Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN


KOMENTAR TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH

Disusun Oleh:

Nama : Azizah
Nim : 155040201111188
Kelas :B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Morfologi dan anatomi benih merupakan kenampakan atau bentuk dan
struktur dari benih tanaman dimana morfologi dan anatomi antara benih
monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Biji umumnya terdiri dari 2 bagian
yaitu, (1) embrio dan (2) kulit biji (need coat atau testa). Embrio terbentuk
atau berasal dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami pembelahan
sel. Kulit biji terbentuk atau berasal dari integument (satu atau lebih) dari
ovule (Kartasapoetra, 2003). Biji umumnya berisi cadangan makanan yang
digunakan untuk pertumbuhan calon individu baru tersebut.
Pada angiosperma, biji dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu biji
dikotil dan biji monokotil. Biji dikotil adalah biji yang memiliki 2 atau lebih
keping biji, sedangkan biji monokotil hanya memiliki 1 keping biji. Tempat
penyimpanan cadangan makanan pada benih monokotil berbeda dengan
benih dikotil. Pada benih monokotil cadangan makanan lebih banyak
tersimpan di endosperm, sedangkan pada tanaman dikotil cadangan
makanan tersimpan pada kotiledon.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum morfologi dan anatomi benih adalah agar
mahasiswa mengetahui dan memahami morfologi dan anatomi benih jagung
dan kacang tanah serta mengetahui perbedaan morfologi dan anatomi benih
dikotil dan monokotil.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Benih Monokotil (2 Indonesia, 2 Inggris+Terjemahan)
Morfologi biji monokotil memiliki satu keeping biji dan ketika
berkecambah, bijinya tidak membelah (Furqonita, 2006).
Tumbuhan monokotil adalah salah satu dari dua kelompok besar
tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki
satu daun lembaga. Tumbuhan monokotil ada yang berupa tumbuhan
akuatik (misalnya, enceng gondok), semi akuatik (misalnya, genjer), epifit
(misalnya, anggrek), semak berdaging (pisang), terna berkayu yang
memanjat atau liana (rotan), dan pohon (bambu, kelapa) (Sunardi,1996).
Monocots are one of the two main types of flowering plants, and are
characterized by having single cotyledons, or seed leaves. Grains, grass,
bamboo and onions are examples of monocots (Vincent, 2009). Monokotil
adalah salah satu dari dua tipe utama tanaman berbunga, dan ditandai
dengan memiliki kotiledon tunggal, atau daun biji. Biji-bijian, rumput,
bambu dan bawang merupakan contoh monokotil.
Monocots have only one seed leaf inside the seed coat. It is often only
a thin leaf, because the endosperm to feed the new plant is not inside the
seed leaf (Yaya, dkk, 2003). Monokotil hanya mempunyai satu keping di
dalam tudung biji. Biasanya berdaun tipis, karena endosperma sebagai
cadangan makanan tidak berada dalam daun biji.

2.2 Morfologi Benih Dikotil (2 Indonesia, 2 Inggris+Terjemahan)

Biji dikotil adalah biji yang memiliki dua daun lembaga yang menyatu
saat berupa biji. Namun, ketika biji ini berkecambah maka daun biji akan
terbelah menjadi dua (Heddy, 2000).
Biji dikotil adalah biji yang memiliki daun lembaga ganda yang dapat
dikenali dengan melihat struktur biji yang memiliki arah belahan
(Pujiasmanto, 2000).
Dicotyledonous seeds contain two cotyledons, which absorb and store
the nutriens from the endosperm beforethe seed germinates. The cotyledons
are usually thick with strored nutrients (Rao, 2006). Biji dicotyl
mengandung dua kotiledon, yang menyerap dan menyimpan nutrisi dari
endosperm sebelum benih berkecambah. Kotiledon biasanya tebal dengan
nutrisi yang terstruktur.
Dicots have two seed leaves inside the seed coat. They are usually
rounded and fat, because they contain the endosperm to feed the embryo
plant (Yaya, dkk, 2003). Dikotil mempunyai dua keeping di dalam tudung
biji. Biasanya berbentuk bulat dan menggembung, karena terdapat cadangan
makanan untuk embrio.

2.3 Perbedaan morfologi benih monokotil dan dikotil (2 indonesia)

Endosperma adalah cadangan makanan yang dimiliki oleh biji. Baik


dikotil dan monokotil awalnya sama-sama memiliki endosperma namun
ketika biji dikotil telah masak, endosperma tersebut biasanya telah hilang.
Endosperma pada dikotil hilang karena semua cadangan makanan di
dalamnya telah diserap semuanya hingga masuk ke kotiledon. Namun pada
monokotil, cadangan makanan tetap terdapat pada endosperma, dan
kotiledon berperan sebagai penghubung antara embrio dengan cadangan
makanan dalam endosperma (Mulyana dan Asmarahman, 2012).

Pembeda Dikotil Monokotil


Jumlah keping
Dua atau lebih Satu
(kotiledon)
Endosperma Tidak ada Ada
Embrio Tidak dilindungi Dilindungi seludang
Radikula dilindungi
koleoriza, dan
Radikula dan plumula Tidak dilindungi
plumula dilindungi
koleoptil

Cadangan makanan Kotiledon Endosperm

Penggunaan Sebelum Selama


cadangan makanan perkecambahan perkecambahan

Lama Perkecambahan Lebih cepat Lebih lambat


Embrio monokotil dilindungi 2 jaringan yaitu seludang yang
melingkupi seluruh bagian embrio dan kulit biji , sedangkan embrio dikotil
hanya dilindungi kulit biji saja. Oleh karena itu, embrio monokotil akan sulit
dilihat dari luar karena ditutupi beberapa selaput, sedangkan embrio dikotil
dapat dilihat dengan mudah setelah mengelupas kulit biji atau membuka
bagian kotiledonnya. Biji-biji yang tidak mengandung endosperma atau
hanya mengandung sedikit endosperma disebut biji exalbuminous,
sedangkan biji yang mengandung banyak endosperma disebut biji
albuminous. Ketika berkecambah, monokotil akan akan menghasilkan daun
tunggal sedangkan dikotil akan menghasilkan daun ganda. Daun pertama
yang dihasilkan monokotil biasanya memiliki bentuk yang hampir sama
dengan daun kedua dan berikutnya. Sedangkan pada dikotil, daun pertama
biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan daun kedua dan
berikutnya.
Sedangkan menurutmenurut Rubenstin (1978), benih monokotil dan
dikotil memiliki perbedaan secara morfologi. Berikut merupakan tabel
perbedaan monokotil dan dikotil
Perbedaan Monokotil Dikotil
Biji Berkeping 1 sehingga tidak Berkeping 2 sehingga
membelah saat membelah saat
berkecambah berkecambah
Akar Serabut Tunggang
Batang Tidak bercabang dan tidak Bercabang dan memiliki
memiliki kambium kambium
Daun Memanjang layaknya pita Melebar dengan tulang
dengan tulang daun yang daun yangmenyirip atau
sejajar menjari
Bunga Jumlah kelopak 3 atau Jumlah kelopak 2, 4, dan 5
kelipatannya atau kelipatannya
Berkas Tersebar Teratur
pengangkut
3. METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan (Sertafungsi)
a. Alat
No Nama Alat Fungsi
1 Cutter / Pisau Membelah biji
2 Ember kecil Merendam biji
3 Alat tulis Mencatat hasil praktikum
4 Kamera mendokumentasi

b. Bahan
No Nama Alat Fungsi
1 Biji kacang tanah Bahan praktikum
2 Biji jagung Bahan praktikum
3 Air Media perendaman biji

3.2 Cara Kerja


a. Perendaman

Menyiapkan Alat dan Bahan

Merendam benih jagung selama 1 jam

Meniriskan dan memeram jagung dengan ditutupi tisu delama 16 jam

Biji siap di amati

b. Pengamatan Morfologi

Menyiapkan Alat dan Bahan

Memotong biji dengan melintang dan membujur

Mengamati potongan biji

Mendokumentasi dan mencatat hasil


4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No. Benih Dokumentasi Dokumentasi Gambar
Praktikum Literatur Tangan

1.
Utuh
Monokotil

Melintang
Membujur

2.
Utuh
Melintang
Dikotil

Membujur
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terhadap benih tanaman
monokotil berupa jagung dan dikotil berupa kacang tanah dengan cara benih
dibiarkan utuh, dipotong melintang dan dipotong membujur di peroleh hasil
dari kedua benih tanaman tersebut memiliki struktur anatomi dan morfologi
benih yang berbeda. Pada benih tanaman jagung yang dipotong secara
melintang terlihat bahwa benih jagung memiliki endosperm (sebagai
cadangan makanan), schutellum, embrio dan kulit biji. Endosperm pada
benih jagung terletak di atas embrio yang berwarna putih tulang. Lalu
bagian benih yang berwarna oranye adalah kulit biji yang berfungsi untuk
melindungi biji. Terlihat juga schutellum yang berwarna putih menyelimuti
endosperm. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yaya (2003) yang
menjelaskan bahwa biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3
bagian utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini
merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Pada bagian
bawah endosperm yaitu modifikasi kotiledon yang terdiri atas schutellum,
coleoptile dan coleorhiza.
Tanaman dikotil memiliki anatomi dan morfologi yang berbeda
dengan tanaman monokotil. Benih tanaman dikotil yang digunakan pada
praktikum ini berupa kacang tanah. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan diperoleh hasil dengan bentuk benih utuh, yang terlihat hanya
kulit benih yang tampak jelas. Sedangkan pada benih yang dipotong
melintang, terlihat kotiledon yang merupakan jaringan penyimpanan
makanan. Pada bagian bawah terdapat plumula, epikotil, hipokotil, serta
radikula, sedangkan pada benih yang dipotong membujur, terlihat titik
tumbuh benih di bagian tengah. Hal ini didukung oleh pendapat Vincent
(2009) yang menjelaskan bahwa pada biji kacang tanah atau tanaman dikotil
dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain radikula, plumula, kulit biji,
embrio, kotiledon, hipokotil dan epikotil. Pada kacang tanah terdiri dari seed
coat, cotyledon, hillum, plumule, radiccle, embryonic axis, embryo dan
termasuk biji dikotil. Selain itu, struktur benih kacang tanah terdiri dari
bagian kulit benih (seed coattesta) sebagai pelindung benih.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
morfologi dan anatomi benih dikotil berupa kacang tanah dan monokotil
berupa jagung memiliki mortfologi dan anatomi yang berbeda. Hal ini dapat
dilihat pada benih utuh, benih yang dipotong membujur dan benih yang
dipotong melintang. Pada benih dikotil terlihat jelas bagian bagian embrio,
yang berupa plumula, epikotil, hipokotil, serta radikula. Bagian embrio
benih monokotil yang dipotong melintang maupun membujur tidak nampak
jelas seperti pada benih dikotil. Lalu perbedaan pada benih monokotil dan
dikotil selanjutnya yaitu pada cadangan makanannya. Cadangan makanan
yang terdapat dalam benih monokotil berupa endosperm yang diselimuti
Schutellum, sedangkan cadangan makanan pada benih dikotil berupa
kotiledon.

5.2 Saran Praktikum


Pada praktikum teknologi produksi benih seharusnya di lakukan di lab
yang memadai baik alat, maupun ruangannya. Sehingga mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami secara benar prosedur uji benih di laboratorium
yang sesuai SOP. Misalnya pada pengamatan morfologi dan anatomi benih
seharusnya sesuai dengan SOP yaitu adanya alat bantu berupa kaca
pembesar.
DAFTAR PUSTAKA

Furqonita, Deswaty. 2006. Seri IPA Biologi SMP Kelas VII. Quandra:
Bogor.
Heddy, G. 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press: Jakarta
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta.s
Mulyana dan Asmarahman. 2012. Untung Besar dari Bertanam Sengon.
Agro Media Pustaka, Jakarta.
Pujiasmanto, B. 2000. Dasar Dasar Teknologi Benih. Universitas Sebelas
Maret: Surakarta.
Rao. 2006. New Living Science Biology for Class 9. Ratna Sagar: Cheinnai.
Rubenstin, Irwin, et al. 1978. The Plant Seed. Academy Press Inc., United
States of America
Sunardi, M. 1996. Uji Viabiltas dan Kemurnian Benih Kedelai Dalam
Meningkatkan Mutu Benih Kedelai. J. Pertanian. 4: 112-119.
Vincent, Thomas. 2009. Field Crop Manual: Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). USA: California

Yaya, Vearasilp, Phosupongi, dan Tpoweezik. 2003. Prediction of Soybean


Seed Viablity and Quality In Relation To Seed Moisture
Contents and StorageTemperature. Chiangmay University,
Department of Agronomy. Thailand
LAMPIRAN

No Dokumentasi Keterangan
1. Perendaman benih Jagung

2. Pemeraman benih jagung

3. Benih utuh jagung

4. Benih jagung di potong


melintang

5. Benih jagung di potong


membujur
No Dokumentasi Keterangan
1. Benih kacang tanah utuh

2. Benih kacang tanah melintang

3. Benih kacang tanah membujur

Anda mungkin juga menyukai