OLEH:
KELOMPOK VI B
PUTRI WULANDARI
LABORATORIUM PENDIDIKAN IV
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
I. PENDAHULUAN
tumbuhan asing invasif (invasive alien spesies) sebagai suatu populasi jenis biota
yang tumbuh dan berkembang biak di luar habitat atau ekosistem alaminya. Jenis
invasif tersebut dapat berperan sebagai agen perubahan ekosistem dan akhirnya
mengancam keberadaan biota asli yang terdapat pada suatu ekosistem. Spesies
mengubah komposisi gizi dan mengubah lanskap (Hidayat, 2012). Selain itu
kesehatan manusia, serta memiliki dampak langsung dan tidak langsung pada
sebarannya meningkat cepat, daya saing yang tinggi dan kemampuan untuk
menginvasi wilayah baru memerlukan periode yang singkat selain itu spesies
Salah satu cara yang dipakai dalam pengenalan vegetasi invasif adalah
dengan analisa vegetasi. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan
dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat
survei vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan.
Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal
atau beberapa petak. Petak tunggal akan memberikan infornasi yang baik bila
yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-
yang diamati, terdapat pola dominansi oleh satu atau beberapa kelompok jenis
jasad. Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai E mendekati 1,
maka sebaran individu-individu antar (spesies) relatif merata. Tetapi jika nilai E
vegetas invasif untuk mengetahui kerapatan spesies dalam suatu plot dan indeks
similaritasnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan invasif pada
mikroorganisme yang hidup di luar habitat alaminya, tumbuh dengan pesat karena
tidak memiliki musuh alami, sehingga menjadi gulma, hama, dan penyakit pada
spesies asli. Spesies invasif juga erat kaitannya dengan spesies eksotik. Spesies
eksotik menurut invasif adalah spesies yang terdapat di luar distribusi alaminya.
Tidak semua spesies invasif dapat berkembang di habitat yang baru, namun ada
sebagian dari spesies tersebut dapat tumbuh dan berkembang di lokasi yang baru
(1984) juga menambahkan karakter tumbuhan asing invasif, antara lain adalah
cepat membangun naungan yang lebat, tumbuhan invasif juga dapat bersifat
different phenology tumbuh lebih dulu, daun hijau lebih lama, berbunga lebih
lama dan berbunga lebih dulu, biasanya tumbuhan invasif tidak mempunya musuh
antara spesies tumbuhan asli dan invasif dalam akuisisi sumber daya dan
kandungan nutrisi dari tanah. Dengan demikian, spesies invasif adalah penghalang
serius bagi konservasi dengan dampak yang tidak diinginkan (Srivastava et al.,
2014).
kerentanan habitat pada invasi tergantung pada banyak faktor dan berubah dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor lain yang penting untuk memahami invasi yaitu
spesies gulma yang melakukan invasi. Hanya jenis gulma tertentu memiliki
beberapa sifat yang memungkinkan untuk menyerang habitat yang diciptakan oleh
Invasi tumbuhan adalah pergerakan satu atau lebih jenis tumbuhan dari
satu daerah ke daerah lainnya sehingga akhirnya jenis-jenis itu menetap di daerah
eksistensi, dan kompetisi, yang seluruhnya terkait dengan aspek waktu dan ruang.
Proses invasi seringkali terjadi di daerah yang gundul, namun dapat juga terjadi di
permulaan suksesi yang pada akhirnya secara terus menerus akan menghasilkan 5
proses invasi. Proses tersebut terdiri dari tiga tahap, introduksi, kolonisasi, dan
naturalisasi. Introduksi adalah proses awal sebuah tanaman invasif berhasil masuk
ke daerah baru. Proses ini biasanya dibantu oleh adanya gangguan. Kolonisasi
sering membutuhkan jeda waktu lama sebelum tahap berikutnya dimulai. Pada
proses ini terjadi pertumbuhan eksponensial yang cepat dan penyebaran populasi
baru juga terjadi selama invasi. Naturalisasi terjadi apabila populasi baru
mendiami semua relung yang tersedia, dan daya dukung tercapai. Kedua faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik biologi lingkungan diperlukan untuk invasi yang
sebagai dasar untuk investigasi dari mekanisme invasi. Tahapan atau subdivisi
mencapai satu demi satu dari tiga tahapan tersebut. Model yang dibuat harus dapat
membedakan antara tahapan (stages) dan langkah (steps) dari invasi. Tahapan
kuadarat dan memperhatikan distribusi pohon, ukuran dan bentuk kuadrat, jumlah
menetapkan vegetasi yang akan dihitung, pengamat harus menetapkan ukuran dan
bentuk kuadrat yang akan digunakan. Pada umumnya bentuk sample yang
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat
atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi
sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
variabel dan frekuensi berdasarkan kelimpahan setiap spesies individu atau jenis
struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada
Area yang ditumbuhi oleh tumbuhan invasif ditentukan, kemudian dibuat plot
invasif dilakukan pada setiap plot. Setiap jenis tumbuhan invasif yang ditemukan
pada plot dihitung. Dilakukan pengoleksian sampel jenis tumbuhan invasif yang
Keterangan :
IS : Indeks similaritas
sebagai berikut:
Tabel 1. Indeks Similaritas (IS) Tumbuhan Invasif
Borreria sp.
Cyperus rotundus
1 1
Melastoma malabathricum
Mimosa pudica
Borreria sp. 66,6%
Chrysopogon sp.
2 2 Cyperus rotundus
Mimosa pudica
Stachytarpheta sp.
Berdasarkan tabel 1. didapatkan jenis tumbuhan invasif pada plot 1 yaitu Borreria
pada plot dua didapatkan tumbuhan invasif yaitu Borreria sp., Chrysopogon sp.,
Borreria sp., Cyperus rotundus dan Mimosa pudica terdapat pada kedua plot
Semakin besar nilai indeks similaritas untuk setiap kombinasi plot pengamatan
adanya variasi kondisi lingkungan secara fisik, kimia, maupun interaksi antar
Akibatnya tingkat similaritas vegetasi termasuk dalam kategori tinggi dan hal ini
kelimpahan jumlah individu tiap spesies tidak sama atau ada kecenderungan atau
didalam komunitas yang diamati, terdapat pola dominansi oleh satu atau beberapa
individu antar (spesies) relatif merata. Tetapi jika nilai E mendekati 0, terdapat
akan ditempati oleh individu dari jenis yang sama, karena spesies tersebut secara
habitatnya. Dan juga menurut Loveless (1983), faktor lain yang menentukan
kondisi fisik dan kimia, tetapi juga hewan dan manusia yang mempunyai
mungkin bersifat homogen, namun pada tingkat makro (makrositus) terdiri atas
diadaptasi oleh individu yang sama. Fenomena ini akan dapat diketahui dengan
mendeteksi pola distribusi dan asosiasi spesies pada suatu komunitas yang
Menurut Alpert et all (2000), suatu spesies dapat menjadi invasif jika
sumber daya seperti nutrisi, cahaya, ruang, air dan sebagainya. Selain itu suatu
merugikan bagi spesies lokal. Jika spesies tersebut berevolusi di bawah kompetisi
yang sengit dengan tingkat predasi yang tinggi, maka lingkungan baru mungkin
kompetisi yang tinggi jika dibandingkan dengan spesies asli. Hal ini
tersebut akan segera dikuasai oleh tumbuhan eksotik tersebut. Selain itu laju
spesies asli.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
tumbuhan invasif yang di dapatkan di plot 1 dan plot 2 terdapat tiga spesies
tumbuhan invasif yang sama yaitu Borreria sp., Cyperus rotundus dan Mimosa
pudica, dengan begitu indeks similaritas (IS) yang didapatkan adalah 66.6%
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu pada saat mengamati tumbuhan yang ada dalam
area plot diharapkan cermat agar tidak ada tumbuhan invasif yang terlewatkan
DAFTAR PUSTAKA
Alpert, J.S., Kristian, T., MD, Allan S. J., Harvey D.W., 2000. A Universal
Gramedia. Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan dari Fundamental of Ecology oleh T.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA.
Malang.
Wittenberg, R and M.J.W. Cock. 2001. Invasive Alien Species: A Toolkit of Best
2. Gambar