Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

TIPE ALAT MULUT SERANGGA DAN KERUSAKAN YANG


DITIMBULKANPADA TANAMAN

BAB I
PENDAHULUAN

Serangga merupakan salah satu makhluk hidup yang mempunyai berbagai macam
peranan dan memiliki karakteristik tersendiri. Serangga juga mempengaruhi ekosistem lain,
sehingga serangga sangat penting dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Namun
serangga juga berpengaruh di dunia pertanian yaitu dalam menimbulkan kerusakan pada
tanaman. Penyebab hama sebagian besar adalah berasal dari golongan serangga, namun
demikian serangga yang berperan sebagai hama ternyata hanya 1-2 persen saja, sedangkan
sisanya yang 98-99 persen adalah merupakan serangga berguna yang dapat berperan sebagai
parasitoid, predator, penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), dan serangga industry.
Menurut banyak ahli entomologi, serangga terdiri 30 ordo, namun hanya 13 ordo yang
merupakan ordo penting dalam perlindungan tanaman. Pengenalan gejala serangan hama
sangat penting untuk diketahui karena untuk menentukan penyebab umumnya lebih mudah
diketahui dari gejala serangannya atau perilaku serangga tersebut.
Pengertian lain tentang hama merupakan semua serangga maupun binatang yang
aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara
ekonomis. Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing,
diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah,
menjilat, menusuk, mengisap, menggerek. Perilaku serangga hama merusak tanaman
sehingga merugikan pertanian seperti serangga yang menyerang yaitu menggerek, melubangi,
menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru pada
akar tanaman sehingga proses pengisapan/penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain
terganggu. Kemudian pada saat serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap
cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada batang atau
cabang dan ranting sehingga pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti

1
sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau mati. Saat serangga menyerang pada bagian
daun dapat menyebabkan proses fotosintesis terganggu (terhambat), pada bagian buah atau
biji sehingga buah rusak ataupun bijinya hampa. Serangga menyerang atau merusak
(menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan
bengkak atau puru) pada titik tumbuh tanaman. Serangga juga sebagai vektor atau penular
penyakit tanaman yaitu dengan mengambil bagian-bagian tertentu tanaman untuk dijadikan
sarang atau tempat meletakkan telur, sehingga merusak tanaman dan juga membawa serangga
jenis lain yang berpotensi menjadi hama bagi tanaman.

Pada praktikum ini memiliki tujuan yaitu:


1. Mahasiswa dapat melakukan pengamatan ragam alat mulut serangga dan bagian-
bagian penyusunnya
2. Mahasiswa dapat memperkirakan kerusakan yang timbul pada tanaman budidaya dan
potensi serangga yang menyebabkan kerusakan berdasarkan tipe alat mulutnya

2
BAB II
DASAR TEORI

Tanaman sebagai salah satu bahan makanan merupakan kebutuhan pokok manusia
untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Kebutuhan akan pangan menjadi penting
untuk diperhatikan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia disamping sandang dan
papan. Pada jaman dahulu manusia memenuhi kebutuhannya akan pangan dari berburu
hewan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Peradaban yang semakin maju dan
berkembang menjadikan kegiatan berburu dan mengumpulkan bahan makanan berubah
menjadi kegiatan bercocok tanam atau budidaya. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik budidaya tanaman pangan yang tepat dan
benar, karena dengan teknik budidaya yang tepat dan benar diharapkan hasil tanaman pangan
akan meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat. Dampak penanaman tanaman pada
suatu kawasan yang semula multikultur dengan monokultur menyebabkan ketimpangan
dalam jaring rantai makanan. Salah satu dampaknya ialah adanya kerusakan pada tanaman
budidaya kita yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT).
Organisme pengganggu tanaman dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan atas
ukuran tubuhnya ialah hama dan penyakit. OPT kelompok hama merupakan binatang dengan
ukuran tubuh yang dapat kita lihat dengan mata kepala secara langsung (makroorganisme).
Sedangkan OPT yang bentuk dan ukuran tubuhnya tidak dapat kita lihat dengan mata
telanjang melainkan dengan pengamatan bantuan mikroskop (mikroorganisme)
dikelompokan kedalam golongan penyakit tanaman.
Orthoptera berasal dari (ortho) lurus dan (ptera) sayap. Ordo ini membawahi
kelompok insecta yang mempunyai sayap lurus. Habitat hidup di rerumputan dan tempat
kering, misalnya, batu-batuan, tanah kering, dan lain-lain. Mata majemuk atau sederhana,
antena cukup panjang. Femur kaki belalang besar, bertipe mulut mengigit dan mengunyah.
Sayap depan lurus dan kuat biasanya untuk melindungi pasangan, sayap belakang lebih
beasar dan tipis seperti membran. Pasangan sayap belakang ini saat istirahat dilipat dibawah
sayap depan dan saat berkembang seperti membran. Hewan ini mempunyai tipe pertumbuhan
metabolisme tidak sempurna. Cara jalan dengan meloncat dan dibantu dengan terbang pendek
(Rahayu, 2004).
Ordo Lepidoptera mencakup ngengat (moth) dan kupu-kupu (butterfly). Perbedaan
kupu-kupu dan ngengat yaitu berdasarkan waktu aktifnya dan ciri-ciri morfologinya.
Umumnya, kupu-kupu aktif disiang hari (diurnal), sedangkan ngengat aktif dimalam hari

3
(nocturnal). Kupu-kupu beristirahat atau hinggap dengan cara menegakkan sayapnya,
sehingga tampak permukaan bawah dari sayapnya. Ngengat hinggap dengan sayap terlipat
horizontal diatas tubuh. Kupu-kupu biasanya memiliki warna yang indah dan cerah
sedangkan ngengat cenderung gelap (cokelat dan abu-abu). Antenna kupu-kupu berbentuk
benang (filiform) dan membesar diujungnya, sedangkan hamper semua ngengat memiliki
antenna seperti bulu burung seperti sisir (Triplehorn, 2005).
Ordo Hemiptera, hemi artinya "setengah" dan pteron artinya "sayap". Ordo Hemiptera
atau bangsa kepik memiliki anggota yang besar dan sebagian besar anggotanya bertindak
sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago), namun beberapa diantaranya ada yang
bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain, anggota ordo ini umumnya
memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan.
menebal pada bagian pangkal dan bagian ujung membranus yang disebut Hemelytra. Pada
bagian kepala dijumpai adanya mata facet dan occeli (Hansamunahito, 2006).
Ordo Homoptera homo artinya "sama" dan pteron artinya "sayap" serangga golongan
ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga ini mempunyai dua
bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Tipe metamorfose sederhana.
(paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia: telur menjadi nimfa dan menjadi
dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat
mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala.
Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu, anggota ini secara morfologi mirip dengan
anggota ordo hemiptera namun yang membedakannya yaitu pada bagian sayap depan dan
tempat pemuncuan rostumnya (Rioardi, 2009).
Diptera berasal dari kata di (dua) dan pteron (sayap), artinya merupakan bangsa lalat,
nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang
telah berubah menjadi halter yang multi fungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui
arah angin, dan alat pendengaran. Misalnya lalat buah (Dacus. sp) (Rioardi, 2009).
Kepala jenis serangga ini mudah bergerak dan memiliki mata majemuk berukuran
besar. Tipe mulutnya menusuk, menghisap, dan menjilat. Larvanya tidak bertungkai,
kepalanya berukuran kecil, sifat larva dalam setiap famili sangat berbeda. Kadang kadang
larva dari ordo Diptera disebut belatung. Ordo Diptera mengalami metamorfosis sempurna
dengan tipe holometabola. Ordo Diptera meliputi golongan nyamuk dan lalat (Rioardi, 2009).
Ordo Diptera hanya memiliki satu pasang sayap, yaitu sayap depan. Sepasang sayap belakang
telah mengalami modifikasi membentuk halter yang merupakan alat keseimbangan,

4
mengetahui arah angin, dan alat pendengar. Alat mulut imago Diptera bertipe menusuk
mengisap, seperti nyamuk atau menjilat mengisap, seperti lalat rumah. Tipe perkembangan
Diptera adalah holometabola (Herlinda, 2015).
Trips (ordo Thysanoptera) merupakan serangga kecil dengan panjang 0,5–5 mm,
namun beberapa jenis di daerah tropika panjangnya dapat mencapai 14 mm (Borror et al.
1996; Antonelli 2003).
Trips yang telah teridentifikasi di dunia sekitar 6500 jenis, sedangkan di Indonesia
hingga saat ini baru sekitar 448 jenis (Zur 1994; Sartiami & Mound 2013; CSIRO 2015).
Sebagian besar jenis trips yang telah teridentifikasi di Indonesia termasuk ke dalam subordo
Tubulifera, suku Phlaeothripidae (Zur 1994; Sartiami & Mound 2013).
Informasi mengenai jenis trips yang termasuk ke dalam subordo Terebrantia terutama
suku Thripidae di Indonesia masih sangat diperlukan, mengingat anggota suku Thripidae
banyak berperan sebagai hama dan vektor penyakit pada tanaman hortikultura (Oparaocha &
Okigbo 2003; Alston & Drost 2008; Riley et al. 2011). Keberadaan trips anggota suku
Thripidae di wilayah Jawa Barat yang merupakan sentra produksi tanaman hortikultura
terbesar di Indonesia hingga kini masih menjadi permasalahan yang cukup serius, terutama
pada tanaman-tanaman yang termasuk ke dalam suku Fabaceae, Rosaceae, dan Solanaceae
(Sartiami 2008; Sartiami & Mound 2013). Serangan trips yang tinggi pada suatu area
pertanaman dapat mengakibatkan kehilangan hasil panen sebesar 13–64%. Kerusakan bahkan
dapat mencapai 100% bila pertanaman terserang Tospovirus karena tanaman yang terinfeksi
menjadi kerdil dan mati (Riley et al. 2011; Pappu & Rauf 2013).
Ordo Hymenoptera parasitoid pada serangga hama yang dominan ditemukan pada
agroekosistem kedelai adalah Aphelinidae, Eulophidae, Mymaridae, Pteromalidae,
Tripschogrammatidae, Braconidae, Ichneumonidae, Platygasteridae, dan Scelionidae.
Serangga parasitoid yang banyak dijumpai pada agroekosistem kedelai tergolong famili
Eulophidae, Braconidae, dan Pteromalidae. Di samping itu, dalam jumlah yang sedikit
ditemukan Mymaridae, Ceraphronidae, Dryinidae, Trichogrammatidae, Eucoilidae, dan
Ichneumonidae (Purwanta dan Rauf, 2000).
Beberapa parasitoid hama penting pada tanaman kedelai yang berasal dari Ordo
Hymenoptera seperti Braconidae, Ichneumonidae, Scelionidae, dan Chalcididae. Parasitoid
dari famili Ichneumonidae juga diketahui sebagai parasitoid larva dari ordo Lepidoptera
(Dang et al., 2011).

5
BAB III
METODE

1. Penjelasan mengenai metode pengumpulan/pencarian serangga untuk diamati saat


praktikum yang ditemukan di berbagai tempat seperti lahan perkebunan dan sawah
dari tanggal 14 September – 12 Oktober 2023. Pencarian dilakukan di Kota Salatiga
dan sekitarnya.
2. Pengamatan serangga dilakukan pada tanggal 15 September – 6 Oktober 2023.
Praktikum pengamatan serangga dilakukan setiap seminggu sekali dengan berbagai
jenis ordo yang berbeda tiap minggunya. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi Tanaman, Fakultas Pertanian dan Bisnis, UKSW. Dengan menggunakan alat
seperti mikroskop, lampu, Hp (dokumentasi foto), petridish, pinset dan jarum untuk
mengamati setiap bagian dari serangga yang diamati.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Ordo orthoptera
Tipe alat mulut menggigit mengunyah pada serangga khususnya belalang.
Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera dengan
jumlah spesies 20.000. Belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem
terestrial. Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan. Mereka makan
hampir setiap tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan. (Prakoso 2017).
Belalang memiliki tipe alat mulut menggigit mengunyah (mandibulata). Pada
serangga tipe ini mandibelnya berfungsi sebagai alat untuk memotong makanan dan
mengunyahnya. Maksila untuk memegang dan juga ikut menghancurkan makanan.
Gejala kerusakannya berupa sobekan pada daun, lubang-lubang pada daun, gerekan
pada buah atau batang.
2. Ordo Lepidoptera
Tipe alat mulut menghisap pada serangga khususnya kupu-kupu, memiliki tipe
alat mulut menghisap yang terdiri dari bagian mandibula (rahang bawah) dan maksila
(rahang atas). Fungsi dari setiap bagian tipe alat mulut menghisap. Mandibula (rahang
bawah) fungsi awalnya sebagai alat penggigit namun tereduksi sedangkan maksila
(rahang atas) teradaptasi sebagai alat pengisap yang berbentuk belahan tabung yang
bersatu disebut probosis dan tersegmentasi menjadi tiga bagian dengan bagian
pelengkap Palpus labialis. Jika tidak digunakan probosisnya tergulung dan dapat
dijulurkan kembali untuk mengisap nektar bunga. Palpus labialis terdiri dari
serangkaian kemoreseptor kecil yang sangat sensitif dan diguanakan sebagai alat
peraba, kerusakan yang disebabkan oleh ordo Lepidoptera yaitu penyakit kerat paru
pada sengon (Triyogo, 2012).
Kupu-kupu memiliki peran terhadap lingkungan. Peran tersebut yaitu sebagai
bioindicator lingkungan, pollinator, dan inspirasi teknologi. Kupu-kupu yang
berwarna cerah menunjukan bahwa lingkungan tersebut asri. Namun jika kupu-kupu
berwarna kusam atau gelap berarti menunjukkan bahwa lingkungan tersebut sudah
tercemar. Warna kusam menandakan adaptasi yang dilakukan oleh kupu-kupu
terhadap lingkungannya, kupu-kupu menjadi inspirasi inovasi teknologi yaitu dengan
menginspirasi pengusaha tekstil membuat bahan tesktil yang elegan dan susunan scale
bertumpuk menjadi inspirasi terciptanya alat menyerap energi surya (IPB, 2016).

7
Pada fase larva, ordo lepidoptera memiliki tipe mulut mengunyah, namun pada
saat menjadi imago, alat mulutnya berubah menjadi tipe mulut menghisap. Penggerek
batang putih (Scirpophaga innotata) memiliki bentuk imago yaitu sayap ngengat
berwarna putih dengan ukuran betina 13 mm dan jantan 11 mm, gejala yang
ditimbulkan dari serangan hama penggerek batang umumnya ada 2 jenis yaitu sundep
dan beluk. Untuk gejala sundep dimulai dengan ngengat merusak tanaman padi
sebelum memasuki fase vegeratif, pucuk batang padi menjadi kering kekuningan serta
mudah untuk dicabut, sedangkan untuk gejala beluk dampak serangan menyebabkan
bulir padi menjadi hampa karena proses pengisian biji yang tidak sempurna.

3. Ordo Homoptera
Struktur sayap depannya menebal pada bagian dasar dan pada bagian ujung
berupa membran. Bagian dasar terdiri atas korium dan klavus yang dipisahkan oleh
sutura klavus. Hal ini berbeda dengan struktur pada sayap belakang. Sayap belakang
ordoordo hemiptera hemi artinya “setengah” dan pteron artinya “sayap” bangsa kepik
memiliki anggota yang besar dan sebagian besar anggotanya bertindak sebagai
pemakan tumbuhan (baik nimfa atau imago), namun beberapa diantaranya ada yang
bersifat predator yang menghisap cairan tubuh serangga lain, anggota ordo ini
umumnya memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak bersayap).
Sayap depan menebal pada bagian pangkal dan bagian ujung membranus yang disebut
hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya mata facet occeli (Hansamunahito,
2006).
Homoptera berupa membran, kemudian bentuknya lebih ramping dan lebih
pendek daripada sayap depan. Saat istirahat sayap belakang dilipat di atas abdomen
dan ditutupi oleh sayap depan, sedangkan sayap depan yang berupa membran akan
saling berhimpit, dengan tipe alat mulut menusuk–menghisap ini, kepik menancapkan
mulutnya yang seperti jarum dan menghisap sari makanannya dari dalam batang
pohon. Pada tipe mulut menusuk menghisap ada bagian yang paling menonjol yaitu
labium, yang berfungsi sebagai selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat
runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan penghisap cairan sebagai makanan.
Keempat stilet tersebut berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan
suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah. Gejala yang diakibatkan
oleh serangan serangga ini adalah timbulnya bintik-bintik putih atau kuning yang

8
disebabkan cairan daun telah diisap oleh kepik. Apabila bintik tersebut berjumlah
banyak, akan terjadi bercak yang cukup lebar, dan pada serangan yang lebih lanjut
tanaman tidak akan memiliki hijau daun lagi, sehingga daun akan mati.
4. Ordo diptera
Berasal dari kata di yang berarti dua dan ptera yang berarti sayap. Artinya
ordo ini memiliki dua sayap. Contoh dari ordo ini adalah lalat dan nyamuk. Stadium
dewasa ordo ini memiliki sepasang sayap depan, sedangkan sepasang sayap belakang
telah berubah menjadi halter. Hal ini sesuai dengan literatur Rioardi (2009). diptera
berasal dari kata di (dua) dan pteron (sayap), artinya merupakan bangsa lalat, nyamuk
meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap
belakang telah berubah menjadi halter yang multi fungsi sebagai alat keseimbangan,
untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran. Pada permukaan labellum
terdapat banyak sekali rambut-rambut dan lubang-lubang kecil untuk mengisap cairan
pakannya.
Fungsi tipe mulut menjilat–menghisap bagi lalat adalah mengubah makanan
yang memiliki tekstur keras menjadi lebih lunak. Proses ini dilakukan lalat dengan
mengeluarkan air liurnya. Setelah makanan menjadi lunak, lalat kemudian
menghisapnya.
Stadium hama yang banyak merugikan tanaman adalah larvanya. Larva ordo
Diptera sering disebut belatung atau tempayak. Tipe alat mulut tempayak adalah
menggigit-mengunyah. Umumnya tempayak menyerang tanaman dengan cara
menggerek dan masuk ke bagian dalam tanaman, kemudian memakan bagian dalam
tanaman tersebut. Akibat serangannya bisa menim-bulkan perubahan bentuk,
pembusukan, atau pertumbuhan tanaman ter-hambat (kerdil).
5. Ordo Thysanoptera
Salah satu serangga yang termasuk dalam ordo Thysanoptera adalah trips.
Trips (ordo Thysanoptera) merupakan serangga kecil dengan panjang 0,5–5 mm,
namun beberapa jenis di daerah tropika panjangnya dapat mencapai 14 mm (Borror et
al. 1996; Antonelli 2003) (Thysanoptera: Tripidae) merupakan serangga kecil dan
langsing, panjang imago berkisar antara 1-2 mm. Tubuh terdiri atas kepala, toraks,
dan abdomen. Bagian toraksnya dibagi lagi menjadi protoraks, mesotoraks, dan
metatoraks. Bagian abdomen terdiri dari 11 segmen. Alat mulut terdiri dari satu
mandibular di sebelah kiri, dan dua maksila yang berkembang dengan baik, labrum di

9
depan, dan labium di belakangnya. Warna tubuh imago kekuningan. Telur berbentuk
ginjal dengan ukuran panjang ± 0,25 mm berwarna putih.
Gejala fisik dari serangan thrips yaitu adanya bercak-bercak putih atau
keperak-perakan/kekuning-kuningan terutama pada permukaan bawah daun. Serangan
berat daun menjadi berwarna coklat, mengeriting, dan menggulung sampai akhirnya
menjadi kering. Karena stadium dewasa thrips memiliki tipe alat mulut menusuk
menghisap
Thrips memiliki ukuran yang sangat kecil, sekitar 1-1,5 mm, berwarna abu-
abu atau coklat, serangga ini sering terlihat menempel pada buku-buku batang dan
daun muda. Gejala yang diakibatkan yaitu berupa timbulnya bercak abu-abu pada
permukaan daun dan merusak bunga sehingga bentuk bunga tidak menarik.
6. Ordo Hymenoptera
Tipe alat mulut menggigit–menghisap terdapat pada ordo hymenoptera. Salah
satu serangga yang termasuk dalam ordo hymenoptera adalah lebah. Bagian tubuh
lebah terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Tipe alat mulut menggigit-
menghisap pada lebah berfungsi sebagai gigi, digunakan untuk membuat sarang dan
pertahanan diri, dan terdapat glossa pada bagian tengah untuk mengisap cairan
makanan dan memberi makan larva. Labrum dan maxillae seperti bibir yang
mendukung belalai atau tabung untuk mengumpulkan nektar. Bila tidak digunakan,
bagian-bagian mulut memanjang dilipat kembali di bawah kepala yang digunakan
untuk mengunyah serbuk sari, memanipulasi lilin, menghadapi serangga penyusup
(musuh) dan bahaya lain yang mengancam.
Peran ordo Hymenoptera dalam ekosistem pertanian antara lain yaitu sebagai
predator (pemangsa ulat dan larva penggerek), parasitoid (parasit pada larva
pengegrek), polinator, serta sebagai bio-indikator kualitas suatu ekosistem atau
lingkungan.

10
BAB V
KESIMPULAN

Ordo Orthoptera tipe alat mulut menggigit mengunyah, salah satu serangga dari ordo
ini adalah belalang. Belalalng memilik tipe alat mulut menggigit mengunyah. Alat mulut
belalang terdiri dari labrum, labium, mandibula dan maxilla. Dengan gejala kerusakannya
berupa sobekan pada daun, lubang-lubang pada daun, gerekan pada buah atau batang.
Ordo Lepidoptera memiliki tipe alat mulut menghisap tipe alat ini terdiri dari bagian
mandibula (rahang bawah) dan maksila (rahang atas). Fungsi dari setiap bagian tipe alat
mulut menghisap. Untuk gejala sundep dimulai dengan ngengat merusak tanaman padi
sebelum memasuki fase vegeratif, pucuk batang padi menjadi kering kekuningan serta mudah
untuk dicabut, sedangkan untuk gejala beluk dampak serangan menyebabkan bulir padi
menjadi hampa karena proses pengisian biji yang tidak sempurna.
Ordo Homoptera contoh serangga kepik memiliki tipe alat mulut menusuk–
menghisap, ordo ini umumnya memiliki dua pasang sayap (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal dan bagian ujung membranus yang
disebut hemelytra. Pada bagian kepala dijumpai adanya mata facet occeli, Gejala yang
diakibatkan oleh serangan serangga ini adalah timbulnya bintik-bintik putih atau kuning yang
disebabkan cairan daun telah diisap oleh kepik. Apabila bintik tersebut berjumlah banyak,
akan terjadi bercak yang cukup lebar, dan pada serangan yang lebih lanjut tanaman tidak
akan memiliki hijau daun lagi, sehingga daun akan mati.
Ordo diptera tipe alat mulut menjilat menghisap, contoh dari ordo ini adalah lalat dan
nyamuk, diptera berasal dari kata di (dua) dan pteron (sayap), artinya merupakan bangsa lalat,
nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
Akibat kerusakan yang ditumbulkan yaitu bisa menim-bulkan perubahan bentuk,
pembusukan, atau pertumbuhan tanaman ter-hambat (kerdil).
Ordo Thysanoptera tipe alat mulut meraut menghisap, Salah satu serangga yang
termasuk dalam ordo Thysanoptera adalah trips. Trips (ordo Thysanoptera) merupakan
serangga kecil dengan panjang 0,5–5 mm, namun beberapa jenis di daerah tropika
panjangnya dapat mencapai 14 mm, tubuh terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Gejala
fisik dari serangan thrips yaitu adanya bercak-bercak putih atau keperak-perakan/kekuning-
kuningan terutama pada permukaan bawah daun. Serangan berat daun menjadi berwarna
coklat, mengeriting, dan menggulung sampai akhirnya menjadi kering.

11
Ordo Hymenoptera tipe alat mulut menggigit–menghisap dimana modifikasi dari
maksila dan labium yang memanjang dan menyatu serta ujungnya yang berbulu yang disebut
flabellum. Pada ordo Hymenoptera mempunyai siklus hidup holometabola (metamorfosis
sempurna) yang melalui 4 tahapan fase yaitu stadia telur, larva, pupa, dan imago (dewasa).
Peran ordo Hymenoptera dalam ekosistem pertanian antara lain yaitu sebagai predator
(pemangsa ulat dan larva penggerek), parasitoid (parasit pada larva pengegrek), polinator,
serta sebagai bio-indikator kualitas suatu ekosistem atau lingkungan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E, dkk. 2013. Perkembangan Metamorphosis Lalat Buah (Drosophilla
Melanogaster) Pada Media Biakan Alami Sebagai Referensi Pembelajaran
Pada Matakuliah Perkembangan Hewan. Jurnal Biotik. Vol: 1(1): 1-66.
Nugroho dan P. Susetys. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Yogyakarta:
Penerbit Kanisnis.
Pracaya, 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Secara Organik.
Yogyakarta: Kanisius.
Rimunandar, 1993. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Siwi dan P. Hidayat. 2004. Taksonomi dan bioekologi lalat buah penting Bactrocera spp
penting di indonesia. Bogor: BB-BIOGEN.
Valinta, S. 2021. Morfologi Jenis-jenis Serangga Pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di
Desa Perangai Kecamatan Merapi Selatan Kabupaten Lahat. Jurnal Indobiosains.
Vol. 3(1): 26-30.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai