Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONDISI GEOGRAFIS PULAU JAWA

Kelompok :
Maiska Adelin (F1241191001)
Tri Wahyuni (F1241191006)
Herliani (F1241191011)
Glorius Ferdias (F1241191013)
Vita Rivia Putri (F1241191020)
Addin Nurhayatullah (F1241191028)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami panjatkan
puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Kondisi Geografi Pulau Jawa” untuk memenuhi tugas
Geografi Regional Indonesia.

Makalah ini berisi tentang paparan secara umum mengenai Pulau Jawa, mulai dari kondisi geologi,
kondisi geomorfologi, kondisi topografi, kondisi iklim, keanekaragaman flora dan faunanya serta kondisi
sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal di pulau Jawa.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak dan
sumber sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala hal
tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca, sekian dan terimakasih.

Pontianak 5 November 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................................. 1
a. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan.............................................................................................................. 2
a. Kondisi Geologis..................................................................................................... 2
b. Kondisi Geomorfologi ............................................................................................ 3
c. Kondisi Topografi ................................................................................................... 3
d. Kondisi Iklim .......................................................................................................... 4
e. Keanekaragaman Flora & Fauna............................................................................. 4
f. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat..................................................................... 5
Bab III Penutup ................................................................................................................... 6
a. Kesimpulan ............................................................................................................. 6
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………..7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di
sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Jawa
merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng
benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan
lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan
lempeng di Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan
ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih
besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan. Akibat
penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi batuan yang tidak
selaras sehingga terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma dalam bumi.

Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada
kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan litosfer dan menguraikan
athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir
sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa
jika terjadi gaya endogen berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunung api.

Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Pasifik. Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di
Indonesia. Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan
geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi tersebut
mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah dapat di ambil beberapa rumusan masalah yang akan kami
sajikan yaitu:
1. Bagaimana kondisi geologi pulau Jawa
2. Bagaiman kondisi geomorfologi pulau Jawa
3. Bagaimana kondisi topografi pulau Jawa
4. Bagaimana keadaan iklim pulau Jawa
5. Bagaimana kondis flora dan fauna pulau Jawa
6. Dan bagaimana kehidupan social ekonomi masyarakat pulau Jawa

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kondisi Geologi

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu
mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada. Pulau Jawa terletak di selatan ekuator
dengan luas permukaan mencapai 134.000 km persegi. Salah satu daya tarik yang membuat
peradaban manusia berkembang begitu pesat disini adalah kesuburan tanah vulkaniknya. Pulau
Jawa adalah salah satu contoh unik dari zona vulkanik di tengah pulau yang membujurdari timur
ke barat. Dari sekitar 33 gunung api yang melintasi pulau ini sekitar 17 nya masih aktif dan siap-
siap meledak sewaktu-waktu. Pulau Jawa terletak di selatan ekuator dengan luas permukaan
mencapai 134.000 km persegi. Salah satu daya tarik yang membuat peradaban manusia
berkembang begitu pesat disini adalah kesuburan tanah vulkaniknya.
Menurut penelitan geologi dahulu, diketahui bahwa sejarah geologi pulau Jawa tergolong
masih muda yaitu tersusun dari Zaman Tersier Kuarter hingga sekarang. Ada juga bukti Zaman
Pra Tersier. Pembentukkan Jawa dimulai sejak era Oligosen dan Miosen melalui serangkaian fase
orogenesa yang intens. Namun wujud pulau yang sekarang ini terbentukpada era Pleistosen.
Struktur batuan pulau Jawa terbentuk dari deretan perbukitan dan depresi dataran rendah. Dari
sudut geologi, Pulau Jawa dibagi menjadi 3 zona yang mempunyai sifat yang berbeda-beda
sebagai berikut:
a. Zona Selatan
Di zona selatan ini lapisan yang lebih tua terdiri dari endapan vulkanik yang tebal (breksi tua)
dan bahan-bahan endapan (seperti alas Anulatus) yang terlipat pada waktu periode meosen tengah.
Di bagian selatan zone ini mengalami sedikit lipatan, tetapi lipatan tersebut menjadi lebih kuat di
dekat batas sebelah utara. Daerah ini merupakan daerah peralihan dari zona tengah yang ditutupi
secara tidak selaras (unconfonform) oleh bahan-bahan yang tidak terlepas dari meosen atas.
Dibanyak tempat lapisan ini telah dipengaruhi oleh gerakan miring (tilted). Dibeberapa tempat
dasar (alas/bed) meosen atas ini terdiri dari batuan kapur yang mempunyai pengaruh yang sangat
nyata pada topografinya. Endapan yang lebih muda dari meosen muda dan endapan pleosen tua
hampir tidak ada.
b. Zona Tengah
Sepeti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda.
Sifat geologisnya hanya dapat dilihat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di zona ini Gerakan
orogenesa meosen tengah dan meosen muda sangat kuat dan sering menyebabkan lipatan
menjungkir atau membentuk struktur menjorok (Thrusting/ Imbricated) menyebabkan batuan tersier
atau juga lapangan pratersier tertutup, yaitu di daerah pegunungan Jiwo, daerah Lokulo di Jawa
Tengah, pegunungan Raja Mandala, lembah Cimandiri, dan Banten bagian selatan. Pada periode
neogen terdapat juga beberapa lapisan tak selaras dan sedikit lipatan yang terjadi setelah akhir
neogen.
c. Zona Utara
Di zona utara ini lapisan neogen muda lebih tebal dibanding zona lainnya, dan ini adalah inti
dari geosklinal muda. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak periode meosen atas. Lipatan ini nampak
lebih jelas di zona tengah tetapi juga dapat dilihat di zona utara dari Jawa Tengah. Di lain tempat
pengendapan berlangsung selama periode meosen tengah dan meosen atas. Di igir pegunungan
Kendeng (Jawa Timur) pengendapan pada geosklinal berjalan terus sampai plestosen tengah. Selam
plestosen tengah orogenesa dihasilkan dari lipatan yang keras dengan lipatan yang terbalik
2
(Upturned Folds and Thrust). Lebih menuju ke periode kwarter mungkin dapat dilihat tetapi
pelipatan plestosen tengah berjalan terus dan menonjol. Di Jawa Barat gerakan pelipatan utama
terjadi pada permulaan pletosen kemudian diikuti oleh gerakan lipatan yang lemah setelah periode
igir plestosen tengah.
Di sebelah utara pinggir penggunungan Kendeng dikenal dengan sebutan bukit Rembang. Di daerah
tersebut lapisan neogennya jauh lebih tipis dari pada di pegunungan Kendeng dan sebagian terdiri
dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah utara dari poros geosiklin neogen, yaitu merupakan
daerah peralihan antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh laut Jawa yang terjadi pada
jaman meosen dengan poros pegunungan Kendeng itu sendiri. Pengendapan berjalan terus selama
periode atau bagian dari era plestosen.

2. Kondisi Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta menjabarkan bentuk
lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya lahan tersebut, serta mencari hubungan
antara proses-proses dalam susunan keruangan. Geormofologi juga berhubungan dengan bentuk
lahan tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan,
dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup.
Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu, dimana
bentukan bukit-bukit seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill) begitu sempurna
dengan lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan
daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan
merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah permukaan. Erosi
memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang
lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal maupun horisontal. Secara fisiografis Pulau Jawa
dapat dibedakan menjadai tiga zona yang membujur barat-timur (Pannekoek, 1949) yaitu Zona
Selatan, Zona Tengah dan Zona Utara.
Pulau jawa dihubungkan dengan laut dangkalan Sunda, sehingga secara fisiografis termasuk
tanah tengah sunda (Tanah Sunda Tengah).tetapi secara geologis ini termasuk dalam sistem
pegunungan muda tertier disekeliling tanah sunda pretertier yang membentuk bagian dari sitem
pegunungan Sunda seperti Sumatra. Jawa memiliki luas 127.000 km persegi dengan panjang 1000
km.Elemen struktur pokok dari pulau jawa yakni geantiklinal Jawa selatan yang memebentang
sepanjang separuh selatan pulau ini dan geosinklinal jawa utara yang meliputi seluruh bagian
utaranya. Dari Semarang ke timur n basin geosinklinal ini menjadi bertambah basar serta
bercabang. Cabang utara yaitu merupakan bukit rembang dan Madura. Sedangkan cabang
selatannya yaitu pegunungan kendeng dan selatan Madura. Sayap geantiklinal jawa dibentuk oleh
pegunungan selatan yang merupakan blok pengerutan yang miring kea rah samudra hindia.
Bagian puncak dari geantiklinal jawa telah hancur atau rusak serta di jawa tengah bagian selatan
pegunungan selatan telah lenyap akibat depresi menengah yang dibatasi ole samudera Indonesia.
Secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibedakan menjadai tiga zona yang membujur barat-timur
(Pannekoek, 1949) yaitu Zona Selatan, Zona Tengah dan Zona Utara.

3. Kondisi Topografi
Secara topografis, daerah pantai utara Jawa, didominasi oleh pertanian sawah. Hal itu
dikarenakan kondisi tanah di daerah tersebut adalah datar dan didukung oleh curah hujan yang
tinggi sehingga masyarakat banyak yang membuka lahan pertanian sawah. Perbedaan curah hujan
dan kesuburan tanah merupakan kondisi yang menciptakan dua macam lingkungan ekologis yang
berbeda, yakni daerah pertanian basah (wet rice cultivation) yang terutama banyak pertanian
sawah yang dijumpai di Pulau Jawa dan Bali, serta daerah ladang (shifting cultivation) yang
banyak dijumpai di luar Jawa.
3
Perbedaan topografi di pulau jawa yang di sebabkan oleh perbedaan batuan tidak begitu
tampak. Walau demikian, topografi Pilau Jawa belum seluruhnya menjadi peneplain yang rendah
karena erosi dan denudasi telah diimbangi oleh gerak-gerak orogenesis dan epirogenesis pada
daerah yang tidak stabil ini (sebagai hasil pemerosotan bagian tenggara Benua Asia).
Pelipatan Telah Berlangsung selama Pleistosen(10.000-1 Juta tahun yang lalu) dan gunung-
gunung berapi yang besar telah mengeluarkan material yang lebih banyak pada pemukaan bumi
dibanding yang dapat diangkut oleh erosi.
Sebelum pelipatan yang membentuk geantiklin Jawa tersebut berlangsung, wilayah lahan ini
semula berupa hampir rata (peneplain). Segera setelah terbentuknya Geantiklin Jawa maka
sepanjang sumbunya (arah barat-timur) mengalami sesaran yaitu bahwa setengah bagian berundak
(stepfaults). Disamping itu Geantiklin Jawa juga tersesarkan secara tranversal (arah utara-selatan)
pada bagian tengahnya.

4. Kondisi Iklim
Iklim merupakan ciri khas penting kondisi geografis Indonesia. Iklim Indonesia sebagian
besar ditentukan oleh struktur pulau dan posisinya di garis khatulistiwa. Faktor posisi di sekitar
khatulistiwa akan menjamin suhu yang tinggi dan sifatnya yang merata. Selain itu, lokasi
indonesia yang berada diantara dua daratan besar yaitu Asia dan Australia menyebabkannya
terdampak oleh pola curah hujan musiman yang dibawa oleh angin musim.
Pulau Jawa terletak di sabuk hujan khatulistiwa. Hal ini menghasilkan iklim tropis yang khas
dengan karakteristik tingkat curah hujan, suhu, dan kelembapan yang tinggi. Pulau ini mengalami
2 jenis musim, yaitu musim penghujan yang normalnya terjadi dari bulan Desember hingga Maret,
dan musim kemarau dari Mei hingga Oktober. Suhu di musim hujan berkisar dari 21°C (70°F)
hingga 33°C (90°F), kecuali pada daerah yang berada di elevasi tinggi (pegunungan), yang biasa
suhunya jauh lebih dingin. Suhu terendah yang pernah terekam di pulau ini adalah 18°C (65°F).
Seringnya terjadi perubahan musiman arah angin (angin musim) dari Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik mengakibatkan kondisi iklim di pulau ini lebih bervariasi.
Analisis Keadaan Iklim Pulau jawa. Suhu rata-rata tahunan di Pulau Jawa bisa mencapai 22°-
29°C, sedangkan kelembapan rata-ratanya sekitar 75%. Suhu di Pulau Jawa bervariasi, dimana
biasanya pada siang hari dan saat musim kemarau suhu di pantai lebih tinggi hingga mencapai
34°C.

5. Keanekaragaman Flora Dan Fauna Pulau Jawa


Kondisi iklim kawasan Pulau Jawa yang sangat bervariasi dengan tingkat curah hujan dan
kelembaban udara yang semakin berkurang ke arah timur. Kondisi tersebut membuat perbedaan
vegetasi hutan dari mulai hutan hujan tropik, hutan musim, hutan sabana dan stepa yang berderet
dari arah barat ke arah timur. Serta memiliki iklim yang bervariasi, Semakin ke arah timur, curah
hujan di Kawasan Jawa-Bali cenderung lebih rendah Sehingga wilayah ini memiliki dua tipe
iklim utama, yaitu iklim hutan hujan tropis dan iklim muson tropis.
Berkurangnya luas hutan yang cukup signifikan yang terjadi menyebabkan spesies langka
yang ada di pulau Jawa mengalami penurunan populasi. Hilangnya habitat menyebabkan banyak
hewan-hewan mati dikarenakan sudah tidak ada lagi makanan dihutan. Jikalau hewan-hewan
tersebut kekurangan makanan maka ia akan memasuki perkebunan warga, setelah itu mereka
hanya tinggal menunggu kematian karena dianggap sebagai hama bagi perkebunan warga.
Urgensi keberadaan hutan yang tidak kalah penting adalah bahwa hutan adalah habitat bagi flora
dan fauna yang ada. Ketahui lah bahwa hutan tidak di peruntukan bagi manusia saja. Hutan pun
menjadi rumah bagi flora dan fauna di dalamnya, dimana ketika jumlah kawasan hutan menurun

4
khususnya di pulau Jawa maka tingkat keanekaragaman flora dan fauna pun akan mengalami
penurunan karena hilangnya habitat mereka.
Flora khas DKI Jakarta di antaranya salak condet. Tanaman ini banyak ditanam di daerah
Condet. Provinsi DKI Jakarta pada awalnya memiliki banyak rawa dan hutan mangrove (bakau).
Hutan ini sebagai habitat yang baik untuk berbagai jenis burung di antaranya elang bondol. Elang
bondol ini dijadikan maskot Provinsi DKI Jakarta. Flora khas Banten banyak dijumpai adalah
hutan hujan tropis. Hujan sekundernya banyak dijumpai di daerah yang padat penduduknya,
seperti hutan jati, pinus, albasia, dan kayu putih.
Fauna khas Provinsi Banten adalah badak bercula satu, kera, banteng, kurakura, penyu, dan
buaya. Flora khas yang banyak dijumpai di Provinsi Jawa Barat adalah hutan hujan tropik. Hutan
sekundernya banyak dijumpai yaitu karet, kina, cengkeh, kopi, cokelat, tebu, kapuk, dan lain-lain.
Flora yang dijadikan maskot Provinsi Jawa Barat adalah Gandaria.
Flora khas yang banyak dijumpai di Provinsi Jawa Tengah adalah jati dan tembakau.
Faunanya banyak dijumpai di hutan sebagai satwa liar, di antaranya kera, harimau, babi hutan,
dan ular. Flora khas yang dijumpai di Provinsi DI Yogyakarta adalah pohon kepel. Tanaman ini
dijadikan maskot Provinsi DI Yogyakarta. Fauna khas Yogyakarta di antaranya musang, harimau,
landak, dan burung. Burung perkutut adalah binatang yang dijadikan maskot Provinsi DI
Yogyakarta.Flora khas Provinsi Jawa Timur antara lain jati, mahoni, dan akasia. Fauna yang
dijumpai antara lain rusa, babi hutan, anjing hutan, dan harimau jawa. Flora identitas Jawa Timur
adalah bunga sedap malam.

6. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat


a. Sosial
Kondisi sosial masyarakat di Jawa masih sangat kental akan tradisi & budaya. Menjaga
sopan santun kebiasaan orang Jawa yang cukup dikenal. Baik kepada yang lebih tua atau
sesama bahkan yang lebih muda. Mereka juga menjaga etika ketika berbaur di lingkungan
masyarakat.
b. Ekonomi
Perekonomian Pulau Jawa mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi perekonomian
nasional. Kegiatan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan terkonsentrasi. Hal ini ditunjukkan
oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi yang ada di Pulau Jawa memberikan
kontribusi lebih dari 50% pada Produk Domestik Bruto Negara Republik Indonesia. Dari sisi
sumber daya manusia/tenaga kerja dapat dikatakan jika tenaga kerja juga terpusat di Pulau
Jawa. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah angkatan kerja yang menumpuk di Pulau Jawa.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Pasifik.
2. Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.
3. Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan
geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi
tersebut mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.
4. Dari bentuk pulau Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok memanjang
sepanjang pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa plato, zona tengah yang
berupa depresi, dan zona utara yang berupa rangkaian gunung lipatan.
5. Ditinjau dari kondisi geologi, ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu:
zona selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan bahan-bahan endapan yang
terlipat pada waktu periode meosen tengah, zona tengah ditempati oleh depresi yang diisi
oleh endapan vulkanik muda, zona utara merupakan inti dari geosiklinal muda dimana
banyak terdapat lipatan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Eko Arifianto. 2010. Gambaran Umum Kondisi Perkotaan Di Pulau Jawa. 2010
Khoirunnas A.L. 2011. Geomorfologi Pulau Jawa. 2011
Nur Sidik. 2011. Geografi Pulau Jawa (Geomorfologi Pulau Jawa). 2011
Izaq A.G. 2021. Perancangan Hujan Ekstrim Dengan Memperhitungkan Perubahan Iklim di
Pulau Jawa. 2021
Dadang Subarna. 2016. Penentuan Zona Iklim di Pulau Jawa dan Madura. 2016
Abdul H.M. 2019. Flora dan Fauna Cagar Alam Leuweung Sancang. 2019
Budi Prasetyo. 2018. Ulasan Kritis Tentang Teori Biogeografi Pulau. 2018
Iyan Haryanto. 2013. Struktur Sesar di Pulau Jawa Bagian Barat Berdasarkan Hasil
Interpretasi Geologi . 2013
Setiyo P, Rachmat A.G, Sukarman S. 2018. Karakteristik Mineral Tanah Berbahan Vulkanik
dan Potensi Kesuburannya di Pulau Jawa. 2018

Anda mungkin juga menyukai