Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TUMBUHAN

MINIMAL AREA

Nama Ayu Wulandari


Nim F1071151004
Kelas Kelas.B
Kelompok 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang memiliki jumlah varietas yang
sangat banyak tersebar di muka bumi ini. Persebaran tumbuhan relatif bergantung pada
jenis tumbuhan dengan kondisi wilayah yang ditempatinya. Persebaran tumbuhan
sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah, kondisi cuaca atau iklim dan juga
kekerabatannya dengan species lain. Keragaman species yang terdapat dalam suatu
wilayah cenderung memiliki jumlah yang sedikit pada musim kemarau jika
dibandingkan dengan keragamana species pada musim penghujan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu
sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan parameter
vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah
maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan
abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-
lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara
alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh
anthropogenik.

Istilah ekologi juga berkaitan dengan komunitas dan populasi. Populasi


merupakan kumpulan individu dari jenis yang sama dalam suatu daerah, maka
komunitas merupakan kumpulan populasi dari berbagai jenis dalam suatu daerah.
Setiap dari satu jenis komunitas bisa saja terdapat berbagai macam spesies. Dan
tentunya jumlah spesies yang satu dengan yang lainnya dalam suatu komunitas tidaklah
sama. Bisa saja terdapat spesies yang lebih mendominasi, bahkan terdapat pula jumlah
spesies yang terlalu sedikit pada komunitas tersebut.
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang jarang, sementara
yang lainnya mengandung jumlah spesies yang sama dengan jumlah spesies pada
umumnya yang banyak ditemukan.
Untuk mempelajari suatu kelompok tumbuhan yang belum diketahui yaitu
baik digunakan dengan cara tehnik yang dapat berupa bidang (plot, kuadrat) garis
atau titik.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka dilakukan praktikum
perhitungan jumlah vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat atau plot pada
suatu area tertentu.
Lingkungan sebagai faktor ekologi yang terdapat disekitar tumbuh-
tumbuhan dan makhluk hidup lainnya dapat terdiri dari lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik.Habitat sebagai faktor lingkungan tempat tinggal dalam
melaksanakan kehidupannya.
Dalam mempelajari ekologi tumbuhan kita tidak dapat melakukan penelitian
pada seluruh area yang ditempati komunitas tumbuhan, terutama apabila area itu
cukup luas.Dengan syarat bagian tersebut dapat mewakili komunitas tumbuhan
yang ada. Prinsip penentuan ukuran plot adalah plot dibuat dari ukuran terkecil
hingga pada ukuran terbesar dengan spesies yang bervariasi dari satu plot ke plot
yang lain sampai pada tidak ada lagi keanekaragaman spesies. Ukuran plot terkecil
yang digunakan yaitu 25 x 25 cm hingga plot area dengan ukuran tertentu sesuai
dengan pertambahan jenis specses.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil pengamatan yang di dapat pada masing- masing plot ?
2. Bagaimana kondisi lingkungan yang ada di sekitar plot ?
3. Apa kekurangan dan kelebihan metode petak atau minimal area ?
4. Bagaimana karakteristik tumbuhan (habitus, bentuk daun, pertulangan daun)
yang di dapat pada masing- masing plot ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang memiliki
kemampuan berbiak silang di suatu tempat pada waktu tertentu. Komunitas adalah
kumpulan populasi yang saling berinteraksi di suatu daerah. Ekosistem adalah sistem
hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan komponen abiotik yang
mempengaruhinya. Biosfer adalah bagian bumi yang ditempati oleh makhluk hidup
(Odum, 2001).
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul
pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup
dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi,
biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang
menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi
yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik
(Odum,2001).
Mempelajari komunitas tumbuhan, kita tidak mungkin melakukan penelitian
pada seluruh area yang ditempati oleh komunitas, terutama apabila area tersebut sangat
luas. Oleh karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas
tersebut dengan syarat begian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas. Suatu
metode untuk menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas minimal.
Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut (Heddy,1986).

Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya


terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara
sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya
sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisa
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat
terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam
hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan
penutupan tajuknya perlu diukur(Natassa dkk, 2010).

Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah


atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran
tumbuhan yang ada, baik secara ruang maupun waktu. Rawa-rawa, hutan,
dan padang rumput dapat dijadikan contoh dari tipe vegetasi. Suatu tipe vegetasi
kadangkala dibagi lagi menjadi beberapa komunitas yang predominan atau disebut
asosiasi yaitu sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama di
suatu lingkungan. Komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali digunakan oleh para ahli
ekologi untuk menjelaskan vegetasi. Sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh suatu
komunitas tumbuhan adalah mempunyai komposisi floristic yang tetap, fisiognomi
(struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dan sebagainya) yang relatif seragam, dan
mempunyai penyebaran yang karakteristik dalam lingkungan atau habitat dengan ciri-
ciri tertentu (Sastroutomo, 2009).

Untuk memahami luas, metode manapun yang dipakai untuk menggambarkan


suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau
sempitnya suatu area yang diamati. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur
sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh
minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam
analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anwar,1995).

Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal
atau minimal area. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah
petak contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua
atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum,
2001).

Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas
tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum
dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum yang sesuai
dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu. Penyebaran individu
suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni penyebaran acak, Penyebaran secara
merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu
suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam
analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan yakni penyebaran
percontohan secara acak, penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran
secara semi acak dan semi sistematik (Rahadjanto, 2001).

Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk


menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Luasan petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas kurva
spesies areanya. Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk bujur sangkar,
empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Petak contoh dapat
ditambahkan jika terjadi penambahan spesies dalam petak contoh yang sedang diamati
lebih dari 10 %. Luasan petak contoh pada praktikum yaitu 25 cm / 0,25 m. Pemilihan
ukuran tersebut dikarenakan pada vegetasi padang rumput selain tumbuhannya kecil
juga pada analisis vegetasinya dalam ukuran petak contoh belum mencapai 1 m semua
spesies di situ sudah terdata semua. Luasan petak contoh pada praktikum yang
dilakukan yaitu:
- Petak contoh 1 = 25 cm2
- Petak contoh 2 = 25 x 50 cm
- Petak contoh 3 = 50 x 50 cm
- Petak contoh 4 = 50 x 100 cm
- Petak contoh 5 = 100 x 100 cm (1 m2)
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya,
dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur
komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana
dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau
banyaknya (abudance) (Kimball, Jhon W. 1994).
Beberapa komunitas terdiri dari beberapa spesies yang umum dan beberapa
spesies yang jarang semenetara yang lainnya mengandung jumlah spesies yang di
dalam komunitas mempunyai dampak yang sangat besar pada ciri umumnya, konsep
ini memiliki suatu komunitas yang berbeda kekayaan spesies yang sama tetapi
jumlahnya lebih terbagi secara beranekaragam. Istilah keragaman spesies seprti yang
digunakan oleh para ahli ekologi. Mepertimbangkan kedua komponen
keanekaragaman yaitu kekayaan spesies dan kelimpahan relatif (Kimball, Jhon W.
1994).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah
adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman merupakan
faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim,
persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Habitat
dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih
besar di bandingkan habitat yang lebih seragam. Daerah yang luas dapat menampung
lebih besar spesies dibandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah
kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain
maka daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).

BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
a) Hari/ tanggal : Senin, 17 Oktober 2017
b) Waktu : 13.00 15. 00 WIB
c) Tempat : Laboratorium Biologi FKIP Untan

B. Alat dan Bahan


a) Alat
1. 6 buah pancang
2. Meteran
3. Tali rapia
4. Gunting
5. Alat tulis
6. Buku identifikasi
b) Bahan
-
C. Cara Kerja
1. Dibuat plot/ petak dengan ukuran 25 25 cm
2. Di catat dan amati jenis- jenis tumbuhan yang terdapat pada plot tersebut
3. Di perbesar plot dengan ukuran 25 50 cm
4. Dicatat penambahan jenis pada plot tersebut
5. Diperbesar plot dua kali lipat menjadi 50 50 cm. dan dicatat penambahan jenis
tumbuhannya
6. Hal yang sama dilakukan untuk perbesaran plot selanjutnya yaitu 50 100 cm,
100 100 cm dan seterusnya sampai tidak terjadi lagi penambahan jenis
tumbuhan baru
7. Apabila pertumbuhan jenis relatif kecil (persentase penambahan jenis kira- kira
10 %) maka ukuran plot tidak diperluas lagi
8. Plot yang terakhir inilah yang disebut minimal area
9. Dibuat grafik kurva dari hasil percobaan ini
Contoh pembuatan plot dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

5 (100 100 cm)

3 (50 50 cm) 4 (50 100


cm)
1 2
(25 (25
25 cm)) 50 cm)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1) Tabel hasil pengamatan

Petak contoh

No Jenis 1 2 3 4 5 Total
individu

1 Spesies A 30 15 - - - 45

Total spesies semua 30 15 - - - 45


plot
Gambar Keterangan

Habitus herba dengan sistem perakaran


serabut. Bentuk daun bangun lanset
dengan ujung runcing (acutus) dan
pangkal daun runcing dengan
pertulangan daun sejajar dan tepi daun
rata (integer)

2) Grafik hasil pengamatan

Grafik Minimal Area


35
Jumlah Spesies tanaman

30 30
25
20
15 15
10
5
0
Plot 1 Plot 2
Plot ke-

Spesies A
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan percobaan Minimal Area/ Kurva Spesies yang
bertujuan untuk mengetahui ukuran plot yang representatif dari suatu areal. Suatu
metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas minimal atau
minimal area. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak
contoh. Praktikum ini dilakukan di lapangan FKIP Universitas Tanjungpura. Untuk
suatu kondisi padang rumput, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah
petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum pada luas minimum di
suatu areal vegetasi komunitas. Pengamatan dilakukan melalui pengukuran dengan
membuat bujur sangkar ( plot ) dengan ukuran plot 1 = 25 x 25 cm, plot 2 = 25 x 50
cm, plot 3 = 50 x 50 cm, plot 4 = 50 x 100 cm dan plot 5 = 100 x 100 cm di lapangan
(suatu ekosistem) dari tumbuhan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa,
untuk pengukuran pertama dengan ukuran 25 x 25 cm (plot 1) ditemukan 1 spesies
tanaman A yang berjumlah 30, dimana pada areal atau komunitas tersebut sangat
mendukung pertumbuhan tumbuhan tersebut.
Selanjutnya luas areal ( plot ) tersebut diperluas menjadi 25 x 50 cm (plot 2),
ternyata dengan penambahan luas, tidak terjadi penambahan jenis spesies yang
ditemukan dalam ekosistem tersebut. Adapun di dalamnya ditemukan jenis tumbuhan
yang sama, yaitu tanaman spesies A tetapi dengan jumlah yang lebih sedikit dari plot 1
yaitu sebanyak 15.
Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan lain-lain.
Selain itu penambahan suatu areal akan dihentikan bila pengamatan pada areal areal
berikutnya ditemukan jenis tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya. Dimana
pengamatan, area sekitar plot banyak dijumpai tanaman berhabitus herba, karena lokasi
pembuatan plot berada dibawah pohon besar dan teduh yang memungkinkan tanaman
jenis lain kurang dapat tumbuh di sekitarnya. Kondisi area yang lembab dan cahaya yang
cukup memungkinkan tanaman spesies A dapat tumbuh lebih banyak pada lokasi
tersebut, sehingga tanaman spesies A dapat dijumpai pada plot 1 dan plot 2 tanpa adanya
penambahan spesies tanaman lain. Selain itu pada lokasi lahan tersebut persebaran
vegetasi spesies tanaman masih kurang dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal
yang memungkinkan tanaman jenis lain tidak dapat tumbuh.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu
komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas.
Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang
berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-
masing spesies.

Pada plot 1 dan plot 2, ditemukan spesies tanaman yang sama yaitu spesies A.
Berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi, tanaman spesies A memiliki Habitus
herba dengan sistem perakaran serabut. Bentuk daun bangun lanset dengan ujung
runcing (acutus) dan pangkal daun runcing dengan pertulangan daun sejajar dan tepi
daun yang rata (integer) (Tjitrosoepomo, )

Menurut Nurman (2014), kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area


curve, SAC), dalam ekologi, adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara
jumlah jenis dengan ukuran kuadrat (petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan
pola pertambahan jumlah jenis yang relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai
pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan
ukuran kuadrat. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal
minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.

Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu
petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur
agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika
menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendata jenis-jenis spesies
tanaman yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali
dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didata.

Adapun kelebihan dari menggunakan metode minimal area plot ini adalah kita
dapat menentukan luas minimum untuk suatu petak yang dapat mewakili habitat yang
akan diukur dan sangat objektif untuk daerah padang rumput karena vegetasinya yang
homogen. Sedangkan kekurangannya, yaitu tidak dapat mengukur keseluruhan
vegetasi yang ditemukan pada suatu ekosistem karena apabila ditemukan jenis
tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya maka penambahan areal akan
dihentikan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penentuan minimal area (kurva spesies) dilakukan untuk mengetahui luasan
plot minimum yang akan mewakili ekosistem yang terdapat pada suatu petak.
2. Keanekaragaman spesies pada kelima plot tidak begitu bervariasi, karena
spesies yang sama ditemukan pada plot 1 dan plot 2
3. Luas plot mempunyai kaitan erat dengan keragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut
4. Area pengamatan dapat dikategorikan memiliki keanekaragaman yang kurang
beragam
5. Jumlah spesies A yang ditemukan pada plot 1 sebanyak 30 sedangkan pada
plot 2 sebanyak 15
6. Perbedaan jumlah tumbuhan pada suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, keadaan tanah, senyawa organik dan
lain-lain.
7. Kelebihan metode minimal area yaitu dapat menentukan luas minimum untuk
suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur dan sangat objektif
untuk daerah padang rumput karena vegetasinya yang homogen.
8. Kelemahan metode minimal area yaitu tidak dapat mengukur keseluruhan
vegetasi yang ditemukan pada suatu ekosistem karena apabila ditemukan jenis
tumbuhan yang sama dengan areal sebelumnya maka penambahan areal akan
dihentikan.

B. Saran
Sebaiknya asisten praktikum memahami prosedur praktikum dengan baik sebelum
praktik di lapangan secara langsung untuk menghindari kesalahan percobaan dan hal
yang tidak diinginkan lainnya. Untuk alat yang akan dibawa saat praktikum sebaiknya
diberitahu saat praktikum akan diakhiri, begitu juga dengan kisi- kisi penulisan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995. Biologi Lingkungan. Bandung: Ganesa exact.
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Bina Pustaka.
Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : Angkasa.
Kimball, Jhon W. 1994. Biologi Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.

Natassha, dkk. 2010. Laporan Analisis Vegetasi. Makassar: Pendidikan Biologi


Universitas Makassar.
Nurman, Rusdianto. 2014. Laporan Ekologi Tumbuhan: Vegetasi (Kurva Spesies
Area). Makassar : Pendidikan Biologi Universitas Negeri Makassar.
Odum, Eugene P. 2001. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta : UGM University Press.
Rahardjanto, Abdulkadir.2001.Ekologi Umum. Malang : UMM Press.
Sastroutomo. 2009. Ekologi Gulma. Jakarta : Erlangga.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai