PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1
BAB II
ISI
2.1. Gulma
2
hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa binatang lainnya.
Sosromarsono dan Untung (2000) menyebutkan semua jenis laba-laba adalah
predator, khususnya pemangsa arthropoda terutama serangga. Beberapa predator
generalis seperti laba-laba (Araneae) dapat menunjukkan kekhususan habitat, oleh
karena itu dapat dimanfaatkan dalam pengendalian populasi hama tanaman
brokoli. Berkurangnya jumlah predator pada suatu ekosistem dapat dikarenakan
hilangnya tempat berlindung dan berkembang biak predator tersebut. Tumbuhan
gulma memiliki polen yang dapat dimanfaatkan untuk pelestarian parasitoid dan
predator sebagai sumber pakan, tempat berlindung dan berkembang biak sebelum
inang atau mangsa utama ada di tanaman (Laba, 1998).
Hasil penelitian
Gambar (1) Populasi parasitoid Hymenoptera dan Diptera dari pengamatan dengan jaring serangga
pada tanaman tembakau na-oogst di Jember, September–Oktober 2008
3
Gambar 2. Larva S. litura pada daun jarak (A) dan gejala serangannya (B).Larva S. litura terparasit oleh
Microplitis similis (C). Tanda panahmenunjukkan kokon parasitoid yang menempel pada tubuh
larvayang telah mati
Vegetasi gulma yang tumbuh dominan di lahan rawa pasang surut adalah
jenis rumput purun tikus (Eleocharis dulcis), rumput bulu babi (Eleocharis
retroflata), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites karka), rumput
bundung (Scirpus grosus), rumput purun kudung (Lepironea articulata), banta
(Leersia hexandra) tambura (Ageratum conyzoides) dan kumpai bura-bura
(Panicum refens). Gulma-gulma tersebut ada yang bermanfaat sebagai tanaman
perangkap khususnya penggerek batang padi dan tempat hidupnya bagi serangga
lainnya seperti predator dan parasitoid.
Menurut Papaj dan Rausher (1983) dalam Siswanto dan Trisawa (2001),
seleksi atau asosiasi serangga terhadap inangnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu
(1) keragaman genetic yang menentukan keterpilihan atau pertahanan spesifik
4
inang , dan (2) kemampuan serangga untuk bertahan pada suatu tipe inang dan
kecenderungan untuk memilih tipe tersebut.
Beberapa jenis rumputan tersebut di atas hanya lima jenis rumputan yang
disenangi oleh penggerek batang padi meletakkan telurnya yaitu rumput purun
tikus (Eleocharis dulcis), kelakai (Stenochiaena palutris), perupuk (Phragmites
karka), rumput bundung (Scirpus grosus), dan rumput purun kudung (Lepironea
articulata). Tetapi dari kelima jenis rumputan tersebut yang paling disenangi dan
paling banyak ditemukan kelompok telurnya hanya pada rumput purun tikus
(Asikin dan Thamrin., 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva
penggerek batang padi putih mampu menyelesaikan siklus hidupnya sampai
menjadi imago pada rumput/tumbuhan purun tikus tersebut (Djahab et al., 2000).
Dengan demikian rumput purun tikus tersebut berfungsi sebagai inang alternatif
bagi penggerek batang padi dan disamping itu pula berfungsi sebagai
perumahan/habitat bagi musuh-musuh alaminya.
5
faktor yang merugikan, dan atau menyediakan factor-faktor yang diperlukan. Van
den Bosch dan Telford (1964) menyatakan bahwa habitat musuh alami selain
mengandung mangsa atau inang, juga harus memenuhi kebutuhan lain musuh
alami itu.
Hasil pengamatan dari beberapa jenis gulma atau rumputan tersebut di atas
pada umumnya bersifat inang atau habitat bagi musuh alami dan disamping itu
pula tempat berlindungnya serangga hama. Seperti pada jenis gulma Banta
(L.hexandra), pada gulma tersebut cukup banyak ditemukan adanya wereng hijau
dan hama putih palsu dandisamping itu pula banyak ditemukan laba-laba dan
kumbang karabit.
Purun tikus
6
keton dan hidrokarbon, akan mempengaruhi dipilihnya tanaman sebagai inang
oleh serangga (Seigber 1983 dalam Asikin 2014).
Tanaman C. hirta disukai oleh Gryon dasyni dan Anastatus dasyni karena
mengandung cairan yang rasanya manis. C. hirta juga memiliki biji buah yang
dapat menempel pada bagian tubuh G. dasyni dan A. dasyni, sehingga
mempercepat penyebaran gulma. Peters (2005) melaporkan bahwa benih gulma
C. hirta juga disebarkan oleh serangga, burung, babi liar, hewan lain dan manusia.
C. hirta merupakan jenis gulma yang memiliki kandungan tanin terhidrolisa pada
daunnya (Murdiati et al. 1990)
Gulma C.hirta
Gryon dasyni
7
yang berbeda nyata pada padi dan beberapa jenis gulma. A.longipennis memilih 9
jenis gulma selain tanaman padi sebagai tempat meletakkan telurnya, sedangkan 8
jenis gulma lainnya yang diuji tidak dipilih sebagai tempat bertelur. Selain padi,
jenis gulma yang dipilih berturut-turut adalah M. vaginalis, C. iria, C. rotundus,
F. miliacea, E. colonum, E. crusgalli, E. indica, I. cylindrica dan L. flava.
Sedangkan A. conyzoides, A. sessilis, L. adscendens, C. diffusa, L. hexandra, L.
chinensis, P. repens, dan S. arvensis tidak dipilih oleh A. long ipennis sebagai
tempat bertelur. Hasil analisis regresi menunjukkan tidak adanya hubungan yang
nyata antara jumlah telur yang diletakkan dengan kekerasan batang padi atau
gulma yang diuji. (Sri Karindah et al) menyatakan Ketertarikan Anaxipha
longipennis Serville 32 an pula tidak ada hubungan yang nyata antara jumlah telur
yang diletakkan A. longipennis dengan jumlah trikhoma pada padi atau gulma
yang diuji. Namun A. longipennis cenderungmemilih batang tumbuhan sebagai
tempat peneluran. Hasil percobaan membuktikan bahwa beberapa gulma dapat
dipilih sebagai tempat bertelur sama baiknya dengan tanaman padi. Pemilihan
tempat bertelur oleh predator dapat dipengaruhi oleh keberadaan mangsa,tanda-
tanda adanya mangsa pada tumbuhan atau sifat-sifat tumbuhan itu sendiri
(Sigsgaard 2004). Hasil pengujian menunjukkan bahwa A. longipennis mau
melakukan oviposisi pada beberapa jenis gulma yang ada di sekitar lahan
persawahan selain pada tanaman padi. M. vaginalis merupakan gulma yang hidup
di air dan berada di sekitar tanaman padi di dalam petak sawah, demikian pula
dengan C. iria, E. crusgalli, E. colonum, F. miliacea, dan L. flava. Gulma yang
tumbuh di sekitar habitat asli A. longipennis ini mempermudah A. longipennis
untuk mencari pakan setelah melakukan peneluran dan menyediakan pakan yang
cukup bagi keturunannya. Sedangkan C. rotundus, E. indica, I. cylindrica, A.
conyzoides, L. hexandra, S. arvensis dan P. repens kebanyakan tumbuh di tepi
pematang sawah. A. sessilis, C. diffusa, L. adscendes, dan L. chinensis biasa
tumbuh dipetak sawah maupun di pematang. Menurut Craigh et al.(2000),
serangga betina akan meletakkan keturunannya di tempat dengan peluang hidup
tinggi, selain itu pemilihan tempat untuk bertelur yang tepat dilakukan dengan
tujuan agar keturunan baru yang biasanya belum aktif bisa mendapatkan pakan
cukup dan tersedia di sekitarnya (Sadeghi & Gilbert 2000).
8
maculata untuk dimangsa (Griffin & Yeargan 2002). A. longipennis juga tidak
mau meletakkan telur pada S. arvensis sama seperti pada A. conyzoides, L.
hexandra, L. chinensis, L. adscendens, atau P. repens. Hasil pengamatan yang
dilakukan, A. longipennis ini tidak mau meletakkan telur mungkin disebabkan
adanya cairan atau getah yang dikeluarkan oleh S. arvensis apabila terkenatusukan
ovipositor dari A. longipennis. Kandungan senyawa kimia pada jenis gulma yang
disukai atau yang tidak disukai sebagai tempat bertelur belum diketahui
pengaruhnya terhadap kesukaan A. longipennis meletakkan telurnya. Menurut
Tumlinson (1988) terdapat semiochemical yang mengatur oviposisi serangga.
Semiochemical adalah senyawa kimia yang dapat membantu serangga
mendapatkan lokasi inang atau mangsa bagi parasitoid atau predator, yang
dihasilkan oleh inang atau mangsa, ataupun oleh tumbuhan di mana mereka
tinggal.
9
keseluruhan populasi predator yang terdapat pada tanaman L. hexandra adalah
19,00 individu/petak. Tingginya populasi serangga pada tumbuhan liar ini
dikarenakan tanaman ini memiliki bunga dan bentuk tanaman yang rimbun,
sehingga disukai berbagai serangga predator sebagai tempat berlindung.
Tjitrosoedirdjo (1984) menyatakan bahwa tumbuhan liar dapat digunakan sebagai
tempat berlindung, inang alternatif dan sumber pakan tambahan berupa tepung
sari dan madu. Selain itu, tumbuhan liar berguna pula sebagai tempat bertelur bagi
serangga predator. Jenis tumbuhan liar dengan keanekaragaman serangga predator
terendah adalah tanaman M. vaginalis yang terdiri dari 3 spesies dari 3 famili.
Tingkat populasi predator yang terdapat pada tumbuhan M. vaginalis adalah 16,00
individu/petak. Rendahnya populasi serangga predator pada tanaman ini
dikarenakan selama pengamatan pertumbuhannya kurang maksimal sehingga
serangga predator kurang tertarik untuk tinggal dan berlindung di tanaman ini.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Asikin,s. 2014.Serangga Dan Serangga Musuh Alami Yang Berasosiasi Pada
Tumbuhan Liar Dominan Di Lahan Rawa Pasang Surut.Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)Jl. Kebun Karet, Loktabat
Banjarbaru, Kalimantan Selatan
12