Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FISIOLOGI TANAMAN

CONTROL OF FLOWERING

Disusun Oleh:
Risa Setia Aji 155040201111200
Jihan anggun lestari 155040201111210
Hasna Luthfiyyan F 155040201111215
Moch. Fathur Rizqi 155040201111221
Ivan Fardiansyah 155040201111255
Rokibatun Daniyah 155040201111256
Nur Affina Safira 155040201111261
Ravika Trio Andika 155040201111268
Kelompok: 4
Kelas: Z
Dosen: Ir. Koesriharti, MS

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Fisiologi Tanaman. Makalah
ini di buat dalam rangka menyelesaikan tugas Fisiologi Tanaman. Makalah ini
berjudul Control Of Flowering.
Harapan kami, semoga makalah ini menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
harapkan kepada pembaca memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

Malang, 20 November 2016

Penyusun

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Pertumbuhan Generatif Tanaman ................................................................. 3

2.2 Morfologi Bunga ........................................................................................... 3

2.3 Fase Pembungaan (Flowering) ...................................................................... 4

2.4 Fotoperiodisme .............................................................................................. 5

2.5 Phytochrome control of flowering .............................................................. 12

2.6 Vernalisasi Pada Tumbuhan ........................................................................ 13

2.7 Hormon yang mengatur dalam pembungaan .............................................. 14

2.8 Florigen ....................................................................................................... 14

2.9 Pembungaan arabidosis ............................................................................... 15

2.10 Proses Fertilisasi pada tumbuhan .............................................................. 15

2.11 Pembentukan Buah .................................................................................... 16

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembungaan, pembuahan, dan set biji merupakan peristiwa-peristiwa penting
dalam produksi tanaman. Proses-proses ini dikendalikan baik oleh lingkungan
terutama fotoperiode dan temperatur, maupun oleh faktor-faktor genetik atau
internal. Salah satu proses perkembangan yang harus tepat waktu adalah proses
pembungaan. Tumbuhan tidak bisa berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ
penunjang lainnya siap, misalnya akar dan daun lengkap. Sebaliknya tumbuhan
tidak dapat berbunga dengan lambat, sehingga buahnya tidak sempurna misalnya
datangnya musim dingin. Kejadian tersebut penting artinya bagi tumbuhan yang
hidup di daerah 4 musim, sehingga mereka harus benar-benar dapat memanfaatkan
saat yang tepat untuk melakukan perkembangaannya. Tumbuhan semusim (annual
plant) harus memanfaatkan waktu diantara musim dingin. Tumbuhan dua musim
(biennial plant) pada musim pertama menghasilkan organ-organ persediaan
makanan di dalam tanah, dan pada musim berikutnya melakukan pertumbuhan yang
di akhiri dengan pembungaan. Tumbuhan menahun (perennial plant) akan
menghentikan pertumbuhan dan perkembangan (dorman) pada musim dingin,
berbunga pada musim berikutnya agar cukup waktu bagi buah untuk berkembang
dan matang sebelum atau di awal musim gugur.
Pada beberapa tumbuhan bunga merupakan organ reproduksi yang sangat
penting, khususnya tumbuhan angiospermae. Bunga merupakan salah satu hasil
dari perkembangan yang nyata dari suatu tumbuhan. Kebanyakan tumbuhan, proses
terbentuknya bunga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah intensitas
cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari). Fenomena ini dapat kita
jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman mangga) yang tempat
tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya (lampu listrik) berbunga diluar
musimnya. Walaupun demikian, di alam banyak dijumpai tanaman yang tidak mau
berbunga bila panjang hari kurang atau slebih dari apa yang seharusnya dibutuhkan.

1
1.2 Tujuan
1. Memahami pengertian Flowering Control dan Fotoperiodisme
2. Memahami proses pembentukan dan perkembangan bunga dan kaitannya
dengan fotoperiodisme
3. Memahami proses perkembangan bunga pada fase pembentukan buah.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan Generatif Tanaman
Pertumbuhan generatif yaitu pertumbuhan yang melibatkan sel gamet. Pada
tumbuhan, terjadi ditandai dengan adanya proses penyerbukan dan pembuahan.
Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan yang berkenaan dengan
pembentukan bunga, buah, dan biji.
Pertumbuhan generative meliputi:
a. Pembentukan bunga
b. Penyerbukan
c. Pembentukan biji
d. Pembentukan buah

2.2 Morfologi Bunga


Bunga merupakan modifikasi dari daun dan batang, dan berkembang dari
pucuk yang tumbuh menjadi ranting diiringi daun-daun yang sangat rapat. Pada
ujung ranting tersebut terdapat ada bagian yang membengkak yang disebut dasar
bunga (receptalum) dan dibawahnya terdapat tangakai bunga (pedicle). Pada dasar
tangkai bunga terdapat daun pelindung (braktea). Bila daun pelindung itu terdapat
pada tangkai bunga pebungaan dan melindungi seluruh perbungaan disebut dengan
seludang bunga (spatha). Sedangkan daun pelindung untuk setiap anak bunga
disebut brakteola.

Bunga yang biasanya terdapat di ujung-ujung cabang atau batang disebut


bunga terminalis dan ada juga yang terdapat pada ketiak daun disebut dengan bunga
axilaris.

3
Bunga tediri dari:
1. Perhiasan bunga (periantum), yang terdiri dari:
a. Sepal/daun kelopak (sepalum, jamak sepala). Keseluruhan daun kelopak
disebut kaliks (calix).
b. Petal/daun mahkota (petalum, jamak petala). Keseluruhan petal (daun
mahkota) disebut korola (corola).
c. Perigonium/tenda. Bila bentuk sepal dan petal tidak dapat dibedakan maka
disebut tepal (tepalum, jamak tepala).
2. Alat kelamin yang terdiri dari:
a. Stamen atau benang sari. Keseluruhan stamen bunga disebut androecium.
Bagiannya adalah kepala sari (anthera) yang berisi serbuk sari (pollen) serta
tangkai sari (filamen).
b. Pistilum (putik) terdiri dari ovarium, stilus dan stigma. Ovarium disusun
oleh karpel atau daun buah. Umumnya berjumlah lebih dari satu. Jika bunga
memiliki satu karpel arau lebih yang semuanya bersatu maka karpel tesebut
disebut pistilum. Didalam ovarium terdapat bakal biji (ovulum).

2.3 Fase Pembungaan (Flowering)


Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya
harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Masing-

4
masing tahap tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal yang
berbeda.
1. Induksi bunga (evokasi)
Induksi merupakan tahap pertama dari proses pembungaan, yaitu suatu tahap
ketika meristem vegetatif diprogram untuk mulai berubah menjadi meristem
reproduktif. Proses induksi terjadi di dalam sel dan dapat dideteksi secara
kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan protein, yang dibutuhkan
dalam pembelahan dan diferensiasi sel
2. Inisiasi bunga
Inisiasi merupakan tahap ketika perubahan morfologis menjadi bentuk kuncup
reproduktif mulai dapat terdeteksi secara makroskopis untuk pertama kalinya.
Transisi dari tunas vegetatif menjadi kuncup reproduktif ini dapat dideteksi dari
perubahan bentuk maupun ukuran kuncup, serta proses-proses selanjutnya yang
mulai membentuk organ-organ reproduktif.
3. Perkembangan kuncup bunga menuju anthesis
Ditandai dengan terjadinya diferensiasi bagian-bagian bunga. Pada tahap ini
terjadi proses megasporogenesis dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan
dan pematangan organ-organ reproduksi jantan dan betina.
4. Anthesis (bunga mekar)
Merupakan tahap ketika terjadi pemekaran bunga. Biasanya anthesis terjadi
bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, walaupun
dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi, baik
jantan maupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah
terjadinya anthesis.Bunga-bunga bertipe dichogamy mencapai kemasakan organ
reproduktif jantan dan betinanya dalam waktu yang tidak bersamaan.

2.4 Fotoperiodisme
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah
fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan
dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa

5
jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran,
terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,
misalnya pembungaan.
Menurut Lakitan (1996) Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif
(membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima
penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap periode sehari semalam, sebaliknya
ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima
penyinaran singkat <10 Jam. (Mader, 1995)
Termoperiodisme adalah kondisi pertumbuhan suatu jenis tumbuhan yang
dipengaruhi oleh perbedaan suhu siang dan malam. Tanaman tomat akan tumbuh
baik jika suhu siang 26 C dan suhu malam 20 C. Pembentukan buah terjadi jika
suhu malam 15C dan tidak membentuk buah jika suhu malam 25 C.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
1. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran
kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, kedelai,
anggrek, dan bunga matahari.

6
2. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih
dari 12 jam (14 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang
sepatu, bit gula, selada.

3. Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-
kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang, tomat dan tebu.

4. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari
untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel
liar, dan kapas..

Sedangkan menurut Gardner, Pearce & Mitchell (1985) Klasifikasi panjang


tanaman dibedakan menjadi;
1. Short Day Plants (SDP)

7
Pembungaan dirangsang oleh hari pendek atau panjang hari kurang dari periode
kritis tertentu (tembakau, kedelai, cocklebur)

2. Long Day Plants (LDP)


Pembungaan dirangsang oleh panjang hari yang lebih dari periode kritis tertentu
(dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan) misal kentang, jarak, barley

3. Day Neutral Plants (DNP)


Pembungaan tidak peka terhadap fotoperiode (lebih berhubungan dengan faktor
umur/ ukuran(minimum age) misal tomat, jagung, ercis

4. Short-Long Day Plants (SLDP)

8
Pembungaan dirangsang oleh serangkaian hari pendek sebelum dikenai hari
panjang (juga dibutuhkan periode dingin/ vernalisasi diantara hari pendek dan
panjang) misal Perennial Grasses

5. Long-Short Day Plants (LSDP)


Pembungaan dirangsang oleh serangkaian hari panjang sebelum dikenai hari
pendek Cestrum nocturnum

Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran


kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung,
kedelai, anggrek, dan bunga matahari. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang
berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 16 jam) sehari. Tumbuhan
hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau.
Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran
kira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan
tebu.Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari
untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel
liar, dan kapas.
Tumbuhan hari panjang (long day plant) ini umumnya berbunga pada akhir
musim semi atau awal musim panas. Bayam, misalnya, memerlukan panjang siang
hari 14 jam ata lebih lama. Lobak, selada, iris, dan banyak varietas sereal lain

9
merupakan tumbuhan hari panjang. Perbungaan pada kelompok ke tiga, yaitu
tumbuhan hari netral, tidak dipengaruhi oleh fotoperiode. Tomat, padi, dan
dandelion adalah contoh tumbuhan hari netral (day neutral plant) yang berbunga
ketika mereka mencapai tahapan pematangan tertentu, tanpa memperdulikan
panjang siang hari pada waktu itu. Yang dimaksud dengan panjang hari disini bukan
panjang hari secara mutlak, tetapi panjang hari kritis. Tumbuhan hari panjang
(LDP) mungkin memiliki panjang hari kritis lebih pendek dari tumbuhan hari
pendek (SDP). Dinyatakan bahwa tumbuhan hari panjang akan berbunga apabila
memperoleh induksi penyinaran yang sama atau lebih dari panjang harin kritisnya
dan sebaliknya tumbuhan hari pendek akan berbunga, apabila memperoleh
penyinaran sama atau lebih pendek dari panjang hari kritisnya.

Sebelumnya diduga bahwa tumbuhan dirangsang perbungaannya oleh


lamanya panjang hari (day length). Pada tahun 1940-an peneliti menemukan bahwa
sesungguhnya panjang malam atau panjang kegelapan tanpa selingan cahaya atau
niktoperiode, dan bukan panjang siang hari, yang mengotrol perbungaan dan
respons lainnya terhadap fotoperiode. Banyak peneliti bekerja dengan cocklebur,
yaitu suatu tumbuhan hari pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari
16 jam ata lebih pendek (dan panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika siang hari
fotoperiode diselang dengan pemberian kegelapan yang singkat, tidak ada pengaruh
pada perbungaan. Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari fotoperiode

10
disela dengan beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak
akan berbunga. Coklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan secar terus
menerus supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya adalah
tumbuhan malam panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat
dalam jargon fisiologi tumbuhan. Tumbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan
malam pendek, apabila ditanam pada fotoperiode malam panjang yang biasanya
tidak menginduksi perbungaan, tumbuhan hari panjang akan berbunga jika periode
kegelapan terus menerus diperpendek selama beberapa menit dengan pemberian
cahaya.
Dengan demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam
kritis. Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di
banding dengan panjang kritis (8 jam untuk cocklebur), tumbuhan hari panjang
akan berbunga ketika malam hari lebih pendek dibanding dengan panjang malam
kritis. Industri penanaman bunga telah menerapkan pengatahuan ini untuk
menghasilkan bunga diluar musimnya. Chrythemum misalnya adalah tumbuhan
hari pendek yang biasanya berbunga pada musim gugur, tetapi perbungaannya
dapat ditunda sampai hari ibu (amerika serikat, red) pada bulan mei dengan cara
menyelang setiap malam panjang dengan seberkas cahaya, yang mengubah satu
malam panjang menjadi malam pendek.
Pada banyak spesies tumbuhan hari pendek atau tumbuhan hari panjang,
perbungaan cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah daun tunggal terhadap
fotoperiode yang tepat. Meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada
tumbuhan, fotoperiode akan tetap terdeteksi dan tunas bunga akan diinduksi.
Namun, jika semua daun dibuang, tumbuhan akan buta terhadap fotoperiode.
Transmisi meristem dari pertumbuhan vegetatif sampai ke perbungaan. Apapun
kombinasi petunjuk lingkungan (seperti fotoperiode) dan sinyal internal (seperti
hormon) yang diperlukan untuk perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem
tunas dari keadaan vegetatif menjadi satu keadaan perbungaan. Transmisi ini
memerlukan perubahan ekspresi gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen
identitas meristem yang menentukan bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih
dahulu dan bukan membentuk tunas vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih

11
dahulu. Kemudian gen identitas organ-organ bunga kelopak bunga, mahkota bunga,
benang sari dan putik diaktifkan pada daerah meristem yang tepat. Penelitian
mengenai perkembangan bunga sedang berkembang pesat, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi jalur transduksi sinyal yang menghubungkan petunjuk-petunjuk
seperti fotoperiode dan perubahan hormonal dengan ekspresi gen yang diperlukan
untuk perbungaan (Sasmitamihardja,1996).

2.5 Phytochrome control of flowering


Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh
tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh
cahaya merah dan infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh mata
manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga
ditemukan pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur
beberapa aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme
(pengaturan saat berbunga pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan
pertumbuhan kecambah (khususnya pada dikotil), morfologidaun, pemanjangan
ruas batang, serta pembuatan (sintesis) klorofil.
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari
kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan
klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini
dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja
bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai
fitokrom.
Fitokrom berfungsi berfungsi sebagai fotodetektor yang memberitahukan
tumbuhan apakah ada cahaya atau tidak, Selain itu fitokrom juga berfungsi
memberikan informasi pada tumbuhan mengenai kualitas cahaya. Saat proses
perkecambahan fitokrom sangat membantu memacu perkembangan akar. Cahaya
merah yang ditangkap oleh fitokrom memiliki banyak fungsi.Cahaya merah yang
memacu perkembanga perkecambahan biji, biru atau merah jauh dapat
menghambat perkecambahan. Beberapa percobaan tentang perkecambahan biji

12
telah dilakukan. Pemberian perlakuan cahaya merah jauh setelah perlakuan cahaya
merah tidak terjadi perkembangan ataupun perkecambahan. Namun pemberian
cahaya merah (Pr) setelah cahaya merah jauh (Prf) akan membentuk kecambah.
Dengan kata lain pemberian cahaya akhirlah yang mempengaruhi terhadap
perkecambahan biji.

2.6 Vernalisasi Pada Tumbuhan


Vernalisasi merupakan salah satu cara menimbulkan pembungaan yang lebih
awal pada tanaman dengan pretreatment dari biji-biji tanaman tersebut pada suatu
suhu yang rendah. jadi dengan kata lain, sebelum tanaman ini ditanam, biji yang
merupakan bibit tanaman tersebut disimpan dengan suhu yang rendah dengan
tujuan menghasilkan atau menginduksi hormon yang berperan dalam pembungaan.
Perbungaan terjadi bila tunas diberikan suhu rendah. Apabila daun tumbuhan
yang memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan pendinginan, sedangkan pada
bagian pucuk batangnya dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga.
Vernalisasi dapat balik apabila setelah perlakuan vernalisasi tanaman dipajan pada
suhu tinggi menyebabkan tumbuhan tidak berbunga. Fenomena ini disebut
devernalisasi.
Menurut Lysenko, bahwa pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan
reproduktif berjalan dalam fase yang berbeda, dan fase pembungaan oleh para ahli
fisiologi disebut sebagai fase transisi. Setelah Melcher berhasil dalam
penyambungan tanaman, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada suatu hormon
yang bertanggungjawab terhadap pembungaan. Pada vernalisasi hormon tersebut
dihasilkan pada ujung lembaga yang meristematik. banyak tanaman bienial dan
perenial dapat dirangsang berbunga oleh perlakuan suhu rendah. Demikianlah
vernalisasi dapat digunakan untuk tanaman bunga-bungaan, padi dan buah-buahan
yang ditanam pada rumah rumah kaca atau lapangan untuk dapat berbunga pada
musim tertentu yang menguntungkan bagi petani. Vernalisasi padi di India
digunakan untuk menghindari bahaya banjir atau kekeringan yang merusak hasil
tanaman yang akan dipanen.

13
2.7 Hormon yang mengatur dalam pembungaan
1. Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang berfungsi sinergis (bekerja sama) dengan
hormon auksin. Giberelin berpengaruh terhadap perkembangan dan
perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim
amilase. Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada
endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa merupakan
sumber energi pertumbuhan. Apabila giberelin diberikan pada tumbuhan kerdil,
tumbuhan akan tumbuh normal kembali. Giberelin juga berfungsi dalam proses
merangsang pembentukan bunga
2. Etilen
Etilen berperan dalam proses pematangan buah dan kerontokan daun. Apabila
konsentrasi etilen sangat tinggi dibandingkan hormon auksin dan giberelin,
proses pembentukan batang, akar, dan bunga dihambat oleh hormon ini. Namun
apabila bersama-sama dengan hormon auksin, etilen merangsang proses
pembentukan bunga. Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas.
Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor atau importir buah.
3. Sitokinin
Sitokinin adalah hormon yang berperan dalam pembelahan sel (sitokinesis).
Fungsi sitokinin adalah salah satunya mengatur pembentukan bunga dan buah.
Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau yang disebut
kinetin. Senyawa ini dibentuk pada bagian akar dan ditransportasikan ke seluruh
bagian sel tanaman tembakau. Senyawa sitokinin juga terdapat pada tanaman
jagung dan disebut zeatin.
4. Kalin
Kalin merupakan hormon yang berperan dalam proses organogenesis tumbuhan.
Antokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan bunga.

2.8 Florigen
Florigen (atau hormon pembungaan) adalah hormon yang dihipotesis seperti
molekul yang bertanggung jawab dalam mengendalikan dan / atau memicu

14
terbentuknya bunga pada tanaman. Florigen diproduksi di daun, dan bertindak
dalam meristem apikal tunas dan ujung yang berkembang. Hal ini dikenal sebagai
graft-menular, dan bahkan fungsi antara spesies.
Florigen (atau hormon berbunga) adalah molekul yang menyerupai hormon
yang bertanggung jawab untuk mengendalikan atau memicu pembungaan pada
tanaman. Florigen diproduksi di daun, dan bertindak dalam meristem apikal tunas
dan berkembang. Namun, meski telah diupayakan sejak tahun 1930-an, sifat yang
tepat dari florigen masih merupakan misteri.
Menurut Mikhail Chailakhyan, florigen adalah induksi bunga dapat
ditularkan melalui cangkok dari tanaman yang telah diinduksi ke tanaman yang
belum diinduksi.
Florigen adalah pemahaman tentang bagaimana tanaman menggunakan
perubahan musiman dalam suatu hari untuk mempengaruhi pembungaan,
mekanisme yang dikenal sebagai photoperiodism. Tanaman yang menunjukkan
photoperiodism dapat berupa 'hari pendek' atau 'hari panjang' , yang untuk berbunga
membutuhkan hari pendek atau hari panjang.

2.9 Pembungaan arabidosis

2.10 Proses Fertilisasi pada tumbuhan


Setelah terjadi penyerbukan pada bunga, maka serbuk sari di kepala putik
akan membentuk saluran-saluran menuju ke bakal biji yang disebut buluh serbuk
atau buluh sari. Pada saat itu, inti vegetatif berjalan di muka dan diikuti inti
generatif. Fungsi dari inti generatif adalah mengatur pertumbuhan buluh serbuk sari
menuju ke ruang bakal biji.
Inti generatif dibagi 2, yaitu:
1. Inti generarif 1, untuk membuahi inti sel telur dan membentuk zigot.
2. Inti generatif2, untuk membuahi inti kandung lembaga sekunder dam membentuk
endosperm atau putik lembaga.

15
Menjelang mencapai bakal buah, inti generatif membela menjadi 2. Setelah sampai
di pintu bakal biji, inti vegetatif melebur, kemudian inti sperma masuk ke dalam
bakal biji melalui mikrofil.
Fertilisasi pada tumbuhan biji terbuka (gymnospermae)
Pada tumbuhan, inti spermatozoid yang dihasilkan oleh serbuk sari akan
membuahi sel telur sehingga dihasilkan zigot saja sehingga akan disebut
pembuahan tunggal.
Fertilisasi pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae)
Di dalam bakal biji ada 2 buah inti, yaitu inti sel telur dan inti kandung
kenbaga sekunder. Inti sperma 1 membuahi sel telur dan menghasilkan zigot yang
akan tumbuh menjadi keping lembaga, sedangkan inti sperma 2 akan membuahi
inti kandung lembaga sekunder dan menghasilkan putik lembaga. Jadi pada bakal
biji terjadi 2 kali pembuahan sehingga disebut pembuahan ganda.

2.11Pembentukan Buah
1. Penyerbukan dan pembuahan
Tahap ini memberikan hasil terbentuknya buah muda.
2. Perkembangan buah muda menuju kemasakan buah dan biji
Tahap ini diawali dengan pembesaran bakal buah (ovarium), yang diikuti oleh
perkembangan cadangan makanan (endosperm), dan selanjutnya terjadi
perkembangan embryo. Pembesaran buah merupakan efek dari pembelahan dan
pembesaran sel, yang meliputi tiga tahap:
Tahap pertama :
Terjadi peningkatan penebalan pada pericarp oleh adanya pembelahan sel.
Tahap kedua :
Terjadi pembentukan dan pembesaran vesikel berair (juice vesicle); biasanya
terjadi pada buah-buah fleshy
Tahap ketiga :
Tahap pematangan, biasanya terjadi pengkerutan jaringan dan pengerasan
endocarp pada buah-buah dry

16
Selama tahap-tahap ini terjadi pula akumulasi air dan gula, hingga pada tahap ketiga
buah telah mengandung 80-90% air dan 2-10-20% gula.

17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembungaan adalah salah satu karakter penting dalam siklus hidup tumbuhan
karena pada fase itu terjadi proses awal bagi suatu tumbuhan untuk berkembang
biak. Tahap dari pembungaan yaitu diawali dengan tahap induksi (evokasi), inisiasi,
perkembangan kuncup menjadi anthesis, anthesis, penyerbukan dan pembuahan,
yang terakhir perkembangan buah muda seperti kemasakan buah dan biji.

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran atau


panjang pendeknya hari yang dapat merangsang pembungaan. Berdasarkan panjang
hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu tumbuhan hari
pendek, tumbuhan hari panjang, tumbhn hari sedang, tumbhan hari netral.
Sedangkan fitokrom merupakan reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan
oleh tumbuhan untuk menyerap (mendeteksi) cahaya. Hormon yang berperan
dalam pembungaan adalah Giberalin, etilen, sitokinin, dan kalin.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ashari,S.1998, Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta
Bisth, dkk., 2009, Photoperiodic Effect on Seed Germination in Pyrethrum
(Chrysanthemum cinerariaefolium vis.) under the Influence of Some Growth
Regulators, Journal of American Science 2009; 5 (4): 147-150
Campbell, N. A, J. B. Reece and L. G. Mitchell, 2002, Biologi jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Clerget, dkk., 2007, Surprising flowering response to photoperiod: Preliminary
characterization of West and Central African pearl millet germplasm, Journal
Icarisat, 5: 1-4.
Dennis,dkk., 2009, vernalization cereals, Journal of Biology, 8: 57
Dwijoseputro, D.,1978, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta
Elisa, 2006, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/,
diakses pada tanggal 14 Maret 2012 pukul 20.53 WITA.
Elisa, 2004, Pembungaan dan Produksi Buah I, www.elisa ugm.ac.id,
Franklin, P. 1985. Physiology of Crop Plants. New York: The Lowa State
University Press
Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
http://kamriantiramli.wordpress.com/tag/partenokarpi/
Latunra, A.I., 2012, Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan II,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Putra,dkk.2011. Fotoperiodisme dan Vernalisas (Online).
http://rikiharyanto.blogspot.com/. Diakses pada 19 November 2012
Rukmana, Rahmat & Yuyun Yuniarsih.2002. Kedelai, Budidaya & Pasca Panen.
Yogyakarta: Kanisius
Sasmitamihardja, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan FMIPA-ITB

19

Anda mungkin juga menyukai