Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Avertebrata merupakan golongan hewan yang termasuk ke dalam kelompok
yang tidak mempunyai tulang belakang atau penyokong tubuh. Hewan ini memiliki
pola organisasi tubuh yang sederhana dibandingkan dengan kelompok avertebrata.
Annelida sering juga disebut Annulata adalah salah satu jenis cacing yang
bersegmen. Jika dilihat dari namanya Annelida yang berasal dari bahasa latin (annulus
yang berarti cincin). Tubuhnya yang bersegmen menyerupai cincin itu sehingga
banyak yang menyebutnya cacing gelang. Annelida merupakan salah satu filum
invertebrata yang memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan
filum-filum invertebrata lainnya. Tubuhnya berongga (celomata) dan tripoblastik.
Filum Annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti cacing tanah.
Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan fungsi
yang berbeda dalam ruas badan (segementasi) yang berbeda. Annelida memiliki
coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks.
Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut, airtawar dan daratan. Filum Annelida terbagi
menjadi tiga kelas yakni kelas Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
Berdasarkan pemamaran diatas,makalah ini akan menyajikan pembahasan
tentang ciri umum, anatomi, fisiologi, habitat, klasifikasi, dan peranan Annelida
dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanaciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Annelida?
2. Bagaimana anatomi pada filum Annelida?
3. Bagaimana fisiologi yang terjadi pada filum Annelida?
4. Dimana habitat pada filum Annelida?
5. Bagimana klasifikasi pada filum Annelida ?
6. Bagaimana peranan filum Annelida ?

C. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri umum yang dimiliki oleh filum Annelida.
2. Mengatahui anatomi pada filum Annelida.
3. Mengetahui fisiologi yang terjadi pada filum Annelida.
4. Mengetahui habitat pada filum Annelida.
5. Mengetahui klasifikasi pada filum Annelida.
6. Mengetahui peranan filum Annelida.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-Ciri Umum Annelida
Annelida berasal dari bahasa latin (kata annulus yang berarti cincin danoidos
yang berarti bentuk), dari namanya Annelida dapat disebutsebagai cacing yang bentuk
tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Tubuh hewan annelida
bilateral simetris, panjang dan jelas bersegmen-segmen, serta memiliki alat gerak

2
yang berupa rambut kaku (setae) pada tiap segmen. Polychaeta dengan tentakel pada
kepalanya dan setae pada bagain-bagian tubuh yang menonjol ke lateral, ata pada lobi
lateralis yang disebut parapodia. Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak
diatas epitelium yang bersifat glanduler. Dinding tubuh dan saluran pencernaan
dengan lapisan-lapisan otot sirkuler dan longitudinal. Annelida sudah memiliki
rongga tubuh yang disebut coelom dan umumnya terbagi oleh septa. Annelida susah
memiliki saluran pencernaan yang lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu
tubuh.
Sistem kardiovaskuler adalah sistem tertutup, pembuluh darah membujur,
dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada tiap segmen (metamer); plasma darah
mengandung hemoglobin. Respirasi dengan kulit, atau dengan branchia. Organ
ekskresi terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segmen. Sistem nervosum terdiri
atas sepasang ganglia cerebrales pada ujung dorsal otak, yang berhubungan dengan
berkas saraf medio ventral yang memanjang sepanjang tubuh, dengan ganglia pada
tiap segmen. Annelida juga memiliki sel-sel tangoreceptor dan photo receptor.
Kebanyakan bersifat hermaphrodit dan perkembangan secara langsung atau bersifat
gonochoritis dan perkembangan melalui stadium larva. Reproduksi dengan
membentuk tunas terjadi pada beberapa spesies. Salah satu contoh Annelida adalah
Lumbricus terrestris (cacing tanah). Banyak tipe cacing tanah, tetapi Lumbricus
terrestrismerupakan salah satu contoh spesies yang baik atau representatif bagi filum
Annelida. 1

B. Anatomi pada filum Annelida

1
Yusuf kastawi, Zoologi Avertebrata,cet 1(Malang : UM PRESS,2005) hlm.155-156

3
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris adalah panjang silindris, dengan kurang
lebih 2/3 bagian posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral. Tubuh
bersegmen-segmen dan jelas ada annuli external bersesuaian dengan seluruh tubuh.
Warna tubuh permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijauan dan dari luar
aorta dorsalis kelihatan jelas, sedangkan permukaan bawah (facies ventralis) lebih
pucat, umumnya merah jambu dan kadang-kadang putih. Mulut terdapat diujung
anterior pada bagian yang disebut prostomium, yang bukanmerupakan segmen yang
sebenarnya Pada bagian ventral mulut dibatasi oleh peristomium, yang merupakan
segmen pertama. Anus terletak pada ujung segmen yang terakhir. Pada segmen ke 32-
37, terdapat penebalan kulit clitellum. Clutellum ini nampak jelas lada bagian dorsal
dan lateral, dimana disini tidak terdapat annuli. Pada tiap segmen terdapat 4 pasang
setae, kecuali segmen pertama dan terakhir; 2 pasang di lateral dan 2 pasang lainnya
di ventro lateral. Setae berguna sebagai alat gerak bagi cacing tanah, yang digerakkan
oleh musvulus retractor.
Pada permukaan tubuh cacing tanah, terdapat lubang-lubang muara keluar dari
berbagai alat atau organ didalam tubuh. Lubang-lubang tersebut ialah :
1. Mulut, berbentuk bulan sabit, terletak di medio ventral segmen pertama.
2. Anus, terletak pada segmen terakhir.
3. Lubang muara keluar ductus spermaticus, atau vas deferens, terletak pada
segmen ke 15.
4. Lubang muara keluar oviduct, terletak pada segmen ke 14.
5. Lubang muara keluar receptaculum seminalis (tempat penyimpanan sperma)
berupa 2 pasang pori yang terletak diantara segmen ke 9 dan ke 10, dan
diantara segmen ke 10 dan ke 11. Pori ini tidak mudah terlihat.

4
6. Pori dorsales merupakan lubang muara coelom. Pori ini terlatak di medio-dorsal
pada tepi anterior pada tiap segmen, segmen ke 8 dan ke 9, sampai ujung
posterior tubuh.
7. Sepasang nephridiopor merupakan lubang muara keluar dari saluran ekskresi
dan terletak pada tiap segmen, kecuali segmen terakhir dan 3 segmen pertama.
Jika tubuh cacing tanah dipotong membujur melalui dinding tubuh bagian
dorsal, akan nampak bahwa diantara saluran pencernaan dan dinding tubuh terdapat
rongga tubuh atau coelom. Coelom ini terbagi menjadi bagian-bagian kecil oleh septa.
Bagian-bagian kecil ini disebut segmen, tetapi diantara segmen 1 dan 2 tidak terdapat
segtum, sedangkan diantara segmen 3 dan 4 septumnya tidak lengkap, demikian juga
septum diantara segmen 17 dan 18. Dinding coelom dibatasi suatu epitelium, yang
disebut peritoneum. Suatu cairan yang tidak berwarna mengisi coelom ini dan
mengalir dari satu segmen ke segmen lainnya. Saluran pencernaan lurus dan
menembus septa. Disebelah dorsal saluran pencernaan terdapat aorta dorsalis,
sedangkan disebelah ventralnya terdapat aorta ventralis.2

C. Fisiologi yang terjadi pada filum Annelida3


1. Sistem Gerak
Dinding tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu: stratum circular,
adalah lapisan otot sebelah luar dan stratum longitudinal, lapisan otot sebelah
dalam. Jika musculi ini berkontraksi akan menimbulkan gerakan gelombang dari
cacing tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding intestin juga mempunyai lapisan
otot, yaitu stratum longitdinal. Jika otot kontraksi, akan menimbulkan gerak
peristaltik yang dapat mendorong makanan dalam saluran pencernaan dan
mendorong keluar sisa-sisa pencernaan. Ada juga musculi di dalam dinding-
dinding pembuluh darah, di dalam pipa-pipa musculer pada nephirida dan bagian
dibagian luar berkas saraf. Pada pharynx juga ada musculi, yaitu musculi yang
melekatkan pada pharinx pada dinding tubuh.
Setae digerakkan oleh 2 berkas otot yaitu musculus protaktor yang
mendorong setae keluar dan musculus retaktor, yang menarik kembali setae masuk
kembali pada rongganya. Kedua musculi ini melekat pada ujung-ujung dalam
setae. Jadi cacing tanah bergerak dengna setae dan kontraksi otot-otot dinding
tubuh.
2
Ibid hlm 156-157

3
Ibid hlm.157-162
5
2. Sistem respirasi
Cacing tanah bernafas dengan kulitnya, kulitnya bersufat lembab, tipis,
anyak mengandung kapiler darah.
3. Sistem perncernaan makanan
Saluran pencernaan makanan (saluran pencernaan) cacing tanah sudah
lengkap dan sudah terpisah dari sistem cardiovascular. Saluran pencernaan ini
terdiri atas: mulut, pharinx, esophagus, proventriculus, ventriculus, instetin, dan
anus.
Mulut cacing tanah terletak didalam rongga oris atau rongga buccale.
Pharynx terdapat didalam segmen ke-4 dan ke-5, bersifat musculer dan berguna
untuk mengisap partikel-partikel makanan. Esophagus terletak diujung pharynx
memanjang dari segmen ke-6 sampai segmen ke-14. Proventiculus merupakan
bagian ujung esophagus yang membesar, dan dibagian ini makanan disimpan,
dinding proventiculus tipis. Ventriculus merupakan lanjutan ke arah belakang dari
proventiculus, terletak di dalam segmen ke-17 dan ke-18, bersifat musculer dan
berguna untuk mencernakan makanan. Intestin adalah merupakan lanjutan ke
ujung dari ventriculus. Dinding intestin bagian dorsal melekuk kedalam lumen
intestin dan bagian ujung lekukan ini membesar, sehingga terjadilah bangunan
sebagai kantong. Bangunan ini disebut typhlosole. Typhlosole ini berguna untuk
memperluas permukaan intestin, sehingga dapat mengabsorbsi sari-sari makanan
lebih banyak.
Makanan cacing tanah terdiri atas sisa-sisa hewan dan tanaman cacing-
cacing tanah itu mencari makanannya di luar liang, pada saat malam hari.
Makanan diambil melalui mulutnya. Makanan didalam esophagus tercampur
dengan cairan hasil sekresi kelenjar kapur (calciferous glands) yang terdapat pada
dinding esophagus itu. Cairan ini bersifat alkalis, tetapi fungsinya yang tepat
belum diketahui. Mungkin cairan ini menetralkan makanan-makanan yang bersifat
asam. Dari esophagus, makanan terus masuk kedalam proventiculus yang
merupakan tempat penyimpanan makanan yang bersifat sementara.
Selanjutnya, makanan masuk kedalam ventriculus. Disini makanan
dicernakan menjadi partikel-partikel halus. Dari ventriculus, kemudian partikel-
partikel makanan ini masuk kedalam intestin. Didalam intestin, partikel-partikel
makanan akan dicernakan lebih lanjut, sehingga menjadi subtansi-subtansi yang
lebih kecil, yang dapat diabsorbsi oleh dinding intestin tersebut. Dinding intestin
mengandung kelenjar-kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim. Karena
pengarung enzim-enzim ini, partikel-partikel makanan tadi dicernakan menjadi

6
monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan asam amino yang siap untuk
diabsorbsi.
Senyawa-senyawa monosakarida, asam lemak dan gliserol, dan asam
amino diabsorbsi oleh dinding intestindan selanjutnya bersama-sama dengan
sirkulasi darah diangkut ke seluruh bagian-bagian tubuh. Pada saat cacing tanah
mengambil makanan melalui mulutnya, ikut juga termakan sejumlah partikel-
partikel tanah. Kemudian sisa-sisa makanan beserta partikel-partikel tadi
dikeluarkan melalui anus dan diletakkan diatas permukaan tanah didekat lubang
dari liang tempat cacing itu berada. Sisa-sisa ini berbentuk kelompok-kelompok
kecil dari partikel-partikel tanah.

4. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi (peredaran darah/ cardiovaskular) cacing tanah adalah
sistem peredaran tertutup. Pembahasan sistem cardiovascular meliputi: (a) benda
yang diedarkan, yaitu darah, (b)saluran yang dilalui darah ialah pembuluh-
pembuluh darah, (c) peredaran darah, (d) fungsi darah, (e) lympha.
Darah terdiri atas bagian cair disebut plasma, dan sel-sel darah atau
korpuskula. Korpuskula terdapat didalam plasma darah. Eritrosit mengandung
hemoglobin (haima= darah, globus=butir) yang mempunyai kemampuan mengikat
oksigen. Pembuluh-pembuluh darah terdiri atas: aorta dorsalis, aorta ventralis.
Aorta dornalis terletak di sebelah dorsal saluran pencernaan dan mudah
terlihat dari luar pada cacing yang hidup sebab kulit tubuh cacing sedikit
transparan. Didaerah esophagus 5 pasang cabang-cabang aorta dorsalis membesar
dan berfungsi sama dengan cor (jantung) pada hewan-hewan tinggi. Jantung
cacing ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan dengn aorta ventralis,
yang terletak disebelah ventral saluran pencernaan dan disebelah dorsal truncus
nervosus. Disamping kedua aorta tersebut masih ada 3 pembuluh darah, ialah 2
pembuluh yang masing-masing terletak di lateral truncus nervosus dan 1
pembuluh disebelah ventral truncus itu. Kelima pembuluh darah tersebut dengan
banyak cabang-cabang dan beberapa rongga lympha membentuk sistem
cardiovascular cacing tanah.
Darah dalam aorta dornalis terdorong ke anterior oleh kontraks dinding
aorta itu. Didalam aorta itu terdapat valvula yang berfungsi untuk mencegah
mengalirnya kembali darah itu dari ujung anterior. Dari aorta dorsalis darah
mengalir ke dalam cor(jantung), kemudia ke aorta ventralis. Didalam jantung juga
terdpat valvula, sehingga darah hanya mengalir ke satu arah saja. Dari aorta

7
ventralis, darah mengalir menuju ke dinding tubuh dan nephridia. Karena cacing
tanah mempergunakan kulitnya sebagai alat respirasi maka CO2 diikeluarkan dan
O2 diambil oleh darah yang mengalir dalam kapiler-kapiler dalam kulit. Darah
dari dinding tubuh atau kulit, melalui pembuluh-pembuluh darah parietalis masuk
kedalam aorta dorsalis.
Darah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sari-sari makanan, sisa-sisa
metabolisme, dan subtansi-subtansi lain. Pada saat darah mengalir menuju kulit,
hemoglobin mengikat CO2. CO2 keluar melalui kulit sedangkan O2 dari udara
masuk kedalam tubuh cacing tanah melalui kulit dan bersenyawa dengan
hemoglobin, membentuk oxyhemoglobin. Dalam proses respirasi , jaringan-
jaringan memerlukan adanya O2. Darah mengalir dari dinding tubuh ke kapiler-
kapiler dalam jaringan-jaringan pertukaran zat-zat diantara darah dan jaringan
terjadi didalam rongga-rongga lympha yang sangat kecil. Darah mengangkut
subtansi-subtansi lain, seperti: sekresi kelenjar-kelenjar.
Plasma darah dan beberapacorpuscula membentuk lympha, yang keluar
dari aliran darah melalui kapiler-kapiler menuju ke jaringan-jaringan. Lympha
mengangkut O2 darah ke jaringan-jaringan dan mengangkut CO2 dan sisa-sisa
metabolisme masuk kedalam peredaran darah melalui kapiler-kapiler darah.
5. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi/ excretorium cacing tanah berupa nephridia (nephridios=
ginjal). Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen
yang pertama dan segmen yang terakhir tidak ada.
Tiap nepridium terdiri atas: (a) suatu bangunan berbentuk corong dan
bersilia yang disebut: nephrostoma, (b) saluran atau pipa yang berkeloik-kelok.
Jika silia itu bergetar, mereka menimbulkan aliran cairan tubuh, yang mengandung
sisa-sisa metabolisme dari coelom masuk ke dalam saluran ekskresi. Kemudian
cairan ini keluar dari tubuh cacing melalui nephridioporus, yaitu sebuah lubang
kecil yang merupakan muara keluar dari saluran ekskresi dan terletak pada
permukaan ventral tubuh cacing. Diantara nephrostoma dan saluran eksresi
terdapat sekat yang disebut septum intersegmentale.
6. Sistem Saraf
Sistem saraf (sistem nervosum) cacing tanah, terletak disebelah dorsal
pharinx didalam segemen yang ke 3 dan terdiri atas: (a) ganglion cerebrale, yang
tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan comissura, (b) berkas saraf ventralis
dengan cabang-cabangnya. Ganglion cerebrale terletak di sebelah dorsal pharynx,
didalam segmen ke tiga.

8
Dari detiap kelompok sel-sel tersebut terdapat: (a) saraf-saraf yang
menginervasi daerah mulut dan berpangkal pada ujung anterior tiap kelompok sel-
sel tersebut, (b) cabang saraf yang menuju ke ventral dan melingkari pharynx.
Saraf ini disebut comissura circum pharyngeale, yang berhubungan dengan berkas
saraf ventralis.
7. Organ Sensoris
Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat
sel-sel saraf tertentu, yang peka terhadap sinar.
8. Sistem Reproduksi
Cacing tanah bersifat hemafrodit. Sepasang ovarium menghasilkan ova,
dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam
segmen ke-13 dan infudibulumnya bersilia. Oviduc tadi melalui septum yang
terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan dalam ke-14 membesar membentuk
kantong telur. Testes: ductus spermaticus atau vasa deferentia masing-masing ada
2 pasang, sedang vesicula seminalisnya ada 3 pasang. Tetes terletak didalam suatu
rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicula seminalis. Ductus
spermaticus mulai dari testes bagian ujung, dan melanjutkan dirinke posterior
sampai segmen ke15, dan pada segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.
Spermatozoa yang telah meninggalkan testes, akan masuk kedalam
vesicula seminalis dan selanjutnya tersimpan didalamnya. Walaupun cacing tanah
bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Diantara segmen-segmen 9
dan 10, 10 dan 11, terdapat receptaculum seminalis, yang merupakan tempat
penampung spermatozoa dari cacing lain.

a) Cara Kopulasi
Dua ekor cacing tanah saling berdekatan. Kemudian saling
merapatkan diri pada bagian ventral segmen-segmen ke-9 sampai ke-11.
Dalam keadaan ini cacing membentuk pipa lendir dan tiap-tiap cacing itu
mengeluarkan spermatozoanya dari vesicula seminalisnya. Spermatozoa dari
cacing pertama melalui pipa lendir tadi masuk kedalam receptaculum
seminalis cacing kedua, dan begitu juga sebaliknya.
Kemudian masing-masing cacing tadi saling memisahkan diri dengan
tetap membawa bagian pipa lendirnya. Didalam pipa lendir ini, cacing
mengeluarkan suatu subtansi, yang kemudian membentuk cocon atau
kantong. Cocon ini kemudian tergelincir diatas segmen ke 14 dan menerima
ova. Selanjutnya diatas segmen 9-11 menerima spermatozoa. Akhirnya cocon
tergelincir diatas kepala cacing dan mengeras. Didalam cocon

9
ini,spermatozoz membuahi ova. Ova yang telah dibuahi ini, lama kelamaan
akan mengalami perkembangan lebih lanjut, sehingga nanti jika sudah
menetas akan keluarlah cacing-cacing muda.
b) Regenerasi
Kebanyakan avertebrata mempunyai kenampuan regenerasi dan
begitu pula cacing tanah dari genus Lumbricus dan pheretima. Kemampuan
regenerasi ini tergantung pada bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila
seekor cacing tanah dipotong menjadi 2 bagian, maka pada potongan bagian
anterior akan segera terbentuk ekor baru, sedangkan pada potongan bagian
posterior akan terbentuk kepala baru, tetapi prosesnya lebih lambat. Banyak
segmen-segmen yang terjadi pada regenerasi, umumnya lebih sedikit dari
pada jumlah segmen yanng hilang. Contohnya: bila 18 segmen dari bagian
anterior dipisahkan, ternyata hanya segmen-segmen ke-1 sampai ke-5 saja
yang mengalami regenerasi.

D. Habitat pada filum Annelida


Sebagian besar annelida hidup bebas. Jenis lainnya hidup sebagai parasit yang
menempel sementara pada tubuh vertebrata, termasuk manusia. Annelida umumnya
hidup di dasar laut dan perairan tawar. Beberapa jenis lainnya hidup ditanah dan
tempat-tempat lembab. Annelida hidup diperairan dan tanah didalam liang yang
dibuatnya4.
Cacing tanah hidup dalam liang tanah yang lembab, subur, dan suhunya tidak
rendah. Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu saja. Pada
siang hari, mereka tidak pernah keluar ke permukaan taah, kecuali jika pada saat
hujan, yag cukup menggenangi liang itu. Mereka akan keluar pada pagi hari sesudah
hujan. Dalam keadan normal mereka akan pergi ke permukaan tanah pada malam
hari. Dalam keadaan yang sangat dingin atau sangat kering mereka masuk kedalam
liang, seringkali sampai sedalam 8 kaki atau kurang lebih 240 cm, dan dalam keadaan
ini ditegmukan beberapa cacing meligkar bersama-sama, dengan diatasnya terdapat
lapisan tanah yang bercampur dengan lendirnya
E. Klasifikasi pada filum Annelida
Secara Umum, Filum Annelida dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu Polychaeta,
Oligochaeta, dan Hirudinea.
1. Polychaeta

4
Ibid hlm.163
10
a. Morfologi
Polychaeta atau umumnya dikenal cacing laut. PolyChaeta merupakan
kata yang berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yaitu Poli yang
berarti banyak, dan Chaeta berarti rambut. Sehingga PolyChaeta adalah kelas
dengan rambut paling banyak di filum Annelida. PolyChaeta memiliki bagian
tubuh yang terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus. PolyChaeta mempunyai
tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging yang bentuknya mirip dayung,
hal ini disebut Parapodia (tunggal =parapodium) pada setiap segmen
tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung
pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk
bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang
tersusun dari kitin.
Menurut Faulad (1977) kelas Polychaeta ini dibagi menjadi 17 bangsa
(ordo), 81 suku (familia) dan 1540 marga (genus). Nama lain Polychaeta
adalah Lug worm (cacing bor), Clam worm (cacing kerang), Bristle worm
(cacing rambut/bulu) dan Sea mouse (tikus laut). Cacing laut mempunyai
ukuran tubuh mikroskopik, pada umumnya berkisar antara 2 - 3 mm dan dapat
mencapai beberapa centimeter. Tetapi ada yang mempunyai ukuran tubuh
beberapa meter, salah satu contoh dari spesies Eunice aphroditois yang hidup di
pasir perairan dangkal mencapai panjang tubuh sekitar 2 meter (AZIZ 1980).
Bagian tubuh cacing laut ini dibagi menjadi tiga bagian (Gambar 1).

11
Gambar 2. Potongan melintang
segmen tubuh Polychaeta
(FAUHALD 1977).
Keterangan :
A. Rongga tubuh
B. Ventral nerve
1. Setae
2. Notopodium
3. Neuropodium
4. Parapodium

Gambar 1. Morfologi Polychaeta


(FAUHALD 1977)
Keterangan :
A. Presegmental
B. Segmental
C. Postsegmental
1. Palp
2. Antenna
3. Prostomium
4. Peristomial cirrus
5. Peristomium
6. Segmen
7. Setiger
8. Parapodium
9. Septa
10. Pygidium
11. Anus
12. Anal cirrus

12
Pada bagian presegmental terdapat prostomium yang biasanya dilengkapi
dengan sepasang palpi dan sepasang antena, kedua organ ini berfungsi sebagai
alat peraba (sensory organ). Pada prostomium dari kebanyakan cacing laut
biasanya mempunyai beberapa buah bintik mata. Kemudian terdapat segmental
pada deretan segmen tubuh. Deretan segmen tubuh bagian depan disebut dada
(thorax) dan deretan segmen tubuh bagian belakang disebut perut (abdomen).
Pada setiap segmen tubuh terdapat dua pasang podia (kaki), sepasang podia pada
sisi atas segmen tubuh (dorsolateral) disebut notopodia, sedang podia pada sisi
bawah (ventrolateral) disebut neuropodia. (Gambar 2). Segmen paling akhir dari
cacing laut ini biasa disebut postsegmental, dimana terdapat pygidium, anus dan
sepasang anal cirri.
PolyChaeta mempunyai tubuh bersegmen dengan struktur mirip daging
yang bentuknya mirip dayung, hal ini disebut Parapodia (tunggal =
parapodium) Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung
pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk
bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang
tersusun dari kitin.. Berfungsi sebagai alat gerak. Sebagian besar dari
Polychaeta, memiliki Parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat
pembuluh darah halus.5
Contoh-contoh : Neanthes, Chartopterus, Arenicola, Spirorbis, Serpula,
Nereis.
b. Habitat Polychaeta
Cacing laut ini dapat hidup di berbagai macam habitat seperti pada dasar
berlumpur, berpasir dan berbatu. Makanan cacing laut adalah kelompok udang-
udangan rendah, diatomae, cacing lain yang lebih kecil dan sisa-sisa zat organik
(detritus). Menurut TIMOTHY et al (1983) ada beberapa spesies Polychaeta
yang terdapat di dalam plankton atau sebagai plankton, yang paling dikenal di
antaranya adalah genus Tomopteris. Pada daerah tropik, Polychaeta pelagis pada
umumnya menggerombol sebagai karnivor dan biasanya memangsa zooplankton
renik termasuk larva herring. Cacing ini mempunyai tubuh yang lunak dan hidup
bebas sebagai fauna dasar (benthic fauna) pada berbagai habitat di dasar laut.
Cacing laut dapat hidup pada perairan dangkal sampai kedalaman ribuan meter.

5
Eddy Yusron, Beberapa catatan mengenai cacing lau (Polychaeta)t, vol.X No. 4 (Oseana: Oseanografi,
1985) hlm 122-123
13
Cacing laut ini dijumpai di daerah tropis, subtropis ataupun di daerah empat
musim.
Berdasarkan hidupnya, polychaeta dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu
Errantia (berkeliaran bebas) dan Sedentaria (menetap). Yang termasuk Errantia
adalah jenis pelagis yang hidupnya merayap pada celah batu dan karang,
membuat lubang atau lorong di dalam pasir dan lumpur serta ada yang
membentuk selubung. Sedangkan yang termasuk sedentaria merupakan jenis
cacing yang hidupnya tinggal didalam selubung permanen, tidak pernah
meninggalkan liang dan hanya kepalanya saja yang keluar masuk untuk mencari
makan (Anonim,201 la).
c. Reproduksi
Polychaeta memiliki kelamin terpisah
1) Perkembangbiakannya dilakukan secara seksual.

Pada saat musim kawin, cacing betina akan melepaskan sel telur ke air laut dan diikuti
cacing jantan melepaskan sperma. Fertilisasi terjadi di air laut dan berbentuk larva trachopor
yang kemudian berkembang menjadi cacing dewasa. Trachopor adalah larva yang berenang
bebas dan merupakan plankton. Selanjutnya, larva cacing yang memiliki bulu getar ini akan
mengalami metamorfosis menjadi hewan bentuk dewasa (Yusron, 1985). Adapun siklus
hidup dari polychaeta yang terjadi secara seksual via fertilisasi eksternal adalah sebagai
berikut :
Ovum & sperma dilepas diair → Zigot → trokofor →juvenil
2) Perkembangbiakannya dilakukan secara Aseksual

14
Reproduksi aseksual pada beberapa jenis dilakukan dengan jalan budding (pertunasan ) atau
pembelahan, tubuh melakukan epitoksi (pembentukan individu reproduktif) dan hewan
menjadi tampak 2 bagian yang akhirnya akan membentuk individu baru.
Ada dua sifat reproduksi yang dimiliki oleh polychaeta yaitu sifat monotelik dan
politelik. Monotelik yaitu cacing yang melakukan reproduksinya hanya sekali dalam hidup
dan akan segera mati setelah memijah. Contoh cacing yang bersifat monotelik adalah Nereis
sp. (Ariawan, dkk., 2004). Sedangkan politelik adalah cacing yang dapat melakukan
reproduksi lebih dari sekali sepanjang hidupnya dan tidak akan segera mati setelah memijah
(Hariyadi, Nurbiakto, Bhagawi, dan Sireger, 2002).
d. Pernapasan dan peredaran darah
Pada beberapa polychaeta, parapodia dan insang berperan dalam pertukaran gas.
Respirasi gas pada kebanyakan annelid adalah dengan difusi melewati dinding tubuh dan
parapodia meningkatkan luas permukaan untuk meningkatkan pertukaran gas ini. Organ insang
sangat berkaitan erat dengan adanya parapodia atau merupakan modifikasi dari organ parapodia,
misalnya yaitu cirrus dorsal.

15
Polychaeta mempunyai sistem peredaran darah tertutup dengan sepasang pembuluh
darah utama yakni pada saluran pencernaan yang sejajar dengan pembuluh darah dorsal dan
pembuluh darah ventral. Pembuluh berkontraksi akan mendorong darah dari belakang kedepan
ke ventral aorta selanjutnya meninggalkan ventral aorta menuju pencernaan dan mendorong dari
depan menuju ke belakang. Dalam perjalanan darah dari pembuluh ventral ke dorsal, dalam tiap 2
atau 3 segmen maka darah dialirkan menuju kapiler yang mengalir ke usus dan dinding tubuh.
Oksigen dibawa melalui kombinasi dengan molekul yang disebut pigmen respiratori yang larut
dalam plasma. Pigmen darah bisa tidak berwarna, berwarna hijau atau merah tergantung pada
pigmen respiratorinya.6
2. Oligochaeta
a. Deskripsi
Oligochaeta adalah meliputi cacing tanah dan beberapa spesies yang
hidup dalam air tawar. Oligochaeta tubuhnya juga jelas bersegmen-segmen,
jumlah setae sedikit (Oligos = sedikit,chetae = rambut kaku atau setae). Tubuh
cacing ini umumnya berbentuk panjang silindris, dengan panjang 18cm dan
diameter tubuhnya ± 0,935cm. setae tidak terdapat pada parapodia, prostomium
jelas ada tetapi umumnya tanpa extremitas, selalu bersifat hermaphrodit, testis
dan ovarium terdapat pada segmen –segmen anterior, dan testis selalu terletak di
sebelah anterior ovarium, ductus genitalis bermuara ke dalam suatu rongga yang
disebut spermatheca, reproduksi dilakukan dengan fertilisasi silang, ova terdapat
di dalam cocon, pertumbuhan atau perkembangan secara langsung tanpa melalui
stadium larva. Kelas Olighocaheta meliputi 2 Ordo yaitu
1) Ordo Torriselae

6
Uun yanuhar, Avertebrata, cet.I (Malang :UB press, 2018)hlm. 127
16
Yaitu Oligochaeta yang bersifat terrestrial, yaitu hidup di dalam tanah.
Contoh : Lumbricus, Allolophobora, Eutyphocus.
2) Ordo Limicolae
Yaitu Oligochaeta yang bersifat aquatic. Contoh : Tubifex, Stylaria,
Aelosoma7
b. Morfologi cacing tanah
Cacing tanah merupakan kelompok hewan filum Annelida kelas
Oligochaeta, dengan ciri tubuh memiliki cincin annulus (Edwards and Lofty,
1977). Oligochaeta memiliki karakter dengan sedikit seta, prostomium yang
terletak di bagian ujung anterior dan memiliki clitellum (di belakang
prostomium). Clitelum merupakan daerah penebalan segmen yang muncul pada
bagian tertentu saat cacing mencapai tahap dewasa (Stephenson,1930).
Cacing tanah mempunyai bagian luar yang bersegmen yang berhubungan
dengan bagian dalam yang juga bersegmen.Mereka tidak berkerangka dan
mempunyai kutikula berpigmen yang tipis bersama setae di atas semua segmen
kecuali pada dua segmen yang pertama. Mereka hermaprodit dengan relatif
sedikit gonads yang terletak pada posisi segmen tertentu. Bila dewasa, bagian
dari epidermis tertentu membengkak yang tempatnya tertentu disebut klitelum
(clitellum) mengeluarkan kokon (cocoon) dimana telur atau ova disimpan. Bila
kawin, terdapat perkembangan di dalam telur tanpa adanya tahap larva bebas,
cacing yang baru menetas langsung menyerupai dewasa (Anas, 1990).
Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat
sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar. Cacing tanah bersifat
hermaphrodit. Pada Lumbricus terrestis sepasang ovarium menghasilkan ova,
dan terletak di dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam
segmen ke-13 dan infun dibulumnya bersilia. Oviduct tadi melalui septum yang
terletak di antara segmen ke-13 dan ke-14, dan di dalam segmen ke-14
membesar membentuk kantong telur. Testes: ductus spermaticus atau vasa
deferentia masing-masing ada 2 pasang, sedang vesicular seminalisnya ada 3
pasang. Testes terletak di dalam suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-
dinding vesicular seminalis (Kastawi, 2005).
Menurut Hanafiah (2005), setae adalah struktur fungsional sebagai
pemegang subtract dan peranti bergerak termasuk dalam berkopulasi, berbentuk
serupa bulu yang timbul di dalam kantong rambut pada bagian luar kulit yang
7
Yusuf kastawi, Zoologi Avertebrata,cet 1(Malang : UM PRESS,2005) hlm.165
17
diapat dimelarkerutkan melalui otot protactor-retractor. Kedua otot ini tumbuh
dari lapisan sirkuler, melewati otot longitudinal di dasar lubang rambut.Setae
mempunyai bentuk yang bervariasi tergantung spesiesnya, ada yang berbentuk
batang, jamur, atau serupa rambut.
Warna cacing tanah tergantung pada jenis pigmen yang dimilikinya.Sel
atau butiran pigmen ini berada didalam lapisan otot dibawah kulitnya.Sebagian
warna juga disebabkan oleh adanya cairan kulomik kuning. Warna pada
bagiandada dan perut umumnya lebih muda dari pada bagian lainnya kecuali
pada Megascolidae yang berpigmen gelap, berwarna sama. Cacing tanah tanpa
atau berpigmen sedikit, jika kulit transparan biasanya terlihat berwarna merah
atau pink. Apabila kutikulanya sangat irridescent, seperti pada Lumbricus dan
Dendrobaena maka akan terlihat biru (Hanafiah, 2005). Menurut Anas (1990),
Warna cacing tanah yang berpigmen bila disimpan dalam formalin bersifat agak
stabil, tetapi warna merah dan pink dari cacing tanah yang tidak berpigmen
biasanya memudar.

Gambar Morfologi cacing tanah (Jhamyanti,2013)


Menurut Anas (1990), mulut terbuka pada segmen yang pertama disebut
peristomium, yang ada permukaan dorsal prostomium, cuping yang tergantung
pada mulut prostomium bervariasi pada ukurannya, dan pada beberapa cacing
dapat pula demikian kecilnya sehingga tidak dapat dibedakan. Cara peristomium
dan prostomium disatukan berbeda antara spesies yang satu dengan yang lain
dan kriteria ini merupakan karakter yang digunakan dalam sistematik taksonomi
Hubungan ini dapat berupa zygolobus, prolobus, epilobus atau tanylobus,
tergantung dari batas prostomium.

18
Gambar Berbagai bentuk Prostomium (Chepalsation) (a) Zyigolobus (b)
Prolobus (c) Prolobus dan (d) Epilobus (e) Tanylobus.(Anas, 1990).
Menurut Anas (1990), pada Lumbricidae, lubang jantan terletak pada
punggung samping disegmen ke-13. Setiap lubang terletak pada lekukan yang
pada beberapa spesies dibatasi oleh bibir yang menonjol atau papillae grandular,
sering berkembang ke atas segmen yang di sampingnya. Pada famili yang lain,
umpamanya pada Megascolicidae, sering berasosiasi dengan dua pasang lubang
prostatik. Lubang-lubang ini merupakan bagian tambahan dari alat reproduksi
yang dikenal dengan nama prostates yang umumnya tidak ada pada
Lumbricidae. Lubang betina umumnya sepasang, terletak didalam lekukan antar
segmen atau pada segmen, letaknya sering digunakan sebagai penciri famili
tertentu. Pada Enchytraeidae, ada pada lekuk 12/13, sedangkan pada
Lumbricidae, Megascolecidae dan Glossoscolecidae ada pada segmen ke-14.
Menurut Kastawi (2005), kemampuan regenerasi cacing tanah tergantung
pada bagian tubuh cacing yang dipotong. Bila seekor cacing tanah dipotong
menjadi 2 bagian, maka pada potongan bagian anterior akan segera terbentuk
ekor baru, sedangkan pada potongan bagian posterior akan terbentuk kepala
baru, tetapi prosesnya lebih lambat. Banyak segmen-segmen yang terjadi pada
regenerasi, umumnya lebih sedikit daripada jumlah segmen yang hilang.
Contohnya: bila 18 segmen dari bagian anterior dipisahkan, ternyata hanya
segmen-segmen ke-1 sampai ke-5 saja yang mengalami regenerasi.

c. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan cacing tanah

19
1) Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh terhadap aktifitas pergerakan cacing
tanah karena sebagian tubuhnya terdiri atas air berkisar 75-90% dari berat
tubuhnya. Itulah sebabnya pencegahan kehilangan air merupakan masalah
bagi cacing tanah. Meskipun demikian cacing tanah masih mampu hidup
dalam kondisi kelembaban yang kurang menguntungkan dengan cara
berpindah ketempat yang lebih sesuai atau pun diam. Lubricus terretris
misalnya, dapat hidup walaupun kehilangan 70% dari air tubuhnya.
Kekeringan yang lama dan berkelanjutan dapat menurunkan jumlah cacing
tanah. Cacing tanah menyukai kelembaban sekitar 12,5-17,2 %
(Agustini,2006).
Rukmana (1999) menjelaskan bahwa kelembaban tanah yang terlalu
tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah berwarna pucat
dan kemudian mati. Sebaliknya bila kelembaban tanah terlalu kering, cacing
tanah akan segera masuk kedalam tanah dan berhenti makan serta akhirnya
mati. Kelembaban yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15-50%,
namun kelembaban optimumnya adalah antara 42-60%. Kelembaban tanah
yang terlalu tinggi atau terlalu basah dapat menyebabkan cacing tanah
berwarna pucat dan kemudian mati.
2) Suhu (temperatur) tanah
Kehidupan hewan tanah juga ikut ditentukan oleh suhu tanah. Suhu
yang ekstrim tinggi atau rendah dapat mematikan hewan tanah. Disamping
itu suhu tanah pada umumnya mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan
metabolism hewan tanah. Tiap spesies hewan tanah memiliki kisaran suhu
optimum (Odum,1996).
Suhu tanah pada umumnya dapat memprngaruhi pertumbuhan,
reproduksi dan metabolism. Tiap spesies cacing tanah memiliki kisaran suhu
optimum tertentu, contohnya L. rubellus kisaran suhu optimumnya 15-18˚C,
L. Terrestris ± 10˚C, sedangkan kondisi yang sesuai untuk aktivitas cacing
tanah di permukaan tanah pada waktu malam hari ketika suhu tidak melebihi
10,5˚C (Wallwork,1970).
3) pH tanah
kemasaman tanah sangat mempengaruhi populasi dan aktivitas cacing
tanah sehingga menjadi faktor pembatas penyebaran dan spesiesnya.
20
Umumnya cacing tanah tumbuh baik pada PH sekitar 4,5-6,6 tetapi dengan
bahan organik tanah yang tinggi mampu berkembang pada PH 3 (Fender,
1990).
Cacing tanah sangat sensitiv terhadap keasaman tanah, karena itu PH
merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang dapat
hidup pada tanah tertentu. Dari penelitian yang telah dilakukan secara umum
didapatkan cacing tanah menyukai PH tanah sekitar 5,8-7,2 karena dengan
kondisi ini bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk
mengadakan pembusukan. Penyebaran vertical maupun horizontal cacing
tanah sangat dipengaruhi oleh PH tanah.
4) Kadar organik tanah
Suin (1997) mengatakan bahan organik tanah sangat menentukan
kepadatan organisme tanah. Bahan organik tanah merupakan sisa-sisa
tumbuhan, hewan organisme tanah, baik yang telah terdekomposisi maupun
yang sedang terdekomposisi. Bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan populasi cacing tanah karena bahan organik yang
terdapat ditanah sangat diperlukan umtuk melanjutkan kehidupannya. Bahan
organik juga mempengaruhi sifat fisik-kimia tanah dan bahan organik itu
merupakan sumber pakan untuk menghasilkan energi dan senyawa
pembentukan tubuh cacing tanah.
Berdasarkan klasifikasinya, cacing tanah termasuk ke dalam kelas
Oligochaeta yang terbagi menjadi 12 famili (suku). Beberapa famili yang
terkenal diantaranya Lumbriciadae, Megascolecidae, Acanthrodrilidae, dan
Octochaetidae (Maulida, 2015).8

d. Sistem pernapasan dan peredaran darah


Cacing tanah bernapas menggunakan kulit. Diatas kulis cacing tanah
dilengkapi dengan lapisan tipis yang disebut kutikula. Pembuluh darah yang
terdapat dibawah kutikula berfungsi mengambil oksigen (O₂) langsung dari
udara dan melepaskan CO₂. selanjutnya, darah dipompa oleh lima pasang

8
Dian Agustina,Skripsi, Keanekaragaman Dan Kepadatan Cacing Tanah Di Arboretrum Sumber Brantas
Dan Lahan Pertanian Sawi Kecamatan Bumi Aji Kota Batu, (Malang,2016)hlm.19-23

21
jantung kesaluran darah perut untuk dikirim ke bagian-bagian tubuh. Darah
kembali masuk jantung melalui saluran darah punggung. Dalam proses
peredaran darah terssebut, terjadi pengangkutan zat makanan dan oksigen kesel-
sel tubuh, serta pelepasan CO₂ ke udara.
e. Perkembangbiakan
Cacing tanah bersifat “hermaphrodite biparental”. Artinya, cacing tanah
memiliki dua jenis alat reproduksi sekaligus, yakni jantan dan betina. Namun,
untuk menghasilkan keturunan, mereka harus melakukan perkawinan dengan
cacing dewasa lainnya. Jadi, meski alat kelaminnya dua, cacing tanah tidak
dapat melakukan perkawinan sendiri. Ciri-ciri cacing tanah dewasa dan siap
melakukan perkawinan adalah berumur diatas 2,5 bulan dan sudah terbentuk
kitelum. Proses perkawinan terjadi secara silang (cross fertilization) dengan cara
saling bertukar spermatozoid. Caranya, kedua cacing tanah yang berpasangan
saling melekatkan bagian depannya (anterior) dengan posisi saling berlawanan
yang diperkuat oleh seta. Selanjutnya, kliteum masing-masing cacing tanah
tersebut akan mengeluarkan lender yang berfungsi melindungi sel-sel sperma
yang dikeluarkan oleh lubang alat kelamin jantan masing-masing. Setelah
beberapa jam berkopulasi (kawin) dan masing-masing kantong ovarium yang
berisi sel-sel telur menerima sel-sel sperma, maka masing-masing kantong
ovarium saling berpisah.
Tahap selanjutnya akan terjadi pembentukan koon. Kopulasi dan produksi kokon
biasanya dilakukan pada musim kemarau. Anak cacing tanah menetas dari
kokon setelah 2-3 minggu inkubasi. Dua hingga tiga bulan kemudian, anak
tersebut menjadi dewasa.
d. Habitat alami cacing tanah
Jenis-jenis cacing tanah lokal atau asli biasanya ditemukan hidup di
berbagai jenis tanah, baik tanah bertekstur halus, tanah liat, tanah liat berdebu,
maupun lempung berdebu. Namun, jarang ditemukan di tanah berpasir. Pada
dasarnya, tempat yang tidak terkena matahari langsung. Kelembaban ini penting
untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya.
Sebanyak 85% dari berat tubuh cacing tanah berupa air. Untuk itu,
menjaga media pemeliharaan agar tetap lembap menjadi hal yang mutlak.
Walaupun tubuh cacing mempunyai mekanisme otomatis yang dapat
mempertahankan kelembaban di permukaan tubuh dan mencegah kehilangan air
22
yang berlebihan, ternyata cacing juga bisa mengalami kekeringan. Kekeringan
yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke media yang
lebih cocok.9

3. Kelas Hirudinea (Hirudo = Lintah)


a. Morfologi
Tubuh Hirudinae pada keadaan diam atau istirahat berbentuk langsing
atau oval dan memipih kearah dorsoventral. Pada permukaan tubuhnya terdapat
banyak lekukan-lekukan atau annuli, tidak terdapat satae (kecuali pada
Acanthobdella) atau parapodia pada ujung anterior dan ujung posterior beberapa
segmen mengalami beberapa perubahan bentuk alat penghisap (batil penghisap).
Dengan demikian pada tubuh seekor lintah terdapat dua batil penghisap, yaitu:
satu diujung anterior, terletak disekitar mulut dan satu lagi diujung posterior.
Batil penghisap ini berguna untuk melekatkan diri pada permukaan tubuh hewan
atau manusia, yang akan dihisap darahnya.
Jaringan mesenchim dinding coelom membentuk tonjolan-tonjolan kecil
atau villi kedalam rongganya atau coelomnya. Hirudinae kebanyakan bersifat
hermaphrodit dan padanya terdapat clitellum, dan embrio berkembang didalam
cocon.
Kelas Hirudinae dapat dibagi atas beberapa familia, diantaranya yaitu:
1) Familia Achanthobdellidae
Familia ini merupakan bentuk peralihan diantara Olighochaeta dan
Hirudinea, dan hanya ada satu genus yaitu Achantobdella.
2) Familia Rhyncobdellidae
Rhyncobdellidae hidup diair laut dan didalam air tawar, darah tidak
berwarna, proboscis dapat ditonjolkan, tidak mempunyai rahang.
3) Famillia genathobdellidae
Genathobdellidae ada yang bersifat aquatis yaitu dalam air tawar, dan ada
juga yang bersifat terestial, darah berwarna merah, tanpa proboscis, tetapi
umumnya mempunyai rahang. Contoh : Hirudo medicinalis10
9
Khairuman dan khairul Amri, Mengeruk Untung dari Berternak cacing, Cet1( Jakarta: AgroMedia, 2009)
hal 7-8

10
Ibid hlm.165-166
23
b. Habitat Hirudinea

Anggota kelas ini hidup parasitis atau bahkan sebagai predator. Ditemukan
didalam air tawar atau di darat. Anggota kelas ini tidak mempunyai parapodia
atau setae-setae. Tubuhnya dengan 33 segmen ditambah dengan prostomium.
Mempunyai alat pengisap posterior atau anterior. Bersifat hermafrodit, selom
reduksi oleh karena terbentuknya jaringan ikat yang berlebihan. Contoh pada
kelas ini adalah Hirudo medicinalis (lintah).

c. Sistem Respirrasi dan sirkulasi

Pernapasan berlangsung melalui kulit. Darah yang mengandung


hemoglobin (sebagai larutan) mengalir dalam pembuluh– pembuluh longitudinal
yang berotot disebelah lateral tubuh. Disebelah dorsal dan ventral tubuh juga ada
sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan
pembuluh– pembuluh longitudinal berotot itu dengan rongga – rongga dalam
selom. Selom pada lintah telah tereduksi menjadi kecil. Beberapa ahli menduga
bahwa rongga – rongga kecil dan sinus – sinus itu sebenarnya merupakan bagian
– bagian selom yang tereduksi.

d. Sistem eksresi

Setiap segmen dari segmen ke7-23 berisi nefridia yang berpasangan. Masing –
masing nefridia mempunyai eksplansi berupa vesikula yang berbentuk
gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.

F. Peranan Annelida bagi Kehidupan Manusia.


1. Sebagai penghasil pupuk organik. Pupuk organik dihasilkan dari proses
pengomposan atau perombakan bahan organik oleh pengurai. Cacing tanah
mengurai bahan organik 5 kali lebih cepat. Itulah sebabnya cacing tanah sangat
potensialsebagai penghasil pupuk organik. Bahan organik merupakan sumber
makanan utama bagi cacing tanah. Setelah bahan organik dimakan, maka
dihasilkan pupukorganik. Pupuk organik tersebut lebih dikenal sebagai
eksemecat.11
2. Sebagai pendaur ulang limbah. Cacing tanah dikenal sebagai binatang pengurai
atau perombak bahanorganik.Dari pengolahan limbah dengan memantaatkan
11
Bieng Brata. Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada Tingkat Penyiraman dan
Pengapuran yang Berbeda. (Bengkulu : Universitas Bengkulu.2018). Hlm 1-2
24
cacing tanah dapat diperolehkeuntungan dari segi ekologi yaitu masalah
lingkungan dapat diatasi, sedangkandan segi ekonomis dapat diperoleh
pendapatan dan hasil budidaya tersebut
3. Sebagai bahan baku pakan ternak dan ikan. Ditinjau dari segi kandungan protein
temyata tepung cacing tanah memiliki kandungan proteinmencapai 64-76%.
Cacing tanah jugamengandung asam amino paling lengkap, berlemak rendah,
mudah dicerna, dantidak mengandung racun.
4. Sebagai bahan baku obat dan kosmetik. Cacing tanah merupakan salah satu
sumber obet tradisional. Masyarakat telah menggunakan cacing tanah ini sebagai
obat penyakit tifus dengan pengolahan yang sederhana. Ekstrak cacing tanah
mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen yangmenyebabkan penyakit
tifus dan diare, karena enzim dalam cacing tanah mampu memperbaiki proses
fisiologis tubuh sehingga gangguan penyakit dalam sirkulasi darah menjadi
berkurang.Penyumbatan pembuluh darah oleh lemak tertentu dapat diatasi.
Bahkan enzimtersebut dapat membantu pencernaan makanan sehingga
metabolisme tubuh dapat berjalan dengan lancar. Adapun enzim tersebut adalah
perokcidase, katalase danselulose.
5. Sebagai bahan baku makanan dan minuman. Di Jepang dan beberapa negara
Eropa, cacing dijadikan makanan manusiakarenadipercaya dapat menyegarkan
badan yang di kenal sebagai Vermijuice.
6. Penyubur tanah. Cacing tanah memegang peranan penting bagi agroekosistem,
cacing tersebutmengandungnutrien dan memproses sampah tanaman dan
mengubahnya menjadi permukaan tanah sehingga kayanutrisi.
7. Memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah
8. Meningkatkan daya serap air permukaan
9. Sebagai bioindikator pencemaran air laut berdasarkan komunitas bentos disuatu
perairan. Hal ini dikarenakan sifatnya yang responsive terhadap pengkayaan
bahan organik. 12
10. Sebagai umpan pancing dan pakan alami udang. Cacing laut banyak digunakan
untuk umpan pancing, karena hewan ini merupakan salah satu makanan bagi
beberapa ikan dan udang. Penggunaan pakan alami dapat mengurangi
ketergantungan terhadap pakan buatan, sehingga menekan biaya produksi dan
menjadikan lingkungan budidaya lebih baik karena mengurangi nitrogen dan
fosfor terlarut yang berlebih dari sisa pakan. Selain itu, juga berdampak positif
terhadap sistem reproduksi udang yaitu dengan peningkatan kualitas sperma,

12
Hadiyanto. Nilai Ekonomis Cacing Laut (Annelida : Polycaeta). (Jakarta : Bidang Sumberdaya Laut, Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI. 2013). hlm 1-2
25
pematangan gonad dan peningkatan ovulasi karena mengandung progesterone, 17
ahydroxy progesterone, prostaglandinar achidonic acid, eicosapentaenoic acid,
dan docosahexaenoic acid.13
11. Sebagai agen antibakteri. Cacing laut mampu menghambat pertumbuhan bakteri
padakonsentrasi 100 JlWmJ. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kawsar et al.
(2011)menunjukkan bahwa D-galactose binding lectin (PnL) dari Perinereis
nuntia dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, gram negatif, dan
bersifat anti fungal. Senyawa ini tersusun atas 51 residu asam amino dan bersifat
bidrofobik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
Setio, Eko. Sri, Indah. Aspek Biologi dan Lingkungan Polychaeta Nereis sp. di Kawasan Pertambakan Desa
Jeruk legi Kabupaten Cilacap : Potensinya Sebagai Pakan Alami Udang. (Universitas Jenderal Soedirman.
2018). Hlm 1-2
26
Annelida berasal dari bahasa latin (kata annulus yang berarti cincin danoidos
yang berarti bentuk), dari namanya Annelida dapat disebutsebagai cacing yang bentuk
tubuhnya bergelang-gelang atau disebut juga cacing gelang. Annelida memiliki
panjang silindris, dengan kurang lebih 2/3 bagian posteriornya sedikit memipih ke
arah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen dan jelas ada annuli external bersesuaian
dengan seluruh tubuh. Warna tubuh permukaan atas berwarna merah sampai biru
kehijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas, sedangkan permukaan bawah
(facies ventralis) lebih pucat, umumnya merah jambu dan kadang-kadang putih
Sebagian besar annelida hidup bebas. Jenis lainnya hidup sebagai parasit yang
menempel sementara pada tubuh vertebrata, termasuk manusia. Annelida umumnya
hidup di dasar laut dan perairan tawar. Beberapa jenis lainnya hidup ditanah dan
tempat-tempat lembab.
Annelida terbagi menjadi 3 klasifikasi, yakni kelas Polychaeta, kelas
Oligochaeta, dan kelas Hirudinae
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan lebih mengerti tentang
hewan avertebrata filum Annelida. Namun, dalam makalah ini masih banyak
kekurangan-kekurangan dalam pengerjaannya dan kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini belum sempurna dan untuk menjadi sempurna kami sangat
membutuhkan masukan dari pembaca atau pihak lain untuk memberikan berbagai
masukan dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Agustiana, Dian. 2016 Keanekaragaman Dan Kepadatan Cacing Tanah Di Arboretrum


Sumber Brantas Dan Lahan Pertanian Sawi Kecamatan Bumi Aji Kota
Batu.Malang. Universitas Maulana Malik Ibrahim
Amri, Khairul dan Khairuman. 2009.Mengeruk Untung dari Berternak cacing.Jakarta.
Agro media
Azhari, Nizar. Sulastri, Nofi. 2018. Identifikasi Jenis Annelida pada Habitat Sungai
Jangkok Kota Mataram. Mataram. IKIP Mataram. Vol 6. No 2
27
Brata, Bieng. 2018. Kualitas Eksmecat dari Beberapa Spesies Cacing Tanah pada
Tingkat Penyiraman dan Pengapuran yang Berbeda. Bengkulu. Universitas
Bengkulu. Vol 3. No 1
Hadiyanto. 2013. Nilai Ekonomis Cacing Laut (Annelida : Polycaeta). Jakarta. Bidang
Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI. Vol 37. No 3
Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang. Universitas Negeri Malang
Setio, Eko. Sri, Indah. Dkk. 2018. Aspek Biologi dan Lingkungan Polychaeta Nereis sp.
di Kawasan Pertambakan Desa Jeruk legi Kabupaten Cilacap : Potensinya
Sebagai Pakan Alami Udang. Universitas Jenderal Soedirman. Vol 3. No 1
Yusron, Eddy. 1985. Beberapa catatan mengenai cacing lau (Polychaeta)Oseana vol X
No.4
Yanuhar, Uun.2018. Avertebrata. Cet l Malang:UB press

28

Anda mungkin juga menyukai