Anda di halaman 1dari 11

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur tidak mempunyai kromatofora, oleh sebab itu umumnya tidak
berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat bermacam-
macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat-zat warna itu umumnya
terdiri atas senyawa aromatic yang tidak mengandung N. Talus hanya pada
yang paling sederhana saja.
Berdasarkan pada cara dan ciri reproduksinya terdapat empat kelas jamur
sejati atau berfilamen di dalam dunia Fungi yaitu: Phycomycetes (Jamur
ganggang), Ascomycetes (Jamur kantung), Basidiomycetes (Jamur buah) dan
Deuteromycetes (Jamur imperfek). Anggota kelas Phycomycetes seringkali
disebut sebagai jamur tingkat rendah. Ciri yang umum pada spesies ini adalah
tidak adanya septum/sekat di dalam hifa yang membedakan dengan tiga
anggota yang lain.
Pada makalah ini akan dibahas tentang jamur Phycomycetes beserta
beberapa contohnya yang bertindak sebagai patogen tanaman. Jamur
Phycomycetes ini memiliki banyak keanekaragaman ordo sehingga contoh
jamur dari kelas ini begitu banyak jenisnya. Siklus hidup dari Pycomycetes
perlu dipelajari untuk mengantisipasi penyakit dan segala kerugian yang
disebabkan oleh jamur tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Phycomycetes?
2. Apa ciri-ciri jamur Phycomycetes?
3. Bagaimana perkembangbiakan dan siklus hidup Phycomycetes?
4. Apa saja klasifikasi jamur Pycomycetes?
5. Apa saja contoh Jamur-jamur Phycomycetes yang berperan sebagai patogen
tumbuhan?
6. Bagaimana penanggulangan patogen dari jamur Phycomycetes?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah Phycomycetes
2

2. Mengetahui ciri-ciri Phycomycetes
3. Mengetahui perkembangbiakan dan siklus hidup jamur Phycomycetes
4. Mengetahui klasifikasi jamur Phycomycetes
5. Mengetahui contoh jamur-jamur Phycomycetes yang berperan sebagai
patogen tumbuhan.
6. Mengetahui penanggulangan jamur Phycomycetes sebagai patogen

























3

PEMBAHASAN

A. Sejarah Phycomycetes
Phycomycetes secara harfiah berarti jamur ganggang (Alga fungi). Hal
ini disebabkan adanya kemiripan secara morfologi dengan alga hijau.
Menurut para ahli mikologi dan algologi, phycomycetes merupakan turunan
alga. Alga tersebut diasumsi memiliki sifat parasit dan saprofit, sehingga
kehilangan kemampuan untuk membentuk klorofil. Pringsheim (1858)
menyisipkan kelompok tersebut diantara Alga hijau.
Proses fisiologi organisme berklorofil jauh berbeda dengan organisme
satu ini, kenampakannya seperti ada perubahan dari satu bentuk metabolisme
menjadi lain dan telah terjadi pada beberapa poin berbeda di sepanjang
turunan alga. Dia menyimpulkan akhirnya ganggang dan jamur mungkin akan
lebih jelas dipisah menjadi uniselular klorofil dan uniselular nonklorofil. Pada
kebanyakan standar taksonomi berlaku ketentuan de bary tersebut dengan
pemisahan ganggang dan jamur berbeda grup (Fitzpatrick, 1930).
B. Ciri-ciri Phycomycetes
1. Struktur dan Morfologi
Phycomycetes memiliki miselium yang berwarna putih dan tidak
mempunyai sekat-sekat, jika setelah tua akan berubah warna menjadi
coklat kekuning-kuningan. Phycomycetes memiliki sel yang telanjang dan
cenderung berpisah-pisah. Hifanya bersifat senositik atau tidak bersepta
sering disebut thalus soenositik yang dapat hidup di darat atau pada
medium tertentu.
Phycomycetes memiliki chlamydospora sebagai bentuk baru dari
hifa/miselium untuk bertahan pada lingkungan suboptimum.
Chlamydospora adalah spora bersel satu yang berdinding tebal sehingga
sangat resisten terhadap keadaan buruk, terbentuk dari sel-sel hifa
somatik. Sebagian Phycomycetes juga mempunyai ostiole yaitu berupa
lubang saluran sporangiospora untuk keluar saat matang. Lubang ini
cenderung lebih efektif karena mampu mengetahui kecocokan
4

sporangiospora terhadap lingkungan, berbeda dengan sporangiospora yang
langsung pecah dari sporangium secara keseluruhan.

Hifa Senositik Chlamydospora
2. Habitat
Phycomycetes hidup dalam air umumnya sebagai parasit atau
saprofit pada hewan maupun tumbuhan air, namun ada juga yang hidup di
darat.
C. Perkembangbiakan dan Siklus Hidup Phycomycetes
Perkembangan jamur ini terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
perkembangbiakan secara aseksual akan dibentuk spora dalam sporangium
yang terletak pada ujung hifa. Hifa-hifa yang tumbuh tegak pada medium
dan terdapat sporangium pada ujung-ujungnya disebut sporangiosfor.
Sporangium yang matang akan pecah dan menghasilkan spora, kemudian
dengan bantuan angin (anemokori) spora akan terbawa jauh dari
kelompoknya. Spora yang terbawa angin bila jatuh di tempat yang sesuai
akan tumbuh menjadi jamur baru (Sparrow 1960).

Sporangiospora Phycomycetes
5

Perkembangan seksual pada jamur ini membentuk spora seksual
berupa Zygospora dan Oospora. Zygospora adalah spora besar berdinding
tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung kedua hifa yang secara seksual
serasi kemudian meleburkan diri. Berbeda dengan Oospora yang terbentuk
dari hifa jantan sebagai anteridium dan hifa betina sebagai oogonium yang
di dalamnya terdapat oosfer.

Pembentukan Oospora Pemecahan Zoospora
D. Klasifikasi Phycomycetes
Pengklasifikasian Phycomycetes sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisio : Eumycota
Kelas : Phycomycetes
Ordo :
1. Myxochytridiales
Sel-selnya telanjang dan terpisah-pisah, kebanyakan hidup sebagai
parasit atau tumbuhan air yang bertingkat rendah, tetapi ada juga yang
hidup pada tumbuhan darat. Bangsa Myxochytridiales terdiri dari dua
suku yaitu:
a. Olpidiaceae
Sel-sel vegetative telanjang, seluruhnya dapat berubah menjadi
zoosporangium yang berdinding atau berubah menjadi suatu sel
awetan. Zoospore mempunyai satu bulu cambuk, misalnya Olpidium
brassicae.
6

b. Plasmodiophoraceae
Tingkatan vegetatif tidak mempunyai dinding sel, hidup terpisah-
pisah atau mengumpul merupakan semacam plasmodium yang berinti
banyak. Contohnya Plasmodiophora brassicae.
2. Chytridiales
Dari organisme ini, yang rendah tingkat perkembanganya, hidup
sebagai saprofit atau parasit pada tumbuhan dan binatang air. Sel-selnya
mempunyai dinding yang terdiri atas kitin. Beberapa contoh dari bangsa
ini ialah Rhizophidium pollinis, Rhizopidium goniosporum, Polyphagus
euglenae.
3. Blastocladiales
Dari golongan ini warga yang rendah tingkat perkembanganya masih
sangat menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiaceae variabilis
dan Allomyces javanicus (suku Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup
dalam tanah basah, mempunyai miselium yang bercabang dengan
dinding kitin.
4. Monoblepharidales
Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-
cabang tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak initi.
Dinding terdiri atas selulosa. Hidupnya dalam air pada sisa-sisa
tumbuhan. Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang
mencakup antara lain Monoblepharis sphaerica dan Monoblepharis
polymorpha.
5. Oomycetales
Miselium terdiri atas hifa-hifa tidak bersekat,bercabang-cabang dan
mengandung banyak ini.Sebagian hidup dalam air sebagian hidup di
darat. Cara hidupnya ada yang sebagai saprofit ada yang sebagai parasit.
contoh : Saprolegnia dioica, Sclerospora javanica (Sclerospora maydis),
Pyhiaceae nicotianae, P. Infestans, dan lain lain.


7

6. Zyginycetales
Terutama terdiri atas jamur yang hidup sebagai saprofit, dengan
miselium yang bercabang banyak,sebagian tidak bersekat, tetapi untuk
golongan tertentu telah memperlihatkan sekat-sekat. Dinding selnya
terdiri atas kitin. Pembiakan aseksual disesuaikan dengan hidup di darat.
Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa sisa makanan yang
banyak mengandung karbohidrat. Misalnya : Mucor mucedo, Mucor
javanicus, Chlamydomucor oryzae, Rhizopus oryzae, R. nigricans, R.
stolonifer.
E. Jamur-jamur Phycomycetes yang Berperan sebagai Patogen Tumbuhan
Phycomycetes merupakan jamur yang hidup sebagian sebagai saprofit
dan sebagian sebagai parasit. Jamur yang termasuk saprofit memang sebagian
menguntungkan, sebagai contoh Rhizopus oryzae. Berbeda dengan jamur
parasit yang lebih banyak menimbulan permasalahan dan kematian organisme
lain.
Dalam ilmu Penyakit Tanaman, Phycomycetes merupakan salah satu
golongan jamur yang cukup banyak memiliki spesies yang berperan sebagai
patogen tanaman. Ordo Phycomycetes yang paling banyak berperan sebagai
patogen tumbuhan adalah ordo Myxochytridiales dan Oomycetales. Jamur-
jamur tersebut antara lain:
1. Ordo Myxochytridiales
a. Suku Olpidiaceae. Contoh: Olpidium brassicae
b. Suku Plasmodiophoraceae. Contoh: Plasmodiophora brassicae
penyebab penyakit akar gada pada tanaman cruciferae.
2. Ordo Oomycetales
a. Suku Peronosporaceae. Contoh:
1) Plasmopara viticola penyebab penyakit buah anggur.
2) Sclerospora maydis penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung.
b. Suku Phythiaceae. Contoh:
1) Phytophthora nicotianae penyebab penyakit lanas pada tembakau
2) Phytophthora infestans penyebab penyakit busuk pada kentang
8

3) Phytophthora faberi penyebab kanker pada bidang sadapan pohon
karet
4) Pythium debaryanum merusak tanaman tembakau yang masih muda
(bibit)
F. Penyakit Akar Gada pada Tanaman Crucifera dan Penanggulangannya
Jamur Phycomycetes sebagian ada yang hidup sebagai saprofit maupun
parasit. Salah satu patogen tumbuhan yang berasal dari kelas Phycomycetes
adalah Plsmodiophora brassicae yang menyebabkan penyakit akar gada pada
tanaman cruciferae. Fase aseksual pada jamur ini adalah membentuk
sporangispora dan fase seksual membentuk zoospora.
1. Siklus hidup Plasmodiophora brassicae
Pada perkembangbiakan vegetatif, spora Plasmodiophora brassicae hidup
secara terpisah-pisah atau mengumpul seperti plasmodium yng berinti
banyak, haploid dan tidak memiliki dinding sel. Apabila terjadi peleburan
inti antarspora, akan mengadakan pembelahan reduksi menjadi spora
setelah berkecambah menjadi suatu sel kembara dengan bulu cambuk.

Skema Daur Hidup Plasmodiophora brassicae
2. Tipe gejala secara umum
a. Akar-akarnya membesar dan terliat menyatu seperti gada
9

b. Akar kelihatan membengkok yang disebabkan ole infeksi
c. Akar bereaksi dan mengadakan pembelahan dengan cara perbesaran sel
sehingga timbul bisul-bisul pada akar yang tidak teratur
d. Pertumbuhan tidak teratur
e. Tanaman menjadi kerdil dan warna daun menjadi abu-abu
3. Faktor umum yang mempengaruhi penyakit
a. Tanah yang masam
b. Temperatur 25-30
0
C
c. Tanah yang basah akibat hujan
Kelembaban tanah yang tinggi sangat cocok untuk perkecambahan
spora istirahat kemudian menginfeksi inangnya. Keadaan tanah yang
kering menyebabkan spora istirahat. Spora istirahat tersebut dapat
bertahan dalam tanah lebih dari 10 tahun.
4. Sumber penyakit
a. Sisa spora yang masih banyak
b. Bekas tanaman yang sakit
c. Persemaian yang telah terserang penyakit
d. Alat-alat pertanian yang terkontaminasi inokulum Plasmodiophora
brassicae
5. Pengendalian
a. Bercocok tanam dengan pola tanam bergilir, tidak menanam kubis-
kubisan secara terus menerus. Penggunaan bibit sehat dan pengelolaan
air.
b. Pengapuran tanah pada tanah yang masam
c. Perlakuan benih kubis dengan ekstrak umbi bawang selama 2 jam atau
dapat juga dengan menggunakan fungisida yang dianjurkan
d. Tana persemaian dan pupuk kandang yang bebas dari patogen
e. Penyiraman tanaman di persemaian dengan air bersih
f. Eradikasi selektif terhadap tanaman terserang kemudian
memusnahkannya

10

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Jamur Phycomycetes memiliki miselium putih dan tidak bersekat, hifa
senositik, sebagian hidup sebagai parasit sebagian hidup sebagai saprofit
2. Perkembangbiakan Phycomycetes secara aseksual membentuk
sporangiospora, sedangkan perkembangbiakan secara seksual membentuk
zygospora atau oospora
3. Phycomycetes terbagi menjadi 6 ordo yaitu Myxochytridiales, Chytridiales,
Blastocladiales, Monoblepharidales, Oomycetales, Zygomycetales.
4. Patogen paling merugikan dari jamur Phycomycetes salah satunya adala
Plasmodiophora brassicae penyebab penyakit akar gada pada tanaman
cruciferae

















11

DAFTAR PUSTAKA

Alexopous CJ, Mims CW, Blackwell M 1996. Intoductory Mycology 4
th
Edition.
John Willey and Sons Inc.
Hans GS 1995. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. Yogyakarta: UGM Press
Michael JC dan Jr ECS Chan 1986. Pengenalan dengan Mikrobiologi.
Yogyakarta: UGM Press
Slamet P dan Sri H 2007. Sains Biologi SMA 1. Jakarta: Bumi Aksara
Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi khusus).
Jakarta: Bharata

Anda mungkin juga menyukai