Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PENGENDALIAN
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
“MORFOLOGI HAMA”

Disusun oleh :

Nama : Bunga Anarkia


NPM : E1J022037
Shiftm : C2
Dosen Pengampu : Prof. Ir. MArulak Simarmata, M.Sc. Ph.D.
Co-ass : Diki Wahyudi (E1J019023)

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hama adalah semua organisme atau agens biotik yang merusak tanaman
dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan manusia. Sedangkan
dalam arti yang luas bahwa hama adalah makhluk hidup yang mengurangi
kualitas dan kuantitas beberapa sumber daya manusia yang berupa tanaman
atau binatang yang dipelihara yang hasil dan seratnya dapat diambil untuk
kepentingan manusia. Dalam pengendalian hama terpadu, hama bukan hanya
pada serangga tetapi bisa pada vertebrata, tungau, virus, bateri, gulma dan
organisme pengganggu tanaman lainnya. Serangga dikatakan hama apabila
serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan
ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam
penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman,
binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias, bunga serta merusak
bahan bangunan dan milik pribadi lainnya.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
bahasa sebagai satuan gramatikal. Secara etimologi kata morfologi berasal
dari kata morf yang berarti 'bentuk' dan kata logi yang berarti 'ilmu'. Jadi
secara harfiah kata morfologi berarti 'ilmu mengenai bentuk'. Di dalam kajian
linguistic, morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan
kata.
Pemahaman akan morfologi merupakan salah satu cara agar dapat
mengenali berbagai jenis binatang yang berperan sebagai hama. Hal ini
memiliki tujuan untuk memudahkan dalam melakukan identifikasi atau
mengenali jenis hama yang ditemui di tanaman. Tingkatan takson dalam
klasifikasi yaitu Kingdom (kerajaan). phylum atau divisio (divisi). Classis
(kelas), Ordo, Familia, Genus, dan Spesies.
Morfologi merupakan ilmu tentang bentuk, dalam hal ini bentuk binatang
hama. Dalam dunia binatang ada 22 filum, empat filum diantaranya
merupakan binatang yang bertindak sebagai hama. Beberapa filum yang
anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes
(nematoda). Mollusca (siput). Chordata (binatang bertulang belakang), dan
Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain)
Pengetahuan tentang hama menjadi penting karena dengan mempelajari
sumber masalah. kita dapat mengetahui solusi yang tepat. Akar masalah dalam
hal ini maka perlu mengetahui morfologi hama dan klasifikasi hama agar
mengenali spesies apa saja yang berpotensi menjadi hama bagi tanaman.
Selain morfologi, klasifikasi hama juga perlu diketahui karena banyak jenis
dan macam hama yang menyerang tanaman. Sistem klasifikasi mempermudah
mengidentifikasi gejala kerusakan yang disebabkan hama tertentu sehingga
dapat menetukan tindakan pengendalian yang sesuai. Klasifikasi hama
berguna untuk mengidentifikasi jenis hama sesuai serangannya, seperti hama
penyebab puru, hama pemakan, hama penggerek, hama pengorok, hama
penggulung, dan hama pengisap.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi
dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari
751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di
Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama
(Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh
alami (Christian & Gotisberger 2000). Kebanyakan spesies serangga
bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil
diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru di temukan hampir
setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi,
kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan yang
berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya.

1.2. Tujuan

Mempelajari ciri morfologi hama tanaman dan mempelajari tipe alat


mulut serta mengenal gejala kerusakan tanaman akibat masing-masing
serangannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam
kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan semua organisme dalam
praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Dalam pertanian
hama organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik,
dan kedalamnya praktis adalah semua hewan yang kerugian dalam pertanian.
Penyakit yang sering menjangkiti tanaman adalah jamur yang berkembangbiak
melalui pengeluaran spora yang tersbar melalui media udara, air, serta tanah.
Jamur ini biasanya berwara putih dan dapat ditanggulangi dengan fungisida.
Penyakit yang timbul juga dapat berasal dari protozoa serta bakteri. Penyebaran
protozoa adalah sebagai zoospore yang tahan hidup dalam waktu yang lama di
dalam tanah selama bertahun-tahun. Sedangkan bakteri sebenarnya hidup dalam
tanaman yang tidak begitu berbahaya dan hanya sebagian kecil dari mreka yang
mengakibatkan penyakit terutamadi daerah subtropis dan tropis. Selain itu
penyakit pada tanaman juga dapat disebabkan oleh virus yang tersebar melalui
perantara seperti serangga. Gangguan penyakit oleh virus dan protozoa dapat
dihilangkan dengan penggunaan pestisida. Penyakit pada tanaman sering juga
diakibatkan oleh datangnya hewan pengganggu seperti wereng, belalang dan
berbagai jenis serangga lainnya. Gangguan ini dapat dihilangkan dengan
penggunaan insektisida (Mulyaman, 2008).
Hama pengganggu tanaman dibedakan berdasarkan ordonya, serangga
memiliki enam ordo yaitu :
1. Ordo Orthoptera
Ordo Orthoptera yaitu ordo serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dalam daur hidupnya Ordo orthoptera mengalami tahapan
perkembangan yaitu telur, nimfa yaitu serangga muda yang mempunyai sifat
dan bentuk sama dengan dewasanya. Dalam fase ini serangga muda
mengalami pergantian kulit, imago (dewasa) ialah fase yang ditandai telah
berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat
perkembangbiakan serta sayapnya (Hansamunahito, 2008).
Ciri-ciri serangga ordo orthoptera yaitu memiliki satu pasang sayap, sayap
depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina.Sayap belakang tipis berupa
selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah
meloncat
dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.Hewan jantan
mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan,
untuk menarik betina atau mengusir saingannya.Hewan betinanya mempunyai
ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur, tipe mulutnya
menggigit (Hansamunahito, 2008).
2. Ordo Hemiptera
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunanihemi (setengah) dan pteron
(sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang
bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini
memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun
bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian
anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap
belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota
Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna.
Morfologi Hemiptera yaitu Mempunyai dua pasang sayap, sepasang tebal
dan sepasang lagi seperti selaput, Pada bagian kepala dijumpai adanya
sepasang antene, mata facet dan occeli.Tipe mulut menusuk dan mengisap,
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang sangit
(Leptorixa acuta Thumb.), Kepik hijau (Nezara viridula L) (Tjahjadi, N.
2008).
3. Ordo Homoptera
Ordo Orthoptera yaitu ordo serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Dalam daur hidupnya Ordo orthoptera mengalami tahapan
perkembangan Hama ini diketahui banyak menyerang di Sumatera dan Jawa.
Kupu-kupu puru buah berwarna abu-abukemerahan, panjang 5 mm dan
meletakkan telur secara berserakan di bagian kulit buah muda pada malam
hari. Telur menetas 4 hari kemudian dan ulat yang terbentuk menggerek kulit
buah jeruk serta hidup di dalamnya.
Kepompong berwarna merah abu-abu, panjang 4,5-5 mm. Siklus hidup
dari telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa berlangsung selama 29
hari(Harianto, 2009).Ciri-ciri ordo lepidoptera yaitu ketika fase larva memiliki
tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut
penghisap,mempunyai 2 pasang sayap yang dilapisi sisik,adapun habitat dapat
dijumpai di pepohonan, Beberapa jenisnya antara lain, Penggerek batang padi
kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat grayak
pada tembakau (Spodoptera litura) (Sastrahidayat, 2015).
4. Ordo Coleoptera
Ordo Coleoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga
yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah telur menjadi larva menjadi pupa
dan pupa menjadi imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya
berbeda dengan dewasa.Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu
serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan
dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase
perkembangbiakan (Nonadita,2007).
Ciri-ciri ordo coleopteran yaitu mempunyai dua pasang sayap, sayap
depan keras, tebal dan mengandung zat tanduk disebut dengan elitra, sayap
belakang seperti selaput. Tipe mulut pengunyah dan termasuk herbivore.
Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain itu
juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat
sarang pada dedaunan, Beberapa contoh anggotanya adalah Kumbang badak
(Oryctes rhinoceros L),Kumbang janur kelapa (Brontispa longissima Gestr)
(Sastrahidayat, 2015).
5. Ordo Lepidoptera
Ordo lepidoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga
yang mengalami metamorfosis sempurna. Berawal dari telur puru buah
berukuran 0,1-0,2 mm, warna transparan, kuning diletakkan induknya malam
hari pada kuncup bunga dan pada kulit buah muda. Kemudian menetas
menjadi larva/ulat yang berwarna hijau muda dengan kepala coklat panjang 5
mm. Larva masuk ke dalam kulit buah dan tetap tinggal sampai pupa stadium
ulat berlangsung selama 3 minggu. Pupa berwarna coklat berukuran 5-5,5
mm, berada dalam bunga, kulit bunga atau bagian-bagian tanaman yang
tersembunyi. Stadium dewasa berupa kupu, keluar dari pupa dengan
meninggalkan bekas lubang pada puru-puru di bagian tanaman tempat pupa
tinggal.
Hama ini diketahui banyak menyerang di Sumatera dan Jawa. Kupu-kupu
puru buah berwarna abu-abukemerahan, panjang 5 mm dan meletakkan telur
secara berserakan di bagian kulit buah muda pada malam hari. Telur menetas
4 hari kemudian dan ulat yang terbentuk menggerek kulit buah jeruk serta
hidup di dalamnya.
Kepompong berwarna merah abu-abu, panjang 4,5-5 mm. Siklus hidup
dari telur hingga menjadi kupu-kupu dewasa berlangsung selama 29
hari(Harianto, 2009). Ciri-ciri ordo lepidoptera yaitu ketika fase larva
memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut
penghisap,mempunyai 2 pasang sayap yang dilapisi sisik,adapun habitat dapat
dijumpai di pepohonan, Beberapa jenisnya antara lain, Penggerek batang padi
kuning (Tryporiza incertulas Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas L), Ulat grayak
pada tembakau (Spodoptera litura) (Sastrahidayat, 2015)
6. Ordo Diptera

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya


melalui stadia : telur menjadi larva kemudian menjadi kepompong setelah itu
menjadi dewasa. Larva tidak berkaki apodabiasanya hidup di sampah atau
sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama,
parasitoid dan predator (Untung, 2015).

Ordo diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah,


predator dan parasitoid.Pada kepala serangga ini dijumpai adanya antena dan
mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi
umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
Metamorfosisnya sempurna (holometabola). Larva tidak berkaki, biasanya
hidup di sampah atau sebagai pemakan daging,bebrapa contoh serangga
diptera yaitu lalat buah (Dacus sp) lalat predator pada Aphis (Asarcina
aegrota F) lalat rumah (Musca domestica Linn.) (Untung, 2015).

Serangga merupakan hama yang terbanyak jenisnya, secara garis besar terbagi
atas dua golongan, yaitu serangga yang berguna dan serangga yang merugikan.
Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman,
namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan
predator) serta sebagai serangga penyerbuk. Secara umum morfologi anggota klas
Insekta ini adalah : Tubuh terdiri atas ruas-ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga
daerah, yaitu caput, thorax dan abdomen, Kaki tiga pasang pada thorax, Antene
satu pasang, Mempunyai kerangka luar, Ukuran tubuh kecil, Kemampuan
menyerang dan mempertahankan diri terhadap musuh- musuh alamnya,
Berkemampuan melihat kedepan untuk menjaga kelangsungan hidup
keturunannya, Bermetamorphosis, Mempunyai keragaman dalam makannya,
Hidup diberbagai tipe habitat, mampu berkembang biak tinggi. Dari pengolongan
dari pemakan tumbuhan (phytophagous insect).

a) Monophagous insect, yang hanya makan satu species tanaman atau


kelompok yang ada hubungannya. Contoh: Bombyx mori, ulat sutera,
yang mempunyai satu inang.
b) Oligophagous insect, yang hanya makan tanaman inangnya dari satu
kelompok tanaman yang erat hubungannya dalam satu family. contoh:
Phythirimae operculella menyerang inang kentang, tembakau dan semua
family Solanaceae.
c) Polyphagous insect, memakan banyak jenis tanaman dari berbagai family.
Contoh: belalang dikenal pemakan segala tanaman didaerah tropis.

Ordo Hemiptera metamorfose bertipe sederhana (Paurometabola) yang dalam


perkembangannya melalui stadia : telur – nimfa – dewasa. Bentuk nimfa memiliki
sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang sangit
(Leptocorixa acuta), Kepik hijau (Nezara viridula L), Bapak pucung (Dysdercus
cingulatus F) (Campbell, 2009).
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya
mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota
badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau
berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.
Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di
dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang
menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya
disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras
dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih
memungkinkan pergerakan di tiap ruas.

Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting,


karena anggota serangga pada tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi
yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau
menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga
menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga
muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan Dalam
identifikasi. Serangga (Insecta) dibagi menjadi 2 subkelas:

1. Apterygota (Tidak bersayap).


2. Apterygota (bersayap)

Ciri-ciri serangga, antara lain:

Tubuh serangga seperti pada belalang dan kumbang dibagi dalam tiga
daerah yaitu: Kepala, toraks, dan abdomen. Kepala terdiri dari satu segmen
merupakan daerah yang jelas pembawa kebanyakan organ sensori serangga seperti
mata, antenna, dan alat mulut. Toraks terdiri dari 3 segmen dan merupakan bagian
yang terberat dari tubuh, dan pembawa kaki serta sayap bila telah ada. Abdomen
terdiri dari 11 segmen atau kurang; biasanya ia tidak mempunyai anggota gerak,
segmen pada bagian posterior mempunyai fungsi khusus untuk reproduksi.
(Triharso, 2008. 75)

Menurut Sudarmo (2010), Secara umum morfologinya tersusun atas caput


tungkai depan, sayap depan, sayap belakang tungkai belakang, abdomen, toraks,
dan antena. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal, dan tanpa vena.
Sayap belakang membraneus dan terlipat di bawah sayap depan saat serangga
istirahat. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku
Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan
kepala.

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian
ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang
membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala
dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli (Campbell, 2009).

Tipe alat mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu


dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah
makanannya. tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti
probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap.
Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin memanjang dan berbentuk stilet
atau tidak ada. Beberapa tipe alat mulut serangga yaitu :

A. Tipe alat mulut menggigit mengunyah terdiri dari :


1. Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut.
2. Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.
3. Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan
makanan.
4. Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila
memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea.
5. Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut.
6. Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup
atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum,
submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang
paraglosa.
Contoh serangga dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah
yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan Lepidoptera

B. Tipe alat mulut mengunyah dan menghisap


1. Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana
(Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum
dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah,
tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu.
2. Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang
sedangkan ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang
dapat bergerak menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang
ada di dalam bunga.
C. Tipe alat mulut menjilat mengisap, Tipe alat mulut ini misalnya pada alat
mulut lalat (Diptera).
1. Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah
menjadi tabung yang bercelah.
2. Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut
haustelum.
3. Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap,
disebut labellum.
D. Tipe Alat Mulut Mengisap
1. Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa
(Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat
kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna.
2. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga
segmen.
3. Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini
adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu
tabung yang sangat memanjang dan menggulung.
E. Tipe Alat Mulut Menusuk Mengisap
1. Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara
(Heteroptera).
2. Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi
selongsong stilet.
3. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk
dan mengisap cairan.
4. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan
suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. (Hidayat.
2011)
BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1. Pinset
2. Kaca Pembesar
3. Gelas Ukur
4. Kapas
5. Alat Tulis

3.1.2. Bahan
1. Arthropoda 1 (Insekta Metamorfosis tidak sempurna)
i. Ordo Orthoptera (Belalang kayu dan nimfanya, Valanga
nigricornis),
ii. Ordo Hemiptera (Walang sangit), iii ordo Homoptera (Wereng)

Arthropoda 2 Insekta Metamorfosis sempurna

i. Ordo Lepidoptera (kupu-kupu dan larvanya).


ii. Ordo Coleoptera (Kumbang Kelapa). iii. ordo Hemiptera
(kepik hijau)

Arthropoda 3 Insekta Metamorfosis antara tidak sempurna dan

sempurna)

i. Ordo Thysanoptera (Thrips)


2. Alkohol

3.2. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah

A. Specimen Belalang Kayu

Belalang kayu mewakili tipe alat mulut penggit-pengunyah,Berikut cara

kerjanya :
1. Temukan bagian-bagian utama dari tubuh dan menemukan
Labrum,Labium,mandibula,maksila dan hypopharynx. s.,
2. Memperhatikan bentuk dan letak bagian-bagian tersebut serta
mempelajari pula fungsi dari masing-masing bagian.
3. Memperhatikan gejala kerusakan yang diakibatkannya dan
menemukan cara pengendaliannya.
4. Memperhatikan bagian alat-alat mulut dari specimen yang
ada,gambar dan beri keterangannya masing-masing.
5. Memperhatikan gejala kerusakan yang diakibatkannya,gambar dan
beri keterangan
6. Membandingkan tipe mulut antara yang dewasa dengan
larva/nimfanya.
B. Specimen Kepik hijau

Kepik mewakili tipe alat muut pencucuk-penghisap.Berikut cara kerjanya :

1. Menemukan bagaian-bagian utama dari tubuh dan menemukan juga


stilet,labrum dan labium,
2. M emperhatikan gejala kerusakan yang diakibatkannya dan menemukan
cara mengendalikannya
3. Membandingkan tipe mulut antara yang dewasa dengan larva/nimfanya.
4. Memperhatikan bagian alat-alat mulut dari specimen yang ada,gambar
dan beri keterangannya masing-masing.
5. Memperhatikan gejala kerusakan yang diakibatkannya,gambar dan beri
keterangan.
C. Specimen Thrips (Ordo thysanoptera)

Thrips mewakili tipe alat pemarut-penghisap,Berikut cara kerjanya :

1. Memperhatikan bagian-bagian utama di bawah mikroskop dari tubuh


dan temukan juga paruh konikal yang pendek dengan tiga stilet,
2. Memperhatikan cara kerjanya dan gejala kerusakan yang
diakibatkannya serta bagaimana cara pengendaliannya.
D. Specimen kupu-kupu

Kupu-Kupu mewakili tipe alat mulut penghisap,Berikut cara kerjanya:

1. Menemukan bagian utama dari kupu-kupu


2. Menemukan alat mulut yang mempunyai saluran yang panjang dan
disebut proboci,bentuknya bergulung seperti coil apabila sedang tidak
digunakan dan memanjang apabila serangga tersebut sedang makan.
3. Memperhatikan cara kerjanya dan gejala kerusakan yang
diakibatkannya serta bagaimana cara mengedalikannya,gambar dan beri
keterangan.
4. Membandingkan tipe alat mulutnya antara yang dewasa denga larva
atau nimfanya
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Specimen Keterangan

Belalang kayu Keterangan hama:

 Nama Hama:
Belalang Kayu
(Valanga nigricornis.)
 Famili:
Acrididae
 Ordo:
Orthoptera
 Filum:
Arthropoda

Keterangan gambar :

1. Antena
2. Kepala
3. Rahaang bawah
4. Dada
5. Perut
6. Sayap
7. Oviposhiom
8. Mata majemuk
9. Rigite
10. Itidfemur
11. Tersus 1-3
12. Prostemum
Nama hama Keterangan

Kepik Hijau Keterangan hama:

 Nama hama:
Kepik hijau
Nezara viridula L.)
 Famili:
Pentatomidae
 Ordo:
Hemiptera
 Filum:
Arthropoda

Keterangan gambar:

1. Hemelytral membrane
2. Connexivum
3. Tibia
4. Scutellum
5. Clavus
6. Femur
7. Cuncus
8. Pronotum
9. Ocelli
10. Compound eyes
11. Antena
12. Head
13. Tarsus
14. Shoulder
Nama hama Keterangan

Thrips Keterangan hama:

 Nama hama:
Thrips (Thysanoptera.)
 Famili:
Thripidae
 Ordo:
Thysanoptera
 Filum:
Arthropoda

Keterangan gambar:

1. Oseli
2. Seta oseli
3. Seta posterioangular
4. Antena
5. Pronotum
6. Seta sayap depan
7. Seta median
8. Clavus
9. Mesonotum
10. Sayap belakang
11. Metanotum
12. Tarsal bladder
13. Seta lateral
14. Abdomen
15. Ujung abdomen
mengerucut
Nama hama Keterangan

Kupu-kupu Keterangan hama:

 Nama hama:
Kupu-kupu
(Rhopalocera.)
 Famili:
Papiliodinae, Pieriddae,
Lycaenidae, Nymphalidae,
Riodinidae
 Ordo
Lepidoptera
 Filum:
Arthropoda

Keterangan gambar:

1. Antena
2. Proboscis
3. Legs
4. Abdomen
5. Hind wing
6. Fowering
7. Head
8. Compound eye

4.2. Pembahasan
Belalang kayu (Valanga nigricornis) merupakan salah satu hama perusak
daun yang menyerang bibit kelapa sawit. Pengendalian hama belalang
umumnya menggunakan insektisida, namun dapat menyebabkan dampak
negatif seperti resistensi hama dan pencemaran lingkungan. Bioinsektisida
menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk pengendalian yang lebih
ramah lingkungan dan tepat sasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan bahan alternatif bioinsektisida untuk pengendalian hama
belalang, mengetahui pengaruh bioinsektisida terhadap waktu kematian,
kondisi fisik, dan presentase serangan hama belalang, serta mengetahui
kandungan senyawa alelokimia yang terdapat pada ekstrak batang brotowali.
Pemberian bioinsektisida dari ekstrak batang brotowali berpengaruh nyata
terhadap waktu kematian, namun belum berpengaruh nyata terhadap
persentase serangan hama belalang.(Vera dkk,2022).
Belalang kayu menyerang pada jenis tanaman kelompok Graminae yaitu
padi, jagung, sorgum, tebu, alang-alang, gelagah, dan ber bagai jenis rumput.
Selain itu, belalang juga menyukai daun kelapa, bambu, kacang tanah, petsai,
sawi, dan kubis daun. Tanaman yang tidak disukai antara lain adalah kacang
hijau, kedelai, kacang panjang, ubi kayu, tomat, ubi jalar, dan kapas.
Tipe alat mulut menggigit mengunyah Terdiri dari sepasang bibir, organ
penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai
penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Cirri yang
ditimbulkan dari belalang kayu dengan tipe mulut ini adalah sebagian
tanaman hilang bahkan habis karena digigit dan dikunyah oleh belalang kayu
ini. Serangan belalang kayu ini bisa dikendalikan dengan cara biologis,
kiawi, mekanik atau fisik, secara kultur teknis atau dengan menggunakan
pestisida nabati
Siklus kepik meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar,
dan stadium imago. Imago berbadan panjang dan berwarna kuning
kecokelatan dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi. Imago datang
pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai berbunga dengan
meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor
imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4– 47 hari. Imago
jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan
ramping dengan panjang 11– 13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang
13–14 mm. Telur R. linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak
cekung, ratarata berdiameter 1,20 mm (Tjahjadi, 2008). Kepik menyerang
dengan cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji
tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yang
diserang kepik ini menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil
berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut akan membusuk (Tjahjadi, 2008).
Hama ini menyerang polong dan menghisap isinya. apabila polong yang
diserang telah berisi akan tampak bintik-bintik hitam, dan jika polong
tersebut terbuka akan tampak biji kehitam-hitaman, kosong, dan gepeng.
pemberantasan kepik polong sama dengan penggerek polong. Oleh karena
itu, pemberantasan penggerek polong berarti juga pemberantasan kepik. Pada
polong muda menyebabkan biji kempis dan kadang-kadang polong gugur.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong menyebabkan biji dan
polong kempis, kemudian mengering. Serangan yang terjadi pada fase
pengisian biji menyebabkan biji busuk dan menghitam. Serangan polong tua
menyebabkan adanya bintik hitam pada biji. Imago mulai datang di
pertanaman sejak pembentukan bunga, akibat serangannya menyebahkan biji
dan polong kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam; kulit
biji keriput, dan adanya bercak coklat pada kulit biji.
Thrips ini berwarna kuning pucat dengan 7 ruas antena. Pada bagian
kepala terdapat susunan mata majemuk. Pada pronotum (belakang mata)
terdapat 2 pasang seta posteroangular dan pada bagian sisi belakang terdapat
3 pasang seta. Bagian dada memiliki pola garis memanjang yang tidak
beraturan dengan garis melengkung dan melintang. Perut terdiri atas 11 ruas,
sayap depan berwarna pucat dengan venasi pertamater dapat seta lebih sedikit
dari pada venasi kedua. (Rada dan silvia,2022)
Hama thrips (Thrips sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani,
terutama petani cabai. Terdapat beberapa jenis thrips yang sudah dikenal
seperti Thrips tabaci (thrips bawang), Thrips fuscipennis (thrips mawar),
Thrips palmi (thrips melon ) dan Thrips parvispinus (thrips cabai).Thrips
memiliki panjang sekitar 1-1,2 cm, berwarna hitam dengan garis merah pada
bagian tubuhnya. Pada fase nimfa, thrips ini memiliki warna putih
kekuningan dan tidak memiliki sayap. Sementara thrips dewasa atau imago
memiliki sayap dan juga rambut yang berumbai-rumbai. Gejala khas dari
serangan hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna
keperakan. Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan
hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat
muda. Serangan virus ini menyebabkan munculnya bercak kuning di atas
permukaan daun yang perlahan meluas hingga seluruh permukaan daun
menguning, bentuk daun menjadi lebih kecil dari ukuran normal, daun
melengkung ke dalam, daun kaku keriting dan sebagian besar menjadi
rontok.
Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang
tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik' (lepis,
sisik dan pteron, sayap). Secara sederhana, kupu-kupu dibedakan dari
ngengat alias kupu-kupu malam berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri
fisiknya. Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang (diurnal), sedangkan
ngengat kebanyakan aktif di waktu malam (nocturnal). Kupu-kupu
beristirahat atau hinggap dengan menegakkan sayapnya, ngengat hinggap
dengan membentangkan sayapnya. Kupu-kupu biasanya memiliki warna
yang indah cemerlang, ngengat cenderung gelap, kusam atau kelabu. Meski
demikian, perbedaan-perbedaan ini selalu ada perkecualiannya, sehingga
secara ilmiah tidak dapat dijadikan pegangan yang pasti (Tjahjadi, 2008).
Bagian-bagian utama dari tipe alat mulut yaitu probocis yang
mempunyai saluran yang panjang bentuknya bergulung seperti coil apabila
tidak digunakan tidak memanjang, apabila digunakan untuk memakan maka
akan memanjang. Kupu-kupuberbeda dengan nimfanya, mulai dari bentuk
tubuh hingga tipealat mulut, nimfa kupu-kuu bebentuk ulat dan mempunyai
tipe mulut penggigit-pengunyah.Sedangkan kupu-kupu mempunyai tipe
mulut penghisap.
Gejala yang ditimbulkan oleh larva kupu-kupu hampir sama dengan
belalang. Ulat akan memakan batang dan daun tumbuhan. Sedangkan kupu-
kupu dewasa menimbulkan gejala batang dan daun akan menguning dan tak
lama kemudian isi dari polong akan kosong. Teapi dalam pemanfaattannya
kupu kupu juga membantu dalam penyerbukan bunga, sehingga kupu kupu
sebagian besar tidak di katakan hama.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari dilakukannya praktikum ini adalah berikut:
Hama yang paling banyak menyerang tanaman adalah dari kelas serangga,
terutama filum Arthtropoda. Hama menyerang tidak hanya di satu titik
tempat yang sama, begitupun hejala dan bentuk kerusakan yang ditimbulkan
juga berbeda-beda tergantung tipe-tipe mulut hama. Seperti, tipe mulut
pengigit-pengunyah, pencucuk-penghisap, pemarut-pengisap, dan pengisap.
Dengan mempelajari tipe mulut hama dan bentuk kerusakannya, maka kita
akan bisa menentukan cara pengendaliannya dan juga binatang apa yang
menyerang.. Pada specimen Belalang Kayu (Valanga higricornis), famili
(Acrididae), Ordo (Orthophera),filum (Artopoda) dan memiliki tipe alat
mulut penggigit-pengunyah, bentuk kerusakan :adanya daun dan adanya
bekas dimulai dari pinggiran daun dan adanya bekas gigitan pada bagian
tengah daun. Pada specimen Kepik Hijau (Nezala viriduna L.), famili
(Pentatomidae), Ordo (Hemiptera), Filum (Arthopoda) memiliki tipe mulut
penusuk-penghisap. Pada specimen Thrips (Thysanoptera), Famili
(Thripidae), ordo (thysanoptera), Filum (Arthopoda),dan memilki tipe alat
mulut penusuk-penghisap, bentuk kerusakan : bercakmerah/coklat/hitam
bintil pada daun atau buah. Pada specimen kupu-kupu (Lepidoptera), Famili
(Nymphalidae),Ordo (Lepidoptera), Filum (Arthopoda), dan memiliki tipe
alat mulut penghisap dan bentuk kerusakan: pada kupu-kupu dewasa tidak
menyebabkan kerusakan akan tetapi larvanya yang memakan daun sehingga
dauun mengalami kerusakan

5.2. Saran
Saat jalannya praktikum, praktikan harus lebih mengdengarkan penjelasan
dari Co-Ass mengenai acar praktikum agar praktikum lebih berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, 2009. Morfologi Hama Dan Penyakit . Usaha Nasional. Surabaya.

Hansamunahito, 2008. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Jakarta : Bumi


Aksara.

Hidayat. 2011. Anatomi Luar dan Morfologi. Erlangga. Jakarta.

Mulyaman, 2008. Hama Dan penyakit Pada Tanaman. Erlangga. Jakarta

Nonadita, 2007. Ordo-Ordo Serangga. Jakarta : Erlangga.

Rada, Silvia. POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN HAMA THRIPS


(Thrips palmi) PADA TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)
YANG DITANAM PADA MUSIM PENGHUJAN DENGAN PERLAKUAN
BERBAGAI DOSIS PUPUK PETROGANIK. Diss. Universitas Mataram, 2022.

Sastrahidayat, I. R. 2015. Strategi Pengendalian Organisme Pengganggu


Tanaman dalam Usaha Pertanian di Daerah Tropika Basah. Malang :
University of Brawijaya.

Sudarmo, 2010. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan.


Kanius. Yogyakarta.

Tjahjadi, N. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakart : Kanisius.

Triharso. 2008. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta.

Untung, K. 2015. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi ke 2. Yogyakarta :


UGM. Press.

Vira, Irma Sari, Mudasir Mudasir, and Madusari Sylvia. "Pengendalian hama
belalang (Valanga nigricornis) dengan bioinsektida batang Brotowali
(Tinospora crispa)." Jurnal Pengelolaan Perkebunan 3.2 (2022): 46-53.
LAMPIRAN

Specimen

Anda mungkin juga menyukai