Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PERKEMBANGAN HEWAN
METAMORFOSIS

NAMA : SILVINA PUJI ARDIYANTI


NIM : 08041282126054
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : RADELPHIA VERONIKA E.

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangga adalah hewan beruas-ruas atau dikenal juga dengan sebutan
artropoda yang memiliki rata-rata tiga pasang kaki. Di dalam tubuh serangga
terdapat tiga bagian dasar yaitu kepala, dada, dan perut. Kehidupan serangga
adalah suatu proses pertumbuhan atau perubahan bentuk dan ukuran tubuh yang
tidak kembali ke keadaan semula. Di tempat dimana serangga ini melakukan
berbagai gerakan, berkembang, berkembang biak, peka terhadap lingkungan dan
melakukan proses metabolisme. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan
oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh lingkungan yang cocok dan
tercukupinya kebutuhan sumber makananya (Elisabeth et al., 2021).
Hewan serangga berkembang biak dengan bertelur. Proses perkembangan
pada serangga dimulai dari telur hingga dewasa dan mengalami perubahan
anatomis, morfologis, dan fisiologis yang disebut metamorfosis. Metamorfosis
adalah proses perubahan bentuk tubuh suatu organisme sehingga organisme
tersebut mencapai bentuk yang sempurna. Metamorfosis adalah peristiwa
perubahan bentuk yang mengacu pada bagaimana organisme tertentu berkembang,
tumbuh, dan berubah bentuk. Selama metamorfosis, ada metamorfosis yang dapat
mengubah bentuk hewan menjadi lebih besar. Umumnya, metamorfosis terjadi
pada hewan seperti serangga dan amfibi (Truman, 2019).
Proses metamorfosis terbagi menjadi dua, yaitu metamorfosis sempurna dan
metamorfosis tidak sempurna. Contoh metamorfosis sederhana pada amfibi yang
mengalami metamorfosis adalah katak. Pertumbuhan dan perkembangan dimulai
dengan zigot, kemudian menjadi embrio dan membentuk larva, sehingga
membedakan tahapan metamorfosis pada amfibi dan serangga. Perkembangan
sempurna, atau metamorfosis holometabolik, merupakan ciri khas kumbang,
kupu-kupu dan ngengat, lalat, dan tawon. Siklus hidup mereka terdiri dari empat
tahap yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Metamorfosis pada serangga membutuhkan
adanya sinkronisasi dari beberapa jenis hormon dan perubahaan fisik sehingga
proses tersebut berhasil dengan baik (Oktadiana dan Ningsih, 2020).

Universitas Sriwijaya
Pada serangga yang lebih maju (misalnya, belalang, rayap, serangga sejati),
sebuah fenomena yang dikenal sebagai metamorfosis progresif, atau katabolisme,
terjadi. Siklus hidup katabolik meliputi telur, pupa, dan dewasa. Kepompong, atau
serangga yang belum dewasa, menyerupai dalam bentuk dan kebiasaan makan,
berbeda dalam ukuran, proporsi tubuh, dan warna, dengan sayap yang belum
sempurna terlihat dan berkembang secara eksternal. Secara bertahap tumbuh
melalui serangkaian mol (kehilangan eksoskeleton berkala), dewasa muncul dari
mol terakhir. Pada fase nimfa masih diselimuti lapisan putih, nimfa tidak bergerak
bebas tetapi akan meloncat bila terganggu (Anggraeni et al., 2019).
Perbedaan antara metamorfosis sempurna denga metamorfosis tidak
sempurna terletak pada siklusnya. Kedua metamorphosis ini memili siklus awal
yang sama yaitu telur. Pada metamorfosis sempurna memiliki siklus dimana
terjadinya pembentukan pupa, sedangkan pada metamorfosis tidak sempurna
hanya terjadi pembentukan larva tanpa ada tahap menjadi pupa. Fase istirahat
setelah larva tumbuh sempurna dan berhenti makan disebut sebagai stadium pupa
atau kepompong. Selama proses perubahan menuju dewasa atau imago, pupa akan
dibungkus dalam krisalis dan tidak bergerak. Pupa betina berukuran lebih besar
dibandingkan pupa jantan (Handayani, 2019).
Larva adalah tahapan berkembang serangga dari telur pada metamorfosis
sempurna. Pada serangga yang bermetamorfosis sempurna, bentuk larva tidak
menyerupai saat serangga tersebut menjadi dewasa, contohnya kupu-kupu ketika
pada tahap larva kupu-kupu berbentuk panjang dan teksturnya lunak tanpa
memiliki sayap. Selanjutnya larva tersebut akan menuju tahap pupa. Pupa atau
kepompong adalah tahap serangga yang memasuki masa transisi. Pupa diselimuti
oleh rangka luar yang disebut kokon. Pada masa ini, pupa akan melakukan
aktifitas metabolisme guna menyempurnakan organ dan bentuh tubunya. Pada
stadium larva instar 1 memiliki warna tubuh kehitaman dan ukuran kepala
lebih besar dibandingkan ukuran tubuh (Karlina et al., 2022).

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mengetahui tahap-tahap
metamorfosis pada beberapa hewan golongan serangga.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Metamorfosis


Metamorfosis adalah suatu proses perubahan atau perkembangan biologis
pada hewan yang meliputi perubahan fisik atau struktur tubuh hewan yang
dimulai setelah hewan tersebut menetas atau dilahirkan. Perubahan bentuk atau
struktur ini disebabkan oleh pertumbuhan sel dan diferensiasi sel. Dari morfologi,
anatomi hingga fisiologi dapat berubah. Beberapa hewan terlihat sangat berbeda
ketika mereka masih muda dari pada ketika mereka dewasa. Sedangkan yang lain
hanya bentuknya yang sama, hanya saja ukuran dan pertumbuhan organnya
berbeda. Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan populasi dari serangga (Manik et al., 2022).
Peristiwa metamorfosis sempurna adalah metamorfosis yang dalam
perkembangannya menuju dewasa mengalami perubahan bentuk tubuh,
penampilan dan perilaku yang berbeda. Perubahan bentuk yang berbeda ini
dimulai dari fase telur. Setelah fase telur sudah dilewati, maka fase selanjutnya
yakni fase larva. Setelah fase larva akan menghasilkan fase pupa. Fase terakhir
dari metamorfosis sempurna adalah fase imago atau dewasa. Lamanya siklus hidup
dihitung sejak dari telur hingga imago (Hidayat et al., 2020).
Proses metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang dalam
perkembangannya menuju dewasa mengalami perubahan bentuk tubuh,
penampilan dan perilaku yang hampir sama atau tidak jauh berbeda. Jika pada
metamorfosis sempurna terjadi tahapan yang berbeda-beda, lain halnya dengan
metamorfosis tidak sempurna yang hanya melewati tahapan yang hampir sama.
Tahapan-tahapan itu dimulai dari hewan bertelur, kemudian menjadi nimfa,
kemudian nimfa ini akan tumbuh menjadi dewasa (imago). Metamorfosis tidak
sempurna dikenal dengan sebutan hemimetabola. Membedakan antara metamorfosis
sempurna dan tidak sempurna dalam daur hidup hewan merupakan proses berfikir
yang konkret (Hatmayanti, 2018).

Universitas Sriwijaya
2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Metamorfosis
2.2.1. Suhu
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu di mana mereka dapat hidup. Di
luar kisaran suhu ini, serangga akan mati karena dingin atau panas. Pengaruh suhu
ini terlihat jelas dalam proses fisiologis serangga. Pada waktu tertentu aktivitas
serangga tinggi, tetapi pada suhu lain menurun (menurun). Kelembaban juga
dapat mempengaruhi, kelembaban habitat serangga, udara dan tanah, yang
merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, aktivitas dan
perkembangan serangga. Pada kelembaban yang tepat, serangga umumnya lebih
tahan terhadap suhu yang lebih tinggi. Siklus hidup kupu-kupu dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah suhu dan cahaya matahari (Islam et al., 2019).
2.2.2. Angin
Angin berperan dalam membantu penyebaran serangga, terutama bagi
serangga yang berukuran kecil. Misalnya Apid (Homoptera; Aphididae) dapat
terbang terbawa oleh angin sampai sejauh 1.300 km. Kutu loncat lamtoro,
Heteropsylla cubana (Homoptera: Psyllidae) dapat menyebar dari satu tempat ke
tempat lain dengan bantuan angin. Selain itu, angin juga mempengaruhi
kandungan air dalam tubuh serangga, karena angin mempercepat penguapan dan
penyebaran udara, sehingga siklus berjalan dengan baik. Faktor lingkungan baik
biotik maupun abiotik diketahui kondusif untuk mendukung perkembangan
banyak jenis serangga (Syarifah et al., 2018).
2.2.3. Makanan
Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup,
maka populasi serangga akan naik cepat. Sebaliknya, jika keadaan makanan
kurang maka populasi serangga juga akan menurun. Pengaruh jenis makanan,
kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga berpengaruh
terhadap perkembangan suatu jenis serangga hama. Dalam hubungannya dengan
makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran makanan (inang) dari
satu sampai banyak makanan (inang) untuk dapat memperoleh nustrisi. Untuk
larva yang dipelihara, makanan yang dibutuhkan biasanya mengandung
karbohidrat, protein dan asam amino (Mawardi dan Busra, 2019).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 03 Oktober 2022 pukul
10.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempatan di Laboratorium Biosistematika
Hewan Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan didalam praktikum ini yaitu buku kerja dan alat
tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu telur kupu-kupu, larva, pupa, kupu-
kupu, telur katak, berudu, berudu berekor/berkaki, katak muda dan katak dewasa.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah dilakukan pengamatan pada
setiap fase (siklus) kehidupan hewan. Diamati perbedaan setiap siklusnya. Di
dokumentasikan, dicatat, dan di deskripsikan dilaporan kerja.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Metamorfosis Sempurna :

Kupu-kupu:

Telur Larva Pupa Kupu-kupu

Katak:

Telur Berudu (ekor) Berudu berkaki Katak

Metamorfosis Tidak Sempurna:

Belalang :

Telur Nimfa Belalang dewasa

Universitas Sriwijaya
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui siklus hidup
kupu-kupu dan katak mengalami perbedaan bentuk yang signifikan pada setiap
fasenya. Menurut Fitriani et al. (2021), Kupu-kupu merupakan serangga yang
mengalami metamorfosis sempurna dengan siklus hidup terdiri dari telur, ulat,
pupa dan dewasa. Sedangkan pada belalang termasuk kedalam metamorfosis tidak
sempurna yang terdiri dari 3 fase yaitu telur, nimfa dan belalang dewasa. Pada
fase nimfa menuju ke dewasa tidak terdapat perbedaan yang begitu mencolok.
Nimfa ini menyerupai bentuk dewasa namun tanpa sayap. Nimfa juga lebih kecil
dari yang bentuk dewasa. Berbeda dengan kupu-kupu dan katak yang memiliki
perbedaan pada setiap siklus hidupnya.
Perbedaan metamorfosis sempurna dan tidak sempurna yang utama adalah
metamorfosis sempurna terdiri dari larva yang sangat aktif dan banyak makan
serta kepompong yang tidak aktif. Sedangkan metamorfosis tidak sempurna terdiri
dari nimfa, yang menyerupai bentuknya menyerupai atau sama pada saat menjadi
dewasa. Menurut Atourrohman et al. (2020), Dalam perkembangan nimfa
capung mengalami pergantian kulit, tergantung jenis dan adaptasinya dengan
lingkungan. Nimfa akan memakan makanan yang sama dengan bentuk dewasanya
nanti. Kemudian nimfa akan berkembang menjadi bentuk dewasa melalui
serangkaian molts. Ia melepaskan kerangka luarnya 4-8 kali. Ketika menjadi
dewasa, molting (pergantian kulit) tidak terjadi.
Hormon yang berpengaruh pada metamorfosis kupu-kupu adalah Juvennile
hormon yang berfungsi untuk mencegah perubahan induksi ekdison pada ekspresi
gen yang penting saat terjadi metamorfosis. Kemudian ada pula hormon lain yaitu
2-hidroxyecdysone dan 3-Prothoracicotropic (PTIH) yang juga memiliki peran
dalam siklus metamorfosis. Menurut Oktadiana dan Ningsih (2020), Hormon
utama pada tubuh serangga yang mengatur proses pertumbuhan adalah hormon
ekdison dan 20-hydroxyecdysone yang merupakan hormon ganti kulit (moulting
hormones) yang keduanya berasal dari fitosteroid. Pada katak ada hormon tiroksin
yang berperan dalam mempercepat tumbuhnya kaki belakang diikuti dengan
tumbuhnya tungkai depan dan degenerasi ekor pada fase berudu.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Siklus hidup kupu-kupu dan katak termasuk kedalam metamorfosis sempurna
dengan melewati empat fase tahapan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Fase pada belalang termasuk kedalam fase metamorfosis tidak sempurna
yang hanya melewati tiga fase yaitu telur, nimfa, dan dewasa.
3. Pada fase nimfa serangga biasanya akan terjadi pergantian kulit yang di sebut
dengan molting dan dapat terjadi dalam 4-8 kali.
4. Suhu dan angin menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi siklus hidup
serangga.
5. Hormon tiroid mempengaruhi cepatnya siklus metamorfosis pada katak.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, I., Lelana, N. E., Dan Ismanto, A. 2019. Serangga Hama Terkini yang
Menyerang Tanaman Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) dan Jabon
(Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser). Jurnal Sains Natural Universitas
Nusa Bangsa. 9(2): 47-56.

Atourrohman, M., Ulfah, M., Septiani, M., Silmi, F. I., Utami, R. T., Malimah, S.
F., dan Setyawati, S. M. 2020. Karakterisasi Dan Identifikasi Orthetrum
sabina (Odonata: Lebullidae) di Lapangan Rusunawa Jerakah Purwoyoso
Semarang. Jurnal Litbang Edusaintech. 1(1): 57-60.

Elisabeth, D., Hidayat, J. W., dan Tarwotjo, U. 2021. Kelimpahan dan


Keanekaragaman Serangga pada Sawah Organik dan Konvensional di
Sekitar Rawa Pening. Jurnal Akademika Biologi. 10(1): 17-23.

Fitriani, N., Abas, M. A. B., Supangkat, B., Hermawan, W., dan Iskandar, J. 2021.
Siklus Hidup Kupu-Kupu Euploea mulciber (Cramer, 1777). Biotika Jurnal
Ilmiah Biologi. 19(1): 46-57.

Handayani, V. 2019. Siklus Hidup Kupu-Kupu Doleschallia bisaltide (Lepidoptera:


Nymphalidae). Jurnal Education And Development. 7(3): 301-301.

Hatmayanti, Y., Nuroso, H., Dan Reffiane, F. 2018. Keefektifan Model Numbered
Head Together Berbantu Media Puzzle Terhadap Hasil Belajar
Metamorfosis Siswa Kelas Iv Sd. Js (Jurnal Sekolah). 2(3): 226-230.

Hidayat, P., Ludji, R., dan Maryana, N. 2020. Kemampuan Reproduksi Dan
Riwayat Hidup Kutukebul Bemisia tabaci (Gennadius) dengan dan tanpa
Kopulasi pada Tanaman Cabai Merah dan Tomat. Jurnal Entomologi
Indonesia. 17(3): 156-162.

Islam, A., Islam, M. S., Yasmin, M., dan Yamanaka, A. 2019. Effect Of
Temperature On The Life Cycle And Pupal Color Of Lime Swallotail
Butterfly, Papilio Demoleus (Lepidoptera : Papilionidae). International
Journal Of Etnobiology. 4(5): 42-47.

Karlina, D., Soedijo, S., dan Rosa, H. O. 2022. Biologi Ulat Grayak (Spodoptera
frugiperda J. E Smith). Jurnal Proteksi Tanaman Tropika. 5(3): 524-533.

Manik, A. N. K., Niar, A., Nabila, J., dan Agustina, E. 2022. Serangga Permukaan
Tanah Padang Rumput Kawasan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh
Tengah. Seminar Nasional Biotik . 10(1): 140-145.

Mawardi, M., dan Busra, R. 2019. Studi Perbandingan Jenis Sumber Air Terhadap
Daya Tarik Nyamuk Aedes aegypti untuk Bertelur. Jurnal Serambi
Engineering. 4(2): 593-602.

Universitas Sriwijaya
Oktadiana, I., dan Ningsih, V. D. 2020. Aktivitas Penolak Serangga (Insect
repellent) Ekstrak Klorofom Biji Mimba (Azadirachta indica) Terhadap
Kutu Beras (Calandra oryzae). Jurnal Farmasi Tinctura. 1(2): 55-63.

Syarifah, E. B., Fitriana, N., dan Wijayanti, F. 2018. Keanekaragaman Capung


(Odonata) Di Taman Mini Indonesia Indah Dan Taman Margasatwa
Ragunan, Dki Jakarta, Indonesia. Bioprospek: Jurnal Ilmiah Biologi. 13(1):
50-58.

Truman, J. W. 2019. The Evolution Of Insect Metamorphosis. Current Biology.


29(23): 252–268.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar: Metamorfosis Kupu-Kupu

Gambar: Metamorfosis Katak


(Sumber: Dokumentasi kelompok, 2022)

Gambar: Metamorfosis Belalang


(Sumber: Internet, 2022)

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai