Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 6

BIJI DAN PERKECAMBAHAN


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu : Arnia Sari Mukarromah, M.Sc.

Disusun oleh :
1. Hersy Fuujiyanti (1503086021)
2. Elfrida Nurutstsany (1608086020)
3. Layla Nur Hidayah (16080860420)
4. Luluk Nafisah (1608086047)
5. M. Bagus Nauval (1608086062)
6. Najiyah Maksyufah (1608086070)

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tanaman merupakan bagian besar dari alam yang ada di bumi kita ini. Selain
itu keberadaan tanamann di bumi ini sebagai produsen terbesar sangatlah penting,
karena ia merupakan satu kesatuan dari rantai makanan yang terdapat dalam
ekosistem. Ekosisitem terdiri dari terdiri dari dua macam komponen yaitu
abiotik ,yang terdiri dari tumbuhan, hewan, dan manusia. Sedangkan komponen
abiotik antara lain : udara, gas, angin, cahaya, matahari, dan sebagainya. Antara
komponen biotik dan abiotik saling mempengaruhi, misalnya, tumbuhan memerlukan
cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Hasil fotosintesis di butuhkan oleh
makhluk hidup lainnya. Sedangkan proses pertumbuhan suatu tumbuhan dipengaruhi
oleh perkecambahan. Dan perkecambahan dipengaruhi oleh biji. Namun dormansi
pada biji dapat mempengaruhi proses perkecambahan. Sehingga proses dormansi dan
perkecambahan sebenarnya saling mempengaruhi dalam proses pertumbuhan suatu
tanaman. Oleh karena itu, untuk memenuhi tugas fisiologi tumbuhan pemakalah
tertarik membuat makalah tentang dormansi dan perkecambahan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana struktur dan komposisi pada biji ?
2. Bagaimana proses perkecambahan ?
3. Bagaimana proses dormansi terjadi ?
4. Bagaimana unity of sciences tentang dormansi dan perkecambahan biji ?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami struktur dan komposisi pada biji.
2. Mahasiswa dapat memahami proses perkecambahan.
3. Mahasiswa dapat memahami proses dormansi terjadi.
4. Mahasiswa dapat memahami unity of sciences tentang dormansi dan
perkecambahan biji.
BAB II
PEMBAHASAN

A. STRUKTUR DAN KOMPOSISI BIJI


a. Struktur Biji
Tumbuhan angiosperma dan gymnospermae, yang disebut tumbuhan berbiji
atau Spermatophytes adalah berkembang dari bakal biji yang dibuahi. Pada tahap
tertentu selama perkembangannya, biji angiosperm biasanya terdiri dari:
1. Embrio, hasil fertilisasi inti sel telur dalam embrio oleh salah satu inti tabung
serbuk
Sari
2. Endosperm, yang muncul dari fusi dua inti kutub sel sentral dalam kantung
embrio dengan inti polen lainnya.
3. Perisperm, perkembangan dari megasporangium
4. Testa (kulit biji), terbentuk dari satu atau dua dari integumen dalam atau luar
sekitar
bakal biji (Bewley et al, 2013)

(a) Biji umbi-umbian (b) Biji runner bean

(Sumber: seeds, physiology of development, germination and dormancy, 3rd edition)

b. Komposisi Biji
1. Kulit biji (Spermodermis)
Kulit biji berasal dari selaput bakal biji (Integumentum), oleh sebab itu biasanya
kulit biji dari tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) terdiri dari dua lapisan:
a. Lapisan kulit luar (testa)
Bagian ini merupakan pelindung utama dari bagian biji yang berada didalam.
b. Lapisan kulit dalam (tegmen)
Biasanya tipis seperti selaput, seringkali disebut kulit ari.
2. Tali pusar (Funiculus)
Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni, jadi
merupakan tangkainya biji. Jika biji masak biasanya biji terlepas dari tali pusarnya
(tangkai biji).
3. Inti biji (Nucleus Seminis)
Inti biji adalah semua bagian biji yang terdapat didalam kulitnya, oleh karena itu
inti biji juga dinamakan isi biji. Inti biji terdiri atas:
a) Lembaga (Embrio)
Lembaga merupakan calon tumbuhan baru yang nantinya akan tumbuh
menjadi tumbuhan baru, bagian-bagian lembaga diantaranya adalah:
1. Akar lembaga atau calon akar (radicula)
2. Daun lembaga (kotiledon)
3. Batang Lembaga (cauliculus)
b) Putih lembaga (albumen)
Putih Lembaga adalah bagian biji yang terdiri atas suatu jaringan yang
menjadi tempat cadanagn makanan bagi lembaga (Tjitrosoepomo, 2013).

B. PROSES PERKECAMBAHAN
Perkecambahan biji merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio
didalam biji. Biji yang berkecambah dapat membentuk planula karena didalamnya
mengandung embrio. Embrio atau lembaga mempuyai tiga bagian yaitu radikula (akar
lembaga), kotiledon (daun lembaga), kaulikalus (batang lembaga).
Dua macam jenis perkecambahan biji dapat dibedakan atas perkecambahan
hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal memperlihatkan terjadinya
pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga menyebabkan plumula keluar dan
menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul di atas tanah, sedangkan
kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah. Contoh perkecambahan ini terjadi
pada kacang kapri.
Gambar 1. Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan epigeal memperlihatkan hipokotil tumbuh memanjang yang
mengakibatkan kotiledon dan plumula sampai keluar kepermukaan tanah, sehingga
kotiledon terdapat di atas tanah. Contoh perkecambahan ini terjadi pada kacang tanah,
kacang hijau.

Gambar 2. Perkecambahan Epigeal


Untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhannya, embrio memperoleh makanan yang
berasal dari cadangan makanan di dalam keping biji (kotiledon). Berdasarkan jumlah
kotiledonnya tumbuhan berbiji dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tumbuhan
yang memiliki satu keping biji (kotiledon) disebut tumbuhan monokotil (bijinya tidak
berbelah dan berakar serabut), contohnya biji jagung dan kelapa, sedangkan tumbuhan
yang memiliki dua keping biji (kotiledon) disebut tumbuhan dikotil (bijinya berbelah
dan berakar tunggang), contohnya biji kacang dan mangga.
Ada tiga macam bagian penyusun embrio yang penting pada proses
perkecambahan, yaitu sebagai berikut:
1. Tunas embrionik, sebagai calon batang dan daun yang dapat tumbuh dan
berkembang menjadi bunga dan buah.
2. Akar embrionik, sebagai calon akar yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi
akar.
3. Kotiledon atau keping biji, merupakan cadangan makanan untuk pertumbuhan
embrio hingga mencapai terbentuknya daun, karena embrio tersebut belum
menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintesis (Chaniago, 2016: 244-247).
C. PROSES DORMANSI
Dormansi benih merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor
lingkungan optimum untuk perkecambahannya. Intensitas dormansi dipenaruhi oleh
lingkungan selama perkembangan benih. Lamanya dormansi dan mekanisme
dormansi berbeda antar spesies dan antar genotip. Secara umum benih kacang-
kacangan memiliki sifat dormansi fisik yang ditunjukkan oleh benih-benih yang
impermeable terhadap air dan gas. Keuntungan dari adanya dormansi benih ini yakni
mekanisme untuk mempertahankan hidup benih, mencegah terjadinya
perkecambahanan di lapangan, dan pada beberapa spesies menjadi lebih tahan simpan,
sedangkan kerugin yang ditimbulkan yaitu memperpanjang waktu perkecambahan,
mengacaukan kerugian yang ditimbulkan yaitu memperpanjang waktu
perkecambahan, mengacaukan saat tanam, serta menimbulkan masalah dapal
imterprestasi terhadap pengujian benih (Melasari, 2016).
Keadaan dormansi dibawa seak benih masak secara fisiologis ketika masih
beradapa pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari
tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari
kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua
keadaan tersebut. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup
tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada
benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.
Biji-biji dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap.
Biji-biji itu memerlukan rangsangan cahaya. Nampaknya ada dua himpunana tekanan
ekologis yang mempengaruhinya. Pertama biji-bijian dari banyak tanaman-tanaman
pengganggu, seperti halnya berbagai macam spesies chenopodium yang merupakan
ciri dari tanah dan mungkin terkubur pada kedalaman tertentu karena pengolahan
tanah nampaknya memerlukan kondisi yang baik untuk mengatasinya bila mereka
tidak berkecambah sampai mereka dapat kembali muncul ke permukaan (Rahayu,
2015).
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DORMANSI DAN
PERKECAMBAHAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi biji adalah:
1. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh benih itu sendiri seperti:
a. Kulit Biji
Kulit biji dapat berperan sebagai penghambat untuk terjadinya perkecambahan,
sehingga biji tersebut digolongkan sebagai biji tersebut digolongkan sebagai biji
yang berada dalam keadaan dorman. Hambatan kulit biji tersebut mungkin
disebabkan karena : kulit biji mengandung senyawa penghambat tumbuh, kulit
menghambat difusi oksigen dan/atau air masuk ke dalam biji, Kulit biji
memiliki resistensi mekanis yang besar radikel tidak mampu untuk tumbuh
menembusnya.
b. Kematangan embrio
Terjadinya dormansi disebabkan oleh belum matangnya atau belum
sempurnanya pembentukan embrio. Pada saat terjadi absisi atau gugurnya buah
dari daun, biji belum menyelesaikan perkembangannya. Sehingga biji
terdiferensiasi sempurna, sehingga biji membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk berkecambah karena mempersiapkan kebutuhannya. Dalam hal ini, berarti
biji melakukan penundaan untuk tidak berkecambah dan melakukan dorman.
c. Adanya Inhibitor (penghambat)
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses
metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap
substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya
seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji
yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun
lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda
dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam
embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.
2. Faktor eksternal
a. Cahaya
Cahaya mempengaruhi dormansi dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas
(kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas
(panjang hari). Jika dari segi kuantitas cahaya, dormansi ini terjadi karena
pengaruh dari intensitas cahaya yang diberikan kepada biji. Dari segi kualitas
cahaya dormansi disebabkan oleh panjang gelombang tertentu. Yang
menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum
(red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat
perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually
antagonistic (sama sekali bertentangan). Jika diberikan bergantian, maka efek
yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan.
Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada
dalam 2 kondisi alternatif), yaitu: P650 : mengabsorbir di daerah merah, P730 :
mengabsorbir di daerah infra merah.
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi
P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan
terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-
red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah
proses perkecambahan dan terjadi dormansi (Dwidjoseputro, 1985).
b. Suhu
Perlakuan suhu rendah pada waktu sebelum  memasuki musim dingin pada
daerah beriklim sedang dapat menyebabkan peningkatan dormansi, misalnya
pada tanaman aprikot (Prunus armeniaca). Kondisi udara yang lebih hangat
pada musim gugur dapat menunda dormansi, tetapi tidak menghentikan
terjadinya dormansi tunas pada tanaman buah-buahan di daerah beriklim
sedang. Perlakuan suhu rendah untuk memecahkan dormansi pada tunas akan
lebih efektif jika setelah dormansi dipecahkan segera diikuti dengan perlakuan
suhu yang optimal untuk memacu pertumbuhan.
c. Kurangnya air
Proses penyerapan air oleh benih terhadap perbedaan potensi air yang sangat
nyata antara sel-sel yang telah menyerap air dengan sel-sel yang belum
menyerap air. Terdapat batas-batas tegas antara bagian benih yang telah
meningkat kadar airnya dengan bagian yang belum terpengaruh kadar airnya.
Sel-sel yang telah menyerap air akan membesar, ukuran benih meningkat dua
kali lipat setelah proses imbibisi berlangsung (Lakitan, 2000).
Faktor-faktor yang memicu perkecambahan adalah:

1. Faktor Dalam
a. Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak
mempunyai kemampuan benih berkecambah yang tinggi karena belum memiliki
cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna
(Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat
sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologis atau
masak fungsional dan pada saat itu benih mencapai berat kering maksimum,
daya tumbuh maksimum dan kemampuan benih berkecambah atau dengan kata
lain benih mempunyai mutu tertinggi. Kamil, (1979 ) dalam Lutfi, (2012).
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibanhdingkan dengan yang kecil pada jnnis yang sama Cadangan
makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai
sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat
benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat
benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman
pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
c. Tidak Terjadinya Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya viable (hidup)
tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan
yang secara umum telah memenuhi syarat bagi perkecambahan. Periode
dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa
tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya (Sutopo, 2002).
Menurut Gardner, (1991) dalam Khoirul, (2012) setiap benih tanaman memiliki
masa dormansi yang berbeda-beda.
d. Tidak Adanya Penghambat Perkecambahan
Menurut Kuswanto, (1996) dalam Lutfi (2012), penghambat perkecambahan
benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan
benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang
menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
2. Faktor Luar
a. Air
Sutopo, (2002) mengemukakan bahwa Penyerapan air oleh benih dipengaruhi
oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang
tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan
bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut
dipengaruhi oleh suhu. Menurut Darjadi, (1972) dalam Lutfi (2012)
perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam
benih hingga 80 sampai 90 persen dan umumnya dibutuhkan kadar air benih
sekitar 30 sampai 55 persen, Kamil, (1979) dalam Lutfi (2012). Benih
mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi
media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo,
2002).

Kamil, (1979) dalam Lutfi, (2012) kira-kira 70 persen berat


protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:

a) Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar
terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
b) Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
c) Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke
titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.
b. Temperatur
Menurut Sutopo (2002) temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi
perkecambahan benih. Tanaman pada umumnya dapat diklasifikasikan
berdasarkan kebutuhannya akan temperatur.
a) Tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur yang
relatif rendah.
b) Tanaman yang benihnya hanya akan berkecambah pada temperatur yang
relatif lebih tinggi. Benih dari kebanyakan tanaman tropika membutuhkan
temperatur tinggi untuk perkecambahannya.
c) Tanaman yang mampu berkecambah pada kisaran temperatur dari rendah
sampai tinggi.
Temperatur optimun adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih. Pada kisaran temperatur ini terdapat
persentase perkecambahan yang tertinggi. Temperatur optimum bagi
kebanyakan benih tanaman adalah antara 80-950F (26,5-350C). Dibawah itu
yaitu pada temperatur minimum serendah 320-410F (00-50C) kebanyakan jenis
benih akan gagal untuk berkecambah, atau terjadi kerusakan “chilling” yang
mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal.

c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat
proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding
dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang
terdapat dalam benih Kuswanto, (1996) dalam Lutfi (2012). Menurut Kamil
(1979) dalam Lutfi (2012) umumnya benih akan berkecambah dalam udara
yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Namun untuk
benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk
ke dalam benih ditimgkatkan sampai sampai 80 persen, karena biasanya
oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung
pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap
perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo
(2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4
golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang
memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana
cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih
dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme
penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian viabilitas
benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.
E. FENOMENA ALAM UNIK TENTANG DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN
Proses Pematahan Dormansi:
Perlakuan pematahan dormansi merupakan proses atau kondisi yang berfungsi
untuk mempercepat perkecambahan benih sehingga persentase berkecambahnya
tinggi. Perlakuan pematahan dormasi diberikan pada biji yang memiliki kesulitan
tinggi untuk berkecambah (Bewley,2013). Metode pematahan dormansi beragam,
diantaranya adalah :
1. Skarifikasi
Skarifikasi merupakan teknik pematahan dormansi biji dengan perlakuan pada biji
sebelum berkecambah. Bentuk perlakuan skarifikasi adalah melukasi benih
sehingga kulit biji yang keras lebih permeabel terhadap air dan gas. Skarifikasi
dapat dilakukan dengan cara mengkikir atau menggisik kulit biji dengan kertas
amplas, melubangi kulit biji dengan piasu, memecah kulit biji dengan perlakuan
goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Metode lain yang
sering digunakan adalah perendaman ke dalam zat kimia untuk melunakkan kulit
benih (lignin yang menyusun komponen dinding sel) atau melarutkan zat
penghambat pertumbuhan (Melasari, 2016).
2. Perendaman dalam air
Perlakuan perendama di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan
air oleh benih. Caranya yaitu dengan memasukkan biji ke dalam air panas pada
suhu 60-70oC dan dibiarkan sampai air menjadi dingin selama beberapa waktu.
Contohnya pada benih apel direndam dalam air yang sedang mendidih. Kemudian
dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat dan ditiriskan untuk dikecambahkan
(Rahayu,2015).
3. Stratifikasi
Pengaruh temperatur pada keadaan lembab dengan suhu dingin dan hangat disebut
statifikasi. Selama startifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam biji yang
mengakibatkan hilangnya bahan-abahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuahan. Kebutuhan stratifikasi
berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, bahan antara varietas dalam satu famili
(Simatupang, 2014).
Tabel 1. Tipe-tipe dormansi dan metode pematahan dormansi
Tipe Metode Pematahan Dormansi
Dormans Karakteristik Contoh Spesies
Alami Buatan
i
Immature Benih secara Fraxinus Pematangan Melanjutkan
embryo fisiologis excelcior, secara alami proses fisiologis
belum mampu Ginkgo biloba, setelah biji pemasakan
berkecambah Gnetum disebarkan embrio setelah
karena embrio gnemon biji mencapai
belum masak masa lewat
walaupun biji masak (after
sudah masak ripening)
Dormansi Perkembangan Pterocarpus sp. Dekomposisi Peretakan
mekanis embrio secara , Terminalia sp. bertahap pada mekanis
fisis terhambat , Melia struktur yang
karena adanya volkensii keras
kulit biji/buah
yang keras
Dormansi Imbibisi/ Beberapa Fluktuasi suhu Skarifikasi
fisis penyerap an Legum dan mekanis,
air terhalang Myrtaceae pemberian air
oleh lapisan panas atau bahan
kulit biji/buah kimia
yang
impermeabel
Dormansi Buah atau biji Bauh fleshy Pencucian Menghilangkan
chemis mengandung (berdaging) (leaching) oleh jaringan buah dan
zat air, dekomposisi mencuci bijinya
penghambat bertahap pada dengan air
(chemical jaringan buah
inhibitory
compound)
yang
menghambat
perkecambaha
n
Foto Biji gagal Sebagian besar Pencahayaan Pencahayaan
dormansi berkecambah spesies
tanpa adanya tempeate,
pencahayaan tumbuhan
yang cukup. pioneer tropika
Dipengaruhi humida seperti
oleh Eucalyptus dan
mekanisme Spathodea
biokimia
fitokrom
Thermo Perkecambaha Sebagian besar Penempatan Statifikasi atau
dormansi n rendah tanpa spesies pada suhu pemeberian
adanya temperate, rendah di perlakuan suhu
perlakuan tumbuhan musim dingin, rendah,
dengan suhu pioneer daerah pembakaran, pemberian suhu
tertentu tropis-sub- pemberian suhu tinggi, pemberian
tropis kering, berfluktuasi suhu berfluktuasi
tumbuhan
pioneer tropika
humida
(Kartasapoetra, 2003).
Vivipary Germination
Vivipary germination adalah proses pertumbuhan biji menjadi berkecambah
sebelum waktunya yang disebabkan oleh kondisi jumlah air yang berlebih. Pada
beberapa spesies, seperti tanaman mangrove Rhizophora mangle dimana
perkecambahan biji akan berkecambah ketika masih menempel pada buah dan terus
tumbuh. Terjadinya vivipary germination dapat mutan ketika kekurangan gen yang
menekan pertumbuhan perkecambahan biji (Wang, 2016). Contohnya biji mutan
dideteksi ABA pada jalur biosintesis, atau ujung carotenoid biosynthetic pathway
yang dapat menunjukkan vivipary (Wang, 2016). Jadi terjadinya fenomena vivipary
germination dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni ABA dan potensial osmotik
(Bewley, 2013). Sensitivitas biji terhadap ABA menurun secara alami pada saat fase
pemasakan (maturation). Hal tersebut mempengaruhi insensitivitas untuk
menghambat perkecambahan dari hormon dan memberikan kontribusi untuk PHS.
Pada buah melon dan semangka APA terlibat dalam menjaga perkecambahan biji
untuk cepat berkembang. Tekanan osmotik pada buah apoplast sangat penting. Air
yang menginjeksi kedalam central cavity secara utuh memberikan bau wangi pada
buah melon, maka bijinya akan berkecambah. Indikasinya potensial osmotik rendah
saat fase ripening berkontribusi untuk menjaga agar biji tidak berkecambah
(Kobayashi, 2010).

F. KAJIAN UNITY OF SCIENCES TENTANG DORMANSI DAN


PERKECAMBAHAN BIJI
Biji-bijian yang dibicarakan oleh ilmu pengetahuan sebenarnya telah
diisyaratkan dalam al Qur’an, yang menyebutkan benih atau biji-bijian dengan kata
Habban. Sebagaimana telah disebutkan Allah SWT dalam beberapa ayat al Qur’an
diantaranya sebagai berikut.
1. Q.S. ‘Abasa/80: 27, yang bunyinya :
‫فََأ ْنبَ ْتنَافِيهَا َحبًّا‬
Artinya: “ Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu”.

2. Q.S. Al An’am/6 : 95, yang bunyinya :


َ‫ت ِمنَ ال َحىِّج َذلِ ُك ُم هللاُ صلى فََأنَّى تُْؤ فَ ُكوْ ن‬
ِ ِّ‫ت َو ُم ْخ ِر ُج ْال َمي‬
ِ ِّ‫ى ِمنَ ْال َمي‬
َّ ‫ق ْال َحبِّ َو النَّ َوىصلى ي ُْخ ِر ُج ْال َح‬
ُ ِ‫ِإ َّن هللاَ فَال‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan
biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup. (yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, Maka
mengapa kamu masih berpaling ?”.

3. Q.S. Yaasin/36 : 3, yang berbunyi :


َ‫َو َءايَةٌ لَّهُ ُم اَأْلرْ ضُ ْال َم ْيتَةُ َأحْ يَ ْينَهَا َوَأ ْخ َرجْ نَا ِم ْنهَا َحبًّا فَ ِم ْنهُ يَْأ ُكلُوْ ن‬
Artinya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka
adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya
biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan”.

Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menumbuhkan biji dan


benih tumbuh-tumbuhan. Artinya, dari keadaan yang dorman hingga dapat tumbuh
dan berkecambah, dalam hal ini menjelaskan tentang perkecambahan yang berasal
dari biji yang mati/ dorman kemudian mengalami suatu proses, sehingga terjadilah
perkecambahan. Hingga akhirnya, dari biji-bijian tersebut tumbuhlah berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan, sedangkan dari benih-benih itu (tumbuhlah) buah-buahan dengan
berbagai macam bentuk, warna dan rasa yang berbeda yang pada akhirnya dapat
digunakan sebagai sumber makanan bagi makhluk hidup yang lain.

Petunjuk tentang pertumbuhan tanaman dari awal sampai akhir sebenarnya


juga sudah dijelaskan di dalam Alqur’an. Allah SWT menjelaskan mulai
berkecambahnya benih atau tumbuhnya bibit sampai pada fase terakhir yaitu kematian
terdapat dalam firman Allah SWT dalam QS.Az Zumar/39: 21 yaitu:

‫ض ثُ َّم ي ُْخ ِر ُج بِ ِه زَ رْ عًا ُّم ْختَلِفًا َأ ْل َونُهُ ثُ َّم يَ ِه ْي ُج فَت ََرىهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم‬
ِ ْ‫َألَ ْم تَ َرَأ َّن هللاَ َأ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء فَ َسلَ َكهُ يَنَبِ ْي َع فِي اَأْلر‬
ِ َ‫ك لَ ِذ ْك َرى ُأِلوْ لِى اَأْل ْلب‬
‫ب‬ َ ِ‫يَجْ َعلُهُ ُحطَ ًماج ِإ َّن فِ ْي َذل‬.

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah


menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi
kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”
(http://etheses.uin-malang.ac.id.pdf)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah:
1. Struktur biji pada tumbuhan angiosperma dan gymnospermae adalah embrio,
endosperm, perisperm, testa (kulit biji). Komposisi biji terdiri dari kulit biji, tali
pusar, inti biji.
2. Perkecambahan biji merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio
didalam biji. Berdasarkan kotiledonnya perkecambahan biji dibagi menjadi dua
yaitu: epigeal dan hipogeal.
3. Dormansi adalah proses penundaan pecahnya biji sebagai awal perkecambahan
hal tersebut dilakukan untuk menunggu penyesuaian biji dapat berkecambah
yakni pada lingkungan yang sesuai. Faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi
biji adalah: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari kulit
biji, kematangan embrio, adanya inhibitor. Sedangkan faktor eksternal terdiri
dari cahaya, suhu, kurangnya air. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan biji adalah: faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri
dari tingkat kemasakan benih, ukuran benih, tidak terjadinya dormansi, tidak
adanya penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar terdiri dari air,
temperatur, oksigen, cahaya, medium. Pematahan dormansi merupakan proses
atau kondisi yang berfungsi untuk mempercepat perkecambahan benih sehingga
persentase berkecambahnya tinggi. Metode pematahan dormansi beragam,
diantaranya adalah : Skarifikasi, stratifikasi, dan perendaman dalam air.
Sedangkan Vivipary germination adalah proses pertumbuhan biji menjadi
berkecambah sebelum waktunya yang disebabkan oleh kondisi jumlah air yang
berlebih.
4. Kajian unity of sciences tentang dormansi dan perkecambahan biji terdapat pada
QS ‘Abasa/80: 27, Q.S. Al An’am/6 : 95 dan Q.S. Yaasin/36 : 3.
DAFTAR PUSTAKA

Bewley, J.D, dkk. 2013. Seeds Physiology of Development Germination and Dormancy Third
Edition. New York : Springer.
Chaniago, Ramadhani. 2016. BIOLOGI. Yogyakarta: Innosain. Hlm 244-247.
Kartasapoetra, A.G. dkk. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.
Jakarta : Rineka Cipta.
Kobayashi, Y, dkk. 2010. Chemical Inhibitors of Viviparous Germination in The Fruit of
Watermelon. Journal Plant Cell Physial. Vol 51(9): 1594-1598.
Mapasiatta, Tendry Mapasiataa. 2014. Uji Daya Kecambah Benih Jagung (Zea mays L
Varietas Pertiwi-2) dengan Menggunakan POC NASA, Thesis. Universitas Negeri
Gorontalo.

Melasari, N. 2016. Metode Pematahan Dormansi untuk Meningkatkan Viabilitas benih


Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L) Aksesi Cilacap. Skripsi. Bogor : Departemen
Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Safitri, Nadhira Adelina. 2015. Pematahan Dormansi Biji. Laporan Praktikum. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.

Tjitrosoepomo, gembong. Morfologi Tumbuhan.2013. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press
Rahayu, A.D. 2015. Pematahan Uji Daya Berkecambah Optimalisasi Substrat
Perkecambahan dan Pematahan Dormansi Benih Kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus L. Skirpsi. Bogor : Departemen Agronomi dan Holtikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Simatupang, dkk. 2014. Teknik Pematahan Dormansi Benih Ganitri (Elaeocarpus ganitrus
Roxb). Bogor : Balai Penelitian teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Wang, X, dkk. 2016. Seed Development and Viviparous Germination in One Accession of
Tomato rin Mutan. Journal Breeding Science. Vol 66(3): 372-380.
http://etheses.uin-malang.ac.id.pdf diakses pada tanggal 10 desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai