Disusun oleh:
Kelas/Kelompok : D/D2
NIM : 155040207111124
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui dan memahami
morfologi dan anatomi benih serta dapat membedakannya antara benih monokotil
dan dikotil secara makroskopis.
AI. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi benih monokotil
Morfologi biji monokotil memiliki satu keeping biji dan ketika berkecambah,
bijinya tidak membelah (Furqonita, 2006).
Morfologi biji monoktil memiliki lembaga dengan satu daun lembaga, ketika
berkecambah biji tidak membelah (Setiowati dan Furqonita, 2007).
A monocot has only one seed leaf (monocot is short for 'monocotyledon'. A
cotyledon is a seed leaf, and 'mono' means one). This seed leaf is usually the same
shape as the adult leaf, long and thin, and the leaf veins nearly always run parallel
to the central midrib ((Kelleman, 1999).
Monokotil hanya memiliki satu daun biji (monokot adalah singkatan dari
'monokotilon'. Sebuah kotiledon adalah daun biji, dan 'mono' berarti satu). Daun
bibit ini biasanya bentuknya sama dengan daun dewasa, panjang dan tipis, dan
pembuluh darah daun hampir selalu berjalan sejajar dengan pelepah tengah.
Morfologi biji dikotil memiliki dua keeping biji dan ketika biji berkecambah,
biji akan membelah menjdi dua (Furqonita, 2006).
Morfologi biji dikotil memiliki lembaga dengan dua daun lembaga, ketika
berkecambah biji akan membelah menjadi dua (Setiowati dan Furqonita, 2007).
A dicot has two cotyledons (dicot is short for 'dicotyledon', and 'di' means
two). The seed leaves are usually rounded and fat, because they are the two halves
of the seed. The first true leaves can be many different shapes, from long and thin
to rounded or palmate (Kelleman, 1999).
Dicotyledonous seeds contain two cotyledons, which absorb and store the
nutriens from the endosperm beforethe seed germinates. The cotyledons are
usually thick with strored nutrients (Rao and Kaur, 2006).
Biji monokotil berkeping satu, biji dikotil berkeping dua (Karmana, 2006).
BI. METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan
a. Alat:
Pisau/cutter : untuk mengiris biji
Alat Tulis : untuk mencatat/menggambar hasil pengamatan
Kamera : untuk mendokumentasikan hasil
2 gelas bekas : untuk tempat merendam biji
Tissue secukupnya : untuk menutupi gelas
b. Bahan:
Benih kacang tanah : sebagai bahan pengamatan
Benih jagung : sebagai bahan pengamatan
Air : untuk merendam biji
Tiriskan dan peram jagung dengan memasukkannya ke dalam gelas aqua kosong
yang ditutupi oleh tissue yang sudah dibasahi selama 16 jam
b. Pengamatan morfologi
Alat dan bahan disiapkan
Gambar tangan
Dokumentasikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
N Benih Dokumentasi Dokumentasi Gambar
o. Praktikum Literatur Tangan
1. Utuh
Melintang
Monokotil
(Jagung)
Membujur
2. Utuh
Dikotil
(Kacang
Melintang
tanah)
Membujur
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan didapat bahwa struktur benih pada kacang tanah
yaitu kulit benih, kotiledon, bakal akar (radikula), embrio daun (plumula), embrio
pucuk (epikotil), dan embrio batang (hipokotil). Kacang tanah ( Arachis hypohgea
) mendapatkan hasil berbentuk telur, memiliki warna coklat kemerahan, dengan
kilapan kusam, dan tekstur permukaan yang licin. Memiliki bentuk hilum garis,
dengan warna putih kekuningan, berada di bagian bawah biji, dan letaknya
menjorok kedalam. Pada kacang tanah terdiri dari seed coat, cotyledon, hillum,
plumule, radiccle, embryonic axis, embryo dan termasuk biji dikotil. Hal ini
sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa struktur benih kacang tanah
terdiri dari bagian kulit benih (seed coattesta) sebagai pelindung benih dari
pengaruh buruk lingkungan, gangguan mekanis ataupun dari serangan OPT.
Kotiledon sebagai jaringan cadangan makanan untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan benih, plumulae sebagai pucuk lembaga yang berperan menjadi
titik tumbuh, hipokotil sebagai calon batang utama, epikotil yang merupakan
bagian diantara hipokotil dan plumulae, serta radikula calon akar yang akan
menjadi radix primaria (Ance,1989).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Furqonita, Deswaty. 2006. Seri IPA Biologi SMP Kelas VII. Quandra: Bogor.
Rao, D K and Kaur, J J. 2006. New Living Science Biology for Class 9. Ratna
Sagar: Cheinnai.
Setiowati, Tetty dan Furqonita, Deswaty. 2007. Biologi Interaktif untuk SMA/MA.
Azka Press: Jakarta Timur