PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan
kawasan hutan yang secara khusus diperuntukan untuk kepentingan penelitian
dan pengembangan kehutanan, pendidikan dan pelatihan kehutanan,
pengembangan di kawasan Hutan Lindung (HL), serta religi dan budaya.
Berdasarkan plang pemberitahuan yang terpampang disamping gerbang
masuk ke lokasi wisata air terjun kemumu. Terlihat jelas bahwa luas KHDTK
217,2 Hektar, yang saat ini masih dibawah naungan kementerian kehutanan.
KHDTK dikelola Universitas Bengkulu seluas 208 hektare di kawasan
Hutan Lindung Boven Lais, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu
diperuntukan sebagai hutan pendidikan. Hutan lindung ini memiliki potensi
ekowisata, karbon, perlindungan kekayaan hayati dan berbagai jasa
lingkungan. Potensi jasa lingkungan yang dapat dikelola di area hutan lindung
adalah ekowisata berbasis keanekaragaman hayati. Namun sebagian
masyarakat juga dapat mengelola manfaat HHBK dari KHDTK.
Pemanfaatan HHBK telah dilakukan masyarakat secara turun temurun.
Pemanfaatan hasil hutan oleh manusia telah berlangsung sejak lama, seiring
dengan dimulainya interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Salah satu
peradaban awal manusia dimulai dari praktek berburu dan meramu yang
berlokasi di hutan. Menurut Hani (2009), pemanfaatan HHBK sampai saat ini
masih pada kegiatan pemungutan yang berasal dari hutan lindung serta
pemanfaatan apabila berasal dari hutan alam dan hutan tanaman. Dalam
perkembangannya HHBK masih mengandalkan hutan alam.
1.2 Tujuan
Dapat memperoleh informasi tentang berbagai jenis HHBK Di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Universitas Bengkulu
yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan kontribusinya terhadap perekonomian
rumah tangga.
BAB II
TINJAUAN USTAKA
Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil
hutan bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.35/Menhut-II/2007, HHBK adalah hasil hutan hayati baik itu hewani
maupun nabati beserta produk turunan nya dan budidaya kecuali kayu yang
berasal dari dalam kawasan hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu meliputi rotan,
bambu, getah, daun, kulit, buah dan madu serta masih banyak yang lainnya.
Hasil hutan bukan kayu dibagi menjadi dua kelompok yaitu jenis HHBK
nabati dan HHBK hewani. Menurut Nono, dkk (2017) menyatakan HHBK
mencakup berbagai jenis sumber daya yang penting bahkan merupakan
kebutuhan pokok bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat
memanfaatkan HHBK sebagai sumber makanan diantaranya pangan (pati
sagu, pati aren, nira aren), bumbu makanan (daun salam, kayu manis, pala),
dan obat-obatan.
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah sumber daya hutan yang
memiliki keunggulan dan menjadi sumber kehidupan masyarakat yang berada
disekitar kawasan hutan. Hasil hutan bukan kayu merupakan barang yang
diambil oleh masyarakat secara terus –menerus semenjak manusia mengenal
hutan yang bermanfaat untuk berbagai jenis kebutuhan dan tujuan. Hasil hutan
bukan kayu sebagai alternatif yang membuka kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar kawasan hutan (Djajapertjanda dan Sumardjani, 2001).
Berdasarkan ketentuan dari Undang –Undang Nomor.41 Tahun 1999
tentang Kehutanan pada Pasal 23, pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan memilki tujuan untuk mensejahterakan seluruh masyarakat secara adil
yang tetap menjaga kelestarian hutan. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu
(HHBK) melalui pemerdayaan masyarakat dilakukan dengan menerapkan
prinsip kelestarian dan menjaga fungsi hutan (Alfian, 2015).
Hasil penelitian tentang pemanfaatan HHBK di berbagai daerah oleh
masyarakat bervariasi. Penelitian Parhehean (2018), mengungkapkan bahwa
di Desa Baturoto Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara
ketergantungan masyarakat Desa Baturoto terhadap keberadaan HHBK
sangatlah besar, semua masyarakat memanfaatkan HHBK untuk kebutuhan
sehari-hari, baik untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk membuat sesuatu
atau dijual. Penelitian Febri (2013), mengatakan pemanfaatan HHBK di Hutan
Lindung Boven Lais di Desa Baturoto Kecamatan Hulu Palik Kabupaten
Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu oleh masyarakat mencakup berbagai aspek
kehidupan dapat berupa ketergantungan ekonomi, kawasan buru untuk
kebutuhan protein, bahan bangunan dan fungsi lain yang berhubungan dengan
HHBK.
Dalam pengelolaan dan pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu
harus direncanakan terlebih dahulu untuk meningkatkan pendapatan alternatif
masyarakat yang ketergantungan dengan sumberdaya hutan dengan
memperhatikan faktor sosial ekonomi masyarakat dan kondisi hutan
(Jacobsan dan Shiba, 2012).
Menurut Sumandiwangsa (2014), Hasil hutan bukan kayu tidak hanya
rotan, madu, damar, gaharu saja , akan tetapi produk turunan juga termasuk
jasa lingkungan. Menurut Moko (2008), Seiring perkembangan jaman yang
semakin tinggi dengan IPTEK yang canggih jenis HHBK tidak sebatas satu
fungsi melainkan sudah multifungsi bioenergi (bioethanol, biofuel, biogas)
meliputi : mimba (Azadirachta indica), saga hutan (Adenanthera pavonina),
mangapari (Pongemia pinnata), nyamplung/bintangur (Calophyllum sp),
kesambi (Scheleria eleosa), sukun (Artocarpus altilis), aren (Arenga
pinnata)dan jenis lainnya.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 28 Maret 2022 di Laboratorium
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Pengambilan data
dilakukan pada hari Jum’at, 1 April 2022 di Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Kelurahan Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten
Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.
3.2 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Kamera
b. Alat tulis
c. Daftar pertanyaan (Kuisioner)
d. Alat perekam
3.3 Metode Penentuan Sampel
Pengambilan data dilaksanakan menggunakan metode survey. Metode
penentuan sampel menggunakan metode Random sampling yaitu suatu teknik
pengambilan sampel secara acak, dimana setiap individu memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
3.4 Cara kerja
1. Melakukan survey terhadap masyarakat di Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) Universitas Bengkulu Kelurahan Kemumu
Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu
terkait dengan pemanfaatan HHBK.
2. Responden berjumlah 5 di wawancara secara langsung dilapangan
3. Data yang telah diperoleh di lapangan (wawancara, observasi)
selanjutnya dianalisis atau direkap secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif untuk dijadikan acuan dalam pembuatan laporan akhir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Nama desa : Kel. Kemumu
Nama Responden : Adeva ( 22 tahun)
Rekapitulasi Data :
4.2 Pembahasan
Kelurahan Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu
Utara memiliki potensi fisik maupun nonfisik yang beragam. Contohnya
adalah HHBK dan Jasa Lingkungan. Menurut Senoaji, potensi jasa lingkungan
yang dapat dikelola di area kawasan hutan adalah ekowisata berbasis
keanekaragaman hayati. Namun sebagian masyarakat juga dapat mengelola
manfaat HHBK dari KHDTK. Hal ini dikarenakan HHBK mudah diperoleh
dan tidak membutuhkan biaya untuk mendapatkannya selain itu HHBK juga
memiliki nilai ekonomi yang penting untuk masyarakat. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat sekitar hutan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Potensi HHBK di KHDK kurang diketahui dan dikembangkan karena tidak
ada data lengkap dari Pemeritah Daerah sekitar tentang HHBK . Maka dari itu
pada kesempatan ini kami melaksanakan survei wawancara secara langsung
kepada masyarakat tentang pemanfaatan HHBK disekitar Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Universitas Bengkulu.
Pengambilan data dilakukan dengan cara mewawancarai masyarakat
secara langsung di kelurahan Kemumu Arma Jaya Bengkulu Utara.
Pengambilan data dilaksanakan menggunakan metode survey, sedangkan
metode penentuan sampel menggunakan metode Random sampling yaitu suatu
teknik pengambilan sampel secara acak, dimana setiap individu memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Responden berjumlah 5,
pekerjaan mereka adalah sebagai petani dan Ibu Rumah tangga (IRT).
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat Desa
Kelurahan Kemumu memanfaatkan HHBK baik secara konsumtif
(dikonsumsi langsung) seperti bambu dan madu, maupun secara produktif
(dipasarkan untuk memperoleh uang) seperti, produk crispy graol, jahe instan,
keladi kemumu, bambu dan rotan serta jasa lingkungan. Potensi HHBK yang
ada berpeluang besar dalam membantu perekonomian masyarakat.
Jenis HHBK yang dimanfaatkan oleh masyarakat kelurahan Kemumu
didominasi oleh pemanfaatan nabati, antara lain bambu, rotan, graol, jahe
merah, dan keladi. Untuk hasil hutan bukan kayu hewani yang dimanfaatkan
antara lain babi hutan dan madu. Selain itu jasa lingkungan yang dimanfaatkan
oleh masyarkat anakmuda karang tarunanya adalah potensi ekowisata alam.
4.2.1 Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan merupakan produk sumberdaya alam hayati dan
ekosistem berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung
(intangible) yang meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa
perlindungan air, kesuburan tanah, pengendali erosi, keanekaragaman hayati
dan penyerapan dan penyimpanan karbon.
Masyarakat Kelurahan Kemumu memanfaatkan jasa lingkungan
sebagai tempat wisata alam/rekreasi untuk membantu masalah perekonomian.
Dikenal akan potensi sumber air terjun wisata alam Palak Siring Kemumu
memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu, nak muda dari kelompok karang
taruna Kelurahan Kemumu menginovasi tempat wisata dengan kegiatan
tambahan seperti bazar kuliner dan pertunjukan kuda lumping untuk
meningkatkan daya tarik pengunjung. Bunga Raflesia mekar juga merupakan
salah satu aspek yang menjadi daya tarik pengujung. Biasanya pengunjung
akan dikenakan biaya masuk senilai Rp 5.000 untuk menikmati keindahan
alam di wisata ini. Dengan adanya wisata alam tentunya sangat membantu
masyarakat sekitar.
4.2.2 Lempaung atau Graol
Lempaung merupakan pohon yang buahnya masam, tumbuh di
daerah pendalaman yang beriklim dingin dan kayunya biasa digunakan
sebagai tiang rumah kelompok dari tumbuhan Baccaurea laceolata.
Tumbuhan ini termasuk jenis yang langka, banyak masyarakat hanya
mengenal buah dari pohon ini adalah HHBK sebagai pakan ular yang tidak
bisa dikonsumsi karena beracun. Selain itu buah ini memiliki kandungan
vitamin C.
Berdasarkan hasil wawancara Ibu Sulastri masyarakat Kelurahan
Kemumu memproduksi buah lempaung yang biasanya disebut dengan
sebutan buah graol menjadi produk UKM unggulan. Buah graol
diproduksi menjadi makanan dengan berbagai inovasi diantaranya
manisan, dodol, kripik dan sambal rumahan. Produk unggulan UKM
mereka namai “ Crispy Buah Graol”. Produk HHBK ini sangat berpotensi
dalam peluang pasar secara global. Pemasarannya telah sampai ke
Lampung, Jambi, dan Jakarta. Tentunya produk HHBK ini akan sangat
membantu masyarakat dalam perekonomian rumah tangga. Namun untuk
saat ini keberadaan buah groal sangat langka, karena pohonnya sukar
berbuah pada musim kemarau. Hal inilah menjadi masalah bagi Ibu
Sulastri, karena menghambat proses produksi. Bahkan di Provinsi
Bengkulu pohon groal hanya tumbuh di KHDTK Palak Siring dengan
jumlah 3 pohon, di Kepahiang dan Tanah Hitam. Harga jual produk ini
hanya RP 10.000/pcs. Gambaran Produk tercantum pada lampiran 2
tentang dokumentasi kegiatan.
Tidak hanya Graol, Produk lain yang merupakan HHBK yang
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tanaman obat yakni “Serbuk Jahe
Instan” dan “Keladi Kemumu”.
4.2.3 Bambu
Bambu telah dikenal dan dimanfaatkan oleh berbagai lapisan
masyarakat. Bambu tumbuh di berbagai jenis lahan hampir di seluruh
indonesia, batangnya mudah dipanen dan dikerjakan, serta banyak ragam
manfaat (Febri, 2013). Bambu memegang peran penting dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, budidaya secara perkebunan masih belum banyak
dilakukan oleh masyarakat.
Masyarakat Kelurahan Kemumu memanfaatkan bambu sebagai
pagar, pondok, topi caping dan anyaman. Masyarakat cenderung
menggunakan bambu pada bagian batangnya untuk membuat pagar
halaman rumah dan untuk membuat dinding pondok (pelupu), tiang kuda-
kuda serta untuk bahan membuat anyaman untuk beronang dan bakul.
Masyarakat Kelurahan Kemumu memanfaatkan bambu untuk kebutuhan
sendiri tidak untuk dijual.
4.2.4 Rotan
Rotan adalah salah satu sumber kekayaan hayati di Indonesia dan
merupakan hasil hutan bukan kayu yang sangat potensial. Di daerah
pedesaan rotan biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan
anyaman, keperluan tali temali maupun keperluan lainnya (Utami dkk.,
2017). Bagian tanaman rotan yang dimanfaatkan bukan hanya batangnya
saja, tetapi bisa juga memanfaatkan akar, daun, dan buahnya. Pemanfaatan
sumber daya alam oleh masyarakat lokal khususnya pada pemanfaatan
HHBK seperti tanaman rotan secara arif belum banyak dikaji dan
didokumentasikan di Indonesia.
Dalam penelitian Roy dkk. (2017), bagian tanaman rotan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Sekilap Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak hanya pada bagian batangnya saja, sama halnya dengan
masyarakat Kelurahan Kemumu menggunakan rotan hanya pada bagian
batangnya saja untuk membuat penguat beronang dan tali sebagai
pengikat. Masyarakat Kelurahan Kemumu memanfaatkan rotan untuk
kebutuhan sendiri tidak untuk dijual.
4.2.5 Madu
Madu merupakan substansi alam yang diproduksi oleh lebah madu
yang berasal dari nektar bunga atau sekret tanaman yang dikumpulkan
oleh lebah madu, diubah dan disimpan di dalam sarang lebah untuk
dimatangkan (Johnson dan Jadon, 2010). Dalam Peraturan Menteri
Kehutanan No. 35 Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, Madu
termasuk kelompok hasil hewan. Dalam penelitian Hastari dan Yulianti
(2018), masyarakat yang memanfaatkan madu paling sedikit. Masyarakat
menyatakan memanfaatkan madu hutan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPHL) untuk keperluan sendiri dan dijual kepada teman/kerabat
terdekat. Hasil madu yang didapat tidak menentu, dengan frekuensi
pengambilan sekali setiap bulan. Sedangkan Masyarakat Kelurahan
Kemumu memanfaatkan madu hanya untuk dikonsumsi sendiri dan dijual.
Dengan kata lain HHBK hewani ini dapat membantu perekonomian rumah
tangga masyarakat.
4.2.6 Babi Hutan
Babi hutan adalah nama umum yang disematkan kepada jenis-jenis
babi liar, yang umumnya hidup di hutan. Babi hutan merupakan hama bagi
tanaman. Babi hutan di Kemumu dijadikan Hewan Buru serta daging babi
hutan hanya dijadikan makanan peliharaan terkhususnya anjing.
Masyarakat berburu babi kemudia untuk dijual.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Febri, A. 2013. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu di Hutan Lindung Boven
Lais oleh Masyarakat Desa Batu Roto Kecamatan Hulu Palik
Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu. Skripsi. Program Studi
Budidaya Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu. Bengkulu.
Johnson, S dan N. Jadon. 2010. Antibiotic Residues In Honey. Center for Science
and Enviroment. Tughlakabad Institusional Area. New Delhi.
Nono, F. Diba, dan Fahrizal. 2017. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh
Masyarakat di Desa Labian Ira’ang dan Desa Datah Diaan di Kabupaten
Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari. Vol. 5 (1) : 76 - 87
Parhehean, P. 2018. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan Kayu di Hutan Lindung Boven
Lais yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Baturoto Kecamatan
Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara. Skripsi. Bengkulu:Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Sumadiwangsa, S. 2014. Karakteristik Hasil Hutan Bukan Kayu. Duta Rimba 212
(23): 44-48.
LAMPIRAN 1. KUISIONER
KUISIONER
Tanggal :
No. Responden :
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Proses Produksi