Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

LOG DENSITAS
Guna Memenuhi Nilai UAS Semester Pendek Teknik Pemboran 1
Dosen Pengampu : Winarto ST,MT.

Oleh
Muhammad Fuhaidillah Anugrah 16010132

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2020
LOG DENSITAS

PEMBAHASAN

Log densitas berfungsi untuk mengukur kerapatan elektron dari


formasi.Perangkat logging adalah alat kontak yang memancarkan sinar gamma dari
sumber. Sinar gamma yang dipancarkan bertabrakan dengan elektron dan
penyebaran formasi. Detektor, yang terletak pada jarak tetap dari sumber pahat,
menghitung jumlah sinar gamma yang kembali. Jumlah sinar gamma yang kembali
merupakan indikator kerapatan curah formasi. The litho-density tool (LDT) juga
menyediakan kurva photoelectron (P e ) cross section , indikator independen
litologi. Mendapatkan porositas dari log kepadatan.

Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk


density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram / cm3 . Prinsip
dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam formasi, dimana sinar
gamma ini dapat dianggap sebagai partikel yang bergerak dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang menunjukkan densitas
elektron di dalam formasi, dimana densitas elektron merupakan indikasi dari
densitas formasi. Bulk density (b)merupakan indikator yang penting untuk
menghitung porositas bila dikombinasikan dengan kurva log neutron, karena kurva
log densitas ini akan menunjukkan besarnya kerapatan medium beserta isinya.
Selain itu apabila log densitas dikombinasikan dengan Log netron, maka akan dapat
dipakai untuk memperkirakan kandungan hidrokarbon atau fluida yang terdapat di
dalam formasi, menentukan besarnya densitas hidrokarbon (h) dan membantu
dalam evaluasi lapisan shaly.

Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon, kurva densitas akan


cenderung mempunyai defleksi ke kiri (densitas total (Rhob) makin kecil),
sedangkan defleksi log netron ke kanan. Pada batuan yang sangat kompak, dimana
per satuan volume (cc) seluruhnya atau hampir seluruhnya terdiri dari matrik batuan
porositasnya adalah mendekati atau nol. Dengan demikian batuan yang mempunyai
densitas paling besar, dimana porositas () adalah nol, dan ini disebut sebagai
densitas matrik (ma). Pada batuan homogen dengan porositas tertentu, jika
mengandung air asin akan mempunyai densitas lebih rendah dibanding dengan
batuan yang seluruhnya terdiri dari matrik. Untuk yang mengandung minyak,
densitas batuan lebih rendah daripada yang mengandung air asin, sebab densitas air
asin lebih besar daripada minyak. Pada batuan homogen yang mengandung fluida
gas, densitas batuan lebih rendah lagi daripada yang berisi minyak. Sedangkan yang
mengandung batubara, mempunyai densitas paling rendah diatara jenis batuan yang
mengandung fluida.

Awalnya penggunaan log ini dipakai dalam industri explorasi minyak


sebagai alat bantu interpretasi porositas. Kemudian dalam explorasi batubara
malahdikembangkan menjadi unsur utama dalam identifikasi ketebalan bahkan
qualitasseam batubara. Dimana rapat masa batubara sangat khas yang hampir
hanyasetengah kali rapat masa batuan lain pada umumnya. Lebih extrem lagi
dalamaplikasinya pada idustri batubara karena sifat fisik ini (rapat masa) hampir
linier dengan kandungan abu sehingga pemakaian log ini akan memberikan
gambaran khasbagi tiap daerah dengan karakteristik lingkungan pengendapannya
Dalam operasinya logging rapat masa dilakukan dengan mengukur sinar gyang
ditembakan dari sumber melewati dan dipantulkan formasi batuan
kemudiandirekam kembali oleh dua detector yang ditempatkan dalam satu `probe'
denganjarak satu sama lain diatur sedemikan rupa. Kedua detector 'short' dan `long
space'diamankan dari pengaruh sinar g yang datang langsung dari sumber radiasi.
Sehinggayang terekam oleh kedua detector hanya sinar yang telah melewati formasi
saja.Dalam hal ini efek pemendaran sinar radiasi seperti ditentukan dalam efek
pemendaran Compton.

Dimana menurutnya, jumlah sinar yang terpendarkan sebanding


denganjumlah electron per satuan volume. Jumlah electron dalam suatu unsur
adalah equivalent dengan jumlah proton (nomor atom Z). Untuk kemudian seperti
kitaketahui bahwa nomor atom adalah proporsional dengan nomor masa (A) yang
untukselanjutnya proporsional dengan rapat masa. Seperti diketahui pula bahwa
secaraumum perbandingan antara nomor atom (Z) terhadap nomor masa (A)
selalumendekati harga 0.5 kecuali untuk unsur hydrogen yang mendekati 1. Dari
sini akansampai pada permasalahan bagi lapisan yang banyak mengandung
hydrogen sepertihalnya batubara dan air yang akan menggiring pada kesalahan
aparansi.

Sehingga untuk memperkecil kesalahan tersebut, alat harus sering


dikalibrasi dengan menggunakan aluminium yang perbandingan Z/A = 0.5.Dalam
hal formasi yang mengandung hydrogen secara menyolok sehingganilai Z/A
menjauh dari nilai 0.5, koreksi sangat diperlukan untuk mengeliminir efektersebut
(factor koreksi ini tidak diuraikan panjang lebar di sini karena hanyamenyangkut
pekerjaan logging engineer yang bertanggung jawab pada acurasi grafikyang
dihasilkannya). Tapi secara selintas dapat disinggung sebagai berikut :Batubara
dimana perbandingan Z/A bervariasi antara 0.51 sampai 0.54 (naikseiring dengan
kenaikan kandungan hydrogen. Untuk mengilustrasikannyakatakanlah batubara
dengan kadar hydrogen 6%. Dalam hal ini Z/A bisa diprediksikandengan rumus sbb
:
Z/A = 0.5(1 - H) + 1 x H

Dimana H adalah kandungan hydrogen dalam decimal sehingga persamaan


di atasmenjadi :
= 0.5(1 - 0.06) + 1 x 0.06 = 0.53 = 0.5(1 - 0.06) + 1 x 0.06 = 0.53

Pembentukan bulk density adalah fungsi dari kepadatan matriks, porositas,


dan cairan yang terkandung dalam ruang pori. Pembentukan bulk density yang
diukur oleh log harus dikoreksi karena ketidakteraturan borehole. Konversi
kerapatan massal menjadi porositas menggunakan bagan dalam bagan pemetaan
interpretasi log, atau hitung porositas dari bulk density menggunakan persamaan
ini:

dimana:
 Φ = porositas
 ρ ma = kepadatan matriks (lihat tabel di bawah)
 ρ b = formasi bulk density (nilai log)
 ρ f = densitas fluida yang menjenuhkan batuan dengan segera mengelilingi
lubang bor — biasanya filtrat lumpur (gunakan 1,0 untuk air tawar dan 1,1
untuk lumpur air asin)

Log kombinasi densitas-neutron

Log densitas-neutron adalah log kombinasi yang secara simultan mencatat


neutron dan kepadatan porositas. Di beberapa zona, porositas yang dicatat di log
berbeda karena tiga alasan:

Kepadatan matriks yang digunakan oleh program penebangan untuk


menghitung porositas berbeda dari kepadatan matriks formasi yang
sebenarnya.

Gas hadir dalam ruang pori formasi.

Shale / clay hadir dalam formasi.

Memperoleh porositas dari log densitas-neutron

Itu selalu terbaik untuk membaca porositas langsung dari kayu dimana
satuan litologi sesuai dengan litologi formasi.Untuk mendapatkan porositas yang
tepat dari log neutron kepadatan ketika kedua log mencatat porositas yang berbeda
untuk zona, gunakan salah satu metode yang tercantum di bawah ini.

Kondisi Metode

Log matriks litologi dikenal dan Jika porositas densitas lebih kecil dari porositas
dua kurva log terpisah (porositas neutron, seperti pada batupasir dengan kandungan
kepadatan lebih kecil dari serpih / liat, log kerapatan memberikan perkiraan yang
porositas neutron) masuk akal dari porositas formasi.

Crossover (porositas densitas lebih besar dari


porositas neutron) adalah karena adanya gas dalam
Log matriks litologi dikenal dan formasi.Komputasi ulang porositas menggunakan
ada crossover (porositas densitas
lebih besar dari porositas
neutron)

Gunakan densitas gas sebagai pengganti densitas


air.

Plot porositas pada crossplot kepadatan-neutron dari


buku catatan interpretasi log. Gunakan palang yang
Buku catatan tersedia
sesuai untuk jenis log (mis. SNP, CNL) dan jenis
lumpur (segar atau garam).

Hitung porositas menggunakan persamaan

Buku Bagan tidak tersedia

di mana Φ adalah persen porositas, Φ N adalah


porositas persen neutron, dan Φ D adalah
kepadatan persen porositas.

Prinsip kerja dari log density

Log densitas merekam secara menerus dari bulk density formasi. Densitas
yang diukur merupakan semua densitas dari batuan termasuk batubara. Secara
geologi bulk density adalah fungsi dari densitas dari mineral-mineral pembentuk
batuan (misalnya matriks) dan volume dari fluida bebas yang mengisi pori (Rider,
1996). Prinsip pengukuran log densitas adalah menembakan sinar gamma yang
membawa partikel foton ke dalam formasi batuan, partikel-partikel foton akan
bertumbukan dengan elektron yang ada dalam formasi. Banyaknya energi sinar
gamma yang hilang setiap kali bertumbukan menunjukkan densitas elektron dalam
formasi yang mengindikasikan densitas formasi.

Masuknya sinar gamma ke dalam batuan akan menyebabkan benturan


antara sinar gamma dan elektron sehingga terjadi pengurangan energi pada sinar
gamma tersebut. Sisa energi sinar gamma ini direkam detektor sinar gamma.
Semakin lemah energi yang diterima detektor, maka semakin banyak jumlah
elektron di dalam batuan yang berarti semakin padat butiran penyusun batuan per
satuan volume yang menjadi indikasi densitas ba

Berikut ini merupakan contoh Log Density

Gambar 1. Log Densitas Neutron

Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa di mana kerapatan dan log
neutron hampir sama, litologi formasi biasanya diasumsikan batu pasir (pada
gambar di bawah). Pemisahan sedikit mungkin karena perubahan litologi seperti
pada lebih banyak serpih / lempung. Dimana kepadatan dan log neutron terpisah,
baik litologi berbeda (porositas neutron> porositas kepadatan) dari unit litologi
yang tercatat (poin 1 dan 5) atau gas hadir (poin 2, 3, dan 4). Sebuah crossplot
density-neutron memecahkan masalah pemisahan.

Alat yang digunakan untuk menentukan log densitas


POROSITAS DARI LOG DENSITY
Densitas bulk formasi (ρb) merupakan fungsi dari densitas matrik, porositas, dan
densitas fluida pada pori (salt mud, fresh mud, atau hidrokarbon). Untuk menentukan
porositas densitas dengan chart, atau dengan persamaan, densitas matrik (tabel 7-2)
dan jenis fluida dalam lubang bor harus diketahui. Persamaan untuk menghitung
porositas densitas
adalah :
dimana :

φD = porositas densitas
ρma = densitas matriks (tabel 7-2) ρb = densitas bulk formasi
ρf = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud, dan 0.7 gas)

Gambar 2. Chart untuk mengonversi densitas bulk menjadi porositas, dengan


menggunakan harga dari log densitas. (Schlumberger)

Contoh log density , gamma ray , caliper dan F bisa dilihat pada bab IV pada
hal 84.
Nilai yang didapat dari log ini digunakan untuk mendapatkan harga porositas dengan
menggunakan gambar 2
Data :
ρma = 2.87 gm/cc (tabel 7-2, dolomit)
ρf = 1.1 gm/cc (konstanta densitas fluida untuk salt mud, lihat text)

Menentukan Porositas
Analisis Well Log 7 - 7
ρb = 2.56 gm/cc (pada kedalaman 9310)

Prosedur :
Tentukan harga densitas bulk (ρb) pada skala horizontal (bagian bawah chart), pada
contoh ini sebesar 2.56 gm/cc Ikuti harga secara vertikal hingga berpotongan dengan
garis diagonal yang mewakili harga densitas matrik (ρma), pada kasus ini adalah 2.87
(dolomit)
Dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kiri dan tentukan harga porositas dari
perpotongan garis tersebut dengan skala densitas fluida (ρf =1.1 gm/cc). Didapat
harga porositas (φ) sebesar 18 %.
Jika invasi pada formasi adalah dangkal, densitas rendah pada formasi hidrokarbon
akan menambah porositas densitas. Gas mempengaruhi porositas densitas, tapi
minyak tidak.

Hilchie (1978) menyarankan menggunakan densitas gas 0.7 gm/cc untuk densitas
fluida
pada persamaan porositas densitas, jika densitas gas tidak diketahui.

Contoh :
Gunakan gambar 7-2 untuk menentukan porositas dari densitas
Diberikan :
- formasi adalah batupasir, dengan densitas 2.5 gm/cc
- porositas fluida dengan densitas 1.0 gm/cc adalah 9%.
- jika densitas fluida 1.1 (lumpur asin) porositasnya 10%

* jika formasi adalah batugamping dan lumpur fresh porositasnya 12.2% atau 12%
Jika tak ada atau hanya sedikit invasi, densitas yang ringan dari hidrokarbon dapat
mempengaruhi pengukuran densitas. Pengaruh minyak tidak begitu penting (densitas
minyak sekitar 0,8) dan ini sebagian diimbangi oleh densitas air formasi diatas 1.0
gm/cc. Gas mempunyai pengaruh yang tidak bisa diabaikan pada densitas formasi.
Jika densitas fluida diasumsikan 1, porositas yang dihitung akan terlalu tinggi dalam
batu pasir gas non-invaded. Dalam batupasir non-invaded densitas fluida menjadi
:ρ ρ ( )ρ f w h = Sw + 1− Sw
dimana subscript w untuk air formasi dan h untuk hidrokarbon.Untuk mendapatkan
densitas fluida harus diketahui densitas hidrokarbon, densitas air formasi dan saturasi
air. Pendekatan densitas gas dapat dilakukan dengan gambar 7-2. Korelasi ini
mengasum sikan suatu gradien temperatur rata-rata pantai teluk dan gradien tekanan
rata-rata. Jika harga spesifik gravity gas tidak diketahui gunakan 0.7. Densitas air
formasi dapat dihitung dengan mudah bila diketahui resistivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai