Dosen Pengampu:
Dr.Ir. Rainiyati,M.Si
Ir. Rinaldi,M.P.
Dr.Ir. Aryunis,M.P.
Disusun Oleh:
Puji Suranianti
D1A015014
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Proses Perkecambahan Benih”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa, dan kelengkapan isinya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun pelajaran penting khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit.
Berikut adalah sedikit penjelasan tentang biji, benih dan bibit: Biji merupakan
bakal biji (ovulum) yang dihasilkan oleh tumbuhan berbunga dan dikenal sebagai
alat perkembangbiakan pada tanaman. Bibit adalah tanaman hasil perbanyakan
atau penangkaran yang siap untuk ditanam, dapat berasal dari perbanyakan
generatif (biji/benih) dan dapat juga berasal dari perbanyakan vegetif (cangkok,
okulasi, stek, dan lain-lain).
Benih merupakan kebutuhan dalam dunia pertanian tanpa adanya benih
pertanian tidak akan berjalan dengan baik. Benih dibutuhkan untuk menghasilkan
tanaman yang baik dengan produksi yang tinggi. Untuk itu diperlukan benih yang
bermutu tinggi. Benih yang bermutu dapat dilihat dari benih yang utuh, bersih,
vigornya tinggi dan tidak terserang hama dan penyakit. Benih yang bermutu dapat
dihasilkan dengan cara melakukan pengujian. Pengujian berguna untuk
mengetahui tingkat viabilitas pada benih.
Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe
perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan
memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai
tipe perkecambahan hipogeal.
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi
tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada di lingkungan yang sesuai.
Proses perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang
memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji
yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur
kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah
meliputi radikula, akar primer, keloptil, dan daun pertama. Sedangkan pada
kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil,
dan daun pertama.
Berdasarkan uraian di atas tentunya jelas bahwa proses perkecambahan
benih dan factor yang mempengaruhi perkecambahan perlu dilakukan
pembahasan lebih lanjut sehingga ketika praktik di lapangan dapat diketahui
benih-benih yang baik dan bermutu.
3. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air
dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2010). Kebutuhan
oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikroorganisme yang terdapat dalam benih. Umumnya benih akan
berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03
persen CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan
terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80
persen, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3
persen.
4. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi
tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2010). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya,
kualitas cahaya, lamanya penyinaran. Menurut Adriance and Brison dalam
Sutopo (2010) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat
dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak,
golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan,
golongan dimana cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta
golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat gelap maupun
ada cahaya.
5. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik
yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).
Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat
kertas, pasir dan tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1.Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses perkecambahan
benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan
morfologi, fisiologi dan biokimia. Dalam tahap ini, embrio di
dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah
perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi
tumbuhan muda.
2.Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan benih
atau biji dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) yaitu gen, tingkat
kematangan biji, ukuran biji, dormansi, dan hormon) serta faktor luar (air,
suhu, oksigen,cahaya dan medium).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2017.https://www.scribd.com/document/360985305/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi perkecambahan diakses pada 7 oktober 2017
Anonim.2012.https://www.scribd.com/doc/128051421/2-Perkecambahan-Benih-
docx diakses pada 2012
Husain, Indriati dan Rully Tuiyo. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri
(Aleurites moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur
Tumbuh Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih.
JATT, 1 (2): 95-100.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Press