Gambar 1. Por-1
b. Lapisan hidrokarbon dan air
1. Hitung harga Rxo
2. Dengan data Rmc dan Rmf, pergunakan nomogram Gambar 2 untuk mendapatkan harga .
Pemilihan harga m disesuaikan seperti pada langkah a.3 di atas.
Gambar 4. Por-14c
Gambar 5. Por-14d
Gambar 6. Por-13a
Gambar 7. Por-13b
b. Density
1. Lakukan koreksi pengaruh lubang bor pada bulk density menggunakan Gambar Por-15a:
tempatkan diameter lubang pada sumbu mendatar, tarik garis tegak lurus hingga memotong
bulk density hasil pembacaan log dan baca harga koreksi pada sumbu tegak. Tambahkan
harga koreksi ini pada harga bulk density terkoreksi.
2.
Gunakan kurva Gambar Por-5: masukkan harga bulk density terkoreksi pada sumbu
mendatar, tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva batuan yang sesuai. Harga porositas
kurva D didapat pada sumbu tegak.
Gambar 8. Por-5
3.3. LOG SONIK
Alat sonik berfungsi mengukur waktu rambat gelombang suara melalui formasi pada jarak
tertentu. Digunakan pemancar dan penerima yang dipisahkan pada jarak tertentu. Biasanya
digunakan kombinasi dua buah pemancar dan empat penerima (Borehole Compensated - BHC)
yang tersusun bertolak belakang (Double Inverted System), untuk mengeliminasi pengaruh
kemiringan dan meningkatkan keakuratan dalam pengukuran. Log sonik ini diukur dengan satuan
interval waktu transit (Interval Transit Time - t). Gunakan kurva Gambar Por-3: masukkan harga
t pada sumbu mendatar, tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva batuan yang sesuai.
Harga porositas S didapat pada sumbu tegak. Nilai t yang melalui beberapa matriks dapat
dilihat pada tabel berikut ini
t ma ( s ft )
yang umum
digunakan
Sandstone
18000 - 19500
55.5 - 51.0
55.5 - 51.0
Limestone
21000 - 23000
47.6 - 43.5
47.6
Dolomite
23000 - 26000
43.5 - 38.5
43.5
Anhydrite
20000
50.0
50.0
Salt
15000
66.7
67.0
Casing (iron)
17500
57.0
57.0
Air
189
189
Tabel 1. Nilai V ma dan t ma pada beberapa matriks
Litologi
Vma
ft
sec
t ma ( s ft )
Untuk pendekatan, dapat dipakai Tabel pada Gambar Por-3. Untuk batuan pasir tidak
terkonsolidasi (unconsolidated sand), dapat dipakai kurva koreksi kompaksi Bcp : masukkan
harga interval transit time pada sumbu mendatar, tarik garis tegak lurus hingga memotong harga
koreksi kekompakan ( Bcp ) yang sesuai, tarik garis mendatar dari perpotongan tersebut akan
memberikan harga porositas pada sumbu tegak. Jika harga koreksi kekompakan tidak diketahui,
dapat dilakukan cara kebalikannya dari lapisan yang sudah dihitung porositasnya (misalnya dari
lapisan air, pada langkah kerja 3.1.a).
Gambar 9. Por-3
4. DAFTAR PUSTAKA
1. John T. Dewan : Essentials of Modern Open-hole Log Interpretation, Penn-Well Books, Penn
Well Publishing Company, Tulsa, Oklahoma, 1983
2. Adi Harsono : Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log - Edisi 8, 1997
3. Schlumberger : "Log Interpretation Chart", 1997
4. Schlumberger, "Log Interpretation Principles/Applications, 1989
5. George Asquith with Charles Gibson : "AAPG Methods in Exploration Series Number 3 - Basic
Well Log Analysis for Geologist", The American Association of Petrolum Geologists, 1982
6. Pirson S.J. : Hand Book of Well Analysis for Oil and Gas Formation Evaluation, Prentice Hall
Inc, Englewood, N.J. , 1963
5. DAFTAR SIMBOL
= porositas
N
= porositas dari log neutron ( SNP atau CNL )
D = porositas dari log density
N D = porositas dari log neutron-density
S
= porositas dari log sonic
SW
= saturasi air
Ro
= resisitivity lapisan air
RW
= resisitivity air formasi
Rxo
= resisitivity flushed zone
Rmf
= resistivity filtrat lumpur
Rt mikro = resistivity dari log mikro
tS
= cepat rambat bunyi yang terbaca pada log sonic (ft/sec)
tf
= cepat rambat bunyi pada fluida (ft/sec)
tma
= cepat rambat bunyi pada matriks batuan (ft/sec)
F
= Formation Resistivity Factor
Fa
= Formation Resistivity Factor apparent
Bcp
= faktor koreksi kekompakan
a
= faktor tortuosity
m
= faktor sementasi
6. LAMPIRAN
6.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUS
Apabila tersedia inti (core), porositas dapat ditentukan dengan pengukuran pada inti tersebut, yang
umumnya mewakili lingkup ruang beberapa centimeter kubik. Sebaliknya peralatan logging
menyidik parameter global disekeliling titik pengamatan dalam ukuran beberapa meter kubik;
disamping itu formula yang dipakai dalam interpretasi log mengandung beberapa koefisien dan
parameter yang hanya diperkirakan harganya. Karena itu memperbandingkan porositas inti dan
porositas log, meskipun penting untuk mendapatkan harga porositas absolut, tetapi hendaknya
diinterpretasikan dengan berhati-hati; misalnya jika porositas inti 0.25, mungkin berpasangan
dengan porositas log sekitar 0.23 0.27. Perlu dilakukan kalibrasi log dengan menggunakan
batuan inti (core) karena log-log yang sudah diambil merupakan hasil pembacaan dari alat yang
belum tentu sesuai dengan keadaan sebenarnya. Kalibrasi ini dilakukan untuk mengetahui log
mana saja yang memberikan hasil yang dekat dengan keadaan sebenarnya, sehingga dapat
dijadikan acuan dalam melakukan perhitungan dan interpretasi.
6.1.1. Log Listrik
Pada lapisan air, log lateral, induksi atau laterolog menghasilkan Ro, jadi Rw dapat dikenal
dari
R
a
F o m
RW
Formation Resistivity Factor F dapat dihitung pada daerah terbanjiri dengan perhitungan Rxo
dari Microlog atau Micro-laterolog .
R
a
F xo m
Rmf
Humble menggunakan persamaan rata-rata dengan formula:
0.62
F 2.15
Untuk lapisan yang mengandung hidrokarbon, Formation Factor Apparent (Fa) dapat
dihitung dari zone terbanjiri dan membandingkan dengan resistivity filtrat:
Rt micro
Fa
Rmf
Formation Resistivity Factor yang nyata (F) lebih kecil dari Fa dan jika saturasi residual
(Sor) dapat diperkirakan, maka hubungan formula yang ada dapat dinyatakan dalam
nomograph untuk menghitung porositas.
6.1.2. Log Radioaktif
a. Log Neutron
Log neutron adalah log pororitas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam
formasi. Pada formasi bersih (clean formation) yang bebas dari shale, dimana
porositasnya terisi oleh air atau minyak, log neutron akan mengukur porositas dari
bagian yang terisi fluida.
Neutron dibuat dari bahan kimia yang biasanya adalah campuran americium dan
beryllium yang akan terus-menerus memancarkan neutron. Neutron-neutron ini akan
bertabrakan dengan atom-atom dari material formasi, dan mengakibatkan neutron akan
kehilangan sebagian energinya. Karena massa atom hidrogen hampir sama dengan
neutron, kehilangan energi terbesar akan terjadi bila keduanya bertabrakan. Kehilangan
energi terbesar adalah fungsi (pengaruh) dari konsentrasi hidrogen dalam formasi.
Karena hidrogen dalam formasi berada di pori-pori yang terisi fluida, kehilangan energi
akan berhubungan dengan porositas formasi.
Bila pori-pori terisi oleh gas, maka porositas neutronnya akan lebih kecil dibandingkan
bila pori-pori terisi oleh minyak atau air. Hal ini terjadi karena konsentrasi hidrogen pada
gas lebih kecil dibandingkan yang terdapat pada minyak maupun air. Penurunan
porositas neutron yang disebabkan oleh gak ini disebut efek gas.
Respon dari log neutron bervariasi, tergantung pada :
1. Perbedaan tipe detektor,
2. Jarak antara sumber neutron dan detektor
3. Litologi, misalnya sandstone, limestone dan dolomit.
Dengan adanya perbedaan-perbedaan ini, maka digunakan chart-chart yang berbeda,
sesuai dengan alat dan kondisi yang ada. Interpretasi harus dilakukan pada chart yang
spesifik karena log neutron tidak dikalibrasi pada kondisi fisik alat yang standard, seperti
alat-alat lainnya.
Log neutron modern pertama adalah Sidewall Neutron Log (SNL). SNL ini memiliki
sepasang sumber (source) dan detektor yang kedua pasang alat tersebut diletakkan
bertolak belakang satu sama lain. Log neutron yang lebih modern adalah Compensated
Neutron Log (CNL) yang memiliki sebuah source dan dua buah detektor. Keuntungan
dari CNL dibandingkan SNP adalah lebih sedikit terpengaruh oleh ketidakseragaman
lubang bor. Kedua alat tersebut dapat merekam porositas dalam satuan apparent
limestone, sandstone maupun dolomit. Bila formasi yang kita ukur adalah limestone dan
log neutron mengukur porositas dalam satuan apparent limestone, maka apparent
limestone tersebut sama nilainya dengan porositas yang sesungguhnya. Akan tetapi, bila
ternyata litologi dari formasi tersebut berupa sandstone atau dolomit, porositas apparent
limestone harus dikoreksi menjadi porositas sesungguhnya dengan menggunakan chart
yang bersesuaian
ma b
ma f
dimana :
D = porositas yang diperoleh dari densitas
ma = densitas matriks (Tabel 2)
b = densitas bulk formasi
f = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud dan 0.7 gas)
Bila terjadi invasi yang dangkal pada formasi, rendahnya densitas hidrokarbon pada
formasi akan meningkatkan porositas density. Keberadaan minyak tidak memberikan
efek yang signifikan pada porositas density, akan tetapi gas memberikan efek yang besar
(efek gas). Bila densitas gas tidak diketahui, Hilchie (1978) menganjurkan untuk
menggunakan densitas gas 0.7 gram/cc untuk dimasukkan ke densitas fluida f pada
persamaan porositas density.
Litologi
Sandstone
Limestone
Dolomit
Anhydrite
Salt
ma (gr/cc)
2.648
2.710
2.876
2.977
2.032
N D
dimana:
N2 D2
2
Bila log neutron-density merekam porositas density yang bernilai lebih kecil dari 0.0
(nilai yang umum dijumpai pada reservoir anhydritic dolomite), gunakan persamaan
berikut ini :
N D
N D
2
Gambar 14. Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap
litologi, dimana digunakan freshwater-based drilling mud Rmf 3Rw
Gambar 15. Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap
litologi, dimana digunakan saltwater-based drilling mud Rmf Rw
Formula Wyllie:
t log t ma
t f t ma
dimana :
s = porositas dari log sonic (fraksi)
t ma = waktu interval transit pada matriks batuan (ft/sec), dari Tabel 1
t log = waktu interval transit yang terbaca pada log sonic (ft/sec)
t f = waktu interval transit pada fluida (ft/sec), untuk fresh mud = 189; salt mud = 185
Persamaan Wyllie ini dapat digunakan untuk menentukan porositas pada consolidated
sandstone dan karbonat dengan porositas intergranular (grainstones) atau porositas
interkristalin (sucrosic dolomites). Akan tetapi, apabila porositas sonik dari karbonat yang
memiliki porositas vuggy atau fracture dihitung dengan dengan persamaan Wyllie, akan
memberikan nilai porositas yang terlalu rendah. Hal ini terjadi akibat log sonik cenderung
merekam porositas matriks dibandingkan vuggy atau porositas sekunder dari fracture.
Persentase vuggy maupun porositas sekunder dapat dihitung dengan mencari selisih antara
porositas total dan porositas sonik. Nilai porositas total, ditentukan dari salah satu loh nuklir,
misalnya log density maupun neutron. Persentase porositas sekunder (secondary porosity
index SPI), berguna dalam pemetaan parameter pada eksplorasi di batuan karbonat.
Pada saat log sonik digunakan untuk menentukan porositas pada batuan unconsolidated
sand, harus ditambahkan faktor kompaksi C p ke dalam persamaan Wyllie, menjadi
sebagai berikut :
t log t ma
1
s
t t C
f
ma
p
1
dimana :
= faktor kompaksi.
Cp
Faktor kompaksi ini diperoleh dari persamaan :
Cp
dimana :
t sh
t sh C
100
Waktu interval transit t dari formasi akan meningkat, bila terdapat hidrokarbon (efek
hidrokarbon). Bila saturasi hidrokarbon tidak dikoreksi maka porositas sonik akan terlalu
tinggi. Hilchie (1978) menyarankan untuk menggunakan koreksi empiris untuk efek
hidrokarbon, sebagai berikut :
s 0.7 (gas)
s 0.9 (minyak)
6.2. CONTOH PENGGUNAAN
6.2.1. Log Listrik
a. Pada lapisan pasir yang tebal diperoleh data Induction Electric Log 16' Normal 3.6 -m.
Data lainnya: Rm @ 70C = 0.6 -m; diameter lubang bor 7 7/8 inci dan SP = -100 mV.
Hitung porositas lapisan tersebut
Jawab:
1.
Dari hasil perhitungan Ro = 3.5 -m dan Rw= 0.035 -m
0.5
14.5
0.035
Gunakan grafik Gambar Por-1.
F
2.
3.
1
; diperoleh
2
=0.26.
b. Pembacaan Mikrolog menghasilkan:
Kedalaman
(kaki)
7890
7891
7892
7893
7894
7895
7896
7897
7898
7899
7900
R5 cm
(-m)
3.2
2.6
2.5
2.7
3.1
2.8
2.6
3.5
3.5
3.0
2.5
R2.5x2.5
(-m)
1.9
1.7
1.7
1.9
2.0
1.9
1.7
1.6
1.7
2.1
1.7
tmc
(mm)
11
11
10
10
10
10
11
12
11
8
11
Kedalaman
(kaki)
7890
7891
7892
7893
7894
7895
7896
7897
7898
7899
7900
6.2.2. Log Radioaktif
R xo
R mf
90
15
13
14
20
15
15
15
13
15
13
R xo
R mc
210
35
30
33
47
35
35
35
30
35
30
170
28
24
26
37
29
28
29
25
29
25
0.18
0.17
0.18
0.17
0.15
0.16
0.17
0.16
0.18
0.16
0.18
a. Diketahui