Anda di halaman 1dari 13

HAMA PADA TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.

A. Tanaman Kunyit

Kunyit merupakan salah


satu jenis tanaman obat yang banyak memiliki manfaat dan banyak
ditemukan diwilayah Indonesia. Kunyit merupakan jenis rumput – rumputan,
tingginya sekitar 1 meter dan bunganya muncul dari puncuk batang semu dengan
panjang sekitar 10 – 15 cm dan berwarna putih. Umbi akarnya berwarna kuning
tua, berbau wangi aromatis dan rasanya sedikit manis. Bagian utamanya dari
tanaman kunyit adalah rimpangnya yang berada didalam tanah. Rimpangnya
memiliki banyak cabang dan tumbuh menjalar, rimpang induk biasanya berbentuk
elips dengan kulit luarnya berwarna jingga kekuning – kuningan (Hartati &
Balittro., 2013).
Taksonomi Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai
berikut (Winarto, 2004) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val
Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah daun
yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu menyimpan air
dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit
mencapai 0,75 – 1 m.
Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun.
Panjang helai daun anatara 31-83 cm, lebar daun antara 10-18 cm. Daun kunyit
berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan
daun rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan
daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 5-10 daun.

1
Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda
dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai 3 lembar kelopak
bunga, 3 lembar tajuk bunga dan 4 helai benang sari. Salah satu dari keempat
benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang
sari lainnya berubah bentuk menjadi helai mahkota bunga.
Rimpang kunyit bercabang-cabang sehingga membentuk rimpun. Rimpang
berbebntuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang
berada di dalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi
kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi
tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku-
buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi
anakan mencapai 10,85 cm.
Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning
kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau
khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan
berkembang secara terus menerus membentuk cabang-cabang batru dan batang
semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm,
panjang rumpun bias mencapai 22,5 cm, tebal rimpang tua 4,06 cm dan rimpang
muda 1,61 cm. Rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang
dominan sebagai obat.

B. Hama pada Tanaman Kunyit


1. Ulat Penggerek Akar (Dichcrosis Puntiferalis Guen)
a. Klasifikasi
Ulat Penggerek Akar (Dichcrosis Puntifera) merupakan salah satu
hama yang menyerang tanaman kunyit. Ciri-ciri ulat tersebut adalah
berwarna coklat kemerahan, panjang kurang lebih 2 cm, tubuhnya terdapat
noktah-noktah kehitaman.
b. Serangan dan Kerugian
Hama ulat ini juga dapat disebut hama penggerek buah keras. Hama
ini cukup ganas bila menyerang buah-buahan, ulat ini akan menggerek
pohon yang dihinggapinya mulai dari pucuk pohon hingga ke akar-
akarnya, sehingga dapat menyebabkan kerugan hasil yang sangat besar.
c. Penyebaran

2
Ulat penggerek akar ini di Indonesia terdapat di Irian, Bali, Ambon,
Sumatera, dan Jawa. Di wilayah Jawa ulat ini berada pada ketinggian
1.750 meter di bawah permukaan laut.
d. Gejala Serangan
Tanaman kunyit yang terserang oleh hama ini akan memperlihatkan
gejala yang berupa pada pangkal akar tunas daun menjadi layu, bila hal
tersebut dibiarkan tanpa adanya perawatan makan akan mengakibatkan
tunas mengering lalu membuasuk.
e. Siklus hidup
Ulat ini membuat kepompong dengan rajutan jaring di dalam liang
gerekan. Pupa dari hama ini berwarna cokelat. Bila menjadi kupu-kupu,
sayapnya berwarna kekuning-kuningan, lebarnya sekitar 3 cm. Pada
permukaan sayap terdapat bintik-bintik hitam.
f. Tanaman Inang
Selain menyerang kunyit, hama ini juga menyerang buah jambu biji,
buah jati, sirsak, coklat, dsb.
g. Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman yang
diserang hama dengan pestisida sesuai aturan dan dapat secara biologis
yaitu memanfaatkan musuh alami hama tersebut.

2. Lalat Rimpang (Mimegralla coeruifrons)

a. Klasifikasi
Ciri-ciri lalat ini telah diuraikan oleh Wikardi
dan Balfas (1990). Telur berwarna putih berukuran panjang
kira-kira 0,75 dan lebar 0,19 mm. Seekor betina dapat meletakkan telur

3
mencapai 300 butir, rata-rata 136 butir (Balfas et al, 2001). Umumnya
telur diletakkan di dalam tanah kira-kir 0,5-2 cm permukaan tanah radius 5
cm (Balfas et al, 2001). Telur sering juga ditemukan pada seresah, bagian
batang bawah dan rimpang yang membusuk.
Lalat rimpang ini bertubuh ramping, berkaki panjang dan sayapnya
belang hitam. Panjang lalat jantan 13,71 mm dan melengkung ke bagian
atas dengan rentang sayap sepanjang 19,36 mm. Panjang lalat betina 13,96
mm, sayapnya agak panjang dan lurus dengan rentang 19, 56 mm.
Klasifikasi Lalat Rimpang (Mimegralla coeruifrons) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Family : Diptera
Ordo : Micropezidae
Genus : Mimegralla
Spesies : Mimegralla coeruleifrons
b. Serangan dan Kerugian
Serangan lalat ini bersamaan dengan serangan penyakit layu. Lalat
ini dapat berperan sebagai hama apabila tanaan telah terinfeksi oleh
penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur atau oleh sebab lainnya
(Balfas, 2002). Pada tanaman sehat tidak ditemukan adanya serangan
hama ini.
c. Penyebaran
Lalat ini tersebar di hampir seluruh daerah di Indonesia, yaitu Jawa
Barat, Bengkulu da Jawa Tengah (Siswanto et al.2009). Hama ini lebih
banyak menyerang jahe gajah.
d. Gejala Serangan
Gejala serangan terlihat setelah 8-10 hari. Tanaman menguning, layu
dan mengering mulai dari daun sebelah bawah, kemudian diikuti seluruh
daun. Rimpang terlihat masih utuh, tetapi bila dibuka di dalamnya lapuk,
seperti gumpalan tanah. Serangan berat mengakibatkan rimpang keropos
dan kering, karena larva (belatung) memakan seluruh bagian dalam
rimpang, kecuali kulit.
e. Siklus hidup
Lalat instar pertama masuk ke dalam rimpang dan berkembang di
dalamnya hingga menjadi pupa di dalam rimpang. Lama stadia telur, larva,
dan pupa berturut-turut 2-4, 9-13 dan 8-11 hari (Koya, 1989).
f. Tanaman Inang

4
Hama ini merupakan hama yang banyak menyerang pada tanaman
jahe, tetapi hama ini juga dapat menyerang kunyit, kencur, temulawak, dan
temu ireng (Balfas et al, 2001). Berdasarkan observasi di lapangan daerah
Bogor, lalat ini juga ditemukan pada ubi jalar, Amorphophalus
companulatus L., Dioscorea alata L, dan Xanthosoma sagittijolium L.
Schott. Juga dilaporkan sebagai tanaman inang dari hama ini.
g. Pengendalian
Serangan lalat rimpang ini terjadi pada tanaman-tanaman yang
terserang penyakit sehingga pengendalian hama ini tidak terlepas dari
pengendalian penyakit. Strategi pengendalian hama ini, adalah dengan
mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat, bebas dari serangan penyakit
layu, bakteri, jamur dan sebab lainnya. Strategi pengendalian terhadap
lalat rimpang sendiri dapat dilakukan dengan cara kultur teknis (tumpang
sari, sanitasi), biologis dan pestisida (nabati, sintetik).

a. Kultur Teknis
1) Tidak menanam kunyit dengan temulawak atau tanaman lain
keluarga Zingiberaceae yang merupakan tanaman inang hama ini.
2) Sortasi rimpang sebelum tanam.
3) Sanitasi dengan membersihkan pertanaman dari sisa-sisa tanaman
dan memusnahkannya
b. Biologis
Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid larva-pupa Tricopria sp.
dan cendawan Beauveria bassiana yang menginfeksi larva.
c. Biopestisida
Penggunaan biopestisida (Ekastrak gadung, biji mindi, daun mimba)
untuk mengendalikan lalat dewasa.

3. Lalat Rimpang Eumerus figurans

a. Klasifikasi
Lalat berwarna hitam mengkilat dengan garis
putih pada abdomen dan memanjang pada toraksnya.

5
Panjang tubuh lalat betina 8,73 mm dengan rentang sayap 15,86 mm,
sedangkan panjang tubuh lalat jantan 8,80 mm dengan rentang sayapp
15,65 mm. Panjang tubuh larva atau belatung 11,41 mm dengan lebar 3,
19 mm. Klasifikasi Aspidiella hartii Cockkerell adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Family : Syrphidae
Ordo : Diptera
Genus : Eumerus
Spesies : Eumerus figurans
b. Serangan dan Kerugian
Serangan hama ini terjadi sejak di lapangan sampai ke tempat
penyimpanan. Kerugian yang ditimbulkan akibat serangan hama ini dapat
dikatakan besar karena hama ini menyerang sampai ke tempat
penyimpanan.
c. Penyebaran
Lalat ini tersebar di hampir seluruh daerah di Indonesia, yaitu Jawa
Barat, Bengkulu dan Jawa Tengah. Hama ini lebih banyak menyerang
jahe.
d. Gejala Serangan
Stadium hama yang menyerang tanaman kunyit adalah stadium larva
(belatung). Gejala serangan yang dapat diamati secara visual adalah
sebagai berikut :
1) Larva memakan bagian yang lunak dari rimpang. Rimpang yang
terlihat utuh, apabila dibuka (dibelah) akan tampak keropos dan
kering.
2) Serangan berat dapat menyebabkan tanaman layu dan rimpang busuk
atau keropos.
3) Tanaman kunyit yang terserang hama ini akan terlihat layu.
e. Siklus hidup
Stadium lalat berlangsung selama 5-7 hari. Lalat jantan selalu
gelisah menggerak-gerakkan sayapnya dan lebih sering terbang
dibandingkan lalat betina. Pupa berbentuk bulat lonjong berwarna putih
kusam atau krem, dan mempunyai tonjolan berwarna coklat pada toraks
berfungsi sebagai alat pernapasan. Pupa terdapat pada serat-serat dalam
jumlah 5-8 ekor.Stadia pupa 12-15 hari.
Lalat ini meletakkan telur dalam kelompok kecil 5-9 butir, pada
permukaan rimpang bila menetas langsung menggerek rimpang.

6
f. Tanaman Inang
Hama ini merupakan hama yang banyak menyerang pada tanaman
jahe, tetapi hama ini juga dapat menyerang kunyit, umbi lapis lily, sisa
tanaman nanas yang lapuk dan taro yang membusuk.
g. Pengendalian
1) Merendam bibit siap tanam ke dalam larutan insektisida.
2) Melakukan pergiliran tanaman.
3) Menjaga sanitasi kebun.
4) Menyemprotkan insektisida

4. Kutu Perisai Aspidiella hartii

a. Klasifikasi
A. hartii memiliki ciri serangga
betina bersayap atau vestigal antena,
tidak bertungkai, ditutupi oleh
perisai yang keras dan berlilin (Richard dan Davies, 1977). A. hartii
berukuran kecil, berbentuk bulat, pipih dan kuning yang ditutupi perisai
berwarna kecoklatan sampai abu-abu (Jacob, 1980b). Klasifikasi
Aspidiella hartii adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Family : Diaspididae
Ordo : Homoptera
Genus : Aspidiella
Spesies : Aspidiella hartii

b. Serangan dan Kerugian


Serangan kutu ini tergolong ringan, kecuali pada jahe putih besar
dan temulawak mencapai serangan berat. Akan tetapi pada temua-temuan
di Sukamulya yang ditanam secra organik dan anorganik, serangan kutu
terjadi pada jahe merah dan kunyit, tetapi tidak ditemukan pada
temulawak (Rizal et al, 2007). Pada budidaya oerganik terdapat serangan

7
kutu ini pada rimpang kunyit sedikit lebih tinggi dibandingkan pada lahan
anorganik.
Serangan kutu ini berasal dari pertanaman di lapang dan terbawa
dalam gudang penyimpanan. Sebaliknya, serangan dapat diakibatkan dari
penggunaan benih yang terah terinfeksi kutu ini. Kutu ini mudah
berkembang biak dalam penyimpanan sehingga serangannya meningkat
selama penyimpanan. Kerusakan akibat kutu ini secara individual adalah
kecil. Akibat serangan kutu ini bermasalah dalam ekspor rimpang segar
Indonesia ke USA dan Jepang. Dengan adanya masalah tersebut berakibat
kurangnya daya saing ekspor rimpang segar.
c. Penyebaran
A. Hartii menyerang pertanaman jahe di Jawa Barat dan Jawa
Tengah dan Bengkulu (Siswanto et al, 2008). Sebelumnya telah dilaporkan
adanya serangan kutu ini di beberapa tempat di Sumatera. Selain di
Indonesia, serangan ini ditmukan pula di pulau Karibia, Ekuador, Fuji,
Papua Nugini, Malaysia, Filipina dan Negeria.
d. Gejala Serangan
Tanaman terlihat menguning, defoliasi, berkurangnya rimpang dan
menurunnya vigor tanaman. Rimpang yang terserang menjadi kusam.
Rimpang jahe yang berada di penyimpanan menjadi kisut dan mengering.
e. Siklus hidup
Kutu A. Hartii berkembang biak secara ovovivipar dan kadang-
kadang partenogenetik. Telur berbentuk oval, berukuran panjang 0,23-0,28
mm dan lebar 0,102-0,117 mm, berwarna putih bening sampai kuning
terang. Nimfa yang baru keluar (instar pertama) berukuran kira-kira 1 mm,
dapat bergerak aktif dan setelah menghisap rimpang akan menetap hingga
menjadi dewasa.
Lama hidup sejak instar pertama hingga menjadi dewasa
berlangsung selama 21 hari (jantan) dan 35-40 hari (betina) (Balfas dan
Siswanto, 2003). Setelah nimfa menghisap pada permukaan rimpang,
perisai sediki demi sedikit terbentuk. Keturunan yang dihasilkan oleh satu
ekor betina saja mencapai 10 ekor namun dari 1 ekor betina yang
dipasangkan dengan jantan mencapai 123 ekor. Seekor betina dapat
bertelur sebanyak 100 butir.
f. Tanaman Inang

8
Hama ini merupakan hama yang banyak menyerang pada tanaman
jahe, tetapi hama ini juga dapat menyerang kunyit, kencur, temulawak,
suweg dan gadung.
g. Pengendalian
Pengelolaan hama berpedoman pada konsep Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) yaitu dengan memadukan berbagai cara pengendalian,
antara lain secara kultur teknis, biologis, fisik dan insektisida.
a. Kultur Teknis
1) Penggunaan bahan tanaman yang bersih dan sehat.
2) Memutuskan siklus hidup OPT (pergiliran tanaman dengan bukan
tanaman inang).
3) Sortasi hasil panen.
4) Menyimpan hasil panen di tempat yang memenuhi syarat (bersih
dan tidak lembab).
b. Biologis
Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid Phycus sp.
c. Fisik / Mekanis
Menaburi rimpang dengan abu dan menikat kutu yang menempel pada
rimpang dengan sikat halus juga dapat mencegah berkembangnya
populasi kutu.

5. Penggulung Daun Udaspes folus

a. Klasifikasi
Menurut
Mardiningsih dan
Baringbing
(2006), larva berwarna
hijau, panjang
mencapai 3,7 cm. Pupa berwarna kuning kehijauan, panjang mencapai 3,9
cm. Warna imago coklat bercak-bercak putih kekuningan pada sayap
depan dan sayap belakang. Panjang tubuh imago + 1,5 cm dan rentang
sayap +4,75 cm. Menurut Nair (1980) dan Jacob (1980a), di India U folus
merupakan hama yang menyerang tanaman jahe dan kunyit.

9
Klasifikasi Udaspes folus adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Family : Hesperiidae
Ordo : Lepidoptera
Genus : Udaspes
Spesies : Udaspes folus
b. Serangan dan Kerugian
Larva menyerang tanaman dengan memotong daun, melipatnya ke
arah permukaan atas daun, sehingga larva berada di dalam lipatan tersebut.
Pada serangan berat, larva hanya menyisakan batang dan tulang daun.
Kerugian hasil yang diakibatkan oleh hama ini tidak terlalu besar, karena
hama hanya menyerang daun tanaman kunyit.
c. Penyebaran
Hama ini tersebar di daerah Tiongkok, India bagian selatan hingga
tenggara, Sri Langka, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia dan
Australia dengan habitat pada tempat-tempat yang agak teduh dengan
cahaya matahri yang jarang seperti hutan, pinggir hutan, dan kebun-kebun.

d. Gejala Serangan
Tanaman kunyit yang terserang oleh hama ini akan memperlihatkan
gejala yang berupa daun yang menggulung ke permukaan atas dan saat
dibuka terdapat hama tersebut di dalamnya.
e. Siklus hidup
Rata-rata masa telur hingga menjadi imago 28,6 hari pada jahe
dengan lama hidup 4 hari untuk imago antan dan 6,7 hari untuk imago
betina. Larva tersebut terdiri dari 5 instar.
f. Tanaman Inang
Hama ini utamanya menyerang jahe dan kunyit, tetapi juga dapat
menyerang tanaman inang lainnya yaitu Alpinia nutans, Curcuma
angustifoli, Ellateria cardomomum. Aframomum melequeta, Hedychium,
dan Curcuma amada.
g. Pengendalian
a. Kultur Teknis
Memutuskan siklus hidup dengan pergiliran tanaman dengan tanaman
lain yang bukan inang.
b. Biologis
Terdapat parasitoid telur, larva dn pupa dari ordo Hymenoptera. Peran
musuh alami di lapang masih cukup tinggi (35-70% tingkat

10
parasitesmennya). Oleh karena itu penggunaan pestisida kimiawi
sedapat mungkin dihindari.
c. Fisik / Mekanis
Mengumpulkan ulat dan memusnahkannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Balfas, R., Siswanto dan M. Iskandar. 2001. Beberapa aspek biologi Mimegralla
coeruleifrons (Diptera: Micropezidae). Prosiding Seminar Nasional III.
Perhimpunan Entomologi Cabang Bogor. Bogor, 16 November 2001. Hlm. 187-
194.
Balfas, R. 2002. Status Lalat Rimpang Mimegralla Coeruleifrons Macquart
(Diptera: Micropezidae) Pada Tanaman Jahe dan Penanggulangannya.
Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21: 32 – 37
Balfas, R. dan Siswanto. 2003. Bionomi Kutu Perisai Pada Rimpang Jahe, Aspidiella
hartii Ckll. (Hemiptera; Diaspididae) pada Tanaman Jahe. Makalah
disampaikan pada Kongres VI PEI dan Simposium Entomologi. Bogor 5 – 7
Maret 2003.
Hartati, S.Y., Balittro. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat
Lainnya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Jurnal
Puslitbang Perkebunan. 19 : 5 - 9.
Jacob, S.A. 1980a. Pests of ginger and turmeric and their control. Pesticides
14 (11): 36-40.
Jacob, S.A. 1980b. Biology and bionomics of ginger and turmeric scale
Aspidiotus hartii. Proceedings of the National Seminar on Ginger and Turmeric.
Eds. M.K. Nair, T. Premkummar, P.N. Ravindran and Y.R. Sarma. Calicut,
April 8–9, 1980. Central Research Institute. Kasaragod, Kerala. India. P. 131–
132.
Koya, K.M.A.1989. Biology of Mimegralla coeruleifrons Macquart (Diptera
:Micropezidae) associated with Zingiber officinale Rosc.rhizome. Entomology
14: 81-84 (Abstract).
Mardiningsih, T.L. dan B. Baringbing. 2006. Serangga Hama Tanaman Kunyit
(Curcuma domestica L). Prosiding Simposium IV Hasil Penelitian Tanaman
Perkebunan di Bogor, 28-30 September 2004. Buku 3.
Nair, M.R.G.K. 1980. Pests of Ginger and Turmeric. Proceedings of the National
Seminar on Ginger and Turmeric. Calcuta, 8-9 April 1980. P. 101-103

12
Richards, O.W. dan R.G. Davies. 1977. Imms’General Textbook of Entomology.
Tenth Edition Volume 2. Classification and Biology. Chapman and Hall. New
York.1345 pp.
Rizal, M., R. Balfas, S.R. Djiwanti dan R. Harni. 2007. Serangan OPT pada rimpang
kunyit, jahe merah dan temulawak yang dibudidayakan secara organik dan
anorganik. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Tanaman Obat.
Menuju Kemandirian Masyarakat dalam Pengobatan Keluarga. Jakarta, 7
September 2006.
Siswanto, D. Wahyuno, D. Manohara, Desmawati, S. Ramadhani, D. A. Sianturi,
R. Karyatiningsih, dan L. S. Utami. 2009. Sebaran Hama dan Penyakit
Tanaman Jahe dii Tiga Propinsi di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
Pengendalan Terpadu Organisme Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam.
Bogor, 4 Nopember 2008.
Wikardi, E.A. dan R. Balfas. 1990. Lalat rimpang pada tanaman
jahe. Prosiding Simposium I Hasil Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri. Buku VI. seri
Pengembangan No. 12. Tanaman Obat. Bogor, 25 – 27 Juli 1989.
Hlm. 882 - 887
Winarto, I.W. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp 2-
12.

13

Anda mungkin juga menyukai