Anda di halaman 1dari 87

Kelompok 5:

Aprilio B (04)
Davincent (09)
M Otto (23)
Viky H (33)
PENGERTIAN
“Annelida” ( berasal dari Bahasa Latin, annelus
= cincin kecil dan eidos = bentuk ) adalah cacing
yang memiliki bentuk tubuh bersegmen atau
bentuk tubuh seperti sejumlah cincin kecil yang
diuntai, bersifat triploblastik, dan selomata, yaitu
berongga tubuh sejati dan memiliki rongga
tubuh paling sederhana dibanding
Platyhelminthes dan Nemathelminthes
KLASIFIKASI ILMIAH
Kingdom:Animalia
Superfilum:Lophotrochozoa
Filum:Annelida
Lamarck, 1809
CIRI – CIRI :
 Memiliki tubuh bersegmen (beruas-ruas yang mirip
dengan cincin) dan memiliki otot. 
 Bersifat tripoblastik selomata, simetri bilateral, dan
metameri
 Badan memiliki 3 bagian yang terpisah, sebuah
prosomium, batang dan pygidium.
 Mempunyai sistem pencernaan sempurna (mulut,
kerongkongan, perut otot, tembolok, usus, dan anus). 
 Tubuh dilapisi dengan kutikula tipis dan lembab
Sistem respirasi melalui permukaan kulit dan
berlangsung difusi
Ciri-ciri
Sistemekskresinya berupa nefridia atau
nefrostom 
Bereproduksi secara generatif dengan cara
konjugasi, dan secara vegetatif dengan
fragmentasi/ generasi
Panjang tubuh sekitar 1 mm – 3 m, Cacing tanah
raksasa Megascolides australis memiliki panjang
hingga 3 m
 Annelida memiliki 3 lapisan embrional yaitu ectoderm,
mesoderm dan endoderm dan telah memiliki rongga
tubuh sejati (selomata).
 Merupakan hewan hermafrodit
 Annelida umumnya hidup bebas di tempat yang
lembab atau basah, seperti air payau, air laut, sawah,
rawa, dan tanah yang mengandung sisa bahan organik
( detritus )
 Merupakan karnivor pemakan invertebrata kecil, tetapi
ada juga yang merupakan ektoparasit pada tubuh
vertebrata seperti Hirudo medicinalis dan Haemadipsa
 Pada beberapa jenis, annelida dapat melakukan
autotomi
Ciri-ciri
 Memiliki
sistem peredaran darah tertutup
 Memiliki darah berwarna merah karena
mengandung hemoglobin dan pada beberapa jenis
berwarna kehijauan karena memiliki protein
klorokruorin
STRUKTUR TUBUH :
Struktur Tubuh
Annelida memiliki
metameri (segmen)
disetiap tubuhnya. Pada
setiap sisi lateral tubuh
terdapat parapodia
(pelebaran dinding tubuh
yang pipih) yang
dilengkapi seta (rambut).
 Setiap segmen memiliki
sekat yang disebut
dengan septa.
 Septa terdiri atas 2 lapis
Struktur Tubuh
peritoneum ( lapisan
mesodermal dari dinding
organ tubuh ) yang berasal
dari ruas muka dan
belakang
 Sistem pencernaan,
peredaran darah, saraf dan
ekskresi saling berhubungan
antarsegmen
 Bagian anterior tubuh
disebut prostomium
 Bagian posterior tubuh
disebut pigidium (bukan
ruas)
 Rongga tubuh
annelida berisi cairan
yang membantu
annelida bergerak
Struktur
yang melibatkan Tubuh
kontraksi otot dan
dibantu oleh seta. Otot
annelida terdiri atas
otot melingkar dan
otot memanjang
SISTEM PEREDARAN DARAH
Annelida memiliki
sistem peredaran darah
tertutup, yaitu darah
mengalir didalam
pembuluh darah .
Terdapat 2 pembuluh
darah utama, yaitu
pembuluh darah dorsal
dan pembuluh darah
ventral yang sejajar
dengan saluran
pencernaan
SISTEM PEREDARAN DARAH
Darah cacing sudah
memiliki hemoglobin
Sistem
yang terlarut dalamOrgan
protoplasma sel darah
merahnya. Jantung
cacing merupakan bagian
dari aorta yang
berdinding otot tebal
sehingga dapat
berkontraksi. Jantung
cacing disebut juga
jantung pembuluh atau
lengkung aorta karena
bentuknya yang
melengkung.
SISTEM PEREDARAN
DARAH
Jantung memompakan darah dari bagian dorsal
(punggung) ke pembuluh darah ventral (perut),
lalu ke seluruh tubuh. Pertukaran udara terjadi di
kapiler-kapiler yang tersebar di permukaan kulit di
seluruh tubuh. Dinding kulit cacing lembap dan
tipis sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran udara. Setelah melalui seluruh tubuh,
darah akan kembali ke bagian dorsal tubuh,
menuju jantung untuk kemudian dipompakan lagi
ke seluruh
SISTEM PERNAPASAN
Sistem Pernapasan pada Annelida dapat
berlangsung melalui seluruh permukaan
tubuhnya yaitu kulit, namun ada sumber yang
mengatakan bahwa adapula spesies yang
dapat melalui insang yang merupakan
modifikasi sebagian parapodia atau cirri
( rambut – rambut kasar ) dorsal
Sistem Persarafan, Annelida memiliki sistem
persarafan yang disebut dengan sistem saraf
tangga tali. Merupakan sistem saraf yang
terdiri dari ganglia otak di depan tubuh dekat
dengan faring, dan tali saraf yang menembus
segmen tubuh.
SISTEM SARAF
Annelida memiliki sistem saraf yang disebut
dengan sistem saraf tangga tali. Merupakan
sistem saraf yang terdiri dari ganglia otak di
bagian dorsal depan faring serta sel peraba di
seluruh permukaan tubuh.

Annelida memiliki bintik mata dan alat


keseimbangan statosista
SISTEM EKSKRESI
Annelida memiliki alat ekskresi berupa
metanefridia, yang terdiri atas nefrostom
( corong bersilia ), nefridia ( saluran yang
terbungkus peritoneum ), dan nefridiopor
( lubang ekskresi )
SISTEM REPRODUKSI
Sistem Reproduksi Annelida umumnya berlangsung
secara seksual, Annelida merupakan hermafrodit,
meskipun demikian, reproduksi seceara seksual tetap
membutuhkan dua individu yang akan mengatur
dirinya sedemikian rupa sehingga dapat
mempertukarkan sperma untuk membuahi sel telur
induk pasangannya. Setelah itu hasil reproduksi tadi
akan disimpan dalam suatu organ khusus yang
disebut klitelum. Apabila telah siap, hasil ini akan
lepas dari kepala cacing, tinggal dan berkembang di
dalam tanah. Beberapa Annelida juga dapat
bereproduksi secara aseksual dengan cara
fregmentasi diikuti dengan regenerasi.
SISTEM PENCERNAAN
Annelida memiliki sistem pencernaan
lengkap yang terdiri dari mulut, faring,
esofagus, usus, dan anus.
Klasifikasi Annelida
A. POLYCHAETA

Polychaeta ( Yunani, poly = banyak, chaetae = rambut


Klasifikasi
kaku ). Polychaeta adalah kelas dengan rambut paling
banyak di filum Annelida. Polychaeta memiliki bagian
tubuh yang terdiri dari kepala, mata, dan sensor palpus.
Sedangkan hidup PolyChaeta hidup di air. PolyChaeta
mempunyai tubuh bersegmen dengan struktur mirip
daging yang bentuknya mirip dayung, hal ini disebut
Parapodia (tunggal =parapodium). Berfungsi sebagai alat
gerak. Sebagian besar dari PolyChaeta, memiliki
Parapodia berfungsi sebagai insang karena terdapat
pembuluh darah halus. Di setiap parapodium terdapat
rambut halus yang sifatnya kaku yang biasanya disebut
seta, rambut dilapisi kutikula sehingga licin. Umumnya
ukuran tubuh PolyChaeta adalah 5-10 cm.
Klasifikasi
Kerajaan:Animalia
Filum:Annelida
Kelas:Polychaeta
Grube, 1850
CIRI – CIRI POLYCHAETA
 Berambut banyak
 Hidup di laut dan dapat dibedakan antara
jantan dan betina, beberapa jenis hidup di
air tawar
 Mempunya parapodia (alat gerak)
 Memiliki panjang tubuh sekitar 5-10 cm,
dengan diameter 2-10 mm.
 Tinggal dalam tabung dan ada juga hidup
bebas
 Bagian kepala dapat dibedakan menjadi
prostomium (kepala) dan peristomium
(segmen pertama).
CIRI – CIRI POLYCHAETA
 Ada yang karnivor ( makan invertebrata
kecil ) dan herbivor ( makan ganggang ) dan
pemakan endapan dengan cara menelan
lumpur yang mengandung bahan organik.
Bahan organik dicerna dan partikel mineral
dikeluarkan bersama sisa pencernaan
melalui anus
 Bereproduksi secara seksual dan gonokoris
STRUKTUR & FUNGSI TUBUH
POLYCHAETA
 Pada prostomium terdapat mata, antena, dan
sepasang palpus.
 Peristomium terletak setelah prostomium. Dan
terdapat mulut, alat indera dan sirus ( rambut kasar
sebagai peraba ).
 Pada setiap ruas tubuh terdapat parapodium yang
berfungsi sebagai alat gerak dan alat pernapasan
 Menangkap mangsa dengan menggunakan faring atau
menjulurkan probosis
 Memiliki alat indera berupa mata ( sebagai fotoreseptor
dan menunjukkan gerak fototaksis negatif ) dan
statosista
REPRODUKSI POLYCHAETA
 Bereproduksi dengan gonokoris dan seksual
 Gamet dapat dikeluarkan melalui metanefridia atau
secara dehiscene ( sobekan dinding tubuh ).
 Pembuahan terjadi secara internal didalam tubuh atau
eksternal di air.
 Ada juga yang bereproduksi dengan membentuk
epitoke ( individu reproduktif ).
 Epitoke dapat terbentuk melalui pertunasan atau
transformasi langsung.
 Bentuk epitoke berbeda dengan atoke ( individu non-
reproduktif )
REPRODUKSI POLYCHAETA
 Epitoke akan berenang ke permukaan air menjelang
pagi atau petang hari untuk melepas sperma dan telur,
peristiwa ini disebut swarming.
 Swarming biasanya terjadi pada waktu – waktu tertentu
 Contoh nya pada Eunice viridis dari Kepulauan Samoa,
Maluku dan Nusa Tenggara, terjadi pada bulan
November, seminggu setelah bulan purnama.
 Menjelan fajar, epitoke mengalami dehiscence,
sehingga telur bertebaran di air dan segera dibuahi
sperma
CONTOH POLYCHAETA
 Eunice viridis (Cacing Palolo), sebagai
bahan makanan (mengandung protein
tinggi)
 Lysidice oele (Cacing Wawo), sebagai
bahan makanan (mengandung protein
tinggi)
 Nereis domerlili, Nereis virens,
Neanthes virens (cacing air laut).
 Arenicola sp.
 Sabellaria sp.
 Myzostoma ( parasit pada echino. )
CONTOH POLYCHAETA
Sabellaria adalah genus cacing polychaete laut dalam
keluarga Sabellariidae. Jenis spesies adalah Sabellaria
alveolata (Linnaeus, 1767). Cacing ini menetap dan
membangun tabung untuk hidup dari fragmen pasir
dan kulit. Beberapa spesies disebut cacing sarang
lebah dan ketika mereka muncul dalam jumlah besar
mereka dapat membentuk terumbu di atas batu dan
substrat keras lainnya. Mereka adalah pengumpan
filter, memperluas kipas seperti radio dari ujung tabung
untuk menangkap plankton dan detritus yang
mengambang di masa lalu. Mereka memiliki operculum
khas yang digunakan untuk memblokir pembukaan
tabung ketika radiol ditarik.
KLASIFIKASI ILMIAH
Kingdom:Animalia
Phylum:Annelida
Class:Polychaeta
Subclass:Palpata
Order:Canalipalpata
Suborder:Sabellida
Family:Sabellariidae
Genus:Sabellaria
Savigny, 1853
A. OLIGOCHAETA
Oligochaeta ( Yunani, oligos = sedikit, chaetae = rambut
kaku ) merupakan Annelida yang memiliki sedikit seta
atau rambut . Banyak anggota dari OligoChaeta yang
hidup di dalam tanah atau tempat lembab, tetapi ada
juga yang hidup di air. Karena mempunyai sedikit rambut
seta dan tidak mempunyai parapodia, sehingga
kepalanya kecil, tidak memiliki alat peraba, dan tidak
memiliki bintik mata. Pada lapisan kulit terdapat bagian
saraf dengan fungsi untuk menerima rangsangan.
OligoChaeta bersifat hermaprodit/monoceus dengan
perkembangbiakan secara generatif dengan perkawinan,
dan secara vegetatif dengan regenerasi. Terdapat
Kitellum (Selzadel) yang berfungsi sebagai alat
reproduksi. Pada ruas 9-11 terdapat receptaculum
seminis yang berfungsi sebagai penampung sel-sel
spermatozoa
KLASIFIKASI ILMIAH
OLIGOCHAETA
Kingdom:Animalia
Filum:Annelida
Kelas:Clitellata
Subkelas:Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Lumbriculida
Moniligastrida
CIRI – CIRI OLIGOCHAETA
 Dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Mikrodrile, merupakan spesies yang hidup di air
- Berukuran 1 – 30 mm
- Berdinding tubuh tipis
- Agak transparan
2. Megadrile, merupakan spesies yang hidup di darat
- Berdinding tebal
- Umumnya memiliki panjang tubuh 5 – 30 cm
dan ada yang mencapai 3 m
- Jumlah ruas tubuh nya bervariasi, sekitar 115 –
200 buah, bahkan ada yang mencapai 500 ruas
- Pada setiap ruas terdapat 4 rumpun seta
dengan jumlah seta pada setiap rumpun 1 – 25
buah
CIRI – CIRI OLIGOCHAETA
 Tidak mempunyai parapodia
 Mempunyai seta pada tubuhnya yang
bersegmen
 Memiliki sedikit rambut
 Kepala berukuran kecil, tanpa alat
peraba/tentakel dan mata
 Mengalami penebalan antara segmen ke 32-
37, yang disebut dengan klitelum.
 Telur terbungkus oleh kokon
 Daya regenerasi tinggi
 Hidup air tawar atau darat
 Hermafrodit
STRUKTUR TUBUH OLIGOCHAETA

 Memiliki jaringan kloragogen di sekeliling usus dan


pembuluh darah dorsal, yaitu lapisan sel berwarna
kuning yang berfungsi sebagai hati atau berperan
dalam proses deaminasi protein, pembentukan
amonia, dan sintesis urea.
 Tidak memiliki bintik mata, kecuali yang hidup di air
 Terdapat sel indra sebagai fotoreseptor di seluruh
permukaan tubuh nya kecuali pada bagian ventral
 Bergerak mendekati cahaya lemah dan menjauhi
cahaya kuat
REPRODUKSI OLIGOCHAETA
 Bersifat hermafrodit tetapi juga melakukan
perkawinan silang
 Oligochaeta memiliki klitelum, yaitu ruas – ruas
reproduktif yang berdinding tebal
 Pada klitelum terdapat banyak sel kelenjar yang
menghasilkan lendir untuk perkawinan, juga bahan
untuk membuat dinding kokon dan albumin untuk
melekatkan telur dalam kokon
 Perkawinan terjadi antara 2 individu dengan saling
bertukar sperma
 Beberapa hari setelah perkawinan, klitelum
menghasilkan lendir yang menyelubungi ruas – ruas
anterior dan dinding kokon
 Telur dikeluarkan dari gonopori betina ke dinding
kokon
REPRODUKSI OLIGOCHAETA

 Dinding kokon yang mengandung telur kemudian


meluncur ke muara spermateka untuk mendapat
sperma hasil pertukaran sebelumnya.
 Pembuahan terjadi di dalam lapisan albumin dinding
kokon
 Dinding kokon yerus meluncur ke anterior dan lepas
dari kepala cacing
 Di dalam kokon, embrio cacing terus berkembang
hingga menetas dan keluarlah anak cacing dari
kokon
LOKOMOSI OLIGOCHAETA
 Gerakan dan menggali cacing tanah dilakukan oleh
peristaltik, dengan pergantian kontraksi dan relaksasi otot-
otot melingkar dan memanjang. Untuk bergerak maju,
bagian anterior cacing diperpanjang ke depan oleh
kontraksi otot-otot melingkar, sementara bagian tepat di
belakang ini dibuat lebih pendek dan lebih gemuk oleh
kontraksi otot longitudinal. Selanjutnya otot melingkar
anterior rileks, dan gelombang kontraksi melingkar
bergerak mundur sepanjang cacing.
LOKOMOSI OLIGOCHAETA
Pada saat yang sama, cheatae mengembang untuk
mencengkeram tanah saat tubuh memendek dan ditarik
saat memanjang. Langkah-langkahnya biasanya 2 sampai
3 cm (0,8 hingga 1,2 in) panjang dan cacing bergerak
dengan kecepatan tujuh hingga sepuluh langkah per
menit. Cacing ini mampu membalikkan arah
perjalanannya dengan ekor yang mengarah ke depan.
Spesies akuatik menggunakan alat penggerak yang
serupa untuk bergerak melalui sedimen dan vegetasi
massal, tetapi Aeolosomatid kecil berenang melalui silia
pada prostomia mereka.
SISTEM PENCERNAAN OLIGOCHAETA
Sebagian besar oligochaetes adalah pengumpan detritus,
meskipun beberapa genus bersifat predasus, seperti
Agriodrilus dan Phagodrilus. Saluran pencernaan pada
dasarnya adalah sebuah tabung yang membentang sepanjang
tubuh, tetapi memiliki faring berotot yang kuat tepat di
belakang rongga mulut. Pada banyak spesies, faring hanya
membantu cacing mengisap makanan, tetapi pada banyak
spesies akuatik, faring dapat dibalikkan keluar dan diletakkan
di atas makanan seperti cawan pengisap sebelum ditarik
kembali. Sisa dari saluran pencernaan mungkin termasuk
tanaman untuk penyimpanan makanan, dan ampela untuk
menggilingnya, meskipun ini tidak ada di semua spesies.
SISTEM PENCERNAAN OLIGOCHAETA

Kerongkongan termasuk "kelenjar kalsiferus" yang


menjaga keseimbangan kalsium dengan mengeluarkan
kalsium karbonat yang tidak tercerna ke dalam usus.
Sejumlah sel chloragogen kekuningan mengelilingi usus
dan pembuluh darah dorsal, membentuk jaringan yang
berfungsi dengan cara yang mirip dengan hati vertebrata.
Beberapa sel ini juga mengapung bebas di rongga tubuh,
di mana mereka disebut "eleosit".
SISTEM RESPIRASI OLIGOCHAETA

 Sebagian besar oligochaetes tidak memiliki insang atau


struktur serupa, dan cukup bernapas melalui kulit yang
lembab. Beberapa pengecualian umumnya memiliki
insang filamen sederhana. Ekskresi melalui saluran kecil
yang dikenal sebagai metanephridia. Oligochaetes
terestrial mensekresi urea, tetapi bentuk air biasanya
mengeluarkan amonia, yang larut dengan cepat ke dalam
air
SISTEM RESPIRASI OLIGOCHAETA

 Sistem vaskular terdiri dari dua pembuluh utama yang


dihubungkan oleh pembuluh lateral di setiap segmen.
Darah dibawa ke depan di pembuluh dorsal (di bagian atas
tubuh) dan kembali melalui pembuluh ventral (di bawah),
sebelum melewati sinus yang mengelilingi usus. Beberapa
pembuluh yang lebih kecil berotot, membentuk hati
secara efektif; dari satu hingga lima pasang hati semacam
itu adalah tipikal. Darah oligochaetes mengandung
hemoglobin pada semua spesies kecuali yang terkecil,
yang tidak membutuhkan pigmen pernapasan.
SISTEM SARAF OLIGOCHAETA
 Sistem saraf terdiri dari dua kabel saraf ventral, yang biasanya
menyatu menjadi struktur tunggal, dan tiga atau empat pasang
saraf yang lebih kecil per segmen tubuh. Hanya beberapa
oligochaetes akuatik yang memiliki mata, dan itupun hanya
ocelli. Meskipun demikian, kulit mereka memiliki beberapa
fotoreseptor individu, memungkinkan cacing untuk merasakan
keberadaan cahaya, dan menggali jauh darinya. Oligochaetes
dapat mengecap lingkungannya menggunakan chemoreceptors
yang terletak di tubercles di seluruh tubuh mereka, dan kulit
mereka juga disuplai dengan banyak ujung saraf bebas yang
mungkin berkontribusi pada indera peraba mereka.
Contoh Jenis OligoChaeta

 Moniligaster houtenil (Cacing tanah


sumatra)
 Tubifex sp (Cacing air tawar/sutra),
berperan sebagai indikator pencemaran air
dan pakan ikan.
 Lumbricus terestris, Pheretima sp (Cacing
Tanah), berperan membantu aerasi tanah
sehingga menyuburkan tanah
 Perichaeta musica (C.Hutan)
 Megascolides australis, cacing raksasa
Australia
A. HIRUDINEA
Hirudinea merupakan kelas filum Annelida
yang tidak memiliki seta (rambut) dan tidak
memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh
Hirudinea yang pipih dengan ujung depan
serta di bagian belakang sedikit runcing. Di
segmen awal dan akhir terdapat alat
penghisap yang berfungsi dalam bergerak
dan menempel. Gabungan dari alat
penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot
adalah mekanisme pergerakan dari
Hirudinea. Kebanyakan dari Hirudinea
merupakan ekstoparasit yang sering didapati
di permukaan luar inangnya. Ukuran
Hirudinea beragam dari 1-30 cm.
 Hirudinea hidup pada inangnya untuk
menghisap darah dengan cara menempel.
Sebagian mereka membuat luka pada
permukaan tubuh inang sehingga dapat
menghisap darahnya, sedangkan sebagian
lain mensekresikan suatu enzim yang
dapat melubangi kulit, dan jika itu terjadi
maka waktunya mensekresikan zat anti
pembeku darah, kebanyakan tidak terasa
saat kelas ini menempel pada inangnya
karena ia menghasilkan suatu zat anastesi
yang dapat menghilangkan rasa sakit.
Jenis ini dikenal dengan sebutan lintah.
KLASIFIKASI ILMIAH HIRUDINEA
Kingdom:Animalia
Filum:Annelida
Kelas:Clitellata
Subkelas:Hirudinea
Lamarck, 1818
Infraclasses :Acanthobdellidea 
Euhirudinea
CIRI – CIRI HIRUDINEA
 Tidak memiliki parapodia dan seta di segmen
tubuhnya
 Ukuran tubuh beragam mulai dari 1-30 cm.
 Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior
yang meruncing.
 Hidup air tawar yang dangkal, tenang dan banyak
ditumbuhi tanaman laut, di darat, dan air laut.
 Memiliki zat antikoagulasi
 Memiliki dua alat penghisap yang terletak di bagian
anterior dan posterior untuk menempel pada
inangnya
 Hidup ektoparasit sementara pada tubuh inang
CIRI – CIRI HIRUDINEA

 Merupakan hewan nokturnal, dan pada siang hari bersembunyi


di bawah batu, sampah atau tumbuhan air
 Panjang tubuh antara 1 – 5 cm, tapi ada juga yang mencapai
20 – 30 cm
 Bentuk tubuh nya pipih dorsoventral dengan ujung anterior
meruncing dan alat penghisap anterior mengelilingi mulut
 Jumlah ruas tubuh sejati sebenarnya tetap 34 buah, tetapi
lintah juga memiliki ruas – ruas semu eksternal ( annuli )
 Darah lintah memiliki pigmen hemoglobin, namun ada juga
yang tidak
STRUKTUR TUBUH HIRUDINEA
 Sebagian besar lintah pengisap darah memiliki kelenjar ludah
yang menghasilkan antikoagulan hirudin yang berfungsi
untuk mencegah penggumpalan darah mangsa, sehingga
lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin
 Pada saat mengisap darah, lintah menempelkan alat pengisap
anteriornya dan menyayat kulit mangsa dengan tepi
rahangnya serta mengeluarkan zat anestetik sehingga
korbannya tidak menyadari adanya gigitan
 Dibelakang rahang terdapat faring berotot sebagai pompa
 Lintah tahan puasa, bahkan ada yang bertahan hidup hingga
1,5 tahun tanpa makan. Untuk menghindari gigitan intah,
dapat dengan mengoleskan balsem, minyak kayu putih atau
sejenisnya pada kulit.
STRUKTUR TUBUH HIRUDINEA
Lintah menunjukkan kesamaan yang luar biasa satu sama lain dalam
morfologi, sangat berbeda dari annelida khas yang pada dasarnya
berbentuk silinder, dengan ruang berisi cairan, coelom (rongga tubuh).
Pada lintah, coelom direduksi menjadi empat saluran longitudinal yang
ramping, dan bagian dalam tubuh diisi dengan dermis padat di antara
berbagai organ. Biasanya, tubuh rata-rata pipih dan mengecil di kedua
ujungnya. Otot longitudinal dan melingkar di dinding tubuh dilengkapi
dengan otot diagonal, memberikan lintah kemampuan untuk
mengadopsi berbagai macam bentuk tubuh dan menunjukkan
fleksibilitas yang besar. Kebanyakan lintah memiliki pengisap di ujung
anterior (depan) dan posterior (belakang), tetapi beberapa lintah
primitif memiliki pengisap tunggal di belakang.
STRUKTUR TUBUH HIRUDINEA
Seperti annelida lain, lintah adalah hewan yang tersegmentasi,
tetapi tidak seperti annelida lain, segmentasi ditutupi oleh
annulasi eksternal (tanda cincin), dengan permukaan tubuh
dibagi menjadi 102 annuli, sedangkan struktur internalnya
terdiri dari 32 segmen Dari segmen ini, lima yang pertama
ditunjuk sebagai kepala dan termasuk otak anterior, beberapa
ocelli (titik mata) di bagian punggung dan pengisap di bagian
perut. 21 segmen pertengahan tubuh berikut masing-masing
berisi ganglion saraf, dan di antaranya mengandung dua organ
reproduksi, satu gonopore betina tunggal dan sembilan pasang
testis.
STRUKTUR TUBUH HIRUDINEA
Tujuh segmen terakhir berisi otak posterior dan menyatu untuk
membentuk pengisap ekor binatang. Dinding tubuh terdiri dari
kutikula, epidermis, dan lapisan tebal jaringan ikat berserat di
mana terdapat otot melingkar, otot diagonal, dan otot longitudinal
yang kuat. Ada juga otot dorso-ventral. Saluran coelomic
menjalankan seluruh tubuh, dua yang utama berada di kedua sisi.
Coelom telah mengambil alih fungsi sistem hemal (pembuluh
darah) pada annelida lain. Bagian dari epitel lapisan terdiri dari sel-
sel kloragogen yang digunakan untuk penyimpanan nutrisi dan
ekskresi. Ada sepuluh hingga tujuh belas pasang metanephridia
(organ ekskretoris) di bagian tengah lintah. Dari ini, saluran
biasanya mengarah ke kandung kemih, yang bermuara di luar di
nephridiopore.
SISTEM PENCERNAAN DAN
MAKAN HIRUDINEA
Sekitar tiga perempat spesies lintah memakan darah yang diekstraksi dari
inang sementara sisanya adalah predator. Lintah memiliki faring
protusible, biasa disebut proboscis, atau faring non-protusible yang
mungkin atau mungkin tidak dipersenjatai dengan rahang. Dalam lintah
belalai, rahang Arhynchobdellids berada di depan mulut, dan memiliki tiga
bilah diatur pada sudut satu sama lain. Dalam memberi makan irisan ini
melalui kulit inang, meninggalkan sayatan berbentuk Y. Di belakang bilah
adalah mulut, yang terletak di bagian tengah di ujung tubuh bagian
depan. Ini berturut-turut mengarah ke faring, kerongkongan pendek,
tanaman (pada beberapa spesies), lambung dan hindgut, yang berakhir di
anus yang terletak tepat di atas pengisap posterior. Perut mungkin berupa
tabung sederhana, tetapi tanaman, jika ada, adalah bagian yang
membesar dari midgut dengan sejumlah pasang ceca yang menyimpan
darah yang dicerna.
SISTEM PENCERNAAN DAN
MAKAN HIRUDINEA
Lintah mengeluarkan antikoagulan, hirudin, dalam air liurnya yang
mencegah darah membeku sebelum tertelan. Lintah obat dewasa hanya
bisa memberi makan dua kali setahun, membutuhkan waktu berbulan-
bulan untuk mencerna makanan darah. Lintah menggigit ambing sapi
Tubuh lintah pemangsa serupa, meskipun bukannya rahang banyak
yang memiliki belalai yang menonjol, yang sebagian besar waktu
mereka terus ditarik ke dalam mulut. Lintah semacam itu sering
merupakan predator penyergap yang menunggu sampai mereka dapat
menyerang mangsanya dengan cara seperti tombak. Lintah predator
memakan invertebrata kecil seperti siput, cacing tanah dan larva
serangga. Mangsa biasanya tersedot dan ditelan utuh. Namun,
beberapa Rhynchobdellida, menghisap jaringan lunak dari mangsanya,
menjadikannya perantara antara pemangsa dan pengisap darah.
SISTEM PENCERNAAN DAN
MAKAN HIRUDINEA
Lintah menyerang siput Ketika mereka lapar, lintah menggunakan pengisap
anterior mereka untuk terhubung ke host untuk makan. Setelah melekat, lintah
menggunakan kombinasi lendir dan pengisapan agar tetap di tempatnya saat
mereka menyuntikkan hirudin ke aliran darah inang. Secara umum, lintah
sanguivora tidak spesifik untuk inang, dan tidak membahayakan tuan
inangnya, menurun setelah mengonsumsi makanan darah. Namun, beberapa
spesies laut tetap melekat sampai saatnya untuk bereproduksi. Jika ada dalam
jumlah besar pada host, ini dapat melemahkan, dan dalam kasus ekstrim,
menyebabkan kematian. Lintah tidak biasa karena mereka tidak menghasilkan
amilase, lipase atau endopeptidase. Kurangnya endopeptidase ini berarti
mekanisme pencernaan protein tidak dapat mengikuti urutan yang sama
seperti pada semua hewan lain di mana endopeptidase pertama kali membagi
protein menjadi peptida, dan exopeptidase kemudian mendegradasi peptida.
SISTEM PENCERNAAN DAN
MAKAN HIRUDINEA
Namun, mereka menghasilkan exopeptidases usus yang menghilangkan
asam amino dari molekul protein panjang satu per satu, mungkin dibantu
oleh protease dari bakteri endosimbiotik di usus. Pilihan evolusi pencernaan
exopeptik di Hirudinea membedakan clitellate karnivora ini dari oligochaetes,
dan mungkin menjelaskan mengapa pencernaan dalam lintah sangat lambat.

Kekurangan enzim pencernaan dan vitamin B kompleks dikompensasi oleh


enzim dan vitamin yang diproduksi oleh mikroflora endosimbiotik. Dalam
Hirudo medicinalis, faktor-faktor tambahan ini dihasilkan oleh hubungan
simbiosis wajib dengan dua spesies bakteri, Aeromonas veronii dan spesies
Rikenella yang masih belum dikarakterisasi. Lintah nonbloodsucking, seperti
Erpobdella punctata, adalah tuan rumah bagi tiga simbion bakteri,
Pseudomonas, Aeromonas, dan Klebsiella sp. (produsen lendir). Bakteri
ditularkan dari induk ke anak dalam kepompong saat terbentuk.
REPRODUKSI HIRUDINEA

 Bersifat hermafrodit dan melakukan perkawinan silang untuk


saling bertukar sperma
 Kokon diletakkan pada substrat dan sedikit dibenamkan dalam
lumpur
 Ada pula lintah yang mengerami telurnya
 Setelah menetas, anak – anak lintah tetap menempel pada
induknya hingga beberapa hari
 Umur lintah dapat mencapai 10 – 15 tahun
SISTEM LOKOMOSI HIRUDINEA
Lintah bergerak menggunakan otot longitudinal dan sirkuler mereka, yang
annelida lain seperti cacing tanah digunakan untuk peristaltik, dengan
penambahan penggunaan pengisap posterior dan anterior mereka (satu di
setiap ujung tubuh) untuk memungkinkan mereka berkembang dengan
memutar atau beringsut sepanjang , dengan cara ulat ngengat geometer.
Ujung posterior melekat pada substrat, dan ujung anterior diproyeksikan
ke depan secara peristaltik oleh otot-otot melingkar sampai menyentuh ke
bawah, sejauh yang bisa mencapai, dan ujung anterior terpasang.
Kemudian ujung posterior dilepaskan, ditarik ke depan oleh otot
longitudinal, dan disambungkan kembali; kemudian ujung anterior
dilepaskan, dan siklus berulang. Lintah menjelajahi lingkungan mereka
dengan gerakan kepala dan melambai-lambaikan tubuh.
SISTEM SARAF HIRUDINEA
Sistem saraf lintah terbentuk dari sejumlah kecil sel saraf besar; ini
telah menghasilkan lintah yang digunakan sebagai model organisme
untuk studi sistem saraf invertebrata. Pusat saraf utama terdiri dari
ganglion otak di atas usus dan ganglion lain di bawahnya, dengan
saraf penghubung membentuk cincin di sekitar faring agak jauh di
belakang mulut. Tali saraf berjalan mundur dari ini dalam saluran
coelomic ventral, dengan 21 pasang ganglia di segmen 6 hingga 26.
Pada segmen 27 hingga 33, ganglia berpasangan lainnya bergabung
membentuk ganglion ekor. Beberapa saraf sensorik terhubung
langsung ke ganglion otak; ada sel-sel saraf sensorik dan motorik
yang terhubung ke ganglia tali saraf ventral di setiap segmen.
SISTEM SARAF HIRUDINEA
Lintah memiliki antara dua dan
sepuluh tempat pigmen ocelli, Lintah dapat mendeteksi
disusun berpasangan ke arah sentuhan, getaran, pergerakan
depan tubuh. Ada juga papilla benda-benda di dekatnya, dan
sensoris yang tersusun dalam bahan kimia yang dikeluarkan oleh
barisan lateral dalam satu annulasi tuan rumah mereka; lintah air
dari setiap segmen. Setiap papilla tawar merangkak atau berenang
mengandung banyak sel sensorik. menuju induk inang potensial yang
Beberapa rhynchobdellids memiliki berdiri di kolam mereka dalam
kemampuan untuk mengubah beberapa detik. Spesies yang
warna secara dramatis dengan memakan inang berdarah panas
memindahkan pigmen dalam sel bergerak menuju objek yang lebih
kromatofor; proses ini berada di hangat. Banyak lintah menghindari
bawah kendali sistem saraf tetapi cahaya, meskipun beberapa
fungsinya tidak jelas karena pengumpan darah bergerak ke
perubahan rona tampaknya tidak arah cahaya ketika mereka siap
terkait dengan warna lingkungan. untuk memberi makan, mungkin
meningkatkan kemungkinan
menemukan inang.
EFEK GIGITAN HIRUDINEA
Gigitan lintah umumnya mengkhawatirkan daripada berbahaya, meskipun
sebagian kecil orang memiliki reaksi alergi atau anafilaksis yang parah
dan memerlukan perawatan medis yang mendesak. Gejala dari reaksi ini
termasuk bercak merah atau ruam yang gatal di tubuh, pembengkakan di
sekitar bibir atau mata, perasaan pingsan atau pusing, dan kesulitan
bernafas. Lintah yang melekat secara eksternal akan terlepas dan jatuh
dengan sendirinya saat kenyang dengan darah, yang mungkin memakan
waktu dari dua puluh menit hingga beberapa jam; perdarahan dari luka
mungkin berlanjut untuk beberapa waktu. Keterikatan internal, seperti di
dalam hidung, lebih mungkin membutuhkan intervensi medis.

Lintah dapat dihilangkan dengan menggunakan kuku atau benda datar


lainnya untuk mematahkan segel pengisap oral (di ujung depan),
mengulangi di ujung lainnya, lalu menjentikkan lintah.
EFEK GIGITAN HIRUDINEA
Teknik penghilangan yang umum, tetapi tidak disarankan secara medis adalah
dengan menerapkan sebatang rokok, garam, sabun, atau cuka pada lintah. Ini
menyebabkan lintah lepas dengan cepat, tetapi juga memuntahkan isi lambungnya
ke dalam luka, dengan risiko infeksi. Lintah biasanya membawa parasit dalam
saluran pencernaan mereka, yang tidak dapat bertahan hidup pada manusia dan
tidak menimbulkan ancaman; Namun, bakteri, virus, dan parasit dari sumber darah
sebelumnya dapat bertahan hidup dalam lintah selama berbulan-bulan. Namun
demikian, hanya beberapa kasus lintah yang menularkan patogen ke manusia telah
dilaporkan.
Air liur lintah umumnya diyakini mengandung senyawa anestesi untuk mematikan
rasa daerah gigitan, tetapi ini belum pernah terbukti. Meskipun zat seperti morfin
telah ditemukan di lintah, mereka telah ditemukan di jaringan saraf, bukan di
jaringan saliva. Mereka digunakan oleh lintah dalam memodulasi imunosit mereka
sendiri dan bukan untuk membius area gigitan pada inang mereka. Bergantung
pada spesies dan ukurannya, gigitan lintah hampir tidak terlihat atau bisa sangat
menyakitkan
Contoh Jenis Hirudenia

 Heaemodipso zeylanice (Pacet), hidup di


darat, tempel lembab, dan menempel pada
daun
 Hirudo javanica (lintah yang terdapat di
pulau jawa).
 Dinobdelia ferox (lintah yang terdapat di
India)
 Hirudo medicinalis (lintah), hidup di air tawar.
Peranan Anelida Yang
Menguntungkan
 Cacing wawo (Lycidice sp.) dan cacing palolo
(Eunice viridis) dapat dimakan dan mengandung
protein dengan kadar yang cukup tinggi.
 Tubifex untuk makanan ikan dan burung.
 Cacing tanah Pheretime sp. Dan Lumbricus sp.
memakan detritus bahan organik dan
menggemburkan tanah.
 Lintah (Hirudo medicinalis) menghasilkan hirudin
untuk antikoagulan/anti pembekuan darah
Peranan Anelida Yang
Merugikan

 Pacet (Haemadipsa) dan lintah air (Hirudo


medicinalis) menghisap darah hewan dan
manusia.
 Polydora bisa mengebor cangkang tiram untuk
membuat liang, sehingga menurunkan harga jual
tiram.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai