Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

Taksonomi Organisme Tingkat Rendah


“Identifikasi Tumbuhan Lumut di Lingkungan Sekitar”

DOSEN PENGAMPU : Dina Handayani, S,Pd, M.SSSi

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I

Cindy Pitaloka (4203220037)


LanniNovitaSiregar (4201220019)
Nabila Thafriza (4202520010)
TyaChintiaGusli (4203220033)
Yolanda Sihite (4201220020)
WindiFrastika (4202220005)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BIOLOGI
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang memiliki
keanekaragaman melimpah. Secara geografis, Indonesia terletak diantara dua benua yaitu
Asia dan Australia. Letak geografis yang strategis tersebut merupakan salah satu faktor,
sehingga Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman di dunia dan dikenal
sebagai negara megabiodiversiti (Kharis Triyono, 2013).
Tumbuhan lumut (Bryophyta) adalah kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan
tinggi. Jumlah tumbuhan lumut kurang lebih terdapat 18.000 jenis yang tersebar di
seluruh dunia dan merupakan kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga.
Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman tumbuhan lumut sebanyak 1.500 jenis.
Keanekaragaman dan kelimpahan tumbuhan lumut berbeda-beda tergantung pada kondisi
lingkungan, antara lain ketinggian tempat. Ketinggian tempat memberikan variasi iklim
mikro, khususnya kelembaban udara (Nuroh Bawaihaty, 2014).
Tumbuhan lumut salah satu komponen penting yang berperan signifikan dalam
keseimbangan air dan siklus hara hutan, berfungsi sebagai substrat, sumber makanan dan
tempat bersarang bagi organisme hutan lainnya. Selain itu, tumbuhan lumut juga media
yang baik bagi perkecambahan biji tumbuhan tingkat tinggi dan bioindikator
pencemaran lingkungan (Damayanti, 2006). Oleh karena itu perlu diadakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan lumut (bryophyta).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keanekaragaman tumbuhan lumut di lingkungan sekitar?
2. Bagaimana pengelompokan tumbuhan lumut dilingkungan sekitar ke dalam kelas,
ordo, family dan genus?
3. Bagaimana jenis lumut berdasarkan tempat tumbuhnya(teresterial, epifit, di air)?

C. Tujuan Masalah
1. Mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan lumut di lingkungan sekitar .
2. Mengobservasi dan mengelompokkan tumbuhan lumut di lingkungan sekitar kedalam
kelas, ordo, famili dan genus.
3. Mengelompokan jenis lumut berdasarkan tempat tumbuhnya (teresterial, epifit, di
air).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan tanaman hijau yang termasuk dalam
klasifikasi tanaman rendah dan memiliki tiga divisi penting, yaitu (Bryopsida atau
Musci), liverworts (Hepaticopsida atau Hepaticae), dan hornworts (Anthocerotopsida
atau Anthocerotae). Ketiga divisi bryphyta tersebut memiliki ciri yang sangat
menyolok sehingga dengan mudah dapat dibedakan dengan tumbuhan vaskuler atau
tumbuhan berpembuluh pada umumnya. Sebagian besar tumbuhan lumut tidak
memiliki jaringan vaskuler, sehingga terkadang dikategorikan dalam klasifikasi
tumbuhan ‘nonvaskuler’. Akan tetapi tampaknya klasifikasi tersebut belum
sepenuhnya benar, karena pada tumbuhan lumut masih ditemui pembuluh pengangkut
air yang terdapat pada beberapa spesies tumbuhan ini(Mulyadi, 2015).

Klasifikasi Bryophyta
Lumut (bryphyta) memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan
ganggang hijau dan diprediksikan keduanya memiliki hubungan filogeni yang dekat.
Bryophyta merupakan bagian dasar dari pohon filogenik untuk tumbuhan yang ada di
wilayah daratan, dengan struktur tubuh dengan fase gametofit dan sporofit yang
berumur pendek. Bryophyta memiliki tahapan seksual (gametofit) pada siklus
hidupnya dan tahapan sporofit dengan organ penghasil spora (sporangium) yang
biasanya akan menjadi parasite pada bagian gametofitnya. Spora yang ada di dalam
sporangium akan dikeluarkan ke udara setelah matang. Identifikasi bryophytes
dilakukan dengan menggunakan karakteristik gametofit dan sporofit. Menggunakan
bahan sporofitik lumut yang hidup sangat membantu identifikasi, meskipun mungkin
untuk mengidentifikasi bryofita dapat juga dengan mengamati spesimen kering yang
tidak hidup. Pengamatan secara mikroskopis seperti bentuk, detail sel, posisi dan pola
bercabang dari rhizoid, juga penting untuk tujuan klasifikasi.Namun memang
dibutuhkan pengalaman untuk melakukan identifikasi bryophytes hingga ke tingkat
genus dan spesies setelah proses pengamatan secara detail. Pada dasarnya
pengamatan terhadap struktur bryofita yang lebih besar dan lebih khas, akan
menjadikan prosesidentifikasi sering lebih cepat dibandingkan dengan bentuk
lumutyang lebih kecil. Tumbuhan lumut termasuk dalam jenis tumbuhan yang tidak
berpembuluh (non vaskuler) dan tidak menghasilkan biji. Untuk melakukan
transportasi air dan mineral yang dibutuhkan maka bryophyte memiliki jaringan
sederhana yang khusus untuk transportasi internal air, nutrisi dan makanan yang
dibutuhkannya.Karena mereka tidak memiliki jaringan pembuluh, maka bryophyte
juga tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati dengan bentuk tubuh yang relative
kecil meskipun pada beberapa spesies lumut yang hidup di perairan dapat mencapai
ukuran yang besar, seperti spesies Fontinalis.
Gametofit pada bryophyte merupakan tanaman fotosintetik yang biasanya melekat
pada substratnya dengan perantaraan rhizoids, yaitu struktur halus memanjang berupa
gabungan sederet sel yang sejenis dengan fungsi menyerupai akar. Pada lumut hati,
gametofit umumnya berdaun, sedangkan sebagian besar lumut tanduk
memilikibentuk dengan adanya talus. Gametofit pada bryophyte biasanya berukuran
kecil, bervariasi dari kurang dari 1 milimeter hingga mencapai 20 cm, dan bahkan
untuk beberapa jenis lumut akuatik (Fontinalis) memiliki gametofit yang dapat
mencapai panjang hampir satu meter (Suwila, 2015).

Bagian Tubuh Bryophyta


Hampir sebagian besar jenis lumut yang ditemui memiliki bentuk tubuh yang
kecil, meskipun dapat ditemui juga lumut yang memiliki bentuk atau struktur tubuh
yang besar hingga mencapai ukuran setengah meter. Ukuran lumut yang terbatas atau
kecil tersebut mungkin disebabkan tidak adanya sel berdinding sekunder yang
berfungsi sebagai jaringan penyokong seperti layaknya terdapat pada tumbuhan
berpembuluh (tumbuhan tingkat tinggi) (Satiyem, 2012).

Gambar diatas menjelaskan struktur tubuh tumbuhan lumut, dengan adanya


bagian utama yaitu kapsul, seta, daun atau talus dan rhizoid. Sel - sel penyusun
tubuhnya telah memiliki dinding sel yang dominan terdiri dari selulosa. Struktur
yang menyerupai daun belum sempurna dan umumnyasetebal satu lapis sel,
kecuali ibu tulang daun yang lebih dari satu lapis sel. Sel - sel daun tersebut kecil,
sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di
antaranya terdapat sel - sel mati yang besar karena penebalan dinding dalamnya
dan berbentuk spiral. Sel - sel yang mati tersebut berguna sebagai tempat
persediaan air dan cadangan makanan. Tunas yang berdaun umumnya terbentuk
pada caulonema dan dapat menghasilkan banyak gametofit berdaun yang identik
secara genetic. Protonema yang dihasilkan oleh lumut hati dan lumut tanduk
memiliki fase pertumbuhan yang singkat singkat, berbentuk bundar atau silinder,
yang biasanya akan berkembang menjadi tanaman tunggal. Gametofit memiliki
rhizoids, caulid (bentuk menyerupai batang), dan phyllids (daun tidak sempurna).
Rhizoids menempel pada gametofit merupakan bentuk struktur uniseluler yang
lentur. Pada lumut hati dan lumut tanduk memiliki caulid yang multiseluler,
bercabang dan berwarna coklat. Caulid tersebut tumbuh secara vertikal atau
horizontal, dengan anatomi yang tidak berdiferensiasi, sangat sederhana,
dengankandungan epidermis, korteks, dan silinder sentral.
Ciri-ciri Lumut (Bryophyta)
1) Lumut tanduk (anthocerotales)
Bryophyta memiliki klasifikasi yang jelas berdasarkan bentuk tubuhnya.
Lumut tanduk (anthocerotales) selalu memiliki struktur yang dicirikan dengan
adanya sporofit yang berbentuk tanduk, dengan organ seksual yang tertanam
dalam bentuk tubuh yang disebut talus. Dalam perkembangbiakannya lumut
tanduk mengeluarkan spora terus menerus dari sporangiumnya untuk kemudian
berkembang menjadi lumut tanduk yang baru. Pada lumut tanduk, struktur talus,
terutama anatomi internal dan isi sel merupakan hal penting yang dapat diamati
untuk klasifikasi. Begitujugasporofit (yang mengandung dinding sporangial, spora
dan ornamentasinya, dan sel steril bercampur dengan spora) dan struktur silinder
steril (jika ada) di sporangium. Bagian-bagian tersebut merupakan bentuk spesifik
yang ada pada lumut tanduk sehingga memudahkan untuk klasifikasi
(Hasanuddin, 2004)

2) Lumut hati (hepaticeae)


Dalam lumut hati, identifikasi dapat dibantu melalui penentuan bentuk
gametofit, anatomi internal dan isi sel pada talus, dan posisi organ seksual dan
struktur pelindungnya. Fitur sporofit, seperti anatomi internal seta, ornamen jaket
sporangial, ornamen spora, dan struktur elater, juga penting untuk identifikasi.
Dalam genus berdaun, ini fitur internal dan eksternal yang sama, di samping
pengaturan daun dan bentuk serta detail sel, dan posisi juga pola bercabang dari
rhizoid, juga penting untuk tujuan klasifikasi. Lumut hati (hepaticeae) dengan
perbedaan bangsa yaitu lumut hati bertalus (marchantiales) dan lumut hati
berdaun (jungermaniales) didominasidengan bentuk tumbuhan dominan talus
yang menempel pada permukaan tanah. Memang dibutuhkan pengamatan yang
teliti untuk membedakan dua bangsa pada lumut hati tersebut. Hal ini karena daun
yang menempel pada jungermaniales hanya sedikit (satu atau dua lembar saja)
sehingga akan sangat sulit untuk membedakan apabila daun tersebut belum
nampak dalam struktur tubuh lumut hati. Daun yang ada pada lumut hati bukanlah
tipe daun sejati seperti umunya kita temui pada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur
daun tersebut tidak memiliki pelepah dan biasanya hanya terdiri dari susunan sel
berjajar yang sederhana dan menebal. Lumut hati memiliki alat penghasil spora
(sporangium)dengan kaki pendukung yang disebut seta dan dilindungi oleh
struktur yang disebut elater. Setelah sporangium matang, seta menegak karena
tekanan air dalam sel-selnya dan akan mendorong spora untuk keluar dari
sporangium. Spora matang akan keluar ketika sporangium pecah dan elater juga
membuka karena dipicu oleh udara yang kering (Hasanuddin, 2004).

3) Lumut daun (Musci)


Di lumut daun, fitur gametofitik dari struktur daun (terutama rincian sel
dan bentuk daun), detail dari margin daun, ornamen sel, penampang melintang
dari pelepah, dan posisi organ seksualyang terhubung dengan puncak batang
sangat membantu klasifikasi . Fitur sporofit juga penting untuk identifikasi
terutama terkait dengan sporangium, khususnya orientasi, bentuk, struktur
pelindung sporangial (khususnya stomata dan bentuk sel dari sel
terluar).Musci (lumut daun) bagian tumbuhan tidak berpembuluh dan
tumbuhan berspora yang termasuk kelasterbesar dalam divisi tumbuhan lumut
atau Bryophyta lebih dikenal dengan lumut sejati, hal ini dikarenakan bentuk
tubuhnya yang kecil, memiliki bagian menyerupai akar (rizhoid), batang
(semu), dandaun. Lumut yang dapat tumbuh tegakini merupakan kelompok
lumut terbanyak dibanding dengan lumut lainnya, yaitu sekitar ± 12.000 jenis
(spesies) dan tersebar hampir disetiap penjuru dunia (Hasanuddin, 2004).

B. Hipotesis
Keberadaan tumbuhan lumut disuatu tempat selalu dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi faktor biotik dan abiotik. Tumbuhan
lumut jarang ditemukan yang bersifat individu, melainkan hidup berkelompok dan
mempunyai bentuk – bentuk kehidupan khusus. Tumbuhan lumut biasanya tumbuh
ditempat yang lembab dan berair meskipun begitu lumut juga masih membutuhkan
suplai sinar matahari yang cukup, akan tetapi tumbuhan lumut kurang bisa hidup
didaerah yang panas dan gersang ditambah lagi mendapat sinar matahari secara
langsung, hal ini menyebabkan tumbuhan lumut banyak dijumpai di pinggiran sungai,
selokan, maupun pada saluran pembuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ini


Pada penelitian tumbuhan lumut (Byophyta) ini kami menggunakan metode Deskriptif
Eksplorasi.

B. Alat dan Bahan


1. Meteran 4. Alat tulis
2. Kamera 5. Sampel tumbuhan lumut
3. Kertas label

C. Prosedur Kerja
1. Lakukanlah pencarian jenis-jenis tumbuhan lumut pada lokasi yang sudah ditentukan.
2. Ukurlah tinggi/panjang dari jenis lumut yang anda temukan.
3. Dokumentasikan setiap jenis tumbuhan lumut menggunakan kamera, dengan
menyertakan kertas label* yang berisi nomor sampel lumut, identitas kelompok dan
meteran sebagai pembanding untuk tumbuhan lumut yang anda temukan.
4. Lakukan pengambilan gambar dari beberapa sisi untuk setiap jenis tumbuhan lumut
yang anda temukan. Perhatikan daun sporofil dan tropofil, dan perhatikan dibagian
mana letak spora!
5. Lakukan langkah 2 sampai 4 pada jenis lumut lain yang anda temukan.
6. Ambillah salah satu tropofil, kemudian dengan menggunakan jarum kikislah sorus
dan letakkan pada objek glass. Tetesi air menggunakan pipet tetes lalu tutup dengan
coverglass. Amati dengan mikroskop dan perhatikan bagian-bagian: sorus, Indisium,
sporangium, anullus, stomium dan spora!
7. Diskusikan dengan kelompokmu untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan lumut yang
anda temukan. Gunakan literatur untuk menambah informasi dalam melakukan
identifikasi.
8. Identifikasi dan kelompokkan berapa kelas, ordo, famili dan genus tumbuhan lumut
yang ada pada lokasi yang anda observasi!
9. Identifikasi dan kelompokkan tumbuhan lumut berdasarkan cara hidupnya: 1) hidup
ditanah (paku teresterial), 2) paku epifit (menumpang pada tumbuhan lain), 3) hidup
di air (higrofit).

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi
yaitu mengambil data dengan menelusuri wilayah dilingkungan sekitar.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif berdasarkan ciri-ciri
morfologi yang diamati tinggi/panjang, cara hidup dan letak spora. Kemudian disusun
dalam suatu table, deskripsi, gambar dan klasifikasinya. Data abiotik berupa kelembaban
udara, intensitas cahaya, suhu udara, pH tanah, dan data pendukung untuk
mendeskripsikan habitat lumut di lingkungan sekitar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian
1. Tabel Pengamatan Tumbuhan Lumut

No Tinggi/panjang Cara Letak Keterangan Nama


(cm) Hidup Spora
B. Pembahasan

1. Lumut daun (Bryopsida)

Adapun beberapa spesies yang tergolong dalam kelompok lumut daun terdapat pada hasil
pengamatan yaitu

Lumut daun / lumut sejati (Bryopsida) merupakan jenis lumut yang mempunyai jumlah paling
banyak jika dibandingkan dengan lumut hati dan lumut tanduk. Lumut daun mirip dengan
tumbuhan kecil yang tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 7 cm, dan beberapa ada yang mencapai
40 cm. Daunnya berukuran kecil dan tersebar di sekeliling batangnya.

Lumut sejati atau disebut juga Lumut daun atau Bryopsida juga nama lainnya yaitu Musci adalah
anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang termasuk dalam superdivisi
tumbuhan lumut atau Bryophyta. Tubuh lumut daun bisa dibedakan menjadi rizoid, batang, dan
daun. Lumut ini disebut sebagai lumut sejati, karena bentuk tubuhnya seperti tumbuhan kecil
yang memiliki bagian akar (rizoid), batang, dan daun.

Ciri-ciri lumut daun:

 Merupakan lumut sejati yaitu lumut yang memiliki akar (rizoid), batang, dan daun
sederhana.
 Banyak ditemukan tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, tembok hingga kulit kayu.
 Hidup berkelompok dengan tampilan menyerupai hamparan tebal mirip beludru

2. Lumut Hati (Hepaticopsida)

Adapun beberapa spesies yang tergolong dalam kelompok lumut hati terdapat pada hasil
pengamatan yaitu

Lumut hati atau nama ilmiahnya Hepaticopsida adalah jenis lumut yang mempunyai anggota
mencapai 6000 spesies. Dinamakan lumut hati karena memiliki banyak lekukan dan sekilas
mirip bentuk hati.

Ciri-ciri umum lumut hati:

 Sebagian besar lumut hati tidak mempunyai daun, meski sebagian lainnya ada juga yang
memiliki daun. Bentuk tubuhnya menyerupai lembaran, berlobus, dan pipih.
 Sebagian besar lumut hati banyak ditemukan hidup di tanah lembab, terutama di wilayah
hutan hujan tropis dengan curah hujan tinggi. Beberapa di antaranya juga ditemukan
tumbuh di permukaan air seperti danau dan sungai.
 Dalam bertahan hidup, lumut hati tumbuh dengan mendatar dan melekat pada bebatuan
atau tumbuhan lain dengan bebatuan atau tumbuhan lain dengan bantuan rizoid.
 Memiliki alat reproduksi yang bentuknya mirip Memiliki alat reproduksi yang bentuknya
mirip payung.

3. Lumut Tanduk (Anthocerotae)

Adapun spesies yang tergolong dalam kelompok lumut tanduk terdapat pada hasil pengamatan
yaitu

Lumut tanduk adalah salah satu jenis lumut yang bisa dijadikan sebagai tanamanlumut dekorasi
pada akuarium. Cukup ditempelkan beberapa potongan lumut pada posisi bawah
akuarium.Lumut tanduk tidak berbeda jauh dengan lumut hati, yang membedakan adalah
sporofitnya yang berbentuk kapsul dan memanjang mirip karpet lebar.

Ciri-ciri Lumut Tanduk

Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini
mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti anduk dari gametofit, masing - masing
mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan
lumut.

Menganalisis data yang di peroleh dari pengamatan tumbuhan lumut (Bryophyta) yaitu:

1. Secara kualitatif, tempat yang lembab dan mendapat sinar matahari yang cukup
menyebabkan pertumbuhan lumut semakin cepat, sedangkan pada tempat yang panas
dan kering pertumbuhan lumut cenderung sedikit lambat, hal ini disebabkan karena lumut
termaksuk kedalam tumbuhan epifit yang kurang cocok hidup didaerah yang tandus.
2. Secara kuantitatif, Lumut adalah sekelompok vegetasi kecil yang tumbuh pada tempat
lembab atau perairan dan biasanya tumbuh meluas menutupi permukaan,.setiap tempat
yang bersuhu kurang 30 derajat dan lembab pasti mudah untuk di tumbuhi lumut.

Teori menunjukkan, bahwa tumbuhnya lumut banyak di temukan di tempat-tempat lembab atau
basah karena sangat menunjang pertumbuhannya. Akan tetapi lumut tidak dapat beradaptasi
dengan baik di daerah kering dan panas. Tumbuhan lumut mempunyai jenis + 25.000 species
yang tesebar di seluruh permukaan bumi mulai dari daerah tropic sampai kedaerah kutub utara.

Pada umumnya struktur tubuh tumbuhan lumut mempunya ciri –ciri sebagai berikut :

1. Bentuk tubuhnya pipih


2. Bersel banyak

3. mempunyai dinding sel yang tersusun dari selulosa

4. Melekat pada substartnya

5. Bersifat Aututrof

6. Bentuk akar seperti benang-benang

7. Daunya terdiri atas selapis sel yang mengandung klorofals berbentuk jala

Adapun peranan tumbuhan lumut bagi manusia :

1. Dapat dijadikan tanaman pengganti ijuk.


2. Dapat mencegah terjadinya erosi dan banjir.
3. Menyediakan cadangan air karena dapat meyerap air di musim kemarau.
4. Lumut jenis tertentu dapat dijadikan sebagai obat seperti obat hati, penyakit mata, dan kulit.
5. Dapat dijadikan antibakteri, antikanker, dan antiseptik.
6. Dapat membantu menghilangkan racun akibat gigitan ular.
7. Dapat dijadikan sebagai obat luka bakar.
8. Sebagai obat untuk merangsang pertumbuhan rambut.

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari pengamatan tumbuhan lumut di atas yaitu :

1. Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di pepohonan, bebatuan
atau di atas tanah.
2. Umumnya lumut berwarna hijau dengan bulu-bulu halus yang terdapat disetiap bagian
tumbuhnya. Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab. Ukuran tinggi tubuh ± 20
cm. Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung kloroplas seperti
jala, kecuali pada ibu tulang daunnya dan sebagainya.
3. Klasifikasi Bryophyta (lumut) antara lain Lumut daun / Musci, Lumut tanduk
(Anthocerotaceae) dan Lumut hati (Hepaticeae).
4. Reproduksi lumut bergantian antara seksual dengan aseksualnya, reproduksi
aseksualnya dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, sedangkan
reproduksi seksualnya dengan membentuk gamet -gamet, baik gamet jantan maupun
gamet betina yang dibentuk dalam gametofit.
5. Pada siklus hidup tumbuhan lumut, dimulai dari sporofit menghasilkan spora –
protonema – gametofit. Gametofit mempunyai satu set kromosom (haploid) dan
menghasilkan organ sex (gametangium) yang disebut archegonium (betina) yang
menghasilkan sel telur dan antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma berflagella
(antherezoid dan spermatozoid). Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot
dengan dua set kromosom (diploid). Zigot merupakan awal generasi sporofit.
Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri dari kaki sebagai
pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul (sporangium).

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, L. 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Kebun Raya Cibodas. Cibodas: UPT
Balai Konservasi Tumbuhan.

Mulyani, E.dkk. (2015). Lumut Daun Epifit di Zona Tropik Kawasan Gunung Ungaran, Jawa
Tengah. Jurnal Bioma. 16 (2): 76- 82.

Nuroh, Bawaihaty, dkk. 2014. Keanekaragaman dan Peran Ekologi Bryophyta di Hutan Sesaot
Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Silvikultur Tropika.Vol 5, No. 1

Suwila, M.T. 2015. Identifikasi Tumbuhan Epifit Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi
Batang di Hutan Perhutani SUB BKRH Kedunggalar, Sonde dan Tanah. Jurnal Florea. 2 (1):
47-50.

Satiyem. 2012. Keanekaragaman Tumbuhan Lumut (Bryophyta) pada Berbagai Ketinggian


Hubungannya dengan Kondisi Lingkungan di Wilayah Lereng Selatan Merapi Pasca Erupsi.
Jurnal pendidikan. Universitas Negeri Yogjakarta .
Triyono, Kharis. 2013. Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang Ketahanan Pangan. Jurnal
Inovasi Pertanian. Vol 11 (1)

Anda mungkin juga menyukai