Anda di halaman 1dari 7

Secara umum morfologi Tubifex sp.

nya terdiri atas dua lapisan otot yang membujur dan


melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya 10–30 mm dengan warna tubuh kemerahan, saluran
pencernaannya berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Hidup secara berkoloni bagian
ekornya berada dipermukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi langsung
dari udara. Cacing ini tidak mempunyai insang dan bentuk tubuh yang kecil dan tipis. Maka dari
itu, pertukaran oksigen dan karbondioksida sering terjadi pada permukaan tubuhnya yang banyak
mengandung pembuluh darah. Kebanyakan Tubifex membuat tabung pada lumpur di dasar
perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-
balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan cacing
akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh
dari Tubifex dapat membantu fungsi pernafasan. Cacing ini termasuk hewan hermaprodit, yang
perkembangbiakannya melalui telur dengan proses pembuahan secara eksternal. Telur-telur yang
dibuahi oleh pejantan lambat laun akan mengalami pembelahan menjadi dua sebelum akhirnya
menetas. Cacing sutra banyak hidup di perairan tawar yang airnya jernih dan mengalir. Dasar
perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengadung bahan organik, makanan utamannya
adalah bahan-bahan organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan. Perairan yang
banyak dihuni Cacing sutra ini sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai.
Cacing suta Tubifex sp biasanya hidup disaluran air yang jernih dan sedikit mengalir dengan
dasar perairan mengandung banyak bahan organik yang dijadikan bahan makanan. Peranan dari
tubifex sp. ini adalah banyak digunakan sebagai pakan alami yang bermutu tinggi, diantaranya
untuk pakan budidaya pembesaran ikan air tawar, seperti pakan untuk budidaya belut, pakan
alami bagi yang budidaya lele, pakan buat budidaya ikan cupang, pakan budidaya udang
(lobster), pakan alami budidaya gurame, dan pakan-pakan budidaya pemijahan ikan-ikan air
tawar lainnya.

Bentuk tubuhmya panjang, silindris dan pada ±2/3 bagian posteriornya memipih secara
dorsoventral, Tubuh bersegmen-segmen. Secara morfologis, hewan ini berwarna merah sampai
biru kehijauan pada sisi dorsal. Pada sisi ventral berwarna lebih pucat, umumnya merah jambu
atau atau kadang-kadang putih. Mulut terletak pada bagian ujung anterior. Pada segmen 32
sampai 37 terdapat penebalan kulit yang dikenal sebagai klitelium. Clitellum adalah batas bagian
depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk memperbesar
lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur cacing.
Bagian belakang cacing yang dekat dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai
organ pembuangan cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang
membantu pergerakan cacing dalam tanah. Pada setiap segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali
pada segmen pertama dan terakhir. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang
muara yang keluar dari berbagai organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang dari duktus spermatikus,
lubang muara dari oviduk, lubang muara dari reseptakulum seminis, pori dorsales, dan sepasang
nefridiofor pada tiap segmen. Lalu pada anatominya dilihat pada sistem pencernaan yaitu terdiri
atas rongga mulut, faring berotot, esoffagus, tembolok, lambung otot usus dan anus. Sistem
sirkulasi terdiri dari pembuluh darah dorsal yang mengalirkan darah ke arah anterior dan
pembuluh darah median yang tak berkontraksi mengalirkan darah ke arah posterior. Di daerah
esophagus terdapat lima pasang cabang-cabang aorta dorsalis yang membesar yang berfungsi
sebagai cor pada hewan tingkat tinggi. Selain pembuluh darah dorsal dan ventral, juga terdapat 2
pembuluh darah lateral truncus nervosus dan1 pembuluh darah di sebelah ventral dari truncus
nervosus. Sistem eskresi pada cacing tanah berupa nefridium. Pada tiap segmen terdapat
sepasang nefridia, kecuali tiga segmen pertama dan terakhir. Tiap nefridium terdiri atas
nefrostoma dan nefridiosphore. Cacing tanah bernapas dengan kulitnya karena kulit pada hewan
ini tipis, selalu lembab dan banyak mengandung kapiler pembuluh darah. Lumbricus terrestris
bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum dan terletak pada segmen ke-13.
Testis terdapat pada rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicular seminalis.Duktus
spermaticus keluar dari sisi caudal testis dan keluar pada segmen ke- 15. Walaupun cacing tanah
bersifat hermafrodit,namun tidak dapat melakukan perkawinan sendiri karena tidak adanya
saluran yang menghubungkan organ reproduksi jantan dan betina

Bentuk tubuhnya bulat dan memanjang, kepala tidak begitu jelas, mulutnya ada di bagian ujung
anterior dikelilingi oleh sucker anterior sementara anus dikelilingi oleh sucker posterior.
Prostomium dapat digerakan keluar masuk bagian mulut. Jumlah 32 segmen dengan 2-4 anulus.
Merupakan hewan berumah satu, tidak dapat melakukan pembuahan sendiri. Bentuk tubuh
Hirudo sp. ini bersegmen namun tidak memiliki setae dan parapodia. Panjang tubuhnya 9 cm
sedangkan lebarnya 2 cm, dengan warna coklat kehitaman dan bersimetri billateral. Hirudo
medinalis termasuk merupakan lintah air, oleh karenanya kualitas perairan berpengaruh langsung
terhadap organisme yang hidup di dalamnya. Lintah menetap di suatu substrat sehingga
keberadaan ataupun ketidakberadaannya dapat memberikan gambaran kondisi perairan tempat
hidupnya. Lintah merupakan organisme yang masih dapat ditemukan pada lingkungan yang
tercemar, sehingga termasuk ke dalam organisme toleran. Umumnya spesies lintah dapat
ditemukan pada habitat eutrofik, poly-saprobic, dan lingkungan yang mengalami tekanan
menengah maupun tekanan yang tinggi. Sedangkan anatominya dilihat dari sistem pencernaan,
yaitu secara esktraseluler. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung,
rectum, anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Pada faring otot yang dilengkapi rahang bergigi
atau proboscis berotot. Di kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk
seperti setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Lalu, pada sistem reproduksi,
umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet. Namun ada juga yang
bereproduksi secara aseksual yaitu fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual
annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada
individu lain (gonokoris). Peranan dari Hirudo sp. adalah ekstraknya dijadikan medium utama
sebatian kimia dalam perobatan terutamanya pembedahan. Ekstrak ini juga dijadikan campuran
di dalam bahan-bahan kosmetik. Dan mempunyai bahah-bahan enzim tertentu, seperti hirudin,
histamine, pheromone dan nitrat oksida yang masing-masing mempunyai fungsi perobatan yang
tertentu.

Bentuk morfologi dan anatomi pada Nereis sp.sangat beragam. nampak bentuk morfologinya
yaitu prostomium, klitelum, setae, mulut, segmen, dan anus. Bagian-bagian tersebut memiliki
fungsi masing-masing diantaranya mulut berfungsi untuk membantu menangkap mangsa.
Prostomium berfungsi sebagai tempat melekatnya organ tubuh bagian luar. Klitelum merupakan
epidermis yang menebal dan menutupi ruas-ruas reproduktif, terutama bagian dorsal sehingga
bentuknya seperti pelana kuda yang berfungsi sebagai pembungkus telur pada saat terjadi
perkawinan/pembuahan. Anus berfungsi sebagai tempat keluarnya zat sisa atau kotoran-kotoran
yang sudah tidak dibutuhkan lagi di dalam tubuh cacing tersebut. Nereis sp. berukuran 5-10 cm
dengan diameter 2-10 mm. Pada tiap sisi lateral ruas tubuhnya kecuali kepala dan bagian ujung
posterior, terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae yang terdiri atas notopodium
dan neuropodium, masing-masing disangga oleh sebuah batang khitin yang disebut acicula.
Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada neuropodium terdapat cirrus ventral. Bentuk
parapodia dan setae pada setaip jenis tidak sama. Pada prostomium terdapat mata, antena dan
sepasang palp. Reproduksi pada Nereis sp. terjadi baik secara aseksul maupun seksual.
Reproduksi seksual terjadi dengan cara pertunasan dan pembelahan, namun kebanyakan hanya
melakukan reproduksi secara seksual saja dan biasanya pada dioecious. Pada dasarnya hampir
semua menghasilkan gamet, namun pada beberapa jenis hanya beberapa ruas saja. Peranan dari
Nereis sp. umum digunakan sebagai pakan alami pada usaha budidaya udang secara intensif,
karena jenis ini memiliki kandungan nutrisi tinggi bagi pertumbuhan udang windu dan
meningkatkan mutu udang.

Bentuk morfologi dan anatomi Haemadipsa sp. tidak mempunyai parapodia dan setae,
mempunyai alat penghisap (sucker) di bagian anterior maupun posterior. Tubuhnya pipih.
Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan
posterior (lebih besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel
dan bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di luarnya (annuli)
menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitellum dibentuk segmen-segmen 9, 10 atau 11.
yaitu mempunyai rongga tubuh sejati, triplobastik, tubuh pipih panjang, hermafrodit, mempunyai
mulut dan anus, tubuh bilateral simetris, bersegmen (metameri). Jumlah segmen tetap, yaitu 34,
walau lapisan cincin sekunder di luarnya menyamarkan segmentasi primer tersebut. Ukuran
panjang tubuhnya 2-5 cm. Bergerak dengan melekukkan tubuhnya dan berenang dengan cara
menggelombangkan badan. Tidak mempunyai setae (bulu-bulu kaku) dan parapodia, memiliki 2
alat isap yang terdapat di ujung anterior maupun posterior yang berfungsi melekatkan tubuhnya
pada hewan atau manusia yang diisapnya. Pacet bergigi tiga buah (walau kadang-kadang
tereduksi), mulut lebar, hampir menyatu dengan bibir batil isap oral, biasanya bermata 5 pasang.
Punya 3 buah rahang, pharink tidak dapat dijulurkan. Peredaran darahnya tertutup, pernafasan
secara difusi, ekskresi dengan nifridium. Peranan Haemadipsa sp dalam bidang kedokteran
karena menghasilkan zat hirudin (antikoagulan atau anti pembekuan darah) yang berperan untuk
mengisap darah hewan atau manusia untuk penyakit-penyakit tertentu.
Umumnya berwarna coklat abu-abu dengan bentuk seperti daun, pipih, melebar dan lebih
melebar keanterior dan berakhir dengan tonjolan berbentuk conus. Ukuran tubuh cacing dewasa
dapat mencapai panjang 30 mm dan lebarnya 13 mm. Mempunyai batil isap mulut (oral sucker)
dan batil isap perut (ventral sucker) yang besarnya hampir sama. Secara anatomi, Fasciola sp
terdiri dari faring yang letaknya terdapat di bawah oral, cacing jenis ini tidak mempunyai anus
dan alat ekskresinya berupa sel api. adapun terdapat sebuah pharing, namun pharing tersebut
tidak berotot. Tegumen atau lapisan kutikula berfungsi memberi perlindungan terhadap pengaruh
enzim pencernaan. Tegumen padat endoparasit membantu menyerap glukosa dan asam amino.
Selain itu terdapat arterium yang letaknya di bawah penis dan esofangus. Selain itu, terdapat
uterus, vasikula seminalis, ovary serta oviduk pada hewan ini. Fasciola sp. memiliki alat
penghisap oral (sucker oral) dan alat penghisap ventral (sucker ventral). Alat penghisap oral
terletak di ujung anterior dan mengelilingi mulut, sedangkan alat penghisap ventral terletak di
sepertiga anterior permukaan ventral tubuh atau sejajar dengan bahu. Sistem pencernaan
Fasciola sp. terdiri dari mulut, faring, esofagus dan percabangan sekum yang membentang
sampai ujung posterior tubuh. Makanan diperoleh dari sekresi empedu dan menghisap darah
induk semang. Metabolisme cacing dewasa berjalan secara anaerob. Sisa metabolisme
diekskresikan melalui saluran ekskresi berupa gelembung ekskresi, tabung koleksi, sel-sel api
(sel ekskresi) dan lubang ekskresi. Fasciola sp. dilengkapi dengan sistem syaraf yang sederhana.
Sistem syaraf cacing dewasa terdiri atas sistem syaraf pusat, otak, serabut syaraf, dan sistem
syaraf perifer. Otak cacing dewasa dilengkapi dengan ganglia yang terletak di samping faring.
Syaraf yang keluar dari ganglia menginervasi sekitar penghisap oral (sucker oral) dan faring,
sedangkan sistem syaraf perifer mengelilingi esofagus kemudian berjalan bilateral pada setiap
sisi tubuh menginervasi dinding tubuh, jaringan adhesi, faring dan sistem reproduksi.

struktur planaria tubuhnya pipih, memanjang dan lunak, berukuran kira-kira 15mm (5-25mm)
panjang, bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul, dan meruncing kearah belakang,
dan berpigmen yang gelap. Planaria menghindari cahaya yang kuat dan pada siang hari. Planaria
merupakan salah satu cacing pipih yang hidup bebas, kebanyakan hidup di dalam air tawar atau
air laut, atau tempat yang lembab di daratan. Planaria tubuhnya selain pipih juga lonjong, dan
lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 0,5-75mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segi
tiga memiliki dua buah bintik mata Bintik mata Planaria hanya berfungsi untuk membedakan
intensitas cahaya dan belum merupakan alat penglihatan yang dapat menghasilkan bayangan.
Lubang mulut berada di ventral tubuh agak kearah ekor, berhubungan dengan pharink
(proboscis) berbentuk tubuler dengan dinding berotot, dapat ditarik dan dijulurkan untuk
menangkap makanan. Di bagian kepala, yaitu bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan
menyerupai telinga disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat tubuh menyempit,
menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher. Di sepanjang tubuh
bagian ventral diketemukan zona adesif. Zona adesif menghasilkan lendir liat yang berfungsi
untuk melekatkan tubuh planaria ke permukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral
tubuh planaria ditutupi oleh rambut-rambut getar halus, berfungsi dalam pergerakan. Sistem
reproduksi pada kebanyakan cacing pipih sangat berkembang dan kompleks. Reproduksi
aseksual dengan cara memotong tubuh di alami oleh sebagian besar anggota Turbellaria air
tawar. Pada umumnya cacing pipih telurnya tidak mempunyai kuning telur, tetapi di lengkapi
dengan “sel yolk khusus” yang tertutup oleh cangkang telur. Reproduksi pada Planaria dapat di
lakukan dengan vegetatif secara membelah diri dan secara generatif dengan perkawinan. Planaria
ini merupakan hewan hermaprodit (monoceus) tetapi tidak mampu melakukan pembuahan
sendiri. Kedua alat kelamin ini berkembang dari sel-sel formatif pada parenkhim.

berukuran besar berwarna putih kecoklatan atau kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjang
antara 10-31 cm, sedangkan cacing betina panjang badanya antara 22-35 cm. Kutikula yang
halus bergaris-garis tipis menutupi seluruh permukaan badan cacing. Mempunyai mulut dengan
tiga buah bibir, yang terletak sebuah di bagian dorsal dan dua bibir lainnya terletak subventral.
Selain ukurannya lebih kecil dari pada cacing betina, cacing jantan mempunyai ujung posterior
yang runcing, dengan ekor melengkung kearah ventral. Di bagian posterior ini terdapat 2 buah
spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2 mm, sedangkan di bagian ujung posterior cacing
terdapat juga banyak papil-papil yang berukuran kecil. Bentuk tubuh cacing betina membulat
(conical) dengan ukuran badan yang lebih besar dan lebih panjang dari pada cacing jantan dan
bagian ekor yang lurus, tidak melengkung. Sedangkan anatominya mempunyai dua jenis telur,
yaitu telur yang sudah dibuahi (fertilized eggs) dan telur yang belum di buahi (unfertilized eggs).
Fertilized eggs berbentuk lonjong, berukuran 45-70 mikron x 35-50 mikron, mempunyai kulit
telur yang tak berwarna. Kulit telur bagian luar tertutup oleh lapisan albumin yang
permukaannya bergerigi (mamillation), dan berwarna coklat karena menyerap zat empedu.
Sedangkan di bagian dalam kulit telur terdapat selubung vetelin yang tipis, tetapi kuat sehingga
telur cacing Ascaris dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah. Fertilized eggs
mengandung sel telur (ovum) yang tidak bersegmen, sedangkan di kedua kutub telur terdapat
rongga udara yang tampak sebagai daerah yang terang berbentuk bulan sabit. Unfertilized eggs
(telur yang tidak dibuahi) dapat ditemukan jika di dalam usus penderita hanya terdapat cacing
betina saja. Telur yang tak dibuahi ini bentuknya lebih lonjong dan lebih panjang dari ukuran
Fertilized eggs dengan ukuran sekitar 80x55 mikron, telur ini tidak mempunyai rongga udara
dikedua kutupnya. Dalam tinja penderita kadang-kadang ditemukan telur Ascaris yang telah
hilang lapisan albuminnya, sehingga sulit dibedakan dari telur cacing lainnya.

Anda mungkin juga menyukai