Anda di halaman 1dari 9

RESUME

PERILAKU SERANGGA

BEBERAPA CONTOH PERILAKU SERANGGA

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Entomologi

Dosen Pembimbing : Ummi Nur Affini Dwi. J, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok III

Pendidikan Biologi-2

 Suci Amelia Syahpitri


 Lia Fatmawati Saragih
 Puspita Sari
 Dian Dara Sari
 Martua Syahriadi Nasution

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TAHUN 2019
BEBERAPA CONTOH PERILAKU SERANGGA)

A. Siklus Musiman Serangga


Siklus musiman adalah siklus saat serangga melalui musim yang berlainan
dari satu tahun (kemarau-ke kemarau). Siklus musiman sangat penting bagi
keberhasilan hidup serangga, sebab pada alam lingkungan pasti terdapat siklus
tahunan. Karena itu, serangga mengatur aktivitasnya untuk mengambil manfaat
dari lingkungannya dan menghindar dari yang yang merugikannya.
Siklus musiman dapat dikelompokkan menurut jumlah generasi yang
terjadi dalam satu tahun di mana jumlah ini mengacu pada populasi volinity.
Tipe-tipe volinty adalah univoltine, multivoltine dan voltine yang tertunda
1. Siklus voltine
Siklus voltime ini mengacu pada satu generasi setiap tahun. Tipe ini sering
dijumpai pada belalang, ulat akar jagung (Diabritica sp), “European corn
borer) dan pada serangga-serangga lain.
2. Siklus Multivoltine
Siklus multivone mempunyai lebih dari satu generasi setiap tahun. Jumlah
generasi pertahun dapat bervariasi dari dua sampai empat atau lebih
tergantung pada waktu yang diperlukan unuk perkembangan dan kondisi
lingkungan.contohnya adalah lalat rumah (Musca domestica). Pola yang
paling ditemukan dalah pola sederhana dengan spesies-spesies yang
mempunyai generasi pengulangan. Disini setiap urutan siklus hidup adalah
sama. Karena itu setiap genrasi kecoa mempunyai karakteristik yang sama
dalam morfologi, kebiasaan makan, dan perilaku reproduksi.
3. Siklus Voltine Yang Tertunda
Siklus hidup ini memerlukan waktu, lebih dari satu tahun. Pada kejadian
ini serangga harus melalui ebih dari satu siklus musiman untuk dapat
menyelesaikan satu generasi. Contohnya adalah “Vireworms” (Coleoptera:
Elateridae) dan “June beetles” (Coleoptera: Scarabaeidae) yang merupakan
larva yang memerlukan waktu 2-3 tahun untuk pross pendewasaanya.
B. Adaptasi Musiman
Selama siklus musiman, serangga teradaptasi pada banyak tipe kondisi
lingkungan. Kondisi ini termasuk yang teratur dan ekstrem yang tidak terduga
sebelumnya. Serangga yang tanggap terhadap stress ini cenderung segera
mengalami keadaan “quiescent” (lamban) atau keluar dari area yang tidak cocok
tersebut. Istilah dormansy juga dikenal dalam kehidupan sreangga yang dimaksud
dengan dormansy adalah perubahan fisiologi atau perubahan perilaku, sehingga
dapt terhindar dari lingkungan yang merugikan. Contoh perubahan yang
dilakukan diantaranya adalah perubahan warna, serta mekanisme migrasi.
Dormansy juga dapat didefinisikan sebagi proses siklus hidup dimana proses
tumbuh, perkmbangan dan reproduksi ditekan. Hal ini terjadi selama musim
panas (aestivation), musim gugur (autumnal dormancy). Musim salju
(hibernation) atau musim semi (vernel dormancy).
Pada daerah empat musim, hibernation adalah karakteristik yang paling
umum dijumpai pada siklus musiman seranggadan biasanya didampingi dengan
keadaan yang coldd hardiness:
1. Super cooling adalah sifat resistensi terhadap dingin dengan cara menurunkan
temperature di mana seharusnya cairan tubuh sudah membeku.
2. Freezing tolerance adalah kemampuan untuk tetap hidup karena membekunya
cairan tubuh
Dormancy, migrasi musiman dan perubahan morfologi dikontrol oleh
kondisi fisiologi yang disebut diapause. Diapause seringkali dicirikan dengan
metabolism yang rendah, sedikit atau tidak ada perkembnagan meningkatnya
resistensi terhadap kondisi lingkungan yang esktrem, dan perubahan aktivitas
perilaku. Mekanisme sangat dipengaruhi oleh hormone, seperti misalnya (1)
diapause pada larva dan pupa, kekurangan brain hormone, dengan sendirinya juga
ecdysone, (2) diapause pada dewasa kekurangan brain hormone dan juvenile
hormone (3) diapause pada telur, lepas neurosectretory hormone dari ganglia
suboesphageal induk. Fenomen diapause, merupakan salah satu kelebihan yang
dimiliki oleh serangga yang berfungsi untuk meningkat kelulushidupan pada
kondisi yang tidak memungkinkan.
C. Perilaku Kawin
Perilaku kawin adalah semua kejadian yang terlibat dalam pemindahan
sperma dari hewan jantan ke hewan betina. Secara garis besar terdapat 4 peristiwa
penting dalam proses perkawinan serangga, yaitu:
1. Penentuan lokasi dan pengenalan pasangan
Mencari pasangan adalah serangkaian proses yang kompleks yang
melibatka pemenuhan syarat-syarat tertentu dalam hal visual, olfactory,
auditory, tactile dan kombinasi dari hal-hal tersebut. Tetapi tidak selamanya
perkawinan melibatkan pertemuan pada serangga teutama pada serangga tak
bersayap (apterygota). Sebagai contoh, pada beberapa jenis Colleombola
serangga jantan menaruh paket sperma didalam lokasi hidupnya walaupun
pada saat tersebut tidak terdapat betina didekatnya. Serangga betina sendiri
sepertinya menemukan paket sperma tersebut secara tidak sengaja dan
memasukkannya ke dalam saluran reproduksniya. Thysanura juga melakukan
hal yang sama hanya perbedaannya paket sperma dijatuhkan pada saat
terdapat betina didekatnya. Dan pada pterygota terdapat perbedaan sinyal
yang digunakan dalam proses pencarian pasangan. Pergerakan, warna, bentuk,
dan ukuran dapat menarik perhatian dari pasangan walaupun proses
perkawinan ditentukan oleh respons dri stimulus kimia dan sntuhan.

2. Courthsip (bercumbu)
Beberapa spesies serangga menunjukkan adanya perilaku karakteristik
dalam perkembangan, walaupun tidak semua spesies melakukannya
(Smithsonian, 2010). Kupu-kupu menunjukkan perilaku karakteristik pada
saat akan kawin, salah satunya bercumbu dengan pasangannya. Pada T. helena
tahap awal percumbuan dengan cara melakukan gerakan terbang dimana
jantan mengikuti arah terbang betina dengan jarak yang berdekatan. Ketika
kupu-kupu betina mulai hinggap, namun kupu-kupu jantan akan tetap terbang
mendekati kupu-kupu betina (Oktarini, 2011). Pada kupu-kupu T. helena
proses percumbuan memerlukan waktu 2,82 menit. Tahapan ini merupakan
tahapan dengan durasi yang singkat. Hal ini diperkirakan kupu-kupu T. helena
betina telah menerima keberadaan kupu-kupu jantan dan siap untuk kawin
(Oktarini, 2011).

3. Kopulasi
Dalam pemilihan pasangan seranga, contohnya kupu-kupu jantan akan
dipengaruhi oleh isyarat penciuman visual. Kupu-kupu betina akan
menghasilkan bau (feromon) dan melepaskannya saat akan melakukan proses
kawin (Anderson et al,2007). Biasanya bau yang diproduksi akan dilepaskan
dari punggung atau bagian ventral sayap kupu-kupu jantan yang bertindak
sebagai penarik pasangan (Rauser, 2003). Bau yang dikeluarkan dapat 10
digunakan juga sebagai penentu kualitas kupu-kupu jantan dan sebagai alat
memanipulasi kupu-kupu betina (Iyengar et al, 2001). Ketika kupu-kupu
jantan dan betina siap untuk kawin, mereka akan menempelkan
abdomennya saat hinggap di daun atau permukaan lainnya. Proses
kopulasi ini akan berlangsung selama beberapa jam. Kemudian kupu-
kupu jantan akan mengeluarkan spermatophore untuk membuahi sel
telur betina yang fertil (Animalcorner, 2010). Pembuahan terjadi setelah
selesai proses ovulasi, dimulai dari kupu-kupu jantan menginjeksi
spermatozoa ke kupu-kupu betina di dalam sistem reproduksinya pada saat
kopulasi. Pada saat spermatozoa di keluarkan dari spermateka, maka terjadi
peleburan antara spermatozoa dan telur menjadi zigot. Setelah proses
pembuahan selesai maka kupu-kupu betina akan mencari tanaman inang untuk
meletakkan telurnya (Hidayat, 2010).
Menurut Oktarini (2011) kupu-kupu T. helena memerlukan waktu yang
cukup lama untuk melakukan tahapan kawinnya. Waktu yang dibutuhkan
sekitar 267 menit, hal ini diperkirakan digunakan kupu-kupu T. helena jantan
untuk menginjeksikan spermanya kedalam spermateka hingga penuh.
Sehingga kecil kemungkinannya kupu-kupu T. helena betina untuk kawin
kembali dengan pasangan lainnya. Proses kawin yang lama pada kupu-kupu
terkait dengan proses penyampaian spermatozoa ke dalam spermateka di
dalam tubuh kupukupu betina. Kupu-kupu jantan akan terus menginjeksikan
spermatozoa 11 kedalam vagina sebanyak-banyaknya untuk memenuhi
spermateka, yaitu tempat penyimpanan sperma sementara yang berada pada
vagina. Spermatozoa yang ada didalam vagina kemudian di transfer ke dalam
spermateka. Proses inilah yang menyebabkan kupu-kupu mebutuhkan waktu
yang lama saat kawin atau kopulasi (Hidayat, 2010).

4. Perilaku setelah kawin


Swarming adalah salah satu bentuk perilaku dalam proses kawin. perilaku
ini diyakini merupakan perilaku kawin dasar dari serangga karena ditemukan
pada serangga-serangga yang dianggap memiliki garis keturunan purba seperti
capung dan serangga-serangga modern seperti lalat dan kupu-kupu.
Walaupun umumnya swarming melibatkan penguasaan wilayah udara
beberapa serangga jantan dari beberapa spesies membentuk suatu pertahanan
terhadap daerah berdasarkan sumber daya yang terdapat pada daerah tersebut
hal yang unik adalah terdapat beberapa spesies serangga umumnya pada
daerah yang tidak memiliki sumber daya sebagai contoh lokasi untuk
meletakkan telur yang terpenting bagi serangga betina dan memiliki agres
jantan-jantan ditambah courtship kepada serangga betina.
Pertanyaan
1. Pada serangga bersayap terdapat sinyal yang digunakan dalam proses pencarian
pasangan,coba berikan contoh hewan tersebut dan jelaskan ?
Jawab :
Pada serangga bersayap terdapat perbedaan sinyal yang digunakan dalam
proses pencarian pasangan. Sinyal yang ditangkap dengan penglihatan menjadi
acuan utama walaupun tidak hanya itu terutama untuk serangga serangga malam.
Pergerakan, warna, bentuk dan ukuran dapat menarik perhatian dari pasangan
walaupun proses perkawinan ditentukan oleh respon dari simulasi kimia dan
sentuhan.
Contoh paling terkenal dari serangga malam yang menggunakan indra
penglihatan untuk menetukan pasangan adalah kunang-kungang. Pada beberapa
spesies serangga betina terus-menerus bercahaya untuk menarik perhatian
serangga jantan.

2. Tuliskan dan jelaskan tipe-tipe siklus musiman


Jawab :
a. Siklus voltine
Siklus voltime ini mengacu pada satu generasi setiap tahun. Tipe ini sering
dijumpai pada belalang, ulat akar jagung (Diabritica sp), “European corn
borer) dan pada serangga-serangga lain.
b. Siklus Multivoltine
Siklus multivone mempunyai lebih dari satu generasi setiap tahun. Jumlah
generasi pertahun dapat bervariasi dari dua sampai empat atau lebih
tergantung pada waktu yang diperlukan unuk perkembangan dan kondisi
lingkungan.contohnya adalah lalat rumah (Musca domestica). Pola yang
paling ditemukan dalah pola sederhana dengan spesies-spesies yang
mempunyai generasi pengulangan. Disini setiap urutan siklus hidup adalah
sama. Karena itu setiap genrasi kecoa mempunyai karakteristik yang sama
dalam morfologi, kebiasaan makan, dan perilaku reproduksi.
c. Siklus Voltine Yang Tertunda
Siklus hidup ini memerlukan waktu, lebih dari satu tahun. Pada kejadian
ini serangga harus melalui ebih dari satu siklus musiman untuk dapat
menyelesaikan satu generasi. Contohnya adalah “Vireworms” (Coleoptera:
Elateridae) dan “June beetles” (Coleoptera: Scarabaeidae) yang merupakan
larva yang memerlukan waktu 2-3 tahun untuk pross pendewasaanya.

3. Sebutkan 4 peristiwa penting yang terjadi pada proses perkawinan serangga!


Jawab :
1) Penentuan lokasi dan pengenalan pasangan
2) Courthsip
3) Kopulasi
4) Perilaku setelah kawin

4.

Oktarini, A. 2011. Perilaku Kawin Kupu-kupu Troides helena Di Kandang


Penangkaran. Lampung: Universitas Lampung.

Rauser, C. L. and Rutowski, R. L. (2003). Male-specific structures on the


wings of the Gulf Fritillary butterfly, Agraulis vanillae (Nymphalidae).
J. Lepid. Soc. 57,279-283.
Iyengar, V. K., Rossini, C. and Eisner, T. (2001). Precopulatory assessment of
malequality in an arctid moth (Utetheisa ornatrix): hydroxydanaidal is the
onlycriterion of choice. Behav. Ecol. Sociobiol. 49, 283-288.

Anda mungkin juga menyukai