Anda di halaman 1dari 12

DEFORMASI TEKTONIK KOMPRESSIF

DEFORMASI TEKTONIK KOMPRESSIF PADA PEGUNUNGAN JAYAWIJAYA Pengertian Deformasi Tektonik Lempeng tektonik memiliki nama yang berbeda beda sesuai tempat atau asal lempeng itu berada. Pada 225 juta tahun yang lalu, seluruh daratan di bumi ini merupakan satu kesatuan yang disebut dengan Benua Pangaea pada zaman permian. Pergerakan lapisan bumi terus terjadi saat 200 juta tahun yang lalu pada zaman triassic terbagi menjadi 2 Benua Laurasia dan Benua Gondwanaland. Pergerakan lapisan bumi terjadi hingga saat ini terbagi menjadi 5 belahan benua. Perubahan keadaan permukaan bumi terjadi selama 4 zaman kurang lebih selama 225 juta tahun. Perubahan permukaan bumi ini yang mengakibatkan adanya batas batas lempeng tektonik di masing masing lapisan bumi. Pergerakan yang berasal dari tenaga endogen ini mengakibatkan sebuah siklus batuan dalam peroses pergeseran lempeng. Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Siklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis. Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala gejala atau kejadian kejadian alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng, yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran). 1. Batas Transform. Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault). 2. Batas Divergen. Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika. 3. Batas Konvergen. Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini. Dari ketiga batas lempeng yang mendukung adanya siklus batuan di bumi ini. Setiap daratan atau negara atau benua di dunia di batasi oleh lempeng yang berbeda beda. Dikarenakan sifatnya dinamis dan kekuatan masing masing lempeng berbeda beda, maka terbentuk 3 batas lempeng tektonik Gempa yang terjadi di akibatkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Dan apabila dilihat pada daerah Indonesia yang merupakan daerah ternbanyak yang dilewati oleh titik titik gempa yang tersebar di seluruh nusantara. Disebelah barat hingga ke selatan dari Indonesia dibatasi oleh lempeng tektonik, disebelah utara dibatasi dengan lempeng yang berbeda, dan dibagian timur dibatasi dengan lempeng yang berbeda pula. Jadi Indonesia dibatasi oleh 3 lempeng mayor dunia yang berbeda. Maka dari itu Indonesia memiliki titik gempa yang tersebar hampir diseluruh nusantara.

Perlipatan akibat deformasi tektonik kompressif Gaya-gaya tektonik akan menyebabkan batuan penyusun kerak bumi, berada dibawah kondisi tertekan (stressed) yang pada akhirnya menyebabkan batuan akan berubah atau terdeformasi. Batuan yang bersifat plastis terutama batuan sedimen mula-mula akan terlipat membentuk lipatan Perlipatan kulit batuan penyusun kulit bumi dapat berukuran regional sampai dengan ukuran minor, Lipatan berukuran besar yang mencakup daerah yang luas pada umumnya sekarang nampak sebagai permukaan lipatan yang telah mengalami erosi terutama pada bagian tertinggi pada puncak-puncak lipatan seperti pada kenampakan gambar berikut Lipatan pada kerak bumi akan membentuk lipatan antiklin dan lipatan siklin dan jika pada permukaan lipatan memperlihatkan bidang kemiringan kesegala arah yang dimulai dari titik puncak maka disebut dome/kubah, bentuk yang demikian dapat dijumpai di daerah Sangiran Sragen Jawa Tengah, sebaliknya bila kemiringan permukaaan bidang lipatan mengarah kesatu titik pusat disebut lipatan cekungan. Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsure garis atau bidang dalam bahan tersebut. Unsur bidang yang disertakan umumnya perlapisan (Hansen 1971, diambil dari Panduan Praktikum 1991). Atau terlipatnya suatu lapisan batuan (Sybil P. Parker, 1984). Lipatan merupakan salah satu gejala struktur geologi yang amat penting. Struktur lipatan sangat menentukan distribusi batuan dan strujtur bawah permukaan, selain itu lipatan berhubungan erat dengan pola tegasan atau gaya yang berpengaruh di daerah tersebut dan gejaIa struktur yang lain, misalnya sesar. Cara yang biasa dilakukan dalam analisa lipatan adalah dengan merekonstruksikankan dalam penampang. Kenampakan kenampakan dari lipatan sendiri berupa antiformal, sinformal, antiklin, sinklin, antiklinal band, sinklinal band, monoklin, terrace, vertical fold, normal fold, dll. Untuk menganalisa Iebih lanjut terhadap arah lipatan, bidang sumbu, bentuk lipatan, garis sumbu, penunjaman dan pola tegasan yang berpengaruh terhadap pembentukan lipatan, perlu dilakukan pengukuran secara menyeluruh pada suatu daerah dimana gajala lipatan itu terbentuk. Hasil pengukuran pengukuran itu disamping disajikan di dalam peta, juga dianalisa dengan menggunakan diagram Beta dan diagram kontur, penggunaan kedua diagram ini pada dasarnya sama, karena tujuan yang akan dicapai adalah kedudukan lipatan dan disinibusi hasil pengukuran yang diplot dalam proyeksi kutub. PROSES TERBENTUK Lipatan atau terlipatnya suatu lapisan batuan terbentuk biasanya diakibatkan oleh adanya gaya deformasi. Lipatan dikenali dengan lapisan batuan telah mengalami penyimpangan bentuk menjadi bentukan seperti ombak (Sybil P. Parker, 1984). Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada 2 macam, yaitu : 1. Buckling (melipat) : Disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan arah permukaan lempeng. 2. Bending (pelengkungan) : Disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus dengan permukaan lempeng.

1. Tektonik Proses tektonik ini disebabkan oleh gaya gaya dalam bumi. Gaya ini adalah gaya tekan hortisontal karena sejajar dengan permukaan bumi. Penyebab utama terbentuknya perlipatan oleh gaya tektonik atau gaya tekan mendatar karena adanya teori teori sebagai berikut : a. Teori kontraksi Teori klasik bahwa bumi semakin lama sesuai waktu geologinya semakin kecil, dengan adanya pendinginan, pembentukan mineral yang lebih padat, dan ekstrusi magma dan lapisan batuan lainnya, maka ada penyesuaian karena pengerutan bumi tersebut dan menghasilkan gaya tekan. b. Pengapungan Benua Teori ini bagian dan tektonik lempeng yang menerangkan tentang pemekaran dasar samudera, tumbukan lempeng, pengapungan benua, perlipatan serta patahan yang disebabkan karena adanya aliran konveksi berupa gerakan magma. Karena adanya aliran yang bergerak di sepanjang dasar kerak bumi tersebut menyebabkan kerak bumi terlipat ke bawah dan lapisan yang di atasnya juga ikut terlipat. c. Pergeseran karena Gaya Berat Pergeseran ini terjadi karena adanya pengangkatan dari batuan dasar yang membuat batuan dasar retak. Karena terus berlangsung maka retakan menyebabkan patahan yang berurutan hingga karena adanya gaya berat maka lapisan akan bergeser membentuk lipatan. 2. Non tektonik Proses ini sebagian besar dihasilkan oleh proses eksogenik, yang antara lain berupa erosi dan deposisi. Proses non-tektonik ini terjadi karena penyebab penyebab antara lain : a. Perbedaan Kompaksi Sedimen Karena adanya perbedaan kekompakan atau keresistensian hingga nanti dalam pengendapan selanjutnya lapisan secara otomatis akan terlipatkan melengkung. b. Proses Pelarutan Proses ini terjadi karena bahan kimia yang mengalami pelarutan dapat menghasilkan struktur yang besar, seperti kubah yang terbentuk dan garam yang menumpang. Patahan Hampir semua batuan penyusun kulit bumi tidak lepas dari pengaruh stress yang sangat kuat. Batuan yang brittle (kaku) sangat mudah patah dan putus jika dibawah pengaruh gaya kompressi maupun tarikan, sehingga batuan akan patah membentuk pegunungan Patahan. Lapisan batuan penyusun kerak bumi yang mengalami patahan sebagaimana batuan yang mengalami perlipatan akan berubah menjadi Pegunungan Patahan, jika lapisan batuan mengalami patahan turun berjenjang maka akan membentuk Pegunungan Blok, atau jika patahan tersebut bersekala kecil maka kenampakan patahan berjenjang tersebut dapat diamati secara langsung di singkapan batuan, terutama pada singkapan tebing-tebing jalan yang digali untuk perluasan jalan atau pada tebing sungai tersingkap karena oleh kikisan arus air pada tebing/dinding batuan sungai, seperti pada gambar berikut : Oleh karena permukaan batuan berhubungan langsung dengan faktor luar yang cenderung mempengaruhi sifat fisik maupun kimiawi batuan sehingga permukaan lapisan batuan yang terpatahkan, mengalami pelapukan dan terkikis sehingga kenampakan bentuk patahan sebenarnya berjenjang membentuk undak-undak patahan akan menjadi rata dan permukaan batuannya dilapisi dengan soil atau tanah penutup. Pada daerah-daerah yang mempunyai susunan batuan yang berumur tua seperti kondisi singkapan batuan yang ada di Sulawesi Selatan,tidak akan kita jumpai lagi kenampakan ideal dari pada Pegunungan volkano/Gunungapi, Pegunungan lipatan ataupun Pegunungan Blok yang pada awalnya dibentuk oleh gunung api, oleh karena pelapukan sudah berlangsung

jutaan tahun. Yang dapat kita jumpai hanyalah Jalur-jalur Pegunungan yang telah mengalami proses denudasi atau menuju ke proses perataan menjadi Peneplain, bahkan bagian bawah kaki lereng sudah ceenderung membentuk pedatan/plain berupa dataran pantai, dataran banjir, bahkan dataran danau. Pada singkapan batuannyasangat sulit dijumpai singkapan yang baik dan ideal. Sebagai pengaplikasian dari suatu deformasi tektonik kompresif dapat saya berikan contoh aplikasinya yaitu pada morfologi dari pegunungan jayawijaya. Pegunungan Jayawijaya Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Deretan Pegunungan yang mempunyai beberapa puncak tertinggi di Indonesia ini terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia. Pegunungan Jayawijaya juga merupakan satu-satunya pegunungan dan gunung di Indonesia yang memiliki puncak yang tertutup oleh salju abadi. Meskipun tidak seluruh puncak dari gugusan Pegunungan Jayawijaya yang memiliki salju. Salju yang dimiliki oleh beberapa puncak bahkan saat ini sudah hilang karena perubahan cuaca secara global. Pegunungan jayawijaya merupakan suatu morfologi yang diakibatkan karena suatu deformasi tektonik kompresif, dimana adapun proses tektonik kompresif yang terjadi adalah merupakan akibat gerakan lempeng yang menyebabkan tumbukan antara dua lempeng. Pegunungan ini terdiri dari banyak gunung-gunung yang berdasarkan ketinggiannya dapat terdiri dari beberapa puncak gunung dalam pegunungan jayawijaya ini antara lain : Puncak-puncak Jayawijaya Puncak Jaya dengan ketinggian 4.860 M.dpl Puncak Carstenz dengan ketinggian 4.884 M.dpl Puncak Yamin dengan ketinggian 4.535 M.dpl Puncak Idenberg dengan ketinggian 4.673 M.dpl Puncak Mandala dengan ketinggian 4.650 M.dpl Puncak Trikora dengan ketinggian 4.730 M.dpl Sejarah terbentuknya pegunungan jayawijaya. Menurut teori geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia. Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua. Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini. Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.

DENUDASI
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi, yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkan bertambahnya elevasi permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi. Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite (bahan rombakan dari tanah) 2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut karena erosi dan gerakan tanah. PELAPUKAN Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu batuan pada atau dekat dengan permukaan bumi [ tidak termasuk erosi dan pengagkutan hasil perubahaan itu ]. Ketika batuan tersingkap, mereka akan menjadi subjek dari semua hasil proses pemisahan / dekomposisi batuan insitu. Pemisahan batuan umumnya disebabkan karena pengaruh kimia, fisika, organisme, ataupun kombinasi dari ketiganya. Tipe proses pelapukan pada kenyataan dan tingkat aktivitasnya dipengaruhi oleh : Sort / pemilahan Iklim Topografi / morfologi Proses geomorfologi Vegetasi dan tata guna lahan Pada iklim lembab dan hangat, yang dominan adalah pelapukan kimia.

Pada kondisi iklim kering pada musim baik kemarau maupun penghujan, akan didominasi pelapukan fisika merata. Sedangkan pada zone iklim dimana temperatur dan kelembaban dapat mendukung kehidupan organisme, pelapukan bologilah yang mendominasi.

EROSI AIR PERMUKAAN Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan terbawa sepanjang aliran sebagaimana suatu arus melalui darat. Ketiaka arus menjadi seragam secara relatif dan tipis [sempit], partikel dipindahkan dari permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi.

Erosi dapat dipindahkan menjadi dua macam,yaitu : Erosi normal, terjadi secara alamiah dengan laju penghancuran dan pengangkutan tanahnya sangat lambat sehingga memungkinkan kesetimbangan proses penghancuran dan pengagkutan dengan proses pembentukan tanah. Erosi dipercepat, terjadi akibat pengaruh manusia sehingga laju erosi jauh lebih besar daripadapembentukan tanah. Berdasarkan bentuknya, erosi dapat dibedakan menjadi 5 macam, antara lain : Erosi percik, merupakan tahap pertama dari hujan yang menyebabkan erosi. Erosi ini disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke permukaan tanah. Erosi ini dapat menghancurkan porositas tanah karena pori-pori tanah menjadi lebih kecil atau terjadi penyumbatan pori pori, sehingga daya infiltrasinya berkurang maka terjadilah perlumpuran yang mengakibatkan penurunan daya infiltrasi lebih drastis lagi. Dengan demikian akan memperbesar exsess aliran permukaan atau yang dapat mengakibatkan terjadinya penggenangan pada topografi datar atau terjadi aliaran permukaan pada topografi miring. Selanjutnya hal ini mengakibatkan

terjadinya erosi lembar. Erosi Lembar, adalah pengangkutan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir hujan dan aliran di permukaan merupakan penyebab utama dari erosi ini. Dari segi energi, pengaruh butir hujan lebih besar karena kecepatan jatuhnya sekitar 6 sampai 10 m / detik.Kehilangan lapisan atas yang subur tersebur secara seragam, sehingga tidak kentara dan meliputi areal yang luas. Proses erosi ini sangat berbahaya karena disadari adanya setelah erosinya berjalan lanjut. Erosi alur, terjadi pada tanah yang tidak rata, maka air akan terkonsentrasi dan mengalir pada tempat tempat yang rendah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tempat tersebut. Erosi ini biasa pada tanah tanah yang biasa ditanami tanaman yang ditanam berbaris menurut lereng. Apabila erosi alur tidak segera di tanggulangi maka akan menjadi erosi parit. Erosi parit, prosesnya sama dengan erosi alur , tetapi saluran saluran yang terbentuk sudah dalam. Erosi parit yang terbentuk berukuran lebih sekitar 40 cm dan kedalaman 25 cm, sedangkan yang lanjut dapat mencapai kedalaman > 30 cm. Erosi ini dapat terbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan subtratanya. Bentuk V lebih umum terjadi, tetapi pada daerah yang subtratanya mudah lepas akan membentuk huruf U. Faktor Faktor yang mempenagruhi erosi antara lain : Iklim

Di daerah tropika basah, faktor iklim yang mempenagruhi erosi adalah hujan, terutama besarnya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan, kecepatan jatuh butir hujan, besar butiran hujan. Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal [ dinyatakan dalam m3 / luas ]. Intensitas hujan adalah besarnya yang jatuh pada suatu waktu tertentu 9 [dinyatakan dalam mm/ jam atau cm/jam]. Relief

Dua unsur yang berpengaruh adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Kemiringan lereng akan memperbesar jumlah aliran

permukaan sehingga memperbesar kekuatan angkut air. Selain itu, jumlah butir butir tanah yang terpecik di bawah oleh tumbukan butir hujan semakin banyak. Panjang lereng dihitung dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu titik dimana air masuk ke dalam saluran [ sungai ] atau dimana kemiringan berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan air sangat berkurang. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul diujung lereng. Dengan demikian berarti makin banyak air yang menagalir dan semakin besar kecepatannya di bagian bawah lereng daripada di bagian atas. Akibatnya adalah tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi lebih besar daripada bagian atas. Selain kedua hal tersebut, yang berpengaruh adalah konfigurasi lereng, misalnya terbentuk cembung akan banyak terjadi erosi lembar. Lereng yang cekung cendung erosi berbentuk alur atau parit. Aspek lain yang berpengaruh misalnya keserangam lereng.

Vegetasi

Vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Aspek pengaruh tersebut adalah : 1. Interepsi hujan oleh tajuk, sehingga mengurangi jumlah hujan di permukaan tanah. 2. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air. 3. Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur tanah infiltrasi. 4. Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar. 5. Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah sehingga yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi. Tanah

Sifat tanah yang berpengaruh terhadap laju erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah, dan sifat sifat lapisan bawah. Tekstur dan struktur tanah tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan.

Manusia

Di sini dapat berpengaruh positif dan negatif. Yang negatif apabila menjadikan erosi lebih besar, contonya penggundulan hutan, sistem huma, dan sebagainya. Tindakan yang positif misalnya penghutanan, pembuatn bangunan bangunan pencegah erosi, tindakan konservasi tanah, dsb. Overland flow yang seragam tipis hanya terdapat pada suatu bentuk permukaan rata dan biasanya menjadi semakin sangat tipis pada suatu permikaan yang dalam sehingga efek terjadinya longsor adalah kecil, sebab hanya material halus yang dapat diangkut dengan cara ini. Kekuatan yang diperlukan unutuk mengikis bahn rombakan menjadi lebih besar dibandingkan kekuatan yang diperlukan untuk mengangkutnya. Hampir semua permukaan alami terlalu tidak seimbang untuk menghasilakan arus seragam, dan sebagai gantinya, kebanyakan air dikonsentrasikan pada diskontinuitas tekanan yang kecil pada permukaan itu. Variasi pada ketebalan arus menghasilkan variasi dimana rombakan terbawa, sehingga menjadikan erosi permukaan memiliki konsentrasi tinggi, jika arus cukup besar, mereka akan mengikis sejumlah saluran kecil, dan jika saluran ini dangkal, mereka cenderung untuk berpindah posisi dari waktu ke waktu.

GERAKAN TANAH Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukan semula, yang terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu. Falls [runtuhan] Ada 3 macam, yaitu : 1.) Runtuhan batuan Suatu massa batuan jatuh ke bawah karena terlepas dari batuan induknya. Terjadi pada tebing tebing yang terjal.Gerakannya ekstrim cepat. 2.) Runtuhan tanah

Seperti pada runtuhan bantuan,hanya saja yang jatuh ke bawah berupa berupa massa tanah.Gerakannya sangat cepat. 3.) Runtuhan bahan rombakan Seperti pada runtuhan batuan,hanya saja yang jatuh ke bawah berupa massa bahan tombakan.Gerakannya sangat cepat. Slides [ longsoran] Ada 4 macam, yaitu : a. Nendatan[slump] Gerakan yang terputus putus atau tersendat sendat dari massa tanah atau batuan ke arah bawah dalam jarak yang relatif pendek, melalui bidang lengkung dengan kecepatan ekstrim lambat sampai agak cepat. Pada umumnya, sesuai dengan prosesnya yang terputus putus, sehingga mempunyai lebih dari satu bidang longsor yang kurang lebih sejajar atau searah satu sama lain. b. Blok Glide Gerakan turun ke bawah dari massa tanah atau batuan yang berupa blok dengan kecepatan lambat sampai agak cepat.Blok yang turun dapat disebabkan atau dibatasi oleh kekar, sesar.

c. Longsoran batuan Gerakan massa batuan ke arah bawah yang biasanya melalui bidang perlapisan, rekahan rekahan, bidang sesar. Dalam hal ini kemiringan lereng searah dengan kemiringan perlapisan batuan. Lapisan batuan yang dapat bertindak sebagai bidang lingsor adalah batuan yang berukuran sangat halus [lempung, tuf halus, napal, dsb].Kecepatan gerakan amat lambat sangat cepat.
d. longsoran bahan rombakan

Gerakan massa tanah atau hasil pelapukan batuan melalui bidang longsor yang relatif turun secara meluncur atau menggelinding. Bidang longsor merupakan bidang batas antara tanah dengan bantuan induknya. Flows [ aliran ]

Ada 6 macam, yaitu : Aliran tanah Gerakan dari massa tanah secara mengalir dengan kecepatan lambat sampai cepat. Material [massa] tanah yang sangat plastis biasanya dengan kecepatan lambat cepat dan lumpur dengan kecepatan sangat cepat sehingga ada yang disebut aliran tanah lambat dan aliran tanah cepat. Disini faktor kandungan air sangat penting. Aliran fragmen batuan Gerakan secara mengalir dari massa batuan yang berupa fragmen fragmen dengan kecepatan ekstrim cepat dan kering. Macam aliran fragmen bantuan, misalnya rockfall avalenche. Massa yang bergerak sangat luas baik berupa runtuhan batuan atau longsoran batuan dengan kecepatan ekstrim cepat. Sand Run Gerakan dari massa pasir secara mengalir dengan kecepatan cepat sampai sangat cepat dalam keadaan kering. Loess flow [ dry] Aliran loess kering, massa yang mengalir berupa loes yang sangat kering. Biasanya disebabkan oleh gempa bumi. Kecepatan aliran ekstrim cepat. Debris avalance Gerakan bahan rombakan dalam keadaan agak basah dengan kecepatan sangat cepat sampai ekstrim cepat . Kalau keadaannya basah disebut debris flow [ aliran bahan rombakan ] Sand flow dan silt flow Seperti pada sand run, hanya disini kedaan basah. Jika material yang mengalir berupa pasir disebut aliran pasir, sedangkan kalau berupa lumpur disebut aliran batu lumpur. Kecepatan aliaran cepat sampai sangat cepat.

Kompleks

Merupakan gabungan dari berbagai macam gerakan tanah,biasanya satu macam gerakan tanah lalu diikuti oleh macam gerakan tanah yang lain. Gerakan tanah yang lain yaitu : Creep Aliran massa tanah [ batuan ] yang ekstrim lambat, tidak dapat dilihat, hanya akibatnya akan tampak seperti tiang listrik miring, pohon bengkok. Contoh: rock creep, soil creep, talus creep. Amblesan Gerakan ke arah bawah yang relatif tegak lurus, yang menyangkut marterial permukaan tanah atau batuan tanpa gerakan ke arah mendatar dan tidak ada sisi yang bebas. Dapat disebabkan karena terlampau berat beban dan daya dukung tanah kecil. Juga bisa karena penompaan air tanah jauh melampau batas, Sehingga pori pori yang tadinya terisi oleh air tanah akan mampat. Dengan demikian penyebab terjadinya gerakan tanah adalah : 1. Kemiringan tanah 2. Jenis batuan / tanah 3. Struktur geologi 4. Curah hujan 5. Penggunaan tanah dan pembebanan massa 6. Getaran - Gempa bumi - Lalu lintas

Anda mungkin juga menyukai