Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI DAN EMBRIOLOGI

ACARA I PENGAMATAN SUMBAT VAGINA HAMSTER

DISUSUN OLEH

NAMA : ROBY FIRMANSYAH

NIM : F1071171013

KELAS : IV-A PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
A. TUJUAN
Mengamati adanya sumbat vagina pada hamster betina.

B. DASAR TEORI
Reproduksi merupakan faktor penting dalam kehidupan. Reproduksi pada mamalia
erat kaitannya dengan siklus estrus. Hormon progesteron merupakan salah satu hormon
yang berperan penting dalam siklus estrus. Kadar progesteron dan estradiol dalam tubuh
dapat dijadikan parameter dalam penentuan fase pada siklus estrus (Khanum dkk. Dalam
Iman, 2011).

Fertilisasi internal memerlukan perilaku kooperatif, yanag mengarah ke kopulasi.


Pada beberapa kasus, perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter atau ciri)
dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba-laba betina akan
memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti selama perkawinan.
Fertilisasi internal juga memerlukan system roproduksi yang canggih, termasuk organ
kopulasi yang mengirimkan sperma dan reseptakel atau penyangga untuk
penimpanannya dan pengangkutannya menuju telur yang matang (Campbell dkk., 2008).
Pada siklus estrus ini dikenal adanya empat fase yaitu, fase proestrus, estrus,
metaestrus, dan diestrus. Semua fase ini memiliki ciri-ciri tersendiri dan dapat dilihat dengan
membuat apusan vaginanya.
1. Fase proestrus
Fase proestrus dapat diketahui dengan mengamati tanda-tanda yang terjadi, sevara
anatomi fase proestrus akan mengakibatkan perkembangan dari folikel dengan awal
sekresi Estrogen dan sekresi yang lemah dari Progesteron. Pada fase ini terjadi
multipikasi sel epitel yang akan terlihat jelas bila diamati melalui mikroskop sel-sel
epitelnya. Pada saat proestrus, estrogen diproduksi seiring dengan perkembangan folikel
di ovarium. Karena aktivitas estrogen menyebabkan proliferasi sel-sel epitel vagina,
maka gambaran ulasan vagina pada fase ini ditandai dengan keberadaan sel-sel epitel
berinti.
2. Fase estrus
Fase estrus ditandai dengan adanya perkembangan folikel dengan sekresi yang
kuat dari hormon estrogen, dan sangat sedikit Progesteron. Namun pada fase estrus ini
akan diakhiri dengan terjadinya ovulasi atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada
fase ini juga terjadi keratinisasi sel epithel atau epithel degenerasi. Sel epitel yang
mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan folikel yang baru untuk persiapan
pasca terjadinya ovulasi.
3. Fase metaestrus
Fase metaestrus adalah tingkatan setelah tingkatan setelah estrus setelah
pembentukan corpus luteum dan sekresi progesteron. Pengamatan dapat dilakukan
dengan pengamatan dengan melihat preperat sitologis apusan vagina yang digumakan u
tuk mengetahui tahap-tahap estrus pada mencit, dan praktikum ini merupakan dasar dari
embriologi dan perkembangan hewan lainnya.
4. Fase diestrus
Fase diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum
berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron yaitu hormon
yang dihasilkan dari corpus luteum tampak dengan jelas pada dinding uterus serta
folikel-folikel kecil dengan corpo ralutea pada vagina lebih besar dari ovulasi
sebelumnya (Toelihere, 1985).

Siklus estrus dari tiap hewan betina dipengaruhi oleh banyak factor seperrti
menyusui, produksi susu, kondisi tubuh dan nutrisi. Siklus estrus merupakan proses yang
dikendalikan oleh berbagai hormone, baik hormone dari hipotalamus-hipofisa maupun dari
ovarium. Perkembangan folikel dipicu oleh hormone FSH dari kelenjar hipofisa bagian
anterior. Folikel yang sedang berkembang akan mengeluarkan estrogen. Estrogen dapat
menambah simtesis dan ekskresi hormone pertumbuhan sehingga dapat menstimulir
pertumbuhan sel-sel dalam tubuh, mempercepat pertambahan bobot badan, merangsang
korteks kelenjar adrenal untuk lebih banyak meningkatkan metabolisme protei karena retensi
nitrogen meningkat (Chakraborty, 2013).

Metode vaginal smear mengguakan sel epitel dan sel leukosit sebagai abahan
identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukaan vagina, sehingga apabila
terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakkan sel yang paling awal terkena
akibat dari perubahan tersebut. Sel leukosit di vagina berfunngsi membunuh bakteri dan
kuman yang dapat merusak ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan sel
leukosit berbentuk bulat berinti. Pembuatan apus mukosa vagina (vaginal smear) dilakukan
untuk mengamati tipe sel dari masinng-masing fase dalam siklus estrus. Hewan yang dapat
diamati siklus estrusnya adalah hewan yang telah masak kelaminnya dan tidak sedang hamil
(Soeminto, 2008).

Estrus adalah fase terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina
memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan dan dalam fase ini pula
hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi, ciri khas dari estrus adalah terjadinya
kopulasi, jika hewan menolak kopulasi, meskipun tanda-tanda estrusnya sangat terlihat jelas,
maka penolakan tersebut memberi pertanda bahwa hewan betina masih dalam fase estrus
yang telah terlewat. Tanda lain dari fase estrus untuk tiap jenis ternak berlainan, tetapi pada
umumnya mereka memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang
sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari jika pejantan mendekati (Partodiharjo,
1986).

C. METODOLOGI
1. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Selasa/ 23 April 2019
Waktu : 17.00 – 12.30 WIB
Tempat : Laboratorium pendidikan biologi FKIP Untan.
2. Alat dan Bahan
a. Alat :
 Catton bud
b. Bahan :
 Hamster betina
 Hamster jantan
3. Cara kerja
 Satukan hamster betina yang sudah siap kawin dengan hamster jantan.
 Keesokan harinya (kurang lebih 12 jam) ambil hamster betina, kemudian
pegang dengan tangan kiri, ibu dan telunjuk jari memegang tengkuknya
atau leher dorsal. Dengan jari tengah, jari manis dan kelingking
memegang badan dan ekor.
 Amati terjadi tidaknya sumbat vagina pada hamster tersebut.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
No Hasil Pengamatan

Tidak ada sumbat vagina hamster

2. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati ada tidaknya sumbat vagina.
Praktikum ini kita menggunakan hamster betina dan jantan sebagai bahan. Hal ini
dikarenakan hamster memiliki siklus estrus yang pendek dimana
hamster betina mengalami estrus kira-kira setiap tiga hari, sehingga cocok
digunakan untuk pengamatan. Sumbat vagina dapat dilihat setelah hamster
melakukan perkawinan kurang lebih selama 12 jam. Namun sebelum
memahami sumbat vagina, kita perlu mengetahui siklus reproduksinya terlebih
dahulu. Sistem reproduksi memiliki empat dasar yaitu untuk menghasilkan sel
telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan
tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk
mekanisme kelahiran

Reproduksi atau perkembangbiakan adalah kemampuan makhluk hidup


untuk menghasilkan individu baru yang sifatnya sama atau menyerupai induknya.
Sebelum melakukan reproduksi, hewan harus berada pada fase siap kawin, atau
pada hamster disebut dengan fase estrus. Estrus merupakan klimaks fase folikel.
Pada fase inilah betina siap menerima jantan. Dan pada saat ini pula terjadi
ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu
untuk terjadinya ovulasi).Waktu ini betina jadi berahi atau panas.
Tujuan terjadinya reproduksi yaitu :
 Menambah jumlah populasi.
 Menjaga dan mempertahankan kelestarian jenisnya di bumi ini agar tidak
habis atau punah.
Pada umumnya usia kawin hamster berumur 2 bulan, namun ada pula
yang kurang dari 2 bulan. Masa kawin hamster sendiri juga bergantung pada jenis
dari hamster itu sendiri. Pada praktikum ini usia hamster yang di gunakan adalah
hamster berumur 2 bulan. Masa subur hamster betina terjadi setiap 3 hari sekali.
Siklus estrus terdiri dari 4 fase utama yaitu, proestrus, estrus, metestrus dan
diestrus. Proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu
periode pada saat folikel de Graff sedang tubuh akibat pengaruh FSH dan
menghasilkan estradiol dengan jumlah yang semakin bertambah.Sistem
reproduksi melakukan persiapan-persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium.
Estrus merupakan periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan
pejantan oleh hewan betina. Selama periode estrus, umumnya betina akan mencari
dan menerima pejantan untuk kopulasi. Metestrus merupakan periode segera
setelah estrus, ditandai dengan pertumbuhan cepat korpus luteum yang berasal
dari sel-sel granulosa yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Diestrus
merupakan fase terakhir dan terlama dalam siklus estrus mamalia.

Menurut Nalbandov (1990), siklus reproduksi pada mamalia primata


disebut dengan silus menstruasi, sedangkan siklus reproduksi pada non primate
termasuk hasmter disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan
adanya estrus (birahi). Pada saat estrus, hewan betin akan reseftif sebab di dalam
ovarium sedang ovulasi dan uterusnya berada pada fase yang tepat untuk
implantasi untuk fase berikutnya disebut dengan satu siklus estrus. Panjang siklus
estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi dan kuda 21 hari dan
pada marmut 15 hari. Pada mamalia khususnya pada manusia siklus
reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus, ovarium, mame yang
berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini
dimungkinkan oleh adanya pengaturan/koordinasi yang disebut dengan hormone
(hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung
dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ target).
Setelah mencit betina dikawinkan dengan mencit jantan secara alami
dengan cara menyatukan mencit betina dan mencit jantan dalam satu kandang
dengan perbandingan 1 betina 1 jantan. Setelah 12 jam diamati adanya sumbat
vagina (copulatory plug). Sumbatan vagina ini dapat kita ketahui dengan melihat
ada tidaknya sumbat kekuningan pada vagina yang merupakan campuran sekret
vesikula seminalis betina dengan ejakulat jantan yang mengeras.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, tidak dilihat adanya sumbatan
berupa sumbat kekuningan pada vagina hamster betina tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua hamster (jantan dan betina) tersebut belum melakukan
perkawinan. Dengan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa hamster betina
tidak sedang berada pada fase estrus dan tidak terjadi proses kehamilan.

KESIMPULAN
1. Kesimpulan
 Sumbat vagina merupakan pengerasan lendir yang dikeluarkan oleh
mencit betina.
 siklus reproduksi pada mamalia primata disebut dengan silus menstruasi,
sedangkan siklus reproduksi pada non primate termasuk hasmter disebut
dengan siklus estrus.
 Usia kawin pada hamster secara umum berumur 2 bulan, namun ada yang
kurang dan ada yang lebih dan masa subur yang terjadi pada hamster
betina yaitu 3 hari sekali.
 Siklus reproduksi antara mamalia primata dan mamalia non-primata
berbeda, dimana pada primata mengalami siklus menstruasi sedangkan
non-primata mengalami fase estrus.
 Hasil pengamatan siklus estrus pada hamster betina berada dalam fase
estrus dengan ciri utama yaitu adanya epitel berinti yang berkembang
dengan cepat dan adanya lendir.

2. Saran
Diharapkan kedepannya pada saat praktikum pengamatan sumbat vagina
hamster bisa di lukakan pada setiap setiap kelompok agar bias mengetahui lebih
jelas pengamatannya, nanti datanya dijadikan data kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid 3.


Jakarta : Penerbit Erlangga.

Chakraborty P, Roy SK. (2013). Expression of Estrogen Receptor a 36 (ESR36) in


the Hamster Ovary throughout the Estrous Cycle: Effects of
Gonadotropins. PLoS ONE 8(3): e58291.
doi:10.1371/journal.pone.0058291
Khanum (Iman). (2011) Pemeriksaan Profil Hormon Progesteron Selama Siklus
Estrus Tikus (Rattus Norvegicus) Betina Menggunakan Perangkat
Inframerah. Jurnal Kedokteran Hewan. 7 (1) : 32-36.

Partodiharjo. (1986). Pengaruh Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L)


Terhadap Viabilitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus Musculus L). Jurnal
Bioscientiae. 4 (2) : 63-67.

Nalbandov, A. V., (1990). Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas.


Universitas Indonesia, Jakarta.

Soeminto. 2008. Buku dan Petunjuk Praktikum Struktur dan Perkembangan


Hewan II. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Toelihere, M.R. (1985). Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.


Lampiran

Gambar hamster betina setelah disatukan dengan hamster jantan dalam satu
tempat/kandang selama kurang lebih 12 jam.

Anda mungkin juga menyukai