Disusun Oleh :
Dosen Pengampu
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk meneliti pengaruh auksin terhadap absisi
daun.
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Kata
Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan. Sebutan ini
digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa yang belum dapat dicirikan tetapi
diduga sebagai penyebab terjadinya pembengkokan koleoptil kearah cahaya
(Yox, 2008).
Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada
Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada
pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta menghambat
pengguran daun, bunga dan buah (Sugihsantosa, 2009).
Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai
hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja
sitokinin membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus,
membentuk akar atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat
mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman (Sugihsantosa, 2009).
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi
tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat
karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung
tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan
fototropisme (Lakitan B, 2004).
Kondisi gelap juga memacu produksi hormon auksin. Auksin adalah hormon
tumbuh yang banyak ditemukan di sel-sel meristem, seperti ujung akar dan ujung
batang. Oleh karena itu tanaman akan lebih cepat tumbuh dan panen. Hasil penelitian
F.W. Went, ahli fisiologi tumbuhan, pada tahun 1928 menunjukkan produksi auksin
terhambat pada tanaman yang sering terkena sinar matahari (Heddy, 1996).
Untuk tanaman yang diletakkan di tempat yang gelap pertumbuhan
tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan
cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon
auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan
ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan
dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat
dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin
dihambat oleh sinar matahari. Distribusi auksin yang tidak merata dalam batang dan
akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Hasil
Perlakuan
Gugur petiol
Tanaman A Tanaman B
hari ke
Lanolin 1 Lanolin 2 IAA 1 IAA 2 Lanolin 1 Lanolin 2 IAA 1 IAA 2
0 − − − − − − − −
2 − − − − − − − −
4 − − − − − − − −
6 √ − √ − √ − − −
7 − − − − −
Tabel. Pengamatan gugur petiol pada tanaman Coleus sp
4.2 Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil yaitu terlihat bahwa
pada tanaman A di hari ke 6 terlihat bahwa di baris pertama cabang yang dioleskan
Lanolin maupun pasta IAA mengalami keguguran dan sudah mengalami
pertumbuhan cabang baru, namun pada baris kedua cabang yang dioleskan Lanolin
maupun pasta IAA belum mengalami keguguran. Pada tanaman B di hari ke 6 terlihat
bahwa di baris pertama cabang yang dioleskan lanolin mengalami keguguran dan
sudah mengalami pertumbuhan cabang baru, sedangkan cabang yang dioleskan pasta
IAA tidak mengalami keguguran. Dan pada baris kedua cabang yang dioleskan
lanolin mapun pasta IAA belum mengalami keguguran. Seperti yang kita ketahui
bahwa IAA mengandung hormon auksin yang dapat mencegah kegugurang daun.
Sedangkan Lanolin merupakan pasta biasa yang berbentuk seperti tepung tetapi
dicampur dengan IAA agar dapat lengket di petiol tumbuhan. Maka pada percobaan
ini keguguran daun lebih cepat terjadi pada lanolin disbanding dengan IAA.
Tangkai daun yang diolesi dengan pasta Lanolin mengalami absisi terlebih
dahulu dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua. Hal
tersebut dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat membelah
secara aktif dan sel-sel pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak mudah larut dan
bahkan sel-selnya tidak mudah hancur karena pengaruh hormon auksin yang
terkandung dalam IAA, sehingga absisi dapat dicegah lebih lama.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Lakitan, B., 2004, Physiology of Crop Plants, The Iowa State University Press.