Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

REPRODUKSI DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN


BIJI DAN KECAMBAH

Disusun oleh:
Kelompok V
Milade Annisa Muflihaini
NIM. 14304241004
Lailatul Fitriyah
NIM. 14304241015
Neny Andriyani
NIM. 14304241022
Amaliyah Rahayu
NIM. 14304241042
Kelas Pendidikan Biologi Internasional 2014

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

A. LATAR BELAKANG
Bagi tumbuhan biji (Spematophyta), biji merupakn alat perkembangbiakan
yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru atau lembaga
(embryo). Dengan dihasilkannya biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya,
dan dapat pula terpencar ke lain tempat. Selain sebagai alat perkembangbiakan,
biji juga merupakan sumber makanan penting bagi manusia dan hewan
(Budiwati, 2011: 41).
Pada umumnya biji terdiri atas kulit biji (spermodermis), tali pusar
(funiculus) dan inti biji (nucleus seminis). Inti biji terdiri atas lembaga (embryo)
dan puutih lembaga (albumin). Embrio merupakan sporofit muda yang tidak
segera melanjutkan pertumbuhannya melainkan memasuki masa istirahat
(dorman). Pada biji tumbuhan tertentu misalnya mangga (Mangifera) dan jeruk
(Citrus) seringkali menunjukkan fenomena berkembangnya lebih dari satu embio
di dalam satu biji. Kejadian ini dikenal dengan istilah poliembrioni. Tumbuhan
yang masih kecil, belum lama muncul dari biji dan masih hidup dari persediaan
makanan yang terdapat di dalam biji, dinamakan kecambah (plantula) (Budiwati,
2011:42).
Kecambah merupakan fase penting dalam pertumbuhan. Perkecambahan
sendiri memiliki beberapa tipe diantaranya epigel dan hipogeal. Untuk
mengetahui tipe perkecambahn dan berbagai macam ilmu mengenai biji dan
kecambah, perlu dilakukan studi yang lebih detil. Perlunya studi untuk
menambah keilmuan mengenai biji dan kecambah itulah, yang mendasari
praktikum Biji dan Kecambah ini dilaksanakan. Untuk memperkaya wawasan
bagi mahasiswa yang harapannya dapat bermanfaat dikemudian hari.
B. TUJUAN
1. Membedakan biji albuminous dan eksalbuminous
2. Mengamati perkecambahan tipe epigeal dan hipogeal
C. METODE
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu kamera, alat tulis,
biji dan kecambah kacang merah dan jagung berbagai umur.
2. Cara Kerja
Biji dan kecambah kacang merah dan jagung diletakkan di atas meja,
masing-masing diurutkan sesuai umur tanaman yaitu mulai biji sampai
kecambah paling dewasa. Biji dan kecambah didokumentasikan dan digambar
pada kertas yang telah disediakan dan diberi keterangan selengkap-lengkapnya.
3. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan biji dan kecambah tanaman jagung
dan kacang merah dianalisis secara deskriptif.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada umumnya biji terdiri atas kulit biji (spermodermis), tali pusar (funiculus)
dan inti biji (nucleus seminis). Inti biji terdiri atas lembaga (embryo) dan putih
lembaga (albumen). Embrio merupakan sporofit muda yang tidak segera
melanjutkan pertumbuhannya melainkan memasuki masa istirahat (dorman).
Embrio terdiri atas akar lembaga atau calon akar (radicula), daun lembaga
(cotyledo) dan batang lembaga (cauliculus) (Budiwati, 2011: 41).
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen
biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan
baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat didalam biji,
seperti radikula dan plumula. Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan
air oleh biji diikuti dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma
dan peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi
dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap
air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu (Kozlowski, 1972: 1).
Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan dikenal
perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang
dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di
atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Sedangkan pada epigeal hipokotillah
yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke
permukaan tanah (Campbell et al., 2000: 365).
Pada praktikum ini pengamatan dilakukan terhadap struktur biji dan
perkecambahan biji dikotil yaitu biji kacang merah dan biji monokotil yaitu pada
biji jagung. Masing masing kecambah baik dikotil maupun monokotil diamati
mulai dari biji sampai kecambah yang paling besar/dewasa.
1. Biji dan Kecambah Kacang Merah
Pada pengamatan biji dan kecambah kacang merah diketahui bahwa
kacang merah merupakan tumbuhan dikotil. Secara umum biji kacang merah
terdiri dari kulit biji yang terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan kulit luar (testa)
dan lapisan kulit dalam (tegmen). Lapisan kulit luar mempunyai sifat yang
agak kaku seperti kulit dan berwarna merah sedangkan lapisan kulit dalam tipis
seperti selaput. Kemudian biji kacang merah juga memiliki bekas tali pusar
(funiculus) yang disebut hillus. Di dalam biji kacang merah terdapat inti biji
(nucleus seminis) yang terdiri atas lembaga dan putih lembaga (Tjitrosoepomo,
1996).

Gb. 1. Biji kacang merah

Pada biji kacang merah cadangan makanan berupa kotiledon, hilus terlihat
jelas, endosperm merupakan bagian terkecil dan cadangan makanan sudah
mulai dapat dicerna dan diserap sebelum embrio biji masak sehingga termasuk
biji exalbuminous.
Pada pengamatan perkecambahan kacang merah yang dilihat dari biji
sampai kecambah dewasa diketahui bahwa kacang merah merupakan
tumbuhan yang proses perkecambahannya di atas tanah (epigeal) karena daun
lembaganya (cotyledon) terangkat ke atas akibat adanya pembetangan ruas
batang yang berada dibawah daun lembaga (hipokotil memanjang).

Gb. 2. Kecambah kacang merah berbagai umur

Pada kecambah no.2 nampak muncul akar primer dan biji masih tertutup
oleh kulit biji. Pada no.3 kulit biji mulai mengelupas sehingga endosperm
terlihat dan akar primer mulai membesar. Pada no.4 mulai terlihat plumula
(puncuk lembaga) yaitu bagian dari lembaga yang merupakan calon-calon daun
akan tetapi kulit biji masih menutupi sebagian. Hipokotil mulai memanjang.

Pada no.5 daun kacang merah mulai membuka. Bagian-bagian kecambah


terdiri atas plumula, kaulikulus, kotiledon dan radikula. Kaulikulus (batang
lembaga) merupakan calon batang yang terdiri dari epikotil atau ruas batang
yang berada yang terdiri dari epikotil atau ruas batang yang berada di atas daun
lembaga dan hipokotil yaitu ruas batang yang terletak di bawah daun lembaga.
Kotiledon (daun lembaga) yaitu daun yang pertama yg muncul pada suatu
tumbuhan dan berfungsi sebagai cadangan makanan pada masa
perkecambahan. Radicula (akar lembaga) merupakan bagian lembaga yang
terletak dibagian pangkal dan terdapat kaliptra (tudung akar) yang berfungsi
untuk melindungi akar dan membantu untuk menembus tanah. Begitupun pada
no. 6 bagian-bagian kecambah yang ada sama seperti no.5 akan tetapi daun
kacang merah lebih lebar epikotil dan hipokotil lebih panjang.
2. Biji dan Kecambah Jagung
Jagung merupakan jenis biji monokotil dan memiliki tipe bibit hypogeal.
Saat masih utuh biji jagung berbentuk bulat dengan pangkal lancip dan bagian
tengah cekung serta berwarna orange dibagian samping dan putih di bagian
yang cekung. Ketika dipotong melintang biji berbentuk bulat lonjong dan
terdapat bagian yang bersekat-sekat serta suatu bulatan. Namun ketika
dipotong membujur biji berbentuk oval lonjong, dengan ujung cekung dan
bagian pangkal lancip danserta nampak bagian-bagian seperti radikula,
skutellum, plumula dan kulit biji. Fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah: 1)
Radikula, yang berfungsi sebagai calon akar. 2) Skutellum, berfungsi sebagai
cadangan makanan yang digunakan saat perkecambahan. 3) Plumula, berfungsi
sebagai calon daun atau pucuk. 4) Kulit biji, berfungsi melindungi biji dari
kerusakan mekanis, serangan penyakit dan kekeringan. 5) Endosperma,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Pada biji jagung, kulit biji lebih tebal
dan mengeras serta berwarna orange. Biji jagung tidak dapat dipisah, hal
tersebut menunjukkan bahwa biji jagung termasuk dalam golongan biji
monokotil.
Biji
Embrio pada tanaman jagung terletak dibawah endosperma. Jaringan
endosperma bersifat padat. Embrio terdiri dari radicula dan plumula. Radikula
pada embrio dilindungi oleh sel-sel colerorhiza. Plumula dilindungi oleh sel-sel
aleuron sel. Sel aleuron bertipe kecil, padat dan berbentuk persegi. Lapisan
pelindung paling luar yang menutupi seluruh biji adalah pericarp (Malti et
al., 2011).

Gambar 3.Biji jagung dan bagian-bagiannya. Sumber: Efendi, 2010.

Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan
kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga
bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b)
endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang
mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c)
embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar
radikal, scutelum, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998). Pati
endosperm tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri
atas dua molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan
antara (White 1994). Namun pada beberapa jenis jagung terdapat variasi
proporsi kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm biji jagung
terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya diklasifikasikan
menjadi albumin (larut dalam air), globumin (larut dalam larutan salin), zein
atau prolamin (larut dalam alcohol konsentrasi tinggi), dan glutein (larut dalam
alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi masing-masing fraksi protein
adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan glutein 34% (Vasal
1994).
Struktur Reproduksi Tanaman Jagung
Biji jagung akan tumbuh optimum jika ditanam pada tanah yang
berkelembapan 21 derajat Celcius. Dengan suhu tersebut. Biji akan
berkecambah dalam waktu 2-3 hari. Jika temperatur tanahnya rendah yaitu
kurang dari 18 derajat Celcius, tanaman jagung akan sulit untuk berkecambah.
Secara keseluruhan jika suhu tinggi dan kelembapan kurang, dimungkinkan
dapat menghambat atau membunuh biji yang akan ditanam (Belfield dan
Brown, 2008).

Gambar 4. Perkecambahan Jagung. Sumber: Dokumen pribadi.

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun


interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang
dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap
yaitu (1) fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan
pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase
pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka
sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase
ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif,
yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.
Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji.
Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah
meningkat >30% (McWilliams et al. 1999). Proses perkecambahan benih
jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih
membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang
tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan
protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asamasam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang
tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus
pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah radikelmuncul,
kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau
sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas
oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah.
Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika
ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil
terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah.
Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban
tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin

dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan


tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung
4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau
lebih.
Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati beberapa fase
berikut:
Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah
berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar
nodul sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu
tanah sangat mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat
keluar daun, meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga
jantan (McWilliams et al. 1999).
Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari setelah
berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan akar
dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat
dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan
tongkol dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang
lebih banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams et al. 1999).

Gambar 5. Pertumbuhan jagung


Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun
terakhir 15-18)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah
berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering
meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi

untuk mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif


terhadap cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan
dan kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu
tongkol karena mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil
(McWilliams et al. 1999, Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan
memperlambat munculnya bunga betina (silking).
Fase Tasseling / VT (berbunga jantan)
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya
cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina
(silk/rambut tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol
muncul, di mana pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum
dan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomas
maksimum dari bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot
kering tanaman, penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%,
50%, dan 80-90%.
Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang
terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan
(polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh
menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut
membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana
pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut
tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh
memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal
biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi
oleh tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki
warna putih pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan
mengandung sangat sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan
menggunakan silet, belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan
P sangat cepat, dan K hampir komplit (Lee 2007).
Fase R2 (blister)
Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol sudah
kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir
sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai
diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus
sampai panen.
Fase R3 (masak susu)
Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam
bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji
sangat cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap
varietas), dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan
pada fase R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air
biji dapat mencapai 80%..

Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta
(belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk,
dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada
fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.
Fase R5 (pengerasan biji)
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah terbentuk
sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan segera
terhenti. Kadar air biji 55%.
Fase R6 (masak fisiologis)
Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah silking.
Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering maksimum.
Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna dan telah
terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman. Pembentukan
lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai dari biji pada
bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida,
tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green) yang tinggi, kelobot
dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun telah memasuki tahap
masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35% dengan total
bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-masing
100%.
Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa perbedaan fase
perkecambahan biji pada biji kacang merah dan biji jagung adalah biji kacang
merah merupakan biji exalbuminus sehingga terbentuk kotiledon yang kemudian
pertumbuhan berada di bawah kotiledon perkembangan ini disebut perkembangan
epigeal, sedangkan pada jagung merupakan biji albuminus tidak terbentuk
kotiledon pertumbuhan diatas biji yang menembus tanah sehingga disebut
perkecambahan hipogeal. Pada biji kacang merah akar lembaga tetap bertahan
sehingga terbentuk akar tunggang. Biji jagung akar lembaga terreduksi sehingga
akar lembaga tidak terlihat pada fase perkembangan selanjutnya sehingga
terbentuk akar serabut. Biji kacang merah plumula atau calon daun muncul dari
atas kotiledon yang muncul dari atas batang hipokotil yang telah tumbuh
dipermukaan tanah sedangkan pada biji jagung plumula dari bagian biji yang
tertanam dibawah tanah.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Biji albuminus terdapat pada biji jagung cadangan makanan teap berada di
dalam endosperm sehingga tidak terbentuk kotiledon. Biji exalbuminus
terdapat pada biji kacang merah cadangan makanan pada endosperm diserap
oleh kotiledon sehingga terbentuk kotiledon
2. Perkecambahan hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang
meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah.
Perkecambahan epigeal merupakan tumbuhan yang proses perkecambahannya
di atas tanah karena daun lembaganya (cotyledon) terangkat ke atas akibat
adanya pembetangan ruas batang yang berada dibawah daun lembaga
(hipokotil memanjang).
F. DAFTAR PUSTAKA
Budiwati dan Ratnawati. 2011. Biologi Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY.
Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid II. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissues. In Water Deficit and
Plant Gwowth. Vol III. New York: Academic Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1996. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Lee, C. 2007. Corn growth and development. www.uky.edu/ag/grain crops.
McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth and
management quick guide.www.ag.ndsu.edu.
http://biosci.osu.edu/~plantbio/osu_pcmb/pcmb_lab_resources/pcmb101_activities/f
lwrs_sds_frts/flwrs_sds_rts_corn_germ_plus.htm. Diakses pada tanggal 15
Desember 2016 pukul 02:58 WIB.
http://jagungbisi.com/fase-perkecambahan-dan-pertumbuhan-tanaman-jagung/.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 04: 38 WIB.
http://www.anakagronomy.com/2014/06/fase-pertumbuhan-tanaman-jagung.html.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 04: 45 WIB.
http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/11789/fase-fase-pentingpertumbuhan-tanaman-jagung. Diakses pada tanggal 15 Desember 2016 pukul
04: 55 WIB.
http://www.education-cn.com/products/Corn-Germination-1256006.html. Diakses
pada tanggal 15 Desember 2016 pukul 04: 58 WIB.

Anda mungkin juga menyukai