Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

(SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI HUTAN


RAKYAT DI DESA JAMBERAMA KECAMATAN
SELAJAMBE KABUPATEN KUNINGAN)

Disusun oleh:

Ade Abdulah (20170710026)


AvicenaDwipa (20170710027)
EmanSulaeman (20180710051)
MuhamadAgung (201807100 )
MohamadRodi (201807100 )

PROGRAM STUDI ILMUKEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS KUNINGAN
KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Manajemen Hutandengan judul “Sistem Pengelolaan dan
Potensi Hutan Rakyat di Desa JamberamaKecamatanSelajambeKabupaten
Kuningan”. Karena tebatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka laporan ini
jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.

Kuningan, Juni 2021

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..............................................................................................i
DAFTARISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
BABI PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1. Latarbelakang......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3. Tujuan.................................................................................................................
1.4. Manfaat...............................................................................................................
BABII TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................
2.1. Pengertian Hutan Rakyat....................................................................................
2.2. Pengelolaan Hutan Rakyat..................................................................................
2.3. Potensi Hutan Rakyat..........................................................................................
2.4. Manfaat Hutan Rakyat........................................................................................
2.5. Analisis Vegetasi.................................................................................................
2.6. Kondisi Umum Lokasi........................................................................................
2.6.1. Keadaan Fisik Lingkungan.............................................................................
2.6.2. Sarana Prasarana..............................................................................................
BABIII METODELOGI..........................................................................................
3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................................
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................................
3.3. Analisis Data.......................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
4.1. Potensi dan Pengelolaan Hutan Rakyat...............................................................
4.2. .............................................................................................................................
ii
BAB V KESIMPULAN............................................................................................
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Hutan rakyat merupakan hutan buatan, melalui penanaman tanaman tahunan
(tanaman keras) di lahan milik baik secara perseorangan, marga maupun kelompok
(Departemen Kehutanan,1996).Hutan merupakan sumberdaya alam yang
mempunyai peranan dalam berbagai aspek kehidupan baik aspek ekonomi, aspek
ekologi dan aspek sosial. Hutan dan ekosistemnya merupakan sumberdaya alam
yang dapat dijadikan modal dasar bagi pembangunan nasional (Ismail dkk, 2016).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungan yang satu dengan lainnya tidak dapatdipisahkan.
Tujuan penetapan sebuah kawasan menjadi hutan rakyat adalah untuk
meningkatkan produktifitas lahan kawasan hutan sehingga dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya tanpa melupakan aspek
perlindungan kawasan dan konservasi lahan.Kebutuhan kayu secara nasional
diperkirakan mencapai 33,2 juta m3, sementara pasokan kayu dari hutan negara
hanya mampu mencapai sekitar 8.058.734 m3 (BPS, 2008 dalam Sumedi Nur, 2009).
Salah satu upaya untuk menunjang keseimbangan ekosistem alam dankebutuhan
ekonomi adalah dengan pembentukan hutan rakyat. Hutan rakyat sudahberkembang
sejak lama di kalangan masyarakat Indonesia, dan dikelola secara tradisional oleh
pemiliknya. Irundu dkk, (2018) menyatakan hutan rakyat dewasaini banyak dikelola
tanpa memperhatikan teknik dan sistem silvikultur mayoritashutan rakyat dikelolah
dengan sistem monokultur atau campuran, walaupun terdapat beberapa hutan rakyat
yang pengelolaannya menggunakan sistemtumpang sari. Semakin baik
pemahanaman petani dalam pengelolaan lahannyamaka hutan rakyat tersebut dapat
menjadi sumber penghasilan yang menjajikan untuk kehidupan para petani hutan
rakyat.

1.2 Rumusan Masalah

4
1. apa yang dimaksud hutan rakyat?
2. berapa pasokan kayu dari hutan Negara?
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi sistem pengelolaan hutan
rakyat dan mendapatkan jenis yang berpotensi di hutan rakyat Desa Jamberama
Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi
maupun kontribusi dalam memberikan gambaran mengenai sistem pengelolaan dan
jenis potensial hutan rakyat di Desa Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten
Kuningan Jawa Barat.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hutan Rakyat


Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas lahan yang dibebani hakmilik, jadi
hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat (Undang-Undangpokok Kehutanan
No. 41 Tahun 1999). Hutan dengan segala komponen yangberada di dalamnya
merupakan sumber daya alam yang perlu dilestarikan karenamemiliki peranan dan
manfaat yang sangat besar. Sanjaya dkk, (2017) menyatakan bahwa pemanfaatan hutan
yang tidak disertai dengan upayapelestarian akan menimbulkan gangguan terhadap
hutan seperti menurunnya produktivitas sumber daya alam hutan. Saat ini, hutan
tanaman hanyamenghasilkan kayu, sedangkan hutan rakyat menghasilkan
beragamproduk.
Hutan rakyat merupakan tanaman yang tumbuh pada lahan milikmasyarakat, baik
itu lahan pekarangan (di sekitar rumah), lahan tegalan (agak jauh dari rumah, biasanya
untuk tanaman palawija), dan lahan hutan atau kebuncampuran (Syaiful dkk, 2015).
Hutan rakyat salah satu model pengelolaan sumber daya alam yang berdasarkan inisiatif
masyarakat, hutan rakyat ini di bangunsecara swadaya oleh masyarakat, ditunjukan
untuk menghasilkan kayu atau komoditas lainnya yang secara ekonomis bertujuan
untuk meningkatkanpendapatan kesejahteraan masyarakat dan bertujuan untuk
produktivitas lahan kritis memperbaiki tata air dan lingkungan juga membantu
masyarakat dalampenyedia kayu bangunan bahan prabotan rumah tangga dan bahan
kayu bakar (Silviadale,2012).
Kelebihan dari sistem hutan rakyat adalah keanekaragaman hayati di dalam
ekosistem ini tinggi daripada ekosistem hutan tanaman. Jenis yang ditanamterutama
yang mempunyai nilai ekonomi untuk daerah setempat. Belum ada keberanian untuk
menanam jenis introduksi, karena ada kekhawatiran terhadapketidakpastian pasar
(uncertainly) (Ethika dkk,2014).
2.2. Pengelolaan Hutan Rakyat
Pengelolaan hutan rakyat merupakan cara masyarakat setempat
dalammelaksanakan pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan rakyat. Pemilik
hutanrakyat umumnya masih mengusahakan hutan rakyat sebagai kegiatan
sambilandimana masih sebatas penanaman saja tanpa ada biaya pemeliharan yang
dilakukan oleh pemilik lahan (Taher, 2017).
Pengelolaan hutan rakyat secara agroforestri menjadipilihan banyak petani di
berbagai tempat di Jawa. Darusman dan Hardjanto (2006) menyebutkan bahwa
hutanrakyat di Jawa mempunyai karakteristik yang berbeda baik dari segi budidaya
maupun status kepemilikannyadibandingkan dengan di luar Jawa. Budidaya dan
manajemen pengelolaan hutan rakyat di Jawa relatif lebihintensif dan lebih baik
dibandingkan dengan luar Jawa. Di
sampingitu,lahanmempunyaistatuskepemilikandantatabatas yang lebih jelas, luas lahan
sangat semping, serta kondisi-kondisi lain seperti pasar, informasi, danaksesibilitasnya
6
relatif lebih baik.

Salah satu karakteristik agroforestri (agroforestry) adalah mempunyai tingkat


resiliensi (kekenyalan) yangtinggi baik produk yang dihasilkan maupun kondisi atau
perkembangan biofisiknya. Kekenyalan biofisik ini dapatdilihat dari kemampuan
budidaya jenis tanaman semusim untuk merespons perkembangan sumber energi
(resources) dalam sistem agroforestri tersebut (Suryanto et al. 2005).Hal ini didasari
oleh beberapa alasan seperti terbatasnya kepemilikan lahan, keterbatasan modal, serta
mengikuti perkembangan pasar. Pengelolaan hutan rakyat memangtergantung pada
keinginan pemiliknya sehingga karakteristik hutan rakyat berlainan baik dari jenis
tanaman maupun pengelolaannya.
2.3. Potensi Hutan Rakyat
Hutan rakyat memiliki potensi sebagai penghasil pangan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sebagai langkah awal diperlukanrencana prioritas
pengembangan kawasan-kawasan yang memiliki keunggulan kompratif dalam hal
potensi hutan rakyat karena memiliki peran yang cukuppenting bagi perkembangan
perekonomian daerah. Potensi hutan berupa keanekaragaman hayati perlu dikaji guna
mendapatkan informasi jenis vegetasiyang mendominasi di kawasan hutan. Berdasarkan
hasil penelitian Setiawan dkk, (2014) hasil analisis ditetapkan tanaman yang potensial
untuk dikembangkanadalah jenis sengon, mahoni, dan jati yang diharapkan akan
memberikan manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial bagimasyarakat.

2.4. Manfaat Hutan Rakyat


Hutan rakyat dalam perkembangannya, telah banyak memberikan manfaat yang
positif baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat positif bagi pemiliknya
yaitu dapat memberikan hasil hutan yang diperoleh secara langsung,baik berupa sumber
kayu perkakas, kayu bakar, pangan, pakan ternak. Manfaat positif hutan rakyat secara
tidak langsung yaitu terpeliharanya fungsi hidrologi, klimatologis, estetika dan lainnya
yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat (Dako, 2019).
Secara ekonomi, hutan rakyat memiliki peran sebagai sumber pendapatan bagi
masyarakat dari hasil kayu dan non kayu. Secara sosial-budaya, hutan rakyat berfungsi
memperluas kesempatan kerja, yang sejalan dengan budaya masyarakat desa yaitu
budaya bercocok tanam (bertani) (Widayanti, 2013). Pratama, dkk(2015) menyatakan
bahwa hutan rakyat dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang ikut berpartisipasi
dalam pengelolaan hutan rakyat seperti peningkatan pendapatan, pemenuhan kebutuhan
kayu dan pangan, serta peningkatan produktivitas lahan milik rakyat dan juga
bermanfaat bagi masyarakat sekitar hutan sebagai penyedia oksigen, penyerap karbon
dioksida, pencegah erosi, pencegah banjir, penjerap air, dan banyak hallainnya.
Hutan rakyat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi. Manfaatekonomi
berupa peningkatan pendapatan masyarakat terutama petani hutan rakyat, sementara
untuk manfaat sosial dan ekologi berupa lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan
perbaikan kondisi lingkungan dengan menciptakan iklim mikro yang baik (Butar,
dkk,2019).

7
2.5. Analisis Vegetasi
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-
sama pada satu tempat dimana antara individu-individu penyusunnyaterdapat interaksi
yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup
dalam vegetasi dan lingkungan tersebut (Cahyanto dkk, 2014). Analisis vegetasi hutan
merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahuistruktur dan komposisi hutan
tersebut. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk menghitung indeks nilai penting
(INP) dari suatu jenis yang ada di hutan tersebut dimana INP mencerminkan kedudukan
ekologi suatu jenis dalam komunitasnya.
Analisis vegetasi terhadap hutan perlu dilakukan untuk mengetahui
keanekaragaman hayati yang terdapat di hutan tersebut sehingga mempermudahdidalam
melakukan pemeliharaan dan pemberdayaan hutan. Untuk keperluan analisis vegetasi
diperlukan data jenis tumbuhan, diameter dan tinggi untukmenentukan indeks nilai
penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.

2.6. Kondisi Umum Lokasi


2.6.1. Keadaan Fisik Lingkungan
Desa JamberamamerupakanbagiandariwilayahkecamatanSelajambe
denganluaswilayahdesa (6,61 KM2) denganbatas-bataswilayahsebagaiberikut :
 Sebelah Utara Desa : Padahurip
 Sebelah Selatan Desa : Ciberung
 SebelahTimur Desa : Cantilan
 Sebelah Barat Desa : Bagawat
Secara umum Desa Jamberama terletak pada ketinggian 225 – 600 meter
daripermukaanlaut (MDPL) dengan kontur permukaan tanah 40 % datar dan 55%
berbukitdan 5 % berupalereng dan terletak pada – Koordinat -7.023498o LS dan
108.511192 o LU. . Iklim Desa Jamberama terdiri dari 2 musim, sebagaimanadesa-desa
lain di wilayahIndonesia mempunyai Iklim Kemaraudan Penghujan, halter sebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Jamberama
Kecamatan selajambe.

2.6.2. Sarana Prasarana


Transportasi di Desa Jamberama lancar dan baik. Penduduk menggunakan jalan
aspal sebagai jalan menuju desa.

8
BAB III
METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 20 Juni 2021 lokasi praktikum
dilakukan di Desa Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Jawa Barat.
3.2.Alat dan Bahan
Pita ukur, meteral rol, GPS, kamera handphone, tallysheet, kuisioner dan alat tulis.
3.3. Cara Pengambilan Data
Data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara secara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner yang telah disusun),
sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka/literatur yaitu dengan
cara membaca dan mengutip teori-teori yang relevan dari berbagai sumber.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Responden yang dipilih adalah responden yang bertempat tinggal dan memiliki
lahan di desa Rambung Baru. Pengumpulan responden dilakukan dengan secara
purposive sampling dengan ketentuan responden yang diambil adalah responden yang
mengelola hutan rakyat di desa tersebut. Jumlah kelompok tani di Desa Jamber Baru
ada 30 anggota sehingga Jumlah sampel yang diambil mengikuti rumus atau formula
Slovin (Wahyuningsih, 2017).

N
n=
1+ N e2
Keterangan
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
e = Standar error sebesar 15%

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah responden pada penelitian ini


adalah 30 orang dengan metode purposive sampling kepada penduduk yang
memiliki lahan hutan rakyat. Kepemilikan lahan dibagi menjadi 3 strata berdasarkan
luas lahan, kepemilikan hutan rakyat dengan menggunakan rumus Sari dkk, (2016)
menyatakan untuk menentukan interval strata menggunakan rumus :

9
I= Luas lahan terluas- luas lahan tersempit
Jumlah strata
Berdasarkan rumus di atas diperoleh nilai interval strata yaitu 0,51 ha
untuk setiap tingkatan strata dengan lahan terluas yaitu 1,8 ha dan tersempit yaitu
0,26. Sehingga didapat tingkatan luas berdasarkan strata yaitu pada stratum
1diperoleh interval luas lahan 0,26 ha - 0,78 ha, stratum 2 interval 0,79ha - 1,30
ha dan stratum 3 interval luas 1,31 ha- 1,8 ha (Lampiran 5). Kemudian dilakukan
pengelompokan pola tanam hutan rakyat berdasarkan strata luas lahan untuk
mengetahui pola tanam yang digunakan untuk masing-masing luas lahan.

3.5. Analisis Data Sistem Pengelolaan Hutan


Data informasi yang diperoleh dari kuisioner dengan sistem tabulasi guna
mengetahui tingkat pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan kelompok pemilik
hutan rakyat dari setiap aspek persiapan lahan, pemilihan jenis, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan. Kuisioner yang digunakan yaitu kuisioner tertutup
yang telah diberikan ke responden. Pengumpulan data yang telah di terima dari
reponden diolah menggunakan skala likert dapat di lihat pada tabel berikut

Tabel 1. Tabel Analisis Skala Likert

No Kegiatan Skor Kategori


1
2
3
Menurut Yitnosumarto (2006) dalam Sanjaya (2016), untuk mengetahui
bobot nilai pada masing-masing pertanyaan menggunakan rumus sebagai berikut:
I = NT- NR

Keterangan :
I = Interval
NT = Total nilai tertinggi
NR = Total nilai terendah
K = Kategori kelas (Baik, Sedang, Buruk)

Perhitungan interval didapat interval nilai untuk mengetahui


bobot nilai dari pertanyaan yaitu sebesar 53. Kemudian interval ini digunakan
untuk menentukan tabel kriteria penafsiran sebagai berikut.

Tabel 2. Tabel Kriteria Penafsiran

No. Skala Kategori


1 148-200 Baik
2 94-147 Sedang
10
3 40-93 Buruk

Hasil kuisioner yang diperoleh diolah dan disusun berdasarkan kriteria


penafsiran (Tabel 2) kemudian disusun secara deskriptif sesuai dengan pernyataan
yang ada dalam kuisioner sehingga dapat menggambarkan pengelolaan di hutan
rakyat tersebut.

Analisis Vegetasi Potensi Hutan

Data potensi hutan rakyat dikelompokan berdasarkan jenis pohon, analisis


data digunakan untuk mengetahui potensi vegetasi yang ada di kawasan hutan rakyat
dilakukan perhitungan berupa indeks nilai penting (INP). Setelah memperoleh sampel
responden, maka selanjutnya adalah menentukan sampel vegetasi guna menaksir
potensi hutan rakyat dengan melakukan pengamatan terhadap komposisi jenis tanaman
dengan metode analisis vegetasi. Menurut Oktaviyani dkk, (2017) mengatakan bahwa
analisis vegetasi dengan membuat satu
plot persegi pada setiap lahan pemilik hutan rakyat yang menjadi responden. Metode ini
dipilih karena lahan petani hutan rakyat tidak tergabung dalam satu
hamparan, melainkan terpencar dengan luasan kecil terpetak-petak. Pembagian tingkat
pertumbuhan menurut Almarief (2018) ini berdasarkan diameter dan tinggi menjadi
tingkatan berikut:
a. Semai (seedling) adalah permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m)
b. Pancang (sapling) adalah permudaan dengan tinggi > 1,5 m sampai pohon
muda yang berdiameter <10 cm)
c. Tiang (poles) adalah pohon muda berdiameter 10 s.d. 20 cm
d. Pohon (tree) (diameter > 20 cm)

4.1. Potensi dan Pengelolaan Hutan Rakyat

11
1 3 5 7 9
2 4 6 8

1 3 5 7

2 4 6

Gambar 1. Desain Petak Pengamatan Dalam Unit Sampling

Keterangan : = Arah Rintisan

= Jarak Antar Jalur (50 m)


= Jarak Antar Petak (20 m)

Perhitungan untuk mengetahui kondisi permudaan dijelaskan dengan


menggunakan perhitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominasi serta indeks
nilai penting suatu jenis, dengan menggunakan rumus Soerianegara dan Indrawan,
(1988) dalam Haryanto, dkk (2015) :

a. Kerapatan Suatu Jenis


K = Σ individu suatu jenis
luas petak contoh
KR= K suatu jenis x 100%
K seluruh jenis

b. Frekuensi Suatu Jenis Frekuensi


F = Σ plot ditemukan suatu jenis
Σ seluruh plot
FR= F suatu jenis x 100%
F seluruh jenis

c. Dominasi Suatu Jenis Dominasi


D = luas bidang dasar suatu jenis
luas petak contoh
DR = D suatu jenis x 100%
D seluruh jenis

12
d. Indek Nilai Penting (INP)
INP = KR + FR + DR (untuk tiang dan pohon)
INP = KR + FR (untuk semai dan pancang)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari wewancara ke Kelompok Tani Desa Jamberan diketahui


bahwa para petani hutan rata rata berusia diantara diatas umur 30 tahun, sedikit petani
hutan yang dibawah umur 30 tahun dikarenakan memilih bekerja diluar daerah atau
bekerja di mall atau di kota/pertokoan. Menurut Sanudin dan Priambodo (2013)
masyarakat yang berusia muda lebih banyak yang tertarik bekerja di sektor lain
bukan di sektor hutan rakyat.

Penerapan Teknik dan Sistem Silvikultur

Hasil wawancara petani hutan rakyat menunjukkan bahwa terdapat beberapa


teknik silvikultur yaitu, penanaman terdiri dari persiapan lahan dan pengaturan jarak
tanam. selanjutnya pemeliharaan terdiri dari penyulaman, penyiangan, pendangiran,
pemupukan, pemangkasan, penjarangan. Kemudian kegiatan pemanenan terdiri dari
perisapan pemanenan serta evaluasi dan monitoring.

Tabel 3. Hasil Skala Likert Silvikultur


No Kegiatan Skor Kategori
1. Teknik Silvikutur 157 Baik
2. Sistem Silvikultur 129 Sedang

Tabel 3 hasil pengolahan skala likert yang dilakukan oleh petani teknik silvikultur
tergolong baik dengan skor 157 dimana di kategori ini dapat mempengaruhi hasil
produksi petani, semakin baik pemahaman tentang teknik maupun sistem silvikultur
maka akan meningkat hasil produksi petani. Ini sesuai dengan pendapat Mile (2007)
menyatakan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan petani dan kurangnya modal yang
dimiliki sehingga produksi yang dihasilkan pada umumnya kualitas relatif rendah dan
tidak dapat bersaing khususnya di pasar global.

Sistem silvikultur Desa Rambung Baru tergolong sedang dengan skor 129
pada Tabel 3 Hal ini menunjukan bahwa petani mengerti tentang penggunaan sistem
silvikultur namun masih perlu pengetahuan lebih tentang sistem silvikultur. Sistem yang
sering digunakan pada hutan rakyat di desa ini adalah pola tebang habis dimana semua
13
pohon dalam satu area tertentu ditebang seluruhnya karena banyaknya jenis yang
ditanam seumur. Pola tebang pilih juga menjadi salah satu pilihan system silvikultur
yang digunakan di desa ini dimana pohon yang ditebang dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan pada hutan campuran. Hasil penelitian Sanudin dan Priambodo (2013)
Desa Suka Maju juga menggunakan sistem tebang pilih atau tebang butuh, yaitu
kegiatan penebangan yang diakibatkan oleh kepentingan ekonomi yang mendesak
(kebutuhan anak sekolah, hajatan/pesta, membangun
rumah dan sebagainya lain-lain).

Penanaman

a. Pengadaan Bibit
Penanaman yang dilakukan di lokasi penelitian cenderung hanya menggunakan jenis
yang sama karena dipengaruhi oleh musim dari serta belum ada keberanian dari
masyarakat untuk menanam untuk di hasilkan kayunya karena ketidakpastian harga
pasar dan lama panen. Hal ini sesuai dengan pendapat Ethika dkk, (2014) menyatakan
bahwa jenis yang ditanam terutama yang mempunyai nilai ekonomi untuk daerah
setempat belum ada keberanian untuk menanam jenis introduksi, karena ada
kekhawatiran terhadap ketidakpastian pasar (uncertainly). Menurut Pratama dkk, (2015)
kegiatan penanaman ini terdiri dari kegiatan penyediaan bibit, persiapan lahan, dan
penanaman. Dalam kegiatan penyediaan bibit 100% petani mendapatkan bibit dengan
cara membeli dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu kelengkeng, mangga, nangka,
rambutan

Bibit yang diperoleh adalah bibit yang belum tersertifikasi dimana bibit yang ditanam
dibeli dari petani desa yang melakukan pengadaan bibit di lahan mereka. Bibit tersebut
merupakan bibit generatif yang didapatkan masyarakat dari jenis-jenis yang tumbuh
alami diladang mereka lalu kemudian dijual ke petani lainnya. Sehingga bibit yang di
dapat tidak sama kualitasnya dan terdapat bibit yang mati karena tidak mampu
beradaptasi. Menurut Pasaribu dkk, (2016) bibit generatif adalah bibit dengan teknik
perbanyakan tanaman dengan biji. Penanaman menggunakan bibit yang ditanam telah
berumur 3-5 bulan, berbatang lurus, telah berkayu dan tinggi 25-35 cm dengan terlebih
dahulu membuat lubang tanam yang lebih besar dari bibit karena menurut petani agar
bibit tidak mati karena patah akar. Puspitojati dkk, (2014) menyatakan bahwa lubang
tanam berfungsi memberi tempat tumbuh bagi akar tanaman muda untuk berkembang,
semakin besar lubang tanam semakin banyak tanah gembur dan semakin mudah akar
tanaman muda berkembang, namun semakin besar biayanya.

14
Tabel 4. Hasil Skala Likert Teknik penanaman

No Kegiatan Skor Kategori


1. Persiapan lahan 185 Baik
2. Pengaturan jarak tanam 165 Baik

Hasil skala likert teknik penanaman (Tabel 4) berdasarkan pengolahan didapat bahwa
persiapan lahan dan pengaturan jarak tanam hutan rakyat di Desa Jembaran tergolong
baik dengan skor 185 dan 165. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik
hutan rakyat telah memahami dan melaksanakan penanaman dengan baik.
b. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan sudah dilakukan lama sehingga pada saat melaksanakan
penelitian di lapangan peneliti tidak melihat langsung proses persiapan lahan. Menurut
Badan Litbang Kehutanan (2007) menyatakan penyiapan lahan untuk penanaman
tanaman kehutanan, pertanian atau perkebunan pada dasarnya adalah kegiatan
pembersihan lapangan dan pengendalian kesuburan tanah agar tercipta kondisi lahan
yang optimal untuk keperluan penanaman. Masyarakat setempat melakukan persiapan
lahan dengan cara membersihkan lahan dengan cara mekanik dan kimiawi membersikan
alangalang, ulma dan semak belukar biasanya dilakukan satu bulan sebelum tanam.

c. Jarak Tanam
Pemilik hutan rakyat juga memperhatikan jarak tanam dalam pengelolaan
lahannya. Penanaman dilakukan mengikuti lereng, hal ini dilakukan agar tanaman dapat
menahan erosi dan banjir. Jarak tanam yang digunakan pemilik hutan rakyat berbeda-
beda biasanya 4x5 meter, 6x4 meter, 8x8 meter
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dapat membantu pengelolaan hutan rakyat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Pemeliharaan yang dilakukan petani sederhana dan
tidak memerlukan tenaga kerja lebih banyak namun hasil didapatkan beragam
dikarenakan adanya perbedaan jenis yang ditanam

Tabel 5. Hasil Skala Likert Teknik Pemeliharaan

No Kegiatan Skor Kategori


1. Penyulaman 141 Sedang
2. Penyiangan 186 Baik
3. Pendangiran 162 Baik
4. Pemupukan 183 Baik
5. Pemangkasan 99 Buruk
6. Penjarangan 86 Buruk

15
Pemanenan
Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang pemilik hutan rakyat lakukan untuk
mengambil hasil dari tanaman baik berupa kayu, daun, akar, buah, dan sebagainya yang
bersumber dari tanaman. Pemanenan petani Desa Rambung baru tidak ada yang
mengusahakan hasil hutan kayu dikarenakan lamanya masa panen sehingga masyarakat
setempat memanfaatkan HHBK untuk kelangsungan
hidupnya.
Tabel 6. Hasil Skala Likert Pemanenan di Desa Jemberan

No Kegiatan Skor Kategori


1. Persiapan Pemanenan 141 Sedang
2. Evaluasi dan Monitoring 166 Baik
a. Persiapan pemanenan

Kegiatan persiapan pemanenan berdasarkan hasil wawancara


petani dari skala likert Tabel 6 tergolong sedang dengan skor 141, hal ini menunjukan
bahwa pemilik hutan rakyat telah mengetahui waktu pemanenan yang cukup baik
sehingga mendapatkan hasil yang baik pula. Hasil yang akan dipanen merupakan buah
yang tidak terlalu matang karena pedagang mengatakan bahwa jika buah matang yang
dipanen maka buah akan cepat busuk sebelum buah laku terjual. Ini bertolak belakang
dengan pernyataan Zulkarnain (2017) menyatakan tingkat kematangan sangat
berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis, untuk mendapatkan kualitas
konsumsi yang maksimal buah hendaknya dipanen pada saat sudah mencapai matang
penuh serta mutu buah sangat tergantung pada tingkat kematangan saat panen. Tingkat
kematangan buah Kegiatan pemanenan biasanya dilakukan oleh masyarakat itu sendiri
dan dibantu oleh tenaga kerja bisa berasal dari anggota keluarga dan orang lain, hal ini
karena hasil panen banyak dan masyarakat juga beberapa memiliki pekerjaansampingan
sehingga membutuhkan tenaga kerja untuk membantu pemanenan.

16
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai


berikut :
1. Sistem pengelolaan hutan rakyat di Desa Jemberan yang terdiri dari beberapa teknik
yaitu persiapan lahan kategori baik, pengaturan jarak tanam kategori baik, penyulaman
kategori sedang, penyiangan kategori baik, pendangiran kategori baik, pemupukan
kategori baik, pemangkasan kategori buruk, penjarangan kategori buruk, persiapan
pemanenan kategori sedang, evaluasi dan monitoring kategori baik dengan pola tanam
yang banyak digunakan yaitu pola campuran.

2. Desa Jemberan memanfaatkan jenis HHBK dengan jenis yang


berpotensi untuk dikembangkan di desa ini adalah mangga,kelengkeng,nangka,
rambutan

Saran
Saran dari hasil penelitian perlu adanya pengembangan pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu seperti kayu putih, atau dengan tanaman obat

17

Anda mungkin juga menyukai