OLEH :
4. JUPRIADI (1810421010)
KELOMPOK/KELAS : I (SATU) / C
ASISTEN : DILA KARINA ANDINI
LABORATORIUM TEACHING I
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI..................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG.............................................................................. 3
1.2
TUJUAN...............................................................................................
.... 4
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.................................................................... 5
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN
TEMPAT......................................................................... 8
3.2 ALAT DAN
BAHAN............................................................................... 8
3.3 CARA
KERJA.......................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
9
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN.......................................................................................
... 13
5.2
SARAN................................................................................................
...... 13
2
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................
14
LAMPIRAN
KEGIATAN................................................................................
16
3
BAB 1 PENDAHULUAN
4
dapat berupa jenis lokal maupun jenis asing. Jenis tumbuhan asing invasif umumnya
memiliki karakter tambahan yaitu cenderung mengubah struktur dan komposisi
habitat tumbuhan asli serta tidak memiliki musuh alami (Gordon, 1998).
Spesies invasif sebagai spesies asing (non-native) yang pada umumnya
diintroduksi oleh manusia kemudian mengancam ekosistem, habitat atau spesies
lainnya dan menyebabkan perubahan global pada lingkungan.Spesies invasif bisa
berupa spesies asli (native) maupun spesies non-pribumi (exotic) yang hidup diluar
habitat alaminya, tumbuh dengan pesat dan menimbulkan kerusakan pada
lingkungan baik itu secara ekologis maupun ekonomi. (Sofyan,2010).
Pada umumnya tumbuhan invasif akan mempengaruhi tumbuhan lain karena
terjadinya suatu kompetisi. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi
memperebutkan sumber daya seperti nutrisi, cahaya, ruang, air, dan sebagainya. Jika
spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi yang sengit dengan tingkat predasi
yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin membuat spesies tersebut berkembang
biak dengan sangat cepat (Mack, 2000).
Beberapa karakteristik umum dari tumbuhan asing invasif telah diidentifikasi
untuk memprediksi seberapa kuat kemampuan invasinya di masa yang akan datang,
seperti reproduksi vegetatif yang cepat dan kemampuan menyesuaikan diri yang
tinggi (Rejmanek, 1996).
Tumbuhan invasif memiliki perkembangan generatif dan vegetatif yang baik
dan penyebarannya mudah, cepat membentuk naungan, umumnya memiliki habitus
semak, liana, herba, pohon dan palem. Perbedaan antara spesies tumbuhan asli dan
tumbuhan invasif dalam akuisisi sumber daya dan konsumsi dapat menyebabkan
perubahan dalam struktur tanah, dekomposisi, dan kandungan nutrisi dari tanah.
(Srivastava et al. 2014).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui jenis-
jenis tumbuhan invasif serta melihat kemampuan perkecambahan
tumbuhan invasif
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6
mampu mengubah struktur habitat yang ditempati, serta mampu mengubah
komposisi gizi dan mengubah lanskap. Selain itu spesies invasif juga berdampak
negatif pada keanekaragaman hayati, pertanian, kesehatan manusia, serta memiliki
dampak langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan mata
pencaharian (Resosoedarmo, 1990).
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh spesies invasif pada
keanekaragaman hayati antara lain pertama hilangnya keanekaragaman hayati akibat
kompetisi ruang pada habitat oleh spesies invasif, kedua kepunahan spesies hewan
asli oleh predasi, ketiga hilangnya keanekaragaman hayati akibat kegiatan
pengendalian (pembakaran terkendali) spesies invasif non pribumi (eksotik) pada
padang rumput dan kelimpahan spesies berkurang sehingga menjadi terancam dan
hampir punah (Sofyan, 2010).
Pengaruh dan dampak spesies invasif bagi ekosistem memang beragam.
Namun yang menjadi perhatian pada spesies invasif adalah kemampuan sebarannya
meningkat cepat, daya saing yang tinggi dan kemampuan untuk menginvasi wilayah
baru memerlukan periode yang singkat, selain itu spesies invasif memiliki
kecenderungan sifat yang agresif, mampu menembus hambatan alam dan menjadi
pemangsa spesies lokal sehingga mengubah komposisi keanekaragaman hayati di
habitat baru (Odum, 1993)
7
Proses invasif terjadi secara bertahap diawali dari kehadiran spesies invasif
disuatu home range hingga terjadinya pengambil alihan lokasi baru. Tumbuhan
invasif mampu mendominasi kawasan tumbuhnya, karakter tersebut yaitu
pertumbuhan yang cepat, perakarannya banyak dan rapat, sehingga mendominasi
perakaran disekitarnya, mampu menggunakan penyerbukan lokal sehingga mampu
memproduksi biji, metode penyebaran biji efektif, seperti buah yang disukai hewan
atau biji ringan sehingga mudah terbawa angin, biji yang dihasilkan banyak,sehingga
cepat mendominasi areal, memiliki senyawa allelopati yang menghambat
pertumbuhan jenis tumbuhan lokal (Tjitrosoedirdjo, 2005).
Perkecambahan merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio di
dalam biji. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio
pada tumbuhan (Muller, 1996). Daya kecambah benih adalah mekar dan
berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai. Daya kecambah
benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai
(Muller,1996).
Tipe perkecambahan pada tumbuhan invasif pada umumnya adalah tipe
epigeal (epigous) munculnya radikal diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara
keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula keatas permukaan tanah.
Akan tetapi, ada juga hipogeal (hipogeous), dimana munculnya radikal diikuti
dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang keatas permukaan tanah
sedangkan kotiledon tetap berada didalam kulit biji dibawah permukaan tanah.
Contohnya semua famili graminae seprti jagung (Zea mays) (Soerjani, 2001).
Proses perkecambahan proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan.
Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh
benih,melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu
kegiatansel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian
bahanbahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang
melarutdan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi
daribahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan
energiuntuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan (Heddy,1986).
8
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Perkecambahan Tumbuhan Invasif ini dilaksanakan pada
hari Rabu, 4 Maret 2020 jam 10.00-Selesai di Laboratorium Teaching I. Pengamatan
dilakukan selama 2 minggu di Laboratorium Ekologi tumbuhan, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alan, Universitas Andalas, Padang .
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa selama pengamatan perkecambahan biji
dari Clotalaria mucronata tumbuh sebanyak 105 biji dengan tinggi rata-rata 10 cm
sedangkan untuk Eleusine indica, Micania sp tidak tumbuh sama sekali. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor lingkungan seperti kurangnya penyiraman yang
mengakibatkan biji kekurangan air untuk berkecambah. Kurangnnya kelembapan
pada media perkecambahan biji. Kurangnya unsur hara pada media yang digunakan
biji untuk berkecambah. Faktor lainnya yaitu kondisi biji yang digunakan belum
matang dengan kata lain biji yang digunakan masih muda.
Clotalaria mucronata glauca merupakan spesies yang paling banyak tumbuh
karena terletak pada paparan matahari yang cukup dibanding 2 spesies lainnya,
karena Clotalaria mucronata merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan
baik pada kondisi paparan matahari yang terbuka dengan kadar air yang tidak tinggi.
Hal ini sesuai Purwanto (2007) Clotalaria mucronata umumnya tumbuh dalam
keadaan tanah apa saja, mudah beradaptasi dengan iklim setempat. Tanaman ini pun
mudah tumbuh, setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya
akantumbuh kembali dalam jumlah banyak.
Clotalaria mucronata merupakan salah satu tumbuhan invasif. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Clotalaria mucronata sukses menginvasi suatu wilayah
disebabkan spesies ini memiliki distribusi geografi alami yang luas, mengkolonisasi
pada area yang terganggu secara agresif, memiliki biji yang relatif kecil, periode
anakan yang pendek (cepat dewasa), produksi biji yang tinggi setiap tahun dan
mudah tersebar oleh angin atau satwa (Haetmink 2001).
Micania sp adalah suatu jenis tanaman penutup tanah, karena tanaman ini
dapat berkembang biak sangat cepat, sehingga menutupi permukaan tanah yang ada
disekitar kita. Tumbuhan ini tergolong gulma tanah. Kebanyakan Gulma adalah
tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam
waktu singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar. Beberapa gulma akan terus
menebarkan bijinya walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma
kebun biasa, bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan
kompos jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan (Odum,1993).
Menurut Tjitrosomo (1983) keadaan lingkungan yang perlu bagi
perkecambahan biji ialah kelembaban, oksigen, dan suhu yang sesuai. Selain itu
11
cahaya berpengaruh baik terhadap perkecambahan bahan biji banyak spesies,
sedangkan pada yang lain peristiwa itu dihalangi oleh cahaya. Meskipun demikian,
pengaruh tidak adanya cahaya yang dimodifikasi oleh faktor lain, terutama
temperature. Biji-biji sebagaian besar tumbuhan, bila masak, hanya berisi sedikit air,
maka perkecambahan itu baru akan terjadi setelah kulit biji, dan kemudian juga
jaringan lain, telah menyerap air Biji-biji berbagai spesies, berbeda-beda
keperluannya akan oksigen, tetapi oksigen biasanya sangat perlu dalam
perkecambahan. Konsentrasi oksigen dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya air,
dan biji dapat urung berkecambah dalam tanah basah atau yang berlumpur.
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena
transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila
kondisi lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap tumbuhan dan
lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel
sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah
besar. Pada kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang
kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi dengan
memiliki permukaan helaian daun yang lebar (Heddy, 1986).
Menurut Kuswanto (1996) bahwa jika keadaan menguntungkan, penyerapan
air oleh biji diikuti oleh banyaknya kegiatan. Protoplasma mengalami rehidrasi dan
enzim-enzimnya mulai berfungsi. Zat pati diurai menjadi gula, lemak dapat manjadi
zat-zat yang dapat dilarutkan, dan protein menjadi asam amino. Persediaan bahan-
bahan ini memungkinkan pembesaran energi oleh respirasi, translokasi bahan
makanan ke janin, dan mulailah embrio bertumbuh.
Menurut Heyne (1987) pengaruh suhu terhadap perkecambahan berbeda-beda
bagi berbagai macam biji. Banyak biji yang berkecambah dalam kisaran suhu yang
luas. Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain memengaruhi kerja
enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses
pertumbuhan. Fotosintesis pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau
bagian lain tanaman. Suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang
paling baik untuk pertumbuhan. Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah
di mana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu maksimum (30°C hingga 38°C)
merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh.
12
Selain itu, penyebab tanaman invasif yang dikecambahkan tidak tumbuh
dengan baik, Menurut Siregar (2010) dormansi biji merupakan sifat alami yang
dimiliki suatu biji untuk bertahan hidup atau untuk pelestarian spesiesnya, tetapi
dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan pembibitan.
Dormansi disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji ini adalah tidak sempurnanya embrio, embrio yang belum matang
secara fisiologis, kulit biji yang tebal sehingga tahan terhadap pergerakan mekanik,
kulit biji impermeabel dan adanya zat inhibitor untuk perkecambahan. Respirasi pada
biji dorman lagi kering berlangsung amat perlahan. Mungkin juga respirasi berhenti
pada biji-biji yang sama sekali kering, tetapi masih hidup. Membasahi biji-biji itu
memungkinkan respirasi itu meningkat dengan cepat dan pada saat perkecambahan
berlangsung dengan baik maka laju respirasi dapat menjadi ratusan kali.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dari tiga jenis biji yang
ditanam, perkecambahan biji tidak merata. Ada yang perkecambahan tinggi,
sedangdan rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat proses
perkecambahan seperti kekurangan cahaya, air, suhu dan medium yang kurang
sesuaiserta adanya inhibitor yang dikandung oleh biji yang dikecambahkan.
Menurut Menurut Siregar (2010) dormansi biji merupakan sifat alami
yangdimiliki suatu biji untuk bertahan hidup atau untuk pelestarian spesiesnya,
tetapidapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan
pembibitan.Dormansi disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor yang
menyebabkan dormansi pada biji ini adalah tidak sempurnanya embrio, embrio yang
belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal sehingga tahan terhadap
pergerakan mekanik,kulit biji impermeabel dan adanya zat inhibitor untuk
perkecambahan.
13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sekali
perkecambahan biji, kurangnya unsur hara pada media yang digunakan dan
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari praktikum perkecambahan tumbuhan invasif
ini adalah agar praktikan dapat menyiram biji tumbuhan invasif ini secara teratur dan
memahami materi sebelum praktikum dilaksanakan agar pada saat praktikum tidak
bingung lagi dalam melaksanakannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andi. Yogyakarta.
Rejmanek, M. 1996. A theory of seed plant invasivenees: the first sketch. Biological
Conservation. 78: 171-181.
15
Siregar, N. 2010. Pengukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan
16
LAMPIRAN
17
Gambar 3. Perkecambahan biji
Clotalaria mucronata pada 20 maret
18