Anda di halaman 1dari 60

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN INVERTEBRATA

DAN VERTEBRATA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sistem Ekresi

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh,


seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu
ekskresi juga dapat diartikan sebagai proses pembuangan sisa
metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan
proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme
bersel satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui
permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung nitrogen ialah
amonia (NH3), urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil
perombakan protein, purin, dan pirimidin. Amonia dihasilkan dari
proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yan sangat
racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan amonia
disebut amonotelik.
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk
kelangsungan hidupnya jika di timbun dalam tubuhnya. Karena itu
pada hewan yang hidup di darat amonia segera di rubah di dalam hati
menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu
dalam bentuk urea dan asam urat. Kebanyakan mamalia, amphibi dan
ikan mengekskresikan urea dan hewan-hewan tersebut dapat disebut
ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam cairan
yang disebut urine. Pada burung, reptil, keong darat, dan serangga
asam urat yang diekskresikan berbentuk padat bersama kotoran. Air
dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk
penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai oeran
penting pada ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen.
Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks.
Alat ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-
paru, kulit, dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan
invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi. Sistem
ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan
mengatur konsentrasi sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa
metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.
Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan
asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa
pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan
protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak
berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih
dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,
misalnya sebagai pelarut. Amonia (NH3), hasil
pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi
sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun
demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut
akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk
urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah
merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong
empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang
berguna memberi warna pada tinja dan urin. Asam urat merupakan
sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia)
dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena
daya larutnya di dalam air rendah. Tugas pokok alat ekskresi ialah
membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun alat
pengeluarannya berbeda-beda. Fungsi sistem ekskresi, antara lain:

1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam


tubuh

2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)

3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal


(termoregulasi)

4. Homeostasis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekskresi Pada Hewan Invertebrata

Sistem ekskresi pada hewan rendah biasanya sesuai dengan


habitatnya. Berbagai habitat tempat hidup hewan seperti laut, air
tawar dan daratan. Berbagai alat ekskresi telah berkembang untuk
mengeluarkan sampah metabolisme, untuk mengatur keseimbangan
air tubuh dan keseimbangan ion. Hewan tingkat rendah belum memiliki
ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada
umumnya, hewan tingkat rendah memiliki sistem ekskresi yang sangat
sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan
invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran
Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari
struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas
sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida),
dan belalang.

2.1.1 Ekskresi Pada Amuba

Amoeba dan banyak organisme bersel tunggal lainnya hidup dalam


lingkungan berair dan membuang limbah metaboliknya secara difusi
sama seperti yang dilakukan tumbuhan air. Bagi kebanyakan, produk
akhir yang utama metabolisme protein adalah amonia, zat ini mudah
terdifusi keluar dari selnya sebelum selesai dari konsentrasi yang
membahayakan. Akan tetapi, dengan cara tersebut organisme tidak
dapat melakukan apa-apa terhadap berlebih, karena tidak dilengkapi
dengan sel dinding yang kaku, binatang ini tidak dapat melawan
masuknya air secara terus menerus. Masalah ini dapat teratasi dengan
vakoula kontraktil (rongga berdenyut) yang berfungsi untuk mengatur
kadar airt dalam sel sehingga nilai osmosis isi sel tetap terpelihara.
Energi digunakan untuk memaksa air untuk keluar lagi dari selnya dan
kedalam air disekitarnya. Bolehjadi vakuola kontratil tidak memainkan
peranan yang penting dalam ekskresi substansi lain-lain.

2.1.2 Sistem Ekskresi Pada Cacing Pipih

Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih.


Platyhelminthes memiliki tubuh, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing
pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga
tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut, dan tanah
lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan
manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang
hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang
mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum
mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.
Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus.
Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas
Trematoda dan kelas Cestoda. Pada cacing pipih (Platyhelmintes) alat
eksresi berupa protonefridium yang mempunyai sel api (flame cel)
berflagel. Flagel berfungsi menggerakan air ke sel api pada sepanjang
saluran ekskresi. Air dan zat sisa masuk ke dalam sel api yang
selanjutnya dikeluarkan melalui lobang nefridiofor. Sebagian sisa
nitrogen tidak masuk ke saluran ekskresi tetapi masuk ke sistem
pencernaan yang selanjutnya diekskresikan melalui mulut. Cacing
pipih juga mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai
protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung
membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api
yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api mempunyai beberapa flagela
yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa
ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus
dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada
tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang
terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air
dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini. Sebagian besar sisa nitrogen
tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke
sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa
berdifusi secara langsung dari sel ke air.

2.1.1 Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska

Alat ekskresi pada annelida ialah nefridium. Ada beberapa macam


nefridia misalnya protonefridia yang memepunyai solonosit (sel api)
yang serupa dengan alat ekskresi pada cacing pipih. Macam nefridia
yang lain terdapat pada annelida yang hidup di darat yang disebut
metanefridia. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida,
setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium,
kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Metanefridium
terdapat sepasang pada tiap segmen kecuali segmen terakhir.
Metanefridium memiliki dua lobang saluran yaitu nefrostom di anterior
dan nefrostom di posterior. Cairan tubuh mengalir melalui nefridium,
zat yang diperlukan tubuh seperti air, zat makanan dan ion-ion diserap
dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran dan zat sisa
(sampah nitrogen ) diekskresikan melalui nefridioifor.

Nefrostom ada di dalam rongga tubuh, yang penuh dengan cairan


yang terutama merupakan sistem limfa tersaring dari sistem
peredaran tertutup. Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem
pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang
berliku-liku pada segmen berikutnya. Bagian akhir dari saluran yang
berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian
gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang
merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan
tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan
silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang
nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan,
dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini
lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen
dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah
dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan
dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa.
Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik,
yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam
lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di
dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. Pada
mollusca alat ekskresinya disebut ginjal yang merupakan kumpulan
dari nefridia. Ginjal berhubungan dengan coulum dan kaya akan
pembuluh darah. Terjadi filtrasi sisa-sisa metabolisme dari darah
melalui pembuluh kapiler ke saluran nefridia.

2.1.2 Alat Ekskresi pada Belalang

Pada belalang alat ekskresinya adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat


pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh
Malphigi merupakan pembuluh-pembuluh buntu yang bermuara pada
sistem pencernaan makanan antara saluran pencernaan tengah atau
lambung dengan usus. Hampir semua serangga mempunyai pembuluh
Malpighi. Jumlah pembuluh antara 2-250 buah. Pembuluh Malphigi
mengasorbsi sisa metabolisme darah pada rongga tubuh. Di samping
pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea
ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat
mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di
dalam tubuhnya.

Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik


yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.
Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang.
Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat
bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung
nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai
garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif.
Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap
lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan
feses.

2.2 Sistem Ekskresi Pada Hewan Vertebtara

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan


organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari
keempat organ tersebut adalah ginjal.

2.2.1 Ginjal

Dunia kedokteran biasa menyebutnya ren (renal/kidney). Bentuknya


seperti kacang merah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah
pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170
gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal
(medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat
jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron
tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang
bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula
Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus. Ginjal vertebrata
mengalami perkembangan baik secara evolusi atau sejalan dengan
perkembangan embrio. Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan
zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia.
Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam
garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba
dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang
jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air
mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air
bila berlebihan serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa.
Sekresi dari ginjal berupa urin.

Struktur Ginjal

Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak


di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat
ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya 10 cm.
Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir
menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

a. korteks (bagian luar)

b. medulla (sumsum ginjal)

c. pelvis renalis (rongga ginjal).

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron 100 juta


sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya
perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas
badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan
Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk
atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus
glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada
badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul
Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria.
Tubulus yang kedua adalah tubulus distal. Pada rongga ginjal bermuara
pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa
saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari
kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang
disebut uretra. Proses-proses di dalam Ginjal. Di dalam ginjal terjadi
rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi. Penyaringan
(filtrasi), Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa
faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan
hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain
penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel
darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan
kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus
berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa
dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus
masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garamgaram lainnya.

Penyerapan kembali (Reabsorbsi)

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,
99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea
pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti
glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah
kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin.
Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g
garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi
beberapa kali. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda
dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masi.

2.2.2 Kulit

Merupakan lapisan terluar dari tubuh kita, yang tediri dari 2 lapisan
yaitu lapisan epidermis (luar) dan dermis (dalam). Epidermis,terdiri :

- stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu


mengelupas.

- stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk

- stratum granulosum, mengandung pigmen

- stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar

Dermis (korium), terdiri :

- akar rambut

- pembuluh darah
- syaraf

- kelenjar minyak (glandula sebasea)

- kelenjar keringat (glandula sudorifera)

- lapisan lemak, terdapat di bawah dermis yang berfungsi melindungi


tubuh dari pengaruh suhu luar

2.2.3 Paru-paru (pulmo)

Penguraian karbohidrat (glukosa) dan lemak kecuali menghasilkan


energi akan menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan H2O yang akan
dikeluarkan lewat paru-paru. Seseorang yang berada dalam daerah
dingin waktu ekspirasi akan tampak menghembuskan uap. Uap
tersebut sebenarnya merupakan carbondioksisa dan uap air yang
dikeluarkan saat terjadi pernafasan.

2.2.4 Hati (hepar)

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, terdapat di rongga


perut sebelah kanan atas, berwarna kecoklatan. Hati mendapat suplai
darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang
(vena porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula
hepatica). Hati terdapat pembuluh darah dan empedu yang
dipersatukan selaput jaringan ikat (capsula glison). Hati juga terdapat
sel-sel perombak sel darah merah yan gtelah tua disebut histiosit.
Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan
cairan jernih kehijauan, di dalamnya mengandung zat warna empedu
(bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bacteri serta obat-
obatan. Zatr warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang
telah tua atau rusak akan ditangkap histiosit selanjutnya dirombak dan
haeglobinnya dilepas. Fungsi hati :

- menyimpan kelebihan gula dalam bentuk glikogen (gula otot)

- merombak kelebihan asam amino (deaminasi)

- menawarkan racun

- membentuk protombin dan fibrinogen

- membentuk albumin dan globulin


- mengubah provitamin A menjadi vitamin A

- tempat pembentukan urea

- menghasilkan empedu

- tempat pembentukan dan penghancuran eritrosit yang telah tua

Sistem ekskresi pada mamalia

Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi


sedikit berbeda karena mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh
lingkungan tempat tinggalnya. Paru-paru mamalia mempunyai
permukaan ber spon (spongy texture) dan dipenuhi liang epitelium
dengan itu mempunyai luas permukaan per isipadu yang lebih luas
berbanding luas permukaan paru-paru. Paru-paru manusia adalah
contoh biasa bagi paru-paru jenis ini. Paru-paru terletak di dalam
rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur bertulang tulang
selangka dan diselaputi karung dua dinding dikenali sebagai pleura.
Lapisan karung dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan
lapisan karung luar melekat pada dinding rongga dada. Kedua lapisan
ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali sebagai rongga pleural
yang berisi cecair pleural ini membenarkan lapisan luar dan dalam
berselisih sesama sendiri, dan menghalang ia daripada terpisah
dengan mudah. Bernafas kebanyakannya dilakukan oleh diafragma di
bawah, otot yang mengucup menyebabkan rongga di mana paru-paru
berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh mengembang dan
mengucup sedikit. Ini menyebabkan udara tetarik ke dalam dan keluar
dari paru-paru melalui trakea dan salur bronkus (bronkhial tubes) yang
bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung kecil
dikelilingi oleh kapilari yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap
masuk ke dalam darah, di mana oksigen akan d angkut melalui
hemoglobin. Darah tanpa oksigen dari jantung memasuki paru-paru
melalui pembuluh pulmonari dan lepas dioksigenkan, kembali ke
jantung melalui salur pulmonari.

Sistem Ekskresi Pada Ikan

Ikan air tawar, sebagaimana hewan air tawar . Ikan mempunyai system
ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut
urogenital.Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran
ginjal dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal
pada umumnya terletak antara columna vertebralis dan gas bladder.
Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu caput renalis anterior yang tersusun
atas jaringan hemapoeitik, limfoid dan endokrin serta trunkus renalis
posterior yang tersusun atas nefron-nefron dikelilingi jaringan limfoid
interstitial. Sisi kanan dan kiri dari trunkus renalis berfusi dan
membentuk lengkungan yang mengisi ruangan diantara kedua gas
bladder. Di bagian posterior dari lengkungan ini trunkus renalis menipis
menyesuaikan lekukan pada gas bladder. Caput renalis terpisah atas
bagian kana dan kiri, terletak di anterior dari lengkungan tersebut
memasuki daerah cranium. Cairan tubuh dari ikan air tawar memiliki
konsentrasi ion yang lebih tinggi dibanding dengan lingkungan
sekitarnya, kondisi ini disebut dengan hiperosmotik. Untuk
mempertahankan gradient konsentrasi tersebut dibutuhkan system
pembuangan dan konserbasi dari ion-ion disamping adanya proses
ekskresi air yang telah difiltrasi oleh ginjal. Proses filtrasi ini dilakukan
ginjal yaitu pada bagian nefron glomerulus yang terdiri dari corpus
renalis dan tubulus renalis. Corpus renalis terdiri atas glomerulus-
glomerulus yang diselubungi oleh capsula Bowman. Epitelia parietalis
dan visceralis membentuk Bowmans space yang memisahkan
glomerulus dengan bagian-bagian lain dari ginjal. Glomeruli berukuran
kecil dan avasculer dengan tubuli renalis yang mempunyai 6 regio
sitologis yang berbeda.

1. N yang mengisolasi glomerulus. Neck region memiliki lumen yang


dikelillingi oleh sel-sel epitel kuboid bersilia sampai kolumner pendek.
Sitoplas,a dari sel-sel ini tercat basofilik tipis.

2. Tubulus proximalis primer diselubungi oleh epitel-epitel kolumner


tinggi dengan nuclei basalis dan sitoplasma yang tercat eosinofilic
tipis. Microvilli dengan puncak berbentuk tepi sikat menjulur kelumen.

3. Tubulus proximalis sekunder masih tersusun atas sel-sel epitel


kolumner tinggi dengan nuclei yang terletak lebih central dan tepi-tepi
sikat yang berkembang lebih baik. Adanya bangunan mitokondria
dalam jumlah yang besar menyebabkan sitoplasma tercat eosinofilik.

4. Tubulus intermedius memiliki lumen yang sempit dikelilingi oleh sel-


sel epitel kuboid sampai kolumner pendek dengan tepi-tepi sikat yang
tidak jelas.Sel-sel ini tercat eosinofilik kuat.

5. Tubulus distalis tersusun atas sel-sel epitel kolumner yang besar.


Nucleus terletak di tengah sedangkan tepi-tepi sikat mereduksi atau
tidak ada.

6. Tubulus conectivus berukuran lebih besar daripada tubulus distalis.


Sel-sel epitel kolumner tercat eosinofilik lemah dengan nucleus terletak
di basal dan tidak adanya tepi-tepi sikat. Tubulus ini terus membesar
sampai muaranya dengan adanya perubahan sel-sel epitel dari
kolumner menjadi epitel pseudostratified yang mempunyai sel-sel
goblet. Tubulus-tubulus yang lebih besar bergabung dengan lapisan
otot polos dan jaringan pengikat. Rodlet cells dan intercalated cells
(leukosit) biasa dijumpai pada epithelium ductus colectivus. eck region
merupakan lanjutan dari epitelia parietalis dan visceralis dari capsula
Bowman. Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah
glomelurus yang jumlahnya lebih banyak. Sedangkan ikan yang hidup
di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan sisa hasil
metabolisme berjalan lambat.

Sistem Ekskresi Pada Amfibi

Ginjal amphibi sama denga ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk
mengeluarkan air yang berlebvih. Karea kulit katak permeable
terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak iar masuk ke
tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus
melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak
menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan
lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh
glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan
bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah
melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunkan kantung kemih
untuk konserfadsi air. Apabila sedang berada dia air, kantung kemih
terisi urin ynag encer. Pada saat berada di daarat air diserap kembali
ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit.
Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.
Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit. Saluran
ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak
jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal,
sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun
begitu alat lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang
pengeluaran yang disebut kloaka.

Sistem Ekskresi Pada Reptil

Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka.


Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat
hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa hasil
metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk
bahan setengah padat berwarna putih

.
2.3 Sistem Ekresi pada Manusia

Gambar: Sistem ekresi pada manusia

Manusia memiliki organ atau alat-alat ekskresi yang berfungsi


membuang zat sisa hasil metabolisme. Zat sisa hasil metabolisme
merupakan sisa pembongkaran zat makanan, misalnya:
karbondioksida (CO2), air (H20), amonia (NH3), urea dan zat warna
empedu. Zat sisa metabolisme tersebut sudah tidak berguna lagi bagi
tubuh dan harus dikeluarkan karena bersifat racun dan dapat
menimbulkan penyakit.

Gambar: Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa ginjal, kulit,


paru-paru, dan kelenjarkeringat
Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia terdiri dari:

1. Paru-paru,

2. Hati,

3. Kulit, dan

4. Ginjal

2.3.1 Paru-paru

Gambar: Paru-paru manusia

Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan


kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua
bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-
paru kiri memiliki dua gelambir. Paru-paru sebenarnya merupakan
kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang
disebut selaput pleura. Paru-paru merupakan organ yang sangat vital
bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat
hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk
mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP AIR (H2O). Didalam
paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang
akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air
dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung Kelainan-
kelainan pada paru-paru, diantaranya adalah:

1. Asma atau sesak nafas, yaitu kelainan yang disebabkan oleh


penyumbatan saluran pernafasan yang diantaranya disebabkan oleh
alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.

2. Kanker Paru-Paru, yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh


kebiasaan merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup
debu asbes, kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi. Kelainan
ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
3. Emphysema, adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena
pembuluh darahnya terisi udara.

Upaya menghindari dan mengatasi kelainan-kelainan pada paru-paru


adalah dengan menjalankan pola hidup sehat, diantaranya:

1. Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat


dan bergizi secara teratur

2. Berolah raga dengan teratur

3. Istirahat minimal 6 jam per hari

4. Mengindari konsumsi rokok, minum minuman beralkohol dan


narkoba

5. Hindari Stress

2.3.2 Hati (Hepar)

Gambar: Hati manusia

Hati merupakan kelenjar terbesar yang terdapat dalam tubuh


manusia. Letaknya di dalam rongga perut sebelah kanan. Berwarna
merah tua dengan berat mencapai 2 kilogram pada orang dewasa. Hati
terbagi menjadi dua lobus, kanan dan kiri. Zat racun yang masuk ke
dalam tubuh akan disaring terlebih dahulu di hati sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hati menyerap zat racun seperti obat-obatan dan
alkohol dari sistem peredaran darah. Hati mengeluarkan zat racun
tersebut bersama dengan getah empedu.

Gambar: Struktur Hati manusia

Hati merupakan organ yang sangat penting, berfungsi untuk:

1. Menghasilkan empedu yang berasal dari perombakan sel darah


merah

2. Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh


bibit penyakit

3. Mengubah zat gula menjadi glikogen dan menyimpanya sebagai


cadangan gula

4. Membentuk protein tertentu dan merombaknya


5. Tempat untuk mengubah pro vitamin A menjadi vitamin

6. Tempat pembentukan protrombin yang berperan dalam pembekuan


darah

Zat warna empedu hasil perombakan sel darah merah yang telah rusak
tidak langsung dikeluarkan oleh hati, tetapi dikeluarkan melalui alat
pengeluaran lainnya. Misalnya, akan dibawa oleh darah ke ginjal dan
dikeluarkan bersama-sama di dalam urin. Gangguan pada hati yang
umumnya dijumpai di masyarakat saat ini adalah hepatitis
ataupenyakit kuning. Disebut demikian karena tubuh penderita
menjadi kekuningan, disebabkan zat warna empedu beredar ke seluruh
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh serangan virus yang dapat
menular melalui makanan, minuman, jarum suntik dan transfusi darah.
Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati. Penyebab penyakit
hepatitis yang utama adalah virus. Virus hepatitis yang sudah
ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan menjadi virus
hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT.
Beberapa jenis hepatitis yang saat ini harus diwaspadai adalah:

1. Hepatitis A yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA)


2. Hepatitis B yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB)
3. Hepatitis C yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC)

Cara mengatasi kelainan-kelainan pada hati diantaranya adalah


dengan:
1. Pemberian vaksinasi
2. Makan makanan yang sehat
3. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang
4. Berolahraga dengan teratur
5. Sterilisasi penggunaan jarum suntik
6. Menghindari pergaulan bebas (berganti-ganti pasangan)

2.3.3 Kulit

Seluruh permukaan tubuh kita terbungkus oleh lapisan tipis yang


sering kita sebut kulit. Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita
yang utama karena berada di lapisan anggota tubuh yang paling luar
dan berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar.
Fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
- mengeluarkan keringat
- pelindung tubuh
- menyimpan kelebihan lemak
- mengatur suhu tubuh, dan
- tempat pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan
sinar matahari yang mengandung ultraviolet
Proses pembentukan keringat

Bila suhu tubuh kita meningkat atau suhu udara di lingkungan kita
tinggi, pembuluh-pembuluh darah di kulit akan melebar. Hal ini
mengakibatkan banyak darah yang mengalir ke daerah tersebut.
Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh
darah maka terjadilah penyerapan air, garam dan sedikit urea oleh
kelenjar keringat. Kemudian air bersama larutannya keluar melalui
pori-pori yang merupakan ujung dari kelenjar keringat. Keringat yang
keluar membawa panas tubuh, sehingga sangat penting untuk
menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
Kelainan pada kulit yang banyak dialami oleh para remaja adalah
jerawat. Ada tiga tipe jerawat, yaitu: 1. Komedo

2. Jerawat biasa

3. Cystic Acne (Jerawat Batu/Jerawat Jagung)

Banyak jenis obat dan perawatan yang ditawarkan untuk


menghilangkan jerawat. Namun, sesungguhnya alam sudah
menyediakan aneka tanaman yang mampu menghilangkan jerawat.
Tanaman-tanaman itu antara lain tomat, jeruk nipis, belimbing wuluh,
mentimun, dan temulawak.

2.3.4 Ginjal

Dunia kedokteran biasa menyebutnya ren (renal/kidney). Bentuknya


seperti kacangmerah, berjumlah sepasang dan terletak di daerah
pinggang. Ukurannya kira-kira 11x 6x 3 cm. Beratnya antara 120-170
gram. Struktur ginjal terdiri dari: kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal
(medula) dan rongga ginjal (pelvis). Pada bagian kulit ginjal terdapat
jutaan nefron yang berfungsi sebagai penyaring darah. Setiap nefron
tersusun dari Badan Malpighi dan saluran panjang (Tubula) yang
bergelung. Badan Malpighi tersusun oleh Simpai Bowman (Kapsula
Bowman) yang didalamnya terdapat Glomerolus.

Fungsi ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
Ginjal berperan dalam proses pembentukan urin yang terjadi melalui
serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan
augmentasi.

Penyaringan (filtrasi)

Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang


terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori
(podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus
mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomelurus
juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di
dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi
bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus disebut filtrat
glomerolus atau urin primer, mengandung asam amino, glukosa,
natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

Penyerapan kembali (reabsorbsi)

Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin pimer akan diserap


kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus
distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat pada
tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan
air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. Substansi yang
masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Zat amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan
bahan lain pada filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat
yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya urea.

Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tububulus ginjal, urin
akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui
saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi urin, dinding
kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air
kecil. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi urin yang dikeluarkan
melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Kelainan-kelainan pada ginjal diantaranya adalah gagal ginjal dan batu
ginjal. Gagal ginjal merupakan kelainan pada ginjal dimana ginjal
sudah tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu menyaring
dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme. Penyebab
terjadinya gagal ginjal antara lain disebabkan oleh:

1). Makan makanan berlemak

2). Kolesterol dalam darah yang tinggi

3). Kurang berolahraga

4). Merokok, dan

5). Minum minuman beralkohol.

SISTEM KOORDINASI PADA HEWAN

PENDAHULUAN

Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak,


cepat tanggap terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar
tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan
tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler
maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan
itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan
subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian
satu sel maupun seluruh sel. Suatu organisme hidup baik yang
uniseluler maupun yang multiseluler, dapat berada sebagai individu
terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas satu
sama lain(koloni). Sebuah koloni hewan mungkin terdiri dari hewan
uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan
sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga sebuah
koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya
bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai
suatu organisme. Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang
mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi.
Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi
rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima
melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan
meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap
aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun
yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis
dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi pada hewan
meliputi sistem saraf beserta indera dan sistem endokrin(hormon).
Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan, karena sistem
saraf ini tidak dimiliki oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh
hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin
komplek sistem sarafnya.

SISTEM KOORDINASI PADA HEWAN

Sistem Koordinasi merupakan sistem saraf (pengaturan tubuh)


berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan
impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan atau
sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja
secara serasi. Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf
beserta indera dan sistem endokrin(hormon). Sistem saraf merupakan
sistem yang khas bagi hewan, karena sistem saraf ini tidak dimiliki
oleh tumbuhan. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda,
semakin tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai
bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja
seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor. Reseptor
adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi
mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam
tubuh. Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan
terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan
pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Sistem saraf
pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.

1. Otak (ensefalon) Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:


a. Otak besar (serebrum) Otak besar merupakan sumber dari
semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,
walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar
atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi
yang menghubungkan area motor dan sensorik.
b. Otak tengah (mesensefalon) Otak tengah terletak di depan otak
kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus
dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar
endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil
mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
c. Otak kecil (serebelum) Serebelum mempunyai fungsi utama
dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal
tidak mungkin dilaksanakan.
d. Jembatan varol (pons varoli) Jembatan varol berisi serabut saraf
yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga
menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
e. Sumsum sambung (medulla oblongata) Sumsum sambung
berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga
mengatur gerak refleks yang lain.
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) Pada penampang
melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang
terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah
disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk
ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor
keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju
efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf
sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian
putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf
membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke
otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang
berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.

Sistem Saraf Tepi

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf
tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol
aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom
mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut
jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-
saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu
saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

1. Tiga pasang saraf sensori


2. Lima pasang saraf motor
3. Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali


nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan
rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh
karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut
saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling
penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8
pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf
pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal


dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ
yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan
masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga
membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion
disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi
atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan
struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi
ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf
simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Sistem saraf
parasimpatik terdiri dari keseluruhan nervus vagus bersama cabang-
cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf
sumsum sambung.

Tabel Fungsi Saraf Otonom


Parasimpatik Simpatik
mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
mengerutkan kantung kemih memperbesar pupil
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar pencernaan
menghambat kontraksi kandung kemih

Struktur Sel Saraf

Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat
sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut
saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).Dendrit berfungsi mengirimkan
impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan
impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang.
Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron hanya mempunyai satu
akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma
sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh
serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut
neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi
nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus
Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls

MACAM-MACAM RESEPTOR

Eksteroseptor
Eksteroseptor memberi informasi kejadian-kejadian pada permukaan
tubuh hewan. Eksteroseptor adalah suatu alat penerima rangsang dari
luar, misalnya bila kita digigit nyamuk atau dihinggapi serangga. Kita
dapat mengetahui langsung tempat nyamuk itu menggigit dan
serangga hinggap. Dengan secara refleks kita akan melakukan respon
terhadap bekas gigitan tadi misalnya menggaruk bekasnya. Indra
peraba dan tekanan diketahui sebagai indera dirasakan oleh ujung-
ujung saraf pada folikel-folikel rambut yaitu ujung-ujung saraf Merkels
dan Paccini. Ujung saraf Paccini yang berbentuk ovale adalah reseptor
tekanan. Ujung saraf Merkel, Paccini dan Meisner disebut juga
mekanoreseptor karena bisa menyampaikan rangsang yang
disebabkan oleh rangsangan mekanis. Ujung-ujung saraf Ruffini
berguna sebagai reseptor panas. Dengan ujung saraf ini kita bisa
mengetahui perubahan temperatur pada permukaan kulit terutama
panas. Reseptor yang demikian disebut juga termoseptor. Reseptor
untuk merasakan sakit ini merupakan ujung-ujung saraf yang tersebar
di seluruh tubuh.

1. Pit organ

Indera perasa panas pada beberapa hewan digunakan sebagai


alat untuk menangkap mangsanya. Alat untuk penerima panas
tersebut dinamakan pit organ. Pit organ ini dipunyai terutama oleh
ular. Pit organ letaknya diantara mata dengan lubang hidung dan pada
bagian muka pada hewan lainnya. Bentuknya berupa saluran yang
berisi darah dan ujung-ujung saraf yang amat peka terhadap panas. Pit
organ ini tidak bisa digolongkan ke dalam eksteroseptor karena sumber
rangsang tidak berasal dari permukaan tubuh tetapi dari jarak
tertentu.

2. Gurat sisi

Sistem saraf yang ditemukan pada golongan hewan Vertebrata


rendah seperti pada ikan dan amfibi. Gurat sisi ini pada ikan dan amfibi
tertentu merupakan suatu saluran dibawah kulit yang mempunyai
saluran keluar tubuhnya. Dipermukaan tubuhnya saluran-saluran itu
merupakan lubang-lubang membentuk barisan dalam satu garis. Pada
saluran gurat sisi terdapat rambut-rambut sensoris yang letaknya
teratur disebut neuromast. Neuromast ini mempunyai kepekaan
terhadap tekanan dan arus air. Selain itu juga untuk mengetahui obyek
yang bergerak berupa mangsa atau yang memangsanya.

3. Rheotaksis

Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk hidup


untuk menerima rangsangan mekanis dari arus air karena gerakan.
Misalnya pada planaria, cacing ini akan mengadakan reaksi terhadap
arus air dengan reseptor yang ada pada seluruh permukaan tubuhnya.

4. Anemotaksis

Anemotaksis adalah suatu kemampuan hewan untuk mengetahui


aliran udara disekitarnya. Anemotaksis ini terdapat pada hewan
terbang seperti lalat. Mereka berorientasi di udara dengan
menggunakan reseptor untuk mengetahui tekanan udara, arus udara.
Reseptor terdapat pada bagian dasar sayap dan pada bagian kepala.

5. Indera pengecap

Pengecap dirasakan oleh adanya reseptor pengecap yang


disebut sel-sel pengecap. Reseptor ini secara konstan memberi
informasi mengenai sifat-sifat zat yang masuk melalui mulut pada
waktu makan, selain itu terdapat papilla pada lidah. Ada empat macam
rasa kecap utama yaitu: pahit, manis, asam dan asin. Indera pengecap
sangat penting untuk kelangsungan hidup hewan. Hewan yang
mempunyai alat penciuman kurang tajam, maka kurang berkembang
pula alat pengecapnya. Reseptor pengecap adalah suatu kemoreseptor
karena dapat dirangsang oleh berbagai zat kimia.
6. Kemoreseptor

Indera penciuman dan pengecap termasuk suatu kemoreseptor,


sebab indera pengecap merupakan alat yang bisa merasakan zat-zat
kimia dan indera penciuman bisa mencium berbagai sifat zat kimia
terutama baunya. Hewan-hewan rendah juga memiliki beberapa
kemoreseptor yang berkembang baik dan berperanan penting pada
kelangsungan hidupnya. Contohnya bila asam lemah diteteskan pada
tubuhnya maka protozoa (Amoeba,sp) akan menggerakkan
pseudopodianya, Hydra dapat membedakan makanan yang hidup dan
yang mati. Kemoreseptor berfungsu juga sebagai alat simbiosis
komensalisme dan parasitisme.

Proprioseptor
Informasi mengenai kedudukan tubuh dan lender dirasakan oleh
propriseptor. Proprioseptor terdapat pada empat otot (otot lurik), pada
tendon otot, pada selaput pembungkus otot berupa ujung saraf Paccini
dan pada sendi. Proprioseptor merupakan suatu mekanoseptor.
Proprioseptor penting untuk mengatur koordinasi aktifitas otot.

Interoseptor
Interoseptor menyampaikan informasi mengenai kejadian-
kejadian di dalam tubuh. Di dalam tubuh hewan banyak reseptor yang
secara konstan menyampaikan informasi tentang keadaan alat-alat
dalam seperti jantung, paru-paru, pembuluh darah dan informasi
tentang lingkungan dalam seperti kadar glukosa darah, konsentrasi
ion, dan PH kepada saraf pusat. Semua reseptor diatas termasuk
kedalam interoreseptor.
Selain interoseptor juga terdapat interoseptor khusus yang berfungsi
sebagai alat keseimbangan. Letaknya pada telinga dalam yang disebut
Labirin. Labirin terdiri atas alat keseimbangan untuk merasakan
gerakan kepala yaitu saluran-saluran semisirkuler dan alat untuk
mengetahui kedudukan kepala yaitu utrikulus dan sakulus.

Fotoreseptor
Hampir semua hewan mempunyai kapasitas untuk merespon
terhadap cahaya. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik dan
organ visual dari hewan memperlihatkan perbedaan sensitifitas
terhadap gelombang cahaya yang berbeda. Disamping
memperlihatkan sensitifitas teerhadap cahaya, kebanyakan hewan
telah mempunyai organ penglihatan yang baik yaitu mata. Mata atau
titik mata ditemukan pada Platyhelminthes, Nematelminthes, Annelida,
Molluska, Arthropoda dan semua Vertebrata. Mata dibangun oleh sel-
sel fotoreseptor yang menerima kualitas cahaya tertentu seperti
intensitas dan warna.
Struktur mata Vertebrata

Mata mammalia merupakan organ khusus yang bentuknya


hamper bundar. Gerakan bola mata dikendalikan oleh enam otot
intrinsik yang diberi nama sesuai dengan temapt melekatnya. Bola
mata mempunyai tiga lapisan dinding. Paling luar disebut lapisan
sclera yang dibangun oleh jaringan fibrosa. Mempunyai fungsi sebagai
pelindung. Sclera sebalah muka berubah menjadi transparan seperti
gelas yang disebut kornea. Di permukaan luar kornea dilapisi oleh
lapisan tipis transparan dan banyak mengandung pembuluh darah.
Lapisan ini disebut konjungtiva. Lapisan tengah disebut lapisan koroid.
Koroid dibangun oleh jaringan ikat yang mempunyai banyak pembuluh
darah dengan sejumlah se-sel pigmen. Pada beberapa binatang malam
pada koroid terdapat lapisan pemantul yang disebut tapetum dan pada
malam hari kelihatan memantulkan cahaya. Di bagian muka mata
koroid memisahkan diri dari sclera membentuk iris. Pada mamalia iris
mempunyai pigmen. Lapisan yang terdalam disebut retina, merupakan
lapisan saraf yang tipis, sensitif terhadap cahaya dan berisi epitel
sensorik. Bayangan dari suatu benda yang kita lihat akan terbentuk
pada retina. Di belakang iris terdapat sebuah lensa cembung yang
diikat oleh otot lensa. Lensa membagi mata menjadi dua buah rongga
yaitu ruangan antara kornea dengan lensa (rongga muka) dan ruangan
di belakang lensa (rongga belakang). Kedua rongga itu diisi cairan
kental. Rongga belakang berisi vitreous humour yang transparan dan
seperti jeli sedangkan rongga muka berisi aqueous humour.

Struktur retina

Retina merupakan lapisan yang sangat halus dan sangat sensitif


terhadap cahaya. Retina menangkap bayangan dari obyek dari luar
dan meneruskan kesan tersebut ke pusat penglihatan pada korteks
serebral. Sebelum cahaya sampai pada lapisan reseptor (sel kerucut
dan batang) terlebih dahulu harus menembus melewati kornea,
aqueous humour, lensa , vitreous humour dan lapisan retina. Lapisan
reseptor mempunyai suatu daerah yang disebut fovea yang hanya
berisi sel-sel kerucut. Penyebaran sel-sel kerucut dan sel batang pada
retina mata tidak merata. Pada manusia mulai dari fovea ke bagian
tepi dari retina jumlah sel kerucut makin berkurang sedang sel batang
makin bertambah. Pada hewan malam retina terutama berisi sel-sel
batang. Sebaliknya hewan yang aktif pada siang hari retinanya berisi
sel kerucut. Sel-sel batang sangat penting untuk penglihatan pada
waktu cahaya berkurang tapi tidak dapat melihat warna. Pigmen yang
sensitif terhadap cahaya yang terdapat pada sel batang akan terurai
oleh cahaya yang terdapat pada sel batang akan terurai oleh cahaya
dan dibentuk kembali waktu gelap. Karena regerasinya lambat maka
fotosintesis sel batang secara berangsur bertambah di tempat yang
gelap. Sel kerucut sangat penting untuk penglihatan di waktu terang
dan dengan adanya sel-sel kerucut kita dapat melihat zat warna. Sel-
sel kerucut memerlukan cahaya terang agar dapat berfungsi. Pada
fovea atau bintik kuning hanya terdapat sel-sel kerucut dan tiap sel
dihubungkan dengan satu serabut saraf. Sel kerucut juga mempunyai
pigmen yang sensitive pada cahaya. Terdapat tiga macam pigmen,
salah satu yang telah dapat diketahui adalah iodopsin. Terdapat tiga
type sel kerucut yang peka terhadap sinar merah, hijau dan biru.

Warna pada penglihatan

Warna pada penglihatan Vertebrata disebabkan adanya tiga


macam pigmen, msing-masing pigmen cocok dengan panjang
gelombang cahaya tertentu yang sesuai dengan warna biru, hijau dan
merah. Menurut teori trichromatik ketiga pigmen tersebut terdapat
terpisah pada sel-sel kerucut. Pigmen-pigmen tersebut terdapat secara
bersama-sama atau secara kolektif bertanggung jawab atas
kesempurnaan melihat warna.

Akomodasi
Akomodasi berarti memfokuskan atau memusatkan bayangan.
Pada hewan-hewan tertentu masalah akomodasi dipecahkan dengan
jalan menambah dan mengurangi panjang bola mata. Akomodasi
denganmengubah jarak lensa sebagai berikut:

1. Pada Cyclostomata dan Teleostei (ikan bertulang) untuk obyek


yang dekat lensa tidak diubah, tapi untuk yang jauh lensa mata
digerakkan ke belakang (diameter bola mata diperkecil).
2. Ikan tulang rawan, Amfibi dan bangsa ular lensa tidak diubah
untuk obyek yang jauh dan digerakkan ke muka untuk obyek
yang dekat (diameter bola mata bertambah).
Pada mamalia burung dan reptil (selain dari ular) lensa tidak
dapat diubah jaraknya tapi dapat diubah kecembungannya.
Pengaturan kecembungan lensa diatur oleh otot-otot lensa.

INDERA PENDENGARAN

Suara merupakan energi yang berupa getaran udara, air atau


benda padat. Manusia dapat mendengar suara pada frekuensi antara
20-20.000 Hz. Anjing dapat mendengar suara sampai 30.000 Hz,
sedangkan kelelawar mampu umtuk mendengar suara dengan
frekuensi 100.000 Hz dan menggunakannya untuk orientasi waktu
terbang. Tidak hanya Vertebrata saja yang dapat mendengar, tetapi
hewan Avertebrata ada juga yang memiliki alat pendengar.
Alat pendengar pada Insect

Reseptor pendengaran pada serangga terdapat pada rambut-


rambut sensoris, banyak diantaranya yang mempunyai sel-sel sensori
yang dapat mendeteksi suara. Hampir semua serangga mempunyai
reseptor yang dapat merespon getaran udara dengan frekuensi lebih
dari 10 KHz.

Alat pendengaran Pisces

Selain memilki gurat sisi, ikan juga memiliki telinga dalam yang
berisi reseptor untuk keseimbangan (labirin) dan reseptor pendengar.
Sel-sel rambut pada gurat sisi ikan peka terhadap getaran dengan
frekuensi lebih dari 200 Hz.

MEKANISME PENGHANTARAN IMPULS

Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf

Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun


tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel.
Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar
dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan
bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan
perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai
dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada
atau tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk
sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat).
Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000
detik. Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang
dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat
atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls
yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas
ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson.
Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih
besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis Titik temu antara terminal akson
salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap
terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam
sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran
kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron
yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.
Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis
disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka
vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis.
Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa
asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang
terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf
simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak.
Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel
pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel
saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka
akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh
membran post-sinapsis. Antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis
berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-
sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot.
Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.

SISTEM SARAF PADA AVERTEBRATA

Sistem saraf hewan bersel satu

Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang


tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel
penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap
stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel
dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan
Paramaecium meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi
protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk
hidup seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap
linngkungannya.

Sistem saraf pada Coelenterata

Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon


laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan
gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel
saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai
jala yang disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf
berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk
sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian
impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala
sudah merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps.

Sistem saraf pada Echinodermata


Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf
primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf
sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi
susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala belum ada
pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi)
dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.

Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada


Coelenterata tapi sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya
sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf sensorik dan
telah ada refleks. Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam
cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi
ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf
radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem


saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi
sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut
dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala
terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk
seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi
terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau
melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang
lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh. Ganglion
kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima
impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion
kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.

Sistem saraf pada Arthropoda

Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral


seperti pada cacing tanah, dan Mollusca primitif. Perkembangan yang
kompleks pada otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies
tapimpada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum,
deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan
stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol
ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan
abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks
lokal. Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral bersatu dengan
ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang ditembus
oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu
sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata
sederhana. Pada udang terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua
buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-
ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar
berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang
dari otak dan korda ventral.

Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada


hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat
tambahan anterior. Ada 2 buah mata majemuk yang tersususn dari
banyak unit optik yang disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu
terdapat pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis, terdapat
pada dasar antenul-antenul. Belalang mempunyai sebuah otak dorsal
atau juga disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu
disatukan dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal.
Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah
ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf
sentral.

Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf)


untuk meraba,merasa, dan membau sesuatu. Sebuah membrana
tympani terdapat pada permukaan segmen abdomen pertama.
Membrana tympani itu terlibat atau terbawa serta dalam mendeteksi
suara. Pada sayap dan kaki belalang sering terdapat alat-alat untuk
membuat suara. Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang
besar-besar, terdiri dari ommatidia. Di samping itu ada 3 oselli atau 3
buah mata sederhana

Sistem saraf Annelida

Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion


supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di
sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan
dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari
ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf
ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu
membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral
bercabang-cabang lateral. Palpus dan tentakel pada hewan ini
merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal.
Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri
dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada
vertebrata.

Gbr. Annelida dan bagian-bagiannya

Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion


ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di
samping inti ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut
otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring
menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap
metamer terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral
tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris
yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya. Pada cacing tanah
sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu
telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya.
Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih
tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka
terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh
disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap
ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali
saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang
menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada
disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang
menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi
bersama-sama.

Sistem saraf Mollusca Pada tiram terdapat 3 pasang ganglion,


sepasang dekat esophagus, sepasang dalam kaki, dan sepasang dekat
ujung posterior massa visceral. Ganglion-ganglion itu dihubungkan
satu dengan yang lain dengan serabut-serabut longitudinal dan yang
anterior juga oleh serabut-serabut transversal. Sel-sel sensori, mungkin
peka terhadap sentuhan dan cahaya, terdapat di sepanjang batas
mantel. Organ untuk mendeteksi gangguan keseimbangan terdapat
pada tiram. Organ perasa kurang berkembang dibandingkan anggota
molluska lainnya.

Gbr. Bekicot (klas Gastropoda) dan bagian-bagiannya

Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan


sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf
jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.
Pada ujung tiap tentakel posterior (panjang) terdapat sebuah mata
dengan kornea, lensa dan retina dan mungkin juga organ pencium
(olfaktorius). Di bawah ganglia kaki terdapat sepasang statokis, yaitu
organ keseimbangan, masing-masing mengandung benda-benda
berkapur, silia dan sel-sel peraba. Dalam lapisan epidermis kepala dan
kaki terdapat pula struktur peraba. Pada gastropoda, serebral atau
ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol ganglia
yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini
dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal,
pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat
otak yang kompleks karena adanya penggabungan berbagai ganglia
yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya mempunyai
bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian suboesofagus
terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu
terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang
mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak
supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang
berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.

Gbr. Cumi-cumi (klas Cephalopoda) dan bagian-bagiannya

SISTEM SARAF PADA VERTEBRATA

Sistem saraf Pisces

Ikan perak mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius,


hemisfer serebral, dan diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan
serebellum besar. Ada 10 pasang saraf kranial. Korda saraf tertutup
dengan lengkung-lengkung neural sehingga mengakibatkan saraf
spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh. Terdapat pada ikan
bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong dengan sel-sel
yang sensitif terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa
di sekitar mulut. Mata lebar mungkin hanya jelas untuk melihat dekat,
tetapi dapat digunakan untuk mendeteksi benda-benda yang bergerak
diatas permukaan air atau di darat didekatnya. Telinga dalam dengan 3
saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk keseimbangan. Ikan tidak
mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang telinga. Oleh sebab
itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala atau
tubuh. Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan
berguna untuk mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti
menghindar dari batu-batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh saraf
kranial ke X (N. vagus),oleh sebab itu beberapa ahli berpendapat
bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal sama seperti garis
lateral.

Sistem saraf Amphibi

Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian


yang terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk
pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9 membentuk pleksus
iskiadikus. Mata dengan kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,
dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang transparan (membran
niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot superior, inferior,
rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus superior.
Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3
szlurzn semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan
horizontal. Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada
telinga luar), membawa implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam
telinga tengah yang memancarkan implus-implus melalui stapes ke
koklea).
Sistem saraf Reptil

Otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer


serebral, 2 lobus optikus, serebellum, medulla oblongata yang
melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus
optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12
pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke
somit-somit tubuh. Pada lidah terdapat kuncup-kuncup perasa, dan
terdapat organ pembau pada rungga hidung. Mata dengan kelenjar air
mata. Telinganya seperti telinga vertebrata rendah. Saluran auditori
eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga dalam
dengan tiga saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari ruang
tympani ada saluran eustachius dan bermuara dalam faring di
belakang hidung dalam.

Sistem saraf Aves

Bentuk otak dan bagian-bagiannya tipikal pada burung. Lobus


olfaktorius kecil, serebrum besar sekali. Pada ventro-kaudal serebrum
terletak serebellum dan ventral lobus optikus.lubang telinga nampak
dari luar, dengan meatus auditoris eksternal terus kemembran tympani
(gendang telinga). Telinga tengah dengan saluran-saluran semi sirkulat
terus ke koklea. Pendengaran burung dara sangat baik. Dari telinga
tengah ada saluran eustachius menuju ke faring dan bermuara pada
langit-langitt bagian belakang.
Hidung sebagai organ pembau dimulai dengan dua lubang hidung
yang berupa celah pada dorsal paruh. Indra pencium pada burung
kurang baik. Mata besar dengan pekten yaitu sebuah membran
bervaskulasi dan berpikmen yang melekat pada mangkuk optik, dan
melanjut kedalam humor vitreus. Syaraf optik memasuki sklera mata di
tempat yanag disebut bingkai skleral. Mata dengan kelenjar air mata.
Penglihatan terhadap warna sangat tajam dan cepat berakomodasi
pada berbagai jarak. Sistem saraf Mammalia Cerebrum besar jika
dibandingkan dengan keseluruhan otak. Serebelum juga besar dan
berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah. Setiap bagian
lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan
posterior. Mempunyai telinga luar. Gelombang suara disalurkan melalui
meatus auditori eksternal ke membran tympani. Telinga tengah
mengandung 3 buah osikel auditori. Koklea agak berkelok. Mata tidak
mengandung pekten (seperti yang terdapat pada burung). Di banding
dengan vertebrata yang lebih rendah, maka pada kelinci membran
olfaktori lebih luas, organ pembau lebih efektif, karena membran
olfaktori itu lebih luas. Hal itu disebabkan karena papan-papan tulang
dalam rongga hidung bergulung-gulung membentuk kurva.
SISTEM ENDOKRIN (HORMON)

Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar


endokrin (kelenjar buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan,
reproduksi, tingkah laku, keseimbangan dan metabolisme. Hormon
masuk ke dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang
dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar
dan lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan
sel. Hormon memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar


endokrin dalam jumlah sangat kecil
2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapoat
di sel target
3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target,tetapi
dapat juga mempengaruhi beberapa sel target belainan.

Hormon terdiri dari 2 jenis berdasarkan struktur kimiawinya yaitu


hormon yang terbuat dari peptida (hormon peptida) dan hormon yang
terbuat dari kolesterol (hormon steroid). Perbedaan saraf dan hormon
adalah saraf bekerja cepat dan pengaruhnya cepat hilang. Sedangkan
hormon bekerja lambat dan pengaruhnya lama. Berdasarkan waktu
pembuatan, kelenjar yang menghasilkan hormon terbagi atas kelenjar
yang bekerja sepanjang waktu ,contohnya: kelenjar
hipofisis,tiroid,pankreas,adrenal, serta kelenjar yang bekerja pada usia
tertentu, contohnya: kelenjar reproduksi dan kelenjar timus. Hormon
dikeluarkan dan masuk ke aliran darah dalam konsentrasi rendah
hingga menuju ke organ atau sel target. Beberapa hormon
membutuhkan substansi pembawa seperti protein agar tetap berada di
dalam darah. Hormon lainnya membutuhkan substansi yang disebut
dengan reservoir hormon supaya kadar hormon tetap konstan dan
terhindar dari reaksi penguraian kimia. Saat hormon sampai pada sel
target, hormon harus dikenali oleh protein yang terdapat di sel yang
disebut reseptor. Molekul khusus dalam sel yang disebut duta kedua
(second messenger) membawa informasi dari hormon ke dalam sel.
Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan Dalam tubuh manusia
ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid,
paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan
testis.

a. Hipofisis

Kelenjar ini terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan


bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master gland. Kelenjar
hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian
tengah, dan bagian posterior.

b. Tiroid (Kelenjar Gondok)

Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di


antara keduanya dapat daerah yang menggenting. Kelenjar ini
terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan
pengaturan suhu tubuh. Tiroksin mengandung banyak iodium.
Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang
mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus
bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin
menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat
dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak
mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan mental yang
menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang
masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di
dalam makanan. Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan
penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus Basedowi) dengan gejala sebagai
berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut nadi bertambah,
gelisah, gugup, dan merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah
bola mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan kelenjar tiroid membesar.

c. Paratiroid / Kelenjar Anak Gondok

Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini


menghasilkan parathormon yang berfungsi mengatur kandungan fosfor
dan kalsium dalam darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan tetani
dengan gejala: kadar kapur dalam darah menurun, kejang di tangan
dan kaki, jari-jari tangan membengkok ke arah pangkal, gelisah, sukar
tidur, dan kesemutan. Tumor paratiroid menyebabkan kadar
parathormon terlalu banyak di dalam darah. Hal ini mengakibatkan
terambilnya fosfor dan kalsium dalam tulang, sehingga urin banyak
mengandung kapur dan fosfor. Pada orang yang terserang penyakit ini
tulang mudah sekali patah. Penyakit ini disebut von Recklinghousen.

d. Kelenjar Adrenal/Suprarenal/ Anak Ginjal

Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal.


Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas
dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula).
Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison
dengan gejala sebagai berikut: timbul kelelahan, nafsu makan
berkurang, mual, muntahmuntah, terasa sakit di dalam tubuh. Dalam
keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin
meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah
lebih banyak. Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus,
melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti
dengan rambut berdiri.

e. Pankreas

Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai


pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur
konsentrasi glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke
sel hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen untuk
disimpan. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit
diabetes. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan
hormon glukagon yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.

f. Ovarium

Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain


menghasilkan sel telur, ovarium juga menghasilkan hormon. Ada dua
macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu sebagai berikut.

Estrogen

Hormon ini dihasilkan oleh Folikel Graaf. Pembentukan estrogen


dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen ialah menimbulkan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-
tanda kelamin sekunder adalah ciri-ciri yang dapat membedakan
wanita dengan pria tanpa melihat kelaminnya. Contohnya,
perkembangan pinggul dan payudara pada wanita dan kulit menjadi
bertambah halus.

Progesteron

Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum. Pembentukannya


dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan dinding uterus agar
dapat menerima telur yang sudah dibuahi. Plasenta membentuk
estrogen dan progesteron selama kehamilan guna mencegah
pembentukan FSH dan LH. Dengan demikian, kedua hormon ini dapat
mempertahankan kehamilan.

g. Testis

Seperti halnya ovarium, testis adalah organ reproduksi khusus


pada pria. Selain menghasilkan sperma, testis berfungsi sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen, yaitu
testosteron. Testosteron berfungsi menimbulkan dan memelihara
kelangsungan tanda-tanda kelamin sekunder. Misalnya suaranya
membesar, mempunyai kumis, dan jakun. Sistem Hormon pada Hewan
Sel-sel neurosekresi terdapat pada terutama hewan rendah kecuali
hewan bersel satu. Pada Coelenterata dan annelida tidak terdaopat
kelenjar endokrin tapi mekanisme neurosekresi mengatur
pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing pipih dan
nematoda hanya mempunyai mekanisme neurosekresi. Hewan rendah
yang mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda dan
hewan yang lebih kompleks lainya. Pada Crustacea terdapat kelenjar
sinus pada insekta ada korpus kardiakum.kedua kelenjar tersebut
sama dengan neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang) pada
vertebrat. Jadi pada dasarnya hewan rendah maupun vertebrata
terdapat suatu hub ungan antara sistem syaraf dengan kelenjar
endokrin. Hipotisis pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin.

Coelenterata
Pada Coelenterata selurah sistem syaraf bekerja sebagai sistem
neurosekresi. Misalnya pada ubur-ubur syaraf cincin sirkum oral
dengan serabut radialnya mempunyai sel-sel neurosekresi.
Neurohormon belum diketahui strukturnya tapi mempunyai fungsi
penting misalnya untuk proses melepaskan gamet.

Platyhelminthes
Pada cacing pipih sel-sel neurosekresi terdapat pada ganglion otak.
Fungsinya belum diketahui tapi diduga belum mempunyai peranan
dalam proses regenerasi.

Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion
supraoesofagus, ganglion suboesufagus dan ganglion ventral. Neuro
hormon pada cacing tanah banyak diselidiki peran neurohormon pada
annelida ialah dalam fungsi:

1. Tumbuh dan regenerasi


2. Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi
3. Pemotongan ganda dan perkembangan seksual
4. Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)
5. Penyembuhan luka

Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak molluska. Pada molluska
terdapat pula kelenjar endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar
tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus.Pada sejenis siput jika
tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis
dipercepat. Jika ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi
sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang produksi telur. Dari contoh
diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel
neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon).
Neurohormon dari tentakel merangsang produksi sperma sedang dari
otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus proses
kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi
pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-
kelenjar optik-gonade pada octopus sama seperti hubungan
hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.

Crustacea (udang-udangan)

Mekanisme neurosekresi pada udang-udangan sangat kompleks dan


sangat erat hubungannya dengan sistem saraf dan ganglionnya.
Diantaranya hormon yang penting adalah:

1) Beberapa Neurohormon Tangkai Mata Terdapat beberapa


neurohormon yang berasal dari ganglia optik yang letaknya pada
tangkai mata:
Hormon Pigmen Retina
Kromatorotrofin
Hormon Hiperglikemik
Hormon Inhibitor Ovarium
Hormon Inhibitor Pengelupasan (Moulting)
2) Organ Y
3) Kelenjar Androgen Pada Jantan
4) Ovarium

Insecta
Hampir semua hormon dihasilkan sel neurosekresi dari ganglion otak
dan ganglia lainnya yang dapat ditemukan pada protoserebrum,
tritoserebrum, ganglion suboesofagus dan ganglia ventral.

Hewan diketahui juga menghasilkan sejumlah hormon yaitu : Juvenil


hormone(JH), merangsang perubahan serangga dari bentuk ulat ke
larva. Hormon ini tidak dihasilkan ketika serangga mencapai bentuk
dewasanya. Ecdysone, merangsang perubahan atau pergantian kulit
serangga. Hormon ini bekerja antagonis dengan JH. Octopamine,
menaikkan kadar penggunaan glukosa oleh otot. Adipokinetic
Hormone, mempercepat perubahan lemak menjadi energy. Bovine
Somatotropin (BST), meningkatkan produksi susu pada ternak.

METABOLISME HEWAN
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Metabolisme sel adalah proses-proses pengubahan biokamis yang


terjadi di dalam sel dan dapat di bedakan menjadi anabolisme atau
penyusunan dan katabolisme atau penguraian. Penyusunan pada sel-
sel hewan tidak seperti yang dalam sel tumbuhan, akan tetapi
katabolismenya mempunyai kesamaan dengan sel tumbuhan meliputi
peristiwa respirasi, yaitu pembokaran zat-zat makanan menjadi energi.
Tanaman dan binatang mengambil makanan yang terdiri atas
protoplasma yang dibuat dari bahan protein, karbohidrat, dan lemak
bersama-sama vitamin-vitamin, garam-garam dan air. Air dan garam
anorganik diserap dari saluran pncernaan tanpa perubahan tetapi
material protoplasmatis harus diubah sebelum dipergunakan. Sistim
pencernaan ini merupakan suatu laboratorium. Metabolisme
merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam
organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan
penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme
biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim, yang
dikenal pula sebagai jalur metabolisme. Metabolism total merupakan
semua proses biokimia di dalam organisme. Metabolisme sel
mencakup semua proses kimia di dalam sel. Tanpa metabolisme,
makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup. Tiap hari kita
membutuhkan paling sedikit 5000-6000 kalori yang diperinci sebagai
berikut: 8 jam tidur membutuhkan 568 kal, 8 jam bangun
membutuhkan 736 kkal, 8 jam badan aktif membutuhkan 1568 kkal
(minimum). Kebanyakan hanya 15% energi yang diambil dai makanan
yang dipakai sebagai sumber energi mekanik. Kebutuhan kalori
tergantung dari umur, sex, pekerjaan, akifitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan


masalah sebagai berikut:
Apa sajakah jenis-jenis metabolism yang ada pada hewan?

Bagaimanakah cara kerja dari tiap metabolism untuk membantu


kehidupan hewan?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apa sajakah jenis-jenis


metabolism yang ada pada hewan dan bagaimanakah cara kerja dari
tiap metabolisme untuk membantu kehidupan hewan.
1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini memberikan beberapa manfaat terutama dalam aspek


akademis dimana masyarakat dapat mengetahui apa sajakah jenis-
jenis metabolism yang ada pada hewan dan bagaimanakah cara kerja
dari tiap metabolism untuk membantu kehidupan hewan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembagian Metabolisme

2.1.1 Katabolisme

Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses


pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan
organisme untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya reaksi
pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang
menangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme
adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan
oleh reaksi anabolisme. Sifat dasar yang pasti dari reaksi katabolisme
berbeda pada setiap organisme, dimana molekul organik digunakan
sebagai sumber energi pada organotrof, sementara litotrof
menggunakan substrat anorganik dan fototrof menangkap cahaya
matahari sebagai energi kimia. Tetapi, bentuk reaksi katabolisme yang
berbeda-beda ini tergantung dari reaksi redoks yang meliputi transfer
elektron dari donor tereduksi seperti molekul organik, air, amonia,
hidrogen sulfida, atau ion besi ke molekul akseptor seperti oksigen,
nitrat, atau sulfat. Pada hewan reaksi katabolisme meliputi molekul
organik kompleks yang dipecah menjadi molekul yang lebih sederhana,
seperti karbon dioksida dan air. Pada organisme fotosintetik seperti
tumbuhan dan sianobakteria, reaksi transfer elektron ini tidak
menghasilkan energi, tetapi digunakan sebagai tempat menyimpan
energi yang diserap dari cahaya matahari. Urutan yang paling umum
dari reaksi katabolik pada hewan dapat dibedakan menjadi tiga
tahapan utama. Pertama, molekul organik besar seperti protein,
polisakarida, atau lemak dicerna menjadi molekul yang lebih kecil di
luar sel. Kemudian, molekul-molekul yang lebih kecil ini diambil oleh
sel-sel dan masih diubah menjadi molekul yang lebih kecil, biasanya
asetil koenzim A (Asetil KoA), yang melepaskan energi. Akhirnya,
kelompok asetil pada KoA dioksidasi menjadi air dan karbon dioksida
pada siklus asam sitrat dan rantai transpor elektron, dan melepaskan
energi yang disimpan dengan cara mereduksi koenzim Nikotinamid
Adenin Dinukleotida (NAD+) menjadi NADH.
Pada setiap organisme, untuk menghasilkan energi tersebut dapat
dibagi dalam dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Respirasi seluler atau respirasi aerob, yaitu reaksi yang
menggunakan oksigen sebagai bahan bakar organik. Secara umum
keseluruhan proses pada respirasi seluler berlangsung sebagai berikut:
Senyawa organik + Oksigen > Karbon dioksida + Air + Energi
Termasuk ke dalam reaksi seluler adalah reaksi glikolisis, siklus Krebs,
dan transpor elektron, dimana diantara glikolisis dan siklus Krebs
terdapat sebuah reaksi antara yang disebut dekarboksilasi oksidatif.

2. Fermentasi, atau respirasi anaerob, yaitu proses pemecahan molekul


yang berlangsung tanpa bantuan oksigen. Termasuk ke dalam
fermentasi adalah fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, dan
fermentasi asam cuka. Pada hakikatnya, respirasi adalah pemanfaatan
energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun
dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber energi
bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Aktivitas hidup
yang memerlukan energi, antara lain sebagai berikut.

1. Kerja mekanis: Salah satu bentuk kerja mekanis adalah lokomosi.


Kerja mekanis selalu terjadi jika sel otot berkontraksi.
2. Transpor Aktif: Dalam transpor aktif, sel-sel harus mengeluarkan
energi untuk mengangkut molekul zat atau ion yang melawan
gradien konsentrasi zat.
3. Produksi Panas : Energi panas penting bagi tubuh burung dan
hewan menyusui. Energi panas ini, umumnya timbul sebagai
hasil sampingan transformasi energi dalam sel. Misalnya, pada
proses kontraksi otot, terjadi pemecahan ATP. Disamping timbul
energi mekanik, timbul juga energi panas.
Contoh katabolisme adalah proses pernapasan sel atau respirasi.
Respirasi merupakan oksidasi senyawa organik secara terkendali
untuk membebaskan energi bagi pemeliharaan dan
perkembangan makhluk hidup.
Berdasarkan kebutuhan terhadap tersedianya oksigen bebas,
dibedakan atas :
A. Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen
bebas, jadi oksigen merupakan senyawa penerima hidrogen
terakhir.
B. Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan
oksigen bebas. Jadi sebagai penerima hidrogen terakhir bukan
oksigen tetapi senyawa-senyawa tertentu seperti asam piruvat,
asetaldehid.

A. Respirasi Aerob

Respirasi sel secara Aerob berlangsung melalui empat tahap, yaitu :


1. Glikolisis
Berlangsung di Sitoplasma
Berlangsung secara anaerob
Mengubah satu molekul glukosa (senyawa berkarbon 6) menjadi
dua molekul asam piruvat (senyawa berkarbon 3)
Dihasilkan energi sebesar 2 ATP dan 2 NADH untuk tiap molekul
glukosa.

2. Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat.

Berlangsung pada matriks mitokondria.


Mengubah Asam Piruvat (senyawa berkarbon 3) menjadi Asetil-
KoA (senyawa berkarbon 2).
Dihasilkan 1 NADH dan CO2, untuk tiap molekul Asam Piruvat
menjadi Asetil-KoA.
3 Daur Krebs
Berlangsung pada metriks motokondria
Mengubah Asetil-KoA (senyawa berkarbon 2) menjadi CO2
(senyawa berkarbon 1).
Untuk tiap molekul senyawa Asetil-KoA dihasilkan IATP, 1
FADH dan3 NADH.

4. Rantai Pengangkutan Elektron

NADH dan FADH merupakan senyawa pereduksi yang menghasilkan


ion hidrogen. Satu molekul NADH akan melepaskan / menghasilkan 3
ATP, sedangkan satu molekul FADH akan melepaskan / menghasilkan 2
ATP.
Tabel Jumlah ATP Yang Dihasilkan Selama Respirasi Sel :
Proses Jenis ekseptor Jumlah ATP yang dihasilkan
Glikolisis
Glukosa> 2 asam piruvat
2 NADH
2 ATP
Reaksi antara
2 asam piruvat>2 asetil KoA + 2 CO2
2 NADH
Siklus Krebs
2 asetil KoA> 4 CO2
6 NADH
2 FADH2
2 ATP
Transfer elektron
10 NADH + 5 O2 >10 NAD + H O
2 FADH + O2 >2 FAD + 2 H2O
30 ATP
4 ATP

Pada proses glikolisis digunakan 2 molekul ATP sehingga hasil bersih


ATP = 38-2 = 36.
B. Respirasi Anaerob

Pada respirasi Anaerob jalur yang ditempuh meliputi :


1. Glikolisis
2. Pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) atau pembentukan asam
laktat (fermentasi asam laktat).
Fermentasi Alkohol :
Aseptornya : Aseltadehid, hasilnya etanol, terjadi pada sel tumbuhan
Reaksi : C6 H 12O6 2 C2 H5 OH + 2 CO2 + 2 ATP
Glukosa Etanol
Fermentasi Laktat
Aseptornya : Asam Piruvat, hasilnya Asam Laktat, terjadi pada sel
hewan.
Reaksi : C6 H 12O6 C3 H6 O3 + 2 ATP
Glukosa As, Laktat

Katabolisme Lemak dan Protein, Katabolisme lemak dimulai dengan


pemecahan lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol yang
merupakan senyawa dengan 3 atom C dapat dirubah menjadi gliseral
dehid 3-fosfat. Selanjutnya gliseral dehid 3-fosfat mengikuti jalur
glikolisis sehingga terbentuk piruvat. Sedangkan asam lemak dapat
dipecah menjadi molekul-molekul dengan 2 atom C. Molekul dengan 2
atom C ini kemudian diubah menjadi asetil koenzim A. Kalian dapat
menghitung satu. Asam amino dihasilkan dari proses hidrolisis protein.
Setelah gugus amino dari asam amino dilepas, beberapa asam amino
diubah menjadi asam piruvat dan ada juga diubah menjadi asetil
koenzim A. Gugus amino yang dilepas dari asam amino dibawa ke hati
untuk diubah menjadi amoniak (NH3) dan dibuang lewat urine, 1 gram
protein menghasilkan energi yang sama dengan 1 gram karbohirat.

2.2 Jalur Umum Metabolisme

2.2.1 Metabolisme Karbohidrat

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah


massa karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke
dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta
dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain dalam tubuh dapat
dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama bagi
jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar
universal bagi janin. Unsur ini diubah menjadi karbohidrat lain dengan
fungsi sangat spesifik, misalnya glikogen untuk simpanan, ribose
dalam bentuk asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam
senyawa lipid kompleks tertentu dan dalam bentuk gabungan dengan
protein, yaitu glikoprotein serta proteoglikan. Peristiwa yang dialami
unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap adalah
METABOLISME INTERMEDIAT. Jadi metabolisme intermediat mencakup
suatu bidang luas yang berupaya memahami bukan saja lintasan
metabolik yang dialami oleh masing-masing molekul, tetapi juga
interelasi dan mekanisme yang mengatur arus metabolit melewati
lintasan tersebut.
Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:

1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)

Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa


pembentuk struktur dan mesin tubuh. Salah satu contoh dari kategori
ini adalah sintesis protein.

2. Lintasan katabolik (pemecahan)

Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi


bebas, biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur
ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

3. Lintasan amfibolik (persimpangan) Lintasan ini memiliki lebih dari


satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme sehingga
bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan
katabolik. Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat.

Siklus asam sitrat sebagai lintasan amfibolik dalam metabolisme


(perhatikan jalur persimpangan jalur katabolisme dan anabolisme)
(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Sifat diet atau makanan menentukan pola dasar metabolisme di dalam
tubuh. Mamalia, termasuk manusia harus memproses hasil penyerapan
produk-produk pencernaan karbohidrat, lipid dan protein dari
makanan. Secara berurutan, produk-produk ini terutama adalah
glukosa, asam lemak serta gliserol dan asam amino. Semua produk
hasil pencernaan diproses melalui lintasan metaboliknya masing-
masing menjadi suatu produk umum yaitu Asetil KoA, yang kemudian
akan dioksidasi secara sempurna melalui siklus asam sitrat.

Ilustrasi skematis dari lintasan metabolik dasar

Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong


sebagai katabolisme maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi
piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta
glukoneogenesis. Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis


(dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA.
Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam


sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita


maka glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi
polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan
otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas
penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus
dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka
panjang.

5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi,


maka glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa
mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan
siklus asam sitrat.

6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga
habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein
harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan
glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi
glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk
memperoleh energi.

Beberapa jalur metabolisme karbohidrat

Glikolisis
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme
ini adalah proses pemecahan glukosa menjadi:

1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)

2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)

Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk


asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus
asam sitrat (Siklus Krebs). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan
utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.
Keseluruhan persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan
laktat adalah:
2L(+)-Laktat +2ATP +2H2OGlukosa + 2ADP +2Pi Secara rinci, tahap-
tahap dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut (pada setiap
tahap, lihat dan hubungkan dengan Gambar Lintasan detail
metabolisme karbohidrat):

1. Glukosa masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-


6 fosfat dengan dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase
pada sel parenkim hati dan sel Pulau Langerhans pancreas. Proses ini
memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP bereaksi sebagai kompleks
Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP digunakan, sehingga
hasilnya adalah ADP. (-1P) Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas
dalam jumlah besar berupa kalor, sehingga dalam kondisi fisiologis
dianggap irrevesibel. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh
produk reaksi glukosa 6-fosfat.

Mg2+Glukosa + ATP glukosa 6-fosfat + ADP

2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan


enzim fosfoheksosa isomerase dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-
ketosa. -glukosa 6-fosfat.Enzim ini hanya bekerja pada anomer

-D-fruktosa 6-fosfat -D-glukosa 6-fosfat

3. Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan


bantuan enzim fosfofruktokinase. Fosfofruktokinase merupakan enzim
yang bersifat alosterik sekaligus bisa diinduksi, sehingga berperan
penting dalam laju glikolisis. Dalam kondisi fisiologis tahap ini bisa
dianggap irreversible. Reaksi ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat,
sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)

D-fruktosa 1,6-bifosfat-D-fruktosa 6-fosfat + ATP

4. Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu


gliserahdehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir
oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase). D-gliseraldehid 3-
fosfat + dihidroksiaseton fosfatD-fruktosa 1,6-bifosfat

5. Gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton


fosfat dan sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini
mendapatkan katalisator enzim fosfotriosa isomerase.

dihidroksiaseton fosfatD-gliseraldehid 3-fosfat


6. Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi
1,3-bifosfogliserat, dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase,
senyawa dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-
bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-fosfat.

1,3-bifosfogliserat + NADH + H+D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ +


Pi

Enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi di atas adalah


gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung
kepada NAD. Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan dari proses
oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada
rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi.
(+3P)

Catatan:
Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi
Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing
memiliki 3 atom C, dengan demikian terbentuk 2 molekul gula yang
masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton
fosfat juga berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul
glukosa pada bagian awal, sampai dengan tahap ini akan
menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
7. Energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui
pembentukan ikatan sulfur berenergi tinggi, setelah fosforolisis,
sebuah gugus fosfat berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3
bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi ini ditangkap menjadi ATP dalam
reaksi lebih lanjut dengan ADP, yang dikatalisir oleh enzim fosfogliserat
kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.

3-fosfogliserat + ATP1,3-bifosfogliserat + ADP


Catatan:
Karena ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang
dihasilkan adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)

8. 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh


enzim fosfogliserat mutase. Senyawa 2,3-bifosfogliserat
(difosfogliserat, DPG) merupakan intermediate dalam reaksi ini. 2-
fosfogliserat3-fosfogliserat

9. 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan


bantuan enzim enolase. Reaksi ini melibatkan dehidrasi serta
pendistribusian kembali energi di dalam molekul, menaikkan valensi
fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.
Enolase dihambat oleh fluoride, suatu unsure yang dapat digunakan
jika glikolisis di dalam darah perlu dicegah sebelum kadar glukosa
darah diperiksa. Enzim ini bergantung pada keberadaan Mg2+ atau
Mn2+. fosfoenol piruvat + H2O2-fosfogliserat

10. Fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim
piruvat kinase sehingga menghasilkan ATP. Enol piruvat yang terbentuk
dalam reaksi ini mengalami konversi spontan menjadi keto piruvat.
Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar sebagai
panas dan secara fisiologis adalah irreversible.
piruvat + ATPFosfoenol piruvat + ADP

Catatan:
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat
sehingga total hasil energi pada tahap ini adalah 2 x 1P = 2P. (+2P) 11.
Jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH
melalui pemindahan sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan
dicegah. Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat. Reaksi ini
dikatalisir oleh enzim laktat dehidrogenase.

L(+)-Laktat + NAD+Piruvat + NADH + H+

Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah


konversi menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui
siklus asam sitrat (Siklus Krebs). Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH
+ H+ yang terbentuk dalam glikolisis akan diambil oleh mitokondria
untuk oksidasi melalui salah satu dari reaksi ulang alik (shuttle).

Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat substrat :+ 4P
- hasil oksidasi respirasi :+ 6P
- jumlah :+10P
- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : 2P
+ 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:


- hasil tingkat substrat :+ 4P
- hasil oksidasi respirasi :+ 0P
- jumlah :+ 4P
- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : 2P
+ 2P

Oksidasi Piruvat
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi
Asetil-KoA, yang terjadi di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir
oleh berbagai enzim yang berbeda yang bekerja secara berurutan di
dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran
interna mitokondria. Secara kolektif, enzim tersebut diberi nama
-ketokompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan kompleks
glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat. Jalur ini merupakan
penghubung antara glikolisis dengan siklus Krebs. Jalur ini juga
merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan
sebaliknya dari senyawa non karbohidrat menjadi karbohidrat.
Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat
adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat


didekarboksilasi menjadi derivate hidroksietil tiamin difosfat terikat
enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Produk
sisa yang dihasilkan adalah CO2.

2. Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid


teroksidasi, suatu kelompok prostetik dihidroksilipoil transasetilase
untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP lepas.
3. Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah
menjadi asetil KoA, dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.

4. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh


flavoprotein, yang mengandung FAD, pada kehadiran dihidrolipoil
dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini dioksidasi oleh
NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai
respirasi. Asetil KoA + NADH + H+ + CO2Piruvat + NAD+ + KoA

Siklus Asam Sitrat, Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Krebs
dan siklus asam trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria.
Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid
dan protein. Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang
menyebabkan katabolisme asetil KoA, dengan membebaskan sejumlah
ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan dan
penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker
jaringan, dalam bentuk ATP. KoA, asetatResidu asetil ini berada dalam
bentuk asetil-KoA (CH3-CO aktif), suatu ester koenzim A. Ko-A
mengandung vitamin asam pantotenat. Fungsi utama siklus asam
sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam
lemak dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau
intermediat yang ada dalam siklus tersebut.
Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein
(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk


ekuivalen pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil
kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini
kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP
dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa
oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan
total pada siklus tersebut.
Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria,
baik dalam bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan dalam
membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan
unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi,
yang bertempat di dalam membran interna mitokondria.

1. Lintasan detail Siklus Krebs (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia


Harper)
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat,
dikatalisir oleh enzim sitrat sintase menyebabkan sintesis ikatan
karbon ke karbon di antara atom karbon metil pada asetil KoA
dengan atom karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi,
yang membentuk sitril KoA, diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA
yang disertai dengan hilangnya energi bebas dalam bentuk panas
dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut selesai dengan
sempurna. Sitrat + KoAAsetil KoA + Oksaloasetat + H2O
2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat
hidratase) yang mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein besi-
sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:
dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya terikat
pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat. Reaksi tersebut
dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA
mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk
fluorositrat. Senyawa terakhir ini menghambat akonitase sehingga
menimbulkan penumpukan sitrat.
3. Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat
dengan adanya enzim isositrat dehidrogenase. Di antara enzim ini
ada yang spesifik NAD+, hanya ditemukan di dalam mitokondria.
Dua enzim lainnya bersifat spesifik NADP+ dan masing-masing
secara berurutan dijumpai di dalam mitokondria serta sitosol.
Oksidasi terkait rantai respirasi terhadap isositrat berlangsung
hampir sempurna melalui enzim yang bergantung NAD+.
ketoglutarat + CO2 + NADH + H+ Oksalosuksinat Isositrat +
NAD+
(terikat enzim)

ketoglutaraKemudian terjadi dekarboksilasi menjadi t yang juga


dikatalisir oleh enzim isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+
merupakan komponen penting reaksi dekarboksilasi. Oksalosuksinat
tampaknya akan tetap terikat pada enzim sebagai intermediate dalam
keseluruhan reaksi.

4. ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif


melaluiSelanjutnya cara yang sama dengan dekarboksilasi
oksidatif piruvat, dengan kedua keto.substrat berupa asam

Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+ketoglutarat + NAD+ + KoA


ketoglutaratReaksi tersebut yang dikatalisir oleh kompleks
dehidrogenase, juga memerlukan kofaktor yang idenstik dengan
kompleks piruvat dehidrogenase, contohnya TDP, lipoat, NAD+, FAD
serta KoA, dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester
berenergi tinggi). Arsenit menghambat reaksi di atas sehingga
menyebabkan penumpukan ketoglutarat.

5. Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi


suksinat dengan adanya peran enzim suksinat tiokinase (suksinil
KoA sintetase).

Suksinat + ATP + KoASuksinil KoA + Pi + ADP

Dalam siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya contoh


pembentukan fosfat berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan
terjadi karena pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif
ketoglutarat cukup memadai untuk menghasilkan ikatan berenergi
tinggi P.disamping pembentukan NADH (setara dengan 3

6. Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi


yang diikuti oleh penambahan air dan kemudian oleh
dehidrogenasi lebih lanjut yang menghasilkan kembali
oksaloasetat.

Fumarat + FADH2Suksinat + FAD

Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat


dehidrogenase yang terikat pada permukaan dalam membrane interna
mitokondria, berbeda dengan enzim-enzim lain yang ditemukan pada
matriks. Reaksi ini adalah satu-satunya reaksi dehidrogenasi dalam
siklus asam sitrat yang melibatkan pemindahan langsung atom
hydrogen dari substrat kepada flavoprotein tanpa peran NAD+. Enzim
ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk
sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase)
mengkatalisir penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan
malat. L-malatFumarat + H2O

Enzim fumarase juga mengkatalisir penambahan unsure-unsur air


kepada ikatan rangkap fumarat dalam konfigurasi trans. Malat
dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim
malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
oksaloasetat + NADH + H+L-Malat + NAD+ Enzim-enzim dalam
siklus asam sitrat, kecuali alfa ketoglutarat dan suksinat dehidrogenase
juga ditemukan di luar mitokondria. Meskipun dapat mengkatalisir
reaksi serupa, sebagian enzim tersebut, misalnya malat dehidrogenase
pada kenyataannya mungkin bukan merupakan protein yang sama
seperti enzim mitokondria yang mempunyai nama sama (dengan kata
lain enzim tersebut merupakan isoenzim). Energi Yang Dihasilkan
Dalam Siklus Asam Sitrat Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim
dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2 akan dihasilkan untuk
setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat.
Dalam hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai
respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat kembali gambar
tentang siklus ini).
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH
menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP
menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian FADH2
hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi
tinggi selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada
tingkat substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat.

Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam


sitrat adalah:

1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P


2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 x 2P = 2P
3. Pada tingkat substrat = 1P
Jumlah = 12P

Satu siklus Krebs akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P =


12P.

Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Krebs,
akan dapat kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna
(aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:
1. Glikolisis : 8P
2. Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P
3. Siklus Krebs (2 x 12P) : 24P
Jumlah : 38P

Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan
glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi
menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian
siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas,
misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika
kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan
glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses
anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan bentuk
simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan
amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati
(sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena
massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan
glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak.
-D-Glukosa yang bercabang.Seperti amilum, glikogen merupakan
polimer
Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan
mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan
glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman
heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah,
khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa,
hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen
otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan
olahraga yang berat dan lama.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai
berikut:

1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi


yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini
dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi
dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu
sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan
mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang
intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat. Enz-P + Glukosa 1-
fosfatEnz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P + Glukosa 6-fosfat
3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat
(UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi
ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UDPGlc + PPiUTP + Glukosa 1-fosfat, Uridin difosfat glukosa
(UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
4. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase
inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
5. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk
ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal
glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini
dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang
sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada
untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat
terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.

UDP + (C6)n+1UDPGlc + (C6)n

Glikogen Glikogen

4 untukResidu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1


membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada
otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen,
sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi
jumlah molekul glikogenin.

6. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan


penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu
glukosa, maka enzim 4 (panjang minimalpembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 1 6 residu glukosa) pada rantai yang
berdekatan untuk membentuk rangkaian 6 sehingga membuat titik
cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang1 glukosil danini akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1 pembentukan cabang
selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif
bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat
sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada


bagan berikut :

Biosintesis glikogen (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper) Tampak


bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh
enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier
dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk
membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah
enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen
harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi.
Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan
kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.
Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen
diperlukan enzim 4fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses
fosforolisis rangkaian 1 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat.
Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen
dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu
glukosa yang tersisa pada tiap sisi 6.cabang 1

(C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat(C6)n + Pi Glikogen Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit


trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik
6 memerlukan kerja enzim enzim6 terpajan. Hidrolisis ikatan
1cabang 1 pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik.
Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase
selanjutnya dapat berlangsung.

Tahap-tahap glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)


Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak
tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber
energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk
energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai
pembangun tubuh. Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis
adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non
karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur
glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai
berikut:

1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak


dan gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA.
Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Krebs. Sementara itu
gliserol masuk dalam jalur glikolisis.

2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke


dalam siklus Krebs. Ringkasan jalur glukoneogenesis (dipetik dari:
Murray dkk. Biokimia Harper)

Lintasan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Perhatikan jalur


glukoneogenesis yaitu masuknya lipid dan asam amino ke dalam
lintasan (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Glukoneogenesis dari bahan protein. Dalam hal ini protein telah
dipecah menjadi berbagai macam asam amino (dipetik dari: Murray
dkk. Biokimia Harper)

2.1.2 Metabolisme Asam Amino Kira-kira 75% asam amino digunakan


untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat diperoleh dari protein
yang kita makan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh kita.
Degradasi ini merupakan proses kontinu. Karena protein di dalam
tubuh secara terus menerus diganti (protein turnover). Contoh dari
protein turnover, tercantum pada tabel berikut.

Contoh protein turnover.


Protein Turnover rate (waktu paruh)
Enzim
Di dalam hati
Di dalam plasma
Hemoglobin
Otot
Kolagen
7-10 menit
10 hari
10 hari
120 hari
180 hari
1000 hari

Asam-asam amino juga menyediakan kebutuhan nitrogen untuk:


- Struktur basa nitrogen DNA dan RNA
- Heme dan struktur lain yang serupa seperti mioglobin, hemoglobin,
sitokrom, enzim dll.
- Asetilkolin dan neurotransmitter lainnya.
- Hormon dan fosfolipid
Selain menyediakan kebutuhan nitrogen, asam-asam amino dapat juga
digunakan sebagai sumber energi jika nitrogen dilepas.

Jalur Metabolik Utama Dari Asam Amino, Jalur metabolik utama dari
asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino dari
pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam
amino di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino.
Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi
melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil
sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis protein
dari asam-asam amino.

Jalur-jalur metabolik utama asam amino


Katabolisme Asam Amino

Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam
amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain
(karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam amino
sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam
amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian
dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.

Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:

1. Transaminasi Enzim aminotransferase memindahkan amin


kepada -ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada
oksaloasetat menghasilkan aspartat
2. Deaminasi oksidatif Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan
ion amonium

Contoh reaksi transaminasi. Perhatikan alanin mengalami transaminasi


menjadi glutamat. Pada reaksi ini dibutuhkan enzim alanin
aminotransferase. Glutamat juga dapat memindahkan amin ke rantai
karbon lainnya, menghasilkan asam amino baru. Contoh reaksi
deaminasi oksidatif. Perhatikan glutamat mengalami deaminasi
menghasilkan amonium (NH4+). Selanjutnya ion amonium masuk ke
dalam siklus urea. Ringkasan skematik mengenai reaksi transaminasi
dan deaminasi oksidatif Setelah mengalami pelepasan gugus amin,
asam-asam amino dapat memasuki siklus asam sitrat melalui jalur
yang beraneka ragam. Tempat-tempat masuknya asam amino ke
dalam siklus asam sitrat untuk produksi energy Gugus-gugus amin
dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke
dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang
selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di
dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:

1. Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium


bereaksi dengan CO2 menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam
raksi ini diperlukan energi dari ATP
2. Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat
bereaksi dengan L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus
fosfat dilepaskan
3. Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi
dengan L-aspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini
membutuhkan energi dari ATP
4. Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat
dipecah menjadi fumarat dan L-arginin
5. Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-
arginin akan menghasilkan L-ornitin dan urea.
Tahapan-tahapan proses yang terjadi di dalam siklus urea
Sintesis Asam Amino Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-
sintesis asam amino non esensial, melakukan remodeling asam amino,
serta mengubah rangka karbon non asam amino menjadi asam amino
dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati merupakan
tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet,
nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui
transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon
umumnya diubah menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis,
atau menjadi asam lemak melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan
dengan hal ini, asam amino dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu
asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik.
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk
ke jalur produksi piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti -
ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan
prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam
amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan
leusin adalah asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya
dapat masuk ke intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA
Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin,
triptofan, dan tirosin bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya,
seharusnya kita kenal bahwa ada 3 kemungkinan penggunaan asam
amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka karbon
digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi
CO2 dan H2O. Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat
disintesis oleh tubuh kita sehingga harus ada di dalam makanan yang
kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino esensial.
Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino
lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial. Asam amino
non-esensial Alanine, Asparagine, Aspartate, Cysteine, Glutamate,
Glutamine, Glycine, Proline, Serine, Tyrosine Asam amino esensial
Arginine*, Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine*,
Phenylalanine*, Threonine, Tyrptophan, Valine

Biosintesis Glutamat dan Aspartat, Glutamat dan aspartat disintesis


dari asam -keto dengan reaksi tranaminasi sederhana. Katalisator
reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan selanjutnya oleh
aspartat aminotransferase, AST.

Reaksi biosintesis glutamate, Aspartat juga diturunkan dari asparagin


dengan bantuan asparaginase. Peran penting glutamat adalah sebagai
donor amino intraseluler utama untuk reaksi transaminasi. Sedangkan
aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus urea.

Biosintesis Alanin, Alanin dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai


jaringan, tetapi umumnya oleh otot. Alanin dibentuk dari piruvat. Hati
mengakumulasi alanin plasma, kebalikan transaminasi yang terjadi di
otot dan secara proporsional meningkatkan produksi urea. Alanin
dipindahkan dari otot ke hati bersamaan dengan transportasi glukosa
dari hati kembali ke otot. Proses ini dinamakan siklus glukosa-alanin.
Fitur kunci dari siklus ini adalah bahwa dalam 1 molekul, alanin,
jaringan perifer mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di mana
rangka karbon didaur ulang dan mayoritas nitrogen dieliminir. Ada 2
jalur utama untuk memproduksi alanin otot yaitu:

1. Secara langsung melalui degradasi protein

2. Melalui transaminasi piruvat dengan bantuan enzim alanin


transaminase, ALT (juga dikenal sebagai serum glutamat-piruvat
transaminase, SGPT). -ketoglutarat + alaninGlutamat + piruvat

Siklus glukosa-alanin

Biosintesis Sistein Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari


metionin. Kondensasi dari ATP dan metionin dikatalisis oleh enzim
metionin adenosiltransfrease menghasilkan S-adenosilmetionin (SAM).

Biosintesis S-adenosilmetionin (SAM) SAM merupakan precursor


untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi norepinefrin
menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM
menjadi S-adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya
berubah menjadi homosistein dan adenosin dengan bantuan enzim
adenosilhomosisteinase. Homosistein dapat diubah kembali menjadi
metionin oleh metionin sintase. Reaksi transmetilasi melibatkan SAM
sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini peran S-adenosilmetionin
dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi homosistein
(secara esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam
produksi SAM, semua fosfat dari ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai
Ppi. Adenosin diubah menjadi metionin bukan AMP. Dalam sintesis
sistein, homosistein berkondensasi dengan serin menghasilkan
sistationin dengan bantuan enzim sistationase. Selanjutnya dengan
bantuan enzim sistationin liase sistationin diubah menjadi sistein dan
-ketobutirat. Gabungan dari 2 reaksi terakhir ini dikenal sebagai
trans-sulfurasi.

Peran metionin dalam sintesis sistein

Biosintesis Tirosin

Tirosin diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin.


Setengah dari fenilalanin dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika
diet kita kaya tirosin, hal ini akan mengurangi kebutuhan fenilalanin
sampai dengan 50%. Fenilalanin hidroksilase adalah campuran fungsi
oksigenase: 1 atom oksigen digabungkan ke air dan lainnya ke gugus
hidroksil dari tirosin. Reduktan yang dihasilkan adalah tetrahidrofolat
kofaktor tetrahidrobiopterin, yang dipertahankan dalam status
tereduksi oleh NADH-dependent enzyme dihydropteridine reductase
(DHPR).

Biosintesis tirosin dari fenilalanin

Biosintesis Ornitin dan Prolin

Glutamat adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat


semialdehid menjadi intermediat titik cabang menjadi satu dari 2
produk atau lainnya. Ornitin bukan salah satu dari 20 asam amino yang
digunakan untuk sintesis protein. Ornitin memainkan peran signifikan
sebagai akseptor karbamoil fosfat dalam siklus urea. Ornitin memiliki
peran penting tambahan sebagai prekursor untuk sintesis poliamin.
Produksi ornitin dari glutamat penting ketika diet arginin sebagai
sumber lain untuk ornitin terbatas. Penggunaan glutamat semialdehid
tergantung kepada kondisi seluler. Produksi ornitin dari semialdehid
melalui reaksi glutamat-dependen transaminasi. ketika konsentrasi
arginin meningkat, ornitin didapatkan dari siklus urea ditambah dari
glutamat semialdehid yang menghambat reaksi aminotransferase.
Hasilnya adalah akumulasi semialdehid. Semialdehid didaur secara
spontan menjadi 1pyrroline-5-carboxylate yang kemudian direduksi
menjadi prolin oleh NADPH-dependent reductase.

Biosintesis Serin

Jalur utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-


fosfogliserat. NADH-linked dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat
menjadi sebuah asam keto yaitu 3-fosfopiruvat, sesuai untuk
transaminasi subsekuen. Aktivitas aminotransferase dengan glutamat
sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin
oleh fosfoserin fosfatase. Biosintesis Glisin Jalur utama untuk glisin
adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus
hidroksimetil dari serin untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF),
menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF. Biosintesis Aspartat,
Asparagin, Glutamat dan Glutamin Glutamat disintesis dengan aminasi
reduktif -ketoglutarat yang dikatalisis oleh glutamat dehidrogenase
yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat juga dihasilkan oleh
reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino diberikan
oleh sejumlah asam amino lain. Sehingga, glutamat merupakan
kolektor umum nitrogen amino. Aspartat dibentuk dalam reaksi
transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat transaminase, AST. Reaksi
ini menggunakan analog asam -keto aspartat, oksaloasetat, dan
glutamat sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk dengan
deaminasi asparagin yang dikatalisis oleh asparaginase. Asparagin
sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin dan
glutamin dari asam -amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari
glutamat dengan inkorporasi langsung amonia dan ini merupakan
reaksi fixing nitrogen lain. Tetapi asparagin terbentuk oleh reaksi
amidotransferase.

Anda mungkin juga menyukai