Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Avertebrata merupakan golongan hewan yang termasuk ke dalam
kelompok yang tidak mempunyai tulang belakang atau penyokong tubuh. Hewan
yang digolongkan dalam kelompok avertebrata ini hidupnya kebanyakan di dalam
air. Hewan ini memiliki pola organisasi tubuh yang sederhana dibandingkan dengan
kelompok avertebrata.
Filum coelenterata atau cnidaria merupakan salah satu filum yang termasuk
dalam kelompok hewan avertebrata yang perlu dipelajari. Coelenterata memiliki
suatu rongga yang dinamakan rongga gastrovaskular. Rongga tersebut digunakan
sebagai usus dan sebuah mulut sebagai alat untuk menelan mangsanya, serta
terdapat tentakel sebagai alat penangkap mangsanya.
Coelenterata adalah spesies yang memiliki arti penting, karena memiliki
manfaat yang sangat besar bagi manusia dan biota laut lainnya sehingga hal tersebut
sangat mempengaruhi budidaya yang dilakukan di suatu tempat. Apabila dalam
perairan tersebut banyak terdapat filum ini, maka perairan tersebut pasti akan
didatangi oleh biota-biota laut lainnya., termasuk ikan. Sehingga hal tersebut akan
memberikan dampak yang baik untuk budidaya. Oleh karena itu, makalah ini
membahas tentang salah satu golongan hewan avertebrata filum coelenterata atau
cnidaria.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri umum hewan kelompok filum Coelenterata ?
2. Bagaimana ciri-ciri khusus hewan kelompok filum Coelenterata ?
3. Apa saja nama dan letak alat/organ penyusun sistem tubuh hewan Coelenterata ?
4. Bagaimana fungsi organ penyusun sistem tubuh hewan Coelenterata ?
5. Bagaimana habitat hewan Coelenterata ?
6. Bagaimana klasifikasi / taksonomi hewan Coelenterata ?
7. Bagaimana peranan hewan-hewan Coelenterata ?

C. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri umum hewan kelompok filum Coelenterata.
2. Mengetahui ciri-ciri khusus hewan kelompok filum Coelenterata.
3. Mengetahui nama dan letak alat/organ penyusun system hewan Coelenterata.
4. Mengetahui fungsi organ penyusun system tubuh Coelenterata.
5. Mengetahui habitat hewan Coelenterata.
6. Mengetahui klasifikasi hewan Coelenterata.
1
7. Mengetahui peranan hewan-hewan Coelenterata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri umum hewan filum Coelenterata

Istilah Coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek); coilos = rongga,


enteron = usus. Gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya
berongga, tetapi cukup disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga
mengindikasikan bahwa hewan Coelenterata tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya,
melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut coelenteron. Rongga tersebut
berfungsi sebagai rongga pencernaan dan bsekaligus berfungsi sebagai pengedar sari
makanan. Oleh karena itu rongga tersebut disebut juga sebagai rongga gastrovaskutar.

Filum coelenterata ada beberapa ahli yang menyebutnya dengan istilah filum
cnidaria. Hewan-hewan yang termasuk dalam filum ini meliputi golongan Hydra,
ubur-ubur, anemon laut, dan koral atau hewan karang. Hewan-hewan kelompok ini
biasanya memiliki simetri tubuh yang bersifat radial, termasuk juga kelompok
ctenophora, sehingga disebut radiata.

Dibandingkan dengan filum porifera, filum coelenterata lebih maju tingkatan


filogeninnya. Kalau porifera disebut sebagai parazoa maka coelenterata sudah disebut
sebagai metazoa, walaupun masih primitif. Hal ini di dasarkan atas kekompleksan
struktur tubuhnya. Porifera tubuhnya tersusun oleh banyak sel/multi sel, yang berarti
lebih tinggi tingkatannya dibandingkan hewan protozoa yang tubuhnya terdiri hanya
satu sel saja, tetapi sel-sel tersebut belum membentuk suatu susunan yang dapat
disebut sebagai jaringan dan organ yang sesungguhnya. Hal ini karena sel-sel
tubuhnya masih cenderung bekerja secara individual. Sementara itu coelenterata
tubuhnya juga tersusun oleh banyak sel dan sudah membentuk jaringan, dan
perkembangan organ tubuhnya masih terbatas.

Tubuh hewan coelenterata tersusun oleh dua lapis jaringan dan satu lapisan non
selular. Bagian luar berupa lapisan jaringan epidermis dan bagian dalam lapisan
jaringan endodermis atau gastrodermis, sedangkan di antara kedua lapisan tersebut
ada lapisan non seluler yang disebut mesoglea. Jaringan gastrrodermis melapisi
rongga gastrovaskular, sementara mesoglea merupakan masa pasta/gudir yang

3
disekresikan oleh sel-sel epidermis dan gastrodermis. Zat-zat tersebut mengisi
ruangan antara lapisan epidermis dan gastrodermis. Kadang-kadang di dalam lapisan
mesogela ini terdapat sel-sel amoboid. Jadi sebenarnya tubuh coelenterata terbangun
oleh dua lapisan germinal, yakni ektoderm dan endoderm.

Bentuk tubuh coelenterata memiliki dua tipe dasar, yakni sebagai polip yang
sesil atau menempel dan sebagai medusa yang dapat berenang bebas. Tipe polip
memiliki bentuk seperti tabung atau silinder, pada ujung oral terdapat mulut yang
yang dikelilingi oelh tentakel-tentakel, dan dapat bergerak memanjang atau
mengkerut. Tubuh tipe medusa berbentuk seperti sebuah bel/lonceng atau seperti
payung. Bagian tubuh yang cembung berada di atas gan yang cekung di bawah. Pada
bagian tengah dari cekungan tersebut terdapat mulut.

Gambar 1.1 Pola dasar bentuk dan struktur tubuh coelenterate

Sumber : Integrated Principles of Zoology, Hickman,dkk.

B. Ciri-ciri khusus hewan filum Coelenterata


Ciri-ciri khusus hewan filum Coelenterata adalah :

4
1. Tubuh radial simetris (silindris, globular atau spherikal)
2. Dinding tubuh dipoblastik (dua lapis jaringan; ektoderm/epidermis dan
endoderm/gastrodermis) yang memiliki sel jelatang atau penyengat
3. Tubuh tidak beranus tetapi hanya bermulut yang dilengkapi dengan tentakel-
tentakel di sekelilingnya
4. Sistem pencernaan makanan tidak komplit, hanya berupa rongga gastrivaskular
5. Belum memiliki alat pernafasan, sirkulasi maupun ekskresi yang khusus1
C. Organ penyusun sistem tubuh hewan Coelenterata

Hydra (Hydrozoa air tawar)

Tubuh hydra berbentuk tabung elastik yang bervariasi ukuran panjang dan
ketebalannya. Ujung bawah (proksimal) dari tubuhnya merupakan bagian yang
tertutup dan disebut cakram basal (basal disc) yang berfungsi sebagai alat gerak dan
alat pelekat. Ujung atas (distal) dari tubuhnya merupakan bagian yang membentuk
konus atau sirkel yang disebut hypostome, dan bagian ujungnya terbuka disebut
mulut. Di sekitar mulut dikelilingi oleh 4 sampai 12 buah tentakel yang ramping.
Bagian tubuh yang terletak diantara mulut dan cakram basal disebut tangkai tubuh.
Mulutnya bermuara kedalam suatu rongga yang disebut rongga gastrovaskular atau
enteron yang berfungsi untuk mencekam makanan dan sekaligus mengedarkan sari-
sari makanan keseluruh penjuru tubuh. Rongga gastrovaskular ini juga berhubungan
dengan rongga yang terdapat di dalam tentakelnya.

Gambar 1.2 Tentakel Hydra dalam keaadaan memanjang

Tentakel pada hydra dapat dijalurkan memanjang secara ekstrim, bisa mencapai 7cm
atau lebih. Dalam kondisi seperti ini tentakel tampak sangata tipis sehingga susah
dilihat dengan lensa. Tentakel dapat bergerak bebas untuk menangkap mangsa dan
memasukkannya ke dalam mulut. Organ reproduksi ovarium dan testes, sering
ditemukan atau mudah diamati pada musim gugur dan musim dingin (untuk daerah 4

1
Yusuf Kastawi, Zoologi Avertebrata, (Malang : UM-Press, 2005), hlm. 56
5
musim). Kedua organ reproduksi tersebut dapat ditemukan dalam satu individu.
Ovarium biasanya ditemukan dua buah atau lebih di bagian yang lebih ke atas atau
dekat hypostome. Pada sisi sambung tubuh hydra biasanya ditemukan kuncup yang
nantinya akan tumbuh besar menjadi individu baru. Pembentukan individu baru cara
demikian disebut perkembangbiakan secara aseksual.

Obelia (Hydrozoa laut)

Fase Polip Obelia

Seperti yang telah disebutkan di bagian depan bawah fase hydroid ini hidupnya
secara berkoloni. Mereka terikat pada suatu tempat dengan bagian tubuhnya yang
disebut hydrorhiza. Hidroid obelia hidup di perairan laut hingga kedalaman 80 m atau
lebih, dan tersebar secara kosmopolitan. Obelia yang ditemukan di kawasan perairan
laut yang dangkal biasanya melekatkan diri pada batu-batuan, karang, pohon-pohonan
yang tumbang ataupun ditumbuhan air laut lainnya misalnya ganggang laminaria dan
lain-lain.

Koloni Obelia bersifat polimorfi. Biasanya tumbuh dari suatu individu yang
menyerupai hydra. Dan tubuhnya yang menyerupai hydra tersebut muncul kuncup-
kuncupnya. Tidak seperti hanya pada hydra, kuncup tidak terus melepaskan diri dari
tubuh induknya melainkan tetap melekat pada tubuh induk dan tumbuh menjadi
dewasa bersama-sama induknya serta kuncup-kuncup yang lain, sehingga membentuk
koloni. Penampilan fase polip tampak seperti tumbuh-tumbuhan, tetapi sebetulnya
adalah hewan. Berdasarkan hal ini maka obelia dimasukkan dalam kelompok
zoophyta. Perincian bagian-bagian tubuh hydroid atau polip akan diuraikan seperti
dibawah ini. Kolonia hydroid melekat pada suatu subtrat dengan bagian tubuh yang
disebut hydrorhiza. Hydrorhiza mendukung bagian tubuh berbentuk seperti batang
yang disebut hydrocaulus. Pada hydrocaulus tersebut tumbuh beratus-ratus cabang
denga diamater kurang lebih 0,5 inci. Cabang-cabang tersebut ada 2 macam, yaitu
cabang yang khusus berkait dengan sifat vegetatif (makan) disebut hydranth, dan tipe
yang lain yaitu cabang yang khusus berkaitan dengan sifat generatif (reproduksi) yang
disebut gonanguim. Hydranth, juga disebut polip pencari makan, semua urusan
vegetatif dan koloni hydroid diurus oleh polip ini. Bentuknya seperti kantong yang
silindris atau konus, warnanya kekuning-kuningan. Bagian basalnya berhubungan
langsung dengan bagian hydrocaulus. Mukut pada obelia, muncul dari bagian yang
disebut hydrotheca, di sekitar mulut dikelilingi oleh 20 buah tentakel. Bila batang,
6
vertikel dari hidrokauli telah mengalami pertumbuhan secara penuh, maka akan
dihasilkan cabang khusus yang disebut gonangium. Pembentukan cabang tipe ini
jumlahnya kurang bila dibandingankan dengan cabang tipe. Hydrant. Gonangium
tidak dilengkapi dengan tentakel maupun mulut, oleh karena itu tugasnya tidak untuk
mengurusi penangkapan maupun pencernaan makanan, melainkan dengan soal
perkembangbiakan dari hewan ini. Gonangium hanya bertugas khusus membentuk
kuncup calon medusa.

Fase Medusa

Pada obelia, fase medusa merupakan fase generatif yang dibentuk secara vegetatif
oleh fase hydroid. Medusa berbentuk seperti payung dengan diamater tubuh sekitar 6
atau 7 mm. Hidupnya tidak secara berkoloni melainkan secara soliter. Permukaan atas
berbentuk konveks (cembung), sedangkan permukaan bawah konkaf (cekung).
Permukaan yang konveks dinamakan permukaan aboral (berlawanan dengan letak
mulut). Sedengkan permukaan konkafnya disebut permukaan oral. Di tengah-tengah
permukaan oral ditemukan lubang mulut yang bergelambir empat mulut tersebut
sebetulnya merupakan lubang awal dari suatu saluran yang dindingnya berlindir yang
disebut manubrium. Saluran manubrium bermuara ke dalam rongga gastrovaskular
atau perut besar. Rongga gastrovaskular ini di hubungkan dengan saluran cincin yang
melingkar di bagian tepi tubuh oleh saluran radial yang berjumlah empat. Tubuh
medusa ini dilengkapi dengan 16 – 80 buah tentakel yang bergelantungan di
permukaan oral dekat dengan bagian tepi tubuhnya.

7
Metridium (Anemon Laut)

Tubuh Metridium berbentuk silindris dengan bagian oral gerak melebar seperti
corong yang dihiasi dengan rangkaian tentakel-tentakel yang membentuk seperti
mahkota bunga. Panjang tubuhnya sekitar 5-7 cm, tetapi ada jugayang berukuran
raksasa hingga 1m. Tubuhnya radial simetris dengan warna yang bervariasi, tetapi
biasanya warnanya kecoklat-coklatan atau kekuning-kuningan.

Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu : bagian diskus pedal atau bagian
kaki, bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh, dan bagian diskus oral
atau kapitulus. Antara bagian diskus pedal dengan bagian skapus dihubungkan oleh
apa yang disebut limbus, sedangkan antara bagian skapus dengan bagian diskus oral
dihubungkan oleh apa yang disebut kollar atau parapet.

Sistem gasrtovaskular dimulai dengan mulut, mulut dihubungkan dengan


coelenteron oleh suatu saluran yang terbentuk seperti tabung yang disebut stomadeum
atau gullet. Saluran stomodeum tersebut di sepanjang sisinya dilengkapi alur cincin
yang bersilia disebut sifonoglifa (siphonoglyph) alur ini merupakan jalan masuknya
aliran air ke dalam ceolenteron. Rongga coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat
oleh 6 buah, septa atau mensenteris sehingga terbeentuklah 6 buah kompartemen
(ruang), yang berposisi radial. Air dapat mengalir dari kompartemen satu ke lainnya
melalui celah yang disebut ostia. Ke 6 buah septa tersebut dinamakan septa primer.
Disamping septa primer, masih ada lagi septa yang lain yaitu septa sekunder yang
merupakan septa kecil yang menonjol dari dinding tubuh ke dalam rongga (liang)
enteron. Septa ini tidak sampai mencapai stomodeum. Di antara septa primer dengan
septa sekunder masih ditemukan septa lagi yang disebut septa tersier. Bagian tepi
bebas (ujung distal) dari septa dalam coelenteron dibagian bawah stomodeum
berkembang menjadi bentuk yang tebal yang disebut filement digestial, yang di
dalamnya mengandung sel-sel kelenjar penghasil getah pencerna yang mengandung
enzim. Dekat bagian dasar dari filamen digestif ditemukan benang-benang akonsia

8
(acontia), yang di dalamnya dilengkapi dengan sel-sel kelenjar dan nematokist. Salah
satu fungsi dari akonsia adalah untuk mengusir musuh dengan cara akonsia tersebut
dijulurkan lebih dahulu melalui pori-pori yang ada pada dinding tubuh hewan yang
bersangkutan.

D. Fungsi organ penyusun tubuh hewan Coelenterata


1. Sistem Reproduksi filum Coelenterata
Hewan filum coelenterate dapat berkembangbiak secara seksual
maupun aseksual. Perkembanganbiakan secara aseksual yaitu dengan cara
membentuk tunas dan perkembangbiakan secara seksual yaitu dengan cara
menghasilkan sel telur dan sel spermatozoa. Beberapa diantaranya mengalami
metagenesis atau perkembangbiakan seksual diikuti dengan perkembangbiakan
secara aseksual.
2. Sistem Respirasi dan Ekskresi
Pada hewan Coelenterata tidak ada organ khusus untuk pernafasan,
pembuangan hasil ekskresi. Pengambilan oksigen hewan ini di dapat dari
lingkungan sekitarnya, pengeluaran gas karbondioksida, pengeluaran zat-zat
sampah yang merupakan sisa-sisa metabolism dilakukan dengan jalan difusi
osmosis oleh gastrodernalnya.
3. Sistem pencernaan
Untuk pencernaan nya terjadi secara ekstraseluler yaitu enzim yang
dikeluarkan ke dalam rongga-rongga gastrovaskular, seterusnya makanan yang
ditelan dicerna diangkut ke berbagai bagian tubuh oleh arus di dalam rongga
tersebut dan kemudian diambil oleh sel kulit luar dan diserahkan kepada sel kulit
dalam. Untuk pencernaan secara internal dicerna oleh vakuola makanan yang
terdapat dalam rongga gastrovaskular, rongga ini dipisahkan oleh penyekat,
kemudian makanan tersebut dicerna dan diedarkan di tubuh secara difusi

4. Sistem saraf
Pada hewan ini terdapat lapisan mesoglea yang berfungsi sebagai
tempat serabut saraf yaitu pengendali gerakan dalam merespon rangsangan. 2
5. Sistem gerak
Pada hewan ini system pergerakan didukung oleh kontraksi otot.
Kontraksi otot ini berpengaruh terhadap cairan dalam gastrovaskular.

E. Habitat hewan Coelenterata

2
Uun Yanuhar, Avertebrata,(Malang: UB-Press, 2018), hlm.51
9
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof sebagai karnivora dengan memangsa
plankton, udang kecil, dan hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan
ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam mulut. Habitat Coelenterata
seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar. Sebagaian besar hidup dilaut
secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di
dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip hidup sesil (melekat) di
suatu substrat, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air.
Mereka hidup di perairan dangkal, secara berkoloni atau soliter.

F. Klasifikasi hewan Coelenterata


Ada banyak jenis hewan yang termasuk dalam golongan Coelenterta. Secara
garis besar dikelompokkan dalam tiga kelas, walaupun ada juga yang membaginya
menjadi 4 dan 5 kelas. Kelas Hydrozoa diwakili oleh Hydra (hidup di air tawar) dan
obelia (hidup di laut), Kelas Scyphozoa yang diwakili oleh ubur-ubur (Aurelia) dan
kelas Anthozoa diwakili oleh golongan anemone laut dan hewan karang.

Kelas Hydrozoa
Ordo Hydroida
Ordo Milleporina
Ordo Stylasterina
Ordo Stranchylina
Ordo Siphonopora
Ordo Chondrophora
Ordo Actibulida
Kelas Scyphozoa
Ordo Stauromedusa
Ordo Cubomedusa
Ordo Coronatae
Ordo Semaeostomae
Ordo Rhizostomae
Kelas Anthozoa
Sub-Kelas Octorallia (Alcyonaria)
Ordo Stolonefera
Ordo Telestacea
Ordo Alcyonacea
Ordo Coenothecalia
Ordo Gorgonacea
Ordo Pennaulacea
Sub-Kelas Hexacorallia (Zoantharia)
Ordo Actiniria
Ordo Scleractinia
Ordo Carillimorpharia
Ordo Zoanthidae
Ordo Antipatharia
Ordo Ceriantharia
1. Kelas Hydrozoa
10
a. Hydra
Hydra merupakan hewan yang bersifat diploblastik, karena jaringan
dinding tubuhnya terdiri dari dua lapisan, yakni lapisan epidermis di bagian
luar dan lapisan gastrodermis di bagian dalam. Kedua lapisan tersebut
tersusun atas jaringan epitel, yang diantara kedua lapisan tersebut terdapat
suatu lapisan nonseluler yang disebut mesoglea.
1) Lapisan Epidermis
a) Sel Epiteliomuskular
Sel ini berbentuk huruf T atau kerucut, dibagian dasarnya
ditemukan serabut-serabut pengerut (contractile fibrile). Fibril-fibril
ini berfungsi sebagai otot longitudinal, artinya bila mereka berkerut
menyebabkan tubuh Hydra maupun tentakelnya memendek. Pada
lapisan epidermis, sel-sel epitelimuskular ini bergandengan satu
sama lain sehingga membentuk permukaan luar tubuh Hydra. Yang
membentuk permukaan tubuh Hydra adalah permukaan sel
epitelimuskular yang melebar, sedangkan permukaan yang sempit
melekat pada lapisan mesoglea. Gandengan sel-sel epiteliomuskular
tersebut sangat kompak dan disana sini disisipi oleh munculnya sel
sel jelatang dan sel sel sensoris ke permukaan.
b) Sel Intersitial
Sel ini berisikan sitoplasma yang jernih, dan sebuah inti yang
relatif besar dengan dengan satu atau dua buah anak inti. Sel ini
berfungsi sebagai sel cadangan, artinya bila diperlukan sel ini
sanggup mengubah diri menjadi sel-sel lain, misalnya menjadi sel
perkembangbiakan, sel kelenjar, sel jelatang, atau jenis sel lain.
Menurut Brien dalam Paranto (1982) sel ini berfungsi sebagai sel-
sel pembaharuan bagi semua jenis sel pada hewan yang
bersangkutan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sel-sel ini
memegang peranan penting bagi proses regenerasi, pertumbuhan,
dan pembentukan kuncup.
c) Sel sensori
Sel sel ini bentuknya memanjang dan bagian ujung luarnya
dilengkapi dengan tonjolan atau prosesus yang bentuknya seperti
sikat-sikat sensori. Sel-sel sensori ini bertugas khusus dalam
menerima rangsangan berupa; sinar, temperatur, zat kimia, atau
sebagai alat peraba.
d) Sel syaraf

11
Sel ini merupakan derivat dari epidermis dan diduga
merupakan perkembangan dari sel interstisial yang kemudian masuk
kedalam lapisan mesoglea. Setiap sel syaraf terdiri dari bagian
badan sel dan cabang-cabang yang merupakan prosesus (tonjolan)
yang disebut neurit. Keistimewaan dari sel-sel saraf Hydra atau
Coelenterata pada umumnya adalah masih tetap tersebar sehingga
membentuk suatu system difus dalam arti tidak adanya system
susunan atau sentral

e) Sel Kelenjar
Sel ini berfungsi sebagai menghasilkan skreta yang sifatnya
liat, dan dapat digunakan untuk melekatkan diri pada suatu objek.
Sel ini juga dapat menghasilkan gelembung yang gelembungnya
berfungsi untuk mengapung diri di air. Sel-sel kelenjar yang berada
disekitar hipostom (mulut) menghasilkan skreta yang berfungsi
sebagai zat pelicin, yang membantu memperlancar proses penelanan
partikel makanan yang berukuran besar.
f) Sel-sel Germ
Sel-sel interstial ditempat tempat tertentu mengadakan
proliferasi dan berkembang menjadi gonat. Dalam hal ini ada yang
berkembang membentuk ovarium da nada yang membentuk
testis.Selanjutnya di dalam ovarium akan terjadi proses oogenesis
dan terbentuk ovum, sedangkan yang ada di dalam testis terjadi
proses terjadi spermatogenesis dan terbentuk spermatozoid.
g) Sel Jelatang atau Knidoblast
Didalam knidoblast terdapat kantong beracun yang disebut
Nematokist. Nematokist ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri
dari serangan musuh maupun untuk melumpuhkan calon mangsanya
agar mudah ditangkap dan dicerna dalam proses pencernaan
makanan.
2) Lapisan Gatrodermia
a) Sel Nutritif
Substansi sirkular mulut dan bagian basal dari tentakel
berfungsi sebagai otot penjaga pintu untuk mrnutup lubang mulut
atau saluran menuju tentakel. Ujung dari sel ini dilengkapi dengan
mikrofili-mikrofili yang berfungsi untuk mrnlancarkan proses
penyerapan sari-sari makanan ke dalam tubuh Hydra.
b) Sel Sekretoris

12
Di sekitar hipotosme atau mulut kelenjar ini akan
menghasilkan sekretnya yang berupa zat mukosa yang berfungsi
sebagai pelumas maupun sebagai penghancur tubuh mangsanya. Di
bagian cakram basal ditemukan sel-sel kelenjar yang menghasilakan
sekreta yang bersifat licin yang berfungsi sebagai sarana untuk
gerak luncur yang dilakukan oleh Hydra.
c) Sel Intertisial
Sel ini berfungsi sebagai sel cadangan yang nantinya dapat
berkembang menjadil sel lain apabila dibutuhkan.
d) Sel sensoris
Sel sensoris disini bentuknya lebih besar dan dilengkapi
dengan flagellum.
e) Sel Syaraf
Seperti halnya lapisan epidermis, maka didalam lapisan
gastrodermis ini juga ditemukan sel-sel syaraf, tetapi jumlahnya
tidak sebanyak sel-sel syaraf yang ditemukan di lapisan epidermis.
f) Butir-butir plastida
Butir-butir plastida ini sebenarnya merupakan milik atau
bagian dari tubuh Hydra. Tetapi milik sel alga yang hidup bersama
(endosimbiosis). Misalnya pada hewan Clorophyta viridissima di
bagian gastrodermalnya ditemukan sel-sel ganggang jenis
Zoochlorellase, yaitu Chorella vulgaris.
3) Cara Makan dan Pencernaan
Pada prinsipnya makanan Hydra terutama berupa hewan hewan
yang berkuran kecil, seperti microcrustacea, annelida, atau larva-larva
insecta yang hidup dalam air.
Hydra yang kelaparan mempunyai kebiasaan berdiri tegak di
atas cakram basalnya dengan tentakel tentakel yang digapai-gapaikan
seolah-olah akan meraih tubuh mangsanya. Bila sekiranya sebuah
tentakel telah menyentuh tubuh mangsanya, maka nematokist-nematokist
segera bekerja. Nematokist tipe penetrant segera menembakan panah
beracunnya yang mengandung hipnotoksin para lisis, sedangkan
nematokist tipe volvent bekerja dengan benang lassonya untuk menjerat
kaki-kaki atau apendiks tubuh mangsanya, dan nematokist tipe
glutinannya membantu mempercepat proses penggulungan tubuh
mangsanya untuk ditarik kedekat tubuhnya.

Tubuh mangsa yang tertangkap segera dimasukkan ke dalam


lubang mulutnya, kemudian ditelah masuk kedalam liang enteron.
13
Kelancaran proses penelanan makanan dibantu oleh adanya sekreta yang
dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Setelah tubuh mangsa tersebut tiba di
dalam liah enteron maka akan dicerna oleh enzim-enzim yang dihasilkan
oleh sel-sel sekretosis dari lapisan gastrodermis. Karena kontraksi dari
dinding gastrodermis dan juga gerak undulasi dari flagela sel endothelio-
muskular, maka proses pengadukan partikel makanan di dalam enteron
akan lebih intensif, sehingga memudahkan cara kerja enzim-enzim
pencernaan. Partikel-partikel makanan yang telah mengalami proses
pencernaan sarinya akan segera diserap oleh sel-sel nutritif. Cara
penyerapan sari makanan dapat berlangsung secara pinositisis,
fagositosis, ataupun secara osmosis.
Cadangan makanan dalam tubuh Hydra akan disimpan dalam
bentuk Hydra akan disimpan dalam bentuk glikogen, didalam sel-sel
nutritif dan lapisan gastrodermis. Bila sekiranya cadangan makanan
tersebut akan digunakan, maka simpanan glikogen tersebut akan diubah
kembali menjadi bentuk gula terlarut (glukosa) kemudian secara difusi
dan osmosis akan diedarkan ke seluruh tubuh.
4) Respirasi dan Ekskresi
Pertukaran gas pada Hydra terjadi secara langsung pada
permukaan tubuhnya. Hal ini karena Hydra tidak memiliki organ khusus
untuk pernafasan, pembuangan hasil ekskresi, dan juga tidak mempunyai
darah serta sistem peredaran darah. Semua organ-organ tersebut bagi
Hydra tidaklah diperlukan karena tubuhnya tersusun atas deretan sel-sel
yang sebagian besar masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang
ada di sekitarnya. Pertukaran zat pada tubuh Hydra berlangsung secara
langsung dengan dunia luar secara difusi dan osmosis melalui membran
dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses pernafasan
maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh
masing-masing sel yang bersangkutan.

5) Cara Bergerak
Gerak pada Hydra terjadi karena adanya rangsangan dari
lingkungan atau gerakan spontan. Menurut hasil pengamatan, ternyata
cara bergerak Hydra dapat dibedakan menjadi 8 pola gerak, yaitu; gerak

14
spontan, gerak seperti ulat kilan, gerak merayap, gerak salto, gerak
memanjat, gerak mengapung, gerak melayang, dan gerak meluncur.
a) Gerak Spontan
Gerak ini biasanya dilakukan oleh Hydra dengan melekatkan
diri pada suatu obyek pada kaki cakramnya. Secara berkala 5 hingga
10 menit sekali secara spontan hewan itu memanjang-pendekkan
tubuhnya. Bila gerak telah berkali-kali dilakukan maka hewan akan
beristirahat, kemudian akan melakukan gerakan spontan lagi tetapi
dengan mengambil arah lain.
b) Gerak seperti ulat kilan
Gerak ini dilakukan dengan membungkukkan tubuhnya.
Dalam posisi membungkuk maka tentakel yang memiliki nematokist
glutinant akan berpegangan pada suatu obyek. Dalam posisi tersebut
bagian pangkal tubuh akan bergeser mendekati posisi bagian tentakel
yang telah melekat pada obyek. Begitu seterusnya hingga tampak
adanya gerak seperti gerak ulat kilan.
c) Gerak merayap
Pada saat melakukan gerakan ini mula-mula tubuhnya
dibungkukkan, kemudian dengan tentakelnya berpegang pada suatu
obyek dengan cakram basal di atas, sehingga yang bersangkutan
berdiri dengan bagian tubuh dibawah, setelah itu Hydra bergerak
merayap dengan menggunakan tentakelnya.
d) Gerak salto
Mula-mula tubuhnya dibungkukkan kemudian hewan berdiri
dengan posisi mulut dibawah dan cakram basal di atas, setelah itu
tubuhnya dibungkukkan lagi sehingga untuk berdiri dengan posisi
bagian cakram basal di bawah dan mulut di atas, begitu seterusnya
seperti gerak orang yang sedang melakukan salto.

e) Gerak memanjat
Dengan menggunakan tentakelnya Hydra dapat berpindah
tempat dengan bergelantungan pada suatu obyek yang satu ke obyek
lain seperti halnya tarzan yang berayun dari dahan yang satu ke dahan
yang lain.
f) Gerak mengapung
Dalam gerak ini tubuhnya diapungkan di permukaan air untuk
dibiarkan kemana akan dibawa oleh aliran air. Kadang-kadang Hydra

15
tersebut dalam pengapungannya menggunakan sehelai daun sebagai
alat pengapungannya.
g) Gerak melayang
Maksud dari melayang disini ialah melayang dekat permukaan
air. Prinsipnya sama dengan gerak mengapung tetapi dalam hal ini
menggunakan gelembung-gelembung gas sebagai alat layangnya.
Adapun gelembung-gelembung gas tersebut merupakan produksi dari
sel kelenjar yang terletak di daerah cakram basal.
h) Gerak meluncur
Dengan menggunakan zat lendir yang dihasilkan oleh sel-sel
kelenjar yang berada di daerah cakram basal, Hydra bergerak
meluncur seperti halnya orang bermain ski.3
6) Sistem Reproduksi
a) Reproduksi aseksual
Reproduksi aseksual pada Hydra yaitu dengan cara :
membentuk kuncup dan dengan membelah diri.
Membentuk kuncup
Bila keadaan dan kondisi tubuh Hydra telah memadai maka di
bagian tengah-tengah batang tubuhnya, yang disebut zona pembentukan
kuncup, sel-sel intertisial akan membelah diri secara cepat dengan
membentuk tonjolan. Tonjolan tersebut lama kelamaan akan tumbuh
menjadi suatu tonjolan yang besar dan selanjutnya disebut kuncup.
Pada kuncup tersebut akan terbentuk mulut dan tentakel-tentakel. Bila
kuncup tersebut telah terbentuk secara sempurna maka akan
memisahkan diri dari tubuh induk untuk berkembang menjadi Hydra
baru.
Membelah diri
Perkembangbiakan ini biasanya dilakukan tidak secara
reguler, Artinya secara insidental atau kadang-kadang saja, misalnya
pada kejadian regenerasi yang berlangsung secara abnormal.
b) Reproduksi seksual
Dalam perkembangbiakan secara seksual atau generatif, pada
umumnya Hydra bersifat hemaprodit, tetapi ada juga yang tidak.
Pembentukan gonad hanya terjadi pada musim tertentu saja.
Ovariumnya berbentuk bulat, sedangkan testesnya berbentuk seperti
konus, yang keduanya terjadi dari hasil perkembangan sel-sel
interstisial.
b. Obelia

3
Yusuf Kastawi, Zoologi Avertebrata, (Malang : UM-Press, 2005), hlm. 67-69
16
1) Makanan dan pencernaannya
Dalam hal makanan Obelia bersifat karnivor yakni berupa
cacing-cacing kecil, udang kecil maupun larva insekta yang hidup di
perairan laut.
Mangsa mula mula ditangkap oleh tentakel yang dibantu
dengan nematokistnya, dan kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan
enteron atau gastrivaskular. Didalam rongga gastrovaskular mangsa
tersebut mengalami proses pencernaan secara ekstra seluler maupun
secara intraselular. Proses pencernaan secara ekstraselular berlangsung
ketika tubuh mangsanya masih di dalam rongga gastrovaskular yaitu oleh
getah-getah pencerna yang dihasilkan oleh sel-sel amoeboid yang
ditemukan di dalam dinding gastrovaskularnya. Pada dasarnya proses
pencernaan secara intra selular itu merupakan lanjutan dari proses
pencernaan secara ekstra selular yang terjadi di dalam sel-sel pencerna
dalam vakuola vakuola makanan.
2) Pergerakan
Koloni hydroid merupakan hewan yang digolongkan dalam
hean yang tidak bisa berpindah tempat. Hidupnya menetap pada suatu
obyek atau subtrat tertentu.
Medusa merupakan hewan yang dapat bergerak atau berenang
secara aktif, yaitu dengan jalan mengembang kempiskan tubuhnya yang
berbentuk seperti payung. Ada kalanya dalam gerak berenang posisi
tubuhnya yang berbentuk seperti payung itu tidak dalam posisi normal
melainkan dalam posisi permukaan oralnya terbalik ke atas.
3) Respirasi dan Ekskresi
Baik pada fase hydroid atau medusa, Obelia tidak mempunyai
alat khusus untuk respirasi maupun untuk mengeluarkan hasil ekskresi.
Pengambilan oksigen dari lingkungan air disekitarnya, pengeluaran gas
karbondioksida, pengeluaran zat-zat sampah yang merupakan sisa-sisa
metabolisme dilakukan dengan jalan difusi-osmosis secara langsung oleh
sel-sel epidermal maupun gastrodermalnya.
4) Sistem susunan syaraf dan alat indra
Pada koloni hydroid hanya ditemukan sistem susunan syaraf.
Sistem susunan syarafnya masih primitif, terjadi dari sel-sel syaraf yang
kedudukannya tersebar tanpa memiliki pusat. Dalam arti belum
ditemukan adanya sistem koordinasi, sehingga sedikit banyak setiap sel
syaraf bekerja secara mandiri. Susunan sistem syaraf yang demikian ini
di sebut bersistem difus.
17
Pada medusa ditemukan susunan syaraf yang bersistem difusi
seperti halnya pada hydra maupun koloni hydroid, juga ditemukan alat
indera atau sense organs yang berupa kantong-kantong kecil yang disebut
statokist atau marginal vesikel. Di dalam statokist tersebut ditemukan
cairan dan sebuah kepingan CaCo3 kecil yang dapat pindah dengan
menggelinding yang disebut statolith. Kepingan kapur tersebut
merupakan hasil sekresi dari sel litosit. Alat indra semacam ini berfungsi
sebagai alat keseimbangan dan alat koordinasi bagi sistem kerja
muskular. Alat ini terletak di bagian basal dari kedelapan buah tentakel,
tidak jauh dari pinggiran tubuh yang menghadap ke permukaan oral.
5) Sistem reproduksi dan siklus hidup obelia
Medusa yang dihasilkan oleh polip gonangium dari koloni
hidroid itu ada yang jantan dan ada yang betina. Setelah hidup bebas dan
mandiri di laut, medusa jantan akan menghasilkan spermatozoid
sedangkan medusa betina menghasilkan ovum. Baik spermatozoid
maupun ovum masing-masing akan dikeluarkan ke dalam air laut.
Medusa-medusa yang telah mengeluarkan sperma kemudian akan mati.
Pembuahan ovum oleh sperma terjadi di dalam air laut. Dari hasil
pembuahan akan terjadi zigot. Selanjutnya pada zigot terjadilan proses
pembelahan berulang kali sehingga terjadilah bentuk morula. Dari bentuk
morula akhirnya berubah menjadi blastula.
Dalam proses perkembangannya, blastula akan akan berubah
menjadi larva yang berambut getar yang disebut planula. Dengan
rambutnya maka planula akan berenang-renang untuk mendapatkan
tempat yang sesuai bagi perkembangan hidup selanjutnya. Setelah
menemukan lingkungan yang sesuai planula akan melekatkan diri pada
suatu obyek dengan perantaraan blastopornya. Planula yang telah
melekatkan diri pada suatu obyek tersebut secara berangsur angsur akan
tumbuh menjadi koloni hydroid muda. Dari tubuh koloni hydroid tumbuh
polip-polip hydranth maupun polip gonangium. Polip gonangium akan
membentuk medusa-medusa secara vegetatif.
Siklus hidup obelia mengalami peristiwa metagenesis atau
pergiliran keturunan antara reproduksi secara vegetatif (pada fase polip)
dengan reproduksi secara generatif (pada fase medusa). Disamping itu
obelia menunjukkan gejala polimorfisme, yaitu pada tubuh koloni

18
hydroidnya ditemukan bentuk atau tipe polip yang berbeda dengan fungsi
yang berbeda pula.

Gambar 6.1 Siklus Hidup Obelia

Sumber : Integrated Principles of Zoology 14th, Hickman,dkk.

2. Kelas Scypozoa
a. Aurelia aurita (ubur-ubur)
1) Makanan dan pencernaan
Saluran pencernaan pada ubur-ubur berupa gastrovaskular.
Dari tengah-tengah permukaan tubuh sebelah bawah muncullah semacam
kerongkongan pendek menggantung kebaah yang disebut manubrium. Di
ujung distal manubrium tersebut terdapat lubang mulut yang berisi empat,
setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang
menelungkup panjang yang disebut lengan-lengan mulut. Ke-empat
lengan mulut tersebut dibagian basisnya menyatu sedemikian rupa
sehingga mengelilingi rongga atau lubang mulut. Rongga mulut ini
selanjutnya akan bersambungan dengan saluran manubrium dan
bermuara ke dalam rongga perut yang terbagi atas sebuah rongga sentral
dan empat buah kantong gastrik. Masing-masing kantong gastriknya

19
dilengkapi dengan tentakel internal endodermal lengkap dengan
nematokisnya, yang dapat digunakan untuk menghancurkan mangsa yang
baru saja ditelannya. Dari kantong gastrik akan menjulur saluran yang
disebut saluran radial. Saluran tersebut selanjutnya akan menerobos
lapisan mesoglea untuk berhubungan dengan saluran cincin yang ada di
bagian tepi tubuh ubur-ubur.
Ubur-ubur ini makanannya berupa hewan-hewan kecil yang
merupakan anggota zooplankton, misalnya udang-udang kecil, cacing,
larva-larva insekta maupun telur-telur hewan lain yang bergerombol
bersama sama onggokan plankton sebagai hewan yang hidupnya
terapung-apung diperairan.

Gambar 6.2 Daur Hidup Ubur-ubur

Sumber : Integrated Principles of Zoology 14th, Hickman,dkk.

2) Respirasi dan Ekskresi


Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi
masuk ke dalam lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur.
Sebaliknya gas-gas CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan
dikeluarkan dari tubuhnya akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi.
Demikian halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa zat-zat
nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung
oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
3) Sistem susunan syaraf
Susunan syaraf ubur-ubur teridiri atas; jaringan syaraf utama,
jaringan syaraf difus delapan ganglia rhopalial.
20
a) Jaringan syaraf utama
Susunan syaraf ini berkorelasi dengan sistem muskular yang
berada di bagian sisi itu. Susunan syaraf utama ini berfungsi sebagai
pengkoordinir aktifitas otot selama ubur-ubur melakukan pergerakan.
Susunan syaraf jaringan utama ini meliputi sel-sel syaraf bipolar dan
serabut-serabut syaraf.
b) Susunan syaraf difus
Susunan syaraf difus meliputi badab-badan sel syaraf yang
kecil-kecil. Adapun susunan syaraf ini memiliki fungsi yang
berhubungan dengan respon lokal, misalnya urusan penangkapan
mangsa, pengempisan badan payung dan lain lain. Susunan syaraf
difus juga berhubungan dengan ganglion rhopalial
c) Ganglion rhopalial
Ganglion ini merupakan kumpulan dari neuron. Kedelapan
buah ganglion masing-masing terletak dekat dengan bagian basal dari
alat indra marginal yang disebut tentakulokist atau rhopalia.4
4) Alat Indra
a) Tentakulokist
Alat ini berfungsi sebagai indra keseimbangan, mengontrol
gerak mengembang kempisnya badan payung pada waktu berenang.
Dengan alat ini ubur-ubur dapat menafigasi arah geraknya. Setiap
tentakulokist terdiri dari suatu kantong yang disebut stakolist yang
didalamnya dilengkapi dengan bentuk pentung dengan ujungnya
berbutir kapur fosfat atau sulfat yang disebut statolith.

b) Oselli
Oselli merupakan badan berpigment yang sensitif terhadap
rangsangan cahaya, atau berfungsu untuk membedakan gelap dan
terang. Alat ini terdiri dari dua macam bentuk, yaitu bentuk seperti
bintik dan bentuk seperti mangkuk.
c) Celah Olfaktorius
Organ ini merupakan indra pembau yang berfungsi untuk
mengenali zat makanan yang bakal masuk ke dalam mulutnya.
Dengan demikian ubur-ubur dapat menentukan partikel mana yang
perlu diteruskan kedalam mulutnya dan partikel mana yang harus
ditolak
5) Siklus Hidup
4
Yusuf Kastawi, Zoologi Avertebrata, (Malang : UM-Press, 2005), hlm. 84
21
Ubur-ubur bersifat dioecious atau berkelamin terpisah. Artinya
ada ubur-ubur jantan dan ada yang betina. Spermatozoid dari ubur-ubur
yang jantan setelah dipancarkan masuk kedalam air lalu berenang
mencari tubuh ubur-ubur betina. Bila temu lalu masuk ke dalam tubuhnya
melalui mulut yang selanjutnya sampai ke dalam enteron.
Setelah tiba di dalam enteron ubur-ubur betina. Maka
spermatozoid tersebut membuahi sel telur yang dihasilkan oleh ovarium :
Zigot yang merupakan hasil peleburan antara spermatozoid dan sel telur
selanjutnya akan dikeluarkan dari dalam tubuh yang betina melalui
mulutnya. Setelah keluar dari mulut, zigot tersebut akan didukung oleh
tangan-tangan mulut dan ditempat tersebut akan berkembang menjadi
larva yang berambut getar atau disebut planula. Selanjutnya palnula itu
akan mengikatkan diri pada suatu substrat yang berada di dasar laut. Di
tempat tersebut planula melepaskan rambut getarnya dan tumbuh menjadi
polip baru yang disebut skifistoma. Skifistoma berbentuk seperti
terompet, dengan bagian tubuh sebagai berikut; cakram, basal, batang
tubuh, mulut, dan tentakel. Bila skifistoma tersebut sudah mencapai
ukuran penuh. Skifistoma berubah menjadi strobila, sedangkan bentuk
cakram sebagai hasil pembelahan secara transversal akan menjadi ubur-
ubur muda dan dinamakan efira.

Selanjutnya efira yang telah tua, yaitu yang terletak di bagian


ujung strobila akan melepaskan diri dan berenang-renang bebas untuk
hidup secara mandiri dan menjadi ubur-ubur atau medusa muda.
Selanjutnya bila telah tiba saatnya merekan akan menjadi dewasa.
b. Contoh Scypozoa lain
1) Lucernaria
Keistimewaan dari lucernaria ini adalah medusanya lebih
berbentuk polip dibandingkan ubur-ubur. Sebab permukaan atas badan
payungnya dapat dijulurkan atau ditarik keluar sedemikian rupa
sehingga berbentuk sebagai suatu tangkai silindris. Dengan tangkai
tersebut hewan tersebut meletakkan diri pada suatu subtract lebih kuat
dan menjadi bersifat sesil.
2) Pelagia
Medusa pelagia berbentuk seperti paying terjun dan badan
paying-nya berlobi-lobi sekitar 15 lobus. Tentakel-tentakel marginalnya
panjang-panjang yang diselang-selingi oleh tentakulokist.

22
Keistimewaan dari anggota Scyphozoa yang satu ini adalah planulanya
secara langsung bermertamofosis menjadi efira atau medusa muda
3) Rhizostoma
Medua rhizostoma berbentuk seperti jamur merang dan badan
payungnya tidak dilengkapi oleh tentakel-tentakel marginal. Lengan-
lengan mulutnya berjumlah 8 buah dan bercabang-cabang sedemikian
rupa hingga menyerupai rhizoid (akar) pada jamur merang.
Keistimewaan anggota Scyphozoa ini adalah bahwa mulutnya diganti
oleh corong-corong penghisap kecil-kecil yang menempel pada tangan-
tangannya.
3. Kelas Anthozoa
a. Anemon Laut
1) Bentuk bagian-bagian tubuh
Tubuh metridium berbentuk silindris dengan bagian oral
melebar seperti corong yang dihiasi dengan rangkaian tentakel tentakel
yang membentuk seperti mahkota bunga. Panjang tubuhnya sekitar 5-7
cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1m. Tubuhnya radial
simetris dengan warna yang bervariasi, tetapi biasanya warnanya
kecoklat-coklatan atai kekuning-kuningan.
Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu; bagian
diskus pedal atau bagian kaki, bagian kolumma atau skapus atau bagian
batang tubuh, dan bagian diskus oral atau kapitulus. Antara bagian diskus
pedal dengan bagian skapus dihubungkan dengan limbus, sedangkan
antara bagian skapus dengan bagian diskus oral dihubungkan dengan
kollar atau parapet
2) Makanan dan pencernaan
Metridium bersifat karnivora, makanannya berupa hean
invertebrata kecil-kecil atau ikan ikan kecil. Makanan atau mangsanya
terlebih dahulu dilupuhkan dengan racun yang dihasilkan oleh
nematokist, baru kemudian ditarik di dalam kedalam mulutnya dengan
pertolongan tentakel-tentakelnya. Selanjutnya makanan ditelan melalui
stomodeum, dan akhirnya sampai di dalam rongga gastrovaskularnya. Di
dalam rongga coelenteron makanan tersebut dicernakan oleh enzim yang
terkandung di dalam getah pencernaan.
Selanjutnya sari-sari makanan akan diserap oleh dinding
gastrodermis, sedangkan bagian atau partikel yang tak tercernakan akan
dimuntahkan kembali melalui mulutnya. Proses pencernaan makanan
berlangsung baik secara ekstraselular maupun secara intraseluler. Getah
23
pencerna dihasilkan oleh sel-sel kelenjar yang ditemukan dibagian
filamen-digestif, maupun di dalam akonsia. Getah pencerna yang
mengandung enzim proteolitik sanggup mencernakan zat makanan yang
berupa protein dan juga zat lemak maupun karbohidrat.
3) Respirasi dan ekskresi
Dalam hal pernafasan baik pemasukan oksigen yang terlarut di
dalam air laut, maupun pengeluarkan gas karbondioksida berlangsung
secara difusi osmosis langsung melalui semua permukaan tubuhnya. Yang
dimaksud permukaan tubuh ini adalah baik permukaan epidermis maupun
permukaan gastrodermis yang menghadap kearah liang atau rongga
gastrovaskular. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam saluran
gastrovaskular disebabkan oleh gerak sapu dari rambut rambut getar yang
berjajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskular.
Gerak rambut getar yang ada pada dinding gastrovaskular menimbulkan
aliran masuk sedangkan gerak rambut-rambut getar yang ada pada
dinding stomodeum akan menimbulkan aliran air ke luar. Kedua
mekanisme ini sangat membantu dalam hal pertukaran gas maupun sisa-
sisa metabolisme lainnya.
4) Sistem reproduksi
Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan
pembentukan kuncup maupun secara fragmentasi. Cara fragmnetasi
dilakukan dengan memutuskan tubuhnya di bagian diskus pedal. Bagian
yang membawa diskus pedal akan membentuk diskus oral baru,
sedangkan yang membawa diskus oral akan membentuk bagian diskus
pedal baru. Tetapi fragmentasi tersebut bisa terjadi secara biner.
Perkembangbiakan secara aseksual membentuk kuncup yaitu mula mula
dibagian kolumna atau skapus timbul semacam tonjolan yang makin
berkembang sehingga akhirnya terbentuklah metridium baru. Metridium
anakan tersebut kelak bila sudah tiba saatnya akan melepaskan diri dari
tubuh induknya dan hidup secara mandiri.
Pada perkembangbiakan seksual metridium, ada jenis yang
bersifat hemaprodit ada yang berkelamin terpisah. Pada jenis yang
hermaprodit, perkembangan antara sel telur dengan spermatozoid tidak
bersamaan masaknya. Dengan demikian perkawinan sel telur dengan
spermatozoid terjadi secara perkawinan silang. Baik ovum atau
spermatozoid yang telah masak akan dikeluarkan melalui mulutnya dan

24
perkawinannya berlangsung di alam bebas. Dari hasil perkawinan antara
sel telur dan spermatozoid akan terbentuklah zigot. Dari hasil
pembelahan zigot tersebut akan terbentuklah ceolablastula tersebut
selanjutnya dengan proses gastrulasi akhirnya membentuk larva yang
berambut getar atau planula. Dengan rambut getarnya, planula akan akan
berenang-renang secara bebas untuk mencari lingkungan hidup baru. Bila
sudah menemukan tempat yang sesuai, misalnya ada subtrat untuk
melekat dan lingkungan yang cukup makanan, maka planula akan
melekatkan diri pada suatu obyek dan tumbuh menjadi polip metridium
baru.

5) Sistem muskular
Susunan muskular ini ditemukan baik di bagian epidermis
maupun gastrodermis. Muskular yang ditemukan dibagian epidermis
adalah hanya terbatas pada serabut-serabut memanjang atau longitudinal
dan serabut radial. Serabut longitudinal dijumpai pada bagian tentakel
sedangkan serabut radial ditemukan di bagian diskus oral.
Muskural dijumpai pada lapisan gastrodermis terdiri dari
serabut-serabut sirkular. Serabut-serabut sirkular ini dijumpai pada bagian
tentakel, diskus oral, skapus, dan diskus pedal. Di bagian dinding kollar,
serabut sirkular ini menebal dan membentuk apa yang disebut sphincter,
dan berfungsi untuk menutup rongga coelenteron yang ada di bagian
skapus bila anemon sedang memendekkan tubuhnya.
Selain itu, juga ditemukan lagi susunan muskular lain yaitu
otot retraktor. Otot ini adalah otot longitudinal yang membujur dan
menempel pada salah satu permukaan mesenteris pada bagian tepi sisi
dalam. Otot retraktor ini bila berkerut akan menyebabkan memendeknya
mesenteris, tentakel maupun diskus oral. Selanjutnya ditemukan
muskular lain yaitu otot basilar, otot ini bila berkerut akan mendekatkan
bagian skapus dengan bagian diskus pedal.
6) Sistem syaraf
Susunan syaraf pada anemon laut sangat sederhana, dan pada
dasarnya serupa dengan susunan syaraf pada coelenterata lainnya.
Susunan syarafnya bersistem difus dan belum tampak adanya susunan
syaraf pusat. Sistem syaraf tersebut terdiri atas pleksus gastrodermal,
yang masing-masing tersusun atas serabut syaraf dan ganglion yang
besar. Pleksus tersebut makin intensif terutama di bagian tentakel, diskus
25
oral maupun stomodeum. Tentang alat indra pada anemon laut ini belum
ditemukan yang spesifik.
b. Hewan Karang
Anggota anthozoa dari kelompok ini sebetulnya tubuhnya hampir
menyerupai anemon laut, perbedaannya terletak pada kerangka tubuhnya.
Kerangka tubuhnya disebut kerangka luar atau eksoskeleton terbuat dari
bahan kapur (CaCo3) Zat kapur tersebut disekresikan oleh lapisan epidermis.
Kerangka itu mula-mula dibentuk pada pangkal tubuh polipnya, yaitu bagian
yang melekat pada substrat yang ditumpangi. Bila hewannya telah mati kelak
hanya tinggal kerangkanya. Kerangka tersebut biasanya secara bersama-
sama membentuk apa yang disebut pulau karang atau gosong atau terumbu
(reef)
Pada umumnya koral batu hidupnya secara berkoloni, berkembangbiak
secara aseksual, yaitu dengan membentuk kuncup. Masing-masing kuncup
tersebut nantinya tumbuh menjadi hewan baru, yang masing-masing juga
mensekresikan zat kapur sebagai kerangka tubuhnya, sehingga nantinya
koloni tersebut kerangkanya juga bercabang sesuai dengan jumlah
kuncupnya, sehingga makin menyemarakkan percabangan dari koloninya.
Tentang warna koloni hewan karang sangat beraneka ragam, ada yang
merah, biru, kuning atau putih. Kerangka dari jenis koral ini biasanya dipakai
untuk pajangan pada waktu membuat aquarium.
Untuk hidupnya, hewan karang memerlukan persyaratan lingkungan
yang memadai; 1) temperatur air lautnya sekitar 20° C, 2) kedalaman laut
sampai 35 m, 3) kawasan laut sampai 28° lintang utara maupun selatan,
4)perairan laut yang banyak mengandung oksigen, 5) fluktuasi temperatur
tidak melebihi 6°C, 6) perairan laut yang jernih dan bersalinitas tertentu.
Seperti yang telah disebutkan di depan bahwa yang bertanggung jawab
dalam pembentukan terumbu karang adalah hewan karang yang kerangka
tubuhnya terbuat dari kapur, terutama dari anggota yang termasuk dalam
ordo Madreporaria. Terumbu karang ada bermacam-macam tipe, yaitu : 1)
Fringing reef atau terumbu karang tepi, 2) Barrier reef atau terumbu karang
penghalang, 3) sirkular reef atau terumbu karang atol.

26
G. Peranan hewan Coelenterata

Coelenterata mempunyai peran yang cukup banyak, baik didalam ekosistem laut
dan juga manusia. Adapun beberapa peranan yang dimiliki oleh coelenterata yaitu :

1. Sebagai hiasan laut


2. Tempat perkembangbiakan biota laut yang sangat penting bagi pengembangan
objek wisata bahari
3. Dapat digunakan sebagai hiasan yang berupa cindera mata, pembuatan taman,
atau mengambil batu karang sebagai bahan bangunan
4. Ubur-ubur serimg dimanfaatkan oleh orang jepang sebagai salah satu bahan
kosmetik
5. Beberapa jenis ubur-ubur dapat juga digunakan sebagai bahan makanan dan
diperdagangkan sebagai ubur-ubur asin (Aurelia aurita)
6. Pembentuk rangka dari zat tanduk yang sering dikenal sebagai akar bahar
(Euiplexaura antipathies) yang kerangka dapat digunakan sebagai gelang.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Coelenterata adalah hewan yang ususnya berongga, tetapi cukup disebut hewan
berongga. Istilah tersebut juga mengindikasikan bahwa hewan Coelenterata tidak
memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa rongga sentral yang
disebut coelenteron. Rongga tersebut berfungsi sebagai rongga pencernaan dan
bsekaligus berfungsi sebagai pengedar sari makanan.
2. Bentuk tubuh coelenterata memiliki dua tipe dasar, yakni sebagai polip yang sesil
atau menempel dan sebagai medusa yang dapat berenang bebas
3. Ada banyak jenis hewan yang termasuk dalam golongan Coelenterta. Secara
garis besar dikelompokkan dalam tiga kelas, walaupun ada juga yang
membaginya menjadi 4 dan 5 kelas. Kelas Hydrozoa, Kelas Scyphozoa dan kelas
Anthozoa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Hickman, dkk. 2008. Integrated Principles of Zoology. New York : McGraw-Hill

Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang : UM Press

Yanuhar, Uun. 2018. Avertebrata. Malang : UB Press

29

Anda mungkin juga menyukai