Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ZOOLOGI INVERTEBRATA

PORIFERA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Zoologi Invertebrata yang
dibina oleh Ibu Bunga Ihda Norra, M.Pd.

Disusun oleh:

1. Elfa Dina Rahma Nahdloh (2108086046)


2. Afi Uswatun Hasanah (2108086047)
3. Wilda Lailatul Barokah (2108086048)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
MARET 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah "Porifera". Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Bunga Ihda Norra selaku dosen
pengampu mata kuliah Zoologi Invertebrata yang telah memberikan
kesempatan untuk kami membuat makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran,
masukan maupun kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarang, 22 Februari
2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1 Pengertian Porifera.........................................................................................................7
2.2 Karakteristik Porifera.....................................................................................................8
2.3 Klasifikasi Porifera........................................................................................................ 9
2.4 Cara Hidup Porifera..................................................................................................... 13
2.5 Cara Reproduksi Porifera.............................................................................................14
2.6 Peran Porifera dalam Kehidupan Sehari-hari.............................................................. 15
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 17
B. SARAN......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

3
BA
BI
PEND
AHUL
UAN

A. Latar Belakang
Porifera = spons yang sesil dan memiliki tubuh berpori dan
dilapisi. Spons adalah hewan hidup sesil (menempel) yang
tampak begitu diam bagi mata manusia sehingga orang Yunani
menyebutkan sebagai tumbuhan. Spons tidak memiliki saraf
atau otot, tetapi selnya dapat merasakan dan bereaksi terhadap
lingkungan. Spons adalah hewan yang hidup menempel tanpa
organ dan jaringan khusus. Spons menyaring makanan dari air
yang dipompa melalui tubuhnya yang berpori banyak. Berbagai
spesies spons bervariasi dalam bentuk, warna dan struktur.
Beberapa spesies bunga karang berpigmen sangat cerah karena
hidup bersama dengan alga yang bersimbiosis (Campbell,
2003).
Sebagian besar spons merupakan pemakan suspensi atau
suspensi atau pengumpan filter, hewan yang mengumpulkan
partikel makanan dari air yang melewati beberapa jenis
perangkap makanan. Spons menjerat makanan dari air yang
bersirkulasi melalui tubuh yang berpori. Bagian yang melapisi
spongosel atau ruangan air internal adalah koanosit
(choanocyte) berflagela, atau sel-sel collar. Flagela tersebut
akan membangkitkan suatu arus aliran air, collar akan menjerat
partikel-partikel makanan dan koanosit akan
memfagositosisnya.
4
Spons mampu menunjukkan adhesi sel dan pengenalan diri.
Dalam beberapa jenis spons, setelah pemisahan, sel-sel
individu bergabung untuk membentuk spons. Sel individu
tidak akan dihasilkan secara acak. Pada beberapa jenis bunga
karang, sel yang berupa matriks mensekresi serat protein atau
paku yang disebut spikula. Bahan ini menyulitkan sebagian
besar predator untuk memakan spons. Selain itu, beberapa
spons mengeluarkan lendir atau bahan kimia yang membantu
menyingkirkan kompetisi untuk tempat hidup. Sel bakteri
tersebut dapat Menyusun 40% massa tubuh spons. Spons telah
dikumpulkan oleh manusia sejak zaman purba. Sekarang,
spons yang berharga berkisar 40 juta dollar dan dapat dipanen
setiap tahunnya.

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian porifera?
2. Bagaimana karakteristik porifera?
3. Bagaimana klasifikasi porifera?
4. Bagaimana cara hidup porifera?
5. Bagaimana cara reproduksi porifera?
6. Bagaimana peran porifera dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian porifera.
2. Mengetahui karakteristik porifera.
3. Mengetahui klasifikasi porifera.
4. Mengetahui cara hidup porifera.
5. Mengeahui cara reproduksi porifera.
6. Mengatahui peran porifera dalam kehidupan sehari-hari.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Porifera

Gambar 1 : https://www.pelajaran.co.id/ciri-ciri-struktur-reproduksi-klasifikasi-dan-peranan- porifera/


Kata porifera berasal dari bahasa latin , pori yang berarti lubang kecil, dan
faro, yang berarti penyimpanan, membawa. Kata ini merujuk pada ciri-ciri hewan
yang dimaksud, yaitu adanya lubang-lubang kecil atau biasa disebut hewan
berpori. Spons adalah hewan multiseluler dari tipe Porifera. Spons merupakan
hewan multiseluler yang termasuk dalam bagian filum porifera. Spons merupakan
hewan yang hidup sesil (menempel) yang terlihat diam sehingga para peneliti
Yunani menyebutkan sebagai tumbuhan dan mempunyai tubuh koanosit. Spons
tidak memiliki saraf atau otot, tetapi sel mereka dapat merasakan dan bereaksi
terhadap perubahan di lingkungan mereka. Spons adalah makhluk yang hidup
tanpa organ atau jaringan khusus yang melekat. Spons menyaring makanan dari
air dan kemudian memompanya melalui tubuhnya yang berpori. Berbagai jenis
spons berbeda dalam bentuk, warna, dan struktur. Beberapa spons memiliki
pigmen yang sangat cerah karena hidup dengan alga yang bersimbiosis (Campbell,
2003).

7
Spons (filum porifera) merupakan hewan akuatik tanpa simetris, jaringan,
atau organ. Hewan ini dapat membentuk koloni choanoflagellata dengan lebih
banyak jenis sel dan lebih banyak pembagian pekerjaan. Sebagian besar spons
hidup di laut tropis dan beberapa spesiesnya hidup di laut Arktik atau air tawar
(Cecie Starr,dkk. 2012).

2.2 Karakteristik Porifera

Gambar 2 : http://2.bp.blogspot.com/-
jeH4zmGz1DE/Uw6c0WwtM7I/AAAAAAAAAPA/TJsXg5Qukis/s1600/struktur+tubuh+porifera
.jpg

Spons memiliki tinggi antara 1 cm hingga 2 cm. Ada sekitar 9.000 spons,
hanya sekitar 100 yang hidup di air tawar, dan sisanya adalah organisme laut.
Tubuh spons sangat sederhana, hampir seperti kantong, porositas atau lubang
(poriff disebut juga yang mengandung pori-pori). Dinding spons sederhana ini
memiliki dua lapisan sel yang dipisahkan oleh matriks bergelatin, atau mesohil
(bahan tengah). Lapisan luar spons terdiri dari sel-sel epidermis yang rapat. Waktu
tekanan adalah saluran yang melewati rongga, sel-sel donat yang mengembang
dan meregang di sepanjang dinding tubuhnya. Pelapis utama spongosol yaitu
koanosit dan tiap koanosit mempunyai satu flagela yang dikelilingi oleh
serangkaian penjuluran seperti jari atau biasa disebut collar yang dilapisi oleh
mukus. Flagela yang berdenyut akan membawa banyak air (panah) masuk ke dalam
tubuh melalui pori arus masuk. Partikel makanan yang terjerat di dalam mukus

8
pada proses penjuluran di fagositosis kemudian dicerna di dalam koanosit dan
amoebosit yang saling bersebelahan. Amoebosit yang bergerak mengangkut
berbagai zat nutrien ke sel-sel lain dalam tubuh dan juga menghasilkan
bahan-bahan untuk spikula atau serat rangka (Cecie Starr,dkk. 2012).

Tubuh spons terdiri dari dua lapisan sel yang dipisahkan oleh daerah
berglatin yang disebut mesohil. Di dalam mesohil terdapat sel-sel yang disebut
amoebosit (amoebosit), yang dinamai berdasarkan penggunaan pseudopodia. Sel
amoebosit memiliki banyak fungsi termasuk kemampuan untuk mengambil dan
mencerna makanan dari air dan sel yang membengkak dan untuk mengangkut
nutrisi ke sel lain. Sel amoebosit juga dapat membentuk serat rangka kaku di
dalam mesofil. Pada beberapa kelompok bunga karang, seratnya berupa duri tajam
atau duri yang terbuat dari kalsium karbonat atau silikat; spons lain juga
menghasilkan lebih banyak serat elastis yang terdiri dari kolagen yang disebut
spons (Cecie Starr, dkk. 2012).

Kebanyakan spons adalah pemakan suspensi. Ia makan dengan


penyaringan (filtering), hewan yang mengumpulkan partikel makanan dari air
melalui beberapa jenis perangkap makanan. Spons menangkap makanan dari
sirkulasi air melalui tubuh berpori. Berjajar di sepanjang corpus cavernosum atau
ruang air bagian dalam adalah kondrosit atau sel leher berflagel. Flagela dapat
menghasilkan aliran air, sementara collar menangkap partikel makanan, dan
kondrosit menelannya (Cecie Starr, et al. 2012).
2.3 Klasifikasi Porifera
Berdasarkan atas kerangka tubuh, porifera dibagi menjadi 3 kelas.
1. Kelas Calcarea
Kerajaan : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Calcarea

Calcarea adalah spons di mana seluruh kelas tinggal di laut. Spons ini memiliki
spikula kapur yang tidak dapat dibedakan dengan megaskleres dan mikroskeles.
Bentuk bunga karang ini berkisar dari vas simetri radial hingga pembuluh darah kecil
hingga lembaran hingga besar hingga koloni dalam bentuk struktur anyaman (Maya,
S., & Nurhidayah, N. 2020).
9
a. Sub Kelas Calcaronea
Ciri khas dari sub kelas ini yaitu larvanya yang berupa amphibalstulae.
Koanositnya terletak pada posisi apikal. Flagela di setiap koanosit muncul
dari nucleus. Spikula triradiate berupa satu helai terpanjang dari yang lain.
Struktur tipe saluran air dari sub kelas ini berupa tipe leuconoid yang
berasal dari tipe sykconoid (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
 Ordo Leucosolenida, memiliki struktur ascinoid. Contoh:
Leucosolonia.
 Ordo Syncttida, tipe saluran air yang ada pada ordo ini
berupa syconoid atau leuconoid. Contoh : Sycon.

b. Sub Kelas Calcinea


Ciri khusus sub kelas ini yaitu larvanya berupa parenchymula
dan flagella yang berasal dari koanosit, muncul tersendiri mulai dari
nucleus koanosit yang menempati dasar sel. Beberapa spesies triradiata
spikulanya mempunyai ukuran yang sama. Bentuk leuconoid yang ada
pada kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid melainkan langsung
berupa anyaman asconoid (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
 Ordo Clathrinida
Ciri khusus ordo ini yaitu tipe saluran airnya berupa asconoid yang
secara permanen dan tidak mempunyai membran dermal atau korteks.
Contohnya Clathrina.
• Ordo Lucettida
Ciri khusus ordo ini yaitu tipe saluran air yang berupa syconoid hingga
leuconoid dengan membran dermal atau korteks yang jelas. Contohnya
Leucascus levcetta.
• Ordo Pharetronida
Kerangka tubuh pada Ciri khusus ordo ini yaitu tipe saluran airnya yang
berupa leuconoid dan rangka terdiri dari spikula Quadriradiata yang
disertai penguat Calcareous. Contohnya Petrobiona dan Minchinella.
Kelas ini berupa spikula yang mirip dengan duri kecil dari kalsium
karbonat. Contohnya Scypha, Leucosolenia, dan Grantia. Adapun karakteristik
dari Calcarea yaitu rangka tersusun atau kalsium karbonat, tubuhnya berwarna
10
pucat dengan bentuk vas bunga atau silinder, tingginya kurang dari 10 cm, dan
hidup di laut (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).

2. Kelas Hexactinellida
Kerajaan : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Hexactinellida (Schmidt, 1870)
Sub Kelas : Hexasterophora dan amphidiscophora
Ordo :Amphidiscosida
Order :Aulocalycoida, Hexactinosa dan Lychniscosa.

Hexactinelida adalah spons yang tersebar di semua lautan.


Lingkungan alami utama spons ini adalah di laut dalam. Fitur dari kelas ini
adalah kerangka yang terdiri dari spikula silikat. Kelas rangka spongin ini
tidak memiliki jaringan spongin. Sel epitel kulit dan koanosit terbatas pada
beberapa bentuk ruang tersembunyi (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020) .

a. Sub Kelas Hexasterophora, Ciri khas yang terdapat pada sub kelas ini
adalah microscleres parenchimalnya berupa hexaster. Contoh : Euplectella.
b. Sub Kelas Amphidiscorpha, Ciri utama yang dimiliki sub kelas ini adalah
microscleres parenchimalnya berupa Amphidics. Contoh : Hyalonema.
Kerangka tubuh kelas hexatinllida berupa spikula bersilikat atau kersik
(SiO2).
Umumnya berbentuk silinder atau corong. Misalnya : Euplectella
aspergillum. Adapun karakteristik dari hexatinllida adalah : spikula
berjumlah enam, tubuhnya berwarna merah pucat dan bentuknya
seperti vas, hidup dilaut pada kedalaman 200 - 1000 meter (Maya, S.,
& Nurhidayah, N. 2020).
3.Kelas Demospongia
Kingdom : Animalia
Filum : Porifera
Kelas : Demospongiae
Ordo : Halichondrida.
11
Porifera termasuk dalam kelas Demospongia dan memiliki kerangka empat
retikel silika, serat spons, atau bahkan keduanya. Beberapa bentuk sederhana tidak
memiliki kerangka. Jenis saluran air yang terdapat pada spons ini adalah leuconoid.
Porifera yang termasuk dalam kelompok ini memiliki sebaran yang luas dari tdal
hingga kedalaman di luar cekungan. Beberapa bentuk memiliki habitat air tawar
(Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).

a. Sub Kelas Tetractinomorpha


Ciri utama dari sub kelas ini mempunyai megaskleres tetraxonoid dan
monoxonid, mikrokleres asterose dan terkadang tidak mempunyai serat
spongin. Tubuh spons ini mempunyai bentuk radial dan perkembangan
cortical axial mengalami kemajuan. Kelompok ini meliputi spesies ovipar
dengan stereogtastrula (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).

 Ordo Homosclerophorida
Porifera yang tergolong ordo ini adalah Tetractinomorpha
primitive yang mempunyai struktur Leuconoid homogen
dengan sedikit daerah yang terdeferensiasi. Larva menetas
dan berupa amphiblastula. Spikulanya berupa teract yang
memiliki ukuran kecil. Sejumlah spesies ini tidak
mempunyai rangka seperti pada Oscarella (Maya, S., &
Nurhidayah, N. 2020).
 Ordo Choristida
Porifera yang tergolong ordo Choristida setidaknya
mempunyai beberapa megaskleres tetraxons, biasanya
berupa triaenes, mikroskleres berupa aster, stepaster atau
sigmasprae yang khas. Bentuk tubuhnya terlihat rumit.
Spons ini memilki korteks yang dapat dibedakan secara jelas
dan seringkali tersusun atas lapisan fibrosa di bagian dalam
dan lapisan gelatin luar. Contoh : Geodia dan Aciculites
(Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
b. Sub Kelas Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar pengelompokan dari sub kelas
12
ceractinomorpha yaitu larvanya yang berupa stereogastrula,
megaskleresnya berupa monaxonid, dan mikrosklesesnya berupa
sigmoid atau chalete (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
 Ordo Halichondrida
Porifera yang terdapat pada ordo Halichomonacndrida memiliki
kerangka megaskleres berupa monactinal atau diactinal serta
tidak memilki microskleres. Contoh : Halichondrida,
Hymenniacdondan, Ciocalypta (Maya, S., & Nurhidayah, N.
2020).
 Ordo Poecilosclerida
Porifera yang masuk ke dalam ordo ini mempunyai rangka yang
mengandung megaskleres choanosomal dan dermal. Contoh :
Coelosphoera dan Myxilla (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
 Ordo Haplosclerida
Porifera ini jarang memilki rangka silikta yang terbuat dari
kategori tunggal megaskleres terletak pada serat spongin atau
bergabung dalam suatu anyaman yang diikat. Contoh:
Callyspongia (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
 Ordo Dictyoceratida
Porifera pada ordo ini tidak memiliki spikula. Rangka
sepenuhnya tersusun dari suatu anyaman serat spongin yang
bisa menyertakan partikel lain seperti pasir, kerang, spikula atau
spons lain. Lapisan dermal diperkuat oleh spongin A (Maya, S.,
& Nurhidayah, N. 2020).
Adapun karakteristik dari Demospongia yakni: tersusun dari
spongin, tubuhnya berwarna merah cerah karena mengandung pigmen yang
terdapat pada amoebosit, tinggi dan diameternya menjadi lebih dari 2 meter,
bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang, hidup dilaut dan di air
tawar (Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020).
2.4 Cara Hidup Porifera
Spons mampu menunjukkan adhesi sel dan pengenalan diri. Dalam
beberapa jenis spons, setelah pemisahan, sel-sel individu bergabung untuk
membentuk spons. Sel yang terpisah tidak akan digabungkan secara acak. Jika
sel-sel dari spons individu yang berbeda bergabung, sel-sel tersebut dipilih ke
13
dalam kelompok yang berbeda. Pada hewan yang kompleks, keterampilan
pengetahuan diri mendasari respon imun terhadap patogen (Cecie Starr et al.
2012).
Spons tidak dapat lari dari predator, tetapi memiliki pertahanan lainnya.
Pada sebagian besar spesies spons, sel dalam matriks menyekresikan protein
serabut atau duri kaca disebut spikula. Materi ini membuat spons sulit dimakan
kebanyakan predator. Selain itu, beberapa spons menyekresikan lendir atau bahan
kimia yang dapat berperan dalam menyingkirkan kompetisi untuk tempat hidup
(Cecie Starr,dkk. 2012).
Spons mampu bertahan hidup sebagai habitat untuk cacing, artropoda,
echinodermata, dan invertebrata laut lainnya. Beberapa spesies spons menerima
gula dari gangguan bersel tunggal atau bakteri fotosintetik yang hidup di
jaringannya. Sel bakteri tersebut dapat menyusun 40% massa tubuh spons (Cecie
Starr,dkk. 2012).
Spons telah dikumpulkan oleh manusia sejak zaman purba. Sekarang, spons
yang berharga berkisar 40 juta dolar dipanen tiap tahunnya. Penyakit dan panen
berlebihan telah mengakibatkan populasinya menurun pada kebanyakan spesies
yang dijual sehingga sekarang banyak spons yang tumbuh di ladang bawah laut
(Cecie Starr,dkk. 2012).
2.5 Cara Reproduksi Porifera
Filum porifera mempunyai dua sifat yaitu monosious (hermafrodit) dan
diosious. Reproduksi porifera terbagi menjadi dua cara yaitu:
perkembangbiakan seksual dan aseksual.

14
Gambar 3 : https://images.app.goo.gl/9URiikSeBWNwka9r7

a) Perkembangbiakan seksual
Reproduksi ini tidak dilakukan dengan menggunakan organ reproduksi
khusus baik ovum maupun sperma. Telur atau sperma yang berkembang
melalui sel amubosit khusus biasanya disebut sebagai sel primordial. Mesoglea
adalah sel telur yang belum dibuahi atau telah dibuahi oleh sperma yang tersisa
di tubuh induknya. Zigot akan melakukan pembelahan secara berulang, setelah
terjadinya pembuahan pada akhirnya akan membentuk larva berambut getar
yang disebut juga dengan amphiblastula yang akan tiba di lingkungan eksternal.
Ia akan berenang-renang mencari lingkungan yang dapat menjamin
kelangsungan hidup dengan rambut getarnya yang kaya dengan O2 (oksigen)
dan berbagai zat makanan. Larva porifera ini akan berubah menjadi
parenchymula. Jika parenchymula dapat menemukan tempat yang sesuai untuk
melekatkan diri, ia akan menempel pada sebuah objek tertentu dan kemudian
akan muncul sebagai individu baru ( Rahmadina, R. 2019).
b) Perkembangbiakan secara aseksual
Secara aseksual, perkembangbiakan ini dapat dilakukan dengan dua acara:
 Memisahkan diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru dengan
membentuk suatu tunas atau kuncup ke arah luar.
 Pada umumnya porifera yang hidup di air tawar melakukan cara
perkembangbiakan ini dengan membentuk kuncup ke arah dalam
sebagai penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan baginya ( Rahmadina, R. 2019).

2.6 Peran Porifera dalam Kehidupan Sehari-hari
Porifera berperan dalam kehidupan manusia baik dari segi ekonomi,
kesehatan maupun yang lainnya. Dilihat dari segi ekonomi, porifera secara tidak
langsung memiliki berbagai macam bentuk serta warna yang menarik, sehingga
dapat membentuk suatu karang atau taman laut yang indah. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa pesona taman laut, khususnya di Indonesia terlihat sangat indah
sehingga akan menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara untuk

15
mengunjungi Indonesia dan melihat pesona alam tersebut. Kedatangan wisatawan
lokal ataupun mancanegara dapat meningkatkan devisa negara. Selain itu, menurut
perkembangan sebuah penelitian para ahli, bahwa di dalam tubuh porifera
mengandung zat yang bermanfaat dalam bidang farmasi atau Kesehatan
diantaranya yaitu anti inflamasi dan anti tumor. Adapun beberapa jenis dari kelas
Demospongia dapat digunakan menjadi bahan spons untuk mandi. Contohnya dari
jenis Eusongia sp. Selain itu, ada beberapa pedagang yang memanfaatkan porifera
sebagai bahan pengawet buah dan makanan ( Rahmadina, R. 2019).
Porifera tertentu mengandung zat anti kanker dalam tubuhnya yang saat ini
menjadi topik menarik untuk diteliti di seluruh dunia. Contohnya African
spirastrellaspinispirulifera dari Afrika yang menghasilkan zat spongiastin. Di
permukaan tubuh porifera ternyata terdapat zat beracun yang digunakan untuk
perlindungan dirinya. Adapun manfaat lain yang sedang diteliti oleh para ilmuwan
yaitu kemampuan porifera sebagai insektisida alami. Mengingat beberapa
kandungan alkaloid yang terkandung pada spesies Axinella carteri. Senyawa
Kalihinol A yang terdapat pada tubuh Porifera dapat menjadi senyawa anti malaria
untuk menghambat pertumbuhan mikroba (antimikroba), anti jamur, sitotoksik,
antelmintik, dan antifouling. Penggunaan Porifera dalam dunia kesehatan telah
mencapai pada ranah kontrasepsi, yaitu; Sebagai obat kontrasepsi (KB) alami
(Rahmadina, R. 2019)

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Spons (filum porifera) merupakan hewan akuatik tanpa simetris, jaringan,
atau organ. Spons biasa disebut hewan yang hidup sesil (menempel) yang
terlihat sangat diam bagi penglihatan manusia, sehingga orang Yunani biasa
menyebutnya sebagai tumbuhan. Spons tidak mempunyai saraf atau otot, tetapi
sel nya dapat mengindera dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan. Tubuh
suatu spons terdiri dari dua lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh suatu daerah
bergelatin yang disebut mesohil. Di dalam mesohil terdapat sel-sel yang disebut
amoebosit (amoebocyte), yang dinamai berdasarkan penggunaan
pseudopodianya. Berdasarkan kerangka tubuhnya,, porifera dibagi menjadi 3
kelas, yaitu kelas calcarea, kelas hexactinellida, dan kelas demospongia.
Porifera atau spons mampu menunjukkan adhesi sel dan pengenalan diri dalam
melangsungkan hidupnya. Filum porifera mempunyai dua sifat yaitu monosious
(hermafrodit) dan diosious. Reproduksi porifera terbagi menjadi dua cara yaitu:
perkembangbiakan seksual dan aseksual. Selain iu porifera mempunyai
perananan penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari diantara dari segi
ekonomi, kesehatan,dan industri.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas hendaknya kita lebih mempelajari serta
memahami tentang Porifera. Dan diharapkan makalah ini dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan lebih, karena dengan begitu kita dapat mengenali
Porifera yang memiliki fungsi penting dan tentunya berguna bagi kehidupan
manusia.
Penulis juga menyadari jika dalam penyusunan makalah diatas masih
banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Dan tentunya penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat di
pertanggung jawabkan nantinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cecie Starr, Ralph Taggart, Chrustine Evert, Lisa Starr. 2012. Biology : The Unity
and Dibersity of Life. Jakarta: Salemba Teknika

Diah Putu. 2016. Aktivitas Antimikroba Jamur Endofit Penicillum Oxalicum dari
Spons Genus Homaxinella. Surabaya : Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga.

Handayani, D. 2012.POTENSI SENYAWA BIOAKTIV SPON LAUT Axinella


carteri ASAL SUMATERA BARAT. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 17,
No. 1, 2012, halaman 73-79

Maya, S., & Nurhidayah, N. 2020. ZOOLOGI INVERTEBRATA. Bandung : Widina


Bhakti Persada Bandung

Neil A. Campbell, Janem B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2003. Campbell Edisi 5


Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Rahmadina, R. 2019. Biologi Taksonomi Invertebrata. Medan : Universitas Islam


Negeri Sumatera Utara

18

Anda mungkin juga menyukai