Anda di halaman 1dari 13

METAMORFOSA DAN

HORMON PENGATURNYA

KELOMPOK 2C :
GUSRA WAHYUDI (1610421024)
NENGSI MAY FRILINA (1810421018)
RANTI HIDAYAT (1810421021)
BELLIA MUSTIKA RANI (1810421024)
NAURA MUTHIAH ARLI (1810421027)
RIZKA SEFMALIZA (1810423012)
PENGERTIAN METAMORFOSIS

Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan


secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah
dilahirkan atau menetas, melibatkan perubahan bentuk atau
struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.
Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek =
meta (diantara, sekitar, setelah), morphe ( bentuk), osis
(bagian dari), jadi metamorphosis merupakan perubahan
bentuk selama perkembangan postembrionik. Beberapa
serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan
juga tunicata mengalami suatu proses metamorfosis, yang
biasanya (tapi tidak selalu) disertai dengan perubahan habitat
atau juga kelakuan (Fauziah, 2011).
Pada umumya proses metamorfosis dialami oleh hewan-
hewan seperti insecta dan amphibi.
JENIS-JENIS METAMORFOSIS

1. Metamorfosis Sempurna (Holometabola)


Metamorphosis sempurna adalah Holometabolisme. Pada
holometabolisme, larva ini sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga
yang hanya melakukan holometabolisme melalui fase larva, kemudian
memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan
akhirnya menjadi dewasa. Jadi Metamorfosis sempurna merupakan suatu
metamorphosis yang melewati tahapan-tahapan mulai dari telur-larva-
pupa-imago (dewasa). Contoh metamorphosis sempurna yaitu terjadi pada
katak, nyamuk dan kupu-kupu (Ask Biologist, 2018).
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada
metaorfosis sempurna yaitu : (Ensiclopedia Brittanica, 2016)
a. Fase Telur.
Hewan betina akan meletakkan telur- telurnya di tempat yang sesuai
dengan kebutuhan pada perkembangan calon anaknya. Misalnya seperti
pada kupu- kupu yang meletakkan telur- telurnya pada permukaan daun
hal ini karena larva atau hewan muda ialah pemakan tumbuhan. Pada
fase telur ini, embrio hasil fertilisasi sel telur dengan sel sperma akan
terus menerus mengalami pembelahan, membentuk organ-organ, sampai
b. Fase Larva
Pada fase larva atau hewan muda sangat aktif makan. Induk
betina akan meletakkan telur-telur ditempat yang sesuai dengan
makanannya. Ulat, larva dari kupu- kupu mampu menghabiskan
dedaunan dimana ia berada atau hinggap. Larva hewan yang
sudah memiliki eksoskleton (rangka luar), seperti pada serangga
akan mengalami pergantian kulit atau eksdisis atau molting.
c. Fase Pupa
Pupa atau kepompom adalah fase transisi. Tubuh kepompom
dilindungi dengan rangka luar yang keras disebut juga dengan
kokon. Pada fase ini, sebagian besar serangga berada di dalam
kondisi inaktif (makan). Di balik kokon, tubuh pupa sangat lebih
aktif melakukan metabolisme pembentukan organ—organ dan
bentuk hewan dewasanya.
d. Fase Imago (Dewasa).
Sampai waktu yang telah ditentukan, pupa akan keluar dari
cangkangnya menjadi hewan dewasa (imago) dengan bentuk yang
sangatlah berbeda. Pada fase ini, imago memiliki cara makan dan
habitat yang akan berbeda dengan larvanya. Fase imago ini
merupakan fase reproduksi dimana, hewan dewasa yang akan
saling mengadakan perkawinan (jantan dan betina), yang akan
membentuk ratusan telur- telur, dan akan mengulangi sikusnya.
2. Metamorfosis Tidak Sempurna (Hemimetobola)
Metamorfosis tidak sempurna merupakan metamorphosis yang
melewati 2 tahapan yakni dari telur menjadi nimfa kemudian
menjadi hewan dewasa. Biasanya juga metamorphosis ini terjadi
pada serangga seperti capung, belalang, jangkrik (Panawala,
2017).
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada
metamorfosis tidak sempurna yaitu : (Bioshop, 2006)
a. Fase Telur
Seperti pada umumnya seekor serangga, telur- telur diletakkan
ditempat yang sesuai dan aman untuk perkembangan embrio. Embrio-
embrio yang dilindungi dengan struktur telur yang bercangkang zar kiitin.
Sampai pada waktu yang telah ditentukan, telur akan menetas menjadi
nimfa.
b. Fase Nimfa
Berbeda dengan kelompok holometabola, hemimetabola langsung
memiliki beberapa bentuk hewan yang sesungguhnya, nimfa, yang
ukurannya lebih kecil. Nimfa akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan untuk kematangan organ reproduksi nya. Nimfa juga akan
mengalami eksdisis untuk mengganti kerangka luar tubuhnya akibat
pertumbuhan yang akan membuat ukuran tubuhnya makin membesar.
c. Fase Imago
Imago juga memiliki kematangan reproduksi dan siap untuk
melakukan perkawinan. Siklus ini akan kembali terulang.
Menurut Erezyilmaz (2006) Metamorfosis pada serangga dapat
dibedakan menjadi tiga golongan yaitu :
 Ametabola
Ametabola ialah suatu golongan serangga yang tidak mengalami
metamorfosis, misalnya kutu buku. Setelah telur menetas, serangga
akan menjadi hewan kecil kemudian berkembang menjadi dewasa yang
tidak mengalami perubahan bentuk hanya terjadi perubahan ukuran.
 Hemimetabola
Hemimetabola ialah suatu kelompok serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna, misalnya belalang, laron, dan capung.
Serangga ini juga hanya mengalami tiga tahap perkembangan yaitu
telur, larva (nimpa), dan imago, jadi tidak melalui pupa (kepompong).
 Holometabola
Holometabola ialah suatu kelompok serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna, misalnya kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.
Serangga ini akan mengalami empat tahap perkembangan yaitu telur,
larva, pupa (kepompong), dan imago.
HORMON YANG BERPERAN DALAM
METAMORFOSIS

1. Hormon Thyroid (Pada Katak)


Metamorfosis pada katak tergantung pada hormon
perkembangan yang terjadi pada berudu yang hidup bebas.
Metamorfosis ini dikontrol hormon thyroid. Perubahan
metamorfosis dari perkembangan katak dengan mensekresikan
hormon thyroxin (T4) dan triiodothronine. Peranan hormon T3
lebih penting, hal ini disebabkan perubahan metamorfosis pada
thyroidectomized berudu memiliki konsentrasi yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan hormon T4. Koordinasi dari
perubahan perkembangan dan respon molekul hormon thyroid.
2. Hormon Otak / Ecdysiotropin (Pada Serangga)
Hormon otak disebut juga ecdysiotropin, disimpan didalam
corpora cardiace. Hormon ini merangsang kelenjar protoraks
untuk menghasilkan ecdyson.
3. Hormon Molting / Ecdyson (Pada Serangga)
Hormon molting dihasilkan oleh kelenjar protoraks, yaitu
suatu segmen pada tubuh serangga yang mempunyai pasangan
kaki terdepan dari ketiga pasangan kaki terdepan serangga,
oleh karena itu maka hormon ini juga dinamakan hormon
protoracic gland atau disingkat menjadi PGH.
Ecdyson ini merangsang pertumbuhan dan menyebabkan
epidermis menggetahkan suatu kutikula baru yang
menyebabkan dimulainya proses pengelupasan kulit (molting).
Jika otak dari larva tersebut dibedah secara mikro, maka
ecdyson tidak akan dihasilkan lagi dan sementara itu
pertumbuhan dan proses pengelupasan kulit terhenti. Ecdyson
berperan merangsang sintesa RNA dan protein yang diperlukan
pada proses pembentukan kepingan-kepingan imaginal.
4. Hormon Juvenil (Pada Serangga)
Hormon Juvenil (JH) dihasilkan oleh corpora allata, yaitu
sepasang kelenjar endokrin yang terletak di dekat otak.
Hormon juvenil mempengaruhi metabolisme protein dan lemak,
serta membentuk protein-protein vitelogenik.
Jika konsentrasi hormon juvenil relatif lebih tinggi daripada
ecdyson maka akan merangsang perkembangan larva, dan
mencegah proses pembentukan pupa, namun mencegah proses
pembentukan larva. Jika suatu serangga mengelupas kulitnya
tanpa adanya hormon juvenil maka hewan tersebut akan
berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa. Selama terdapat
hormon juvenil rangkaian yang terjadi dibawah pengaruh
ecdyson hanyalah akan menghasilkan bentuk stadium tidak
dewasa saja.
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi ini yaitu :
 Metamorfosis adalah suatu proses biologi di mana hewan
secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah
dilahirkan atau menetas, melibatkan perubahan bentuk atau
struktur melalui pertumbuhan sel dan differensiasi sel.
 Ada dua jenis metamorfosis yaitu metamorfosis sempurna
dan metamorfosis tidak sempurna
 Ada beberapa hormon yang berperan dalam metamorfosis
meliputi hormon thyroid pada katak, serta hormon otak,
hormon molting (ecdyson), dan hormon juvenil pada serangga.
DAFTAR PUSTAKA

Ask Biologist. 2018. Metamorphosis, Nature’s Ultimate


Transformer. Arrizona State University.
Bioshop, C.D. 2006. Metamorphosis. Kewali Marone Laboratory,
University of Hawai Honolulu, HI, USA.
Britanica, Ensiclopedia. 2016. Metamorphosis. Britannica’s
Couriousity Compass.
Erezyilmaz, D.F. 2006. Metamorphosis. Departement of
Biology, University of Washington, Seattle, WA, USA.
Fauziah. 2011. Metamorfosis Pada Hewan Katak.
http://fauziahsiskomp.blogspot.com/2011/02/metamorfosis-p
ada-hewan-katak.html
. (diakses pada tanggal 20 Februari 2013)
Panawala, L. 2017. Difference Between Complete And
Incomplete Metamorphosis. Sydney, Australia.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai