Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I TEKNOLOGI BENIH

PROSES PERKECAMBAHAN BENIH

Dosen Pengampu:
Dr.Ir. Rainiyati,M.Si
Ir. Rinaldi,M.P.
Dr.Ir. Aryunis,M.P.

Disusun Oleh:
Puji Suranianti
D1A015014

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Proses Perkecambahan Benih”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa, dan kelengkapan isinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun pelajaran penting khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Jambi, 21 februari 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit.
Berikut adalah sedikit penjelasan tentang biji, benih dan bibit: Biji merupakan
bakal biji (ovulum) yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai
alat perkembangbiakan pada tanaman. Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan
atau penangkaran yang siap untuk ditanam, dapat berasal dari perbanyakan
generatif (biji/benih) dan dapat juga berasal dari perbanyakan vegetif (cangkok,
okulasi, stek, dan lain-lain).
Benih merupakan kebutuhan dalam dunia pertanian tanpa adanya benih
pertanian tidak akan berjalan dengan baik. Benih dibutuhkan untuk menghasilkan
tanaman yang baik dengan produksi yang tinggi. Untuk itu diperlukan benih yang
bermutu tinggi. Benih yang bermutu dapat dilihat dari benih yang utuh, bersih,
vigornya tinggi dan tidak terserang hama dan penyakit. Benih yang bermutu dapat
dihasilkan dengan cara melakukan pengujian. Pengujian berguna untuk
mengetahui tingkat viabilitas pada benih.
Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe
perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan
memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai
tipe perkecambahan hipogeal.
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada di lingkungan yang sesuai.
Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang
memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji
yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur
kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah
meliputi radikula, akar primer, keloptil, dan daun pertama. Sedangkan pada
kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil,
dan daun pertama.
Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa proses perkecambahan
benih dan factor yang mempengaruhi perkecambahan perlu dilakukan
pembahasan lebih lanjut sehingga ketika praktik di lapangan dapat diketahui
benih-benih yang baik dan bermutu.

1.2.Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat menjelaskan dan
menganalisis proses perkecambahan benih.
BAB II
ISI

2.1 Struktur Benih


Setiap biji yang sangat muda dan sedang tumbuh selalu terdiri atas tiga
bagian, yaitu (1) embrio, (2) kulit biji, (3) endosperm. Pada biji dikotil yang sudah
masak, endosperm tidak ditemukan lagi karena sudah habis diserap oleh embrio
untuk pertumbuhannya sebelum perkecambahan. Jadi pada biji dikotil pada waktu
masak hanya memiliki (1) embrio yang terdiri dari kotiledon, plumule, dan
radikel, dan (2) kulit
biji (seed coat atau
testa). Sedangkan
pada biji tanaman
monokotil, biji
normalnya
mempunyai ketiga
bagian pokok tadi, yaitu embrio, kulit biji, dan endosperm.
Biji merupakan suatu organisasi yang tersusun rapi, mempunyai
persediaan bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang
kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenal
jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama
yaitu menjamin kelangsungan hidupnya. Pengetahuan tentang struktur biji akan
memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut.
Bagian-bagian biji terdiri dari 3 bagian dasar :
a. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-
gamet jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang
berkembangnya sempurna terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut :
epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun)
dan radikula (calon akar). Tanaman di dalam kelas Angiospermae
diklasifikasikan oleh banyaknya jumlah kotiledon. Tanaman
monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya : rerumputan dan
bawang. Tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon misalnya
kacang-kacangan.
Sedangakan pada kelas Gymnospermae pada umumnya mempunyai lebih
dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai sampai sebanyak 15
kotiledon. Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti ini disebut
scutellum, kuncup embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh upih
pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat
akar embrionik yang disebut ridicule yang ditutupi oleh upih pelindung
yang disebut coleorhiza.
b. Jaringan penyimpan cadangan makanan
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan
penyimpan cadangan makanan, yaitu :
 Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan labu.
 Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya.
Pada kelapa bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan
merupakan endospermnya.
 Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae.
 Gametophytic betina yang haploid misal pada kelas Gymnospermae
yaitu pinus.
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Komposisi dan presentasenya
berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal biji bunga matahari kaya
akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji padi
mengandung banyak karbohidrat.
c. Pelindung biji
Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm
dan kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal
dari integument ovule yang mengalami modifikasi selama proses
pembentukan biji berlangsung.
Biasanya kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan
bagian dalamnya tipis dan berselaput. Kulit biji berfungsi untuk
melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis atau serangan
cendawan, bakteri dan insekta.
Dalam hal penggunaan cadangan makanan terdapat beberapa perbedaan
diantara sub kelas monokotiledon dan dikotiledon ;
o Sub kelas monokotiledon: cadangan makanan dalam endosperm baru
akan dicerna setelah biji masak dan dikecambahkan serta telah
menyerap air.
Contoh : jagung, padi, gandum.
o Subkelas dikotiledon : cadangan makanan yang terdapat dalam
kotileodon atau perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh
embrio sebelum biji masak.
Contoh : kacang-kacangan, bunga matahari dan labu. (Sutopo, L.
2002).

2.2 Perkecambahan Benih


Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam
biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum
dapat membuat
makanan sendiri.
Pada tumbuhan,
secara umum
makanan untuk
pertumbuhan
embrio berasal
dari endosperma.
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan
dalam perkecambahannya terdiri dari:
1. Proses penyerapan air (imbibisi)
Perembesan air kedalam benih (imbibisi), merupakan proses penyerapan
air yang berguna untuk melunakkan kulit benih dan menyebabkan
pengembagan embrio dan endosperma. Proses perkecambahan dapat
terjadi jika kulit benih permeabel terhadap air dan tersedia cukup air
dengan tekanan osmosis tertentu. Dalam tahap ini, kadar air benih naik
menjadi 25-35 %, sehingga kadar air didalam benih itu mencapai 50-60%
dan hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit benih. Selain itu, air
memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam benih. Dinding sel
yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel
diimbibisi oleh air maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Hal
tersebut dikarenakan selain membutuhkan air, benih yang berkecambah
juga memerlukan suhu sekitar 10-40°C dan oksigen. Apabila dinding sel
kulit benih dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat pada
sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernapasan.
Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah
mendifusi keluar (Manurung dan Ismunadii, 1988: Kozlowski 1972).
2. Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-
enzim yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim
hidrolitik seperti α-amilase yang merombak amylase menjadi glukosa,
ribonuklease yang merombak ribonukleotida, endo-β-glukanase yang
merombak senyawa glukan, fosfatase yang merombak senyawa yang
mengandung P, lipase yang merombak senyawa lipid, peptidase yang
merombak senyawa protein.
3. Perombakan cadangan makanan
Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang terlarut.
4. Translokasi makanan ke titik tumbuh
Setelah penguraian bahan-bahan karbohidrat,protein,lemak menjadi
bentuk-bentuk yang terlarut kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuh.
5. Pembelahan dan Pembesaran Sel
Assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah
meristematik menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen
dan pertumbuhan sel-sel baru. Merupakan tahap terakhir dalam
penggunaan cadangan makanan dan merupakan suatu proses
pembangunan kembali.
6. Munculnya radikal dan pertumbuhan kecambah
Munculnya radikal adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah
sempurna. Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-
sel. Proses pemanjangan sel ada dua fase yakni; fase 1 (fase
lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan penambahan bobot
kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot segar
dan bobot kering. Pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh,
pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada
dalam biji. Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan
berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih disuplai
oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof dicapai
proses perkecambahan telah sempurna.

2.3 Faktor – Faktor yang Memperngaruhi Perkecambahan


Perkecambahan benih atau biji dipengaruhi oleh faktor dalam (gen,
tingkat kematangan biji, ukuran biji, dormansi, dan hormon) serta faktor luar
(air, suhu, oksigen dan cahaya), seperti dijeaskan berikut ini :
1. Gen
Di dalam gen terkandung faktor-faktor sifat keturunan yang dapat
diturunkan pada keturunannya dan berfungsi untuk mengontrol reaksi
kimia di dalam sel, misalnya sintesis protein yang merupakan bagian dasar
penyusun tubuh tumbuhan dikendalikan oleh gen secara langsung.
2. Tingkat kematangan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan
makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna
(Sutopo, 2010). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan
cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak
fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat
kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah
maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu
tertinggi.
3. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan
makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis
yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan
penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat
perkecambahan (Sutopo, 2010). Di dalam jaringan penyimpanannya benih
memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan ini
diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan
benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat
benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman dalam Sutopo, 2010).
4. Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable
(hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode
dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa
tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya.
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas ataupun karena
resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudimenter,
”after ripening”, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat
perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih yang
dorman dapat dirangsang untuk berkecambah, Misalnya dengan
perlakuan skarifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat, dan lain lain.
5. Hormon atau zat pengatur tumbuh
Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung
proses perkecambahan, adapula beberapa fitohormon yang menghambat
proses perkecambahan. Fitohormon yang berfungsi merangsang
pertumbuhan perkecambahan antara lain : Auksin, giberilin dan sitokinin
sedangkan fitohormon yang berfungsi menghambat proses
perkecambahan antara lain : etilen, ABA atau asam absisat. (Husain dan
Rully, 2012)
Sedangkan faktor luar atau faktor lingkungan utama yang mempengaruhi
perkecambahan diantaranya adalah :
1. Air
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi
penyerapan air oleh benih adalah :
(a) sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya, dan
(b) jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.
Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat
keringnya. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur,
temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air.
Benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambah pada kisaran
air tanah tersedia mulai dari kapasitas lapang sampai titik layu
permanen. Yang dimaksud dengan kapasitas lapang dari tanah adalah
jumlah air maksimum yang tertinggal setelah air permukaan dikuras dan
setelah air yang keluar dari tanah karena gaya berat habis. Sedangkan titik
layu permanen adalah suatu keadaan dari kandungan air tanah dimana
terjadi kelayuan pada tanaman yang tak dapat balik.
Untuk kebanyakan benih tanaman kondisi yang kelewat basah sangat
merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang timbulnya
penyakit. Tanah yang mengandung terlalu banyak air dapat
mengakibatkan benih busuk disebabkan oleh cendawan dan bakteri tanah.
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri
terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di
sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung
kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh
suhu (Sutopo, 2010). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air
belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 % dan
umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 %. (Husain dan
Rully, 2012)
2. Suhu
Suhu merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan
benih karena suhu berkaitan dengan erat dengan laju pernafasan dan
enzim-enzim yang terdapat di dalam benih tersebut. Suhu juga
memepengaruhi sintesis dan kepekaan benih terhadap cahaya. Di pihak
lain suhu juga dipengaruhi oleh aktivitas pernafasan karena hasil akhir
dari pernafasan adalah energi dan air.
Perubahan suhu yang dapat mempengaruhi proses perkecambahan
adalah perubahan suhu dalam benih dan berapa lama perubahan suhu
tersebut berlangsung.
Suhu yang dibutuhkan selama proses perkecambahan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Suhu minimal, yaitu suhu terendah dimana benih masih dapat
berkecambah secara normal, dan di bawah suhu tersebut benih tidak
dapat berkecambah secara normal atau bahakan tidak berkecambah
sama sekali.

 Suhu optimum, yaitu suhu yang paling sesuai untuk perkecambahan


benih.

 Suhu maksimal, yaitu suhu tertinggi dimana benih masih dapat


berkecambah secara normal dan bila berkecambah terjadi di atas suhu
maksimum ini maka maksimal benih akan berkecambah secara tidak
normal atau bahkan tidak dapat berkecambah.
Rentang antara suhu minimal dan maksimal berbeda antara satu
varietas dengan varietas lain dan juga dipengaruhi oleh umur
benih. Demikian juga halnya dengan suhu optimum untuk varietas yang
satu dengan yang lainnya.

Di dalam proses perkecambahan ada varietas yang membutuhkan


suhu yang relatif tetap, tetapi ada pula varietas yang menghendaki suhu
yang berubah-ubah. Tentu saja hal ini akan memberikan dampak negatif
dan mempersulit proses perkecambahan benih. Untuk menghilangkan
sifat ini kita dapat memperbaiki sifat genetik benih dengan program
pemulia atau memberikan perlakuan khusus untuk menghilangkan sifat
tersebut.

3. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2010). Kebutuhan
oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikroorganisme yang terdapat dalam benih. Umumnya benih akan
berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03
persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan
terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80
persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3
persen.
4. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2010). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,
kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Menurut Adriance and Brison dalam
Sutopo (2010) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat
dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak,
golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta
golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun
ada cahaya.
5. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik
yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).
Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat
kertas, pasir dan tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1.Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses perkecambahan
benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan
morfologi, fisiologi dan biokimia. Dalam tahap ini, embrio di
dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah
perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda.
2.Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan benih
atau biji dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) yaitu gen, tingkat
kematangan biji, ukuran biji, dormansi, dan hormon) serta faktor luar (air,
suhu, oksigen,cahaya dan medium).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2017.https://www.scribd.com/document/360985305/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi perkecambahan diakses pada 7 oktober 2017
Anonim.2012.https://www.scribd.com/doc/128051421/2-Perkecambahan-Benih-
docx diakses pada 2012
Husain, Indriati dan Rully Tuiyo. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri
(Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur
Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih.
JATT, 1 (2): 95-100.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Press

Anda mungkin juga menyukai