Anda di halaman 1dari 14

PERAN PARASITOID SEBAGAI MUSUH ALAMI DALAM

PENGENDALIAN HAYATI
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Hayati
Yang diampu oleh Sofia Ery Rahayu S.Pd, M.Si dan Dr. Fatchur Rohman, M.Si
Oleh :

Kelompok 5 Offering L

Choiron Galoh M 170342615553


Elsa Fitrianingtyas 170342615520
Hilda Dwi Anjani 170342615583
Nurfadhillah 170342615545

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
Maret 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian hayati sebagai komponen utama Pengendalian Hama Terpadu


pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk
mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat
dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama teori tentang
pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh
alami yang terdiri atas parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali
alami utama hama yang bekerja secara “terkait kepadatan populasi” sehingga
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya
populasi hama yang meningkat sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bagi
petani disebabkan karena keadaan lingkungan yang kurang memberi kesempatan
bagi musuh alami untuk menjalankan fungsi alaminya.

Pengendalian hayati dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi


khususnya teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami serta
keseimbangan ekosistem. Musuh alami yang terdiri atas predator, parasitoid, dan
patogen adalah pengendali alami utama hama yang bekerja secara “terkait
kepadatan populasi” sehingga agensia hayati tersebut tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan serta perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang meningkat
dapat mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani disebabkan karena keadaan
lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk
menjalankan fungsi alaminya. Apabila musuh alami kita berikan kesempatan
berfungsi antara lain dengan introduksi musuh alami, memperbanyak dan
melepaskannya, serta mengurangi berbagai dampak negatif terhadap musuh alami,
musuh alami dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Supaya tidak timbul
kerancuan lebih dahulu maka perlu dibedakan antara pengendalian hayati
(biological control) dan pengendalian alami (natural control).

Faktor yang mempengaruhi parasitoid dapat menemukan inangnya adalah dari


faktor lingkungan (iklim mikro dan habitat). Salah satu cara serangga mengenali
inangnya yaitu dengan cara mengenali kemochemical melalui antena, tarsis dan
alat mulut. Faktor lainnya yaitu saat inang dalam hal ini pupa yang telah mulai
terbuka akan mengeluarkan suatu senyawa yang bisa mengundang parasitoid
untuk meletakkan telurnya. Di Indonesia, upaya memanfaatkan parasitoid sebagai
agens biokontrol dalam pengendalian hayati hama telah banyak dilakukan,
misalnya pemanfaatan parasitoid Trichogramma sp.
dan Trichogrammatoidea untuk mengendalikan hama ulat bulu pada tanaman
kedelai, tebu dan padi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik parasitoid ?
2. Apa peranan parasitoid dalam pengendalian hayati ?
3. Apa saja Parasitoid yang dapat berperan dalam pengendalian hayati ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik parasitoid ?
2. Untuk mengetahui peranan parasitoid dalam pengendalian hayati ?
3. Untuk mengetahui Parasitoid yang dapat berperan dalam pengendalian
hayati ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Parasitisme adalah hubungan antara dua spesies yang satu yaitu parasit,
memperoleh keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh yang lain, yaitu inang.
Parasit hidup pada atau di dalam tubuh inang. Inang tidak menerima faedah
apapun dari hubungan ini, meskipun biasanya tidak dibinasakan. Contohnya kasus
cacing pita pada tubuh manusia dan caplak pada binatang. Istilah parasit lebih
sering digunakan dalam entomologi kesehatan. Serangga yang bersifat parasit
yang pada akhirnya menyebabkan kematian inangnya tidak tepat bila dimasukkan
ke dalam definisi parasit. Oleh karena itu selanjutnya diberikan istilah baru yaitu
parasitoid yang lebih banyak digunakan dalam entomologi pertanian.

Parasitoid adalah serangga parasitik yang hidup pada atau di dalam tubuh
suatu serangga (atau arthropoda lain) inang yang lebih memiliki ukuran lebih
besar dan akhirnya akan membunuh inang tersebut. Mahluk lain yang ditumpangi
parasitoid tersebut disebut inang (host) dan proses interaksinya disebut parasitasi.
Serangan parasit dapat melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh
inangnya karena parasitoid makan atau mengisap cairan tubuh inangnya. Untuk
dapat mencapai fase dewasa, suatu parasitoid hanya membutuhkan satu inang.
Dengan demikian parasitoid adalah serangga yang hidup dan makan pada atau
dalam serangga hidup lainnya sebagai inang. Inang selanjutnya akan mati jika
perkembangan hidup parasitoid telah sempurna. Parasitoid merupakan serangga
yang memarasit serangga atau binatang artropoda yang lain.

Pada umumnya parasitoid merupakan serangga yang kecil, terdapat 86 famili


dari 6 ordo serangga sebagai parasitoid yaitu Hymenoptera, Diptera, Coleoptera,
Lepidoptera, Neuroptera dan Strepsiptera. Ordo Diptera dan Hymenoptera
merupakan serangga parasitoid yang paling penting mengingat banyaknya family
dari ordo ini yang berperan sebagai parasitoid. Beberapa family parasitoid yang
termasuk ke dalam ordo Hymenoptera diantaranya yaitu Branconidae,
Ichneumonidae dan beberapa serangga yang termasuk ke dalam family
Chalcidoidae. Sedangkan family parasitoid dari ordo Diptera yang paling penting
adalah yaitu family Tachinidae (Untung, 2006).

B. Karakteristik

Berikut karakteristik dari parasitoid :


1) Parasitoid biasanya menghancurkan inangnya selama masa perkembangannya.
2) Inang parasitoid umumnya termasuk dalam kelas taksonomi yang sama
(serangga)
3) Parasitoid dewasa hidup secara bebas, sedangkanhanya stadia pradewasa yang
parasitik.
4) Parasitoid tumbuh berkembang hanya di satu individu inang selama stadia
pradewasa.
5) Dinamika populasi dari parasitoid mirip dengan serangga predator.

C. Siklus Hidup

Parasitoid bersifat parasitik pada fase pradewasanya sedangkan pada fase


dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Umumnya parasitoid
akhirnya dapat membunuh inangnya meskipun ada inang yang mampu
melengkapi siklus hidupnya sebelum mati. Parasitoid dapat menyerang setiap
instar serangga. Instar dewasa merupakan instar serangga yang paling jarang
terparasit. Oleh induk parasitoid telur dapat diletakkan pada permukaan kulit
inang atau dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan dalam tubuh
inang. Larva yang keluar dari telur akan menghisap cairan dari inangnya dan
menyelesaikan perkembangannya dapat berada di luar tubuh inangnya (sebagai
ektoparasitoid) atau sebagian besar dalam tubuh inangnya (sebagai
endoparasitoid). Contoh ektoparasit adalah Campsomeris sp. yang menyerang uret
sedangkan Trichogramma sp. yang memarasit telur penggerek batang tebu dan
padi merupakan jenis endoparasit. Fase inang yang diserang pada umumnya
adalah telur dan larva, beberapa parasitoid menyerang pupa dan sangat jarang
yang menyerang imago. Larva parasitoid yang sudah siap menjadi pupa keluar
dari tubuh larva inang yang sudah mati kemudian memintal kokon untuk
memasuki fase pupa parasitoid. Imago parasitoid muncul dari kokon pada waktu
yang tepat dan kemudian meletakkan telurnya pada tubuh inang untuk
perkembang biakan generasi berikutnya (Agrios, 1995).

Ada spesies parasitoid yang dapat melengkapi siklus hidupnya sampai fase
dewasa pada satu inang. Parasitoid semacam ini disebut parasitoid soliter
merupakan suatu spesies parasitoid yang perkembangan hidupnya terjadi pada
satu tubuh inang. Satu inang diparasit oleh satu individu parasitoid. Contoh
parasitoid soliter antara lain yaitu Charops sp. (famili Ichneumonidae). Parasitoid
gregarius adalah jenis parasitoid yang dapat hidup beberapa individu dalam tubuh
satu inang secara bersama-sama. Contoh dari parasitoid gregarious adalah
Tetrastichus schoenobii. Jumlah imago yang keluar dari satu tubuh inang dapat
banyak sekali. Banyak jenis lebah Ichneumonid merupakan parasitoid soliter, dan
banyak lebah Braconid dan Chalcidoid yang merupakan parasitoid gregarious
(Jumar, 2000).

D. Tipe Parasitoid

Menurut Untung (2006), berikut dibawah ini merupakan tipe-tipe dari parasitoid :
1) Dalam kaitannya dengan inang
(a) Endoparasitoid (internal), yaitu parasitoid yang hidup dan berkembang
didalam tubuh inang dan sebagian besar dari fase hidupnya ada didalam
tubuh inangnya, serta dimana tubuh inang biasanya terbuka. Contohnya:
Letmansia bicolor yang memarasit telur Sexava sp.
(b) Ektoparasitoid (eksternal) adalah: parasitoid yang seluruh siklus hidupnya
ada diluar tubuh inangnya ( menempel pada tubuh inangnya ) dimana inang
biasanya hidup di tempat terlindung seperti hama pengorok daun,
penggulung daun dan di dalam kokon atau lainnya. Contohnya:
Compsometris sp. yang memarasit hama Exopholis sp.

2) Dalam kaitannya dengan banyaknya parasitoid pradewasa per individu inang


(a) Parasit soliter, yaitu satu individu parasitoid per satu individu inang.
(b) Parasit gregarius, yaitu banyak individu parasitoid per satu individu inang.
3) Dalam Parasitoid juga dapat digolongkan berdasarkan fase tubuh inang yang
diserang:
(a) Parasitoid telur: parasit yang menyerang inang pada fase telur dan bersifat
endoparasit. Contoh : Anagrus optabilis – wereng Coklat.
(b) Parasitoid telur – larva : parasid yang berkembang mulai dari telur sampai
larva. Contoh : Chelonus sp – pengerek mayang kelapa.
(c) Parasitoid larva : parasit yang menyerang inang yang berada pada fase larva
atau ulat. Contoh : Apenteles erionotae – larva pengulung daun pisang.

(d) Parasitoid larva – pupa : parasit yang berkembang mulai dari larva sampai
pupa. Contoh : Thetrostichus brontispae – rontispa.
(e) Parasitoid pupa : parasit yang menyerang inang yang berada pada fase pupa
atau kepompong.
Contoh : Opius sp – kepompong lalat buah.
(f) Parasitoid imago : parasit yang menyerang inang yang berada pada fase
imago atau serangga dewasa.
Contoh : Aphytis chrysomphali – Apidiotus destruktor.

4) Dalam kaitannya dengan spesies parasitoid lain.


Fenomena parasitoid yang menyerang parasitoid lainya dan memanfaatkan
sebagai inang disebut hiperparasitasi, dan parasitoidnya dinamakan
hiperparasitoid. Dibedakan menjadi :
(a) Parasitoid primer adalah parasitoid yang menyerang inang utama
(b) Parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer
(c) Parasitoid tersier yaitu parasitoid yang memarasit parasitoid sekunder

5) Dalam kaitannya dengan kompetisi antar parasitoid pradewasa


(1) Superparasitisme, yaitu kompetisi instraspesifik,
(2) Multipel parasitisme, yaitu kompetisi interspesifik
E. Peranan

Parasitoid memegang peranan yang sangat penting dalam pengendalian secara


hayati, hal ini dikarenakan secara alamiah dapat mengendalikan serangga hama
pemakan tanmanan. Beberapa parasitoid yang diketahui dapat mengendalikan
hama pada tanaman hutan diantaranya yaitu:

1) Apanteles sp. (Hymenoptera; Braconidae) Apanteles sp.

Merupakan salah satu parasitoid yang menyerang Eurema blanda (hama kupu
kuning), parasitoid ini bersifat endoparasit dengan meletakan telur-telurnya di
dalam tubuh larva. Mekanisme parasitoid ini memarasit serangga inangnya
yaitu dengan meletakan telur oleh induknya pada permukaan kulit inang atau
dimasukan langsung ke dalam tubuh inangnya dengan tusuka ovipositornya.
Kemudian setalah larva parasitoid telah menetas akan menghisap cairan tubuh
atau memakan bagian tubuh dari inangnya. Tubuh larva E. blanda akan
mengeras dan berwarna hitam.

Gambar 1. Apanteles sp. (A), dan inangnya Eurema blanda (B)

2) Family Encirtidae dan family Branconidae (Hymenoptera)

Pengendalian hama penggerek batang/boktor (Xystrocera festiva) pada


tanaman sengon secara hayati dengan menggunakan parasitoid. Parasitoid
yang ditemukan pada telur X. festiva yaitu dari family Encirtidae, sedangkan
parasitoid yang terdapat pada larva X. festiva yaitu dari family Branconidae
(Baskorowati, 2014). Family Branconidae merupakan kelompok parasitoid
yang dapat bersifat endoparasitoid atau ektoparasitoid, oleh karena itu
serangga dari family ini memiliki peran penting dalam pengendalian hayati
(Rustam, 2004).

A B C

Gambar 2. Xystrocera festiva (A), Encyrtid Wasps dari family Encirtidae (B), Braconid Wasps
dari family Braconidae (C)

3) Eriborus argenteopilosus (Hymenoptera; Ichneumonidae) dan Snellenius


manilae (Hymenoptera; Braconidae)

Serangga inang parasitoid jenis ini diantaranya yaitu ulat grayak/ Spodoptera
litura Fabricius (Lepidoptera; Noctuidae) (Kalshoven, 1981), ulat grayak
memiliki kisaran inang yang luas baik pada tanaman pertanian maupan pada
tanaman kehutanan. Selain itu parasitoid Snellenius manilae juga efektif untuk
mengendalikan ulat grayak (Ratna, 2008).
Gambar 3. Eriborus argenteopilosus (A), Spodoptera litura Fabricius (B).

4) (Hymenoptera; Braconidae)

Mekanisme parasitisme tawon branco yaitu dengan hinggap pada larva


sasarannya dan kemudian meletakan telur ke dalam tubuh larva tersebut,
kemudian telur tersebut menetas menjadi larva dan akan memakan tubuh
inangnya sehingga menyebabkan kematian serangga inang. Dalam tubuh satu
larva bisaa terdapat 50-150 telur/larva tawon bracon. Jenis-jenis hama inang
tawon bracon diantaranya yaitu ulat, kutu, kepik, wereng dan serangga, serta
terdapat dua jenis tawon bracon yag menyerang hama penggerek batang
Zeuzera sp. yaitu tawon Bacon Mysoma chinensis, Bracon cushmani  dan
Bracon zeuzerae (Departemen Pertanian, 2002).

Gambar 4. A. Tawon betina dewasa Bracon cushmani memarasit larva hama putih palsu Desmia


funeralis;B. Kokon tawon Bracon cushmani (bawah), larva hama putih palsu Desmia
funeralis yang terparasit (atas); C. Telur dari tawon Bracon cushmani yang diletakkan pada larva
hama putih palsu Desmia funeralis; D. Larva tawon parasit Bracon cushmani makan larva hama
putih palsu Desmia funeralis 

5) Family Tachinidae (Diptera)

Penampilan lalat Tachinid terlihat seperti lalat biasa, pada umumnya jenis ini
meletakkan telur diatas ulat atau secara langsung pada tubuh inangnya, namun
beberapa jenis dari family Tachinidae meletakan telur pada daun yang
kemudian dimakan oleh serangga inangnya. Setelah telur menetas maka larva
lalat akan mulai memakan tubuh inangnya (Departemen Pertanian, 2002).
Gambar 5. Family Tachinidae

Parasitoid pada tanaman kehutanan belum banyak diketahui seperti halnya


parasitoid pada tanaman holtikultura, nanum jenis-jenis parasitoid hama pada
tanaman hutan yang telah diketahui juga menyerang hama pada tanaman
pertanian, oleh sebab itu ekslorasi dan pengenalan jenis parasitoid pada tanaman
perlu dikembangkan lagi.

Menurut Untung (2006). Faktor-faktor yang mendukung efektifitas pengendalian


hama oleh parasitoid adalah:
(1). Daya kelangsungan hidup (Survival) baik,
(2). Hanya satu atau sedikit individu inang diperlukan untuk melengkapi daur
hidupnya,
(3). Populasi parasitoid dapat tetap bertahan meskipun pada aras populasi inang
rendah,
(4). Sebagian parasitoid monofag, atau oligofag sehingga memiliki kisaran inang
sempit. Sifat ini menyebabkan populasi parasitoid memiliki respon numerik yang
baik terhadap perubahan populasi inangnya.

F. Keuntungan dan Kelemahan


Keuntungan atau kekuatan pengendalian hama dengan parasitoid adalah:
a. Daya kelangsungan hidup (“survival”) parasitoid tinggi.
b. Parasitoid hanya memerlukan satu atau sedikit individu inang untuk
melengkapi daur hidupnya.
c. Populasi parasitoid masih dapat tetap mampu bertahan meskipun pada aras
populasi yang rendah.
d. Sebagian besar parasitoid bersifat monofag atau oligofag sehingga memiliki
kisaran inang sempit. Sifat ini mengakibatkan populasi parasitoid memiliki
respons numerik yang baik terhadap perubahan populasi inangnya.
Di samping kekuatan pengendalian dengan parasitoid beberapa kelemahan atau
masalah yang biasanya dihadapi di lapangan dalam menggunakan parasitoid
sebagai agens pengendalian hayati adalah:
a) Daya cari parasitoid terhadap inang seringkali dipengaruhi oleh keadaan cuaca
atau faktor lingkungan lainnya yang sering berubah.
b) Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan
pencarian inang untuk peletakan telur.
c) Parasitoid yang mempunyai daya cari tinggi umumnya akan menghasilkan telur
sedikit. Parasitoid adalah serangga yang memarasit atau hidup dan berkembang
dengan menumpang serangga lain (inang). o Trichograma sp., berperan sebagai
parasitoid telur penggerek batang padi. o Diadigma semiclausum, memparasit
larva/ulat kobis (Untung, 2006).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Parasitoid biasanya menghancurkan inangnya selama masa
perkembangannya. Parasitoid dewasa hidup secara bebas,
sedangkanhanya stadia pradewasa yang parasitik.
2. Parasitoid memegang peranan yang sangat penting dalam
pengendalian secara hayati, hal ini dikarenakan secara alamiah dapat
mengendalikan serangga hama pemakan tanmanan.
3. Parasitoid yang berperan dalam pengendalian hayati yaitu salah
satunya dari ordo Hymenoptera dan Diptera yang cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios. G. N., 1995. Ilmu Penyakit Tumbuhan (terjemahan edisi ketiga). Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Baskorowati, L. 2014. Budidaya Sengon Unggul (Falcataria moluccana) untuk


Pengembangan Hutan Rakyat.

Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat
Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crops in Indonesia. Laan Pa van der penerjemah.
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.

Ratna, E.S. 2008. Efisiensi Paratisasi Inang Spodoptera litura (F) oleh
Endoparasitoid Snellenius manilae ASHMEAD di Laboratorium. Jurnal
Hama Phenyakit Tanaman Tropika. Vol 8 (1): 8 – 16.

Rustam, R. 2004. Potensi Parasitoid Opius sp. (Hymenoptera; Braconidae) dalam


Menekan Populasi Hama Penggorok Daun Liriomyza sp. (Diptera;
Agromyzidae). Makalah Pribadi Pengantar Falsafah Sains (PPs 702).
Sekolah Pasca Sarjana/ S3. Institut Pertanian Bogor. www.rudyct.com.
Diakses tanggal 13 Maret 2020.

Untung, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Gajah Mada University


Press. Yoyakarta.

Anda mungkin juga menyukai