Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur merupakan kelompok tumbuhan eukariotik berthalus. Jamur berbeda
dengan tumbuhan pada umumnya. Jamur tidak memiliki akar, daun, dan batang
layaknya tumbuhan. Jamur juga tidak memiliki kormotofora, sehingga
umumnya tidak memiliki warna. Sebab jamur tidak berklorofil, jamur menyerap
zat organik dari lingkungan (heterotrof) kemudian disimpan dalam bentuk
glikogen melalui benang-benang halus sebagai struktur vegetatif (hifa) yang
termodifikasi menjadi haustoria. Kumpulan hifa akan membentuk miselium.
Tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-macam zat
warna, terutama dalam badan buahnya. Zat-zat warna itu umumnya terdiri atas
senyawa aromatic yang tidak mengandung N. Talus hanya pada yang paling
sederhana saja.
Jamur memiliki spora yang beragam. Spora adalah produk aseksual
jamur. Spora jamur umumnya multiseluler, namun ada sebagian bersifat
uniseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan
memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air
atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan
berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Sedangkan, reproduksi
secara seksual pada jamur terjadi melalui kontak gametangium dan konjugasi.
Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel
dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah
plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami
(peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk
bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel
dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga

PYCOMYCETES | 1
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera
melakukan pembelahan meiosis.
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas
jamur sejati atau berfilamen di dalam dunia Fungi yaitu: Phycomycetes (Jamur
ganggang), Ascomycetes (Jamur kantung), Basidiomycetes (Jamur buah) dan
Deuteromycetes (Jamur imperfek). Anggota kelas Phycomycetes seringkali
disebut sebagai jamur tingkat rendah. Ciri yang umum pada spesies ini adalah
tidak adanya septum/sekat di dalam hifa yang membedakan dengan tiga
anggota yang lain.
Pada makalah ini akan dibahas tentang jamur Phycomycetes. Jamur
Phycomycetes ini memiliki banyak keanekaragaman ordo sehingga contoh
jamur dari kelas ini begitu banyak jenisnya. Siklus hidup dari Pycomycetes
perlu dipelajari untuk mengantisipasi penyakit dan segala kerugian yang
disebabkan oleh jamur tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pycomycetes?
2. Bagaimana ciri-ciri kelas dari Pycomycetes?
3. Bagaimana cara reproduksi dari Pycomycetes?
4. Apa saja klasifikasi dari Pycomycetes?
5. Apa peran dari kelas Pycomycetes?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa pengertian dari cendawan (Pycomycetes)
2. Untuk menjelaskan bagaimana ciri-ciri kelas dari Pycomycetes
3. Untuk menjelaskan bagaimana cara reproduksi dari Pycomycetes
4. Untuk menjelaskan apa saja klasifikasi dari Pycomycetes
5. Untuk menjelaskan apa peran dari kelas Pycomycetes

PYCOMYCETES | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari cendawan Pycomycetes


Phycomycetes secara harfiah berarti jamur ganggang (Alga fungi). Hal ini
disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga hijau. Menurut para
ahli mikologi dan algologi, phycomycetes merupakan turunan alga. Alga
tersebut diasumsi memiliki sifat parasit dan saprofit, sehingga kehilangan
kemampuan untuk membentuk klorofil. Pringsheim, menyisipkan kelompok
tersebut diantara Alga hijau (Hans GS. 2010)
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas
cendawan sejati atau berfilamen di dalam dunia Fungi yaitu: Phycomycetes
(Jamur ganggang), Ascomycetes (Jamur kantung), Basidiomycetes (Jamur
buah) dan Deuteromycetes (Jamur imperfek). Anggota kelas Phycomycetes
seringkali disebut sebagai cendawan tingkat rendah. Ciri yang umum pada
spesies ini adalah tidak adanya septum di dalam hifa yang membedakan dengan
tiga anggota yang lain. Phycomycetes mempunyai talus miselium yang
berkembang dengan baik. Hifa fertil menghasikan sporangium pada ujung
sporangiospora. Pada talus Rhizopus, disamping hifa vegetatif dan sporangium
terdapat juga hifa seperti hifa pendek dan bercabang banyak yang disebut rizoid
(Hans GS. 2010)

B. Ciri-ciri kelas dari Pycomycetes


1. Struktur dan morfologi
Phycomycetes memiliki miselium yang berwarna putih dan tidak
mempunyai sekat-sekat, jika setelah tua akan berubah warna menjadi coklat
kekuning-kuningan. Phycomycetes memiliki sel yang telanjang dan
cenderung berpisah-pisah. Hifanya bersifat senositik atau tidak bersepta

PYCOMYCETES | 3
sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup di darat atau pada medium
tertentu (Michael,2012)
Phycomycetes memiliki chlamydospora sebagai bentuk baru dari
hifa/miselium untuk bertahan pada lingkungan suboptimum.
Chlamydospora adalah spora bersel satu yang berdinding tebal sehingga
sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentuk dari sel-sel hifa somatik.
Sebagian Phycomycetes juga mempunyai ostiole yaitu berupa lubang
saluran sporangiospora untuk keluar saat matang. Lubang ini cenderung
lebih efektif karena mampu mengetahui kecocokan sporangiospora terhadap
lingkungan, berbeda dengan sporangiospora yang langsung pecah dari
sporangium secara keseluruhan (Michael,2012)

(a). Hifa Senositik (b). Chlamydospora


Gambar 1: (a). Hifa Senositik, (b). Chlamydospora
Sumber: www.google.com

Gambar 2: Struktur umum Phycomycetes


Sumber: www.google.com

PYCOMYCETES | 4
2. Habitat
Phycomycetes hidup dalam air umumnya sebagai parasit atau saprofit
pada hewan maupun tumbuhan air, namun ada juga yang hidup di darat.

C. Cara reproduksi dari Pycomycetes


Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangium
yang terletak pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium dan
terdapat sporangium pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor. Sporangium
yang matang akan pecah dan menghasilkan spora, kemudian dengan bantuan
angin (anemokori) spora akan terbawa jauh dari kelompoknya. Spora yang
terbawa angin bila jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi jamur baru
(Pelczar MJ. 2009)

Gambar 3: Sporagiospor
Sumber: www.google.com
Perkembangan seksual pada jamur ini berlangsung secara konjugasi, yaitu
terjadi perpindahan materi yang berbeda muatan. Proses konjugasi terjadi pada
tubuh-tubuh hifa yang berlainan jenis. Pada ujung-ujung hifa akan terbentuk
gametangium yang bersifat haploid (n), kemudian gametangium yang
berlainan jenis akan melakukan fusi (penggabungan) sehingga menghasilkan
zigospora bersifat diploid (2n). Phycomycetes saat keadaan zigospora akan

PYCOMYCETES | 5
resisten terhadap perubahan kondisi lingkungan. Bila kondisi lingkungan
kembali menjadi normal, maka zigospora akan berkecambah dan membentuk
hifa-hifa haploid (n). Hifa-hifa yang tumbuh akan membentuk sporangium,
kemudian menghasilkan spora. Hal itu menyebabkan fase haploid cenderung
lebih panjang dibandingkan dengan fase diploidnya.

Gambar 4: Perkembangbiakan aseksual (a) dan seksual (b)

Sumber: www.google.com
D. Klasifikasi dari Pycomycetes

Menurut Pelczar (2009), Pengklasifikasian Phycomycetes sebagai berikut :


Kingdom : Fungi
Divisio : Eumycota
Kelas : Phycomycetes
Ordo :
1. Myxochytridiales
Sel-selnya telanjang dan terpisah-pisah, kebanyakan hidup sebagai
parasit atau tumbuhan air yang bertingkat rendah, tetapi ada juga yang hidup
pada tumbuhan darat. Bangsa Myxochytridiales terdiri dari dua suku yaitu:
a. Olpidiaceae
Sel-sel vegetative telanjang, seluruhnya dapat berubah menjadi
zoosporangium yang berdinding atau berubah menjadi suatu sel awetan.
Zoospore mempunyai satu bulu cambuk, misalnya Olpidium brassicae.

PYCOMYCETES | 6
Gambar 5: Olpidium brassicae
Sumber: www.google.com
b. Plasmodiophoraceae
Tingkatan vegetatif tidak mempunyai dinding sel, hidup terpisah-
pisah atau mengumpul merupakan semacam plasmodium yang berinti
banyak. Contohnya Plasmodiophora brassicae.

Gambar 6: Plasmodiophora brassicae


Sumber: www.google.com
2. Chytridiales
Dari organisme ini, yang rendah tingkat perkembanganya, hidup sebagai
saprofit atau parasit pada tumbuhan dan binatang air. Sel-selnya mempunyai
dinding yang terdiri atas kitin. Beberapa contoh dari bangsa ini ialah
Rhizophidium pollinis

PYCOMYCETES | 7
Gambar 7: Rhizophidium pollinis
Sumber: www.google.com
3. Blastocladiales
Dari golongan ini warga yang rendah tingkat perkembanganya masih
sangat menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiaceae variabilis dan
Allomyces javanicus (suku Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup dalam
tanah basah, mempunyai miselium yang bercabang dengan dinding kitin.

Gambar 8: Allomyces javanicus


Sumber: www.google.com
4. Monoblepharidales
Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-cabang
tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak inti. Dinding
terdiri atas selulosa. Hidupnya dalam air pada sisa-sisa tumbuhan.
Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang mencakup
antara lain Monoblepharis sphaerica.

PYCOMYCETES | 8
Gambar 9: Monoblepharis sphaerica
Sumber: www.google.com
5. Oomycetales
Miselium terdiri atas hifa-hifa tidak bersekat,bercabang-cabang dan
mengandung banyak ini.Sebagian hidup dalam air sebagian hidup di darat.
Cara hidupnya ada yang sebagai saprofit ada yang sebagai parasit. contoh:,
Sclerospora javanica (Sclerospora maydis),

Gambar 10: Sclerospora javanica


Sumber: www.google.com
6. Zyginycetales
Terutama terdiri atas jamur yang hidup sebagai saprofit, dengan
miselium yang bercabang banyak,sebagian tidak bersekat, tetapi untuk
golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selnya terdiri
atas kitin. Pembiakan aseksual disesuaikan dengan hidup di darat. Mucor,
saprofit yang banyak kedapatan pada sisa – sisa makanan yang banyak

PYCOMYCETES | 9
mengandung karbohidrat. Misalnya: Mucor mucedo, Mucor javanicus,
Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, R. nigricans, R. stolonifer.

Gambar 10: Mucor mucedo


Sumber: www.google.com
E. Peranan Pycomycetes
Phycomycetes merupakan jamur yang hidup sebagian sebagai saprofit dan
sebagian sebagai parasit. Jamur yang termasuk saprofit memang sebagian
menguntungkan, sebagai contoh Rhizopus oryzae. Berbeda dengan jamur
parasit yang lebih banyak menimbulan permasalahan dan kematian organisme
lain.
Dalam ilmu Penyakit Tanaman, Phycomycetes merupakan salah satu
golongan jamur yang cukup banyak memiliki spesies yang berperan sebagai
patogen tanaman. Ordo Phycomycetes yang paling banyak berperan sebagai
patogen tumbuhan adalah ordo Myxochytridiales dan Oomycetales. Jamur-
jamur tersebut antara lain:
1. Ordo Myxochytridiales
a. Suku Olpidiaceae. Contoh: Olpidium brassicae
b. Suku Plasmodiophoraceae. Contoh: Plasmodiophora brassicae
penyebab penyakit akar gada pada tanaman cruciferae.

PYCOMYCETES | 10
Gambar 11: Plasmodiophora brassicae penyebab penyakit akar gada
pada tanaman cruciferae
Sumber: www.google.com
2. Ordo Oomycetales
a. Suku Peronosporaceae. Contoh:
1) Plasmopara viticola penyebab penyakit buah anggur.

Gambar 12: Plasmopara viticola penyebab penyakit buah anggur


Sumber: www.google.com

2) Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung.

PYCOMYCETES | 11
Gambar 13: Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai pada
tanaman jagung
Sumber: www.google.com

b. Suku Phythiaceae. Contoh:


1) Phytophthora nicotianae penyebab penyakit lanas pada tembakau

Gambar 14: Phytophthora nicotianae penyebab penyakit lanas pada


tembakau
Sumber: www.google.com
2) Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk pada kentang

Gambar 15: Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk pada


kentang
Sumber: www.google.com
3) Phytophthora faberi penyebab kanker pada bidang sadapan pohon
karet

PYCOMYCETES | 12
Gambar 16: Phytophthora faberi penyebab kanker pada bidang
sadapan pohon karet
Sumber: www.google.com
4) Pythium debaryanum merusak tanaman tembakau yang masih muda
(bibit)
Phycomycetes memiliki peran contohnya adalah Rhizopus oryzae yang
memiliki manfaat pada pembuatan tempe serta sake. Telah diketahui kira-kira
400 spesies jamur yang dapat menyerang serangga dan tungau. Hampir semua
jamur entomopatogen (patogen serangga) tergolong dalam kelompok jamur
Phycomycetes dan Deuteromycetes. Jamur entomopatogen yang sudah banyak
dikenal adalah Beauvaria bassiana dan Metarhizium anisopliae. Oleh karena
pertumbuhan jamur-jamur entomopatogen memerlukan lengas nisbi udara yang
tinggi maka prospek penggunaannya sebagai mikoinsektisida akan lebih efektif
di daerah tropika. Beberapa jenis jamur juga dapat menyerang dan hidup
sebagai parasit nematoda, di antaranya Verticillium spp., Meria sp,
Harposporium anguillulae dan Paecilomyces lilacinus (endoparasit),
Arthrobotrys dactyloides, Dactylella bembicoides dan Dactylaria
bronchopaga (hifa penjerat), Dactylella tylopaga, Pagidospora amoebophila
dan Nematoctonus sp. (tonjolan hifa bulat yang lengket) dan A. oligospora
(jejaring tonjolan- tonjolan hifa lengket yang kompleks). Phytophtora infestans
memiliki peran dalam munculnya penyakit hawar daun dan busuk daun pada
umbi tanaman kentang. Oipidium brassicae juga sebagai penyebab penyakit
damping off pada kubis (Pelczar,2012).

PYCOMYCETES | 13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Phycomycetes secara harfiah berarti jamur ganggang (Alga fungi). Hal
ini disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga hijau.
Menurut para ahli mikologi dan algologi, phycomycetes merupakan
turunan alga.
2. Jamur Phycomycetes memiliki miselium putih dan tidak bersekat, hifa
senositik, sebagian hidup sebagai parasit sebagian hidup sebagai saprofit
3. Perkembangbiakan Phycomycetes secara aseksual membentuk
sporangiospora, sedangkan perkembangbiakan secara seksual
membentuk zygospora atau oospore
4. Phycomycetes terbagi menjadi 6 ordo yaitu Myxochytridiales,
Chytridiales, Blastocladiales, Monoblepharidales, Oomycetales,
Zygomycetales.
5. Phycomycetes seperti Rhizopus oryzae yang memiliki manfaat pada
pembuatan tempe serta sake dan Metarhizium anisopliae sebagai
pengendali serangga. Phytophtora infestans memiliki peran dalam
munculnya penyakit hawar daun dan busuk daun pada umbi tanaman
kentang. Oipidium brassicae penyebab penyakit damping off pada
kubis.

PYCOMYCETES | 14

Anda mungkin juga menyukai