EKOLOGI TUMBUHAN
MINIMAL AREA
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter
vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah
maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan
abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-
lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh
anthropogenik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil pengamatan yang di dapat pada masing- masing plot ?
2. Bagaimana kondisi lingkungan yang ada di sekitar plot ?
3. Apa kekurangan dan kelebihan metode petak atau minimal area ?
4. Bagaimana karakteristik tumbuhan (habitus, bentuk daun, pertulangan daun)
yang di dapat pada masing- masing plot ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang memiliki
kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu. Komunitas adalah
kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah. Ekosistem adalah sistem
hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan komponen abiotik yang
mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian bumi yang ditempati oleh makhluk hidup
(Odum, 2001).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul
pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup
dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi,
biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang
menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi
yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik
(Odum,2001).
Mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak mungkin melakukan penelitian
pada seluruh area yang ditempati oleh komunitas, terutama apabila area tersebut sangat
luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas
tersebut dengan syarat begian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Suatu
metode untuk menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas minimal.
Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut (Heddy,1986).
Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal
atau minimal area. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah
petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua
atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum,
2001).
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum
dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai
dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu
suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni penyebaran acak, Penyebaran secara
merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu
suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam
analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yakni penyebaran
percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran
secara semi acak dan semi sistematik (Rahadjanto, 2001).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
a) Hari/ tanggal : Senin, 17 Oktober 2017
b) Waktu : 13.00 15. 00 WIB
c) Tempat : Laboratorium Biologi FKIP Untan
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
1) Tabel hasil pengamatan
Petak contoh
No Jenis 1 2 3 4 5 Total
individu
1 Spesies A 30 15 - - - 45
30 30
25
20
15 15
10
5
0
Plot 1 Plot 2
Plot ke-
Spesies A
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan Minimal Area/ Kurva Spesies yang
bertujuan untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal. Suatu
metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal atau
minimal area. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak
contoh. Praktikum ini dilakukan di lapangan FKIP Universitas Tanjungpura. Untuk
suatu kondisi padang rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum pada luas minimum di
suatu areal vegetasi komunitas. Pengamatan dilakukan melalui pengukuran dengan
membuat bujur sangkar ( plot ) dengan ukuran plot 1 = 25 x 25 cm, plot 2 = 25 x 50
cm, plot 3 = 50 x 50 cm, plot 4 = 50 x 100 cm dan plot 5 = 100 x 100 cm di lapangan
(suatu ekosistem) dari tumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa,
untuk pengukuran pertama dengan ukuran 25 x 25 cm (plot 1) ditemukan 1 spesies
tanaman A yang berjumlah 30, dimana pada areal atau komunitas tersebut sangat
mendukung pertumbuhan tumbuhan tersebut.
Selanjutnya luas areal ( plot ) tersebut diperluas menjadi 25 x 50 cm (plot 2),
ternyata dengan penambahan luas, tidak terjadi penambahan jenis spesies yang
ditemukan dalam ekosistem tersebut. Adapun di dalamnya ditemukan jenis tumbuhan
yang sama, yaitu tanaman spesies A tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit dari plot 1
yaitu sebanyak 15.
Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan lain-lain.
Selain itu penambahan suatu areal akan dihentikan bila pengamatan pada areal areal
berikutnya ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya. Dimana
pengamatan, area sekitar plot banyak dijumpai tanaman berhabitus herba, karena lokasi
pembuatan plot berada dibawah pohon besar dan teduh yang memungkinkan tanaman
jenis lain kurang dapat tumbuh di sekitarnya. Kondisi area yang lembab dan cahaya yang
cukup memungkinkan tanaman spesies A dapat tumbuh lebih banyak pada lokasi
tersebut, sehingga tanaman spesies A dapat dijumpai pada plot 1 dan plot 2 tanpa adanya
penambahan spesies tanaman lain. Selain itu pada lokasi lahan tersebut persebaran
vegetasi spesies tanaman masih kurang dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal
yang memungkinkan tanaman jenis lain tidak dapat tumbuh.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu
komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang
berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-
masing spesies.
Pada plot 1 dan plot 2, ditemukan spesies tanaman yang sama yaitu spesies A.
Berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi, tanaman spesies A memiliki Habitus
herba dengan sistem perakaran serabut. Bentuk daun bangun lanset dengan ujung
runcing (acutus) dan pangkal daun runcing dengan pertulangan daun sejajar dan tepi
daun yang rata (integer) (Tjitrosoepomo, )
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu
petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur
agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika
menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendata jenis-jenis spesies
tanaman yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali
dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didata.
Adapun kelebihan dari menggunakan metode minimal area plot ini adalah kita
dapat menentukan luas minimum untuk suatu petak yang dapat mewakili habitat yang
akan diukur dan sangat objektif untuk daerah padang rumput karena vegetasinya yang
homogen. Sedangkan kekurangannya, yaitu tidak dapat mengukur keseluruhan
vegetasi yang ditemukan pada suatu ekosistem karena apabila ditemukan jenis
tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya maka penambahan areal akan
dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penentuan minimal area (kurva spesies) dilakukan untuk mengetahui luasan
plot minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak.
2. Keanekaragaman spesies pada kelima plot tidak begitu bervariasi, karena
spesies yang sama ditemukan pada plot 1 dan plot 2
3. Luas plot mempunyai kaitan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut
4. Area pengamatan dapat dikategorikan memiliki keanekaragaman yang kurang
beragam
5. Jumlah spesies A yang ditemukan pada plot 1 sebanyak 30 sedangkan pada
plot 2 sebanyak 15
6. Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan
lain-lain.
7. Kelebihan metode minimal area yaitu dapat menentukan luas minimum untuk
suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur dan sangat objektif
untuk daerah padang rumput karena vegetasinya yang homogen.
8. Kelemahan metode minimal area yaitu tidak dapat mengukur keseluruhan
vegetasi yang ditemukan pada suatu ekosistem karena apabila ditemukan jenis
tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya maka penambahan areal akan
dihentikan.
B. Saran
Sebaiknya asisten praktikum memahami prosedur praktikum dengan baik sebelum
praktik di lapangan secara langsung untuk menghindari kesalahan percobaan dan hal
yang tidak diinginkan lainnya. Untuk alat yang akan dibawa saat praktikum sebaiknya
diberitahu saat praktikum akan diakhiri, begitu juga dengan kisi- kisi penulisan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995. Biologi Lingkungan. Bandung: Ganesa exact.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Bina Pustaka.
Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : Angkasa.
Kimball, Jhon W. 1994. Biologi Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.