Anda di halaman 1dari 61

CEKUNGAN

Cekungan (Basin)
A depression in thecrustof the Earth, caused by plate tectonic activity
and subsidence, in which sediments accumulate.
Source : Glossarium Schlumberger

Ada tiga jenis Cekungan dalam Geologi yaitu :

Cekungan Fisiograf
Cekungan fsiograf adalah muka bumi yang cekung atau depresi yang dikelilingi
pegunungan disekitarnya dan pada umumnya merupakan system pengeringan
suatu daerah yang memusat pada daerah yang relatif rendah
Cekungan Struktural
Cekungan struktural adalah struktur batuan dimana bagian tengah atau
menurun dari sekitarnya contoh sesar Graben atau lipatan sinklinorium.
Cekungan tektonik pada permukaannya dapat berbentuk dataran atau bahkan
pegunungan.
Cekungan Sedimen
Cekungan sedimen adalah bagian dari kerakbumi yang dimana dapat berperan
sebagai akumulasi atau terakumulasinya lapisan sedimen yang relatif tebal dari
sekitarnya.
Source : Creg.co.id

Geodinamika
Geodinamikamempelajari proses-proses fsika yang mengatur
gerakan kerak bumi (atau kerak dari suatu planet lain) yang
membentuk pegunungan tinggi dan fenomena di permukaan bumi.

Cekungan Ekstensional
Terbentuk akibat gerakan lempeng yang divergen.
2 mekanisme pembentukan cekungan ekstensional :
Active Rifting
Passive Rifting

Cekungan Ekstensional
Active Rifting
Rifting yang terjadi ketika
lapisan panas menimpa bagian
dasar litosfer sehingga
litosfer
menjadi
panas,
melunak, dan kemudian retak

Cekungan Ekstensional
Passive Rifting
Pemekaran dan penipisan
benua yang
terjadi selama
sebagian besar benua
breakups

Exstensional Basin
Ciri Ciri Ekstemsional Basin :
Extensional basin dapat terbentuk pada berbagai tatanan tektonik lempeng,
namun umumnya terbentuk pada tepi lempeng konstruktif.
Dalam extensional basin, laju perubahan subsidensi tektonik berlangsung
secara sistematis dari waktu ke waktu.
Subsidensi pada cekungan ini diawali oleh perioda subsidensi awal yang
berlangsung cepat akibat peneraan isostatis, kemudia diikuti oleh perioda
subsidensi termal yang berlangsung lambat dan berangsur (60-100 juta
tahun) akibat pendinginan astenosfer.
Perubahan yang sistematis dari laju subsidensi tektonik sangat
mempengaruhi geometri endapan pengisi cekungan.

Cekungan Transtensional
Transtension adalah kombinasi dari horizontal extension, vertical
shortening dan strike slip
Zona transtensional dikarakterisasikan dengan penipisan litosfer dan
terkadang terdapat pull-apart basins

Cekungan Transtensional
Cekungan trantensional memiliki ciri-ciri :
Pengendapan yang cepat
Perubahan facies yang cepat (kuarsa)
Terjadinya deformasi setelah deposisi

Cekungan Trantensional
Pull Apart Basins

Pembentukannya
sebagian
besar dikarenakan gerakan
strike-slip. Gerakan strike slip
menyebabkan dua patahan
saling
tumpang
tindih
sehingga
menyebabkan
cekungan ke bawah. Disebut
cekungan pull-apart karena
dipisahkan oleh dua patahan
strike slip dengan jarak yang
jauh

Cekungan Kolisional
Zona tumbukan (collision zone), merupakan tempat endapan-endapan
kontinen bertumbuk dengan kompleks subduksi, merupakan tempat
prospektif minyak bumi.
Terjadi karena gerakan konvergen lempeng tektonik

Cekungan Kolisional
Foreland basin memiliki ciri-ciri
Memiliki panjang ribuan kilometer dan sejajar dengan arc dan thrust
belt.
Tebalnya antara 100-300km
Asimetrik
Maximum subsidence terjadi di sepanjang thrust complex

Klasifkasi cekungan berdasarkan hubungan antara


morfologi/bentuk cekungan dan kapan sedimen mengisinya:

Syn-depositional : sedimentasi bersamaan dengan subsidence, jenis facies


sedimen pengisi cekungan akan dipengaruhi oleh perubahan akomodasi, pola
penyebaran facies dapat diprediksi; di bagian pinggiran facies dangkal, di
tengah cekungan facies yang lebih dalam.

Post-depositional : cekungan terbentuk lebih belakangan dibandingkan dengan


sedimentasi yang lebih dulu terjadi. Pola penyebaran facies sedimen-sedimen
yang lebih tua tidak dikontrol oleh morfologi cekungan yang terbentuk
belakangan tapi mengikuti cekungan yang terbentuk lebih awal

Pre-depositional : cekungan terbentuk lebih dulu, lalu subsidence terjadi


dengan cepat karena tektonik sehingga lokasi depocentre dalam , baru
kemudian sedimen masuk ke cekungan setelah tektonik berhenti.

Klasifkasi Cekungan menurut


selley (1988)
PROSES PENYEBAB
TERBENTUKNYA

Crustal sag
Puntir
(tension)

TIPE CEKUNGAN

Cekungan
intrakraton
Epicratonic
downward
Rift

TATAAN TEKTONIK
LEMPENG

Intra-plate
collapse
Tepian lempeng
pasif (passive
plate margin)
Sea-floor
spreading

Tekanan
(compression)

Palung (trench) Subduksi(tepian


Busur depan
lempeng aktif)
(fore-arc)
Busur belakang
(back-arc)

Wrenching

Strike-slip

Gerakan
mendatar

Klasifkasi Cekungan menurut


Boggs (2001)

PENGISIAN
CEKUNGAN
SEDIMEN

Kontrol Terhadap Cekungan


Stratigraf
Proses stratigraf sebagaimana didefnisikan dalam Allen & Allen
(2005) adalah ilmu pengenalan dan interpretasi struktur genetik
stratigraf.
Konsep utama dari proses stratigraf adalah penghancuran ruang
akomodasi dan jumlah sedimen yang disediakan.

Isian sedimen pada cekungan secara umum


dikendalikan oleh tiga variabel utama:
Subsidence, Sifat termal dan mekanik litosfer mengerahkan kontrol
penting pada pembentukan cekungan sedimen" (Steckler, 1990).
Tingkat subsidence termal dan besarnya dan distribusi subsidence
akibat pembebanan bervariasi dalam cekungan pada tatanan tektonik
yang berbeda (Steckler dan Watts, 1978; Stephenson, 1990).

Eustasy (permukaan laut global), Eustasy mengacu permukaan


laut relatif terhadap datum tetap, seperti pusat bumi. Variasi
permukaan laut global yang mengakibatkan perubahan, baik volume
cekungan samudera maupun volume air. Eustasy dikombinasikan
dengan subsidence menghasilkan variasi permukaan laut relatif yang
mengontrol akomodasi untuk pengendapan sedimen (Posamentier et
al, 1988;. Posamentier dan Vail, 1988).

Suplai Sedimen Peran suplai sedimen dalam transgresi dan regresi


adalah salah satu dasar ..." (Schlager, 1994). Ketika tingkat pasokan
sedimen lebih besar dari laju kenaikan permukaan laut relatif, ruang
akomodasi akan diisi.

Sistem Dan Model


Pengendapan
Sistem pengendapan yang bervariasi menghasilkan jenis system tract
yang bermacam-macam sehingga menghasilkan tipe-tipe terminasi
refleksi, bentuk geometri dan pola-pola yang bervariasi juga.
Hal tersebut bergantung pada fasies dari maing-masing satuan
batuan.

Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi


karakteristik yang khas dilihat dari litologi, struktur sedimen, dan
biologi yang memperlihatkan aspek-aspek berbeda dengan satuan
batuan disekitarnya.
Fasies umumnya dikelompokkan ke dalam facies association dimana
fasies-fasies tersebut berhubungan secara genetis sehingga asosiasi
fasies ini memiliki arti lingkungan.

Diagnosa lingkungan pengendapan tersebut dapat dilakukan


berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi
dari berbagai data, diantaranya:

Geometri
regional dan lokal dari seismik (misal : progradasi, regresi, reef dan
chanel)
intra-reservoir dari wireline log (ketebalan dan distribusi reservoir)
Litologi : dari cutting, dan core (glaukonit, carboneous detritus)
dikombinasi dengan log sumur (GR dan SP)
Paleontologi : dari fosil yang diamati dari cutting, core, atau side wall
core
Struktur sedimen : dari core

Perubahan facies secara vertical


Menurt Boggs (1987) ada dua tipe utama perubahan fasies secara vertical atau
yang dikenal sebagai facies succession.
Suksesi mengkasar keatas (coarsening upward)
Suksesi tipe ini menunjukkan adanya suatu peningkatan dalam besar butir dari
suatu dasar yang erosive atau tajam. Perubahan ini mengindikasikan
peningkatan dalam kekuatan arus transportasi saat pengendapan berlangsung.
Suksesi menghalus keatas (fining upward)
Suksesi ini ditandai perubahan besar butir menjadi lebih halus ke atas.
Perubahan ini menunjukkan penurnan kekuatan arus transportasi pada saat
pengendapan.

Cont
Dalam pembahasan mengenai suksesi fasies, Batiat (1996) menambahkan dua
tipe tambahan yaitu:
Suksesi menebal keatas (thickening upward)
Suksesi menebal keatas menunjukkan adanya peningkatan ketebalan lapisan
batuan sedimen kearah atas, penebalan lapisan menandakan perubahan energy
yang bertambah besar (dari fasies energy rendah menuju fasies dengan energy
tinggi)
Suksesi menipis keatas (thining upward)
Suksesi menipis keatas mennunjukkan adanya penurunan ketebalan lapisan
batuan sedimen kearah atas. Penurunan ketebalan lapisan batuan ini menandakan
adanya perubahan energy yang bekerja pada lingkungan pengendapan.

Lapisan bisa tebal dan tipis


dalam cekungan

Lapisan yang tebal dan tipis dalam cekungan akan sangat bergantung
dengan sedimen pengisinya.

Proses terbentuknya batuan sedimen :


1. Pelapukan (wheathering), batuan besar lapuk menjadi batuan-batuan dengan
ukuran lebih kecil.
2. Erosi
3. Transportasi, batuan terbawa arus sungai menuju ke hilir.
4. Deposisi, batuan mengendap pada suatu tempat.
5. Proses lithifkasi
Burial, materi batuan ditumpangi material lain
Kompaksi, pemadatan material-material batuan
Sementasi, perekatan material-material batuan
Lithifkasi, material-material batuan menjadi kesatuan batuan sedimen

Faktor yang mempengaruhi tebal dan tipisnya struktur batuan sedimen :


1.

Kedalaman air, semakin dalam air maka struktur sedimen semakin berfariasi.

2.

Kekuatan aliran, semakin besar aliran arus sungai maka butir-butir besar batuan
semakin mendominasi.

3.

Tingkat abrasi, semakin besar tingkat abrasi (benturan antar mineral terlarut)
maka bentuk-bentuk butir cenderung bulat.

4.

Jenis aliran sungai, semakin pekat aliran maka keseragaman batuan (sortasi)
akan semakin baik (sorted). Sebaliknya semakin encer aliran maka tingkat
keseragaman batuan akan buruk (poor sorted).

5.

Tingkat resistensi butir batuan (daya tahan batuan menghadapi suatu


penghancuran).

BASIN
SEDIMENTOLOGY

Struktur Sedimen
Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi
kelainan dari perlapisan normal termasuk kelainan kofgurasi
perlapisan dan/atau juga modifkasi dari perlapisan yang disebabkan
proses baik selama pengendapan berlangsung maupun setelah
pengendapan berhenti. Studi Struktur paling baik dilakukan di
lapangan (Pettijhon, 1975 ).

Struktur Sedimen
Menurut Selley, 1970, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu :
Struktur Sedimen Pre-Depositional
Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur Sedimen Post-Depositional

Struktur Sedimen Pre-Depositional


Struktur sebelum endapan boleh ditemui di atas lapisan, sebelum
lapisan atau endapan yang muda atau baru di endapkan. Ia adalah
struktur hasil hakisan seperti terusan (channel), scour marks, flutes,
grooves, tool marking dan sebagainya. Struktur ini sangat penting
kerena ia juga boleh memberikan arah aliran arus. Struktur ini
berkaitan dengan struktur yang dibawahnya, dan ditemui diatas
permukaan antar lapisan. Contoh: Grooves, Flutes, Scour Mark, Tool
Markings

Struktur Sedimen PreDepositional


Groove Cast merupakan bentukan parit memanjang pada lapisan
batupasir karena pengisian gerusan memanjang memotong pada
batulempung.
Flute Cast merupakan bentukan sole mark yang menyerupai
cekungan memanjang yang melebar ujungnya membentuk jilatan api.
Scours Mark merupakan cetakan gerusan yang memotong bidang
perlapisan dan laminasi dengan ukuran kecil.
Tool Markings merupakan tanda yang dihasilkan oleh pemotongan
atau bekas tindakan dari air atau pun udara yang mengalir di atas
dasar sungai atau badan sungai.

Struktur Sedimen Syn-Depositional


Ini merupakan struktur yang terdapat didalam lapisan dan terbentuk
sesama sedimen yang terendap. Struktur yang terbentuk semasa
proses endapan sedang berlaku termasuk lapisan mendatar (flat
bedding), lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro
(micro-crosslamination), yaitu kesan riak. Contoh : Cross Bedding,
Graded Bedding, Lamination.

Struktur Sedimen SynDepositional


Cross Bedding merupakan perlapisan silang ini mirip dengan
perlapisan hanya saja antara lapisan satu dengan yang lain
membentuk sudut yang jelas. Hal ini dipengaruhi karena perpindahan
dune atau gelembur akibat pertambahan material.
Graded Bedding merupakan perlapisan gradasi ini memiliki cira
adanya perubahan ukuran butir secara gradasi.
Struktur Laminasi Struktur ini hampir sama dengan perlapisan namun
yang membedakannya adalah jarak perlapisan yang kurang dari 1
cm. Biasanya struktur ini diakibatkan oleh proses diagenesis sediment
yang cepat dengan media pengendapan yang tenang.

Struktur Sedimen Post-Depositional


Terbentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya
berhubungan dengan proses deformasi Contoh: Slump, Load Cast,
Flame Structure

Struktur Sedimen PostDepositional


Slump terbentuk karena ada luncuran pada lapisan batuan namun
berupa bidang lengkung.
Load Cast struktur ini terbentuk karena adanya pembebanan material
suatu lapisan terhadap lapisan lainnya sehingga membentuk
lengkungan ke bawah.
Flame Struktur merupakan bentukan seperti api yang di akibatkan
lapisan di atasnya lebih berat dan lapisan yang di bawahnya tertarik
ke atas.

Struktur Perlapisan
Faktor - faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur
perlapisan adalah :
Adanya perbedaan warna mineral.
Adanya perbedaan ukuran besar butir.
Adanya perbedaan komposisi mineral.
Adanya perubahan macam batuan.
Adanya perubahan struktur sedimen
Adanya perubahan kekompakan

Klasifkasi Cekungan
Suatu struktur dapat dikatakan sebagai cekungan apabila memiliki
tanda tanda peristiwa geologi seperti bentuk struktur, lingkungan
pengendapan, fossil yang terkandung dalam batuan serta litologi
batuan.

Klasifkasi Cekungan
Menurut Dickinson, 1974 dan Miall, 1999; klasifkasi cekungan
sedimen dapat berdasarkan pada:
Tipe dari kerak dimana cekungan berada,
Posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
Untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe
interaksi lempeng yang terjadi selama sedimentasi,
Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang
berlangsung,
Bentuk cekungan.

Klasifkasi Cekungan
PROSES

TIPE CEKUNGAN

KlasifkasiPENYEBAB
cekungan sedimen (Selley, 1988):
TERBENTUKNYA
Crustal sag
Puntir (tension)

TATAAN TEKTONIK
LEMPENG

Cekungan intrakraton Intra-plate collapse


Epicratonic downward Tepian lempeng pasif
Rift
(passive plate margin)
Sea-floor spreading

Tekanan
(compression)

Palung (trench)
Subduksi (tepian lempeng
Busur depan (fore-arc) aktif)
Busur belakang (backarc)

Wrenching

Strike-slip

Gerakan mendatar
lempeng

Teknik Analisa Cekungan


Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan
pada proses sedimentasi, stratigraf, fasies dan sistem pengendapan,
peleoseanograf, paleogeograf, iklim purba, analisa muka laut, dan
petrograf/mineralogi (Klein, 1995; Boggs, 2001). Penelitian
sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini ditikberatkan pada
analisa fasies sedimen, siklus subsiden, perubahan muka laut, pola
sirkulasi air laut, iklim purba, dan sejarah kehidupan.

Teknik Analisa Cekungan


Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengendapan dan sifat
sedimen adalah:
Litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi
sedimen yang berasal dari batuan tersebut;
Topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi
kecepatan denudasi yang menghasilkan sedimen yang kemudian
diendapkan dalam cekungan;
Kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan
kenaikan/penurunan muka laut; dan
Ukuran dan bentuk dari cekungan.

Teknik Analisa Cekungan


Analisa cekungan dapat dilakukan dengan cara:
Penampang Stratigrafi
Diagram Pagar
Peta Struktur
Peta Isopak
Peta Paleogeologi
Peta Litofasies
Analisa Arus Purba
Studi Provenan (Asal Mula) Batuan

Penampang Stratigraf
Data lengkap dan akurat tentang sedimen dari singkapan maupun inti
bor, baik ketebalan maupun litologi setiap himpunan sedimen,
merupakan hal yang sangat penting untuk interpretasi sejarah bumi.
Untuk menghimpun data tersebut diperlukan pengukuran dan
pemerian secara teliti dan akurat pada singkapan dan/atau inti bor.
Kegiatan menghimpun data ini jamak disebut pembuatan penampang
stratigraf terukur, yang meliputi pemerian litologi, sufat-sifat
perlapisan, dan kenampakan lainnya dari batuan.

Diagram Pagar
Informasi stratigraf dapat pula disajikan dalam diagram pagar yang
menggambarkan pandangan tiga dimensi stratigraf dari suatu daerah
atau wilayah tertentu. Dengan cara ini hubungan antar satuan
stratigraf dapat dilihat dengan jelas. Sayangnya, bagian pagar depan
akan menutup sebagian belakangnya; sehingga menyulitkan pembuat
untuk menyuguhkan gambar yang baik dan jelas.

Peta Struktur
Untuk menggambarkan bentuk dan orientasi cekungan serta geometri
pengisian cekungan diperlukan peta struktur. Pada dasarnya, kontur
pada peta ini adalah kumpulan titik-titik yang mempunyai elevasi
sama dari bagian atas atau bawah suatu datum tertentu. Struktur
lokal seperti antiklin dan sinklin dapat dengan mudah dikenali pada
peta jenis ini. Peta struktur ini sangat berguna dalam eksplorasi baik
hidrokarbon maupun mineral dan batubara.

Peta Isopak
Peta isopak adalah suatu peta yang konturnya menghubungkan titiktitik yang mempunyai ketebalan sama dari suatu lapisan atau satuan
batuan. Ketebalan suatu satuan batuan tergantung dari kecepatan
pasokan sedimen dan ruang yang tersedia pada cekungan. Bagian
yang menebal secara abnormal merupakan pusat pengendapan,
sebaliknya yang menipis abnormal adalah daerah yang sebelum
pengendapan merupakan tinggian atau sudah lebih banyak tererosi
setelah pengendapan. Dengan peta jenis ini dapat digambarkan
keadaan cekungan sebelum dan selama pengendapan.

Peta Paleogeologi
Peta paleogeologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi
tertentu di bawah atau di atas suatu unit tertentu. Sebagai contoh,
kita dapat mengupas semua satuan batuan mulai dari unit stratigraf
tertentu untuk melihat satuan batuan di bawah unit stratigraf
tertentu tersebut. Kemudian kita gambarkan peta geologi di atas alas
satauan batuan tersebut.

Peta Litofasies
Peta fasies menggambarkan vareasi sifat litologi atau biolof dari
satuan stratigraf tertentu (Boggs, 2001). Peta fasies yang umum
dipakai adalah peta litofasies dimana menyajikan beberapa aspek
komposisi dan tekstur batuan. Peta litofasies yang umum dipakai
adalah:
a. peta perbandingan klastik (clastic-ratio map) dan
b. peta litofasies tiga komponen.

Analisa Arus Purba


Analisa arus purba adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mengetahui arah aliran dari
arus purba pembawa sedimen ke dalam suatu
cekungan pengendapan (Boggs, 2001). Tentu
saja, dengan teknik ini akan diketahui juga
arah kemiringan lereng purba baik lokal
maupun secara regional dan sekaligus asal
dari sedimen yang terendapkan.

Analisa Arus Purba


Analisa arus purba dapat dilakukan dengan mempelajari secara
mendalam dari berbagai struktur sedimen, seperti silang siur, alur
sungai, dan ripple mark. Geometri dan kecenderungan dari suatu unit
batuan sering dapat membantu untuk interpretasi lingkungan
pengendapan dan arah arus purba. Orientasi dari kepingan batuan
berbutir besar (seperti kerakal dan brangkal), ketebalan lapisan,
vareasi litologi dalam suatu lapisan dapat dipakai untuk interpretasi
arah arus purba dan lokasi asal atau sumber batuan.

Studi Provenan
Komposisi dari suatu batuan sedimen klastika yang mengisi suatu
cekungan sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan sumbernya.
Komposisi itu tentu saja juga dipengaruhi oleh pelapukan dan iklim
daerah yang bersangkutan. Studi provenan meliputi: (a) Komposisi
litologi dari asal batuan, (b) tataan tektonik dari daerah asal batuan,
dan (c) iklim, topograf, dan kemiringan daerah asal batuan (Boggs,
2001)

Anda mungkin juga menyukai