuk laju produksi qg3. Ulangi penggantian jepitan dan lakukan hal yang sama untuk laju
produksi qg4.
Perubahan laju aliran dan tekanan alir dasar sumur terhadap waktu selama pengujian sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 4 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

diharapkan berbentuk seperti pada Gambar 1.

3.3. PROSEDUR MELAKUKAN UJI ISOCHRONAL


1. Sumur dibuka dengan tujuan membersihkan lubang bor. Waktu buka harus cukup lama agar
diperoleh laju produksi gas yang stabil dan lubang bor bersih dari sisa kotoran pemboran.
2. Turunkan alat pengukuran tekanan ke dalam sumur dan gantung di depan formasi yang diuji.
3. Sumur ditutup sehingga tekanan di permukaan stabil. Tekanan stabil dianggap tercapai bila
beda tekanan selama 30 menit pengamatan tidak lebih besar dari 1 psig.
4. Pada waktu sumur ditutup, pasang jepitan yang dikehendaki. Pemasangan jepitan mulai dari
yang ukuran terkecil.
5. Sumur dibuka melalui jepitan terkecil dengan laju produksi pertama (qg1) dan diproduksikan
selama waktu tertentu, (tmin) yang lamanya diperkirakan dari langkah 8 butir 3.1.
6. Setelah tmin tercapai, sumur ditutup untuk waktu yang cukup panjang sehingga tekanan di
permukaan kembali ke tekanan di langkah 1.
7. Kembali ke langkah 3 dan lanjutkan ke langkah 4 untuk jepitan kedua, ketiga dan keempat
dan lanjutkan sampai langkah 6 sehingga akan diperoleh laju produksi : qg2, qg3 dan qg4.
8. Setelah uji dengan laju produksi qg4 dilaksanakan, pasang jepitan yang kelima, dan lanjutkan
pengujian. Pengujian dilakukan sampai waktu stabil tercapai. Waktu stabil diperkirakan dari
langkah 2 butir 3. 1.
Perubahan laju aliran dan tekanan alir dasar sumur terhadap waktu, diharapkan berbentuk seperti
pada Gambar 1.

3.4. PROSEDUR PELAKSANAAN UJI MODIFIED ISOCHRONAL


1. Sumur dibuka dengan tujuan membersihkan lubang bor. Waktu buka harus cukup lama agar
diperoleh laju produksi gas yang stabil dan lubang bor bersih dari kotoran sisa pemboran.
2. Turunkan alat pengukur tekanan ke dalam sumur dan gantung di depan formasi yang di uji.
3. Sumur ditutup sehingga tekanan di permukaan stabil. Tekanan stabil dianggap tercapai
bila perbedaan tekanan yang diamati selama 30 menit pengamatan tidak lebih dari 1 psig.
4. Pada waktu sumur ditutup, pasang jepitan yang dikehendaki. Pemasangan jepitan mulai dari
ukuran yang terkecil.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 5 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

5. Sumur dibuka melalui jepitan terkecil dengan laju produksi pertama, qg1 dan diproduksikan
selama waktu tertentu, tmin. Lama tmin ditentukan di langkah 8 butir 3.1.
6. Sumur ditutup dengan waktu tutup sama dengan waktu sumur buka, yaitu tmin.
7. Kembali ke langkah 4 dan lanjutkan sampai dengan langkah 6 untuk ukuran jepitan yang
lain, yang memberikan laju produksi qg2, qg3, dan qg4.
8. Setelah pengujian dengan laju produksi qg4 dilaksanakan, pasang jepitan yang kelima dan
lanjutkan pengujian. Pengujian dilakukan sampai waktu stabil tercapai. Waktu stabil
diperkirakan dari langkah 2 butir 3.1. Perubahan laju aliran dan tekanan alir dasar sumur
terhadap waktu untuk uji modified isochronal diharapkan berbentuk seperti Gambar 3.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 6 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

4. DAFTAR PUSTAKA

1. _____________, "Theory and Practice of The Testing of Gas Wells", Third Edition 1975, Energy
Resources Conservation Board, Calgary, Alberta, Canada.
2. Beggs, H. Dale : "Gas Production Operations", OGCI Publications, Tulsa, Oklahoma, 1984.
3. Donohue, David A, T. dan Ertekin, Turgay : "Theory Practice, and Regulation Gas Well Testing",
International Human Resources Development Corporation, Boston.
4. Mian, M. A. : "Petroleum Engineering Handbook For The Practicing Engineer", PennWell
Publishing Company, 1992.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 7 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

5. DAFTAR SIMBOL

AOF = laju produksi maksimum (Absolute Open Flow), MMSCF/hari


C = konstanta performance, MMSCF/hari/ (psi2)n
cws = kompresibilitas fluida dalam sumur, psi-1
d = diameter dalam pipa/tubing, inch
h = tebal lapisan, ft
k = permeabilitas lapisan, mD
L = panjang tubing, ft
m(P) = fungsi tekanan semu, psi2/cp
n = 1/kemiringan kurva (Ps2 Pwf2) terhadap qg
Ps = tekanan statis, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
Pwh = tekanan kepala sumur, psia
qg = laju alir gas, SCF/hari
R = perbandingan gas-cairan
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
S = faktor skin
T = temperatur aliran rata-rata, oR
Tr = temperatur reservoir, oR
ts = waktu stabil, jam
tws = waktu dimana pengaruh wellbore storage masih terasa, jam
Vws = volume wellbore tubing (untuk sumur dengan penyekat) atau volume wellbore
tubing dan annulus (untuk sumur tanpa penyekat), ft3
Z = faktor kompresibilitas gas
= porositas, fraksi
g = viskositas gas, cp
g = spesifik gravity gas
L = spesifik gravity cairan
w = spesifik gravity fluida sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 8 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Uji deliverability sumur-sumur gas bertujuan menentukan kemampuan sumur
memproduksikan gas pada berbagai tekanan alir dasar sumur. Hubungan antara tekanan alir dasar
sumur dan laju produksi gas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
qg = C (Ps2 Pwf2)n (5)
Selama pengujian harga-harga Ps, Pwf dan qg diukur.
Sesuai dengan persamaan tersebut hasil plot antara qg terhadap (Ps2 = Pwf2) pada kertas grafik
log-log akan menghasilkan garis yang linier, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Harga n menunjukkan derajat turbulensi, yang berharga antara 0.5 (aliran turbulen
sempurna). dan 1.0 (aliran laminar sempurna).
Harga C, seperti ditunjukkan pada Gambar 5, berubah sesuai dengan waktu uji, Untuk waktu
uji yang pendek diperoleh harga C yang tinggi. Harga C ini menurun dengan makin lamanya
waktu uji dan akhirnya konstan setelah waktu stabil tercapai.
Dari ukuran di atas dapat disimpulkan bahwa hal utama yang perlu dilakukan dalam
perencanaan uji deliverability ini adalah menentukan waktu stabil, yang dapat diperkirakan
dengan menggunakan persamaan berikut :

g re 2
ts 1,000 (1)
k Ps
Tercapainya keadaan stabil dapat pula diperkirakan dengan menggunakan "rule-of thumb",
yaitu berdasarkan perbedaan tekanan, tidak melebihi l psi dalam waktu 30 menit.
Untuk uji Modified Isochronal di mana waktu stabil tidak diperlukan, perencanaan waktu
alir harus mempertimbangkan dua hal berikut ini :
1. Waktu dimana wellbore storage masih berpengaruh, yang dapat diperkirakan berdasarkan
persamaan berikut ini :
g Vws cws
t ws = 36,177 (3)
kh

2. Waktu uji alir yang cukup lama sehingga jari-jari investigasi sejauh 100 ft dapat tercapai.
Waktu ini diperkirakan dengan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 9 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

g
t100 = 1.0 10 7 (4)
k Ps

Untuk memperoleh data uji yang baik, waktu alir harus lebih besar dari t100.
(Anggapan untuk persamaan (4) adalah kerusakan/perbaikan formasi tidak terjadi di luar jarak
100 feet dari lubang bor).
Waktu minimum uji alir dipilih dari harga terbesar tws atau t100, sedangkan waktu uji alir
disarankan 4 kali waktu minimum tersebut.
Selama uji Back-pressure, isochronal maupun Modified Isochronal, tekanan alir, tekanan
tutup dan temperatur di kepala sumur perlu diukur. Data ini diperlukan untuk memperkirakan
tekanan di dasar sumur pada saat sumur ditutup atau dibuka. Persamaan empiris dari Hurst dan
Bellise2 dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan dasar sumur, pada saat pengujian.
Persamaan tersebut adalah :
Pwf = Pwh { ek + F ( ek 1 ) }0.5 (6)
dimana :
w L
k = 0.037502
TZ
F = 10A
Z qg T
A = 1.11352 + 1.829030 log
3.34832 dPwh g

4 ,591 L /R
w = g +
1 + 1,123 /R

Peralatan yang digunakan untuk uji Back Pressure, Isochronal dan Modified Isochronal
tergantung dari pada fluida yang diproduksikan, yaitu apakah berupa gas kering atau berupa
campuran gas dengan kondensat atau air.
1. Peralatan pengujian di permukaan.
a. Peralatan yang diperlukan adalah :
- Alat pengukur tekanan
- Katup-katup
- Jepitan yang dapat diubah-ubah

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 10 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

- Separator
- Alat pengukur laju aliran gas, Kondensat dan air,
- Tangki pengumpul kondensat
- Thermometer
2. Peralatan dipermukaan yang lazim digunakan secara skematis ditunjukkan pada Gambar 6
sampai Gambar 8.
3. Peralatan pengukur tekanan di dasar sumur.
Selama pengujian, tekanan di depan formasi (sand face) diukur, baik dalam keadaan statis
ataupun pada waktu terjadi aliran. Alat pengukur yang umum digunakan adalah pengukur secara
mekanik, misalnya (Amerada) atau secara elektronik misalnya HP gauge.

6.2. PEMILIHAN DAN PERENCANAAN UJI BACK PRESSURE, ISOCHRONAL DAN


MODIFIED ISOCHRONAL
1. Data Sumur dan Lapisan :
re = 2,640 ft g = 0.0159 cp
rw = 0.25 ft = 0.15
k = 120 mD Ps = 2,000 psia
h = 10 ft
Tr = 580 oR

m(Ps) = 330 106 psi2/cp


Kedalaman sumur = 5,000 ft dan dipasang packer.
cws = 0.0006 psi-1
Sumur telah diproduksi dengan laju produksi harian 20 MMSCF/hari.

2. Hitung waktu stabil, ts, yaitu :

g re 2
ts = 1,000
k Ps

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 11 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

(0.15) (0.0159) (2,640) 2


ts = 1,000 = 69 jam
(120) (2,000)

3. Dengan waktu stabil sebesar 69 jam, ini berarti kalau dilakukan uji Back Pressure dengan 4
uji aliran, akan diperlukan waktu uji minimum sekitar 280 jam. Uji Back Pressure selama 280
jam dianggap terlalu lama, dengan demikian uji isochronal atau modified isochronal dapat
dipilih.

4. Hitung AOF, yaitu :

(120) (10) (330 10 6 )


AOF = = 57 MMSCF/hari
2,640
(3.263 10 )(580) log 0.472
6
+0
0.25

Empat uji alir yang akan diujikan :


qg1 = 0.10 (57) = 5.7 MMSCF/hari
qg2 = 0.25 (57) = 14.25 MMSCF/hari
qg3 = 0.50 (57) = 28.5 MMSCF/hari
qg4 = 0.75 (57) = 42.75 MMSCF/hari

5. Laju produksi qg5 (untuk uji alir yang diperpanjang), dipilih sama dengan laju produksi harian
sebelum uji isochronal dilakukan :
qg5 = 20 MMSCF/hari

6. Hitung tws dan t100 sebagai berikut :


cws = 0.0006 psi-1
Vws = rw2(Kedalaman)
= (0.25)2 (5,000), ft3

36,177 (0.0159) ( 0.25 2 5,000) (0.0006)


tws =
(120) (10)
= 0.28 jam

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 12 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

1 10 7 (0.15)(0.0159)
t100 =
(120)(2,000)
= 0.10 jam
tws > t100
Dengan demikian tmin = 0.28 jam

7. Lamanya uji alir = 4 0.28


= 1.12 jam = 1.5 jam
Sedangkan waktu yang diperlukan untuk uji alir yang diperpanjang minimum sebesar 69 jam.
8. Pemilihan uji Isochronal atau Modified Isochronal, didasarkan pada :
Data uji ulah tekanan bentuk atau Uji Kandung Lapisan, yang mana kelakuan "build-up"
dapat di ketahui.
Apabila data tersebut tersedia, dan dapat ditunjukkan banwa dengan waktu tutup sebesar 1.5
jam, dapat menghasilkan "build-up" yang cukup, maka dipilih uji isochronal, apabila
sebaliknya terjadi, pilih uji modified isochronal.
Pengalaman di lapangan.

9. Apabila dipilih uji Isochronal, maka :


waktu uji alir = 1.5 jam.
waktu tutup sumur sedemikian rupa sehingga diperoleh tekanan stabil di permukaan yang
selalu sama pada setiap penutupan.
waktu yang diperlukan untuk uji alir yang diperpanjang minimum sebesar 69 jam.

10. Apabila uji Modified Isochronal yang dipilih :


waktu uji alir 1.5 jam
waktu tutup sumur 1.5 jam
waktu yang diperlukan untuk uji alir yang diperpanjang minimum sebesar 69 jam.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 13 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Laju Aliran dan Tekanan Alir Dasar Sumur terhadap Waktu Uji Back Pressure Test

Gambar 2. Diagram Laju Aliran dan Tekanan Alir Dasar Sumur Uji Isochronal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 14 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

Gambar 3. Diagram Laju Aliran dan Tekanan Alir Dasar Sumur Uji Modified Isochronal

Gambar 4. Plot antara qg terhadap (P 2s P 2wf )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 15 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

Gambar 5. Kurva Perubahan Harga C terhadap Waktu Uji

Gambar 6. Peralatan Uji Back Pressure, Isochronal atau Modified Isochronal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.01
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS Halaman : 16 / 16
SUB JUDUL : Petunjuk Cara Melakukan Uji Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Deliverability

Gambar 7. Peralatan Uji Back Pressure, Isochronal atau Modified Isochronal dilengkapi Separator
2 Tingkat

Gambar 8. Peralatan Uji Back Pressure, Isochronal atau Modified Isochronal dilengkapi Separator
1 Tingkat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 1 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR GAS

1. TUJUAN

Menghitung deliverability sumur gas berdasarkan uji Back Pressure, Isochronal, dan Modified
Isochronal.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Menggunakan kaidah aliran stabil gas.

2.2. PERSYARATAN
1. Aliran berupa aliran gas kering.
2. Perbandingan gas - cairan tidak melebihi 100,000 SCF/STB.

3. LANGKAH KERJA
1. Apabila selama pengujian tidak dihasilkan kondensat, lanjutkan perhitungan penentuan
deliverability sumur gas ke langkah kerja 3.2; 3.3 atau 3.4, sesuai dengan jenis uji yang dilakukan.
2. Apabila selama pengujian terdapat kondensat, maka laju produksi kondensat harus diubah menjadi
laju aliran gas di reservoir, dengan menggunakan langkah kerja 3.1.

3.1. MENYATAKAN LAJU PRODUKSI KONDENSAT MENJADI LAJU ALIRAN GAS DI


RESERVOIR
1. Dapatkan data penunjang :
API Gravity cairan kondensat di tanki pengumpul
Laju aliran kondensat (qcon)
Tekanan Separator
2. Gunakan Gambar 2 untuk menentukan volume ekivalen (Ve, cuft/bbl) berdasarkan harga API
Gravity kondensat dan tekanan separator.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 2 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

3. Hitung laju aliran gas ekivalen menurut :


qg = qcon (Ve) (1)

3.2. PENENTUAN DELIVERABILITY SUMUR GAS BERDASARKAN DATA UJI BACK


PRESSURE DAN ISOCHRONAL
1. Dapatkan hasil uji Back Pressure atau Isochronal yang meliputi laju produksi gas, minimal
tiga laju produksi (qg), dan tekanan alir dasar sumur (Pwf) serta tekanan statik (Ps).
2. Untuk masing-masing qg hitung harga (P 2s P 2wf ).

3. Plot antara (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada kertas log-log dengan (P 2s P 2wf ) sebagai sumbu

ordinat dan qg sebagai sumbu absis.


4. Amati titik-titik yang diperoleh dari langkah 3. Apabila titik-titik tersebut menunjukkan
kecenderungan membentuk garis lurus, lanjutkan perhitungan dengan menggunakan langkah
perhitungan di butir 3.2.1. Apabila titik-titik tersebut menunjukkan kecenderungan
membentuk kurva tidak linier, lanjutkan perhitungan dengan menggunakan langkah-langkah
di 3.2.2.

3.2.1. Penentuan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure dan Isochronal
dengan Menggunakan Metode Konvensional
1. Tarik garis lurus terbaik yang mewakili titik-titik di langkah 4 butir 3.2.
2. Hitung kemiringan garis lurus dari langkah 1 dengan cara sebagai berikut :
- Pilih dua titik sembarang pada garis lurus dan baca harga (P 2s P 2wf ) dan qg untuk

masing-masing titik :
Titik 1 : (P 2s P 2wf )1 ; q1

Titik 2 : (P 2s P 2wf )2 ; q2

- Hitung harga kemiringan garis lurus (n), yaitu :


log q1 log q 2
n= (2)
log( P Pwf2 )1 log( Ps2 Pwf2 ) 2
s
2

Harga n harus terletak antara 0.5 dan 1. Apabila n < 0.5 atau n > 1, maka teliti kembali :
- Hasil perhitungan dan plot di langkah kerja 3.2.
- Angka-angka hasil uji.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 3 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Apabila pada kedua hal tersebut di atas tidak ditemui kesalahan, berarti hasil pengujian
sumur tidak baik.
3. Hitung konstanta (C) dengan menggunakan langkah perhitungan sebagai berikut :
- Perpanjang garis lurus dari langkah 1 sampai memotong sumbu absis dan sumbu
ordinat.
- Baca harga-harga perpotongan tersebut: misalkan perpotongan dengan sumbu absis =
X MMSCF/hari dan perpotongan dengan sumbu ordinat adalah Y (psi2)n, maka harga
C dapat dihitung sebagai berikut :
X
C= (3)
Yn
4. Laju absolute open flow potential dihitung dengan langkah perhitungan sebagai berikut:
Hitung P 2s .

Baca harga qg pada P 2s , berdasarkan garis lurus yang diperoleh dari langkah l, qg

tersebut adalah absolute open flow potential.


5. Persamaan kurva IPR untuk sumur gas tersebut adalah :

(
q g = C Ps2 Pwf2 )
n
(4)

Untuk berbagai harga Pwf dan harga qg dapat dihitung menurut persamaan (4). Plot
harga-harga Pwf dan qg pada kertas grafik kartesian, dengan qg sebagai sumbu absis dan
Pwf sebagai sumbu ordinat. Hasil plot adalah kurva IPR.

3.2.2. Penurunan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure dan Isochronal
dengan Menggunakan Metode LIT (Laminer Inersia Turbulen)
1. Buat kurva fungsi tekanan semu yang tertera dalam butir 3.2.
2. Dengan menggunakan kurva fungsi tekanan semu tersebut, tentukan m(Ps) dan m(Pwf).
3. Tabulasikan laju produksi dengan harga m(P), m(P)/q, q 2g , m(P), m(P)/q,

qg , q 2g , dimana :

m( P) = m( Ps ) m( Pwf ) (5)

m( P ) / q = m( Ps ) m( Pwf )
(6)
q

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 4 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

4. Hitung konstanta a dan b untuk persamaan :


(m( P) bq 2 ) = aq (7)
sebagai berikut :

m( P )

q
( )
q g2 ( q g )( m( P) )
a=
g
(8)
N q g2 q g . q g

m( P )
N m( P ) q g
qg
b= (9)
N q g2 q g . q g
dimana N adalah jumlah data uji aliran.
5. Berdasarkan harga b di atas, hitung (m(P) bq 2g ).

6. Plot (m(P) bq 2g ) terhadap qg, dengan (m(P) bq 2g ) pada sumbu ordinat dan qg

pada sumbu absis. Plot tersebut berupa garis lurus.


7. qAOFP dapat ditentukan sebagai berikut :

a + a 2 + 4bm( Ps )
q AOFP = (10)
2b
8. Pembuatan kurva IPR dapat dilakukan berdasarkan persamaan:
m( Ps ) m( Pwf ) = aq g + bq g2 (11)

dengan cara sebagai berikut :


Pilih harga Pwf
Tentukan harga m(Pwf) dengan menggunakan kurva m(P) vs P
Hitung laju aliran dengan menggunakan persamaan berikut :

a + a 2 + 4b[m( Ps ) m( Pwf )]
qg = (12)
2b

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 5 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

3.3. PENENTUAN DELIVERABILITY SUMUR GAS BERDASARKAN DATA ISOCHRONAL


DENGAN KONSTANTA C DIHITUNG BERDASARKAN PERUBAHAN TEKANAN
TERHADAP WAKTU SELAMA PENGUJIAN
1. Dapatkan data uji Back Pressure atau Isochronal:
Tekanan statik (Ps)
Laju produksi (qg)
Perubahan tekanan alir dasar sumur untuk setiap laju produksi untuk waktu produksi yang
sama.
2. Kelompokkan data laju produksi gas dan tekanan alir dasar sumur yang diambil pada waktu
produksi yang sama.
3. Untuk setiap kelompok waktu produksi yang sama, lakukan perhitungan sebagai berikut :
Untuk masing-masing laju produksi, hitung (P 2s P 2wf ).

Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada kertas log-log dengan (P 2s P 2wf ) sebagai sumbu ordinat

dan qg sebagai sumbu absis.


Tarik garis lurus terbaik yang mewakili titik-titik tersebut.
Hitung kemiringan garis lurus tersebut dengan cara seperti pada langkah 2 butir 3. 2.1.
dengan menggunakan persamaan (2).
Hitung konstanta C seperti pada langkah 3 butir 3. 2. 1.
Dengan catatan: Untuk setiap kelompok waktu produksi yang sama harus diperoleh harga n
yang mendekati atau harus diperoleh garis-garis yang sejajar.
4. Plot antara C terhadap waktu (jam). Waktu pada sumbu absis dan C pada sumbu ordinat.
5. Apabila grafik C terhadap t belum menunjukkan kurva yang asimtotis, maka perpanjang
grafik tersebut dengan cara sebagai berikut :
Pilih dua harga C untuk dua harga t yang terakhir :
C1 untuk waktu produksi t1
C2 untuk waktu produksi t2
Hitung A dengan menggunakan persamaan berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 6 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

1
C2 n
t2
1 1

2 C1 n C 2 n
A= (13)
1
C1 n
t1
1 1

2 C1 n C 2 n

Persamaan kostanta C terhadap t adalah :
n
C1 ln At10.5
C= n
(14)
ln At 0.5
Substitusikan harga Cl, t1 dan A untuk memperoleh hubungan antara C dan t.
Berdasarkan persamaan di langkah C, perpanjang plot antara C dan t.
Tentukan harga Cs pada t = ts.
6. Pembuatan kurva IPR seperti pada langkah 5 butir 3.2.1. dengan Harga Cs sebagai pengganti
harga C pada persamaan (4).

3.4. PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR-SUMUR GAS BERDASARKAN DATA UJI


MODIFIED ISOCHRONAL YANG DILENGKAPI DENGAN SATU UJI ALIR YANG
DIPERPANJANG
1. Dapatkan data uji modified isochronal :
Urutan keadaan sumur selama pengujian.
Lama waktu tutup dan waktu buka sumur. Waktu tutup dan waktu buka sumur harus sama.
Tekanan dasar sumur.
Laju aliran.
Laju aliran stabil dan lamanya uji laju aliran stabil ini dilakukan.
2. Tabulasikan :
Waktu uji.
Tekanan dasar statik saat sumur ditutup dan tekanan dasar alir saat sumur kemudian dibuka.
Laju aliran.
3. Hitung harga (P 2s P 2wf ) berdasarkan Ps dan Pwf yang berurutan, untuk setiap laju aliran.

Perhitungan ini tidak perlu dilakukan untuk laju aliran stabil.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 7 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

4. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada kertas log-log dengan (P 2s P 2wf ) sebagai sumbu ordinat

dan qg sebagai sumbu absis.


5. Tarik garis lurus terbaik melalui titik-titik pada langkah 4.
6. Hitung kemiringan garis tersebut dengan cara seperti pada langkah 2 butir 3.2.1. dengan
menggunakan persamaan (2).
7. Hitung dan plot harga (P 2s P 2wf ) untuk laju aliran stabil.

8. Tarik garis sejajar dengan garis di langkah 5 melalui titik di langkah 7.


9. Hitung konstanta Cs untuk garis lurus di langkah 8 seperti pada langkah 3 butir 3. 2. 1.
10. Hitung absolute open flow potential menurut persamaan :
2
q AOFP = C s ( Ps ) n (15)

11. Kurva IPR untuk sumur gas dapat dibuat seperti pada langkah 5 butir 3.2.1. dengan Cs sebagai
pengganti harga C pada persamaan (4).

3.5. PROSEDUR PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR-SUMUR GAS DENGAN


MENGGUNAKAN KURVA IPR GAS TIDAK BERDIMENSI
1. Buat kurva fungsi tekanan semu yang tertera dalam butir 3. 7.
2. Dapatkan harga Ps, Pwf dan laju aliran stabil yang diperoleh dari suatu uji tekanan dan
produksi.
3. Hitung m(Ps) dan m(Pwf) dengan menggunakan kurva fungsi tekanan pada semu.
4. Hitung laju aliran maksimum (qAOFP) dengan menggunakan persamaan berikut :
qg
q g ,max = (16)
5 1}
m ( Pwf )
{
1 5 m ( Ps )
4

5. Menghitung laju aliran untuk menghitung suatu harga Pwf dapat dilakukan sebagai berikut :

5 1}
m ( Pwf )
{
q g = q g ,max 1 5 m ( Ps ) (17)
4

6. Kurva IPR untuk sumur gas tersebut, dapat dibuat dengan mengulangi perhitungan qg di
langkah 5 untuk berbagai harga Pwf kemudian plot qg terhadap Pwf dengan harga qg pada

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 8 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

sumbu absis dan Pwf pada sumbu ordinat.

3.6. PROSEDUR PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR-SUMUR GAS DI KEMUDIAN


HARI DENGAN MENGGUNAKAN KURVA IPR GAS TIDAK BERDIMENSI
1. Buat kurva fungsi tekanan semu yang tertera dalam butir 3.7.
2. Dari uji tekanan dan produksi saat ini, dapatkan Ps, Pwf dan q dan hitung m(Ps) dan m(Pwf)
berdasarkan kurva fungsi tekanan semu.
3. Hitung laju aliran maksimum pada saat ini dengan menggunakan persamaan :
qg
q g ,max P = (16)
5 1}
m ( Pwf )
{
1 5 m ( Ps )
4

4. Tentukan tekanan statik di kemudian hari (Ps)f dan hitung m(Ps)f berdasarkan kurva m(P)
terhadap tekanan dari langkah 1.
5. Hitung laju aliran maksimum di kemudian hari dengan menggunakan persamaan berikut :

5 }
m ( Ps ) f
{
q g ,max f = q g ,max P 1 0.4 m ( Ps ) P (18)
3

6. Dari harga laju aliran maksimum tersebut, gunakan persamaan (17) untuk membuat kurva IPR
di kemudian hari.

3.7. PROSEDUR PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR-SUMUR GAS YANG


MENGALAMI HYDRAULICS-FRACTURE MENGGUNAKAN KURVA IPR GAS TIDAK
BERDIMENSI METODE CHASE ET. AL.
1. Dari uji tekanan dan produksi saat ini, dapatkan Ps, Pwf dan q dan hitung m(Ps) dan m(Pwf)
berdasarkan kurva fungsi tekanan semu.
2. Kurva IPR dibuat dengan mengunakan persamaan (metode Chase et al.) :
N
m( Pwf ) Qg
= 1 M (19)
m( Ps ) Q g max@ X / X =1
e f
dimana :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 9 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

2
X
log M = 0.004865 + 0.14312 log e 0.00989 log X e
X X f
f
3
X
+ 0.00039 log e
X f

(20)
2
X
log N = 0.296498 0.0618 log e + 0.00874 log X e
X X f
f
3
X
0.0004278log e

X f
(21)
untuk Xe/Xf > 108 :
X
log M = 0.057871 log e + 0.311663 (22)
X
f

X
log N = 0.002712 log e + 0.159624 (23)
X
f
3. Jika harga Xf tidak diketahui, maka dapat menggunakan persamaan :

Xe e s'
= 0.37 X e (24)
Xf rw

3.8. PROSEDUR PEMBUATAN KURVA FUNGSI TEKANAN SEMU, m(P) TERHADAP


TEKANAN
1. Tentukan selang tekanan mulai dari 0 psig sampai tekanan 50 psig di atas tekanan statik
reservoir.
2. Persiapkan data penunjang, yaitu specific gravity gas dan temperatur formasi.
3. Bagilah jarak tekanan tersebut untuk jarak tekanan sama.
4. Untuk masing-masing harga tekanan tersebut tentukan harga faktor kompresibilitas (Z) dan
viskositas gas (g).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 10 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

5. Untuk masing-masing tekanan hitung harga 2P/g Z.


6. Hitung harga (2P/g Z) rata-rata menurut persamaan :

2P (2 P / g Z ) n + (2 P / g Z ) n 1
= (25)
Z 2
g rata rata
7. Hitung harga {(2P/g Z)rata-rata } P.P adalah perbedaan tekanan yang diperoleh dari
langkah 6.6.
8. Kumulatifkan harga {(2P/g Z)rata-rata} P untuk setiap tekanan. Harga fungsi tekanan semu
m(P) pada suatu tekanan tertentu adalah :
n
2 P
m( P ) = P (26)

i =1 g Z

9. Buat kurva fungsi tekanan semu yaitu plot m(P) terhadap tekanan.

3.9. PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR-SUMUR GAS BERDASARKAN DATA UJI


MODIFIED ISOCHRONAL TANPA STABILIZED FLOW POINT METODE BRAR - AZIZ
1. Dapatkan data uji Isochronal :
- Tekanan statik (Ps)
- Laju produksi (qg)
2. Kelompokan data laju produksi gas dan tekanan alir dasar sumur yang diambil pada waktu
produksi yang sama.
3. Siapkan data pendukung seperti :
- Ketebalan reservoir (h), ft
- Radius sumur (rw), ft
- Porositas (), fraksi
- Temperatur (T), oR

- Tekanan rata-rata ( P ), psia

- Viskositas rata-rata ( ), cp

- Faktor deviasi gas rata-rata ( Z )

- Kompresibilitas gas rata-rata ( c g ), psia-1

- Spesific Gravity gas (g)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 11 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

- Saturasi air (Sw), fraksi


- Luas reservoir (A), acre
- Dietz shape factor (CA)
4. Gambar Pp/qg = [Pp(Pws) Pp(Pwf)]/qg dengan qg menggunakan skala Kartesian. Kemudian
tarik garis lurus (best fit) melalui data-data tersebut.
5. Hitung b (slope) dari garis lurus tersebut, atau menggunakan least-squares analysis.
Kemudian hitung b rata-rata :
N N N P
N (Pp ) j q gj
p

j =1 q
j =1 j =1 gj j
b= 2
(27)
N N
N (q gj ) 2 q gj
j =1 j =1
Hitung at untuk setiap garis isochronal dengan pembacaan pada gambar atau dengan
menggunakan analisa regresi :
N Pp N N N



j =1 q g
(q gj ) 2 q gj (Pp ) j
j =1
j j =1 j =1
at = 2
(28)
N N
N (q gj ) 2 q gj
j =1 j =1
6. Gambar at terhadap log t. Buat garis lurus melalui titik-titik data dan hitung slope (m) dan
intercept (c) :
N N N
N (at log t ) j (at ) j (log t ) j
j =1 j =1 j =1
m= 2
(29)
N N
N (log t j ) 2 log t j
j =1 j =1

N N N N

(at ) j (log t j ) 2 (at log t ) j (log t ) j


j =1 j =1 j =1 j =1
c= 2
(30)
N N
N (log t j ) 2 log t j
j =1 j =1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 12 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

7. Hitung permeabilitas :
1,632 T
kg = (31)
mh
8. Hitung skin factor :
c kg
S = 1.151 log + 3.23 (32)
m c r2
g t w

9. Hitung a pada kondisi stabil :

1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
(33)
kg h C A rw 4
10. Hitung qAOF :

[
a + a 2 + 4 b Pp ( Ps ) Pp ( Pb ) ]
q AOF = (34)
2b

3.10. PERHITUNGAN DELIVERABILITY SUMUR-SUMUR GAS BERDASARKAN DATA UJI


MODIFIED ISOCHRONAL MENGGUNAKAN STABILIZED C METHOD (ANALISA
RAWLINS-SCHELLHARDT)
1. Dapatkan data uji Isochronal :
- Tekanan statik (Ps)
- Laju produksi (qg)
2. Kelompokkan data laju produksi gas dan tekanan alir dasar sumur yang diambil pada waktu
produksi yang sama.
3. Siapkan data pendukung seperti :
- Ketebalan reservoir (h), ft
- Radius sumur (rw), ft
- Faktor skin (S)
- Temperatur (T), oR

- Tekanan rata-rata ( P ), psia


- Tekanan titik jenuh (Pb), psia
- Saturasi air (Sw), fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 13 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

- Dietz shape factor (CA)


- Permeabilitas (k), mD
- Non-Darcy flow koefisien (D), D/MMscf
4. Gambar Pp/qg = [Pp(Pws) Pp(Pwf)]/qg dengan qg menggunakan skala Kartesian. Kemudian
tarik garis lurus (best fit) melalui data-data tersebut.
5. Hitung deliverability exponent (n) dari gambar (langkah 1) atau menggunakan least-squares
analysis, kemudian hitung n rata-rata :

[ ] log (q
N N N
N log (q g ) log (Pp ) j gj ) (Pp ) j
j =1 j =1 j =1
n= 2
(35)
N N
N (log P ) q gj (log Pp ) j
2
p j
j =1 j =1
6. Hitung koefisien a dan b teoritis :

1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
(36)
kg h C A rw 4
1.422 10 6 D T
b= (37)
kg h

7. Hitung laju alir (qg), dimana pseudopressure drawdown (Pp), yang diperoleh dari
persamaan Rawlins-Schellhardt sama dengan yang diperoleh dari persamaan Houpeurt :
a (1 n)
q g ,e = (38)
b(2n 1)
8. Hitung konstanta deliverability :
q g ,e
C= (39)
(aq g ,e + bq g2 ,e ) n

9. Hitung laju alir qAOF :

[
q AOF = C Pp ( P ) Pp ( Pb ) ]
n
(40)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 14 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

4. DAFTAR BACAAN

1. : "Theory and Practice of the Testing of Gas Well Energy Resoursces


Conservation Board", Calgary, Alberta, Canada.
2. Beggs, H. Dale : "Gas Production Operations", OGCI Publications Tulsa-Oklahoma.
3. Craft, B. C. dan Hawkins, H. F. : "Applied Petroleum Reservoir Engineering", Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, N. J, 1959.
4. Cullender, H. H. : "The Isochronal Performance Method of Determining the Flow Characteristics
of Gas Well", Trans. of AIME, Vol. 204, 1955, halaman 137-142.
5. Donohue, David A. T dan Ertekin, Turgay : "Gaswell Testing, Theory, Practice & Regulation",
International Human Resources Development Corporation, Boston.
6. Mishra, S. dan Caudle, B. H. : "A Simplified Procedure for Gas Deliverability Calculations Using
Dimensionless IPR Curves", SPE Paper No. 13231, SPE of AIME.
7. Poettman, Fred H., Schilson, Robert E. : "Calculation of the Stabilized Performance Coefficient of
Low Permeability Natural Gas Wells", Trans of AIME Vol. 216, 1959, halaman 240-246.
8. Tek, H. R., Group, M. L. dan Poettman, F. H. : "Method for Predicting the Back Pressure
Behavior of Low Permeability Natural Gas Well", Trans. of AIME, Vol. 210, 1957, halaman 302-
309.
9. Mona D. Trick, Frank J. Palmai, Robert W. Chase, : "Comparison of Dimensionless Inflow
Relationships for Gas Wells", SPE Paper No. 75719, SPE of AIME.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 15 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

5. DAFTAR SIMBOL

C = Konstanta "performance", SCF/h/(psi2 )n


Cg = kompresibilitas gas, psi-1
Cs = konstanta "performance" stabil, SCF/h/(psi2 )n
k = permeabilitas, mD
m(P) = fungsi tekanan semu
Pp(Ps) = pseudo-pressure tekanan statik sumur, psia2/cp
Pp(Pwf) = pseudo-pressure tekanan alir dasar sumur, psia2/cp
Ps = tekanan statik, psig
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psig
S = apparent skin factor
qAOFP = laju produksi pada absolute open potential, MMSCF/hari
qcon = laju produksi kondensat, STB/hari
qg = laju produksi gas, SCF/hari
qmax = laju produksi gas maksimum, MMSCF/hari
ts = waktu stabil, jam
Vc = volume gas ekivalen, ft3/bbl
Xe = radius reservoir atau radius investigasi, ft
Xf = radius uniform flux fracture, ft
Z = faktor deviasi gas
= porositas, fraksi
g = viskositas gas, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 16 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Persamaan Aliran
Kemampuan berproduksi suatu sumur yang menguras suatu reservoir gas secara empiris
dinyatakan oleh persamaan :

(
q g = C Ps2 Pwf2 )
n
(4)

dimana :
n = konstanta yang menyatakan derajat turbulensi 0.5 < n < 1
qg = laju produksi gas, MMSCF/hari
Ps = tekanan reservoir statik rata-rata, psig
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
C = konstanta, MMSCF/h/(psi2)n
Harga C berubah sesuai dengan lama waktu aliran fluida selama kondisi stabil belum
dicapai. Harganya menjadi konstan (Cs) setelah aliran stabil. Pada kondisi inilah penentuan
deliverability dan AOF gas dilakukan. Dengan memberikan harga (log 10) pada kedua ruas
dari persamaan (4), akan diperoleh hubungan :
log q = log C + n log P2 (19)
1
Hubungan log P2 terhadap log q adalah linier dengan sudut kemiringan , seperti dalam
n
Gambar 1.
Adakalanya titik (P2, qg) tidak terletak pada satu garis (membentuk garis lengkung).
Dalam hal ini persamaan empiris (4) tidak menunjukkan aliran gas dari reservoir ke dalam
sumur. Kehilangan tekanan disebabkan oleh inersia dan turbulensi adalah fungsi dari laju
produksi.
Persamaan analitis yang cocok untuk menerangkan hal ini adalah :
2
P 2 = P R Pwf2 = a q + b q 2 (20)

Harga konstanta "b" akan tetap sama, baik untuk kondisi aliran transien aliran stabil,
sedangkan konstanta "a" berubah-ubah harganya. Harga "a" pada kondisi stabil yang akan
digunakan dalam penentuan deliverability.
Penyusunan kembali persamaan (20) akan memberikan hubungan berikut ini :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 17 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

P 2
= a +bq (21)
q
atau :
(P 2 b q 2 ) = a q (22)

P 2
Persamaan (21) menunjukkan hubungan linier antara terhadap q dengan
q
memberikan kemiringan garis sebesar "b", sedangkan hubungan log (P 2 b q 2 )
terhadap log q berdasarkan persamaan (22) adalah linier dengan kemiringan 1.0.
Persamaan aliran (4) dan (19) berlaku untuk keadaan dimana harga Z terhadap

perubahan harga tekanan adalah konstan. Hal ini berlaku untuk tekanan reservoir PR <
2,000 psi. Untuk tekanan di atas 2,000 psi, maka persamaan aliran dalam reservoir
dipengaruhi oleh tekanan semu, m(P). Persamaan aliran yang sejenis dengan persamaan (4)
dan (20) adalah seperti berikut ini :
m( P )
= a +bq (26)
q
dan :
(m( P) b q ) = a q
2
(27)
Persamaan (4) dan (20) memerlukan paling sedikit 3 atau 4 data uji aliran, seperti yang
diperoleh dari uji back pressure, isochronal atau modified isochronal.
Mishra mengembangkan suatu metode yang dapat digunakan untuk menghitung
deliverability dari sumur-sumur gas, baik pada waktu sekarang atau di kemudian hari,
berdasarkan data dari uji ulah tekanan bentuk dan satu uji produksi. Penggunaan metode ini
memerlukan kurva fungsi tekanan semu, m(P) terhadap tekanan P, dimana m(P)
didefinisikan oleh persamaan (25). Contoh fungsi semua tekanan sumur tersebut ada dalam
contoh.
Persamaan untuk menentukan deliverability sumur-sumur gas pada waktu sekarang
adalah :

5 1}
m ( Pwf )
qg {
= 1 5 m ( Ps ) (16)
q g ,max 4

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 18 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

sedangkan untuk di kemudian hari :

5 }
m ( Ps ) f
q max, f {
= 1 0.4 m ( Ps ) (17)
q g ,max 3

Chase et al. mengembangkan persamaan untuk membuat kurva IPR untuk sumur-sumur
gas yang mengalami hydraulics fractured. Persamaan tersebut diturunkan dari persamaan
umum LIT. Persamaan itu adalah :
N
m( Pwf ) Qg
= 1 M (18)
m( Ps ) Q g max@ X / X =1
e f

6.1.2. Analisa Modified Isochronal tanpa menggunakan Stabilized Flow Point


- Dilakukan dengan memproduksi dan menutup sumur secara bergantian.
- Selang waktu produksi sama untuk setiap periode aliran, begitu juga selang waktu
penutupannya sama.
- Pada akhir setiap periode aliran, tekanan aliran dasar sumur (Pwf) diukur. Pada akhir
periode penutupan, tekanan statik dasar sumur juga diukur.
- Extended flow tidak dilakukan pada uji ini.
6.1.2.1. Metode Bra dan Aziz
Persamaan gas deliverability pada kondisi transien :

1,422 q g T kg t
Pp ( Ps ) Pp ( Pwf ) = 1.151 log + S + D qg
2
(19)
kg h 1,688 ct rw

Persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut :


Pp
= a + b qg (20)
qg
dimana :

1,422 T kg t
a (t ) = 1.151 log + S
(21)
kg h 1,688 ct rw
2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 19 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

1,422 q g T D
b= (22)
kg h

a(t) dapat diurai menjadi :


a (t ) = m log(t ) + c (23)
dimana :
1,632 T
m= (24)
kg h

1,422 T kg
c= 1.151 log + S (25)
kg h 1,688 c r 2
g t w

Gambar at dengan log t akan menghasilkan garis lurus dengan kemiringan m dan
intercept c.
Permeabilitas dapat dihitung dengan :
1,632 T
kg = (26)
mh
Skin factor dihitung dengan :
c kg
S = 1.151 log (27)
m 1,688 c r
2
g t w
atau :
c kg
S = 1.151 log + 3.23 (28)
m c r2
g t w

Harga a pada kondisi stabil dapat dihitung dengan :

1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
(29)
kg h C A rw 4

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 20 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

6.1.2.2. Metode Stabilized C - Analisa Rawlins-Schellardt


Persamaan back pressure dari Rawlins dan Schellhardt dapat ditulis :

[ ()
log(q g ) = log(C ) + n log Pp P Pp (Pwf )] (30)

n secara matematis dapat dihitung oleh :


d log(q g ) 1 dq g
n= =
[ ()
d log Pp P Pp (Pwf )] [ ()
q g d log Pp P Pp (Pwf )]
(31)

Persaman Houpeurt :

()
Pp P Pp (Pwf ) = aq + bq 2 (32)

Persaman Houpeurt dalam bentuk logaritmik adalah :

[ () ]
log Pp P Pp (Pwf ) = log aq + bq 2 [ ] (33)

Turunan pertamanya terhadap laju alir :

[ ()
d log Pp P Pp (Pwf )]
=
a + 2bq g
(34)
dq g aq g + bq g2
Menggabungkan persamaan (31) dan (34) didapat :
a + bq g
n=
a + 2bq g
(35)
a (1 n)
q g ,e =
b(2n 1) (36)
Dengan cara yang sama, konstanta deliverability C dapat dihitung :
qe
C=
(aqe + bqe2 ) n (37)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 21 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

6.2. CONTOH SOAL


6.2.1. Mengubah Laju Alir Kondensat di Permukaan Menjadi Laju Alir Gas di Reservoir
Uji Isochronal dilakukan di suatu sumur :
API kondensat = 60o (dari tanki pengumpul)
Tekanan separator = 500 psig
Laju alir kondensat = 3 bbl/hari
Dari Gambar 2 untuk tekanan separator 500 psi dan API 60o, diperoleh :
Volume ekivalen = 1,120 cuft/bbl
Laju alir gas = (3 1,120) cuft/hari = 3,360 cuft/hari

6.2.2. Perhitungan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure atau Isochronal
dengan Menggunakan Metode Konvensional
1. Hasil uji back pressure adalah sebagai berikut :
qg, MMSCF / hari Pwf, psig

0.00 Ps = 408.2
4.288 403.1
9.265 394.0
15.552 378.5
20.177 362.6

2. Hitung harga P 2s P 2wf :

qg, MMSCF / hari (P 2s P 2wf ), 10-4 psig2

0.00 -
4.288 0.4138
9.265 1.1391
15.552 2.3365
20.177 3.5148

3. Plot antara (P 2s P 2wf ) terhadap qg pada skala log-log. Hasilnya ditunjukkan pada

Gambar 3.
4. Tarik garis lurus yang terbaik yang mewakili ke-empat titik tersebut.
5. Menghitung n.
Pilih dua titik sembarang pada garis lurus, yaitu :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 22 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

qg1 = 100 MMSCF/hari, (P 2s P 2wf )1

= 30.5 104 (psig2)n


qg2 = 10 MMSCF/hari, (P 2s P 2wf )2

= 1.32 104 (psig2)n


log 100 log 10
n= = 0.7333
log(30.5 10 4 ) log(1.32 10 4 )
6. Menghitung C :
Perpanjangan garis lurus tersebut memberikan :
a. Perpotongan dengan sumbu absis = 1.52 MMSCF/hari
b. Perpotongan dengan sumbu ordinat = 0.1 104 (psig2 )n
1.52
C= = 0.009593
(0.1 10 4 ) 0.733
7. Menghitung Laju Absolute Open Flow Potential :
P 2s = (408.2)2 = 166,627.24 psig2

qAOFP = 0.009593 (166,627.24)0.7333


qAOFP = 64.72 MMSCF/hari
dari pembacaan grafik qAOFP = 64 MMSCF/hari
8. Mempersiapkan kurva IPR :
qg = 0.009593 (P 2s P 2wf )0.7333

buat tabel berikut : (plot Pwf terhadap qg ditunjukkan oleh Gambar 4)


Pwf, psig qg, MMSCF/hari
408.2 0.00
350 24.43
300 36.62
250 52.92
200 58.19
150 61.85
100 64.01
0 64.72

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 23 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

6.2.3. Perhitungan Deliverability Sumur Gas BerdasarKan Data Uji Back Pressure atau
Isochronal Menggunakan Metode LIT (Laminer-Inersia-Turbulen)
1. Hasil uji back pressure adalah sebagai berikut :
qg, MMSCF / hari Pwf, psig

0.00 Ps = 408.2
4.288 403.1
9.265 394.0
15.552 378.5
20.177 362.6
35 276.8

2. Spesifik Gravity Gas = 0.6624


Temperatur Formasi = 263 oF
3. Untuk masing-masing laju aliran, hitung (P 2s P 2wf ) sebagai berikut:

qg, MMSCF / hari (P 2s P 2wf ), 10-4 psig2


4.288 0.4138
9.265 1.1391
15.552 2.3365
20.177 3.5148
35 9.009

4. Plot antara (P 2s P 2wf ) terhadap qg, seperti pada Gambar 5.

5. Ternyata titik-titik dari langkah 4 menunjukkan kecenderungan membentuk kurva tidak


linier. Dengan demikian metode LIT akan digunakan untuk analisa.
6. Buat kurva m(P) terhadap P dengan menurut butir 3.7. dan hasilnya dicantumkan dalam
contoh.
7. Buat tabel perhitungan sebagai berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 24 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

m( Ps ) m( Pwf ) (m(Ps)-
qg Pwf m(Pwf) (m(Ps)- qg2
qg m(Pwf))
(MMSCF/hari) (psig) (106) m(Pwf)) (106) (MMSCF/hari)2
bqg
0 408.2 12.12 - - - -
4.288 403.1 11.92 0.29 0.0676 18.3 0.226
9.288 403.1 11.40 0.81 0.0814 85.8 0.510
15.552 378.5 10.55 1.66 0.1067 241.9 0.813
20.177 362.8 9.71 2.50 0.1239 407.1 1.075
= 49.282 5.26 0.3856 753.1

8. Dari tabel diperoleh harga :


m(P) = 5.26
m( P)
qg
= 0.3856

qg = 49.282
q 2g = 753.1

9. Menghitung konstanta a :
(0.3856)(753.1) (49.282)(5.26)
a= = 0.0534
4(753.1) (49.282)(49.282)
10. Menghitung konstanta b:
4(5.26) (49.282)(0.3856)
b= = 0.0035
4(753.1) (49.282)(49.282)
11. Hitung dan tabelkan m(P) bq2 sebagai berikut :
q m(P) (106) m(P) bq2 (106)

4.288 0.29 0.266


9.288 0.81 0.510
15.552 1.66 0.813
20.177 2.50 1.075

12. Buat grafik (m(P) bq2) terhadap q seperti Gambar 6.


13. Ps = 408.2 , m(Ps) = 12.21.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 25 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

0.0534 + (0.0534) 2 + 4(0.0035)(12.21)


q AOFP = = 51.93 MMSCF/hari
2(0.0035)
(dari contoh soal 6.2.2, harga qAOFP = 64.72 MMSCF/hari)
14. Mempersiapkan kurva IPR :
m(P) = 0.0534 qg + 0.0035 q 2g , atau :

m(Ps) m(Pwf) = 0.0534 qg + 0.0035 q 2g

m(Ps) = m(408.2) = 12.21


Persamaan kurva IPR dapat disederhanakan menjadi :
0.0035 q 2g + 0.0539 qg + m(Pwf) 12.21 = 0

Tabel untuk perhitungan IPR adalah sebagai berikut :


Pwf , psig m(Pwf) qg, MMSCF/hari

408.2 12.21 0
350.0 8.40 26.18
300.0 6.10 34.79
250.0 4.30 40.46
200.0 2.70 44.99
150.0 1.50 48.15
100.0 0.70 50.16
50.0 0.20 51.38
0 0 51.86

Grafik kurva IPR ditunjukkan Gambar 7.

6.2.4. Perhitungan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Back Pressure atau Isochronal

Harga C stabil dihitung dari data pada kondisi transient.


Soal dikutip dari : "The Isochronal Performance Method of Determining The Flow
Characteristic of Gas Well", M. H. Cullender, Trans. of AIME, Vol. 204, 1955. , hal.141.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 26 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

1. Data Uji Isochronal :


Ps (psig) Lamanya Uji qg (MSCF/hari) Pwf (psig)
Produksi
449.9 0.5 76.0 448.84
1.0 76.0 448.61
2.0 76.0 448.50
3.0 76.0 448.26
450.1 0.5 143.0 448.11
1.0 143.0 447.87
2.0 143.0 447.40
3.0 143.0 447.19
540.2 0.5 576.0 442.79
1.0 575.0 441.16
2.0 573.0 439.27
3.0 572.0 437.88
449.6 0.5 1,237.0 430.33
1.0 1,229.0 427.62
2.0 1,219.0 423.85
3.0 1,212.0 421.50
449.3 0.5 2,148.0 415.38
1.0 2,116.0 408.04
2.0 2,083.0 401.04
3.0 2,065.0 396.62
448.5 0.5 3,079.0 391.07
1.0 3,017.0 382.19
2.0 2,947.0 370.99
3.0 2,902.0 364.56
447.40 0.5 4,218.0 366.70
1.0 4,087.0 352.06
2.0 3,936.0 336.63
3.0 3,852.0 327.56
448.6 0.5 5,373.0 338.75
1.0 5,136.0 319.10
2.0 4,887.0 299.22
3.0 4,756.0 287.74
448.7 0.5 326.0 444.41
1.0 325.0 443.47
2.0 324.0 442.53
3.0 323.0 441.83
449.3 0.5 888.0 438.0
1.0 881.0 435.18
2.0 874.0 432.12
3.0 870.0 430.13

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 27 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

t = 0.5 jam :

t = 1 jam :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 28 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

t = 2.0 jam :

t = 3.0 jam :

2. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg untuk setiap waktu produksi, yaitu t = 0.5 ; 1.0 ; 2.0 dan 3.0

jam ditunjukkan dalam Gambar 8.

3. Dengan menggunakan analisa regresi diperoleh harga n dan C, untuk masing-masing


waktu produksi, sebagai berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 29 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

t n C

0.5 0.9331 88.6227


1.0 0.9320 75.1421
2.0 0.9256 65.4863
3.0 0.9336 58.2034

4. Plot C terhadap waktu seperti ditunjukkan dalam Gambar 9.

5. Gunakan harga-harga C pada t = 2 jam dan t = 3 jam untuk menentukan C stabil.


C1 = 65.4863 ; t1 = 2 jam
C2 = 58.2034 ; t2 = 3 jam

6. Hitung harga A, yaitu :


1
( 0.9311)
(58.2034)
(3.0)
1 1

2 (65.4863) ( 0.9311) (58.2034) ( 0.9311)
11.1122
A= = = 1.3216
1
8.4081
(65.4863) ( 0.9311)
(2.0)
1 1


2 (65.4863) ( 0.9311)
(58.2034) ( 0.9311)

7. Hitung persamaan C, dengan t = jam, yaitu :


0.9311
(58.2034) ln (1.3216)(3 60 60) 0.5
C= 0.9311
ln (1.3216)(t 60 60) 0.5
256.7095
C=
(4.3732 + 0.5 ln t 0.9311 )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 30 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

8. Hitung harga C terhadap waktu :


t C

3.0 58.2033
4.0 56.66
6.0 54.63
8.0 53.28
10.0 52.27
12.0 51.48
14.0 50.84
16.0 50.29
18.0 49.81

9. Harga C mendekati konstan mulai t = 14 jam dan berharga 50.84.


Dengan demikian Cs = 50.84
10. Mempersiapkan kurva IPR :
q g = (50.84)( Ps2 Pwf2 ) 0.9311
Tabel perhitungan untuk kurva IPR adalah sebagai berikut :
Pwf (P 2s P 2wf ) 103 qg (MSCF/hari)
449 0.0 0.0
400 41.60 1,635.89
300 111.60 4,100.05
200 161.60 5,787.46
100 191.60 6,781.82
0 201.60 7,110.80

Kurva IPR ditunjukkan oleh Gambar 10.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 31 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

6.2.5. Perhitungan Deliverability Sumur Gas Berdasarkan Data Uji Modified Isochronal
1. Data uji modified isochronal :

Status Sumur t, jam Pwf, psig qg, MMSCF/hari

Ditutup hingga stabil 20 1948 -

Alir = 1 12 1748 4.50

Tutup 12 1927 -

Alir = 2 12 1980 5.60

Tutup 12 1911 -

Alir = 3 12 1546 6.85

Tutup 12 1887 -

Alir = 4 12 1355 8.25

Alir = 5 81 1233 8.00

Tutup 120 1948 -

2. Buat tabel perhitungan berikut :

t (jam) Ps (psig) Pwf (psig) qg (MMSCF/hari) (P 2s P 2wf ) 106

12 1,948 1,748 4.5 0.612


12 1,927 1,680 5.6 0.891
12 1,911 1,546 6.85 1.262
12 1,887 1,355 8.25 1.725
81 Aliran stabil 1,233 8
120 1,948 - 0 2.275 *)

*) P2 = (1,948)2 (1,233)2 = 2.275 106.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 32 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

3. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg untuk lama uji yang sama (12 jam) ditunjukkan pada

Gambar 11.
4. Tarik garis lurus berdasarkan ke-empat buah titik tersebut.
5. Hitung kemiringan garis lurus (n).
Pilih dua titik sembarang pada garis lurus :
qg = 10 MMSCF/hari, (P 2s P 2wf ) = 2.35 106 psig

qg = 4 MMSCF/hari, (P 2s P 2wf ) = 0.5 106 psig

maka :
log10 log 4
n= = 0.529
log(2.35 10 6 ) log(0.5 10 6 )

6. Pada kondisi stabil harga (P 2s P 2wf ) adalah :

(1,948)2 (1,233)2 = 2.275 106 psia2


dan laju aliran stabil = 8 MMSCF/hari.
7. Melalui titik stabil, buat garis sejajar dengan garis yang diperoleh dari langkah 5 (lihat
Gambar 11).
8. Hitung konstanta Cs (pada kondisi stabil) sebagai berikut :
Perpanjang garis lurus pada kondisi stabil dan perpotongan dengan sumbu-sumbu
diperoleh harga-harga sebagai berikut :
Perpotongan dengan sumbu absis = 1.27 MMSCF/hari
Perpotongan dengan sumbu ordinat = 0.1 106 (psig2)n
Harga Cs :
1.27
Cs = = 0.00139
(0.1 10 6 ) 0.592
9. Hitung laju absolute open flow potential sebagai berikut :
P 2s = 1,9482 = 3.794 106

qAOFP = 0.00139(3.794 106) 0.592 = 10.91 MMSCF/hari


10. Mempersiapkan IPR sumur gas :
q g = (0.00139)( Ps2 Pwf2 ) 0.592

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 33 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Tabel perhitungan untuk kurva IPR :

Pwf, psig qg, MMSCF/hari


1948 0
1800 3.5
1600 5.61
1400 7.1
1200 8.23
1000 9.1
800 9.78
600 10.29
400 10.64
200 10.84
0 10.91

Kurva IPR dibuat pada Gambar 12.

6.2.6. Mempersiapkan Kurva Fungsi Tekanan Semu


1. Diketahui : SG gas = 0.6624.
Selang tekanan untuk membuat kurva m(P) terhadap tekanan adalah antara 0 psi sampai
500 psi.
2. Selang tekanan antara 0 - 500 psi, dibagi menjadi 10 bagian dengan P = 50 psi.
3. Langkah 3 sampai dengan 7, dilakukan sebagai berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 34 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

4. Grafik antara m(P) terhadap tekanan ditunjukkan pada Gambar 13.

6.2.7. Analisa Modified Isochronal tanpa menggunakan Stabilized Flow Point


- Metode Brar dan Aziz
Tentukan AOF suatu sumur menggunakan metode Brar-Aziz. Data test sumur ini
diberikan pada di bawah :
h = 454 ft
rw = 0.2615 ft
= 0.0675
T = 718oR

P = 4,372.6 psia

= 0.023 cp

Z = 0.87

Cg = 1.69 10-4 psi-1

g = 0.65
Sw = 0.30
CA = 30.8828
A = 640 Acre
Modified Isochronal Test Data :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 35 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Titik-titik yang diplot :

Regresi least square untuk menentukan kemiringan :

N N N P
N (Pp ) j q gj
p

j =1 q
j =1 j =1 gj j
b1 = 2
N N
N (q gj ) q gj
2

j =1 j =1
(4)(3.167 10 ) (202.477)(5.961 10 6 )
8
=
(4)(1.107 10 4 ) (202.477) 2
= 1.823 10 4 psi 2 /cp/(MMSCF/D) 2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 36 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

b1 + b2 + b3 + b4
b=
4
(1.823 + 1.870 + 1.881 + 1.939) 10 4
=
4
= 1.878 10 psi /cp/(MMSCF/D) 2
4 2

Kemiringan (b) dari tes isochronal :


N Pp N N N

(q gj ) 2 q gj (Pp ) j

j =1 q g j =1 j =1 j =1
j
a t1 = 2
N N
N (q gj ) q gj
2

j =1 j =1
(5.961 10 6 )(1.107 10 4 ) (202.477)(3.167 10 8 )
=
(4)(1.107 10 4 ) (202.477) 2
= 5.677 10 5 psi 2 /cp/(MMSCF/D)

Transien deliverability line intercepts ( at )dari isochronal :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 37 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

N N N
N (at log t ) j (at ) j (log t ) j
j =1 j =1 j =1
m= 2
N N
N (log t j ) log t j 2

j =1 j =1
(4)(1.651 10 ) (2.553 10 )(2.556)
6 6
=
(4)(1.684) (2.556) 2
= 3.871 10 5 psi 2 /cp/(MMSCF/D)/cycle
= 3.871 10 2 psi 2 /cp/(MSCF/D)/cycle

N N N N

(a ) (log t
j =1
t j
j =1
j ) 2 (at log t ) j (log t ) j
j =1 j =1
c= 2
N
N
N (log t j ) log t j 2

j =1 j =1
(2.553 10 )(1.684) (1.651 10 )(2.556)
6 6
=
(4)(1.684) (2.556) 2
= 3.909 10 5 psi 2 /cp/(MMSCF/D)
= 3.909 10 2 psi 2 /cp/(MSCF/D)

Permeabilitas :
1,632 T 1,632(718)
kg = = = 6.6 mD
m (3.871 10 2 )(454)
1632T 1632(718)
kg = = = 6.6 mD
m (3.871 10 2 )(454)

Skin Factor :
3.909 10 2 6.6
S = 1.151 log + 3.23

3.871 10 (0.0675)(0.023)(0.000169)(0.2615)
2 2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 38 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Stabilized Flow Coefficient :

1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log + S
2
kg h C A rw 4
(1,422)(718) (10.06)(640)(43,560) 3
= 1.151 log 2
+ (5.0)
(6.6)(454) (30.8828)(0.2615 ) 4
= 1.227 10 3 psi 2 /cp/(MSCF/D)
= 1.227 10 6 psi 2 /cp/(MMSCF/D)

Hitung qAOF :

[
a + a 2 + 4b Pp ( Ps ) Pp ( Pb ) ]
q AOF =
2b

=
1.277 10 6
+
[ ]
(1.277 10 6 ) 2 + 4(1.878 10 4 ) (1.049 10 9 2003.8
2(1.878 10 4 ) 2(1.878 10 4 )
= 205.9 MMSCF/D

- Metode Stabilized C :
Tentukan AOF suatu sumur menggunakan metode Stabilized C. Data uji sumur ini
diberikan pada Tabel di bawah :
h = 454 ft
rw = 0.2615 ft
= 0.0675
T = 718 oR

P = 4,372.6 psia

g = 0.023 cp

Z = 0.87

cg = 1.69 10-4 psi-1

g = 0.65
Sw = 0.30
CA = 30.8828

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 39 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

A = 640 Acre

Data Modified Isochronal Test :

titik-titik yang diplot :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 40 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Regresi least square :

N (log (q g ) log (Pp ) ) j log(q gj ) (Pp ) j


N N N

j =1 j =1 j =1
n1 = 2
N N
N (log P ) q gj (log Pp ) j
2
p j
j =1 j =1
(4)(53.0561) (6.7435)(31.4091)
=
(4)(246.7983) (31.4091) 2
= 0.63

n1 + n 2 + n3 + n 4
n=
4
(0.63 + 0.64 + 0.65 + 0.65) 10 4
=
4
= 0.64

Eksponen deliverability (n) dari uji isochronal :


t, jam n
3.0 0.63
4.0 0.64
5.0 0.65
6.0 0.65

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 41 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

1,422 T 10.06 A 3
a= 1.151 log
2
+ S
kg h C A rw 4
(1,422)(718) (10.06)(640)(43,560) 3
= 1.151 log 2
(5.0)
(6.6)(454) (30.8828)(0.2615 ) 4
= 1.227 10 3 psi 2 /cp/(MSCF/D)
= 1.227 10 6 psi 2 /cp/(MMSCF/D)

b = 1.873 10 4 psi 2 /cp/(MMSCF/D) 2

a (1 n) 1.227 10 6 (1 0.64)
q g ,e = = = 84.2 MMSCF/D
b(2n 1) 1.873 10 4 [2(0.64) 1]

Konstanta deliverability, C :
q g ,e
C=
(aq g ,e + bq g2 ,e ) n
84.2
=
[(1.227 10 )(84.2) + (1.873 10 4 )(84.2) 2 ]0.64
6

= 3.69 10 4

Laju alir AOF :

[
q AOF = C Pp ( P ) Pp (14.65) ]n

= 3.69 10 4 (1.049 10 9 2,003.8) 0.64


= 218.7 MMSCF/D

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 42 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. (P 2s P 2wf ) terhadap qg

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 43 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 2. Volume Ekivalen Kondesat Dinyatakan dalam Gas (dari Leshikar 1961)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 44 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 3. Aliran Back Pressure Test

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 45 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 4. Kurva IPR sumur gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 46 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 5. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 47 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 6. Analisa LIT dari Back Pressure Test

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 48 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 7. Kurva IPR Sumur Gas Berdasarkan Metode LIT

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 49 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 8. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qg

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 50 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 9. Konstanta C terhadap Waktu Produksi, t

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 51 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 10. Kurva IPR Sumur Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 52 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 11. Uji Modified Isochronal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 53 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 12. Kurva IPR Sumur Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 54 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 13. Fungsi Tekanan Semu, m(P) terhadap Tekanan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 55 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 14. Modified Isochronal Test Data untuk Analisa Metode Brar-Aziz

Gambar 15. Plot at vs t Metode Brar-Aziz

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 06.02
Halaman : 56 / 56
JUDUL : UJI DELIVERABILITY GAS
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Perhitungan Deliverability Sumur Gas

Gambar 16. Modified Isochronal Test Data untuk Analisa C Stabilized

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 1 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

PENENTUAN POTENSI SUMUR MINYAK VERTIKAL

1. TUJUAN

Menghitung potensi suatu sumur minyak yang mencerminkan kemampuan reservoir mengalirkan
minyak ke dalam sumur tersebut. Kemampuan ini dinyatakan dalam hubungan antara tekanan alir
dasar sumur terhadap laju produksi (kurva IPR).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Penentuan potensi sumur menggunakan :
1. Persamaan Darcy untuk aliran minyak.
2. Persamaan Vogel1) dan Perluasan Persamaan Vogel2) untuk aliran gas dan minyak.
3. Perhitungan berdasarkan hasil uji Back Pressure dan Isochronal.

2.2. PERSYARATAN
1. Untuk aliran minyak, tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh.
2. Khusus untuk persamaan Vogel, harga faktor skin sama dengan nol.
3. Kadar air tidak lebih dari 40%, baik untuk persamaan Vogel maupun perluasan persamaan
Vogel.

3. LANGKAH KERJA
3.1. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN SATU FASA
3.1.1. Berdasarkan Data Uji Tekanan dan Produksi
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu : Ps, Pwf, dan qo pada Pwf.
2. Hitung indeks produktivitas (J) dengan menggunakan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 2 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

qo
J= (1)
Ps Pwf
3. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf).
4. Hitung laju aliran (qo) pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
qo = J (Ps Pwf) (2)
5. Kembali ke langkah 3.
6. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian,
dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.

3.1.2. Berdasarkan Parameter Batuan dan Fluida Reservoir


1. Siapkan data yang diperlukan sebagai berikut :
a. Parameter batuan reservoir, yaitu :
ko, h, dan re
b. Parameter fluida reservoir, yaitu :
Bo dan o
c. Parameter sumur yaitu : rw
d. Tekanan statik dan faktor skin dari uji tekanan yaitu :
Ps dan S
2. Hitung J dengan menggunakan persamaan :
0.00708 k o
J= (3)
r
o Bo (ln 0.472 e + S )
rw
3. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf).
4. Hitung laju aliran (qo) pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
qo = J (Ps Pwf) (4)
5. Kembali ke langkah 3.
6. Plot qo vs Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian,
dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 3 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

3.2. PENENTUAN KURVA IPR UNTUK ALIRAN DUA FASA PADA FAKTOR SKIN = 0
3.2.1. Jika Tekanan Statik Lebih Kecil dari Tekanan Jenuh (Ps < Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf, dan qo @ Pwf
2. Hitung Pwf/Ps
3. Hitung laju produksi maksimum (qmax) berdasarkan data dari langkah 1 dan
menggunakan persamaan berikut :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf 2
1.0 0.2( ) 0.8( )
Ps Ps
4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps
5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :

Pwf Pwf 2
q o = q max 1.0 0.2( ) 0.8( ) (6)
Ps Ps
6. Kembali ke langkah 4.
7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6 pada kertas
grafik kartesian dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
Catatan :
Apabila dipilih harga qo dan akan ditentukan harga Pwf-nya, langkah 4 s/d 6 diganti
dengan langkah berikut :
4. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax
5. Hitung Pwf dengan menggunakan persamaan berikut :

{
Pwf = 0.125 Ps 1 + 81 80(q o / q max ) } (7)

6. Kembali ke langkah 4.

3.2.2. Jika Tekanan Statik Lebih Besar daripada Tekanan Jenuh (Ps > Pb)
3.2.2.1. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih besar dari tekanan jenuh
(Pwf > Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi, diperoleh :
Ps, Pwf dan qo @ Pwf
Dalam hal ini Pwf > Pb dan Pb harus diketahui.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 4 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

2. Hitung indeks produktivitas sumur untuk Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan menggunakan persamaan berikut :
qo
J= (8)
Ps Pwf
3. Dengan menggunakan harga J tersebut hitung qb @ Pwf = Pb menurut
persamaan di bawah ini:
qb = J (Ps Pb) (9)
4. Hitung qx, yaitu :
J ( Pb )
qx = (10)
1.8
5. Hitung qmax = qb + qx (11)
6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb) dan hitung Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :

Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max qb )1 0.2( ) 0.8( ) (12)
Pb Pb
8. Kembali ke langkah 6.
9. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai dengan 8, pada
kertas grafik kartesian dengan menggunakan qo sebagai sunibu datar dan Pwf
sebagai sumbu tegak.

3.2.2.2. Jika tekanan alir dasar sumur dari uji produksi lebih kecil dari tekanan jenuh
(Pwf < Pb)
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh :
Ps , Pwf, dan qo @ Pwf
Dalam hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A
di mana :
Pwf Pwf
A = 1 0.2( ) 0.8( )2 (13)
Pb Pb
3. Hitung harga J untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh, yaitu :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 5 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

qo
J= (14)
Pb
Ps Pb + ( A)
1.8
4. Hitung laju produksi pada Pwf = Pb, yaitu :
qb = J (Ps Pb) (9)
5. Hitung qx dari persamaan :
J ( Pb )
qx = (10)
1 .8
6. Hitung qmax = qb + qx (11)
7. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh dan hitung Pwf/Pb.
8. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan
berikut :

Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max qb )1 0.2( ) 0.8( ) (12)
Pb Pb
9. Kembali ke langkah 7.
10. Plot Pws vs qo yang diperoleh dari langkah 7 sampai dengan 9 pada kertas
grafik kartesian dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu
tegak.

3.3 PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA UNTUK TEKANAN STATIK DI BAWAH
TEKANAN JENUH DAN FAKTOR SKIN TIDAK SAMA DENGAN NOL
1. Dari uji tekanan tentukan Ps dan S.
2. Dari uji produksi tentukan harga Pwf dan qo @ Pwf.
3. Hitung konstanta persamaan kurva IPR, yaitu :
a1, a2, a3, a4 dan a5 masing-masing dengan menggunakan persamaan : (41), (42), (43), (44)
dan (45) pada Lampiran (harga a1 sampai a5 dapat juga ditentukan secara grafis dengan
menggunakan Gambar 1 sampai 5, untuk masing-masing an, apabila harga faktor skin
antara ( 4) sampai dengan 10).
4. Hitung Pwf/Ps berdasarkan data uji tekanan dan produksi.
5. Hitung harga ruas kanan dari pada persamaan kurva IPR, yaitu :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 6 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

a1 + a3 ( Pwf / Ps ) + a 5 ( Pwf / Ps ) 2
A= (15)
1 + a 2 ( Pwf / Ps ) + a 4 ( Pwf / Ps ) 2
6. Hitung laju produksi maksimum (qmax) apabila S = 0, yaitu :
qo
qmax @ S = 0 = (16)
A
dimana qo adalah laju dari uji produksi.
7. Pilih harga Pwf dan hitung Pwf/Ps, kemudian hitung harga A, seperti pada langkah 5.
8. Hitung laju produksi, qo pada Pwf tersebut, yaitu :
qo = qmax @ S = 0 (A) (17)
9. Kembali ke langkah 7.
10. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari perhitungan pada kertas grafik kartesian dengan qo
sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.

3.4. PENENTUAN KURVA IPR BERDASARKAN UJI ISOCHRONAL


1. Dari uji Isochronal diperoleh 3 atau lebih laju produksi dengan masing-masing Pwf -nya.
2. Untuk masing-masing harga Pwf, hitung P 2s P 2wf .

3. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap q pada kertas grafik log-log.

4. Tarik garis lurus terbaik yang mewakili titik-titik tersebut.


5. Tentukan kemiringan garis lurus dari langkah 4 dengan prosedur sebagai berikut :
Pilih dua titik sembarang yang terletak pada garis dari langkah 4.
Baca harga-harga (P 2s P 2wf ) dan q, yaitu :

(P 2s P 2wf )1 dan qo1

(P 2s P 2wf )2 dan qo2

Kemudian dari garis lurus tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

log( Ps2 Pwf2 )1 log( Ps2 Pwf2 ) 2


Kemiringan = (18)
log q o1 log q o 2
6. Harga n dari persamaan kurva IPR dapat dihitung sebagai berikut :
n = l/(kemiringan) (19)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 7 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

7. Tentukan konstanta J dari persamaan kurva IPR dengan prosedur sebagai berikut :
Perpanjang garis dari langkah 4, sampai memotong sumbu datar.
Baca harga perpotongan tersebut, misalkan X STB/hari.
Baca harga (P 2s P 2wf ) yang sesuai dengan X STB/hari tersebut, misalkan Y (psi2).

Maka harga J dapat dihitung sebagai berikut :


X
J= (20)
Yn
8. Pilih berapa harga Pwf dan hitung laju alirannya dengan menggunakan persamaan kurva
IPR :
qo = J (Ps2 Pwf2)n (21)
9. Plot Pwf terhadap qo, pada kertas grafik kartesian; qo pada sumbu datar dan Pwf sebagai
sumbu tegak.

3.5. PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA DI KEMUDIAN HARI DENGAN METODE
"PIVOT - POINT"
3.5.1. Pemecahan Secara Numerik dengan Menggunakan Metoda "Pivot - Point"
1. Dapatkan dua data uji tekanan dan produksi yang dilakukan pada waktu berbeda.
2. Tentukan laju produksi maksimum dari dua data uji tersebut dengan menggunakan
persamaan Vogel :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf
1.0 0.2( ) 0.8( ) 2

Ps Ps
dengan demikian diperoleh qmax,1 dan qmax, 2 untuk masing-masing data uji.
3. Hitung P *wf dengan menggunakan persamaan berikut ini :

1 / 8(q max, 2 Ps21 Ps21 ) (q max,1 Ps1 Ps22 )


P =
*
(22)
q max,1 Ps22 q max, 2 Ps21
wf

dq o*
4. Hitung ( ) dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
dPwf

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 8 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

dq o * 0.2 1.6 Pwf *


( ) = q max,1 ( + ) (23)
dPwf Ps1 Ps21
5. Tentukan tekanan statis di kemudian hari, Psf yang mana kurva IPR-nya akan
dibuat.
6. Hitung(-dqo/dPwf)f dengan menggunakan persamaan
berikut : Pwf = 0

dq o *
( )
dq o dPwf
( )f Pwf = 0 = (24)
dPwf Pwf*
1+
Psf

7. Hitung laju produksi maksimum di kemudian hari, qmax, f , sebagai berikut :

Psf ( dq o / dPwf ) f Pwf = 0


q max, f = (25)
0.2

8. Buat kurva IPR di kemudian hari, berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan qmax,f
(dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah perhitungan
dilakukan seperti langkah 4 sampai dengan 7 dari sub judul 3.2.1

3.5.2. Pemecahan Secara Numerik dengan Menggunakan Persamaan Ps-envelope


1. Dapatkan dua data uji tekanan dan produksi yang dilakukan pada waktu yang
berbeda.
2. Tentukan laju produksi maksimum dari dua data uji tersebut dengan menggunakan
persamaan Vogel, yaitu :
qo
q max = (5)
Pwf Pwf 2
1.0 0.2( ) 0.8( )
Ps Ps
Dengan demikian diperoleh qmax,1 dan qmax,2 untuk masing-masing data uji.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 9 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

3. Hitung konstanta A dengan menggunakan persamaan berikut :


Ps1 Ps 2
A= (26)
( P / q max,1 ) ( Ps22 / q max,2 )
2
s1

4. Hitung konstanta n, sebagai berikut :

A Ps1
n = Ps1 1 (27)
q max,1
5. Tentukan tekanan statis di kemudian hari (Psf) yang mana kurva IPR akan dibuat.
6. Hitung qmax,f dengan menggunakan persamaan berikut :
2
A Psf
q max, f = (28)
Psf + n
7. Buat kurva IPR di kemudian hari berdasarkan harga Psf (dari langkah 5) dan qmax,f
(dari langkah 7) dengan menggunakan persamaan Vogel. Langkah perhitungan
dapat dilihat pada sub-judul 3. 2. 1. dari langkah 4 sampai dengan 7.

3.6. PENENTUAN KURVA IPR DUA FASA DI KEMUDIAN HARI DENGAN


MENGGUNAKAN FUNGSI TEKANAN SEMU
1. Dapatkan satu data uji tekanan dan produksi pada waktu sekarang dan tentukan pula faktor
skin. Selain itu API minyak perlu diketahui.
2. Dengan menggunakan prosedur perhitungan pada sub-judul 3.3 dari langkah (1) sampai
dengan (6), tentukan laju produksi maksimum untuk S = 0, pada saat sekarang (qmax,p)
3. Sesuai dengan API dari minyak, tentukan xp, yaitu perbandingan m(Psp)/m dengan (Psp)
menggunakan persamaan berikut :
Untuk API < 40 :
3.429922 ( Psf / Psp )
xp = 0.033210 e
= 1.025333 (29)
Untuk API > 40 :
4.152343 ( Pssf / Psp )
xp = 0.015215 e
= 0.967412 (30)
4. Tentukan harga tekanan statis di kemudian hari, Psf, yang mana kurva IPR-nya akan
dibuat.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 10 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

5. Hitung harga xf, yaitu :


m( Psf )
xf = (31)
m( Psp )
dengan menggunakan persamaan yang sesuai dengan API minyak, yaitu :
Untuk API < 40 :
3.429922 ( Psf / Psp )
xf = 0.033210 e
Untuk API > 40
4.152343 ( Psf / Psp )
xf = 0.015215 e

Hitung laju aliran maksimum di kemudian hari (qmax,f) untuk S = 0, yaitu :


xf
q max, f = .q max, p (34)
xp
dimana qmax,p telah diperoleh dari langkah 2.
7. Buat kurva IPR di kemudian hari berdasarkan Psf (dari langkah 5) dan qmax,f (dari langkah
6) dengan menggunakan prosedur perhitungan pada 2.3, langkah 7 sampai dengan 9.

3.7. PENENTUAN KURVA IPR DI KEMUDIAN HARI DENGAN MENGGUNAKAN DATA


UJI ISOCHRONAL
1. Persamaan kurva IPR dapat dapat ditentukan berdasarkan data isochronal, yaitu:
qo = J (P 2sp P 2wf )n (35)

2. Tentukan tekanan statik di kemudian hari (Psf).


3. Buat kurva IPR untuk tekanan statik (Psf) dengan menggunakan persamaan :
Psf
qo = J ( ) n ( Psf2 Pwf2 ) (36)
Psp

dimana Psp adalah tekanan statik pada saat sekarang, yaitu pada waktu uji isochronal
dilakukan (langkah 1).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 11 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

4. DAFTAR BACAAN

1. Vogel, J. V. : "Inflow Performance Relationships For Solution Gas Drive Wells", Journal
Petroleum of Technology, Jan. 1968, pp. 83-92.
2. Sukarno, Pudjo : "Inflow Performance Relationship Curves in Two-Phase and Three-Phase Flow
Conditions", Ph. D. Dissertation, The University of Tulsa, 1985, Tulsa, Ok.
3. Fetkovich, M. J. : "The Isochronal Testing of Oil Wells", SPE Reprint Series No. 14, Pressure
Transient Testing Method, 1980 Edition.
4. Earlougher, Robert C., Jr. : "Advances in Well Test Analysis", Monograph Vol. 5, SPE of AIME.
5. Uhri, D. C. dan Blount, E. M. : "Pivot Point Method Quickly Predicts Well Performance", World
Oil Vol.194, No 6. May 1982 pp. 153 - 164.
6. Brown, K. E. : "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol. IV, PennWell Books, Tulsa,
Oklahoma, 1984.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 12 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

5. DAFTAR SIMBOL

Bo = faktor volume formasi, bbl/STB


h = tebal lapisan, ft
J = Indeks Produktivitas, STB/hari/psi
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
kro = permeabilitas relatif minyak
m(P) = fungsi tekanan semu
n = l/kemiringan kurva dari plot
(Ps2 Pwf2) terhadap qo pada kertas grafik log-log
Pb = tekanan jenuh, psi
Ps = tekanan statik, psi
Psf = tekanan statik di kemudian hari, psi
Psp = tekanan statik saat ini, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
qb = laju aliran minyak pada Pwf = Pb, STB/hari
qmax = laju aliran minyak maksimum, STB/hari
qo = laju aliran minyak, STB/hari
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 13 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6. LAMPIRAN
6. 1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
6.1.1. Pendahuluan
Kurva IPR dinyatakan sebagai hubungan tekanan alir dasar sumur (Pwf) terhadap laju
produksi (qo). Hubungan ini diperoleh dari uji sumur, yaitu :
(1) Uji produksi sebelum uji tekanan bentuk dilakukan.
(2) Uji "draw down" (UDD).
(3) Uji Isochronal.
Selain berdasarkan uji sumur tersebut kurva IPR dapat pula diperkirakan dengan
menggunakan persamaan aliran Darcy.

6.1.2. Penentuan Kurva IPR dengan Persamaan Darcy


Persamaan aliran untuk minyak dalam media berpori adalah sebagai berikut :

7.08 10 3 k o h( Pr Pwf )
qo = (37)
o Bo (ln 0.472 re / rw + S )
Apabila indeks produksi (J) didefinisikan sebagai :
qo
J= (38)
Pr Pwf
maka dari persamaan (1) dapat diturunkan harga J :
7.08 10 3 k o h
J= (39)
o Bo (ln 0.472 re / rw + S )

Oleh karena persamaan (39) diturunkan dari persamaan aliran Darcy, maka
pemakaiannya sesuai dengan anggapan yang digunakan oleh persamaan (37), yaitu
antara lain aliran satu fasa.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 14 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.1.3. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) dengan Faktor Skin = 0
Untuk aliran dua fasa Vogel menurunkan persamaan kurva IPR yang tidak berdimensi
dengan menggunakan simulator untuk reservoir solution gas drive. Persamaan tersebut
adalah :
qo Pwf Pwf 2
= 1 0.2( ) 0.8( ) (40)
q max Ps Ps
Pembuatan kurva IPR dengan persamaan ini memerlukan satu data uji produksi (qo dan
Pwf) dan uji tekanan statik.
Sesuai dengan penurunannya, persamaan (40) hanya berlaku apabila tidak terjadi
kerusakan atau perbaikan formasi. Persamaan ini dikembangkan untuk menentukan
kurva IPR, apabila tekanan statik lebih besar daripada tekanan jenuh. Pada kondisi ini
kurva IPR terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Kurva IPR yang linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih besar dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini persamaan (38) digunakan untuk membuat kurva IPR.
2. Kurva IPR yang tidak linier, apabila tekanan alir dasar sumur lebih kecil dari tekanan
jenuh. Pada kondisi ini persamaan kurva IPR berupa :

Pwf Pwf 2
q o = qb + (q max qb )1 0.2( ) 0.8( ) (12)
Pb Pb
Harga qb ditentukan menurut persamaan (38) sebagai berikut :
qb = J (Ps Pb) (9)
Harga J lebih dahulu dihitung berdasarkan data uji tekanan dan produksi sebagai berikut
:
1. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf > Pb, maka :
qo
J=
Ps Pwf
2. Apabila dari uji produksi diperoleh Pwf < Pb, maka :
qo
J= (7)
{Ps Pb + Pb / 1.8( A)}
dimana :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 15 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Pwf Pwf
A = 1 0.2( ) 0.8( )2 (13)
Pb Pb
Pemakaian persamaan (12) memerlukan harga qmax dihitung menurut persamaan :
J Pb
q max = qb + (41)
1.8
6.1.4. Penentuan Kurva IPR untuk Aliran Dua Fasa (Gas dan Minyak) Apabila Terjadi
Kerusakan atau Perbaikan Formasi
Persamaan kurva IPR, yang dipengaruhi skin factor, dikembangkan dari simulator
reservoir 3-fasa dengan memasukkan pengaruh skin.
Persamaan tersebut berbentuk :
Pwf Pwf
a1 + a3 ( ) + a5 ( )2
qo Ps Ps
= (42)
q max,S =0 Pwf Pwf
1 + a2 ( ) + a4 ( ) 2

Ps Ps
di mana a1 sampai dengan a5 adalah konstanta persamaan yang tergantung dari harga
faktor skin. Konstanta ini dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut :
a1 = 0.182922 e-0.36438 S + 0.814541 e-0.055873 S (43)
0.456632 S 0.442306 S
a2 = 1.476950 e + 1.646246 e (44)
a3 = 2.149274 e0.195976 S + 2.289242 e0.220333 S (45)
0.088286 S 0.210801 S
a4 = 0.0217831 e 0.260385 e (46)
a5 = 0.5524470 e0.032449 S 0.583242 e0.306962 S (47)
Untuk harga faktor skin antara 4 sampai dengan 10, konstanta a1 sampai a5 dapat
ditentukan secara grafis dengan menggunakan Gambar 1 sampai dengan 5.

6.1.5. Penentuan Kurva IPR Berdasarkan Uji Isochronal


Cara ini dikembangkan oleh Fetkovich, yang menganggap bahwa kelakuan aliran cairan
dalam media berpori adalah sama seperti aliran gas. Persamaan kurva IPR untuk aliran
cairan adalah :
qo = J (P 2s P 2wf )n (21)

Harga J dan n dari persamaan (21) diperoleh dari plot (P 2s P 2wf ) terhadap qo dari data

uji isochronal. Plot tersebut dibuat pada kertas grafik log-log.


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 16 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.1.6. Perencanaan Kurva IPR Dua Fasa di Kemudian Hari dengan Metoda "Pivot Point"
Metode Pivot Point dikembangkan oleh Uhri dan Blount dan digunakan untuk
meramalkan kurva IPR di kemudian hari untuk sumur-sumur yang berproduksi dari
reservoir solution gas drive, tanpa memerlukan data PVT dan saturasi atau permeabilitas
relatif.
Persamaan kurva IPR dari Vogel, masih tetap digunakan untuk membuat kurva IPR
dikemudian hari, di mana laju aliran maksimum (qmax) diramalkan dengan metode "Pivot
Point" ini. Untuk peramalan laju aliran maksimum ini diperlukan paling sedikit dua uji
tekanan dan produksi yang dilaksanakan pada waktu yang berbeda.
Metode ini dikembangkan dari persamaan Vogel yang diturunkan terhadap tekanan alir,
yaitu :

dq o 0 .2 Pwf
= q max + 1 .6 2 (48)
dPwf Ps Ps
atau dapat pula dituliskan sebagai :
dq o 0.2q max 1.6q max
= + Pwf (49)
dPwf Ps Ps2
Persamaan tersebut menunjukkan hubungan yang linier (dqo/dPwf) terhadap Pwf. Dengan
demikian grafik (dqo/dPwf) terhadap Pwf akan menghasilkan garis lurus. Kemudian
diketemukan bahwa garis-garis lurus tersebut semuanya berpangkal dari satu titik,
(Pivot Point), seperti terlihat pada Gambar 6.
Untuk membuat garis lurus tersebut diperlukan dua harga (dqo/dPwf) yang ditentukan dari
dua harga Pwf, yaitu :
1. Untuk Pwf = 0 :

dq o 0.2q max
( ) = (50)
dPwf Ps
Pwf = 0

2. Untuk Pwf = Ps

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 17 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

dq o 0.2q max
( ) = (51)
dPwf Ps
Pwf = Ps
atau

dq o dq o
( ) =9 Pwf = 0 (52)
dPwf dPwf
Pwf = Ps
Dengan demikian dari satu uji tekanan dan produksi serta menggunakan persamaan (50)
dan (51) dapat dibuat garis lurus yang sesuai dengan persamaan (49).
Dengan cara yang sama dibuat garis lurus yang lain berdasarkan uji tekanan dan
produksi yang diambil pada saat yang berbeda. Perpotongan kedua garis lurus itu adalah
titik pangkal dari semua garis lurus untuk harga Ps yang berbeda-beda. Apabila dibuat
beberapa garis seperti itu, maka titik ujung garis-garis tersebut akan membentuk suatu
kurva yang disebut Ps-envelope (lihat Gambar 7).
Untuk meramalkan kurva IPR di kemudian hari, titik pangkal (Pivot Point) dan Ps-
envelope harus dibuat lebih dahulu. Penentuan kedua hal ini dapat dilakukan secara
analitis seperti tercantum dalam prosedur perhitungan.

6.1.7. Peramalan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Fungsi
Tekanan Semu (Pseudo Pressure Function)
Metode ini dikembangkan berdasarkan persamaan aliran radial dua fasa semi mantap,
yaitu :

7.08 10 3 k o h s k ro
P

(ln(re / rw ) 0.5 Pwf o Bo


qo = dP (53)

Dalam bentuk fungsi tekanan semu, persamaan (53) dapat dituliskan sebagai :
7.08 10 3 k o h
qo =
(ln(re / rw ) 0.5
[
m( Ps ) m( Pwf ) ] (54)

Apabila Psf dan Psp masing-masing adalah tekanan reservoir statik di kemudian hari dan
saat ini, maka perbandingan antara qmax,f dan qmax,p untuk faktor skin = 0 dapat
dinyatakan sebagai :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 18 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

q max, f m( Psf )
= (55)
q max, p m( Psp )
Dari hasil simulasi reservoir, diperoleh hubungan (kro/oBo) terhadap tekanan dan fungsi
tekanan semua dihitung berdasarkan integrasi secara numerik.
Untuk bermacam-macam jenis minyak dan parameter batuan reservoir ternyata
kedudukan kurva dari hubungan m(Psf)/m(Psp) terhadap Prf/Pri adalah saling berdekatan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 8 dan 9, masing-masing untuk API > 40 dan API < 40.
Analisa regresi terhadap kurva tersebut menghasilkan persamaan-persamaan sebagai
berikut :
API > 40
m( Psf )
= 0.033210e 3.429922 ( Psf / Psp ) (56)
m( Psp )

API < 40
m( Psf )
= 0.015215e 4.152343( Psf / Psp ) (57)
m( Psp )

Dengan menggunakan persamaan (56) atau (57) tersebut serta persamaan (42), maka laju
produksi maksimum di kemudian hari untuk faktor skin = 0 dapat ditentukan. Kurva IPR
dapat dibuat berdasarkan qmax,f ini dengan menggunakan persamaan (42).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 19 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 20 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 21 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 22 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 23 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 24 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 25 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 26 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 27 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 28 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


6.2.1. Penentuan Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa (Berdasarkan Data Uji Tekanan dan
Produksi)
a. Dari uji tekanan dan produksi, diperoleh :
Ps = 1,500 psi
Pwf = 1,200 psi
qo = 150 STB/hari
Tekanan jenuh = 750 psi.
b. Penentuan Kurva IPR :
1. Ps = 1,500 psi
Pwf = 1,200 psi
qo @ Pwf = 150 STB/hari
2. J = 150/(1,500 1,200) = 0.50 STB/hari/psi
3. Pwf = 1,400 psi
q = 0.50 (1,500 1,400) = 50 STB/hari
Pwf = Pb = 750 psi
qo = 0.50 (1,500 750) = 375 STB/hari
4. Plot kurva IPR dapat dilihat pada Gambar 10.

6.2.2. Penurunan Kurva IPR Untuk Aliran Satu Fasa (Berdasarkan Parameter Batuan dan
Fluida Reservoir)
1. Parameter batuan reservoir :
ko = 14.5 mD
h = 20 ft
re = 900 ft
2. Parameter fluida reservoir :
Bo = 1.1200 bbl/STB
o = 0.40 cp
3. Parameter sumur :
rw = 0.33 ft
S = +2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 29 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

4. Tekanan Statik, Ps = 1,500 psi


5. Hitung J :
0.00708(14.5)(20)
J=
(0.40)(1.12){ln 0.474(900 / 0.33) + 2.0}
6. Pwf = 1,200 psi
qo = 0.50 (1,500 1,200) = 150 STB/hari
Pwf = 1,000 psi
qo = 0.50 (1,500 1,000) = 250 STB/hari
7. Plot kurva IPR dapat dilihat pada Gambar 11.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 30 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 31 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 32 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.3. Kurva IPR Untuk Aliran Dua Fasa (Gas-Minyak) dan Ps < Pb
1. Dari data uji tekanan dan produksi, diperoleh. :
Ps = 1,500 psi
Pwf = 1,200 psi
qo = 150 STB/hari
2. Pwf/Ps = 1,200/1,500 = 0.80
150
3. q max =
1.0 0.20(0.80) 0.80(0.80) 2
4. Pwf = 1,400 psi
Pwf/Ps = 1,400/1,500 = 0.9333
5. qo = 457.32 {1.0 0.20 (0.9333) 0.80 (0.9333)2}
= 53.25 STB/hari
6. Untuk berbagai harga Pwf diperoleh harga-harga qo sebagai berikut :

Pwf Pwf/Ps qo
1,500.0 1.0000 0.00
1,400.0 0.9333 53.25
1,200.0 0.8000 150.00
1,000.0 0.6667 233.74
800.0 0.5333 304.47
600.0 0.4000 362.20
400.0 0.2667 406.91
200.0 0.1333 438.62
0.0 0.0000 457.62

7. Plot Kurva IPR ditunjukkan oleh Gambar 12.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 33 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.4. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa (Pwf > Pb)


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 34 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh :


Ps = 4,000 psi
Pwf = 3,000 psi , qo = 200 STB/hari @ Pwf
Pb = 2,000 psi
2. Indeks Produktivitas untuk Pwf > Pb, dapat dihitung sebagai berikut :
200
J= = 0.2
4,000 3,000
3. Laju produksi pada Pwf = Pb adalah :
qb = 0.2 (4,000 2,000) = 400 STB/hari
4. Hitung qx :
(0.2)(2,000)
qx = = 222.22 STB/hari
1.8
5. Hitung qmax :
qmax = 400 + 222.22 = 622.22 STB/hari
6. Pilih Pwf = 1,000 psi, dan hitung Pwf/Pb :
Pwf 1,000
= = 0.5
Pb 2,000
7. Laju produksi pada Pwf = 1,000 psi adalah :
qo = 400 + (622.22 400) (1.0 0.2(0.5) 0.8(0.5)2)
= 555.55 STB/hari
8. Pilih harga Pwf yang lain dan hasil hitungan adalah sebagai berikut :
Pwf Pwf/Pb qo
4,000 - 0.0
3,000 - 200.0
2,000 - 400.0
1,600 0.80 472.89
1,200 0.60 531.55
1,000 0.50 555.55
600 0.30 592.89
200 0.10 616.00
0 0.0 622.22

9. Plot Pwf terhadap qo dapat dilihat pada Gambar 13.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 35 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.5. Perhitungan Kurva IPR Dua Fasa (Pwf < Pb)


1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh :
Ps = 4,000 psi
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 36 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Pwf = 2,000 psi , q0 @ Pwf = 200 STB/hari


Pb = 3,000 psi
2,000
2. Hitung Pwf/Pb = = 0.6667
3,000
A = 1.0 0.2(0.6667) 0.8(0.6667)2
= 0.5111
3. Hitung harga J untuk Pwf > Pb :
200
J= = 0.1080
3,000
(4,000 3,000 + (0.5111))
1.8
4. Hitung qb :
qb = 0.1080(4,000 3,000) = 108.0 STB/hari
5. Hitung qx :
0.1080(3,000)
qx = = 180.0 STB/hari
1.8
6. Pilih Pwf = 1,000 psi :
1,000
Pwf/Pb = = 0.3333
3,000
7. qo = 108 + (288 100) {1 0.2(0.3333) 0.8 (0.3333) 2 }
= 260.0 STB/hari
8. Hasil perhitungan untuk berbagai harga Pwf adalah sebagai berikut :
Pwf Pwf/Pb qo
4,000 - 0.0
3,000 - 108.0
2,500 0.8333 158.0
2,000 0.6667 200.0
1,500 0.5000 234.0
1,000 0.3333 260.0
500 0.1667 278.0
0 0.0 288.0

9. Kurva IPR dapat dilihat pada Gambar 14.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 37 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.6. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa (Gas dan Minyak) Dengan Ps < Pb dan S 0

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 38 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

a. Untuk harga S positif


1. Dari uji tekanan diperoleh :
Ps = 1,590 psi
S = 2.43 (FE = 0.7880)
2. Dari uji produksi diperoleh :
Pwf = 240 psi
qo = 924 STB/hari
3. Hitung konstanta persamaan Kurva IPR sebagai berikut :
a1 = 0.182922 e 0.364438(2.43) + 0.814541 e 0.055873(2.43) = 0.78658
a2 = 1.476950 e 0.456632(2.43) + 1.646246 e 0.442306(2.43) = 0.07504
a3 = 2.149274 e 0.195976(2.43) + 2.289242 e 0.022033(2.43) = 0.00522
a4 = 0.0217833 e 0.088286(2.43) 0.260395 e 0.210801(2.43) = 0.18300
a5 = 0.5524470 e 0.032449(2.43) 0.583242 e 0.306962(2.43) = 0.78719
4. Hitung Pwf/Ps, yaitu :
Pwf 240
= = 0.15094
Ps 1,590
5. Hitung ruas kanan dari pada persamaan Kurva IPR :

0.78658 + 0.00522(0.15094) 0.7819(0.15094) 2


A=
1 + 0.07504(0.15094) 0.18300(0.15094) 2
= 0.76396
6. Hitung laju produksi maksimum pada S = 0, (qmax,,S = 0), yaitu :
924
q max,S =0 = = 1,209.48 STB/hari
0.76396
7. Pilih harga Pwf = 1,400 psi,
Pwf 1,400
= = 0.88050
Ps 1,590
Harga A adalah :

0.78658 + 0.00522(0.88050) 0.78719(0.88050) 2


A=
1 + 0.07504(0.88050) 0.18300(0.88050) 2
= 0.19572
8. Laju produksi pada Pwf = 1,400 psi adalah :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 39 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

qo = (1,209.48) (0.19572) = 236.71 STB/hari


9. Untuk harga Pwf yang berbeda diperoleh hasil perhitungan laju produksi sebagai
berikut :

Pwf qo
1,590 0.0
1,400 236.71
1,200 436.38
1,000 595.39
800 720.93
600 817.05
400 886.49
200 930.94
0 951.19

10. Plot Pwf terhadap qo dapat dilihat pada Gambar 15.

b. Untuk S negatif
1. Dari uji tekanan diperoleh :
Ps = 3,548 psi
S = 3.60 (FE = 1.6558)
2. Dari uji produksi diperoleh :
Pw:f = 3,118 psi
qo = 107 STB/hari
3. Hitung konstanta persamaan Kurva IPR sebagai berikut :
a1 = 0.182922 e (0.364438) (3.60) + 0.814541 e 0.055872(3.60) = 1.67530
a2 = 1.476950 e 0.456632 (3.60) + 1.646246 e ( 0.442306) (3.60) = 0.44789
a3 = 2.149274 e 0.195976 (3.60) + 2.289242 e ( 0.220333) (3.60) = 0.70823
a4 = 0.0217831 e 0.088286(3.60) 0.260385 e 0.21080(3.60) = 2.38195
a5 = 0.5524470 e 0.032449(3.60) 0.583242 e 0.306962 (3.60) = 2.38195

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 40 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

4. Hitung Pwf/Ps, yaitu :


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 41 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Pwf 3,118
= = 0.8788
Ps 3,548
5. Hitung harga A :

1.67530 + 0.70823(0.8788) 2.38195(0.8788) 2


A=
1 + 0.44789(0.8788) 0.57201(0.8788) 2
= 0.48130
6. Laju produksi maksimum pada harga S = 0 adalah :
107
q max,S =0 = = 222.32 STB/hari
0.48130
7. Pilih Pwf = 3,300 psi
Pwf/Ps = 0.93010
Harga A adalah :

1.67530 + 0.78823(0.93010) 2.38195(0.93010) 2


A=
1 + 0.44789(0.8788) 0.57201(0.8788) 2
= 0.29664
8. Laju produksi pada Pwf = 3,300 psi adalah :
qo = (222.32) (0.29664) = 65.95 STB/hari
9. Untuk harga Pwf yang lain diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Pwf qo
3,548 0.0
3,000 65.95
2,900 149.68
2,500 213.41
2,100 262.54
1,500 315.86
1,100 340.61
700 357.93
300 368.18
0 372.44

10. Plot Pwf terhadap qo dapat dilihat pada Gambar 16.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 42 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 43 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.7. Penentuan Kurva IPR Berdasarkan Data Uji Isochronal3


1. Data Uji Isochronal : Ps = 1,345 psi

Test Aliran qo Pwf


1 66 1,242
2 134 1,142
3 137 1,123
4 229 921
5 93 1,178
6 321 719
7 341 638

2. Hitung (P 2s P 2wf ) :

qo P 2s P 2wf
66 266,461
134 504,861
137 547,896
229 960,784
93 421,341
321 1,292,064
341 1,401,981

3. Plot (P 2s P 2wf ) terhadap qo dapat dilihat pada Gambar 17.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 44 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 45 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

4. Buat garis lurus yang mewakili ke tujuh titik tersebut.


5. Kemiringan garis lurus dihitung sebagai berikut :
q = 10 STB/hari , (P 2s P 2wf ) = 40,500 psi2

q = 100 STB/hari , (P 2s P 2wf ) = 410,000 psi2

log 410,000 log 40,500


Kemiringan = = 1.005329
log 100 log 10
6. Harga n adalah :
1
n= = 0.9947 = 1.0
1.005329
7. Konstanta J dihitung sebagai berikut :
Perpanjang garis lurus sampai memotong sumbu tegak di Y = 40,500 psi2
Dan harga X = 10 STB/hari
Jadi J adalah :
10
J= = 2.46914 10 4
(40,500)1.0
8. Jadi persamaan kurva IPR :
qo = 2.46914 10-4 (P 2s P 2wf )1.0

9. Harga laju aliran minyak untuk berbagai Pwf adalah sebagai berikut :

Pwf qo
1,345 0.00
1,200 91.12
1,000 199.76
800 288.65
600 357.78
400 407.17
200 436.80
0 446.67

10. Plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di langkah 9 menghasilkan kurva IPR
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 18.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 46 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 47 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.8. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Pivot - Point
Contoh soal dikutip dari :
World Oil, May 1982, halaman 155, "Pivot-Point Method Quickly Predicts Well
Performance", Uhri. , D. C. , dan Blount, E. M.
a. Data Uji Sumur :
Uji #1 Uji #2
qo , bpd 50 50
Pwf , psi 1,765 1,578
Ps , psi 2,090 1,960

b. Tentukan Kurva IPR pada Psf = 1,260 psi .


c. Langkah Perhitungan :
1. Data uji sumur untuk waktu yang berbeda telah ditunjukkan oleh Tabel
terdahulu.
2. Hitung laju produksi maksimum :
Untuk Uji #1 :
50
q max,1 = 2
= 191.89 bpd
1,765 1,765
1 0.2 0.8
2,090 2,090

Untuk Uji #2 :
50
q max,2 = = 156.84 bpd
1,578 1,765 2
1 0.2 0.8( )
1,960 1,960

3. Hitung P *wf , yaitu :

1 / 8{156.04(2,090) 2 (1,960) 191.89(2,090)(1,960) 2 }


Pwf* =
192(1,960) 2 156.04(2,090) 2
= 457.10274
dq o
4. Hitung ( ) * , yaitu :
dPwf

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 48 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

dq o 0 .2 1.6(457.10274)
( )* = 191.89 +
dPwf 2,090 (2090) 2
5. Psf = 1,260 psi.
dq o
6. Hitung ( )f ,yaitu :
dPwf
Pwf = 0
dq o 0.013766
( )f =
dPwf (457.10274)
1+ 8
1,260
Pwf = 0

= 0.007237
7. Hitung qmax,f , yaitu :
1,260(0.007237)
q max, f = = 45.59 bpd
0.2

8. Hasil perhitungan kurva IPR adalah sebagai berikut :


Pwf qo
1,260 0.00
1,200 3.825
1,000 15.381
800 25.099
600 32.979
400 39.021
200 43.225
0 45.59

9. Hasil plot qo terhadap Pwf dapat dilihat pada Gambar 19.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 49 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 50 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.9. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari Dengan Menggunakan Persamaan Ps-
envelope
Catatan:
Soal sama seperti pada contoh 6.2.8
1. Data uji sumur seperti tercantum pada contoh perhitungan 6.2.8.
2. Hitung laju produksi maksimum untuk masing-masing uji sumur. Berdasarkan hasil
perhitungan pada contoh soal 6.2.8 diperoleh :
qmax,1 = 191.89 bpd
qmax,2 = 156.04 bpd
3. Hitung konstanta A,
2,090 1,960
A= = 0.070052
(2,090) 2 (1,960) 2

191.89 156.04
4. Hitung konstanta n,

0.070052(2,090) 2
n = 2,090 1
191.89
= 3,684.6317
5. Psf = 1,260 psi.
6. Hitung qmax,f

0.070052(1,260) 2
q max, f = = 45.87 STB/hari
1,260 3,684.6317
7. Hasil perhitungan Kurva IPR pada Psf = 1260 psi sama seperti hasil perhitungan
pada contoh soal 6.2.8.

6.2.10. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Dikemudian Hari dengan Menggunakan Fungsi
Tekanan Semu
a. Soal sama seperti contoh soal 6.2.7 di mana diperoleh
Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q = 321 STB/hari
b. Tentukan kurva IPR pada Psf = 1,000 psi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 51 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

c. Langkah perhitungan
1. Ps = 1,345 psi
Pwf = 719 psi
q = 321 STB/hari
API < 40 dan S = 0 (dianggap)
2. Hitung qmax,,p pada saat Ps = 1,345 psi
a1 = 0.182922 e0 + 0.81451 e0 = 0.997463
a2 = 1.476950 + 1.64626 = 0.169296
a3 = 2.144274 + 2.289242 = 0.139968
a4 = 0.0217831 0.260385 = 0.282168
a5 = 0.5524470 0.583242 = 1.135689
Pwf = 719 psi
Pwf 719
= = 0.534572
Ps 1,345

0.997463 + 0.139968(0.534572) 1.135689(0.534572) 2


A=
1 + 0.169296(0.534572) 0.282168(0.534572) 2
= 0.740437
321
qmax,,p = = 433.53 STB/hari
0.740437
3. Untuk API < 40
xp = 1.025333
4. Psf = 1,000 psi
5. Untuk API < 40
xf = 0.033210 e3.429922 (1,000/1,345) = 0.425378
0.425378
6. q max, f = (433.53)
1.025333
= 179.86 STB/hari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 52 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

7. Berdasarkan qmax,f serta konstanta-konstanta a1, a2, a3, a4 dan a5 kurva IPR pada
tekanan statik = 1,000 psi dihitung sebagai berikut :

Pwf Pwf A qo
Ps
1,000 1.00 0.00 0.00
800 0.80 0.3653 65.71
600 0.60 0.6726 120.97
400 0.40 0.8914 160.33
300 0.30 0.9610 172.85
0 0.00 1.0 179.40

8. Kurva IPR diperoleh dari plot Pwf terhadap qo dari hasil perhitungan di langkah
7. Hasil plot ditunjukkan oleh Gambar 20.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 53 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 54 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

6.2.11. Penentuan Kurva IPR Dua Fasa Di Kemudian Hari dengan Menggunakan Uji
Isochronal
a. Soal sama seperti pada contoh soal 6.2.7 dimana diperoleh :
q = 2.46914 10-4 (P 2s P 2wf )

untuk Ps = 1,345 psi


b. Tentukan kurva IPR pada tekanan statik = 1,000 psi
c. Langkah perhitungan :
1. Persamaan kurva IPR pada tekanan statik = 1,345 psi adalah :
q = 2.46914 10-4 (P 2s P 2wf )

2. Psf = 1,000 psi


3. Persamaan kurva IPR pada tekanan statik = 1,000 psi adalah :
1,000
q = 2.46914 10 4 ( )( Psf2 Pwf2 )1.0
1,345
= 1.83579 10-4 (1,000 P 2wf )1.0

4. Perhitungan kurva IPR pada Psf = 1,000 psi :

Pwf qo
1,000 0
800 66.09
600 117.49
400 154.21
200 176.24
0 183.58

5. Kurva IPR diperoleh dengan membuat plot Pwf terhadap qo, seperti tercantum
pada Gambar 21.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.01
JUDUL : PERHITUNGAN POTENSI Halaman : 55 / 55
SUMUR MINYAK Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Vertikal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 1 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK HORISONTAL

1. Penentuan Luas Daerah Pengurasan

Setiap sumur minyak atau sumur gas mempunyai daerah dan luas pengurasan tertentu. Daerah
pengurasan yaitu reservoir atau bagian reservoir yang memberikan kontribusi aliran fluida ke lubang
sumur produksi. Dalam hal sumur horizontal, daerah pengurasan dipengaruhi oleh distribusi
permeabilitas arah lateral. Arah sumbu sumur horizontal sebaiknya tegak lurus terhadap arah
permeabilitas lateral terbesar agar produktivitasnya maksimal.

Pada umumnya daerah pengurasan sumur horizontal berbentuk elips. Bila sumbu terpanjang suatu

1 1
elips adalah a dan sumbu pendeknya adalah b maka luas elips adalah ( ) a b . Kemudian
2 2
bilamana jari-jari pengurasan (drainage radius) suatu sumur vertikal adalah rev di suatu reservoir dan
kita ingin membor sumur horizontal dengan panjang L di reservoir ini, maka luas pengurasan sumur
horizontal ini (Ah) dapat diperkirakan :

1
rev (L + 2rev )
1 2 acre
Ah = rev (L + 2rev ) sqft atau Ah =
2 43,560

2. Persamaan Laju Alir Sumur Horizontal

Ada 2 (dua) anggapan kondisi aliran yang berbeda di dalam reservoir, yaitu aliran mantap (atau steady
state flow) dan aliran semi-mantap (atau pseudo-steady state flow). Kondisi aliran mantap, yaitu suatu
kondisi aliran dimana tekanan reservoir dan drawdown tetap terhadap waktu. Sedangkan kondisi
aliran semi-mantap, yaitu kondisi dimana tekanan reservoir berubah dengan waktu tetapi drawdown
dapat dipertahankan konstan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 2 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

A. Aliran Mantap (Steady State Flow)

Persamaan untuk menentukan laju alir produksi suatu sumur horizontal pada kondisi steady-state
flow di antaranya adalah :

Untuk Sumur Minyak :


a. Persamaan Sada Joshi (modifikasi oleh Economides) :
0.00708k h h(Ps Pwf )
q=
2
a + a 2 L
2 h h
o Bo ln + ln

L L rw ( + 1)
2

0.5
L 2r h
4

dimana : a = 0.5 + 0.25 + e


2 L

b. Persamaan Pudji Permadi :
0.00708 k h h L(Ps Pwf )
q=
Y
o Bo X e Ye h / L + h ln e h / L + S m
2rw
atau

q=
(
0.00708k h hL Pr Pwf )
Ye 1
o Bo Xe Ye h / L + h ln h / L + S m
2rw 2
dimana :
q = laju produksi, STB/hari
kh = permeabilitas horizontal efektif, mD
h = tebal bersih zona minyak, ft
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pr = tekanan rata-rata reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 3 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

L = panjang efektif sumur horizontal, ft


B = faktor volume formasi, bbl/STB
rw = jari-jari lubang sumur horizontal, ft
reh = jari-jari pengurasan sumur horizontal, ft

= Ah /
Sm = skin faktor mekanik, tidak berdimensi
Xe = lebar daerah pengurasan, ft
Ye = panjang daerah pengurasan sejajar sumbu sumur horizontal, ft
= faktor anisotropi vertikal, tidak berdimensi

kh
=
kv

= viskositas minyak, cp
kv = permeabilitas vertikal, mD

B. Aliran Semi-Mantap (Pseudo-Steady State Flow)

a. Persamaan Babu-Odeh :

q=
0.00708Ye (k h k v )
0.5
(P P )
r wf

X eh
o Bo ln + ln C H 0.75 + S R + Ye S m
rw L

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 4 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

(xo, y2, zo)

(xo, y1, zo)


Z
y Ye
h
0
0 X
kz ky
Xe

kx

Gambar 1. Skematik Sumur Horizontal

X kz 1 x x 2 180 0 Z 0 X kz
ln C H = 6.28 e 0 + 0 ln sin 0.5 ln e
1.088
h kx 3 x e x e h h kx

dimana xo dan zo adalah koordinat pusat sumur pada bidang vertikal (di sini kz = kv). SR adalah skin
factor yang ekivalen dengan partial penetration lateral, karena L < Ye. Hanya SR = 0 bila L = Ye.
Perhitungan SR terbagi atas 2 (dua) kasus, salah satu yang memenuhi, yaitu :
Xe Ye h
kasus - 1 : 0.75 >> 0.75
kx ky kz

Ye Xe h
kasus - 2 : > 1.33 >>
ky kx kz

Bilamana kasus-1 yang berlaku, maka perhitungan SR sebagai berikut :


S R = Pxyz + P' xy

dimana :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 5 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

Ye h kx 180 o z
Pxyz = 1 ln + 0.25 ln ln sin 1.84
L rw kz h

2Ye
2
kz L 4y + L 4 y L
P ' xy = F + 0.5 F mid F mid
hL ky 2Ye 2Ye 2Ye
dan ymid = 0.5 (y1 + y2), sedangkan F menyatakan fungsi seperti di bawah ini :


2
L L L L
F = 0.145 + ln 0.137
2Ye 2Ye 2Ye 2Ye

4y + L 4y L
kemudian bilamana argumen mid dan/atau argumen mid lebih kecil atau sama
2Ye 2Ye
dengan 1, maka persamaan persis di atas ini dapat digunakan dengan mengganti argumennya saja.
Tetapi bila argumen tersebut > 1, maka persamaan di bawah ini berlaku :

[
F ( x) = (2 x ) 0.145 + ln (2 x ) 0.137(2 x )
2
]
4y + L 4 y mid L
dimana x = mid , atau , dengan x > 1.
2Ye 2Ye

Bilamana kasus-2 tersebut di atas yang berlaku, maka :


S R = Pxyz + Py + Pxy

dimana Pxyz dihitung seperti di atas dengan Py serta Pxy berturut-turut dihitung seperti di bawah ini :

6.28 Ye2 k k 1 y mid y mid


2
L L
Py = x z + 2 +
24 Y 3
Xe h ky 3 Ye Ye e Ye

Y 6.28 X e kz 1 xo xo2
Pxy = e 1
3 x + x 2
L h kx e e

b. Persamaan Pudji Permadi :


0.00708 k h h L(Ps Pwf )
q=

( )
o Bo 0.523 X e Ye h / L + h ln
Ye 1
h / L + S m
2rw 2
atau :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 6 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

q=
0.00708 k h h L Pr Pwf ( )

(
o Bo 0.523 X e Ye h / L + h ln ) Ye 3
h / L + S m
2rw 4

3. Indeks Produktivitas dan Dimensionless IPR

Untuk reservoir minyak, dimensionless IPR dari sumur horizontal tidak banyak berbeda dari sumur
vertikal. Karena itu persamaan Vogel yang untuk sumur vertikal dapat digunakan juga untuk sumur
horizontal. Namun demikian, khusus untuk sumur horizontal persamaan Bendakhlia Azis adalah
sebagai berikut :
n
qo Pwf P
2

= 1 V (1 V ) wf

q o max P P
r r
dimana parameter n dan V merupakan fungsi dari recovery factor dan dapat diperoleh melalui Gambar
1.

Gambar 2. Korelasi untuk parameter V dan n, sebagai fungsi dari Recovery Factor

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 7 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

4. Peramalan Produksi versus Waktu

Peramalan produksi sumur horizontal dapat dilakukan dengan menggunakan metode Decline Curve
Analysis seperti yang umum digunakan untuk sumur vertikal. Jenis decline-nya tergantung kepada
mekanisme pendorong dalam reservoir yang bersangkutan.

Khusus untuk sumur horizontal pada reservoir dengan tenaga pendorong yang bekerja gas terlarut
(solution gas drive), metode Plahn et. al. di bawah ini dapat juga digunakan. Kelemahannya adalah
bahwa daerah pengurasannya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi Xe.
0.00633 k k roi rw L Pri t
t D* =
oi h X e2
X e2 h ( S oi S or )
Nm =
5.615 Boi

N p = ND Nm

dimana :
t D* = waktu produksi tak berdimensi
k = permeabilitas absolut, mD
kroi = permeabilitas relatif minyak mula-mula, tak berdimensi
rw = jari-jari lubang sumur, ft
L = panjang efektif sumur horizontal, ft
Pr i = tekanan reservoir mula-mula sebelum sumur diproduksi, psi

t = waktu produksi, hari


= porositas, fraksi
oi = viskositas minyak mula-mula, cp
h = tebal bersih zona minyak, ft
Xe = panjang sisi pengurasan, ft
Boi = faktor volume formasi, bbl/STB
Soi = saturasi minyak mula-mula, fraksi
Sor = saturasi minyak residual, fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 8 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

Nm = moveable oil in place mula-mula, STB


Np = produksi kumulatif minyak, STB
ND = dimensionless recovery, dihitung seperti di bawah ini.

Bila y = log ND dan x1 = log t D* , maka ada 2 (dua) kondisi aplikasi :


A. Untuk harga Critical Gas Saturation (Sgc) antara 0 - 5% :
i) bila x1 2.2078 :

y = 1.2071 0.41104 x1 1.1078 x 12


ii) bila x1 > 2.2078 :
y = 1.5526 + 0.06502 x1
B. Untuk harga Critical Gas Saturation (Sgc) antara 6% - 10% :
i) bila x1 1.9469 :

y = 1.2504 0.3903 x1 0.1097 x 12


ii) bila x1 > 1.9469 :
y = 1.6663 + 0.03701 x1

N p
Kemudian bila kita definisikan t = ti+1 ti dan Np = Npi+1 Npi, maka q oil = , maka kita dapat
t
membuat peramalan laju produksi minyak qoil terhadap waktu, t.

t t t *D ND Np Np N p
q oil =
(hari) (hari) (STB) (STB) t
(STB/hari)
- - - - - - -
- - - - - - -
- - - - - - -

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 9 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

5. Sumur Horizontal pada Reservoir Bottom Water Drive

Sumur horizontal dapat meningkatkan perolehan minyak dari reservoir bertenaga dorong air-bawah
(bottom-water drive) karena kapasitas produksinya lebih besar dan dapat memperlambat
terproduksinya air dibanding sumur vertikal dengan drawdown yang sama. Posisi sumur horizontal
sebaiknya ditempatkan jauh di atas bidang WOC.

A. Penentuan laju produksi kritis qc


Laju produksi kritis adalah laju produksi terbesar yang menyebabkan bidang WOC dapat bergerak
ke atas melengkung agak datar tanpa membentuk kerucut (coning atau cresting). Bila qoil qc
maka recovery minyak akan tinggi.
1) Metode Giger - Karcher :

k h 2 1 h
q c = 4.888 10 4 h 1 L

o Bo Ye 6 Ye
dimana :
qc = laju produksi kritis, STB/hari
kh = permeabilitas efektif arah lateral, mD
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
h = tebal zona minyak, ft
Ye = panjang daerah pengurasan, ft
L = panjang efektif sumur horizontal, ft
= w o = perbedaan densitas, gr/cc
o = viskositas minyak, cp

2) Metode Pudji Permadi :


0.00708 k h h L w / o d woc
qc =
h' Y h' 1
o Bo X e Ye + h' ln e
L 2rw
L 2

dimana :
qc = laju produksi kritis, STB/hari
kh = permeabilitas efektif terhadap minyak, mD
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 10 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

h = tebal zona minyak, ft


L = panjang efektif sumur horizontal, ft
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
h = 1.5 h d1
d1 = jarak vertikal terdekat dari sumbu sumur ke batas atas/bawah reservoir, ft
dwoc = jarak dari sumbu sumur ke WOC, ft
rw = jari-jari lubang sumur, ft
Xe = lebar daerah pengurasan, ft
Ye = panjang daerah pengurasan, ft
w/o = perbedaan gradien tekanan statik air dengan minyak, psi/ft
o = viskositas minyak, cp

kh
= faktor anisotropik =
kv

kv = permeabilitas vertikal, mD

3) Metode Guo - Lee :


k' = k h .k v

k'
d' = d
kv

c X
H D = 0.033(1.18 0.00246 d ')(2.286 w / o + 0.77 )100 67 (log k '+8.14 ) log e
d 2
q
q1 = 4.943 10 5 k ' d ' w / o D
o
L
q c = q1
Bo

dimana :
c = jarak dari sumbu sumur ke WOC, ft
d = tebal zona minyak, ft
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 11 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

q1 = laju produksi per satuan panjang sumur horizontal, bbl/hari


L = panjang sumur horizontal, ft
qc = laju produksi kritis, STB/hari
Xe = lebar daerah pengurasan, ft
w/o = perbedaan gradien tekanan statik air dengan minyak, psi/ft
o = viskositas minyak, cp
w/o = perbedaan densitas air dengan minyak, lb/cuft

Harga qD diperoleh melalui Gambar 2. Setelah menghitung HD untuk harga c/d yang
bersangkutan.

Gambar 3. Hubungan antara qD dengan HD, untuk berbagai harga c/d.

B. Penentuan Waktu Tembus Air (Water Breakthrough Time), tBT


Bilamana laju produksi yang diinginkan melebihi laju produksi kritis-nya, yaitu qo > qc, maka
bidang WOC menjadi tidak stabil dan akan membentuk kerucut (coning/cresting). Air kemudian
akan segera terproduksi dan kadar air (water cut) akan meningkat cepat dengan waktu. Pertama
kali air masuk ke dalam sumur disebut water breakthrough. Lamanya waktu bagi air untuk

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 12 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

breakthrough disebut water breakthrough time. Ada beberapa metode untuk memperkirakan
breakthrough time ini.
1) Metode Papatzacos et al.
325.86 o q o Bo
qD =
L h ( w o ) k h k v

1
t DBT =
6 qD
h o t DBT
t BT = 364.72 (hari)
k v ( w o )
Semua parameter mempunyai satuan lapangan kecuali w dan o dalam gr/cc. Metode ini
menganggap bahwa breakthrough time tidak dipengaruhi oleh lebar atau luas daerah
pengurasan.

Reservoir Minyak dengan Tudung Gas (Gas Cap)

Estimasi waktu tembus gas (gas breakthrough) dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Papatzacos et al. di atas dengan mengganti (w o) dengan (o g) dimana g adalah densitas gas
dalam satuan gram/cc.

Dalam hal reservoir minyak dengan gas cap, penempatan sumur horizontal pada zona minyak
sebaiknya pada posisi dengan jarak sejauh 2/3 tebal zona minyak diukur dari Gas-Oil Contact,
atau sejauh 1/3 tebal zona minyak diukur dari Water-Oil Contact. Ini memperhitungkan bahwa
mobilitas air lebih kecil dibanding mobilitas gas.

2) Metode Pudji Permadi :


78.99( o + w ) (1 S or ) d woc
2
t BT = (hari)
k v (Pd w / o d woc )
dimana :
(
PD = drawdown = Pr Pwf )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 13 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

h' Y h' 1
X e Ye + h' ln e o Bo q o

L 2 rw L 2
PD =
0.00708 k h h L

Semua parameter mempunyai arti dan satuan yang sama dengan sebelumnya.

3) Metode Rochan :
325.86 o q o Bo
qD =
L h( w o ) k h k v

Xe kv
XD =
h kh

o k rw
M =
w k ro
0.88 1.094 0.253 4.675 0.929 0.5397
1 1 1 hap hbp h
t BT = 5.13 10 5
1 1 (hari)
qD XD M h h L kh

dimana hap = jarak dari sumbu sumur horizontal ke batas atas reservoir dan hbp = jarak dari
sumbu sumur ke bidang WOC, dalam satuan feet.

C. Peramalan Kinerja Produksi

Peramalan kinerja produksi sumur horizontal pada reservoir bottom water drive secara cepat dapat
dilakukan dengan cara empirik, walaupun belum banyak metode yang tersedia. Berikut di bawah
ini adalah metode-metode yang dapat dipilih dan digunakan.

1) Metode Decline Curve Analysis


Seperti untuk sumur vertikal, metode ini dapat juga digunakan untuk sumur horizontal.
Persamaan decline curve analysis adalah :
qi
qt =
(1 + b Di t )1 / b
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 14 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

dimana :
qt = laju produksi harian, STB/hari
qi = laju produksi awal, STB/hari
t = waktu produksi, hari
b = eksponen decline, tidak berdimensi
Di = koefisien decline awal, 1/hari

Harga eksponen decline, b 0.5 untuk reservoir bottom water drive. Untuk laju produksi yang
jauh lebih besar dari laju produksi kritisnya, harga b < 0.5 sebaiknya digunakan. Bilamana
belum ada data produksi, harga koefisien Di dapat didekati dengan :
2 (0.000264 ) k o
Di =
( )
o C t reh2 rwe2 [ln(re / rw ) 0.5]

dimana reh = A / dan A = luas daerah pengurasan dalam satuan sqft. Sedangkan r 2w adalah

jari-jari sumur ekivalen, yaitu :


rw
rwe =
1 Y
exp X e Ye h + h e h 0.5
L L L
2rw
dan rw = jari-jari lubang sumur aktual, ft.

2) Metode Pudji Permadi :


Anggapan dalam metode ini yaitu tekanan pada bidang WOC konstan, laju alir total tidak
terlalu besar atau kira-kira qt < 15qc. Prosedur peramalan adalah sebagai berikut :
1. Hitung waktu water breakthrough, tBT, berdasarkan data yang dimiliki.
2. Bila laju produksi sebelum breakthrough adalah qo, maka produksi kumulatif pada saat tBT
adalah N p = q o t BT (STB).

3. Hitung tebal zona minyak rata-rata yang telah didesak oleh air (bottom water) :
5.615 q o Bo t BT
hWBT =
X e Ye (1 S or )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 15 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

4. Setelah breakthrough tentukan sembarang harga (asumsi trial & error) water cut (kadar air,
WC) dan hitung faktor volume formasi campuran mniyak dan air Bt :
Bt = Bw WC + Bo (1 WC )
5. Pada suatu harga waktu produksi t dan laju produksi total cairan qt, hitung tebal rata-rata
zona minyak yang sudah terdesak oleh air :
5.615 qt Bt (t t BT )
hw = hwBT +
X e Ye (1 S or )
6. Hitung Qw/Qo :
0. 5
Qw k rw ' o hw X e Ye k
= ln v
Qo k ro ' w (d woc hw ) 3 d woc L k h
dimana kr adalah end-point permeability.

7. Hitung Water Cut (WC) :


1
WC =
Qo B w

Q w Bo
Hasil hitungan ini dibandingkan dengan WC yang diasumsikan pada langkah 4 di atas.
Apabila bedanya lebih besar dari toleransi yang diberikan, maka gunakan WC hasil hitungan
ini sebagai WC asumsi baru dan kembali ke langkah 4. Bila toleransinya (yaitu WChitungan
WCasumsi ), maka langsung ke langkah 8.
8. Hitung laju produksi minyak harian (dan laju produksi air bila perlu) :
q o = q t (1 WC )

q w = qt WC
9. Hitung produksi kumulatif minyak :

N p = N pBT + t q o

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 16 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

Untuk Sumur Gas


1. Persamaan laju alir gas (qg) untuk sumur horizontal adalah sebagai berikut :
A. Kondisi aliran mantap (steady-state flow) pada tekanan reservoir Pe 2,000 psia :

qg =
(
0.000703 k h h L Pe2 Pwf2 )
Y h
+ S '
h
g Z T X e Ye + h ln e
L 2 rw L

dimana :
qg = laju alir gas pada kondisi standar, MSCF/hari
g = viskositas gas rata-rata pada kondisi reservoir, cp
Z = faktor kompresibilitas gas rata-rata, tidak berdimensi

kh
= faktor anisotropi , tidak berdimensi
kv
T = temperatur reservoir, oR
S = Sm + Sq
Sm = skin karena kerusakan formasi (damage), tidak berdimensi
Sq = skin karena non-darcy effect
= Dqg
qg = laju produksi gas, MSCF/hari
D = no-darcy flow coefficient, hari/MSCF

2.225 10 15 ' g Ye kh kv
=
L2 rw gw

gw = viskositas gas pada tekanan alir dasar sumur, cp


' = turbulence factor

= 1.88 1010 k 1.47 0.53

dan parameter yang lain mempunyai arti dan satuan yang sama dengan sebelumnya.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 07.02
Halaman : 17 / 17
JUDUL : PENENTUAN POTENSI SUMUR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Sumur Horizontal

B. Kondisi aliran mantap (steady-state flow) pada semua tekanan reservoir :


0.000703 k h h L (m(Pe ) m(Pwf ))
qg =
Y h
+ S '
h
T X e Ye + h ln e
L 2rw L

dimana m(P) adalah pseudo-pressure function dengan satuan psi2/cp.

C. Kondisi aliran semi mantap (Pseudosteady - state flow) pada tekanan reservoir Pr 2,000
psia :

qg =
(
0.000703 k h h L Pr2 Pwf2 )
h Y h 3
g Z T 0.523 X e Ye + h ln e + S '
L 2 rw
L 4

D. Kondisi aliran semi mantap (Pseudosteady - state flow) pada semua tekanan reservoir :

qg =
(( )
0.000703 k h h L m Pr m(Pwf ))
h Y h 3
T 0.523 X e Ye + h ln e + S '
L 2 rw L 4

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 1 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

PETUNJUK PEMILIHAN TEKNIS METODE EOR

1. TUJUAN

Memilih metode EOR secara teknis yang dapat digunakan untuk menaikkan tingkat pengurasan
reservoir. Pilihan didasarkan kepada karakteristik minyak, batuan reservoir dan air formasi.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Pemilihan metode EOR dilakukan dengan "table look up", sehingga cepat dapat diperoleh
metode-metode EOR (dapat lebih dari satu metode) yang cocok dengan kondisi yang diberikan.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini baik digunakan pada reservoir yang mempunyai distribusi karakteristik batuan
(misalnya porositas, permeabilitas) yang relatif seragam. Jadi, pada umumnya reservoir yang
mempunyai sifat berikut ini:
- banyak rekahan (fractures)
- jumlah patahan kedap aliran yang banyak
- sifat-sifat yang tidak berkesinambungan secara lateral (diskontinuitas)
- tudung gas
bukanlan calon yang baik untuk EOR.

3. LANGKAH KERJA
1. Siapkan data :
a. Karakteristik minyak dan kemampuan alir
- Gravity minyak, oAPI
- Viskositas minyak (pada kondisi reservoir) (), cp
- Transmisibilitas (kh/,) mD-ft/cp
- Komposisi fluida reservoir
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 2 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

- Kedalaman (D), ft
- Tebal (net pay) (h), ft
- Temperatur (T), oF
- Saturasi minyak (So), fraksi
- Tekanan reservoir (P), psia
- Jenis batuan
b. Karakteristik air formasi
- kegaraman (TDS), ppm

2. Gunakan Tabel 2 untuk memilih metode EOR yang cocok berdasarkan data yang telah disiapkan.
Hasil pilihan dapat lebih dari satu jenis EOR.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 3 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

4. DAFTAR PUSTAKA

1. National Petroleum Council, Enhanced Oil Recovery, 1984.


2. Taber, J. J., Martin, F. D. dan Seright, R. S. : EOR Screening Criteria Revisited - Part 2 :
Application and Impact of Oil Prices, SPERE (August 1997), p. 199-205.
3. Siregar, S. :Diktat Kuliah Pengenalan Enhanced Oil Recovery (EOR), Jurusan Teknik
Perminyakan Institut Teknologi Bandung, 1995.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 4 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

5. DAFTAR SIMBOL

D = kedalaman reservoir, ft
h = tebal lapisan, ft
k = permeabilitas, mD
P = tekanan, psi
So = saturasi minyak, fraksi
T = temperatur, F
TDS = kegaraman (total dissolved solid), ppm

Yunani :
= porositas, fraksi
= viskositas minyak, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 5 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG

Tabel l dibuat berdasarkan hasil pengkajian kurang lebih 2,500 reservoir yang sedang dan yang
akan mengalami EOR. Cadangan minyak di tempat dari seluruh reservoir tersebut diperkirakan
325 milyar barrel.

Kriteria pemilihan metode EOR yang memadai untuk suatu reservoir minyak didasarkan pada
"Implemented Technology Case", yaitu teknologi yang sedang diterapkan pada saat ini atau
paling tidak telah terbukti dapat dilaksanakan pada uji coba di lapangan minyak. Teknologi ini
meliputi metode termal, injeksi kimia dan pendesakan tercampur.

Apabila Tabel l ini digunakan, kemungkinan akan diperoleh bermacam-macam metode EOR
yang dapat diterapkan kepada satu reservoir minyak. Untuk mendapatkan jawaban proses mana
yang paling memadai (yang memberikan perolehan maksimum secara ekonomis), tentu saja
harus dilakukan kajian lanjut berupa: kajian laboratorium, kajian menggunakan model matematik
(Simulator) dan uji coba lapangan (Pilot testing).

Faktor atau parameter yang paling berpengaruh didalam pemilihan metode EOR dapat dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Karakteristik minyak : Gravity, Viskositas dan Transmisibilitas.
2. Karakteristik reservoir : Kedalaman, Tebal Lapisan, Temperatur, Porositas, Permeabilitas,
Tekanan Reservoir, Saturasi Minyak dan Jenis Batuan.
3. Karakteristik air formasi : Kegaraman atau kadar padatan terlarut.

Penggunaan Tabel 1 akan memberikan pilihan yang baik apabila digunakan pada reservoir yang
memiliki distribusi karakteristik batuan yang seragam. Untuk reservoir yang mempunyai banyak
rekahan, banyak patahan, bersifat tidak menerus secara lateral, atau mempunyai tudung gas,
haruslah dikaji secara tersendiri pengaruh sifat-sifat tersebut di atas terhadap proses EOR itu
sendiri. Kajian tersebut dapat berupa pengamatan laboratorium atau menggunakan model
matematik (simulator).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 6 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

6.2. INJEKSI NITROGEN DAN FLUE GAS

Deskripsi
Nitrogen dan flue gas adalah metode perolehan minyak yang menggunakan kedua gas non-
hidrokarbon yang tidak mahal tersebut untuk memindahkan minyak ke dalam sistem yang
tercampur (miscible) maupun tidak tercampur (immiscible), tergantung pada tekanan dan
komposisi minyak. Karena harganya yang murah, volume yang besar dari gas-gas tersebut dapat
diinjeksikan. Nitrogen dan flue gas juga dipertimbangkan untuk digunakan sebagai gas-gas
penghalau (chase gases) dalam injeksi hidrokarbon-tercampur dan CO2.

Mekanisme
Injeksi nitrogen dan flue gas memperoleh minyak dengan :
a) menguapkan komponen yang lebih ringan dari minyak mentah dan menciptakan suatu
pencampuran bila tekanan cukup tinggi.
b) menyediakan suatu mekanisme daya dorong gas dimana bagian yang signifikan dari volume
reservoir terisi oleh gas-gas yang berbiaya rendah.
c) mempercepat pengurasan karena gravitasi (gravity drainage) pada dipping reservoir
(tercampur atau tidak tercampur).

Batasan
Kondisi pencampuran yang terbentuk hanya dapat dicapai dengan minyak ringan dan pada
tekanan yang sangat tinggi; oleh sebab itu, diperlukan reservoir yang dalam. Diinginkan
reservoir yang kemiringannya tidak terlalu curam untuk memungkinkan stabilisasi gravitasi dari
pemindahan tersebut, dengan rasio mobilitas yang kurang ideal. Untuk peningkatan gravity
drainage tercampur atau tidak tercampur, suatu dipping reservoir (reservoir miring) sangat
penting untuk kesuksesan proyek.

Permasalahan
Viscous fingering menyebabkan efisiensi penyapuan vertikal dan horizontal sangat kecil. Gas-
gas non-hidrokarbon harus dipisahkan dari gas-gas terproduksi yang komersial. Injeksi flue gas
menyebabkan masalah korosi di masa lalu. Saat ini, nitrogen telah diinjeksikan dalam proyek-
proyek besar yang sukses, yang dulunya menggunakan flue gas.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 7 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

6.3. INJEKSI HIDROKARBON-TERCAMPUR

Deskripsi
Injeksi hidrokarbon-tercampur terdiri dari penginjeksian hidrokarbon ringan ke dalam reservoir
untuk membentuk suatu daerah pencampuran. Ada tiga metode berbeda yang telah digunakan.
Yang pertama, metode kontak tercampur menggunakan sekitar 5% PV slug dari liquified
petroleum gas (LPG), seperti propan, dilanjutkan dengan gas alam atau gas dan air. Metode
kedua disebut daya dorong kondensat gas (enriched/condensing gasdrive), terdiri dari
penginjeksian 10 20% PV slug dari gas alam yang diperkaya dengan etana sampai heksana (C2
sampai C6), dilanjutkan dengan lean gas (kering, sebagian besar metana) dan, ada kemungkinan,
air. Komponen-komponen yang telah diperkaya ditransfer dari gas ke minyak. Metode ketiga
dan yang paling umum disebut daya dorong gas bertekanan tinggi (vaporizing gasdrive), terdiri
dari penginjeksian lean gas pada tekanan tinggi untuk menguapkan komponen C2 sampai C6 dari
minyak mentah yang dipindahkan. Kombinasi dari mekanisme kondensasi/penguapan ini juga
terjadi pada banyak kondisi reservoir meskipun kita biasanya berpikir bahwa satu proses lebih
dominan.

Mekanisme
Injeksi hidrokarbon-tercampur memperoleh minyak dengan :
a) membentuk pencampuran (pada daya dorong gas kondensasi dan penguapan).
b) meningkatkan volume minyak (swelling).
c) menurunkan viskositas minyak.
d) pemindahan gas tak tercampur, terutama meningkatkan gravity drainage dengan kondisi
reservoir yang tepat.

Batasan
Kedalaman minimum ditetapkan oleh tekanan yang diperlukan untuk menjaga pencampuran
yang terbentuk. Tekanan yang diperlukan berkisar dari sekitar 1,200 psi untuk proses LPG,
sampai 4,000 - 5,000 psi untuk daya dorong gas bertekanan tinggi, tergantung pada minyak-nya.
Formasi dengan kemiringan yang tidak terlalu curam sangat diinginkan untuk memungkinkan
beberapa stabilisasi gravitasi dari pemindahan, yang biasanya memiliki rasio mobilitas kurang
ideal.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 8 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

Permasalahan
Viscous fingering menyebabkan efisiensi penyapuan vertikal dan horisontal sangat kecil.
Dibutuhkan hidrokarbon yang cukup berharga dalam jumlah besar. Larutan dapat terjebak dan
tidak terambil pada metode LPG.

6.4. INJEKSI CO2

Deskripsi
Injeksi CO2 dilakukan dengan menginjeksikan CO2 dalam jumlah besar (30% atau lebih dari PV
hidrokarbon) ke dalam reservoir. Walaupun CO2 bukan kontak tercampur yang pertama dengan
minyak mentah, CO2 mengekstrak komponen ringan sampai menengah dari minyak, dan jika
tekanan cukup tinggi, membentuk pencampuran untuk memindahkan minyak mentah dari
reservoir (MMP). Pemindahan tak tercampur kurang efektif, tetapi dapat memperoleh minyak
lebih banyak daripada injeksi air. Pada kedalaman <1,800 ft, semua reservoir tidak memenuhi
kriteria pemilihan teknis baik untuk metode injeksi tercampur maupun tak tercampur dengan
CO2 superkritik.

Mekanisme
CO2 memperoleh minyak dengan :
a) Mengembangkan (swelling) minyak mentah (CO2 sangat mudah terlarut dalam minyak
bergravitasi tinggi).
b) menurunkan viskositas minyak (jauh lebih efektif dibanding N2 atau CH4).
c) menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan fasa CO2/minyak pada daerah hampir-
tercampur.
d) membentuk pencampuran bila tekanan cukup tinggi.

Batasan
Diperlukan sumber CO2 yang baik.

Permasalahan
Korosi dapat menyebabkan masalah, terutama bila terjadi breakthrough awal CO2 pada sumur
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 9 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

produksi.

Catatan : Seluruh reservoir minyak dengan gravity lebih besar dari 22 oAPI dapat memenuhi
kualifikasi untuk pemindahan tak tercampur pada tekanan kurang dari MMP. Pada umumnya,
perolehan minyak yang berkurang akan menjadi proporsional dengan perbedaan antara MMP
dan tekanan injeksi yang dicapai. (Keputusan kriteria ini telah dipilih untuk menyediakan batas
aman dari tepat 500 ft di atas kedalaman rekahan reservoir yang tipikal untuk tekanan
pencampuran yang dibutuhkan (MMP), dan sekitar 300 psia di atas tekanan kritik CO2 untuk
injeksi tak tercampur pada kedalaman yang dangkal. Temperatur reservoir diikutsertakan dan
diasumsikan dari kedalaman).

6.5. INJEKSI MICELLAR/POLYMER, ASP DAN ALKALI

Deskripsi
Injeksi micellar/polymer klasik terdiri dari penginjeksian suatu slug yang mengandung air,
surfaktan, polymer, elektrolit (garam), kadang suatu kosolven (alkohol), dan kemungkinan suatu
hidrokarbon (minyak). Ukuran slug biasanya 5 15% PV untuk sistem surfaktan konsentrasi
tinggi dan 15 - 50% PV untuk konsentrasi rendah. Slug surfaktan diikuti oleh air yang sudah
dicampur dengan polymer. Konsentrasi polymer biasanya berkisar dari 500 sampai 2,000 mg/L,
dan volume dari larutan polymer yang diinjeksikan bisa mencapai 50% PV atau lebih.

Injeksi ASP mirip dengan injeksi polymer, kecuali sebagian besar surfaktan digantikan dengan
alkali berbiaya rendah sehingga ukuran slug menjadi lebih besar dengan biaya keseluruhan lebih
rendah dan polymer biasanya tergabung dalam slug yang lebih besar dan cair. Untuk injeksi
alkali, sebagian besar air yang diinjeksikan telah ditreat dengan suatu alkali agent dengan
konsentrasi rendah dan surfaktan terbentuk di tempat dengan adanya interaksi dengan minyak
dan batuan. Pada masa ini (Mei 1997) tidak ada kegiatan injeksi alkali yang aktif.

Mekanisme
Seluruh metode injeksi surfaktan dan alkali memperoleh minyak dengan :
a) menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 10 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

b) kelarutan minyak pada beberapa sistem micellar.


c) emulsifikasi minyak dan air, terutama pada metode alkaline.
d) perubahan kebasahan (pada metode alkaline).
e) peningkatan mobilitas.

Batasan
Diinginkan suatu daerah penyapuan yang lebih dari 50% pada injeksi air. Lebih disukai formasi
yang relatif homogen. Anhidrit, gipsum atau lempung dalam jumlah besar tidak diinginkan.
Sistem yang tersedia menyediakan kelakuan yang optimum dari kondisi yang terbatas. Dengan
surfaktan komersial yang tersedia, klorida air formasi adalah < 20,000 ppm dan ion divalen (Ca++
dan Mg++) < 500 ppm.

Permasalahan
Sistem yang rumit dan mahal. Kemungkinan terjadi pemisahan kromatografik bahan-bahan
kimia dalam reservoir. Penyerapan surfaktan yang tinggi. Interaksi antara surfaktan dan polymer.
Degradasi bahan-bahan kimia pada temperatur yang tinggi.

6.6. INJEKSI POLYMER

Deskripsi
Tujuan dari injeksi polymer adalah untuk menyediakan efisiensi penyapuan pemindahan dan
volumetrik yang lebih baik selama injeksi air. Pada injeksi polymer, polymer tertentu dengan
berat molekul yang tinggi (umumnya polyacrylamide atau xanthan) dilarutkan dalam air yang
diinjeksikan untuk menurunkan mobilitas air. Digunakan konsentrasi polymer dari 250 sampai
2,000 mg/L; perlakuan ukuran yang layak membutuhkan 25 sampai 60% PV reservoir.

Mekanisme
Polymer memperbaiki perolehan dengan :
a) meningkatkan viskositas air.
b) menurunkan mobilitas air.
c) kontak dengan volume yang lebih besar di reservoir.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 11 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

Batasan/Permasalahan
Lihat Tabel 2.

6.7. PEMBAKARAN DI TEMPAT (IN-SITU COMBUSTION)

Deskripsi
Pembakaran di tempat atau injeksi api (fireflooding) melibatkan pembakaran dalam reservoir dan
penginjeksian udara untuk memungkinkan terbakarnya sebagian minyak mentah. Teknik yang
paling umum adalah pembakaran di depan (forward combustion) dimana reservoir dibakar
pada sumur injeksi dan udara diinjeksikan untuk meneruskan pembakaran ke arah depan sumur.
Salah satu variasi teknik ini adalah kombinasi dari forward combustion dan injeksi air
(COFCAW). Teknik kedua adalah pembakaran terbalik (reverse combustion) dimana api
dinyalakan di sumur yang pada akhirnya akan menjadi sumur produksi, dan udara yang
diinjeksikan diubah arahnya ke sumur yang berdekatan; bagaimanapun, tidak ada daerah
percobaan yang telah menyelesaikan reverse combustion ini.

Mekanisme
Pembakaran di tempat memperoleh minyak mentah dengan :
a) aplikasi panas yang ditransfer menurun secara konduksi dan konveksi sehingga menurunkan
viskositas minyak,
b) hasil dari destilasi uap dan pemecahan thermal yang dibawa ke depan untuk bercampur dan
meningkatkan minyak mentah,
c) membakar coke yang dihasilkan dari minyak berat,
d) tekanan disuplai ke reservoir dengan injeksi udara.

Batasan
Jika coke yang cukup tidak terendapkan dari minyak untuk dibakar, proses pembakaran tidak
akan bertahan; hal ini mencegah aplikasi untuk minyak parafinik bergravitasi tinggi. Jika coke
yang terendapkan terlalu banyak, peningkatan laju dari zona pembakaran akan menjadi lambat
dan jumlah udara yang diperlukan untuk mempertahankan pembakaran akan menjadi besar.
Saturasi dan porositas minyak harus tinggi untuk meminimalkan kehilangan panas ke batuan.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 12 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

Proses yang terjadi cenderung menyapu bagian atas dari reservoir sehingga efisiensi penyapuan
untuk formasi yang tebal sangat kecil.

Permasalahan
Rasio mobilitas yang berlawanan. Breakthrough awal dari front pembakaran (dan campuran gas
yang mengandung O2). Proses rumit yang memerlukan investasi besar dan sulit untuk dikontrol.
Flue gas yang terproduksi dapat menimbulkan masalah lingkungan. Masalah operasional, seperti
korosi berat yang terjadi karena air panas dengan pH rendah, emulsi minyak/air yang serius,
produksi pasir yang meningkat, endapan karbon atau lilin, dan kegagalan pipa pada sumur
produksi sebagai akibat dari temperatur yang sangat tinggi.

6.8. INJEKSI UAP

Deskripsi
Proses daya dorong uap atau injeksi uap melibatkan injeksi kontinu sekitar 80% kualitas uap
untuk memindahkan minyak mentah menuju sumur produksi. Praktek yang biasa adalah untuk
mendahulukan dan mengiringi daya dorong uap tersebut dengan stimulasi uap siklik dari sumur
produksi (disebut huff n puff).

Mekanisme
Uap memperoleh minyak mentah dengan :
a) memanaskan minyak mentah dan mengurangi viskositasnya,
b) menyediakan tekanan untuk mendorong minyak ke sumur produksi,
c) destilasi uap, terutama pada minyak mentah yang ringan.

Batasan
Saturasi minyak harus cukup tinggi dan tebal zone minyak harus lebih dari 20 ft untuk
meminimasi kehilangan panas ke formasi yang berdekatan. Minyak mentah yang lebih ringan
dan kurang kental dapat diinjeksi dengan uap, tapi biasanya tidak bila reservoir bereaksi pada
injeksi air yang umum. Injeksi uap terutama dapat diaplikasikan pada minyak kental dalam
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 13 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

batuan pasir yang luas dan memiliki permeabilitas tinggi atau pasir yang tidak terkonsolidasi.
Karena terjadi kehilangan panas yang berlebihan di lubang sumur, reservoir yang diinjeksi uap
harus sedangkal mungkin dan tekanan untuk laju injeksi secukupnya dapat dipertahankan.
Injeksi uap pada umumnya tidak dilakukan pada reservoir karbonat. Karena sekitar 1/3 minyak
tambahan yang diperoleh dikonsumsi untuk membentuk uap yang diperlukan, maka harga per
barrel minyak tambahan ini sangat tinggi. Diinginkan suatu harga persentase yang rendah dari
lempung yang sensitif terhadap air untuk proses injeksi yang baik.

6.9. INJEKSI MIKROBA

Deskripsi
Injeksi mikroba ke reservoir diharapakan dapat memproduksi asam dan surfaktan dari hasil
fermentasi bakteri tersebut. Mikroba yang akan diinjeksikan ke reservoir telah diseleksi dan diuji
laboratorium untuk memberikan hasil yang baik.

Mekanisme
Mikroba yang diinjeksikan diharapkan :
a) Memproduksi asam ; asam ini diharapkan dapat melarutkan matriks batuan sehingga dapat
menaikkan porositas dan permeabilitas batuan.
b) Memproduksi gas ; produksi gas yang diharapkan adalah CO2 dari hasil fermentasi dan
pengaruhnya dapat terjadi pada reservoir dengan skala yang luas.
c) Memproduksi pelarut; produksi pelarut (ethanol, butanol, acetone, dan isopropanol) oleh
mikroba bermanfaat selama proses MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery) sebab
senyawa tersebut bercampur (miscible) dengan minyak menurunkan viskositasnya dan
memperbaiki mobilitas.
d) Memproduksi surfaktan.
e) Penyumbatan selektif (selective plugging) ; penelitian laboratorium pada sistem reservoir
batuan pasir memperlihatkan bahwa microbial selective plugging secara teknis layak dan
dapat membelokkan aliran dari permeabilitas yang tinggi ke rendah. Selective plugging juga
dapat digunakan untuk memperbaiki waterflooding dengan membelokkan aliran dari
permeabilitas yang tinggi ke daerah yang memiliki permeabilitas rendah.
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 14 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

f) Memproduksi polimer ; polimer digunakan untuk mengurangi mobilitas fasa air dan dapat
mengontrol dengan cara menaikkan viskositas fasa air.

Batasan
Ada beberapa batasan dimana metode MEOR (Microbial Enhanced Oil Recovery) tidak efektif,
bahkan pada keadaan yang paling baik. Terdapat juga beberapa kemungkinan kegagalan pada
setiap penerapan enhanced oil recovery. Frekuensi keberhasilan mungkin lebih sedikit daripada
prosedur industri yang rutin karena teknik EOR yang digunakan pada sumur-sumur yang
berbeda hampir selalu dijalankan pada keadaaan yang berbeda pula. Beberapa masalah yang
mungkin terjadi adalah seperti di bawah ini :
a) Penyumbatan formasi.
b) Kondisi geologi yang tidak tepat umumnya (banyak patahan).
c) Sifat minyak mentah yang tidak tepat.
d) Kontaminasi mikroorganisme lain yan merugikan.
e) Tidak cukup nutrisi.
f) Kegagalan sistem biologi.

6.10. CONTOH SOAL


1. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 18 oAPI
Viskositas minyak = 15,000 cp
kh/ = 200 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 800 ft
Tebal lapisan = 200 ft
Temperatur = 110 oF
Saturasi minyak = 45 % PV
Permeabilitas = 2,500 mD
Tekanan Reservoir = 1,000 psi
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 15 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

Jenis batuan = batu pasir


Karakteristik air formasi
Kegaraman = 70,000 ppm

Ciri yang menonjol dari reservoir ini adalah relatif dangkal, minyak berat dan kental. Dari
Tabel 2 terlihat bahwa metode yang paling sesuai adalah Metode Termal - Injeksi Uap.

2. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 22 oAPI
Viskositas minyak = 2,500 cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 2,950 ft
Tebal lapisan = 100 ft
Temperatur = 160 oF
Porositas = 0.20
Permeabilitas = 100 mD
Tekanan Reservoir = 1,800 psi
So = 61 % PV
Jenis batuan = batu pasir
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 110,000 ppm

Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Metode Termal Pembakaran di tempat (In Situ Combustion).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 16 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

3. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 24 oAPI
Viskositas minyak = 10 cp
kh/ = 300 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 2,500 ft
Tebal lapisan = 50 ft
Temperatur = 150 oF
Permeabilitas = 60 mD
Tekanan Reservoir = 2,000 psi
So = 37 % PV
Jenis batuan = batu pasir
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 75,000 ppm

Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Metode Injeksi Surfactant - Alkali.

4. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 22 oAPI
Viskositas minyak = 5 cp
kh/ = 450 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 2,100 ft
Tebal lapisan = 75 ft
Temperatur = 135 oF
Permeabilitas = 30 mD
Tekanan Reservoir = 1,950 psi
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 17 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

So = 52 % PV
Jenis batuan = karbonat
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 65,000 ppm

Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Injeksi Polimer dan Surfactant - Alkali.

5. Dari suatu reservoir yang akan mengalami proses EOR, didapatkan data rata-rata sebagai
berikut :
Karakteristik fluida
Gravity minyak = 35 oAPI
Viskositas minyak = 2 cp
kh/ = 2,000 mD-ft/cp
Karakteristik reservoir
Kedalaman = 6,000 ft
Tebal lapisan = 100 ft
Temperatur = 210 oF
Porositas = 0.15
Permeabilitas = 40 mD
Tekanan Reservoir = 2,600 psi
So = 21 % PV
Jenis batuan = karbonat
Karakteristik air formasi
Kegaraman = 110,000 ppm

Dari Tabel l terlihat bahwa metode EOR yang cocok dilakukan pada reservoir ini adalah
Metode Pendesakan Dapat Campur Injeksi CO2.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.01
JUDUL : METODE EOR Halaman : 18 / 18
SUB JUDUL : Petunjuk Pemilihan Teknis Metode Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
EOR

7. TABEL YANG DIGUNAKAN

TABEL 1
KARAKTERISTIK INJEKSI CO2

Oil Gravity, oAPI Kedalaman harus lebih


besar dari (ft)
Untuk Injeksi CO2-
>40 2,500
Tercampur
32 s/d 39.9 2,800
28 s/d 31.9 3,300
22 s/d 27.9 4,000
Injeksi tercampur gagal,
<22 dianjurkan Injeksi tak
tercampur
Untuk Injeksi CO2-tak
tercampur (perolehan 13 s/d 21.9 1,800
minyak lebih kecil)
Seluruh reservoir gagal pada
<13
kedalaman berapa pun

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 1 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

PERAMALAN KINERJA INJEKSI AIR

1. TUJUAN

Meramalkan kinerja (performance) injeksi air (water-flood).

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Metode yang digunakan adalah Buckley-Leverett-Welge, Dykstra-Parson, dan Craig-Geffen-
Morse digunakan dalam perkiraan kinerja proses injeksi air.

2.2. PERSYARATAN
Ketiga metode ini berlaku untuk sistem linear yang horizontal. Reservoir yang diproduksikan
melalui beberapa titik serap sebagai hasil proses injeksi air perlu diubah geometrinya menjadi satu
atau lebih sistem linear.

3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE BUCKLEY - LEVERETT - WELGE
1. Bagilah reservoir atas beberapa sistem linear (lihat Gambar 1 sebagai contoh).
2. Siapkan data pendukung :
- Luas sistem linear ( A )
- Tebal lapisan ( h )
- Porositas ( )

- Permeabilitas formasi ( k )
- Saturasi air konat ( S wc )

- Saturasi minyak residu ( Sor )

- Viskositas minyak pada kondisi reservoir ( o )

- Viskositas air injeksi ( w )

- Faktor volume formasi pada saat injeksi akan dimulai ( Bo )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 2 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

- Kurva permeabilitas relatif ( k ro dan k rw )

3. Hitung fractional flow air ( f w ) dari persamaan :

1
fw = (1)
k
1 + w . ro
o k rw
Siapkan tabel berisikan permeabilitas relatif ( k ro , k rw ) dan fractional flow ( f w ) sebagai fungsi

dari air ( S w ).

4. Plot f w terhadap S w .

5. Tarik garis lurus dari S wc menyinggung kurva f w vs S w . Dari garis singgung ini diperoleh :

a. Titik singgung antara garis tersebut dengan kurva memberikan S w = S wbt

b. Titik potong antara garis. tersebut dengan garis f w = 1 menghasilkan saturasi air rata-rata

sistem pedesakan pada saat breakthrough ( S wbt )

Catatan :
Untuk S w dalam sistem yang lebih besar dari S wc , penarikan garis singgung diperlihatkan

pada Gambar 2.
6. Perolehan minyak pada saat breakthrough dapat dihitung dengan persamaan :

S S wi
N p = 7,758 A h wbt
STB (2)
Bo

7. Kinerja proses injeksi air setelah breakthrough, yang dinyatakan dalam N p , WOR dan qo

sebagai fungsi dari waktu, dapat dihitung mengikuti runtunan berikut ini :
a. Siapkan format tabel yang mencerminkan runtunan perhitungan.

Sw fw f w Qi Sw
S w

(1) (2) (3) (4) (5)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 3 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Catatan : S w merupakan saturasi pada titik serap/sumur produksi yang harganya dipilih

lebih besar dari S wbt .

b. f w ditentukan berdasarkan S w dengan meggunakan plot f w terhadap S w dari butir 4.

f w
c. di hitung dari kemiringan garis singgung titik-titik pada kurva fractional flow yang
S w
besarnya lebih besar dari S wbt (lihat Gambar 6 sebagai contoh).

1
d. Qi = (3)
f w S w

e. S w = S w + Qi (1 f w ) (4)

S S wi
f. N p = 7,758 Ah w
(5)
Bo

g. qo =
(1 f w ) iw (6)
Bo
f w Bo
h. WOR = (7)
1 f w Bw
i. Wi = 7,758 A h Qi (8)

Wi
j. t = (9)
iw

8. Plot S w , N p , Wi dan WOR terhadap waktu (t)

9. Penentuan perolehan maksimum dari proses injeksi air dalam reservoir minyak yang memiliki
distribusi harga permeabilitas dan mobilitas rasio (M) tidak sama dengan satu adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan waktu injeksi air akan berakhir, berdasarkan patokan harga f w , misalnya pada

saat water-cut = 98%, ( f w ) = 98%. Harga ini sebanding dengan WOR pada kondisi

reservoir :
fw
WOR = = 49
(1 f w )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 4 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

b. Tentukan S w pada saat f w = 0.98.

c. Tentukan harga Isi Minyak Awal di Tempat yang dikandung oleh 1 bbl volume pori-pori
(PV) total :
1 S wc
(OIP )i = S wi = (10)
Boi Boi

d. Tentukan Isi Minyak di tempat saat f w = 0.98 yang dikandung oleh 1 bbl volume pori-pori

(PV) total :

So 1 S w
= (11)
Bo Bo
e. Sisa minyak di daerah yang tidak terdorong air injeksi :
S oi 1 S wc
= (12)
Bo Bo
f. Tentukan Mobility Ratio :
k rw o
M = = (13)
w k ro

krw dibaca pada harga S wbt .

kro adalah harga permeabilitas minyak di depan front pendesak pada S w = S wc .


g. Tentukan V dari gambar distribusi permeabilitas (lihat Gambar 3 sebagai contoh) :

k k
V = (14)
k

h. Tentukan efisiensi Pendesakan Volumetris (VSE) :

1V 2 )
VSE = ( (15)
M
i. Sisa minyak pada saat f w = 0.98 per 1 bbl volume pori-pori total adalah :

So S
(OIP) a = VSE + (1 VSE ) oi (16)
Bo Boi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 5 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

j. Total Recovery :
(OIP) i (OIP ) a
RE = (17)
(OIP ) i
k. Akhirnya perolehan maksimum akibat injeksi air adalah :
(RE )ult = RE RF (18)

3.2. METODE DYKSTRA - PARSONS


1. Siapkan data pendukung :
- Luas sistem linear ( A )
- Tebal lapisan ( h )
- Porositas ( )
- Permeabilitas formasi (k)
- Saturasi minyak residu ( Sor )

- Saturasi air konat ( S wc )

- Viskositas minyak pada kondisi reservoir ( o )

- Viskositas air injeksi ( w )

- Distribusi permeabilitas
- Recovery Factor primer (RF)
- Faktor volume formasi awal ( Boi )

- Faktor volume formasi pada saat injeksi akan dimulai ( Bo )

- Kurva permeabilitas relatif ( k ro dan k rw )

2. Tentukan V dari gambar distribusi permeabilitas (lihat Gambar 3 sebagai contoh).

k k
V = (19)
k
3. Tentukan M (sama dengan langkah 9-f Metode Buckley Leverett - Welge) :
k rw o
M = = (20)
w k ro

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 6 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

krw dibaca pada harga S wbt .

kro adalah harga permeabilitas minyak di depan front pendesak pada S w = S wc .


4. Berdasarkan harga V dan M, gunakan Gambar 8, 9, 10 dan 11 untuk menentukan faktor
perolehan (R) sebagai fungsi WOR :
- Gambar 8 : R dihitung dari parameter : R (1 S w )

- Gambar 9 : R dihitung dari parameter : R (1 0.72 S w )

- Gambar 10 : R dihitung dari parameter : R (1 0.52 S w )

- Gambar 11 : R dihitung dari parameter : R (1 0.40 S w )

5. Buat Tabel WOR , R, dan N p , dimana :

7,758 A h ( S oi S or )
Np = R (21)
Bo
6. Menentukan perolehan maksimum
a. Plot WOR terhadap (R RF).
b. Tentukan harga WOR pada saat proyek injeksi air akan dihentikan (misalnya pada saat f w

= 0.98 dan WOR = 49).


c. Dari plot di langkah 6-a, baca harga Perolehan Maksimum pada harga WOR = 49.

3.3. METODE CRAIG-GEFFEN-MORSE


1. Siapkan data pendukung :
- Luas sistem ( A )
- Tebal lapisan ( h )
- Porositas ( )
- Permeabilitas formasi (k)
- Saturasi air konat ( S wc )

- Saturasi gas awal ( S gi )

- Viskositas minyak pada kondisi reservoir ( o )

- Viskositas air injeksi ( w )


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 7 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

- Distribusi permeabilitas
- Faktor volume formasi awal ( Boi )

- Faktor volume formasi pada saat Injeksi akan dimulai ( Bo )

- Kurva permeabilitas relatif ( k ro dan k rw )

2. Hitung fractional flow air f w (sama dengan langkah 3 Metode Buckley Leverett Welge).

3. Plot f w terhadap S w ( S w merupakan saturasi pada titik serap/sumur produksi yang harganya

dipilih lebih besar dari S wbt ).

4. Tarik garis lurus dari S w menyinggung kurva f w ( S w adalah titik perpotongan garis dengan

f w
f w = 1). merupakan kemiringan garis tersebut untuk tiap harga S w .
S w

f w
5. Plot vs S w .
S w

6. Hitung M S dari persamaan :

k rw

w S wbt
MS = (22)
k ro

o Swi
7. Hitung E Abt dari persamaan :

0.03170817 0.30222997
E Abt = 0.54602036 + + M
0.00509693M S (23)
MS e S
8. Hitung Volume Pori (VP) dari persamaan :
VP = 7,758 A h (24)
9. Siapkan format tabel dengan selang perhitungan dua bagian, yaitu: Wibt sampai Wi100 dan
Wi100 sampai (Wi)max.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 8 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Wi Wi EA Sw2 Np WOR t
Wi E A Q *i fo2 S w5
(bbl) Wibt (fraksi) (fraksi) (bbl) (bbl/bbl) (hari)

a. Hitung jumlah air yang dinjeksi pada saat breakthrough ( Wibt ) :

Wibt = E A bt ( S wbt S wi )VP (25)

b. (Wi )max dapat dihitung dari pergerakan frontal dengan asumsi Qi 2 = Qi 5 pada WOR
'
tertentu (misalnya 200), lalu pada f w tentukan S w 2 dan f sw 2 sehingga :

(Wi) max = (Qi ) max V p (26)

dimana (Qi )max = 1 f ( '


Sw2 )
c. Hitung Wi100 dengan menggunakan persamaan :
Wi100 = Wibt e (1 E Abt ) / 0.274 (27)

d. Tentukan Wi :

(
Wi = Wi sekarang Wibt ) (28)

e. Tentukan EA :

W
E A = E Abt + 0.633 log i (29)
Wibt
f. Tentukan E A :

E A = E A sekarang E A sebelumnya (30)

g. Tentukan Qi* :

Qi* untuk Wibt < Wi < Wi100 dihitung dengan persamaan :

Qi*
*
= 1 + a1e a1 [Ei(a 2 ) Ei (a1 )] (31)
Qibt
dimana :
*
Qibt = S wbt S wi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 9 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

a1 = 3.65 Ebt
W
a 2 = a1 + ln i
Wbt
Ei(x) adalah fungsi Ei dari nilai yang bersangkutan.
Qi* untuk Wi100 < Wi < Wimax dihitung dengan persamaan :

Wi Wi100
Qi* = Qi*100 + (32)
VP
dimana :
Qi*100 adalah harga Q* pada EA = 1
'
h. Tentukan f w :

' 1
fw = (33)
Qi*
i. Tentukan Sw2 (dari grafik langkah 5).
j. Tentukan fw2 untuk Sw2 (dari grafik langkah 3).
k. Tentukan fo2 :

f o 2 = 1 f w2 (34)

l. Tentukan S w5 :

S w5 = S w 2 + f o 2 Qi* (35)

10. Hitung jumlah pertambahan perolehan minyak :


N n + N ps N n + [ f o 2 (Wi N n )]
= (36)
Bo Bo
dimana :
[
N n = E A (S wbt S wi )V p ]

11. Hitung jumlah kumulatif perolehan minyak (Np) :


[(S wbt S wi ) E Abt ] S gi
Nilai I : (37)
Bo
Nilai selanjutnya : N p sekarang + jumlah kumulatif perolehan minyak sebelumnya.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 10 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

12. WOR dihitung dengan menggunakan persamaan :


(Wi N n ) f o 2 (Wi N n )
WOR = (38)
Nn
13. Lama waktu setelah injeksi (implementasi laju injeksi konstan)
Wi
t= (39)
iw
14. Slope plot Np vs waktu merupakan laju produksi minyak setelah fill up.
15. Tentukan laju injeksi dasar (base) dengan persamaan (implementasi beda tekanan sumur
injeksi dan sumur produksi dijaga konstan) :
3.541 k h P
i= (40)
d
ln 0.619
rw
dimana :
d = jarak dari sumur injeksi ke sumur produksi, ft (m),
rw = jari-jari efektif lubang sumur, ft
k = permeabilitas, darcy
h = tebal lapisan, ft
P = kehilangan tekanan antara sumur injeksi dan produksi, lb/in2
= viskositas, cp

16. Tentukan volume air injeksi yang diinginkan pada batas harga Wibt < Wi < (Wi)max

17. Tentukan efisiensi penyapuan :


a. Jika EA < EAbt , Mobility Ratio dihitung sama dengan langkah 6.
b. Jika breakthrough telah tercapai, tentukan E A berdasarkan langkah 9-e. Baca S w5 dari

tabulasi perhitungan dan baca Gambar 5 untuk menentukan (k rw )S w5


. Mobility Ratio

dihitung sama dengan langkah 6 dengan substitusi harga (k rw )S w 5 .

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 11 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

18. Korelasi rasio laju injeksi pemindahan ke laju injeksi pada satuan rasio mobilitas disebut
conductance ratio (Caudle dan Witte) yang ditentukan dengan persamaan :
i
= (41)
ib

19. Akhirnya laju alir injeksi :


i = ib (42)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 12 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Craig Jr., F. F. : The Reservoir Engineering Aspect of Waterf1ooding, SPE-Monogram Series,


SPE of AIME, Second Printing, 1971.
2. Donaldson, E. G., Chilingarian, G. V. dan Yen, T. F. : Enhanced Oil Recovery I, Elsevier,
1985.
3. Willhite, G. P. : Waterflooding, SPE Textbook series, SPE, 1986.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 13 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

5. DAFTAR SIMBOL

A = luas, acre
Boi = faktor volume formasi awal, RB/STB

Bo = faktor volume formasi saat mulai injeksi, RB/STB

EA = fraksi zona yang telah tersapu hingga saturasi air rata-rata S wbt

E Abt = efisiensi daerah penyapuan pada saat breakthrough, fraksi

fw = fractional flow air, fraksi

h = tebal formasi, ft
ib = laju injeksi dasar (base), bbl/hari

iw = laju injeksi air, bbl/hari

k = permeabilitas lapisan, md
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi

krw = permeabilitas relatif air, fraksi

M = mobility ratio, tak berdimensi


MS = mobility ratio dimana k rw dihitung pada saturasi air rata-rata di belakang front

(yang ditentukan dari solusi frontal lanjut)


Np = produksi minyak kumulatif sesudah breakthrough, STB

N pbt = produksi minyak kumulatif saat breakthrough, STB

Nn = pertambahan jumlah perolehan minyak dari zona penyapuan baru.

N ps = pertambahan jumlah perolehan minyak dari zona penyapuan sebelumnya

Qi* = jumlah volume pori yang kontak dengan air pada pola 5-titik, PV
*
Qibt = jumlah volume pori yang kontak dengan air saat breakthrough, PV

RF = faktor perolehan primer, fraksi


RE = faktor perolehan karena injeksi air
Sor = Saturasi minyak residu, fraksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 14 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Sw = saturasi air, fraksi

Sw = saturasi air rata-rata, fraksi

S w5 = saturasi air pada pola lima titik


S wc = saturasi air konat, fraksi

S wbt = saturasi rata-rata fasa pemindah pada breakthrough dalam injeksi linier seperti

yang telah terhitung dari solusi frontal lanjut.


S wi = saturasi minyak awal, fraksi

t = waktu, hari
V = permeability variation, tak berdimensi
= porositas, fraksi

o = viskositas minyak pada kondisi reservoir, cp

w = viskositas air injeksi, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 15 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
A. Metode Buckley Leverett
Metode yang dibicarakan disini hanya berlaku untuk pola pendesakan linier, sehingga pola
injeksi-produksi di reservoir harus dibagi atas beberapa sistem linier. Batasan metode ini
adalah :
- Terjadi front pendesak, di mana minyak mengalir di depan front. Air dan minyak mengalir
di belakang front.
- Reservoir merupakan lapisan tunggal yang homogen dan luas bidang aliran (cross-sectional
area) tetap.
- Terjadi aliran linier yang mantap (steady state). Hukum Darcy berlaku dimana laju injeksi
= laju produksi.
- Tidak ada saturasi gas di belakang front pendesak.
- Fractional flow fluida pendesak dan yang didesak setelah breakthrough (air injeksi mulai
terproduksi, tercermin dari lompatan harga WOR) merupakan fungsi M (mobility ratio).
Dengan anggapan bahwa tekanan kapiler diabaikan dan tidak ada efek gravitasi serta
lapisan horizontal, maka persamaan fractional flow dapat dituliskan sebagai berikut :
1
fw =
k .
1 + ro w
k rw . o

B. Metode Dykstra Parsons


Batasan metode ini sama seperti metode Buckley Leverett - Welge, tetapi dapat
dikembangkan untuk sistem reservoir berlapis dengan anggapan tidak ada komunikasi antar
lapisan.

Berdasarkan harga permeability variation (V) dan mobility ratio (M), Dykstra - Parsons
membuat hubungan antara WOR dan Recovery dari 40 contoh batuan inti dari California.

Gambar-Gambar 6,7,8,9 menunjukkan harga WOR = 1.5, 25 dan 100 sebagai fungsi V dan M.
Grafik ini dapat digunakan langsung untuk menentukan recovery dari injeksi air dengan
anggapan bahwa ulah aliran fluida di reservoir mengikuti sifat-sifat batuan reservoir
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 16 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

California tersebut.

C. Metode Craig - Geffen - Morse


Evaluasi dilakukan pada saat breakthrough dimana efisiensi penyapuan tiap kumulatif volume
air yang diinjeksikan diperkirakan dengan menggunakan korelasi empiris Craig et.al.

Variasi WOR setelah breakthrough diperkirakan dengan membagi dua region, yaitu: daerah
penyapuan yang baru dan setelahnya. Daerah penyapuan yang baru adalah daerah yang hanya
tersapu oleh fluida pendesak. Daerah sebelum penyapuan adalah seluruh daerah penyapuan di
reservoir dimana Sw > Swbt. Kinerja pada region ini mengasumsikan bahwa semua air yang
terproduksi adalah berasal dari region sebelumnya, sementara minyak diproduksi dari daerah
penyapuan baru dan sebelumnya.

6.2. CONTOH SOAL


6.2.1. Metode Buckley - Leverret - Welge
1. Diketahui :
Luas ( A ) = (300 1,000) ft
Tebal Lapisan ( h ) = 20 ft
Permeabilitas rata-rata (k) = 100 mD
Porositas ( ) = 0.15

Saturasi air konat ( S wc ) = 0.363

Viskositas minyak ( o ) = 2.0 cp

Viskositas air ( w ) = 1.0 cp

Faktor Volume Formasi sekarang ( Bo ) = 1.00 RB/STB

Saturasi minyak residu ( Sor ) = 0.205

Laju injeksi yang dilakukan = 338 bbl/hari


Kurva permeabilitas relatif (lihat Gambar 4)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 17 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

2. Menentukan fraksi aliran air f w tiap harga S w

Contoh untuk data S w = 0.440

1
fw = = 0.004 ,
0.605 1
1+
0.001 2
Hasil perhitungan untuk data selanjutnya ditabelkan sebagai berikut :

Tabulasi perhitungan Kurva Fractional Flow :

S atu rasi A ir P erm eab ilitas R elatif F rak si aliran air


(S w ) k rw k ro (fw )
0 .3 6 3 0 .0 0 0 1 .0 0 0 0 .0 0 0
0 .3 8 0 0 .0 0 0 0 .9 0 2 0 .0 0 0
0 .4 0 0 0 .0 0 0 0 .7 9 5 0 .0 0 0
0 .4 2 0 0 .0 0 0 0 .6 9 6 0 .0 0 1
0 .4 4 0 0 .0 0 1 0 .6 0 5 0 .0 0 4
0 .4 6 0 0 .0 0 3 0 .5 2 2 0 .0 1 1
0 .4 8 0 0 .0 0 6 0 .4 4 5 0 .0 2 6
0 .5 0 0 0 .0 1 1 0 .3 7 7 0 .0 5 5
0 .5 2 0 0 .0 1 8 0 .3 1 5 0 .1 0 3
0 .5 4 0 0 .0 2 8 0 .2 5 9 0 .1 7 9
0 .5 6 0 0 .0 4 2 0 .2 1 0 0 .2 8 5
0 .5 8 0 0 .0 6 0 0 .1 6 8 0 .4 1 8
0 .6 0 0 0 .0 8 4 0 .1 3 1 0 .5 6 2
0 .6 2 0 0 .1 1 3 0 .0 9 9 0 .6 9 6
0 .6 4 0 0 .1 4 9 0 .0 7 3 0 .8 0 5
0 .6 6 0 0 .1 9 4 0 .0 5 1 0 .8 8 4
0 .6 8 0 0 .2 4 7 0 .0 3 4 0 .9 3 6
0 .7 0 0 0 .3 1 0 0 .0 2 1 0 .9 6 8
0 .7 2 0 0 .3 8 4 0 .0 1 1 0 .9 8 5
0 .7 4 0 0 .4 7 0 0 .0 0 5 0 .9 9 5
0 .7 6 0 0 .5 7 0 0 .0 0 2 0 .9 9 9
0 .7 9 5 0 .7 8 0 0 .0 0 0 1 .0 0 0

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 18 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

3. Plot f w terhadap S w (Gambar 3).

Tarik garis lurus dari sumbu saturasi menyinggung kurva, untuk S wi = 0,363 dibaca

S wbt = 0,665 dan saturasi saat fraksi air (fw) = 1 dibaca S wbt = 0,7

4. Plot grafik f w terhadap S w saat mulai breakthrough dan setelahnya (Gambar 4). Tarik

garis lurus menyinggung kurva, titik singgung garis dengan kurva adalah harga S w dan

titik potong garis dengan fw = 1 adalah saturasi air rata-rata S w . Contoh untuk S w =

0,670 S w = 0.703 dan f w = 0.913

5. Perolehan minyak pada saat breakthrough adalah :

(300 )(20 )(1.000 )(0.15) cuft 0.7 0.363


N p = 7,758 = 54,016 STB
(5.615 cuft/bbl) 1
6. Kumulatif volume pori yang diinjeksikan :

S wbt = 0.665 (dari Gambar 3) dan fwbt = 0.899 dan S wbt = 0.7

maka, Qibt =
(0.7 0.665) = 0.347
(1 0.899)
7. Waktu penginjeksian untuk mencapai breakthrough, t :
Volume pori-pori :

Vp =
(300)(20)(1.000)(0.15) cuft = 160,285 bbl
(5.615 cuft/bbl)
maka, t =
(0.347 )(160,285) =164.3 hari
(338)
8. Kumulatif produksi minyak, Np :

Np =
(160,285)(0.7 0.363) = 54,016 bbl
1
9. Laju produksi minyak pada titik serap, q o :

qo =
(1 0)(338) = 338 bbl/hari
1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 19 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

10. Volume air tiap volume minyak yang terproduksi, WOR :


0.899
WOR = = 8.9
1 0.899

11. Tabulasi hasil hitungan selengkapnya sebagai berikut :

Sw S wbt fw Qi Waktu, t Np qo WOR


(fraksi PV) (hari) (STB) (bbl/hari) (bbl/STB)
0.363 0.536 0.000 0.173 82.0 27729 338.0 0.0
0.665 0.700 0.899 0.347 164.3 54016 34.1 8.9
0.670 0.703 0.913 0.379 179.9 54497 29.4 10.5
0.680 0.713 0.936 0.516 244.5 56100 21.6 14.6
0.690 0.721 0.953 0.660 312.8 57382 15.9 20.3
0.700 0.730 0.968 0.938 444.6 58825 10.8 30.3
0.710 0.736 0.977 1.130 536.1 59786 7.8 42.5
0.720 0.741 0.984 1.313 622.4 60588 5.4 61.5
0.730 0.750 0.990 2.000 948.4 62030 3.4 99.0
0.740 0.758 0.995 3.600 1707.2 63313 1.7 199.0
0.750 0.766 0.997 5.333 2529.2 64595 1.0 332.3

Perolehan maksimum akibat injeksi air adalah : 64,595 STB

6.2.2. Metode Craig - Geffen - Morse


1. Diketahui :
Luas ( A ) = 10 acre
Tebal Lapisan ( h ) = 20 ft
Permeabilitas rata-rata (k) = 100 mD
Porositas ( ) = 0.15

Saturasi air konat ( S wc ) = 0.363

Saturasi gas awal ( S gi ) = 0

Saturasi minyak residu ( Sor ) = 0.205

Viskositas minyak ( o ) = 2.0 cp


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 20 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Viskositas air ( w ) = 1.0 cp

Faktor Volume Formasi sekarang ( Bo ) = 1.0 RB/STB

Laju injeksi (iw) = 338 bbl/hari


Data permeabilitas relatif (Gambar 4.)

2. Tentukan fw (sama dengan langkah 3 Metode Buckley - Laverett - Welge).


3. Plot f w terhadap S w (sama dengan langkah 4 Metode Buckley - Laverett - Welge).

4. Tentukan S wbt dan S wbt ( sama dengan langkah 5 Metode Buckley - Laverett - Welge).

5. Mobilitas air untuk memindahkan minyak :


0.7 0.363
( S wbt ) = 0.7, maka S wD = = 0.78
1 0.205 0.363
krw = 0.78 (0.78)3.72 = 0.31

0.31 1
M _ = = 0.62
S
12
6. Efisiensi area penyapuan saat breakthrough ( E Abt ) :

0.03170817 0.30222997
E Abt = 0.54602036 + + 0.00509693 (0.62)
0.62 e 0.62
= 0.76
7. Volume pori ( V p )

V p = (10 acre)(43,560 sq.ft acre)(20 ft )(1 bbl 5.615 cu.ft )(0.15)


= 232,734 bbl
8. Volume air injeksi saat breakthrough ( Wibt ) :

Wibt = (0.76)(0.7 0.363)(232,734) = 59,431 bbl

9. (Wi )max dari pergerakan frontal dengan asumsi Qi 5 = Qi 2 pada WOR = 200, pada

f w 2 = 0.995, maka S w 2 = 0.74 dan f ' w 2 = 0.306, sehingga :

(Qi )max = (1 f ' sw 2 ) = (1 0.306) = 3.27

(Wi )max = (Qi )max .Vpori = (3.27 ) (232,734) = 761,039 bbl

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 21 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

(1 E Abt ) 0.274
10. Wi100 = Wibt e = 59,431 e (10.76 ) 0.274 = 144,265.78 bbl

11. Menghitung Qi* :

a. Selang Wibt < Wi < Wi100 menggunakan persamaan :

Qi*
*
= 1 + a1e a1 [Ei (a 2 ) Ei (a1 )]
Qibt
dimana :
a1 = 3.65 E Abt = 3.65 (0.76) = 2.774
a 2 = a1 + ln (Wi Wibt ) = 2.774 + ln (67,832 / 59,339)
= 2.774 + 0.2517 = 3.0257
Wibt 59,339.96
*
Qibt = = = 0.337
E Abt .V p (0.76 )(232,734 )

maka :

( )
Q * = 1 + 2.774e 2.774 [Ei(3.0257 ) Ei(2.774 )] 0.337 = 0.336

b. Selang Wi100 < Wi < Wimax menggunakan persamaan :

Wi Wi100 176,702.73 144,265.78


Qi* = Qi*100 + = 0.737 + = 1.015
Vpori 232,734

12. Wi = 68,658 59,409 = 9,249 bbl

13. E A = 0.76 + 0.633 log (1.16 ) = 0.80

14. E A = 0.80 0.76 = 0.04

' 1
15. f w = = 2.584
0.387
16. S w 2 = 0.6711 (dari grafik langkah 5).

17. f w 2 = 0.9154 untuk S w 2 = 0.6711 (dari grafik langkah 3).

18. f o 2 = 1 0.9154 = 0.085

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 22 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

19. Pertambahan produksi minyak :


Nn + N p 2,796 + [0.085 (9,249 2,796)]
= = 3,342 STB
Bo 1
dimana :
N n = [0.04 (0.6650 0.363) 232,734] = 2,796 bbl

20. Jumlah kumulatif perolehan minyak :

Nilai I :
[(0.6650 0.363) 0.76] 1 = 53,177 STB
1
Nilai selanjutnya : 3,342 + 53,177 = 56,519 STB

21. WOR dihitung dengan menggunakan persamaan :

WOR =
(9,249 2,796) 0.085 (9,249 2,796) = 1.8
2,796
22. Tentukan waktu setelah injeksi (implementasi laju injeksi konstan) :
68,658
t= = 203 hari
338
23. Laju produksi minyak setelah fill up adalah slope plot Np vs waktu yaitu, 48.2 STB/hari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 23 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

180000

160000

140000
yang diperoleh akibat injeksi, STB

120000
Kumulatif Minyak

y = 48.176x + 60319
100000

80000

60000

40000

20000

0
0 500 1000 1500 2000 2500

Waktu setelah injeksi, hari

24. Jika volume air yang diinginkan untuk injeksi diketahui (implementasi beda tekanan
konstan antara sumur produksi dan sumur injeksi ) sebesar 40,000 bbl dan 114,900 bbl,
perhitungan laju injeksi sebagai berikut :
a. Wi = 40,000 bbl

Wi 40,000
EA = = = 0.51
(
V p S bt S wi ) 232,734 (0.7 0.363)

E A < E Abt , maka mobilitas zona penyapuan adalah M s = 0.62

Dari Gambar 7, M s = 0.62 dan E A = 0.51 dibaca rasio konduktivitas = 0.84 .

Tentukan laju injeksi dasar (base) :


3.541(0.1)(20 )(500 )
ib = = 284.7 bbl/hari
466.7
2 ln 0.699
0.5

Laju alir untuk injeksi :


i = 284.7 0.84 = 239.1 bbl/hari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 24 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

b. Wi = 114,900 bbl

E A = 0.94 dari tabel tabulasi perhitungan. S w5 = 0.719 dan (k rw )S w5 = 0.376 .

Tentukan mobilitas rasio :


0.376 1
M sw5 = = 0.752
12
Dari Gambar 7, M sw5 = 0.752 dan E A = 0.94 dibaca rasio konduktivitas

= 0.80 .
Laju alir air untuk injeksi :
i = 284.7 0.80 = 227.7 bbl/hari

Tabulasi hasil perhitungan Metode Craig-Geffen-Morse

W i Wi E A S w2 S w5 WOR t
W i (bbl) W ibt EA Qi* (fraksi) f o2 N p (bbl) (bbl/bbl) (hari)
59409 0 1.0 0.76 0.000 0.336 0.665 0.101 0.699 53177.05 1.1 176
68658 9249 1.2 0.80 0.040 0.387 0.671 0.085 0.704 56518.65 1.8 203
77906 18497 1.3 0.83 0.035 0.435 0.675 0.076 0.708 60178.28 4.1 230
87155 27746 1.5 0.86 0.031 0.482 0.678 0.068 0.711 64097.15 6.1 258
96403 36994 1.6 0.89 0.028 0.527 0.681 0.062 0.714 68229.75 8.0 285
105652 46243 1.8 0.91 0.025 0.571 0.684 0.056 0.717 72510.22 9.8 313
114900 55491 1.9 0.94 0.023 0.614 0.687 0.052 0.719 76906.93 11.6 340
124149 64740 2.1 0.96 0.021 0.656 0.690 0.047 0.721 81396.31 13.4 367
133397 73988 2.2 0.98 0.020 0.697 0.692 0.044 0.723 85999.49 15.1 395
142645 83236 2.4 1.00 0.018 0.737 0.694 0.042 0.724 90710.30 16.7 422
175138 115729 2.9 1.00 0.003 0.876 0.698 0.034 0.729 94880.56 26.8 518
207630 148221 3.5 1.00 0.000 1.016 0.705 0.028 0.733 99019.73 34.8 614
240123 180714 4.0 1.00 0.000 1.156 0.712 0.022 0.737 102974.48 44.7 710
272615 213206 4.6 1.00 0.000 1.295 0.719 0.017 0.741 106511.00 59.3 807
305107 245698 5.1 1.00 0.000 1.435 0.722 0.015 0.743 110076.07 67.9 903
337600 278191 5.7 1.00 0.000 1.574 0.725 0.013 0.745 113720.41 75.3 999
370092 310683 6.2 1.00 0.000 1.714 0.727 0.012 0.747 117421.06 83.0 1095
402584 343175 6.8 1.00 0.000 1.854 0.728 0.011 0.749 121162.36 90.7 1191
435077 375668 7.3 1.00 0.000 1.993 0.730 0.010 0.750 124934.15 98.6 1287
467569 408160 7.9 1.00 0.000 2.133 0.731 0.009 0.751 128729.44 106.5 1383
500061 440652 8.4 1.00 0.000 2.273 0.733 0.009 0.752 132540.56 114.6 1479
532554 473145 9.0 1.00 0.000 2.412 0.734 0.008 0.753 136362.79 122.8 1576
565046 505637 9.5 1.00 0.000 2.552 0.735 0.008 0.754 140188.75 131.2 1672
597538 538129 10.1 1.00 0.000 2.691 0.736 0.007 0.755 144015.50 139.6 1768
630031 570622 10.6 1.00 0.000 2.831 0.737 0.007 0.756 147837.36 148.3 1864
662523 603114 11.2 1.00 0.000 2.971 0.737 0.006 0.756 151650.98 157.1 1960
695015 635606 11.7 1.00 0.000 3.11 0.738 0.006 0.757 155454.91 166.1 2056
727508 668099 12.2 1.00 0.000 3.25 0.739 0.006 0.757 159245.08 175.3 2152
760000 700591 12.8 1.00 0.000 3.389 0.739 0.005 0.757 163020.66 184.6 2249

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 25 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

6.3. GAMBAR GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Contoh Linierisasi Pola Injeksi Produksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 26 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 2. Hubungan terhadap S w dan Penarikan Garis Singgung untuk sistem S wi S wc

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 27 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 3. Contoh Permeability Variation pada kertas grafik probabilitas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 28 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 4. Kurva Permeabilitas Relatif

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 29 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

S w bt

1 .0

0 .9
fw b t

0 .8

0 .7
F ra k tio n a l F lo w ,

0 .6

0 .5

0 .4

0 .3

0 .2

0 .1

S w bt
0 .0
0 .0 0 .1 0 .2 0 .3 0 .4 0 .5 0 .6 0 .7 0 .8 0 .9 1 .0

S a tu ra si A ir, S w

Gambar 5. Kurva Fractional Flow

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 30 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 .0 0

0 .9 6

0 .9 2
F raktio na l F low ,

0 .8 8

0 .8 4

0 .8 0
0.6 4 0 .68 0.72 0.76

S atu rasi A ir, S w

Gambar 6. Kurva Fractional Flow setelah Breakthrough

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 31 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 7 Grafik Korelasi Conductance Ratio Pola 5 Titik

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 32 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 8. Permeability Variation vs Mobility Ratio untuk WOR = 1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 33 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 9. Permeability Variation vs Mobility Ratio untuk WOR = 5

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 34 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 10. Permeability Variation vs Mobility Ratio untuk WOR = 25

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.02
Halaman : 35 / 35
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Air

Gambar 11. Permeability Variation vs Mobility Ratio untuk WOR = 100

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 1 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

PERAMALAN KINERJA INJEKSI UAP

1. TUJUAN
Meramalkan produksi minyak yang akan diperoleh sejak diinjeksikan uap ke dalam suatu reservoir
minyak.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2.1. METODE
Peramalan Np terhadap waktu atau qo terhadap waktu dilakukan dengan metode analitis dari
Marx Langenheim, Jones, Farouq Ali, dan Miller Leung.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini digunakan untuk reservoir minyak yang mempunyai distribusi karakteristik batuan
dan fluida (porositas, permeabilitas, saturasi fluida) seragam dan menerus.

3. LANGKAH KERJA
3.1. METODE MARX - LANGENHEIM
1. Siapkan data pendukung :
- Kedalaman sampai puncak lapisan (Z)
- Porositas ()
- Permeabilitas (k)
- Temperatur Reservoir (Tr)
- Temperatur di Permukaan (Ts)
- Viskositas minyak pada kondisi reservoir (o)
- Tekanan reservoir (Pres)
- API gravity minyak (o)
- Ketebalan bersih (hp)
- Ketebalan kotor (hg)
- Saturasi minyak pada saat injeksi uap dilakukan (So)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 2 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

- Perolehan produksi primer (% IOIP)


- Tekanan injeksi uap di permukaan (Pinj)
- Luas reservoir yang akan diinjeksi (A)
- Saturasi air awal (Swi)
- Gradien geotermal (Gg)
- Konduktivitas panas batuan di atas dan di bawah formasi (Kob)
- Panas spesifik batuan formasi (Cf)
- Panas spesifik air (Cw)
- Panas spesifik minyak (Co)
- Kerapatan jenis batuan formasi (f)
- Kerapatan jenis air (w)
- Kualitas uap di permukaan (X)
- Kerapatan jenis minyak (o)
- Difusivitas termal lapisan atas dan lapisan bawah (D)
- Faktor Volume Formasi minyak (Bo)
- Saturasi gas (Sg)
- Saturasi minyak residu setelah injeksi uap (Sor)

2. Sediakan "Steam Table" di dalam satuan Inggris (British - Unit). Dianjurkan menggunakan
buku "Thermal Properties of Steam" karangan Keenam dan Keyes, John Wiley & Sons.
3. Tentukan laju injeksi (qsteam, B/D) dari persamaan berikut ini :
q steam = 3.8 10 6 khg ( Pinj Pres ) (1)

4. Berdasarkan harga Pinj, tentukan harga entalpi dari cairan jenuh, uap jenuh (Hs), t.emperatur uap
(Tsteam) dan entalpi dari Evaporated atau yang kurang (Hwv) dari "Steam Table".
5. Tentukan laju injeksi (qsteam, lb/hari)
350
q steam = q steam (2)
24
6. Dengan diketahui harga qsteam dan Pinj tentukan kehilangan panas (Hloss) setelah 1 tahun untuk
setiap kedalaman 100 ft dengan menggunakan Gambar 2.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 3 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

7. Tentukan entalpi di permukaan dari persamaan :


H = (1 X ) H w + XH s (3)

8. Tentukan panas yang hilang dari permukaan sampai kedalaman titik injeksi (Hloss, Btu/hr).
Z
H loss = q steam H H lossft (4)
100

9. Hitung kualitas uap di dasar sumur injeksi :


H loss
Xi = X (5)
q steam H wv

10. Tentukan input panas di permukaan (Hs, BTU/hr)


H s = H q steam (6)

11. Hitung masukan panas ke dalam formasi :


H o = H s H loss (7)

12. Produksi kumulatif minyak ditentukan berdasarkan persamaan :


As (t )hg ( S o S or )
Np = (8)
5.615Bo
dimana :
H o Mhg D x2 2x
As (t ) = e erfcx + 1 (9)
Tr )
2
4 K ob (Tsteam
M = (1 ) f C f + S w w C w + S o o C o (10)

Jika tidak diketahui, So dapat ditentukan dari persamaan

N p Bo
S o = (1 ) [1 S wc ] (11)
N Boi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 4 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

x2 2x
e erfcx + 1 dibaca dari kolom 3 Tabel 1 dimana :

2 K ob t 0.5
x= (12)
Mhg D

3.2. Metode Jones


1. Siapkan data pendukung :
- Kedalaman sampai puncak lapisan (Z)
- Permeabilitas (k)
- Temperatur di Permukaan (Ts)
- Viskositas minyak pada kondisi reservoir (o)
- Tekanan reservoir (Pres)
- API gravity minyak (o)
- Saturasi minyak pada saat injeksi uap dilakukan (So)
- Perolehan produksi primer (% IOIP)
- Tekanan injeksi uap di permukaan (Pinj)
- Luas reservoir yang akan diinjeksi (A) (acres)
- Saturasi air awal (Swi)
- Gradien geotermal (Gg)
- Konduktivitas panas batuan di atas dan di bawah formasi (Kob)
- Panas spesifik batuan formasi (Cf)
- Panas spesifik air (Cw)
- Panas spesifik minyak (Co)
- Kerapatan jenis batuan formasi (f)
- Kerapatan jenis air (w)
- Kualitas uap di permukaan (X)
- Kerapatan Jenis minyak (o)
- Difusivitas termal lapisan atas dan lapisan bawah (D)
- Faktor Volume Formasi minyak (Bo)
- Saturasi gas (Sg)
- Saturasi minyak awal (Soi)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 5 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

- Saturasi minyak residual (Sor)


- Injeksi uap kumulatif (Vs,inj)
- Porositas ()
- Tekanan injeksi uap yang digunakan pada ekstension laju alir-tekanan (P1 dan P2)
- Laju injeksi uap yang digunakan pada ekstension laju alir-tekanan (is1 dan is2)
- Laju injeksi uap (is)
dengan tambahan data yang perlu disesuaikan:
- Temperatur reservoir (Tr)
- Tebal bersih lapisan (hp)
- Tebal kotor lapisan (hg)
- Viskositas minyak pada kondisi awal reservoir (oi)
2. Lakukan perhitungan seperti pada langkah 3.1-3 s/d 12.
3. Volume minyak yang terproduksi karena pendesakan dapat ditentukan dengan persamaan :
0. 5
N p S oi
VoD = 1 (13)
N ( S oi S or )
dengan 0 VoD 1.0

4. Pori-pori awal yang terisi uap seperti air dihitung dengan persamaan :
2
5.62Vs ,inj
V pD = (14)
43,560 Ah pS g
dengan 0 VpD 1.0 dan VpD = 1.0 @ Sg = 0.

5. Ukuran zona uap tak berdimensi dihitung dengan persamaan :


2


As
AcD = 0.5
(15)
oi
A0.11 ln 100

dengan 0 AcD 1.0 dan AcD = 1.0 @ o 100 cp.

6. Laju minyak yang terdesak dapat dihitung dengan persamaan :


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 6 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

N dn N dn 1
q od = (16)
t
dimana:
N d = F 'os Vs , inj (17)

wC w h p
F ' os = S o (1 + hD ) E hs (18)
M 1 hg

M 1 = (1 ) R C R + f s (1 S or ) s C s + S or o C o + ( 1 f s )(1 S or ) w C w (19)

dengan:
R = 165 lbm/cuft
CR = 0.20 Btu/lbm-oF
Sor = 0.15
w = 62.4 lbm/cuft
Cs Cw = 1.0 Btu/lbm-oF
Co = 0.45 Btu/lbm-oF
s 0
fs = kualitas uap di dasar lubang

1 tD 1
E hs = (
tD
t t
e erfc t D + 2 t D / 1 D cD

)
1 + FhD
t t 3 tD
+ D cD
3
t t
e erfc t D D cD
3 t D



(20)
42,048K h t
tD = 2
(21)
hg M 1

K h = 1.04 1.30 + 0.28K R (1 S o ) (22)

dimana: KR = 2.75 Btu/ft-hr-oF @ 125 oF

t cD = 0.48 FhD
1.71
(23)

f s h fg
FhD = (24)
C w T
h fg = 865 0.207 Ps (25)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 7 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

Perhitungan Ps ada 2 cara, yaitu:


a. secara geometrik :
Ps = P1e m (is is1 ) (26)

ln( P2 / P1 )
m= (27)
(i s 2 i s1 )
b. secara linier :
Ps = P1 + m(i s i s1 ) (28)

P2 P1
m= (29)
i s 2 i s1

erfc t D = (0.254829592 K 0.284496736 K 2 + 1.421413741K 3 1.453152027 K 4


+ 1.061405429 K 5 )e t D
(30)
1
K= (31)
1 + 0.3275911 t D

7. Laju produksi minyak dihitung dengan persamaan :


q o = q od AcDVoDV pD (32)

8. Rasio kumulatif minyak yang terproduksi terhadap air setelah uap diinjeksikan dapat dihitung
menggunakan persamaan :

q t
t

= 0 o
Fos (33)
Vs ,inj

3.3. Metode Farouq Ali


1. Siapkan data-data sama dengan subbab 3.1 dan 3.2.
2. Ketebalan zona uap dapat dihitung dengan persamaan :
hst 0.5 AR h p (34)

dimana :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 8 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

1
(350)(144) st ist f st 2
AR = (35)
(6.328) ( o st ) st k st h p
2

st = Ps 0.9588 / 363.9 (36)

st = (0.2Ts + 82)10 4 (37)

3. Perhitungan waktu kritik menggunakan persamaan berikut ini :


M s 2hp 2
tc = t cD (38)
4 K h M ob
dimana:
1
e tcD erfc t cD = (39)
f sdh Lvdh
1+
C w (Ts TR )
dengan
Lvdh = 94(705 Ts ) 0.38 (40)

4. Volume pola injeksi dan volume zona uap pada saat breakthrough dihitung dengan persamaan :
VB = 43,560 Ahg (41)

VsBT = 43,560 AE A hst (42)

5. Pada suatu harga waktu t, volume zona uap dihitung dengan persamaan :
2
Qi hg M s F1
Vs (t ) = untuk t tc (43)
4k hob M ob [Ts TR ]
2
Qi hg M s F2
Vs (t ) = untuk t > tc (44)
4k hob M ob [Ts TR ]
dimana :
tD
F1 = e t D erfc t D + 2 t D / 1 (45)
1 + 0.85 t D

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 9 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

t D t cD (1 + f st Lv / c w (Ts TR ) ) +
1

F2 = F1 (46)
((t D t cD 3) / 3)e t D erfc t D (t D t cD ) / 3 t D

6. Harga konduktivitas termal dari cap rock dihitung menggunakan persamaan :


K h = 1.04 + 1.3 + 0.28 K R (1 S o ) (47)

dimana:
KR = 2.75 Btu/ft-hr-oF pada 120 oF

7. Kapasitas panas rata-rata dari zona uap (Ms) dihitung dengan persamaan :

M s = (1 ) R C R + f s (1 S or ) s C s + S or o C o + ( 1 f s )(1 S or ) w C w (48)

dimana:
R = 165 lbm/cuft
CR = 0.20 Btu/lbm-oF
Cs Cw = 1.0 Btu/lbm-oF
Co = 0.45 Btu/lbm-oF

8. Kapasitas panas dari cap atau base rock adalah :


Mob = RCR (49)

t
9. Harga e cD erfc t cD pada persamaan (39) diperoleh dari :

e tcD erfc t cD = 0.255 K 0.284 K 2 + 1.421K 3 1.453K 4 + 1.061K 5 (50)

dimana :
2
1
K 1
t cD = (51)
0.3276

10. Jadi, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh harga tc adalah sebagai berikut :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 10 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

t
(i) Hitung nilai dari e cD erfc t cD pada persamaan (39).

(ii) Selesaikan persamaan (50) untuk harga K.


(iii) Tentukan tcD dari persamaan (51).
(iv) Hitung tc dari persamaan (38).

11. Temperatur rata-rata dari formasi yang tidak tersapu dihitung dengan persamaan :
Qi t Vs (t )(Ts TR ) M s
Tavg = + TR (52)
2 M s [V B Vs (t )]
Persamaan ini hanya merupakan perkiraan dan digunakan untuk Tavg Ts. Jika Tavg > Ts, maka
Tavg diset sama dengan Ts untuk seluruh waktu di masa depan.

12. Menggunakan harga Tavg yang sudah dihitung pada langkah (11), hitung viskositas minyak dan
air sebagai berikut :

o = ae b /(T + 460 )
(53)
w = (1,776 T ) /( 26.5T 89)

13. Perhitungan krw dan kro adalah sebagai berikut :


2
k rw = 0.002167 S w* + 0.024167 S w* (54)

1.0808 0.13856
k ro = 0.9416 + (55)
S w* S w*
2

dengan kro = 1 jika S w* 0.2 .

14. Ketika Vs > VsBT, terdapat pilihan untuk memproduksi uap pada interval yang telah diberikan
atau menghentikan produksi. Farouq Ali menyarankan suatu perlakuan yang telah
disederhanakan, yang memberikan Vs(t) setelah breakthrough pada semua waktu (t) :

[
Vs (t ) = VsBT + Qi (t t BT ) 2 K h A(43,560) E A (Ts TR )( t t BT ) / ] (56)
/ M s (Ts Tavg )

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 11 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

15. Dengan asumsi bahwa reservoir dan formasi yang berdekatan memiliki sifat-sifat termal yang
sama, kehilangan panas di atas dan bawah daerah uap dihitung dengan persamaan :

t t BT
Qi = 4 K h A(43,560)(Ts TR ) (57)

16. Keseimbangan energi secara keseluruhan memberikan Qin Qout = Qaccumulation atau

t t BT
Qi t 4 K h A(43,560)(Ts TR ) = Vs M s (Ts TR ) (58)

17. Penyelesaian persamaan (58) untuk memperoleh Vs

t t BT
Qi t 4 K h A(43,560)(Ts TR )
Vs =
(59)
M s (Ts TR )
karena
Qi t BT = VsBT M s (Ts TR ) (60)

maka, diperoleh :
Qi t = Qi (t t BT ) + Qi t BT = Qi (t t BT ) + VsBT M s (Ts TR ) (61)

18. Substitusi persamaan (61) ke persamaan (59) menghasilkan :

[
Vs (t ) = VsBT + Qi (t t BT ) 4 K h A(43,560)(Ts TR ) (t t BT ) / ] (62)
/ M s (Ts TR )

19. Dari langkah waktu t [t(n) sampai t(n+1)], volume uap darimana minyak dan air dipindahkan
karena ekspansi dan pemindahan fluida dapat dihitung dengan persamaan :
( n +1)
V s = V s Vs
(n)
(63)

20. Laju pemindahan minyak, Qo, dihitung dengan persamaan :

Qo = V s ( S o S orst )
(n)
(64)

21. Laju pemindahan air, Qw, dihitung dengan persamaan :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 12 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

[
Qw = Vs S w( n ) (1 S st S orst ) ] (65)
= Vs ( S w( n ) 1 + S st + S orst )

22. Persamaan material balance secara menyeluruh untuk zona minyak-air antara t(n) dan t(n+1)
adalah sebagai berikut :
Untuk minyak :
[ ][
Qo qo t = V B Vs( n +1) S o( n +1) S o( n ) ] (66)

Diasumsikan VB Vs( n +1) = V B' , maka untuk air :

[
Qw q w t = V B' S w( n +1) S wn ]
[( ) (
= VB' 1 S o( n +1) S g 1 S o( n ) S g )] (67)
= V [S
B
' ( n)
o S o( n +1) ]

23. Dari persamaan (34) dan (35) kita mempunyai :


[
q o Qo VB' S o( n +1) S o( n )
=
]
[
q w Qw V B' S o( n ) S o( n +1) ] (68)

24. Dari persamaan aliran fraksional, kita dapat menulis


qw 1
fw = = (69)
qo + q w k
1 + ro w
k rw o
dan
q o k ro w
= =C (70)
q w k rw o

25. Substitusi persamaan (38) ke dalam persamaan (36) dan penyelesaian untuk S o( n +1) memberikan

Qo CQw
S o( n ) (1 + C ) +
VB'
S o( n +1) = (71)
1+ C

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 13 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

3.4. Metode Miller dan Leung


1. Data-data dan perhitungan yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada subbab 3.1 3.3
dengan beberapa modifikasi seperti yang akan dijabarkan pada langkah 2 dan seterusnya di
bawah ini.
2. Laju injeksi uap optimum dapat dihitung menggunakan persamaan :
Qi
i st = (72)
5.6146 w Lvdh t

3. Untuk memperhitungkan kenyataan bahwa laju injeksi uap seharusnya didasarkan pada air
dingin yang disuplai ke dalam generator uap, persamaan (72) menjadi :
Qi
ist =
[
5.6146 w h fs + f sdh Lvdh C w (TR 32) ] (73)

dimana jumlah panas yang diinjeksikan dihitung dengan menggunakan persamaan :

t
Qi = 4 K h A(Ts TR ) + Ahs M s (Ts TR ) (74)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 14 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Farouq Ali, S. M. : Steam Injection Theories A Unified Approach, paper SPE 10746,
dipresentasikan di California Regional Meeting of the SPE, San Francisco, March 24-26, 1982.
2. Marx, J. W. and Langenheim, R. H. : Reservoir Heating by Hot Fluid Injection, SPE Reprint
Series No. 7, hal 150-153.
3. Satter, A. : Heat Losses During Flow of Steam Down a Wellbore, SPE Reprint Series No. 10,
hal 55-61.
4. White, P. D. and Moss, J. T. : Thermal Recovery Method, Penn Well Publ. Co. Tulsa,
Oklahoma.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 15 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

5. DAFTAR SIMBOL

A = luas, Acres
AcD = ukuran zona uap tak berdimensi
Bo = faktor volume formasi minyak, STB/bbl
Boi = faktor volume formasi minyak awal, STB/bbl
Cf = panas spesifik batuan formasi, Btu/lb F
Ci = panas spesifik dari fasa i, Btu/lbm-oF
Co = panas spesifik minyak, Btu/lb F
Cw = panas spesifik air, Btu/lb F
EA = efisiensi penyapuan areal
EV = efisiensi penyapuan vertical
fcp = kondensat uap yang terproduksi, fraksi
fsdh = kualitas uap di dasar sumur, fraksi
Gg = gradien geotermal, F/ft
H = entalpi, Btu/lb
Hs = entalpi dari saturated vapor, Btu/lb
Hw = entalpi dari saturated liquid, Btu/lb
Hwv = entalpi dari Evaporated, Btu/lb
hfs = entalpi dari uap tersaturasi pada temperatur uap, Btu/lbm
hg = tebal kotor (net pay thickness), ft
hn = tebal zona bersih, ft
hp = tebal bersih (gross pay thickness), ft
hs = tebal zona uap, ft
ist = laju injeksi uap, cold water equivalent, BWPD
k = permeabilitas, md
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
krw = permeabilitas relatif air, fraksi
Kh = konduktivitas panas dari cap rock dan base rock, Btu/ft-hr-oF
Kob = konduktivitas panas batuan, Btu/hr-ft-F
Lvdh = panas laten dari uap, Btu/lb
Mob = kapasitas panas dari cap rock dan base rock, Btu/ft3-oF
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 16 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

Ms = kapasitas panas zona uap, Btu/ft3-oF


N = jumlah minyak awal di tempat (IOIP), STB
Nd = jumlah kumulatif minyak yang dipindahkan, bbl
Np = produksi minyak kumulatif, STB
P = tekanan, psi
Pinj = tekanan injeksi uap di permukaan, psi
Pres = tekanan reservoir, psi
qo = laju alir minyak, STB/D
qoi = laju alir minyak sebelum diinjeksi uap, STB/D
qw = laju produksi air, BWPD
Qi = laju injeksi panas, Btu/hr
Ql = kehilangan panas pada cap rock dan zona uap, Btu
Qo = laju pemindahan minyak, BOPD
Qw = laju pemindahan air, BWPD
Sg = saturasi gas, fraksi
So = saturasi minyak, fraksi
Soc = saturasi minyak zona kondensat, fraksi
Soi = saturasi minyak awal, fraksi
Sor = saturasi minyak residual, fraksi
Sorst = saturasi minyak residual injeksi uap, fraksi
Sos = saturasi minyak zona uap, fraksi
Sst = saturasi uap di zona uap, fraksi
Sw = saturasi air, fraksi
Sw* = (Sw-Swir)/(1-Swir-Sorw)
Swc = saturasi air konat, fraksi
Swir = saturasi air irreducible, fraksi
T = waktu, jam
tc = waktu kritik, jam
tcD = waktu kritik tak berdimensi
t = penambahan waktu, jam
tBT = waktu breakthrough uap, jam
T1,2 = temperatur pada kondisi 1 dan 2, oF
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 17 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

Tr = TR = temperatur reservoir, F
Ts = temperatur permukaan, F
VB = volume bulk dari pola, ft3
VB = VB Vs(n+1), ft3
VoD = produksi minyak yang terpindahkan, tak berdimensi
VpD = ruang pori mula-mula yang terisi uap sebagai air, tak berdimensi
Vs(t) = volume zona uap pada saat t, ft3
VsBT = volume zona uap pada saat breakthrough, ft3
X = kualitas uap, fraksi
x = parameter Marx-Langenheim
Z = kedalaman, ft

Huruf Yunani
D = difusivitas termal overburden dan underburden, ft2/hr
= porositas, fraksi
= konstanta (=3.14159)
o = viskositas minyak, cp
o = API gravity minyak, API
f = kerapatan jenis batuan reservoir, lb/Cu-ft
o = kerapatan jenis minyak, lb/Cu-ft
w = kerapatan jenis air, lb/Cu-ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 18 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

6. LAMPIRAN
6.1. Latar Belakang dan Rumus

Metode peramalan ulah injeksi uap yang dikembangkan oleh Marx dan Langenheim merupakan
metode yang sederhana dan praktis digunakan. Metode ini dikembangkan untuk proses injeksi uap
pada reservoir yang ideal (homogen, isotropis dan mempunyai karakteristik batuan dan fluida yang
seragam dan menerus).

Gambar 1 memperlihatkan distribusi temperatur berjarak radial dari sumur injeksi (garis tegas) dan
kemudian disederhanakan sebagai garis terputus-putus untuk mempermudah pengembangan
persamaan matematis.

Berdasarkan pola penyebaran panas seperti diperlihatkan pada Gambar l tersebut, produksi
kumulatif minyak yang diperoleh adalah :

As (t )hg ( S o S or )
Np = (1)
5.615Bo

dimana :
H o Mhg D x2 2x
As (t ) = e erfcx + 1 (2)
Tr )
2
4k ob (Tsteam
M = (1 ) f C f + S w w C w + S o o C o (3)

Harga fungsi erf di ruas kanan persamaan (2) dapat dilihat pada Tabel 1. Kehilangan panas dari
permukaan sampai kedalaman titik injeksi dapat diperkirakan menggunakan Gambar 2.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 19 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

6.2. Contoh Soal

Suatu reservoir dengan data di bawah ini merupakan calon untuk proyek injeksi uap. Perkirakanlah
laju produksi dan produksi kumulatif minyak yang diperoleh selama 10 tanun projek ini berjalan.
Kedalaman formasi (Z) = 700 ft
Porositas () = 0.35
Permeabilitas (k) = 7600 md
Temperatur reservoir (Tr) = 80 oF
Temperatur di permukaan (Ts) = 70 oF
Viskositas minyak pada Tr (o) = 4000 cp
Tekanan reservoir = 140 psi
API gravity minyak = 14 oAPI
Tebal bersih (hp) = 70 ft
Tebal kotor (hg) = 80 ft
Saturasi minyak awal (Soi) = 0.60
Perolehan produksi primer = 0.13
Tekanan injeksi uap di permukaan (Pinj) = 400 psi
Luas reservoir (A) = 60 acres
Saturasi air awal (Swi) = 0.40
Gradien geothermal (Gg) = 0.011
Konduktivitas panas batuan di atas dan bawah
Permukaan (kob) = 1.6 Btu/hr-ft
Panas spesifik batuan formasi (Cf) = 0.3 BTU/lb oF
Panas spesifik air (Cw) = 1.0 BTU/lb oF
Panas spesifik minyak (Co) = 0.5 BTU/lb oF
Kerapatan formasi (f) = 130 lb/ft3
Kerapatan jenis air (w) = 57 lb/ft3
Kerapatan jenis minyak (o) = 50 lb/ft3
Difusivitas termal overburden dan underburden (D) = 0.04 ft2/hr
Kualitas uap di permukaan (X) = 0.8
Faktor volume formasi minyak (Bo) = 1 STB/bbl

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 20 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

Saturasi gas (Sg) =0


Saturasi minyak tersisa setelah injeksi uap = 0.10

Penyelesaian :
q steam = 3.8 10 6 khg ( Pinj Pres )

q steam = 3.8 10 6 (7,600)(800)(400 140)


= 601 B/D

Dari steam table, pada Pinj = 400 psi didapat :


Hw = 424 BTU/lb
Hs = 1204.5 BTU/lb
Hwv = 781 BTU/lb
Tsteam = 444.59 oF

Laju injeksi (lb/hr) :


350
q steam = q steam ( B / D)
24
350
q steam = 601 = 8,765lb / hr
24

Dari Gambar 1 :
Dengan qsteam = 8,765 lb/hr dan Pinj = 400 psi diperoleh Hloss = 0.32 % dari panas input per 100 ft.

Entalpi di permukaan :
H = (1 X ) H w + XH s
H = (0.2)(424) + (0.8)(1,204.5) = 1,048.4 BTU / lb

Panas yang hilang dari permukaan sampai kedalaman Z,


Hloss (BTU/hr) = qsteam (lb/hr) H Hloss (Z/100)
= 8,765 1,048.4 0.0032 (700/100)
= 205,838.6 BTU/hr
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 21 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

Kualitas uap pada titik injeksi di formasi :


H loss
Xi = X
q steam H wv
205,838.6
X i = 0.8 = 0.77
(8,765) (781)
H s = H q steam (lb / hr )

H s = (1,048.4)(8,765) = 9,189,226 BTU / hr


Input panas di formasi :
H o = H s H loss

H o = 9,189,226 205,838.6 = 8,983,387 BTU / hr


Saturasi minyak pada saat dimulainya injeksi uap :

N p Bo
S o = (1 ) [1 S wc ]
N Boi

1
S o = (1 0.13) [1 0.4] = 0.52
1
Tentukan harga M :
M = (1 ) f C f + S w w C w + S o o C o

M = (1 0.35)(130)(0.3) + (0.48)(0.35)(57)(1) + (0.52)(0.35)(50)(0.5)


M = 39.5
Tentukan harga x :
2k ob t 0.5
x=
Mhg D

2(1.6)t 0.5
x= = 0.0051t 0.5
(39.5)(80) 0.04
Tentukan Np :
As (t )hg ( S o S or )
Np =
5.615Bo

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 22 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

As (t )(70)(0.35)(0.52 0.1)
Np = = 1.84 As (t )
5.615(1)
H o Mhg D x2 2x
As (t ) = e erfcx + 1
Tr )
2
4k ob (Tsteam

2 2x
As (t )(1.84) = 304,146.3e x erfcx + 1

2 2x
As (t ) = (1.84)(304,146.3) e x erfcx + 1

Buat tabel seperti berikut ini :


t x2 2x
x e erfcx + 1 Np (STB)
(tahun)
0.5 0.34 0.09157 51,245
1 0.48 0.16771 93,855
1.5 0.58 0.23133 129,459
2 0.68 0.30117 168,544
3 0.83 0.41549 232,520
4 0.95 0.51362 287,437
6 1.17 0.71003 397,354
8 1.35 0.91847 514,003
9 1.43 0.96611 540,663
10 1.51 1.01415 567,548

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 23 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

6.3. GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Distribusi radial temperatur sebagai akibat injeksi uap (garis tegas) dan
penyederhanaannya (garis putus-putus).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 24 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

Gambar 2. Panas yang hilang sebagai fungsi laju injeksi uap dan tekanan injeksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 25 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

TABEL 1

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 26 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

TABEL 1 (SAMBUNGAN)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 27 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

TABEL 1 (SAMBUNGAN)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR.08.03
Halaman : 28 / 28
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Uap

TABEL 1 (SAMBUNGAN)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 1/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

PERAMALAN KINERJA CYCLIC STEAM INJECTION

1. PENDAHULUAN

Cyclic steam injection merupakan salah satu yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan
minyak terutama pada reservoir yang mengandung minyak berat. Steam atau uap air diinjeksikan
dengan laju alir dan steam quality yang ditentukan. Begitu sampai di dasar sumur kualitas dan
temperatur dari steam tersebut akan berkurang karena adanya kehilangan panas. Setelah injeksi
dilakukan selama periode yang diinginkan, sumur ditutup dan membiarkan steam menembus lebih
jauh ke dalam reservoir dan memanasi fluida reservoir lebih lama. Periode ini disebut sebagai
soaking period. Kemudian sumur diproduksikan sampai laju alir yang ekonomis, dan proses injeksi-
soaking-produksi dapat diulang kembali.

Untuk meramalkan kinerja cyclic steam injection ini selama produksi digunakan beberapa teknik
yaitu thermal simulator, model analitik dan korelasi. Dalam bagian ini akan dibahas satu metode
analitik untuk meramalkan kinerja dari cyclic steam injection. Metode ini diambil dari studi yang
dilakukan oleh Gontijo dan Aziz.1 Sebagai tambahan referensi beberapa metode analitik lainnya
diberikan oleh Jones,2 Gozde et al.,3 Rivas dan Boccardo,4 Buitrago dan Boccardo,5 Tamim dan
Farouq Ali,6 dan Tamim dan Rahman.7

2. DESKRIPSI MODEL ANALITIK GONTJO DAN AZIZ

Asumsi dan batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:


pada kondisi awal, fluida di reservoir terdiri dari minyak dan air,
setelah periode injeksi steam menyebar di reservoir mengikuti bentuk kerucut terbalik,
tidak ada perpindahan panas dari steam ke reservoir selama proses injeksi,
minyak yang dimobilisasi oleh steam adalah lapisan tipis dibawah bidang kontak antara steam-
minyak,
panas menyebar dari zona steam ke zona minyak dengan proses konduksi,
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 2/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

begitu minyak diproduksi steam mengembang ke bagian bawah,


potensial yang menyebabkan pergerakan minyak adalah kombinasi dari pressure drop dan gaya
gravitasi,
penurunan tekanan (pressure drawdown) ditentukan oleh tekanan steam sesuai dengan temperatur
rata-rata di zona yang dipanaskan (heated zone).

Berdasarkan asumsi tersebut maka persamaan yang digunakan untuk menghitung laju alir minyak
adalah:

k oS o
q o = 1.87 R x (1)
mo o [ln (R x / rw ) 0.5]
dimana,

R x = Rh2 + ht2 (2)

S o = S oi S ors (3)

( p s p wf ) ht
= 144 + h (4)
o Rx
h = ht hst (5)

dimana:
hst = ketebalan zona steam, ft

ht = ketebalan formasi, ft

ko = permeabilitas efektif minyak, md

mo = memiliki harga 3 4

ps = tekanan steam, psia

p wf = tekanan alir dasar sumur, psia

qo = laju alir minyak, bbl/hari

Rh = jari-jari zona steam, ft

rw = jari-jari sumur, ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 3/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

S oi = saturasi minyak awal, fraksi

S ors = saturasi minyak sisa karena steam, fraksi


= porositas, fraksi

o = massa jenis minyak, lb/cuft

o = viskositas kinematik minyak, cs

Tekanan steam dapat dihitung berdasarkan pendekatan berikut ini.


4.4543
T
ps = s (6)
115.95
dimana:
Ts = temperatur steam, oF

2.1 Ketebalan Zona Steam


Persamaan di bawah ini digunakan untuk menghitung ketebalan zona steam, yaitu:
hst = 0.5ht ARD (7)

dimana ARD adalah parameter tak berdimensi.

(350)(144)q s st
ARD = (8)
6.326 ( o st )ht2 k st st
dimana:
hst = ketebalan zona steam, ft

k st = permeabilitas efektif steam, md

qs = laju injeksi steam, bbl/hari

st = viskositas steam, cp
st = massa jenis steam, lb/cuft

Viskositas dan massa jenis steam dapat dihitung dengan korelasi di bawah ini.

p s0.9588
st = (9)
363.9
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 4/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

st = 10 4 (0.2Ts + 82) (10)

2.2 Radius Zona Steam


Radius zona steam dihitung dengan persamaan 11.

Vs
Rh = (11)
hst
Sedangkan volume zona steam diperkirakan menggunakan persamaan 12.
(5.615)q s t inj w Qi + H last
Vst = (12)
(c )t (Ts TR )
dimana:
Vs = volume zona steam, cuft

Qi = jumlah panas yang diinjeksikan per satuan massa, Btu/lb

H last = jumlah panas yang tersisa dari siklus sebelumnya, Btu

Ts = temperatur steam, oF

TR = temperatur reservoir awal, oF

w = temperatur reservoir awal, oF


( C) t = kapasitas panas volumetrik, Btu/cuft.oF

Jumlah panas yang diinjeksikan per setiap satu massa steam adalah:
Qi = C w (Ts TR ) + Lvdh f sdh (13)

Panas jenis dari air adalah


hw (Ts ) hw (TR )
Cw = (14)
Ts TR
Enthalpi dapat dihitung menggunakan korelasi yang diberikan oleh Jones2 dan panas laten dihitung
menggunakan korelasi yang diberikan oleh Farouq Ali.8
1.24
T
hw = 68 s (15)
100

Lvdh = 94(705 Ts ) 0.38 (16)


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 5/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

Kapasitas panas volumetrik dihitung dengan persamaan berikut 17.


( C ) t = (1 ) M o + [(1 S wi ) M o + S wi M w ] (17)

dimana:
C w = kapasitas panas air, BTU/lb.oF

f sdh = kualitas steam, fraksi

hw (T) = enthalpi air, Btu/lb

Lvdh = panas laten, Btu/lb

M o = kapasitas panas volumetrik minyak, Btu/cuft.oF

M w = kapasitas panas volumetrik air, Btu/cuft.oF

2.3 Panas Tersisa di Reservoir


Sebelum siklus pertama dimulai, jumlah panas di reservoir dianggap nol. Setelah dilakukan siklus
injeksi panas di reservoir dihitung berdasarkan persamaan
H last = Vs ( C ) t (Tavg TR ) (18)

Temperatur rata-rata selama dihitung dengan persamaan Boberg dan Lantz.9


[
Tavg = TR + (Ts TR ) f HD fVD (1 f pD ) f pD ] (19)

Boberg dan Lantz menganggap bahwa volume zona steam berbentuk silinder sementar metode
Gontijo ini menganggap bahwa volume zona steam berbentuk kerucut yang terbalik, maka persamaan
19 merupakan persamaan pendekatan. fHD, fVD, dan fpD adalah parameter-parameter tidak berdimensi
dan didefinisikan oleh:

1
f HD = (20)
1 + 5t DH

(t t inj )
t DH = (21)
Rh2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 6/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

1
fVD = (22)
1 + 5t DH

4 (t t inj )
t DV = (23)
ht2
dimana:
t = waktu, hari
t inj = periode injeksi, hari

= difusifitas termal reservoir, ft2/hari

Sedangkan parameter tak berdimensi yang terakhir pada persamaan 19 menggambarkan energi yang
terambil bersama-sama dengan fluida yang diproduksikan dan didefinisikan oleh persamaan
t
1
2Qmax 0
f pD = Q p dt (24)

dimana Qmax adalah panas maksimum yang dapat diberikan ke dalam reservoir dan dihitung di akhir
periode soaking dengan persamaan

t soak
Qmax = H inj + H last Rh2 K R (Ts TR ) (25)

Jumlah panas yang diinjeksikan, Hinj, dihitung dengan persamaan
H inj = 350Qi q s t inj (26)

dimana:
H inj = jumlah panas yang diinjeksikan, Btu

K R = konduktivitas termal reservoir, Btu/ft.hari.oF


Qmax = panas maksimum yang dapat diberikan ke dalam reservoir, Btu

Q p = laju pengambilan panas oleh fluida yang diproduksi, Btu/hari

t soak = periode soaking, hari


Laju pengambilan panas oleh fluida yang diproduksi diberikan oleh persamaan
(
Q p = 5.615(qo M o + q w M w ) Tavg TR ) (27)

Kapasitas panas volumetrik minyak dan air dihitung dengan persamaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 7/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

M o = (3.065 + 0.00355T ) o (28)

M w = Cw w (29)

Sedangkan massa jenis minyak dan air pada temperatur tertentu dapat dihitung dengan persamaan
o = ostd 0.0214(T Tstd ) (30)

705 Tstd
w = wstd 11ln (31)
705 T
dimana:
Tstd = temperatur pada kondisi standard, oF

ostd = massa jenis minyak pada temperatur standard, lbm/cuft

wstd = massa jenis air pada temperatur standard, lbm/cuft

2.4 Viskositas dan Saturasi


Hubungan viskositas minyak dan tempertur perlu didapatkan dari hasil PVT sedangkan pengaruh
temperatur terhadap viskositas air dapat didekati dengan persamaan
1.14
T
w = 0.66 (32)
100
Setelah periode soaking dan sebelum produksi dimulai, fluida disekitar sumur yang mobile dianggap
hanyalah air:
S w = 1 S orw (33)

Setelah sumur diproduksikan, saturasi minyak dianggap bertambah dan saturasi air diberikan oleh
Wp
S w = S w ( S w S wi ) (34)
WIP
dimana Wp adalah produksi kumulatif air selama siklus (bbl) dan WIP adalah jumlah air yang mobile
pada saat awal siklus.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 8/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

3. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN KINERJA CYCLIC STEAM

Prosedur perhitungan dilakukan menurut urutan seperti berikut ini:


masukkan data input reservoir dan data operasi (lama siklusinjeksi-soaking-produksi, laju
injeksi, dan kualitas steam).
hitung sifat-sifat fluida, ketebalan zona steam, radius zona steam, volume zona steam, temperatur
serta saturasi pada permulaan siklus produksi.
hitung porduksi minyak dan air pada setiap time-step, hitung volume produksi dan bandingkan
dengan initial-fluid-in-place. Kemudian hitung temperatur rata-rata setiap time step.
pada akhir siklus produksi, hitung jumlah air dan panas yang tersisa di reservoir.
jika siklus injeksi-soaking-produksi lebih dari sekali maka ulangi langkah 3 dan selanjutnya.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.04
JUDUL : METODE EOR Halaman : 9/9
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Cyclic Steam Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Injection

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Gontijo, J.E. and Aziz, K.:A Simple Analytical Model for Simulating Heavy Oil Recovery by
Cyclic Steam in Pressure-Depleted Reservoirs, SPE 13037; Proceeding of The 59th Annual
Technical Conference and Exhibition, Houston, Texas, September 15-19, 1984.
2. Jones, J.:Cyclic Steam Reservoir Model for Viscous Oil, Pressure Depleted, Gravity Drainage
Reservoirs, SPE 6544; Proceeding of The 1977 California Regional Meeting of SPE AIME,
Bakersfield, California, April 13-15, 1977.
3. Gozde, S., Chhina, H.S., and Best, D.A.:An Analytical Cyclic Steam Stimulation Model for
Heavy Oil Reservoirs, SPE 18807; Proceeding of The SPE California Regional Meeting,
Bakersfield, California, April 5-7, 1989.
4. Rivas, O.R. and Boccardo, G.:Transient Analytical Modeling of Cyclic Steam Injection, SPE
27060; Proceeding of The Latin American Caribean Petroleum Engineering Conference, Buenos
Aires, Argentina, April 27-29, 1994.
5. Buitrago, S. and Boccardo, G.:Model for Predicting the Production Rate of Wells under Cyclic
Steam Injection Process, SPE 39029; Proceeding of The Latin American Caribean Petroleum
Engineering Conference and Exhibition, Rio de Janeiro, Brasil, 30 August 3 September, 1997.
6. Tamim, M. and Farouq Ali, S.M.:Optimization of Cyclic Steam Stimulation Using an Analytical
Model, SPE 39553; Proceeding and of The 1998 SPE India Oil and Gas Conference and
Exhibition, New Delhi, India, 17-19 February, 1998.
7. Tamim, M. and Rahman, M.:Analytical Modelling of Cyclic Steam Stimulation Using Pseudo-
Relative Permeability Function, SPE 53690; Proceeding of The 1999 SPE Latin American and
Caribean Petroleum Engineering Conference, Caracas, Venezuela, 21-23 April 1999.
8. Farouq Ali, S.M.:Steam Injection Theories A Unified Approach, SPE 10746; Proceeding of
The California Regional Meeting of the SPE, San Francisco, March 24-26, 1982.
9. Boberg, T.C. and Lantz, R.B.:Calculation of the Production Rate of a Thermally Stimulated
Well, JPT (Dec. 1966) 1613-1623.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 1 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

PERAMALAN KINERJA INJEKSI POLIMER

1. TUJUAN

Meramalkan kinerja (performance) injeksi polimer (polymer-flood).

2. METODE DAN PERSYARATAN

2.1. METODE
Metode grafis yang didasarkan pada metode Buckley Leverett digunakan dalam perkiraan
kinerja proses injeksi polimer.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini berlaku untuk sistim linear yang horizontal. Reservoir yang diproduksikan
melalui beberapa titik serap sebagai hasil proses injeksi air perlu dirubah geometrinya
menjadi satu atau lebih sistim linear.

3. LANGKAH KERJA

1. Bagilah reservoir atas beberapa sistim linear (lihat Gambar 1 sebagai contoh).
2. Siapkan data pendukung :
- Luas sistem linear (A)
- Tebal lapisan (h)
- Porositas ( )
- Permeabilitas formasi (k)
- Saturasi air konat (Swc)
- Viskositas minyak pada kondisi reservoir (o)
- Viskositas air injeksi (w)
- Distribusi permeabilitas
- Recovery Factor primer (RF)
- Faktor volume formasi awal (Boi)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 2 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

- Faktor volume formasi pada saat injeksi akan dimulai (Bo)


- Kurva permeabilitas relatif (kro dan krw sebelum dan sesudah penambahan
polimer)
- Tingkat adsorpsi polimer oleh batuan (b)
3. Hitung fractional flow air sebelum (fwb) dan sesudah penambahan polimer (fwa) dengan
persamaan :
1
fw = (1)
k
1 + w . ro
o k rw
Siapkan tabel berisikan fractional flow (fwa dan fwb), sebagai fungsi dari saturasi air (Sw).
4. Plot fwa dan fwb terhadap Sw seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.
5. Tarik garis lurus dari titik b pada sumbu Sw menyinggung kurva fwa. Dari garis singgung
ini diperoleh :
a. Titik singgung antara garis tersebut dengan kurva fwb memberikan Sw = Sa dan fw
= fa.
b. Titik potong antara garis tersebut dengan garis fw = 1 menghasilkan saturasi air

rata-rata sistim pedesakan pada saat polymer bank break-through ( S wbta ).


c. Titik potong antara garis tersebut dengan kurva fwa memberikan Sw = Sb dan fw =
fb.
6. Tarik garis lurus melalui titik (Swc,fwc) dan (Sb,fb). Perpotongan garis ini dengan garis fw =
1 menghasilkan saturasi air rata-rata sistim pedesakan pada saat connate water bank

break-through ( S wbtb ).
7. Jumlah larutan polimer yang diinjeksi dan perolehan minyak pada saat connate water
bank breakthrough dapat dihitung dengan persamaan:
S b S wi
Qi = , PV (2)
fb

S wbtb S wi
Np = ( ) , PV (3)
Bo
8. Jumlah larutan polimer yang diinjeksi dan perolehan minyak pada saat polymer bank
breakthrough dapat dihitung dengan persamaan:

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 3 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

Sa + b
Qi = , PV (4)
fa

S wbta S wi
Np = ( ) , PV (5)
Bo
9. Kinerja proses injeksi air setelah polimer break through, yang dinyatakan dalam Np,
WOR dan Wi sebagai fungsi dari waktu, dapat dihitung mengikuti runtunan berikut ini.
a. Siapkan format tabel yang mencerminkan runtunan perhitungan.
Sw* fw dfw/dsw Qi Sw

Catatan : Sw* merupakan saturasi pada titik serap yang harganya dipilih lebih besar dari
Swbta.
b. fw ditentukan berdasarkan Sw* dengan menggunakan plot fwa terhadap Sw.
df w
c. dihitung dari kemiringan garis singgung titik-titik pada kurva fractional
dS w
flow fwa yang besarnya lebih besar dari Swbt.
(lihat Gambar 3 sebagai contoh)
1
d. Qi = , PV (6)
df w / dS w

e. S w = S w * +Qi (1 f w ) (7)

S w S wi
f. Np = 7758 Ah ( ) (8)
Bo
f w Bo
g. WOR = (9)
(1 f w ) Bw

h. Wi = 7758 AhQi (10)

7758 AhWi
i. t= (11)
iw
10. Plot Np, Wi dan WOR terhadap waktu (t).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 4 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Willhite, G. P. : Waterf1ooding. SPE-Textbook Series, SPE of AIME, Vol. 3, 1986.


2. Patton, J.T., Coats, K.H. and Colegrove, G.T.:Prediction of Polymer Flood
Performance, JPT (March 1971), halaman 72-84.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 5 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

5. DAFTAR SIMBOL

A = luas, Acres
Boi = faktor volume formasi awal, RB/STB
Bo = faktor volume formasi saat mulai injeksi, RB/STB
b = tingkat adsorpsi polimer, Csmax/C0
C = konsentrasi polimer, gm/cc
C0 = konsentrasi polimer dalam larutan polimer yang diinjeksikan, gm/cc pori batuan.
Cs = konsentrasi polimer yang teradsorpsi, gm/cc pori batuan.
Csmax = konsentrasi polimer maksimum yang teradsorpsi, gm/cc pori batuan.
fw = fractional flow air, fraksi
h = tebal formasi, ft
iw = laju injeksi air, bbl/hari
k = permeabilitas lapisan, md
kro = permeabilitas relatif minyak, fraksi
krw = permeabilitas relatif air, fraksi
M = mobility ratio, tak berdimensi
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Sw = saturasi air, fraksi

Sw = saturasi air rata-rata, fraksi

S wbt = saturasi air pada saat breakthrough, fraksi


Swi = saturasi minyak awal, fraksi
Swc = saturasi air konat, fraksi
t = waktu, hari
u = kecepatan total volumetrik, cu ft/sq ft-D
Wi = kumulatif injeksi air, bbl
WOR = perbandingan minyak air, tak berdimensi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 6 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

6. LAMPIRAN

6.1. Latar Belakang dan Rumus

Model matematik untuk pendesakan secara linear oleh larutan polimer terdiri dari dua
persamaan kesetimbangan massa air dan polimer, yaitu:
f S
u = w (12)
x t
( fC ) ( S wC ) Cs
u = + (13)
x t t
Anggapan yang digunakan pada persamaan 12 dan 13 adalah sebagai berikut:
- Dispersi dianggap kecil.
- Kompresibilitas fluida dan batuan diabaikan.
- Proses pendesakan terjadi pada temperatur yang konstan.
- Adsorpsi terjadi secara instan saat terjadinya pendesakan minyak di reservoir.
- Air konnat terdesak secara sempurna tanpa adanya percampuran dengan larutan
polimer yang diinjeksikan.
- Viskositas larutan polimer merupakan fungsi dari konsentrasi polimer. Pengaruh
shear terhadap viskositas diabaikan.
- Viskositas larutan polimer merupakan fungsi dari konsentrasi polimer. Pengaruh
shear terhadap viskositas diabaikan.
- Pengaruh tekanan kapiler diabaikan.

Gambar 4 menunjukkan saturasi air dalam sistem linear selama pendesakan oleh larutan
polimer. Profil saturasi air menunjukkan dua lokasi yang diskontinyu pada xD1 dan xD2.
Titik xD1 bergerak dengan kecepatan
xD1 fa
= (14)
Qi Sa + b
Harga fa dan Sa ditunjukkan oleh Gambar 3. Connate water bank terbentuk di depan
larutan polimer. Connate water bank bergerak dengan kecepatan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 7 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

xD 2 fb
= (15)
Qi Sb S wi
Saturasi air yang lebih besar dari Sa bergerak dengan kecepatan

xD f
= (16)
Qi S S w S
w w

Dimana derivative df/dS diambil dari kurva fw larutan polimer.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 8 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

6.2. GAMBAR-GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Contoh linearisasi pola injeksi aliran

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 9 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

S wbtb S wbta
1

0.9

(S a ,f a )

0.8

0.7

(S b ,f b )
0.6
fw

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Sw

Gambar 2. Hubungan fw terhadap Sw tanpa dan dengan polimer

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 10 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

S wbta
1

fw
0.9

(S a ,f a )

0.8

0.7

0.6
fw

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

Sw*
0
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Sw

Gambar 3. Menentukan saturasi air rata-rata sistem setelah breakthrough

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.05
Halaman : 11 / 11
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Peramalan Kinerja Injeksi Polimer

Sw ZONA POLYMER

Swi
CONNATE WATER BANK

xD = x/L

Gambar 4. Profil saturasi air saat injeksi larutan polimer pada sistem linear

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 1 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

METODE EOR DENGAN INJEKSI CO2

1. TUJUAN

Meramalkan kinerja (performance) injeksi CO2 (CO2 - flood) dan membuat desain injeksi CO2.

2. METODE DAN PERSYARATAN

2.1. METODE
Desain yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak dengan menentukan
banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2 yang
akan diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N2, menentukan tekanan injeksi (di
permukaan) CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan formasi.

2.2. PERSYARATAN
Metode ini berlaku untuk sistim injeksi CO2 dan air secara simultan, injeksi slug CO2 dan
air secara bergantian, dan injeksi CO2 dengan pendorong gas N2.

3. LANGKAH KERJA

3.1. PROSEDUR PERHITUNGAN JUMLAH AIR YANG DIBUTUHKAN UNTUK


MENAIKKAN TEKANAN RESERVOIR
1. Tentukan harga MMP (Minimum Miscibility Pressure) dari percobaan.
2. Siapkan data pendukung :
- Faktor volume formasi minyak awal (Boi)
- Faktor volume formasi minyak pada saat injeksi akan dimulai (Bo)
- Faktor volume formasi gas awal (Bgi)
- Faktor volume formasi gas pada saat injeksi akan dimulai (Bg)
- Perbandingan kelarutan gas dalam minyak awal (Rsi)
- Perbandingan kelarutan gas dalam minyak pada saat injeksi akan dilakukan (Rs)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 2 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

- Produksi kumulatif minyak (Np)


- Recovery Factor primer (RF)
- Produksi kumulatif air (Wp)
- Laju alir produksi minyak saat injeksi akan dimulai (qo)
- Laju alir produksi air saat injeksi akan dimulai (qw)
- Perbandingan gas dan minyak (GOR)
3. Hitung jumlah fluida yang telah diproduksi (Fp) :
F p = V g V gs + W p bbl (1)

dimana :
V g = NBoi (N N p )Bo bbl (2)

Vg 1
V gs = bbl (3)
Bg (Rsi Rs ) / (Boi Bo )
4. Hitung jumlah fluida yang akan terproduksi selama proses menaikkan tekanan reservoir
(qf) :

( )
q f = q o Bo + q o GOR Rs B g + q w bbl/hari (4)

5. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir :


Fp
t pressurization = hari (5)
qi q f
6. Jumlah air yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
pendesakan CO2 dapat berlangsung adalah :
W = F p + (q f t pressurization ) bbl (6)

3.2. PERHITUNGAN JUMLAH CO2 YANG DIBUTUHKAN UNTUK INJEKSI


1. Asumsi yang digunakan adalah breakthrough time CO2 pada penyapuan CO2 di mixing
zone.
2. Siapkan data pendukung :
- Area (A)
- Tebal zona minyak (h)
- Porositas ( )
- Efisiensi penyapuan (Ea)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 3 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

- Efisiensi penyapuan secara vertikal (Ev)


- Saturasi minyak residual di zona penyapuan CO2 (Sor)
- Laju injeksi (qi)
3. Hitung waktu yang dibutuhkan front CO2 bergerak disepanjang reservoir (tCO2) :

(
t CO 2 = 6.7 10 8 ) AhE Eq (1 S ) detik
a v or
(7)
i

4. Hitung panjang daerah difusi CO2 (X) :

X = 3.625 (Dc o + Dnc ) t CO 2 .cm (8)

dimana :
Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak 3.5 10-5 cm2/s
Dn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 65 10-5 cm2/s
5. Hitung volume CO2 di zona difusi (Vd):
AX (7758)
Vd = bbl (9)
2
6. Jumlah CO2 yang dibutuhkan untuk melakukan pendesakan minyak adalah :
VCO 2 = Vd + Vs bbl (10)

dimana :
Vs = Volume CO2 dibelakang front, umumnya 5 10% dari PV (Pore Volume)

3.3. PERHITUNGAN TEKANAN INJEKSI CO2


1. Siapkan data pendukung :
- Temperatur reservoir (Tr)
- Temperatur permukaan (Ts)
- SG CO2
- Faktor deviasi CO2
- Kedalaman reservoir (D)
- Inside diameter tubing (d)
- Measured depth (MD)
- Kekasaran tubing (n)
- Viskositas CO2 (CO2)
2. Perhitungan tekanan statik yang dibutuhkan untuk menginjeksikan CO2 (Pts) adalah :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 4 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

0.01875SG (D )
Pws = Pts exp psia (11)
TZ
3. Perhitungan tekanan injeksi tubing CO2 (Ptf) adalah :

25(SG )q 2TZf (MD )[exp(S ) 1]


Pwf = Ptf exp(S ) +
2 2
psia (4)
Sd 5
dimana :
0.0375(SG )(TVD )
S=
TZ

1 n 21.25
= 1.14 2 log +
0.9
f d Ne
20011(SG )q
Ne =
co2 d

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 5 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Carcoana, A. : Applied Enhanced Oil Recovery. Prentice Hall, Englewood Cliff, New
Jersey, 1992.
2. Siregar, S. : Diktat Kuliah Pengenalan EOR, Jurusan Teknik Perminyakan Institut
Teknologi Bandung, 1995.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 6 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

5. DAFTAR SIMBOL

A = area, Acres
Boi = faktor volume formasi minyak awal, RB/STB
Bo = faktor volume formasi minyak saat mulai injeksi, RB/STB
Bgi = faktor volume formasi gas awal, cf/scf
Bo = faktor volume formasi gas saat mulai injeksi, cf/scf

Bo = faktor volume formasi minyak rata-rata, RB/STB

Boi + Bo
=
2
Bg = faktor volume formasi gas rata-rata, cf/scf

B gi + B g
=
2
D = kedalaman reservoir, ft
d = inside diameter tubing, inchi
Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak 3.5 10-5 cm2/s
Dn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 65 10-5 cm2/s
Ea = efisiensi areal penyapuan, tak bersatuan
Ea = efisiensi penyapuan vertikal, tak bersatuan
Fp = jumlah fluida yang telah diproduksi, bbl
F = faktor gesekan, tak berdimensi
GOR = perbandingan gas minyak, scf/stb
h = tebal formasi, ft
MD = measured depth, ft
N = jumlah volume minyak di tempat (IOIP), bbl
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Ptf = tekanan injeksi CO2 di tubing, psia
Ptf = tekanan statis injeksi CO2, psia
Pws = tekanan statis dasar sumur, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
qf = laju alir air yang diinjeksikan untuk menaikkan tekanan, bbl/hari

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 7 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

qi = laju injeksi, bbl/hari


qo = laju alir minyak, bbl/hari
qw = laju alir air, bbl/hari
RF = recovery factor, persen
Rsi = Perbandingan kelarutan gas dalam minyak awal, scf/bbl
Rs = Perbandingan kelarutan gas dalam minyak, scf/bbl
Sor = saturasi minyak residual, fraksi
t = waktu yang digunakan CO2 yang bergerak di reservoir, detik
co2 = viskositas CO2, cp
Vd = volume CO2 pada zona difusi, bbl
Vs = volume CO2 dibelakang front, bbl
Vg = volume minyak yang tersisa di pori batuan, bbl
Vgs = volume yang ditempati gas akibat kenaikan tekanan, bbl
Wp = kumulatif produksi air, bbl
W = jumlah air yang dinjeksikan untuk menaikkan tekanan, bbl
X = panjang zona diffusi CO2, ft
Z = faktor deviasi gas, tak bersatuan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 8 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

6. LAMPIRAN
6.1. Latar Belakang dan Rumus
CO2 termasuk zat tiga fasa (gas, cair, dan padat). Jika tekanan diturunkan sampai di
bawah tekanan saturasi akan berbentuk sebagai gas; berbentuk cairan pada tekanan di
atas 300 psia jika temperatur 0oF atau di bawahnya; sedangkan berbentuk padatan
(sebagai dry ice) jika temperatur sangat rendah (lihat gambar 1).

CO2 tidak berwarna, tidak berbau, tidak bercampur dengan fluida lain (inert), dan
merupakan gas yang tidak dapat terbakar (noncombustible gas). CO2 memiliki berat
molekul 44.01 g/mol, tekanan kritis 1073 psia, volume kritis 0.0237 cuft/lb, densitas
(0oF, 300 psia) 8.5 lb/gal, volume spesifik (14.7 psia, 60oF) 8.569 cuft/lb, dan panas
spesifik (liquid) pada 300 psia 0.5 Btu/lb-oF.

CO2 mudah larut dalam minyak bumi namun sulit larut pada air. Karena itu beberapa hal
yang penting dan berguna dalam proses EOR ketika minyak bumi terjenuhi oleh CO2
adalah :
1. Menurunkan viskositas minyak dan menaikkan viskositas air (Gambar 2).
2. Menaikkan volume minyak (swelling) dan menurunkan densitas minyak (Gambar 3
dan Gambar 4).
3. Memberikan efek pengasaman pada reservoir karbonat.
4. Membentuk fluida bercampur dengan minyak karena ekstraksi, penguapan, dan
pemindahan kromatografi, sehingga dapat bertindak sebagai solution gas drive
(gambar 6).

Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak dan membentuk
fluida baru yang lebih mudah didesak daripada minyak pada kondisi awal di reservoir.
Ada 4 jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2 :
1. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proses EOR.
2. Injeksi slug CO2, diikuti air.
3. Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
4. Injeksi CO2 dan air secara simultan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 9 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Injeksi CO2 dan air secara simultan terbukti merupakan mekanisme pendesakan yang
terbaik di antara keempat metode tersebut (oil recovery-nya sekitar 50%). Disusul
kemudian injeksi slug CO2 dan air secara bergantian. Injeksi langsung CO2 dan injeksi
slug CO2 diikuti sama buruknya dalam kemampuan mengambil minyak (sekitar 25%).

Agar tercapai pencampuran antara CO2 dengan minyak, maka tekanan di reservoir harus
melebihi MMP (Minimum Miscibility Pressure), harga MMP dapat diperoleh dari hasil
percobaan di laboratorium atau korelasi. Metode penentuan MMP antara lain :
1. Percobaan keseimbangan gaya berat (gravity-stable), percobaan ini dilakukan
dengan menginjeksikan CO2 dari atas ke bawah dengan laju yang kecil pada core
atau kolom batuan yang telah dijenuhi oleh minyak. Kemudian di plot antara
kenaikan tekanan seiring dengan perolehan minyak (Gambar 5).
2. Percobaan menggunakan slim tube, percobaan ini menggunakan slim tube yang telah
dijenuhi oleh minyak, kemudian diinjeksikan CO2 dengan laju yang kecil. Plot antara
tekanan injeksi dengan perolehan minyak dapat memberikan harga MMP (lihat
Gambar 7).
3. Pengamatan langsung pada pori batuan, percobaan ini cukup sulit karena
membutuhkan kecakapan dan pengalaman dari sang pengamat. Metode ini dilakukan
dengan mengamati perubahan warna ketika batuan di injeksikan CO2 pada berbagai
harga tekanan.
4. Korelasi, metode ini dikembangkan oleh Holm-Josenthal (1974) lalu disempurnakan
oleh Mungan (1981). Korelasi ini bergantung pada komposisi pentane dan fraksi
berat, serta temperatur reservoir. (lihat Gambar 8).

Sumber CO2 alami adalah yang terbaik, baik dari sumur yang memproduksi gas CO2
yang relatif murni atau dari pabrik yang mengolah gas hidrokarbon yang mengandung
banyak CO2 sebagai kontaminan. Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari
pembakaran batubara (coal-fired). Alternatif lain adalah gas yang dilepaskan dari pabrik
amoniak.

Desain yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak adalah menentukan
banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 10 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2 yang
akan diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N2, menentukan tekanan injeksi
(di permukaan) CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan formasi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 11 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

6.2. Contoh Soal


6.2.1. Perhitungan jumlah air yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir
sehingga terjadi pencampuran CO2
Suatu reservoir memiliki tekanan awal = 2143 psia setelah diproduksi selama
beberapa tahun tekanan reservoir turun hingga 1143 psia. Sementara MMP dari
hasil percobaan sebesar 2114 psia, hitung banyaknya air yang harus diinjeksikan
agar tekanan bisa melebihi MMP ? (laju alir air yang tersedia sebesar 12,580
bbl/hari)
Data Reservoir :
Boi = 1.53 bbl/STB
Bo = 1.33 bbl/STB (@ P = 1143 psia)
Bgi = 0.010 cf/scf
Bg = 0.014 cf/scf (@ P = 1143 psia)
Rsi = 778 scf/bbl
Rs = 522 scf/bbl (@ P = 1143 psia)
Data Produksi :
Np = 2.516 106 bbl
ER = 15% OOIP
Wp = 14 104 bbl
qo = 1352 STB/hari
GOR = 200 STB/bbl
qw = 126 bbl/hari
Penyelesaian :
Hitung jumlah fluida yang telah diproduksi (Fp) :
F p = V g V gs + W p bbl (1)

dimana :
V g = NBoi (N N p )Bo bbl (2)

2.516 10 6 2.516 10 6
V g = bbl 1.53 bbl 2.516 10 6 bbl 1.33
0.15 0.15

V g = 6.7 10 6 bbl

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 12 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Vg 1
V gs = bbl (3)
Bg (Rsi Rs ) / (Boi Bo )
6.7 10 6 bbl 5.615scf / bbl
V gs = = 2.1 10 6 bbl
0.014 (778 522)scf / bbl
(1.53 1.33)
F p = 6.7 10 6 2.1 10 6 + 14 10 4 = 4.74 10 6 bbl
Hitung jumlah fluida yang akan terproduksi selama proses menaikkan tekanan
reservoir (qf) :

( )
q f = q o Bo + q o GOR Rs B g + q w bbl/hari (4)

650
q f = (1352 1.43) + 1352 200 0.011 + 126
5.615
q f = 3312 bbl/hari
Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir :
Fp
t pressurization = hari (5)
qi q f

4.74 10 6
t pressurization = = 511 hari
12580 3312
Jumlah air yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses
pendesakan CO2 dapat berlangsung adalah :
W = F p + (q f t pressurization ) bbl (6)

W = 4.74 10 6 + (3312 511) = 6.433 10 6 bbl

6.2.2. Perhitungan CO2 yang dibutuhkan untuk injeksi


Hitung jumlah total CO2 yang dibutuhkan untuk injeksi ke reservoir pinnacle
reef yang membutuhkan pendesakan vertikal, kebawah dan stabilasi secara
gravity, dan injeksi CO2 didorong dengan nitrogen (N2) ?
Data :
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 13 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

A = 40 acre
h = 300 ft
= 0.09
Ea = 0.1
Ev = 0.8
Sor = 0.05 Pore Volume (@ swept zone)
qi = 4000 bbl/hari
Penyelesaian :
Hitung waktu yang dibutuhkan front CO2 bergerak disepanjang reservoir (tCO2) :

(
t CO 2 = 6.7 10 8 ) AhE Eq (1 S ) detik
a v or
(7)
i

1 0.8(1 0.05)
(
t CO 2 = 6.7 10 8 ) 40 300 0.094000
t CO 2 = 137.49 10 6 detik
Hitung panjang daerah difusi CO2 (X) :

X = 3.625 (Dc o + Dnc ) t CO 2 .cm (8)

( )
X = 3.625 3.5 10 5 + 65 10 5 137.49 10 6 = 1337cm 43.9 ft
dimana :
Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak 3.5 10-5 cm2/s
Dn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 65 10-5 cm2/s
Hitung volume CO2 di zona difusi (Vd):
AX (7758)
Vd = bbl (9)
2
40 0.09 43.9(7758)
Vd = = 613,037bbl (7.37% PV )
2
Jumlah CO2 yang dibutuhkan untuk melakukan pendesakan minyak adalah :
VCO 2 = Vd + Vs bbl (10)

VCO 2 = 613,037 + (0.075 40 300 0.09 7758) = 1.24 10 6 bbl


dimana :
Vs = 7.5 % PV

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 14 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

6.2.3. Perhitungan tekanan injeksi CO2


A. Perhitungan tekanan statis CO2 di kepala sumur
Hitung tekanan statis CO2 di kepala sumur dimana tekanan statis di bawah
sumur untuk pencampuran (MMP) adalah 2114 psia ?
Data :
TR = 170 oF
Ts = 70 oF
SGCO2 = 1.529 (udara = 1)
ZCO2 = 0.56
D = 4264 ft
Penyelesaian :
Perhitungan tekanan statik yang dibutuhkan untuk menginjeksikan CO2 (Pts)
adalah :

0.01875SG (D )
Pws = Pts exp psia (11)
TZ
(0.01875)(1.529)(4264)
2114 = Pts exp
(170 + 410)(0.56)
Pts = 1451 psia
Jadi tekanan yang dibutuhan untuk menginjeksikan kolom gas CO2 dalam
kondisi P dan T diatas adalah : 2114 1451 = 663 psia

B. Perhitungan tekanan injeksi tubing CO2


Hitung tekanan injeksi tubing CO2 dimana tekanan injeksi di bawah sumur
adalah 2300 psia, laju injeksi CO2 sebesar 1 MMscf/hari tiap sumur ?
Data :
d = 2.441 inchi
MD=TVD = 4264 ft
n = 5 10-4 inchi
co2 = 0.05 cp
SGCO2 = 1.529

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 15 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

ZCO2 = 0.56
TR = 170 oF
Penyelesaian :

25(SG )q 2TZf (MD )[exp(S ) 1]


Pwf = Ptf exp(S ) +
2 2
psia (4)
Sd 5
dimana :
0.0375(SG )(TVD )
S=
TZ
0.0375(1.529 )(4264)
S= = 0.7527
(170 + 410)(0.56)
20011(SG )q
Ne =
co2 d

20011(1.529 )1
Ne = = 250,691
0.05(2.441)
1 n 21.25
= 1.14 2 log + 0.9
f d Ne

1 5 10 4 21.25
= 1.14 2 log +

2.441 (250,691)
0.9
f
f = 0.01379

25(SG )q 2TZf (MD )[exp(S ) 1]


Pwf = Ptf exp(S ) +
2 2

Sd 5

(2300)2 = Ptf 2 2.1227 + 25(1.529)1 (170 + 410)0.56(0.01379


2
)(4264)[2.1227 1]
0.7527(2.441)
5

Ptf = 1577 psia

dengan harga Ptf = 1577 psia, laju alir CO2 = 1 MMscf/hari dan SGCO2 = 1.529,
dan mengetahui kehilangan tekanan di flow line dan choke maka kebutuhan HP
kompresor untuk menginjeksikan CO2 dapat diperkirakan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 16 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

6.3. GAMBAR YANG DIGUNAKAN

Gambar 1. Diagram Fasa CO2

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 17 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Gambar 2. Penurunan viskositas versus tekanan saturasi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 18 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Gambar 3. Volume minyak relatif versus tekanan pada 144 oF

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 19 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Gambar 4. Faktor pengembangan pada minyak

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 20 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Gambar 5. Penentuan MMP dari hasil percobaan gravity-stable

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 21 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Gambar 6. diagram pseudotenary proses penguapan secara gas drive oleh CO2

Gambar 7. Hasil percobaan penentuan MMP dengan menggunakan slim tube

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.06
Halaman : 22 / 22
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Metode EOR Dengan Injeksi CO2

Gambar 8. Penentuan MMP dengan menggunakan korelasi (Holm dan Josendal, 1974, dan
Mungan, 1981)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 1 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

MONITORING KINERJA WATERFLOOD

1. TUJUAN

Memperoleh kesuksesan dalam operasi waterflood dengan melakukan monitoring (pengawasan)


terhadap sumur injeksi dan sumur produksi menggunakan data-data di bawah ini yang dapat diperoleh
dari uji sumur produksi/injeksi :
1. permeabilitas formasi
2. kontinuitas antar sumur (interwell continuity), seperti : patahan, rekahan, barriers, dan lain-lain
3. profil tekanan antar sumur dari data tekanan sumur
4. evaluasi dari kerusakan formasi
5. integritas lubang sumur (kebocoran casing/tubing)
6. sifat-sifat fluida
7. evaluasi post-treatment
8. data untuk mengevaluasi efisiensi pembanjiran (flood efficiency)

2. SUMUR INJEKSI

Kinerja sumur injeksi harus dioptimalkan agar kinerja waterflood dapat dimaksimalkan. Beberapa
pertimbangan yang diperlukan adalah menyetel tekanan dan laju alir sumur injeksi.
Pengawasan sumur injeksi meliputi analisa laju alir dan tekanan menggunakan teknik plotting
pengawasan. Log injeksi dan cased hole digunakan untuk menyediakan informasi mengenai kinerja
dan kondisi mekanis sumur.
Skema dari sistemasi analisis sumur injeksi ditunjukkan pada Gambar 1. Flow chart tersebut tidak
dapat diasumsikan telah mewakili seluruh proyek waterflood karena setiap lapangan memiliki
persyaratan yang spesifik dan unik untuk pengujian dan analisisnya, untuk memastikan produksi yang
optimal.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 2 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 3 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Survei tentang integritas mekanik dari setiap sumur harus sudah dilakukan sebelum mengubah
sumur menjadi sumur injeksi. Tingkat pelayanan dari seluruh komponen kepala sumur, tubing dan
casing harus dievaluasi untuk memastikan bahwa sumur memenuhi syarat untuk melaksanakan
waterflood. Masalah fill, junk, korosi dan scale harus diidentifikasikan. Ada kemungkinan diperlukan
workover atau dilakukan pekerjaan pemeliharaan dalam rangka perbaikan pada beberapa sumur
sebelum dilakukan flooding. Rekomplesi, plugbacks, deepenings, reperforasi, squeeze cementing dan
clean-outs perlu diselesaikan.
Sejarah stimulasi dari setiap sumur harus direview. Potensi untuk dilakukannya stimulasi di masa
mendatang harus dipertimbangkan. Jika kapasitas injeksi membutuhkan fill-up saturasi gas dan
pelaksanaan proses pemindahan dipertanyakan, maka ada kemungkinan dibutuhkan stimulasi. Jika
stimulasi perekahan hidraulik direkomendasikan, desain panjang dan arah rekahan harus
mempertimbangkan ukuran pola (well spacing), geometri dan arah. Stratifikasi vertikal dari reservoir
mengakibatkan perlunya kontrol terhadap perpanjangan vertikal dari rekahan dan memastikan bahwa
fluida injeksi hanya memasuki formasi yang menjadi target.

2.1. PERTIMBANGAN OPERASIONAL


Pertanyaan pertama yang muncul saat akan dilakukan injeksi air di sumur adalah berapa
laju dan tekanan injeksi yang harus dilakukan. Sekilas, mudah saja untuk mengasumsikan bahwa
laju injeksi yang paling besar merupakan yang terbaik karena semakin tinggi laju injeksi
mengacu pada semakin cepat terjadi fill-up dan lebih besar throughput. Sesungguhnya, untuk
melakukan injeksi pada laju maksimum, tekanan maksimum yang tersedia dari pompa injeksi
dapat digunakan. Tetapi tidak selalu mungkin atau bijaksana untuk melakukan hal tersebut.
Beberapa pertimbangan harus dilakukan dalam memutuskan bagaimana mengoperasikan proses
injeksi dari waterflood.
Ada keyakinan yang telah diketahui secara luas bahwa adanya rekahan akan menurunkan
daerah penyapuan secara universal karena terbentuknya channels dengan konduktivitas tinggi
antara injektor dan produsen. Juga diyakini bahwa injeksi yang dilakukan di atas harga tekanan
daerah formasi akan menurunkan efisiensi penyapuan vertikal karena fluida injeksi dapat masuk
ke dalam formasi yang tidak seharusnya. Pada kondisi tertentu asumsi ini benar, tetapi tidak
selalu menjadi alternatif terbaik untuk beroperasi pada tekanan injeksi yang terdesak oleh
tekanan daerah formasi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 4 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Sumur injeksi air yang telah direkahkan secara hidraulik memungkinkan air diinjeksikan
pada laju yang lebih tinggi yang mengacu pada peningkatan jari-jari lubang bor efektif (rw) atau
melewati kerusakan lubang sumur. Jika diketahui arah dominan dari rekahan, mungkin dapat
ditunjukkan bahwa adanya rekahan dapat memperbaiki, daripada menurunkan, efisiensi
penyapuan.
Jika arah dominan dari rekahan mengindikasikan bahwa rekahan hidraulik yang terjadi di
sumur injeksi akan menyebar ke arah sumur produksi dan panjang rekahan akan melebihi sekitar
1/3 jarak antar sumur, maka efisiensi daerah penyapuan akan menurun. Terlepas dari arah
rekahan, proyek dengan well spacing yang lebih kecil dapat menurun karena perekahan sumur
injeksi.
Laju injeksi harus disesuaikan untuk menyesuaikan dengan kapasitas sumur produksi. Laju
injeksi air steady state diberikan oleh persamaan
kk rw h( Piwf Pe )
iw = (1)
r
141.2 Bw w ln e + S
rw
Laju injeksi air dapat dikontrol dengan tekanan rekah formasi dan permeabilitas relatif air.
Jika tekanan reservoir meningkat, tekanan daerah formasi akan cenderung meningkat. Ketika
saturasi air di sekitar sumur injeksi meningkat, permeabilitas relatif air akan cenderung
meningkat. Kinerja sifat dinamik alami dari sumur injeksi inilah yang membuat pengawasan
secara kontinyu dari parameter kinerja sumur sangat penting. Tekanan daerah formasi dapat
ditentukan dengan melakukan uji step-rate.
Saat menentukan parameter operasi dari sumur injeksi air biasanya paling baik menentukan
tekanan kepala sumur injeksi maksimum. Ada kemungkinan tidak bijaksana untuk menentukan
laju alir kecuali rekahan hidraulik yang ada tidak dipertimbangkan. Dengan berlangsungnya
injeksi, suatu sumur dapat dan akan membentuk kerusakan formasi karena partikel materi yang
terlarut dalam air akan tersaring oleh sand face. Tekanan injeksi dasar sumur yang semakin
tinggi akan diperlukan untuk mempertahankan laju injeksi yang sudah ditentukan. Suatu ketika
tekanan injeksi dasar sumur akan melebihi tekanan daerah formasi dan sumur akan rekah.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 5 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

2.2. KUALITAS AIR


Idealnya, air injeksi tidak boleh menyebabkan kehilangan injektivitas selama masa hidup
pembanjiran.1) Air injeksi tidak boleh menyebabkan korosi pada sistem injeksi. Masalah yang
berhubungan dengan menangani dan menginjeksikan sejumlah besar air dapat dikontrol dengan
membuat suatu spesifikasi untuk kualitas air injeksi. Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan
oleh rendahnya kualitas air, antara lain2) :
a. Tersumbatnya formasi karena padatan terlarut.
b. Kerusakan formasi karena ketidakcocokan formasi dengan air injeksi.
c. Korosi dan scaling dari benda-benda tubular, bejana dan peralatan lainnya.
Masalah di atas biasanya saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Sebagai contoh,
terbentuknya endapan besi biasanya merupakan akibat dari korosi pada tubular dan suatu ketika
akan menghancurkan sistem injeksi. Sebagai hasil dari proses korosi, partikel endapan besi akan
meluruh, masuk ke dalam air injeksi dan menyumbat pada sand face.
Pencemar dalam air injeksi dapat hadir pada sumber air, terbentuk karena sistem injeksi
atau ditambahkan pada sistem injeksi.
Kualitas air injeksi yang rendah dapat menimbulkan efek yang mengganggu pada reservoir.
Penyumbatan akan menurunkan laju injeksi dan efisiensi penyapuan yang pada akhirnya akan
menyebabkan kehilangan pada pendapatan. Pengeluaran operasional akan meningkat sejalan
dengan meningkatnya aktivitas workover dan perbaikan sistem.

2.2.1. Sensitivitas Formasi


Banyak reservoir batuan pasir mengandung clay yang akan mengembang jika kontak
dengan air bersih atau air dengan kadar garam rendah. Formasi karbonat tidak secara
tipikal mengandung clay dan tidak rentan terhadap masalah tersebut. Formasi harus
dievaluasi untuk melihat kecocokannya dengan air injeksi sebelum memulai proyek injeksi
apapun.

2.2.2. Padatan Terlarut


Ukuran, distribusi dan komposisi dari padatan terlarut merupakan faktor utama dalam
kontrol kualitas air injeksi.

2.2.3. Korosi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 6 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Dalam sebagian besar situasi, sifat korosif air dikontrol dengan kehadiran gas terlarut.
Gas yang paling umum menyebabkan sifat korosi air adalah karbon dioksida (CO2),
hidrogen sulfida (H2S) dan oksigen (O2).
Karbon dioksida hadir pada konsentrasi yang berbeda-beda pada hampir seluruh air
permukaan. Air dengan pH rendah (bersifat asam) bisa memiliki konsentrasi CO2 yang
tinggi. Hidrogen sulfida dapat timbul secara alami atau sebagai hasil dari aktivitas bakteri.
Oksigen hadir pada seluruh air permukaan dan pada beberapa air dari reservoir dangkal.
Pada sistem logam baja, oksigen harus dipisahkan secara mekanis atau dengan proses
kimiawi. Sebagian besar pencegah korosi kimiawi tidak dapat mencegah korosi dengan
media oksigen. Bahkan sejumlah kecil oksigen dapat mempercepat laju korosi. Jika
oksigen dan bakteri dipisahkan dari air, korosi biasanya dapat dikontrol dengan pencegah
korosi kimiawi.

2.2.4. Endapan (Scale)


Endapan formasi dapat membatasi aliran dalam tubular, menjadi media dari korosi
yang parah dan menyumbat formasi. Endapan karbonat atau sulfat dari air biasanya dapat
dikontrol dengan proses kimiawi. Endapan besi biasanya merupakan tanda dari kehadiran
masalah kontrol korosi. Lapisan endapan dapat terbentuk saat dua atau lebih air yang tidak
cocok bercampur. Pencampuran air dapat terjadi di sumur sumber air dimana dua atau
lebih formasi terbuka, dalam tubular dan fasilitas dimana air dari sumber yang berbeda
tercampur dan pada sumur produksi dimana air sumber dan air konat dapat bercampur
setelah breakthrough.

2.2.5. Bakteri
Bakteri pada sistem injeksi dapat menyebabkan penyumbatan biomass pada formasi
dan masalah korosi. Bakteri memberikan kontribusi pada korosi dengan membentuk
hidrogen sulfida sebagai produk metabolik, menghasilkan asam organik, menghasilkan
enzim yang menjadi media proses korosi elektrokimia dan mengoksidasi serta
mengendapkan besi terlarut. Sebagai hasil langsung dari proses metabolik ini, biomass
bakteri terproduksi. Biasanya bakteri membentuk koloni pada material padat. Saat koloni
meningkat ukurannya, sebagian koloni lepas ke dalam aliran injeksi dan terpompa ke dasar
lubang. Jawaban terbaik untuk masalah bakteri adalah pencegahan. Eliminasi daerah yang

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 7 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

menggenang dan berkecepatan rendah dimana organisme dapat melekat pada substrat
dapat membantu proses kontrol. Pengawasan yang hati-hati pada aktivitas biologis dan
penanggulangan sejak dini juga penting dalam operasi yang berhasil.

2.2.6. Minyak
Kehadiran minyak yang terdispersi dan teremulsi dalam air akan menurunkan kualitas
air juga. Masuknya minyak mentah adalah hal yang tipikal pada air formasi yang
terproduksi. Minyak bukanlah padatan terlarut, tetapi dapat berperan pada pengendapan di
saringan.

2.2.7. Filtrasi
Proses filtrasi biasanya digunakan untuk memisahkan padatan terlarut dari air injeksi.
Yang biasanya digunakan adalah :
a. Disposable cartridge filters; paling baik digunakan pada volume rendah dengan
konsentrasi padatan terlarut yang rendah (< 50 mg/l).
b. Sand filters; digunakan pada konsentrasi padatan terlarut yang rendah (< 50 mg/l). Juga
disebut rapid sand filters dan cocok untuk laju yang lebih tinggi.
c. Diatomaceous earth filters; cocok untuk diaplikasikan pada air dengan padatan terlarut
> 50 mg/l.
Pemakaian sand filter dan diatomaceous earth filter lebih baik digunakan dengan
disposable cartridge filter karena kedua filter yang disebutkan terdahulu rentan terhadap
laju yang melebihi batasan dan proses backwash yang tidak tepat.

2.2.8. Pengawasan dan Kontrol


Pencegahan dan deteksi sejak dini merupakan hal terpenting dalam pemeliharaan air
injeksi berkualitas tinggi. Data berikut ini harus disurvei dan dianalisa secara sistematis :
a. komposisi air
b. padatan terlarut
c. sifat korosif
d. bacterial titer
e. kandungan minyak
f. parameter sistem (tekanan dan temperatur)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 8 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

2.3. PENGUKURAN DATA


a. Tekanan
Sumur-sumur injeksi air merupakan sumber utama untuk memperoleh data tekanan
reservoir.
Pada sumur injeksi air yang beroperasi dengan kolom penuh terisi air dalam lubang
sumur akan menghilangkan kerumitan aliran multifasa. Efek wellbore storage dapat
diminimumkan dan perhitungan kehilangan tekanan yang disebabkan oleh gesekan dalam
tubular disederhanakan menjadi korelasi satu fasa. Tekanan dasar sumur menjadi fungsi dari
tekanan kepala sumur, gradien hidrostatik, kedalaman dan gesekan. Gesekan dalam tubular
adalah fungsi dari ukuran tubing dan laju alir.
Sumur injeksi air juga memungkinkan untuk mengambil data dari kepala sumur, yang
akan digunakan pada uji dan analisa transien tekanan.

b. Laju alir
Data laju alir injeksi biasanya dapat diperoleh dari peralatan metering yang dipasang
pada sumur. Biasanya peralatan ini dapat diandalkan untuk merekam volume kumulatif yang
dapat digunakan untuk memperoleh data laju alir (volume per satuan waktu). Jika diperlukan
laju alir secepatnya dapat digunakan flowmeter turbine. Kalibrasi peralatan yang digunakan
untuk mengumpulkan data uji selalu direkomendasikan.

2.4. INDEKS INJEKTIVITAS


a. Teori
Plot kartesian dari indeks injektivitas (I) sebagai fungsi dari waktu adalah alat yang
berguna untuk mengevaluasi kondisi dari sumur injeksi. Indeks injektivitas didefinisikan oleh
persamaan :
iw kwh
I= = (2)
( Piwf Pe ) r
141.2 Bw w ln e + S
rw
Penurunan rasio ini terhadap waktu menunjukkan masalah pada sumur injeksi. Sumber
masalah yang paling besar adalah peningkatan pada faktor skin (S).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 9 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

b. Indeks Injektivitas Spesifik


Indeks injektivitas spesifik adalah cara yang mudah untuk membandingkan kinerja
injeksi dari sumur yang berbeda yang berada pada formasi yang sama. Indeks ini
menghilangkan efek dari variasi pada ketebalan bersih interval komplesi sumur. Metode
perbandingan ini memungkinkan evaluasi kinerja dengan membandingkan faktor seperti
permeabilitas, skin dan radius lubang sumur efektif pada kerangka sumur konstan yang
dirujuk.
iw
Is = (3)
h( Piwf Pe )
Contoh plot skematis indeks injektivitas dapat dilihat pada Gambar 2. Sumur A
mempertahankan indeks injektivitas yang relatif konstan. Sumur B mengalami decline pada
pertengahan periode waktu yang digambarkan. Decline tersebut bisa merupakan indikasi
adanya kerusakan (damage) pada formasi. Plot ini hanya contoh dan perbandingan langsung
pada plot ini akan memberikan hasil yang tidak valid.

Gambar 2. Plot Skematik Indeks Injektivitas


Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 10 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

2.5. HALL PLOT


Plot ini merupakan teknik yang berguna untuk mengevaluasi kondisi dari sumur injeksi.3,4)
Hall plot merupakan metoda penggunaan data injeksi terhadap waktu untuk "menghaluskan"
efek dari laju alir dan tekanan yang bervariasi serta kelakuan transien dari tekanan dalam sistem
aliran radial yang mempersulit sebagian besar teknik uji sumur.
Untuk menggunakan teknik Hall ini dibuat plot kartesian dari (P iwh t ) sebagai fungsi
injeksi air kumulatif (Wi). Hubungan keduanya harus linier. Penyimpangan yang terjadi
merupakan kunci untuk diagnostik. Kemiringan garis lurus tersebut didefinisikan sebagai :
r
141.2 Bw w ln e + S
m= rw
kwh
Bila kondisi sumur berubah, maka kemiringan Hall plot akan berubah juga. Pada awal masa
penyapuan, Hall plot akan menunjukkan bentuk yang melengkung ke atas. Hal ini disebabkan
oleh ekspansi re dan kenaikan Pe. Efek ini semakin kecil dengan bertambah besarnya re. Jika
sumur distimulasi kemiringan Hall akan berkurang.
Gambar 3 adalah contoh skematik dari Hall plot yang digunakan untuk mendemonstrasikan
beberapa kondisi yang dapat didiagnosa dengan teknik ini. Bagian kurva yang berlabel A adalah
bentuk melengkung ke atas yang muncul pada masa awal injeksi. Selama periode waktu ini,
polanya menjadi terisi fluida, re meluas dan Pe meningkat. Pada titik B, proses fill-up selesai dan
re serta Pe konstan. Jalur ke titik C menunjukkan Hall plot untuk sumur yang mengalami
beberapa kerusakan formasi. Jalur ke titik D menunjukkan sumur dengan skin, rw dan kh
konstan. Jalur ke titik E dan F menunjukkan Hall plot untuk sumur yang distimulasi dengan
perekahan, pengasaman, dan lain-lain.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 11 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Gambar 3. Hall Plot Skematik

2.6. UJI FALL-OFF TEKANAN


Uji Fall-off tekanan pada sumur injeksi air biasanya dilakukan untuk mengakses tekanan
reservoir interwell, sifat-sifat formasi dan skin sumur.5,6)
Data-data mendasar yang diperlukan untuk analisa adalah :
1. Porositas, (fraksi)
2. Saturasi air konat, Swc (fraksi)
3. Saturasi minyak residual, Sor (fraksi)
4. Viskositas fluida yang diinjeksikan pada kondisi reservoir, w (cp)
5. Faktor volume formasi dari fluida yang diinjeksi, Bw (bbl/STB)
6. Ketebalan bersih interval, h (ft)
7. Kompresibilitas total sistem, ct (psi-1)
8. Densitas fluida yang diinjeksi, w (lb/gal)
9. Diameter dalam tubing injeksi, d (in)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 12 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

10. Densitas perforasi, diameter dan kedalaman efektif dari penetrasi


Jika level fluida yang jatuh setelah shut-in merupakan masalah, akan tidak mungkin untuk
membuat analisa yang masuk akal untuk pengujian. Ada beberapa pilihan untuk memecahkan
masalah ini. Level fluida yang jatuh ada kemungkinan dapat disurvei menggunakan alat perekam
akustik (Echometer). Level fluida sebagai fungsi dari waktu shut-in dapat direkam. Ketika level
fluida jatuh, kepala sumur bisa berada pada kondisi vakum (tekanan absolut kurang dari tekanan
atmosfer atau gauge kurang dari nol). Ada kemungkinan perlu mengukur tekanan di dasar sumur
dan pada kasus level fluida jatuh dengan cepat, ada kemungkinan perlu menutup sumur di dasar
lubang.
Uji Fall-off tekanan ini merupakan cerminan dari uji build-up tekanan dan menggunakan
teknik penyelesaian yang sama. Untuk memperoleh penyelesaian yang tepat untuk sifat-sifat
reservoir, perlu dipilih periode aliran transien yang berhubungan dengan saturasi fluida yang
diasumsikan pada data masukan.

2.7. UJI STEP-RATE


Uji step-rate (Step Rate Test - SRT) adalah metoda yang diterima secara umum untuk
menentukan tekanan bagian formasi pada sumur injeksi.7,8) Tekanan bagian formasi (Formation
Parting Pressure - FPP) adalah tekanan yang akan menciptakan rekahan baru pada batuan yang
belum rekah atau menambah panjang rekahan yang sudah ada. Pada kasus tertentu, injeksi di
atas FPP dapat menimbulkan perolehan waterflood yang lebih rendah mengacu pada efisiensi
daerah penyapuan yang menurun (Ea). Injeksi di bawah FPP dapat mengurangi laju throughput
dan menyebabkan laju produksi turun.
Untuk memulai prosedur pengujian sumur injeksi harus ditutup atau distabilkan pada laju
injeksi konstan (iw). Jika sumur ditutup, waktu penutupan harus cukup lama untuk
memungkinkan tekanan statik dasar sumur (Piws) untuk menurunkan tekanan statik reservoir.
Ada 2 metoda untuk menganalisa data SRT. Metoda pertama relatif langsung dan
merupakan teknik grafis yang didasarkan pada asumsi yang disederhanakan. Pendekatan
terhadap FPP dapat dibuat dari metoda ini. Teknik kedua adalah analisa yang lebih teliti, yang
didasarkan pada prinsip superposisi (analisa multi-rate). Pendekatan terhadap FPP,
permeabilitas-ketinggian (kh) dan skin dapat dihitung jika data reservoir yang dibutuhkan dapat
disediakan. Perlu dilakukan pengawasan dan pencatatan yang kontinyu terhadap data tekanan vs

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 13 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

periode waktu untuk setiap langkah laju alir. Minimum harus ada data tekanan yang dicatat pada
awal dan akhir setiap langkah laju alir.
Karena ada masalah yang kompleks dalam penggabungan data pada uji multi-rate, maka
prosedur uji step-rate yang lebih mudah, yang digabungkan dengan uji tekanan fall-off, menjadi
pilihan yang lebih ekonomis.
FPP tidak boleh dianggap konstan selama masa injeksi suatu sumur karena FPP cenderung
meningkat bila tekanan rata-rata pori-pori meningkat (setiap 1 psi peningkatan tekanan reservoir,
FPP naik 0.5 - 0.75 psi). Uji step-rate harus diulang setiap ada perubahan tekanan reservoir dan
kondisi operasi yang diberikan.
Sumur yang distimulasi dengan rekahan yang sudah ada tidak mungkin dianalisa dengan
teknik dan asumsi di atas, yaitu bahwa aliran adalah radial. Pemeriksaan terhadap data
menggunakan modifikasi teknik superposisi multi-rate yang persamaannya disubstitusi dengan
aliran linier mungkin cocok untuk kondisi ini.

2.8. LOG INJEKSI


Pengawasan (monitoring) sumur injeksi akan membutuhkan data yang dikumpulkan dengan
logging. Data log injeksi dan log cased hole dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
kinerja sumur yang spesifik. Data log produksi dan cased hole dapat dikumpulkan di bawah
kondisi dinamik (injeksi) atau statik (shut-in). Log injeksi dan cased hole dapat membantu untuk
menentukan dan mendefinisikan parameter berikut :
1. Integritas mekanik dari sumur.
2. Pergerakan yang ganjil dari fluida injeksi antara interval-interval.
3. Efisiensi injeksi dari komplesi sumur.
4. Desain dan evaluasi dari treatment stimulasi.
5. Tinjauan menyeluruh tentang bagaimana sumur injeksi harus diatur.
Log injeksi biasanya dijalankan bersama dengan peralatan penempat casing collar atau
tubing collar untuk menyediakan kontrol kedalaman yang akurat dalam sumur.

a. Flowmeter (Spinners)
Ada 2 macam jenis flowmeter yang biasa digunakan untuk logging sumur injeksi, yaitu :
1. Continuous spinner adalah centralized spinner velocimeter. Ini adalah peralatan impeller
yang mengukur profil injeksi secara kontinyu vs kedalaman terukur.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 14 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

2. Fullbore spinner adalah collapsible blade velocimeter. Diameter impeller dapat dipilih agar
cocok dengan laju injeksi dan diameter pipa yang diminta.
Spinner flowmeter dapat digunakan untuk mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing
dan casing dan menentukan profil injeksi ke dalam interval yang diperforasi.

b. Instrumen Temperatur
Instrumen temperatur adalah peralatan wireline yang digantungkan dalam lubang bor
yang mentransmisikan atau mencatat temperatur sumur. Survei temperatur lubang bor dapat
digunakan untuk :
1. Mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing atau casing.
2. Mengetahui di mana channel aliran di belakang pipa.
3. Mengidentifikasi zona-zona dimana terjadi produksi atau injeksi.
4. Mengidentifikasi interval-interval yang dipengaruhi oleh treatment stimulasi.
Gambar 4 dan 5 adalah 2 contoh yang sudah disederhanakan dari profil sumur injeksi.
Log direkam dengan continuous flowmeter dan thermometer.

c. Survei Pemindai Radioaktif (Radioactive Tracer Surveys)


Log ini dijalankan untuk mendeteksi kebocoran tubing-casing atau suatu channel di
belakang pipa dan untuk menentukan profil injeksi dari zona perforasi tunggal atau antara
kumpulan beberapa perforasi di zona yang berlainan dalam reservoir.
Masalah mekanik yang paling umum adalah adanya channel di belakang casing karena
ikatan yang kurang kuat antara pipa dengan formasi oleh semen.
Untuk menentukan profil injeksi meggunakan pemindai radioaktif, suatu tembakan dari
material pemindai dilepaskan ke dalam aliran total di atas perforasi. Sebelumnya, dijalankan
base log untuk merekam radiasi yang sudah ada sebelum tembakan dilepaskan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 15 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Gambar 4. Skematik Survei Temperatur dan Spinner dari Injeksi Air ke Dalam Zona Tunggal

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 16 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Gambar 5. Skematik Survei Temperatur dan Spinner dari Injeksi Air ke Dalam Dua Zona

d. Log Suara (Noise Logs)


Peralatan ini merekam amplitudo dari frekuensi suara audio vs kedalaman terukur. Log
ini dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran, aliran di belakang pipa dan kontribusi kotor
dari zona perforasi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 17 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

e. Log Cased Hole Lainnya


Log evaluasi casing seperti log caliper dan peralatan magnetik dan sonik yang bervariasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi casing dalam sumur. Informasi ini dapat
digunakan untuk menentukan kondisi dan pelayanan casing dan mengidentifikasi
kemungkinan adanya kebocoran dan kegagalan integritas sumur lainnya. Log evaluasi semen
dapat digunakan untuk mengevaluasi integritas casing terhadap ikatan semen formasi. Log
ikatan semen (cement bond log) dan peralatan evaluasi semen lainnya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya channel di belakang pipa antara zona yang tidak
diisolasikan.

2.9. PEMINDAI INTERWELL (INTERWELL TRACERS)


Pemindai digunakan untuk menentukan asal dari air yang terproduksi, untuk
mengidentifikasikan dan menghitung permeabilitas berdasarkan arahnya, untuk menghitung
efisiensi penyapuan dan mendefinisikan penghalang permeabilitas. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan saat memilih pemindai adalah :
1. Keamanan - Material pemindai harus diperlakukan dengan hati-hati agar personil dan
lingkungan tidak terkontaminasi, terutama untuk pemindai radioaktif.
2. Non-adsorbent dan Chemical Inert - Pemindai tidak boleh "melapisi" formasi. Pemindai
tidak boleh bereaksi dengan formasi, minyak atau air formasi.
3. Kestabilan - Pemindai tidak boleh mengubah fasa atau karakter pada kondisi reservoir.
Terutama kritis untuk garam dan alkohol.
4. Kelarutan - Agar efektif, pemindai tidak boleh larut dalam minyak dan harus 100% larut
dalam air.
5. Kemampuan untuk Dideteksi - Pemindai harus dapat dideteksi pada level konsentrasi yang
aman.

a. Klasifikasi Pemindai Lapangan Minyak


Sebagian besar pemindai ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori utama, yaitu :
1. Water Soluble Alcohols : (Metanol, Etanol dan Isopropanol)
Pemindai ini relatif aman dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Masalah terbesarnya adalah
pemindai ini kadang bercampur dengan minyak atau membentuk lapisan dalam formasi.
2. Garam : (Amonium, Sodium dan Potasium)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 18 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Pemindai ini relatif aman dan tidak mahal, tetapi kadang terabaikan. Penting untuk
dilakukan uji kecocokan dengan air formasi sebelum pemompaan. Salah satu pemindai
terbaik untuk penentuan efisiensi penyapuan jika didesain dengan benar.

3. Fluorescent Dyes (Pencelup Fluorescent) : (Banyak macamnya)


Pemindai awal yang cukup dengan "mencelup" sehingga memungkinkan operator "melihat"
sumur mana yang memproduksi fluida yang diinjeksikan. Perlu diperiksa terhadap
timbulnya lapisan atau membentuk filter pada formasi jika material tidak terlarut
seluruhnya.
4. Pemindai Radioaktif : (Tritiated Water, Kobalt, Sodium, Nikel dan Stronsium)
Pemindai yang paling banyak digunakan karena dapat dideteksi pada konsentrasi yang
rendah. Pemindai, injeksi pemindai dan analisa air yang terproduksi mahal, maka jika
mungkin, gunakan pemindai selain pemindai ini.

2.10. UJI INTERFERENCE


Uji ini dapat membantu para teknisi dalam pendeskripsian reservoir, mengidentifikasi
kecenderungan arah permeabilitas, memperkirakan jarak ke muka pembanjiran (flood front) dan
mengindikasikan daerah minyak yang tidak tersapu.

2.11. DAFTAR KONTROL KUALITAS


Daftar kontrol kualitas yang disarankan telah dibuat untuk mengkonversi sumur produksi ke
pelayanan injeksi. Tentu saja daftar ini tidak mewakili secara keseluruhan. Banyak hal-hal yang
disarankan tidak cocok untuk setiap situasi, tetapi kewaspadaan mengenai masalah yang terjadi
di daerah lain bisa berguna dalam memastikan pelayanan sumur injeksi yang dapat diandalkan
selama "masa hidup" waterflood.
! Memastikan ijin peraturan telah disimpan dan disetujui oleh agen pemerintah yang
bersangkutan.
! Memastikan surat pemilihan rekanan pemilik telah disebar dan disetujui.
! Memastikan bahwa perintah daerah injeksi telah selesai dan disimpan.
! Mengevaluasi kualitas air injeksi untuk kecocokan dengan formasi, kandungan padatan
terlarut dan kontaminasi bakteri.
! Mengevaluasi kondisi tubing dan casing.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 19 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

! Memastikan tingkat dan spesifikasi peralatan kepala sumur, tubing dan casing sudah tepat
untuk mengajukan pelayanan injeksi.
! Membandingkan catatan perforasi sumur dengan log sumur untuk memastikan formasi
yang benar telah terbuka.
! Tag fill dan bail atau clean-outs sesuai dengan yang diperlukan untuk membuka zona yang
akan diinjeksi.
! Menarik peralatan permukaan yang tidak sesuai untuk pelayanan injeksi.
! Menspesifikasi dan memasang peralatan metering air yang tepat untuk pelayanan yang
diharapkan.
! Menspesifikasi dan memasang peralatan filtrasi untuk memastikan air yang diinjeksi masuk
ke dalam spesifikasi.
! Menspesifikasi dan memasang peralatan untuk pengolahan air injeksi dengan penghalang
korosi, penghalang scale dan biocide yang diperlukan.
! Menghubungkan aliran injeksi sumur dengan header atau pompa injeksi.
! Mengikuti persyaratan peraturan pengujian dan pengawasan sumur.
! Menyelesaikan pengujian step-rate untuk menentukan tekanan injeksi yang sesuai.
! Menyetel program monitoring sumur yang sistematis untuk memastikan sumur yang sedang
dalam proses injeksi terus beroperasi pada efisiensi terbaik yang mungkin.

3. ANALISA SUMUR PRODUKSI

Kinerja sumur produksi harus dioptimalkan agar nilai suatu proses waterflood bisa
dimaksimalkan. Teknik pengawasan sumur produksi meliputi analisa laju alir dan rasio melalui
kegunaan teknik plotting pengawasan. Log produksi dan cased hole digunakan untuk menyediakan
data kinerja sumur. Uji transien tekanan dan data tekanan aliran juga menyediakan infomasi tentang
kinerja sumur dalam sistem reservoir. Contoh skema tentang sistemasi analisa sumur produksi
diberikan pada Gambar 6.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 20 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Gambar 6. Sistemasi Pengawasan Sumur Produksi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 21 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

Pada awal proses waterflood, interval komplesi harus diperiksa untuk memastikan seluruh lapisan
yang dapat "dibanjiri" terbuka. Daftar yang berisi data komplesi sumur dari file sumur, log, uji,
catatan stimulasi, peta struktur, peta kontak fluida dan cross-sections dapat membantu pencapaian
kerja ini. Sebuah check-list, yang mirip dengan yang telah diajukan sebelumnya untuk konversi sumur
ke pelayanan injeksi, dapat berguna untuk kontrol kualitas dalam pemeliharaan sumur produksi.
Survei tentang integritas mekanik masing-masing sumur harus dilakukan. Tingkat pelayanan dari
seluruh komponen kepala sumur, tubing dan casing harus dievaluasi untuk memastikan bahwa sumur
memenuhi tingkat pelayanan yang diharapkan selama proses waterflood. Masalah fill, junk, korosi dan
scale harus diidentifikasi. Ada kemungkinan perlu dilakukan workover atau pemeliharaan remedial
pada beberapa sumur sebelum memulai pembanjiran. Rekomplesi, plugbacks, deepenings, reperforasi,
squeeze cementing dan clean-outs harus diselesaikan.
Kondisi dan tingkat pelayanan dari seluruh peralatan pengangkatan buatan harus diperiksa dan
didokumentasikan. Peralatan harus memenuhi tingkat sampai kapasitas yang diharapkan selama
proses pembanjiran. Kondisi dan kapasitas peralatan produksi permukaan harus memenuhi
persyaratan operasi yang diharapkan karena kinerja sumur produksi akan berubah mengacu pada
respon waterflood.
Sejarah stimulasi untuk tiap sumur harus direview. Potensi untuk dilakukan stimulasi di masa
mendatang harus dipertimbangkan. Di bawah kondisi produksi primer semi-depleted, stimulasi
mungkin tidak ekonomis. Di bawah kondisi reservoir yang diharapkan setelah fill-up, stimulasi
mungkin akan sangat menguntungkan. Jika stimulasi perekahan hidraulik direkomendasikan, desain
panjang dan arah rekahan harus mempertimbangkan ukuran pola (well spacing), geometri dan arah.
Akibat stratifikasi vertikal reservoir, mungkin diperlukan adanya kontrol terhadap perpanjangan
vertikal dari rekahan.

a. Laju Alir
Pengukuran dan analisa data laju produksi harus merupakan suatu rutinitas. Pengumpulan
data laju alir minyak, air dan gas yang akurat diperlukan untuk memastikan pengawasan
waterflood yang tepat waktu dan efisien. Kcenderungan yang tidak lazim, yang diidentifikasi oleh
rutinitas dan analisa sistematik dari data laju produksi, seringkali merupakan tanda pertama
tentang potensi timbulnya masalah.
Kumpulan grafik laju alir-waktu dan rasio-waktu yang lengkap merupakan dasar dari usaha
pengawasan sumur produksi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 22 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

b. Rasio Gas-Minyak (Rp)


Di awal proses fill-up, rasio produksi gas-minyak yang naik dengan tajam bisa diamati
sebagai gas bebas yang pindah ke sumur produksi. Saat proses waterflood mengalami kemajuan
sampai fill-up, rasio produksi gas-minyak harus membentuk penurunan pada rasio campuran gas-
minyak reservoir. Pada dan setelah fill-up, rasio produksi gas-minyak harus sama dengan rasio
campuran gas-minyak reservoir. Penyimpangan apapun dari kecenderungan ini harus diwaspadai.
Meningkatnya rasio produksi gas-minyak menandakan penurunan pada tekanan reservoir,
mengikuti produksi di bawah tekanan gelembung dan kegagalan dalam mencapai proses
penyapuan dalam reservoir. Jika volume injeksi reservoir tidak memindahkan voidage, tekanan
akan turun dan rasio produksi gas-minyak akan meningkat.

c. Rasio Air-Minyak (Fwo)


Kinerja produksi air adalah indikator kunci kinerja waterflood. Data rasio air-minyak dapat
digunakan untuk meramalkan kinerja waterflood di masa mendatang dan dapat diekstrapolasikan
menjadi limit ekonomik. Metoda yang diajukan oleh Ershaghi dan Omoregie mengasumsikan
bahwa perolehan dikontrol oleh kurva aliran fraksional yang didasarkan pada hubungan linier
antara log (kro/krw) dan saturasi air. Metoda lainnya adalah menggunakan log (WOR) vs laju alir
minyak yang konvensional, terutama pada water cut yang rendah. Kedua metoda cukup valid pada
water cut lebih dari 50%.
Breakthrough air yang prematur merupakan pertanda adanya potensi efisiensi penyapuan
yang rendah. Kenaikan dan penurunan water cut yang cepat harus dijadikan pertanda awal untuk
dilakukannya pemeriksaan terhadap kondisi sumur produksi. Kinerja produksi air yang tidak
diharapkan mungkin merupakan indikasi kesalahan dalam interpretasi parameter yang mengontrol
kinerja reservoir.

d. Tekanan
Pada sumur produksi biasanya lebih sulit untuk memperoleh data tekanan reservoir yang
berguna hanya dari pengukuran tekanan permukaan. Interpretasi dari data tekanan permukaan
untuk menentukan tekanan dasar sumur akan sulit karena adanya sistem fluida 3 fasa dalam sumur.
Pada laju yang sangat rendah, sumur dengan rasio gas-minyak yang rendah, kerumitan di atas
menjadi sangat penting. Telah dibuat sistem yang memungkinkan pencatatan secara simultan dari
tekanan kepala sumur dan level fluida dengan teknik pengukuran akustik. Ketika data ini dianalisa,

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 23 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

ada kemungkinan untuk menghitung tekanan statik dan tekanan alir dasar sumur di beberapa
sumur produksi. Keandalan metoda ini memerlukan pengetahuan tentang gradien fluida (densitas)
dan karakteristik segregasi fluida dalam sumur. Dari data permukaan ini bisa dibuat analisa
transien tekanan yang berguna (pada beberapa situasi).
Pada laju alir yang lebih tinggi, gas cut yang tinggi atau water cut yang tinggi dari sumur
yang mengalir, membuat penentuan tekanan dasar sumur yang akurat dari data permukaan menjadi
tidak mungkin. Komponen hidrostatik dan friksi pada rezim aliran 3 fasa yang kompleks sangat
sulit untuk dianalisa dengan pasti. Tidak mungkin dilakukan analisa transien tekanan dengan data
ini karena data yang digunakan dalam analisa transien tekanan harus dicatat terhadap kedalaman.

3.1. ANALISA TRANSIEN TEKANAN


Prosedur uji transien tekanan biasanya dilakukan pada sumur produksi dalam proses
waterflood untuk mengakses karakteristik formasi dari sumur tertentu yang sedang diuji. Uji
buil-up dan draw-down tekanan dilakukan untuk menentukan permeabilitas-ketinggian (kh)
sumur dan faktor skin. Tekanan rata-rata daerah pengurasan untuk sumur juga dapat
diperkirakan.

a. Data Yang Diperlukan


Data-data yang diperlukan untuk analisa data tekanan build-up atau draw-down adalah :
1. , porositas (fraksi)
2. Sw, saturasi air (fraksi)
3. So, saturasi minyak (fraksi)
4. Sg, saturasi gas (fraksi)
5. o, viskositas minyak pada kondisi reservoir (cp)
6. w, viskositas air pada kondisi reservoir (cp)
7. g, viskositas gas pada kondisi reservoir (cp)
8. Bo, faktor volume formasi minyak (bbl/STB)
9. Bw, faktor volume formasi air (bbl/STB)
10. Bg, faktor volume formasi gas (scf/STB)
11. h, ketebalan bersih interval (ft)
12. ct, kompresibilitas total sistem (psi-1)
13. Densitas perforasi, diameter dan kedalaman efektif penetrasi
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 24 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

3.2. LOG PRODUKSI


Pengawasan sumur produksi terkadang membutuhkan data yang dikumpulkan melalui
logging. Data log produksi dan cased hole dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
kinerja sumur yang spesifik dan menjawab pertanyaan tentang kinerja waterflood secara
keseluruhan. Data tersebut dapat dikumpulkan di bawah kondisi dinamik (mengalir) atau statik
(shut-in). Log produksi dan cased hole dapat membantu dalam penentuan dan pendefinisian
parameter berikut ini :
1. Integritas mekanik dari sumur.
2. Pegerakan fluida yang tidak lazim di antara interval.
3. Efisiensi dari komplesi sumur.
4. Desain dan evaluasi treatment stimulasi.
5. Tinjauan menyeluruh tentang bagaimana seharusnya mengatur reservoir.
Resolusi dari pertanyaan mengenai kinerja sumur dan reservoir biasanya memerlukan data
dari lebih satu alat. Data-data tersebut dikombinasikan dalam analisis untuk menyediakan
diagnosis yang akurat dari kondisi sumur produksi.
Peralatan logging produksi biasanya dijalankan bersamaan dengan peralatan penempat
casing collar atau tubing collar untuk menyediakan kontrol kedalaman yang akurat dalam
sumur.

a. Flowmeters (Spinners)
Ada 3 tipe flowmeters yang biasanya digunakan, yaitu :
1. Continuous spinner adalah centralized spinner velocimeter. Merupakan peralatan impeller
yang mengukur profil aliran yang kontinyu vs kedalaman terukur. Alat ini harus di-
centralized dan dikalibrasi terhadap keadaan di dasar lubang dengan benar agar hasilnya
berguna dan akurat. Alat ini mungkin tidak berfungsi pada tubing (casing) berdiameter
besar dan/atau pada sumur dengan laju alir rendah dimana kecepatan fluida berada di
bawah batas respon alat.
2. Inflatable atau Expandable Diverting Flowmeter (IDT) juga merupakan velocimeter tipe
impeller. Alat ini harus distop dan diset pada kedalaman yang bervariasi untuk mencatat

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 25 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

data kecepatan fluida. Alat ini tidak menyediakan profil kecepatan fluida yang kontinyu.
Alat ini paling baik digunakan pada aplikasi laju alir yang rendah.
3. Fullbore spinner adalah collapsible blade velocimeter. Diameter impeller dapat dipilih
untuk menyesuaikan dengan persyaratan laju alir dan diameter pipa. Seperti continuous
flowmeter, alat ini menyediakan profil kecepatan fluida yang kontinyu vs kedalaman
terukur. Alat ini memiliki resolusi yang lebih tinggi dan batas respon yang lebih rendah
daripada continuous flowmeter.
Analisa rezim aliran 3 fasa biasanya memerlukan pengetahuan tentang densitas atau
gradien fluida, gas slippage dan water hold-up.
Spinner flowmeter dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran pada tubing dan casing
dan untuk menentukan dari logika kasar, profil aliran dari interval yang diperforasi.

b. Peralatan Temperatur
Survei temperatur lubang bor dapat digunakan untuk :
1. Mengetahui di mana terjadi kebocoran tubing atau casing.
2. Mengetahui di mana terjadi channel aliran di belakang pipa.
3. Mengidentifikasikan zona-zona dimana terjadi produksi atau injeksi.
4. Mengidentifikasikan interval yang dipengaruhi oleh treatment stimulasi.
5. Mengidentifikasikan zona dengan gas cut yang tinggi.

c. Gradiomanometer
Alat ini merekam profil yang kontinyu dari gradien tekanan vs kedalaman. Pada sumur
produksi, alat ini paling berguna untuk mendefinisikan titik masuk dari zona dengan water
cut dan gas cut yang tinggi. Data alat ini biasanya dikombinasikan dengan data flowmeter
dan water hold-up untuk menentukan profil aliran 3 fasa.

d. Densimeter
Digunakan untuk mencatat densitas fluida vs kedalaman terukur. Alat ini paling berguna
untuk membedakan fasa gas dengan cairan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 26 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

e. Water-cuts Meters
Alat ini berguna untuk membedakan hidrokarbon dengan air dalam sistem aliran 3 fasa.
Alat logging produksi ini juga disebut capacitance meters atau water hold-up meters (HUM).
f. Pemindai Radioaktif (Radioactive Tracers)
Substansi pemindai radioaktif diinjeksikan dan kemudian dideteksi dalam sumur
produksi. Peralatan gamma ray dan spectral gamma ray dapat digunakan untuk menentukan
interval pemindai produksi dan kecepatan aliran fluida.

g. Log Suara (Noise Log)


Alat ini mencatat amplitudo dari frekuensi suara audio vs kedalaman terukur. Log ini
dapat digunakan untuk mengetahui di mana terjadi kebocoran, aliran di belakang pipa dan
kontribusi kotor dari zona yang diperforasi.

h. Log Pulsed Neutron (Pulsed Neutron Log)


Log ini mencatat laju dari kerusakan neutron termal yang diikuti dengan emisi dari
neutron berenergi tinggi. Laju tersebut dapat digunakan pada beberapa aplikasi untuk
menentukan saturasi minyak dan air. Log ini juga dapat digunakan untuk menentukan :
1. Pergerakan kontak air-minyak.
2. Lokasi zona yang tersapu air.
3. Perubahan pada saturasi fluida akibat channeling di belakang pipa.

i. Log Karbon-Oksigen
Log ini mengukur gamma ray yang diemisikan oleh neutron activated carbon dan
molekul oksigen dalam fluida di dekat lubang bor. Dapat diandalkan sebagai indikator
saturasi minyak. Tidak terpengaruh oleh kegaraman air atau kandungan clay. Terpengaruh
oleh kalsium karbonat.

j. Log Cased Hole Lainnya


Log evaluasi casing seperti log caliper dan peralatan magnetik dan sonik yang bervariasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi casing dalam sumur. Informasi ini dapat
digunakan untuk menentukan kondisi dan tingkat pelayanan casing dan mengidentifikasi
kemungkinan terjadinya kebocoran dan kegagalan integritas sumur lainnya. Log evaluasi

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 27 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

semen dapat digunakan untuk mengevaluasi integritas casing terhadap ikatan semen formasi.
Log ikatan semen (CBL) dan peralatan evaluasi semen lainnya dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya channel di belakang pipa antara zona-zona yang
tidak terisolasi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 28 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

TABEL 1
DEFINISI DAN ANALISIS MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PRODUKSI
FLUIDA YANG RENDAH

Masalah Kemungkinan Penyebabnya Definisi dan Analisis


1. Tekanan dasar sumur dengan Peralatan pengangkatan buatan Dynamometer.
aliran tinggi. yang tidak sesuai atau tidak Sonolog.
efisien. Survei tekanan aliran.
Review desain pengangkatan
buatan.
2. Kapasitas aliran yang rendah. Ketebalan bersih dan kontak Review evaluasi formasi dari
fluida yang tidak terdefinisi core, log open-hole, DST, dll.
dengan benar. Review data komplesi.
Komplesi dan/atau stimulasi Log produksi.
yang rusak. Uji transien tekanan untuk skin,
kh, dll.
Tersumbatnya perforasi karena Analisis kualitas air.
scale, proppent, fill, fines, korosi, Analisis kecocokan air.
parafin atau aspaltin. Analisis Parafin/Aspaltin.
Tag fill.
Permeabilitas formasi yang Uji transien tekanan.
rendah.
3. Tekanan reservoir yang Fill-up tidak tercapai. Analisis sumur injeksi.
rendah. Perhitungan pemindahan fill-up
dan voidage.
Diskontinuitas ketebalan. Studi kontinuitas ketebalan.
Uji interferensi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 29 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

TABEL 2
DEFINISI DAN ANALISIS MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAJU PRODUKSI GAS
ATAU AIR YANG TINGGI

Masalah Kemungkinan Penyebabnya Definisi dan Analisis


1. Channel air atau gas. Profil injeksi yang buruk. Analisis kualitas air.
Tekanan ekstensi rekahan yang Analisis kecocokan air.
berlebih pada injektor. Uji injeksi step-rate.
Coning Review data komplesi dan
stimulasi.
Kegagalan semen. Log produksi.
Log evaluasi semen.
Uji interferensi.
2. Kebocoran casing. Korosi internal atau eksternal. Review data komplesi.
Analisis air.
Casing yang buruk. Log inspeksi casing.
Casing yang rusak. Log produksi (temperatur, spinner,
suara).
Geologi untuk formasi plastis.
3. Breakthrough air prematur. Profil injeksi yang buruk. Analisis sumur injeksi.
Tekanan ekstensi rekahan yang Uji injeksi step-rate.
berlebih pada injektor.
Geometri pola yang salah. Studi kontinuitas ketebalan.
Studi arah permeabilitas.
Stratifikasi reservoir atau zona Uji interferensi dan log produksi.
"pencuri".
Heterogenitas areal. Evaluasi geologi dan geofisika.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 30 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

3.3. TEKNIK ANALISA GRAFIS


Pencocokan secara empiris dari data produksi sebagai fungsi dari beberapa faktor seperti
waktu adalah metoda yang umum digunakan untuk memperkirakan cadangan yang masih ada
dalam reservoir minyak.
Ekstrapolasi dari kurva penurunan (decline curve) empirik manapun ke dalam kondisi di
masa mendatang dibuat berdasarkan asumsi bahwa seluruh faktor yang mempengaruhi produksi
dari suatu sumur atau sekumpulan sumur akan terus memiliki efek kumulatif yang identik di
masa mendatang.
Untuk keterangan yang lebih lengkap mengenai decline curve dapat dilihat pada TR 03.04.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 31 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Patton, C. C. : "Water Quality Control and Its Importance in Waterflooding Operations", JPT
(Sep. 1988), 1123 - 1126.
2. Hensel, W. M. Jr., Sullivan, R. L., Stallings, R. H. : "Understanding and Solving Injection Well
Problems", Petroleum Engineering International (May 1981), 155 - 170.
3. Hall, M. N. : "How to Analyze Waterflood Injection Well Performance", World Oil (Oct. 1963),
128 - 129.
4. DeMarco, M. : "Simplified Method Pinpoints Injection Well Problems", World Oil (Apr. 1969), 92
- 100.
5. Abbaszadeh, M., Kamal, M. : "Pressure Transient Testing of Water Injection Wells", SPE
Reservoir Engineering (Feb. 1989), 115 - 121.
6. Kamal, M. : "The Use of Pressure Transients to Describe Reservoir Heterogenity", JPT (Aug.
1979), 1060 - 1070.
7. Felsenthal, M. : "Step-rate Tests Determine Safe Injection Pressures in Floods", Oil and Gas J.
(Oct. 1974), 49 - 54.
8. Singh, P. K., Agarwal, R. G., dan Krase, L. D. : "Systematic Design and Analysis of Step-rate
Tests to Determine Formation Parting Pressure", Paper SPE 16798, 1987.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 08.07
Halaman : 32 / 32
JUDUL : METODE EOR
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SUB JUDUL : Monitoring Kinerja Waterflood

5. DAFTAR SIMBOL

Bw = faktor volume formasi air, bbl/STB


h = ketebalan formasi, ft
I = indeks injektivitas, bbl/psi
Is = indeks injektivitas spesifik, bbl/hari/psi-ft
iw = laju injeksi, bbl/hari
k = permeabilitas absolut, mD
krw = permeabilitas relatif air, tidak berdimensi
kw = permeabilitas air, mD
m = kemiringan garis, psi-hari/bbl
Pe = tekanan pada jari-jari eksternal daerah pengurasan, psia
Piwf = tekanan injeksi dasar sumur, psia
re = jari-jari eksternal daerah pengurasan, ft
rw = jari-jari lubang bor, ft
S = faktor skin, tidak berdimensi
w = viskositas air, cp

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 1 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

DASAR-DASAR MELAKUKAN SIMULASI RESERVOIR

1. PENDAHULUAN
Simulasi reservoir diperlukan untuk memperoleh kinerja reservoir dengan teliti pada berbagai kondisi
komplesi sumur dan skenario produksi. Unsur-unsur dasar dalam melakukan simulasi reservoir
meliputi hal-hal berikut ini:
mendefinisikan tujuan yang akan dicapai,
mengumpulkan dan menganalisa data,
membuat model reservoir dan karakteristiknya (reservoir characterization),
menyelaraskan volume hidrokarbon (initialisation),
menyelaraskan kinerja model reservoir dengan sejarah produksi (history matching),
melakukan peramalan produksi dengan berbagai skenario pengembangan, dan
membuat laporan.

Tahapan yang paling penting adalah pada saat menentukan tujuan yang akan dicapai oleh perkerjaan
simulasi tersebut. Tujuan ini akan menentukan seberapa besar sumber daya (manusia dan data) dan
waktu yang akan dialokasikan untuk pekerjaan simulasi ini, pendekatan model yang akan digunakan,
kualitas penyelarasan sejarah produksi yang diinginkan, dan jumlah skenario pengembangan yang
perlu dilakukan.

Pada umumnya reservoir simulasi memerlukan bermacam-macam data yang sangat komprehensif.
Sisi positifnya adalah data dikumpulkan dari berbagai sumber dan diintegrasikan menjadi satu
kesatuan model. Karenanya data-data tersebut terlebih dulu perlu direview, dianalisa dan diproses.
Validasi data dan adanya perbedaan interpretasi dari sumber data yang berbeda meningkatkan
pengetahuan engineer tentang reservoir sehingga akan lebih memahami akan karakteristik reservoir.
Sisi negatifnya adalah pekerjaan simulasi ini memerlukan sumber daya yang sangat intensif. Sumber
daya ini meliputi biaya untuk memperoleh data dan komputasi, waktu, software, dan pemeliharaan.

Pertimbangan-pertimbangan dalam pembuatan model meliputi jenis model (black oil, compositional,
thermal, dan homogen atau dual porosity), model dan ukuran grid.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 2 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

Setelah model dibuat, dilakukan penyelarasan fluida hidrokarbon. Penyelarasan ini dibuat agar
volume hidrokarbon yang diperoleh berdasarkan saturasi hasil interpretasi data log bersesuaian
dengan distribusi saturasi pada model simulasi yang dihitung berdasarkan data tekanan kapiler.

Setelah penyelarasan volume hidrokarbon tercapai, maka dilakukan penyelarasan model simulasi
dengan sejarah produksi. Dalam proses ini data-data dalam model diubah untuk disesuaikan dengan
sejarah produksi. Dapat dikatakan bahwa tahapan ini adalah tahapan kalibrasi model.

Setelah penyelarasan dianggap memadai, prediksi produksi dapat dilakukan. Yang perlu juga
dilakukan pada tahap ini adalah menganalisa hasil dari simulator apakah masuk akal atau tidak, yaitu
dengan melakukan perbandingan dengan metode lain yang lebih sederhana dan merupakan standar di
industri seperti material balance, decline curve dan Buckley-Leverett, dan dengan lapangan yang
memiliki sifat-sifat serupa.

2. MENENTUKAN TUJUAN SIMULASI


Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan saat membuat tujuan simulasi, yaitu :
a. tahapan perolehan (eksplorasi atau pengembangan),
b. jumlah dan kualitas data yang tersedia, dan
c. batasan waktu studi.

Penjelasan singkat tentang tiga faktor tersebut adalah berikut ini:


Tahap perolehan perlu menjadi pertimbangan karena simulasi reservoir hanya cukup akurat jika
tersedia data produksi yang cukup. Untuk tahap eksplorasi dimana data produksi hanya didapat
dari hasil DST yang sangat singkat, kalibrasi atau penyelarasan model hanya dapat dilakukan
bersifat sangat umum. Karenanya tujuan simulasi pada tahap ini hanyalah sebatas pada
menentukan kisaran harga cadangan dan lamanya waktu produksi dari reservoir.
Jumlah dan kualitas dari data yang tersedia menentukan juga tujuan dari studi simulasi. Misalnya,
jika permeabilitas relatif gas/minyak tidak tersedia, studi tentang gas flooding menggunakan
simulasi tidaklah akurat.
Jika waktu untuk melakukan studi sangat singkat prediksi secara mendetail mungkin tidak dapat
dilakukan.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 3 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

3. ANALISA DATA
Data yang diperlukan oleh pekerjaan simulasi terdiri dari berbagai sumber data seperti ditunjukkan
oleh Tabel 1. Dalam simulasi reservoir data-data yang dimasukkan dalam simulator harus konsisten
dengan ukuran grid dan layer yang digunakan dalam model.

3.1. DATA GEOFISIKA DAN GEOLOGI


Data geofisika memberikan ukuran atau batasan dari reservoir dan data geologi menyediakan
anatomi bagian dalamnya.

3.1.1. Data Geofisika


Data geofisika yang umum dipakai dalam simulasi reservoir adalah data seismik, yang
dapat menunjukkan adanya patahan, formation pinchouts, ketidakselarasan, variasi pada
ketebalan reservoir dan reservoir continuity (Gambar 1). Kekurangan dari data seismik
adalah jika sifat-sifat reservoir memiliki skala yang lebih kecil dari resolusi dari survei
seismik.

3.1.2. Data Geologi


Model geologi mengambarkan distribusi sifat-sifat reservoir, seperti : permeabilitas,
porositas, ketebalan bersih, flow barriers dan nonreservoir facies. Oleh sebab itu, model
geologi kerangka dimana suatu simulasi reservoir dibuat. Ilustrasi tentang hal ini
ditunjukkan oleh Gambar 2.

Tabel 2 memperlihatkan parameter yang diperlukan dalam membuat model geologi.


Model geologi yang baik tidak hanya memetakan sifat-sifat reservoir yang bervariasi di
reservoir hidrokarbon dan aquifer yang berhubungan, tetapi juga berusaha untuk
menerjemahkan proses yang mempengaruhi distribusi dari sifat-sifat tersebut. Dua
proses utama yang mempengaruhi distribusi sifat-sifat reservoir adalah :
Lingkungan Pengendapan
Diagenesis

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 4 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

3.2. DATA TEKNIS


Data teknis meliputi hal yang berhubungan dengan data statik dan dinamik, yaitu:
a. Deskripsi reservoir, meliputi :
Data core
Analisa Core Rutin (Routine Core Analysis)
Analisa Core Spesial (Special Core Analysis - SCAL)
Openhole Well-Log Data
Data tekanan transien
Data produksi
b. Deskripsi batuan nonreservoir, meliputi :
Deskripsi shale
Deskripsi aquifer
c. Deskripsi fluida, meliputi :
Deskripsi black-oil
Deskripsi komposisional

3.3. PEMECAHAN PERSOALAN PERBEDAAN ANALISA DATA DARI SUMBER YANG


BERBEDA
Manipulasi dari seluruh data yang diperlukan dalam studi simulasi menyebabkan adanya
konflik pada data yang berasal dari sumber yang berlainan. Beberapa konflik yang cukup
potensial untuk dapat terjadi, antara lain :
perbedaan harga ketinggian zona transisi yang diperoleh dari log sumur dan data core
perbedaan harga tekanan kapiler untuk proses drainase dan imbibisi
perbedaan kurva permeabilitas relatif
perbedaan dalam sifat-sifat PVT untuk proses flash dan differential

Pemecahan dari masalah-masalah di atas dapat diperoleh dengan memilih data yang paling
akurat yang mewakili proses yang terjadi di reservoir dan yang diukur pada skala reservoir.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 5 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

3.4. PEMBUATAN MODEL


Untuk penggunaan dalam simulasi reservoir, perlu adanya manipulasi data lebih lanjut karena
data yang diperlukan bergantung pada tipe model dan ukuran grid yang digunakan dalam studi.

3.4.1. Pemilihan Model


Pembuatan model simulasi diperhatikan dengan mengumpulkan data-data untuk
membentuk perwakilan matematis yang koheren dan terpadu untuk reservoir yang
menjadi subyek.
Proses pemilihan model ini meliputi :
Filosofi Pemodelan
Deskripsi Fluida
Jenis Reservoir
Proses Perolehan, antara lain : Deplesi Utama (Primary Depletion),
Perolehan Sekunder (Secondary Recovery) dan Pressure Maintenance, proses
EOR
Lingkup Model, antara lain : Model Sumur Tunggal (Single-Well Models),
Model Cross-Sectional, Model Window, Model Full-Field
Dimensi Model, antara lain : Model Dimensi Nol (Zero-Dimensional (0 D)
Models), Model Satu Dimensi, Model Dua Dimensi, Model Stacked Areal,
Model Tiga Dimensi.
Penentu Solusi Persamaan, antara lain : Nonlinear-Equation Solvers (misal :
IMPES), Linear-Equation Solvers

3.4.2. Diskretisasi Model


Aspek praktis dari proses ini meliputi :
Diskretisasi ruang (Spatial Discretization), antara lain : Diskretisasi Area
(Areal Discretization), Diskretisasi Vertikal (Vertical Discretization)
Diskretisasi Waktu (Time Discretization)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 6 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

3.4.3. Penetapan Sifat-Sifat Batuan Dan Fluida Dalam Grid-Cell


Penetapan sifat-sifat reservoir ke dalam grid-cells dari peta reservoir.
Penetapan sifat-sifat reservoir ke dalam grid-cells dari model Fine-Grid
Geocellular.
Penetapan sifat-sifat interaksi batuan/fluida ke dalam grid cells, antara lain :
Interblock Pseudofunctions, Well Pseudofunctions.
Penetapan sifat-sifat sumur ke dalam grid-cells, antara lain : Indeks
Produktivitas Ukuran Lapangan (Field-Measured Productivity Indices),
Indeks Produktivitas Turunan (Derived Productivity Indices).

3.5. INITIALISATION
Volume hidrokarbon yang dihitung berdasarkan studi geologi didasarkan pada saturasi yang
diperoleh berdasarkan data log. Sedangkan pada model simulasi distribusi saturasi dihitung
kembali berdasarkan data tekanan kapiler, porositas dan permeabilitas pada setiap kedalaman.
Tentunya volume hidrokarbon dari kedua model tersebut harus selaras. Biasanya volume
hidrokarbon dari model simulasi lebih besar karena tekanan kapiler yang digunakan adalah
yang diperoleh dari proses imbibisi. Tekanan kapiler imbibisi ini digunakan untuk
memodelkan proses produksi dimana seiring dengan waktu produksi saturasi air (sebagai
wetting phase) akan bertambah. Sedangkan untuk menggambarkan proses akumulasi
hidrokarbon di reservoir lebih tepat digambarkan oleh proses drainage (dimana hidrokarbon
bermigrasi dari batuan sumber ke batuan reservoir yang sebelumnya terisi oleh air). Untuk
mengatasi hal tersebut, pada umumnya harga porositas pada model simulasi dilakukan
perubahan untuk mendapatkan penyelarasan volume hidrokarbon.

3.6. HISTORY MATCHING


Data yang akan digunakan untuk model simulasi agar dapat mmperkirakan kinerja reservoir
secukupnya perlu disesuaikan. Proses penyesuaian data-data ini dilakukan selama fasa history-
matching dari studi simulasi.

Walaupun tidak ada peraturan mengenai cara melakukan history matching, ada beberapa hal
yang umum dilakukan pada contoh-contoh history matching yang sukses. Para teknisi, geologis
dan staf operator dari lapangan subyek harus terlibat secara mendalam pada proses ini. Peran
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 7 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

staf operator terutama pada penentuan interval yang meyakinkan untuk proses pencocokkan
data produksi, membantu memilih data reservoir yang akan disesuaikan, menentukan jarak
yang dapat diterima untuk penyesuaian data reservoir dan menyediakan pengetahuan tentang
lapangan yang mungkin belum diketahui oleh teknisi simulasi.

Idealnya, hanya data yang diketahui paling tidak akurat di lapangan atau yang tidak diukur
pada skala reservoir, yang harus diganti selama proses history matching ini. Data-data tersebut
harus disesuaikan menurut batasan-batasan yang dapat diterima, yang ditentukan oleh teknisi
lapangan dan geologis.

Walaupun permeabilitas relatif dapat menjadi parameter history-matching yang kuat, data
tersebut harus digunakan hanya sebagai sumber terakhir. Aproksimasi paling baik untuk
permeabilitas relatif harus tergabung selama studi pembuatan model dan, jika memungkinkan,
tidak boleh dimodifikasi kecuali dibenarkan secara teknis.

3.6.1. Tujuan History Matching


Tujuan utama dari history matching adalah untuk memperbaiki dan memvalidasi model
simulasi reservoir.

Lebih jauh lagi, history matching juga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang proses yang terjadi di reservoir dan pada akhirnya dapat mengidentifikasi
kondisi operasi yang tidak lazim.

3.6.2. Pemilihan Metode History Matching


Ada dua pendekatan yang biasanya digunakan untuk proses history matching, yaitu
secara manual dan otomatis. Dari keduanya, proses secara manual yang paling sering
digunakan.

Proses history matching secara manual melakukan simulasi untuk periode yang
tersedia sejarah produksinya dan membandingkan hasilnya dengan kelakuan produksi
yang terjadi di lapangan. Hasil perbandingan ini dapat digunakan oleh teknisi reservoir
untuk menyesuaikan data simulasi agar kecocokkan dapat diperbaiki. Seleksi input data

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 8 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

yang akan disesuaikan dilakukan oleh teknisi simulasi dan memerlukan pengetahuan
tentang lapangan yang sedang dipelajari, penilaian secara teknis dan pengalaman
teknik reservoir. Jika teknisi yang melakukan studi tidak berpengalaman dengan
lapangan, seleksi data ini harus dibuat dengan bantuan staf operator lapangan.

Proses history matching secara otomatis identik dengan proses secara manual kecuali
di sini logika komputer yang digunakan untuk menyesuaikan data reservoir.
Kekurangannya adalah proses ini tidak melibatkan teknisi, sehingga mengabaikan
penilaian teknik dan pengetahuan spesifik tentang reservoir subyek.

Pemilihan metode history matching, secara manual atau otomatis, yang akan digunakan
dalam studi simulasi tergantung pada tujuan dari history matching, sumber daya
perusahaan yang diperuntukkan untuk history matching dan tenggat waktu studi
simulasi.
Baik metode history matching secara manual atau otomatis tidak menjamin berhasilnya
proses history matching.

3.6.3. Pemilihan Data Produksi Untuk Ditentukan dan Dicocokkan


a. Pemilihan data produksi/injeksi untuk ditentukan.
Sumur produksi
Pada umumnya pemilihan data produksi untuk ditentukan tergantung pada
langkah history matching dan kehadiran hidrokarbon di reservoir. Data
produksi yang paling layak untuk ditentukan adalah laju well-voidage historis
(historical well-voidage rates). Voidage rate adalah jumlah laju minyak, gas
bebas dan air pada kondisi reservoir.

Sumur injeksi
Pemilihan data sumur injeksi ini tidak sepenting sumur produksi. Pada
umumnya, spesifikasi dari laju injeksi permukaan historis sudah mencukupi
untuk sumur injeksi selama seluruh tahapan history match.

b. Pemilihan data produksi/injeksi untuk dicocokkan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 9 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

Proses pemilihan ini tergantung pada tersedianya data produksi/injeksi dan


kualitas data tersebut. Pada umumnya, semakin banyak data yang dapat
dicocokkan, semakin besar meyakinkan model simulasi yang digunakan selama
tahap perkiraan dari studi.
Sumur produksi
Selama proses pencocokkan tekanan, data utama yang dicocokkan adalah
tekanan penutupan build-up (Pws) dan tekanan dari penguji formasi
menggunakan wireline. Dalam pemodelan full-field, tekanan alir sumur (Pwf)
jarang disertakan dalam history match.
Selama tahap pencocokkan saturasi pada proses history match, data yang
paling umum dipilih untuk dicocokkan adalah water cut sumur (WOR) dan
GOR. Kedua data tersebut harus divalidasi untuk meyakinkan bahwa
produksi air dan gas tidak terpengaruh oleh tubing, semen atau kebocoran
casing. GOR yang paling layak digunakan adalah harga GOR yang
terproduksi.

Sumur injeksi
Data utama dari sumur injeksi yang tersedia untuk dicocokkan selama history
match adalah tekanan statik dan laju injeksi zonal. Pengukuran tekanan statik
sama dengan seperti pada sumur produksi. Laju injeksi zonal dapat
ditentukan secara kualitatif dengan survei temperatur dan logging akustik.

Hubungan antara tujuan studi dan ketersediaan data


Karena ketersediaan dan kualitas data historis berada di luar kendali para
teknisi yang melakukan studi simulasi, maka peran teknisi simulasi untuk
memastikan tujuan studi agar konsisten dan dapat dicapai dengan data
historis yang tersedia, sangat penting.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 10 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

3.6.4. Pemilihan Data Reservoir Untuk Disesuaikan


Pemilihan parameter yang akan disesuaikan selama proses history match harus
dilakukan dengan bijaksana dan dengan bantuan teknisi lapangan dan geolog.

Parameter history matching yang paling sering digunakan adalah ukuran dan kekuatan
aquifer, ada (atau tidaknya) penghalang permeabilitas vertikal, produk kHh (reservoir
dan sumur), rasio kV/kH, PV dan permeabilitas relatif. Pilihan parameter yang cukup
layak untuk digunakan tergantung dari situasi yang diberikan (tidak ada metode
khusus), tetapi sangat disarankan bahwa data permeabilitas relatif yang terbaik dipilih
pada permulaan studi dan data tersebut disesuaikan hanya sebagai sumber terakhir.

Rentang parameter history matching yang dapat disesuaikan tergantung pada banyak
faktor, termasuk kualitas data yang diminta, geologi rservoir (lingkungan deposisional
dan proses diagenesis) dan tingkat kontrol geologi di lapangan subyek. Rentang untuk
perubahan data tidak perlu seragam di sepanjang lapangan.

3.6.5. Menyesuaikan Data Reservoir Agar Cocok dengan Produksi Historis


Proses ini biasanya dilakukan dalam 2 tahap. Tujuan tahap pertama adalah
mencocokkan tekanan reservoir rata-rata. Tujuan tahap kedua adalah mencocokkan
sejarah sumur individual.

Saat membuat penyesuaian secara vertikal, urutan berikut ini harus dicoba :
a. Global (seluruh lapisan simulasi).
b. Reservoir (di lapangan yang terbuat dari reservoir yang bertumpuk secara
vertikal).
c. Satuan aliran dalam reservoir.
d. Facies (di reservoir berlapis atau satuan aliran).
e. Lapisan-lapisan simulasi.
Saat membuat penyesuaian secara areal, urutan berikut ini harus dicoba :
a. Global (seluruh grid cell).
b. Reservoir/aquifer.
c. Blok patahan dalam reservoir.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 11 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

d. Facies (lengkungan area facies).


e. Regional (kelompok sumur offset yang menunjukkan masalah umum history
match).
f. Sumur individual.

3.6.6. Kualitas History Match


Tidak ada standar dalam pendefinisian history matching yang sukses. Yang paling
penting adalah proses history match yang dilakukan konsisten terjadap tujuan dari studi
simulasi yang dilakukan.

3.7. PERAMALAN PRODUKSI (PRODUCTION FORECAST)


Tahap prakiraan dari studi simulasi adalah tahap dimana hampir seluruh tujuan studi tercapai.
Pada tahap studi ini, model simulasi digunakan untuk memperkirakan kinerja resevoir di masa
depan, yang merupakan kontras dari history matching dimana simulator digunakan untuk
mencocokkan kinerja historis.
3.7.1. Pemilihan Kasus-Kasus Prakiraan
Simulasi reservoir paling baik digunakan untuk membandingkan perubahan dalam
strategi reservoir-management (atau pilihan development yang sangat berbeda) untuk
menilai bertambahnya pengaruh yang kuat dari proyek yang sedang diselidiki.

Pemilihan dari kasus dasar tergantung pada tujuan dari studi simulasi. Pada umumnya,
kasus dasar dipilih sebagai :
a. kasus tidak adanya pengeluaran kapital di masa mendatang (kasus tak melakukan
apa-apa),
b. kasus strategi reservoir-management yang sedang berlangsung,
c. kasus strategi reservoir-management yang sudah diantisipasi (untuk lapangan yang
sedang dalam tahap penilaian untuk dikembangkan). Untuk kasus ini, biasanya
kasus deplesi-primer dipilih menjadi kasus dasar.

3.7.1.1. Kasus-kasus proyek


Salah satu alasan mengapa simulasi reservoir adalah alat yang sangat kuat
adalah karena skenario produksi apapun dapat diselidiki. Ketika membangun

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 12 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

suatu kasus proyek, hal yang selalu baik untuk dilakukan adalah mengubah
hanya satu variabel atau komponen di satu waktu jika memungkinkan.

Model simulasi juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat campur


tangan antara kasus proyek dan kasus dasar.

Penggunaan yang tepat dari hasil yang diperoleh dari simulator tergantung
pada tujuan dari studi yang dilakukan. Sebagai contoh, untuk proyek
ekonomi, hasil tambahan adalah hasil yang benar untuk dipergunakan,
sementara laju proyek (dari laporan sumur simulator) mungkin lebih tepat
untuk digunakan dalam desain proyek (ukuran tubing, desain pengangkatan
buatan, masalah separator, dan faktor lain yang sejenis).

3.5.1.2. Kasus sensitivitas


Walaupun simulasi reservoir paling baik digunakan sbagai alat pembanding,
muncul situasi dimana hal ini tidak dapat digunakan dengan cara ini.

Kasus sensitivitas berbeda-beda untuk tiap kasus proyek, dimana pada kasus
sensitivitas ini proyek yang sama diselidiki tetapi ketidakpastian
dihubungkan dengan proyek yang telah dievaluasi.

3.7.2. Reservoir Management dalam Simulasi Reservoir


Perbedaan utama antara melakukan simulasi reservoir pada cara prakiraan sebagai
lawan dari cara history matching adalah pada spesifikasi sumur dan batasan produksi
yang digunakan dalam model. Sebagai tambahan untuk spesifikasi sumur baru, batasan
produksi dapat ditentukan selama tahap prakiraan untuk membantu memodelkan
strategi reservoir-management dan latihan-latihan operasi di lapangan. Biasanya hanya
sedikit (atau tidak ada sama sekali) batasan produksi yang digunakan pada cara history.

Ada perbedaan mendasar antara spesifikasi sumur dan batasan produksi. Spesifikasi
sumur digunakan sebagai target untuk sumur individual, sedangkan batasan produksi
digunakan untuk mempertahankan parameter produksi yang bervariasi agar tetap

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 13 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

berada pada rentang yang masih dapat diterima dan realistis. Tiap sumur pada model
memerlukan satu (dan hanya satu) spesifikasi sumur, tetapi dapat memiliki batasan
sebanyak apapun.

Spesifikasi sumur yang tepat untuk digunakan pada tahap prakiraan dari suatu studi
tergantung pada strategi yang digunakan untuk manajemen lapangan. Kebanyakan
simulator komersial memiliki beberapa pilihan untuk spesifikasi sumur (Tabel 3).

Batasan produksi yang tepat untuk digunakan pada tahap prakiraan suatu studi juga
tergantung pada strategi reservoir-management yang digunakan di lapangan.

Bergantung pada program simulasi reservoir yang digunakan dalam studi, batasan
produksi dapat ditempatkan di sebagian besar tingkatan pada sistem reservoir/lubang
sumur, yaitu bisa di lapisan simulasi, sumur individual, kelompok sumur dan seluruh
lapangan (Tabel 4).

Kegunaan dari batasan pada tingkat lubang bor/reservoir yang bervariasi dapat
menyediakan bagi para teknisi kemampuan untuk memodelkan strategi reservoir-
management yang kompleks dengan campur tangan manual yang relatif sedikit.

Mengubah cara dari history ke prakiraan memerlukan perubahan spesifikasi sumur


pada akhir dari periode historis. Hal ini berpotensi untuk menyebabkan perubahan yang
tak disangka dan tidak alami dari laju produksi selama masa transisi dari history ke
prakiraan.

3.7.3. Validasi dan Analisa Prakiraan Simulasi


Setelah menjalankan model simulasi pada tahap prakiraan, hasilnya harus direview
scara kritis sebelum dilaporkan ke pihak manajemen. Proses validasi diperlukan untuk
memastikan bahwa hasil simulasi masuk akal.

Untuk memeriksa apakah model simulasi memberikan ramalan yang dapat diandalkan,
prakiraan simulasi harus dibandingkan dengan prakiraan yang diperoleh dari sumber

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 14 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

lain. Pemeriksaan yang paling dapat diandalkan adalah dengan membandingkan hasil
simulasi dengan lapangan yang analog.

Pemeriksaan lain untuk data reservoir dapat dilakukan terhadap studi-studi lainnya
yang dilakukan di masa lalu pada lapangan subyek. Sumber ketiga untuk validasi data
reservoir yang digunakan pada tahap prakiraan dalam studi adalah pendekatan analitik
seperti studi material balance.

Hasil dari rutinitas manajemen sumur pada kasus prakiraan juga harus direview.
Rutinitas manajemen produksi pada program simulasi reservoir memungkinkan latihan
operasional yang kompleks untuk dimodelkan oleh simulator tanpa campur tangan
teknisi yang melakukan studi. Hasil manajemen sumur ini sringkali perlu diperiksa
untuk memastikan bahwa lapangan dimodelkan dalam cara yang realistis. Seluruh
pekerjaan sumur yang disimulasikan juga harus direview untuk memastikan komplesi
sumur dapat mendukung pekerjaan ini.

Pemeriksaan-pemeriksaan ini layak dilakukan karena mereka dapat digunakan untuk


menangkap kesalahan pada data sebelum disebarkan ke kasus-kasus prakiraan di masa
yang akan datang. Hal ini memastikan bahwa pekerjaan ulang diminimalkan ketika
kesalahan ditemukan dan yang paling penting, keputusan didasarkan pada kasus
simulasi yang valid.

3.8. SEPULUH GOLDEN RULES DALAM SIMULASI RESERVOIR


Ada sepuluh hal yang perlu diperhatikan oleh teknisi yang melakukan simulasi reservoir, yaitu:
1. Memahami Masalah Anda dan Menentukan Tujuan Anda
Sebelum Anda melakukan simulasi, pahami karakteristik geologis dari reservoir Anda,
fluida yang terkandung di dalamnya dan kelakuan dinamisnya. Juga tetapkan tujuan dari
studi yang Anda lakukan dengan jelas pada secarik kertas sebelum Anda memulai.
Tanyakan pada diri Anda sendiri apakah tujuan itu realistis. Pertimbangan ini akan
membantu Anda memilih model yang paling cocok untuk studi Anda.
2. Pertahankan agar tetap Sederhana
Mulai dan akhiri dengan model paling sederhana yang konsisten dengan sifat alami

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 15 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

reservoir, tujuan studi Anda dan ketersediaan data. Teknik reservoir yang klasik, model
analitis sederhana atau simulasi blok-tunggal seringkali adalah yang Anda perlukan. Pada
waktu yang lain, model yang paling memuaskan yang tersedia untuk Anda belum tentu
dapat memenuhi kebutuhan Anda. Pahami batasan dan kemampuan model.
3. Memahami Interaksi antara Bagian-Bagian yang Berbeda
Ingatlah bahwa reservoir bukan sesuatu yang terisolasi. Ia dapat berhubungan dengan
aquifer dan melaluinya, bahkan ke reservoir lainnya. Lebih jauh lagi, reservoir terhubung
ke fasilitas permukaan melalui sumur-sumur. Isolasi dari komponen yang berbeda pada
sistem ini untuk studi yang terpisah seringkali dapat menyebabkan hasil yang tidak tepat
dengan mengabaikan interaksi antara bagian-bagian yang berbeda dalam sistem. Meskipun
demikian, jika tepat, jangan takut untuk memecahkan masalah besar menjadi
komponennya yang lebih kecil. Hal ini dapat mengarah pada bukan hanya simpanan yang
substansial, tetapi pada pemahaman yang lebih besar dari mekanisme yang terlibat.
4. Jangan Mengasumsikan Lebih Besar Selalu Lebih Baik
Selalu tanyakan ukuran dari studi yang dibatasi oleh sumber daya komputer atau biaya.
Teknisi simulasi seringkali percaya bahwa tidak ada komputer yang cukup besar untuk
melakukan apa yang mereka ingin lakukan dan cenderung dengan mudahnya
meningkatkan ukuran dari model agar masuk ke komputer. Lebih banyak blok dan
komponen tidak secara otomatis menerjemahkan kepada akurasi dan keterandalan yang
lebih besar. Pada kenyataannya, pada beberapa situasi, kebalikannyalah yang benar.
Berpegang teguhlah pada penilaian yang tepat mengenai jumlah blok yang digunakan pada
studi yang diberikan.
5. Ketahui Batasan Anda dan Percayalah pada Penilaian Anda
Ingatlah bahwa simulasi bukan ilmu pasti. Seluruh model didasarkan pada asumsi dan
menyediakan hanya perkiraan jawaban untuk masalah yang sebenarnya. Oleh sebab itu,
pemahaman yang baik mengenai masalah dan model sangat penting untuk keberhasilan.
Perkiraan numerik bisa memperkenalkan fenomena pseudophysical seperti dispersi
numerik. Gunakan dan percayalah pada penilaian Anda, terutama jika berdasarkan analisa
Anda mengenai lapangan atau penelitian di laboratorium. Hati-hati dalam memeriksa input
dan output Anda. Lakukan perhitungan material balance yang sederhana untuk memeriksa
hasil simulasi. Berikan perhatian yang khusus pada hal-hal seperti kompresibilitas dan
permeabilitas yang berharga negatif.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 16 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

6. Buatlah Harapan yang Masuk Akal


Jangan mencoba untuk memperoleh dari simulator hal yang tidak dapat dicapai dalam
produksi. Biasanya yang paling bisa kita peroleh dari suatu studi adalah petunjuk dari
pilihan yang relatif berguna, yang tersedia untuk Anda. Di waktu lain, Anda berhak untuk
meminta lebih banyak. Tetapi ingat bahwa jika Anda tidak melibatkan suatu mekanisme
selama pembangunan model, Anda tidak dapat mempelajari efek tersebut dengan model
itu.
7. Pertanyakan Penyesuaian Data untuk History Matching
Selalu tanyakan penyesuaian data selama history matching. Ingatlah bahwa proses ini tidak
mempunyai solusi yang khusus. Solusi yang paling masuk akal akan diperoleh dengan
memberikan perhatian yang mendalam pada hal yang tidak masuk akal secara fisik dan
geologis. History match yang baik dengan penyesuaian data yang tidak tepat dapat
menyebabkan prakiraan yang buruk. Jangan terbuai dengan keamanan yang salah dari
kecocokkan yang baik atau mendekati.
8. Jangan Menghaluskan Data-Data yang Ekstrim
Perhatikan harga permeabilitas yang ekstrim (barrier dan channel). Hati-hati dalam proses
perata-rataan untuk menghindari kehilangan informasi yang penting ketika merata-ratakan
nilai yang ekstrim. Jangan pernah merata-ratakan nilai yang ekstrim.
9. Perhatikan Pengukuran dan Skala yang Digunakan
Harga yang diukur pada skala core tidak dapat diaplikasikan langsung pada skala blok
yang lebih besar, tetapi pengukuran memang mempengaruhi harga pada skala yang lain.
Ingatlah bahwa perata-rataan dapat mengubah sifat alami variabel yang Anda rata-ratakan.
Sebagai contoh, permeabilitas dapat berupa skalar pada beberapa skala yang kecil dan
suatu tensor pada skala yang besar. Bahkan arti dari tekanan kapiler dan permeabilitas
relatif bisa berbeda pada skala yang berbeda. Juga bentuk yang dispersif dalam persamaan
kita merupakan hasil dari proses perata-rataan.
10. Jangan Berhemat pada Pekerjaan Laboratorium yang Perlu
Model-model tidak menggantikan eksperimen laboratorium yang baik, yang didesain
untuk memperoleh pemahaman tentang sifat alami proses yang domodelkan atau untuk
mengukur parameter-parameter yang penting dari persamaan yang diselesaikan oleh
simulator Anda. Rencanakan pekerjaan laboratorium Anda dengan penggunaan akhir dari
informasi ini dalam pikiran Anda. Pelajari bagaimana membuat skala untuk data.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 17 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

4. DAFTAR PUSTAKA

1. Ertekin, Turgay, Abou-Kassem, Jamal dan King, Gregory R. : Basic Applied Reservoir
Simulation, SPE Textbook Series Vol. 7, Richardson, Texas, 2001.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 18 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

5. LAMPIRAN

TABEL 1. SUMBER-SUMBER DATA RESERVOIR

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 19 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 1. (LANJUTAN)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 20 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 2. DATA YANG DIPERLUKAN DALAM MEMBANGUN MODEL GEOLOGI

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 21 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 3. SPESIFIKASI SUMUR DAN KEGUNAAN UMUMNYA DALAM SIMULASI


RESERVOIR

Spesifikasi Sumur Kegunaan dalam Simulasi Reservoir


Laju alir minyak, qosc Menentukan laju alir minyak yang diukur selama history
matching.
Model produksi sumur pada kapasitas pengelolaan
minyak untuk prakiraan.
Model sumur produksi pada batas minyak yang diijinkan
untuk prakiraan.
Model fluks minyak melalui boundaries dari model
jendela sampai pseudowells.
Laju alir air, qwsc Menentukan laju injeksi air yang diukur selama history
matching.
Jarang digunakan untuk sumur produksi selama history
matching.
Model sumur produksi pada kapasitas water-treating
untuk prakiraan.
Model sumur injeksi yang menginjeksikan air pada
kapasitas.
Model fluks air melalui boundaries dari model jendela
sampai pseudowells.
Laju alir cairan, qLsc Menentukan laju alir cairan selama history matching.
Model sumur produksi pada kapasitas cairan untuk
prakiraan.
Kapasitas fasilitas.
Kapasitas tubing/flowline/pipeline.
Model fluks cairan melalui boundaries dari full-field,
cross-sectional dan sumur tunggal sampai pseudowells.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 22 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 3. (LANJUTAN)

Spesifikasi Sumur Kegunaan dalam Simulasi Reservoir


Laju alir gas, qgsc Menentukan laju alir gas yang diukur selama history
matching.
Model sumur produksi pada kapasitas pemrosesan gas
untuk prakiraan.
Model sumur gas produksi pada batasan yang diijinkan.
Model sumur injeksi yang menginjeksikan gas pada
kapasitas injeksi.
Model fluks gas melalui boundaries dari model jendela
sampai pseudowells.
Laju alir voidage, qt Menentukan voidage reservoir dari sumur selama history
matching (berguna untuk mencocokkan tekanan reservoir
ketika water cut yang disimulasikan atau GOR tidak
cocok dengan water cut yang sesungguhnya atau GOR
dengan cukup.
Digunakan untuk produksi/injeksi voidage-balanced untuk
prakiraan.
Tekanan alir dasar sumur, Jarang digunakan selama history matching.
Pwf
Model sumur produksi terhadap tkanan lubang bor yang
konstan untuk prakiraan.
Model sumur produksi melalui pompa submersible
elektrik dengan tekanan inlet konstan untuk prakiraan.
Tekanan kepala tubing, Pth Jarang digunakan selama history matching.
Model sumur produksi sampai fasilitas dengan tekanan
tetap.
Headers.
Separators.
Pipilines.
Kompresor dengan tekanan inlet yang tetap.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 23 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 4. BATASAN PRODUKSI DAN KEGUNAAN UMUMNYA DALAM SIMULASI


RESERVOIR

Tingkat Batasan Batasan Produksi Pilihan Intervensi-Sumur


Lapisan simulasi Lapisan water/oil ratio (WOR) Menutup lapisan yang bermasalah.
Lapisan GOR Melengkapi lapisan tambahan.
Satuan aliran Lapisan water/oil ratio (WOR) Menutup lapisan yang bermasalah.
Lapisan GOR Melengkapi lapisan tambahan.
Sumur individual Laju alir minyak minimum Sumbat dan tinggalkan sumur.
Tutup sumur.
Stimulasi sumur.
Work over sumur.
Melengkapi lapisan tambahan.
Lakukan pengangkatan buatan pada sumur
berlaju alir rendah.
Laju alir cairan maksimum Sumur di-choke kembali.
Laju alir cairan minimum Sumbat dan tinggalkan sumur.
Tutup sumur.
Stimulasi sumur.
Melengkapi lapisan tambahan.
Lakukan pengangkatan buatan.
Laju alir air maksimum Sumur di-choke kembali.
Tutup lapisan dengan WOR tinggi.
Tutup sumur.
Lakukan operasi tubing-changeout.
Beralih ke sistem kapasitas-treatment-yang
lebih tinggi.
Laju alir gas maksimum Sumur di-choke kembali.
Tutup lapisan dengan GOR tinggi.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 24 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 4. (LANJUTAN)

Tingkat Batasan Batasan Produksi Pilihan Intervensi-Sumur


Tutup sumur.
Beralih ke sistem kapasitas-treatment-yang
lebih tinggi.
Laju alir gas minimum (untuk Sumbat dan tinggalkan sumur.
reservoir gas)
Tutup sumur.
Stimulasi sumur.
Melengkapi lapisan tambahan.
WOR sumur Sumbat dan tinggalkan sumur.
Tutup sumur.
Tutup lapisan dengan WOR tinggi.
Melengkapi lapisan dengan WOR rendah.
Sumur di-choke kembali.
Lakukan operasi tubing-changeout.
GOR sumur Sumbat dan tinggalkan sumur.
Tutup sumur.
Tutup lapisan dengan GOR tinggi.
Melengkapi lapisan dengan GOR rendah.
Sumur di-choke kembali.
Tekanan alir sumur minimum Sumbat dan tinggalkan sumur.
Tutup sumur.
Lakukan pengangkatan buatan.
Lakukan operasi tubing-changeout.
Tekanan kepala tubing Sumbat dan tinggalkan sumur.
minimum
Tutup sumur.
Beralih ke sistem tekanan-yang lebih
rendah.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 25 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

TABEL 4. (LANJUTAN)

Tingkat Batasan Batasan Produksi Pilihan Intervensi-Sumur


Kelompok sumur Laju alir minyak minimum Bor sumur tambahan.
Stimulasi sumur berlaju alir rendah.
Work over sumur dengan WOR/GOR
tinggi.
Buka sumur yang ditutup.
Lakukan pengangkatan buatan untuk
sumur berlaju alir rendah.
Laju alir cairan maksimum Tutup sumur berlaju alir rendah.
Skala kembali seluruh sumur.
Laju alir cairan minimum Bor sumur tambahan.
Stimulasi sumur berlaju alir rendah.
Lakukan pengangkatan buatan untuk
sumur berlaju alir rendah.
Laju alir air maksimum Tutup sumur dengan WOR tinggi.
Tutup sumur berlaju alir air tinggi.
Skala kembali seluruh sumur.
Bor sumur pembuangan.
Laju alir gas maksimum Tutup sumur dengan GOR tinggi.
Tutup sumur berlaju alir gas tinggi.
Skala kembali seluruh sumur.
Bor sumur injeksi.
Laju alir gas minimum (untuk Bor sumur tambahan.
reservoir gas)
Stimulasi sumur berlaju alir rendah.
Aplikasikan kompresor pada sumur berlaju
alir rendah.
Buka sumur yang ditutup.
Lapangan Sama seperti kelompok sumur Sama seperti kelompok sumur

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 26 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

Gambar 1. Contoh Seismic Line di Lapangan Brent

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 09
Halaman : 27 / 27
JUDUL : DASAR-DASAR MELAKUKAN
Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
SIMULASI RESERVOIR

Gambar 2. Pembuatan Model Geologi; WD = Water Drive, SG = Solution Gas

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 1 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

ASPEK-ASPEK RESERVOIR MANAGEMENT

Pendahuluan

Reservoir management adalah aplikasi dari berbagai macam teknologi dan pengetahuan tentang sistem
reservoir yang ada, dengan tujuan untuk mengontrol operasi dan memaksimalkan perolehan secara
ekonomis dari suatu reservoir.

Tujuan yang utama dari reservoir management adalah :


1. Mengurangi resiko
2. Menaikkan produksi minyak dan gas bumi
3. Menaikkan cadangan minyak dan gas bumi
4. Memaksimalkan perolehan
5. Meminimalkan pengeluaran (capital expenditures)
6. Meminimalkan ongkos produksi.

Langkah-langkah dalam reservoir management yang terintegrasi antara lain :


1. Pengambilan data
2. Intepretasi dari masing-masing data untuk mendapatkan model dari data-data tersebut
3. Mengintegrasi seluruh model dari data yang telah di intepretasi untuk membuat model reservoir
4. Menghitung kelakuan model reservoir dengan menggunakan simulator
5. Mengkalibrasi model reservoir dengan menggunakan data produksi
6. Menggabung model reservoir dengan model sumur dan fasilitas permukaan
7. Menggunakan gabungan model yang terintegrasi mulai dari reservoir, sumur hingga fasilitas
permukaan untuk menghitung cadangan dan memperkirakan produksi untuk berbagai macam
skenario pengembangan.

Reservoir management adalah tentang (1) membuat keputusan-keputusan yang tepat sehingga perusahaan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan (2) menerapkan keputusan-keputusan tersebut. Kedua hal tersebut
bergantung dari kemampuan untuk memodelkan kelakuan dari sistem reservoir, untuk memodelkan
reservoir secara tepat terdapat 4 langkah (Gambar 1) yang harus dilalui, langkah tersebut antara lain :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 2 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

karakterisasi reservoir, mengetahui reservoir performance, mengetahui well performance dan penentuan
skenario pengembangan yang tepat.

Karakterisasi Reservoir

Langkah ini berhubungan dengan identifikasi dari model reservoir, dimana dalam mengidentifikasi model
reservoir harus berdasarkan kondisi aktual reservoir. Identifikasi reservoir adalah solusi yang tidak unik,
artinya dalam mengidentifikasi reservoir tidak hanya terdapat satu jawaban yang mungkin, tetapi lebih
dari satu jawaban yang mungkin. Untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan tersebut, ada beberapa
hal yang dapat ditempuh, antara lain : (1) Menaikkan jumlah dan range dari informasi yang digunakan
untuk melakukan identifikasi (2) Membuktikan atau menguji kekonsistenan model dengan menggunakan
seluruh informasi yang ada. Jika model yang kita diagnosa konsisten dengan seluruh informasi yang ada,
maka model itu telah representatif dengan kondisi aktual reservoir. Jika model yang telah kita buat tidak
konsisten dengan satu informasi, maka model tersebut tidak dapat merepresentasikan kondisi aktual
reservoir.

Karakterisasi reservoir adalah proses yang dinamis, dan harus diulang jika terdapat informasi baru. Proses
tersebut terdiri dari 2 langkah yang bertalian, yaitu : (1) Identifikasi data yang digunakan untuk membuat
model (2) Mengintegrasi data tersebut menjadi model reservoir.

Pemodelan Data

Pemodelan data yang digunakan untuk membuat model diperoleh dari berbagai macam tipe data reservoir
(Gambar 2). Tipe data reservoir dibagi menjadi 2 yaitu (1) data statis, yaitu data yang digunakan untuk
melakukan deskripsi reservoir, yang termasuk data statis antara lain data geologi, data geophysics, data
geochemistry, dan petrophysics. (2) data dinamis, yaitu data yang digunakan untuk menggambarkan
kelakuan reservoir, yang termasuk data dinamis antara lain data fluida reservoir, data geomekanis, data uji
sumur, data log produksi, data produksi dan tracers. Pemodelan data spesifik pada data yang berkaitan
dengan model yang akan dikembangkan. Pemodelan data geophysics sebagai contoh, terutama
menghasilkan kontras impedance, sedangkan dari hasil uji sumur (well test) menghasilkan kontras pada
mobility dan storativity. Mengetahui alasan dari kekontrasan tersebut membutuhkan pengetahuan dari
data yang lain. Kontras impedance yang diidentifikasi dari geophysics mungkin disebabkan oleh

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 3 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

perubahan saturasi fluida atau perubahan stress field, sedangkan kontras mobility dan storativity yang
diidentifikasi dari uji sumur dapat disebabkan dari sifat geologi dari reservoir dan perubahan komposisi
fluida. Perbedaan pembuatan model reservoir disebabkan dari hasil dan cara pemodelan data yang
digunakan, lihat Gambar 3, dari data petrophysics model yang dihasilkan adalah model petrophysics
dengan 10 lapisan, sedangkan dari hasil uji sumur model yang dibentuk adalah 2 lapisan, sedangkan dari
tracer membentuk 10 lapisan jika perubahan permeabilitas pada masing-masing lapisan berubah secara
drastis, atau kurang dari 10 lapisan jika permeabilitas pada lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu berbeda.
Sedangkan downhole flowmeter memberikan informasi yang berbeda, yaitu menentukan lokasi zona yang
produktif saja.

Proses pemodelan data adalah proses kebalikan atau jawaban dari masalah yang muncul, dengan solusi
yang tidak unik (memiliki banyak kemungkinan), data yang digunakan untuk pemodelan harus dibuktikan
kekonsistenannya dengan menggunakan informasi yang tersedia, dapat dilihat pada flowchart Gambar 4.
Sebagai contoh dari hasil uji sumur (well test) pada reservoir karbonat diharapkan dapat menemukan
kelakuan porositas ganda (double porosity) tetapi tidak pada reservoir batu pasir. Model dari hasil
intepretasi uji sumur (well test) dengan kelakuan yang homogen pada reservoir karbonat dan kelakuan
porositas ganda pada reservoir batu pasir adalah tidak konsisten dan harus dilakukan penyelidikan lebih
lanjut.

Integrasi Pemodelan Data

Model reservoir dibangun dari integrasi seluruh data yang telah kita modelkan, Gambar 5
mengillustrasikan proses penggabungan bersama-sama dari seluruh pemodelan data untuk membentuk
model reservoir. Jika satu tipe data yang tersedia tidak dimasukkan, maka pengetahuan yang dihasilkan
dari pemodelan data tersebut tidak tersedia, sehingga model reservoir yang kita bangun tidak konsisten.

Integrasi dari seluruh pemodelan data untuk membangun model reservoir dapat dilakukan secara
deterministic atau pendekatan stochastic. Teknik pendekatan secara stochastic sangat sesuai untuk
membangun model reservoir pada saat awal pengembangan suatu lapangan, karena data yang tersedia
pada kondisi ini masih sangat sedikit. Teknik deterministic cocok untuk membangun model reservoir
ketika data yang tersedia sangat melimpah.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 4 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Memeriksa Model Reservoir

Tujuan dari karakterisasi reservoir adalah menentukan model reservoir yang didasarkan dari pengetahuan
data statik dan dinamik reservoir. Pada saat model reservoir dibangun maka pengujian kekonsistenan
model reservoir dengan informasi dan data yang ada harus dilakukan. Artinya model reservoir harus
mencerminkan seluruh data yang digunakan dalam proses karakterisasi reservoir, seperti seismik, log, uji
sumur (well test) dan data produksi jika tersedia (Gambar 6). Pada tahap pemeriksaan, respon yang
dihasilkan dari model reservoir harus dihitung dengan :
1. Seismic simulator untuk memeriksa apakah model reservoir telah sesuai dengan data seismik,
termasuk time lapsed atau 4D seismic;
2. Log simulator untuk memeriksa apakah model reservoir sesuai dengan data log;
3. Flow simulator untuk memeriksa apakah model reservoir sesuai dengan data uji sumur (well test);
4. Reservoir simulator untuk memeriksa apakah model reservoir sesuai dengan data produksi.

Respon yang dihasilkan dari model reservoir adalah unik dan langsung. Jika model reservoir yang diuji
konsisten maka respon dari model reservoir cocok dengan data yang ada. Jika respon dari model reservoir
tidak cocok dengan data yang ada, maka kita harus meninjau ulang langkah pada saat penggabungan
pemodelan data atau pada saat kita menentukan pemodelan data, lihat Gambar 7.

Reservoir simulator yang komplek digunakan untuk mencerminkan performance reservoir yang akan kita
simulasikan (black oil, compositional, thermal, chemical, dll.) yang didasarkan dari data produksi
(tekanan, laju alir, WOR, GOR, dll.). Numerical flow simulators dibutuhkan untuk memcerminkan data
dan informasi yang didapat dari uji sumur (well test), numerical flow simulators memodelkan efek
disekitar lubang bor dan keheterogenan lapisan (umumnya menggunakan radial single well model pada
reservoir simulator).

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 5 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Performance Reservoir, Performance Sumur, dan Pengembangan Lapangan

Jika model reservoir yang konsisten telah kita dapatkan, maka model tersebut dapat kita gunakan untuk
memperkirakan kelakuan reservoir pada masa mendatang dari skenario-skenario pengembangan yang
ada. Untuk memperkirakan kinerja suatu lapangan pada masa mendatang, kita harus mempertimbangkan
seluruh sistem yang terlibat yaitu reservoir, sumur dan fasilitas permukaan (Gambar 8 dan 9).

Perkiraan kinerja dari suatu lapangan pada masa mendatang dengan menggunakan scenario yang ada,
juga harus mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan hidup, dan keamanan. Aspek tambahan
tersebut dapat diterjemahkan sebagai data tambahan, yang akan digunakan untuk menguji model reservoir
kita apakah masih sesuai dengan adanya tambahan data baru tersebut atau tidak. Bila respon dari model
reservoir tidak konsisten, maka kita harus memperbaharui model reservoir kita dengan memasukkan data
tambahan tersebut dan seluruh proses harus diulang, dengan tujuan untuk memasukkan aspek-aspek
tersebut pada skenario pengembangan.

Penutup

Seluruh proses dari reservoir management telah diuraikan, namun ada beberapa pertanyaan yang sering
muncul, apakah seluruh proses tersebut harus dilalui dan apakah proses tersebut membutuhkan biaya
yang besar ? Namun sebenarnya pertanyaan yang terpenting adalah seberapa banyak resiko yang dapat
kita kurangi ? Semakin banyak data dan informasi yang kita gunakan maka pengetahuan meningkat dan
resiko semakin berkurang hingga kondisi stabil tercapai.

Tujuan yang terakhir adalah mampu memodelkan reservoir, sumur dan fasilitas produksi secara akurat
dan sesuai prediksi, sehingga dapat digunakan secara meyakinkan untuk mengoptimalkan produksi,
meningkatkan perolehan dan mengurangi ongkos produksi, dan yang terpenting menaikkan pendapatan
seperti yang diharapkan oleh manajemen.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 6 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Daftar Pustaka

1. Gringarten, A. C. : Evolution of Reservoir Management Techniques : From Independent


Methods to an Integrated Methodology. Impact on Petroleum Engineering Curriculum, Graduate
Teaching and Competitive Advantage of Oil Companies, SPE 39713, 1998.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 7 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar-Gambar yang Digunakan

Gambar 1. Proses-proses Reservoir Management Secara Skematik

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 8 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 2. Proses-proses Reservoir Management Secara Detail

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 9 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 3. Pemodelan Data yang Representative untuk suatu Reservoir

Gambar 4. Proses Intepretasi Data

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 10 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 5. Integrasi Pemodelan Data menjadi Model Reservoir

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 11 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 6. Verifikasi Model Reservoir secara Skematik

Gambar 7. Proses Karakterisasi Reservoir

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 12 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 8. Kinerja Reservoir, Kinerja Sumur dan Pengembangan Lapangan

Gambar 9. Kombinasi Model Reservoir, Model Sumur dan Model Fasilitas Permukaan

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 13 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 10. Simulasi Reservoir pada era 70-an dan 80-an

Gambar 11. Proses Decline Curve Analysis

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK RESERVOIR NO : TR 10
Halaman : 14 / 14
JUDUL : RESERVOIR MANAGEMENT Revisi/Thn : 2/ Juli 2003

Gambar 12. Simulasi Reservoir pada Pertengahan era 80-an

Manajemen Produksi Hulu

Anda mungkin juga menyukai