Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN

Disusun Oleh :

Rizki Ramadhani (D1A016128)

Dosen Pengampu

Prof. Dr.Ir. MAPEGAU, M.S


Dr. Ir. IRIANTO, M.P
Ir. Dede martino, M.P

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran)


misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses ini
barada dibawah pengaruh dari auksin.
Absisi daun (dan bagian tumbuhan lainnya) terjadi karena berlangsungnya
diferensiasi pada suatu lapisan sel tertentu (daerah absisi) pada pangkal petiol, disusul
dengan larutnya (hilangnya) senyawa-senyawa pektat sehingga sel-sel terpisah satu
dengan lainnya, kecuali sel-sel jaringan pembuluh. Selanjutnya daun akan gugur
secara mekanis, baik karena gaya berat maupun karena angin, hujan dan lain-lain.
Pembentukan daerah absisi dipengaruhi oleh aliran (suplai) auksin dari helai
daun ke batang. Selama suplai auksin cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi jika
suplai auksin ini berkurang atau hilang karena berbagai sebab ( daun menua, helaian
daun rusak atau mati secara berangsur-berangsur) maka daerah absisi mulai
terbentuk.
Kenyataan bahwa auksin dapat mengontrol proses absisi memungkinkan
dilakukannya tindakan-tindakan untuk mengontrol gugur daun, bunga, dan buah.
Apakah suatu perlakuan dengan suatu zat pengatur tumbuh tertentu efektif untuk
mengontrol absisi bergantung pada jenis tumbuhan, waktu, konsentrasi, bentuk
auksin yang diberikan dan sebagainya. Belum ada cara yang baik untuk semua
keperluan. Prosedur yang baik haruslah dibuat untuk tujuan yang hendak dicapai pada
keadaan yang berlaku. Selain itu, perlu pula diingat bahwa auksin termasuk senyawa
yang sangat kuat (efektif pada konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan
kemungkinan pencemaran yang akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk meneliti pengaruh auksin terhadap absisi
daun.

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu tanaman.  Kata
Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan.  Sebutan ini
digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa yang belum dapat dicirikan tetapi
diduga sebagai penyebab terjadinya pembengkokan koleoptil kearah cahaya       
(Yox, 2008).
Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada
Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada
pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta menghambat
pengguran daun, bunga dan buah (Sugihsantosa,  2009).
Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai
hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus, menghambat kerja
sitokinin membentuk klorofil dalam kalus, mendorong proses morfogenesis kalus,
membentuk akar atau tunas, mendorong proses embriogenesis, dan auksin juga dapat
mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman (Sugihsantosa,  2009).
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi
tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat
karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung
tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan
fototropisme (Lakitan B, 2004).
Kondisi gelap juga memacu produksi hormon auksin. Auksin adalah hormon
tumbuh yang banyak ditemukan di sel-sel meristem, seperti ujung akar dan ujung
batang. Oleh karena itu tanaman akan lebih cepat tumbuh dan panen. Hasil penelitian
F.W. Went, ahli fisiologi tumbuhan, pada tahun 1928 menunjukkan produksi auksin
terhambat pada tanaman yang sering terkena sinar matahari  (Heddy, 1996).
Untuk tanaman yang diletakkan di tempat yang gelap pertumbuhan
tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan
cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon
auksin tidak dihambat oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan
ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan
dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat
dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin
dihambat oleh sinar matahari. Distribusi auksin yang tidak merata dalam batang dan
akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


organ (Heddy, 1996).
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama.
Ada dua jaringan tumbuhan yang kita kenal yaitu jaringan meristem dan jaringan
dewasa. Jaringan meristam adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Jaringan
meristem dapat dibagi 2 macam yaitu Jaringan meristem primer dan jaringan
meristem sekunder (Lakitan B, 2004). 
Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu membelah. Jaringan
meristem dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu meristem primer dan meristem
sekunder. Meristem primer terdapat pada titik tumbuh dan menyebabkan
perpanjangan akar dan batang, sedangkan meristem sekunder terdapat pada kambium
dan menyebabkan tumbuhan menjadi besar  (Sugihsantosa, 2009).
Jaringan dewasa adalah jaringan yang tidak meristematis. Jaringan dewasa
dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu: jaringan epidermis, jaringan parenkim,
jaringan penyokong, jaringan pengangkut, dan jaringan gabus (Lakitan B, 2004).

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Hari / tanggal     : Kamis, 03 April 2018
Pukul                  : 13:00 WIB - selesai
Tempat               : Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi 
3.2 Alat dan Bahan
Alat
 Kertas label
 Kertas milimeter
 Pisau silet
 Sudip untuk memberikan pasta
Bahan
 Tanaman Coleus sp dalam pot
 Pasta IAA 1000 ppm
 Pasta lanolin

3.3 Cara Kerja


1. Pilih tiga pasang daun (enam daun) dan potong dengan pisau silet pada
pangkal helai daun, serta biarkan petiolnya.
2. Bubuhkan pasta Lanolin pada ujung 3 petiol, dan pasta IAA pada ujung 3
petiol lainnya. Dengan demikian maka salah satu petiol dari setiap pasangan
mendapat perlakuan IAA, sedangkan yang lainnya tidak mendapatkan
perlakuan.
3. Setiap petiol diberi label sesuai dengan perlakuannya.

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


4. Catat kapan petiol gugur. Untuk ini perlu diadakan pengamatan setiap 2 hari
sekali.

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Perlakuan
Gugur petiol
Tanaman A Tanaman B
hari ke
Lanolin 1 Lanolin 2 IAA 1 IAA 2 Lanolin 1 Lanolin 2 IAA 1 IAA 2
0 − − − − − − − −
2 − − − − − − − −
4 − − − − − − − −
6 √ − √ − √ − − −
7 − − − − −
Tabel. Pengamatan gugur petiol pada tanaman Coleus sp

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil yaitu terlihat bahwa
pada tanaman A di hari ke 6 terlihat bahwa di baris pertama cabang yang dioleskan
Lanolin maupun pasta IAA mengalami keguguran dan sudah mengalami
pertumbuhan cabang baru, namun pada baris kedua cabang yang dioleskan Lanolin
maupun pasta IAA belum mengalami keguguran. Pada tanaman B di hari ke 6 terlihat
bahwa di baris pertama cabang yang dioleskan lanolin mengalami keguguran dan
sudah mengalami pertumbuhan cabang baru, sedangkan cabang yang dioleskan pasta
IAA tidak mengalami keguguran. Dan pada baris kedua cabang yang dioleskan
lanolin mapun pasta IAA belum mengalami keguguran. Seperti yang kita ketahui
bahwa IAA mengandung hormon auksin yang dapat mencegah kegugurang daun.
Sedangkan Lanolin merupakan pasta biasa yang berbentuk seperti tepung tetapi
dicampur dengan IAA agar dapat lengket di petiol tumbuhan. Maka pada percobaan
ini keguguran daun lebih cepat terjadi pada lanolin disbanding dengan IAA.
Tangkai daun yang diolesi dengan pasta Lanolin mengalami absisi terlebih
dahulu dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua. Hal
tersebut dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat membelah
secara aktif dan sel-sel pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak mudah larut dan
bahkan sel-selnya tidak mudah hancur karena pengaruh hormon auksin yang
terkandung dalam IAA, sehingga absisi dapat dicegah lebih lama.

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa cabang


yang diberikan pasta IAA lebih lama gugur dibandingkan dengan cabang yang
diberikan Lanolin Percobaan ini membuktikan bahwa hormon auksin sangat
berpengaruh pada absisi daun. Apabila daun kekurangan hormon auksin, maka absisi
daun akan terjadi lebih cepat dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
berkaitan dengan proses fotosintesis.

5.2 Saran

Sebelum melaksanakan praktikum ada baiknya praktikan sudah membaca


penuntun praktikum agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan meningkatkan
kerjasama antara sesama anggota kelompok dan sebaiknya alat-alat praktikum harus
lengkap dan dalam keadaan baik guna kelancaran kegiatan praktikum.

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


DAFTAR PUSTAKA

Agrica, Houlerr, 2009, BIOLOGI, PT Erlangga, Jakarta.

Fetter, 1998, Fisiologi Tumbuhan Dasar, PT Yudhistira, Jakarta.

Heddy dan Abidin, 1996, Biologi Edisi III, Erlangga, Jakarta.

Indradewa, 2009, Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1, ITB Press, Bandung.

Lakitan, B., 2004,  Physiology of Crop Plants,  The Iowa State University Press.

Loveless, 1991, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik, PT Gramedia,


Jakarta.

Sugihsantosa, 2009,  Pedoman Teknologi Benih,  Pembimbing Masa, Bandung.

Yox, 2008, Agronomi,  PT  Raja Grafindo Persada, Jakarta.

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018


LAMPIRAN

Gambar 1. Tanaman Coleus sp dalam pot Gambar 2. Pemberian IAA 1000


ppm (Auksin)

Gambar 3. Pemberian pasta lanolin Gambar 4. Tanaman yang sudah


diberikan pasta IAA 1000 ppm
dan pasta lanolin

©Copyright by Rizki Ramdhani, 2018

Anda mungkin juga menyukai