Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU SERANGGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Entomologi

Disusun Oleh :
Dewi Purwanti
140410080050

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011
PERILAKU SERANGGA

Suatu aksi dan reaksi individu terhadap lingkungan dengan menggunakan


berbagai macam perubahan biasa disebut perilaku. Respon perilaku yang
dilakukan serangga dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Keuntungan
yang diperoleh bagi serangga ialah pertahanan hidup dan reproduksi, tetapi
perilaku yang tidak tepat menyebabkan kerugian berupa kematian,
ketidakberhasilan kawin, rendahnya jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dan
lain-lain. Beberapa jenis perilaku merupakan bentuk kerjasama antara hormone
dan mekanisme system saraf. Lebih lanjut, pada hewan kecil dan invertebrata,
beberapa saraf yang bertugas untuk mengkoordinasi respon potensial sangat
terbatas (otak semut terdiri dari 1 juta sel saraf, sedangkan otak manusia memiliki
100 juta sel saraf), dan investasi energi dalam fungsi dan pemeliharaan
cukup tinggi.

Berikut ini akan dijelaskan tipe atau jenis-jenis perilaku pada serangga :
1. Ritme
Ritme pada serangga lebih dikenal dengan nama ritme circadian. Ritme
circadian sering disebut juga sebagai jam biologis, yang memungkinkan
serangga menentukan kapan waktu beraktifitas dan beristirahat. "Jam" itu
sebenarnya berjalan sepanjang waktu, namun setiap kali perlu dicocokkan
dengan siklus siang dan malam.
Adanya suatu ritme pada serangga mengakibatkan pembagian dua
kelompok hidup pada serangga, yaitu diurnal atau serangga yang hidup selama
periode harian contohnya ialah nyamuk Aedes aegypti, dan nokturnal atau
serangga yang aktif pada malam hari contohnya ialah ngengat Spodoptera
litura dan kutu Cimex lactularius.

2. Perilaku Mencari Makan dan Permulaan Makan


Berdasarkan kebiasaan makan pada serangga, maka terdapat 4 tipe
serangga:
a. Fitopagus (pemakan jaringan tumbuhan), contohnya kumbang (family
Buprestidae, Scolytidae, dan Curculionidae), semut-semut kayu, dan
rayap. Pemakan akar tumbuhan: ulat-kawat (Elateridae) lundi-lundi putih
(Scarabaeidae), nimfa cicada, berbagai aphid dan beberapa larva lalat.
b. Karnivora (pemakan jaringan hewan), contohnya kumbang tanah,
kumbang harimau, kumbang ladybird (pemangsa aphid), serangga sayap
renda (Chrysopidae), beberapa Hemiptera dan beberapa Diptera, seperti
lalat tungkai panjang, dan lalat tari.
c. Saprofagus (pemakan bahan organik yang telah mati dan juga
mikrorganisme), contohnya pada ordo-ordo Blattaria (kecoa), Isoptera
(anai-anai), Coleoptera, dan Diptera (terutama lalat muskoid). Pemakan
bangkai : kumbang bangkai (Silphidae), kumbang kulit (Dermestidae dan
Troginae), dan larva dari beberapa lalat (khususnya lalat hijau). Pemakan
tinja : kumbang tinja (Scarabaeidae, Histeridae, dll) dan larva lalat
(khususnya lalat muskoid).
d. Omnivora (memakan lebih dari 1 jenis makanan).

Terdapat dua pola perilaku makan pada serangga:


 Menemukan sumber makanan potensial. Serangga karnivora mendeteksi
perpindahan mangsa dengan mengandalkan indera penglihatan, walaupun
sinyal berupa getaran juga berpengaruh. Herbivora menggunakan
penglihatan atau bau busuk untuk mendeteksi sumber makanan. Beberapa
parasit, seperti nyamuk mendeteksi temperatur, karbon dioksida, dan bau
badan.

 Setelah sumber makanan ditemukan, terjadi proses penentuan makanan yang akan
dikonsumsi, biasanya dengan menggunakan organ reseptor di bagian mulut
(terutama di bagian palpi), antena atau tarsi, tergantung kepada jenis spesiesnya.
Lalat kuda (hose flies) merasakan makanan dengan menggunakan tarsi yang
kemudian membuat pemendekan pada proboscis, dilanjutkan dengan menentukan
makanan oleh reseptor yang ada di bagian labelum (bibir) dan akhirnya mulai
mengkonsumsi makanan tersebut. Tidak semua makanan dapat dikonsumsi oleh
serangga. Jika makanan tersebut tidak disukai oleh serangga, maka ia
meninggalkannya dan pergi mencari sumber makanan yang baru.

3. Menemukan Pasangan dan Kopulasi


Setiap serangga memiliki strategi yang berbeda untuk berkopulasi dan
bereproduksi. Dalam hal ini berbagai stimulus diperlukan dalam menemukan
pasangan dan berkopulasi. Stimulus tersebut terdiri dari penglihatan,
pendengaran, penciuman (termasuk feromon), atau sentuhan. Perilaku mencari
pasangan yang unik dapat dilihat dari kunang-kunang dan tonggeret.
Kunang-kunang adalah serangga nokturnal, maka stimulus penglihatan
sangat berperan penting dalam menemukan pasangan. Pasangan dapat
ditemukan melalui pancaran cahaya dari bagian abdomennya yang dinamakan
sebagai organ luminescen. Terdapat dua tipe strategi yang terkait di dalamnya,
yang pertama adalah betina memberikan sinyal spesifik yang menarik bagi
jantan. Yang kedua, jantan membalasnya dengan pola cahaya yang spesifik.
Tiap spesies mempunyai kode sinyal, warna, bentuk organ cahaya, serta
ketinggian tersendiri untuk membedakan spesies yang satu dengan yang lain.
Mekanisme bioluminescen pada kunang-kunang ialah sebagai berikut:
organ luminescen terdiri dari lapisan sel-sel penghasil cahaya (fotosit) yang
ditunjang oleh lapisan sel lain, yang bertindak sebagai reflektor. Organ ini
berhubungan dengan trakea sehingga mempunyai suplai oksigen yang besar.
Cahaya tersebut dihasilkan melalui oksidasi zat yang dinamakan luciferin. Zat
luciferin dikatalisa oleh enzim luciferinase dengan adanya ATP dan ion-ion
magnesium. Luciferin ada di dalam tubuh kunang-kunang dalam bentuk
terinaktivasi. Impuls syaraf yang mencapai syaraf mengeluarkan asetilkolin,
yang selanjutnya mengarah ke sintesa pirofosfat. Pirofosfat yang bereaksi
dengan luciferin dan adanya oksigen menghasilkan cahaya, sehingga 100%
energi yang dikeluarkan dalam reaksi tersebut adalah cahaya.
Berbagai macam serangga mengeluarkan bunyi-bunyian untuk memikat
betina. Jangkrik menghasilkan bunyi-bunyian, namun lebih lemah
dibandingkan tonggeret. Sama seperti jangkrik, tonggeret membutuhkan
stimulus pendengaran untuk menemukan pasangan. Tonggeret mengeluarkan
bunyi-bunyian sebagai nyanyian khas untuk kawin. Nyanyian tersebut hanya
dilakukan oleh jantan, karena jantan memiliki organ tympanic yang terdiri dari
timbal atau tambur di bagian abdomen.
Timbal tersebut bergetar dalam ruangan resonansi, dimana ruang
resonansi terbentuk dari gumpalan otot di bagian metatoraks dan dua segmen
pertama dari abdomen. Otot terbesarnya menarik timbal sehingga melengkung
ke dalam ruangan resonansi dan menghasilkan suara ”klik” yang diikuti dengan
suara klik kedua ketika tymbal kembali ke posisi semula. Suara tersebut dapat
membesar dikarenakan terdapat membran di atau selaput tipis berwarna
kekuningan pada bagian posterior yang berbentuk seperti cermin dan suara
tersebut dapat bervariasi tergantung pada pembukaan ruang resonansi. Tiap-
tiap spesies mengeluarkan lagu yang berbeda dari spesies lainnya, sehingga
jenis tonggeret dapat diidentifikasi melalui nyanyiannya.

4. Oviposisi
Oviposisi adalah peristiwa peletakan telur oleh serangga. Peristiwa ini
melibatkan ovipositor atau sebuah organ yang digunakan untuk meletakkan
telur, biasanya terletak pada abdomen ke-8 dan ke-9. Serangga memilih media
atau substrat tertentu sebagai tempat peletakan telur, seperti air, tanah, dan
tumbuhan. Kebanyakan serangga herbivora meletakkan telurnya pada
tumbuhan yang merupakan makanan bagi larva. Pada serangga (sejenis kutu
daun) meletakkan telur di bagian permukaan bawah daun.
Diperlukan dua respon dalam proses peletakan telur. Respon pertama
melibatkan pembedaan terhadap daerah peletakan telur, seperti bentuk tanaman
atau hewan. Respon kedua membutuhkan indera tertentu untuk memulai
peletakan telur, seperti reseptor kimia dan reseptor peraba yang terletak pada
tarsi dan ovipositor, merasakan substrat tempat peletakan telur dengan
menggunakan bagian mulutnya dan juga melibatkan indera lainnya. Oviposisi
lainnya dapat dilihat pada tawon soliter (Sphex ichneumoneus) betina, mereka
mencari dan menggali lubang di tanah, untuk sementara waktu lubang tersebut
ditutup dan kemudian mencari beberapa mangsa spesifik. Mangsa tersebut
biasanya nimfa belalang yang dibawa atau diseret ke dalam lubang. Mangsa
kemudian dimasukkan ke dalam lubang dan telur diletakkan pada mangsa.
Tahapan tersebut diulangi kembali hingga sarang memiliki persediaan makanan
yang cukup bagi perkembangan larva.
Belalang bertanduk panjang setelah menemukan tanaman, lalu ia
merasakan tanaman tersebut melalui gigitan, ketika ia merasa bahwa tanaman
itu adalah tanaman yang tepat, kemudian ovipositor ditarik mendekati daun dan
telur-telur pun mulai diletakkan pada daun. Pada tawon parasit, ovipositor
termodifikasi dengan baik dan berhubungan dengan kelenjar beracun. Kelenjar
tersebut berfungsi untuk melumpuhkan serangga inangnya sehingga telur-telur
dapat diletakkan tanpa perlawanan balik dari serangga inang dan untuk
mencegah adanya sistem imun inang yang dapat menghancurkan telur-telur
serangga.

5. Orientasi
Orientasi pada serangga digunakan sebagai titik acuan dalam
menemukan makanan maupun jalan pulang ke sarang. Benda-benda seperti
bulan, matahari juga pohon, sungai, jalan raya, dan bebatuan besar dapat
digunakan untuk penentuan posisi mereka. Pada lebah madu (Apis cerana)
menggunakan matahari sebagai orientasi dalam penentuan sumber makanan.
Bila letak sumber makanan dekat dengan sarang mereka, maka lebah madu
akan melakukan tarian berputar, dan bila letak sumber makanan terletak jauh
dari sarang maka lebah madu melakukan tarian waggle (waggle dance).

6. Migrasi
Fungsi utama dari migrasi pada kebanyakan spesies adalah untuk
penyebaran individu menuju tempat baru yang sesuai. Contoh migrasi dapat
dilihat pada kupu-kupu raja (Danaus plexippus) di Amerika. Mereka tidak
mampu bertahan pada musim dingin dan bermigrasi ke selatan untuk
menghindari musim dingin. Populasi di bagian barat, terbang menuju daerah
San Fransisco selatan yg lebih sejuk, dimana pada populasi di bagian tengah
dan timur bermigrasi sejauh ribuan mil melewati Amerika Serikat dan Teluk
Meksiko menuju daerah pegunungan barat dari Mexico City.
Musim dingin selanjutnya, kelompok tersebut bubar dan bermigrasi ke
arah utara dan meletakkan telurnya pada daun milkweed sebagai makanan
spesifik bagi larva. Beberapa kupu-kupu raja dapat terbang kembali ke tempat
asalnya, tetapi hanya sebagian yang kembali ke tempat asalnya dan populasi
yang ada di daerah utara kemudian membentuk generasi baru. Di akhir musim
panas, populasi kupu-kupu raja di Amerika Serikat dan Kanada bagian selatan
meningkat. Kebanyakan individu yang mencapai daerah perkembangbiakan di
bagian utara, bukan individu-individu yang sama yang meninggalkan daerah itu
pada akhir musim panas sebelumnya. Diperkirakan bahwa banyak kupu-kupu
raja dapat terbang 1500 mil atau lebih ke selatan pada akhir musim panas dan
sampai sejauh 1000 mil lagi ke utara pada musim semi berikutnya. Ketika
musim gugur datang, generasi tersebut melanjutkan siklus migrasi dengan
bermigrasi ke daerah selatan. Diperkirakan sekitar 100 – 200 juta kupu-kupu
selamat ketika bermigrasi dikarenakan besarnya persediaan lemak yang
dimiliki oleh kupu-kupu tersebut, mereka mengkonsumsi nektar, sehingga
hanya 50% lemak dalam tubuhnya yang tersisa ketika mereka tiba. Lemak
tersebut merupakan satu-satunya sumber energi selama musim dingin.

7. Perilaku Perlindungan
a. Autotomi
Serangga tongkat, memiliki suatu daerah yang lemah di bagian
trochanter (daerah tonjolan tulang paha, tempat melekatnya otot), yang
dapat dilepas di bawah tekanan yang ekstrim. Hal ini terjadi ketika
anggota badannya dicengkram oleh predator besar. Gerak refleks yang
terjadi bersamaan dengan pemindahan anggota badan yang menyebabkan
kaki menjadi kejang digunakan untuk mengalihkan perhatian agar dapat
melarikan diri. Terdapat suatu membran khusus yang mencegah terjadinya
perdarahan dan terjadi regenerasi kaki di saat molting berikutnya.

b. Gerak Refleks
Kumbang memiliki eksoskeleton yang keras, mereka berpura-pura
mati ketika diganggu dan tidak bergerak selama beberapa detik hingga
beberapa jam. Selama periode gerak refleks ini, aktivitas normal berhenti
dan rangsangan gagal untuk menginduksi respon. Eksoskeleton yg keras
dan pergerakan yang sedikit dapat melindungi individu yang tidak
bergerak karena kebanyakan predator membutuhkan pergerakan mangsa
sebagai rangsangan untuk menyerang. Pada akhirnya refleks ini hilang dan
serangga kembali ke aktivitas normal.

c. Perdarahan Refleks
Ketika terancam, beberapa serangga mampu menekan hemolimfa
dari kelenjar dengan struktur yang khusus. Kumbang koksi dan kumbang
blister adalah contoh dari perdarahan refleks. Biasanya hemolimfa tersebut
mengandung substansi racun seperti malachiines, chantarides dan zat
penolak.

8. Sekresi Pertahanan
Sekresi pertahanan atau allomone dapat dikeluarkan oleh serangga-
serangga tertentu sebagai mekanisme pertahanan dirinya. Meskipun beberapa
sekresi pertahanan berbahaya secara langsung bagi predator tertentu,
kebanyakan dari sekresi tersebut memiliki spektrum luas yang efektif terhadap
musuh, baik vertebrata dan invertebrata. Sekresi pertahanan pada rayap family
Nasutitermes dikeluarkan dari organ berbentuk kerucut yang disebut nasut
(yang berarti hidung dan penampilannya seperti tusuk. Organ ini merupakan
perbesaran kelenjar tulang dahi dan sebagian dari masa kepala yang menonjol
keluar. Nasut mengeluarkan sekresi pertahanan yang berupa racun terhadap
musuhnya.

9. Perilaku Suara
Perilaku suara dapat dilihat pada ngengat Arctiid (Noctuidae,
Geometridae). Ngengat ini memiliki tympana metatoraks yang dapat
mendeteksi gaung yang dikeluarkan oleh kelelawar untuk mencari mangsa.
Saat suara ultrasonik dikeluarkan oleh kelelawar maka ngengat akan segera
menghindar.
Adaptasi lainnya ditemukan pada ngengat arctiid tertentu ialah melalui
mekanise keributan, yang dihasilkan dari rangkaian gerigi kutikula di bagian
toraks yang melapisi rongga dan dipenuhi udara. Saat rongga ini ditekukkan
secara cepat dan diluruskan kembali selama terbang, suatu rangkaian bunyi
ultrasonik diproduksi dan dapat didengar oleh kelelawar.

10. Penyamaran Warna


Sebagian besar serangga sulit untuk dilihat, terutama pada saat
populasinya rendah. Mereka menyatu dengan lingkungannya dan tidak akan
ditemukan kecuali pada saat mereka bergerak. Hal ini disebut dengan
menyembunyikan diri dengan warna atau penyamaran warna.
Menyembunyikan diri dengan warna tubuh hanya berlaku saat serangga
beristirahat atau berada pada lingkungan maupun latar belakang yang sesuai.
Menyembunyikan warna paling cocok bagi serangga yang aktif di siang hari
karena pergerakan akan membuat mereka lebih mudah terlihat.
Perilaku penyamaran warna dapat dilihat pada walkingstick yang
memiliki warna dan bentuk tubuh menyerupai ranting pohon. Selain itu,
beberapa kupu-kupu memiliki sayap transparan dan menyatu dengan
lingkungan sekitarnya selama waktu istirahat dan terbang. Hal ini memberikan
perlindungan bagi serangga terhadap vertebrata predator.
Perilaku penyamaran warna yang berhubungan dengan sifat genetik
dapat dilihat pada ngengat Biston betularia. Pengamatan pada ngengat Biston
betularia mengindikasikan bahwa baik bentuk terang dan melanik (berbeda
hanya dengan satu alel dominan C) mencoba untuk memilih warna latar
belakang yang cocok. Sebelum industrialisasi, bentuk-bentuk terang
(homozigot resesif) merupakan bentuk yang paling sukses karena mereka
bersembunyi dengan baik pada latar belakang dengan banyak pohon yang
tertutup lichen, dimana fenotip yang gelap (CC atau Cc) memiliki lebih sedikit
tempat yang cocok untuk beristirahat dan oleh sebab itu mereka menjadi lebih
mudah terlihat dan dimangsa. Dengan meningkatnya industrialisasi dan
perubahan dalam lansekap, lichen menjadi lebih jarang ditemui atau
menghilang sehingga fase terang menjadi bentuk yang mencolok. Dalam
interval 50 tahun (tahun 1848-1898), bentuk melanik meningkat dari sekitar
1% menjadi 99% di dalam populasinya. Industrialisasi telah menghasilkan
pembalikan dalam keuntungan seleksi terhadap Biston betularia, sekitar 70 dari
780 spesies ngengat Inggris lainnya berevolusi menjadi fase-fase yang lebih
dominan gelap.

11. Memperlihatkan Warna


Kupu-kupu Lanternaria posphorea memiliki keistimewaan tersendiri
dalam bentuk kamuflase di alam. Kupu-kupu ini memiliki lukisan mata raksasa
pada sayap mereka. Ketika kupu-kupu merasakan adanya bahaya, misalnya
predator seperti burung kecil pemakan serangga dan capung yang sedang
mencari makan, ia tiba-tiba membentangkan sayapnya lebar-lebar. Dua mata
raksasa terlihat menakutkan bagi burung, sehingga burung tersebut segera pergi
meninggalkannya.
Mata palsu ini merupakan cara pertahanan diri paling ampuh bagi kupu-
kupu. Musuh terbesar dari pemangsa kupu-kupu ini adalah burung hantu,
dimana penampakan di sayap belakang kupu-kupu pada umumnya adalah
lukisan burung hantu. Dengan kata lain, kupu-kupu mempertahankan diri
dengan menyerupai wajah musuh dari para pemangsanya, karena semua burung
kecil dan serangga takut pada burung hantu.

12. Mimikri
Bagi kebanyakan hewan, termasuk serangga, terdapat permasalahan
bagaimana cara untuk memangsa tanpa dimangsa. Dengan cara melakukan
mimikri, mereka memperoleh perlindungan dan meningkatan kesempatan
untuk hidup. Mimikri adalah perubahan yang dilakukan oleh suatu organisme
untuk menyerupai organisme lain ataupun benda tertentu. Spesies yg ditiru atau
aposematik disebut dengan model, sementara spesies yang mendapat
perlindungan dan kemiripan disebut mimik.
Ada 2 tipe mimikri, yaitu :
a.Batesian mimikri, dinamakan sesuai dengan nama naturalis Inggris, Henry
W. Bates. Mimik terbatas pada spesies-spesies tertentu yang disukai oleh
predator dimana spesis tersebut mendapat keuntungan karena predator
tertipu oleh kemiripan mimik dengan model yang tidak disukai. Contoh :
lalat dronefly adalah lalat penghisap nektar bunga. Untuk melindungi dirinya
pada saat makan ia melakukan mimikri menyerupai lebah agar tidak
dimangsa oleh predator dan juga agar tidak disengat oleh lebah pencari
makan.
b. Mullerian mimikri, dinamakan oleh Fritz Muller, seorang naturalis
Jerman. Pada tipe ini baik model maupun mimik tidak disukai oleh predator
dan keduanya akan dihindari oleh vertebrata predator. Contoh : kupu-kupu
viceroy (Limenitis archippus) melakukan mimikri menyerupai kupu-kupu
raja (Danaus plexippus) yang beracun, dikarenakan pada bagian sayap
terdapat akumulasi racun dari tanaman milkweed yang merupakan pakan
utama bagi larva kupu-kupu raja. Namun kupu-kupu viceroy dapat
dibedakan dari kupu-kupu raja dengan adanya garis hitam di bagian sayap
belakang dan pada saat terbang kepakan sayapnya mendatar.
Pada Batesian mimikri cenderung bersifat merugikan pada model jika
mimik yang disukai oleh predator dimangsa dan predator tersebut secara aktif
mencari pola warna yang serupa, sedangkan pada Mullerian mimikri, model
dan mimik sama-sama diuntungkan, karena keduanya tidak disukai oleh
predator dan jika memakan salah satu dari keduanya akan menimbulkan sifat
menghindar pada predator.
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Putri Marissa (140410080001)
Selain kupu-kupu, apakah ada serangga air yang melakukan migrasi?
Jawaban:
Ada, pada Family Corixidae. Nimfa dan dewasa sering terdapat di kolam
berlumpur yang airnya menggenang. Umumnya merupakan penerbang
yang kuat, dapat tinggal landas langsung dari permukaan air dan
melakukan migrasi apabila suhu meningkat atau populasi terlalu padat.
Pejantan dewasa pada beberapa spesies dapat berbunyi seperti jangkrik.

2. Moch. Pratama (140410080059)


Mengapa kupu-kupu raja beracun? Jelaskan tumbuhan apa yang
menyebabkannya beracun?
Jawaban:
Karena pada kupu-kupu raja (Danaus plexippus) terdapat akumulasi racun
di bagian sayapnya dari tanaman milkweed yang merupakan pakan utama
bagi larva kupu-kupu raja. Tanaman ini mengandung kadar
cardenolide.tinggi Bahan kimia ini tidak membahayakan ulat, tapi bisa
membuat mereka beracun bagi predator bahkan setelah mereka menjadi
dewasa setelah keluar dari kepompong.

3. Aditya Julian E. (140410080056)


Sebutkan contoh lain serangga yang mengeluarkan suara ketika kopulasi?
Jawaban:
Belalang, Famili Acrididae . Suara ini biasanya digunakan untuk
memanggil betina dan sebagai perilaku agresif yang menunjukan daerah
kekuasaan. Suara dihasilkan dari gesekan satu bagian tubuh kebagian
lainnya. Suara yang dihasilkan belalang berasal dari penggesekan
(stridulation), yaitu gesekan sayap depan pada waktu terbang atau
gesekan sayap depan dengan femur tungkai belakang.
DAFTAR PUSTAKA

Borror. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Yogyakarta :


Universitas Gadjah Mada Press.

Elzinga, R. J. 1997. Fundamental of Entomology. Fourth Edition. New Jersey :


Prentice Hall.

Gun. 2010. Kupu-kupu Monarch Memanfaatkan Tanaman Obat untuk


Menjauhkan Keturunannya dari Penyakit. http://www.faktailmiah.com/
2010/10/13/kupu-kupu-monarch-memanfaatkan-tanaman-obat-
untuk-menjauhkan-keturunannya-dari-penyakit.html diakses tgl 20
Maret 2011

Anda mungkin juga menyukai