Anda di halaman 1dari 8

Nama : Baiq Kamelia Rahma Sari

NIM : E1A019019

Kelas : A

Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Entomologi

1. Mengapa mempelajari entomologi penting?


Entomologi merupakan cabang ilmu biologi yang fokus mempelajari serangga. Manfaat
mempelajari entomologi adalah untuk mengetahui hubungan yang terjalin antara serangga
dan manusia. Hal ini tak dapat dipungkiri karena kehidupan sehari-hari manusia tak lepas
dari hubungan dengan serangga. Pada saat ini serangga telah banyak dikaitkan dengan
berbagai aspek kehidupan, misalnya kedokteran/kesehatan, kehutanan, perkotaan, pertanian,
forensik, dan lainnya. Ilmu entomologi ini juga dapat bermanfaat dipekuliahan dikarenakan
jenis serangga yang bermacam-macam hal tersebut juga yang mendasari ilmu entomologi ini
dapat bermanfaat bagi para mahasiswa untuk mendapatkan judul skripsi. Mempelajari
entomologi juga dapat membantu para petani dalam mengurus masalah hama karena  dengan
mempelajari sumber masalahnya para petani dapat mengetahui solusi yang tepat. Akar
masalah dalam hal ini serangga perlu dikenali spesies apa saja yang potensial menjadi hama
tanaman budidaya. Jadi jika digabungkan secara umum mempelajari entomologi ini akan
sangat membantu keberlangsungan hidup sehari-hari.
2. Jelaskan dengan contoh peranan penting serangga dalam kehidupan sehari-hari!
Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan
suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Peranan
serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai pollinator, decomposer, predator,
parasitoid dan sebagai bioindikator bagi suatu ekosistem.
 Sebagai Pollinator
Dalam proses pollinator, serangga secara tidak langsung berperan dalam proses polinasi
karena serangga hanya bertujuan untuk mendapatkan nectar yang merupakan sumber
makanannya. Terjadinya polinasi karena secara tidak langsung serbuk sari menempel dan
terbawa pada tubuh serangga. Contoh serangga yang menjadi pollinator adalah kupu-
kupu, kumbang dan lebah.
 Sebagai Decomposer
Peran sebagai decomposer merupakan hal terpenting dalam sekomposisi tanah. Apabila
tidak ada serangga yang berperan didalamnya maka akan berdampak negative seperti
terjadinya wabah penyakit yang disebabkan kotoran hewan tersebut didapati telur-telur
vector penyakit, terjadinya pelambatan pertumbuhan bahkan kematian pada tanaman.
Contoh serangga yang dapat melakukan ini kumbang tahi. Kumbang ini memiliki
perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan disekitar feses dengan demikian kumbang
tahi sangat membantu dalam menyebarkan dan menguraikan feses sehingga tidak
menumpuk disuatu tempat. Dekomposisi tinja pada permukaan tanah oleh kumbang tinja
menyebabkan penurunan pH tanah setelah 9 minggu dan meningkatkan kadar nitrogen,
yodium, fosfor, magnesium, dan kalsium sampai 42-56 hari setelah peletakan tinja.
 Sebagai Predator
Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematode, protozoa, bahkan
sesame serangga lain. Ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis yang dimana larvanya
dapat menyerang hama penggerek yang berada dilubang tebu dan menghisap seluruh
cairan haemolimpnya sampai mati.
 Sebagai Parasitoid
Serangga yang beperan sebagai parasit dapat merugikan ternak dan manusia. Misalnya
Spalangia endius dan S. nigroaenea merupakan parasitoid yang meneyrang pupa lalat
rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya
hidup bebas. Secara umum parasitoid makanannya berupa nectar dan haemolim inang.
Haemolim inang digunakan dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan nectar
diperlukan sejak awal sebagai sumber energi.
 Sebagai Bioindikator bagi Suatu Ekosistem
Serangga termasuk hewan yang sangat responsive terhadap perubahan pada suatu
ekosistem. Maka dari itu serangga digunakan sebagai bioindikator suatu ekosistem.
Misalnya serangga akuatik selama ini paling banayk digunakan untuk mengetahui kondisi
pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari
ordo Ephemeroptera, Diptera, Trichoptera, dan Plecoptera yang kelimpahannya
mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar karena serangga ini tidak
dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Larva odonta juga berpotensi sebagai
bioindikator pencemaran air karena larva ini sangat sensitive terhadap perubahan kualitas
air. Jika kualitas air sungai sebagai habitatnya tercemar maka larva odonata akan mati.
 Sebagai Bahan Obat
Beberapa serangga berkhasiat sebagai obat. Misalnya pada undur-undur yang dapat
mengobati diabetes. Serangga ini mengandung zat sulfonylurea, kerja sulfonylurea pada
undur-undur adalah melancarkan kerja pancreas dalam memproduksi insulin.
 Sebagai Forensik
Pemanfaatan serangga untuk menginvestigasi sebuah kejahatan. Dalam hal ini teknik
yang digunakan adalah mengidentifikasi jenis jenis serangga pemakan bangkai
(nekrofagus) yang muncul pada korban kejahatan. Kemampuan serangga sebagai
perombak bahan organic termasuk mayat manusia, dimanfaatkan didalam bbidang
kedokteran forensic untuk mengetahui waktu kematian mayat.
 Sebagai Bahan Konsumsi
Serangga memiliki protein yang tinggi, energy, dan sejumlah vitamin dan mineral.
Serangga yang dikonsumsi biasanya seperti laron, capung, belalang, jangkrik, rayap, dan
ulat sagu.
3. Terangkan morfologi, struktur dan fungsi bagian tubuh serangga!
Umumnya serangga mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan silinder serta
simetris bilateral. Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga
bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak
beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada
(thorax), dan perut (abdomen).
A. Kepala (caput)
Kepala pada serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh. kepala
serangga berfungsi untuk mengumpulkan makanan, manipulasi, penerima sensoris dan
perpaduan saraf. Pada kepala serangga terdapat alat mulut,antena, mata majemuk, dan
mata tunggal.
a. Alat Mulut
Bagian mulut serangga tersusun atas labrum, sepasang mandibula, sepasang maksila,
labium dan hypofaring. Tipe bagian-bagian mulut serangga telah menentukan
bagaimana serangga itu makan. Menurut Jumar (2000), pada dasarnya bentuk mulut
pada serangga dapat digolongkan menjadi menggigit-mengunyah (Seperti pada: Ordo
Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan pada larva serangga), menusuk-menghisap
(seperti pada Ordo Homoptera dan Hemiptera), menghisap (seperti pada Ordo
Lepidoptera), menjilat-menghisap (seperti pada Ordo Diptera).
b. Antena.
Antena pada serangga bervariasi bentuknya dengan fungsi sebagai alat sensor. Borror
et al (1992) menyatakan bahwa fungsi antena pada serangga merupakan alat perasa
dan bertindak sebagai organ-organ pengecap, organ pembau, serta organ untuk
mendengar. Serangga mempunyai sepasang antena pada kepala dan biasanya tampak
seperti benang memanjang.
c. Mata Majemuk dan mata Tunggal (Ocelli).
Menurut Jumar (2000), serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu mata tunggal dan
mata majemuk. Mata tunggal dinamakan ocellus (jamak: ocelli). Mata tunggal dapat
dijumpai pada larva, nimfa, maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk sepasang
dijumpai pada serangga dewasa dengan letak masing-masing pada sisi kepala dan
posisinya sedikit menonjol ke luar, sehingga mata majemuk ini mampu menampung
semua pandangan dari berbagai arah. Mata majemuk (mata faset), terdiri atas ribuan
ommatidia.
B. Dada (toraks)
Toraks merupakan tagma (segmen) lokomotor tubuh dan toraks mangandung
tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Toraks terdiri atas tiga ruas, bagian anterior protoraks,
mesotoraks, dan bagian posterior metatoraks. Diantara serangga-serangga memiliki dua
pasang spirakel terbuka pada toraks. Spirakel yang satu berkaitan dengan mesotoraks dan
yang lain berkaitan dengan metatoraks. Meso dan metahoraks mengalami beberapa
perubahan yang berkaitan dengan penerbangan.
C. Sayap
Sayap-sayap serangga adalah pertumbuhan-pertumbuhan keluar dari dinding
tubuh yang terletak pada dorso-lateral antara notum dan pleura (Borror et al, 1992).
Mereka timbul sebagai pertumbuhan keluar seperti kantung, tetapi bila berkembang
dengan sempurna, maka akan berbentuk gepeng dan seperti sayap dan diperkuat oleh
suatu deretan rangka-rangka sayap. Pada serangga, sayap berkembang sempurna dan
berfungsi dengan baik hanya ada dalam stadium dewasa, kecuali pada Ordo
Ephemeroptera, sayap berfungsi pada instar terakhirnya.Tidak semua serangga memiliki
sayap. Serangga tidak bersayap digolongkan ke dalam sub kelas Apterygota, sedangkan
serangga yang memiliki sayap dimasukkan ke dalam golongan sub kelas Pterygota.
Sayap serangga juga mengalami modifikasi. Modifikasi sayap menurut Jumar
(2000), adalah sebagai berikut:
a. Pada Ordo Tysanoptera, sayap depan berupa rumbai.
b. Pada Ordo Coleoptera, sayap depan mengeras dan dinamakan elitra (tunggal: elitron).
Elitra berfungsi untuk melindungi sayap belakang yang berupa selaput (membran).
c. Pada Ordo Diptera, sayap depan berkembang sempurna, sedangkan sayap belakang
mengalami modifikasi menjadi struktur seperti gada yang disebut halter. Halter
berfungsi sebagai penyeimbang tubuh pada saat terbang.
d. Pada Ordo Hemiptera, sayap depan sebagian mengeras dan sebagian lagi tetap berupa
membran. Sayap depan ini disebut sebagai hemielitra (tunggal: hemielitron).
e. Pada Ordo Orthoptera, sayap depan berupa perkamen, diduga sebagai pelindung dan
disebut sebagai tegmina (tunggal: tegmen).
D. Kaki (tungkai)
Tungkai-tungkai thoraks serangga bersklerotisasi (mengeras) dan selanjutnya
dibagi menjadi sejumlah ruas. Secara khas, terdapat 6 ruas pada kaki serangga. Ruas yang
pertama yaitu koksa yang merupakan merupakan ruas dasar; trokhanter, satu ruas kecil
(biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur, biasanya ruas pertama yang panjang pada
tungkai; tibia, ruas kedua yang panjang; tarsus,biasanya beberapa ruas kecil di belakang
tibia; pretarsus, terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa
seta pada ujung tarsus. Sebuah bantalan atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut
arolium dan bantalan yang terletak di dasar kuku disebut pulvili.
Menurut Jumar (2000), tungkai-tungkai serangga mengalami modifikasi.
Sejumlah modifikasi tersebut adalah:
a. Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari.
b. Tipe fussorial, tungkai yang digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku
depan yang keras.
c. Tipe saltatorial, tungkai yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan pembesaran
femur pada tungkai belakang.
d. Tipe raptorial, tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkeram mangsa,
ditandai dengan pembesaran femur tungkai depan.
e. Tipe natatorial, tungkai yang berfungsi untuk berenang, ditandai dengan bentuk yang
pipih serta adanya sekelompok “rambut-rambut renang” yang panjang.
f. Tipe ambolatorial, tungkai yang berfungsi untuk berjalan ditandai dengan femur dan
tibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lainnya. Bentuk ini merupakan bentuk
umum tungkai serangga.
E. Perut (abdomen)
Pada umumnya abdomen serangga terdiri dari 11 segmen metameri. Tiap segmen
metamer memiliki satu sklereit dorsal tergum satu sklereitventral sternum dan satu
selaput daerah lateral pleuron. Abdomen merupakan tempat organ dalam berada, yang
mana fungsi-fungsi fisiologis tubuh berada di sana. Bagaimana pun sistem itu mulanya
berasal dari saluran yang dimulai dari bagian kepala, melewati thoraks dan salurannya
sampai sejauh mana pada abdomen. Alat kelamin serangga biasanya terletak pada atau
kira-kira pada ruas abdomen 8 dan 9. Ruas-ruas ini memiliki kekhususan yang berkaitan
dengan kopulasi dan peletakan telur.
4. Jelaskan dengan contoh cara cara mengoleksi serangga!
Untuk mengoleksi serangga, diperlukan alat-alat bantu untuk menangkap serangga
tersebut karena serangga memiliki gerakan yang sangat cepat. Alat-alat bantu untuk
menangkap serangga dapat berupa jaring, aspirator ataupun berupa perangkap serangga. Ada
dua metode pengawetan pada serangga yaitu:
a. Pengawetan Kering
 Dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh keras (umumya fase imago)
dengan cara di pin (ditusuk dengan jarum preparat atau di karding)
 Perlu dilakukan proses pengeluaran isi perut atau ‘gutting’ sebelum serangga di pin
 Perlu hati-hati jangan sampai sambungan anterior dan posterior patah.
b. Pengawetan Basah
 Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh lunak
[umumnya fase larva] dilakukan dengan cara menyimpan serangga didalam botol
yang telah diisi dengan alkohol 80%
 Spesimen yang diawetkan dalam alkohol harus disimpan dalam botol gelas dengan
tutup yang rapat

Setiap serangga memiliki kekhasan cara pengawetan, secara umum dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Lepidoptera
Tusuk pada bagian garis tengah mesothorax untuk serangga dewasa; atur kedua sayapnya
dengan ketentuan sayap depan bagian posterior tegak lurus dengan badan, sayap kedua
menyesuaikan. Pengaturan posisi sayap dilakukan pada span block. Larva diawetkan
dalam 80% ethanol. Contoh : Kupu-kupu
b. Orthoptera
Matikan belalang dewasa dalam botol pembunuh. Tusuk pada bagian kanan mesothorax
(biasanya pada dasar sayap depan bagian kanan); bentangkan sayap bagian kiri dengan
pinggir anterior sayap belakang membentuk garis tegak lurus dengan tubuh; atur kaki
antena yang panjang diatur menjulur ke belakang di atas tubuh. Contoh : Belalang Kayu
c. Mantodea
Matikan dalam botol pembunuh, untuk nimfa awetkan dalam 80% ethanol. Tusuk dengan
jarum serangga pada garis tengah mesothorax bagian kanan dan kembangkan sayap
depan dan belakang sebelah kiri dengan pinggir anterior sayap belakang membentuk
garis tegak lurus dengan tubuh. Contoh : Belalang Sentadu
d. Coleoptera
Tusuklah pada anterior elytron sebelah kanan sehingga jarum keluar diantara coxa tengah
dan belakang; atur kaki sehingga ruas-ruas tarsi dapat terlihat dengan jelas. Spesies
dengan ukuran sangat kecil dikarding dengan cara menempelkan bagian tengah thorax
pada ujung kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larva diawetkan dalam
80% ethanol. Contoh : Kumbang Epholcis
e. Hymenoptera
Tusuk pada bagian kanan garis tengah mesothorax; atur sayapnya agar terlihat jelas
venasinya. Spesies yang kecil dan atau semua jenis semut perlu dikarding dengan cara
menempelkan bagian tengah thorax (antara sepasang kaki depan dengan sepasang kaki
tengah) pada ujung kertas segitiga; posisi kepala berada disebelah kiri. Larvanya
diawetkan dalam 80% ethanol. Contoh : Lebah
5. Terangkan tentang pertumbuhan dan perkembangan serangga!

Anda mungkin juga menyukai