Anda di halaman 1dari 4

Penggunaan Metode Surface Related Multiple Elimination 2D Untuk Mereduksi Multiple Pada Data

2D Laut
Dhewi Violetta Syiswati1, Drs. A. M. Juwono, M.Sc1, Ahmad Zazeli Fuadi, M.T2
1)
Jurusan Fisika FMIPA Univ. Brawijaya
2)
PT Pertamina Upstream Technologi Center

Email: dhewi.violetta@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi dan menghilangkan multipel yang terkandung di dalam data seismik
2D laut sehingga meningkatkan kualitas data. Pada pengolahan data seismik diperlukan metode yang dapat
menghilangkan noise, khususnya multipel. Multipel terjadi karena adanya perbedaan impedansi yang terlalu besar
antara satu lapisan dengan lapisan yang lainnya sehingga gelombang terperangkap dan terpantul lebih dari satu kali.
Salah satu metode demultipel adalah Surface Related Multiple Elimination (SRME). Keuntungan menggunakan metode
SRME ini, salah satunya, adalah karena termasuk ke dalam metode data driven di mana prediksi multipel dilakukan
dengan menggunakan data asli hasil rekaman lapangan saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa multipel yang
terkandung di dalam data sebagian besar telah berhasil dihilangkan dan tereduksi. Lapisan reflektor pada penampang
seismik (stack) dapat terlihat lebih menerus sehingga kualitas data dapat dinyatakan lebih bagus daripada sebelum
penggunaan metode Surface Related Multiple Elimination 2D. Hal ini menunjukkan bahwa metode Surface Related
Multiple Elimination 2D berpengaruh baik digunakan untuk mereduksi multipel data seismik 2D laut.

Kata kunci : Multipel, 2D SRME, Data Driven, gather, demultipel

I. Pendahuluan gelombang tersebut disebut sebagai trace seismik.


Pada eksplorasi minyak Bumi terdapat Kumpulan dari trace seismik membentuk sebuah
beberapa macam metode yang diterapkan untuk gather. Menurut Abdullah (2007), data seismik
mengetahui keberadaan hidrokarbon di dalam yang diperoleh dari lapangan menggunakan
lapisan Bumi. Metode yang paling umum konfigurasi common shot point yang berarti
digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan menggunakan satu sumber seismik yang diterima
hidrokarbon di dalam lapisan Bumi adalah metode beberapa perekam.
seismik refleksi. Metode seismik dapat digunakan Menurut Cao (2006) perekam tidak hanya
untuk mendapatkan gambaran lapisan bawah merekam pantulan gelombang primer tetapi juga
permukaan Bumi yang dapat digunakan baik di merekam pantulan multipel yang terpantul di
darat maupun di laut. Metode seismik refleksi ini antara reflektor bawah permukaan lebih dari
memanfaatkan gelombang primer dari sumber sekali sebelum diterima perekam di permukaan.
ledakan yang merambat ke dalam Bumi dan Pantulan multipel sering kali mengganggu
memantul pada reflektor (bidang batas lapisan pantulan gelombang primer dan menjadikan
Bumi) dan direkam oleh penerima (perekam) di gambaran seismik yang buruk. Penghilangan
permukaan. Pada prakteknya, gelombang yang multipel merupakan masalah yang telah lama ada
terekam tidak hanya gelombang primer saja pada eksplorasi geofisika. Refleksi multipel lebih
melainkan ada gelombang lain yang disebut noise sering ditemui pada data seismik laut karena
yang tidak dibutuhkan ikut terekam. Oleh sebab adanya perbedaan impedansi yang sangat tajam
itu, data yang didapat kemudian diolah, sehingga antara permukaan air dan udara. Koefisien refleksi
didapatkan penampang seismik yang mempunyai dari udara-air mendekati 1.
kualitas data yang baik. Pemodelan Gelombang Primer beserta
Menurut Sukmono (2000) seismik refleksi multipel menurut Cao (2006) ditampilkan seperti
adalah metode yang dilakukan berdasarkan gambar 1:
analisa refleksi gelombang seismik dari
lapisan-lapisan batuan bawah permukaan.
Refleksi gelombang direkam di permukaan berupa
respon amplitudo dan waktu kedatangan dari
masing-masing reflektor. Data seismik merupakan
hasil dari pantulan gelombang seismik yang
terpantul pada lapisan Bumi yang kemudian
diterima perekam di permukaan. Pantulan
1
II. Metode
Data dan Perangkat Penelitian
Data yang digunakan untuk penelitian ini
adalah data deepwater seismik 2D laut 1 line
dengan jarak Common Mid Point (CMP) 6,25
meter, jarak antar perekam 12,5 meter, sampling
interval 4,0 ms dengan data awal berupa shot
gather. Jarak sumber seismik ke perekam pertama
107 meter. Penelitian ini menggunakan perngakat
keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang
digunakan berupa sebuah workstation
Gambar 1. Sketsa dari sebuah CMP Gather untuk eptc_omega8, 2 PC DELL Precision T5400,
menggambarkan hubungan gelombang primer dan spesifikasi RAM 8 GB dan HDD 250 GB.
multipel (Cao, 2006)
Perangkat lunak yang digunakan adalah Software
Menurut Lillie dan Robert (2006) OMEGA Seismic Processing yang diproduksi
multipel dapat dibagi menjadi dua jenis oleh WesternGeco dalam Red Hat Enterprise
berdasarkan lama waktu penjalaran Linux Operation System.
gelombangnya, yaitu short period multiple dan
long period multiple. Kedatangan long period Pengolahan Data
multiple terlihat jelas sebagai event setelah Penelitian ini dilakukan dengan meng-
kedatangan event primernya. Sedangkan short gunakan metode Surface Related Multiple
period multiple datang lebih cepat daripada long Elimination 2D melalui beberapa langkah mulai
period multiple yaitu memiliki waktu kedatangan dari input data yang berupa shot gather.
yang mendekati event primer, sehingga sangat Kemudian start time call yang digunakan untuk
mengganggu event primernya. menandai awal batas data yang akan diolah dan
Menurut Long A. S. dkk., (2001) metode merupakan acuan untuk melakukan prediksi
Surface-Related Multiple Elimination (SRME) multipel yang akan dilakukan. Rekonstruksi zero
diterapkan melalui tiga langkah. Langkah pertama offset yang digunakan untuk mendapatkan data di
meliputi penghapusan noise non fisik, melalui kawasan zero offset yang dibutuhkan untuk
keteraturan data untuk mendapatkan konfigurasi memprediksi multipel yang dilakukan pada
sumber seismik dan perekam yang konstan, tahapan selanjutnya. Prediksi multipel yang
menghilangkan interpolasi near offsets (jarak digunakan untuk memodelkan multipel yang akan
antara sumber seismik dan penerima terdekat) dan dihilangkan. Terakhir subtraksi adaptif yang
intermediate offset (jarak antara sumber seismik digunakan untuk mensubstraksi data dengan
dan penerima menengah), serta menghapus model multipel yang telah dibuat sehingga
gelombang langsung dan refleksi gelombang menghasilkan data yang bebas dari multipel.
permukaan. Langkah kedua adalah prediksi
multipel. Prediksi ini di dasarkan pada Analisis Data
pengamatan bahwa setiap multipel permukaan Input data yang digunakan merupakan data awal
dapat diprediksi melalui keteraturan rekaman yang belum dikenai proses apapun
gelombang dari data itu sendiri. Langkah yang sebelumnya. Input data berupa shot gather
terakhir, input data total dikurangi dengan dengan sampling interval 4,0 ms, jarak
prediksi multipel, sehingga menghasilkan data Common Mid Point (CMP) 6,25 meter, jarak
yang bersih dari multipel. Menurut Dragoset, antar perekam 12,5 meter jarak sumber
dkk., (2010) multipel dapat diprediksi pada waktu seismik dan perekam pertama 107 meter
kedatangan yang tepat tetapi tidak dengan dalam satu line data deepwater seismik 2D
amplitudo yang tepat. Lebih tepatnya, orde laut. Data pada Gambar 2 masih mengandung
multipel yang lebih tinggi amplitudonya di luar noise dari hasil rekaman asli.
prediksi. Proses subtraksi adaptif dengan waktu
kedatangan gelombang seismik yang bervariasi
dapat mengatasi perbedaan amplitudo tersebut.
Khusus untuk data laut dalam, di mana perbedaan
orde dari multipel dapat dipisahkan dalam domain
waktu, maka pendekatan subtraksi adaptif ini
bekerja sangat baik.
2
Gambar 2. Input Data Shot Point Gather Gambar 4. Gather rekonstruksi trace pada
kawasan zero offset.
III. Hasil dan Pembahasan
Analisis Prediksi Multiple
Analisis Start Time Call Multipel diprediksi berdasarkan asumsi bahwa
Pada tahap ini diaplikasikan general mute multipel yang terjadi memiliki waktu kedatangan
untuk menghilangkan efek lapisan air yang 2 kali gelombang primernya. Perhitungannya
mengandung noise fisis, sehingga data hasil start dimulai pada event seismik di zero offset dengan
time call yang dimiliki bebas dari noise dan konfigurasi jarak stasiun dan distribusi offset yang
prediksi multipel dapat dilakukan dengan baik. seragam. Hal tersebut dikarenakan pada data
Garis hijau pada Gambar 3 menunjukkan sart seismik laut multipel dapat terpisahkan melalui
time yang telah dibuat dengan kecepatan air 1550 m/s perpedaan waktu tiba gelombang pada offset yang
dan diaplikasikan juga Normal Move Out (NMO). sama dari gelombang primernya.
Start time ini yang nantinya digunakan sebagai acuan Gambar 5. Gather model multipel
untuk memprediksi bentuk dari multipel.

Gambar 3. Gather Shot Point pada Tahapan Start


Gambar 5 gather model multipel
Time Call
menunjukkan hasil model multipel dengan waktu
Analisis Rekonstruksi Zero-Offset tiba gelombang yang tepat namun tidak
Pengambilan data di lapangan tidak menunjukkan ketepatan pada prediksi
didesain untuk merekam nilai trace pada zero amplitudonya. Hal tersebut karena prediksi
offset. Oleh karena itu dilakukan rekonstruksi nilai multipel teriterasi pada multipel orde tertinggi
trace padakawasan zero offset. yang dapat diprediksi, sehingga amplitudo hasil
Pada Gambar 4 kotak merah merupakan prediki sangat tinggi melebihi amplitudo pada
daerah yang mengandung hasil dari rekonstruksi data seismik yang sebenarnya.
zero offset yang menunjukkan trace hasil
Analisis Substraksi Adaptif
esktrapolasi sehingga terdapat trace-trace baru
Model prediksi multipel yang dihasilkan dapat
pada daerah tersebut. Trace yang dimiliki
memodelkan multipel pada waktu kedatangan
merupakan trace awal yang ditambah dengan
multipel yang tepat tetapi dengan amplitudo yang
trace hasil ekstrapolasi pada zero offset.
tidak tepat, sehingga amplitudo model multipel
tidak sama dengan amplitudo data yang dimiliki.
3
Oleh karena itu harus dilakukan proses substraksi Selain hilangnya multipel yang telah berhasil
adaptif yang mensubtraksi multipel dari data. diprediksi, dari penampang seismik (stack)
Konsep dasar dari substraksi adaptif ini adalah sebelum dan sesudah proses Surface Related
menggunakan filter least square yang Multiple Elimination (SRME) 2D pada Gambar 7
mencocokkan model multipel dengan data dari dapat dilihat bahwa data memiliki kualitas yang
trace demi trace. meningkat. Dapat dilihat dari stack seismik akhir
Gambar (b) bahwa lapisan reflektor pada stack
seismik lebih terlihat jelas dan lebih menerus
dibanding sebelum demultipel dilakukan.
Kemenerusan dan peningkatan kualitas data ini
dapat terlihat jelas pada daerah yang diberi tanda
merah pada gambar.

a b

Gambar 6. Gather substraksi Adaptif

Gambar 6 diatas merupakan gather yang


telah dilakukan substraksi adaptif. Tanda merah
merupakan daerah-daerah yang telah berhasil
dilakukan pereduksian multipelnya. Gambar 7. Perbandingan penampang seismik
sebelum dan setelah dilakukan penghilangan multiple
Perbandingan Penampang Seismik menggunakan metode SRME (a) sebelum (b) setelah.
Sebelum dan Setelah menggunakan
Metode Surface Related Multiple IV. Simpulan
Elimination (SRME) 2D
Proses yang dilakukan dalam tahapan Prinsip dasar metode Surface Related
demultipel menggunakan metode Surface Related Multiple Elimination 2D dilakukan melalui tiga
Multiple Elimination 2D ini saling berpengaruh tahapan, yaitu rekonstruksi missing near offset,
pada masing-masing alur tahapannya. Hal ini prediksi multipel dan substraksi multipel dari data
dikarenakan hasil keluaran dari proses yang awal. Metode Surface Related Multiple
dilakukan digunakan sebagai masukan untuk Elimination 2D (SRME) berpengaruh baik
proses yang selanjutnya. Prediksi multipel terhadap pereduksian dan penghilangan multipel
dilakukan tanpa harus menggunakan data pada data seismik 2D laut dengan menggunakan
tambahan yang artinya metode ini murni prediksi langkah dan prediksi multipel yang tepat. Hasil
dari hasil data itu sendiri. stack seismik menunjukkan bahwa multipel dapat
tereduksi dan hilang dari data awal sehingga data
yang dimiliki kualitasnya meningkat.
Daftar Pustaka
[1] Abdullah. 2007. Ensiklopedia Seismik Online. http://Ensiklope-diaseismik.blogspot.com/Tidak di
terbitkan. Tanggal akses 20 Februari 2014.
[2] Cao, Zhihong. 2006. Analysis and application of the Radon transform. [Thesis]. University Of Calgari.
Alberta.
[3] Dragoset, dkk. 2010. A Perspective on 3D Surface-Related Multiple Elimination. Geophysics Journal.
Volume 75, No. 5.
[4] Lillie dan Robert, J. 1999. Whole earth Geophysics. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
[5] Long, A. S. dkk. 2001. Surface-Related Multiple Elimination Applications to an offshore Australia
data set. ASEG 15Th Geophysical Conference and Exhibition. Brisbane
[6] Sukmono. 2000. Seismik Inversi Untuk Karakterisasi Reservoir. Departemen Teknik Geofisika ITB.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai