Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOMORFOLOGI

“MORFOLOGI PULAU JAWA”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kuliah Geomorfologi Indonesia

DOSEN PENGAMPU : Bayu Wijayanto, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 2

Margareta 20045015

M. Fhadil Alfharizi 20045052

Khaidilla Indah Syahwifa 20045097

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah geomorfologi ini yang berjudul
“Morfologi Jawa”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Geomorfologi Indonesia. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang morfologi Jawa bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat, Kami
menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya dan keterbatasan ilmu serta pengalaman yang dimiliki.. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Maret, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi Relief Pulau Jawa ........................................................................................... 2


B. Kondisi Geologi Pulau Jawa ....................................................................................... 3
C. Kondisi Fisiografi dan Morfologi Pulau Jawa ............................................................ 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera
hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan
selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng
pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling
ketemu, menjauh, dan bergeser.
Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan samudera
saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera
dengan massa berat yang lebih besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa
penyusun material daratan. Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung
dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang
mempengaruhi magma dalam bumi.Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin
tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat
menghancurkan litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam
bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari
uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang terjadi
sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya endogen berupa
pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunungapi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kondisi Morfologi Pulau Jawa?
2. Bagaimana Kondisi Fisiografis Pulau Jawa?
3. Bagaimana Kondisi Relief Pulau Jawa?
4. Bagaimana Kondisi Geologi Pulau Jawa?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Kondisi Morfologi Pulau Jawa
2. Untuk mengetahui Kondisi Fisiografis Pulau Jawa
3. Untuk mengetahui Kondisi Relief Pulau Jawa
4. Untuk mengetahui Kondisi Geologis Pulau Jawa

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONDISI RELIEF PULAU JAWA

Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena
beberapa keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri geografinya
disebabkan karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak
vulkanisme yang kuat. Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa mempunyai bentuk yang
sempit dan memanjang.Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu yaitu sepanjang dan
searah dengan panjangnya pulau Jawa.
Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang
cepat dan intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan
topografi yang disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila
dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak terdapat lembah kecil
dan mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus
dibuang sehingga banyak terjadi dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena
banyaknya pari-parit yang rapat mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa
permukaan yang dulu pernah terangkat tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang
dalam waktu singkat.
Zona Fisiografis Jawa pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang
sepanjang pulau. Ketiga zona ini sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun
Jawa Barat. Dibagian tengah dan bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona serta jalurnya
tampak kurang jelas karena menunjukan adanya perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut Hindia
dan disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering terkikis
sehingga kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona ini telah
diganti (ditempati) oleh dataran alluvial.
b. Zona Tengah
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-
tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian
daerahnya diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana
disebelah utara berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat daerah
Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.
c. Zona Utara
Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah
diselingi oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran alluvial.

2
B. KONDISI GEOLOGI PULAU JAWA

a. Zona Selatan
Di zona selatan ini lapisan yang lebih tua terdiri dari endapan vulkanik yang tebal
(breksi tua) dan bahan-bahan endapan (seperti alas Anulatus) yang terlipat pada waktu
periode meosen tengah. Di bagian selatan zone ini mengalami sedikit lipatan, tetapi
lipatan tersebut menjadi lebih kuat di dekat batas sebelah utara. Daerah ini merupakan
daerah peralihan dari zona tengah yang ditutupi secara tidak selaras (unconfonform) oleh
bahan-bahan yang tidak terlepas dari meosen atas. Dibanyak tempat lapisan ini telah
dipengaruhi oleh gerakan miring (tilted). Dibeberapa tempat dasar (alas/bed) meosen atas
ini terdiri dari batuan kapur yang mempunyai pengaruh yang sangat nyata pada
topografinya. Endapan yang lebih muda dari meosen muda dan endapan pleosen tua
hampir tidak ada.
b. Zona Tengah
Sepeti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan
vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di
zona ini Gerakan orogenesa meosen tengah dan meosen muda sangat kuat dan sering
menyebabkan lipatan menjungkir atau membentuk struktur menjorok (Thrusting/
Imbricated) menyebabkan batuan tersier atau juga lapangan pratersier tertutup, yaitu di
daerah pegunungan Jiwo, daerah Lokulo di Jawa Tengah, pegunungan Raja Mandala,
lembah Cimandiri, dan Banten bagian selatan. Pada periode neogen terdapat juga
beberapa lapisan tak selaras dan sedikit lipatan yang terjadi setelah akhir neogen.
c. Zona Utara
Di zona utara ini lapisan neogen muda lebih tebal dibanding zona lainnya, dan ini
adalah inti dari geosklinal muda. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak periode meosen
atas. Lipatan ini nampak lebih jelas di zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona utara
dari Jawa Tengah. Di lain tempat pengendapan berlangsung selama periode meosen
tengah dan meosen atas. Di igir pegunungan Kendeng (Jawa Timur) pengendapan pada
geosklinal berjalan terus sampai plestosen tengah. Selam plestosen tengah orogenesa
dihasilkan dari lipatan yang keras dengan lipatan yang terbalik (Upturned Folds and
Thrust). Lebih menuju ke periode kwarter mungkin dapat dilihat tetapi pelipatan
plestosen tengah berjalan terus dan menonjol. Di Jawa Barat gerakan pelipatan utama
terjadi pada permulaan pletosen kemudian diikuti oleh gerakan lipatan yang lemah
setelah periode igir plestosen tengah. Di sebelah utara igir penggunungan Kendeng
dikenal dengan sebutan bukit Rembang. Di daerah tersebut lapisan neogennya jauh lebih
tipis dari pada di pegunungan Kendeng dan sebagian terdiri dari batuan kapur. Zona ini
terletak di sebelah utara dari poros geosiklin neogen, yaitu merupakan daerah peralihan
antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh laut Jawa yang terjadi pada jaman
meosen dengan poros pegunungan Kendeng itu sendiri. Pengendapan berjalan terus
selama periode atau bagian dari era plestosen.

3
C. KONDISI FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI PULAU JAWA

1. Geomorfologi Jawa Barat

a. Zona Selatan
Zona Selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa
Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi
oleh laut yang dalam dari samudera Hindia. Zona selatan terdiri dari,
1) Plato Jampang
Plato Jampang memiliki dip ke selatan dengan escarpment di sebelah
utaranya..Pada Plato Jampang ini terdapat cliff yang sangat mencolok karena
proses pengangkatan. Daerah ini mempunyai keistimewaan berupa pola lembah
yang sejajar dengan garis pantai. Pola lembah tersebut terjadi karena alur sungai
yang mengalir sejajar dengan garis pantai diantara tanggul pantai yang belum
terjadi pengangkatan. Di dekat batas bagian utara daerah ini terangkat dengan
ketinggian kurang lebih 700 meter dan tanggul pantai bagian dalam terangkat
sampai 400 meter. Di daerah-daerah pada permukaan Lengkong terdapat bukit-
bukit yang menonjol tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-bukit tersebut
memotong Plato secara miring yang terletak di sebelah selatan Cikaso Udik
sampai Cibuni
2) Plato Rongga
Plato Rongga terletak di sebelah timur gunung Malang. Plato ini dipnya
merupakan “Flexur” tidak teratur berarah ke dataran Bandung dan sisi
tenggaranya dibatasi oleh massa intrusi yang lebih tinggi yaitu gunung Cillin.
Jauh ke timur seluruh escarpment besar dari zona selatan ini tertimbun oleh
pegunungan muda gunung Malabar, Papandai dan Cikurai. Plato ini merupakan
bagian plato selatan yang sudah tertutup oleh bahan-bahan vulkanis.
3) Plato Karangnunggal
Plato ini terletak jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan
permukaan 350-400 meter di atas permukaan laut. Di sebelah utaranya terdapat
igir yang lebih tinggi. Plato Karangunggal ini jauh lebih rendah, lebih muda dan
tidak diketahui apakah berkaitan dengan Plato Lengkong atau masih lebih muda
lagi.

b. Zona Tengah
Ada Persamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat.
Keduanya merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan
kedua-duanya merupakan kedudukan dari gunung berapi. Selain persamaan ada
beberapa perbedaaan, yaitu :

4
a) Zona Tengah di Jawa Barat disebut depresi tetapi memiliki kedudukan yang
masih tetap tinggi, contoh: Depresi Bandung mempunyai ketinggian 675 meter di
atas permukaan air laut.
b) Pada zona tengah Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis lurus
sepanjang bagian tengah depresi.
c) Pada zona tengah Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang jarang
ditemukan di zona tengah Jawa Timur, dimana keadaanya berganti-ganti dengan
depresi.
d) Di bagian barat (Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda, dimana tidak
terdapat depresi, tetapi terdapat komplek pegunungan yang sedikit demi sedikit
merendah menjadi perbukitan yang rendah sampai ke ujung sebelah barat pulau
Jawa.

Zona tengah Jawa Barat terdiri dari beberapa bentuk fisiografis, yaitu:
1) Dataran Tasikmalaya
Gunung Sawal menempati posisi yang terpisah di tengah-tengah zona tengah. Dan
kelompok pegunungan selanjutanya terdapat di sebelah barat dari dataran
Tasikmalaya. Pegunungan ini merupakan penghalang utama dalam
menghubungkan dengan zona selatan, dimana hanya terdapat celah sempit yang
dipergunakan untuk jalur jalan raya (Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).
2) Dataran Garut.
Kota Garut dikelilingi pada semua sisinya oleh gunung berapi, di sebelah selatan
gunung Kracak Tua dan gunung Cikaruai muda yang masih berbentuk kerucut
yang teratur dan pada sebelah barat daya, barat dan utara berhubungan dengan
gunung-gunung yang melintang yaitu gunung Papandai, Guntur, Mandalawangi,
Calancang.
3) Kompleks Pegunungan di Barat Garut.
Gunung yang paling utara ialah gunung Calancang yang tua dan kompleks,
dimana sebagian sudah merupakan zone utara. Pegunungan dibagi menjadi dua
golongan yaitu kelompok gunung Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar yang
memanjang dari timur ke barat gunung Takuban Prahu di batas utara.
4) Lipatan Rajamandala
Di sebelah dataran Bandung terdapat gunung Rajamandala memanjang miring
memotong zona tengah dan menghubungkan antara zona selatan dengan zona
utara.
5) Dataran Bandung.
Di sepanjang lembah Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat. Daerah ini telah
mengalami patahan dan kemudian terangkat dibeberapa tempat dan tertutup
secara tidak konform oleh tuff lakustrin baru.
6) Dataran Cianjur - Sukabumi.

5
Depresi Cianjur telah mengalami penurunan lebih rendah dari dataran Bandung.
Bagian yang paling dalam lebih kurang 270 meter di atas permukaan air laut.
Ditengah Depresi Cianjur-Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro, berupa
gunung kembar.
7) Kompleks gunung Gede-Pangrango
Gunung tertua pada daerah ini adalah gunung Pangrango Tua dengan kawahnya
yang besar dimana diperdalam karena proses erosi. Pada sebelah timur terdapat
topografi longsoran vulkanis yang khas yang terdiri dari kubah-kubah tidak
beraturan pada dataran rendah.
8) Sektor Banten
Bagian paling barat atau sektor Banten dari zona tengah keadaannya berbeda
dengan bagian-bagian lainnya dari zona ini. Sektor Banten terdiri dari daerah
pegunungan yang rumit yang dibangun baik oleh intrusi maupun batuan berlapis
dan terkikis kuat dengan lembah-lembah yang dalam.

c. Zona Utara
1) Daerah Lipatan
Di Jawa timur dan Jawa tengah endapan-endapan berjalan terus tanpa gangguan
selama pleosen dan pletosen tengah bagian bawah. Di Jawa Barat endapan-
endapan diselingi oleh beberapa lapisan tidak konform, dimana lapisan pleosen
atas dari alas Bojong di Banten serta alas pleosen Ciberang dan kali Glagah
diendapkan sebagai endapan laut terakhir.
2) Endapan Kipas
Berupa celah yang besar dibagian utara dekat dengan Bogor, dimana melalui
celah ini mengalir bahan vulkanis Gede-Pangrango dan gunung Salak memencar
merupakan kipas alluvial mencapai dekat Jakarta. Rangkaian lipatan ke timur dari
celah ini ditutupi oleh endapan vulkanik lain pada permukaan yang lebih tinggi.
3) Jalur Peneplain
Di bagian barat celah Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-ciri khusus yang
terdiri dari tuff sedikit terlipat diselingi oleh massa intrusif yang keras dengan
puncak yang datar dan reruntuhan pegunungan tua.
4) Gunung Cireme dan Sekitarnya
Gunung Cireme berupa gunung muda endapan vulkanisnya mengalir dan
menutupi sebagian besar dari batuan lipatan lapissan bawahnya yang dibeberapa
tempat batuan tadi menonjol dari batuan vulkanik bagian luar. Aliran vulkaniknya
bebas sampai mencapai laut Cirebon. Pada lereng barat daya terdapat reruntuhan
dari pegunungan tua. Di selatan terdapat pegunungan Celancang tua yang
menutupi zona utara.
5) Kompleks Takuban Prahu.

6
Kompleks pegunungan Takuban Prahu merupakan pusat peletusan yang terletak
di utara Bandung. Bagian yang tua telah terpotong/ terkoyak oleh beberapa
patahan, dan sebagian dari pegunungan ini telah longsor. Pergerakan ini ada
hubungannya dengan pelipatan terakhir dari pegunungan Tambakan. Sebagian
lereng selatan telah berbatasan dengan patahan Lembang, dimana bagian utara
dari kompleks ini telah terlempar dan longsor. Dan sisa yang tertinggal dari
pegunungan ini muncul lagi yang muda.
6) Kompleks Pegunungan di Banten
Kompleks pegunungan yang besar di barat laut yang agak terpencil berupa
komplek pegunungan dengan pusatnya berupa kaldera. Danau dibagian barat
dekat selat Sunda.

2. Geomorfologi Jawa Tengah

a. Zona Selatan
Di zona selatan ini sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran alluvial.
Dataran pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/
penenggelaman ke bawah permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini terdapat di
pegunungan Progo. Sisa ini berbentuk seperti bentuk dome. Hanya dibeberapa tempat
di Nanggulan terdapat endapan batu-batuan eosen terdiri dari breksi andesit oligosen,
sebagian tertutup oleh batuan kapur meosen. Setelah beberapa gerakan tektonik
sebagian besar daerah tadi diratakan dan untuk waktu yang lama tetap sebagai dataran
rendah. Selanjutnya karena pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari peneplain
ini terangkat sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya mengalami penurunan.
Pada puncak dome beberapa bagian dari peneplain tua masih nampak demikian juga
sekelilingnya berupa daerah batuan kapur yang mempunyai kenampakan topografi
karst.
Dengan demikian pegunungan Progo dapat dimasukan ke dalam zona selatan
yang ada di sebelah timur Jawa Tengah. Sisi utara dari pegunungan Progo barat ini
terpotong escarpment seperti halnya dengan zona selatan. Pelipatan di sisi utara Progo
lebih kuat, sifat tektonik berubah dan dapat dikatakan peralihan ke zona tengah. Pada
kaki escarpment ini batu-batuan tua nampak menonjol dipermukaan, tidak jauh dari
candi Borobudur. Keadaan ini seperti yang terjadi di pegunungan Jiwo. Bagian
selanjutnya dari zona selatan adalah daerah Karang Bolong yang terdiri dari lapisan
meosen batuan kapur meosen muda dengan karst relief yang menutupi batuan andesit
tua. Di sebelah selatan clifnya dibatasi oleh lautan. Di sebelah utara oleh celah (pass)
yang menghubungkan dengan barisan pegunungan dari zona tengah. Sisa zona selatan
yang lain yaitu pulau Nusa Kambangan dan bukit Selok. T. Hoen menganggap bukit
Selok dan Nusa Kambangan merupakan suatu Horst. Di Nusa Kambangan lapisan
tanahnya (strata) terangkat dan mungkin juga terlipat. Di atas strata tersebut terdapat

7
permukaan-permukaan yang terkikis. Dari sudut geologis Nusa Kambangan
membentuk peralihan ke zona tengah, tetapi secara fisiografi dapat disamakan/
dimasukan dalam zona selatan.

b. Zona Tengah
Berbeda dengan Jawa Timur, zona tengah disini bukan merupakan depresi,
melainkan suatu daerah pegunungan disebut pegunungan Serayu selatan. Pada zona
selatan merupakan zona plat yang terangkat, terletak lebih ke timur, dan sebagian
besar tertutup oleh dataran alluvial. Di Jawa Tengah zona ini dipengaruhi oleh
gerakan yang berlawanan. Pegunungan Serayu ini dimasukan dalam zone selatan
berdasarkan pertimbangan geologis. Dari sudut geologi daerah ini mengalami lipatan
dan thrusting pada waktu periode meosen, akibatnya tidak hanya batuan tertier tua
saja yang tampak tetapi juga batu-batuan kristalin dan batu-batuan mesozoikum
lainnya.

c. Zona Utara
Peneplain Kendeng tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis yang
banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro. Lapisan tersebut menutup
pegunungan Kendeng bagian barat dengan tidak konform dan terlipat sangat kuat
disini disebut Alas Damar. Zona utara terdiri dari :
1) Gunung Ungaran
Tempat ini mengalami pengangkatan seperti halnya sisa-sisa dari zona
pegunungan Kendeng dan dibeberapa tempat terdapat patahan-patahan, juga pusat
dari gunung yang tua tenggelam sepanjang patahan-patahan yang berbentuk
lingkaran. Pada depresi tadi gunung Ungaran muda muncul, sekarang dialiri oleh
sungai yang telah membentuk lembah sempit menuju lingkaran kawah yang telah
terangkat dari breksea vulkanis.
2) Gunung Suropati dan depresei Pening
Gunung Suropati tua yang rendah terpotong jadi dua bagian oleh lembah yang
besar. Lembah ini bergabung dengan depresi Pening dimana bahan-bahan
vulkanis dari segala arah dibawa kesitu dan terbendung di sebelah timur oleh
pungung lipatan. Terjadinya rawa Pening ini sebenarnya merupakan
pembendungan baik oleh pengangkatan punggung lipatan maupun arus vulkanis.
Sungai Tuntang memotong igir tadi, sehingga mengalirkan air Rawa Pening,
tetapi air Rawa Pening naik lagi akibat diadakan Station listrik pada lembah
Tuntang.
3) Kompleks pegunungan Dieng/ Sundoro
Bagian selanjutnya dari zona utara ini ditempati oleh beberapa kompleks
pegunungan:

8
a) Kompleks pegunungan Dieng terdiri dari suatu kelompok gunung, diantaranya
terdapat plato dengan beberapa pusat letusan kecil. Plato ini disebut Dieng
plato dengan beberapa candi-candi Hindu yang terkenal.
b) Gunung Sundoro adalah gunung muda yang terletak disebelah tenggara Dieng
yang merupakan peralihan pegunungan zona tengah.
c) Komples pegunungan Jembangan sebelah utara Dieng, terdiri dari
pegunungan tua dan depresi vulkano tektonik yang dipengaruhi oleh patahan-
patahan yang mana sebagian besar mengalami longsoran

3. Geomorfologi Jawa Timur

Zona yang berbeda sangat jelas dan mudah dipisahkan di daerah Jawa Timur atau
paling tidak sebagian besar dari bagian tadi dapat diketahui dengan jelas. Adapun
pembagian satuan/ zona fisiografi di Jawa Timur adalah:

a. Zona Plato Selatan


Deskripsi fisiografi dari zona plato selatan baik dimulai disebelah barat dan
pada daerah peralihan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena bagian ini sangat
nyata dan dapat diamati dengan jelas, terutama berdasarkan penyelidikan mendasar
dari H. Lehman. Permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat
(uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda.
Peneplain ini tidak hanya terangkat tetapi juga mengalami gerak pembengkokan
(warped) ke dalam depersi dan kulminasi yang luas. Zona Plato Selatan kondisi
Fisiografinya meliputi:
1) Topografi Karst Gunung Sewu
2) Cekungan Wonosari dan Baturetno
3) Escarpment Plato Selatan
4) Perluasan Lembah
5) Zona Plato disebelah Timur Popoh
6) Semenanjung Blambangan
7) Topografi Karst Gunung Sewu
8) Cekungan Wonosari dan Baturetno
9) Escarpment Plato Selatan
10) Perluasan Lembah
11) Zona Plato disebelah Timur Popoh
12) Semenanjung Blambangan

b. Zona Utara atau Zona Lipatan


Zona Utara ini keadaannya paling lebar di Jawa Timur ±87 km. Di Jawa
Timur dibagian utara

9
1) Igir Pengunungan Kendeng
Igir pegunungan Kendeng merupakan kenampakan garis yang horizontal,
dimana semua punggung-punggungnya mempunyai tinggi yang sama. Menurut
Rutten yaitu terbentuk sebagai akibat kerja peneplainisasi sehingga mencapai
ketinggian permukaan yang sama. Dan ketinggian peneplain tadi menurut
Lehman berkisar ± 120-145 m yaitu tinggi dekat lembah melintang dari
Bengawan Solo ke arah barat naik sampai setinggi 180 m, dan ke timur semakin
tinggi lagi ± 250 m. Sisa peneplain hanya terdapat pada igir yang terdiri dari
batuan yang tahan lapuk.
Menurut Lehman bahwa diantara igir tadi terdapat suatu sistem pengikisan
permukaan yang lebih rendah, yaitu pada ketinggian ± 150 m di atas permukaan
laut. Untuk menentukan umur dari pengikisan permukaan intramontana dan umur
dari peneplain di atas, maka harus mengarahkan penyelidikan pada endapan yang
terlipat. Untungnya stratigrafi dari endapan terlipat ini diketahui umurnya dari
penyelidikan yang dilakukan oleh L.J.C Van Es dan diteruskan Duyjes yaitu
diketemukan fosil binatang bertulang belakang. Dengan demikian urutan
geomorfologinya menurut Lehman adalah endapan yang terjadi pada plestosen tua
yang menutupi alas plestosen Kalibeng adalah alas Pucangan yang mana telah
diketemukan fauna Jetis berumur plestosen tua. Dari sebelah timur masih
merupakan endapan laut, di sebelah barat sebagian endapan terdiri dari vulkanis
dan sebagian terdiri dari tanah liat air tawar. Hal ini menunjukan pernah terjadi
regresi, menurut Duyjes dikatakan bahwa regresi yang terjadi akibat dari gerak
tektonik. Tetapi oleh Smith Sibinga dikatakan bahwa regresi tadi akibat dari
karena penurunan permukaan air laut. Di lereng sebelah selatan igir Kendeng
terdapat semacam breksea endesitik Notopuro, yang mana menutupui alas Kabuh
secara conform.
2) Perbukitan Rembang
Perbukitan Rembang terdiri dari bukit-bukit lipatan, tetapi berbeda dengan
pegunungan Kendeng. Dari sudut tektonik lipatan di perbukitan Rembang lebih
landai dan simetris dari pada yang terdapat di Kendeng, dimana zona Kendeng
lipatannya kuat, curam, dan upturned.
Ditinjau dari sudut stratigraphy endapan neogen muda lebih tipis hal ini
disebabkan karena daerah tadi terletak di luar proses neogen geosiklin dan
merupakan daerah peralihan terhadap zona laut Jawa. Beberapa endapan terutama
plestosen atas terdiri dari batuan kapur (gb 16) yang mempunyai pengaruh dalam
topografi. Endapan-endapan plestosen bawah dan tengah sebagian terdiri dari
batuan tanah liat. Dengan demikian sangat mudah dirusak oleh gaya erosi
ditempat siklin. Gerak lipatan ini terjadi pada bagian akhir plestosen tengah.
Dari sudut fisiografi suatu perbedaan dengan pegunungan Kendeng bahwa
ia merupakan antiklin seungguhpun sebagian telah miring, tetapi secara topografi

10
ia masih jelas dalam kektinggiannya yang di atasnya ditutupi oleh lapisan datar
dari suatu peneplain, hal ini telah dijelaskan oleh Lehman, yaitu karena adanya
gerakan lipatan yang lambat dan berlanjut selama proses erosi dan danudasi.
Permukaan yang diratakan terletak diantara antiklin masih mempunyai tinggi
kurang lebih 150-300 meter. Diantara lipatan tersebut terdapat depresi dimana
permukaan aslinya mulai menurun dan yang sekarang telah diisi oleh endapan
muda seperti cekungan Belora, Jojongan dan lain-lain. Pola drainase asli dari
antiklin adalah radial, tetapi karena fase gerak lipatan yang terjadi kemudian dan
juga gerak pengangkatan dari beberapa antiklin maka sungai-sungai akan
memperdalam lembah-lembahnya pada permukaan dasar dan merubah aslinya
menjadi subsekwen yaitu menurut batuan yang lunak.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Pasifik.
2. Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.
3. Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan
geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi
tersebut mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.
4. Dari bentuk pulau Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok memanjang
sepanjang pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa plato, zona tengah yang
berupa depresi, dan zona utara yang berupa rangkaian gunung lipatan.
5. Ditinjau dari kondisi geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu:
zona selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan bahan-bahan endapan yang
terlipat pada waktu periode meosen tengah, zona tengah ditempati oleh depresi yang diisi
oleh endapan vulkanik muda, zona utara merupakan inti dari geosiklinal muda dimana
banyak terdapat lipatan.
6. Kondisi fisiografi Jawa :
a. Jawa Timur :
Zona plato selatan dimana permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang
terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen
muda. Zona utara atau zona lipatan kondisinya paling lebar di Jawa timur ±87 km
dimana dibagi menjadi 2 sub zona yang berbeda, yaitu Igir Pegunungan Kendeng dan
Perbukitan Rembang.
b. Jawa Tengah
Zona selatan adalah daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang
terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah
permukaan laut. Zona tengah di sini bukan merupakan depresi, melainkan suatu
daerah pegunungan yang disebut pegunungan Serayu selatan. Dari sudut geologi
daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada waktu periode meosen. Zona utara
merupakan peneplain Kendeng yang tertutup dibagian barat oleh batuan breksea
vulkanis yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro.
c. Jawa Barat
Zona selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa
Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi
oleh laut yang dalam dari samudera Hindia. Zona tengah memiliki kesamaan antara

12
zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya merupakan depresi jika
dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan kedudukan
dari gunung berapi.

B. SARAN

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Geomorfologi Jawa. geoenviron. Published December 23, 2011. Accessed March 15, 2021.
https://geoenviron.wordpress.com/2011/12/23/geomorfologi-jawa/

Hendrik Boby Hertanto. Geomorfologi Pulau Jawa. Blogspot.com. Published 2011. Accessed
March 15, 2021. http://geoenviron.blogspot.com/2011/05/geomorfologi-pulau-
jawa.html#:~:text=Jawa%20merupakan%20bagian%20dari%20lempeng,ketemu%2C%20menja
uh%2C%20dan%20bergeser.

DEX_NA INSPIRASI. GEOMORFOLOGI PULAU JAWA. Blogspot.com. Published 2012.


Accessed March 15, 2021. http://dexnachicharito.blogspot.com/2012/01/geomorfologi-pulau-
jawa.html

sidicq. GEOGRAFI PULAU JAWA (GEOMORFOLOGI). sidicq. Published March 21, 2012.
Accessed March 15, 2021. https://sidicq.wordpress.com/2012/03/21/geografi-pulau-jawa-
geomorfologi/

14

Anda mungkin juga menyukai