Anda di halaman 1dari 12

PENYILANGAN ANGGREK

Disusun Oleh :
Wahyu Nur Hasam B1A018004
Adinda Sarngiyah B1A018015
Khori Nurtriana B1A018024
Deva Eka Ramadhani B1A018048
Rombongan: III
Kelompok: 1
Asisten: Maura Savika Amalia

LAPORAN PRAKTIKUM ORCHIDOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman anggrek di Indonesia banyak dijumpai di hutan belantara


sebagai sumber genetik. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal. Baru sebagian kecil anggrek alam yang dimanfaatkan sebagai induk
persilangan, antara lain karena terbatasnya pengetahuan mengenai sifat-sifat
penurunannya. Sebagian besar sumber genetik tersebut belum dimanfaatkan
sebagi induk persilangan. Dendrobium dan Phalaenopsis merupakan jenis
anggrek yang menarik perhatian para penyilang untuk dirakit menjadi varietas
baru (Widiastoety et al., 2010).
Dendrobium terdiri anggrek Dendrobium alam dan anggrek Dendrobium
hibrida. Anggrek Dendrobium hibrida dihasilkan melalui persilangan antar
anggrek Dendrobium alam. Anggrek Dendrobium berpotensi untuk terus
dikembangkan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu sering
berbunga,memiliki beragam bentuk, warna dan ukuran bunga (Nurana et al.,
2017). Phalaenopsis merupakan salah satu genera yang sudah cukup berkembang
kegiatan pemuliannya dan banyak menarik perhatian pemulia untuk dijadikan
tetua dalam menghasilkan hibrida. Anggrek ini sangat populer dan secara
ekonomi pengembangan kultivar baru sangat penting dalamindustri florikultura
(Handini et al.,2016).
Persilangan untuk mendapatkan varietas unggul baru merupakan salah
satu upaya dalam pengembangan anggrek dan telah dilakukan para pemulia sejak
dulu sampai sekarang. Persilangan memerlukan induk yang mempunyai sifat-
sifat unggul sehingga perpaduan dari sifat-sifat tersebut akan muncul pada hasil
persilangan (Widiastoety et al., 2010). Persilangan pada tanaman anggrek
ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang
menarik, mahkota bunga yang kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan
lamasebagai bunga potong. Tujuan lainnya adalah untuk mendapatkan jumlah
kuntum yang banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini akibat
kelainan genetis serta produksi bunga tinggi (Hartati et al., 2014).
B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini adalah dapat menyilangkan anggrek dengan


kaidah-kaidah yang benar sehingga didapatkan keturunan seperti yang
diinginkan.
II. TELAAH PUSTAKA

Persilangan adalah teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan polen


(serbuk sari) pada stigma (kepala putik), pada tanaman anggrek, persilangan
biasanya dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia. Penyilangan dapat
dilakukan pada beberapa genus yang mudah melakukan persilangan antargenus.
Penyilangan akan menghasilkan keturunan yang disebut hibrida interspesifik, hibrida
intraspesifik, hibrida intergenetik atau hibrida multigenetik, yaitu hibridisasi antara
dua atau lebih genus. Namun, persilangan tersebut hanya terjadi dalam kelompok
tanaman yang memiliki kemiripan sifat dan karakter. Tujuan dari persilangan
anggrek, yaitu untuk mendapatkan jenis baru tidak hanya dilakukan pada anggrek
alam atau spesies, tetapi juga pada anggrek hibrida. Oleh karena itu, penggunaan
anggrek hibrida unggul sebagai induk silangan sangat diperlukan, dengan melakukan
beberapa kali persilangan, sifat-sifat yang kemunculannya tidak diharapkan dapat
ditekan atau dikurangi (Widiastoety et al., 2010).
Persilangan untuk mendapatkan varietas unggul baru merupakan salah satu
upaya dalam pengembangan anggrek dan telah dilakukan para pemulia sejak dulu
sampai sekarang. Persilangan memerlukan induk yang mempunyai sifat-sifat unggul
sehingga perpaduan dari sifat-sifat tersebut akan muncul pada hasil persilangan.
Penyilangan anggrek memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar. Oleh
karena itu, untuk mendukung kegiatan pemuliaan tersebut, diperlukan induk yang
memiliki sifat-sifat unggul. Pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan
harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk tersebut, termasuk sifat
yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk bunga, yang akan muncul
kembali pada turunannya, agar penyilangan berhasil, sebaiknya dipilih induk betina
yang mempunyai kuntum bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai
tangkai putik dan bakal buah yang lebih pendek agar tabung polen (pollen tube)
dapat dengan mudah mencapai kantong embrio yang terdapat pada bagian bawah
bakal buah. Pencatatan nama kedua induk yang disilangkan sangat penting agar tidak
merusak tata namanya (Widiastoety et al., 2010).
Persilangan pada tanaman anggrek dapat terjadi secara alamiah dengan
bantuan serangga ataupun dengan cara buatan yang melibatkan bantuan manusia.
Persilangan dengan bantuan manusia dapat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih
tinggi yang disebabkan oleh lingkungan dan perlakuan yang terkontrol. Persilangan
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik persilangan self yaitu persilangan antar
bunga dalam satu tangkai yang sama. Persilangan juga dapat dilakukan dengan
teknik hibridisasi interspesifik yaitu persilangan antar spesies yang berbeda tetapi
masih dalam satu genus yang sama. Persilangan interspesifik merupakan
perbanyakan secara generatif yang bertujuan untuk memperoleh 2 sifat baik dari
kedua tanaman dan memperoleh tanaman baru yang memiliki sifat lebih baik dari
kedua induknya (Lestari & Deswiniyanti, 2017).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum Persilangan Anggrek diantaranya


yaitu kertas putih, tali kasur, tusuk gigi, dan kertas label.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Persilangan Anggrek
diantaranya yaitu anggrek Dendrobium sp. dan anggrek Phalaenopsis sp.

B. Metode

1. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu.


2. Kertas putih diletakkan di bawah bunga anggrek.
3. Cap dibuka dan polinia diambil dengan tusuk gigi.
4. Polinia dimasukkan ke dalam lubang putik.
5. Bunga yang berhasil menyerbuk akan layu.
6. Bunga diamati selama 10 hari.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1. Hasil Sebelum Persilangan Anggrek Dendrobium sp.


dengan Anggrek Dendrobium sp.

Gambar 4. 2. Hasil Sebelum Persilangan Phalaenopsis sp. dengan


Anggrek Phalaenopsis sp.
Gambar 4. 3. Hasil Persilangan Anggrek Dendrobium sp. dengan
Anggrek Dendrobium sp.

Gambar 4. 4. Hasil Persilangan Phalaenopsis sp. dengan Anggrek


Phalaenopsis sp.
B. Pembahasan

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyilangan diantaranya


adalah kondisi pollen yang digunakan dan tingkat kompatibilitas. Kompatibilitas
persilangan merupakan kemampuan dalam membentuk buah. Kompatibel
merupakan persilangan yang menghasilkan buah, sifat kompatibel terjadi karena
antara putik dan benang sari sehingga buah dapat terbentuk (Lestari &
Deswiniyanti, 2017). Faktor-faktor lain yang harus diperhatikan dalam
keberhasilan persilangan anggrek yaitu waktu persilangan yang tepat, kombinasi
persilangan, suhu, kelembapan dan kecocokan antara putik dengan benang sari.
Waktu tanaman berbunga karena dalam melakukan persilangan dibutuhkan
waktu yang tepat untuk bunga tanaman tersebut mulai mekar yang berhubungan
erat dengan antesis, reseptif suatu bungan dan waktu emaskulasi yang tepat, akan
tetapi waktu emaskulasi tidak berpengaruh nyata terhadap persilangan buatan.
Kecocokan antara putik dengan benang sari juga dapat meningkatkan jumlah biji
per bunga (Herlina & Ardiarini, 2019).
Menurut Djoimairi (2008), menyatakan bahwa faktor yang diperhatikan
dalam keberhasilan penyilangan yaitu jenis tanaman yang mudah berbunga dan
berbuah, fertilitas atau tingkat kesuburan, usia tanaman, jumlah polen, kontruksi
anatomis bunga. Tingkat kesuburan bunga betina memiliki pengaruh yang
signifikan terhadapt pembuahan. Bunga yang infertil atau bahkan mandul
berpengaruh pada keberhasilan penyilangan karena untuk menghasilkan buah
sangatlah sulit. Usia tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan kemungkinan
yang lebih besar terhadap penyilangan. Bunga yang memilili jumlah polen yang
cukup banyak dapat dipergunakan untuk menyerbuki lebih dari satu stigma pada
penyilangan dan memiliki kemungkinan yang besar dalam keberhasilan
penyilangan, sedangkan menurut Sanusie & Qodriyah (2004), menyatakan bahwa
persilangan buatan akan berhasil bila memperhatikan faktor-faktor berikut
diantaranya induk silangan yang akan digunakan, metode, dan waktu
penyilangan. Menyeleksi tetua yang unggul sebagai induk silangan akan
memperoleh bibit yang baik dengan keunggulan yang diturunkan dari induknya.
Penyilangan sebaiknya dilakukan ketika pada pagi hari sekitar pukul 07.00-
09.00. Jika terlalu siang, biasanya serbuk sari telah rontok (Purwadaksi, et al.
2007).
Rhodehamed (1994) dan Yam (1995) dalam Widiastoety et al. (2010),
melaporkan bahwa persilangan akan berhasil apabila dilakukan 1-2 hari setelah
bunga mekar atau pada minggu pertama sampai kelima sejak bunga mekar
sempurna. Berdasarkan pada hasil penyilangan interspesifik yang dilakukan pada
bunga anggrek dengan sesama Genus Dendrobium berhasil ditandai dengan
bunga tampak layu namun karena pengamatannya tidak terlalu lama sehingga
terlihat pada tangkainya belum mengembung. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Puspaningtyas et al. (2006), yang menyatakan bahwa ciri-ciri anggrek yang
berhasil disilangkan adalah pada beberapa hari kemudian setelah penyilangan
bunga yang telah diserbuki akan layu. Penyilangan berhasil ditandai dengan
tangkai bunga yang terlihat segar dan mengembung, bunga mulai layu, bakal
buah membengkak dan berkembang menjadi buah. Bila proses perkembangan
buah berlanjut maka akan diawali dengan pembengkakan (swollen) gagang
bunga. Persilangan interspesifik yang dilakukan pada bunga anggrek sesama
Genus Phalaeonopsis berhasil ditandai dengan bunga tampak layu akan tetapi
karena pengamatannya tidak terlalu lama sehingga tangkai terlihat belum
mengembung. Menurut Iswanto (2005), persilangan dikatakan berhasil apabila 3-
4 hari setelah persilangan tangkai kantum induk betina masih segar dan berwarna
kehijauan. Beberapa hari kemudian kelopak dan mahkota bunga akan layu,
akhirnya kering dan rontok diganti munculnya calon buah berbentuk bulat telur
dan berwarna hijau.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa cara


menyilangkan anggrek adalah dengan mengambil polonia pada bunga anggrek dan
memasukkannya ke dalam lubang kepala putik. Keturunan yang dihasilkan dari
penyilangan anggrek berhasil yang diindikasikan dengan bunga layu dan bakal buah
membengkak.
DAFTAR PUSTAKA

Djoemairi, S., 2008. Adenium Penyerbukan Buatan dan Penyilangan. Yogyakarta:


Kanisius.
Handini, A. S., Sukma, D. & Sudarsono., 2016. Analisis Keagaman Morfologi dan
Biokimia pada Anggrek Phalaenopsis (Orchidaceae). Jurnal Agronomi
Indonesia, 44(1), pp. 62-67.
Hartati, S., Sumijati., Pardono. & Cahyono, O., 2014. Perbaikan Genetik Anggrek
Alam Vanda spp Melalui Persilangan Interspesifik dalam Mendukung
Perkembangan Anggrek di Indonesia. Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian, 19(1),
pp. 31-34.
Herlina, D. & Ardiarini, N. R., 2019. Keberhasilan Persilangan pada Bunga Matahari
(Helianthus annuus L.) Crossability Of Sunflower (Helianthus annuus L.).
Jurnal Produksi Tanaman, 7(1), pp. 47 – 52.
Iswanto, H., 2005. Petunjuk Perawtan Anggrek. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Lestari, N. K. D. & Deswiniyanti, N. W., 2017. Kompatibilitas Persilangan Self dan


Interspesifik Anggrek Phalaenopsis pulcherrima (Lindl.) J. J. Smith.
Jurnal Media Sains, 1(1), pp. 32-36.
Nurana, A. R., Wijana, G. & Dwiyanti, R., 2017. Pengaruh 2-iP dan NAA terhadap
Pertumbuhan Plantet Anggrek Dendrobium Hibrida pada Tahap
Subkultur. Agrotrop, 7(2), pp. 139-146.
Purwadaksi, R., Agung, S., Astuti, N., Bagus, & Topan, M., 2007. Agar Tanaman
Hias Tampak Cantik. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Puspitaningtyas, D. M., Mursidawati, S. & Wijayanti, S., 2006. The Fertility Study
of Paraphalaenopsis serpentilingua (JJ Sm.) AD Hawkes. Biodiversitas
Journal of Biological Diversity, 7(3), pp. 237-241.

Sanusie, I. & Qodriyah, L., 2004. Teknik Penyerbukan Silang dan Pembibitan
Anthurium. Buletin Teknik Pertanian, 9(2), pp. 83-86.

Widiastoety, D., Sovia, N. & Soedarjo, M., 2010. Potensi Anggrek dalam
Meningkatkan Vaiasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang
Pertanian, 29(3), pp. 101-106.

Anda mungkin juga menyukai