Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN


PERKECAMBAHAN TUMBUHAN INVASIF

OLEH :

ANGGOTA KELOMPOK :1. DIKA PUTRI SEHATI (1810421003)

2. LILY RAHMAWATI (1810421006)

3. JELITA PUTRI ADISTI (1810421009)

4. JUPRIADI (1810421010)

5. WAHYU YULIS GITASYA (1810421015)

KELOMPOK/KELAS : I (SATU) / C
ASISTEN : DILA KARINA ANDINI

ULFA DEWI AMELISA

LABORATORIUM TEACHING I

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR
ISI..................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG.............................................................................. 3
1.2
TUJUAN...............................................................................................
.... 4
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA.................................................................... 5
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 WAKTU DAN
TEMPAT......................................................................... 8
3.2 ALAT DAN
BAHAN............................................................................... 8
3.3 CARA
KERJA.......................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
9
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN.......................................................................................
... 13
5.2
SARAN................................................................................................
...... 13

2
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................
14
LAMPIRAN
KEGIATAN................................................................................
16

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu negara yang kaya dengan keanekaragaman jenis flora,
Indonesia termasuk ke dalam golongan tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi
dibandingakan keanekaragaman hayati di daerah tropis lainnya. Sebagian besar
jenis-jenis tumbuhan tesebut yang terdapat pada kawasan yang basah, terutama hutan
primer, yang menutupi sebagian besar wilayah Indonesia. Dari sekian banyak jenis
tumbuhan yang ada banyak terdapat di dalam jenis-jenis yang kisaran ekologi yang
sama namun ada pula yang berbeda. Pada jenis-jenis tertentu memiliki kisaran
persebaran yang luas dan menempati berbagai habitat dan mempunyai variabelitas
genetika yang tinggi (Sofyan,2010).
Keanekaragaman hayati yang ada di seluruh dunia saat ini mengalami
berbagai ancaman. Salah satu diantara banyak ancaman terhadap keanekaragaman
hayati disebabkan oleh keberadaan jenis-jenis asing invasif (Invasive Alien Spesies =
IAS) (Sastrodinoto, 1980). Spesies invasif biologis mengubah ekosistem dengan
banyak cara. Habitat yang terganggu dapat menjadi suatu ekosistem yang baru yang
mempengaruhi secara luas terhadap ekosistem lokal. Hal ini dapat menyebabkan
spesies unggul, yang mungkin bukan spesies asli, dapat tumbuh pada habitat yang
baru tersebut dan menjadi spesies invasif dan menyingkirkan spesies asli (Kolar,
2001).
International Day On Biological Diversity (IBD) mendefinisikan spesies
invasif sebagai spesies asing (baik itu tumbuhan ataupun hewan) yang
mempengaruhi habitat, ekonomi, lingkungan atau ekologis. Sedangkan International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mendefinisikan
Invasive Alien Species (IAS) sebagai jenis tanaman asing (exotic) ataupun jenis
tanaman asli yang berada pada ekosistem alami atau semi alami yang mampu
mengubah habitat dan mengancam keanekaragaman hayati aslinya (Odum,1993).
Tumbuhan invasif adalah tumbuhan yang memperoleh keuntungan kompetitif
setelah hilangnya kendala alamiah terhadap perbanyakannya yang memungkinkan
jenis itu menyebar cepat untuk mendominasi daerah baru dalam ekosistem dimana
jenis itu dominan (Vale’ry, Herve, Jean-Claude dan Daniel, 2008). Tumbuhan invasif

4
dapat berupa jenis lokal maupun jenis asing. Jenis tumbuhan asing invasif umumnya
memiliki karakter tambahan yaitu cenderung mengubah struktur dan komposisi
habitat tumbuhan asli serta tidak memiliki musuh alami (Gordon, 1998).
Spesies invasif sebagai spesies asing (non-native) yang pada umumnya
diintroduksi oleh manusia kemudian mengancam ekosistem, habitat atau spesies
lainnya dan menyebabkan perubahan global pada lingkungan.Spesies invasif bisa
berupa spesies asli (native) maupun spesies non-pribumi (exotic) yang hidup diluar
habitat alaminya, tumbuh dengan pesat dan menimbulkan kerusakan pada
lingkungan baik itu secara ekologis maupun ekonomi. (Sofyan,2010).
Pada umumnya tumbuhan invasif akan mempengaruhi tumbuhan lain karena
terjadinya suatu kompetisi. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi
memperebutkan sumber daya seperti nutrisi, cahaya, ruang, air, dan sebagainya. Jika
spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi yang sengit dengan tingkat predasi
yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin membuat spesies tersebut berkembang
biak dengan sangat cepat (Mack, 2000).
Beberapa karakteristik umum dari tumbuhan asing invasif telah diidentifikasi
untuk memprediksi seberapa kuat kemampuan invasinya di masa yang akan datang,
seperti reproduksi vegetatif yang cepat dan kemampuan menyesuaikan diri yang
tinggi (Rejmanek, 1996).
Tumbuhan invasif memiliki perkembangan generatif dan vegetatif yang baik
dan penyebarannya mudah, cepat membentuk naungan, umumnya memiliki habitus
semak, liana, herba, pohon dan palem. Perbedaan antara spesies tumbuhan asli dan
tumbuhan invasif dalam akuisisi sumber daya dan konsumsi dapat menyebabkan
perubahan dalam struktur tanah, dekomposisi, dan kandungan nutrisi dari tanah.
(Srivastava et al. 2014).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui jenis-
jenis tumbuhan invasif serta melihat kemampuan perkecambahan
tumbuhan invasif

5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Invasif


Secara ekologi, invasif merupakan pergerakan suatu spesies dari suatu area dengan
kondisi tertentu menuju ke area lain dengan kondisi yang berbeda kemudian secara
perlahan spesies tersebut mengokupasi habitat barunya. Invasif merupakan proses
masuknya bakal kehidupan berbagai spesies organisme pionir (invasif) baik itu
berupa buah, biji, spora, telur, larva dan sebagainya dari suatu daerah ke daerah yang
baru dan menetap di daerah baru tersebut (Indriyanto, 2008)
Spesies invasif adalah spesies asli maupun bukan yang mengkolonisasi suatu
habitat secara dominan. Namun spesies yang diperkenalkan secara sengaja oleh
manusia bukan untuk memengaruhi suatu habitat melainkan untuk keuntungan hidup
manusia dan sekelompok manusia dinamakan spesies introduksi (Odum, 1993)
Proses invasif suatu lingkungan tidak hanya disebabkan oleh adanya
introduksi spesies asing, tetapi spesies lokal juga dipertimbangkan dapat menjadi
invasif ketika penyebarannya dilakukan di dalam habitat buatan manusia seperti
kebun atau halaman ketika kelimpahannya meningkat akibat campur tangan manusia
di habitat alaminya. Pada dasarnya proses invasif dari spesies tumbuhan asing dapat
dibagi menjadi tiga proses, yaitu proses introduksi, proses kolonisasi dan proses
naturalisasi karakteristik yang paling terlihat pada tumbuhan invasif diantaranya
cepat membentuk naungan, merupakan spesies pionir, memiliki fenologi yang
berbeda dan tidak memiliki musuh alami (Heddy, 1986).
Suatu spesies introduksi dapat menjadi invasif jika mereka mampu
menyingkirkan spesies asli dari persaingan memerebutkan sumber daya seperti
nutrisi, cahaya, ruang, air dan sebagainya. Selain itu suatu spesies mampu
menginvasi lingkungan apabila berasosiasi dengan baik di lingkungan yang baru
sehingga akan menguntungkan pertumbuhannya, tetapi merugikan bagi spesies lokal.
Jika spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi yang sengit dengan tingkat
predasi yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin membuat spesies tersebut
berkembang biak dengan cepat (Soemarwoto, 1983).
Dampak kerusakan yang ditimbulkan spesies invasif adalah mengurangi
perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman,mengurangi ketersediaan air,

6
mampu mengubah struktur habitat yang ditempati, serta mampu mengubah
komposisi gizi dan mengubah lanskap. Selain itu spesies invasif juga berdampak
negatif pada keanekaragaman hayati, pertanian, kesehatan manusia, serta memiliki
dampak langsung dan tidak langsung pada pertumbuhan ekonomi dan mata
pencaharian (Resosoedarmo, 1990).
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh spesies invasif pada
keanekaragaman hayati antara lain pertama hilangnya keanekaragaman hayati akibat
kompetisi ruang pada habitat oleh spesies invasif, kedua kepunahan spesies hewan
asli oleh predasi, ketiga hilangnya keanekaragaman hayati akibat kegiatan
pengendalian (pembakaran terkendali) spesies invasif non pribumi (eksotik) pada
padang rumput dan kelimpahan spesies berkurang sehingga menjadi terancam dan
hampir punah (Sofyan, 2010).
Pengaruh dan dampak spesies invasif bagi ekosistem memang beragam.
Namun yang menjadi perhatian pada spesies invasif adalah kemampuan sebarannya
meningkat cepat, daya saing yang tinggi dan kemampuan untuk menginvasi wilayah
baru memerlukan periode yang singkat, selain itu spesies invasif memiliki
kecenderungan sifat yang agresif, mampu menembus hambatan alam dan menjadi
pemangsa spesies lokal sehingga mengubah komposisi keanekaragaman hayati di
habitat baru (Odum, 1993)

2.2 Perkecambahan Tumbuhan Invasif


Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan
benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan
hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan
enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap di
mana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat
adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah yang mudah
menggandakan atau membelah diri (meristematik) untuk menghasilkan energi bagi
pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah
pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian
sel-sel pada titik tumbuh. (Sutopo, 2000).

7
Proses invasif terjadi secara bertahap diawali dari kehadiran spesies invasif
disuatu home range hingga terjadinya pengambil alihan lokasi baru. Tumbuhan
invasif mampu mendominasi kawasan tumbuhnya, karakter tersebut yaitu
pertumbuhan yang cepat, perakarannya banyak dan rapat, sehingga mendominasi
perakaran disekitarnya, mampu menggunakan penyerbukan lokal sehingga mampu
memproduksi biji, metode penyebaran biji efektif, seperti buah yang disukai hewan
atau biji ringan sehingga mudah terbawa angin, biji yang dihasilkan banyak,sehingga
cepat mendominasi areal, memiliki senyawa allelopati yang menghambat
pertumbuhan jenis tumbuhan lokal (Tjitrosoedirdjo, 2005).
Perkecambahan merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio di
dalam biji. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio
pada tumbuhan (Muller, 1996). Daya kecambah benih adalah mekar dan
berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuan untuk tumbuh normal pada lingkungan yang sesuai. Daya kecambah
benih meningkat dengan bertambah tuanya biji sampai masak fisiologis biji tercapai
(Muller,1996).
Tipe perkecambahan pada tumbuhan invasif pada umumnya adalah tipe
epigeal (epigous) munculnya radikal diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara
keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula keatas permukaan tanah.
Akan tetapi, ada juga hipogeal (hipogeous), dimana munculnya radikal diikuti
dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang keatas permukaan tanah
sedangkan kotiledon tetap berada didalam kulit biji dibawah permukaan tanah.
Contohnya semua famili graminae seprti jagung (Zea mays) (Soerjani, 2001).
Proses perkecambahan proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan.
Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh
benih,melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu
kegiatansel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian
bahanbahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang
melarutdan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi
daribahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan
energiuntuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan (Heddy,1986).

8
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Perkecambahan Tumbuhan Invasif ini dilaksanakan pada
hari Rabu, 4 Maret 2020 jam 10.00-Selesai di Laboratorium Teaching I. Pengamatan
dilakukan selama 2 minggu di Laboratorium Ekologi tumbuhan, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alan, Universitas Andalas, Padang .

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 3 buah baki
dengan ukuran yang sama, kardus dan alat tulissedangkan Bahan
yang digunakan yaitu 3 jenis biji tumbuhan invasif Crotalaria
mucronata, Eleusina indica, Mikania sp., kapas dan air

3.3 Cara Kerja


Disiapkan 3 buah baki dengan ukuran yang sama. Kemudian kapas dibasahi hingga
lembab dan diletakan diatas masing-masing baki hingga menutupi permukaan baki.
Satu baki digunakan untuk 1 jenis biji. Biji tumbuhan invasif diletakkan diatas kapas.
Baki diletakkan di Rumah Kaca dan ditutup dengan karton. Diamati proses
perkecambahan biji sekali 2 hari selama dua minggu.

9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengamatan Perkecambahan Biji Tumbuhan Invasif


No Jumlah Jumlah Rata-
Hari/Tanggal Keteranga
Jenis Tumbuhan Biji Biji yang Rata
Pengamatan n
Awal Tumbuh Tinggi
1. Senin, 09 maret Clotalaria 50 18 6 cm
2020 mucronata
Tidak
Eleusine indica 50 - - tumbuh
Micania sp Tidak
50 - - tumbuh
2. Rabu, 12 maret Clotalaria 50 57 7 cm
2020 mucronata
50 - - Tidak
Eleusine indica tumbuh
Micania sp 50 - - Tidak
tumbuh
3. Jumat, 14 maret Clotalaria 50 57 7cm
2020 mucronata
50 - - Tidak
Eleusine indica tumbuh
Micania sp 50 - - Tidak
tumbuh

4. Senin, 16 maret Clotalaria 50 83 8 cm


2020 mucronata
50 - - Tidak
Eleusine indica tumbuh
Micania sp 50 - - Tidak
tumbuh
5. Rabu, 18 maret Clotalaria 50 98 9 cm
2020 mucronata
50 - - Tidak
Eleusine indica tumbuh
Micania sp 50 - - Tidak
tumbuh
6. Jumat, 20 maret Clotalaria 50 105 10 cm
2020 mucronata
50 - - Tidak
Eleusine indica tumbuh
Micania sp 50 - - Tidak
tumbuh

10
Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil bahwa selama pengamatan perkecambahan biji
dari Clotalaria mucronata tumbuh sebanyak 105 biji dengan tinggi rata-rata 10 cm
sedangkan untuk Eleusine indica, Micania sp tidak tumbuh sama sekali. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor lingkungan seperti kurangnya penyiraman yang
mengakibatkan biji kekurangan air untuk berkecambah. Kurangnnya kelembapan
pada media perkecambahan biji. Kurangnya unsur hara pada media yang digunakan
biji untuk berkecambah. Faktor lainnya yaitu kondisi biji yang digunakan belum
matang dengan kata lain biji yang digunakan masih muda.
Clotalaria mucronata glauca merupakan spesies yang paling banyak tumbuh
karena terletak pada paparan matahari yang cukup dibanding 2 spesies lainnya,
karena Clotalaria mucronata merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan
baik pada kondisi paparan matahari yang terbuka dengan kadar air yang tidak tinggi.
Hal ini sesuai Purwanto (2007) Clotalaria mucronata umumnya tumbuh dalam
keadaan tanah apa saja, mudah beradaptasi dengan iklim setempat. Tanaman ini pun
mudah tumbuh, setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya
akantumbuh kembali dalam jumlah banyak.
Clotalaria mucronata merupakan salah satu tumbuhan invasif. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Clotalaria mucronata sukses menginvasi suatu wilayah
disebabkan spesies ini memiliki distribusi geografi alami yang luas, mengkolonisasi
pada area yang terganggu secara agresif, memiliki biji yang relatif kecil, periode
anakan yang pendek (cepat dewasa), produksi biji yang tinggi setiap tahun dan
mudah tersebar oleh angin atau satwa (Haetmink 2001).
Micania sp adalah suatu jenis tanaman penutup tanah, karena tanaman ini
dapat berkembang biak sangat cepat, sehingga menutupi permukaan tanah yang ada
disekitar kita. Tumbuhan ini tergolong gulma tanah. Kebanyakan Gulma adalah
tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam
waktu singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar. Beberapa gulma akan terus
menebarkan bijinya walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma
kebun biasa, bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan
kompos jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan (Odum,1993).
Menurut Tjitrosomo (1983) keadaan lingkungan yang perlu bagi
perkecambahan biji ialah kelembaban, oksigen, dan suhu yang sesuai. Selain itu

11
cahaya berpengaruh baik terhadap perkecambahan bahan biji banyak spesies,
sedangkan pada yang lain peristiwa itu dihalangi oleh cahaya. Meskipun demikian,
pengaruh tidak adanya cahaya yang dimodifikasi oleh faktor lain, terutama
temperature. Biji-biji sebagaian besar tumbuhan, bila masak, hanya berisi sedikit air,
maka perkecambahan itu baru akan terjadi setelah kulit biji, dan kemudian juga
jaringan lain, telah menyerap air Biji-biji berbagai spesies, berbeda-beda
keperluannya akan oksigen, tetapi oksigen biasanya sangat perlu dalam
perkecambahan. Konsentrasi oksigen dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya air,
dan biji dapat urung berkecambah dalam tanah basah atau yang berlumpur.
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena
transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila
kondisi lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap tumbuhan dan
lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel
sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah
besar. Pada kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang
kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi dengan
memiliki permukaan helaian daun yang lebar (Heddy, 1986).
Menurut Kuswanto (1996) bahwa jika keadaan menguntungkan, penyerapan
air oleh biji diikuti oleh banyaknya kegiatan. Protoplasma mengalami rehidrasi dan
enzim-enzimnya mulai berfungsi. Zat pati diurai menjadi gula, lemak dapat manjadi
zat-zat yang dapat dilarutkan, dan protein menjadi asam amino. Persediaan bahan-
bahan ini memungkinkan pembesaran energi oleh respirasi, translokasi bahan
makanan ke janin, dan mulailah embrio bertumbuh.
Menurut Heyne (1987) pengaruh suhu terhadap perkecambahan berbeda-beda
bagi berbagai macam biji. Banyak biji yang berkecambah dalam kisaran suhu yang
luas. Suhu berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan, antara lain memengaruhi kerja
enzim. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses
pertumbuhan. Fotosintesis pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau
bagian lain tanaman. Suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang
paling baik untuk pertumbuhan. Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah
di mana tumbuhan masih dapat tumbuh. Suhu maksimum (30°C hingga 38°C)
merupakan suhu tertinggi dimana tumbuhan masih dapat tumbuh.

12
Selain itu, penyebab tanaman invasif yang dikecambahkan tidak tumbuh
dengan baik, Menurut Siregar (2010) dormansi biji merupakan sifat alami yang
dimiliki suatu biji untuk bertahan hidup atau untuk pelestarian spesiesnya, tetapi
dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan pembibitan.
Dormansi disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor yang menyebabkan
dormansi pada biji ini adalah tidak sempurnanya embrio, embrio yang belum matang
secara fisiologis, kulit biji yang tebal sehingga tahan terhadap pergerakan mekanik,
kulit biji impermeabel dan adanya zat inhibitor untuk perkecambahan. Respirasi pada
biji dorman lagi kering berlangsung amat perlahan. Mungkin juga respirasi berhenti
pada biji-biji yang sama sekali kering, tetapi masih hidup. Membasahi biji-biji itu
memungkinkan respirasi itu meningkat dengan cepat dan pada saat perkecambahan
berlangsung dengan baik maka laju respirasi dapat menjadi ratusan kali.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dari tiga jenis biji yang
ditanam, perkecambahan biji tidak merata. Ada yang perkecambahan tinggi,
sedangdan rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menghambat proses
perkecambahan seperti kekurangan cahaya, air, suhu dan medium yang kurang
sesuaiserta adanya inhibitor yang dikandung oleh biji yang dikecambahkan.
Menurut Menurut Siregar (2010) dormansi biji merupakan sifat alami
yangdimiliki suatu biji untuk bertahan hidup atau untuk pelestarian spesiesnya,
tetapidapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dalam persemaian dan
pembibitan.Dormansi disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam, faktor yang
menyebabkan dormansi pada biji ini adalah tidak sempurnanya embrio, embrio yang
belum matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal sehingga tahan terhadap
pergerakan mekanik,kulit biji impermeabel dan adanya zat inhibitor untuk
perkecambahan.

13
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didpatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada perkecambahan yang dilakukan pada Clotalaria mucronata tumbuh

sebanyak 105 biji dengan tinggi rata-rata 10 cm.

2. Pada perkecambahan Eleusine indica dan Micania sp tidak tumbuh sama

sekali

3. Tidak tumbuhnya kecambah Eleusine indica, Micania sp kemungkinan

diakibatkan oleh kurangnya penyiraman, kurangnnya kelembapan pada media

perkecambahan biji, kurangnya unsur hara pada media yang digunakan dan

kondisi biji yang digunakan belum matang (muda)

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari praktikum perkecambahan tumbuhan invasif
ini adalah agar praktikan dapat menyiram biji tumbuhan invasif ini secara teratur dan
memahami materi sebelum praktikum dilaksanakan agar pada saat praktikum tidak
bingung lagi dalam melaksanakannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Biotic invasions: Causes, epidemiology, globalconsequences,and control.Ecological


Applications 10: 689–710.
Gordon, D. R. 1998. Effects of Invasive, Non Indigenous Plant Species On
Ecosystem Processes: Lessons From Florida. Ecol Applications. 8: 975-989.
Haertmink AE. 2001. Biomass and NutrientAccumulation of Piper aduncum and

Imperata cylindrica Fallows in The Humid Lowlands of Papua New Guinea.

Forest Ecology and Management 144: 19-32.

Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.

Heyne, K. 1987.Tumbuhan Berguna Indonesia jilid 2. Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.


Kolar, C.S dan D.M. Lodge. 2001. Progress in invasion biology predicting invaders.
Trends in Ecology & Evolution 2001 Apr 1.6(4) : 199 – 204.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi Benih. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

Mack, R, Simberloff, D, Lonsdale, 2000.W.M, Evans, H, Clout,M and F.A. Bazzazf.


Muller. 1996. Ilmu Ekologi Tumbuhan Allelopati Jilid 2. UI Press. Jakarta.

Odum, H., 1993. Ekologi SistemSuatu Pengantar.Universitas Gadjah Mada,


Yogyakarta

Purwanto. 2007. Ekologi umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Rejmanek, M. 1996. A theory of seed plant invasivenees: the first sketch. Biological
Conservation. 78: 171-181.

Resosoedarmo, S., 1990. Pengantar Ekologi. Remaja Rosdakarya.Jakarta

Sastrodinoto, S.1980. Biologi Umum I. Gramedia. Jakarta.

15
Siregar, N. 2010. Pengukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan

Pertumbuhan Bibit Gmelina (Gmelina arboreaLinn).Teknologi Hutan

Tanaman 3 (1) : 1-5.

Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan:


Jakarta

Soerjani. 2001. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Sofyan, A. C., 2010. Tingkat Keanekaragaman Dalam Kehidupan. Rosdakarya.


Jakarta

Srivastava., Wardhana ,B.S, Setiowati,E., Kurniawati,D.S. 2014. Keanekaragaman


Hayati dan Pengendalian Jenis Asing Invasif. Kantor Mentri Lingkungan
Hidup RI dan Nature Conservasi. Jakarta.

Sutopo,Lita. 2000. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Fakultas Pertanian Unibraw.


Rajawali Press. Jakarta

Tjitrosoedirdjo, S. S. 2005. Inventory of the Invasif Alient Plant Species in


Indonesia.Biotropia25: 60-73.
Tjitrosomo, S. 1983. Botani Umum 1. Angkasa. Bandung.

16
LAMPIRAN

Gambar 1. Perkecambahan awal biji Gambar 2. Perkecambahan awal biji


Clotalaria mucronata Eleusine indica

Gambar 3. Perkecambahan awal biji Gambar 4. Perkecambahan biji


Micania sp Clotalaria mucronata pada14 maret

Gambar 5. Perkecambahan biji Gambar 6. Perkecambahan biji


Eleusine indica pada 14 maret Micania sp pada 14 maret

17
Gambar 3. Perkecambahan biji
Clotalaria mucronata pada 20 maret

18

Anda mungkin juga menyukai