Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk mengetahui
sejarah geologi dan potensi ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu, diperlukan
studi yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu geologi, termasuk di
dalamnya sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik. Dengan demikian dapat
diketahui secara menyeluruh batuan sedimen yang mengisi suatu cekungan
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menginterpretasi sejarah
geologi dan membuat evalusasi potensi ekonominya (Boggs, 1995; 2001). Studi
terpadu seperti ini dikenal dengan sebutan analisa cekungan sedimen (basin
analysis).
Pada perkembangan teori geosinklin, sebagian para ahli geologi berpikir
bahwa batuan sedimen yang umumnya diendapkan di laut dangkal pada suatu
geosinklin, dan terus mengalami subsiden. Sejalan dengan berkembangnya teori
tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat itu mulai tersisih. Saat ini para ahli
geologi menemukan berbagai jenis cekungan dengan berbagai mekanisme
pembentukannya. Secara umum, titik berat perhatian pada analisa cekungan
sedimen adalah pada tektonik global pembentukan cekungan dan berbagai proses
yang mengontrolnya (termasuk perubahan muka laut, pasokan sedimen, dan
penurunan cekungan).

2. Rumusan masalah
a. Pengertian Cekungan Sedimen
b. Menjelaskan Klasifikasi Cekungan
c. Menjelaskan Tipe-tipe cekungan

3. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah, agar kita dapat mengetahui cekungan sedimen
dalam kerangka lempeng tektonik.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Cekungan Sedimen


Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses
tektonik, dimana sedimen terendapkan atau akibat adanya penurunan permukaan
bumi. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi sehingga sedimen
terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses nendatan
(subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak. Berbagai penyebab yang
menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak, penebalan mantel
litosper, pembebanan batuan sedimen dan gunungapi, pembebanan tektonik,
pembebanan subkerak, aliran atenosper dan penambahan berat kerak.
Pengontrol utama pembentukan cekungan ini berkaitan dengan bagian luar bumi
yang rigid dan dingin yang biasa disebut sebagai litosfer. Batas paling tegas dari
bagian tubuh bumi adalah batas antara litosfer dan astenosfer. Litosfer merupakan
bagian yang paling luar dengan karakteristik yang rigid dan relative membentuk
suatu lempeng yang koheren.
Batas litosfer ini dicirikan oleh adanya suatu karakteristik isoterm (1.330°C) dan
seringkali disebut sebagai litosfer termal. Bagian atas dari litosfer termal ini
(ketebalan + 50 km), dapat menyimpan/mengakomodir tegangan elastis dalam
periode waktu yang lama sehingga seringkali disebut sebagai litosfer elastis.

Pergerakan lempeng litosfer diatas astenosfer menghasilkan suatu zona


deformasi dan kegempaan di sepanjang batas lempeng. Secara keseluruhan
terdapat tiga tipe batas lempeng berdasarkan arah pergerakannya yaitu :

 Batas lempeng divergen, sebagai contoh adalah pemekaran lantai samudra


di mid oceanic ridge
 Batas lempeng konvergen, berasosiasi dengan pemampatan kerak
(shortening) seperti pada daerah kolisi kontinen.
 Batas lempeng fault (transform), berasosiasi dengan mekanisme strike-
slip fault.
Mekanisme pembentukan cekungan sedimentasi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok mekanisme, walaupun pada kenyataannya tiga mekanisme ini
dapat mempengaruhi pembentukan cekungan secara langsung. Tiga mekanisme
tersebut adalah :
1. Purely thermal mechanism, misalnya pendinginan dan penurunan dari oceanic
lithosphere seiring dengan pergerakannya menjauhi pusat pemekaran.
2. Perubahan dalam ketebalan kerak/litosfer, misalnya penipisan kerak akibat
adanya mekanisme pergerakan sesar ekstensional yang mengontrol penurunan
cekungan, yang juga mengakibatkan adanya thermal uplift pada lempeng yang
menipis.
3. Pembebanan litosfer, disebabkan oleh defleksi atau adanya deformasi fleksural
dimana sebelumnya pernah terjadi subsidence.

Zonasi komposisi Bumi


a. Kerak Samudera

Kerak merupakan bagian paling luar kulit bumi yang memiliki densitas kecil.
Kerak samudera merupakan yang paling tipis dengan ketebalan berkisar 4 – 10
km, dan rata-rata sekitar 10 km. Densitas rata-rata sekitar 2900 kg/m3. Hal ini
menghasilkan tingkatan kerak yang mencerminkan model pembentukannya. Layer
1 (paling atas) tersusun oleh sedimen yang belum terkonsolidasi (ketebalan + 0.5
km). Sedangkan layer 2 tersusun oleh batuan basaltis dan lava bantal yang
berasosiasi dengan produk dari erupsi gunung api bawah laut.

Layer 3 tersusun oleh batuan gabro dan peridotit yang kemungkinan merupakan
batuan sumber yang terdiferensiasi menghasilkan batuan basaltis pada layer 2.
Umur kerak samudra cukup pendek (pada masa sekarang, paling tua berumur
Yura), disebabkan oleh pendinginan kerak yang menjadikan kerak samudera tidak
stabil secara gravitasional sehingga pada daerah konvergen, kerak samudera
senantiasa menujam dan mengalami peleburan.

b. Kerak Benua

Kerak benua lebih tebal, berkisar antara 30 – 70 km tetapi rata-rata sekitar 35 km.
Secara umum kerak benua ini dapat dibagi menjadi dua bagian (layer), yaitu
bagian atas yang tersusun oleh granit, granodiorit dan diorit; sedangkan bagian
bawah tersusun oleh batuan tekanan tinggi seperti granulit, eklogit dan amfibolit.

Batas antara kerak benua maupun kerak samudera dengan mantel dibawahnya,
berdasarkan survey geofisika memperlihatkan adanya suatu velositas rendah (low
velocity channel). Horison inilah yang dikenal sebagai Mohorovicic
discontinuityatau Moho.

c. Mantel
Mantel bumi dibagi menjadi dua bagian, yaitu mantel atas dan mantel bawah.
Mantel atas memiliki ketebalan kurang lebih 680 km + 20 km dan dibatasi oleh
fase transisi. Mantel ini menerus hingga bagian terluar core pada kedalaman 2900
km, dengan densitas yang semakin meningkat bersamaan dengan pertambahan
kedalaman.
2. Klasifikasi Cekungan Sedimen
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan
proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan
bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik:
divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson, 1974 dan
Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:

1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,


2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
5. Bentuk cekungan.

Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana seperti


dalam Tabel. , sedang Boggs (2001) membagi cekungan sedimen lebih rinci dan
lebih komplit.

Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby
(1995)

Penipisan kerak (crustal Perenggangan, erosi selama pengangkatan, dan penarikan


thinning): akibat magmatisme

Penebalan mantel Pendinginan litosper yang diikuti penghentian perenggangan


litosper (mantle- atau pemanasan akibat peleburan adiabatik atau naiknya
lithospheric thickening): lelehan astenosper

Pembebanan batuan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan


sedimen dan litosper regional, tergantung kegetasan litosper, selama
gunungapi(sedimentary sedimentasi dan kegiatan gunungapi
and volcanic loading):

Pembenan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan


tektonik(tectonic litosper regional, tergantung kegetasan dibawah litosper,
loading): selama pensesaran naik (overthrusting) dan/atau tarikan
(underpulling)

Pembenan subkerak kelenturan litosper selama underthrusting dari litosper padat


(subcrustal loading):

Aliran pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya karena


astenosper(asthenospheric penunjaman litosper
flow):

Penambahan berat Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan tekanan/


kerak(crustal temperatur dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-jenis
densification): tinggi ke kerak berberat-jenis rendah

Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)

PROSES PENYEBAB TIPE CEKUNGAN TATAAN TEKTONIK


LEMPENG
TERBENTUKNYA

Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse

Puntir (tension) Epicratonic downward Tepian lempeng pasif (passive


plate margin)
Rift
Sea-floor spreading

Tekanan (compression) Palung (trench) Subduksi (tepian lempeng aktif)

Busur depan (fore-arc)

Busur belakang (back-arc)


Wrenching Strike-slip Gerakan mendatar lempeng

3. Tipe Cekungan

TATAAN TIPE CEKUNGAN


TECTONIK

Divergen Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys

Antar- Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan intrakraton,


lempeng paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang
benua.

Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif,


kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde
and plateau)

Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung, cekungan


busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.

Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral


foreland basin, cekungan punggung babi (piggyback basin), broken
forland

Tranform Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional,


transpressional, transrotaional

Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental


wrench, aulacogen, impactogen, successor

Pergerakan Lempeng
Studi pergerakan lempeng ini didasarkan atas studi kegempaan dan observasi
distribusi dari episenter gempa serta liniasi magnetik dari cekungan samudera.
Lempeng litosfer dapat secara mudah mengalami deformasi dengan arah
pergerakan horisontal dibandingkan arah pergerakan vertikal. Pergerakan
horisontal lempeng litosfer ini pada akhirnya membentuk tiga macam batas
lempeng, yaitu :

a. Batas lempeng divergen


Dicirikan oleh pusat pemekaran tengah samudera. Sesar transform dengan offset
strike-slip displacement dari batas divergen, menghasilkan pola yang sangat
tersegmentasi.

b. Batas lempeng konvergen


Disebut juga dengan edge of consumption atau subduction zone, yang merupakan
garis sepanjang dua lempeng yang bergerak saling mendekat dimana lempeng
yang lebih tua menujam masuk ke dalam menuju mantel yang kemudian akan
mengalami peleburan. Batas konvergen ditandai oleh adanya bentukan palung
pada daerah penujaman kerak samudra. Selain itu, juga akan terbentuk busur-
busur volkanik dan kepulauan.

Pada batas konvergen lainnya dimana dua masa benua saling bertumbukan maka
akan membentuk suatu zona collision yang sangat besar karena kedua kerak benua
tersebut tidak bisa saling menujam akibat massa benua yang lebih ringan
dibandingkan kerak samudera.

Walaupun secara umum kerak samudera yang menujam dibawah kerak samudera
ataupun kerak benua, dalam sedikit kasus (misal di Taiwan) terjadi penujaman
kerak benua dibawah kerak samudera. Hal ini sangat ditentukan oleh besarnya
bouyancy dari lempeng yang bertumbukan.

c. Batas lempeng konservatif (transform)


Pembentukan batas konservatif ini terjadi disepanjang dua lempeng yang saling
berbapasan satu sama lainnya. Patahan pada batas transform ditandai oleh adanya
zona batuan yang terhancurkan secara intensif. Indikasi aktivitas deformasi batuan
yang intensif ini dicirikan oleh munculnya aktivitas kegempaan yang berskala
besar (kedalaman pusat gempa mencapai 20 km).
Gambar 2. Mekanisme deformasi lempeng pada pusat pemekaran. Pergerakan utama berupa
dip-slip yang ditunjukkan oleh bentukan elipsoid yang menyerupai bola pantai.

Sykes (1967) melakukan studi pergerakan lempeng di punggungan tengah


Atlantik, dan menemukan bahwa mekanisme pergerakan pada batas lempeng
berupa pergerakan strike-slip. Akan tetapi studi pertama dari pergerakan lempeng
ini menunjukkan bahwa mekanisme pergerakan lempeng di mid-oceanic ridge
berupa dip-slip dan ekstensional (gambar 2)
Beberapa cekungan yang dianggap penting di Indonesia akan dibahas secara
singkat di bawah ini (sebagian besar disarikan dari Boggs, 2001).

Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)


Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua yang
jauh dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya disebabkan
oleh penebalan mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen atau
gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan
klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai dari laut
epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah Cekungan
Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di Amerika Latin, dan
Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis ini adalah
Cekungan Chad di Afrika.

Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi
oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar
seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40
km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai
tataan tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan lempeng
benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias menghasilkan
Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada
Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.

Aulakogen (Aulacogen)

Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap
tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan
kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi
panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar.
Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya
kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan
turbit. Contoh aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur
Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur
Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.

Cekungan tepian benua


Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari
sedimen yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan.
Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua normal
dan kerak peralihan. Sedimen terendapkan pada sistem ini: pada paparan berupa
pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan evaporasi; pada lerengan
terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan benua berupa endapan turbit.
Cekungan renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan cekungan tepian
benua. Contoh yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika dan
bagian selatan-timur Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor,
Cekungan George Bank dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir
Trias- awal Jura oleh renggangan dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu
terpisahkan dari laut membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan
endapan lakustrin; berselingan dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang
lain berhubungan dengan laut, membentuk sedimen yang berkisar dari endapan
evaporit sampai delta, turbit, dan serpih hitam.

Cekungan berhubungan dengan subduksi

Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya


dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-
busur (arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih
banyak pada tepian benua dibandingkan pada besur samodra.

Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan
silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur
gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada
paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam pada
lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit dapat berupa endapan terigen
yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari
lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk kompleks
akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini,
yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada
masa dasar yang mengkilap (sheared matrix).

Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru,
Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya
adalah cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris
dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya terjadi
pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di Chili
selatan.

Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform


Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang
menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform
fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian
atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan
mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas
patahan antar lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam lempeng benua.
Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat membentuk berbagai
cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan
mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh kilometer,
walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar terbentuk
pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut maupun darat.
Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi yang
tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi,
dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya perubahan fasies secara lokal. Di
Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat sepanjang Patahan Sumatra.

TEKNIK ANALISA CEKUNGAN

Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting
untuk dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen
tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek
ekonominya. Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi, transportasi
dan pengendapan, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan; lingkungan
pengendapan, dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengendapan dan sifat sedimen adalah:

1. litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi sedimen yang


berasal dari batuan tersebut;
2. topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi kecepatan
denudasi yang menghasilkan sedimen yang kemudian diendapkan dalam
cekungan;
3. kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan
kenaikan/penurunan muka laut; dan
4. ukuran dan bentuk dari cekungan.

Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada proses


sedimentasi, stratigrafi, fasies dan sistem pengendapan, peleoseanografi,
paleogeografi, iklim purba, analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi (Klein,
1995; Boggs, 2001). Penelitian sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini
ditikberatkan pada analisa fasies sedimen, siklus subsiden, perubahan muka laut,
pola sirkulasi air laut, iklim purba, dan sejarah kehidupan.

Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui lebih baik


tentang pengisian cekungan dan pengaruh berbagai parameter pengisian cekungan
seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan penurunan cekungan, dan
perubahan muka laut.

Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai data, mulai data dari
singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut termasuk data hasil
pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi geofisika. Pembahasan
berikut ini secara singkat akan diketengahkan teknik analisa cekungan yang
umum dilakukan.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses
tektonik, dimana sedimen terendapkan atau akibat adanya penurunan
permukaan bumi. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi
sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu
proses nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak.
Berbagai penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah:
penipisan kerak, penebalan mantel litosper, pembebanan batuan sedimen dan
gunungapi, pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran atenosper dan
penambahan berat kerak.

Pergerakan lempeng litosfer diatas astenosfer menghasilkan suatu zona deformasi


dan kegempaan di sepanjang batas lempeng. Secara keseluruhan terdapat tiga tipe
batas lempeng berdasarkan arah pergerakannya yaitu :

 Batas lempeng divergen, sebagai contoh adalah pemekaran lantai samudra


di mid oceanic ridge
 Batas lempeng konvergen, berasosiasi dengan pemampatan kerak
(shortening) seperti pada daerah kolisi kontinen.
 Batas lempeng fault (transform), berasosiasi dengan mekanisme strike-
slip fault.
Mekanisme pembentukan cekungan sedimentasi dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok mekanisme, walaupun pada kenyataannya tiga mekanisme ini
dapat mempengaruhi pembentukan cekungan secara langsung. Tiga mekanisme
tersebut adalah :

 Purely thermal mechanism, misalnya pendinginan dan penurunan dari


oceanic lithosphere seiring dengan pergerakannya menjauhi pusat
pemekaran.
 Perubahan dalam ketebalan kerak/litosfer, misalnya penipisan kerak
akibat adanya mekanisme pergerakan sesar ekstensional yang mengontrol
penurunan cekungan, yang juga mengakibatkan adanya thermal uplift pada
lempeng yang menipis.
 Pembebanan litosfer, disebabkan oleh defleksi atau adanya deformasi
fleksural dimana sebelumnya pernah terjadi subsidence.

Anda mungkin juga menyukai