KELOMPOK 4
1. Khusna Fatimatul Aziza (12208183136)
2. M. Faris Daffah (12208183187)
3. Sarmin (12208183068)
4. Binti Sayyidatul Mardhiyah (12208183063)
5. Siti Nurul Laili (12208183065)
ENZIM
Pengertian enzim
Enzim merupakan protein yang dihasilkan oleh organisme dan berfungsi sebagai
katalisator hayati yang sangat efisien. Enzim biasanya terdapat dalam sel dengan konsentrasi
yang sangat rendah, dimana mereka dapat meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi
kesetimbangan, artinya baik laju reaksi maju maupun laju reaksi kebalikannya ditingkatkan
dengan kelipatan yang sama Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme
hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam
suatu reaksi kimia. Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh
enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut
menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan
bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan
metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Katalis adalah zat yang menyebabkan reaksi kimiawi dapat berlangsung, dan dalam sel
mungkin berlangsung ratusan reaksi yang masing-masing memerlukan enzim tertentu. Enzim
mengkatalisis suatu sintesis yaitu pembentukan senyawa kompleks dari molekul sederhana, atau
mengkatalisis degradasi yaitu molekul kompleks dirombak menjadi unit yang sederhana dengan
cara hidrolisis.
Ciri-ciri enzim
Sumber enzim
Berbagai enzim yang digunakan secara komersial berasal dari jaringan tumbuhan, hewan,
dan dari mikroorganisme yang terseleksi. Enzim yang secara tradisional diperoleh dari
tumbuhan termasuk protease (papain, fisin, dan bromelain), amilase, lipoksigenase, dan enzim
khusus tertentu. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin pankreas, lipase dan
enzim untuk pembuatan mentega. Dari jaringan hewan, enzim yang terutama adalah tripsin
pankreas, lipase, dan enzim untuk pembuatan mentega. Dari kedua sumber tumbuhan dan
hewan tersebut mungkin timbul banyak persoalan, yakni: untuk enzim yang berasal dari
tumbuhan, persoalan yang timbul antara lain variasi musim, konsentrasi rendah dan biaya proses
yang tinggi. Sedangkan yang diperoleh dari hasil samping industri daging, mungkin persediaan
enzimnya terbatas dan ada persaingan dengan pemanfaatan lain. Sekarang jelas bahwa banyak
dari sumber enzim yang tradisional ini tidak memenuhi syarat untuk mencukupi kebutuhan
enzim masa kini. Oleh karena itu, peningkatan sumber enzim sedang dilakukan yaitu dari
mikroba penghasil enzim yang sudah dikenal atau penghasil enzim-enzim baru lainnya.
Program pemilihan produksi enzim sangat rumit, dan dalam hal tertentu jenis kultivasi
yang digunakan akan menentukan metode seleksi galur. Telah ditunjukkan bahwa galur tertentu
hanya akan menghasilkan konsentrasi enzim yang tinggi pada permukaan atau media padat,
sedangkan galur yang lain memberi respon pada teknik kultivasi terbenam (submerged), jadi
teknik seleksi harus sesuai dengan proses akhir produksi komersial. Beberapa sumber enzim
disajikan dalam tabel berikut:
Enzim Sumber
Jenis-jenis enzim
a. Rennet
Rennet adalah enzim yang digunakan dalam proses pembuatan keju (cheese) yang terbuat
dari bahan dasar susu. Susu adalah cairan yeng tersusun atas protein yang terutama kasein
yang dapat mempertahankan bentuk cairnya. Rennet merupakan kelompok enzim protease
yang ditambahkan pada susu pada saat proses pembuatan keju. Rennet berperan untuk
menghidrolisis kasein terutama kappa kasein yan berfungsi mempertahankan susu dari
pembekuan. Enzim yang paling umum yang diisolasi dari rennet adalah chymosin.
Chymosin dapat diisolasi dari beberapa jenis binatang, mikroba atau sayuran, akan
chymosin yang berasal dari mikroorganisme lokal atau asli yang belum mendapat rekayasa
gebetik kadang aplikasinya dalam pembuatan keju atau cheddar menjadi kurang efektif.
b. Laktase
Laktase adalah enzim likosida hidrolase yang berfungsi untuk memecah laktosa menjadi
gula penyusunnya yaitu glukosa dan galaktosa. Tanpa suplai atau produksi enzim laktase
yang cukup dalam usus halus, akan menyebabkan terjadinya lactose intolerant yang
mengakibatkan rasa tidak nyaman diperut seperti kram, banyak buang gas, atau diare)
dalam saluraqn cerna selama proses pencernaan produk-produk susu. Secara komersial
laktase digunakan untuk menyiapkan produk-produk bebas laktosa seperti susu. Ini juga
dapat digunakan untuk membuat es krim untuk membuat cream dan rasa produk yang lebih
manis. Laktase biasanya diisolasi dari yeast (Kluyveromyces sp.) dan fungi (Aspergillus
sp.).
c. Katalase
Katalase adalah enzim yang dapat diperoleh dari hati sapi (bovine livers) atau sumber
microbial. Dan digunakan untuk mengubah hydrogen peroksida menjadi air dan molekul
oksigen. Enzim ini digunakan secara terbatas pada proses produksi keju.
d. Lipases
Lipase digunakan untuk memecah atau menghidrolisis lemak susu dan memberikan
flavour keju yang khas. Flavour dihasilkan oleh karena adanya asam lemak bebas yang
diproduksi ketika lemak susu dihidrolisis. Selain pada industri engolahan susu juga pada
industri lainnya.
e. Protease
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-
senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam amino).
Contoh protease yang dapat dimanfaatkan adalah bromelin danpapain sebagai bahan
pengempuk daging.
f. Amilase
Amilase merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolis amilum (pati) menjadi
gula-gula sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam
proses pembuatan biskuit, minuman beralkohol, dan pembuatan sirup glukosa.
g. Oksidoreduktase
golongan enzim yang mengkatalisis pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa baik
dehidrogenase maupun oksidase.
h. Transferase
Enzim yang mengkatalisis reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kapada
senyawa lain
i. Hidrolase
Enzim yang berperan sebagai katalis pada reaksi hidrolisis, baik pemecahan ester,
glikosida dan peptide.
j. Liase
Enzim yang mekatalisis dalam reaksi pemisahan gugus dari suatu substrat (bukan cara
hidrolisis) atau sebaliknya.
k. Isomerase
Enzim yang bekerja pada reaksi perubahan intramolekuler.
l. Ligase
Enzim yang mengkatalisis reaksi penggabungan dua molekul
Pada awalnya, penamaan enzim tidak memiliki tata cara tertentu. Enzim diberi nama
sesuai dengan kehendak penemunya, yaitu dengan mempertimbangkan sedikit atau banyak ciri
dari enzim tersebut. Hal ini menyebabkan penamaan enzim dan istilah umum untuk biokatalis
menjadi bermacam-macam. Pasteur menggunakan istilah ferment, sedangkan Kuhne
menggunakan istilah dari bahasa Yunani, yaitu enzim. Tidak adanya pegangan/panduan dasar
penamaan enzim, muncullah nama trivial (nama umum), yang beberapa diantaranya masih
digunakan hingga sekarang. Contoh nama trivial dapat dilihat pada :
Tabel 1. Contoh nama trivial enzim
Permasalah mulai muncul dengan penamaan emulsin. Emulsin pada awalnya dikira
berhubungan dengan enzim memecah lemak dalam suatu emulsi. Padahal yang dimaksud adalah
enzim pemecah ikatan glikosida yang pahit pada senyawa amigdalin yang terdapat pada biji
amandel. Beberapa kesulitan lain mulai muncul dengan semakin banyaknya jenis enzim yang
ditemukan, sementara tidak ada acuan baku penamaannya. Penamaan berdasarkan nama organ
atau organisme penghasilnya, juga menimbulkan keraguan/pemasalahan (Tabel 2).
Tabel 2. Contoh penamaan enzim dan permasalahannya
No Enzim Permasalahan
1. Pankreatin menggantikan Enzim yang terdapat pada pankreas ada 3 jenis,
tripsin: dari organ pankreas masing-masing memecah substrat yang berbeda.
Jadi tidak mungkin semua dinamai pankreatin.
2. Papain: protease dari getah Tidak hanya enzim papain yang terdapat pada
Pepaya pepaya
3. Ricine: dari Ricinus Tidak hanya enzim ricine yang terdapat pada
Ricinus
4. Ficine: dari Ficus Tidak hanya enzim ficine yang terdapat
pada ficus
5. Bromelain: protease dari buah Tidak hanya enzim bromelain yang terdapat pada
nanas. Nanas termasuk nanas, bahkan pada tanaman bromeliaceae
tanaman Bromeliaceae
Pada tahun 1898, Duclaux memberi nama enzim dengn penambahan –ase pada kata dasar
nama enzim, misalnya amilase, lipase, isomerase, dan lain-lain. Penamaan dengan penambahan –
in mulai ditinggalkan, kecuali beberapa yang sudah dikenal seperti tripsin, pepsin, fisin, risin,
papain, dan beberapa enzim pemecah protein berasal dari tanaman.
Penamaan berdasarkan substrat
Penamaan enzim berdasar substrat, yang menjadi akar/dasar kata enzim adalah substrat
dan ditambah akhiran –ase. Seperti enzim urease, lipase, protease, amilase, berturut-turut
mengubah urea, lemak, protein dan amilum. Sistem penamaan ini tidak akan menimbulkan
masalah jika jenis reaksi yang dialami oleh substrat tersebut hanya satu macam. Namun
penamaan sistem ini menimbulkan masalah jika substratnya sama, dikatalisis oleh enzim yang
berbeda dengan reaksi yang berbeda pula Contohnya adalah reaksi oksidasi glukosa oleh dua
enzim yang berbeda (Gambar 1).
Pada reaksi pertama (1a) dikalatalisis oleh enzim yang dihasilkan kapang Aspergilus
niger, sementara pada reaksi kedua (1b) dikatalisis oleh enzim dalam sel darah merah manusia.
Walaupun hasil akhir dari kedua reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama, yaitu
glukonolaktan, namun hasil sampingnya berbeda. Menjadi jelas bahwa 2 jenis enzim yang
berbeda mengkatalisis substrat yang sama, menghasilkan produk langsung yang sama, namun
produk samping yang berbeda, tidak mungkin diberi nama yang sama. Hal inilah yang
menyebabkan sistem penamaan semata-mata berdasarkan substrat tidak dapat dipertahankan.
Pengklasifikasian enzim
Pada saat ini, telah dikenal kurang lebih 2000 jenis enzim. Dengan semakin banyaknya
jenis enzim yang ditemukan, tidak mungkin memberi nama enzim berdasarkan substrat atau jenis
reaksinya. Untuk mengatasi hal tersebut, dikembangkanlah sistem klasifikasi/penggolongan.
Suatu sistem penggolongan yang tepat dan deskriptif haruslah didasarkan pada suatu tata nama
yang tepat pula. Pada uraian sistem penamaan tersebut di atas, terlihat bahwa penamaan yang
kurang tepat akan memberikan hasil yang kurang memuaskan.
Berdasarkan perkembangannya, ada beberapa penggolongan enzim. Padatahun 1933,
Baldwin menggolongkan enzim berdasarkan jenis reaksi kimianya ke dalam 4 kelompok.
Kelompok pertama adalah golongan hidrolase dan enzim yang melakukan hidrasi dan dehidrasi.
Kelompok kedua adalah enzim pemindahan dan isomerisasi. Kelompok ketiga adalah oksidase,
dan kelompok keempat adalah dehidrogenase. Klasifikasi Baldwin belum menghasilkan tata
nama yang deskriptif dan informatif, terlihat bahwa pada kelompok pertama terdapat enzim yang
bukan/tidak melakukan hidrolase.
a. Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan
elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer oksidase
dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa macam enzim electron transfer
oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase,hidroksilase dan dehidrogenase.
b. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya
molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalahenzim asetat=CoASH
ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut: Asetat + CoA-SH + ATP Asetil CoA +
AMP + P-P 3.
c. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan
dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
a) L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan air
dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
b) Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan
gugus karboksil.
d. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim sebagai berikut :
e. Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatumolekul ke molekul yang
lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
a. Enzim konstitutif.
Didalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel normal,
sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel hidup.
Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya, misalnya
enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan dalam proses respirasi jumlahnya
tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b. Enzim adaptif
Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan endoenzim berdasarkan tempat
kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya. Eksoenzim ialah enzim yang aktivitasnya diluar
sel. Endoenzim ialah enzim yang aktivitasnya didalam sel. Selain eksoenzim dan endoenzim,
dikenal juga enzim konstitutif dan enzim induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk
terus-menerus oleh sel tanpa peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif ( enzim
adaptif) ialah enzim yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa tertentu
yang lain. Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada Escherichia coli yang diinduksi
oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat menginduksi enzim
terse but walaupun tidak merupakan substamya, yaitu melibiosa. Tanpa adanya laktosa atau
melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis, tetapi sintesisnya akan dimulai hila
ditambahkan laktosa atau melibiosa.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zatzat yang bereaksi dan
dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan
energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar
enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam
senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat
tetap. Sebagai contoh, enzim a-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati
menjadi glukosa. Ada dua cara kerja enzim, yaitu: model kunci gembok dan induksi pas.
a. Suhu
Enzim terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih tetap
mempuyai sifat protein yang kerjanyas dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat bekerja
optimum pada kisaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 400 C. Pada suhu 00 C, enzim
tidak aktif. Jika suhunya dinaikkan, enzim akan mulai aktif. Jika suhunya dinaikkan lebih
tinggi lagi sampai batas sekitar 40-500 C, enzim akan bekerja lebih aktif lagi. Namun,
pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan terurai atau terdenaturasi seperti halnya
protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak dapat bekerja.
1. Enzim tidak aktif pada suhu kurang daripada 0°C.
2. Kadar tindak balas enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan suhu
10°C.
3. Kadar tindak balas enzim paling optimum pada suhu 37°C. Enzim ternyata
asli pada suhu tinggi yaitu lebih dari 50°C.
Tidak jarang satu jenis enzim terdiri dari beberapa rantai polipeptida yang masing-
masing membentuk gumpalan (dinamakan subunit). Subunit yang satu dengan lainnya berikatan
melalui ikatan non-kovalen. Kemantapan bangun enzim seperti halnya pada protein lainnya
disebabkan oleh ikatan silang jembatan disulfida dan gaya-gaya lain seperti ikatan van der Waals
dan gaya tarik/tolak elektrostatistik. Ikatan atau interaksi di dalam keseluruhan molekul ialah
interaksi elektrostatistik, ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, maupun gaya van der Waals dapat
dipengaruhi oleh lingkungan dan pada keadaan ekstrim bahkan dapat mengubah konformasi
enzim secara keseluruhan, dan menurunkan aktivitasnya. Apabila ikatan itu putus maka aktivitas
enzim menurun bahkan tidak aktif sama sekali. Salah satu contoh adalah enzim ribonuklease,
merupakan protein globular, terdiri dari tiga rantai polipeptida (struktur tersier) yang
dihubungkan melalui ikatan disulfida.
Enzim yang paling kecil memiliki berat molekul 10-15 kDa, yang berukuran sedang
sekitar 100 kDa seperti laktat dehidrogenase. Enzim yang terbesar adalah glutamin sintase yang
tersusun 12 subunit dengan ukuran lebih dari 500 kDa. Meskipun demikian, ada enzim yang
strukturnya bukan protein, yaitu asam ribonukleat (RNA). RNA jelas bukan merupakan protein,
tetapi RNA tertentu akan memperlihatkan aktivitas katalitik yang sangat spesifik bagi substrat
tertentu. RNA yang memenuhi semua kriteria klasik untuk didefinisikan sebagai enzim, disebut
ribozim. Meskipun substrat yang dikatalisis oleh ribozim hanya terbatas pada ikatan fosfodiester
RNA, spesifitas kerjanya sepenuhnya sebanding dengan kerja enzim yang klasik. Ribozim
mengatalisis reaksi trans esterifikasi dan akhirnya reaksi hidrolisis ikatan fosfodiester dalam
molekul RNA, yang diperlancar oleh gugus OH.Berdasarkan uraian di atas, struktur enzim
(kecuali ribozim) memiliki kesamaan dengan struktur protein. Dengan demikian, struktur enzim
dapat dipelajari dengan mempelajari struktur protein. Terdapat 4 macam struktur enzim yaitu
struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener.
Struktur primer
Struktur primer ptotein adalah urutan asam-asam amino yang membentuk rantai
polipeptida. Struktur ini merupakan sekuen/urutan asam amino, yang dihubungkan ikatan
peptida, membentuk rantai polipeptida. Sekuen asam amino menentukan struktur molekul yang
lain. Satu perubahan dalam struktur primer dapat menyebabkan perubahan biologi yang
signifikan dalam struktur maupun fungsinya. Jika terdapat beberapa cistein (sistein) dalam
sekuen asam amino, cistein-cistein (C-C) tersebut sering bereaksi membentuk ikatan disulfida.
Bentukan C-C ini merupakan bagian dari struktur primer.
Struktur sekunder, tersier dan kuarterner sebagian besar protein terbentuk secara spontan
setelah sintesis. Kemungkinan informasi untuk konformasi protein yang aktif secara biologik,
disandikan di dalam urutan asam aminonya. Dalam keadaan fisiologik, pelipatan protein
menguntungkan struktur alamiah (native) protein. Jika protein kehilangan konformasi
alamiahnya disebut denaturasi protein. Denaturasi terjadi jika nilai pH terlalu ekstrim, suhu
ekstrim, atau penambahan pelarut organik seperti detergen dan substansi lainnya. Konformasi
protein distabilkan dengan bantuan interaksi, seperti jembatan hidrogen, jembatan disulfida,
interaksi elektrostatik dan pembentukan kompleks dengan ion logam. Faktor lain yang sangat
penting dalam stabilisasi konformasi protein adalah efek hidrofobik.
Asam amino adalah senyawa yang memiliki 2 gugus fungsi yaitu gugus amino (-NH2)
dan gugus karboksilat (-COOH) yang terikat secara kovalen pada atom karbon. Dua gugus
lainnya pada karbon adalah hidrogen dan gugus R yang merupakan rantai samping asam amino
Meskipun tidak semua enzim merupakan protein, namun sebagian besar enzim adalah
protein yang tersusun atas asam-asam amino. Kemampuan enzim untuk mengkatalisis suatu
reaksi erat hubungannya dengan struktur tersier atau kuartener dari molekul protein
penyusunnya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi struktur protein juga mempengaruhi
aktivitas enzim. Struktur enzim tidak sederhana, dengan beraneka pilinan, lipatan atau
konformasi. Hal ini bukan saja memberikan keunikan enzim, tetapi juga menimbulkan tapak
aktif yang khas. Rantai polipeptida yang melipat-lipat tersebut membentuk sebuah gumpalan
yang dinamakan globula, oleh karena itu enzim termasuk dalam golongan protein globular.
Tidak jarang satu jenis enzim terdiri dari beberapa rantai polipeptida yang masing-masing
membentuk gumpalan (dinamakan subunit). Subunit yang satu dengan lainnya berikatan melalui
ikatan non-kovalen. Kemantapan bangun enzim seperti halnya pada protein lainnya disebabkan
oleh ikatan silang jembatan disulfida dan gaya-gaya lain seperti ikatan van der Waals dan
gaya tarik/tolak elektrostatistik. Ikatan atau interaksi di dalam keseluruhan molekul ialah
interaksi elektrostatistik, ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, maupun gaya van der Waalsdapat
dipengaruhi oleh lingkungan dan pada keadaan ekstrim bahkan dapatmengubah konformasi
enzim secara keseluruhan, dan menurunkan aktivitasnya.Apabila ikatan itu putus maka aktivitas
enzim menurun bahkan tidak aktif sama sekali. Salah satu contoh adalah enzim ribonuklease,
merupakan protein globular,terdiri dari tiga rantai polipeptida (struktur tersier) yang
dihubungkan melalui ikatan disulfida.
Enzim yang paling kecil memiliki berat molekul 10-15 kDa, yang berukuran sedang
sekitar 100 kDa seperti laktat dehidrogenase. Enzim yang terbesar adalah glutamin sintase yang
tersusun 12 subunit dengan ukuran lebih dari 500 kDa. Meskipun demikian, ada enzim yang
strukturnya bukan protein, yaitu asam ribonukleat (RNA). RNA jelas bukan merupakan protein,
tetapi RNA tertentu akan memperlihatkan aktivitas katalitik yang sangat spesifik bagi substrat
tertentu. RNA yang memenuhi semua kriteria klasik untuk didefinisikan sebagai enzim, disebut
ribozim. Meskipun substrat yang dikatalisis oleh ribozim hanya terbatas pada ikatan fosfodiester
RNA, spesifitas kerjanya sepenuhnya sebanding dengan kerja enzim yang klasik. Ribozim
mengatalisis reaksi trans esterifikasi dan akhirnya reaksi hidrolisis ikatan fosfodiester dalam
molekul RNA, yang diperlancar oleh gugus OH. Berdasarkan uraian di atas, struktur enzim
(kecuali ribozim) memiliki kesamaan dengan struktur protein. Dengan demikian, struktur enzim
dapat dipelajari dengan mempelajari struktur protein. Terdapat 4 macam struktur enzim yaitu
struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener.
Struktur primer
Struktur primer ptotein adalah urutan asam-asam amino yang membentukrantai
polipeptida. Struktur ini merupakan sekuen/urutan asam amino, yang dihubungkan ikatan
peptida, membentuk rantai polipeptida. Sekuen asam amino menentukan struktur molekul yang
lain. Satu perubahan dalam struktur primerdapat menyebabkan perubahan biologi yang
signifikan dalam struktur maupun fungsinya. Jika terdapat beberapa cistein (sistein) dalam
sekuen asam amino, cistein-cistein (C-C) tersebut sering bereaksi membentuk ikatan disulfida.
Bentukan C-C ini merupakan bagian dari struktur primer.
Struktur sekunder, tersier dan kuarterner sebagian besar protein terbentuk secara spontan
setelah sintesis. Kemungkinan informasi untuk konformasi protein yang aktif secara biologik,
disandikan di dalam urutan asam aminonya. Dalam keadaan fisiologik, pelipatan protein
menguntungkan struktur alamiah (native)protein. Jika protein kehilangan konformasi alamiahnya
disebut denaturasi protein. Denaturasi terjadi jika nilai pH terlalu ekstrim, suhu ekstrim, atau
penambahan pelarut organik seperti detergen dan substansi lainnya. Konformasi protein
distabilkan dengan bantuan interaksi, seperti jembatan hidrogen, jembatandisulfida, interaksi
elektrostatik dan pembentukan kompleks dengan ion logam. Faktor lain yang sangat penting
dalam stabilisasi konformasi protein adalah efek hidrofobik.
Asam amino adalah senyawa yang memiliki 2 gugus fungsi yaitu gugus amino (-NH2)
dan gugus karboksilat (-COOH) yang terikat secara kovalen padaatom karbon. Dua gugus
lainnya pada karbon adalah hidrogen dan gugus R yang merupakan rantai samping asam amino
(Gambar 2).
Gambar 2. Struktur dasar asam amino
Asam amino dihubungkan dengan asam amino lain melalui ikatan peptida, membentuk
protein. Ikatan peptida dibentuk dari gabungan antara gugus amino dari satu asam amino dengan
gugus karboksil dari asam amino lainnya, melalui ikatan amida (Gambar 3).
DAFTAR PUSTAKA.
Harahap. 2012. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Medan. Universitas Negeri Medan
Mardhiyah, nurul. 2017. Enzim. Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
R.Susati. Fidia Fibriana. 2017. Teknologi enzim. CV Andi Offset:Yogyakarta