) Moench)
GENERASI F5 HASIL SELEKSI DENGAN METODE
PEDIGREE
NENI OKTANTI
A24140041
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Daya Hasil Sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench) Generasi F5 Hasil Seleksi dengan Metode
Pedigree adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir karya tulis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2018
Neni Oktanti
NIM A24140041
ABSTRAK
NENI OKTANTI. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)
Generasi F5 Hasil Seleksi dengan Metode Pedigree. Dibimbing oleh DIDY
SOPANDIE dan DESTA WIRNAS
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2018 di Kebun Balai
Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen),
Cimanggu, Bogor, sedangkan analisis data dilaksanakan di Laboratorium
Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Dramaga,
Bogor, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk memperoleh informasi keragaan
karakter agronomis galur-galur F5 sorgum hasil persilangan dan mengidentifikasi
galur yang memiliki potensi hasil lebih baik dari tetuanya. Rancangan percobaan
yang digunakan adalah rancangan augmented. Perlakuan yang diberikan terdiri
atas 30 galur sorgum F5 hasil persilangan PI-10-90A dan Numbu, PI-150-20A
dan Numbu, PI-150-20A dan Kawali serta 5 varietas pembanding (Numbu,
Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat) diulang sebanyak 3 kali ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter
tinggi tanaman, luas daun bendera, panjang malai, diameter malai, bobot malai,
bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, bobot 100 biji dan kehijauan daun.
Galur A-266-19-5, A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-064-15-
12, A-094-4-12, B-043-6-9, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3,
N/UP-Merah, N/UP-121-3, N/UP-39-10, C-267-18-18 berpotensi untuk
dikembangkan menjadi varietas karena memiliki keragaan karakter agronomi,
karakter komponen hasil dan karakter stay green yang unggul. Karakter luas daun
bendera, bobot malai, bobot brangkasan malai dan bobot biji per malai dapat
dijadikan sebagai karakter seleksi karena memiliki nilai heritabilitas yang tinggi
dan koefisien keragaman genetik yang luas. Nilai korelasi karakter bobot malai
dan bobot biji per malai positif nyata dan sangat erat sehingga karakter bobot
malai dapat digunakan sebagai penganti karakter bobot biji per malai dalam
menghitung produksi berdasarkan komponen hasil.
.
Kata kunci: Galur unggul, karakter seleksi, rancangan augmented, stay green
ABSTRACT
This research held on February until May 2018 at the Agricultural Research
Center for Agricultural Genetic Resources and Biotechnology (BB Biogen),
Cimanggu, Bogor. Data analysis was carried out at the Plant Breeding Laboratory
of the Department of Agronomy and Horticulture, IPB Dramaga, Bogor, West
Java. The study aimed to obtain agronomic character performance information on
F5 sorghum lines from crosses and identify strains that have better yield potential
than their (parents). The experimental design used is Augmented Design. The
treatment consisted of 30 lines of sorghum F5 from crosses of PI-10-90A and
Numbu, PI-150-20A and Numbu, PI-150-20A and Kawali and 5 comparison
varieties (Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 and Pahat ) repeated 3 times..
The results showed that genotype significantly affected the character of plant
height, flag leaf area, panicle length, panicle diameter, panicle weight, panicle
weight, seed weight per panicle, weight of 100 seeds and leaf greenness. The A-
266-19-5, A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-064-15-12, A-094-
4-12, B-043-6-9, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3, N/UP-Merah,
N/UP-121-3, N/UP-39-10, C-267-18-18 lines has the potential to be developed
into a variety because it has the superior performance of agronomic characters, the
characteristics of the yield components, and the stay green character. Character of
flag leaf area, panicle weight, panicle stover weight and seed weight per panicle
can be used as a selection character because it has a high heritability value and
broad genetic diversity coefficient. Correlation value of panicle weight and seed
weight per panicle was real positive and very tight so that panicle weight
characters can be used as a substitute for the character of seed weight per panicle
in calculating production based on yield components.
NENI OKTANTI
A24140041
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas berkat dan
rahmat-Nya, karya ilmiah yang berjudul “Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum
bicolor (L.) Moench) Generasi F5 Hasil Seleksi dengan Metode Pedigree ” dapat
terselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2018 di
Kebun Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
(BB Biogen), Cimanggu dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen
Agronomi dan Hortikultura, IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi I serta
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Dr. Desta Wirnas, S.P. M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi II, yang juga
telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian dan karya
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dr. Ir Heni Purnamawati, M.Sc Agr. Selaku dosen penguji skripsi.
4. Dr. Ir Trikoesoemaningtyas, M.Sc. selaku dosen yang membantu memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Dr. Willy Bayuardi suwarno, S.P. M.Si. selaku dosen yang membantu
memberikan bimbingan dalam pengolahan data sehingga penelitian dan karya
ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Terima kasih kepada Bidikmisi, selaku pemberi beasiswa, yang telah
membiayai serta memberikan dukungan dan doa selama perkuliahan.
7. Ibu, Bapak, dan semua keluarga besar, yang telah memberikan doa, saran,
nasehat, semangat, dan kasih sayang.
8. Nanda serta teman-teman Agronomi Hortikultura angkatan 51 “Azalea”, yang
telah memberikan bantuan, dukungan, dan semangat yang luar biasa.
9. Sinta, Ati, serta teman-teman Assalamah 2 Squad, yang telah memberikan doa,
semangat, kebersamaan dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Neni Oktanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) 2
Budidaya Sorgum 2
Pemuliaan Sorgum 3
METODE 4
Tempat dan Waktu 4
Bahan dan Alat 4
Rancangan Percobaan 4
Prosedur Percobaan 4
Pengamatan Percobaan 5
Analisis data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Kondisi Umum Penelitian 7
Keragaan Karakter Agronomi Galur-Galur Sorgum Generasi F5 9
Keragaan Hasil dan Komponen Hasil Galur-Galur Sorgum Generasi F5 13
Keragaan Karakter Stay Green Galur-Galur Sorgum Generasi F5 16
Komponen Ragam, Heritabilitas dan Koefisien Keragaman Genetik 18
Korelasi antar Karakter Galur-Galur Sorgum Generasi F5 19
KESIMPULAN DAN SARAN 22
Kesimpulan 22
Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 34
DAFTAR TABEL
1. Rekapitulasi sidik ragam keragaan karakter agronomi galur-galur sorgum 9
2. Nilai tengah karakter daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, dan
diameter batang galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 11
3. Nilai tengah karakter luas daun bendera, umur berbunga, dan umur panen
galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 12
4. Nilai tengah karakter panjang malai, diameter, dan bobot malai galur F5
hasil persilangan dan varietas pembanding 15
5. Nilai tengah karakter bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, rasio
biji dan brangkasan malai serta bobot 100 biji galur F5 hasil persilangan
dan varietas pembanding 16
6. Nilai tengah karakter kehijauan daun dan persentase daun hijau saat
panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding 17
7. Nilai komponen ragam , heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman
genetik 19
8. Korelasi antar karakter pengamatan 20
DAFTAR GAMBAR
1 Pertumbuhan tanaman sorgum, a.) fase vegetatif awal, b.) tanaman
berumur 4 MST setelah pemupukan kedua, c.) fase generatif, d.) fase
generatif maksimum 8
2 Tanaman sorgum terinfeksi penyakit bacterial leaf blight (a), dan tanaman
sorgum terserang kutu daun (b 8
3 Keragaan malai galur-galur sorgum generasi F5 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi varietas Numbu 27
2 Deskripsi varietas Kawali 28
3 Deskripsi varietas Samurai 1 29
4 Deskripsi varietas Samurai 2 30
5 Deskripsi varietas Pahat 31
6 Layout lahan penelitian 32
7 Data cuaca di Bogor selama penelitian 33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Sorgum berasal dari Afrika Tenggara, tepatnya daerah Ethiopia, Sudan dan
Afrika Timur. Sogum pertama kali didomestikasi di Ethiopia kemudiaan di
distribusikan ke India melalui timur tengah 3000 tahun yang lalu. Sorgum sampai
ke daratan cina bersamaan dengan dimulainya perdagangan sutra. Sorgum
diintroduksi ke Amerika sebagai guinea corn dari afrika barat melalu jalur
perdagangan budak pada pertengahan abad sembilan belas (Acquaah, 2007).
Sorgum adalah tanaman tahunan yang biasa dibudidayakan sebagai tanaman
setahun. Sorgum merupakan tanaman menyerbuk sendiri dari famili Poaceae.
Batang sorgum padat dan manis, jumlah ruas pada masing-masing tanaman 7-16
ruas. Akar sorgum berupa akar serabut. Perakaran sorgum yang aktif dalam
menyerap air dan hara adalah pada kedalaman 30 cm - 40 cm. Akar sorgum dapat
mengeluarkan eksudat berupa zat allelopati yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman lain dan gulma. Daun sorgum berbentuk lanset lebar dan
panjang, jumlah daun pada masing-masing individu tanaman 7-24 daun. Panicles
atau yang biasa disebut heads, memiliki panjang 8 cm - 40 cm dan dapat berupa
malai terbuka ataupun malai yang kompak. Panicle memiliki sessile spikelet dan
pedicillate spikelet. Masing-masing sessile spikelet terdiri atas lemma dan palea
(Joshi, 2015).
Budidaya Sorgum
Pemuliaan Sorgum
METODE
Pemeliharaan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, KCl dan SP-36
dengan dosis masing-masing 150 kg ha-1, 100 kg ha-1 dan 100 kg ha-1. Pupuk urea
yang diaplikasikan sebanyak 1/3 bagian pada saat tanam dan 2/3 bagian pada 4
MST. Penyiangan gulma dan pembumbunan dilakukan pada saat tanaman
berumur 4 MST secara manual menggunakan alat pertanian sederhana. Aplikasi
pestisida Deltametrin dilakukan seminggu sekali dengan konsentrasi 1 ml L-1.
Aplikasi pestisida Agrimycin dilakukan pada saat tanaman berumur 5 MST
dengan konsentrasi 2 ml L-1. Aplikasi Karbofuran di bagian pucuk daun
diaplikasikan pada 7-8 MST untuk mengendalikan hama tanaman yang
menyerang daun.
Pengamatan Percobaan
Pengamatan dilakukan pada setiap galur yang terdiri dari 8 tanaman contoh.
Karakter yang akan diamati yaitu
A. Agronomi, Komponen Hasil, dan Hasil
1. Daya tumbuh tanaman yang diamati pada saat tanaman berumur 7 hari
setelah tanam (HST);
2. Tinggi tanaman yang diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai
pada saat panen;
3. Jumlah daun pada saat vegetatif maksimum dan saat panen yang dihitung
mulai dari atas buku kedua;
4. Diameter batang yang diukur 10 cm dari permukaan tanah pada saat
vegetatif maksimum;
5. Luas daun bendera dihitung dengan menggunakan rumus p x l x k,
konstanta daun sorgum yaitu 0,731 (Susilo, 2015);
6. Umur berbunga (50% tanaman dalam baris telah berbunga) dan umur
panen (50% tanaman dalam baris telah siap panen yang ditandai dengan
menepungnya biji sorgum);
7. Panjang malai diukur dari leher malai sampai ujung malai;
8. Bobot malai, ditimbang malai yang dipanen dan sudah dijemur selama
kurang lebih 3 hari;
9. Bobot brangkasan malai, ditimbang setelah bijinya dirontokkan;
10. Bobot biji permalai merupakan selisih antara bobot malai dan bobot
brangkasan malai;
11. Bobot 100 biji.
B. Stay Green
1. Karakter kehijauan daun diamati menggunakan alat SPAD meter;
2. Persentase daun hijau saat panen, perhitungan jumlah daun dimulai dari
atas buku kedua. Untuk daun yang sudah menguning penilaian kehijauan
berdasarkan skor yaitu 0-1 dimana nilai berdasarkan pada % luas daun
yang menguning.
Analisis data
2. Adjustment data
Adjusment data dilakukan untuk memperoleh nilai tengah yang telah
terkoreksi oleh adanya faktor lingkungan tumbuh yang berbeda antar galur yang
diuji. Adjusment means dihitung dengan menggunakan rumus (Sharma, 2006):
Keterangan:
= nilai tengah hasil adjusment
= nilai tengah awal
= efek pengelompokan
Ve = ragam lingkungan
Vg = ragam genetik
Vp = ragam fenotipe
Setelah ketiga ragam diatas diperoleh, maka nilai heritabilitas dapat dihitung
berdasarkan rumus :
Keterangan :
= heritabilitas arti luas
Vg = ragam genetik
Vp = ragam fenotipe
Kriteria heritabilitas terbagi menjadi tiga yaitu heritabilitas tinggi ( >0,5),
heritabilitas sedang (0,2 ≤ ≤ 0,5) dan heritabilitas rendah ( <0,2).
7
√
KKG = ̅
x 100%
Keterangan :
= ragam genetik
̅ = rataan galur F3
Koefisien keragaman genetik digunakan untuk melihat seberapa besar
keragaman genetik dalam suatu populasi. Berdasarkan luas dan sempitnya
koefisien keragaman dibagi menjadi 3 yaitu: sempit (0-10%),sedang (10-20%)
dan luas (>20%).
5. Uji korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mengtahui hubungan antar peubah yang
diamati dengan mengunakan aplikasi minitab.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2018 di Kebun
Percobaan Cikeumeuh, BB Biogen, Cimanggu, Bogor. Data dari BMKG Bogor
menunjukkan, suhu rata-rata bulanan untuk wilayah Cimanggu pada bulan
Februari hingga Mei 2018 sebesar 26.08⁰C. Rata-rata curah hujan bulanan untuk
wilayah Cimanggu pada bulan Februari hingga Mei 2018 sebesar 338 mm per
bulan. Menurut FAO (2001), kondisi ini kurang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman sorgum sehingga dilakukan penyiraman. Tanaman sorgum dapat
berproduksi dengan baik pada kondisi curah hujan bulanan berkisar antara 350-
488 mm. Data cuaca daerah tempat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7.
Benih sorgum mulai berkecambah pada umur 5 hari setelah tanam (HST).
Beberapa galur sorgum (B-169-7-1, B-043-6-9 dan B-371-5-6) yang memiliki
daya tumbuh rendah disulam pada saat tanaman berumur 7 HST. Kondisi tanaman
pada fase vegetatif awal (tanaman berumur 1-3 MST) menunjukkan pertumbuhan
yang lambat. Pertumbuhan tanaman mulai membaik saat tanaman berumur 4 MST
setelah dilakukan pemupukan kedua. Pada umur 4 MST tanaman memasuki fase
cepat. Fase generatif ditandai dengan menggembungnya batang didekat daun
bendera akibat terbentuknya primordial bunga sorgum. Fase generatif maksimum
ditandai dengan selesainya masa anthesis bunga yang dilanjutkan dengan
pengisian biji terlihat pada Gambar 1. Ketika memasuki fase pengisian biji
dilakukan penyungkupan untuk mengurangi kehilangan hasil akibat hama burung.
Beberapa galur-galur sorgum generasi F5 menunjukan pertumbuhan yang
baik. Galur A-266-19-5, A-075-5-9, C-375-17-1, C-083-18-3, C-248-16-5, B-064-
15-12, A-094-4-12, B-043-6-9, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6, N/UP-151-3,
N/UP-Merah, N/UP-121-3, N/UP -39-10, C-267-18-18 menunjukkan performa
pertumbuhan yang baik sehingga memiliki karakter agronomi, hasil dan
komponen hasil serta karakter stay green yang unggul.
8
Gambar 1. Pertumbuhan tanaman sorgum, a.) fase vegetatif awal, b.) tanaman
berumur 4 MST setelah pemupukan kedua, c.) fase generatif awal, d.)
fase generatif maksimum.
Pertumbuhan beberapa galur sorgum dipengaruhi oleh penyakit bacterial
leaf blight yang disebabkan oleh Acidovorax avenae subsp. avenae pada saat
tanaman sorgum berumur 5 MST terlihat pada Gambar 2. Galur yang terserang
penyakit ini menunjukkan gejala daun berubah warna menjadi kuning seperti
terbakar. Penyakit ini dikendalikan dengan penyemprotan pestisida berbahan aktif
agrimycin dengan dosis 1 ml L-1. Hama kutu daun (Aphis gossypii) menyerang
tanaman sorgum pada saat tanaman sorgum mendekati masa panen yaitu umur 12
MST. Hama ini dikendalikan dengan melakukan sanitasi pada daun yang
terserang dan dilakukan penyemprotan pestisida berbahan aktif imidakloprid
dengan dosis 300 g L-1.
Gambar 2. Tanaman sorgum terinfeksi penyakit bacterial leaf blight (a), dan
tanaman sorgum terserang kutu daun (b).
9
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 171.37-
314,45 cm. Galur B-167-9-1, C-375-17-1, B-064-15-12 dan B-043-6-9 memiliki
tinggi yang relatif sedang berdasarkan kategori tinggi tanaman oleh Elagovan et
al. (2013), yaitu berkisar antara 171.37–175.55 cm meskipun hasil uji lanjut tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap varietas Numbu, Kawali, Samurai 1,
Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 2. Tinggi tanaman sorgum yang
dikehendaki untuk seleksi berkisar antara 100-140 cm supaya memudahkan
proses panen (Talanca dan Andayani, 2013).
Jumlah daun
Jumlah daun galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 8-12 helai.
Hasil ini tidak menunjukkan perbedaan jumlah daun yang nyata terhadap varietas
Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Galur A-075-5-9, C-375-17-1,
C-083-18-3, A-125-1-6, C-119-1-11, C-257-16-1, B-371-5-6 dan C-267-18-18
memiliki jumlah daun yang berkisar antara 11-12 helai tercantum pada Tabel 2.
Menurut House (1985) tanaman sorgum yang beradaptasi baik dengan
lingkungannya memiliki jumlah daun antara 6-12 helai. Tanaman sorgum yang
mempunyai jumlah daun banyak berpotensi menghasilkan biji dengan
produktivitas tinggi karena mempunyai organ fotosintesis yang banyak.
Diameter batang
Diameter batang galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 15.86-
22.00 mm. Hasil ini tidak menunjukkan perbedaan diameter batang yang nyata
terhadap diameter batang varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan
Pahat. House (1985) mengemukakan bahwa diameter pangkal batang sorgum
berkisar antara 0.5-5.0 cm. Galur C-375-17-1, C-083-18-3, B-371-5-6 dan C-267-
18-18 memiliki batang yang relatif sedang berkisar antara 20.21-22.00 mm
tercantum pada Tabel 2. Okiyo et al.(2010) mengemukakan bahwa diameter
batang yang kecil cenderung menyebabkan tanaman mudah rebah.
Luas daun
Luas daun bendera galur A-266-19-15, C-375-17-1, C-248-16-5, A-094-4-
12, B-043-6-9, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3 dan N/UP-39-10 nyata
memiliki luas daun bendera yang lebih besar dibandingkan luas daun bendera
varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat dengan kisaran luas
daun bendera antara 170.51-336.29 cm2 tercantum pada Tabel 3. Nelson dan
Larson (1988) melaporkan bahwa semakin luas area daun maka semakin banyak
jumlah kloroplas pada daun.
Umur berbunga
Umur berbunga galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 65-79 HST.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa umur berbunga galur-galur generasi F5 yang
diuji tidak berbeda nyata dengan umur berbunga varietas Numbu, Kawali,
Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Terdapat galur sorgum yang memiliki umur
berbunga berkisar antara 65-66 HST yaitu galur A-266-19-15, B-139-17-14, B-
064-15-12, B-043-6-9, B-263-7-8, N/UP-151-3, N/UP-Merah, N/UP-121-3 dan
N/UP-39-10 tercantum pada Tabel 3.
11
Tabel 2. Nilai tengah karakter daya tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, dan
diameter batang galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding
Tabel 3. Nilai tengah karakter luas daun bendera, umur berbunga, dan umur
panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding
Umur panen
Umur panen galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 96-106 HST
tercantum pada Tabel 3. Hasil uji lanjut untuk karakter umur panen menunjukkan
bahwa umur panen galur-galur sorgum generasi F5 yang diuji tidak berbeda nyata
terhadap varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan Pahat. Singgih dan
Muslimah (2002) mengkategorikan sorgum berdasarkan umur panen menjadi tiga
kategori yaitu sorgum berumur genjah (umur panen kurang dari 80 hari), sorgum
berumur sedang (umur panen 80-100 hari) dan umur sorgum berumur dalam
(umur panen lebih dari 100 hari). Galur A-266-19-5, B-144-9-5, C-248-16-5, B-
139-17-14, B-064-15-12, B-043-6-9, B-263-7-8, N/UP-151-3, N/UP-Merah,
N/UP-121-3 dan N/UP-39-10 tergolong sorgum berumur sedang karena umur
panen galur-galur tersebut berkisar antara 96-99 HST.
Panjang malai
Panjang malai galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 15.23-24.00
cm. Galur A-075-5-9, C-083-18-3, A-349-5-13, C-257-16-1, B-371-5-6 dan A-
284-17-16 secara nyata memiliki panjang malai yang lebih panjang dibandingkan
varietas Numbu, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Kawali, Samurai 1,
Samurai 2 dan Pahat tercantum pada Tabel 4. Dicko et al.(2006) mengemukakan
bahwa panjang malai sorgum berkisar antara 4-50 cm.
Diameter malai
Diameter malai galur-galur sorgum generasi F5 berkisar antara 42,55-58,47
mm. Galur A-075-5-9, C-375-17-1, A-349-5-13, A-094-4-12, C-119-1-11, C-257-
16-1, B-371-5-6, B-182-5-12 dan C-267-18-18 secara nyata memiliki diameter
malai yang lebih besar dari varietas Numbu, Kawali, Samurai 1, Samurai 2 dan
14
Tabel 4. Nilai tengah karakter panjang malai, diameter, dan bobot malai galur F5
hasil persilangan dan varietas pembanding
Tabel 5. Nilai tengah karakter bobot brangkasan malai, bobot biji per malai, rasio
bobot biji dan brangkasan malai serta bobot 100 biji galur F5 hasil
persilangan dan varietas pembanding
Bobot
Bobot Biji Per Rasio Biji dan Bobot 100
Nama Galur Brangkasan
Malai (g) Brangkasan Malai Biji (g)
Malai (g)
A-266-19-5 14.38 acde 56.77 cde 3.95 3.11 bcde
A-125-19-11 10.02 cde 55.56 cde 5.54 2.82 bcde
B-167-9-1 10.76 cde 45.21 de 4.20 1.81
A-075-5-9 15.21 acde 61.84 cde 4.06 2.31
C-375-17-1 13.85 acde 87.18 abcde 6.30 2.99 bcde
B-144-9-5 7.07 55.39 cde 7.83 2.87 bcde
C-083-18-3 13.14 acde 59.04 cde 4.49 2.56 cd
A-324-2-15 11.69 cde 55.58 cde 4.75 2.80 bcde
C-248-16-5 9.00 cde 71.59 cde 7.95 2.85 bcde
B-139-17-14 10.56 cde 61.71 cde 5.84 2.62 cd
B-064-15-12 10.88 cde 56.59 cde 5.20 2.7 cde
A-349-5-13 13.06 acde 47.93 cde 3.67 2.39
A-094-4-12 12.34 acde 77.48 abcde 6.28 2.59 cd
A-125-1-6 14.41 abcde 49.92 cde 3.46 2.86 bcde
B-169-7-1 12.23 acde 60.39 cde 4.94 3.28 bcde
B-043-6-9 12.35 acde 57.28 cde 4.64 3.10 bcde
B-263-7-8 8.454 cde 41.14 cde 4.87 2.91 bcde
C-351-6-6 9.00 cde 39.42 cde 4.38 2.09
C-119-1-11 18.48 abcde 59.74 cde 3.23 2.96 bcde
C-257-16-1 12.67 acde 64.62 cde 5.10 3.07 bcde
B-371-5-6 8.93 cde 79.55 abcde 8.91 3.17 bcde
N/UP-32-8 9.62 cde 46.32 cde 4.81 3.63 abcde
N/UP-151-3 11.01 acde 47.48 cde 4.31 2.77 bcde
B-132-19-5 9.15 cde 56.44 bcde 6.16 3.04 bcde
N/UP-MERAH 6.82 cde 44.15 cde 6.47 3.33 bcde
N/UP-121-3 11.09 acde 48.22 cde 4.35 2.99 bcde
N/UP-39-10 7.57 cde 59.94 abcde 7.92 3.55 abcde
A-284-17-16 8.87 cde 49.28 cde 5.55 3.44 bcde
B-182-5-12 6.80 cde 47.57 cde 6.99 2.70 bcde
C-267-18-18 7.98 cde 59.69 abcde 7.48 2.95 bcde
Numbu 10.85 61.87 5.91 3.61
Kawali 13.85 60.66 4.32 2.58
Samurai 1 5.76 33.31 5.64 2.13
Samurai 2 5.15 28.82 5.40 2.25
Pahat 5.77 18.37 3.26 2.46
Keterangan: Angka yang diikuti huruf a=berbeda nyata dengan Numbu, b= berbeda nyata
dengan Kawali, c= berbeda nyata dengan Samurai 1, d= berbeda nyata
dengan Samurai 2, e= berbeda nyata dengan Pahat berdasarkan uji BNT.
17
Tabel 6. Nilai tengah karakter kehijauan daun dan persentase daun hijau saat
panen galur F5 hasil persilangan dan varietas pembanding
sedangkan keragaman antar famili tetap tinggi. Seleksi antar famili menjadi lebih
efisien karena dapat diketahui barisan yang lebih seragam.
Tabel 7. Nilai komponen ragam , heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman
genetik
KKG
Karakter Ve Vg Vp h2bs (%)
(%)
Daya tumbuh 49.25 24.40 73.65 33.13 S 5.24
Tinggi tanaman 1022.39 963.33 1985.72 48.51 S 14.75
Jumlah daun 0.65 0.71 1.36 51.99 T 8.28
Diameter batang 1.76 0.48 2.24 21.51 S 3.89
Luas daun bendera 677.45 2620.55 3298.00 79.45 T 22.14
Umur berbunga 56.18 89.80 145.98 61.51 T 14.88
Umur panen 3.41 4.39 7.81 56.27 T 2.04
Panjang malai 5.07 11.07 16.13 68.59 T 15.81
Diameter malai 6.71 28.91 35.62 81.16 T 11.13
Bobot malai 68.19 266.38 334.57 79.61 T 26.56
Bobot brangkasan malai 0.99 8.92 9.91 90.03 T 29.75
Bobot biji per malai 62.92 194.20 257.11 75.53 T 27.11
Rasio biji dan brangkasan malai 0.06 0.02 0.08 29.05 S 6.35
Bobot 100 biji 0.02 0.21 0.23 89.73 T 16.25
Kehijauan daun 3.12 21.28 24.40 87.21 T 9.83
Persentase daun hijau saat panen 56.18 89.80 145.98 61.51 T 14.88
Keterangan: Ve = ragam lingkungan, Vg = ragam genetik, Vp = ragam fenotip, h2bs =
heritabilitas arti luas, KKG = koefisien keragaman genetik, S = sedang, T =
tinggi.
adalah 0,98**. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan yang tinggi antara kedua
karakter tersebut sehingga karakter bobot malai dapat digunakan sebagai penganti
karakter bobot biji per malai dalam menghitung produksi berdasarkan komponen
hasil. Karakter bobot brangkasan malai berpengaruh positif dan sangat nyata
terhadap bobot biji per malai. Karakter bobot biji permalai berpengaruh positif
dan sangat nyata terhadap bobot 100 biji. Peningkatan bobot biji per malai diikuti
peningkatan bobot 100 biji.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Elangovan, M., P.K. Babu, D.C.S. Reddy, U. Saxena, G.V. Reddy, V.A.
Tonapi.2013.Genetic and environmental variability in sorghum (Sorghum
bicolor (L.) Moench) germplasm collected from Rajasthan and Madhya
Pradesh. Indian Journal of Plant Genetic Resources.26(1):19-24.
[FAO] Food Agricultural Organanization. 2001. Data set: Crop Water
Management-Maize. Land and Water Development Division.
http://www.fao.org [ 6 Mei 2018].
Goldworthy, P.R., N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Tohari (penerjemah.). UGM Pr, Yogyakarta, ID. Terjemahan dari The
Physiology of Tropical Field Crops.
Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
UI Pr, Jakarta, ID.
Harner III, J.P.1998. Grain Sorghum Production Handbook. Kansas State
University, Kansas, USA.
Herman, S., M. Aqil.2013. Pengembangan produksi sorgum di Indonesia. Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian.
House, L.R. 1985. A Guide to Sorghum Breeding . International Crops Research
Institut for Semi-Arid Tropics (ICRISAT), Patancheru, IN.
Insan, R.R.2016. Pendugaan parameter genetik dan seleksi populasi sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench) hasil penggaluran dengan metode single
seed descent. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Jennings, P.R., W.R. Coffman, H.E. Kauffman. 1979. Rice Improvement.
Interational Rice Research Institute. Los banos, PH.
Joshi, M.2015. Textbook of field Crops. PHI Learning Private Limited, Delhi, IN.
Kassahun, B., F.R. Bidinger, C.T. Hash, M.S. Kuruvinashetti.2010. Stay-green
expression in early generation sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]
QTL introgression lines. Euphytica(172):351-362.
Nelson, C.J., K.L. Larson . 1988. Seedling growth. In M.B. Tesar (Eds.).
Physiological Basis of Crop Growth and Development. American Society of
Agronomy Crop Science Society of America Madison, Wisconsin, USA.
Okiyo, T.S., O. Gudu, Kiplagat, J. Owouche. 2010. Combining drought and
alumunium toxicity tolerance to improve sorghum productivity. African
Crop Science Journal. 18(4): 147-154.
Rogers, D.H., M. Alam.1998. Grain Sorghum Production Handbook. Kansas State
University, Kansas, USA.
Rostyini, N., A. Baihaki, R. Setiamihardja, G. Suryatmana. 2003. Korelasi
kandungan klorofil dan beberapa karakter daun dengan hasil pada tanaman
kedelai. Zuriat 14 (2): 47-52.
Sharma, J.R.1988.Statistical and Biometrical Techniques in Plant Breeding.New
Age International Publishers, New Delhi, IN.
Singgih, S., H. Muslimah. 2002. Evaluasi daya hasil galur sorgum. Risalah
Penelitian Jagung dan Serealia Lain, Balai Penelitian Tanaman Jagung dan
Serealia Lain. Maros, Sulawesi Selatan.
Sirappa, M.P.2003. Prospek pengembangan sorgum di Indonesia sebagai alternatif
komoditas untuk pangan, pakan dan industri. Jurnal Litbang
Pertanian.22(4).
24
DATA IKLIM
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 9 Oktober 1996
sebagai anak pertama dari Bapak Sutanto danIbu Esti Susilowati. Penulis lulus
dari SMA N 7 Purworejo pada tahun 2014 kemudian melanjutkan studi pada
program studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor IPB pada tahun 2014 sampai 2018
Kegiatan yang dilakukan selama menjadi mahasiswa adalah mengikuti
kegiatan kepanitiaan, dan menjadi pengurus HIMAGRON pada tahun 2016
sampai 2017. Penulis merupakan anggota dari Keluarga Mahasiswa Purworejo
dan penerima beasiswa Bidikmisi periode tahun 2014 – 2018.