Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan merupakan hasil interaksi
antara faktor luar dengan faktor dalam. Interaksi tersebut menghasilkan
penampilan tumbuhan yang berbeda satu dengan yang lainnya (memiliki ciri
khas). Ada tumbuhan yang pendek, tinggi, berdaun lebar, berbunga besar
berwarna merah dan sebagainya. Faktor internal meliputi sifat genetik yang ada
didalam gen dan hormon yang merangsang pertumbuhan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor lingkungan.
Faktor internal berupa hormon berpengaruh dalam proses pembelahan sel
dan pemanjangan sel, namun adapula hormon yang menghambat pertumbuhan.
Hormon pertumbuhan pada tanaman misalnya auksin, giberelin, sitokinin, juga
gas etilen. Asam absisat merupakan senyawa penghambat pertumbuhan.
Hormon tumbuhan sering disebut fitohormon. Hormon tumbuhan
merupakan suatu senyawa organik yang dibuat bagian tumbuhan dan kemudian
diangkut kebagian yamg lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan
dampak fisiologis. Peran hormon merangsang pertumbuhan, pembelahan sel,
pemanjangan dan ada yang menghambat pertumbuhan.
Hormon didefinisikan sebagai senyawa organik non hara, disintesis daam
suatu bagian tubuhnya, ditransport kebagian lain tempat hormon itu berfungsi.
Tetapi hal itu tidak selalu berlaku, karena ada kalanya hormon disinetesis ditempat
ia berfungsi. Etilen sebaagai gas sangat mungkin tidak ditransport dalam tubuh,
tetapi dilepaskan keatmosfer untuk mempengaruhi bagian lain.
Fungsi hormon adalah untuk mempengaruhi kerja gen dalam menentukan
ekspresinya atau mempengaruhi kerja enzim tanpa langsung melibatkan RNA
dalam sintesis protein.
Para ahli biologi telah mengidentifikasi 5 jenis hormon yang merupakan
zat pengatur tumbuh bagi tanaman antara lain auksin, sitokonin, giberelin, asam
absisat dan etilen.kelima hormon pengetut pertumbuhan tersebut sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan tanaman setidaknya terdiri dari beberapa fase antara lain :

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

1. Fase pembentukan sel


2. Fase perpanjangan dan pembesaran sel
3. Fase diferensiasi sel
Semua fase atau proses pertumbuhan tanaman dipengaruhi atau ditentukan
faktor-faktor

pertumbuhan.

Beberapa

faktor

pertumbuhan

yang

cukup

mempengaruhi pertumbuhan antara lain : Ketersediaan makanan/ unsure hara,


Ketersedian air, Cahaya matahari, Suhu udara, Oksigen, Dan hormon
pertumbuhan.
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman Hasil
penemuan Kogl dan Konstermans (1934) dan Thymann (1935) mengemukakan
bahwa Indole Acetic Acid (IAA) adalah suatu auksin.
Di dalam tubuh auksin dijumpai dalam bentuk bebas (yang dianggap
beentuk aktiifnnnnnya) atau dalam bentuk terikat dengan mmmolekul lain
misalnya dengan glukosa atau mioinositol bentuk terikat ini dianggap tidak aktif).
Selain itu terdapat berbagai senyawa yang sanga mudah diubah menjad auksin
(kelompok ini disebut prekursor auksin), yang sebelum menjadi auksin tidak
mampu mempengaruhi pertumbuhan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu :
Bagaimana pengaruh berbagai hormon tumbuhan terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang pada biji jagung (Zea mays)?

C. Tujuan
Dari trumusan dapat diketahui bahwa tujuan dari eksperimen ini yaitu :
Membandingkan pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan jaringan akar
dan batang pada biji jagung

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A; JAGUNG
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman
pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum
dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung
adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika
dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah
menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah
sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena.
Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai
produk industri. Beberapa di antaranya adalah bioenergi, industri
kimia, kosmetika, dan farmasi.
Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman
model yang menarik[1][2], khususnya di bidang genetika, fisiologi, dan
pemupukan. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek
penelitian

genetika

yang

intensif.

Secara

fisiologi,

tanaman

ini

tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar


matahari. Sebagian jagung juga merupakan tanaman hari pendek yang
pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang
penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam

B; PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu
organisme dan bersifat tidak dapat dikembalikan (irreversible). Proses
ini umumnya diikuti dengan pertambahan bobot tubuh. Pertumbuhan
akan di ikuti oleh proses perkembangan yang merupakan suatu
proses yang saling berkaitan. Kedua hal ini terjadi melalui beberapa
tahapan.

Seperti

halnya

pada

akar,

yang

merupakan

bagian

tumbuhan berbiji yang berada dalam tanah bewarana putih, dan


seringkali berbentuk meruncing dan suka menembus dalam tanah.
Akar memiliki bagin-bagian/ komponen-komponen penyusun akar,
salah satunya adalah tudung akar yang berada dibagian ujung akar.
Dibagian belakang tudung akar terdapat terdapat titik tumbuh yang
berupa sel-sel meristem yang selalu membelah. Dibelakang titik

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

tumbuh meristem terdapat kumpulan sel-sel besar yang memanjang


atu disebut sebagi daerah perpanjangan. Perpanjangan bagian
meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh adanya hormon
tumbuh pada akar. (Diah Aryuliana, 1999).
Jika ujung suatu tanaman dipangkas, kemudian luka itu diberi
pasta yang mengandung IAA dalam konsentrasi tinggi, maka akan
terjadi pembelahan dan pengembangan sel-sel meristem yang luar
biasa,

yang

mempercepat

mengakibatkan
proses

terjadinya

differensiasi

di

tumor.
daerah

Auksin

juga

meristem

dan

menggiatkan kambium membentuk sel-sel baru. Ujung-ujung lain


spesies mempunyai zat yang fungsinya sama dengan auksin, yaitu
auksin-b (C18H30O4). Auksin b ini tidak mempengaruhi pertumbuhan
spesies lain. Selain itu, ada juga auksin a (C18H32O5) yang
mempengaruhi avena. Auksin a ternyata serupa dengan auksin b,
bedanya adalah auksin a mempunyai satu molekul air lebih banyak
daripada auksin b ( Dwidjoseputro, 1994).

C; HORMON
Hormon adalah pembawa pesan khusus bahan kimia yang
membantu organisme, termasuk tumbuhan, menanggapi rangsangan
di lingkungan mereka. Agar tumbuhan menanggapi lingkungan, sel-sel
mereka harus mampu berkomunikasi dengan sel lainnya. Hormon
mengirim pesan di antara sel-sel. Hewan, seperti manusia, juga
memiliki hormon, seperti testosteron atau estrogen, untuk membawa
pesan dari sel ke sel. Baik dalam tumbuhan dan hewan, hormon
melakukan perjalanan dari sel ke sel dalam menanggapi rangsangan;
mereka juga mengaktifkan respons spesifik. Lima jenis hormon
tumbuhan yang terlibat dalam respon utama tumbuhan, dan mereka
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda (Tabel di bawah).

Hormon
Etilena
Giberelin
Sitokinin

Fungsi
pematangan Buah dan gugurnya
Pemecahan
dormansi
benih
meningkatkan pertumbuhan
Mendorong
pembelahan

sel;

dan

tunas;

mencegah

penuaan

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Asam Absisat
Auksin

Penutupan stomata; mempertahankan dormansi


Terlibat dalam tropisme dan dominasi apikal

1; Auksin
Hormon auksin pertama kali ditemukan oleh Went seorang
mahasiswa pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang
menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat dicirikan
mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya.
Went menemukan hormon auksin yang terdapat pada ujung koleoptil
kecambah gandum (Avena sativa). auksin berasal dari bahasa yunani
yaitu auxien yang berarti meningkatkan.. Fenomena pembengkokan
ini

dikenal

dengan

istilah

fototropisme.

Senyawa

ini

banyak

ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui


pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan
pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross,
1995). Pada penelitian Went lebih lanjut, ternyata diketahui hormon
auksin juga ditemukan pada ujung koleoptil kecambah tanaman yang
lain. Hormon auksin merupakan senyawa kimia Indol Asetic Acid (IAA)
dihasilkan dari sekresi pada titik tumbuh yang terletak pada ujung
tunas. Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar,
pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran
sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung.
Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis
tanaman. nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol
asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan
ujung akar, fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar
manapun

pertumbuhan

batang,

mempercepat

perkecambahan,

membantu dalam proses pembelahan sel.mempercepat pemasakan


buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini
sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin (Junaidi,
2008).
Hormon auksin diproduksi di bagian koleoptil ujung tunas lalu
diangkut oleh jaringan pembuluh angkut menuju tunas, selanjutnya
tunas akan tumbuh menjadi tunas bagian akar, batang, dan daun.
Pada tunas batang, auksin akan berkumpul di bawah permukaan
batang yang menyebabkan sel-sel jaringan di bawah permukaan

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

batang tersebut akan tumbuh lebih cepat dari sel-sel jaringan di atas
permukaan batang. Karena sifat hormon auksin sangat peka terhadap
panas/sinar. Auksin akan rusak dan berubah menjadi suatu zat yang
justru akan menghambat terjadinya pembelahan selsel pada daerah
pemanjangan batang, sehingga pertumbuhan sel-sel batang yang
terkena sinar matahari akan menjadi lebih lambat dibandingkan
dengan sel-sel jaringan pada sisi batang yang tidak terkena sinar
matahari.

Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia


yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup
yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasilkan secara
alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (Indo-leacetic Acid), PAA
(Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga
sudah diproduksi secara sintetic, seperti NAA (Napthalene Acetic
Acid) 2,4 D dan MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid).
Auksin adalah ZPT yang memacu pemanjangan sel yang
menyebabkan pemanjangan batang dan akar. Auksin bersifat
memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering
digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek
tanaman. Auksin juga mempengaruhi perkembangan buah,
dominasi apikal, fototropisme dan geotropisme. Kombinasi auksin
dengan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan
mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh, sehingga
mendukung pertumbuhan diameter batang (Lakitan, 2007).
Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan
sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem,
pembentukkan

akar,

pembungaan

pada

bromeliaceae,

pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina


pada pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme
serta menghambat pengguran daun, bunga dan buah. Peranan
Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal
sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk klorofil dalam


kalus, mendorong proses morfogenesis kalus, membentuk akar
atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga
dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman.

2; ZPT Sintetik

Dengan memperhatikan bentuk molekul asam indol asetart yang dapat


berfungsi aktif sebagai hormon maka molekul lain yang serupa bentuknya akan
dapat pula berfungsi aktif. Namun persyaratan untuk serupa asam indol asetat itu
tidak terlalu kaku, sehingga dijumpai pula senyawa yang agak jauh kemiripannya
secara struktural tetapi mempunyai aktivitas auksin juga.
Atas dasar itu dibuatlah berbagai senyawa sintetik yang murah dan cepat
membuatnya, dengan efektivitas auksin yang sama dengan IAA. Contoh senyawa
sintetik itu adalah asam indol butirat, asam naftalenasetat, dan yang populer yaitu
2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) digunakan untuk berbagai herbisida.Selain
senyawa yang berfungsi seperti auksin, adapula senyawa yang mengganggu kerja
auksin, sehingga disebut anti auksin.
NAA dan 2,4 D merupakan hormon sintetik yang dibuat
oleh ahli kimia dan mampu menyebabkan respon fisiologis
seperti IAA sehingga menyebabkan pertambahan panjang pada
akar dan batang. Kedua hormon tersebut juga memiliki sebuah
gugus

karboksil

yang

menempel

pada

gugus

lain

yang

mengandung karbon dan akhirnya akan berhubungan dengan


cincin aromatik. NAA lebih mirip dengan IAA yaitu memiliki 2
cincin aromatik sedangkan 2,4 D hanya memiliki satu cincin
aromatik.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan
untuk menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam
penelitian yang dilakukan yaitu variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel
kontrol.
B. Waktu dan Tempat
Telah

dilakukan

suatu

percobaan

yang

jenisnya

eksperimental pada 16 Februari 2015 di laboratorium Fisiologi


C10 lantai 1 FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya

C. Variabel percobaan
Variabel yang digunakan dalam melekukan percobaan ini antara lain :
;

Variabel kontrol :
;

Variabel manipulasi :
;

Kecambah jagung umur 5 hari

Jenis larutan (AIA, 2,4 D, NAA dan air suling)

Variabel respon :
;

Pertambahan panjang jaringan akar dan koeleptil

D. Alat dan Bahan


;

Alat
1; Cawan Petri
2; Silet tajam
3; Penggaris

Bahan
1; Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil dan akar
primer dengan panjang 5 mm diukur dengan jarak 2 mm dari kotiledon
2; Larutan AIA, 2,4 D, NAA dan air suling

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

E. Prosedur Kerja
1; Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2; Menyediakan potongan koleoptil dan akar primer jagung untuk tiap-tiap
perlakuan sebanyak 5 potongan.
3; Mengisi cawan Petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 0 ml, kemudian
merendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), melakukan hal
yang sama untuk laruta 2,4 D, NAA dan air suling. Cawan Petri ditutup
dan dibiarkan selama 48 jam.
4; Melakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan jaringan
tersebut.
5; Membuat hasil table pengamatan untuk merekam data.
6; Membuat histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon
terhadap pertambahan panjang jaringan akar dan batang.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1; Tabel
Jenis

Panjang

Jaringan

Awal (mm)
5

Batang

Akar

AIA

Panjang Akhir (mm)


2,4 D
NAA

Aquades

5
5

7
X=3
8

6
X = 1,2
6

6
X=1
6

6
X = 0,4
5

8
X = 2,8

6
X = 1,2

6
X=1

5
X = 0,2

Keterangan :
X

= Rata-rata pertambahan panjang (mm)

2;

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

10

Grafik

Histogram Hubungan Antara Jenis Hormon (AIA, 2,4 D, NAA) dan


Aquades Terhadap Rata-rata Pertambahan Panjang Jaringan Akar dan
Batang Jagung

B. Analisis Data
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dan histogram pada percobaaan diatas
dapat diperoleh hasil bahwa hormon dapat mempengaruhi pemanjangan jaringan
akar dan batang tumbuhan jagung. Berdasarkan kecepatan pengaruh hormon pada
jaringan akar dan batang yang besarnya dapat dilihat dari nilai rata-rata
pertambahan panjang jaringan setelah dilakukan perendaman selama 48 jam dapat
diketahui bahwa hormon yang paling berpengaruh adalah hormon AIA (auksin).
Akar
Pada perendaman akar yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari
kotiledon diperoleh hasil, pada larutan IAA/AIA perendaman yang dilakukan pada
5 buah akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 2,8 mm. Pada
larutan 2,4 D perendaman yang dilakukan pada akar mengalami pertambahan
panjang dengan rata-rata 1,2 mm. Pada larutan NAA perendaman yang dilakukan
pada akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 1 mm. Pada larutan
aquades perendaman yang dilakukan pada akar mengalami pertambahan panjang
rata-rata 0,2 mm.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

11

Batang
Pada perendaman batang yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari
kotiledon diperoleh hasil, pada larutan IAA/AIA perendaman yang dilakukan pada
5 buah batang mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 3 mm. Pada
larutan 2,4 D perendaman yang dilakukan pada batang mengalami pertambahan
panjang dengan rata-rata 1,2 mm. Pada larutan NAA perendaman yang dilakukan
pada batang mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 1 mm. Pada larutan
aquades perendaman yang dilakukan pada batang mengalami pertambahan
panjang rata-rata 0,4 mm.
Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa hormon yang paling berpengaruh
terhadap pemanjangan jaringan adalah hormon AIA dan kemudian secara
berurutan 2,4 D, NAA, dan aquades sebagai pembanding.

C. Pembahasan
Pada praktikum kami menggunakan jaringan akar dan batang dari
kecambah jagung yang berumur 5 hari dan dipotong 5 mm dari kotiledon yang
direndam selama 2 hari dengan menggunakan hormon IAA, 2,4 D, NAA, dan
aquades.
Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa macam hormon dapat
mempengaruhi pemanjangan akar dan batang. Besar kecilnya tersebut dapat
dilihat dari nilai rata-rata pertambahan panjang jaringan pada masing-masing
rendaman. Dari keempat rendaman yang menggunakan IAA, NAA, 2,4 D dan
aquades nilai rata-rata pertambahan panjang untuk akar berturut-turut adalah 2,8
mm, 1,2 mm, 1 mm, dan 0,2 mm. Sedangkan pertambahan panjang untuk batang
rata-rata adalah 3 mm, 1,2 mm, 1 mm, dan 0,4 mm.
Dari nilai-nilai tersebut dapat diketahui bahwa hormon yang paling besar
pengaruhnya terhadap pertambahan panjang batang maupun akar adalah IAA dan
secara berurutan 2,4 D, NAA dan aquades.
IAA
Pada akar dan batang yang diberi hormon IAA menunjukkan pertumbuhan
yang lebih besar karena IAA adalah hormon auksin alami yang dihasilkan dipucuk
dan juga pada batang, aktivitas auxin, Menurut Koeffli, Thimann dan went (1966),
aktivitas IAA ditentukan oleh a. adanya struktur cincin yang tidak jenuh. b.
adanya rantai keasaman (acid chain). c. pemisahan karboksil grup (-COOH) dari

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

12

struktur cincin. d. Adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai
keasaman.

Persyaratan diatas merupakan faktor yang menentukan terhadap

aktivitas IAA. Tentang sifat dari rantai keasaman, Koeffli (1966) menerangkan
bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas IAA.
Rantai yang mempunyai karboksil grup dipisahkan oleh karbon atau karbon dan
oksigen akan memberikan aktivitas yang normal dan akan berjalan optimum jika
4 hal diatas terpenuhi.
Arti IAA bagi fisiologi tanaman.IAA sebagai salah satu hormon tumbuh
bagi tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap : a.
Pengembangan sel. b. Phototropismec. c. Geotropisme Apical dominasie. d.
Pertumbuhan akar (root initiation). e. Parthenocarpyg abisissionh.
Pengembangan sel dari hasil studi tentang pengaruh IAA terhadap
perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu IAA dapat
menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis
protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Dalam
hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auxin meningkatkan difusi
masuknya air ke dalam sel. Hal inilah yang menyebabkan pertambahan panjang
pada batang dan akar lebih besar.

NAA dan 2,4 D


NAA dan 2,4 D merupakan hormon sintetik yang dibuat oleh ahli kimia
dan mampu menyebabkan respon fisiologis seperti IAA sehingga menyebabkan
pertambahan panjang pada akar dan batang. Kedua hormon tersebut juga memiliki
sebuah gugus karboksil yang menempel pada gugus lain yang mengandung
karbon dan akhirnya akan berhubungan dengan cincin aromatik. NAA lebih mirip
dengan IAA yaitu memiliki 2 cincin aromatik sedangkan 2,4 D hanya memiliki
satu cincin aromatik.
Air

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

13

Jaringan akar (radikula) dan batang (koleoptil) yang direndam aquades


mempunyai nilai pertambahan panjang rata-rata paling rendah. Hal itu disebabkan
karena aquades bukan merupakan hormon pertumbuhan yang menyebabkan
pengenduran dinding sel sehingga pertambahan panjang jaringan hanya
disebabkan oleh peristiwa osmosis yang akan berhenti jika CIS dan CES dalam
keadaan seimbang dan dinding akan menegang sehingga pertambahan jaringan
rendah batang (koleoptil).

D. Diskusi
Pertanyaan :
Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap
jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya? Kemukakan teori pendukung
yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.
Jawaban :
Penggunaan berbagai macam hormon tumbuh memilki pengaruh yang
sama pada tumbuhan yaitu pemanjangan jaringan. Hormon tumbuh yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuh adalah hormon IAA dan
terdapat senyawa sintetik lainnya yang serupa dengan senyawa IAA dan
mempengaruhi pemanjangan jaringan yaitu hormon NAA, 2,4 D dan sintetis
lainnya. Semua hormon tersebut mempunyai struktur kimia yang sama dengan
auksin yaitu berupa senyawa berbentuk cincin aromatik tetapi mengandung ikatan
lain yang berbeda. Pada 2,4 D terikat unsur Cl disamping terikat gugus asetat.
NAA lebih mirip dengan IAA yaitu memiliki 2 cincin aromatik sedangkan 2,4 D
hanya memiliki satu cincin aromatik.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

14

BAB V
SIMPULAN
Bedasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa pada hormon AIA, NAA dan 2,4 D memberikan pengaruh terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah jagung yang berumur 5
hari. Batang yang direndam dalam AIA menunjukkan pertambahan panjang lebih
besar daripada hormon yang lain (2,4 D, NAA) atau dengan aquades. Begitu pula
dengan akar yang diberi hormon AIA memiliki pertambahan panjang lebih besar
daripada hormon yang lain (2,4 D, NAA) atau dengan aquades.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

15

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjosaputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.
Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud.

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

16

Anda mungkin juga menyukai